Laprak Kapas Direk!
Laprak Kapas Direk!
oleh:
2023
BAB I PENDAHULUAN
Tanggal Praktikum : 25 September 2023
Praktikum ke :1
1.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah untuk mempelajari perencanaan dan melakukan
proses pencelupan kain kapas dengan zat warna direk, yaitu cara memilih zat warna dan zat
pembantu yang akan dipakai, menghitung kebutuhan zat warna dan zat pembantu yang sesuai
dengan resep yang akan dipakai, cara membuat larutan induk zat warna dan larutan pencelupan,
melaksanakan proses pencelupan dan mengevaluasi hasil proses pencelupan.
Serat selulosa Serat selulosa merupakan serat hidrofil yang strukturnya berupa
polimer selulosa dengan derajat polimerisasi (DP) bervariasi, contoh DP rayon 500-700,
sedang DP kapas sekitar 3000, semakin rendah DP daya serap airnya makin besar, contoh:
moisture regain (MR) rayon 11-13% sedang kapas 7-8%.
Gambar 1 Struktur Molekul Selulosa
Gugus -OH primer pada selulosa merupakan gugus fungsi yang berperan untuk
mengadakan ikatan dengan zat warna direk berupa ikatan hidrogen. Serat selulosa
umumnya lebih tahan alkali tapi kurang tahan suasana asam, sehingga pengerjaan proses
persiapan penyempurnaan dan pencelupannya lazim dilakukan dalam suasana netral ataku
alkali.
Bahan yang akan dicelup biasanya sudah melalui proses persiapan penyempumaan
seperti pembakaran bulu, penghilangan kanji dan pemasakan, bahkan untuk pencelupen
wama muda biasanya sudah dikelantang dan dimerser.
Kapas (Gossypium hirsutum) merupakan salah satu tanaman penghasil serat yang
memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Sebagian besar permintaan serat oleh industri Tekstil
dan Produk Tekstil >99% bahan baku berupa serat masih di impor dari negara-negara
penghasil serat. Permintaan kapas Indonesia yang belum mampu dipenuhi oleh produksi
kapas dalam negeri menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara importir kapas di
dunia. Impor kapas di Indonesia sebagian besar berasal dari Cina, Jerman, Republik Korea
dan Uzbekistan. Indonesia mengimpor kapas mencapai 99% dan hanya 1% yang dipenuhi
dari kapas domestik (Pani, Agus, & Mayasari, 2018).
Kain kapas berasal dari serat kapas ini dihasilkan dari buah kapas yang mana di
dalamnya terdapat rambut biji tanaman yang termasuk dalam jenis Gossypium. Serat kapas
dihasilkan dari rambut biji tanaman jenis Gossypium.
1. Bentuk penampang membujur
Gambar 2 Bentuk penampang membujur serat kapas
a. Dasar, bentuk kerucut pendek yang selama pertumbuhan serat tetap tertanam di antara
sel-sel epidermis (selaput luar biji). Dalam proses pemisahan serat dari bijinya (ginning),
pada umumnya dasar serat ini putus, sehingga jarang sekali ditemukan pada serat kapas
yang diperdagangkan.
b. Badan, bagian utama dari serat kapas, yaitu ¾ sampai 15/16 panjang serat. Bagian ini
mempunyai diameter yang sama, dinding yang tebal, dan lumen yang sempit.
c. Ujung, merupakan bagian yang lurus dan mulai mengecil dan panjangnya kurang dari
¼ bagian. Bagian ini mempunyai sedikit konvolusi dan tidak mempunyai lumen.
Diameter bagian ini lebih kecil dari diameter badan dan berakhir dengan ujung yang
runcing.
2. Bentuk penampang melintang
Serat kapas mempunyai bentuk penampang melintang yang sangat bervariasi dari
elips sampai bulat. Tetapi pada umumnya berbentuk seperti ginjal. Bentuk membujur serat
kapas adalah pipih seperti pita yang terpuntir (stttekstil.ac.id).
a. Kutikula: lapisan terluar serat yang mengandung lilin, pektin, dan protein.
b. Dinding primer: dinding sel yang tipis, terdiri dari selulosa, pektin, protein, dan lilin.
Tebal dinding primer kurang dari 0,5 mikron. Sellulosa pada dinding primer berbentuk
benang yang sangat halus (fibril).
c. Lapisan antara: lapisan pertama dari dinding sekunder. Bentuknya sedikit berbeda
dengan dinding sekunder dan dinding primer.
d. Dinding sekunder: lapisan-lapisan selulosa, yang merupakan bagian utama serat kapas.
Dinding sekunder juga merupakan fibril yang membentuk spiral dengan sudut 20° - 30°.
Tidak seperti spiral fibril pada dinding primer, spiral fibril pada dinding sekunder arah
putarannya berubah-ubah pada interval yang random sepanjang serat.
e. Dinding lumen: lebih tahan terhadap pereaksipereaksi tertentu dibandingkan dengan
dinding sekunder.
f. Lumen: bagian kosong dalam serat. Bentuk dan ukurannya bervariasi dari serat ke serat.
Lumen berisi zat-zat padat yang sebagian besar terdiri dari nitrogen.
3. Komposisi Serat Kapas
a. Selulosa: Selulosa (C₆H₁₀O₅) merupakan polimer linier yang tersusun dari kondensasi
molekul-molekul glukosa C₆H₁₂O₆. Derajat polimerisasi selulosa pada kapas kirakira
10.000 dengan berat molekul kira-kira 1.500.00
Zat wama direk bersifat larut dalam air, sehingga dapat langsung dipakai dalam
pencelupan serat selulosa seperti katun, rayon dan rami. Zat wama direk relatif murah harganya
dan mudah pemakaiannya, tetapi warnanya kutang cerah dan tahan luntur hasil
celupannya kurang baik
1.3.4 Mekanisme Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Direk
Mekanisme pencelupun terdiri dan tahap difusi zat warria dari fasa ruah larutan zat
warna ke dekat permukaan serat kemudian tahap adsorpsi zat warna ke permukaan serat lalu
tahap difusi zat warna ke dalam serat dan fiksasa zat warna. Tahap yang paling lambat adalah
menentukan laju pencelupan adalah tahap difusi zat warna kedalam serat yang sangat
bergantung pada kerapatan struktur serat dan ukuran partikel zat warna. Oleh karena itu maka
suhu proses pencelupan zat warna direk golongan C lebih tinggi dari golongan B dan
seterusnya. Semakin tinggi suhu pencelupan semakin cepat laju pencelupan, tetapi affinitas zat
wama akan turun karena reaksi fiksasi zat warna dengan serat bersifat eksotherm. Oleh karena
itu pada akhir proses pencelupan zat wama direk, penurunan suhu pencelupan sebaiknya
diturunkan agak perlahan guna menambah penyerapan zat warna direk.
BAB II PERCOBAAN
2.1 Diagram Alir
Perhitungan resep
Bilas kain
Proses pengeringan
1. Neraca analitik
2. Pemanas (kompor)
3. Piala gelas 500 mL
4. Pengaduk kaca
5. Thermometer
6. Pipet ukur
7. Gelas ukur
8. Bulb
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
NaCl 40 gr/L
Suhu 90℃
Waktu 60 menit
Resep Pencucian
1. Sabun : 1 mL
2. Na2CO3 : 1 gr/L
3. Vlot : 1 : 20
4. Suhu : 60℃
5. Waktu : 10 menit
Fungsi Zat
1. Zat warna direk, berfungsi untuk pewarna pada pencelupan kain kapas.
2. Pembasah, berfungsi untuk meratakan dan mempercepat proses pembasahan kain.
3. Na2CO3, berfungsi untuk memperbaiki kelarutan zat warna.
4. NaCl, berfungsi untuk mendorong penyerapan zat warna.
5. Zat pemiksasi kationik, untuk memperbaiki ketahanan luntur hasil celup.
2.4 Skema Proses
Proses Pencelupan
75’ 80’
Proses Pencucian
Nico 2% 1 : 10 5
Nabila 2% 1 : 20 4
Rahmi 2% 1 : 30 3
Rosana 2% 1 : 40 2
2.7 Hipotesa
Proses pencelupan pada kain kapas menggunakan zat warna direk menghasilkan kain
yang berwarna biru. Prosedur ini telah dilakukan dengan sebagaimana mestinya untuk
mendapatkan kain yang memiliki warna. Zat warna direk yang digunakan yaitu zat warna direk
Solophenyl Blue persentase yang digunakan sebesar 2% dengan proses pencelupan variasi vlot
menghasilkan warna yang berbeda skala ketuaannya. Dilihat dari hasil skala ketuaan warna ini
vlot sangat berpengaruh pada volume kepekatan larutan yang dibuat untuk proses pencelupan
sehingga memengaruhi hasil warna celup yang dihasilkan.
2.8 Pembahasan
Pada praktikum kali ini di lakukan proses pencelupan kain kapas dengan zat warna
direk. Zat warna direk yang digunakan adalah zat warna direk Solophenyl Blue. Pada
pencelupan kain kapas dengan zat warna direk ini yang memiliki peran penting pada
pencelupan adalah gugus hidroksil dalam molekul selulosa. Zat warna direk dapat digunakan
untuk mencelup sebuah kain kapas di karenakan faktor dapat berikatan hidrogen dengan gugus
hidroksil nya. Pada praktikum kali ini kami menggunakan zat warna direk Solophenyl Blue
sebanyak 2% dengan variasi vlot yang di gunakan di angka 1:10 - 1:40.
Pada hasil pencelupan kain kapas menggunakan zat warna direk ini dapat kami
simpulkan bahwa vlot juga sama berpengaruhnya terhadap hasil celup. Hal ini di karenakan zat
warna direk memiliki molekul yang besar sehingga sukar berdifusi dan membutuhkan medium
air yang cukup banyak (dalam arti an vlot yang tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi)
jika ingin menghasilkan sebuah warna yang tidak gelap dan tidak cerah. Variasi vlot ini juga
berpengaruh pada penghematan penggunaan zat warna yang nantinya akan di pakai karena
nenyesuaikan medium dari air dan kepekatan hasil larutannya.
Pada variasi vlot 1:10 di dapatkan ketuaan warna yang berbeda di bandingkan dengan
vlot 1:20, 1:30, dan 1:40. Pada penggunaan zat warna direk 2% dengan vlot 1:10 menghasilkan
sebuah warna biru tua, hal ini bisa terjadi dikarenakan medium air yang digunakan lebih sedikit
di bandingkan dengan medium variasi vlot yang lain sehingga di dapatkan kepekatan dan
konsentrasi nya tinggi pada penyerapan zat warna.
Pada variasi vlot 1:20 dan 1:30 memiliki perbedaan yang cukup terlihat dari skala
ketuaan warna yang dihasilkan. Dan sedangkan pada variasi 1:30 dengan 1:40 memiliki
ketuaan warna yang tidak terlalu jauh berbeda, berada pada selisih 1 skala lebih muda dengan
vlot yang lebih tinggi.
Hal lain yang mungkin saja mempengaruhi ketuaan dan kerataan warna adalah
pengadukan yang di lakukan secara menyeluruh ke kain. Pengadukan yang di lakukan secara
teratur akan meningkatkan kerataan warna yang akan masuk ke dalam kain. Dan melalui hasil
dari grafik, ketuaan warna yang dihasilkan semakin turun dari skala 5, ke skala 4, lalu ke skala
3, dan ke skala 2. Hal ini jelas di pengaruhi karena variasi vlot yang digunakan karena pada
medium air di vlot 1:10 menggunakan 40.95 mL air, dan pada vlot 1:20 mengunakan 91,23 mL
air. Medium air yang digunakan di bawah dari 100 mL dengan kepekatan konsentrasi larutan
dengan vlot 1:10 lebih tinggi dibandingkan dengan vlot 1:20. Sedangkan pada vlot 1:30
digunakan medium air yang sedikit lebih banyak sekitar 137,89 mL. Dan medium air yang
digunakan pada vlot 1:40 sebanyak 200,42 mL. Terlihat jelas perbandingan yang cukup jauh
dari pada penggunaan air dalam vlot sebelumnya. Pada vlot 1:30 konsentrasi larutan yang di
hasilkan sudah lumayan tidak terlalu pekat, dan pada vlot 1:40 memiliki konsentrasi larutan
yang jauh lebih tidak pekat dan volume yang lebih banyak di bandingkan vlot yang lain. Hal
ini menyebabkan hasil ketuaan warna yang di hasil kan memiliki rentang skala di angka 3 dan
2 dan kecerahan warna dari pada vlot 1:10 dan vlot 1:20 yang menghasilkan ketuaan warna
rentang skala di 5 dan 4.
Penambahan vlot pada proses pencelupan zat warna direk akan mempengaruhi hasil
praktikum jika vlot yang digunakan terlalu besar maka larutan zat warna akan encer sehingga
konsentrasi zat warna pada larutan akan tersebar sehingga penyerapan pada kain akan lama
sehingga warna yang dihasilkan akan muda berbeda dengan vlot yang digunakan mencukupi
maka konsentrasi zat warna pada larutan akan tersebar merata dan akan menghasilkan warna
yang gelap/tua juga merata pada kain. Sehingga melalui hasil grafik dapat disimpulkan bahwa
semakik tinggi vlot yang digunakan maka semakin turun skala ketuaan warna yang dihasilkan.
BAB III DISKUSI
3.1 Skala Ketuaan Warna
Pencelupan kain kapas menggunakan zat warna direk dengan variasi konsentrasi vlot
terhadap 4 kain yang telah diproses pencelupan dengan menvariasikan kadar vlot, setiap orang
memberikan nilai dengan ranking ketuaan 1-5. Angka 5 menujukkan ketuaan warna yang
paling baik, sedangkan angka 1 untuk ketuaan yang kurang baik. Hasil penilaian dari ke-4
orang akan dijumlah dan memperoleh hasil akhir. Hasil akhir yang paling besar merupakan
ketuaan warna yang optimum dan paling baik. Dari hasil pengamatan visual, pencelupan kain
kapas dengan zat warna direk menggunakan variasi vlot, menunjukan bahwa variasi vlot 1:10
– 1:40 menghasilkan ketuaan warna yang terlihat jelas perbedaannya, dengan menggunakan
vlot 1:10 warna yang dihasilkan pada kain terlihat lebih tua berbeda dengan menggunakan vlot
1:40 yang menghasilkan warna yang lebih muda. Dapat diartikan bahwa variasi vlot sangat
berpengaruh terhadap zat warna yang terserap dalam serat, maka untuk mendapatkan ketuaan
warna yang optimum diperlukan vlot yang rendah, hal tersebut juga mempertimbangkan efisien
dan ekonomis bahan.
KESIMPULAN
Dapat diambil kesimpulan dengan pengujian sebagai berikut:
Kain dengan pencelupan vlot 1 : 10 menghasilkan skala ketuaan warna 5 (lebih tua)
Kain dengan pencelupan vlot 1 : 20 menghasilkan skala ketuaan warna 4 (tua)
Kain dengan pencelupan vlot 1 : 30 menghasilkan skala ketuaan warna 3 (sedikit tua)
Kain dengan pencelupan vlot 1 : 40 menghasilkan skala ketuaan warna 2 (muda)
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Nico
Berat bahan = 5,12gram
Pencelupan
Pencucian
2. Nabila
Berat bahan = 5,08gram
Pencelupan
Pencucian
Pencucian
4. Rosana
Berat bahan = 5,28gram
Pencelupan
Pencucian
Koutu, G.K. (2012). Handbook Of Cotton. New Delhi, India: Stadium Press.
Pani, Agus, & Mayasari. (2018). KARAKTER AGRONOMI KAPAS (Gossypium hirsutum.)
VAR. KANESIA 10 DI KOTA PALOPO. journl.uncp.