Anda di halaman 1dari 14

PENDINGINAN

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kualitas bahan pangan sangat menentukan hasil dari makanan yang akan d
ibuat. Maka dari itu, perlakuan terhadap bahan makanan juga harus sesuai dan
tidak asal dalam melakukannya. Salah satu hal yang harus diperhatikan pada b
ahan pangan adalah penyimpanan. Penyimpanan bahan pangan sendiri berarti s
uatu upaya yang dilakukan untuk menjaga atau mencegah adanya perubahan pa
da bahan pangan baik dari kualitas dan gizinya. Atau biasa juga disebut dengan
pengawetan. Penyimpanan dengan metode yang baik akan membuat bahan pan
gan memiliki daya simpan yang lebih lama. Daya simpan yang lebih lama ini b
aik, karena bisa digunakan untuk pembuatan makanan yang akan datang. Dala
m penyimpanan, ada berbagai metode yang dipakai. Salah satunya yaitu metod
e pendinginan dan pembekuan. Pendinginan adalah penyimpanan bahan panga
n pada suhu di atas titik beku (di atas 0°C). Pendinginan biasanya dapat memp
erpanjang masa simpan bahan pangan selama beberapa hari atau beberapa min
ggu. Penggunaan suhu rendah dalam pengawetan pangan tidak dapat menyeb
abkan kematian (Author, 2013).
Pendinginan merupakan teknologi pengawetan pangan yang didasarkan p
ada pengambilan panas dari suatu bahan. Prinsip kerja dari pendinginan yaitu
penurunan suhu di bawah suhu minimum yang dibutuhkan untuk pertumbuha
n mikroba memperpanjang waktu yang dibutuhkan mikroba untuk berkemban
g biak sehingga dapat mencegah perubahan akibat pertumbuhan mikroba. Per
tumbuhan mikroba yang terhambat akan membuat kualitas bahan pangan juga
bertahan lebih tahan lama. Pendinginan dapat memperlambat kecepatan reaks
i-reaksi metabolisme, dimana pada umumnya setiap penurunan suhu 80°C, ke
cepatan reaksi akan berkurang menjadi kira-kira setengahnya. Karena itu pen
yimpanan dapat memperpanjang masa hidup jaringan-jaringan dalam bahan p
angan, karena keaktifan respirasi menurun. Pendinginan juga berfungsi sebag
ai penghambat pertumbuhan mikroba yang menyebabkan kebusukan yang terj
adi pada suatu bahan (Safaryani, 2017).
Pendinginan atau refrigerasi merupakan penyimpanan dengan suhu rata-r
ata yang digunakan masih di atas titik beku bahan. Kisaran suhu yang diguna
kan biasanya antara - 1°C sampai 4°C. Pada suhu tersebut, pertumbuhan bakt
eri dan proses biokimia akan terhambat. Pendinginan biasanya akan mengawe
tkan bahan pangan selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung ke
pada jenis bahan pangannya. Pendinginan yang biasa dilakukan di rumah-rum
ah tangga adalah dalam lemari es yang mempunyai suhu 2°C sampai 16°C. T
ujuan penyimpanan suhu dingin (cold storage) adalah untuk mencegah kerusa
kan tanpa mengakibatkan pematangan abnormal atau perubahan yang tak diin
ginkan sehingga mempertahankan komoditas dalam kondisi yang dapat diteri
ma (Rusendi, 2020).

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari praktikum Rekayasa Proses Pengolahan Hasil
Perikanan dengan Materi Pendinginan adalah sebagai berikut.
1. Apa itu pendinginan?
2. Apa saja metode pendinginan?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhu pendinginan?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan praktikum Rekayasa Proses Pengolahan Hasil Perikanan deng
an Materi Pendinginan adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pendinginan.
2. Mahasiwa dapat mengetahui metode pendinginan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi pendinginan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendinginan
Pendinginan adalah penyimpanan bahan pangan diatas suhu pembekuan baha
n yaitu -2 sampai 10 °C. Pendinginan yang biasa dilakukan sehari-hari dalamlema
ri es adalah pada suhu 5-8 °C. Pendinginan dan pembekuan juga akan berbeda pen
garuhnya terhadap rasa, tekstur, nilai gizi dan sifat-sifat laindari bahan pangan. Pe
ndinginan merupakan cara yang sudah umum bagi pengawetan makanan yang sifa
tnya sementara. Beberapa faktor yang kritis dalam pendinginan adalah temperatur,
kelembaban relatif, ventilasi dan penggunaancahay a ultra violet. Penyimpanan pa
da suhu rendah dapatmenghambat kerusakan makanan, antara lain kerusakan fisio
logis, kerusakanenzimatis maupun kerusakan mikrobiologis. Pada pengawetan de
ngan suhurendah dibedakan antara pendinginan dan pembekuan. Pendinginan dan
pembekuan merupakan salah satu cara pengawetan yang tertua. Pendinginan atau
refrigerasi ialah penyimpanan dengan suhu rata-ratayang digunakan masih di atas
titik beku bahan. Kisaran suhu yang digunakan biasanya antara –1°C sampai 4°C.
Pada suhu tersebut, pertumbuhan bakteri dan proses biokimia akan sedikit terham
bat (Rusendi, 2010).
Tujuan penyimpanan suhu dingin (cold storage) adalah untuk mencegah keru
sakan tanpa mengakibatkan pematangan abnormal atau perubahan yang tak diingi
nkan sehingga mempertahankan komoditas dalam kondisi yang dapat diterima ole
h konsumen selama mungkin. Pendinginan biasanya akan mengawetkan bahan pa
ngan selam a beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada jenis bah
an pangannya. Pendinginan yang biasa dilakukan di rumah tangga adalah dalam le
mari es yang mempunyai suhu -2°C sampai 16°C Proses pendinginan dan pembek
uan tidak mampu membunuh semua mikroba, sehingga pada saat dicairkan kemba
li (thawing), sel mikroba yang tahanterhadap suhu rendah akan mulai aktif kembal
i dan dapat menimbulkan masalah kebusukan pada bahan pangan yang bersangkut
an maka pertumbuhan dan perkembang biakan mikroba dapat berlangsung dengan
cepat. Penyimpanan ini dapat menghilang rasa dan bau dibeberapa bahan bila
dididekatkan (Hudaya, 2008).
2.2. Tujuan dan Manfaat Pendinginan
Pendinginan atau refrigerasi ialah penyimpanan dengan suhi rata-rata yang
digunakan masih diatas titik beku bahan. Kisaran suhu yang digunakan biasanya
antara -1°C sampai 4°C. Pada suhu tersebut, pertumbuhan bakteri dan proses
biokimia akan terhambat. Pendinginan atau refrigerasi adalah proses pengambilan
suhu panas dari suatu bahan sehingga suhunya akan menjadi lebih rendah dari sek
elilingnya. Pendinginan biasanya akan mengawetkan bahan pangan selama
beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung pada jenis bahan pangannya.
Pendinginan yang biasa dilakukan di rumah-rumah tangga adalah lemari es yang
mempunyai suhu -2°C sampai 16°C. Tujuan penyimpanan suhu dingin (cold stora
ge) adalah untuk mencegah kerusakan tanpa mengakibatkan pematangan abnorma
l atau perubahan yang tak diinginkan sehingga mempertahankan komoditas dalam
kondisi yang dapat diterima oleh konsumen selama mungkin. Pendinginan biasan
ya akan mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau beberapa minggu,
tergantung kepada jenis bahan pangannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pen
dinginan yaitu Suhu, kualitas bahan mentah, pretreatment yang tepat, dan juga kel
embaban bahan (Rusendi, 2010).
Manfaat dari pendinginan adalah sebagai salah satu upaya pengawetan bahan
pangan, karena dengan pendinginan tidak hanya cita rasa bahan pangan yang
dapat dipertahankan, tetapi juga kerusakan-kerusakan kimia dan pertumbuhan
mikrobiologis dapat dihambat. Pendinginan dan pembekuan pada pangan segar m
aupun pangan olahan memberikan pengaruh besar terhadap keamanan dan mutu p
angan. Proses pendinginan dan pembekuan yang tepat terbukti dapat mempertaha
nkan mutu pangan dengan mengurangi atau menonaktifkan aktivitas enzim dan mi
kroorganisme pada pangan. Seiring dengan kenaikan jumlah penduduk dan semak
in meningkatnya kebutuhan pangan, kebutuhan peralatan penyimpan suhu rendah
pun terus bertambah. Pangan harus dijaga mutu dan keamanannya dari produsen h
ingga konsumen. Oleh karena itu, penggunaan peralatan penyimpanan suhu renda
h banyak digunakan pada penanganan pascapanen pangan segar, pada saat pendist
ribusian pangan, pada industri pengolahan, retailer hingga konsumen dalam skala
rumah tangga juga menggunakan peralatan penyimpanan suhu rendah seperti
kulkas (Afrianti, 2013).
2.3. Metode Pendinginan
Proses pendinginan atau refrigerasi pada hakekatnya merupakan proses pemi
ndahan energi panas yang terkandung di dalam suatu ruangan. Sesuai dengan huk
um kekekalan energy, maka kita tidak dapat menghilangkan energi tetapi hanya d
apat memindahkannya dari suatu substansi ke substansi lainnya. Untuk keperluan
pemindahan energi panas ruang, dibutuhkan suatu fluida penukar kalor yang selan
jutnya disebut refrigeran. Sistem refrigerasi yang paling sederhana memiliki komp
onen utama yaitu kompresor, kondensor, katup ekspansi, dan evaporator. Suhu ud
ara didapatkan sesuai dengan alternatif yang diterapkan, diantaranya adalah menai
kkan koefisien perpindahan kalor kondensasi. Suhu udara ditambahkan dengan ke
cepatan udara pendingin pada kondensor sehingga diperoleh harga koefisien prest
asi yang lebih besar. Jika kecepatan udara pendingin ditambahkan pada kondensor
maka laju aliran massa akan menurun sehingga menyebabkan daya kompresor jug
a mengalami penurunan. Pendinginan yang baik sangat diperlukan untuk mempert
ahankan mutu produk agar tetap baik ketika sampai ke konsumen perlakuan pendi
nginan dapat menurunkan suhu bahan dan penguapan pada bahan ketika
pendinginan dan pembekuan (Poernomo, 2015).
Rantai pendinginan yang baik sangat diperlukan untuk mempertahankan mut
u produk agar tetap baik ketika sampai ke konsumen. Perlakuan pendinginan dapa
t menurunkan suhu bahan dan menekan penguapan sekaligus mengurangi susut pa
sca panen sehingga dapat memperpanjang umur simpan. Beberapa cara pendingin
anyang dilakukan antara lain dengan memasukkan bahan yang didinginkan dalamr
uang pendingin (room cooling), menggunakan hembusan udara (force air cooling),
pendinginan menggunakan air (hydrocooling), pendinginan dalam ruang hampa
(vacuum cooling), dan pendinginan menggunakan es (icing). Pada penelitian ini m
etode tersebut dilakukan dengan harus mempertimbangkan beberapa hal, antara la
in jenis bahan yang didinginkan, sifat fisiologis bahan, biaya, dan juga fasilitas ya
ng tersedia sehingga dapat dilakukan pemilihan metode pendinginan yang tepat.B
erdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian menggunakan teknik pendingi
nan es (icing) atau yang lebih dikenal pendinnginan top icing yang biasanya
banyak digunakan untuk melakukan pendinginan dan pembekuan bahan (Kader, 2
002).
2.3.1. Metode Air Cooling
Air cooler adalah suatu alat pendingin udara dimana udara tersebut di hasil
kan dari perangkat yaitu turbocharge. Yang mana diketahui udara yang di hisap ol
eh turbocharger berasal dari gas buang yang suhunya panas. Air cooler selain berf
ungsi untuk mendinginkan udara, juga berfungsi memadatkan atau memampatkan
udara, makin padat udara maka tekanan yg dihasilkan makin besar sehingga tenag
a mesin juga bertambah pada pembakaran yang sempurna. Air cooler yang normal
adalah mempunyai tekanan 1,6 kg/cm² dan mempunyai suhu 38°C – 42°C. Air co
oler biasanya diletakkan pada bagian yang mudah terkena udara segar agar fungsi
pendinginan berjalan maksimum Air cooler juga dapat mengurangi kebutuhan bah
an bakar, menurunkan suhu udara dengan injeksi agar tidak kelebihan bahan bakar
ke dalam silinder. Pada air cooler terdapat bagian yang berfungsi sebagai filter da
n media pendingin yaitu cooling pad. Cooling pad digunakan untuk proses pengua
pan yang mengubah udara menjadi lebih sejuk. Aliran udara disekitarnya menjadi
sejuk akibat dari proses penguapan, penurunan suhu disebabkan ketika sebuah alat
atau oleh energi yang hilang diudara ketika terjadi pada proses penguapan pada
suatu bahan (Setiawan., et. al, 2017).
Air cooler merupakan sebuah sistem pengkondisian udara yang mengguna
kan penguapan air untuk mendinginkan dan melembabkan udara. Alat ini digunak
an pada suatu lingkungan yang dimana memiliki kualitas udara yang buruk. Kisar
an tingkat kelembapan udara diruangan antara 40%–60% merupakan kelembapan
yang sehat. Air cooler berbeda dengan Air conditioner (AC), air cooler tidak men
ggunakan refrigeran dan kompresor sebagai zat pendingin. Kenyamanan termal pa
da AC dicapai dengan cara mensirkulasikan udara pada ruangan melalui evaporat
or yang merupakan alat penukar kalor, sehingga dapat menurunkan temperatur pa
da sebuah ruangan. Sedangkan pada air cooler udara dari luar dialirkan secara pak
sa dengan menggunakan fan atau blower mengalir melalui media pad yang dijaga
tetap basah dengan mensirkulasikan air dengan pompa sehingga ketika sebuah te
mperatur udara ruangan turun. Pemanfaatan tanaman nanas selama ini hanya sebat
as pada buahnya saja sedangkan daun nanas relatif belum banyak dimanfaatkan. K
etika musim akan panen, tanaman ini harus diganti dengan tanaman nanas yang ba
ru pada pertumbuhan (Rizki., et,al. 2014).
2.3.2. Metode Hydro cooling
Hydro cooling merupakan cara sederhana untuk menurunkan suhu bahan p
angan secara cepat sampai suhu bahan mendekati suhu penyimpanan yang akan di
lakukan. Selain itu, perlakuan pengemasan bahan pangan mampu menghambat laj
u susut bobot dan kualitas produk. Faktor pertama adalah lama perendaman pada
proses hydrocooling (tanpa perendaman, perendaman selama1 menit, dan perenda
man 2 menit (suhu air perendaman 5oC±1)) dan faktor kedua adalah jenis plastik
Polypropylene (PP) dan plastik High Density Polyethylene (HDPE)). Setiap unit p
ercobaan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali dan semua unit percobaan disim
pan pada lemari pendingin dengan suhu 10oC±1. Parameter diamati adalah kadar
air, susut bobot, kekerasan bahan, warna, dan laju pendinginan. Selama penyimpa
nan dingin jagung manis mengalami banyak perubahan fisik. Waktu pendinginan
nya di pengaruhi oleh ukuran dan densitas produk. Secara umum, produk besar da
n padat membutuhkan waktu pendinginan yang lebih lama dibandingkan produk y
ang lebih kecil dan porous, selain itu waktu pendinginan juga dipengaruhi oleh M
etode pengemasan yang digunakan. Kemasan membatasi penggunaan cara ini, kar
ena sistem ini membutuhkan kemasan toleran terhadap air yang masuk pada suatu
bahan (Ni Luh, 2022).
Sayuran pakcoy setelah panen akan terjadi perubahan mutu, sehingga perlu a
danya penanganan pascapanen. Metode pra pendinginan adalah salah satu metode
yang dapat dilakukan untuk mencegah perubahan mutu tersebut, tujuannya adalah
memperpanjang masa simpan pakcoy. Mutu pakcoy dipengaruhi oleh kondisi ling
kungan selama penyimpanan. Pengemasan yang sesuai dapat mencegah laju respir
asi. Respirasi dapat menyebabkan kemunduran mutu pada pakcoy, sehingga sebel
um melakukan penyimpanan perlu dikemas. Penelitian ini bertujuan untuk menent
ukan lama penyimpanan pakcoy yang dikemas dengan plastik klip LDPE berdasar
kan perubahan bobot, kadar air, warna dan tekstur selama penyimpanan dingin pa
da 2 (dua) metode pra pendinginan yaitu room cooling dan hydro cooling serta me
mbandingkan mutu pakcoy yang dilakukan pra pendinginan dengan metode room
cooling dan hydro cooling. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen denga
n perlakuan pra pendinginan yaitu room cooling dan hydro cooling (Lady C Ch E
Lengkey, 2023).
2.3.3. Metode Vaccum Cooling
Vacuum cooling merupakan suatu teknologi pendinginan cepat pada produk
dalam keadaan vakum. Vacuum cooling dapat menguapkan kadar air pada permuk
aan buah secara cepat sehingga tingkat kelembapan pada buah dapat segera dituru
nkan. Panas laten yang dibutuhkan untuk penguapan tersebut diambil dari buah itu
sendiri sehingga terjadi penurunan panas sensibelnya dan sebagai akibatnya terjad
i penurunan suhu. Penggunanaan vacuum cooling juga dapat menurunkan panas la
pang pada buah sehingga aktivitas respirasi pada buah dapat diturunkan. Pendingi
nan vakum (vacuum cooling) adalah salah satu metode yang digunakan untuk pre-
cooling sayuran berdaun dan beberapa jenis buah-buahan. Mekanismenya adalah
buah atau sayur diletakkan di dalam ruang vacum dan udara yang ada didalam bua
h ditarik habis menggunakan pompa vakum hingga air dalam jaringan buah mulai
mendidih. Panas laten yang dibutuhkan untuk penguapan tersebut diambil dari pro
duk itu sendiri sehingga terjadi penurunan panas sensibelnya dan sebagai akibatny
a terjadi penurunan suhu (Arteca, 2015).
Meskipun vacuum cooling biasanya digunakan pada sayuran hijau yang umu
mnya memiliki permukaan yang luas, teknologi ini juga dapat diaplikasikan pada
buah-buahan. Prinsip dari pendinginan ini dicapai melalui penguapan air. Kondisi
vacuum cooling adalah menurunkan tekanan udara dalam chamber sampai 4.6 mm
Hg dimana air bebas menguap dari produk pada suhu 0˚C. Produk dikemas dan dit
empatkan dalam chamber yang kuat berbentuk seperti tangki minyak. Di dalam ta
ngki atau chamber tersebut terdapat koil yang mengkondensasikan uap air dari pr
oduk menjadi air yang selanjutnya dikeluarkan melalui kran. Tangki ini harus betu
l-betul kuat dan kedap udara. Cara pendinginan ini baik dilakukan untuk produk y
ang mempunyai rasio luas permukaan dan volume tinggi seperti selada. Produk lai
n yang dapat didinginkan dengan cara vacum cooling ini adalah batang seledri, wo
rtel, jagung manis, dan bunga kol serta kapsikum. Produk dapat didinginkan selam
a 20 hingga 30 menit menggunakan vacuum cooling dengan hanya kehilangan sed
ikit air. Pendinginan vakum sangat populer pada pra-pendinginan sayuran berdaun
karena dua keunggulannya yang utama, yaitu laju pendinginan cepat dan sebaran s
uhu seragam pada seluruh bahan pada saat melakukan pendinginan (Rao, 2015).
2.4. Alat Pendingin Makanan
Alat pendingin adalah alat yang berfungsi untuk memindahkan panas dari lin
gkungan bersuhu rendah ke lingkungan yang bersuhu tinggi. Alat pendingin maka
nan dapat dibayangkan sebagai suatu mesin kalor yang beroperasi atau berfungsi s
ecara terbalik yaitu dari lingkungan yang bersuhu rendah ke lingkungan yang bers
uhu tinggi. Alat pendingin adalah suatu pesawat pendingin ruangan yang memiliki
fungsi untuk mendinginkan bahan makanan, ruang akomodasi, ruang muat, dan bi
sa juga berfungi untuk membuat es. Mesin pendingin akan menghasilkan dingin d
engan cara menyerap panas dari udara yang ada di dalam kabinet mesin-mesin pe
ndingin itu sendiri sehingga suhu yang ada dalam kabinet (ruang pendingin) akan
menjadi turun atau dingin. Mesin pendingin makanan (refrigerant machinery) ada
lah suatu alat yang berfungsi untuk mendinginkan bahan makanan sehingga bahan
makanan tersebut dalam kondisi yang segar tanpa adanya peristiwa pengurangan n
ilai-nilai gizi yang terkandung didalamnya. Dengan demikian bahan makanan ters
ebut akan selalu dalam keadaan baik dan segar dengan nilai-nilai gizi yang terkan
dung masih lengkap tanpa mengalami penurunan nilai-nilai gizi pada makanan (S
umanto, 2014).
Adapun prosesnya yaitu gas freon dan evaporator yang mempunyai tekanan y
ang lebih rendah akan dikeluarkan dari kompresor dengan tekanan yang lebih ting
gi. Freon yang keluar dari kompresor masih berupa gas dengan suhu tinggi, dan k
emudian mengalir melalui pemisah (oil separator) karena berat jenis gas freon leb
ih ringan, maka minyak yang terbawa selalu berada dibawah, yang kemudian men
galir kembali kedalam carter kompresor. Adanya minyak yang ikut didalam pered
aran disebabkan adanya pelumasan pada kompresor seperti pada bantalan–bantala
n, piston ring dengan piston dan cylinder. Freon yang telah dipisahkan dari minya
k dialirkan menuju kondensor untuk dikondensasikan, gas freon didalam kondens
or didinginkan menggunakan air laut, agar gas freon merubah freon cair yang kem
udian ditampung didalam penampung (receiver). Selanjutnya gas freon yang telah
diubah, dialirkan ke katup ekspansi yang sebelumnya melalui dehydrator (pengeri
ng) dan melewati solenoid valve yang kemudian diteruskan ke katup ekspansi kem
udian freon cair tersebut masuk ke evaporator dan menjadikan turunnya suhu pad
a alat pendingin (Nugroho, 2016).
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum dengan materi Pendinginan adalah sebaga
i berikut.
1. Pendinginan adalah penyimpanan bahan pangan pada suhu diatas titik beku.
2. Hydrocooling merupakan cara sederhana untuk menurunkan suhu bahan pang
an secara cepat sampai bahan mendekati suhu penyimpanan.
3. Prinsip Pendinginan adalah yaitu penurunan suhu di bawah suhu minimum ya
ng dibutuhkan untuk mencegah pertumbuhan mikroba
4. Suhu pendinginan sekitar -1˚C sampai 4˚C
5. Metode pendinginan terdiri dari Air cooling, Hydrocooling dan Vacum coolin
g
6. Air cooler merupakan sebuah sistem pengkondisian udara yang menggunakan
penguapan air untuk mendinginkan dan melembabkan udara
7. .Beberapa faktor yang kritis dalam pendinginan adalah temperatur, kelembab
an relatif, ventilasi dan penggunaan cahaya ultra violet.

3.2. Saran
Adapun saran dari praktikum Rekayasa Proses Pengolahan Hasil Perikanan a
dalah untuk kedepannya semoga praktikan bisa menjalani praktikum lebih baik la
gi.
DAFTAR PUSTAKA

Afrianti, L. H. 2013. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerbit Alfabeta. Bandung.


Arteca, R. N. 2015. Introduction of Holticultural Science. Stampford: Cengage
Author, Nailul. 2013. "Substitusi Gula Aren terhadap Mutu dan Daya Simpan Jus
Berbeda". Skripsi. Pekanbaru: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau.
Hudaya, S. 2008. Pengawetan Dengan Menggunakan Suhu Rendah. Gramedia.
Jakarta.
Kader, A.A. 2002. Postharvest Technology of Horticultural Crops. 3rd Edition. U
niversity of California. Div. of Agriculture and Natural Resources, Califor
nia.
Lady C Ch E Lengkey. 2023. Pak coy quality change study (brassica rapa L) in
LDPE Packaging (Low Density Polyethylene) with two metode pre
cooling during cold storage. Jurnal Agroekoteknologi terapan 4 (1), 173-
181.
Ni Luh Putu. 2022. Pengaruh hydro cooling dan jenis plastik terhadap mutu
jagung manis (Zea mays L Saccharata) selama penyimpanan dingin.
Jurnal biosistem dan teknik pertanian 10 (1), 56-70
Nugroho, T. A. 2016. Kajian Eksperimen Penggunaan Media Pendingin Ikan
Berupa Es Basah dan Ice Pack Sebagai Upaya Peningkatan Performance
Tempat Penyimpanan Ikan Hasil Tangkapan Nelayan. Jurnal Teknik
Perkapalan. 889-898.
Poernomo, Heroe. Februari 2015. “Analisis Karakteristik Unjuk Kerja Sistem Pen
dingin (Air Conditioning) Yang Menggunakan Freon R-22 Berdasarkan P
ada Variasi Putaran Kipas Pendingin Kondensor”. Volume 12, No.1 http:
//ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/view/8175.
Rao, C.G., 2015. Engineering for Storage of Fruits and Vegetables: Cold Storage,
Controlled Atmosphere Storage, Modified Atmosphere Storage. Academic
Press.
Rizky Pratama Rachman, B. and Yunianto, Pemanfaatan limbah kertas. 2014.
Rusendi, Dadi. Sudaryanto. Nurjannah, Sarifah. Widyasanti, Asri. Rosalinda, S.
2010. Penuntun Praktikum MK. Teknik Penanganan Hasil Pertanian.
Unpad.
Rusendi, Dadi. Sudaryanto. Nurjannah, Sarifah. Widyasanti, Asri. Rosalinda,
Teknik Penanganan Hasil Pertanian. S. 2020. Penuntun Praktikum MK.
Unpad.
Safaryani, Nurhayati., Sri Haryanti, dan Endag Dwi Hastuti. 2017. "Pengaruh
Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap Penurunan Kadar Vitamin C
Brokoli (Brassica oleracea L)". Buletin Anatomi dan Fisiologi. Semarang :
UNDIP.Vol. 25 (2): 39-45.
Setiawan, A.A., A. Shofiyani, and I. Syahbanu, PEMANFAATAN LIMBAH DAU
N NANAS (Ananas comosus) SEBAGAI BAHAN DASAR ARANG AKTIF
UNTUK ADSORPSI Fe (II). Jurnal Kimia Khatulistiwa, 2017. 6(3).
Sumanto D. 2014. Parasitologi Kesehatan Masyarakat. 1st Ed. (Wartomo H,
Ed.). Semarang: Yoga Pratama.
LAMPIRAN PEMBAGIAN TUGAS

Nama Pembagian Tugas

Mab’ruka Alfu Sholikhah BAB 1 PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Manarul Hidayat 2.1. Pendinginan
Manarul Hidayat 2.2. Tujuan dan Manfaat Pendinginan
Regi Febriansyah 2.3. Metode Pendinginan
Regi Febriansyah 2.3.1. Metode Air Cooling
Utari Oktaviani 2.3.2. Metode Hydrocooling
Utari Oktaviani 2.3.3. Metode Vacum Cooling
Izzati Hanifah Chaniago 2.4. Alat Pendingin Makanan
Maria Ulfah BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Winda Destria Nova Cover
M. Nauval Calandra Daftar Pustaka
Winda Destria Nova Lampiran Pembagian Tugas
Atikah Ratna Anindita Menggabungkan Makalah

Anda mungkin juga menyukai