Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CARBON EMISSION

DISCLOSURE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA

Tugas Mata Kuliah

Kajian Riset Akuntansi

Disusun Oleh:

Nama : Rahayu Wulandari

NIM : 12070327503

Program Studi Akuntansi S-1

Fakultas Ekonomi UIN Suska Riau


Maret, 2023

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

pengungkapan carbon emission disclosure pada perusahaan manufaktur. Faktor yang diuji di

dalam penelitian ini adalah leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan total assets

turnover. Sampel penelitian ini dipilih menggunakan perusahaan pemanufakturan yang

lterdaftar di Bursa Efek Indonesia berturut-turut mulai dari tahun 2011-2013. Penelitian ini

menggunalan metode analisis regresi linier berganda untuk menguji hipotesis penelitian.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa leverage dan ukuran perusahaan memiliki

pengaruh secara signifikan terhadap carbon emission disclosure. Untuk profitabilitas dan

total perputaran aset tidak berpengaruh secara signifikan terhadap carbon emission

disclosure.

Kata kunci: Emisi Karbon,Pemanasan Global,

ABSTRACT

This study aims to determine the factors that influence the disclosure of carbon emission

disclosure in manufacturing companies. The factors tested in this study are leverage,

company size, profitability, and total assets turnover. The sample for this study was

selecte1`d using manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange from

2011-2013 respectively. This research uses multiple linear regression analysis method to test

the research hypothesis. The results of this study indicate that leverage and company size

have a significant effect on carbon emission disclosure. For profitability and total asset

turnover, it does not have a significant effect on carbon emission disclosure.

Keywords: Carbon Emissions, Global Warming,


I. PENDAHULUAN

Perubahan iklim saat ini mendapatkan perhatian yang signifikan sebagai isu

lingkungan global. Salah satu faktor yang menyebabkan perubahan iklim di dunia

adalah gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Isu yang berkaitan

dengan perubahan iklim dan kekhawatiran publik atas masalah yang disebabkan oleh

perubahan iklim telah menyebabkan munculnya peraturan mengenai lingkungan baru

dalam beberapa tahun terakhir (Ghomi & Leung, 2013).

Berbagai penelitian mengenai Carbon Accounting mengungkapkan bahwa

perlunya dilakukan penelitian mengenai Carbon Accounting, dilihat dari kondisi

sekarang ini bahwa banyak perusahaan yang sistem operasional mereka menghasilkan

limbah di Indonesia. Maka di era globalisasi ini, industri-industri tersebut harus

bekerja dengan baik dan menjaga eksistensi perusahaan. Termasuk menerapkan

Carbon Accounting serta pengelolaan limbah dengan baik untuk menjaga lingkungan

sekitar, hal ini juga berupaya untuk menjaga loyalitas masyarakat terhadap

perusahaan tersebut. Dengan demikian, penerapan Carbon Accounting dapat

digunakan sebagai cara untuk mengukur emisi karbon, mengatur strategi dalam

mengurangi emisi karbon, melakukan pencatatan atas biaya yang terjadi dari kegiatan

tersebut serta melaporkannya pada stakeholders.

Carbon Emission Disclosure di Indonesia masih merupakan voluntary

disclosure karena tidak semua perusahaan mengungkapkan informasi tersebut pada

laporannya dan praktiknya masih jarang dilakukan oleh entitas bisnis. Perusahaan

perlu melakukan carbon emission disclosure diantaranya untuk mendapatkan

legitimasi dari para stakeholder, menghindari ancaman-ancaman terutama bagi

perusahaan-perusahaan yang menghasilkan gas rumah kaca (greenhouse gas) seperti

peningkatan operating costs, pengurangan permintaan (reduced demand), risiko


reputasi (reputational risk), proses hukum (legal proceedings), serta denda dan pinalti

(Robert, 2011). Carbon Emission Disclosure yang dilakukan perusahaan dapat dinilai

oleh pembaca laporan tahunan sebagai tanda keseriusan perusahaan dalam menangani

masalah pemanasan global karena gas rumah kaca.

Dalam beberapa penelitian terdahulu, ada banyak faktor yang mempengaruhi

perusahaan dalam melaporkan carbon emission disclosure. Ghomi dan Philomena

(2013), meneliti tentang pengaruh ukuran perusahaan, umur perusahaan, leverage,

jenis industri dan struktur kepemilikan institusional dengan hasil ukuran perusahaan,

umur perusahaan, leverage dan struktur kepemilikan institusional berpengaruh

terhadap carbon emission disclosure sedangkan jenis industri tidak berpengaruh

terhadap carbon emission disclosure. Penelitian Jannah dan Muid (2014) yang

meneliti tentang pengaruh media exposure, tipe industri, profitabilitas, ukuran

perusahaan, leverage dan peringkat Proper, memiliki hasil media exposure, tipe

industri, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan leverage berpengaruh terhadap carbon

emission disclosure sedangkan peringkat Proper tidak berpengaruh terhadap carbon

emission disclosure. Penelitian Suhardjanto dan Choiriyah (2010) yang meneliti

pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, jenis perusahaan dan cakupan

operasional perusahaan memiliki hasil leverage berpengaruh terhadap carbon

emission disclosure, sedangkan ukuran perusahaan, profitabilitas, jenis perusahaan

dan cakupan operasional perusahaan tidak berpengaruh terhadap carbon emission

disclosure.

Berdasarkan latar belakang dan penelitian yang telah diungkapkan sebelumnya

maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah leverage, ukuran perusahaan,

profitabilitas, dan total assets turnover mempengaruhi carbon emission disclosure

pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-


2013. Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai

leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan total assets turnover yang

mempengaruhi carbon emission disclosure.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat memberikan

kontribusi dalam menjelaskan secara empiris tentang carbon emission disclosure yang

dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia dan dapat digunakan

sebagai acuan perusahaan dalam menerapkan carbon emission disclosure.

KERANGKA TEORITIS

Teori Legitimasi

Ghozali dan Chariri (2007) menjelaskan bahwa teori legitimasi sangat

bermanfaat dalam menganalisis perilaku organisasi, karena teori legitimasi adalah hal

yang paling penting bagi organisasi. Batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-

norma dan nilai-nilai sosial serta reaksi terhadap batasan tersebut mendorong

pentingnya analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan. Teori ini

dilandasi oleh kontrak sosial yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat

dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi. Legitimasi

organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan

dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat.

Sehingga teori legitimasi merupakan teori yang paling sering digunakan

terutama ketika berkaitan dengan wilayah sosial dan akuntansi lingkungan. Meskipun

masih terdapat pesimisme yang kuat yang dikemukakan oleh banyak peneliti, teori ini

telah dapat menawarkan sudut pandang yang nyata mengenai pengakuan sebuah

perusahaan secara sukarela oleh masyarakat.

Carbon Accounting
Definisi yang sederhana untuk carbon accounting adalah suatu proses

pengukuran, pencatatan dan pelaporan karbon yang dihasilkan oleh perusahaan.

Warren (2008) mendefinisikan Carbon accounting sebagai proses pengukuran carbon

emission yang dihasilkan perusahaan dan penentuan target pengurangan emisi.

Carbon accounting menurut Louis (2010) adalah proses perhitungan

banyaknya karbon yang dikeluarkan proses industri, penetapan target industri,

pembentukan sistem dan program unruk mengurangi emisi karbon, dan pelaporan

perkembangan program tersebut. Dengan adanya carbon accounting, perusahaan

dapat mengetahui tingkat emisi karbon yang dihasilkannya dari hasil pengukuran,

kemudian manajemen perusahaan dapat menerapkan strategi-strategi untuk

mengurangi emisi karbon tersebut dan melaporkannya kepada stakeholder

perusahaan.

Louis (2010) mengatakan bahwa carbon footprint adalah ukuran secara

keseluruhan dari emisi CO2 yang diakibatkan secara langsung maupun tidak langsung

dari aktivitas atau terakumulasi dalam siklus hidup produk.

Leverage

Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan

tergantung pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan (Riyanto, 2008).

Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage tinggi berarti sangat bergantung pada

pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai

tingkat leverage lebih rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri.

Tingkat leverage perusahaan, dengan demikian menggambarkan risiko keuangan

perusahaan (Riyanto, 2008). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya.


Ada beberapa macam rasio leverage, antara lain debt ratio (debt to total

asset), debt to equity ratio, long term debt to equity, dan time interested earned.

Leverage atau solvabilitas merupakan istilah yang sering digunakan perusahaan untuk

mengukur kemampuan perusahaan di dalam memenuhi seluruh kewajiban

finansialnya apabila perusahaan dilikuidasi, secara umum solvabilitas dapat dihitung

dengan membagi total hutang dengan total aset.

Leverage menunjukan seberapa besar ekuitas yang tersedia untuk memberikan

jaminan terhadap hutang. Hutang disini meliputi hutang lancar dan hutang jangka

panjang. Leverage sering juga disebut dengan solvabilitas. Untuk mengukur leverage

dapat digunakan Debt To Equity Ratio. Dalam rangka mengukur risiko fokus

perhatian kreditor jangka panjang terutama ditujukan pada prospek laba dan perkiraan

arus kas (Riyanto, 2008). Keseimbangan proporsi antara aktiva yang didanai oleh

kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan dapat diukur dengan Debt To

Equity Ratio (DER). DER juga dapat memberikan gambaran tentang struktur modal

yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya

suatu hutang (Brigham dan Houston, 2006). Kewajiban yang lebih tinggi dari hutang

dan pembayaran kembali bunga akan membatasi kemampuan perusahaan dalam

carbon emission disclosure.

H1 : leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap carbon emission

disclosure.

Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan perbandingan dari besaran perusahaan jika

dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis (Riyanto, 2008). Ukuran

perbandingan yang digunakan adalah total aset perusahaan (Riyanto, 2008). Menurut
Sartono (2010), perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah

memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil. Karena

kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih

besar pula. Menurut Fahmi (2011), semakin baik kualitas laporan keuangan yang

disajikan maka akan semakin menyakinkan pihak eksternal dalam melihat kinerja

keuangan perusahaan tersebut, yang otomatis tentunya pihak-pihak yang berhubungan

dengan perusahaan akan merasa puas dalam berbagai urusan dengan perusahaan.

Perusahaan selalu menginginkan perolehan laba bersih setelah pajak karena bersifat

menambah modal sendiri. Dengan kata lain, laba bersih dapat diperoleh jika jumlah

penjualan lebih besar daripada jumlah biaya operasi. Agar diperoleh laba bersih yang

sesuai dengan jumlah yang diinginkan, maka perencanaan dan pengendalian menjadi

hal yang sangat penting dilakukan oleh pihak manajemen (Fahmi, 2011).

Perusahaan yang berada pada pertumbuhan penjualan yang tinggi

membutuhkan dukungan modal yang semakin besar, demikian juga sebaliknya, pada

perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah kebutuhan terhadap

modal juga semakin kecil. Tetapi, jika dana dari sumber intern sudah tidak

mencukupi, maka tidak ada pilihan lain bagi perusahaan untuk menggunakan dana

yang berasal dari luar perusahaan, baik utang maupun dengan mengeluarkan saham

baru. Perusahaan yang besar cenderung memiliki sumber permodalan yang lebih

banyak dan memiliki kemungkinan untuk bangkrut yang lebih kecil, sehingga lebih

mampu untuk memenuhi kewajiban finansialnya. Dengan kata lain, perusahaan besar

cenderung memiliki utang atau menggunakan dana eksternal dalam jumlah yang lebih

besar (Fahmi, 2011).

Menurut Riyanto (2008), suatu perusahaan yang besar yang sahamnya tersebar

sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang
kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya pengendalian dari pihak yang

dominan terhadap perusahaan bersangkutan. Dengan demikian, maka perusahaan

yang besar akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan

untuk membiayai pertumbuhan yang didasarkan pada penjualan, dibandingkan

dengan perusahaan yang kecil. Brigham dan Houston (2006) mengemukakan bahwa

ukuran perusahaan yaitu rata–rata total aset bersih untuk tahun yang bersangkutan

sampai beberapa tahun. Sesuai dengan teori legitimasi yaitu semakin besar suatu

perusahaan,maka semakin besar pula tanggung jawabnya terhadap lingkungan sekitar

sehingga perusahaan dipandang mampu melakukan carbon emission disclosure.

H2 : ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap carbon

emission disclosure.

Profitabilitas

Menurut Kasmir (2008), rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan

ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba

yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Pada dasarnya penggunaan

rasio ini yakni menunjukkan tingkat efesiensi suatu perusahaan. Profitability ratio

merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2010).

Rasio ini mengungkapkan kemampuan perusahaan dalam melakukan pengurangan

emisi karbon. Dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan

yang terdaftar di BEI digunakan Return On Equity (ROE), karena ROE mengukur

kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham


perusahaan dalam bentuk penyertaan modal sendiri yang ditanamkan oleh pemegang

saham.

Return On Equity sering juga dinamakan rentabilitas usaha adalah

perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu

pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba dilain pihak (Riyanto,

2008). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah

kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk

menghasilkan keuntungan. Menurut Sawir (2005) rentabilitas modal sendiri (ROE)

adalah untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola aktiva

yang dikuasainya untuk menghasilkan berbagai income. Menurut Tandelilin (2001)

rasio ROE bisa dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah equitas

perusahaan. Rasio yang dipergunakan oleh investor guna melihat tingkat

pengembalian terhadap modal yang mereka tanamkan disebut juga dengan rentabilitas

modal sendiri atau Return On Equity (ROE). Kesimpulan dari pengertian ROE adalah

untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan investor di suatu

perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang diisyaratkan

oleh investor, yaitu dengan menggunakan rasio return on equity (ROE). Perusahaan

dengan kemampuan kinerja keuangan yang baik, semakin besar memiliki kemampuan

untuk mengurangi emisi dari aktivitas perusahaan mereka. Contohnya dengan

penggantian mesin baru yang lebih ramah lingkungan dan melakukan aksi tanam

pohon untuk mengurangi CO2.

H3 : Profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap carbon emission

disclosure.

Total Assets Turnover


Menurut (Sawir 2005) mengemukakan bahwa rasio perputaran total aktiva

(total assets turnover) menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan

dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan

bersih (Net Sales) yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam

bentuk harta perusahaan. Jika perputarannya lambat, ini menunjukkan bahwa aktiva

yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual. Menurut

Djarwanto (2004: 203), rasio total assets turnover bertujuan untuk mengukur

pendayagunaan aktiva usaha (Operating Asset) yakni apakah misalnya terjadi

kecederungan kelebihan investasi dalam aktiva dalam kaitannya dengan volume

penjualan yang dicapai. Pada umumnya semakin tinggi perputaran aktiva, semakin

efisien penggunaan aktiva tersebut. Perputaran total Aktiva (total assets turnover)

merupakan rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar

efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya yang berupa asset.

Semakin tinggi efisien penggunaan assets maka semakin cepat pengembalian dana

dalam bentuk kas (Abdul, 2007).

Total assets turnover sendiri merupakan rasio antara penjualan dengan total

aktiva yang mengukur efisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan. Apabila rasio

rendah itu merupakan indikasi bahwa perusahaan beroperasi pada volume yang

memadai bagi kapsitas investasinya. Sedangkan menurut (Weston dan Brigham,

1995) total assets turnover merupakan rasio pengelolaan aktiva terakhir, mengukur

perputaran atau pemanfaatan dari semua aktiva perusahaan. Apabila perusahaan tidak

menghasilkan volume usaha yang cukup untuk ukuran investasi sebesar total

aktivanya, penjualan harus ditingkatkan. Beberapa aktiva harus dijual, atau gabungan

dari langkah-langkah tersebut harus segera dilakukan. Apabila dalam menganalisis

rasio ini selama beberapa periode menunjukkan suatu trend yang cenderung
meningkat, memberikan gambaran bahwa semakin efisien penggunaan aktiva

sehingga meningkat (Sawir, 2005). Sedangkan Total Assets Turnover dipengaruhi

oleh besar kecilnya penjualan dan total aktiva, baik lancar maupun aktiva tetap.

Karena itu, Total Assets Turnover dapat diperbesar dengan menambah aktiva pada

satu sisi dan pada sisi lain diusahakan agar penjualan dapat meningkat relatif lebih

besar dari peningkatan aktiva atau dengan mengurangi penjualan disertai dengan

pengurangan relatif terhadap aktiva (Leunupun, 2003). Total assets turnover yang

tinggi menandakan kemampuan perusahaan mempunyai tingkat efisiensi yang tinggi,

sehingga cenderung mempunyai laba yang tinggi yang dapat digunakan untuk

melakukan carbon emission disclosure.

H4 : Total assets turnover berpengaruh secara signifikan terhadap carbon

emission disclosure.

METODA PENELITIAN

Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu 2011 hingga 2013. Pemilihan

sampel dengan menggunakan metoda purposive judgement sampling dengan tujuan

mendapatkan sampel yang representatif.

Jenis data dan Variabel Penelitian

Data yang digunakan merupakan data sekunder berupa laporan tahunan dan

laporan keuangan perusahaan. Data yang digunakan merupakan laporan tahunan

perusahaan manufaktur yang berupa total kewajiban, total aset, laba setelah pajak,

total ekuitas, total penjualan, dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011

sampai dengan tahun 2013.


Variabel terikat

Carbon Emission Disclosure dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

beberapa item yang diadopsi dari penelitian Jannah dan Muid (2014) berdasarkan

penelitian Choi et al. (2013). Untuk mengukur sejauh mana pengungkapan karbon,

Choi et al. mengembangkan checklist berdasarkan lembar permintaan informasi yang

diberikan oleh Carbon Disclosure Project (CDP). CDP adalah sebuah organisasi non-

profit independen yang memegang volume terbesar informasi perubahan iklim

(Climate Change) di dunia, yaitu lebih dari 3.000 organisasi di 60 negara.

TEKNIK ANALISIS

Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi binary logit dengan

menggunakan software Eviews 7. Adapun model yang akan diestimasi adalah sebagai

berikut:

Log (P / 1 – p) = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e

Keterangan:

P : Probability perusahaan yang melaporkan carbon emission disclosure.

X1 : Variabel independen yaitu leverage.

X2 : Variabel independen yaitu ukuran perusahaan .

X3 : Variabel independen yaitu profitabilitas.

X4 : Variabel independen yaitu total assets turnover.

e : error

II. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Analisis
Hasil olahan regresi binary logit menunjukkan bahwa variabel leverage,

ukuran perusahaan, profitabilitas, dan total assets turnover jika diuji secara bersama-

sama memiliki pengaruh signifikan terhadap carbon emission disclosure. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai probability (F-statistic) yang kurang dari 0,05.

Pembahasan

Pada hasil uji statistik di atas menunjukkan bahwa leverage berpengaruh

terhadap carbon emission disclosure. Hal ini mendukung teori stakeholder bahwa

pada dasarnya stakeholder dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan untuk

mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan perusahaan.

Ketika stakeholder mengendalikan sumber ekonomi yang penting bagi perusahaan,

maka perusahaan akan bereaksi dengan cara-cara yang memuaskan keinginan

stakeholder. Terkait dengan pengungkapan emisi karbon, perusahaan memanage

stakeholder terkait dengan biaya termasuk pengurangan emisi karbon. Hal ini

menunjukkan bahwa Leverage dapat berimplikasi pada keuangan suatu perusahaan.

Perusahaan yang high-leverage akan lebih berhati-hati dalam mengambil tindakan

yang menyangkut pengeluaran-pengeluaran termasuk tindakan pencegahan dan

pengurangan karbon.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh

terhadap carbon emission disclosure. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan

oleh Freedman dan Jaggi (2005) dan Lorenzo et al. (2009) yang menyatakan bahwa,

perusahaan besar memiliki tekanan yang lebih besar dari masalah lingkungan

sehingga mereka cenderung untuk meningkatkan respon terhadap lingkungan.

Perusahaan besar lebih didorong untuk memberikan pengungkapan sukarela yang

berkualitas untuk mendapatkan legitimasi. Perusahaan yang besar diharapkan dapat


memberikan lebih banyak tentang carbon emission disclosure secara sukarela. Hasil

ini sejalan dengan penelitian Jannah dan Muid (2014) yang menyatakan bahwa

ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap Carbon Emission

Disclosure.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Choi et al. (2013) yang

menyatakan bahwa perusahaan dengan kondisi keuangan yang baik mampu

membayar sumber daya tambahan manusia atau keuangan yang dibutuhkan untuk

pelaporan sukarela dan pengungkapan emisi karbon yang lebih baik untuk menahan

tekanan eksternal. Dugaannya adalah karena perusahaan manufaktur belum memiliki

kewajiban untuk melakukan carbon emission disclosure karena yang memiliki

kewajiban untuk melaporkan carbon emission disclosure adalah perusahaan

pertambangan dan perhutanan. Sedangkan total assets turnover juga tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap penungkapan emisi karbon. Semakin besar

nilai rasio total assets turnover perusahaan, maka semakin tinggi tingkat efisiensi

perusahaan dalam pengunaan aktivanya. Dugaannya semakin tinggi efisiensi

menunjukan perusahaan dapat mengoptimalkan sumber daya terkait aset sehingga

Carbon Emission Disclosure dirasa tidak diperlukan untuk diungkapkan.

III. KESIMPULAN

Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian diatas maka simpulan

yang dapat disimpulkan yaitu leverage dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh

secara signifikan terhadap carbon emission disclosure. Untuk profitabilitas dan total

perputaran aset tidak berpengaruh secara signifikan terhadap carbon emission

disclosure.

Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu peneliti menganggap perusahaan telah

melakukan carbon emission apabila terdapat salah satu point yang terdapat di

checklist sehingga perlu dilihat secara lebih luas lagi mana perusahaan yang hanya

melakukan salah satu point dan mana yang melakukannya lebih dari satu point.

Saran

Atas dasar simpulan yang telah dikemukakan di atas, dapat diberikan beberapa

saran yang diharapkan dapat berguna dalam penelitian yang akan datang yaitu

variabel yang signifikan dan dapat digunakan sebagai dasar dalam carbon emission

disclosure adalah variabel leverage dan ukuran perusahaan dan dalam melakukan

carbon emission disclosure, perusahaan perlu memperhatikan variabel leverage dan

ukuran perusahaan. Sampel peneliti dapat mengambil sector lain selain perusahaan

manufaktur, yaitu perusahaan pertambangan atau perhutanan.

Anda mungkin juga menyukai