Anda di halaman 1dari 5

Biografi Mohammad Roem

Nama Lengkap : Mohammad Roem


Tempat, Tanggal Lahir : Desa klewongan, Parakan, Temanggu Jawa Tengah, pada tanggal 16 Mei 1908
Agama : Islam
Nama panggilan : Roem
Nama Orang Tua : dulkarnaen Joyosasmito (ayah) dan Siti Tarbiyah (ibu)
Nama Istri : Markisah Dahlia, menikah pada tahun 1932
Nama Anak : Anak pertama laki laki bernama Roemoso
Anak kedua perempuan bernama Rumeisa

Pendidikan : Mohammad Roem termasuk bagian kecil dari anak-anak jawa yang beruntung. Ketika ia
masuk pendidikan bersamaan dengan dilaksanakannya kebijaksanaan baru penjajah belanda yang lebih
memperhatikan bumi Putra. Kritik kaum sosialisme dan kaum etisi Belanda yang mulai dilancarkan sejak
tahun1891, telah mendorong lahirnya kebijaksanaan baru program pemerintah belanda tentang hindia.
Pada bulan januari 1901, di depan parlemen, ratu Wil Helmina mengumumkan tujuan utama pemerintah
jajahan dimasa mendatang untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat. Dikatakan bahwa, bangsa Belanda
telah berhutang budi kepada rakyat Hindia, karean eksploitasi yang dilaksanakan sebelumnya telah
memberi keuntungan besar kepada belanda. Dengan pwerubahan kebijaksanaan ini, perlahan-lahan
pemerintah Hindia belanda memperluas kesempatan bagi anak indonesia golongan atas untuk mengikuti
pendidikan tingkat dasar yang berbahasa belanda. Mohammad Roem tersebut sebagai salah satu anak
dari anak-anak Hindia belanda yang mendapatkan kesempatan menuai pendidikan.Sewaktu kecil
Mohammad Roem tinggal bersama orang tua di parakan. Ia sekolah pada sekolah rakyat biasa ( Volks
school ). Kemudian Mohammad Roem masuk ke Hollandsch Inland Sche School ( HIS ). Mohammad
Roem dapat masuk ke HIS karena ayahnya seorang kepala desa. Waktu itu bagi orang yang mau masuk
HIS harus memenuhi persyaratan tertentu yang harus anak pegawai negeri, atau yang lain disertai
sponsor yang menjaminnya. Ia masuk HIS ditanggung. Waktu kelas tiga, Mohammad Roem dipindahkan
ke pekalongan, disana ia tinggal bersama kakak perempuannya yang tertua, Muti’ah, istri bapak
Ranuharjo. Ranuharjo semula ia guru sekolah di desa parakan dimana Muti’ah menjadi muridnya.
Perkenalan itu berkembang sampai membawa merka ke jenjang perkawinan. Sebagai pegawai pegadaian
tugasnya berpindah-pindah hingga sampai dipekalongan.

Tahun 1924 Mohammad Roem menamatkan sekolah HIS di Pekalongan dan pada tahun yang sama ia
juga lulus ujian masuk di Stopia ( Scool Tar Opleding Voor Indies Che Arta – sekolah untuk mendidik
dokter pribumi ) sebagai kesempatan yang terakhir, karena setelah itu tidak dibuka lagi. Keberhasilan
masuk Stovia mempunyai kebanggan sendiri bagi Mohammad Roem, disamping ia mendapatkan
pendidikan yang lebih tinggi juga akan melicinkan wawasannya dalam berbagai aktifitas. Di jakarta ia
dapat bergaul dengan teman-temannya dari berbagai daerah. Ia bergaul dengan tokoh seperti Hos Cokro
Aminoto, haji Agus Salim, dan dari keduanya, Mohammad Roem banyak belajar tentang
politik,keagamaan,dan masalah-masalah lainnya.Pendidikian di Stovia itu berlangsung selama 10 tahun.
Stopia dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian persiapan selama 3 tahun.Sehingga, setelah dipendidikan
10 tahun yang bisa menjadi Indische Arts ( dokter jawa ), kemudian untuk meneruskannya telah dibuka
sekolah baru di NIAS ( Nedrlad Sch Indische Artsen School ) yang berdomisili di Surabaya yang dibuka
pada tahun 1927Antara tahun 1924 sampai tahun 1927 Mohammad Roem menyelesaikan pelajaran
sebagai persiapan di Stovia. Kemudian tahun 1927, ia mendapatkan kesempatan untuk meneruskan
pendidikan di Nias di Surabaya atau di AMS ( Algemen Miidlbare School di jakarta ). Mohammad Roem
memilih untuk masuk ke AMS, di gedung kebangkitan nasional sekarang dan tinggal di asrama Jan
Vietrs Joon Coen Stichting jalan guntur jakarta, di gedung korps polisi militer sekarang. Murid-murid
hampir semuanya mendapakan beasiswa dari pemerintah, termasuk di dalamnya Mohammad Roem.

Antara tahun 1930-1932 Mohammad Roem lulus dari AMS dan meneruskan ke GHS (Geneskundige
Hoge School) atau sekolah tinggi kedokteran di jalan salemba. Tetpai selama dua kali ujian GHS, tidak
pernah berhasil lulus. Ujian pertama gagal, uian ke dua pun gagal.Karena itu Mohammad Roem berhenti
menjadi mahasiswa GHS dan beristrahat selama 2 tahun. Waktu tidak sekolah itulah ia giat dalam Partai
Serikat Islam Indonesia (PSII), disamping aktifitasnya di JIB. Karena itu, Mohammad Roem dari
mahasiswa GHS dan beristirahat selama 2 tahun.Mohammad Roem mengikuti ke gagalan dalam GHS,
karena kesibukan yang ia lakukan dalam organisasi juga dalam keluarga.

Pada tahun 1932, ia menikah dengan Markisah Dahlia di malang, seorang juga beraktivis Nativij
(Nasionale Indonesische Padvinderij). Selama tidak sekolah ia memanfaatkan waktunya untuk belajar
ilmu-ilmuagama dengan Haji Agus Salim yang menjadi guru para pelajar dan mahasiswa yang tergabung
dalam JIB (Jong Islamieten Bond). Metode belajar yang diterapkan adalah dengan cara membaca
majalah, surat kabar, buku-buku ke agamaan, maupun diskusi-diskusi yang diselenggrakan oleh JIB.
Mohammad Roem mengakui bahwa doktrin dan ajaran yang diberikan oleh Haji Agus Salim sangat
berarti baginya, terutama yang terkait erat dengan persoalan agama islam10. Mula-mula islam dipelajari
secara apologis, yaitu membela diri dari serangan-serangan luar. Sementara ada anggapan terhadap
agamanya, tidak dapat menghindarkan diri dari persamaan rendah diri sebagai orang islam. Seolah-olah
agama islam memiliki nilai yang rendah dan tidak peka terhaap fenomenal rasa senasib dan seperjuangan
yang masih terbelakang, sehingga agama islam diklem sebagai terbelakang, karena pemeliknya adalah
orang yang masih terbelakang dan primitif yang jauh dari nilai-nilai modern atau kehidupan modern.

Hasil dari belajar agama islam itu maka pemuda yang tergabung dalam JIB tidak malu lagi menjadi orang
islam, justru merka bangga dan yakin sepenuh hati bahwa ajran islam yang dipelajari itu telah
memberikanpedoman yang baik dalam menghadapi dunia modern. Tidak lagi membela diri ketika
diserang, tetapi mempelajari islam secara langsung dan mencari tau artinya. Tidak lagi peduli dengan
komentar dan pembicara orang lain yang menunjukan sikap ketidaksukaan terhadap mereka. Dengan
demikian, maka sikap kepercayaan diri menjadi besar bahwa apa yang merka pelajari itu adalah sebuah
ilmu kebaikan yang diajarkan dalam islam. Setelah Mohammad Roem diterima di RHS (Recht Hoge
School atau sekolah tinggi hukum) ia aktif dalam SIS (Studenten Islam Studi Club atau perkumpulan
Mahasiswa Untuk Stadi Islam). Mohammad Roem dapat menyelesaikan studinya di RHS pada tahun
1939 dengan meraih titel Mr.

Peran : 1. Perundingan dan Penandatanganan linggarjati (1946)


Perundingan Linggarjati diselenggarakan dibukit Linggarjati sebuah kota kecil yang terletak
disebelah Selatan Kota Cirebon Jawa Barat. Perundingan ini berlangsung pada tanggal 10-15 November
1946. Perundingan Linggarjati Membahasa masalah usul Belanda untuk mengakui secara de facto
kekuasaan pemerintah Republik Indonesia di Pulau Jawa, Madura dan Sumatera, Persetujuan Gencatan
Senjata kedua negara, pembicaraan mengenai konsep Uni IndonesiaBelanda, dan Naskah Komisaris
Jenderal. Pada tanggal 15 Maret 1946 naskah persetujuan Linggarjati disetujui oleh pihak-pihak yang
terkait antara lain Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. Isi perundingan tersebut memuat tujuh belas
pasal dengan pokok-pokoknya sebagai berikut:
1. Belanda mengakui secara de facto RI dengan wilayah kekuasaannya meliputi Sumatra, Jawa, Madura.
Belanda sudah harus meninggalkan daerah de facto paling lambat pada tanggal 1 Januari 1949.
2. RI dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indoneia Serikat dengan nama Republik
Indonesia Serikat (RIS), yang salah satu negara bagiannya adalah RI.
3. RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Yuliana selaku ketuanya
(Irawan, 2008:12).
Sebagai anggota delegasi RI yang ikut berperan di Linggarjati Mohammad Roem dengan tegas
mengemukakan Republik Indonesia untuk tidak menjadikan daerah tersebut dibawah pimpinan Belanda
dan Mohammad Roem berusaha menjadikan Republik Indonesia khusus daerah Jawa, Madura dan
Sumatera mendapat pengakuan de facto oleh Belanda.

2. Perundingan dan Penandatanganan Renville (1947)


Perundingan antara kedua delegasi diatas Kapal Renville dimulai pada 8 Desember 1947 dan
berakhir pada 17 Januari 1948 yang ditandai penandatanganan persetujuan Renville. Isi persetujuan
Renville tersebut pada pokoknya berisi:
1. Belanda tetap berdaulat atas seluruh Indonesia, sampai kedaulatan diserahkan kepada RIS (Republik
Indonesia Serikat) yang segera dibentuk.
2. Sebelum RIS dibentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagian dari kekuasaanya kepada suatu
pemerintah federal sementara
3. RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat akan menjadi peserta sejajar dengan Kerajaan Belanda
dalam Uni Nederland-Indonesia, dengan Raja Belanda sebagai kepalanya
4. RI akan merupakan negara bagian dari RIS
5. Mengadakan pemilihan umum untuk membentuk Dewan Konstitusi RIS (Iin Nur Insaniwati, 2002:71).

Peran Mohammad Roem sebagai anggota delegasi RI sebagai catatan keikutsertaan Mohammad Roem
dalam perundingan Renville bukan atas nama pribadi seperti halnya dalam perundingan Linggarjati,
melainkan atas nama partai Masyumi. Dengan demikian, dalam Kabinet Amir Sjarifuddin II (11
November 1947-29 Januari 1948). Mohammad Roem duduk sebagai menteri dalam negeri dan turut serta
sebagai anggota delegasi RI dalam perundingan Renville.

3. Perundingan dan Penandatanganan Roem-Royen (1949)


Mohammad Roem ditunjuk oleh Kabinet Hatta sebagai ketua delegasi RI dalam menghadapi
utusan-utusan Belanda terutama dalam rangka pengembalian pemerintah RI ke Yogyakarta. Mohammad
Roem berpendapat bahwa persetujuan yang dibuatnya membuka pintu yang lebar bagi Indonesia untuk
terus memperjuangkan kepentingannya. Ia menyarankan kepada rekan-rekannya untuk tidak melihat
suatu persetujuan sebagai final. Karena perjuangan belum berakhir, sebab menurut Mohammad Roem
perjuangan tidak akan selesai. Tetapi kembalinya pemerintahan ke Yogyakarta akan menuju kepada
pengakuan dari segenap dunia terhadap eksistensi RI. Dengan pengakuan internasional kedudukan RI
bertambah kuat dalam perundingan dengan pihak Belanda. Sebagai ketua Delegasi Republik Indonesia,
Mohammad Roem diberi kuasa oleh Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta untuk
menyatakan kesanggupan mereka pribadi sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan tertanggal 28 Januari
1949 dan petunjuk-petunjuk tertanggal 23 Maret 1949 untuk memudahkan tercapainya:
1. Pengeluaran perintah kepada pengikut Republik Indonesia yang bersenjata untuk menghentikan perang
gerilya
2. Bekerja sama dalam hal mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan keamanan dan
3. Turut serta pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag dengan maksud untuk mempercepat
penyerahan kedaulatan yang sungguh dan lengkap kepada negara Indonesia Serikat, dengan tidak
bersyarat.

Sementara itu, Delegasi Belanda (Hal yang diucapkan oleh Dr.Van Royen)
1. Delegasi Belanda diberi kekuasaan untuk meyatakan bahwa berhubungan dengan kesanggupan yang
baru saja diucapkan oleh Mr. Mohammad Roem ia menyetujui kembalinya pemerintahan RI ke
Yogyakarta. Delegasi Belanda selanjutnya menyetujui pembentukan sebuah panitia bersama di bawah
pengawasan UNCI (United Nations Committee on Indonesia) dengan tujuan:
 Mengadakan penyelidikan dan persiapan yang perlu sebelum kembalinya Pemerintahan RI ke
Yogyakarta.
 Mempelajari dan memberi nasehat tentang tindakan-tindakan yang akan diambil untuk
melaksanakan penghentian perang gerilya dan kerja sama dalam mengembalikan perdamaian
serta menjaga keamanan dan ketertiban.
2. Pemerintah Belanda setuju bahwa pemerintah RI harus bebas dan leluasa melakukan tugasnya dalam
wilayah yang meliputi seluruh karesidenan Yogyakarta,
3. Pemerintah Belanda membebaskan tidak bersyarat para pemimpin RI dan tahanan politik lainnya, yang
tertangkap sejak 17 Desember 1948,
4. Dengan tidak mengurangi hak bagian-bagian bangsa dan Negara untuk menentukan nasipnya sendiri
sebagai yang diakui dalam asas-asas Persetujuan Linggarjati dan Persetujuan Renville.
5. Pemerintahan Belanda menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai satu Negara yang nantinya akan
duduk dalam Negara Indonesia Serikat.
6. Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag akan diadakan secepatnya setelah pemerintah RI
kembali berfungsi di Yogyakarta
7. Kerja sama dalam hal mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan keamanan.

4. Perundingan Konferensi Meja Bundar Penyerahan dan Pengakuan Kedaulatan Indonesia


(1949)
Roem-Royen tercapai pada 7 Mei 1949 pada gilirannya mampu membuka jalan bagi RI untuk
ikut serta dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) dengan kedudukan yang semakin kuat. KMB yang
berlangsung antara 23 Agustus-2 November 1949 dibuka dengan resmi oleh perdana Menteri Belanda
Dr. Willem Dress. Peserta KMB adalah delegasi dengan susunan seperti sudah disebutkan diatas,
delegasi BOF yang diketuai Sutan Hamid II, delegasi Belanda dengan Mr. Van Maarseveen sebagai
ketuanya dan UNCI yang waktu pembukaan KMB diketuai oleh Merle Cohran dari Amerika Serikat
dengan wewenang”membantu perundingan-perundingan di KMB” dalam hal ini antara RI dan BOF telah
terdapat pendirian yang sepaham sehingga dalam konferensi tersebut delegasi RI hanya berhadapan
dengan delegasi Belanda. Hasil-hasil keputusan KMB antara lain mengenai:
1. Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada RIS pada akhir bulan Desember 1949,
2. Indonesia kemudian akan mendirikan RI serikat, dengan Ir. Soekarno sebagai Presiden Pertama,
3. Masalah Irian Barat akan diselesaikan setahun setelah penyerahan kedaulatan
Mohammad Roem percaya bahwa Indonesia akan bertindak lebih baik dalam perundingan-
perundingan Meja Bundar apabilah UNCI secara keseluruhan bertindak sebagai mediator. Mohammad
Roem berpandangan apabilah Cohran diterima secara pribadi (bukan sebagai wakil UNCI) dalam
penyelesaian utang piutang maka dikhawatirkan Uni Soviet akan memanfaatkan situasi tersebut untuk
memblokir keanggotaan Republik yang masih baru dalam PBB. Pandangan Mohammad Roem itu
terbukti ketika Uni Soviet menolak

5. Pengakuan Dunia Internasional Terhadap Negara Republik Indonesia


Mohammad Roem sebagai salah satu anggota delegasi RI dengan tegas mengemukakan Republik
Indonesia untuk tidak menjadikan daerah tersebut dibawah pimpinan Belanda dan Mohammad Roem
berusaha menjadikan Republik Indonesia khusus daerah Jawa, Sumatera mendapat pengakuan de facto
oleh Belanda. Pada tanggal 15 Maret 1946 naskah persetujuan Linggarjati disetujui oleh pihak-pihak
yang terkait antara lain Amerika Serikat, Inggris, dan Australia, dan pengakuan dunia Internasional
terhadap Negara Republik Indonesia seperti Liga Arab, yaitu Mesir, Syria, Trans Yordania, Saudi Arabia,
Libanon, Palestina, Yaman, Afganistan, Burma, dan Uni Soviet, Perdana Menteri Attlee yang
memutuskan Belanda mengakui secara de facto RI dengan wilayah kekuasaannya meliputi Sumatra,
Jawa, Madura, RI dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat dengan
nama Republik Indonesia Serikat (RIS)
Jasa : Jasa-jasa Mohammad Roem adalah kontribusinya sebagai seorang pejuang kemerdekaan Indonesia
dan diplomat. Ia terlibat dalam berbagai peran penting selama periode perjuangan kemerdekaan
Indonesia, termasuk sebagai perwakilan Indonesia dalam perundingan-perundingan internasional.
Beberapa pencapaian dan jasa-jasanya meliputi:

 Perwakilan dalam Perundingan Linggarjati: Mohammad Roem menjadi salah satu perwakilan
Indonesia dalam perundingan Linggarjati (1947) yang mengatur hubungan antara Indonesia dan
Belanda. Perundingan ini penting dalam perjalanan menuju kemerdekaan Indonesia.
 Perundingan Renville: Ia juga terlibat dalam perundingan Renville (1948) yang mengatur
gencatan senjata antara Indonesia dan Belanda setelah Agresi Militer Belanda I.
 Kontribusi Diplomatik: Mohammad Roem terkenal sebagai seorang diplomat yang
berpengalaman dan berkomitmen untuk membela kedaulatan Indonesia di forum internasional. Ia
telah mewakili Indonesia dalam berbagai kesempatan internasional.
 Peran dalam Pembentukan ASEAN: Ia juga terlibat dalam upaya pembentukan ASEAN
(Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara) pada tahun 1967, yang merupakan organisasi regional
penting di Asia Tenggara.
Wafat : Jakarta, 24 September 1983 , pada umur 75 tahun
Penghargaan dari Pemerintah : Hasil perjuangan dalam bidang politik yang dilakukan Mohammad Roem
merupakan usahanya dalam mempertahankan kedaulatan negara RI. Hasil dari usahanya ini diakui telah
membuka jalan ke perundingan selanjutnya yaitu KMB, yang pada kesempatan itulah pada akhirnya
Indonesia memperoleh kedaulatannya. Keberhasilan Mohammad Roem dalam bidang politik ini dapat
ditunjukkan dengan terciptanya suatu pernyataan yang dikenal dengan Pernyataan Roem Royen (Roem-
Royen Statements). Apa yang dicapai Mohammad Roem dalam pernyataan itu merupakan puncak
perjuangannya dalam bidang diplomatik. Hasil karya diplomat tersebut yakni suatu pernyataan van
Royen dan Mohammad Roem merupakan dokumen bersejarah yang penting bagi kelanjutan tegaknya RI.
Dengan demikian dokumen Roem Royen menempati kedudukan yang khas yang dikenal di seluruh
dunia. Ini pula yang telah menempatkan Mohammad Roem dalam deretan nama-nama diplomat dunia
dengan hasil karya yang senafas dengan sebutan nama pribadi. Dari latar belakang terjadinya
perundingan sampai realisasi pernyataan Mohammad Roem, terlihat bahwa Mohammad Roem dengan
dukungan dari berbagai pihak telah mencapai puncak perjuangannya dalam bidang diplomatik. Dari
keruntuhan yang begitu rupa. dan pemimpin-pemimpin RI yang terpencar-pencar, serta hampir seluruh
wilayah RI diduduki oleh Belanda, Mohammad Roem dapat menciptakan kemenangan. Pertama,
kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta. Kedua, diadakannya KMB yang pada akhirnya menghasilkan
pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda.

Anda mungkin juga menyukai