Anda di halaman 1dari 22

SIlahkan melanjutkan menyusun Artikel dengan topik

1. Apakah yang disebut GHA Matahari

2. Apakah yang disebut GHA Aries

3. Bagaimana terjadinya perubahan GHA Matahari dan GHA Aries

4. Bagaimana mengidentifikasi tabulasi SHA, GHA, dan deklinasi (dan koreksi 'd' dan V) di Nautical
Almanac untuk semua benda langit

5. Apakah yang di sebut GMT ( Grenwich Mean Time)

MENGHITUNG LHA MATAHARI DAN DECLINATION

Apa yang yang disebut L.H.A ? … kepanjangan L.H.A adalah Local Hour Angle.

Secara penjelasan saya artinya sudut local jam matahari. Local artinya posisi di Bujur mana di bumi
ini anda mengadakan pengamatan terhadap sebuah object benda angkasa.
Jadi sudut Local artinya sudut dari posisi Bujur anda sendiri yang melakukan pengamatan terhadap
benda angkasa tersebut.

Contoh anda silahkan berdiri di tempat terbuka menghadap lah ke utara, kemudian sekarang letak
matahari ada di mana?? ok.. matahari di sebelah kanan anda atau di timur. Rupanya masih pagi hari
baru terbit matahari nya. Berarti sudut lokal nya kira-kira 270°. Kemudian matahari perlahan – lahan
bergerak terus ke atas (begerak ke barat) maka itu sama artinya sudut lokal matahari akan bergerak
trus naik dari 270° 271° 272° 273° 274° 275° 276° 277° 278° 279°…. dan seterus nya hingga 360° atau
000° berarti matahari berada tepat tegak lurus di atas kepala anda. Kemudian matahari akan
bergerak perlahan terus ke barat maka sudut lokal nya akan begerak turun seperti ini 358°
359° 360° 001° 002° 003°…. dan seterus sampai ke 090° matahari mulai tenggelam di keremangan
langit barat waktu nya mulai memasuki malam hari.

Jadi logika nya seperti itu. Setelah anda memahami itu maka akan lebih mudah men-definisikan apa
itu L.H.A. Saya mundur sedikit kebelakang menengok istilah yang lain yaitu GHA.

Jadi G.H.A sama artinya juga dengan simulasi untuk LHA tadi. Beda nya, pengamat itu ada nya di
Greenwicth sebuah tempat di ingris sebagai tempat permulaan patokan perhitungan Astronomi.
Karena di Greenwicht maka di sebutlah GHA ( Greenwicht Hour Angle) dan GHA ini sudah di hitung
oleh para ahli astronomi dan di cetak dalam buku yang di sebut Nautical Almanac untuk memenuhi
kebutuhan para pelaut.

Nah kalo begitu, jika kita sudah di beritahu GHA matahari dalam Nautical Almanac pada setiap
detik,menit, jam, dan hari selama 365 hari dalam satu tahun kalender, maka beban seorang mualim
sudah ringan dalam upaya untuk mendapatkan true azimuth. Anda hanya di mintah untuk
mengkonversi G.H.A ke local, posisi bujur dimana anda melakukan pengamatan dan hasil nya anda
sebut L.H.A
Maka definisi saya LHA itu adalah penjumlahan GHA + Bujur pengamat. itu saja hasil nya di sebut
L.H.A

Tetapi tentu pelaksanaan penjumlahan nya mengikuti sebuah prosedur. Seperti contoh ku di bawa
ini.

Anda perlu melihat beberapa data data disini kita butuhkan.

Date : 23 – JUL- 2010

Time : 09h 36m 40s UTC (utc atau GMT sama saja maksud nya)

Position : Lat: 02° 31.20′ N Long: 101° 30.00′ E (Malacca Strait)

Atau seperti gambar.

Atau dengan cara yang lain silahkan pilih mana yang lebih enak di pakai.

GHA Dec d corr


° ′ ° ′

Daily page July 2010 23d 09h 313° 22.6′ 20° 03.6′ N 0.5′
Increments for ( 36m 40s ) 9° 10.0′ N.A

d correction for ( 36m ) 0.5′ N.A (-) 0.3

Sum GHA and Dec For July 2010 23days 322° 32.6′ 20° 03.3′ N
09hours 36minutes 40second

Longitude / Bujur East (+) atau (-) West +101° 30.0′ E

L.H.A Matahari 424° 02.6′

Karena L.H.A tidak lebih dari 360° maka harus di (-) 360°
jumlahkan 360° kita beri (-) Untuk bujur E,
dan (+) untuk bujur W

Maka L.H.A adalah: 64° 02.6′

Dari bagan di atas saya uraikan bagaimana penjabaran dari G.H.A hingga mendapat L.H.A.

Di bagian sebelah kanan atau tengah, disitu kolom Declination. Sekarang, anda perlu pahami tentang
apa itu Declinasi setelah suda paham baru definisi nya bisa anda pakai bahasa sendiri. Janganlah
bingung dengan defenisi dalam buku pelajaran anda atau versi buku di sekolah anda. Disana,
mungkin bahasa nya sedik tinggi kalo kita masih kelas pemula artinya butuh penjelasan lebih jauh
untuk dipahami dgn pengertian ala tingkat mahir.. .

Mari kita simak dengan penjelasan singkat.

Penjelasan:

Kolom Daily Page:

Buka di Nautical Almanac pada bulan July 2010 23d 09h pada kolom SUN, Lihat Gambar Daily GHA
& Dec Sun. ( disana anda temukan 313° 22.6′ ) betul ? lalu di catat.

kemudian, pada row tersebut ke arah kanan akan anda temukan 20° 03.6 N, betul ? ini lah yang di
sebut deklinasi. catat.

Pada tahap ini juga sekalian di lihat perubahan deklinasi per/jam di paling bawa sekali dari halaman
almanak, akan anda temukan (d 0.5) betul? dicatat.
Gambar Daily GHA & Dec Sun

Increments dan d correction

Sekarang, anda harus berpindah halaman pada nautical almanac, cari di halaman pertengahan
hingga akhir buku akan anda temukan bagian dengan judul INCREMENTS AND CORRECTIONS. Lihat
Gambar

llihat pada Menit 36` dan detik ke 40` anda akan temukan 9° 10.0′ betul ? catat. kemudian pada
halaman tersebut juga lihat pada kolom d corr, lihat pada nilai d 0.5 pada row tersebut ke arah
kanan akan anda dapati 0.3 betul? inilah nilai koreksi deklinasi, catat.
Gambar INCREMENTS AND CORRECTIONS TABLE

Sum GHA and Dec For July 2010 23days 09hours 36minutes 40second

Pada kolom ini, anda sudah mendapat GHA yaitu 322° 32.6′ maka untuk mendapatkan L.H.A
adalah tambahkan lah Bujur anda 101° 30.00′ E

Pada bagan tersebut di atas saya beri (+) ini karena Bujur East. Tapi, apabila Bujur anda adalah
West maka, harus di beri (-) maka apabilah di jumlahkan maka hasil seperti bagan saya di atas LHA
= 424° 02.6′ betul? sampai disini belum selesai karena, (dikatakan selesai apabila LHA anda di
antara 000° – 360°)

LHA yang kita dapat lebih dari 360°, maka kita kurang 360°

Atau dengan kepanjangan ilustrasi kita harus jumlahkan dengan 360° juga. Tapi, tanda nya (-)
karena bujur kita di East.

dan apabila ada berada di bujur West anda mungkin tidak mengalami LHA lebih dari 360°, tetapi
anda mungkin mengalami minus hasil dari (GHA-Bujur) maka,

tentu anda harus jumlahkan 360°

Atau dengan kepanjangan ilustrasi kita harus jumlahkan dengan 360° juga, dan tanda nya tentulah
(+) karena bujur kita di West memperjelas penulisan saya akan (-)360°

maka selanjut nya seperti ini

L.H.A = 424° 02.6′

Multiples of 360 = (-) 360° +

L.H.A = 64° 02.6′

nah sampai disini baru selesai perhitungan LHA.

Maka hasil perhitungan LHA dan Deklinasi, kemudian Lintang di dapat dari GPS adalah seperti ini:

L.H.A = 64° 02.6′ ( dibulatkan jadi 64° saja)

Latitude = 02° 31.20′ N ( dibulatkan jadi 03° )

Declination = 20° 03.3′ N ( dibulatkan jadi 20° )


Ketiga pentolan inilah yang saya sebut kunci untuk mendapatkan True Azimut Matahari baik
menggunakan calculator degan rumus anda masing2, atau menggunakan “Nories Nautical Tables”
atau pun “DIP” Daftar Ilmu Pelayaran.

Langit ketika diamati mirip sebuah kubah raksasa yang didalamnya terdapat benda-
benda langit seperti bumi, bulan, matahari, dan bintang yang seolah-olah menempel pada
kubah tersebut. Kubah inilah yang dinamakan bola langit (celestial sphere). Bola yang dilihat
hanyalah sebagian yang dibatasi oleh bidang atau lingkaran yang disebut horizon atau kaki
langit.
Sistem koordinat sudut jam adalah sebuah cara yang kita pakai ketika kita akan
menentukan sebuah tempat di bola langit. Lain halnya ketika kita akan mencari suatu tempat
pada bidang datar, kita bisa menggunakan koordinat x dan y untuk memetakan dimana
tempat tersebut. Hal ini terjadi dikarenakan dalam bola langit kita tidak memakai garis lurus
sebagaimana di permukaan yang datar. Dalam bola langit kita memakai garis lengkung
(busur) sesuai dengan bola langit.
Pada sistem ini terdapat dua lingkaran besar yang dijadikan sebagai patokan yaitu
lingkaran horizon dan lingkaran deklinasi. Dimana lingkaran horizon berkaitan dengan posisi
pengamat sedangkan lingkaran deklinasi tidak berkaitan dengan posisi pengamat.
Pemahaman terhadap materi sistem koordinat jam sangat penting, karena hal ini
berkaitan dengan materi-materi selanjutnya terkait masalah perhitungan waktu shalat, awal
bulan kamariah, gerhana matahari dan bulan, dan yang lainnya. Sehingga dengan
dipahaminya materi ini akan lebih memberikan pemahaman seputar materi-materi ilmu falak
secara eksplisit dan komprehensif.
B. Pembahasan
1. Khatulistiwa/Equator Langit
Equator langit atau ma’dil al-nahar merupakan lingkaran besar pada bola langit yang
merupakan perluasan atau proyeksi dari khatulistiwa bumi (Nawawi, 2010: 11). P. Simamora
(1986: 11) menambahkan bahwa khatulistiwa langit adalah lingkaran besar yang bidangnya
melalui titk pusat bola langit dan tegak lurus pada sumbu langit.
Selamet Hambali (2011: 53) menyatakan bahwa:
Equator langit teratas diberi tanda E, sedangkan equator terbawah diberi tanda Q. Disamping
itu equator langit juga melewati titik B (barat) dan titik T (timur), sehingga sewaktu matahari
melintasi khatulistiwa maka matahari akan terbit tepatdi titik T dan terbenam tepat di titik B.
1
Posisi equator langit dengan vertical tidak menentu. Suatu ketika berhimpit, kemudian
pada saat yang lain membentuk sudut. Equator langit berhimpit dengan lingkaran vertikal
ketika orang (peninjau) berada di daerah khatulistiwa bumi (garis lintang 0º).
Besar sudut yang di bentuk oleh equator langit dengan lingkaran vertikal dinyatakan
dengan jarak ZE. Besarnya ZE ditentukan oleh besarnya garis lintang . Sehingga kalau garis
lintangnya 10º maka ZE pun 10º.

Gambar; 1.
Keterangan:
Z = Zenith
E = Equator Langit
EQ = Garis Khatulistiwa Langit
EBQT = Lingkaran Equator Langit

2. Sumbu Langit
Sumbu langit seperti yang di ungkapkan oleh Simamora (1986: 11) adalah sumbu
tempat berputar bola langit. Jadi ketika sumbu bumi di perpanjang akan membentuk sumbu
langit atau poros langit. Atau juga bisa dikatakan bahwa sumbu bumi atau poros langit
merupakan garis yang menghubungkan kutub utara bumi dengan kutub selatan bumi
(Hambali, 2011: 61). Sumbu langit atau poros langit tegak lurus dengan equator langit atau
khatulistiwa langit atau ma’dil al-nahar.

3. Tingggi Kutub
Tinggi kutub adalah sudut di atas ufuk yang dibentuk oleh kutub langit dengan ufuk
dan besar kecilnya sudut tersebut ditentukan oleh besar kecilnya lintang tempat. ( Hambali,
2011: 61). Dengan kata lain bahwa tinggi kutub adalah lintang tempat.
Gambar; 2.
Keterangan:
TK (tinggi kutub) = LT (Lintang tempat)
Sumbu langit = garis yang menghubungkan titik KLU dengan KLS
Tinggi kutub = jarak titik KLS dengan titik S yang besarnya sama dengan ZE

4. Lingkaran waktu
Setiap benda langit yang berada di sekitar bumi akan tampak berjalan dari timur
kearah barat dengan tegak lurus terhadap poros bumi atau poros langit. Benda-benda langit
ini berputar mengelilingi bumi dan membentuk sebuah lingkaran besar yang dinamakan
dengan lingkaran waktu atau lingkaran deklinasi atau lingkaran jam. Lingkaran ini melalui
titik KLU dan KLS. Dinamai dengan lingkaran waktu dikarenakan benda langit yang ada
pada satu lingkaran waktu akan mencapai titik kulminasi atas pada waktu yang sama pula.
(Hambali, 2011: 63).
Fungsi dari lingkaran waktu ini adalah untuk mengukur deklinasi (al-mayl) sebuah
benda langit. Kita ketahui bahwa deklinasi (al-mayl) sebuah benda langit adalah jarak sudut
dari benda tersebut ke lingkaran equator yang diukur melalui lingkaran waktu yang melalui
benda langit tersebut. (Azhari, 2007: 27).
Abd Salam Nawawi (2010: 11) menyatakan bahwa “ lingkaran deklinasi adalah
lingkaran yang ditarik dari kedua kutub langit dan memotong tegak lurus equator”. Hal
senada di ungkapkan juga oleh Muhyiddin Khazin, (2005: 20) bahwa lingkaran deklinasi
ialah lingkaran yang ditarik dari kutub utara langit ke kutub selatan langit melalui suatu
benda langit, tegak lurus pada lingkaran equator langit. Lingkaran ini digunakan untuk
pengukuran deklinasi suatu benda langit, yakni diukur sepanjang lingkaran deklinasi dari
equator langit sampai suatu benda langit tersebut.
Simamora, P., (1985: 12) menyebutkan bahwa:
Lingkaran deklinasi bersamaan sifatnya dengan lingkaran vertikal pada susunan koordinat
horizon. Perbedaannya ialah:
a. Lingkaran vertikal bergaris menengahkan garis vertikal dan tegak lurus pada horizon.
b. Lingkaran deklinasi bergaris menengahkan sumbu langit dan tegak lurus pada ekuator langit.

5. Lingkaran Meridian Langit


Lingkaran meridian pada dasarnya adalah merupakan lingkaran waktu, hanya saja ia
mempunyai keistimewaan, yaitu melalui titik zenith dan nadir. Maskufa (2010:62)
memberikan pengertian bahwa meridian langit atau biasa disebut meridian saja, yaitu:
Meridian adalah lingkaran besar yang melalui zenith dan kutub bola langit, ia biasanya
digambarkan berimpit dengan bidang gambar selain memuat titik zenith dan titik nadir juga
memuat kutub utara langit, kutub selatan langit, titik utara dan titik selatan. Bila pengamat
berada di bagian belahan bumi bagian utara, maka kutub utara langit berada di atas ufuk dan
kutub selatan berada di bawah ufuk, dan sebaliknya apabila pengamat berada di belahan bumi
bagian selatan,maka kutub utara langit berada di bawah ufuk dan kutub selatan langit berada
di atas ufuk. Jika matahari sedang berkulminasi maka kedudukan titik pusatnya berada tepat
di meridian.

Sedangkan P. Simamora (1985: 11) menyatakan bahwa Meridian langit suatu tempat
ialah bidang yang melalui pusat bumi, terletak tegak lurus pada horizon dan melalui
Zenit/Nadir tempat itu, kedua kutub utara/selatan langit dan kedua titik utara/selatan. Secara
singkat A.Jamil (2009: 8) menyatakan bahwa meridian adalah lingkaran vertikal yang
berhimpit dengan bidang gambar dan tegak lurus pada horizon.

Gambar; 4.
Keterangan :
X diumpamakan sebuah bintang. Lingkaran yang melewati titik KLU dan KLS merupakan
lingkaran waktu bintang X. lingkaran meridian adalah lingkaran yang melalui titik KLS, Z, E,
U, KLS KLU, N, Q, dan S.

6. Sudut Waktu
Pada saat matahari berkulminasi, lingkaran deklinasinya berhimpit dengan lingkaran
meridian. Kedua lingkaran tersebut berpotongan dan membentuk sudut pada kutub langit
yang dinamakan dengan sudut waktu.Lambangnya huruf t. ( Nawawi, 2006:15). Dimsiki
Hadi menyatakan (2009: 44) bahwa sudut waktu atau sudut jam suatu benda langit adalah
pergeseran sudut posisi di arah barat atau timur meridian setempat yang merupakan akibat
perputaran bumi pada sumbunya dengan kecepatan sudut 15º per jam.
Sudut waktu itu dinamakan demikian, karena untuk semua benda langit yang terletak
pada lingkaran waktu yang sama berlaku kaidah: bahwa jarak waktu yang memisahkan
mereka dari kedudukan mereka pada saat berkulminasi adalah sama. Dengan perkataan lain,
benda-benda langit yang terletak pada lingkaran waktu yang sama akan berkulminasi pada
saat yang sama pula. Besarnya sudut waktu menunjukkan berapa jumlah waktu yang
memisahkan benda langit yang bersangkutan dari kedudukannya sewaktu berkulminasi.
(Rachim, 1983: 7)
Slamet Hambali, (2011: 64) menyatakan bahwa perhitungan sudut waktu dimulai dari
meridian atas dan berakhir pada meridian bawah. sehingga waktu terbagi menjadi dua
bagian,yaitu waktu di belahan langit bagian barat dan waktu belahan langit bagian timur.Di
belahan barat sudut waktu positif, sebaliknya di bagian timur sudut waktu negatif.Sudut
waktu positif berkisar antara 0˚ sampai 180˚, demikian juga sudut waktu negatif berkisar
antara 0˚ sampai 180˚. Jumlah kedua sudut waktu seluruhnya adalah sebesar 360˚, yang
ditempuh oleh matahari selama 24 jam. Dengan demikian maka dapat di simpulkan bahwa;
= 15˚
= 1˚
= 15̍
= 1̍

Gambar; 5.
Sudut waktu pada gambar 5, adalah sudut yang di bentuk oleh lingkaran waktu
bintang X dengan meridian yaitu sudut EOK.

7. Sudut Deklinasi
Slamet Hambali (2011: 63) menyatakan bahwa Jarak yang dibentuk lintasan matahari
dengan khatulistiwa dinamakan deklinasi. Deklinasi suatu benda langit adalah jarak sudut
dari benda langit tersebut ke lingkaran ekuator yang diukur melalui lingkaran waktu atau
lingkaran deklinasi yang melalui benda langit tersebut diawali dari titk perpotongan antara
lingkaran waktu itu dengan ekuator hingga titik pusat benda langit itu. (Azhari,2001 : 33).
Sudut deklinasi setiap benda langit adalah sudut antara sinar dari benda langit yang
mengenai bumi dengan bidang ekuator. Hadi (2009:48). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa sudut deklinasi adalah sudut yang diukur dari benda langit sampai ekuator melalui
lingkaran waktu. Ketika posisi benda langit tepat berada pada lingkaran ekuator/
khatulistiawa, maka harga deklinasinya 0º. Harga deklinasi yang terbesar yang dicapai oleh
suatu benda langit adalah 90 º yaitu manakala benda langit tersebut persis berada pada titik
kutub langit.(Azhari, 2001 : 33).
Pada saat matahari melintasi khatulistiwa deklinasinya 0˚. Hal ini terjadi sekitar
tanggal 21 Maret dan tanggal 23 September. Setelah matahari melintasi khatulistiwa pada
tanggal 21 Maret matahai bergeser ke utara hingga mencapai garis balik utara (deklinasi +23˚
27̍) sekitar tanggal 21 Juni,kemudian kembali bergeser ke arah selatan sampai pada equator
lagi sekitar tanggal 23 September, setelah itu terus menuju ke arah selatan hingga mencapai
titik balik selatan (deklinasi -23˚ 27̍) sekitar tanggal 22 Desember, kemudian kembali ke arah
utara hingga mencapai katulistiwa lagi sekitar tanggal 21 Maret. Demikian seterusnya.
(Hambali, 2011: 55)
Gambar; 6.
Keterangan:
Sudut deklinasi adalah sudut yang dibentuk oleh sudut KOX, dimana X adalah sebuah
bintang.
Agar lebih jelas dapat dilihat pada daftar deklinasi dibawah ini dengan angka
pembulatan yang berlaku untuk setiap tahun.

Tanggal Deklinasi Matahari Tanggal


22 Desember -23˚ 30’ 22 Desember
21 Januari -20˚ 22 November
08 Februari -15˚ 03 November
23 Februari -10˚ 20 Oktober
08 Maret -5˚ 06 Oktober
21 Maret 0˚ 23 September
04 April +5˚ 10 September
16 April +10˚ 28 Agustus
01 Mei +15˚ 12 Agustus
23 Mei +20˚ 24 Juli
21 Juni +23˚ 30’ 21 Juni

Namun untuk lebih lengkapnya deklinasi dapat dilihat dalam tabel pada almanak
Nautika atau ephemeris untuk markaz yang akan dihitung sesuai dengan perkiraan waktu
yang telah ditetapkan. Pada daftar ephemeris untuk data matahari disusun daftar deklinasi
untuk setiap tanggal dan setiap jam pada kolom Apperent Declinatioan pada data matahari.
(Supriatna, 2007: 25)

8. Waktu Hakiki/Waktu Istiwak


Waktu Istiwa’i atau waktu hakiki atau waktu syamsi adalah waktu yang didasarkan
pada peredaran semu matahari yang sebenarnya. Ketika matahari berkulminasi atas pada jam
12 siang di tempat itu. Waktu Istiwa’ ini dalam astronomi dikenal dengan Solar Time.
(Khazin, 2005: 90)
Oleh karena waktu hakiki didasarkan pada titik kulminasi ,maka satu tempat dengan
yang lain menurut arah barat timur waktunya berbeda walaupun didalam satu kota, apalagi
berlainan kota. Pada saat mataari berkulminasiatas, (12.00.00) sudut waktu adalah = 0˚.
Dengan demikian perubahan sudut waktu menentukan berubahnya waktu hakiki.(Hambali,
2011: 81)

Rumus dan Contoh Perhitungan


1. Sudut waktu
Rumus:
cos t = - tg ϕ x tg d + sin h : cos ϕ : cos d
contoh:
diketahui Lintang tempat ϕ = - 6˚ 53” LS
deklinasi matahari δ = + 6˚54’ 14”
tinggi matahari = -1˚
maka, perhitungan sudut waktu adalah:
cos t = -tan- 6˚ 53” x tan 6˚54’ 14” + sin-1˚ : cos - 6˚ 53”: cos 6˚54’ 14” cos t = -
3.090690108
t = 90˚10’37,5”
2. Sudut deklinasi
Rumus untuk menghitung deklinasi matahari ada berbagai macam. Berikut ini rumus yang
ditemukan Cooper dan Fletcher.
Cooper I : δ = 23.45˚ sin [ 360˚ x ]
Cooper II: δ = 23.45˚ sin [ (N-81)]
Cooper III : δ = sin ( (N-81))]
Fletcher I : δ = -23.44˚ cos (360˚ (N+10) : 365)
Fletcher II: δ = -23.44˚ sin (360˚ (N+284) : 365)
N = menyatakan nomor urut hari dalam satu tahun
Bulan N tanggal Tanggal N -δ (˚)
Januari O 17 17 -20,9
Februari 31 16 47 -13,0
Maret 59 16 75 -2,4
April 90 15 105 9,4
Mei 120 15 135 18,8
Juni 151 11 162 23,1
Juli 181 17 198 21,2
Agustus 212 16 228 13,5
September 243 15 258 2,2
Oktober 273 15 288 -9,6
November 304 14 318 -8,9
Desember 334 10 344 -23,0
Ket. Untuk tahun Kabisat, nilai N setelah Februari/ mulai Maret harus ditambah 1 karena
dalam tahun kabisat umur bulan Februari 29 hari dengan jumlah hari dalam setahun 366 hari.
Dengan demikian nilai sudut deklinasi berubah sedikit. Sedangkan untuk tahun basithah tidak
perlu ditambah karena bulan Februari berjumlah 28 dan jumlah hari 365.
Contoh Perhitungan:
a. Hitunglah besar sudut deklinasi matahari pada tanggal 15 April 2014!
nilai N untuk 15 Mei = 105; bila dimasukkan dalam rumus Cooper I
δ = 23.45˚ sin [ 360˚ x ]
= 9º24’53,62”

b. Hitunglah sudut deklinasi matahari pada tanggal 15 Mei 2014!


15 Mei nilai N= 135, bila dimasukkan dalam rumus Cooper I
δ = 23.45˚ sin [ 360˚ x ]
= 18º47’30,9”

3. Waktu hakiki
Waktu hakiki = pukul 12.00.00 + sudut waktu
a. Diketahui sudut waktu = 30˚
Waktu hakiki = pukul 12.00.00 + 30˚
= 12.00.00 + 2 j (15˚=1 j)
= 14.00.00
b. Diketahui sudut waktu = - 45˚
Waktu hakiki = pukul 12.00.00 + (-45˚)
= 12.00.00 - 45˚
= 12.00.00 – 3j
= 9.00.00
c. Diketahui sudut waktu = 130˚
Waktu hakiki = pukul 12.00 + 130˚
= pukul 12.00.00 +
= 12.00.00 + 8j 40m
= 20.40.00

Sistem Navigasi Astronomi:

Navigasi astronomi adalah suatu system penentuan posisi kapal melalui observasi benda
angkasa seperti matahari, bulan, bintang dan planet-planet (sayarat). Instrumen navigasi yang
digunakan adalah sextant, chronometer, dan kompas dengan perhitungan tabel-tabel serta almanak
nautika.

4.2.1.2. Definisi terkait dengan bulatan angkasa

Koordinat benda-benda angkasa pada bulatan angkasa dapat ditentukan dengan 3 (tiga) tata
koordinat yaitu : (1) tata koordinat horizon dengan argumentasi azimuth dan tinggi benda angkasa;
(2) tata koordinat katulistiwa dengan argumentasi sudut jam barat (LHA = Local hour angle) dan
zawal benda angkasa; (3) tata koordinat ekliptika dengan argumentasi lintang astronomis dan bujur
astronomis benda angkasa. Beberapa definisi terkait dengan tata koordinat angkasa adalah sebagai
berikut :

1. Bulatan angkasa adalah sebuah bulatan dimana planet bumi sebagai pusat, dengan radius
tertentu dan semua benda angkasa diproyeksikan padanya

2. Katulistiwa angkasa adalah sebuah lingkaran besar di angkasa yang tegak lurus terhadap
poros kutub utara dan kutub selatan angkasa.

3. Meridian angkasa adalah lingkaran tegak yang melalui titik utara dan titik selatan

4. Lingkaran deklinasi adalah sebuah busur yang menghubungkan kutub utara dan kutub
selatan angkasa melalui benda angkasa tersebut

5. Deklinasi (zawal) benda angkasa adalah sebagian busur lingkaran deklinasi, dihitung dari
katulistiwa angkasa ke arah utara atau selatan hingga benda angkasa tersebut

6. Azimut benda angkasa adalah sebagian busur cakrawala, dihitung dari titik utara atau
selatan sesuai lintang pengamat, ke arah barat atau timur sampai ke lingkaran tegak yang
melalui benda angkasa, diluar dari 00 sampai 1800.

7. Rambat lurus adalah sebagian busur katulistiwa angkasa, dihitung dari titik Aries ke arah
berlawanan dengan gerak harian maya, sampai ke titik kaki benda angkasa

8. Titik Aries adalah sebuah titik tetap di katulistiwa angkasa, dimana matahari berada pada
tanggal 21 Maret
9. Lingkaran vertikal pertama adalah lingkaran yang menghubungkan zenith dan nadir melalui
titik timur dan barat

10. Lintang astronomis adalah sebagian busur lingkaran lintang astronomis benda angkasa,
dihitung dari ekliptika hingga sampai ke benda angkasa

11. Bujur astronomis adalah sebagian busur lingkaran ekliptika, dihitung dari titik Aries dengan
arah yang sama terhadap peredaran tahunan matahari, sampai pada titik proyeksi benda
angkasa di ekliptika.

12. Greenwich Hour Angle (GHA) atau sudut jam barat Greenwich, adalah sebagian busur
katulistiwa angkasa diukur dari meridian angkasa Greenwich ke arah Barat sampai meridian
angkasa yang melalui benda angkasa, dihitung dari 00 sampai 3600.

13. Local Hour Angle (LHA) atau sudut jam barat setempat, adalah sebagian busur katulistiwa
angkasa diukur dari meridian angkasa pengamat ke arah Barat sampai meridian yang melalui
benda angkasa, dihitung dari 00 sampai 3600.

14. Siderial Hour Angle (SHA) atau sudut jam barat benda angkasa adalah sebagian busur
katulistiwa angkasa diukur dari titik Aries ke arah barat, sampai meridian yang melalui benda
angkasa, dihitung dari 00 sampai 3600.

Credit: Silvester

Gambar 13 : Bulatan angkasa dan koordinat angkasa dari sebuah bintang. Terlihat pengukuran busur
azimuth dan tinggi bintang diatas cakrawala (horizon)

4.2.1.3. Segitiga Paralaks

1. Segitiga paralaks adalah segitiga bola di angkasa yang memiliki titik-titik sudut sebagai
berikut :

 P adalah kutub yang terletak di atas cakrawala

 T adalah titik puncak si pengamat

 S adalah benda angkasa

1. Unsur-unsur segitiga paralaks dari sudut-sudut dan sisi-sisinya dinotasikan sebagai berikut :

 sisi-sisinya terdiri dari sisi PT = 900 – l; sisi PS 900 – z (merupakan jarak kutub); dan sisi TS =
900–ts (merupakan jarak puncak).

 Sudut-sudutnya terdiri dari sudut P (kutub angkasa) merupakan sudut jam; sudut T (zenith)
merupakan azimuth; dan sudut S (benda angkasa) merupakan sudut paralaks.

Credit: Silvester

Gambar 14 : Sebuah segitiga bola di angkasa

Keterangan gambar 14 : titik puncak pengamat atau zenith (T), kutub diatas cakrawala atau kutub
angkasa (P) dan benda angkasa (S) sebagai titik sudut dan sisi-sisinya PT (90o – l); PS (90o – z) dan sisi
TS (90o – ts)
Segitiga paralaks merupakan dasar yang dipakai untuk menghitung azimuth benda angkasa dan
menghitung titik tinggi/lintang/bujur. Rumus perhitungan titik tinggi menggunakan dasar posisi duga
untuk mendapatkan tinggi hitung (th), yang dijabarkan selisihnya dengan tinggi sejati (ts) dari benda
angkasa yang diukur tingginya dengan menggunakan sextant. Rumus ini ditemukan oleh Commander
Adolphe Laurent Anatole de Blonde de Saint Hilaire (French Navy, tahun 1875).

Rumus dasarnya :

Sin th = Cos (lt + z) – Cos lt . Cos z Sinv P

4.2.1.4. Penentuan Sudut Jam (LHA) Matahari

Koordinat-koordinat ini menjadi istilah baku yang dipakai dalam navigasi astronomi, baik dalam
penggunaan tabel-tabel, diagram maupun dalam almanak nautika. Lukisan bulatan angkasa yang ada
pada gambar 14 diatas berlaku bagi pengamat yang berada di lintang utara (karena kutub Utara
angkasa berada diatas titik utara)

Credit: Silvester

Gambar 15 : Diagram Sudut Jam Barat

Keterangan gambar 15 :

G = Meridian Greenwich

? = Matahari atau bintang/planet

γ = Aries

? = bulan

Dari diagram diatas dapat dijabarkan ke dalam rumus untuk matahari, bulan, planet/sayarat dan
bintang, sebagai berikut :

 LHA ? = GHA ? + Bujur Timur/Bujur Barat

 LHA ? = GHA ? + Bujur Timur/Bujur Barat


 LHA = GHA + Bujur Timur/Bujur Barat

 LHA * = GHA γ + SHA * + Bujur Timur/Bujur Barat

Dalam pengamatan bintang digunakan titik Aries (γ) sebagai titik tetap dan SHA * dihitung dari titik
tersebut karena perubahan SHA * tersebut tidak terlalu besar. Data bintang (*) di almanak nautika
hanya dicantumkan nilai SHA dan deklinasi setiap 3 (tiga) hari. Planet atau sayarat yang dipakai
dalam navigasi astronomi ada 4 (empat) yaitu Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus.

Karena dalam almanac nautika nilai GHA diberikan dalam derajat, maka bujur dari derajah yang
bersangkutan dapat segera diterapkan untuk mendapat LHA dalam suatu derajat. Bilamana jumlah
derajat lebih kecil dari 1800, maka sudut jam adalah barat dan bila nilai antara 1800 dan 3600 maka
sudut jam menjadi sudut jam timur dengan mengurangkan jumlah nilai yang didapat dari 360 0. Nilai
yang lebih besar dari 3600 akan dikurangi dahulu dengan 3600.

4.2.1.5. Rumus Dasar LHA (Local Hor Angle)

1. Rumus dasar untuk mencari LHA matahari, bulan, sayarat dan Aries, perlu diulangi lagi yaitu
sebagai berikut :

LHA = GHA +

Credit: Silvester

Gambar 16 : Ilustrasi irisan sudut jam barat, dan sudut jam Greenwich untuk matahari

Keterangan : Ku = Kutub Utara; GR = Greenwich; M = matahari; T = pengamat;

EQ/Kat = katulistiwa; BB = Bujur barat; BT = Bujur timur

LHA ? = GHA ? + BT

LHA ? = GHA ? - BB

1. Untuk bintang-bintang
LHA* = GHA γ + SHA * +

Untuk menghitung sudut jam barat bintang diperlukan sebuah titik tetap yaitu γ (Aries).

Sudut Jam Barat = sebagian busur katulistiwa angkasa dihitung dari titik Aries searah gerakan harian
maya sampai titik kaki bintang.

SHA * = 3600 – Rambat lurus *

Credit: Silvester

Gambar 17 : Ilustrasi irisan sudut jam barat, dan sudut jam Greenwich untuk bintang

Keterangan : Ku = Kutub Utara; GR = Greenwich; M = matahari; T = pengamat; γ = titik Aries

EQ/Kat = katulistiwa; BB = Bujur barat; BT = Bujur timur

LHA * = GHA γ + SHA * + BT

SHA * = Siderial Hour Angle sebuah bintang yaitu sudut yang diukur dari derajah Aries ke arah barat
sampai ke derajah bintang yang bersangkutan

SHA ialah sebuah bilangan untuk mencari GHA dengan perantaraan GHA ?

GHA ? = Greenwich Hour Angle Aries yaitu sudut yang diukur dari derajah Greenwich ke arah barat
sampai derajah ?

1. Perhitungan sudut jam (P)

Perhitungan sudut (P) benda angkasa merupakan salah satu argument yang digunakan di dalam
rumus titik tinggi. Nilai yang diperoleh dari LHA benda angkasa dengan tanda Timur atau Barat
seperti contoh sebagai berikut :

Misalnya : LHA 4000 B, maka P = 0400 B atau LHA = 3000 B, maka P = 0600 T

Credit: Silvester

Gambar 18 : Ilustrasi perhitungan sudut jam barat

Keterangan : Ku = Kutub Utara; GR = Greenwich; T = pengamat; P = Sudut jam

 GHA ? = 0100 BT =1000 ; LHA = 1000B; P = 1100 B


 GHA ? = 2000 BT =1000 ; LHA = 3000B; P = 0600 T

 GHA ? = 3200 BT =1000 ; LHA = 4200B; P = 0600 B

Hubungan antara LHA ? dan P

LHA ? antara 00 dan 1800, P = LHA ? = Barat

LHA ? antara 1800 dan 3600, P = 360 - LHA ? = Timur

LHA ? antara 3600 dan 5400, P = LHA ? – 3600 = Barat

LHA ? antara 5400 dan 7200, P = 7200 – LHA ? = Timur

Nilai GHA untuk tanggal dan jam GMT tertentu dapat dicari di dalam almanak nautika untuk tahun
yang bersangkutan. Jam bulatnya dicari pada halaman harian dibawah kolom “sun” dan untuk menit
serta detiknya dicari pada halaman increment juga pada kolom “sun”.

Perhitungan sudut jam bintang agak berbeda dengan perhitungan sudut jam matahari.

Karena jumlah bintang di langit ada sekian banyaknya, maka sebelum kita mengukur tinggi sebuah
bintang, namanya harus diketahui lebih dahulu.

Salah satu cara untuk menentukan nama bintang ialah dengan melihat rasinya. Kalau dengan
pengenalan rasi bintang agak sulit, nama bintang tadi dapat pula dicari dengan star finder &
identifier. Mula-mula dihitung dahulu LHA ?, kemudian dengan mencocokan LHA ? dan
menggunakan piringan untuk lintang yang terdekat dengan lintang duga, maka dengan unsur tinggi
dan azimuth, nama bintang tadi dapat diperoleh dengan mudah.

Contoh perhitungan sudut jam (P) untuk benda angkasa matahari, planet dan bintang

1. Untuk matahari

Pada tanggal 16 Januari 2018 di tempat duga 340 16’U/1750 18’T jam 09.00 waktu di kapal, diadakan
pengamatan matahari (?) pada ppw = 08-12-13; ddk pengukur waktu = + 01-25-16. Hitung P
matahari (?)

Jawab :

Waktu kapal = 09-00-00 (16 Jan) GHA ? = 1320 31’,7

BT (dlm waktu) = 11-41-12 - Incr = 90 22’,3

GMT duga = 21-18-48 (15 Jan) Bu T =1750 18’,0 +

Ppw = 08-12-13 LHA ? = 3170 12’,0

Duduk = 01-25-16 + P matahari (?) = 0420 48’,0 T

GMT = 09-37-29

= 21-37-29 (15 Jan)


2. Tentukan zawal matahari (declinatie) dan LHA dari matahari pada tanggal 12 Desember
2017, untuk derajah 158012’ T pada GMT 12-12-34.

Penjabarannya sebagai berikut : GMT : 12-21-34 ------- 12 Des 2018

GHA = 10 33’,0 zawal = 23006’,3 S

Incr = 5023’,5 + d=0,2 = 0’,1

GHA = 6056’,5 zawal= 23006’,4 S

Bujur Timur = 158012’,0

LHA = 165008’,5 diperoleh dari (158012’,0 + 6056’,5)

3. Tentukan zawal dan LHA matahari pada tanggal 4 Agustus 2018, untuk derajah 28039’,4 B
pada GMT : 4-27-31

Penjabarannya sebagai berikut : GMT : 04-27-31---------4 Agust 2018

GHA = 2380 28’,1 zawal = 17015’,7 U

Incr = 6052’,8 d=0,7 = -0’,3

GHA =245020’,9 zawal = 17015’,4 U

Bujur Barat = 28039’,4-

LHA = 216040’,5

= 143019’,5 diperoleh dari (3600 - 216040’,5 )

4. Untuk planet/sayarat

Pada tanggal 14 Pebruari 2018, tempat duga 20042’,0 U/1360 27’,0 T, jam 23.10 ZT diadakan
pengamatan planet Jupiter pada ppw 11-42-10; duduk pw = + 00-39-05.

Hitung : P planet Jupiter

Jawab :

ZT = 23-10-00 (14 Peb) GHA Jup = 940 07’,7

ZD = 09-00-00 - Incr = 50 18’,8

GMT duga = 14-10-00 (14 Peb) Bu T = 1360 27’,0

V cor =+ 0’,8 (v = 2,3)

Ppw = 11-42-10 LHA Jup = 235054’,3

Duduk = 00-39-05 + P Jup = 124005’,7 T

GMT = 12-21-15 (14 Peb)


4.2.1.6. Penentuan Sudut Jam (GHA) Bintang

Penentuan GHA dari bintang tidak dapat langsung dilaksanakan dari almanac nautika, karena
sulit untuk membuat GHA dari tiap-tiap bintang yang akan diamati mencari GHAnya seperti yang
sudah dilaksanakan untuk matahari. GHA Aries (γ) adalah sudut jam barat Aries terhadap
derajah Greenwich dan kedudukannya diberikan setiap jam GMT. Untuk menit dan detik GMT dapat
dicari di halaman belakang almanac nautika di halaman “increments and corrections” namun
perubahan setiap jamnya dari Aries tiap 150, seperti matahari, namun 15002’,5 per jam waktu
menengah.

Contoh menentukan GHA Aries

Untuk GMT : 09-12-32 tanggal 16 Juni 2018, kita peroleh GHA Aries sebagai berikut :

GHA = 39035’,0

Incr. = 3008’,5 +

GHA Aries = 42043’,5 -------------untuk Aries biasa ditulis GHA γ

Nilai yang dinamakan SHA (Siderial Hour Angle) sebetulnya adalah nilai sudut jam barat dari bintang
terhadap titik Aries.

Siderial Hour Angle dari bintang-bintang diartikan busur dari katulistiwa yang dihitung dari titik Aries
sejalan dengan pergerakan harian maya sampai dengan lingkaran zawal dari bintang tersebut
(perhatikan gambar 14).

Dalam halaman belakang almanak nautika, terdapat daftar dari 173 bintang serta SHA dan
zawalnya. Untuk memudahkan maka terdapat juga daftar bintang-bintang yang sering dipakai untuk
navigasi karena terang dan letaknya yang dapat dibaca di halaman-halaman harian dengan SHA dan
zawalnya (57 bintang). Selain itu dalam halaman almanac nautika juga terdapat sebuah halaman
lepas terbuat dari kertas tebal dengan nama bintang-bintang sesuai abjad. Magnitude bintang
artinya terangnya bintang dan untuk bintang yang terang magnitudenya lebih kecil.

Contoh untuk Sirius mag. -1,: Vega = 0,1.

Contoh perhitungan sudut jam (P) untuk benda angkasa bintang

1. Pada tanggal 7 Maret 2018 ditempat duga 140 12’ S – 0670 14’ B pada pkl. 22-15 (ZT)
diadakan pengamatan terhadap bintang BELLATRIX pada ppw = 02-57-18

duduk pada waktu itu adalah (-) 0.04.07

Hitunglah : Sudut Jam Bintang (P *) Bellatrix

Jawab :

ZT di kpl = 22-15-00 (7 Maret)

ZD = 04-00-00

GMT duga = 02-15-00 (8 Maret)

ppw = 02-57-18

ddk =(-)0-04-07 +
GMT = 02-53-11 (8/3)

GHA ? (02j) = 1950 43’,9

Incr. (53’11”) = 130 19’,9

SHA * = 278028’,6 +

GHA* = 4870 31’,4

BB = 0670 14’,0 -

LHA * = 4200 17’,4

P* = 0600 17’,4 B

2. Diminta LHA dan zawal dari bintang Deneb pada tanggal 12 Desember 2017, jam 01-32-18
GMT di bujur 121024’ Timur

Penjabarannya sebagai berikut :

GMT : 01-32-18-----------12 Desember 2017

GHA γ = 950 55’,5

Incr = 8005’,8

SHA * Deneb = 49029’,7 +

GHA Deneb = 153031’, 0

Bujur Timur = 121024

LHA * = 274055’,0

= 85005’,0 T (diperoleh dari 3600 - 274055’,0)

4. 2.1.7. Keseksamaan navigasi astronomi

Menurut Martopo ( 1992), seorang navigator di kapal harus mampu melayarkan kapalnya
sampai ke tempat tujuan dengan cepat dan aman. Kecermatan perhitungan dan pengamatan
ditunjang oleh kemampuan mengambil keputusan secara tepat waktu dan tepat sarana, merupakan
tuntutan terhadap kemampuan seorang perwira nautika.

1. Tingkat keseksamaan.

Dibandingkan dengan sistem navigasi yang lain, tingkat keseksamaan navigasi astronomi cukup
baik khususnya jika kapal berada jauh dari daratan. Pada sistem navigasi satelit yang dimulai
dari NNSS (Navi Navigation Satelite System) hingga GPS (Global Positioning System) posisi juga
diperoleh secara akurat, sebagai salah satu alternatip dalam penentuan posisi kapal di laut.
1. Pelatihan praktek

Menyadari sepenuhnya bahwa navigasi memerlukan banyak keterampilan praktik, maka


pengalaman berlayar sebagai perwira kapal pelayaran samudera selama sedikitnya lima tahun
mutlak diperlukan.

1. Kemungkinan kesalahan

Dalam observasi benda angkasa pada navigasi astronomi terdapat beberapa kemungkinan kesalahan
yang dapat mengakibatkan ketelitian posisi kapal berkurang.

 Systematic error

Kesalahan yang nilai dan tandanya sama untuk setiap observasi atau mempunyai prosentase yang
sama. Misalnya keslahan pribadinavigator, kesalahan menjabarkan koreksi indeks sextant dan
keslahan pada nilai ptlm (penundukan tepi langit maya)

 Random error

Kesalahan dengan nilai dan tanda yang berbeda untuk setiap observasi, misalnya kesalahan yang
dilakukan karena pembulatan pembacaan sextant, pembulatan pembacaan chronometer dan
pembulatan koreksi indeks sextant

 Blunder

Kesalahan cukup besar dan disebabkan oleh kekurangahlian (kemampuan teknis), misalnya salah
membaca tinggi ukur sextant, salah dalam mengitung dan salah membaca waktu pada chronometer.

Anda mungkin juga menyukai