Anda di halaman 1dari 18

UTS ASTROFISIKA

Dosen Pengampu : Dr. Arie Hermanto, Drs., S.U., M.Sc

Arta Bayti Bonita


19/448658/PPA/05741

PROGRAM STUDI S2 FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
GERAK LANGIT
Posisi sebuah benda langit dinyatakan dalam arah bukan jarak. Diperlukan suatu tata koordinat:
koordinat pada permukaan bola. Apabila memproyeksikan kutub-kutub bumi pada bola langit
maka akan diperoleh dua buah titik yang disebut Kutub Langit Utara (KLU) dan Kutub Langit
Selatan (KLS).

Dari ekuator, bintang tampak terbit tegak lurus di horizon timur dan terbenam di horizon barat.
Dari ekuator kita bias melihat semua bintang. Sedangkan garis khatulistiwa atau garis ekuator
adalah garis horizontal yang membelah bumi menjadi dua sama besar melalui pusat bumi 0°
(green wich) dan tegak lurus terhadap sumbu rotasi dari bumi (KU-KS).

➢ Konversi dari geografis ke koordinat bola (𝑟, 𝜃, 𝜑)

Sistem koordinat bola Tata koordinat sesuai persamaan bola


Posisi sebuah titik di muka bumi adalah 𝛽° BT dan 𝛼° LU. Lintang ke arah KU adalah lintang
utara berniali > 0° dan lintang kearah KS adalah lintang selatan bernilai < 0° dengan batas 0° s/d
90° untuk keduanya. Didalam ilmu fisika, sistem tata koordinat bumi secara geografis diubah ke
dalam koordinat bola (r, 𝜃, 𝜙), yaitu : Batas : 0 ≤ 𝜃 < 2𝜋 0 ≥ 𝜙 ≤ 𝜋
Geografi → bola Bola→ geografi

Jika sumbu x 0° Jika 𝜙 < 180°

BT 𝜙 = BT BT = 𝜙

𝜙 = 360° - BB 𝜙 > 180° maka BB = 360° - 𝜙

𝜃 = 90° - LU 𝜃 < 90° maka LU = 90° - 𝜃

𝜃 = 90° + LS 𝜃 > 90° maka LS = 90° + 𝜃


Jika bidang datar yang berpotongan tidak memalui pusat atau haya berpotongan garis meridian di 0°
maka akan menghasilkan lingkaran kecil dengan jari-jari kurang dari R. Pusat bumi O dan jari-jari R
(𝜌), berotasi dari barat ke timur mengakibatkan waktu timur semakin tinggi (WIB<WITA<WIT).
Bumi yang berputar mengakibatkan perbedaan waktu pada bagian belahan belahan bumi dari barat
ke timur.
Geografi → bola 0° s/d 180°BT → 𝛽° BT → 𝜙 = BT

0° s/d 180°BB → 𝛽° BB → 𝜙 = 360° - BB

𝛼° LU → 𝜃 = 90° - LU

𝛼° LU → 𝜃 = 90° + LS
Bola → geografi jika 𝜙 < 180° → 𝛽° = 𝜙 → 𝛽°BT
𝜙 > 180° → 𝛽° = 360° - 𝜙 → 𝛽°BB

𝜃 < 90° → 𝛼° = 90° - 𝜃 → 𝛼°LU

𝜃 > 90° → 𝛼° = 90° + 𝜃 → 𝛼°LS

WAKTU DALAM ASTRONOMI

Gambar 4. Pembagian bumi berdasarkan garis lintang

Garis lintang yang membentuk lingkaran utara terletak 23,5° LU disebut Lingkaran Balik Utara
sedangkan garis lintang yang membentuk lingkaran selatan terletak pada 23,5° LS disebut
Lingkaran Balik Selatan. Lingkaran Kutub Utara terletak pada 66,5° LU dan Lingkaran Kutub
Selatan terletak pada garis 66,5° LS. Lebar geografi itu sama dengan tinggi kutub langit, artinya bila
kutub langit diketahui maka lebar geografi atau lintang kota atau tempat diketahui juga. Tinggi kutub
adalah busur lengkung langit yang dihitung mulai dari titik kaki langit (horizon) sampai titik kutub,
baik utara maupun selatan.
• Local Sidereal Time (LST)

LST (waktu adalah waktu yang ditinjau berdasarkan peredaran bintang harian. LST dalam jam,
menit, detik :
360° = 24 jam ; 1°= 4 menit; 15°= 1 jam LST= AR + HA
Jika yang dilihat bintang Aries (AR=0) LST- HA = 0
Waktu bintang saat bintang Aries berakumulasi atas => jam : menit : detik => 00 : 00 : 00
LST = AR +HA
Nilai AR dari sebuah bintang sembarang. 360° dalam 360 hari sehingga untuk 1 hari sama dengan
matahari bergeser 1° dan 1° sama dengan 4 menit. Matahari bergerak dari Barat ke Timur yang
bergerak diantara bintang, sedangkan gerak bola langit yaitu dari Timur ke Barat. Waktu rerata
matahari lebih lambat 4 menit. Keadaan 1 hari waktu bintang adalah lebih pendek 4 menit dari pada 1
hari waktu matahari. Pada tanggal 23 September posisi AR matahari 180° sama dengan 12 jam yaitu
kondisi LMT=LST. Pada tanggal 24 September posisi AR matahari 180° +4 menit sehingga LST maju
4 menit. Ketika matahari berkulminasi atas : LMT => jam 12:00 dan LMS => jam 12:04

Local Mean Time (LMT)

LMT adalah waktu matahari local. Ketika matahari berakulminasi atas di suatu tempat, yaitu di
tempat dengan bujur berbeda (tidak berakumulasi atas). Ketika selisih bujur 𝛽° maka selisih waktu
𝛽 x 4 menit. Contoh :
A di 100° BT matahari berakumulasi atas. (HA = 0, jam = 12:00:0)

B di 101° BT matahari sudah lewat kulminasi atas. (HA = 4 menit, jam 12:04:00)

C di 99° BT matahari belum bekulminasi atas.HA = ((-) 4 menit, jam = 11:56:00)

Zona waktu selisih 15° = 1 jam dengan menganggap jam untuk semua yang di bumi adalah sama.
Ketika matahari berkulminasi atas yaitu pada saat tepat jam 12:00 (HA matahari +12jam). Lokal
artinya bergantung pada pengamat. Perbedaan bujur berpengaruh 1° bujur berbeda waktu 4 menit. Pada
saat selisih 15°, waktu dianggap berbeda 1 jam. Misalkan matahari posisi berkulminasi atas pada bujur
𝛽 BT => jam 12:00. Pada saat itu posisi bujur :
(𝛽 - 1) BT => jam 11:56, karena HA matahari = - 4 menit
(𝛽 + 1) BT => jam 12:04, karena HA matahari = + 4 menit
Penggunaan LMT sebagai zona waktu, dianggap tidak praktis. Posisi zona waktu : 0°
BT s/d 15° BT => jamnya dianggap sama
105° BT => zona +7jam dari greewich
105° BT s/d 120° BT => WIB
120° BT s/d 135° BT => WITA
135° BT s/d 150° BT => WIT

PERMODELAN BINTANG
Bintang adalah bola gas yang mana pusat dan daerah sekitarnya diproduksi oleh energy akibat reaksi
fisi (pada dasarnya 4 proton diubah menjadi 1 inti He menjadi 2 proton dan 2 neutron). Bintang tidak
berotasi adalah bintang bintang yang berotasi lambat dan rotasinya dapat diabaikan. Fusi
penggabungan :

411 𝐻 → 24𝐻𝑒 + 2 −10𝑒 + 𝛾


0
−1𝑒 adalah energy dalam bentuk sinar 𝛽
𝛾 adalah energy dalam bentuk sinar 𝛾
Berevolusi membentuk cahaya tampak dan dipancarkan kea lam semesta. Ada 4 proton saling bebas
terjadi reaksi fusi dan membentuk 2 proton dan 2 neutron yang terkuat lewat interaksi nuklir kuat.
4 mp > 2 mp + 2 mn
Terdapat selisih ∆𝑚 berubah jadi energy, yaitu :
𝐸 = ∆𝑚 𝑐2
Pada bola gas bekerja 2 gaya, yaitu :
1. Gaya gravitasi
2. Gaya akibat adanya tekanan dalam gas
Kedua gaya tersebut memiliki arah berlawanan dan sama besar, sehingga bintang punya ukuran R.
Kedua gaya tersebut harus merupakan sistem kesetimbangan yang stabil. Kesetimbangan akan tetap
dicapai walaupun diberi guncangan sedikit saja dan akan kembali ke keadaan semula.

Kondisi stabil Kondisi kembali menuju keadaan awal


Secara umum arah gaya seimbang terhadap permukaan. Arah gaya pada bidang datar adalah arah
garis lurus yang memiliki beberapa kemungkinan, yaitu :

2 kemungkinan arah gaya Banyak kemungkinan arah 2 kemungkinan terhadap garis


gaya normal
• Tiga persamaan dan tidak melibatkan suhu secara aktif dan suhu hanya tetapan.
• Besaran luminositas ➔ banyaknya energi yang menembus lapisan bintang persatuan waktu
satuannya watt L(r).
• Jika ditinjau lapisan permukaan bintang maka luminositas di permukaan bintang adalah L(r).
• Energynya inilah yang kita terima dalam bentuk cahaya tampak.

• Reaksi fusi pada daerah pusat bintang menghasilkan sinar gamma.


4𝑃 → 2𝑃 + 2𝑛 (proton saling bebas 2P+2n membentuk inti He)
411 𝐻 → 24𝐻𝑒 + 2 −10𝑒 + 𝛾

Dimana, 𝑚𝑝 > 𝑚𝑛
4𝑚𝑝 > 2𝑚𝑝 + 2𝑚𝑛
𝐸 = ∆𝑚. 𝑐2 ; ∆𝑚 = 4𝑚𝑝 + 𝑚𝐻𝑒
• Reaksi fusi realitanya sangat panjang dan berantai melibatkan inti-inti atom yang ringan yaitu :
C, N, O.
• Sinar gamma berjalan dari tempat terjadinya fusi sampai mencapai permukanan dan
memerlukan waktu 10 juta tahun dengan kecepatan C (kalau bebas).
• Ketika banyak yang mengalami tumbukan antara bintang-bintang atau dengan inti hydrogen
dan helium. Tumbukan-tumbukan ini melunakan sinar gamma (frekuensinya dan energinya
turun). Menjadi cahaya tampak dan cahaya tersebut digunakan untuk proses fotosintesis pada
tumbuhan. Energi yang digunakan untuk fotosistesis adalah : 𝐸 = ℎ 𝑓
• Produksi energy di dalam bintang dinyatakan dalam 𝜖(𝑟, 𝜌, 𝑇) energinya per-satuan massa dan
waktu yang diproduksi di r. energy E semakin tinggi jika 𝜌, 𝑇 semakin tinggi.
UAS ASTROFISIKA

Dosen Pengampu : Dr. Arie Hermanto, Drs., S.U., M.Sc

Arta Bayti Bonita


19/448658/PPA/05741

PROGRAM STUDI S2 FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
Jawaban No. 1
a. Jelaskan cara menentukan posisi benda langit berdasarkan koordinat azimuth-tinggi
bintang

Bujur horizon dimulai pada titik U yang disebut azimuth dan lintang horizon disebut elevasi
atau tinggi bintang. Pada sistem koordinat horizon terdiri dari :
˃ Zenith (Z), Nadir (N) : titik khayal pada bola langit tepat vertical di atas dan dibawah
pengamat yang berfungsi sebagai kutub.
˃ Altitude (Alt) : lintang atau jarak sudut benda langit dari lingkaran horizon

˃ Azimuth : 0° s/d 360°

˃ Horizon : lintang terbesar

http://menara62.com/2020/12/14/fenomena-equinox-tidak-perlu-dikhawatirkan/
https://docplayer.info/46238103-Tata-koordinat-benda-langit-kelompok-6-1-siti-nur-
khotimah-2-winda-yulia-sari-3-yoga- pratama.html

https://www.youtube.com/watch?v=3Rp3xQ1aTxw

Azimuth diukur dari titik utara kearah timur dari 0° sampai 360°. Sedangkan altitude
didefinisikan sebagai jarak sudut benda langit dari lingkaran horizon. Pada system koodinat
horizon rotasi bumi diterapkan. Oleh sebab itu, semua benda langit akan terbit di timur dan
tenggelam di barat. Bumi berotasi dari barat ke timur maka bola langit berotasi dari timur ke
barat dengan sumbu rotasi KLU dan KLS. Bintang-bintang (kecuali matahari) seolah-olah
menempel pada bola langit. Bujur horizon dimulai dari titik U disebut azimuth sedangkan
lintang horizon disebut elevasi atau tinggi bintang. Pengamat berada pada α° LU.
Sebenarnya bola langit pada pengamat berbeda dengan bola langit ekuatorial. Perbedaan
ini hanya bergeser pada R bumi saja maka dapat diabaikan. Wilayah yang hanya terlihat oleh
pengamat pada bidang horizon dapat dikatan berbentuk segitiga yang mengakibatkan arah
KLU terangkat sebesar α terhadap arah U. SUmber KLU dan KLS adalah sumbu rotasi harian
bumi.
Jika rotasi bumi ditiadakan maka transformasi system koordinat antara ascencio recta,
deklinasi dengan azimuth, elevasi adalah rotasi system koordinat. Jika rotasi bumi dihidupkan
maka azimuth dan tinggi bintang berubah secara periodic dalam ‘1 hari’. Sistem transformasi
koordinat yang digunakan adalah gabungan antara horizon dan ekuatorial.

b. Cara menetukan jarak antara dua tempat dipermukaan bumi dengan sistim koordinat
bola

Posisi sebuah titik di muka bumi adalah 𝛽° 𝐵𝑇, 𝛼° 𝐿𝑈. Lintang yang membagi bumi
menjadi dua bagian, yaitu

• Lintang Utara mulai dari khatulistiwa menuju Kutub Utara memiliki nilai sudut >0°.
• Lintang Selatan mulai dari khatulistiwa menuju Kutub Selatan memiliki nilai sudut <0°.

➢ Konversi dari geografis ke koordinat bola (𝑟, 𝜃, 𝜑)

Untuk sumbu x → 0° BT, maka 𝜑 = BT

𝜑 = 360° − 𝐵𝐵

𝜃 = 90° − 𝐿𝑈

𝜃 = 90° + 𝐿𝑆
Dengan : r = R = Jari-jari bumi dan 𝜃 = 0° - 180°

➢ Konversi dari koordinat bola ke geografis


𝜑 < 180° → 𝐵𝑇 = 𝜑

𝜑 > 180° → 𝐵𝐵 = 360° − 𝜑

𝜃 < 90° → 𝐿𝑈 = 90° − 𝜃

𝜃 > 90° → 𝐿𝑆 = 𝜃 − 90°

Langkah-langkah :
1) Konversi dari geografis ke koordinat bola
2) Konversi dari bola ke koordinat kartesian
𝑥 = 𝑟 sin 𝜃 cos 𝜑
𝑦 = 𝑟 sin 𝜃 sin 𝜑
𝑧 = 𝑟 cos 𝜃
𝑟1 = 𝑋1 𝑖̂ + 𝑌1 𝑗̂ + 𝑍1 𝑘̂
3) ⃗⃗⃗
𝑟2 = 𝑋2 𝑖̂ + 𝑌2 𝑗̂ + 𝑍2 𝑘̂
⃗⃗⃗
𝑟2 = |𝑟⃗⃗⃗1 ||𝑟⃗⃗⃗2 | cos 𝜃
𝑟1 . ⃗⃗⃗
⃗⃗⃗

𝑋1 𝑋2 + 𝑌1 𝑌 + 𝑍1 𝑍2 = √𝑋1 2 + 𝑌1 2 + 𝑍1 2 + 𝑋2 2 + 𝑌2 2 + 𝑍2 2

Dengan : d (jarak) = R𝜃 (dalam rad)

Persamaan bola

𝑥2 + 𝑦2 + 𝑧2 = 𝑅2

Persamaan bidang datar

𝐴𝑥 + 𝐵𝑦 + 𝐶𝑧 + 𝐷 = 0

Karena rotasi bumi berputar dari barat ke timur sehingga mengakibatkan waktu di timur semakin
tinggi dibandingkan dengan waktu di barat. Contoh pada pembagian waktu di wilayah Indonesia
terdapat 3 wilayah yaitu WIB (Waktu Indonesia Barat), WITA (Waktu Indonesia Tengah, dan
WIT (Waktu Indonesia Timur) seperti saat WIB pukul 10.00, WITA disaat yang sama pukul
11.00 dan WIT saat yang sama pukul 12.00.

Untuk mengubah koordinat geografik ke koordinat Bola dapat dilakukan dengan cara :
0° - 180° 𝐵𝑇 𝛽°𝐵𝑇 → 𝛽 = 𝜑

0° - 180° 𝐵𝐵 𝛽°𝐵𝐵 → 𝜑 = 360° − 𝛽

𝛼°𝐿𝑈 → 𝜃 = 90° − 𝛼

𝛼°𝐿𝑆 → 𝜃 = 90° + 𝛼

Untuk mengubah koordinat bola ke koordinat geografis dapat dilakukan dengan cara :

𝜑 < 180° → 𝛽 =𝜙 → 𝛽° 𝐵𝑇

𝜙 > 180° → 𝛽 = 360° − 𝜙 → 𝛽° 𝐵𝐵

𝜃 < 90° → 𝛼 = 90° − 𝜃 → 𝛼°𝐿𝑈

𝜃 > 90° → 𝛼 = 𝜃 − 90° → 𝛼°𝐿𝑆

Misal titik A = 135°BT 45°LU

titik B = 135°BT 45°LS

𝜋
Pembuktian jarak A-B = 2 R

1. Konversi ke koordinat bola

𝐴 = 𝜑1 = 1350

𝜑1 = 900 − 450 = 450

𝐵 = 𝜑2 = 1350

𝜑2 = 900 + 450 = 1350


2. Konversi ke koordinat kartesian

𝐴 → 𝑥1 = 𝑟 sin 𝜃 cos 𝜑

1 1 1
= 1. sin 450 . cos 1350 = 1. . (− )=−
√2 √2 2

𝑥1 = 𝑟 sin 𝜃 cos 𝜑

1 1 1
= 1. sin 450 . sin 1350 = 1. .( ) =
√2 √2 2

𝑧1 = 𝑟 cos 𝜃

1
= 1. sin 450 =
√2

𝐵 → 𝑥2 = 𝑟 sin 𝜃 cos 𝜑

1 1 1
= 1. sin 1350 . cos 450 = 1. (− ). =
√2 √2 2

𝑦2 = 𝑟 sin 𝜃 sin 𝜑

1 1 1
= 1. sin 1350 . sin 450 = 1. .( ) =
√2 √2 2

𝑧2 = 𝑟 cos 𝜃

1
= 1. cos 1350 = −
√2
1 1 1
Maka ⃗⃗⃗ 𝑟2 = |𝑟⃗⃗⃗1 ||𝑟⃗⃗⃗2| cos 𝛾 = 𝑋1 𝑋2 + 𝑌1 𝑌 + 𝑍1 𝑍2 = 4 + 4 − 2 = 0
𝑟1 . ⃗⃗⃗

0 = |𝑟⃗⃗⃗1 ||𝑟⃗⃗⃗2 | cos 𝛾 ; 0 = cos 𝛾 = 900


𝜋
Sehingga ̅̅̅̅
𝐴𝐵 = 𝑅 = 1,57 𝑅
2
c. Arti waktu bintang (Sinderis)
Waktu sideris adalah waktu yang diperlukan bumi untuk berotasi satu putaran waktu yang
diperlukan bintang mencapai meridian berikutnya yaitu waktu 23 jam 56 menit (selisih 4 menit).
Waktu sideris didasarkan pada kala rotasi bumi terhadap acuan bintang. Waktu sideris disebut
juga waktu sideris lokal (Local Sidareal Time) akan dihitung berdasarkan posisi dari titik Aries
di langit.

d. Cara menentukan posisi bulan secara fundamental

https://dhoniblog.wordpress.com/2011/04/18/sistem-koordinat-ekliptikal/
http://riskihasanfisika.blogspot.com/2015/05/laporanlab-viskositas_7.html

Orbit bulan dalam 1x putaran adalah sama dengan 30 hari. Posisi bulan dan matahari selalu
berubah. AR dan deklinasi bulan, nilainya berubah-ubah tiap hari. V𝜀 (Vernal equinox)
adalah titik potong antara ekliptika (bidang orbit matahari) dengan ekuator langit. V𝜀 adalah
titik acuan untuk menentukan AR (Ascentio Recta) yang diukur sepanjang ekuator langit kea
rah timur. Orbit bulan miring terhadap ekliptika sebesar sudut 𝑖 (±5°). Titik potong antara
orbit bulan dengan ekliptika bersudut 𝛺 terhadap V𝜀 sepanjang ekliptika. Bulan mengitari
bumi satu kali dalam 27,3 hari (posisi bulan terhadap bintang sesungguhnya disebut bulan
sidereal). Bulan kembali ke posisi semula terhadap matahari disebut bulan sinodis. Bulan
sinodis ini terjadi dalam 29,5 hari. Hal ini terjadi karena matahari lebih lambat di banding
bintang. Orbit bulan seperti halnya orbit bumi mengelilingi matahari berbentuk elips dengan
𝑒 (eksentisitas) sangat kecil maka lintasan hamper berbentuk lingkaran. Jarak bumi ke
matahari hamper tetap dengan menggunakan satuan SA (Satuan Astronomi) = AU
(Astronominal Unit). Kecepatan bulan seperti halnya matahari mengelilingi bumi hampir
tetap.
Matematika :
e. Cara menentukan posisi benda langit berdasarkan sistim koordinat asensio rekta-
deklinasi

Dalam koordinat ekuatorial digunakan beberapa parameter seperti:

• Deklinasi adalah jarak antara benda langit dengan proyeksinya pada lingkaran
khatulistiwa.
• Sudut jam adalah busur yang diukur dari meridianpengamat di sepanjang lintasan benda
langit kea rah barat hingga benda langit yang bersangkutan (seberapa jauh bintang
meninggalkan meridian pengamat)
• Asensiorekta adalah jarak busur antar titik aries dengan proyeksi benda langit pada
lingkaran ekuator langit.

Semua titik pada permukaan bumi terletak pada bola bumi r = Rbumi. Benda langit
memiliki r yang berbeda-beda namun saat diproyeksi pada permukaan bola langit semua
benda langit memiliki r yang sama dengan R langit. Hal ini sesuai dengan pengamatan
manusia di muka bumi. r masing-masing benda langit tidak dapat dibedakan karena R
langit hanya memiliki 𝜃 dan 𝜑. Akibatnya, 2 benda langit yang Nampak berdekatan
sebenarnya mungkin bias berjauhan (r-nya berbeda).
Sumbu langit KLU (Kutub Langit Utara), dan KLS (Kutub Langit Selatan) merupakan
perpanjangan sumbu bumi. Ekuator langit merupakan ekstensi dari ekuator bumi.

Pada system koordinat ekuatorial dianggap bahwa bumi tidak berotasi. Bintang-bintang tetap
di tempat, kecuali matahari karena bumi mengitari matahari sekali putar selama 1 tahun.
Jika dilihat dari bumi dapat dikatakan bahwa matahari mengitari bumi. dalam kenyataan
matahari mengitari bumi dalam lintasan elips, tapi proyeksinya di bola langit berbentuk
lingkaran dalam waktu 1 tahun. Lintasan elips bumi mengitari matahari terletak pada bidang
ekliptika. Hal demikian juga berlaku pada matahari mengitari bumi. Pada sumbu bumi
membentuk 23,5° terhadap normal bidang ekliptika.

(a) (b)

(a) ilustrasi revolusi bumi pada matahari pada bidang ekliptika,


(b) ilustrasi matahari dan bumi pada bidang ekliptika.

Pada 21 Maret lintasan matahari (ekliptika) berpotongan dengan ekuator langit.


Perpotongan ini disebut vernal equinox. Vernal equinox ditandai tepat pada rasi bintang
aries. Bujur langit disebut ascensio recta. Ascensio recta terlatak pada 0° sampai dengan
360° dari langit barat ke timur seperti arah bujur timur (BT) bumi. Deklinasi adalah
lintang langit memiliki 2 jenis yaitu

• 0° sampai dengan 90° → KLU (bernilai positif(+))


• 0° sampai dengan -90° → KLS (bernilai negatif(-))

Setiap bintang memiliki Ascensio recta (AR) dan deklinasi yang tetap, kecuali matahari.

Matahari memiliki gerak semu matahari dengan nilai AR dan deklinasi yang berbeda-
beda selama setahun, seperti pada tabel berikut

Tabel 1. Letak matahari selama setahun

Waktu AR Deklinasi
21 Maret 0° 0°
21 Juni 90° +23 ½ °
23 September 180° 0°
22 Desember 270° -23 ½ °
10
Deklinasi 1 Hari = 3

Pada bulan September menuju Maret merupakan kecepatan matahari yang paling cepat
karena bumi dan matahari letaknya dekat (perihelion).

Jawaban No 2

Diketahui sebuah model bintang dengan gas yang ideal. Rapat energi hasil reaksi fusi
hanya bergantung pada densitas dan tidak bergantung pada suhu. Cara menetukan
suhu pada permukaan bintang dengan jejari tertentu

sebuah benda bermassa m dimasukan ke dalam bola gas kemudian akan ditarik ke pusat
maka gayanya:

Dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑚𝑀(𝑟)
𝐹𝑔 = 𝐺
𝑟2

M(r) : massa bagian bola gas yang berada di bawah m


G : gaya grafitasi
Bagian bola gas yang berada di atas m total gaya gravitasi nol. Jika tidak ada gaya
mengimbangi gravitasi maka bola gas akan collapse.
Tahap-tahap terjadinya reaksi fusi pada bintang :

Matahari ➔ brown dwarf ➔ white dwarf ➔ bintang neutron ➔ black hole

Jika sebuah silinder berada di bola gas seperti gambar di bawah ini

m : bagian kecil berbentuk silinder tipis yang tebal sebesar “dr”

P(r) : tekanan dari bawah


P(r+dr): tekanan dari
atas A : luas
penampang
P : tekanan dengan nilai scalar (gas biasa)

Gaya tekanan dari bawah ➔ F = A . P(r)


Gaya tekanan dari atas ➔F=A.
P(r+dr)

Jika tekanan dari bawah lebih besar dari tekanan ke atas, maka

𝐴𝑃(𝑟) − 𝐴𝑃(𝑟 + 𝑑𝑟)

𝑑𝑃
𝑃(𝑟 + 𝑑𝑟) = 𝑃(𝑟) + 𝑑𝑟
𝑑𝑟

Gaya tekan ke atas

𝑑𝑃
−𝐴 𝑑𝑟
𝑑𝑟

Keseimbangan gaya

𝑑𝑃 𝑚𝑀(𝑟)
−𝐴𝑑𝑟 =𝐺
𝑑𝑟 𝑟2

𝑑𝑉𝑜𝑙 𝑑𝑃 𝐺𝑀(𝑟)
=−
𝑚 𝑑𝑟 𝑟2
𝑑𝑃 𝐺𝜌(𝑟)𝑀(𝑟)
=−
𝑑𝑟 𝑟2

Untuk mencari M(r)

𝑀(𝑟) = ∫ 𝜌(𝑟) 𝑑𝑣
0

𝑟
𝑀(𝑟) = ∫ 𝜌(𝑟) 4𝜋𝑟2𝑑𝑟
0

𝑑𝑀(𝑟)
= 4𝜋𝑟2𝜌(𝑟)
𝑑𝑟

Anda mungkin juga menyukai