Anda di halaman 1dari 8

BAB II

KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakikat Sarana dan Prasarana

Di dalam Undang–Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003


pasal 45 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan setiap
satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan
prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual,
sosial, emosional, dan kewajiban peserta didik. Kamus besar Bahasa
Indonesia (2002: 999), dijelaskan bahwa “Sarana adalah segala sesuatu
yang dapat sebagai alat dalam mencapai tujuan dan maksud”, sedangkan
prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama suatu
proses”. Hakikat sarana dan prasarana pendidikan jasmani meliputi
fasilitas, sarana atau peralatan dan prasarana atau perkakas, yang akan
diuraikan seperti di bawah ini:

a. Fasilitas

Menurut Sulastiyono (Kurabani, 2017) yang dimaksud dengan


fasilitas adalah penyediaan perlengkapan-perlengkapan fisik untuk
memberikan kemudahan kepadapara pemakai dalam melaksanakan
aktivitas-aktivitasnya atau kegiatan-kegiatannya, sehingga segala
kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat terpenuhi dengan baik.

Menurut Risna (2019: 4) sarana atau alat adalah segala sesuatu yang
diperlukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Sarana pendidikan
jasmani pada dasarnya merupakan segala sesuatu yang sifatnya tidak
permanen, dapat dibawa kemana-mana atau dipindahkan dari satu tempat
ketempat lain. Caontoh: bola, raket, pemukul, tongkat, balok, raket tenis
meja, dll.
Menurut Agus S. Suryobroto (dalam Risna, 2019) mengatan bahwa
Prasarana atau perkakas adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam
pembelajaran pendidikan jasmani, mudah dipindah (bisa semi permanen)
tetapi beat atau sulit. Contoh: matras, peti lompat, kuda-kuda, palang
tunggal, palang sejajar, palang bertingkat, meja tenis meja, trampoline, dan
lain-lain. Perkakas ini idealnya tidak dipindah-pindah, agar tidak mudah
rusak, kecuali kalua memang tempatnya terbatas sehingga harus selalu
bongkar pasang.

2. Peran Sarana dan Prasarana

Menurut Irwandi (2015:57) pendidikan jasmani tidak terlepas dari


terlepas dari sarana dan prasarana yang merupakan salah satu factor yang
sangat penting di dalam menunjang hasil pembelajaran yang optimal,
terutama dalam pembelajaran penjasorkes pada khususnya, dilihat berapa
minimnya sarana dan prasarana yang ada disekolah. Sehingga akan
berpengaruh terhadap hasil yang dicapai dalam tujuan pembelajaran
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Peranan sarana dan prasarana
merupakan media pembelajaran yang berfungsi sebagai alat bantu untuk
menunjang tercapainya tujuan. Kalau sarana dan prasarana disekolah tidak
memadai atau kurang baik maka ini semua akan dampak mempengaruhi
motivasi belajar siswa. Karena motivasi adalah dorongan yang terdapat
dari dalam atau dorongan dari luar siswa itu sendiri, ini semua erat
kaitannya dengan sarana dan prasarana yang dipakai oleh sekolah tersebut.

Peran sarana dan prasarana di sekolah menurut Depdikbut (dalam


Birowo Aji Nugroho 2004: 9) menyebutkan bahwa peningkatan
kemampuan berolahraga, 11 karena tanpa sarana dan prasarana akan
mengalami kepincangan atau tersendat-sendat bahkan proses pembinaan
bisa berhenti sama sekali. Sarana dan prasarana adalah segala sesuatu yang
dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud/tujuan. Sarana
pendidikan jasmani berupa bola, raket, pemukul, tongkat, balok,
selendang, gada, bet, shuttlecock. Sedangkan prasarana pendidikan
jasmani berupa matras, peti lompat, kuda-kuda, palang tunggal, palang
sejajar, palang bertingkat. Perkakas ini idealnya tidak berpindah-pindah,
agar tidak mudah rusak kecuali apabila tempatnya terbatas, dapat
dibongkar pasang.

3. Hakikat Pendidikan Jasmani


a. Pengertian Pendidikan Jasmani
Menyampaikan ilmu berupa materi pembelajaran melalui
aktivitas fisik adalah salah satu unsur yang menjadi ciri khas
pendidikan jasmani. Melalui materi yang dikemas berbentuk
permainan untuk membuat mereka (peserta didik) merasa senang
sekaligus mendapatkan ilmu dari materi yang diberikan. Siedentop
(dalam Abduljabar, 2011), seorang pakar pendidikan jasmani dari
Amerika Serikat, mengatakan bahwa dewasa ini pendidikan
jasmani dapat diterima secara luas sebagai model “pendidikan
melalui aktivitas jasmani”, yang berkembang sebagai akibat dari
merebaknya telaahan pendidikan gerak pada akhir abad ke-20 ini
dan menekankan pada kebugaran jasmani, penguasaan
keterampilan, pengetahuan, dan perkembangan sosial. Secara
ringkas dapat dikatakan bahwa: "pendidikan jasmani adalah
pendidikan dari, tentang, dan melalui aktivitas jasmani". Syarifudin
(dalam Sugeng Purwanto, 2006: 15) menjelaskan bahwa
pendidikan jasmani merupakan pendidikan keseluruhan. Melalui
berbagai aktivitas jasmani yang bertujuan mengembangkan
individu secara organis, neuromuscular, intelektual dan emosional.
Aktivitas jasmani dalam pendidikan jasmani telah mendapatkan
sentuhan didaktik-metodik sehingga dapat diarahkan pada usaha
pencapaian tujuan pembelajaran, mengembangkan organis,
neuromuskular, intelektual, dan emosional. Dalam pelaksanaannya,
aktivitas jasmani tampak dalam aktivitas gerak siswa pada saat
mereka melakukan tugas-tugas gerak dalam proses pembelajaran.
Dari penejelasan di atas dapat dilihat bahwa pendidikan jasmani
lebih banyak menggunakan gerakan fisik, baik yang dilakukan oleh
guru maupun peserta didik.

Pendidikan jasmani merupakan suatu pondasi dasar


pembentukan manusia yang berkarakter kuat melalui aktivitas yang
dilakukan pada aktivitas jasmani. Maka dari itu, selama dalam
proses pembelajaran guru dan peserta didik harus bisa memahami
tentang pendidikan jasmani, antaralain: (a) Pengertian Pendidikan
Jasmani, (b) Fungsi dari Pendidikan Jasmani, dan (c) Tujuan
Pendidikan Jasmani.

b. Tujuan Pendidikan Jasmani

Suatu proses seseorang sebagai pribadi ataupun anggota


masyarakat yang dilakukan secara sadar serta sistematik lewat
berbagai aktivitas dalam rangka mendapatkan kemampuan serta
keterampilan jasmani, perkembangan kecerdasan dan penyusunan
sifat menjadi salah satu tujuan pokok pendidikan jasmani.
Depdikbud menyatakan bahwa 7 tujuan pendidikan jasmani dan
kesehatan adalah membantu siswa untuk perbaikan derajat
kesehatan dan kesegaran jasmani melalui pengertian,
pengembangan sikap positif dan keterampilan gerak serta berbagai
aktivitas jasmani agar dapat: (1) memacu pertumbuhan termasuk
bertambahnya tinggi badan dan berat badan secara harmonis; (2)
mengembangkan kesehatan dan kesegaran jasmani, ketrampilan
gerak dan cabang olahraga; (3) mengerti akan pentingnya
kesehatan, kesegaran jasmani dan olahraga terhadap perkembangan
jasmani dan mental; (4) mengerti peraturan dan dapat mewasiti
pertandingan cabang-cabang olahraga; (5) mengerti dan dapat
menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan penyakit
dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam
kehidupan sehari-hari; dan (6) menumbuhkan sikap positif dan
mampu mengisi waktu luang dengan bermain.
4. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses terjadinya interaksi


anatara peserta didik dengan lingkungan belajar, sehingga akan terjadi
peribahan perilaku dan tingkah laku mengarah lebih baik dari sebelumnya.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tantang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar yang
berlangsung dalam suatu lingkungan belajar.

Trianto (dalam Pane, 2017) mengungkapkan bahwa pembelajaran


merupakan usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan peserta
didiknya (mengarahkan interaksi peserta didik dengan sumber belajar lain)
dengan maksud agar tujuannya dapat tercapai. Menurut Oemar Hamalik
(dalam Fakhrurrazi, 2018) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (peserta didik dan guru),
material (buku, papan tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas
audio visual), dan proses yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran. Jadi dalam suatu pembelajaran sangat membutuhkan sarana
dan prasarana yang baik untuk menunjang pembelajaran agar lebih efektif.

5. Karakteristik Siswa Sekolah Menengah Atas

Dalam perkembangan psikologi anak, pserta didik sekolah menengah


atas termasuk dalam masa usia remaja. Masa remaja rentan usia antara 12
tahun hingga 21 tahun merupakan masa peralihan antara masa kehidupan
yang lalu yaitu masa anak-anak ke masa kehidupan orang dewasa. Masa
remaja dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego identity).

Menurut Desmita (2010: 37) mengatakan masa remaja ditandai dengan


sejumlah karakteristik penting, yaitu:

a. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya.


b. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau
wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
c. Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya
secara efektif.
d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang
dewasa lainnya.
e. Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai
dengan menat dan kemampuannya.
f. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-
konsep yang diperlukan sebagai warga negara.

Karena anak sudah mencapai pertumbuhan dan perkembangan


menjelak masuk ke masa dewasanya, keadaan tubuh anak pun akan
menjadi lebih tambah kuat dari sebelumnya dan bertumbuh semakin
lebih baik, maka kemampuan motorik dan kondisi psikisnya juga
sudah siap menerima latian peningkatan keterampilan gerak menuju
prestasi olahraga yang lebih tinggi dan jauh lagi.

B. Penelitian Yang Relevan


1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Sardi Sabar, mahasiswa
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Makassar pada tahun
2019 tentang “Survei Sarana dan Prasarana Olahraga terhadap
Efektifitas Pembelajaran Penjas di SMA Negeri 1 Pangkep”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah sarana dan prasarana yang
dimiliki saat ini dalam kategori ideal dengan presentase yaitu 70,8%,
index dari efektifitas pembelajaran penjas di SMA Negeri 1 Pangkep
berjumlah 97%. Muhammad Sardi Sabar menghubungkan atau
mengkorelasikan sarana dan prasarana olahraga terhadap efektifitas
pembelajaran penjas dengan melihat dari hasil olah data korelasi
menggunakan SPSS menyatakan bahwa ada korelasi antara sarana dan
prasarana dengan hasil belajar penjas dengan tingkat keeratan 0,30
atau berada dalam kategori korelasi rendah.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Imam Dwi Saputro, mahasiswa
Universitas Negeri Yogyakarta dari Fakultas Ilmu Keolahrgaan dengan
program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar angkatan 2010 tentang
“Survei Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar
Negeri se-Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung”. Hasil
penilitian ini menunjukan bahwa mengenai sarana dan prasarana
pendidikan jasmani di SD Negeri se-Kecamatan Selopampang
Kabupaten Temanggung, terdapat 1 SD yang masuk dalam kategori
kurang sekali dengan perolehan persentase 8,3%. Terdapat 3 SD
masuk dalam kategori kurang dengan persentase 25%. Dalam kategori
sedang terdapat 3 SD dengan persentase sebanyak 25%. Masuk dalam
kategori baik terdapat 4 SD dengan perolehan persentase sebanyak
33,3%. Dan 1 SD masuk dalam kategori sangat baik dengan perolehan
persentase sebanyak 8,3%. Jadi dapat disimpulkan bahwa sarana dan
prasarana pendidikan jasmani berada pada kategori baik sebesar
33,3%.
C. Kerangaka Berpikir

Pendidikan Jasmani

Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani

Sarana dan Prasarana sebagai Media Dampak Kelengkapan dan Kelayakan


Utama Pembelajaran Sarana dan Prasarana Pendidikan
Jasmani

Secara umum pendidikan jasmani tidak bisa dipisahkan dari dunia


pendidikan, karena merupakan bagian dari pendidikan yang sangat penting
keberadaannya. Di dalam pembelajaran pendidikan jasmani tidak terlepas
dari beberapa unsur bagian yang berpengaruh terhadap kelancaran dan
kesuksesannya pembelajaran pendidikan jasmani tersebut adalah salah satu
nya sarana dan prasarana. Pembelajaran pendidikan jasmani sangat
membutuhkan sarana dan prasarana karena sarana dan prasarana bukan
hanya sekedar alatbantu semata akan tetapi bisa disebut sebagai media
yang utama untuk bisa digunakan guru dalam menyampaikan materi
pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani adalah mata pelajaran yang tidak
hanya teori melainkan juga praktik oleh sebab itu dibutuhkan banyak
sarana dan prasarana didalamnya.
Dari penjelasan di atas peneliti ingin mengetahui kedaan yang
sebenarnya sarana dan prasarana pendidikan jasmani khususnya di
Sekolah Menengah Atas Negeri se-Kabupaten Gunungkidul.

Anda mungkin juga menyukai