6896 19171 1 SM
6896 19171 1 SM
Keabsahan Cap Ibu Jari Sebagai Pengganti Tanda Tangan Dalam Pembuatan Akta Notaris
(Studi di kantor Notaris/PPAT Eko Permana SH,MKn di Labuhanbatu Utara)
Rossy Maduri
Fakultas Hukum UISU Medan
rossymaduri211@gmail.com
Abstrak
Peraturan perundang-undangan di Indonesia sebagian besar masih merupakan “produk”
pemerintah kolonial Belanda yang kemudian “diterjemahkan” ke dalam perundang-undangan
Indonesia. Namun dalam perkembangannya, banyak dari peraturan perundang-undangan
tersebut yang sampai sekarang masih dipakai akan tetapi tidak pernah dirubah sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan masyarakat Indonesia sekarang. ada juga hal-hal yang dalam praktek
sehari-hari sering dipakai namun tidak ada peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.
Salah satunya adalah pemberian atau pembubuhan cap ibu jari dalam beberapa perbuatan
hukum seperti dalam pembuatan akta notariil oleh Notaris maupun pembuatan akta Pejabat
Pembuat Akta Tanah oleh seorang Pejabat Pembuat Akta Tanah. Keadaan ini melahirkan
permasalahan, Bagaimana pengaturan pembubuhan cap ibu jari dalam pembuatan akta notaris,
Bagaimana akibat hukum pembubuhan cap ibu jari dalam pembuatan suatu akta Notaris,
Bagaimana tanggung jawab notaris atas pembubuhan cap ibu jari dalam pembuatan akta
notaris.Berdasarkan hasil penelitian lapangan yang diperoleh bahwa pengaturan pembubuhan
cap ibu jari dalam pembuatan akta notaris sama dengan tanda tangan hal ini berdasarkan
ketentuan undang- undang jabatan notaris pasal 44 dan KUHPerdata dan sesuai dengan hukum
kebiasaan yang di lakukan notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah. Kesimpulan dalam penelitian
ini, Pembubuhan cap ibu jari dalam pembuatan akta otentik khususnya dalam pembuatan akta
notaris dapatlah dikatakan sama dengan pembubuhan tanda tangan. Dapat diketahui, bahwa
apabila suatu akta tidak dibubuhi tanda tangan tidak akan menimbulkan akibat hukum bahwa
akta tersebut kehilangan otetisitasnya sebagai akta otentik Dalam hal ini notaris juga
bertanggung jawab atas akta yang di buatnya yang di bubuhi ibu jari sebagai pengganti tanda
tangan dalam pembuatan akta notaris. Peneliti menyarankan agar pemerintah membuat
peraturan perundang-undangan mengenai pembubuhan cap ibu jari demi terciptanya kepastian
hukum.
Kata kunci : Pembubuhan Cap Ibu Jari Dan Tanggung Jawab Notaris
Abstract
Most of the laws and regulations in Indonesia are still largely "products" of the Dutch colonial
government which were then "translated" into Indonesian laws. However, in its development,
many of these laws and regulations are still in use but have never been changed in accordance
with the current conditions and needs of the Indonesian people. there are also things that are
often used in daily practice but there are no laws and regulations that regulate them. One of them
is giving or affixing a thumbprint in several legal actions such as in making notarial deeds by a
Notary or making deeds of a Land Deed Making Officer by a Land Deed Making Officer. This
situation gave birth to problems, How is the arrangement for affixing a thumbprint in making a
notarial deed, What are the legal consequences of affixing a thumbprint in making a notary deed,
What is the responsibility of a notary for affixing a thumbprint in making a notary deed. Based on
the results of field research, it was found that the setting for affixing a thumbprint in making a
notarial deed is the same as a signature, this is based on the provisions of the law on the position
of a notary public, Article 44 and the Civil Code and in accordance with customary law which is
carried out by a notary/land deed official. The conclusion in this study is that the affixing of a
thumbprint in making an authentic deed, especially in the making of a notarial deed, can be said
to be the same as affixing a signature. It can be seen that if a deed is not signed, there will be no
legal consequences that the deed loses its authenticity as an authentic deed. In this case, the
notary is also responsible for the deed he made, which is affixed with the thumb as a substitute
for the signature in making a notary deed. Researchers suggest that the government make laws
and regulations regarding the affixing of thumbprints in order to create legal certainty.
6
5
Komar Andasasmita, Notaris II, Sumur, GHS. Lumban Tobing , Op. cit., h 31.
7
Bandung, 1983, h. 150. Ibid, hal 205.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 129
Vol. 4, No. 1, Maret 2023
untuk menulis.13 Kemudian diatur dalam Di Indonesia, sebuah cap ibu jari atau
Pasal 46 Undang-Undang Nomor 30 sidik jari yang dibubuhkan di hadapan
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris seorang pejabat umum disamakan oleh
yang menyebutkan pula: undang-undang dengan sebuah tanda
1. Apabila pada pembuatan tangan. Hal terpenting adalah keharusan
pencatatan harta kekayaaan atau pembubuhan Cap ibu jari atau sidik jari
berita acara mengenai suatu tersebut dibubuhkan dihadapan seorang
perbuatan atau peristiwa, terdapat pejabat umum. Dalam prakteknya
penghadap yang: pembubuhan cap ibu jari adalah suatu
a. menolak membubuhkan tindakan membubuhkan cap ibu jari dari
tanda tangannya; atau penandatangan yang telah dibubuhi tinta
b. tidak hadir pada penutupan berwarna tertentu ke atas suatu akta
akta, sedangkan sebagai bukti atau tanda yang
penghadap belum membubuhinya mengetahui atau mengerti
menandatangani akta atas apa yang tertulis dimaksudkan dalam
tersebut, hal tersebut harus akta tersebut.14
dinyatakan dalam akta dan Salah satu tokoh yang terkenal
akta tersebut tetap mengenai sidik jari adalah Dr. Henry Faulds,
merupakan akta otentik. seorang Inggris yang telah menarik
2. Penolakan sebagaimana dimaksud perhatian umum terhadap gambar-gambar
pada ayat (1) huruf a harus (papillary ridge design) dalam suatu sidik jari
dinyatakan dalam akta dengan dan dari gambar-gambar sidik jari ini dapat
mengemukakan alasannya. di identifisir orang-orangnya. Tiap orang
Dengan melihat hal-hal tersebut, penulis mempunyai gambar dari kulit jari-jari yang
membandingkan keadaan tersebut dengan tidak berubah dan jarang sekali ada dua
ketidakmampuan seorang penghadap untuk orang yang gambar kulit jari-jarinya itu
membubuhkan tanda tangannya dalam sama. Juga diberikan foto sidik jari
suatu akta, sedangkan kondisinya hanya kepunyaan seseorang, yang satu diambil
memungkinkannya untuk dapat pada tahun 1905 dan yang lain dalam tahun
membubuhkan cap ibu jarinya. dimana 1962 dan ternyata benar-benar bahwa
pembubuhan cap ibu jari tersebut dapat gambar atau design dari sidik jari itu masih
dilakukan dan selanjutnya dalam akta sama. Dengan melihat beberapa karateristik
tersebut disebutkan dengan tegas dan perkembangan penelitian dari sidik jari
keterangan - keterangan atau sebab-sebab tersebut dapatlah disimpulkan beberapa
ia membubuhkan cap ibu jari. Hal tersebut keistimewaan dari sidik jari, antara lain :
rasanya lebih baik, melihat masih banyak a. sidik jari yang dibentuk oleh alur-
masyarakat Indonesia yang masih buta alur papilair pada setiap orang
huruf. berbeda satu sama lain, meskipun
14
Hasil Wawancara dengan Notaris/PPAT Eko
Permana, SH MKn, di Kabupaten Labuhanbatu Utara
13
Ibid, h. 212 tanggal 3 Februari 2023
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 133
Vol. 4, No. 1, Maret 2023
mau menanda tangani akta itu, akan tetapi alasannya dalam akhir akta, pembubuhan
saya tidak pandai menulis dan karenanya cap ibu jari dalam pembuatan akta otentik
saya tidak dapat membubuhkan tanda dapat menimbulkan akibat hukum bahwa ibu
tangan saya pada akta itu", atau juga jari tersebut dapat dipersamakan dengan
dengan mengatakan: "Saya berhalangan tanda tangan.18
untuk membubuhkan tanda tangan saya
pada akta itu, oleh karena kedua tangan C. Tanggung Jawab Notaris Atas
Pembubuhan Cap Ibu Jari Dalam
saya lumpuh"
Pembuatan Akta Notaris.
Jadi dalam penafsiran mengenai Menurut pasal 1 Ayat 1 Undang-
pembubuhan cap ibu jari juga timbul Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
berbagai pendapat, hal mana lebih kepada Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30
tidak adanya ketentuan yang mengaturnya Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris,
dengan tegas, meskipun dalam praktek menyatakan secara tegas bahwa notaris
sering dipergunakan dalam pembuatan akta adalah pejabat umum yang berwenang
notariil maupun akta Pejabat Pembuat Akta untuk membuat akta autentik dan memiliki
Tanah. Undang-Undang Nomor 30 Tahun kewenangan lainnya sebagaimana
2004 tentang Jabatan Notaris secara prinsip dimaksud dalam Undang-Undang ini atau
tidak banyak melakukan perubahan dalam berdasarkan undang-undang lainnya.
ketentuan mengenai tanda tangan. Hal Notaris tidak hanya berwenang untuk
tersebut dapat dilihat dengan membuat akta otentik dalam arti Verlijden,
membandingkan ketentuan yang diatur yaitu menyusun, membacakan dan
dalam Pasal 28 Ayat (3) Peraturan Jabatan menandatangani dan Verlijkden dalam arti
Notaris dengan ketentuan Pasal 44 Undang- membuat akta dalam bentuk yang
Undang tentang Jabatan Notaris. Mungkin ditentukan oleh undang-undang
pembuat undang-undang menganggap kita sebagaimana yang dimaksud oleh Pasal
sudah mengerti arti dan maksud dari bunyi 1868 KUHPerdata, tetapi juga berdasarkan
pasal-pasal tersebut. Seharusnya ketentuan terdapat dalam Pasal 16 ayat (1)
diharapkan undang-undang tentang Jabatan huruf d UUJN, yaitu adanya kewajiban
Notaris yang baru tersebut dapat lebih terhadap Notaris untuk memberi pelayanan
memperjelas mengenai arti, maksud, bentuk sesuai dengan ketentuan dalam undang-
atau syarat-syarat tanda tangan atau undang ini, kecuali ada alasan untuk
penandatangan suatu akta, agar dapat menolaknya.
menjadi pedoman dan menghapus Di Indonesia, sebuah cap ibu jari atau
perbedaan yang mungkin timbul. sidik jari yang dibubuhkan di hadapan
Berdasarkan uraian di atas dapat seorang pejabat umum disamakan oleh
diketahui, bahwa apabila suatu akta tidak undang-undang dengan sebuah tanda
dibubuhi tanda tangan tidak akan tangan sesuai dalam Pasal 1874
menimbulkan akibat hukum bahwa akta KUHPerdata. Ada beberapa ketentuan yang
tersebut kehilangan otetisitasnya sebagai 18
Wawancara Notaris/PPAT Eko Permana SH
MKn di Kabupaten Labuhanbatu Utara tanggal 3
akta otentik dengan ketentuan dijelaskan
Februari 2023
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 136
Vol. 4, No. 1, Maret 2023
B. Perundang - undangan