Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 126

Vol. 4, No. 1, Maret 2023

Keabsahan Cap Ibu Jari Sebagai Pengganti Tanda Tangan Dalam Pembuatan Akta Notaris
(Studi di kantor Notaris/PPAT Eko Permana SH,MKn di Labuhanbatu Utara)

Rossy Maduri
Fakultas Hukum UISU Medan
rossymaduri211@gmail.com

Abstrak
Peraturan perundang-undangan di Indonesia sebagian besar masih merupakan “produk”
pemerintah kolonial Belanda yang kemudian “diterjemahkan” ke dalam perundang-undangan
Indonesia. Namun dalam perkembangannya, banyak dari peraturan perundang-undangan
tersebut yang sampai sekarang masih dipakai akan tetapi tidak pernah dirubah sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan masyarakat Indonesia sekarang. ada juga hal-hal yang dalam praktek
sehari-hari sering dipakai namun tidak ada peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.
Salah satunya adalah pemberian atau pembubuhan cap ibu jari dalam beberapa perbuatan
hukum seperti dalam pembuatan akta notariil oleh Notaris maupun pembuatan akta Pejabat
Pembuat Akta Tanah oleh seorang Pejabat Pembuat Akta Tanah. Keadaan ini melahirkan
permasalahan, Bagaimana pengaturan pembubuhan cap ibu jari dalam pembuatan akta notaris,
Bagaimana akibat hukum pembubuhan cap ibu jari dalam pembuatan suatu akta Notaris,
Bagaimana tanggung jawab notaris atas pembubuhan cap ibu jari dalam pembuatan akta
notaris.Berdasarkan hasil penelitian lapangan yang diperoleh bahwa pengaturan pembubuhan
cap ibu jari dalam pembuatan akta notaris sama dengan tanda tangan hal ini berdasarkan
ketentuan undang- undang jabatan notaris pasal 44 dan KUHPerdata dan sesuai dengan hukum
kebiasaan yang di lakukan notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah. Kesimpulan dalam penelitian
ini, Pembubuhan cap ibu jari dalam pembuatan akta otentik khususnya dalam pembuatan akta
notaris dapatlah dikatakan sama dengan pembubuhan tanda tangan. Dapat diketahui, bahwa
apabila suatu akta tidak dibubuhi tanda tangan tidak akan menimbulkan akibat hukum bahwa
akta tersebut kehilangan otetisitasnya sebagai akta otentik Dalam hal ini notaris juga
bertanggung jawab atas akta yang di buatnya yang di bubuhi ibu jari sebagai pengganti tanda
tangan dalam pembuatan akta notaris. Peneliti menyarankan agar pemerintah membuat
peraturan perundang-undangan mengenai pembubuhan cap ibu jari demi terciptanya kepastian
hukum.

Kata kunci : Pembubuhan Cap Ibu Jari Dan Tanggung Jawab Notaris
Abstract
Most of the laws and regulations in Indonesia are still largely "products" of the Dutch colonial
government which were then "translated" into Indonesian laws. However, in its development,
many of these laws and regulations are still in use but have never been changed in accordance
with the current conditions and needs of the Indonesian people. there are also things that are
often used in daily practice but there are no laws and regulations that regulate them. One of them
is giving or affixing a thumbprint in several legal actions such as in making notarial deeds by a
Notary or making deeds of a Land Deed Making Officer by a Land Deed Making Officer. This
situation gave birth to problems, How is the arrangement for affixing a thumbprint in making a
notarial deed, What are the legal consequences of affixing a thumbprint in making a notary deed,
What is the responsibility of a notary for affixing a thumbprint in making a notary deed. Based on
the results of field research, it was found that the setting for affixing a thumbprint in making a
notarial deed is the same as a signature, this is based on the provisions of the law on the position
of a notary public, Article 44 and the Civil Code and in accordance with customary law which is
carried out by a notary/land deed official. The conclusion in this study is that the affixing of a
thumbprint in making an authentic deed, especially in the making of a notarial deed, can be said
to be the same as affixing a signature. It can be seen that if a deed is not signed, there will be no
legal consequences that the deed loses its authenticity as an authentic deed. In this case, the
notary is also responsible for the deed he made, which is affixed with the thumb as a substitute
for the signature in making a notary deed. Researchers suggest that the government make laws
and regulations regarding the affixing of thumbprints in order to create legal certainty.

Keywords: Thumbprinting and Notary Responsibilities


Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 127
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

I. Pendahuluan belum dapat/belum mampu diikuti oleh


A. Latar Belakang
perkembangan perangkat hukum di
Undang-undang Dasar 1945
Indonesia, hal ini terlihat pada praktek
menentukan secara tegas bahwa negara
notaris dan PPAT dalam pembuatan akta-
Republik Indonesia adalah negara hukum.
akta otentik.
Prinsip negara hukum menjamin kepastian,
Notaris adalah pejabat umum yang
ketertiban dan perlindungan hukum yang
mempunyai wewenang untuk membuat akta
berintikan kebenaran dan keadilan. Hukum
otentik mengenai semua perbuatan,
atau peraturan hukum itu bertujuan untuk
perjanjian dan penetapan yang
mengatur kegiatan manusia. Sedangkan
diperintahkan oleh peraturan umum atau
kegiatan manusia itu tidak terhitung jumlah
diminta oleh para pihak yang
dan jenisnya. Maka tidaklah mengherankan
2
membuat akta. Notaris selaku pejabat
kalau peraturan hukum itu ada kalanya tidak
umum dalam setiap pelaksanaan tugasnya
lengkap dan tidak selalu jelas.
tidak boleh keluar dari “rambu-rambu” yang
Oleh karena tidak lengkap atau tidak
telah diatur oleh perangkat hukum yang
jelas, maka hukumnya harus dilengkapi dan
berlaku. Akta otentik yang dibuat oleh
dijelaskan, yang berarti bahwa hukumnya
seorang Notaris dapat dibedakan atas :
harus ditemukan dan ditentukan guna
1. Akta yang dibuat oleh notaris atau yang
memecahkan masalah-masalah hukum
dinamakan “akta relaas” atau “akta
tersebut. Peraturan hukum di Indonesia
pejabat“ (ambtelijke akten).
pada umumnya lahir, setelah terjadi suatu
2. Akta yang dibuat “dihadapan” (ten
permasalahan yang timbul di masyarakat.
overstaan) notaris atau yang
Hal ini mengakibatkan perkembangan
dinamakan “akta partij” (partij akten).3
hukum di Indonesia seringkali terlambat dari
Untuk akta pada nomor 1 di atas, tanda
permasalahan yang terlebih dahulu muncul.
tangan para penghadap tidak merupakan
Fenomena ini seringkali mengakibatkan
keharusan bagi otentisitas dari akta itu. Jadi
penyelesaian masalah hukum tidak sesuai
tidak menjadi soal apakah para pihak
dengan ketentuan yang telah ditentukan.
tersebut menolak untuk menandatangani
Karena banyak hal-hal baru muncul,
akta itu. Sedangkan untuk akta pada nomor
sedangkan pengaturannya belum ada.
2 di atas, undang-undang mengharuskan
Artinya materi hukum itu boleh jadi tertinggal
adanya penandatanganan oleh para pihak
pada saat ia diberlakukan.1 Dalam
terhadap akta yang dibuat, dengan
perkembangan hukum di Indonesia, sering
ancaman akan kehilangan otentisitasnya
terlihat dan terjadi perbedaan antara
atau dapat dikenakan denda.4 Pengertian
ketentuan yang berlaku dalam praktek dan
akta partij, adalah akta yang dibuat untuk
apa yang ditentukan dalam teori. Terkadang
hal-hal atau perkembangan yang baru 2
Sudikno Mertokusumo, Arti Penemuan Hukum
Bagi Notaris, Renvoi, Nomor 12, tanggal 3 Mei 2004,
1 h. 49.
H. O.K. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan 3
G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan
Intelektual (Intellectual Property Rights), Cetakan
Ketiga, Ed. Revisi PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, Notaris, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1999, h.51-52.
4
2000 h.1 Ibid. h 51-52.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 128
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

bukti dan merupakan keterangan yang penghadap, segera setelah selesai


diberikan oleh para penghadap, dengan pembacaan akta itu. Akta ini juga harus
jalan menandatanganinya. ditandatangani oleh para saksi instrumentair
Sedangkan akta relaas, adalah akta dan oleh notaris sendiri.6 Dalam hal ini
yang dibuat untuk bukti mengenai perbuatan Notaris berwenang (bevoegd) untuk
(termasuk keterangan yang diberikan secara membuat akta otentik dalam arti verlijden
lisan, tidak menjadi soal apapun isinya) dan (menyusun, membacakan dan
kenyataan yang disaksikan oleh Notaris di menandatangani).
dalam menjalankan tugasnya dihadapan Dalam menerapkan dan menafsirkan
para saksi. Di sini Notaris memberikan mengenai pengertian, cara dan bentuk
secara tertulis dengan membubuhkan tanda tanda tangan dalam suatu akta otentik,
tangannya, kesaksian dari apa yang dilihat belum ada ketentuan yang mengaturnya
dan didengarnya. Salah satu perbuatan atau dengan tegas, sehingga sering timbul
tindakan hukum yang hampir tidak dapat penafsiran dan pertentangan mengenai hal
dilepaskan dari tugas rutin seorang Notaris tersebut, terutama dalam hal pembubuhan
adalah tindakan pembubuhan tanda tangan. cap ibu jari dari para penghadap. Mengenai
Lebih jauh hal itu bisa diperhatikan pembubuhan cap ibu jari atau dikenal pula
dalam pembuatan suatu akta notaris sering dengan cap jempol ibu jari tangan, G.H.S.
terdengar Notaris membacakan kalimat Lumban Tobing menyatakan :
“Setelah saya, notaris membacakan akta ini “Dengan ditentukannya oleh Undang-
Undang keharusan penandatanganan
kepada para penghadap dan para saksi,
(het tekenen van de naam) dari akta,
maka segera para penghadap, para saksi maka kiranya dapat dimengerti apa
sebabnya dalam akta Notaris tidak
dan saya, notaris menandatangani akta ini”. 5
perlu dibubuhkanya cap jempol oleh
Ketentuan tersebut merupakan sebagian seseorang yang tidak dapat
menandatangani sesuatu akta karena
dari implementasi dari ketentuan Pasal 28
ia buta huruf atau karena berhalangan,
Ayat (3) Peraturan Jabatan Notaris, oleh karena cap jempol bukan
merupakan tanda tangan huruf
sekarang Pasal 44 Ayat (1) dan (2) Undang-
(lettertekens), sehingga karenanya
undang Jabatan Notaris, yang menyebutkan tidak memenuhi persyaratan yang
disebut diatas, yakni “het tekenen van
bahwa:
de naam” (penanda tanganan nama).7
Segera setelah akta dibacakan, akta Dilihat dari kenyataannya, memang
tersebut di tandatangani oleh setiap
masih banyak juga masyarakat Indonesia
penghadap, saksi, dan Notaris, kecuali
apabila ada penghadap yang tidak yang buta huruf, yang tidak mengerti tulis
dapat membubuhkan tanda tangan
baca dengan huruf latin. Dan dalam hal
dengan menyebutkan alasannya
Pasal 44 Ayat (2) pengesahan suatu kesepakatan maka
Alasan sebagaimana dimaksud pada mereka cukup dengan membubuhkan cap
Ayat (1) dinyatakan secara tegas
ibu jari.
dalam akta.
Semua akta notaris (akta partij) harus
ditandatangani oleh masing-masing

6
5
Komar Andasasmita, Notaris II, Sumur, GHS. Lumban Tobing , Op. cit., h 31.
7
Bandung, 1983, h. 150. Ibid, hal 205.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 129
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

B. Rumusan Masalah juga akan dilakukan wawancara yang akan


Adapun yang menjadi permasalahan diolah menjadi data sekunder.
dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai 4. Teknik Pengumpulan Data
berikut: 1. Sumber Data
1. Bagaimana pengaturan pembubuhan Jenis data penelitian ini adalah data
cap ibu jari dalam pembuatan akta sekunder, dalam penelitian ini bersumber
notaris? dari:
2. Bagaimana akibat hukum pembubuhan a. Bahan hukum primer, yang merupakan
cap ibu jari dalam pembuatan suatu akta bahan-bahan hukum yang mempunyai
Notaris? kekuatan mengikat, yaitu peraturan
3. Bagaimana tanggung jawab notaris atas perundangan undangan yang terkait
pembubuhan cap ibu jari dalam dengan kenotarisan.
pembuatan akta notaris? b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-
bahan yang erat hubungannya dengan
C. Metode Penelitian bahan hukum primer dan dapat
1. Objek Penelitian
membantu menganalisa bahan hukum
Objek dalam penelitian ini adalah
primer yaitu :
sebuah kantor Notaris dan PPAT Eko
- Buku-buku ilmiah
Permana, S.H,M.Kn di Kampung Pajak
- Hasil-hasil penelitian dan wawancara
Kabupaten Labuhanbatu Utara dalam
c. Bahan hukum tertier yakni yang
melakukan penelitian tentang keabsahan ibu
memberi informasi lebih lanjut
jari dalam pengganti penandatangan dalam
mengenai bahan hukum primer dan
akta Notaris.
bahan hukum sekunder seperti kamus
2. Sifat Penelitian
hukum.
Berdasarkan tujuan yang hendak
2. Alat Pengumpulan Data
dicapai pada penelitian ini, maka hasil
Dalam penelitian ini adalah studi
penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu
kepustakaan yang di lengkapi dengan
memaparkan, menggambarkan atau
wawancara terhadap narasumber di kantor
mengungkapkan pelaksanaan pembubuhan
notaris /PPAT Eko Permana SH MKn di
ibu jari dalam pembuatan akta Notaris.
Kampung Pajak Kabupaten Labuhanbatu
3. Metode Pendekatan
Utara yang akan diolah menjadi data
Penelitian ini merupakan pendekatan
sekunder.
yuridis normatif. Pendekatan yuridis,
5. Analisis Data
digunakan untuk menganalisis berbagai
Dalam penelitian ini metode analisis
peraturan perundang-undangan terkait
data yang digunakan adalah metode analisis
dengan masalah pembubuhan cap ibu jari
kualitatif. Maka dari data yang telah
dalam pembuatan akta otentik. Adapun
dikumpulkan secara lengkap dan telah di
pendekatan dalam penelitian ini adalah
cek keabsahannya dan dinyatakan valid,
pendekatan perundang-undangan (statute
lalu diproses melalui langkah-langkah yang
approach). Selain itu dalam penelitian ini
bersifat umum.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 130
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

besar dibuat dan ditafsirkan oleh orang-


II. Hasil Penelitian orang Belanda, sehingga untuk menjawab
A. Pengaturan Hukum Pembubuhan Cap
pertanyaan artinya suatu tanda tangan, atau
Ibu Jari dalam Pembuatan Akta
Notaris arti suatu penandatanganan
(ondertekening), harus dicari atau melihat
Peraturan perundang-undangan di
sejarahnya di perpustakaan Belanda. Dan
Indonesia sebagian besar masih merupakan
untuk mencari definisi yang lebih rinci
"produk" pemerintah kolonial Belanda yang
mengenai tanda tangan memang cukup
kemudian "diterjemahkan" ke dalam
sulit, karena sangat jarang peraturan
perundang-undangan Indonesia. Namun
perundangan yang menjelaskan arti dari
dalam perkembangannya, banyak dari
kata penandatanganan. Katentuan pasal 44
peraturan perundang-undangan tersebut
Ayat (1) undang - undang Jabatan Notaris
yang sampai sekarang masih dipakai akan
yang menyebutkan bahwa:
tetapi tidak pernah dirubah sesuai dengan
Segera setelah akta dibacakan, akta
keadaan dan kebutuhan masyarakat
tersebut di tandatangani oleh setiap
Indonesia sekarang. Dan ada juga hal-hal penghadap, saksi, dan Notaris, kecuali
apabila ada penghadap yang tidak
yang dalam praktek sehari-hari sering
dapat membubuhkan tanda tangan
dipakai namun tidak ada peraturan dengan menyebutkan alasannya.
perundang-undangan yang mengaturnya.
Disini hanya disebutkan adanya
Salah satunya adalah pemberian atau
keharusan pembubuhan tanda tangan
pembubuhan cap ibu jari dalam beberapa
dalam setiap pembuatan akta (partij akte)
perbuatan hukum seperti dalam pembuatan
tapi, tidak ada penjelasan atau ketentuan
akta notarill oleh Notaris maupun
yang mengatur apa dan bagaimana tanda
pembuatan akta Pejabat Pembuat Akta
tangan tersebut harus dibubuhkan,
Tanah oleh seorang Pejabat Pembuat Akta
bagaimana bentuknya, syarat-syarat apa
Tanah. Akta otentik sebagai alat bukti
yang harus dipenuhi agar tanda tangan
terkuat dan terpenuh mempunyai peranan
tersebut sah. Dilihat dari asal katanya, yaitu
penting dalam kehidupan masyarakat.
bahasa Belanda, ondertekenen berarti
Dalam berbagai hubungan bisnis, kegiatan
“membuat tanda dibawah”. Arti kata
dibidang perbankan, pertanahan, kegiatan
“menandatangani” (ondertekenen) secara
sosial dan lain-lain kebutuhan akan
etimologis (ilmu asal-usul suatu kata) mudah
pembuktian tertulis berupa akta otentik
ditemui, yaitu memberi tanda (teken)
makin meningkat sejalan dengan
9
dibawah sesuatu.
perkembangan tuntutan akan kepastian
Secara umum, pembubuhan tanda
hukum dalam berbagai hubungan ekonomi
tangan ditujukan untuk:
dan sosial, baik pada tingkat nasional,
1. mengidentifikasi penandatanganan.
regional maupun global.8
2. menjamin keaslian mengenai
Sebagaimana diketahui peraturan
penandatanganan.
perundang-undangan di Indonesia sebagian
8
Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 30
9
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, bagian I umum Tan Thong Kie, op. cit., h.187
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 131
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

3. mengikat penandatanganan pada Oleh undang-undang tidak diharuskan,


inti dokumen. bahwa tanda tangan itu sesuai dengan
4. membuktikan adanya maksud untuk tanda tangan yang biasanya dipergunakan
terikat pada isi kontrak yang oleh penandatangan, oleh karena adanya
ditandatangani. keterangan dari notaris dalam akta, telah
Menurut Jonathan Rose Noer dalam ternyata dengan pasti asal dari tanda tangan
bukunya “Cyber law, the law of internet” itu. Namun demikian sebaiknya agar di
mengatakan bahwa suatu tanda tangan dalam akta itu oleh para penghadap
dapat berbentuk apa saja, sepanjang dibubuhkan tanda tangan yang biasa
pembubuhanya ditujukan untuk mereka pergunakan, mengingat
10
mengotentikasikan suatu tulisan. kemungkinan pemeriksaan mengenai palsu
Berdasarkan pengertian ini, bahwa tanda tidaknya sesuatu akta.12
tangan dapat dibubuhkan dalam berbagai Dalam Pasal 44 Undang-undang
bentuk yang harus digunakan secara jabatan Notaris tersebut dengan tegas telah
konsisten, yang dibuat secara khas oleh si membuka kemungkinan bagi orang-orang
penandatangan. Artinya tanda tangan yang yang buta huruf atau orang-orang yang
dibuat sedemikian rupa sehingga tanda karena kecelakaan atau sebab-sebab lain
tangan seseorang berbeda dengan tanda tidak dapat membubuhkan tanda tangannya
tangan orang lain serta memiliki bentuk dan diatas akta, agar mereka juga dapat
karakter yang berbeda sehingga tidak membuat akta (partij akte) di hadapan
mudah ditiru dan mampu mengidentifikasi si seorang Notaris atau Pejabat Pembuat Akta
penandatangan. Tanah. Dalam ketentuan tersebut, hal-hal
Di samping itu belum pernah ada dimana tanda tangan dapat digantikan oleh
satupun ketentuan perundangan yang yang dinamakan “surrogaat” adalah :
mensyaratkan bahwa tanda tangan itu harus 1. dalam hal tidak dapat membubuhkan
dapat dibaca. Di dalam akta-akta notaris tanda tangannya oleh karena yang
maupun akta-akta Pejabat Pembuat Akta bersangkutan buta huruf.
Tanah, banyak sekali terdapat tanda tangan 2. dalam hal berhalangan untuk
yang tidak dapat dibaca maupun sesuai membubuhkan tanda tangannya,
dengan nama dari penandatangan, namun sekalipun yang bersangkutan tidak buta
tanda tangan sedemikian dianggap telah huruf, di dalam mana termasuk semua
memenuhi syarat, sepanjang hal itu benar- hal atau keadaan, dimana seseorang
benar adalah tanda tangan yang karena suatu keadaan, baik yang
dipergunakan atau berasal dari bersifat tetap maupun bersifat
11
penandatangan. sementara, tidak dapat membubuhkan
tanda tangannya dibawah akta itu,
10
Winanto Wiryomartani, Pengaruh sekalipun ia mempunyai kemauan
Perkembangan Teknologi Informasi Terhadap
Pembuatan Akta Otentik, Renvoi, Nomor 3, tanggal 3
Agustus 2003, h. 51.
11 12
Hasil wawancara dengan Notaris/PPAT Eko Hasil wawancara dengan Notaris/PPAT Eko
Permana, SH MKn, di Kabupaten Labuhanbatu Utara Permana, SH MKn, di Kabupaten Labuhanbatu Utara
tanggal 2 Februari 2023 tanggal 2 Februari 2023
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 132
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

untuk menulis.13 Kemudian diatur dalam Di Indonesia, sebuah cap ibu jari atau
Pasal 46 Undang-Undang Nomor 30 sidik jari yang dibubuhkan di hadapan
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris seorang pejabat umum disamakan oleh
yang menyebutkan pula: undang-undang dengan sebuah tanda
1. Apabila pada pembuatan tangan. Hal terpenting adalah keharusan
pencatatan harta kekayaaan atau pembubuhan Cap ibu jari atau sidik jari
berita acara mengenai suatu tersebut dibubuhkan dihadapan seorang
perbuatan atau peristiwa, terdapat pejabat umum. Dalam prakteknya
penghadap yang: pembubuhan cap ibu jari adalah suatu
a. menolak membubuhkan tindakan membubuhkan cap ibu jari dari
tanda tangannya; atau penandatangan yang telah dibubuhi tinta
b. tidak hadir pada penutupan berwarna tertentu ke atas suatu akta
akta, sedangkan sebagai bukti atau tanda yang
penghadap belum membubuhinya mengetahui atau mengerti
menandatangani akta atas apa yang tertulis dimaksudkan dalam
tersebut, hal tersebut harus akta tersebut.14
dinyatakan dalam akta dan Salah satu tokoh yang terkenal
akta tersebut tetap mengenai sidik jari adalah Dr. Henry Faulds,
merupakan akta otentik. seorang Inggris yang telah menarik
2. Penolakan sebagaimana dimaksud perhatian umum terhadap gambar-gambar
pada ayat (1) huruf a harus (papillary ridge design) dalam suatu sidik jari
dinyatakan dalam akta dengan dan dari gambar-gambar sidik jari ini dapat
mengemukakan alasannya. di identifisir orang-orangnya. Tiap orang
Dengan melihat hal-hal tersebut, penulis mempunyai gambar dari kulit jari-jari yang
membandingkan keadaan tersebut dengan tidak berubah dan jarang sekali ada dua
ketidakmampuan seorang penghadap untuk orang yang gambar kulit jari-jarinya itu
membubuhkan tanda tangannya dalam sama. Juga diberikan foto sidik jari
suatu akta, sedangkan kondisinya hanya kepunyaan seseorang, yang satu diambil
memungkinkannya untuk dapat pada tahun 1905 dan yang lain dalam tahun
membubuhkan cap ibu jarinya. dimana 1962 dan ternyata benar-benar bahwa
pembubuhan cap ibu jari tersebut dapat gambar atau design dari sidik jari itu masih
dilakukan dan selanjutnya dalam akta sama. Dengan melihat beberapa karateristik
tersebut disebutkan dengan tegas dan perkembangan penelitian dari sidik jari
keterangan - keterangan atau sebab-sebab tersebut dapatlah disimpulkan beberapa
ia membubuhkan cap ibu jari. Hal tersebut keistimewaan dari sidik jari, antara lain :
rasanya lebih baik, melihat masih banyak a. sidik jari yang dibentuk oleh alur-
masyarakat Indonesia yang masih buta alur papilair pada setiap orang
huruf. berbeda satu sama lain, meskipun
14
Hasil Wawancara dengan Notaris/PPAT Eko
Permana, SH MKn, di Kabupaten Labuhanbatu Utara
13
Ibid, h. 212 tanggal 3 Februari 2023
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 133
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

mereka kakak beradik atau saudara Dalam prakteknya Sebagian notaris


kembar sekalipun. atau Pejabat Pembuat Akta Tanah
b. Gambar sidik jari pada seseorang “menambahkan” sidik jari atau lebih sering
tidak akan berubah bentuknya dari disebut cap ibu jari, dipakai sebagai
lahir sampai mati, walaupun pada pengganti tanda tangan seorang yang tidak
saat-saat tertentu kulit jari dapat membubuhkan tanda tangannya baik
mengalami perubahan, misalnya karena tidak dapat menulis (buta huruf)
pembaharuan kulit dan lain maupun karena tangannya cacat atau
sebagainya. Gambar hanya dapat lumpuh, hal-hal mana sering terjadi di
berubah karena keadaan yang tidak Indonesia.
wajar, misalnya jari terbakar, Dalam bidang hukum perdata biasanya
terpotong atau teriris pisau atau diambil sidik jempol sehingga lebih dikenal
rusak sedemikian rupa sehingga dengan sebutan cap ibu jari, baik ibu jari
bentuk alur papilair berubah. Yang tangan kiri atau tangan kanan, hal mana
dapat berubah adalah besar harus disebutkan dengan jelas jempol
kecilnya gambar sidik jari, misalnya tangan yang mana yang dipakai.
sidik jari bayi kemudian tumbuh Menurutnya, Pasal 44 Ayat (2) UUJN telah
15
menjadi besar setelah dewasa. membuka jalan bagi orang-orang yang buta-
Pasal 1874 Kitab Undang-Undang huruf atau orang-orang yang karena
Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) kecelakaan atau sebab-sebab lain tidak
disebutkan : dapat membubuhkan tanda tangannya di
dengan penandatanganan sepucuk atas akta, agar mereka juga dapat membuat
tulisan dibawah tangan akta partij (partij akte) di hadapan notaris.
dipersamakan suatu cap jempol Apabila misalnya orang yang
dibubuhi dengan suatu pernyataan bersangkutan kehilangan semua jari
yang bertanggal dari seorang Notaris tangannya? Menurut kenyataannya
atau seorang pegawai lain yang pembuat undang-undang mempunyai
ditunjuk oleh undang-undang pandangan yang jauh ke depan, dengan
darimana ternyata bahwa ia membuka jalan sebagaimana yang diatur
mengenal si pembubuh cap jempol dalam Pasal 44 Ayat (2) Undang - Undang
atau bahwa orang ini telah Jabatan Notaris, yang menentukan bahwa
diperkenalkan kepadanya bahwa dalam beberapa hal dan berdasarkan
isinya akta telah dijelaskan kepada syarat-syarat tertentu, penanda tanganan itu
orang itu dan bahwa setelah itu cap dapat ditiadakan, namun akta itu memuat
jempol tersebut dibubuhkan juga keterangan-keterangan dari para
dihadapan pegawai tadi. Pegawai ini penghadap.
harus membukukan tulisan tersebut. Apabila para penghadap menerangkan
tidak dapat membubuhkan tanda tangannya
dalam akta atau berhalangan untuk
15
M. Karjadi, Sidik Jari Sistem Hendry (sistem
melakukannya, maka keterangan itu,
Baru Yang Diperluas), (Bogor: Politeia, 1976) h. 3
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 134
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

demikian juga sebab-sebab yang isinya akta telah dijelaskan kepada


orang itu dan bahwa setelah itu cap
menjadikan halangan itu harus
jempol tersebut dibubuhkan
diberitahukan oleh notaris secara tegas dihadapan pegawai tadi. Pegawai
ini harus membukukan tulisan
dalam akta itu.16 Perlu kiranya diperhatikan,
tersebut.
bahwa sebagaimana diterangkan di atas, Dalam prakteknya, sebagian notaris
keterangan tentang tidak dapat atau Pejabat Pembuat Akta Tanah
membubuhkan tanda tangannya itu adalah “menambahkan” sidik jari atau lebih sering
suatu keterangan yang diberikan oleh disebut cap ibu jari, dipakai sebagai
penghadap dengan lisan dan oleh notaris pengganti tanda tangan seorang yang tidak
dicantumkan dalam akta sesuai dengan dapat membubuhkan tanda tangannya baik
keterangan lisan yang diberikan itu dan karena tidak dapat menulis (buta huruf)
bukan keterangan dari notaris. Di dalam maupun karena tangannya cacat atau
suatu akta dimuat keterangan yang lumpuh, hal-hal mana sering terjadi di
berbunyi: “sedang penghadap tuan A tidak Indonesia.17 Dalam bidang hukum perdata
dapat menanda tangani akta ini, oleh karena biasanya diambil sidik jempol sehingga lebih
ia buta huruf atau karena ia sudah tua”. dikenal dengan sebutan cap ibu jari , baik
ibu jari tangan kiri atau tangan kanan, hal
B. Akibat Hukum Pembubuhan Cap ibu mana harus disebutkan dengan jelas jempol
Jari Dalam Pembuatan Suatu Akta
tangan yang mana yang dipakai. Keadaan
Notaris.
Masyarakat menganggap pembubuhan tersebut dapat dilihat dalam formulir akta
tanda tangan atau sidik jari (cap ibu jari) Pejabat Pembuat Akta Tanah, misalnya akta
merupakan suatu tindakan yang penting, jual beli atau akta hibah, hanya saja di
termasuk orang-orang yang buta huruf atau dalam akta tersebut tidak diberikan ruang
yang pendidikannya terbatas sekali. Hal kosong untuk pengisian mengenai alasan
tersebut juga dianggap sebagai bukti pemberian cap ibu jari tersebut.
terikatnya diri terhadap apa yang Apabila para penghadap menerangkan
ditandatangani atau di bawah mana ia tidak dapat membubuhkan tanda tangannya
membubuhi sidik jarinya. Pasal 1874 Kitab dalam akta atau berhalangan untuk
Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk melakukannya, maka keterangan itu,
Wetboek) dsebutkan : demikian juga sebab-sebab yang
dengan penandatanganan sepucuk menjadikan halangan itu harus
tulisan di bawah tangan
diberitahukan oleh notaris secara tegas
dipersamakan suatu cap jempol
dibubuhi dengan suatu pernyataan dalam akta itu. Di dalam hal-hal tersebut di
yang bertanggal dari seorang
atas, penghadap yang tidak dapat
notaris atau seorang pegawai lain
yang ditunjuk oleh undang-undang membubuhkan tanda tangannya karena
darimana ternyata bahwa ia
tidak pandai menulis atau oleh karena
mengenal si pembubuh cap jempol
atau bahwa orang ini telah berhalangan, memberikan keterangan
diperkenalkan kepadanya bahwa
kepada notaris, dengan mengatakan: "Saya
16 17
Hasil Wawancara dengan Notaris/PPAT Eko Hasil Wawancara Notaris/PPAT Eko permana
Permana SH MKn. Di Kabupaten Labuhanbatu Utara SH MKn Di Labuhanbatu Utara Tanggal 2 Februari
tanggal 3 Februari 2023 2023
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 135
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

mau menanda tangani akta itu, akan tetapi alasannya dalam akhir akta, pembubuhan
saya tidak pandai menulis dan karenanya cap ibu jari dalam pembuatan akta otentik
saya tidak dapat membubuhkan tanda dapat menimbulkan akibat hukum bahwa ibu
tangan saya pada akta itu", atau juga jari tersebut dapat dipersamakan dengan
dengan mengatakan: "Saya berhalangan tanda tangan.18
untuk membubuhkan tanda tangan saya
pada akta itu, oleh karena kedua tangan C. Tanggung Jawab Notaris Atas
Pembubuhan Cap Ibu Jari Dalam
saya lumpuh"
Pembuatan Akta Notaris.
Jadi dalam penafsiran mengenai Menurut pasal 1 Ayat 1 Undang-
pembubuhan cap ibu jari juga timbul Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
berbagai pendapat, hal mana lebih kepada Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30
tidak adanya ketentuan yang mengaturnya Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris,
dengan tegas, meskipun dalam praktek menyatakan secara tegas bahwa notaris
sering dipergunakan dalam pembuatan akta adalah pejabat umum yang berwenang
notariil maupun akta Pejabat Pembuat Akta untuk membuat akta autentik dan memiliki
Tanah. Undang-Undang Nomor 30 Tahun kewenangan lainnya sebagaimana
2004 tentang Jabatan Notaris secara prinsip dimaksud dalam Undang-Undang ini atau
tidak banyak melakukan perubahan dalam berdasarkan undang-undang lainnya.
ketentuan mengenai tanda tangan. Hal Notaris tidak hanya berwenang untuk
tersebut dapat dilihat dengan membuat akta otentik dalam arti Verlijden,
membandingkan ketentuan yang diatur yaitu menyusun, membacakan dan
dalam Pasal 28 Ayat (3) Peraturan Jabatan menandatangani dan Verlijkden dalam arti
Notaris dengan ketentuan Pasal 44 Undang- membuat akta dalam bentuk yang
Undang tentang Jabatan Notaris. Mungkin ditentukan oleh undang-undang
pembuat undang-undang menganggap kita sebagaimana yang dimaksud oleh Pasal
sudah mengerti arti dan maksud dari bunyi 1868 KUHPerdata, tetapi juga berdasarkan
pasal-pasal tersebut. Seharusnya ketentuan terdapat dalam Pasal 16 ayat (1)
diharapkan undang-undang tentang Jabatan huruf d UUJN, yaitu adanya kewajiban
Notaris yang baru tersebut dapat lebih terhadap Notaris untuk memberi pelayanan
memperjelas mengenai arti, maksud, bentuk sesuai dengan ketentuan dalam undang-
atau syarat-syarat tanda tangan atau undang ini, kecuali ada alasan untuk
penandatangan suatu akta, agar dapat menolaknya.
menjadi pedoman dan menghapus Di Indonesia, sebuah cap ibu jari atau
perbedaan yang mungkin timbul. sidik jari yang dibubuhkan di hadapan
Berdasarkan uraian di atas dapat seorang pejabat umum disamakan oleh
diketahui, bahwa apabila suatu akta tidak undang-undang dengan sebuah tanda
dibubuhi tanda tangan tidak akan tangan sesuai dalam Pasal 1874
menimbulkan akibat hukum bahwa akta KUHPerdata. Ada beberapa ketentuan yang
tersebut kehilangan otetisitasnya sebagai 18
Wawancara Notaris/PPAT Eko Permana SH
MKn di Kabupaten Labuhanbatu Utara tanggal 3
akta otentik dengan ketentuan dijelaskan
Februari 2023
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 136
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

dapat dipergunakan dalam penggunaan Mengenai penggunaan cap ibu jari


sidik jari tersebut (untuk akta atau tullisan yang terjadi karena kondisi penghadap yang
dibawah tangan), antara lain : mengalami keterbatasan fisik tersebut,
Dengan penandatanganan sepucuk penghadap melampirkan pula surat
tulisan di bawah tangan dipersamakan
keterangan dokter yang menyatakan bahwa
dengan suatu cap jempol, dibubuhi
dengan suatu pernyataan yang penghadap pada saat itu benar- benar sakit
bertanggal dari seorang Notaris atau
dan tidak dapat memfungsikan tangan
seorang pegawai lain yang ditunjuk
undang-undang dari mana ternyata sebagai mana mestinya. Surat keterangan
bahwa ia mengenal si pembubuh cap
dari dokter tersebut nantinya dilekatkan pula
jempol atau bahwa orang ini telah
diperkenalkan kepadanya, dibubuhkan pada minuta akta.
di hadapan pegawai tadi.
Secara normatif memang tidak diatur
Berdasarkan Pasal 1874 KUHPerdata mengenai kewajiban untuk melampirkan
Notaris wajib mengenal pihak yang surat dokter dalam penggunaan Surrogate
melakukan pembubuhan cap ibu jari pada akta Notaris, namun hal tersebut
sebagai pengganti tanda tangan dalam semata-mata adalah sebagai bentuk asas
pembuatan akta otentik. Dalam hal ini kehati-hatian dari Notaris guna melindungi
notaris juga wajib menjelaskan atau kepentingan para penghadap dan Notaris itu
membacakan isi akta tersebut dan sendiri. Untuk pengahadap yang secara fisik
menyaksikan pembubuhan cap ibu jari mempunyai tangan dan jari lengkap, tapi
dalam akta tersebut. Berdasarkan semua tidak bisa baca tulis harus membubuhkan
akta ini notaris menerangkan atau sidik jarinya pada lembaran yang telah
memberikan dalam jabatannya sebagai disediakan untuk keperluan tersebut. Dalam
pejabat umum kesaksian dari semua apa hal ini, pembubuhan sidik jari tertentu
yang dilihat, disaksikan dan dialaminya, tersebut dipersamakan dengan tanda
yang dilakukan oleh pihak lain. Pada akta tangan. Hal ini dapat disebut “keterangan
partij ini dicantumkan secara otentik tidak dapat menulis.19 Pasal 16 angka (1)
keterangan-keterangan dari orang-orang huruf C UUJN menyebutkan salah satu
yang bertindak sebagai pihak-pihak dalam kewajiban Notaris adalah melekatkan surat
akta itu, di samping relaas dari notaris itu dan dokumen serta sidik jari penghadap
sendiri yang menyatakan bahwa orang- kedalam minuta akta. Ketentuan tersebut
orang yang hadir itu telah menyatakan memberi ruang tempat kepada Penghadap
kehendaknya tertentu, sebagaimana yang yang tidak mampu membubuhkan tanda
dicantumkan dalam akta. Menurut Habib tangannya dan sebagai bukti yang
Adjie, untuk penghadap yang bisa baca – bersangkutan datang menghadap Notaris
tulis namun secara fisik tidak bisa tanda dan setuju dengan akta yang dibuat di
tangan karena tangannya sakit (misalnya hadapan Notaris dengan Membubuhkan
stroke, tremor, parkinson) atau tidak punya sidik jarinya pada lembaran yang telah
jari tangan atau tidak punya tangan maka disediakan untuk keperluan tersebut. Dan
jika terjadi seperti ini menggunakan
19
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia h. 29-
membubuhkan cap ibu jari.
30
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 137
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

bisa dianggap tidak menghadap dan tidak kebiasaan praktek Notaris/PPAT


setuju kalau tidak ada sidik jarinya, yang dilakukan pembubuhan cap ibu jari bagi
akan membuat sulit Notaris jika ada para penghadap yang tidak bisa
pengingkaran oleh para penghadap melakukan penandatangan. Namun
20
tersebut. dalam undang- undang Jabatan Notaris
Berdasarkan hasil penelitian yang pasal 44 Ayat (1) harus di tegaskan
penulis telah lakukan dapat disimpulkan dalam akta sebab- sebab pembubuhan
bahwa Notaris bertanggung jawab atas akta cap ibu jari dilakukan.
di tandatangani maupun akta yang 2. Suatu akta Notaris yang di bubuhkan cap
menggunakan sidik jari.Apabila dicermati ibu jari sebagai pengganti tanda tangan
dalam ketentuan Pasal 44 Ayat (1) jo Pasal mempunyai akibat sebagai akta otentik
46 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 apabila suatu akta tidak dibubuhi tanda
tentang Jabatan Notaris, pembubuhan cap tangan tidak akan menimbulkan akibat
ibu jari yang di beri tinta berwarna tertentu hukum bahwa akta tersebut kehilangan
ke atas suatu akta sebagai bukti atau tanda otetisitasnya sebagai akta otentik dengan
yang membubuhinya mengetahui atau ketentuan dijelaskan alasannya dalam
mengerti atas apa yang tertulis akhir akta, pembubuhan cap ibu jari
dimaksudkan dalam akta tersebut . Menurut dalam pembuatan akta otentik dapat
peneliti dapat dipersamakan dengan menimbulkan akibat hukum bahwa ibu
pembubuhan tanda tangan dalam jari tersebut dapat dipersamakan dengan
pembuatan akta notaris. Karena sidik jari tanda tangan.
yang dibentuk oleh alur-alur papilair pada 3. Notaris bertanggungjawab atas akta
setiap orang berbeda satu sama lain, yang dibuat di hadapannya baik yang
meskipun mereka kakak beradik atau dibubuhi tanda tangan maupun yang
saudara kembar sekalipun. Gambar sidik jari menggunakan cap ibu jari dengan
pada seseorang tidak akan berubah disertai keterangan bahwa para pihak
bentuknya dari lahir sampai mati, walaupun telah mengetahui mengapa salah satu
pada saat-saat tertentu kulit jari mengalami pihak menggunakan cap ibu jari.
perubahan.
B. Saran
III.Kesimpulan 1. Untuk tidak menimbulkan tafsir hukum
A. Kesimpulan yang berbeda dalam penggunaan cap
Berdasarkan uraian-uraian di atas, jempol atau ibu jari untuk pembuatan
maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa : akta otentik, penulis menyarankan agar
1. Pembubuhan cap ibu jari dalam hal tersebut dijelaskan secara tegas
pembuatan akta otentik khususnya dalam peraturan perundang-undangan
dalam pembuatan akta notaris dapatlah demi terciptanya kepastian hukum.
dikatakan sama dengan pembubuhan Menurut penulis cap ibu jari apabila
tanda tangan, karena dalam hukum telah diatur secara jelas
20
Ibid
penggunaannya sebagai pengganti
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 138
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

tanda tangan akan lebih baik, menambahkan pembubuhan cap ibu


mengingat apabila ditinjau dari aspek jari dalam melakukan penandatangan
kepastian hukum cap ibu jari untuk para pihak yang tidak bisa
sesungguhnya lebih memiliki kepastian melakukan tanda tangan, jadi
oleh karena cap ibu jari dari setiap sebaiknya Notaris/PPAT tetap
orang adalah berbeda sehingga tidak melakukan pembubuhan cap ibu jari
dapat dipalsukan, hal ini berbeda sesuai dengan undang- undang jabatan
dengan tanda tangan yang dapat ditiru notaris atau KUHPerdata karena
dan berubah-ubah. notaris yang bertanggung jawab secara
2. Dengan masih banyaknya masyarakat hukum terhadap akta otentik yang di
Indonesia yang menggunakan cap ibu buatnya.
jari sebagai pengganti tanda tangan,
hal mana dapat diterima dalam praktek
sehari-hari, maka sudah tentu akibat
hukum yang ditimbulkan dalam praktek
akan makin meluas. Apalagi dalam
beberapa tindakan hukum kebiasaan
yang dilakukan dalam praktek
Notaris/PPAT pembubuhan cap ibu jari
dengan tegas diperbolehkan sebagai
pengganti tanda tangan. Jadi sudah
sebaiknya penulis menyarankan
pembuat Undang-undang segera
mengantisipasi hal-hal tersebut agar
Indonesia tidak tertinggal atau
ditinggalkan terlalu jauh oleh negara-
negara lain yang telah siap dengan
perangkat hukumnya masing-masing.
Karena dunia berkembang sangat
cepat terlebih dengan adanya teknologi
informasi dan komunikasi sekarang ini.
3. Dengan masih banyak nya
pertentangan yang terjadi mengenai
peraturan pembubuhan cap ibu jari
karena belum ada ketentuan yang
secara tegas mengatur tentang
pembubuhan cap ibu jari sebagai
pengganti tanda tangan tetapi dalam
hukum kebiasaan tanggungjawab yang DAFTAR PUSTAKA
di lakukan dalam praktek Notaris/PPAT
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 139
Vol. 4, No. 1, Maret 2023

A. Buku Undang - undang Nomor 30 tahun 2004


Tentang Jabatan Notaris
Daeng Naja, Teknik Pembuatan Akta,
Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2012. Kitab Undang Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata)
H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan
Notaris, Erlangga, Jakarta, 1999.
Habib Adjie, Kebatalan dan Pembatalan C. Jurnal
akta Notaris, Refika Aditama,
Bandung, 2011. Rizky Amalia, Pertanggungjawaban
Notaris Terhadap Isi Akta Otentik
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, Yang Tidak Sesuai Dengan Akta,
Refika Aditama, Bandung, 2004. Artikel ilmu Hukum, Makkasar, 2021
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, Tania Novelin, Peran Notaris Dalam
Refika Aditama, Bandung, 2008. Penentuan Pembubuhan Sidik Jari
Penghadap Dalam Minuta Akta,
Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan
Artikel Ilmu Hukum, Bali, 2021.
Hukum Perdata Di bidang
Kenotariatan, Citra Aditya Bakti, Yosrilla, Aspek Hukum Pembubuhan Cap
Jakarta, 2015. Ibu Jari Dalam Pembuatan Akta
Otentik, Artikel Ilmu Hukum,
O.K. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan
Semarang, 2006.
Intelektual (Intellectual Property
Rights), Cetakan Ketiga, Ed. Revisi
PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2000.
Ira Koesoemawati dan Yunirman Rijan, Raih
Asa Sukses, Jakarta ,2009.
Komar Andasasmita, Notaris II, Bandung,
1983.
Liliana Tedjosaputro, Malpraktek Notaris
Dan Hukum Pidana, Agung,
Semarang, 1991
Ngadino, Tugas dan Tnggungjawab
Jabatan Notaris di Indonesia,
Semarang, 2019.
Sudikno Mertokusumo, Arti Penemuan
Hukum Bagi Notaris, Renvoi, 2004.
Sjaifurrachman dan Habib Adjie, Aspek
Pertangtunggungjawaban Notaris
Dalam Membuat Akta CV, Mandar
Maju, Bandung, 2011.
Tan thong kie, studi Notariat, serba serbi
praktek notaris. edisi baru.PT Icthiat
Van Hoeve, Jakarta,2000.
Winanto Wiryomartani, Pengaruh
Perkembangan Teknologi Informasi
Terhadap Pembuatan Akta Otentik,
Agustus, 2003.

B. Perundang - undangan

Anda mungkin juga menyukai