Skripsi
Oleh
Nurul Mustofa
1113111000041
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Nurul Mustofa
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing,
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
Resiliensi Penduduk Asli Betawi Pela Mampang Di Kawasan Segitiga Emas
Jakarta
Oleh
Nurul Mustofa
1113111000041
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Juli 2020. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada
Program Studi Sosiologi.
Ketua, Sekretaris,
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 27 Juli 2020
iv
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur tiada henti-hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas izin dan kuasanya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Resiliensi
Penduduk Asli Betawi Pela Mampang Di Kawasan Segitiga Emas Jakarta”. Meskipun
dalam penulisannya masih jauh dari kata sempurna. Selama proses penulisan hingga
akhirnya terselesaikannya skripsi ini, penulis dipertemukan dengan orang-orang yang
berjasa besar selama penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, atas segalanya penulis
ucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Drs. Ali Munhanif, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
2. Dr. Cucu Nurhayati, M.Si, selaku Ketua Prodi Sosiologi yang telah memotivasi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dr. Joharotul Jamilah, M.Si, selaku
Sekertaris Prodi Sosiologi yang telah membantu dan melancarkan skripsi ini.
3. Bapak Syaifudin Asrori M.Si, sebagai dosen pembimbing yang sangat membantu
4. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Masduki dan Ibunda Kokom Komariah, serta
kedua adik penulis, Husnul Khotimah dan Abdulloh Said Yusuf yang tiada henti
mendoakan dan memberikan semangat tenaga dan pikiran kepada penulis dalam
5. Penduduk Betawi warga Mampang Prapatan selaku informan yang telah bersedia
penelitian skripsi.
vi
6. Keluarga Sosiologi B 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
7. Teman WSS, (Alm) Arif, Cepi, Amal, Alif, Rifnu, Fakri, Gaung, Malik, Novi,
Wahyu, Okta, yang telah banyak memberi energi positif dan memotivasi penulis
Ariza Irawan, Siti Sarah, Shoffiyah yang selalu memberikan support dan motivasi
9. Teman Orang Aring, Rusydan Fathy, Ahmad Saikhu, Rafli, Bryan, yang selalu
Penulis,
Nurul Mustofa
NIM. 1113111000041
vii
DAFTAR ISI
Lembar Judul.......................................................................................................... i
Lembar Pernyataan Bebas Plagiarisme ................................................................. ii
Lembar Persetujuan Pembimbing ........................................................................ iii
Pengesahan Panitia Ujian Skripsi .................................................................................... iv
Abstrak .................................................................................................................. v
Kata Pengantar ..................................................................................................... vi
Daftar Isi............................................................................................................. viii
Daftar Tabel ......................................................................................................... ix
Daftar Gambar ....................................................................................................... x
viii
Daftar Tabel
ix
Daftar Gambar
Gambar II. D. Peta Kelurahan Mampang...............................................................17
Gambar III. A. 2. Harga hunian apartemen sekeritar Kel. Pela Mampang ............37
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Kota merupakan sebuah hasil atau produk yang mengalami beberapa proses
dalam pembentukan di dalam kota tersebut. Menurut Zahnd bahwa kota tidak
terjadi secara abstrak, tetapi kota berkembang melalui proses yang dipengaruhi
oleh perubahan waktu, sejarah serta perilaku masyarakat didalamnya. Suatu kota
akan terus menerus mengalami segala perubahan demi perubahan pada kawasan
dapat dilihat dari beberapa aspek seperti aspek fisik, non fisik, sosial, budaya
Heryanto, bermakna perubahan yang dialami oleh daerah perkotaan pada aspek-
aspek kehidupan dan penghidupan kota tersebut, dari tidak ada menjadi ada, dari
sedikit menjadi banyak, dari kecil menjadi besar, dari ketersediaan lahan yang
luas menjadi terbatas, dari penggunaan ruang yang sedikit menjadi teraglomerasi
secara luas dan seterusnya. Perkembangan kota tidak dapat dilepaskan dari
1
modal asing dan iklim pasar bebas guna menggairahkan investasi dalam negeri.
yang diberikan rakyat dalam suatu kebijakan dan tindakan untuk meningkatkan
2
Sejalan dengan program pembangunan fisik kota yang berdampak pada
Alasan yang diambil pemerintah adalah kondisi kampung yang ada ditengah
tengah kota tidak memenuhi syarat lagi sebagai ruang permukiman yang sehat
dan produktif.
kampung terus terjadi. Dikaitkan dengan proses transformasi global yang tengah
terjadi maka proses ini paling tinggi intensitasnya dibandingkan kota-kota lain di
Indonesia.
ruang kota terencana yang dikendalikan kepentingan pasar dengan ruang organis
yang tumbuh tidak terencana. Hasilnya dapat dilihat dalam bentuk kesenjangan
atau kontras fisik antara keberadaan gedung gedung pencakar langit dan
3
kepentingan ruang komersial dan perebutan lahan oleh pemilik modal maupun
masalah-masalah sosial lain sebagai akibat pertumbuhan kota yang tidak terpadu
dan saling mengisi. Bilamana masalah ini tidak dipecahkan dapat memicu
mengancam masa depan kota (Cohen, 1997; The United Nations Human
mobilitas atau perpindahan selalu didasari oleh 2 faktor, yaitu faktor pendorong
(push factor) dari daerah asal dan faktor penarik (pull factor) dari daerah tujuan,
atau dengan adanya faktor lain seperti faktor cultural mission (yakni seperangkat
tujuan yang diharapkan oleh masyarakat budaya tesebut untuk dicapai dalam
tujuan).
Kedua, terjadi perbedaan nilai kefaedahan wilayah antara tempat yang satu
dengan tempat yang lainnya. Apabila tempat yang satu dengan yang lainnya tidak
ada perbedaan nilai kefaedahan wilayah, tidak akan terjadi mobilitas peduduk.
4
Kawasan Pela Mampang merupakan bagian dari kecamatan Mampang
Prapatan Kotamadya Jakarta Selatan. Kawasan ini dalam kebijakan tata ruang
Dampak buruk dari masyarakat asli Jakarta yang terkena gusuran atas
sosial budaya yang mulai tergerus akibat proses dari perkembangan Kota Jakarta
imaginasi tentang Betawi adalah Betawi yang pemalas, tidak berpendidikan, dan
memang seakan tenggelam, kalah bersaing dengan pendatang, dan tidak menjadi
Maka dari itu penting bagi peneliti untuk melakukan penelitian di daerah
yang termasuk ke dalam “segitiga emas” nya DKI Jakarta atau pusatnya
andil dalam pengerusan budaya asli Jakarta yang semakin hari semakin
berkurang. Adapun masih ada beberapa masyarakat asli Jakarta yang bertahan
5
untuk tetap tinggal di daerah Mampang. Apa faktor yang melatar belakangi
sebagian masyarakat asli Jakarta masih menetap ? Maka dari itu penelitian ini
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pernyataan di atas maka ada pertanyaan penelitian yang harus
1. Manfaat Teoritis
khususnya dalam bidang sosial dan sosiologi budaya. Hal ini berkaitan
2. Manfaat Praktis
6
D. Tinjauan Pustaka
Pembahasan tentang resiliensi budaya ini telah banyak di jadikan
proses asimilasi.
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan apa yang ingin dibahas oleh
yang membedakan pengan penelitian ini ialah obyeknya, kalau penelitian ini
perkotaan.
7
Judul “Mempertahankan Keberadaan Kampung Di Tengah-Tengah
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan apa yang ingin dibahas oleh
yang membedakan pengan penelitian ini ialah obyeknya, kalau penelitian ini
kampung di perkotaan.
Pembangunan Wilayah & Kota Biro Penerbit Planologi Undip Volume 12 (3)
: 347 – 358 September 2016 yang di tulis oleh Rizal Arianto dengan judul
Semarang.
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan apa yang ingin dibahas oleh
yang membedakan pengan penelitian ini ialah obyeknya dan sudut pandang
8
keilmuan dalam menganalisa, kalau penelitian ini berfokus pada cara
E. Kerangka Teoritis
1. Resiliensi
bahasa inggris dari kata resilience yang artinya daya pegas, daya kenyal
tinggi dan luwes saat dihadapkan pada tekanan internal maupun eksternal.
signifikan.
(McCubbin,2001)
9
Menurut Reivich dan Shatte (2002), resiliensi adalah kapasitas
situasi sulit.
positif ketika dalam kondisi yang tidak menyenangkan dan penuh resiko.
10
mulai belajar berjalan, meskipun resiliensi adalah sebuah kemampuan
banyak mengandung karbon sangat keras tapi getas atau mudah patah
memiliki daya tahan dan yang tidak saat dihadapkan pada tekanan
resiliensi adalah kemampuan yang ada dalam diri individu untuk kembali
11
pulih dari suatu keadaan yang menekan dan mampu beradaptasi dan
fenomena, yaitu:
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
perilaku seseorang atau suatu keadaan pada tempat tertentu secara rinci
12
mana dia benar-benar mengetahui tentang Budaya betawi pada
2. Sumber Data
a. Data Primer
narasumber utama
b. Data Sekunder
Prapatan yang berada dalam kawasan Segi Tiga Emas Jakarta dan
lokasi tidak menjadi kendala karena lokasi yang terbilang dekat, dan
asli Jakarta yang bertempat tinggal di Kel. Mampang dan pakar yang
13
dikarenakan, bahwa msdysrskst asli Jakarta selaku aktor dari pelaku
perkotaan.
14
6. Analisis Data
Mampang.
15
BAB II
Kelurahan ini memiliki penduduk kurang lebih sebanyak 75000 jiwa dengan luas
Krukut di sebelah Barat. Kelurahan Mampang Prapatan, Tegal Parang dan Duren
unit, MI 6 unit, Tsanawiyah 2 unit, SMP 4 unit,Aliyah 1 unit, SMU 1 unit dan
Nomor 1815 Tahun 1989 tanggal 29 Desember 1989 tentang Penetapan Wilayah
16
B. Luas dan Batas Wilayah
Sebelah Timur : Kali Mampang ( Kel. Mp. Prapatan & Tegal Parang )
1. Perumahan : 61 Ha
4. Pemerintahan : 15,50 Ha
17
5. Perumahan dan KDB Rendah : 30 Ha
E. KEPENDUDUKAN
18
F. KEGIATAN BINA KEPENDUDUKAN
1. Penyuluhan Kependudukan
2. Sosialisasi Kependudukan
a. Permohonan KK 10.963
19
yang penting dalam pengaplikasian bentuk kebijakan dan peraturan baik
kebijakan pusat menjadi sebuah kebijakan populis yang mampu dicerna oleh
Visi dan misi ini sudah barang tentu sangat bergantung juga kemampuan
SDM di tingkat internal aparatur dengan penguasaan bidang kerja sesuai dengan
garis-garis besar pedoman pelaksanaan serta tupoksi di jajaran dan tugas masing-
masing. Selain itu pula, pengejwantahan visi ini akan berhasil bila dalam
prakteknya, kelurahan didukung oleh para tokoh baik dari kalangan ulama, partai
maupun ormas atau organisasi yang berada di wilayah kelurahan Pela Mampang.
yang terkait dengan partai dalam arti bahwa kelurahan tidak memberikan sebuah
berputarnya roda perekonomian masyarakat baik UKM maupun yang lebih besar.
Hal ini lebih dikuatkan lagi dengan keberadaan dan keinerja Dewan Kelurahan
20
yang secara khusus menangani PPMK bagi kesejkahteraan dan pertumbuhan
ekonomi warga.
Dalam hal sosial, Kelurahan Pela Mampang juga menjadi insitusi penting
dalam struktur pemerintahan daerah. Hal terkait dengan hubungan sosial sangat
penting mengingat bahwa masyarakat adalah bagian utama yang menjadi subjek
terus menerus sehingga visi dan misi akan lebih mudah dicapai.
Begitu pula dalam hal budaya, keterkaitan faktor ini sangat erat dengan
faktor lain. Maka budaya yang mencakup cara pandang dan opini masyarakat
juga perlu ditinjau dan sehingga seluruh komponen memiliki cara pandang dan
persepsi yang sama dalam Tata Pemerintahan yang menjadi tugas Kelurahan Pela
Mampang.
Sebagai Lurah di Wilayah Pela ini, kami sangat mengharap masukan baik
21
H. Struktur Organisasi Kel. Pela Mampang
22
BAB III
PEMBAHASAN
kota pada era transformasi global yaitu adanya percepatan pembangunan fisik dan
ekonomi, serta pada sisi lain harus menghadapi peningkatan kesenjangan sosio
spasial perkotaan yang tidak kunjung terpecahkan (Cohen, 1997; The United
dan cenderung tidak mengintegrasikan potensi ruang yang tumbuh secara organik
seperti ini sangat di perlukan sebagai pembelajaran dari sebuah konsep integrasi
23
Globaslisasi sebagaimana yang kita ketahui bukan hanya menyebabkam
krisis ekonomi akan tetapi juga menimbulkan krisis perkembangan ruang kota.
Sejak dahulu tahun 80 an. Disamping globalisasi, urbanisai pun turut andil
menjadi penentu perkembangan kota - kota di asia dewasa ini. Dulu era Presiden
Suharto pernah terjadi Tramsigrasi besar besaran dan mengubah wajah bangsa
(https://www.voaindonesia.com/a/transmigrasi-program-yang-mengubah-wajah-
indonesia/4568597.htmt)
penduduk agar tidak terpusat di pulau jawa dan mencoba untuk membuka lahan
usaha baru di daerah yang memiliki potensi, akan tetapi belum di garap. Berbeda
jakarta sebagai pusat kota dan ibu kota Negara Indonesia memancing para
masyarakat dari berbagai daerah untuk mencari peruntungan di kota Jakarta yang
menimbulkan krisis ruang untuk tetap tinggal. Karena banyak nya masyarakat
yang ingin tinggal dan mencari peruntungan di jakarta. Seperti salah seorang
informan peneliti mengutarakan : Rahmat, 2020 “Yang saya tau sih karena
mencari pekerjaan disni. Ya kan kita sama sama tau kalo UMR di jakarta itu kan
pemerintah daerah menjadi landasan ia untuk datang ke jakarta, hal ini tidak
24
datang ke jakarta. Akan tetapi malah menimbulkan permasalahan baru, yaitu
masalah ekonomi saja melainkan timbul dari kebijakan tata ruang yang dijalankan
Hasilnya dapat dilihat dalam bentuk kesenjangan atau kontras fisik antara
lahan oleh pemilik modal maupun masalah-masalah sosial lain sebagai akibat
Pemukiman yang di anggap kumuh itu pada dasarnya tidak terlalu kumuh.
Akan tetapi ketika di bandingkan dengan gedung gedung pencakar langit yang
berada disekitaran pemukiman itu maka pemukiman itu akan terlihat kumuh
dibandingkan gedung gedung dengan arsitektur yang modern itu. Dahulu pun
wilayah ini menurut pemaparan informan 7 tempat ini masih banyak tanah kosong
“Karna tanah disini masih murah dan masih banyak tanah kosong. (Bahir Ahmad,
2020)”
Swasta bahu membahu dalam mengatasi krisis ruang dan krisis ekonomi ini.
Langkah – langkah itu belum terbilang efektif akan tetapi Krisis keruangan ini
kali di jakarta dan juga pembenahan gorong gorong di jakarta. Perlahan dan
25
MATRIKS III. A. 1. ALASAN PENDATANG TINGGAL DISINI
meningkatkan perekonomian.
Telepas dari itu semua, ada hal yang tak luput dari perhatian atas adanya
budaya baru yang akan hadir atas krisis yang terlahir. Budaya ini akan muncul
26
dengan situasi terkini. Upaya untuk menciptakan kehidupan yang nyaman ialah
disiplin ilmu antropologi lewat Redfield, Linton dan Herskovitz (dalam Berry,
dalam kontak yang terjadi secara langsung, disertai perubahan terus menerus,
sejalan dengan pola-pola budaya asal dari kelompok itu atau dari kedua kelompok
itu.
sosok individu yang memasuki budaya baru yang berbeda dari budaya yang telah
seberapa dalam individu mempelajari nilai, perilaku, gaya hidup dan bahasa dari
multidimensional dari hasil kontak antar kelompok dimana individu yang telah
memiliki hasil pembelajaran budaya asli mengambil alih karakteristik tentang cara
penyebab perubahan ini bisa saja berkembang dari faktor non-kultural, seperti
27
modifikasi lingkungan dan demografi yang dibawa melalui pergeseran budaya.
individu ketika mengikuti penerimaan sebuah trait atau pola asing; atau
hidup tradisional.
secara sama, tetapi dalam praktek, budaya yang satu cenderung menguasai budaya
dominan.
Akan tetapi pada daerah penelitian peneliti, peneliti melihat tidak adanya
budaya yang terlalu dominan dan terlalu minoritas. Semua memiliki porsi yang
sama. Hal ini dikarenakan sikap pluralisme yang tertanam dalam diri masyarkat
setempat. Dan juga adanya kesadaran akan kehidupan yang harmonis dari
pendatang. Sehingga masyarakat memiliki satu frekuensi yang sama. Lagi pula
orang betawi yang dominan tinggal di kel. Pela Mampang ini, masih memegang
28
teguh kebudayaan asli betawi seperti yang di utarakan oleh rahmat dalam
kesempatan waawancara :
“Saya sih meliatnya ada ya, dari segi sosial budayanya ada
beberapa hal yang positif dari orang betawi antara lain Jiwa sosial
menyentuh dua aras, yaitu aras kelompok dan individu. Penting membedakan
antara akulturasi pada aras kelompok dan pada aras individu. Akulturasi pada aras
ekonomi, dan organisasi politik kadang terjadi. Sementara, pada aras individual,
perubahan-perubahan terjadi pada fenomen semacam jati diri, nilai dan sikap.
29
Tidak semua individu yang berakulturasi berpartisipasi dalam perubahan-
perubahan kolektif yang sedang berlangsung untuk banyak hal dalam cara yang
fenomena pada tingkat kelompok) tidak lebur sebagai satu kemasan yang
dan individu tidak hanya akan bervariasi menurut keikutsertaan dan tanggapan
mereka terhadap pengaruh akulturasi, beberapa ranah budaya dan perilaku boleh
jadi bergeser tanpa perubahan yang dapat dibandingkan dengan ranah lain. Jadi,
proses bersifat tidak menentu dan tidak berpengaruh pada semua fenomen budaya
Kata budaya digunakan dalam berbagai diskursus lintas pengetahuan dan ini
diakui karena luasnya aspek kehidupan yang disentuh. Istilah budaya sangat
dengan pengertian ras, bangsa atau etnis. Kata budaya juga kadang dikaitkan
(Dayaksini, 2003).
gagasan; (2) kelakuan; dan (3) hasil-hasil kelakuan. Dengan demikian, disini
30
kebudayaan diyakini sebagai produk, baik itu berupa gagasan ataupun sudah
penerus. Hal ini meliputi segala aspek luas pada kehidupan manusia, mulai dari
benda yang dimiliki, cara membuat dan mentransaksikannya dalam aktivitas jual
beli, struktur keluarga, prinsip dalam menjalani hidup, cara mengambil keputusan,
delapan aktifitas kehidupan, meliputi: (1) karakteristik umum; (2) makanan dan
pakaian; (3) rumah dan teknologi; (4) ekonomi dan transportasi; (5) aktivitas
yang dapat di tarik kesimpulan tentang definisi dan kategori budaya. Secara
tersebut merujuk pada hal yang sifatnya material, seperti: makanan, pakaian, alat
atau kepemilikan benda. Beberapa yang lain merujuk pada hal yang bersifat sosial
keluarga, dan struktur pemerintahan. Yang lain merujuk pada perilaku individu,
31
seperti: religi, pengetahuan, reproduksi, penggunaan sanitasi dan aktivitas
perekonomian.
Peneliti melihat atas proses interaksi yang di lakukan oleh “orang betawi”
yangdi ciptakan tidak dapat di jelaskan secara deskriptif karena adanya perpaduan
budaya dari dua atau lebih unsur budaya yang ada di dalam masyarakat.
Sejauh ini banyak sekali ahli yang memaparkan tentang sejarah munculnya
etnis Betawi di Jakarta. Saat ini keberagaman versi tersebut telah dipublikasikan
oleh peneliti lokal seperti Ridwan Saidi, Yasmine Zaki Shahab dan Prof Dr
Parsudi Suparlan sampai peneliti dari luar negeri yaitu Lance Castles dari
Australia.
Dalam buku ini Lance Castles mengatakan bahwa Betawi merupakan suku
bangsa baru yang terbentuk di akhir abad kesembilan belas dari percampuran ras
dan budaya sehingga terjadi peleburan identitas antara budak belian Belanda yang
berasal dari daerah timur Indonesia (Bali, Sulawesi Selatan, Sumbawa, Flores,
Sumba, Timor, Nias, Kalimantan dan Pampanga di kepulauan Luzon) serta para
budak belian dari daerah Asia Selatan, yaitu dari pantai Coromandel, Malabar,
32
terbentuk sekitar seabad lalu, antara tahun 1815-1893. Di zaman kolonial Belanda,
golongan etnisnya. Dalam data sensus penduduk Jakarta tahun 1615 dan 1815,
terdapat penduduk dari berbagai golongan etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai
golongan etnis Betawi. Pada tahun1930, kategori orang Betawi yang sebelumnya
tidak pernah ada justru muncul sebagai kategori baru dalam data sensus tahun
tersebut. Jumlah orang Betawi sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi mayoritas
Ridwan Saidi (oleh J. J Rizal dalam Kampung Betawi, 2008), orang Betawi yang
“kemarin sore”. Tidak benar jika ada yang mengatakan orang Betawi itu
keturunan budak yang didatangkan Kompeni untuk mengisi intramuros alias kota
benteng Batavia. Orang-orang Betawi telah ada jauh sebelum J.P. Coen membakar
Pada tahun 1961, 'suku' Betawi mencakup kurang lebih 22,9 persen dari
antara 2,9 juta penduduk Jakarta pada waktu itu. Mereka semakin terdesak ke
sebetulnya, ’suku’ Betawi tidaklah pernah tergusur atau digusur dari Jakarta,
karena proses asimilasi dari berbagai suku yang ada di Indonesia hingga kini terus
33
berlangsung dan melalui proses panjang itu pulalah ’suku’ Betawi hadir di bumi
dibedakan menjadi: Betawi Tengah, Betawi Pinggir, Betawi Udik, dan Betawi
katanya. Bahasa Betawi tengah memiliki ciri khas pengunaan huruf “ê” pada
akhir suku kata, misalnya kenapê, guwê dan bahasê. Bahasa Betawi tengah
34
Bahasa Betawi udik (Betawi Ora) merupakan bahasa Betawi yang banyak
dipengaruhi bahasa Jawa. Bahasa ini banyak digunakan oleh orang Betawi yang
dibandingkan dengan Bahasa Betawi yang lain, Bahasa Betawi Ora dianggap
sebagai dialek bahasa Betawi yang paling kasar misalnya: Bagen (biarkan), ora
(tidak), embung (tidak tahu), ontong (Bandar Jakarta, Juni 2009). Bahasa Betawi
Ora memiliki ciri akhir kata yang berhuruf “a” menjadi “ah”, misalnya “saya”
Belong dan digunakan pula oleh beberapa penduduk Betawi pinggir, dimana
bahasa Betawi kota memiliki ciri khas penggunaan kata “pan” atau akhiran “e”
pada beberapa suku katanya, contoh kalimatnya adalah: “Pan aye ude bilang” ,
biasa di gunakan sehari hari pun logatnya semakin lama semakin mengikis. Hal
itu didasari agar mempermudah komunikasi antar warga. Jikalau setiap individu
gesekan karena adanya kesalahpahaman antara satu sama lain. Seperti yang di
utarakan oleh fatimah “Iya ada ko pasti. Biar kita sama sama ngerti aja satu sama
perekonomian terus berlanjut. Makin lama banyak penduduk asli Kel. Pela
35
Mampang terkelompokkan secara alami antara nasyarakat ekonomi kelas atas dan
tersendiri ialah imigrasi penduduk kelas ekonomi menengah ke wilayah kota yang
kawasan dihuni oleh masyarakat kelas ekonomi rendah dan masyarakat kalangan
ini akan sangat berpeluang untuk keluar dari kawasan yang telah tergentrifikasi
dengan berbagai alasan. Gentrifikasi terjadi pada suatu kawasan yang berkembang
sebagai pusat pertumbuhan baru menjadi suatu daya tarik bagi pendatang
dengan pendatang dalam hal mengakses ekonomi terutama lahan (Kennedy dan
Leonard, 2001)
kawasan dengan nilai ekonomi tinggi. Hal ini diakibatkan oleh pembangunan
kearah yang semakin baik dan modern dengan penggunaan lahan yang beralih dari
pemukiman menjadi aktivitas komersial. Seperti yang terekam oleh kamera ponsel
36
Gambar III. A. 1. Perkantoran di Kel. Pela Mampang
Selain itu dengan adanya kawasan perdagangan & jasa ini juga membawa
dampak peningkatan harga lahan dan nilai properti kawasan. Memang tidak
cafe ini berlangsung, apakah sebelum membeli rumah warga pengusaha sudah
menyiapkan site plan ataukah sebaliknya, proses desain site plan berlangsung
setelah lahan yang dimiliki pengusaha dianggap mencukupi dan sesuai untuk
37
yang menunggu harga lebih gede lagi.
2. Rahmat Yang saya tau ada beberapa sih dan itu karena
3. Fatimah Ada tapi kalo disini gak terlalu banyak lah. Karena
melihat posisi Kel. Pela Mampang yang berdekatan dengan Kel. Kuningan yang
termasuk ke dalam Segitiga Emas Jakarta. Peluang ini dilihat oleh para pengusaha
pemaparan pak Sutrisno “Ya lumayan banyak, apalagi yang rumahnya di pinggir
jalan gede itu. Para pengusaha banyak beli rumah warga dengan harga yang
lumayan. Dan ada juga warga yang langsung menjualnya, ada juga yang
38
Gambar III. A. 2. Harga hunian apartemen sekeritar Kel. Pela Mampang
Berikut adalah sebagai rujukan bahwa harga tanah di sekitaran Kel Pela
Mampang tinggi. Atas tawaran yang menggiurkan oleh para pengusaha untuk
membeli lahan rumah warga. Warga banyak yang tergiur untuk menjual lahan
yang dimilikinya. Hal ini dapat dicermati bahwa rumah-rumah masyarakat yang
berada di sekitaran area tersebut tidak mengetahui lahan itu akan dijadikan apa.
Karena berdekatan dengan pusat kota dan masuk ke dalam wilayah Segitiga
kawasan yang tanpa kontrol. Dengan begitu maka secara tidak langsung akan
banyak pengusaha yang menggusur atau membeli lebih banyak rumah dan
Ke Luar Wilayah
39
Gentrifikasi menjadi fenomena yang ironis bagi penduduk lokal
akan memilih menjual atau menyewa lahan dan bangunan dari orang lain
karena biaya hidup yang tinggi dan mereka akan cenderung berpindah ke
berkembang.
namun yang paling dominan yaitu mengenai harga rumah yang cenderung
masih dapat terjangkau oleh mereka. Hasil penjualan rumah di Kel Pela
gentrifikasi yang terjadi di kawasan tempat tinggal asal mereka, tetapi juga
merupakan rumah waris mau tidak mau rela menjual rumah mereka dan
40
Warga lokal memanfaatkan lahan parkir di restoran dan cafe untuk
jadi mata pencaharian. Banyak pula pekerjaan sektor non formal yang
sendiri, tidak ada atau bisa disebut belum terjadi tindak kriminal akibat
41
3. Fatimah Karena keluarga besar saya banyak yang disini
bang, biar deket aja kalo ada apa apa jadi gampang
lah
tenang
Kawasan Kel. Pela Mampang tumbuh menjadi salah satu kawasan segitiga
infrastruktur.
adaptasi, dan adaptasi adalah bagian dari kebertahanan (Folke et.al, 2010). Ahern
kemampuan hal tersebut untuk beradaptasi dengan hal-hal yang baru, dimana hal
tersebut bersifat tak terduga dan belum pernah terjadi sebelumnya. Kebertahanan
hambatan, maupun tekanan dengan sehat dan produktif. Walker et.al, 2010
42
kemampuan atau kapasitas suatu hal untuk merespon baik perubahan maupun
tentunya memiliki dampak poitif dan negatif baik secara umum maupun khusus.
belakangnya. Ada yang dikarenakan keluarga besar tinggal di wilayah ini, karena
dekat dengan tempat kerjanya adapun juga dikarenakan banyaknya fasilitas yang
kota DKI Jakarta saat ini. Di lain sisi fasilitas umum di wilayah ini semakin
berkembang, baik jalan umum atau gorong gorong yang semakin rapi seperti
43
Kondisi warga Kel. Pela Mampang yang guyub dan tentram tidak terkikis
seiring dengam semakin banyaknya warga yang menjual rumahnya dan memilih
tinggal di tempat lain. Kel Pela Mampang yang semakin hari semakin ramai
Seluruh aktivitas hiruk pikuk itu hanya berlangsung dari pagi ketemu pagi.
Perubahan kondisi sosial di masyarakat Kel. Pela Mampang ini didasari oleh
beberapa hal, pertama, sebagian besar warga yang memilih bertahan merupakan
warga yang sudah berumur cukup tua beserta anak dan cucunya, dan banyak
pemuda yang nongkrong di pengkolan gang, dan juga ibu-ibu yang berkumpul di
depan rumahnya.
lokasi sangat tinggi. Hal inilah yang mendorong munculnya motivasi bertahan
44
Gambar III. A. 4. Restoran di Kel. Pela Mampang
dimiliki dan tidak akan dengan mudah melepaskannya. Bagi masyarakat yang
bisnis juga akan semakin bertahan dengan harapan untuk memanfaatkan peluang
yang ada.
perekonomian yang terjadi di Kel Pela Mampang akibat adanya perkantoran dan
wilayah bisnis ini sangatlah terasa, harga lahan yang tinggi dan perubahan fisik
tempat tinggal juga menjadi parameter peneliti dalam menerjemahkan bahwa dari
adaptasi yang dilakukan masyarakat itu sendiri. Secara umum keadaan lingkungan
45
di Kel Pela Mampang memang mengalami perubahan yang drastis sehingga
Masyarakat Kel Pela Mampang, adaptasi ini berkaitan erat dengan perubahan
ataupun juga dengan membuka tempat kos bagi pekerja yang bekerja di
lanjut hanya mengandalkan uang pensiun maupun bantuan dari sanak family.
46
BAB IV
A. Kesimpulan
Mampang mampu untuk tetap bertahan dengan kodisi sosial yang ada
tidak sedikit yang memilih untuk menjual aset tempat tinggalnya untuk
Mampang yang bertahan saat ini tidak sedikit yang menunggu tawaran
jual tanah dengan harga tinggi dan mereka indah ke kota penyanggah
47
3. Masyarakat yang bertahan tetap tinggal pada umumnya mereka yang
memiliki alasan kuat untuk tetap tinggal. Baik tempat kerja yang dekat
lapangan kerja sektor informal bagi masyarakat asli pela mampang yan
B. Rekomendasi
berwirausaha).
48
Daftar Pustaka
Anonymous, 2010. Planning for Resilient and Sustainable Cities. pp. 143-146
Bandar Jakarta. (2009). Persebaran Bahasa Betawi. Jakarta: Jak TV.
Banaag, C. G. (2002).Resiliency, Street Children, And Substance Abuse
Prevention.Prevention Preventif, Nov. 2002, Vol 3.
Berry, J.W., Poortinga, Y.H., Seagall, M.H., dan Dasen, P.R. (1999). Psikologi
Lintas Budaya: Riset dan Aplikasi (Edisi terjemahan). Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Dayaksini, T & Yuniardi, S. (2008). Psikologi Lintas Budaya (Edisi revisi).
Malang: UMM Press.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT
Remaja Rosyadakarya.
Dhyah Puspita Dewi dan Joesron Alie Syahbana. 2015. Jurnal Teknik PWK
Volume 4 Nomor 1 2015 “Kebertahanan Kawasan Perkampungan
Pedamaran Semarang”
Folke, C., S. R. Carpenter, B. Walker, M. Scheffer, T. Chapin, and J. Rockström.
2010. Resilience 358 thinking: integrating resilience, adaptability and
transformability. Ecology and Society 15(4): 20. [online] URL: http://
www.ecologyandsociety.org/vol15/iss4/art20/
Hazuda, H. P., Stern, M. P & Haffner, S. M. (1988). Acculturation and
assimilation among Mexican Americans: Sales and population-based data.
Diambil dari
http://etd.ohiolink.edu/sendpdf.cgi/Cox%20Chiko%20Inoue.pdf
Heryanto, Bambang. 2011. Roh dan Citra Kota. Surabaya : Brilian Internasional.
Kanumosoyo, B. (2007). Perubahan Identitas Penduduk Jakarta. Diambil dari L.
Castles. Profil Etnik Jakarta. Masup Jakarta, Jakarta.
Kennedy, Maureen, dan Paul Leonard. 2001. Dealing with Neighboorhood
Change: A Primer on Gentrification and Policy Choices. California: The
Brookings Institution.
Klohnen, E.C. (1996). Conseptual Analysis and Measurement of The Construct of
Ego Resilience. Journal of Personality and Social Psychology, Volume. 70
No 5, p 1067-1079.
Knox, Paul dan Steven Pinch. 1982. Urban Social Geography: An Introduction.
British Library Cataloguing-in- Publication Data : E-Book
L. Castles. (2007). Profil Etnik Jakarta. Masup Jakarta, Jakarta.
Lonner, W.J & Malpass, R. (1999). Psychology and Culture. Boston: Allyn and
Bacon, Inc.
M. Echols, John dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2005.
McCubbin, L. 2001. Chalange to The Definition of Resilience.Paper
presented at The Annual Meeting of The American Psychological
Association in San Francisco.
Nurinayanti, R., & Atiudina.(2011).Makna kebersyukuran dan Resiliensi:
Telaah Pustaka tentang Pengaruh Kebersyukuran dan Pengaruhnya
xlix
Terhadap Daya Resiliensi Pada Korban Erupsi Merapi DIY 2010.
Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Prabowo Hendro. (2003). Socio-economic Marginalization of the Indigenous
Betawinese Farmer in Jakarta. Diambil dari
http://www.indiana.edu/~iascp/bali/papers/Prabowo_Hendro.pdf/2003
Reivich, K., & Shatte, A. (2002). The Resilience Factor: 7 Keys To Finding
Your Inner Strength And Overcome Life’s Hurdles. New York:
Broadway Books.
Satori, Djam’an dan Komariah, Aan. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alafabeta
Shatkin, Gavin. 2007. Collective Action and Urban Poverty Alleviation
Community Organizations and the Struggle for Shelter in Manila. England :
E-Book.
Soeratno. 1995. Metedologi Penelitian. Yogyakarta: UUP AMP YKPN
Sudarmawan Yuwono dan Sitti Wardiningsih, 2016. Jurnal Arsitektur NALARs
Volume 15 No 1 Januari 2016:73-80 “Mempertahankan Keberadaan
Kampung Di Tengah-Tengah Kawasan Modern Jakarta”
Social Science Research Council. (1954). Acculturation: An Exploratory
Formulation. Summer Seminar on Acculturation. American Anthropologist.
Diambil dari
http://etd.ohiolink.edu/sendpdf.cgi/Cox%20Chiko%20Inoue.pdf
Tendra Istanabi dkk. 2018. Region Jurnal Pembangunan Wilayah dan perencanaan
Partisipatif ” Asimilasi sebagai Terjemahan Bentuk Adaptasi dalam
Resiliensi Komunitas Kampung Kota di Kampung Sudiroprajan Surakarta”
ISSN: 1858-4837, E-ISSN: 2598-019X, Volume 13, Nomor 1 (2018),
https://jurnal.uns.ac.id/region
Zane. N. & Mak. W. (2003). Major approaches to the measurement of
acculturation among ethnic minority population: A content analysis and an
alternative empirical strategy. Diambil dari http://etd.ohiolink.edu/send-
pdf.cgi/Almaseb%20Hend.pdf Diakses pada 28 Maret 2020 Pukul 20.13
WIB
Zahnd, Markus. 2006. Perancangan Kota Secara Terpadu. Yogyakarta : Kanisius
l
LAMPIRAN WAWANCARA
Nama : Sutrisno
Hari, tanggal : Sabtu, 28 Desember 2019
Waktu : 15.35 Wib
Tempat : Jl. Bangka IV No. 45 Kel. Pela Mampang
li
kurang mampu di jakarta. Dan ada juga
tetangga saya yang dulu tinggal disini nyesel
pindah ke daerah depok. Katanya disini
banyak bantuan untuk anak sekolah dan
sekolah anak anak pada gratis beda dengan
daerah dia sekarang.
16. Sampai kapan anda memilih untuk Kurang tau. Mungkin sampai kena gusuran
bertahan di wilayah ini ? kali ya. Tinggal disini tuh enak walau mahal
biaya hidupnya, tp untuk pendidikan anak
terjamin disini.
17. Wilayah ini sudah termasuk kawasan Alhamdulillah bisa, disini kan banyak kantor,
elit, apa anda bisa bertahan hidup cafe dan restoran. Pemuda sini dan warga
dengan kondisi saaat ini yang segala sini banyak yang bekerja disitu, kalo warga
kebutuhan hidup disini lebih mahal yang pendidikanya gak sampe kuliah paling
karena labeling wilayah elit ini ? sebatas pelayan dan OB atau satpam. Itupun
udah lumayan untuk dapat penghasilan
perbulan. Dan yang gak sekolah bisa jadi
tukang parkir di tempat itu juga. Atau
dagang makanan di sekitaran sini. Banyak
peluang untuk dapat penghasilan disini.
Tergantung seberapa giatnya orang itu.
lii
Nama : Rahmat
Hari, tanggal : Sabtu, 28 Desember 2019
Waktu : 16.40 Wib
Tempat : Jl. Bangka VI No. 57 Kel. Pela Mampang
liii
hubungan yang baik antara masyarakat
betawi dan pendatang dari luar Jakarta.
Orang betawi sangat menghormati
budaya yang mereka warisi. terbukti dari
perilaku kebanyakan warga yang masih
memainkan lakon atau kebudayaan yang
diwariskan dari masa ke masa seperti
lenong, ondel-ondel, gambang kromong
walau gak terlalu banyak peminatnya.
12. Apa alasan banyak pendatang yang Yang saya tau paling utama itu untuk
tinggal di daerah sini ? mencari pekerjaan dan yang kedua untuk
mendapatkan anaknya pendidikan yang
berkualitas dengan biaya yang terjangkau
karena subsidi dari pemerintah
daerahnya.
13. Berapa persen penduduk disini Lumayan banyak tp gak tau persisnya
yang asli warga sini (betawi)? berapa.
14. Banyak yang pindah gak penduduk Yang saya tau ada beberapa sih dan itu
sini dan apa alasan mereka pindah ? karena mereka tergiur dengan tawaran
untuk menjual rumah nya yang lumayan
tinggi
15. Kenapa anda memilih bertahan Karena pekerjaan saya ada disini dan
ketika banyak warga asli sini yang lingkungan disini juga baik untuk keluarga
pindah ke daerah lain ? saya.
16. Sampai kapan anda memilih untuk Saya sih tidak ada keinginan untuk pindah
bertahan di wilayah ini ? dari sini.
17. Wilayah ini sudah termasuk Bisa ko dengan penghasilan perbulan dari
kawasan elit, apa anda bisa pekerjaan saya terbilang cukup.
bertahan hidup dengan kondisi Bagaimana saya dan istri bisa mengatur
saaat ini yang segala kebutuhan engeluarannya saja.
hidup disini lebih mahal karena
labeling wilayah elit ini ?
liv
Nama : Fatimah
Hari, tanggal : Minggu, 29 Desember 2019
Waktu : 10.40 Wib
Tempat : Jl. Bangka V No. 26 Kel. Pela Mampang
No Pertanyaan Jawaban
.
1. Asli penduduk sini atau pendatang Iya asli penduduk sini ko.
?
2. Sudah berapa lama tinggal disini, Dari saya lahir toh bang. Udah dari 30
berapa tahun ? tahunan yang dulu.
3. Asli betawi ? Iya laah
4. Gimana kehidupan orang betawi Dulu mah masih gak terlalu rame cafe
disini jaman 70/80/90 an ? dan restoran. Jadi kalo ada momentum
keagamaan masih rame lah.
5. Apakah ada perbedaan dengan Kalo sekarang mah rada sepi karena
sekarang ? banyak rumah makan dan perkantoran.
Euforia nya kurang greget sih kalo
kata saya mah
6. Apa penduduk disini asli betawi Iya dominan bang
semua ?
7. Berapa banyak pendatang disini ? Gak terlalu banyak ko, kalo sejalan ini
aja mungkin sekitar 8 rumah kali ya.
8. Sejak kapan ramai pendatang Ya sejak abis tragedi 98 itu loh mas,
datang kesini ? banyak yang datang ke jakarta karena
cari kesempatan untuk dapat bekerja
disini
9. Bagaimana respon orang asli sini Ramah ko bang, tp kadang jengkel
ketika banyak pendatang yang juga sama pendatang yang gak mau
datang ? keluar untuk sosialisasi gitu loh.
10. Status mereka menetap atau Ngontrak sih banyakan.
ngontrak ?
11. Apa ada percampuran budaya Iya ada ko pasti. Biar kita sama sama
dengan budaya yang dibawa oleh ngerti aja satu sama lain. Biar gak ada
pendatang ? gesekan aja pas komunikasi.
12. Apa alasan banyak pendatang yang Tentunya untuk mendapatkan
tinggal di daerah sini ? pekerjaan dan meningkatkan
perekonomian.
13. Berapa persen penduduk disini 70% nan kali ya bang.
yang asli warga sini (betawi)?
14. Banyak yang pindah gak penduduk Ada tapi kalo disini gak terlalu banyak
sini dan apa alasan mereka pindah ? lah. Karena mau cari lingkungan yang
lebih sepi, disini sudah terlalu ramai
katanya. Dan itupun mereka sudah tua,
cari tempat untuk bisa hidup tenang
lv
kali yak
15. Kenapa anda memilih bertahan Karena keluarga besar saya banyak
ketika banyak warga asli sini yang yang disini bang, biar deket aja kalo
pindah ke daerah lain ? ada apa apa jadi gampang lah
16. Sampai kapan anda memilih untuk Ya gak tau sampai kapannya.
bertahan di wilayah ini ?
17. Wilayah ini sudah termasuk Iya memang sekarang labih mahal sih,
kawasan elit, apa anda bisa tapi ya sepinter pinternya kita aja
bertahan hidup dengan kondisi mengakali pengeluaran dan
saaat ini yang segala kebutuhan pemasukan. Kadang juga minus sih
hidup disini lebih mahal karena karena ada pengeluaran gak terduga.
labeling wilayah elit ini ? Tapi kan karena banyak keluarga saya
jadi gampang kali ada apa apa
lvi
Nama : Sobari Ahmad
Hari, tanggal : Minggu, 29 Desember 2019
Waktu : 12.15 Wib
Tempat : Jl. Bangka V No. 55 Kel. Pela Mampang
lvii
Nama : Baharudin Safrudin
Hari, tanggal : Minggu, 29 Desember 2019
Waktu : 15.08 Wib
Tempat : Jl. Bangka VIII No. 75 Kel. Pela Mampang
lviii
Nama : Zenal Evander
Hari, tanggal : Senin, 30 Desember 2019
Waktu : 16.45 Wib
Tempat : Jl. Bangka IX No. 25 Kel. Pela Mampang
lix
Nama : Bahir Ahmad
Hari, tanggal : Senin, 30 Desember 2019
Waktu : 17.43 Wib
Tempat : Jl. Bangka IX No. 54 Kel. Pela Mampang
lx