DAN
KEDUA:
Ps. 3 ayat (1) huruf b, c, d UU TPPU 25/2003 juncto
Ps. 65 ayat (1) KUHP
DAN
KETIGA:
Ps. 3 ayat UU TPPU 8/2010 juncto Ps. 65 ayat (1)
KUHP
Tuntutan Terbukti bersalah melakukan Tindak Pidana sebagaimana
Dakwaan Kesatu Primair dan Kedua dan Ketiga, yakni Ps. 2
ayat (1) juncto Ps. 18 UU PTPK juncto Ps. 55 ayat (1) ke-1
KUHP juncto Ps. 65 ayat (1) KUHP; dan Ps. 3 ayat (1) huruf
b, c, d UU TPPU 25/2003 juncto Ps. 65 ayat (1) KUHP ; dan
Ps. 3 ayat UU TPPU 8/2010 juncto Ps. 65 ayat (1) KUHP.
-1-
Tutorial dan Simulasi Tata Cara Penggunaan Pedoman Pemidanaan - Kasus 2
-2-
Tutorial dan Simulasi Tata Cara Penggunaan Pedoman Pemidanaan - Kasus 2
Mengadili Sendiri:
1. Pidana Penjara selama 15 (lima belas) tahun;
2. Pidana Denda Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah) subsidair 1 (satu) tahun kurungan;
3. Pidana Tambahan Uang Pengganti:
Rp23.127.028.245,00 (dua puluh tiga miliar
seratus dua puluh tujuh juta dua puluh delapan
ribu dua ratus empat puluh lima rupiah) subsidair
4 (empat) tahun penjara;
Kasus Posisi
Pada tanggal 15 Juli 2004, Heru bersama Zulkarnain Nyak Abbas (Pimpinan
Proyek) menandatangani Surat Perjanjian Kerja Jasa Konstruksi untuk
pembangunan Dermaga Bongkar Sabang yang diperuntukkan sebagai
kawasan industri perikanan terpadu internasional dengan nilai kontrak
Rp7,1 milyar. Pada tanggal 26 Oktober 2004 Heru menerima pembayaran
uang muka 20% dari nilai kontrak setelah dipotong pajak sebesar Rp1,3
milyar yang ditransfer ke rekening Nindya Sejati JO namun uang tersebut
tidak digunakan untuk pembiayaan proyek melainkan secara diam-diam
tanpa diketahui Heru ditarik tunai oleh Syaiful Maali dan disetorkan ke
rekening Syaiful pribadi dan PT Tuah Sejati. Hingga berakhirnya masa
kontrak tidak ada pekerjaan fisik yang dilaksanakan.
2006
Pada tahun 2006 pembangunan Dermaga Bongkar Sabang kembali
dilanjutkan dengan anggaran sebesar Rp8 milyar. Nindya Sejati JO kembali
ditetapkan sebagai pelaksana pekerjaan dengan penunjukan langsung.
Namun ditengah pembangunan, Heru mengalihkan pekerjaan utama,
pekerjaan persiapan dan pekerjaan trestle (pemancangan) kepada CV SAA
Inti Karya Teknik. Secara keseluruhan, Heru menerima uang dari BPKS
Sabang sebesar Rp8,4 milyar namun yang secara riil dipergunakan untuk
pembangunan adalah sebesar Rp5,3 milyar. Sehingga terdapat selisih
yang tidak dapat dipertanggungjawabkan Heru.
2007
Pada tahun 2007 kembali BPKS melanjutkan pembangunan Dermaga
Bongkar Sabang dengan sjala yang lebih besar dengan beberapa perubahan.
Dengan alasan pekerjaan pembangunan tersebut merupakan lanjutan dan
-3-
Tutorial dan Simulasi Tata Cara Penggunaan Pedoman Pemidanaan - Kasus 2
2008-2011
Pada rentang waktu 2008-2011, kembali BPKS melanjutkan pembangunan
Dermaga Bongkar Sabang dengan nilai anggaran tahun 2008 sebesar Rp125
milyar, tahun 2009 sebesar Rp245 milyar, tahun 2010 sebesar Rp192
milyar, dan tahun 2011 sebesar Rp265 milyar. Kembali Nindya Sejati JO
terpilih sebagai penyedia jasa pekerjaan pembangunan Dermaga
Bongkar Sabang. Heru juga kembali mengalihkan pekerjaan utama
kepada PT BPA.
Heru sejak awal sudah memiliki niat untuk mengaburkan asal-usul uang
yang diduga atau patut diketahui berasal dari hasil tindak pidana
korupsi proyek pembangunan Dermaga Sabang dan proyek-proyek lainnya
tersebut, sehingga Heru meminta pihak-pihak miliknya untuk mengirimkan
uang ke dalam rekening pribadi milik Heru. Dengan tujuan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul uang yang diduga atau
patut diketahui berasal dari hasil tindak pidana korupsi tersebut,
kemudian dalam kurun waktu tahun 2011 - 2013 telah
-4-
Tutorial dan Simulasi Tata Cara Penggunaan Pedoman Pemidanaan - Kasus 2
Fakta Hukum
Nilai Harta Terdakwa memperoleh Rp23.127.028.245,00 (dua puluh
Benda yang tiga miliar seratus dua puluh tujuh juta dua puluh delapan
Diperoleh dari ribu dua ratus empat puluh lima rupiah)
Tindak Pidana
Korupsi
Kerugian Atas perbuatan tersebut, negara telah dirugikan sebesar
Keuangan Rp45.092.204.014,53 (empat puluh lima miliar sembilan
Negara puluh dua juta sembilan puluh empat ribu empat belas
rupiah koma lima puluh tiga sen)
Keadaan yang - Terdakwa berusaha untuk menyamarkan atau
Memberatkan menyembunyikan asal-usul hasil kejahatan tindak
pidana korupsi.
Keadaan yang - Terdakwa belum pernah dihukum;
Meringankan - Terdakwa kooperatif dalam mengikuti jalannya
sidang.
-5-
-16-
LAMPIRAN
PERATURAN MAHKAMAH AGUNG
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG PEDOMAN PEMIDANAAN
PASAL 2 DAN PASAL 3 UNDANG-
UNDANG PEMBERANTASAN
TINDAK PIDANA KORUPSI
TAHAP I [Pasal 6]
Menentukan Kategori Kerugian Keuangan Negara atau Perekonomian Negara
(✓)
Nilai Kerugian Keuangan Negara atau Perekonomian
Kategori Paling Berat Negara dari tindak pidana korupsi lebih dari
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah)
Nilai Kerugian Keuangan Negara atau Perekonomian
Negara dari tindak pidana korupsi lebih dari
Kategori Berat Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah)
sampai dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus
miliar rupiah)
Nilai Kerugian Keuangan Negara atau Perekonomian
Negara dari tindak pidana korupsi lebih dari
Kategori Sedang Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai
dengan Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar
rupiah)
Nilai Kerugian Keuangan Negara atau Perekonomian
Negara dari tindak pidana korupsi lebih dari
Kategori Ringan
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai
dengan Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
Nilai Kerugian Keuangan Negara atau Perekonomian
Kategori Paling
Negara dari tindak pidana korupsi sampai dengan
Ringan
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
Tingkat Kesalahan, Dampak, dan Keuntungan terbagi ke dalam 3 (tiga) kategori yang
ditentukan berdasarkan aspek-aspek di bawah ini:
a-3.1. nilai harta benda yang diperoleh terdakwa dari tindak pidana korupsi
besarnya lebih dari 50% (lima puluh persen) dari kerugian keuangan
negara atau perekonomian negara dalam perkara yang bersangkutan;
dan/atau
a-3.2. nilai pengembalian kerugian keuangan negara yang dilakukan
terdakwa besarnya kurang dari 10% (sepuluh persen) dari nilai harta
benda yang diperoleh terdakwa dalam perkara yang bersangkutan.
Aspek Kesalahan
(✓)
Indikator Tinggi Sedang Rendah
terdakwa memiliki peran yang
paling signifikan dalam
terjadinya tindak pidana
Pasal 8 huruf a angka 1 ✓
korupsi, baik dilakukan
sendiri maupun bersama-
sama;
terdakwa memiliki peran yang
1 signifikan dalam terjadinya
Pasal 9 huruf a angka 1 tindak pidana korupsi, baik
dilakukan sendiri maupun
bersama-sama; atau
terdakwa memiliki peran yang
tidak signifikan dalam
Pasal 10 huruf a angka 1
terjadinya tindak pidana
korupsi.
terdakwa memiliki peran
sebagai penganjur atau yang
Pasal 8 huruf a angka 2 ✓
menyuruhlakukan terjadinya
tindak pidana korupsi;
terdakwa merupakan orang
Pasal 9 huruf a angka 2 yang turut serta melakukan
2 tindak pidana korupsi; atau
perbuatan terdakwa
mengakibatkan hasil
pekerjaan atau pengadaan
barang dan/atau jasa tidak
Pasal 10 huruf b angka 2
sesuai spesifikasi tanpa
pertanggungjawaban yang
jelas namun masih dapat
dimanfaatkan.
perbuatan terdakwa
mengakibatkan penderitaan
bagi kelompok masyarakat
yang rentan, diantaranya
3 Pasal 8 huruf b angka 3
orang lanjut usia, anak-anak,
fakir miskin, perempuan
hamil, dan penyandang
disabilitas.
Jumlah Aspek Dampak2 1 1
2Isi dengan angka.
-22-
secara merata pada beberapa atau seluruh kategori, hakim menentukan tingkat
kesalahan, dampak, dan keuntungan berada pada tingkat sedang.
Hakim memilih Rentang Penjatuhan Pidana yang telah diatur di bawah ini dengan
menyesuaikan antara:
1. Kategori Kerugian Keuangan Negara atau Perekonomian Negara (Lampiran
Tahap I); dan
2. Tingkat Kesalahan, Dampak, dan Keuntungan (Lampiran Tahap II).
I / II / III / IV / V / VI / VII /
Rentang Penjatuhan Pidana6
VIII / IX
Pidana Penjara7 Pidana Denda7
Tahun /
80 Juta/
13 Tahun s/d 16 Seumur Rp 650 Juta s/d Rp
0 Miliar
Hidup
6Lingkari angka romawi sesuai dengan Rentang Penjatuhan Pidana yang dipilih.
(✓)
(✓)
11Hakim dapat tidak menjatuhkan pidana denda dalam hal kerugian keuangan negara
atau perekonomian negara di bawah Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(✓)
1. status terdakwa sebagai saksi pelaku yang bekerjasama
mengungkapkan tindak pidana dengan aparat penegak hukum;12
dan/atau
2. terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 atau Pasal 3 Undang-Undang
✓
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan tindak pidana lainnya
secara kumulatif yang diadili dalam satu berkas perkara.13
12Dalam hal terdakwa merupakan saksi pelaku yang bekerjasama mengungkapkan tindak
pidana dengan aparat penegak hukum, hakim dapat menjatuhkan pidana penjara yang
paling ringan di antara terdakwa lainnya yang terbukti bersalah dalam perkara tersebut.
13Dalam hal terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 atau Pasal 3 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
dan tindak pidana lainnya secara kumulatif yang diadili dalam satu berkas perkara, pidana
yang dijatuhkan tidak boleh kurang dari berat ringan atau besaran pidana yang dijatuhkan
pada Tahap V.
Jika ditemukan adanya Ketentuan Lain yang Berkaitan dengan Penjatuhan Pidana,
hakim menentukan penyesuaian Penjatuhan Pidana pada kolom berikut ini: