Anda di halaman 1dari 534

PREDIKSI UKMPPD 3

Dengan Hati Cukup Sekali


Soal 101
Ny.Gilda usia 30 tahun G2P1A0 gravida 38 minggu datang ke RS untuk
persiapan melahirkan dan telah melakukan skreening pre SC. Pasien
sedang mengkonsumsi Levotiroksin rutin karena didiagnosa Hashimoto
disease oleh dokter spesialis penyakit dalam sub endokrinologi. Bayi lahir
sehat tanpa kelainan. Hasil skrining lab TSH 30 mU/L, FT4 dalam batas
normal. Apakah terapi segera yang dapat diberikan oleh dokter untuk
mengatasi masalah pada neonatus kasus ini untuk mencegah retardasi
mental dikemudian hari?
A. Propiltiuurasil 300-600mg dalam 3 dosis
B. Levotiroksin oral 10–15 mcg/kgBB/hari
C. Propanolol dosis 40-80mg dalam 2-4 dosis
D. carbimazole (10-20mg, 2-3x/hari)
E. Propanolol (20-40mg setiap 6 jam)
Analisis Soal 101
Ny.Gilda usia 30 tahun G2P1A0 gravida 38 minggu datang ke RS
untuk persiapan melahirkan dan telah melakukan skreening pre SC.
Pasien sedang mengkonsumsi Levotiroksin rutin karena
didiagnosa Hashimoto disease oleh dokter spesialis penyakit
dalam sub endokrinologi. Bayi lahir sehat tanpa kelainan. Hasil
skrining lab TSH 30 mU/L, FT4 dalam batas normal. Apakah
terapi segera yang dapat diberikan oleh dokter untuk mengatasi
masalah pada neonatus kasus ini untuk mencegah retardasi mental
dikemudian hari?

Diagnosa : Hipotiroid kongenital (primer)


Jawaban : Levotiroksin oral 10–15 mcg/kgBB/hari
Hipotiroid Kongenital

• Kelainan pada anak akibat kekurangan


hormon tiroid yang terjadi sejak di dalam
kandungan. Masa pembentukan jaringan otak
dan periode pertumbuhan pesat susunan saraf
pusat terjadi pada masa kehamilan dan tiga
tahun pertama kehidupan anak.
• Bila hipotiroid kongenital tidak diketahui dan
tidak diobati sejak dini, pertumbuhan akan
terhambat dan mengalami retardasi mental.
Diagnosis
Faktor Risiko
• Ibu hamil dengan terapi hipertiroid

Gejala (muncul >6-12 minggu)


• Badan kurus
• Lemas
• Nafsu makan berkurang
• Sering tidur; letargi
• Mongoloid face
• Makroglosia
• Hipotonus
• Poor growth
Diagnosis
Tatalaksana

• Levotiroksin oral → 10–15 mcg/kgBB/hari


• Tujuannya → normalisasi kadar free T4
kemudian normalisasi kadar TSH
• Terbaik diberikan bayi usia <2 minggu
Jawaban lainnya
A. Propiltiuurasil 300-600mg dalam 3 dosis:
tatalaksana hipertiroid: tatalaksana tirotoksikosis
B. Levotiroksin oral 10–15 mcg/kgBB/hari:
tatalaksana hipotiroid kongenital
C. Propanolol dosis 40-80mg dalam 2-4 dosis:
tatalaksana tirotoksikosis
D. Carbimazole (10-20mg, 2-3x/hari): obat antitiroid
untuk graves disease
E. Propanolol (20-40mg setiap 6 jam): beta blocker
untuk tatalaksana graves disease
Soal 101
Ny.Gilda usia 30 tahun G2P1A0 gravida 38 minggu datang ke
RS untuk persiapan melahirkan dan telah melakukan
skreening pre SC. Pasien sedang mengkonsumsi PTU rutin
karena didiagnosa Hashimoto disease oleh dokter spesialis
penyakit dalam sub endokrinologi. Setelah SC didapatkan
skreening neonatus pemeriksaan fisik ditemukan
makroglosia+. Hasil lab TSH 30 mU/L, FT4 dalam batas
normal. Apakah terapi segera yang dapat diberikan oleh
dokter untuk mengatasi masalah pada neonatus kasus ini
untuk mencegah retardasi mental dikemudian hari?
A. Propiltiuurasil 300-600mg dalam 3 dosis
B. Levotiroksin oral 10–15 mcg/kgBB/hari
C. Propanolol dosis 40-80mg dalam 2-4 dosis
D. carbimazole (10-20mg, 2-3x/hari)
E. Propanolol (20-40mg setiap 6 jam)
Soal 102
Tn. Farida usia 30 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan kaki
dan tangannya seperti membesar sejak 5 bulan yang lalu. Awalnya
ia melihat perubahan pada wajahnya yang berbulu dan diraba
kasar. Keluhan juga disertai dengan perkembangan rambut tubuh
kasar, kulit tebal yang semakin gelap, lebih cepat berkeringat dan
rahang juga menjulur keluar. Pasien merasa perkembangan
tubuhnya cepat sekali sehingga menyebabkan pasien khawatir akan
kondisinya. Padahal ketika kecil sampai usia 29 tahun,
perkembangan tubuhnya dirasa normal. Tanda vital TD:
130/90mmHg, N:100x/m, RR: 22x/m, T: 37C. Dari hasil klinis
anamnesa pasien tersebut, apakah perkiraan arah diagnosa dokter?
A. Akromegaly
B. Gigantisme
C. Gangguan tiroid
D. Pubertas prekoks sentral
E. Pubertas prekoks perifer
Analisis Soal 102
Tn. Farida usia 30 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
kaki dan tangannya seperti membesar sejak 5 bulan yang
lalu. Awalnya ia melihat perubahan pada wajahnya yang
berbulu dan diraba kasar. Keluhan juga disertai dengan
perkembangan rambut tubuh kasar, kulit tebal yang semakin
gelap, lebih cepat berkeringat dan rahang juga menjulur
keluar. Pasien merasa perkembangan tubuhnya cepat sekali
sehingga menyebabkan pasien khawatir akan kondisinya.
Padahal ketika kecil sampai usia 29 tahun, perkembangan
tubuhnya dirasa normal. Tanda vital TD: 130/90mmHg,
N:100x/m, RR: 22x/m, T: 37C. Dari hasil klinis anamnesa
pasien tersebut, apakah perkiraan arah diagnosa dokter?

Diagnosa :Akromegal
Gigantisme vs Akromegali

Gigantisme Akromegali
• Mengacu pada • Kelainan yang sama
pertumbuhan linear yaitu kelebihan IGF-I
yang tinggi dan tetapi terjadi di masa
abnormal karena aksi dewasa.
berlebihan faktor
pertumbuhan seperti •
insulin I (IGF-I)
sementara lempeng
pertumbuhan epifisis
terbuka selama masa
kanak-kanak.
Gigantisme vs Akromegali

Gigantisme Akromegali
• Pertumbuhan otot, organ, dan • Gejala pertama adalah
tulang yang tidak biasa perubahan pada wajah,
sehingga seorang anak lebih dengan tampilan kasar.
besar, termasuk lebih tinggi Kaki dan tangan
dari biasanya, untuk usia membengkak.
perkembangannya. Perkembangan rambut
tubuh kasar, kulit tebal yang
gelap, kelenjar tubuh
bertambah besar, produksi
keringat meningkat, rahang
juga menjulur keluar dan
lidah bisa berubah bentuk
dan ukuran.
Pubertas Prekoks (2)
Pubertas prekoks ialah perkembangan ciri-ciri seks
sekunder yang terjadi sebelum usia 8 tahun pada
seorang anak perempuan atau sebelum umur 9 tahun
pada seorang anak laki-laki.

Klasifikasi
• Pubertas prekoks sentral (gonadotropin-dependent
precocious puberty)
• Pubertas prekoks perifer (gonadotropin-independent
precocious puberty)

Etiologi
• Idiopatik, abnormalitas SSP, kelainan genetik, tumor.
Klasifikasi Etiologi Kadar Hormon
Pubertas prekoks Stimulasi gonadotropin Kadar
sentral (GnRH- berasal dari sekresi estrogen/testosteron
dependent precocious GnRH oleh hipotalamus meningkat akibat
puberty) (aksis hipotalamis- peningkatan LH/FSH
hipofisis-gonad) dan GnRH
Pubertas prekoks Stimulasi hormon Kadar
perifer (GnRH- steroid seks yang estrogen/testosteron
independent precocious diproduksi bukan akibat meningkat tanpa
puberty) sekresi gonadotropin disertai peningkatan
hipofisis akan tetap LH/FSH dan GnRH
berasal dari sebab
endogen (gonad atau
ekstragonad) atau
sebab eksogen
Diagnosis

Anamnesis
Pola pertumbuhan sejak lahir, usia awitan
tanda seks sekunder muncul dan
progresivitasnya, riwayat penyakit dahulu,
riwayat paparan hormon eksogen.
Pemeriksaan Fisik
• Antopometri
• Status pubertas menurut skala Tanner
• Genitalia
Diagnosis

• Anak perempuan  sekresi mukosa bening


dan visualisasi mukosa untuk menilai efek
estrogen, mukosa yang tampak merah
mengkilap dan merah muda dilapisi oleh lendir.
• Anak laki-laki  ukuran testis sudah berukuran
prepubertal ataupun pubertal
Jawaban lainnya
A. Akromegaly: Gejala pertama adalah perubahan pada wajah,
dengan tampilan kasar. Kaki dan tangan membengkak.
Perkembangan rambut tubuh kasar, kulit tebal yang gelap,
kelenjar tubuh bertambah besar, produksi keringat
meningkat, rahang juga menjulur keluar dan lidah bisa
berubah bentuk dan ukuran.
B. Gigantisme: Pertumbuhan otot, organ, dan tulang yang tidak
biasa sehingga seorang anak lebih besar, termasuk lebih tinggi
dari biasanya, untuk usia perkembangannya.
C. Gangguan tiroid: Goiter atau disebut juga struma adalah suatu
pembengkakan pada leher karena pembesaran kelenjar tiroid
akibat gangguan kelenjar tiroid, baik berupa perubahan bentuk
maupun perubahan fungsi (berlebih, berkurang atau normal).
D. Pubertas prekoks sentral: (gonadotropin-dependent precocious
puberty)
E. Pubertas prekoks perifer: (gonadotropin-independent
precocious puberty)
Soal 102
Tn. Farida usia 30 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
kaki dan tangannya seperti membesar sejak 5 bulan yang
lalu. Awalnya ia melihat perubahan pada wajahnya yang
berbulu dan diraba kasar. Keluhan juga disertai dengan
perkembangan rambut tubuh kasar, kulit tebal yang semakin
gelap, lebih cepat berkeringat dan rahang juga menjulur
keluar. Pasien merasa perkembangan tubuhnya cepat sekali
sehingga menyebabkan pasien khawatir akan kondisinya.
Padahal ketika kecil sampai usia 29 tahun, perkembangan
tubuhnya dirasa normal. Tanda vital TD: 130/90mmHg,
N:100x/m, RR: 22x/m, T: 37C. Dari hasil klinis anamnesa
pasien tersebut, apakah perkiraan arah diagnosa dokter?
A. Akromegaly
B. Gigantisme
C. Gangguan tiroid
D. Pubertas prekoks sentral
E. Pubertas prekoks perifer
Soal 103
Tn.Kasman usia 37 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
lemas sejak 4 bulan yang lalu. Pasien terdiagnosis diabetes melitus
tipe 2 sejak 3 bulan yang lalu dan telah mendapat terapi metformin
dan glimepirid. Tanda vital TD: 130/90mmHg, N:100x/m, RR: 22x/m,
T: 37C. Diketahui BB: 60kg, TB: 160cm. Hasil lab sekarang di
dapatkan HbA1c 9,2%, GDS:350mg/dl, GDP:280mg/dl, GD2PP
:270mg/dl. Dokter melakukan penambahan terapi insulin bagi
pasien. Berapakah kebutuhan dosis insulin yang diperlukan pasien?
A. Insulin post prandial = 15 IU dibagi 3x pemberian, Insulin Basal
= 12 IU → diberikan malam
B. Insulin post prandial = 20 IU dibagi 3x pemberian, Insulin Basal
= 5 IU → diberikan malam
C. Insulin post prandial = 13 IU dibagi 3x pemberian, Insulin Basal
= 10 IU → diberikan malam
D. Insulin post prandial = 18 IU dibagi 3x pemberian, Insulin Basal
= 12 IU → diberikan malam
E. Insulin post prandial = 15 IU dibagi 3x pemberian, Insulin Basal
= 6 IU → diberikan malam
Analisis Soal 103
Tn.Kasman usia 37 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
lemas sejak 4 bulan yang lalu. Pasien terdiagnosis diabetes
melitus tipe 2 sejak 3 bulan yang lalu dan telah mendapat
terapi metformin dan glimepirid. Tanda vital TD: 130/90mmHg,
N:100x/m, RR: 22x/m, T: 37C. Diketahui BB: 60kg, TB:
160cm. Hasil lab sekarang di dapatkan HbA1c 9,2%,
GDS:350mg/dl, GDP:280mg/dl, GD2PP :270mg/dl. Dokter
melakukan penambahan terapi insulin bagi pasien.
Berapakah kebutuhan dosis insulin yang diperlukan pasien?

Diagnosa : DM Tipe 2 dengan HbA1c >9%


Tatalaksana : Insulin post prandial = 18 IU
dibagi 3x pemberian, Insulin Basal = 12 IU
→ diberikan malam
Diabetes Melitus Tipe 2 (4A)

• Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu


kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
keduanya.
Klasifikasi
Patofisiologi
Diagnosis

Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi
pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
Algoritma Diagnosis
DM Perkeni 2011
Tatalaksana
Obat Anti Hiperglikemia (OAH)
Insulin
Insulin
Dosis Insulin

• Kebutuhan harian: 0,5 x kgBB


• Kemudian bagi 2
• 60% post prandial (insulin kerja cepat)
• 40% basal (insulin kerja panjang)

Contoh: BB=60kg
0,5 x 60kg = 30 IU
- 60% = 18 IU dibagi 3x pemberian → 6 IU pagi,
siang, malam
- 40% = 12 IU → diberikan malam
Jawaban lainnya
A. Insulin post prandial = 15 IU dibagi 3x pemberian,
Insulin Basal = 12 IU → diberikan malam: tidak tepat
B. Insulin post prandial = 20 IU dibagi 3x pemberian,
Insulin Basal = 5 IU → diberikan malam: tidak tepat
C. Insulin post prandial = 13 IU dibagi 3x pemberian,
Insulin Basal = 10 IU → diberikan malam: tidak tepat
D. Insulin post prandial = 18 IU dibagi 3x pemberian,
Insulin Basal = 12 IU → diberikan malam
E. Insulin post prandial = 15 IU dibagi 3x pemberian,
Insulin Basal = 6 IU → diberikan malam: tidak tepat
Soal 103
Tn.Kasman usia 37 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
lemas sejak 4 bulan yang lalu. Pasien terdiagnosis diabetes melitus
tipe 2 sejak 3 bulan yang lalu dan telah mendapat terapi metformin
dan glimepirid. Tanda vital TD: 130/90mmHg, N:100x/m, RR: 22x/m,
T: 37C. Diketahui BB: 60kg, TB: 160cm. Hasil lab sekarang di
dapatkan HbA1c 9,2%, GDS:350mg/dl, GDP:280mg/dl, GD2PP
:270mg/dl. Dokter melakukan penambahan terapi insulin bagi
pasien. Berapakah kebutuhan dosis insulin yang diperlukan pasien?
A. Insulin post prandial = 15 IU dibagi 3x pemberian, Insulin Basal
= 12 IU → diberikan malam
B. Insulin post prandial = 20 IU dibagi 3x pemberian, Insulin Basal
= 5 IU → diberikan malam
C. Insulin post prandial = 13 IU dibagi 3x pemberian, Insulin Basal
= 10 IU → diberikan malam
D. Insulin post prandial = 18 IU dibagi 3x pemberian, Insulin
Basal = 12 IU → diberikan malam
E. Insulin post prandial = 15 IU dibagi 3x pemberian, Insulin Basal
= 6 IU → diberikan malam
Soal 104
An.Rizka usia 10 tahun datang ke poliklinik diantar
ibunya dengan keluhan terdapat kutil pada punggung
kaki kanan sejak 2 minggu yang lalu. Pasien merasa
kadang kutilnya terasa gatal dan nyeri ketika memakai
sepatu. Pasien sering menggunakan kaos kaki basah
dan sepatunya terlihat sudah sempit. Diketahui BB:40kg
TB:150cm. Efloresensi dorsum tarsal dekstra :
ditemukan Papul verukosa ukuran 2x1,5x0,5cm. Apakah
diagnosa yang tepat untuk pasien tersebut?
A. Veruka vulgaris
B. Molluskum contangiosum
C. Varicella
D. Herpes zooster
E. Morbili
Analisis Soal 104
An.Rizka usia 10 tahun datang ke poliklinik diantar
ibunya dengan keluhan terdapat kutil pada
punggung kaki kanan sejak 2 minggu yang lalu.
Pasien merasa kadang kutilnya terasa gatal dan
nyeri ketika memakai sepatu. Pasien sering
menggunakan kaos kaki basah dan sepatunya
terlihat sudah sempit. Diketahui BB:40kg TB:150cm.
Efloresensi dorsum tarsal dekstra : ditemukan Papul
verukosa ukuran 2x1,5x0,5cm. Apakah diagnosa
yang tepat untuk pasien tersebut?

Diagnosa : Veruka Vulgaris


Veruka Vulgaris (4A)

• Veruka vulgaris merupakan hiperplasia


epidermis yang disebabkan oleh Human
Papilloma Virus (HPV) tipe 1-4 (tersering HPV
1 dan 2)
• Sinonim penyakit ini adalah kutil atau
common wart. Penularan melalui kontak
langsung dengan agen penyebab. Veruka ini
sering dijumpai pada anak-anak dan remaja.
Etiologi

• Human Papiloma Virus


• HPV 1 dan 2: Veruka Vulgaris, Plantar Warts
• HPV 3 dan 10: Flat warts
• HPV 6 dan 11: Kondiloma Akuminata
• HPV 16 dan 18: Kanker Serviks
Diagnosis
• Predileksi: Jari,
punggung tangan,
dan kaki
• Anamnesis : adanya
kutil pada kulit dan
mukosa.
• Kata kunci: Papul
verukosa di area
predileksi
Histopatologi
• Gambaran
papilomatosis,
hiperkeratosis, dan
parakeratosis
• Terdapat sel koilosit
Tatalaksana

• Lini pertama:
• Pengobatan topikal dengan pemberian bahan
kaustik, misal: Asam salisilat 20–40%, asam
trikloroasetat (TCA) 50%, atau larutan AgNO3 25%
• Lini kedua:
• Jika topikal gagal, Krioterapi (bedah beku)
Moluskum Kontangiosum (4A)

• Penyakit yang disebabkan oleh Poxvirus,


yang menginfeksi sel epidermal.
• Penularan melalui kontak langsung dengan
agen penyebab.
• Pada orang dewasa, penyakit ini digolongkan
ke dalam penyakit akibat hubungan seksual.
• Faktor resiko : terutama menyerang anak dan
kadang-kadang juga orang dewasa dan
imunodefisiensi.
Diagnosis
• Papul miliar, kadang-kadang
lentikular dan berwarna putih
seperti lilin, berbentuk kubah
yang kemudian terdapat
lekukan (delle) di tengahnya
(umbilikasi).
• Jika dipijat akan tampak keluar
massa yang berwarna putih
seperti nasi (badan
moluskum).
• Lokasi predileksi adalah
daerah muka, badan, dan
ekstremitas, sedangkan pada
orang dewasa di daerah pubis
dan genitalia eksterna.
• Kadang-kadang dapat timbul
infeksi sekunder sehingga
timbul supurasi
Tatalaksana
• Enukleasi isi,
dengan
mengeluarkan massa
yang mengandung
badan moluskum
dengan
menggunakan alat
seperti ekstraktor
komedo, jarum
suntik, atau alat kuret
kulit.
Morbili (4A)

• Morbili adalah suatu penyakit yang disebabkan


oleh virus Measles. Nama lain dari penyakit
ini adalah rubeola atau campak. Morbili
merupakan penyakit yang sangat infeksius
dan menular lewat udara melalui aktivitas
bernafas, batuk, atau bersin
Diagnosis
• Lesi dimulai pada
kepala daerah
perbatasan dahi
rambut, di belakang
telinga, dan
menyebar secara
sentrifugal ke bawah
hingga muka, badan,
ekstremitas, dan
mencapai kaki pada
hari ketiga.
Diagnosis
Pemeriksaan fisik :
• Demam,
konjungtivitis,
limfadenopati
general, pada
orofaring ditemukan
koplik spot sebelum
munculnya eksantem.
Gejala eksantem
berupa lesi makula
dan papula eritem
Tatalaksana

Pemeriksaan penunjang :
• Pemeriksaan sitologi dapat ditemukan sel
datia berinti banyak pada sekret.
• Serologi IgM anti-Rubella untuk
mengkonfirmasi diagnosis.

Terapi :
• Terapi suportif dan siptomatis dan
Suplementasi vitamin A
Jawaban lainnya
A. Veruka vulgaris: Kata kunci: Papul verukosa di area
predileksi
B. Molluskum contangiosum: efloresensi berupa Papul
miliar, kadang-kadang lentikular dan berwarna putih
seperti lilin, berbentuk kubah yang kemudian terdapat
lekukan (delle) di tengahnya (umbilikasi).
C. Varicella: Erupsi kulit berupa papul eritematosa yang
dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel.
D. Herpes zooster: vesikel berkelompok dengan dasar
eritem dan edema secara dermatomal
E. Morbili: Lesi dimulai pada kepala daerah perbatasan
dahi rambut, di belakang telinga, dan menyebar secara
sentrifugal ke bawah hingga muka, badan, ekstremitas,
dan mencapai kaki pada hari ketiga, koplik spot pada
lidah +
Soal 104
An.Rizka usia 10 tahun datang ke poliklinik diantar
ibunya dengan keluhan terdapat kutil pada punggung
kaki kanan sejak 2 minggu yang lalu. Pasien merasa
kadang kutilnya terasa gatal dan nyeri ketika memakai
sepatu. Pasien sering menggunakan kaos kaki basah
dan sepatunya terlihat sudah sempit. Diketahui BB:40kg
TB:150cm. Efloresensi dorsum tarsal dekstra :
ditemukan Papul verukosa ukuran 2x1,5x0,5cm. Apakah
diagnosa yang tepat untuk pasien tersebut?
A. Veruka vulgaris
B. Molluskum contangiosum
C. Varicella
D. Herpes zooster
E. Morbili
Soal 105
An.Laksmi usia 5 tahun datang ke poliklinik diantar ibunya
dengan keluhan terdapat beruntusan di seluruh kulitnya sejak
2 hari yang lalu. Menurut ibunya, pasien juga mengalami
demam sejak 5 hari yang lalu. Pasien merasa gatal dan perih
pada area kulit yang mengalami beruntusan. Diketahui BB:
30kg, T: 38. Efloresesi kulit : vesikel multiple berbentuk tear
drop distribusi luas seluruh tubuh. Pola distribusi sentrifungal
+. Apakah mikroorganisme yang ditemukan pada
pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus tersebut
jika pasien terdiagnosa pasti varicella zooster?
A. Hifa panjang
B. Arthrospora
C. Multinucleated Giant Cell
D. Mycobacterium leprae
E. Spagheti and meat ball apperance
Analisis Soal 105
An.Laksmi usia 5 tahun datang ke poliklinik diantar
ibunya dengan keluhan terdapat beruntusan di seluruh
kulitnya sejak 2 hari yang lalu. Menurut ibunya, pasien
juga mengalami demam sejak 5 hari yang lalu. Pasien
merasa gatal dan perih pada area kulit yang mengalami
beruntusan. Diketahui BB: 30kg, T: 38. Efloresesi kulit :
vesikel multiple berbentuk tear drop distribusi luas
seluruh tubuh. Pola distribusi sentrifungal +. Apakah
mikroorganisme yang ditemukan pada pemeriksaan
penunjang yang dilakukan pada kasus tersebut jika
pasien terdiagnosa pasti varicella zooster?

Diagnosa : Varicella Zooster


Diagnosa : Multinucleated Giant Cell
Varisela (4A)

• Infeksi akut primer oleh virus Varicella zoster


yang menyerang kulit dan mukosa, klinis
terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit
polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral
tubuh. Masa inkubasi 14-21 hari. Penularan
melalui udara (air-borne) dan kontak langsung.
Diagnosis
• Demam, malaise, dan
nyeri kepala.
• Kemudian disusul
timbulnya lesi kulit
berupa papul eritem
yang dalam waktu
beberapa jam
berubah menjadi
vesikel.
• Biasanya disertai
rasa gatal.
Diagnosis
• Erupsi kulit berupa papul eritematosa yang
dalam waktu beberapa jam berubah menjadi
vesikel.
• Bentuk vesikel ini khas berupa tetesan embun
(tear drops).
• Vesikel akan menjadi keruh dan kemudian menjadi
krusta.
• Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi
vesikel-vesikel baru yang menimbulkan gambaran
polimorfik khas untuk varisela.
• Penyebaran terjadi secara sentrifugal, serta
dapat menyerang selaput lendir mata, mulut, dan
saluran napas atas.
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
• Tzanck Smear : Multinucleated Giant Cell

Tatalaksana
• Simptomatik → Antipiretik, bedak salisil dapat
diberikan untuk mengurangi gatal
• Pengobatan antivirus oral, antara lain:
• Asiklovir 5 x 800 mg/hari, selama 7–10 hari
• Valasiklovir 3x1000 mg/hari, selama 7–10 hari
• Anak-anak 4 x 20 mg/kgBB (dosis maksimal 800
mg),
Jawaban lainnya

A. Hifa panjang: tinea capitis


B. Arthrospora: tinea capitis
C. Multinucleated Giant Cell: varicelal
zooster
D. Mycobacterium leprae: Lepra kulit
E. Spagheti and meat ball apperance: tinea
versikolor
Soal 105
An.Laksmi usia 5 tahun datang ke poliklinik diantar ibunya
dengan keluhan terdapat beruntusan di seluruh kulitnya sejak
2 hari yang lalu. Menurut ibunya, pasien juga mengalami
demam sejak 5 hari yang lalu. Pasien merasa gatal dan perih
pada area kulit yang mengalami beruntusan. Diketahui BB:
30kg, T: 38. Efloresesi kulit : vesikel multiple berbentuk tear
drop distribusi luas seluruh tubuh. Pola distribusi sentrifungal
+. Apakah mikroorganisme yang ditemukan pada
pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus tersebut
jika pasien terdiagnosa pasti varicella zooster?
A. Hifa panjang
B. Arthrospora
C. Multinucleated Giant Cell
D. Mycobacterium leprae
E. Spagheti and meat ball apperance
Soal 106
Ny.Pamela usia 25 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
kulit beruntusan sejak 1 minggu yang lalu di daerah punggung
atas. Beruntusan di punggungnya terasa perih dan nyeri.
Pasien mengalami demam sejak 7 hari yang lalu. Pasien
pernah mengalami cacar ketika masih duduk di bangku SD.
Tanda vital TD:130/80mmHg, N: 82x/m, RR: 20x/m, T:36,7C.
Efloresensi kulit punggung ditemukan vesikel dengan dasar
eritem yang terletak unilateral sepanjang distribusi
dermatomal T7. Apakah terapi yang diberikan untuk
mengatasi masalah pasien tersebut?
A. Valasiklovir 3x1000 mg/hari, selama 7–10 hari
B. Asiklovir 3 x 800 mg/hari, selama 7–10 hari
C. Asiklovir 5 x 400 mg/hari, selama 7–10 hari
D. Valasiklovir 3x500 mg/hari, selama 7–10 hari
E. Valasiklovir 5x500 mg/hari, selama 7–10 hari
Analsisi Soal 106
Ny.Pamela usia 25 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
kulit beruntusan sejak 1 minggu yang lalu di daerah punggung
atas. Beruntusan di punggungnya terasa perih dan nyeri.
Pasien mengalami demam sejak 7 hari yang lalu. Pasien
pernah mengalami cacar ketika masih duduk di bangku SD.
Tanda vital TD:130/80mmHg, N: 82x/m, RR: 20x/m, T:36,7C.
Efloresensi kulit punggung ditemukan vesikel dengan
dasar eritem yang terletak unilateral sepanjang distribusi
dermatomal T7. Apakah terapi yang diberikan untuk
mengatasi masalah pasien tersebut?

Diagnosa : Herpes Zooster


Tatalaksana : Valasiklovir 3x1000
mg/hari, selama 7–10 hari
Herpes Zoster (4A)

• Infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh


virus Varisela- zoster. Infeksi ini merupakan
reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi
primer yang sebelumnya pernah terkena
varicella yang dorman di ganglion sensoris
posterior
• Faktor resiko: Umumnya terjadi pada orang
dewasa, terutama orang tua.dan
imunodefisiensi
Diagnosis

Klinis
• Nyeri radikular dan gatal terjadi sebelum
erupsi.
• Keluhan dapat disertai dengan gejala
prodromal sistemik berupa demam, pusing,
dan malaise.
• Setelah itu timbul gejala kulit kemerahan yang
dalam waktu singkat menjadi vesikel
berkelompok dengan dasar eritem dan
edema secara dermatomal
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
• Sekelompok vesikel
dengan dasar eritem
yang terletak unilateral
sepanjang distribusi
saraf spinal atau
kranial (bersifat
dermatomal).

Pemeriksaan
penunjang
• Tzanck Smear :
Multinucleated Giant
Cell
Tatalaksana

• Simptomatik → Antipiretik, bedak salisil dapat


diberikan untuk mengurangi gatal

Pengobatan antivirus oral, antara lain:


• Asiklovir 5 x 800 mg/hari, selama 7–10 hari
• Valasiklovir 3x1000 mg/hari, selama 7–10 hari
• Anak-anak 4 x 20 mg/kgBB (dosis maksimal
800 mg),
Jawaban lainnya
A. Valasiklovir 3x1000 mg/hari, selama 7–10
hari
B. Asiklovir 3 x 800 mg/hari, selama 7–10 hari:
kurang dosis
C. Asiklovir 5 x 400 mg/hari, selama 7–10 hari:
kurang dosis
D. Valasiklovir 3x500 mg/hari, selama 7–10 hari:
kurang dosis
E. Valasiklovir 5x500 mg/hari, selama 7–10 hari:
dosis berlebih
Soal 106
Ny.Pamela usia 25 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
kulit beruntusan sejak 1 minggu yang lalu di daerah punggung
atas. Beruntusan di punggungnya terasa perih dan nyeri.
Pasien mengalami demam sejak 7 hari yang lalu. Pasien
pernah mengalami cacar ketika masih duduk di bangku SD.
Tanda vital TD:130/80mmHg, N: 82x/m, RR: 20x/m, T:36,7C.
Efloresensi kulit punggung ditemukan vesikel dengan dasar
eritem yang terletak unilateral sepanjang distribusi
dermatomal T7. Apakah terapi yang diberikan untuk
mengatasi masalah pasien tersebut?
A. Valasiklovir 3x1000 mg/hari, selama 7–10 hari
B. Asiklovir 3 x 800 mg/hari, selama 7–10 hari
C. Asiklovir 5 x 400 mg/hari, selama 7–10 hari
D. Valasiklovir 3x500 mg/hari, selama 7–10 hari
E. Valasiklovir 5x500 mg/hari, selama 7–10 hari
Soal 107
An.Farah usia 3 tahun dibawa ibunya ke puskesmas dengan
keluhan kemerahan seluruh tibuh sejak 5 hari yang lalu. awalnya
muncul kemerahan dari wajah pasien, kemudian menjalar ke leher,
badan dan tangan juga kaki. Pasien mengalami demam batuk dan
pilek sejak seminggu yang lalu. Mata pasien juga terlihat kemerahan
dan terdapat benjolan di sekitar leher pasien. Diketahui BB: 18kg
T:37,8C. Pemeriksaan fisik, mata : konjungtivitis+, leher:
limfadenopati+, orofaring Demam, konjungtivitis, limfadenopati
general, orofaring: koplik spot, kulit : lesi makula dan papul multiple
berupa eksantem luas seluruh tubuh. Pemeriksaan sitologi dapat
ditemukan sel datia berinti banyak pada sekret. Apakah diagnosa
yang tepat untuk pasien tersebut?
A. Varicella
B. Herpes zooster
C. Rubeolla
D. HSV 1
E. HSV 2
Analisis Soal 107
An.Farah usia 3 tahun dibawa ibunya ke puskesmas dengan
keluhan kemerahan seluruh tubuh sejak 5 hari yang lalu.
awalnya muncul kemerahan dari wajah pasien, kemudian
menjalar ke leher, badan dan tangan juga kaki. Pasien
mengalami demam batuk dan pilek sejak seminggu yang lalu.
Mata pasien juga terlihat kemerahan dan terdapat benjolan di
sekitar leher pasien. Diketahui BB: 18kg T:37,8C.
Pemeriksaan fisik, mata : konjungtivitis+, leher:
limfadenopati+, orofaring Demam, konjungtivitis,
limfadenopati general, orofaring: koplik spot, kulit : lesi makula
dan papul multiple berupa eksantem luas seluruh tubuh.
Pemeriksaan sitologi dapat ditemukan sel datia berinti banyak
pada sekret. Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien
tersebut?

Diagnosa : Rubeolla
Morbili (4A)

• Morbili adalah suatu penyakit yang disebabkan


oleh virus Measles. Nama lain dari penyakit
ini adalah rubeola atau campak. Morbili
merupakan penyakit yang sangat infeksius
dan menular lewat udara melalui aktivitas
bernafas, batuk, atau bersin
Diagnosis
• Lesi dimulai pada
kepala daerah
perbatasan dahi
rambut, di belakang
telinga, dan
menyebar secara
sentrifugal ke bawah
hingga muka, badan,
ekstremitas, dan
mencapai kaki pada
hari ketiga.
Diagnosis
Pemeriksaan fisik :
• Demam,
konjungtivitis,
limfadenopati
general, pada
orofaring ditemukan
koplik spot sebelum
munculnya eksantem.
Gejala eksantem
berupa lesi makula
dan papula eritem
Tatalaksana

Pemeriksaan penunjang :
• Pemeriksaan sitologi dapat ditemukan sel
datia berinti banyak pada sekret.
• Serologi IgM anti-Rubella untuk
mengkonfirmasi diagnosis.

Terapi :
• Terapi suportif dan siptomatis dan
Suplementasi vitamin A
Jawaban lainnya
A. Varicella: Infeksi akut primer oleh virus Varicella zoster yang menyerang kulit
dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama
berlokasi di bagian sentral tubuh. Masa inkubasi 14-21 hari. Penularan melalui
udara (air-borne) dan kontak langsung
B. Herpes zooster: Infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus Varisela-
zoster. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi
primer yang sebelumnya pernah terkena varicella yang dorman di ganglion
sensoris posterior
C. Rubeolla: Morbili adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
Measles. Nama lain dari penyakit ini adalah rubeola atau campak. Morbili
merupakan penyakit yang sangat infeksius dan menular lewat udara
melalui aktivitas bernafas, batuk, atau bersin
D. HSV 1: Infeksi akut yang disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe 1
(perioral) yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit
yang sembab dan eritematosa pada daerah mukokutan. Penularan melalui
kontak langsung dengan agen penyebab.
E. HSV 2: Infeksi akut yang disebabkan oleh Virus Herpes simpleks tipe 2
(genital), yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit
yang sembab dan eritematosa pada daerah mukokutan. Penularan melalui
kontak langsung dengan agen penyebab.
Soal 107
An.Farah usia 3 tahun dibawa ibunya ke puskesmas dengan
keluhan kemerahan seluruh tibuh sejak 5 hari yang lalu. awalnya
muncul kemerahan dari wajah pasien, kemudian menjalar ke leher,
badan dan tangan juga kaki. Pasien mengalami demam batuk dan
pilek sejak seminggu yang lalu. Mata pasien juga terlihat kemerahan
dan terdapat benjolan di sekitar leher pasien. Diketahui BB: 18kg
T:37,8C. Pemeriksaan fisik, mata : konjungtivitis+, leher:
limfadenopati+, orofaring Demam, konjungtivitis, limfadenopati
general, orofaring: koplik spot, kulit : lesi makula dan papul multiple
berupa eksantem luas seluruh tubuh. Pemeriksaan sitologi dapat
ditemukan sel datia berinti banyak pada sekret. Apakah diagnosa
yang tepat untuk pasien tersebut?
A. Varicella
B. Herpes zooster
C. Rubeolla
D. HSV 1
E. HSV 2
Soal 108
Tn.Farel usia 30 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
terdapat beruntus kemerahan pada selangkangannya sejak 5
hari yang lalu. Selangkangannya terasa gatal dan perih di
area yang mengalami beruntusan. Pasien aktif melakukan
hubungan seksual selain dengan istrinya. Tanda vital
TD:130/90mmHg, N:80x/m, RR:20x/m, T:36,7C. Efloresensi
kulit area inguinal : Papul eritema yang diikuti oleh munculnya
vesikel berkelompok dengan dasar eritem. Apakah terapi
yang tepat yang dapat diberikan pada kasus ini?
A. Asiklovir, dosis 5 x 800 selama 7 hari, jika rekuren 5 hari
B. Valasiklovir, dosis 2 x 1000 mg/hari selama 3 hari.
C. Asiklovir, dosis 3 x 400 selama 3 hari
D. Asiklovir, dosis 5 x 200 atau 3 x 400 mg/hari selama 7
hari, jika rekuren 5 hari
E. Valasiklovir, dosis 3 x 800 mg/hari selama 7-10 hari, jika
rekuren 7 hari
Analisis Soal 108
Tn.Farel usia 30 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
terdapat beruntus kemerahan pada selangkangannya sejak 5
hari yang lalu. Selangkangannya terasa gatal dan perih di
area yang mengalami beruntusan. Pasien aktif melakukan
hubungan seksual selain dengan istrinya. Tanda vital
TD:130/90mmHg, N:80x/m, RR:20x/m, T:36,7C. Efloresensi
kulit area inguinal : Papul eritema yang diikuti oleh munculnya
vesikel berkelompok dengan dasar eritem. Apakah terapi
yang tepat yang dapat diberikan pada kasus ini?

Diagnosa : HSV-2
Terapi : Asiklovir, dosis 5 x 200 atau 3 x 400
mg/hari selama 7 hari, jika rekuren 5 hari
Herpes Simpleks (4A)
• Infeksi akut yang disebabkan oleh Virus
Herpes Simpleks tipe 1 (perioral) atau tipe 2
(genital), yang ditandai oleh adanya vesikel
yang berkelompok di atas kulit yang
sembab dan eritematosa pada daerah
mukokutan. Penularan melalui kontak
langsung dengan agen penyebab.

Faktor resiko :
• Individu yang aktif secara seksual dan
imunodefisiensi.
Diagnosis

• Gejala prodromal
• Papul eritema yang diikuti oleh munculnya
vesikel berkelompok dengan dasar eritem.
• Vesikel ini dapat cepat menjadi keruh, yang
kemudian pecah, membasah, dan berkrusta.
• Kadang-kadang timbul erosi/ulkus.
• Tempat predileksi: daerah mulut dan hidung
untuk HSV-1, dan daerah genital untuk HSV-
2.
Tatalaksana

Terapi diberikan dengan antiviral, antara lain:


• Asiklovir, dosis 5 x 200 atau 3 x 400 mg/hari
selama 7 hari, jika rekuren 5 hari
• Valasiklovir, dosis 2 x 500 mg/hari selama 7-
10 hari.
Jawaban lainnya
A. Asiklovir, dosis 5 x 800 selama 7 hari, jika
rekuren 5 hari: herpes zooster
B. Valasiklovir, dosis 2 x 1000 mg/hari selama 3
hari: tidak tepat dosis
C. Asiklovir, dosis 3 x 400 selama 3 hari: kurang
lama pemberian
D. Asiklovir, dosis 5 x 200 atau 3 x 400
mg/hari selama 7 hari, jika rekuren 5 hari
E. Valasiklovir, dosis 3 x 800 mg/hari selama 7-
10 hari, jika rekuren 7 hari : tidak tepat dosis
Soal 108
Tn.Farel usia 30 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
terdapat beruntus kemerahan pada selangkangannya sejak 5
hari yang lalu. Selangkangannya terasa gatal dan perih di
area yang mengalami beruntusan. Pasien aktif melakukan
hubungan seksual selain dengan istrinya. Tanda vital
TD:130/90mmHg, N:80x/m, RR:20x/m, T:36,7C. Efloresensi
kulit area inguinal : Papul eritema yang diikuti oleh munculnya
vesikel berkelompok dengan dasar eritem. Apakah terapi
yang tepat yang dapat diberikan pada kasus ini?
Diagnosa : HSV-2
A. Asiklovir, dosis 5 x 800 selama 7 hari, jika rekuren 5 hari
B. Valasiklovir, dosis 2 x 1000 mg/hari selama 3 hari.
C. Asiklovir, dosis 3 x 400 selama 3 hari
D. Asiklovir, dosis 5 x 200 atau 3 x 400 mg/hari selama 7
hari, jika rekuren 5 hari
E. Valasiklovir, dosis 3 x 800 mg/hari selama 7-10 hari, jika
rekuren 7 hari
Soal 109
An.Vania usia 3 tahun dibawa oleh ibunya ke poliklinik
dengan keluhan terdapat keropeng pada daerah sekitar mulut
sejak 5 hari yang lalu. Keropeng berwarna seperti madu,
kering, mudah lepas dan luka berdarah. Pasien mengalami
demam batuk pilek sejak 3 hari yang lalu. Diketahui BB: 20kg,
T:37C. Efloresensi kulit perioral ditemukan vesikel tipis dan
pustul yang pecah menjadi krusta kering kuning kecoklatan
seperti madu (Honey like). Apakah terapi yang tepat diberikan
pada pasien kasus tersebut?
A. Jika krusta sedikit, kompres basah terbuka untuk
mengangkat krusta dan diberi salep antibiotik ((Mupirosin
2x1, Basitrasin 3x1, Kloramfenikol 3x1)
B. Antibiotik sistemik diberikan bila krusta sedikit
C. Vesikel dipecahkan
D. Oleskan betadine
E. Kompres kering terbuka untuk mengangkat krusta,
kemudia oleskan bioplasenton
Analisis Soal 109
An.Vania usia 3 tahun dibawa oleh ibunya ke poliklinik
dengan keluhan terdapat keropeng pada daerah sekitar
mulut sejak 5 hari yang lalu. Keropeng berwarna seperti
madu, kering, mudah lepas dan luka berdarah. Pasien
mengalami demam batuk pilek sejak 3 hari yang lalu.
Diketahui BB: 20kg, T:37C. Efloresensi kulit perioral
ditemukan vesikel tipis dan pustul yang pecah menjadi
krusta kering kuning kecoklatan seperti madu (Honey
like). Apakah terapi yang tepat diberikan pada pasien
kasus tersebut?

Diagnosa : Impetigo crutosa


Terapi : Jika krusta sedikit, kompres basah
terbuka untuk mengangkat krusta dan diberi
salep antibiotik ((Mupirosin 2x1, Basitrasin
3x1, Kloramfenikol 3x1)
Impetigo (4A)
IMPETIGO KRUSTOSA IMPETIGO BULOSA
Etiologi Streptococcus beta hemolyticuss grup Staphylococcus aureus
A
Epidemiologi Terutama terdapat pada anak-anak Terdapat pada anak-anak dan
dewasa
Klinis Impetigo krustosa (impetigo Impetigo bulosa adalah peradangan
contagiosa) ditandai oleh vesikel tipis yang memberikan gambaran
yang dengan cepat berubah menjadi vesikobulosa dengan lesi bula
pustul dan pecah sehingga menjadi hipopion (bula berisi pus). Kadang
krusta kering kuning kecoklatan waktu penderita berobat, vesikel dan
seperti madu (Honey like). Predileksi bula telah pecaah sehingga yaang
spesifik lesi terdapat di sekitar lubang tampak hanya koleret dan dasarnya
hidung, mulut, telinga atau anus. masih eritematosa. Nikolsky sign (-
).
Pemeriksaan Pewarnaan gram (Kokus gram positif Pewarnaan gram (Kokus gram positif
Penunjang berkelompok), kultur bakteri berkelompok), kultur bakteri

Predileksi Wajah (sekitar lubang hidung dan Aksila, dada punggung


mulut)
Impetigo
Tatalaksana
Impetigo Krustosa Impetigo Bulosa
Tatalaksana Jika krusta sedikit, dilepaskan dan Vesikel/ bula sedikit 
diberi salep antibiotik. Antibiotik dipecahkan + salep antibiotik.
sistemik diberikan bila krusta Vesikel/ bula banyaak  diberi
banyak. juga antibiotik sistemik
- Antibiotik Topikal (Mupirosin 2x1, - Antibiotik Topikal (Mupirosin
Basitrasin 3x1, Kloramfenikol 3x1) 2x1, Basitrasin 3x1,
- Antibiotik Sistemik ( Amoxicillin Kloramfenikol 3x1)
3x500mg) - Antibiotik Sistemik ( Amoxicillin
3x500mg)
Diagnosis

Klinis :
• Ulkus dangkal dengan krusta tebal melekat
menutupi ulkus dibawahnya yang berbentuk
lekukan dangkal dan tepi meninggi (punched
out lesion)
• Predileksi: Tungkai bawah  tempat yang
relatif banyak trauma. Tempat lainnya adalah
bokong dan paha
Tatalaksana

• Kompres basah terbuka untuk mengangkat


krusta
• Ringan: Antibiotik Topikal (Mupirosin 2x1,
Basitrasin 3x1, Kloramfenikol 3x1)
• Berat: Antibiotik Sistemik (Amoxicillin
3x500mg, atau cephalexin 4x250mg)
Jawaban lainnya
A. Jika krusta sedikit, kompres basah terbuka untuk
mengangkat krusta dan diberi salep antibiotik
((Mupirosin 2x1, Basitrasin 3x1, Kloramfenikol
3x1)
B. Antibiotik sistemik diberikan bila krusta sedikit:
diberikan bila krusta tebal dan banyak
C. Vesikel dipecahkan: vesikel akan pecah sendiri dan
mengering honey like
D. Oleskan betadine: untuk sterilisasi namun tidak
mengeradikasi etiologi
E. Kompres kering terbuka untuk mengangkat krusta,
kemudia oleskan bioplasenton: seharusnya kompres
basah karena krustanya kering
Soal 109
An.Vania usia 3 tahun dibawa oleh ibunya ke poliklinik
dengan keluhan terdapat keropeng pada daerah sekitar mulut
sejak 5 hari yang lalu. Keropeng berwarna seperti madu,
kering, mudah lepas dan luka berdarah. Pasien mengalami
demam batuk pilek sejak 3 hari yang lalu. Diketahui BB: 20kg,
T:37C. Efloresensi kulit perioral ditemukan vesikel tipis dan
pustul yang pecah menjadi krusta kering kuning kecoklatan
seperti madu (Honey like). Apakah terapi yang tepat diberikan
pada pasien kasus tersebut?
A. Jika krusta sedikit, kompres basah terbuka untuk
mengangkat krusta dan diberi salep antibiotik ((Mupirosin
2x1, Basitrasin 3x1, Kloramfenikol 3x1)
B. Antibiotik sistemik diberikan bila krusta sedikit
C. Vesikel dipecahkan
D. Oleskan betadine
E. Kompres kering terbuka untuk mengangkat krusta,
kemudia oleskan bioplasenton
Soal 110
Ny.Farida usia 25 tahun datang ke poliklinik RS dengan
keluhan kemerahan luas pada ketiak kiri pasien sejak 2
minggu yang lalu. Pasien merasa sedikit perih pada ketiak
kirinya yang mengalami perubahan warna merah terang.
Tanda vital, TD:110/70mmHg, N:80x/m, RR:20x/m, T:36,5C.
Efloresensi aksila sinistra ditemukan Lesi eritroskuamosa
dan Skuama halus merah kecoklatan. Pemeriksaan Wood’s
lamp: coral-red / merah membara. Berdasarkan hasil
pemeriksaan diatas, apakah etiologi penyebab masalah yang
dihadapi pasien?
A. Corynebacterium minitussismum
B. Artrhospora
C. Mycobacterium bovis
D. Treponema pallidum
E. Staphylococcus aureus
Analisis Soal 110
Ny.Farida usia 25 tahun datang ke poliklinik RS dengan
keluhan kemerahan luas pada ketiak kiri pasien sejak 2
minggu yang lalu. Pasien merasa sedikit perih pada ketiak
kirinya yang mengalami perubahan warna merah terang.
Tanda vital, TD:110/70mmHg, N:80x/m, RR:20x/m, T:36,5C.
Efloresensi aksila sinistra ditemukan Lesi eritroskuamosa
dan Skuama halus merah kecoklatan. Pemeriksaan Wood’s
lamp: coral-red / merah membara. Berdasarkan hasil
pemeriksaan diatas, apakah etiologi penyebab masalah
yang dihadapi pasien?

Diagnosa : Eritrasma
Etiologi : Corynebacterium Minitussismum
Eritrasma (4A)

Penyakit bakteri kronis pada stratum korneum


dengan lesi eritroskuamosa di lipatan ketiak
atau lipatan paha

Etiologi
• Corynebacterium minitussismum, bakteri
gram positif berbentuk batang
Diagnosis

Klinis
• Lesi eritroskuamosa
• Skuama halus merah kecoklatan

Pemeriksaan penunjang
• Wood’s lamp: coral-red / merah membara
Tatalaksana

• Eritromisin 4x250 mg selama 2–3 minggu


• Klaritromisin 1 gram dosis tunggal
• Salep tetrasiklin 3%, klindamisin, atau
eritromisin 2%
Tinea Kapitis (4A)
• Terdapat tanda kardinal untuk menegakkan
diagnosis tinea kapitis
• Populasi risiko tinggi
• Terdapat kerion atau gejala klinis yang khas
berupa skuama tipikal, alopesia dan pembesaran
kelenjar getah bening.
• Terdapat 4 tipe:
• Grey patch
• Kerion
• Black Dot
• Favus
Diagnosis

Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan sediaan langsung kerokan kulit
atau kuku menggunakan mikroskop dan KOH
20%: tampak hifa panjang dan atau
artrospora
• Kultur dengan agar Sabouraud plus
Tatalaksana

Topikal
• Rambut dicuci dengan sampo antimikotik:
selenium sulfida 1% dan 2,5% 2- 4
kali/minggu10 atau sampo ketokonazol 2% 2
hari sekali selama 2-4 minggu
Tatalaksana

Sistemik
• Microsporum
• Griseofulvin fine particle/microsize 20-25
mg/kgBB/hari
• Trichopyton
• Terbinafin 62,5 mg/hari untuk BB 10-20 kg, 125 mg
untuk BB 20-40 kg dan 250 mg/hari untuk BB >40
kg selama 2-4 minggu
Skrofuloderma (4A)

Merupakan infeksi mikobakterium (M.


Tuberculosis atau M. Bovis atau M. Atypic) pada
kulit akibat penjalaran langsung organ di bawah
kulit yang telah terkena tuberkulosis, tersering
berasal dari KGB, tulang atau sendi.
Diagnosis

• Predileksi adalah tempat yang banyak kelenjar


getah bening: leher, ketiak, paling jarang lipat
paha, kadang ketiganya diserang sekaligus.
• Mulai sebagai limfadenitis, mula-mula
beberapa kelenjar, kemudian makin banyak
dan berkonfluensi.
Diagnosis

• Kelenjar mengalami perlunakan tidak serentak


hingga konsistensi bermacam-macam: keras,
kenyal, dan lunak (abses dingin)
• Abses akan memecah membentuk fistel yang
kemudian menjadi ulkus khas: bentuk
memanjang dan tidak teratur, sekitarnya livid,
dinding bergaung, jaringan granulasi tertutup
pus seropurulen atau kaseosa yang
mengandung M. tuberculosis.
Diagnosis

• Ulkus dapat sembuh spontan menjadi


sikatriks/parut memanjang dan tidak teratur
(cord like cicatrices), dapat ditemukan
jembatan kulit (skin bridge) di atas sikatrik.
Diagnosis
• Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan darah tepi: LED meningkat
• Pemeriksaan tuberkulin: PPD-5TU positif kuat
• Pemeriksaan bakteriologik: BTA, PCR, atau
kultur (hasilnya baru selesai lebih kurang
delapan minggu)
• Histopatologis bagian tengah lesi tampak
nekrosis masif dan gambaran tepi
abses/dermis terdiri atas granuloma
tuberkuloid
Tatalaksana

Topikal:
• Pada bentuk ulkus: kompres dengan larutan
antiseptik (povidon iodin 1%)
Sistemik:
• Tahap Intensif (dua bulan)
• Dosis FDC (fixed dosed combination for four drugs)
R 150 mg, H 75 mg, Z 400 mg, E 275 mg (dosis
lihat halaman 156). FDC diminum sekali sehari,
satu jam sebelum atau dua jam setelah sarapan
pagi
Tatalaksana

• Tahap lanjut
• Tahap lanjut diberikan hingga 2 bulan setelah lesi
kulit menyembuh. Durasi total pengobatan (tahap
intensif + tahap lanjutan) minimal 1 tahun.
• Dosis FDC R 150 mg, H 150 mg
Sifilis Stadium 1 dan 2 (4A)

• Penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh


Treponema pallidum dan bersifat sistemik.
• Etiologi: Treponema pallidum, bakteri yang
berbentuk spiral dan motilitas (+).
Diagnosis
Anamnesis
• Keluhan: Pada sifilis primer → Lesi tanpa nyeri
di bagian predileksi.
• Pada sifilis sekunder, gejalanya antara lain:
• Ruam atau beruntus pada kulit, dan dapat menjadi
luka, merah atau coklat kemerahan di manapun pada
tubuh termasuk telapak tangan dan telapak kaki.
• Demam
• Kelelahan dan perasaan tidak nyaman
• Pembesaran KGB
• Sakit tenggorokan dan kutil seperti luka di mulut atau
daerah genital.
Diagnosis

• Sifilis stadium III (tersier) → gejalanya adalah


GUMA + demam. Sifilis kardiovaskular berupa
aneurisma aorta dan aortitis.
Diagnosis

Pemeriksaan fisik
• Sifilis stadium I / SI (Sifilis primer) → Ulkus
durum (berbentuk bulat dan soliter, dinding
tidak bergaung, tidak nyeri bersih, indolen dan
teraba indurasi).
• Sifilis stadium II / SII (Sifilis sekunder) → Ruam
multiple pada kulit, ‘great imitator’. Perbedaan
dengan penyakit lainnya yaitu lesi tidak gatal
dan terdapat limfadenitis generalisata.
Diagnosis

• Sifilis sekunder terdiri dari SII dini dan SII


lanjut, perbedaannya adalah:
• SII dini → lesi kulit generalisata, simetrik dan
lebih cepat hilang (hari-minggu)
• SII lanjut → lesi kulit lokalisata, tidak simetrik
dan lebih lama bertahan (minggu-bulan)
Bentuk lesi:
Roseola sifilitika
Papul kondiloma lata
Ektima sifilitikum
Diagnosis

• SIII → bentuk lesi khas yaitu Guma. Guma


adalah infiltrat sirkumskrip kronis, biasanya
lunak dan destruktif, besarnya lenticular hingga
sebesar telur ayam.
Diagnosis

Pemeriksaan Penunjang
• Tes Serologi Sifilis (TSS), antara lain VDRL
(Venereal Disease Research Laboratories)
TPHA (Treponemal pallidum Haemoglutination
Assay), dan tes imunofluoresens (Fluorescent
Treponemal Antibody Absorption Test-FTA-
Abs)
• VDRL (sensitif) = skrining;
• TPHA (spesifik) = konfirmatif
• Histopatologi dan imunologi.
Tatalaksana
Headshot
Etiologi Pyoderma oleh Streptococcus

SPICEE!
• Scarlet fever
• Phlegmon
• Impetigo Krustosa
• Celulitis
• Ektima
• Erisipelas
Jawaban lainnya

A. Corynebacterium minitussismum :
eritrasma
B. Artrhospora: tinea kapitis
C. Mycobacterium bovis: skrofuloderma
D. Treponema pallidum: sifilis
E. Staphylococcus aureus: impetigo bulosa
Soal 110
Ny.Farida usia 25 tahun datang ke poliklinik RS dengan
keluhan kemerahan luas pada ketiak kiri pasien sejak 2
minggu yang lalu. Pasien merasa sedikit perih pada ketiak
kirinya yang mengalami perubahan warna merah terang.
Tanda vital, TD:110/70mmHg, N:80x/m, RR:20x/m, T:36,5C.
Efloresensi aksila sinistra ditemukan Lesi eritroskuamosa
dan Skuama halus merah kecoklatan. Pemeriksaan Wood’s
lamp: coral-red / merah membara. Berdasarkan hasil
pemeriksaan diatas, apakah etiologi penyebab masalah yang
dihadapi pasien?
Diagnosa : Eritrasma
A. Corynebacterium minitussismum
B. Artrhospora
C. Mycobacterium bovis
D. Treponema pallidum
E. Staphylococcus aureus
Soal 111
Tn.Wori usia 30 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan terdapat
bercak putih pada kulit tangan kanan dan kirinya sejak 6 bulan yang lalu.
Awalnya bercak putih kecil namun sekarang sudah melebar. Pasien merasa
dirinya kehilangan rasa ketika disentuh atau dicubit didaerah yang
mengalami perubahan warna kulit menjadi keputihan. Pasien merasa
kesemutan pada kedua telapak tangan dan kaki. Tanda vital,
TD:110/70mmHg, N:80x/m, RR:20x/m, T:36,5C .Efloresensi kulit tangan
dextra dan sinistra ditemukan bercak hipopigmentasi makula dan plak
multiple sebanyak 8 lesi. Bakterioskopik: sediaan slit skin smear atau
kerokan jaringan kulit dengan pewarnaan Ziehl Neelsen/BTA +.Berapakah
lama pengobatan yang diberikan pada pasien kasus tersebut?
A. Rifampisin+dapson yang diberikan sebanyak 6 dosis yang
diselesaikan dalam 6-9 bulan
B. Rifampisin+dapson+lampren yang diberikan sebanyak 12 dosis yang
diselesaikan dalam 12-18 bulan
C. Rifampisin+dapson+lampren yang diberikan sebanyak 6 dosis yang
diselesaikan dalam 6-9 bulan
D. Rifampisin+dapson yang diberikan sebanyak 12 dosis yang
diselesaikan dalam 9 bulan
E. Rifampisin+dapson yang diberikan sebanyak 12 dosis yang
diselesaikan dalam 12-18 bulan
Analisis Soal 111
Tn.Wori usia 30 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
terdapat bercak putih pada kulit tangan kanan dan kirinya
sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya bercak putih kecil namun
sekarang sudah melebar. Pasien merasa dirinya kehilangan
rasa ketika disentuh atau dicubit didaerah yang mengalami
perubahan warna kulit menjadi keputihan. Pasien merasa
kesemutan pada kedua telapak tangan dan kaki. Tanda vital,
TD:110/70mmHg, N:80x/m, RR:20x/m, T:36,5C .Efloresensi
kulit tangan dextra dan sinistra ditemukan bercak
hipopigmentasi makula dan plak multiple sebanyak 8 lesi.
Bakterioskopik: sediaan slit skin smear atau kerokan jaringan
kulit dengan pewarnaan Ziehl Neelsen/BTA +.Berapakah lama
pengobatan yang diberikan pada pasien kasus tersebut?

Diagnosa : Morbus Hansen Tipe MB


Terapi: Rifampisin+ dapson+ lampren yang diberikan
sebanyak 12 dosis yang diselesaikan dalam 12-18 bulan
Lepra/Kusta/Morbus Hansen (4A)

Penyakit kusta adalah penyakit infeksi


granulomatosa kronis yang disebabkan oleh
basil Mycobacterium leprae yang bersifat
obligat intraselular. Saraf perifer sebagai afinitas
pertama, kemudian selanjutnya dapat
menyerang kulit, lalu menyebar ke organ lain
(mukosa mulut, traktus respiratorius bagian atas,
sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan
testis), kecuali susunan saraf pusat
Klasifikasi

Tanda Utama PB MB
Bercak kusta Jumlah 1-5 Jumlah > 5
Penebalan saraf 1 saraf >1 saraf
disertai gangguan
fungsi saraf

Sediaan apusan BTA negatif BTA positif


Diagnosis
• Diagnosis didasarkan pada temuan tanda
kardinal (tanda utama) menurut WHO, yaitu:
1. Bercak kulit yang mati rasa → Bercak
hipopigmentasi atau eritematosa, mendatar
(makula) atau meninggi (plak). Mati rasa
pada bercak bersifat total atau sebagian saja
terhadap rasa raba, suhu, dan nyeri.
2. Penebalan saraf tepi Dapat/tanpa disertai
rasa nyeri dan gangguan fungsi saraf yang
terkena,
3. Ditemukan kuman tahan asam Bahan
Diagnosis

1. Bakterioskopik: sediaan slit skin smear atau


kerokan jaringan kulit dengan pewarnaan
Ziehl Neelsen/BTA.
2. Bila diagnosis meragukan, dapat dilanjutkan
dengan pemeriksaan biopsi dan
histopatologi, serta pemeriksaan serologi
(PGL-1) atau PCR.
Tatalaksana
• Tipe PB

• Tipe MB
Reaksi Lepra (3A)

• Reaksi kusta adalah interupsi dengan episode


akut pada perjalanan penyakit yang
sebenarnya sangat kronik.

Reaksi kusta terdiri atas


• Reaksi tipe 1 (reaksi reversal) dan tipe 2
(eritema nodosum leprosum/ENL).
Diagnosis
Gejala/tanda Reaksi tipe 1 Reaksi tipe 2
Tipe kusta PB maupun MB Hanya MB
Waktu timbulnya 6 bulan pertama >6 bulan
pengobatan pengobatan/setelah
sembuh
Keadaan umum Ringan Ringan hingga berat
(disertai kelemahan dan
demam tinggi)
Tipe hipersensitivitas Hipsen tipe 4 Hipsen tipe 3
Reaksi tipe 1 Organ yang Reaksi tipe 2

Reaksi ringan Reaksi berat diserang Reaksi ringan Reaksi berat


• Lesi kulit yang
telah ada
menjadi
eritematosa,
• Lesi kulit yang disertai ulserasi • Nodus sedikit, • Nodus banyak,
telah ada atau edema dapat ulserasi nyeri, berulserasi
menjadi pada tangan dan
Kulit • Demam ringan • Demam tinggi dan
eritematosa kaki dan malaise malaise
• Timbul lesi baru
yang kadang-
kadang disertai
malaise
• Membesar, tidak • Membesar,
ada nyeri tekan nyeri tekan, dan • (dapat terjadi)
• Membesar, tidak
syaraf dan gangguan Membesar, nyeri
ada nyeri tekan
gangguan fungsi fungsi Syaraf tepi saraf maupun
tekan, dan
• Berlangsung • Berlangsung gangguan fungsi
gangguan fungsi
kurang dari 6 lebih dari 6
minggu minggu
• Terjadi peradangan
• Tidak ada • Tidak ada
• Tidak ada pada: mata,
gangguan organ- gangguan
gangguan organ-
organ tubuh lain
Organ tubuh organ-organ
kelenjar getah
organ tubuh lain bening, ginjal,
tubuh lain
testis
Jawaban lainnya
A. Rifampisin+dapson yang diberikan sebanyak 6 dosis
yang diselesaikan dalam 6-9 bulan: tidak tepat
B. Rifampisin+dapson+lampren yang diberikan
sebanyak 12 dosis yang diselesaikan dalam 12-
18 bulan
C. Rifampisin+dapson+lampren yang diberikan
sebanyak 6 dosis yang diselesaikan dalam 6-9
bulan: tidak tepat
D. Rifampisin+dapson yang diberikan sebanyak 12
dosis yang diselesaikan dalam 9 bulan: tidak tepat
E. Rifampisin+dapson yang diberikan sebanyak 12
dosis yang diselesaikan dalam 12-18 bulan: tidak
tepat
Soal 111
Tn.Wori usia 30 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan terdapat
bercak putih pada kulit tangan kanan dan kirinya sejak 6 bulan yang lalu.
Awalnya bercak putih kecil namun sekarang sudah melebar. Pasien merasa
dirinya kehilangan rasa ketika disentuh atau dicubit didaerah yang
mengalami perubahan warna kulit menjadi keputihan. Pasien merasa
kesemutan pada kedua telapak tangan dan kaki. Tanda vital,
TD:110/70mmHg, N:80x/m, RR:20x/m, T:36,5C .Efloresensi kulit tangan
dextra dan sinistra ditemukan bercak hipopigmentasi makula dan plak
multiple sebanyak 8 lesi. Bakterioskopik: sediaan slit skin smear atau
kerokan jaringan kulit dengan pewarnaan Ziehl Neelsen/BTA +.Berapakah
lama pengobatan yang diberikan pada pasien kasus tersebut?
A. Rifampisin+dapson yang diberikan sebanyak 6 dosis yang
diselesaikan dalam 6-9 bulan
B. Rifampisin+dapson+lampren yang diberikan sebanyak 12 dosis
yang diselesaikan dalam 12-18 bulan
C. Rifampisin+dapson+lampren yang diberikan sebanyak 6 dosis yang
diselesaikan dalam 6-9 bulan
D. Rifampisin+dapson yang diberikan sebanyak 12 dosis yang
diselesaikan dalam 9 bulan
E. Rifampisin+dapson yang diberikan sebanyak 12 dosis yang
diselesaikan dalam 12-18 bulan
Soal 112
Tn.Wori usia 30 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan terdapat bercak putih pada kulit
tangan kanan dan kirinya sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya bercak putih kecil namun sekarang
sudah melebar. Pasien merasa dirinya kehilangan rasa ketika disentuh atau dicubit didaerah
yang mengalami perubahan warna kulit menjadi keputihan. Pasien merasa kesemutan pada
kedua telapak tangan dan kaki. Tanda vital, TD:110/70mmHg, N:80x/m, RR:20x/m, T:36,5C
.Efloresensi kulit tangan dextra dan sinistra ditemukan bercak hipopigmentasi makula dan plak
multiple sebanyak 8 lesi. Bakterioskopik: sediaan slit skin smear atau kerokan jaringan kulit
dengan pewarnaan Ziehl Neelsen/BTA +.Pasien pada kasus tersebut sudah diberikan terapi
yang baru berjalan selama 6 bulan. Dalam 6 bulan perjalanan pengobatannya, pasien datang
kembali untuk kontrol ke RS mengeluhkan bercak kulit yang awalnya pudar keputihan, sekarang
menjadi lebih kemerahan, bengkak, berkilat, dan hangat. Kadang-kadang hanya pada sebagian
saja dan timbul bercak pudar keputihan baru. Pasien juga masih mengeluh telapak tangan dan
kakinya kebas dan nyeri. Tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik, ekstremitas bawah :
edema+. Efloresensi kulit tangan dekstra dan sinistra: perubahan plak hipopigmentasi menjadi
plak dan makula hiperemis+, edema+, kalor+. Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien tersebut
sekarang ini?
A. Reaksi kusta tipe 1
B. Reaksi kusta tipe 2
C. Hiperpigmentasi paska inflamasi
D. Hipopigmentasi paska inflamasi
E. SLE
Analisis Soal 112
Tn.Wori usia 30 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan terdapat bercak putih pada
kulit tangan kanan dan kirinya sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya bercak putih kecil namun
sekarang sudah melebar. Pasien merasa dirinya kehilangan rasa ketika disentuh atau
dicubit didaerah yang mengalami perubahan warna kulit menjadi keputihan. Pasien
merasa kesemutan pada kedua telapak tangan dan kaki. Tanda vital, TD:110/70mmHg,
N:80x/m, RR:20x/m, T:36,5C .Efloresensi kulit tangan dextra dan sinistra ditemukan bercak
hipopigmentasi makula dan plak multiple sebanyak 8 lesi. Bakterioskopik: sediaan slit skin
smear atau kerokan jaringan kulit dengan pewarnaan Ziehl Neelsen/BTA +.Pasien pada
kasus tersebut sudah diberikan terapi yang baru berjalan selama 6 bulan. Dalam 6 bulan
perjalanan pengobatannya, pasien datang kembali untuk kontrol ke RS mengeluhkan
bercak kulit yang awalnya pudar keputihan, sekarang menjadi lebih kemerahan, bengkak,
berkilat, dan hangat. Kadang-kadang hanya pada sebagian saja dan timbul bercak pudar
keputihan baru. Pasien juga masih mengeluh telapak tangan dan kakinya kebas dan nyeri.
Tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik, ekstremitas bawah : edema+.
Efloresensi kulit tangan dekstra dan sinistra: perubahan plak hipopigmentasi menjadi plak
dan makula hiperemis+, edema+, kalor+. Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien
tersebut sekarang ini?

Diagnosa :Reaksi Kusta Tipe 1


Lepra/Kusta/Morbus Hansen (4A)

Penyakit kusta adalah penyakit infeksi


granulomatosa kronis yang disebabkan oleh
basil Mycobacterium leprae yang bersifat
obligat intraselular. Saraf perifer sebagai afinitas
pertama, kemudian selanjutnya dapat
menyerang kulit, lalu menyebar ke organ lain
(mukosa mulut, traktus respiratorius bagian atas,
sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan
testis), kecuali susunan saraf pusat
Klasifikasi

Tanda Utama PB MB
Bercak kusta Jumlah 1-5 Jumlah > 5
Penebalan saraf 1 saraf >1 saraf
disertai gangguan
fungsi saraf

Sediaan apusan BTA negatif BTA positif


Diagnosis
• Diagnosis didasarkan pada temuan tanda
kardinal (tanda utama) menurut WHO, yaitu:
1. Bercak kulit yang mati rasa → Bercak
hipopigmentasi atau eritematosa, mendatar
(makula) atau meninggi (plak). Mati rasa
pada bercak bersifat total atau sebagian saja
terhadap rasa raba, suhu, dan nyeri.
2. Penebalan saraf tepi Dapat/tanpa disertai
rasa nyeri dan gangguan fungsi saraf yang
terkena,
3. Ditemukan kuman tahan asam Bahan
Diagnosis

1. Bakterioskopik: sediaan slit skin smear atau


kerokan jaringan kulit dengan pewarnaan
Ziehl Neelsen/BTA.
2. Bila diagnosis meragukan, dapat dilanjutkan
dengan pemeriksaan biopsi dan
histopatologi, serta pemeriksaan serologi
(PGL-1) atau PCR.
Tatalaksana
• Tipe PB

• Tipe MB
Reaksi Lepra (3A)

• Reaksi kusta adalah interupsi dengan episode


akut pada perjalanan penyakit yang
sebenarnya sangat kronik.

Reaksi kusta terdiri atas


• Reaksi tipe 1 (reaksi reversal) dan tipe 2
(eritema nodosum leprosum/ENL).
Diagnosis
Gejala/tanda Reaksi tipe 1 Reaksi tipe 2
Tipe kusta PB maupun MB Hanya MB
Waktu timbulnya 6 bulan pertama >6 bulan
pengobatan pengobatan/setelah
sembuh
Keadaan umum Ringan Ringan hingga berat
(disertai kelemahan dan
demam tinggi)
Tipe hipersensitivitas Hipsen tipe 4 Hipsen tipe 3
Reaksi tipe 1 Organ yang Reaksi tipe 2

Reaksi ringan Reaksi berat diserang Reaksi ringan Reaksi berat


• Lesi kulit yang
telah ada
menjadi
eritematosa,
• Lesi kulit yang disertai ulserasi • Nodus sedikit, • Nodus banyak,
telah ada atau edema dapat ulserasi nyeri, berulserasi
menjadi pada tangan dan
Kulit • Demam ringan • Demam tinggi dan
eritematosa kaki dan malaise malaise
• Timbul lesi baru
yang kadang-
kadang disertai
malaise
• Membesar, tidak • Membesar,
ada nyeri tekan nyeri tekan, dan • (dapat terjadi)
• Membesar, tidak
syaraf dan gangguan Membesar, nyeri
ada nyeri tekan
gangguan fungsi fungsi Syaraf tepi saraf maupun
tekan, dan
• Berlangsung • Berlangsung gangguan fungsi
gangguan fungsi
kurang dari 6 lebih dari 6
minggu minggu
• Terjadi peradangan
• Tidak ada • Tidak ada
• Tidak ada pada: mata,
gangguan organ- gangguan
gangguan organ-
organ tubuh lain
Organ tubuh organ-organ
kelenjar getah
organ tubuh lain bening, ginjal,
tubuh lain
testis
Hiperpigmentasi dan Hipopigmentasi
Pasca Inflamasi (3A)

• Kelainan hipermelanosis reaktif yang terjadi


setelah proses inflamasi dan trauma pada
kulit, yang lebih sering terjadi pada kulit
berwarna.
• Penyebab: penyakit infeksi (dermatofit, viral
exanthema), penyakit inflamasi, trauma atau
tindakan/prosedur bedah.
Diagnosis

• Makula atau bercak sismetris atau asimetris,


• Berbatas tegas atau difus
• Hiperpigmentasi: Berwarna coklat atau coklat
gelap bila terletak di epidermis dan berwarna
biru keabuan jika terletak di dermis dan
distribusi sesuai dengan lokasi dermatosis
inflamasi sebelumnya.
• Hipopigmentasi: berwarna lebih muda
dibanding dengan area kulit yang normal
Tatalaksana

Hiperpigmentasi
• Obat topikal yang bekerja pada jalur sintesis
melanin, Fotoproteksi spektrum luas dan
kamuflase. Peeling kimiawi, Laser dan terapi
sinar.

Hipopigmentasi
• Kortikosteroid topikal potensi medium,
Ultraviolet.
Lupus Eritematous Kulit (2)

• Cutaneous lupus eritematosus merupakan satu


bentuk penyakit lupus eritematosus ringan,
kelainan terbatas terutama di kulit, perjalanan
penyakit mulai akut, subakut, dan menjadi
kronis. Penyakit ini dapat berkembang lebih
lanjut, menyerang multiorgan, menjadi lupus
eritematosus sistemik/systemic lupus
erythematosus (SLE).
• Lupus eritematosus (LE) spesifik terdiri dari:
1. LE kutan akut/acute cutaneous lupus
erythematosus (ACLE)
2. LE kutan/subakut/chronic cutaneous lupus
erythematosus (SCLE)
3. LE kutan kronik/discoid lupus erythematosus
(CCLE).
Diagnosis

• Lokalisata maupun generalisata, tergantung


dari distribusi lesi.
• Area kulit yang terpapar sinar UV.
Hiperpigmentasi paska inflamasi sangat sering
terjadi pada pasien berkulit gelap.
• Tidak terjadi jaringan parut kecuali terjadi
infeksi bakteri sekunder.
Diagnosis

• Lokalisata: classic butterfly rash/malar rash


of SLE; bisa meliputi daerah dahi, dagu, dan
daerah V pada leher; bisa terjadi
pembengkakan hebat pada wajah; diawali
dengan makula atau papul pada wajah yang
selanjutnya saling menyatu dan hiperkeratotik.
Diagnosis

• Generalisata: erupsi eksantematosa atau


morbiliformis yang tersebar dan seringkali
terpusat pada bagian ekstensor dari lengan
dan tangan yang ditandai dengan ruas-ruas jari
yang terpisah. ACLE yang sangat akut dapat
mencetuskan timbulnya nekrolisis epidermal
toksik (NET) namun sangat jarang terjadi.
Diagnosis
Penunjang
• Histopatologis (HE): penipisan epidermis
disertai hyperkeratosis relatif dan sumbat
keratin pada muara folikel.
• Pemeriksaan direct immunoflourescence
(DIF)/lupus band test.
• Pemeriksaan laboratorium: urin rutin, darah
dan sel LE serta pungsi sumsum tulang.
• Pemeriksaan serologi: kadar ANA dalam
serum, anti DsDNA, anti Sm, C3, TSS.
Tatalaksana
• Topikal : Kortikosteroid topikal potensi sedang
misalnya triamsinolon asetonid 0,1%,
flucinonide 0,05% untuk area wajah, steroid
topikal potensi superkuat misalnya klobetasol
propionat 0,05% atau bethamethasone
propionate 0,05%.
• Sistemik: Klorokuin/hidroksiklorokuin 2x250
mg/hari dievaluasi setelah 6 minggu,
Prednison: 20-40 mg/hari sebagai dosis
tunggal pagi hari, dievaluasi diturunkan sesuai
dengan perbaikan klinis/ serologis.
Jawaban lainnya
A. Reaksi kusta tipe 1: reaksi reversal
B. Reaksi kusta tipe 2: reaksi ENL
C. Hiperpigmentasi paska inflamasi: Kelainan
hipermelanosis reaktif yang terjadi setelah proses
inflamasi dan trauma pada kulit, yang lebih sering
terjadi pada kulit berwarna.
D. Hipopigmentasi paska inflamasi: Kelainan hipermelanosis
reaktif yang terjadi setelah proses inflamasi dan
trauma pada kulit, yang lebih sering terjadi pada kulit
berwarna.
E. SLE: : classic butterfly rash/malar rash of SLE; bisa
meliputi daerah dahi, dagu, dan daerah V pada leher;
bisa terjadi pembengkakan hebat pada wajah; diawali
dengan makula atau papul pada wajah yang selanjutnya
saling menyatu dan hiperkeratotik
Soal 112
Tn.Wori usia 30 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan terdapat bercak putih pada
kulit tangan kanan dan kirinya sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya bercak putih kecil namun
sekarang sudah melebar. Pasien merasa dirinya kehilangan rasa ketika disentuh atau
dicubit didaerah yang mengalami perubahan warna kulit menjadi keputihan. Pasien
merasa kesemutan pada kedua telapak tangan dan kaki. Tanda vital, TD:110/70mmHg,
N:80x/m, RR:20x/m, T:36,5C .Efloresensi kulit tangan dextra dan sinistra ditemukan bercak
hipopigmentasi makula dan plak multiple sebanyak 8 lesi. Bakterioskopik: sediaan slit skin
smear atau kerokan jaringan kulit dengan pewarnaan Ziehl Neelsen/BTA +.Pasien pada
kasus tersebut sudah diberikan terapi yang baru berjalan selama 6 bulan. Dalam 6 bulan
perjalanan pengobatannya, pasien datang kembali untuk kontrol ke RS mengeluhkan
bercak kulit yang awalnya pudar keputihan, sekarang menjadi lebih kemerahan, bengkak,
berkilat, dan hangat. Kadang-kadang hanya pada sebagian saja dan timbul bercak pudar
keputihan baru. Pasien juga masih mengeluh telapak tangan dan kakinya kebas dan nyeri.
Tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik, ekstremitas bawah : edema+.
Efloresensi kulit tangan dekstra dan sinistra: perubahan plak hipopigmentasi menjadi plak
dan makula hiperemis+, edema+, kalor+. Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien
tersebut sekarang ini?
A. Reaksi kusta tipe 1
B. Reaksi kusta tipe 2
C. Hiperpigmentasi paska inflamasi
D. Hipopigmentasi paska inflamasi
E. SLE
Soal 113
Nn.Oisy usia 22 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan kulit
lutut bersisik tebal sejak 4 minggu yang lalu. Pasien sering
mengalami hal ini, namun biasanya sembuh menggunakan salep
yang dibeli pasien di apotek. Sekarang kulit lutut semakin berisik
tebal dan mudah berdarah ketika di garuk. Pasien merasa gatal
sekali pada area kulit yang bersisik. Keluhan ini sering dirasakan
kambuh pada saat pasien sedang stress karena pekerjaannya.
Tanda vital TD:130/80mmHg, N: 84x/m, RR:20x/m, T:36,7C.
Efloresensi kulit lutut ditemukan plak eritematosa dengan skuama
tebal putih keperakan. Tes tetes lilin +, auspitz sign+, fenomena
koebner +. Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien tersebut?
A. Psoriasis vulgaris
B. SLE
C. Dermatitis seboroik
D. Ptiriasis rosea
E. Eritrasma
Analisis Soal 113
Nn.Oisy usia 22 tahun datang ke poliklinik RS dengan
keluhan kulit lutut bersisik tebal sejak 4 minggu yang lalu.
Pasien sering mengalami hal ini, namun biasanya sembuh
menggunakan salep yang dibeli pasien di apotek. Sekarang
kulit lutut semakin berisik tebal dan mudah berdarah ketika di
garuk. Pasien merasa gatal sekali pada area kulit yang
bersisik. Keluhan ini sering dirasakan kambuh pada saat
pasien sedang stress karena pekerjaannya. Tanda vital
TD:130/80mmHg, N: 84x/m, RR:20x/m, T:36,7C. Efloresensi
kulit lutut ditemukan plak eritematosa dengan skuama tebal
putih keperakan. Tes tetes lilin +, auspitz sign+, fenomena
koebner +. Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien
tersebut?

Diagnosa : Psoriasis Vulgaris


Psoriasis Vulgaris (3A)

• Peradangan kronis dengan plak eritematosa


dengan skuama tebal berwarna putih perak
seperti mika.
Diagnosis

• Plak eritematosa dengan skuama tebal putih


keperakan, menyerang ekstensor (siku,lutut).
Penyakit yang kronik residif
• Tanda khas:
• tetes lilin (lesi digores tampak seperti lilin)
• auspitz sign (titik perdarahan jika lesi digores)
• fenomena koebner (kulit yang trauma dapat
menjadi psoriasis)
Tatalaksana
Topikal
• Emolien: misalnya urea, petrolatum
• Kortikosteroid: kortikosteroid potensi sedang dan
kuat dapat dikombinasi dengan obat topikal lain,
fototerapi, obat sistemik
• Keratolitik: asam salisilat
• Analog Vitamin D: kalsipotriol
• Tar: LCD 3–10%

Fototerapi:
• Ultraviolet B atau PUVA
Dermatitis Seboroik (4A)

• Dermatitis seboroik (DS) adalah kelainan kulit


papuloskuamosa kronis yang umum dijumpai
pada anak dan dewasa. Penyakit ini ditemukan
pada area kulit yang memiliki banyak kelenjar
sebasea seperti wajah, kulit kepala, telinga,
tubuh bagian atas dan fleksura (inguinal,
inframammae, dan aksila)
Diagnosis

Pada anak dan dewasa dapat bervariasi mulai


dari:
• Ketombe dengan skuama halus atau difus,
tebal dan menempel pada kulit kepala
• Lesi eksematoid berupa plak eritematosa
superfisial dengan skuama terutama di kulit
kepala, wajah dan tubuh
• Di dada dapat pula menunjukkan lesi petaloid
atau pitiriasiformis
Tatalaksana

• Kortikosteroid potensi ringan-sedang, krim


desonide 0,05% 2 kali sehari selama 4 minggu
• Krim ketokonazol 2% 2 kali sehari selama 4
minggu.
Ptiriasis Rosea (4A)

• Pitiriasis rosea adalah suatu kelainan kulit akut


yang diawali dengan timbulnya makula/plak
soliter berwarna merah muda dengan skuama
halus (“herald patch”), kemudian dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu timbul
lesi serupa dengan ukuran lebih kecil di badan
dan ekstremitas proksimal yang tersusun
sesuai lipatan kulit (christmas tree pattern)
Diagnosis

• Penderita mengeluh gatal ringan. Penyakit


dimulai dengan lesi pertama (herald patch),
umumnya di badan, soliter, berbentuk oval,
dan anular, diameternya sekitar 3 cm.
• Lesi terdiri atas eritema dan skuama halus di
atasnya. Lamanya beberapa hari sampai
dengan beberapa minggu.
Diagnosis
• Lesi berikutnya timbul 4-10 hari
setelah lesi pertama, dengan
gambaran serupa dengan lesi
pertama, namun lebih kecil,
susunannya sejajar dengan
tulang iga, sehingga
menyerupai pohon cemara
terbalik (christmas tree).
• Tempat predileksi yang sering
adalah pada badan, lengan
atas bagian proksimal dan paha
atas.
Tatalaksana

• Penyakit ini bersifat swasirna dalam kurun


waktu 2 minggu, Terapi adalah dengan
pengobatan simptomatik, misalnya untuk gatal
diberikan antipruritus seperti bedak asam
salisilat 1-2% atau mentol 0.25- 0.5%.
Jawaban lainnya
A. Psoriasis vulagaris: Peradangan kronis dengan
plak eritematosa dengan skuama tebal berwarna
putih perak seperti mika
B. SLE: DOPAMIN RASH
C. Dermatitis seboroik: kelainan kulit papuloskuamosa
kronis yang umum dijumpai pada anak dan dewasa
D. Ptiriasis rosea: kelainan kulit akut yang diawali
dengan timbulnya makula/plak soliter berwarna
merah muda dengan skuama halus (“herald patch”),
kemudian dalam beberapa hari sampai beberapa
minggu timbul lesi serupa dengan ukuran lebih kecil
di badan dan ekstremitas proksimal yang tersusun
sesuai lipatan kulit (christmas tree pattern)
E. Eritrasma: Wood’s lamp: coral-red / merah membara
Soal 113
Nn.Oisy usia 22 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan kulit
lutut bersisik tebal sejak 4 minggu yang lalu. Pasien sering
mengalami hal ini, namun biasanya sembuh menggunakan salep
yang dibeli pasien di apotek. Sekarang kulit lutut semakin berisik
tebal dan mudah berdarah ketika di garuk. Pasien merasa gatal
sekali pada area kulit yang bersisik. Keluhan ini sering dirasakan
kambuh pada saat pasien sedang stress karena pekerjaannya.
Tanda vital TD:130/80mmHg, N: 84x/m, RR:20x/m, T:36,7C.
Efloresensi kulit lutut ditemukan plak eritematosa dengan skuama
tebal putih keperakan. Tes tetes lilin +, auspitz sign+, fenomena
koebner +. Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien tersebut?
A. Psoriasis vulagaris
B. SLE
C. Dermatitis seboroik
D. Ptiriasis rosea
E. Eritrasma
Soal 114
Nn.Eri usia 25 tahun datang ke puskesmas dengan terdapat
bercak kemerahan pada punggungnya sejak 10 hari yang
lalu. Pasien mengeluh gatal pada punggungnya. Awalnya
bercak kecil bulat ukuran 3 cm, sekarang bercak kemerahan
semakin luas di badan yang tersusun sesuai lipatan kulit.
Tanda vital TD:130/80mmHg, N: 84x/m, RR:20x/m, T:36,7C.
Efloresensi kulit punggung ditemukan plak dan makula
dengan ukuran lebih kecil, susunannya sejajar dengan tulang
iga, sehingga menyerupai pohon cemara terbalik (christmas
tree), herald patch+. Apakah diagnosa yang tepat untuk
pasien tersebut?
A. Psoriasis vulgaris
B. Ptiriasis rosea
C. SLE
D. Eritrasma
E. Dermatitis seboroik
Analisis Soal 114
Nn.Eri usia 25 tahun datang ke puskesmas dengan
terdapat bercak kemerahan pada punggungnya sejak 10
hari yang lalu. Pasien mengeluh gatal pada
punggungnya. Awalnya bercak kecil bulat ukuran 3 cm,
sekarang bercak kemerahan semakin luas di badan
yang tersusun sesuai lipatan kulit. Tanda vital
TD:130/80mmHg, N: 84x/m, RR:20x/m, T:36,7C.
Efloresensi kulit punggung ditemukan plak dan makula
dengan ukuran lebih kecil, susunannya sejajar dengan
tulang iga, sehingga menyerupai pohon cemara terbalik
(christmas tree), herald patch+. Apakah diagnosa yang
tepat untuk pasien tersebut?

Diagnosa : Ptiriasis Rosea


Ptiriasis Rosea (4A)

• Pitiriasis rosea adalah suatu kelainan kulit akut


yang diawali dengan timbulnya makula/plak
soliter berwarna merah muda dengan skuama
halus (“herald patch”), kemudian dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu timbul
lesi serupa dengan ukuran lebih kecil di badan
dan ekstremitas proksimal yang tersusun
sesuai lipatan kulit (christmas tree pattern)
Diagnosis

• Penderita mengeluh gatal ringan. Penyakit


dimulai dengan lesi pertama (herald patch),
umumnya di badan, soliter, berbentuk oval,
dan anular, diameternya sekitar 3 cm.
• Lesi terdiri atas eritema dan skuama halus di
atasnya. Lamanya beberapa hari sampai
dengan beberapa minggu.
Diagnosis

• Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi


pertama, dengan gambaran serupa dengan
lesi pertama, namun lebih kecil, susunannya
sejajar dengan tulang iga, sehingga
menyerupai pohon cemara terbalik
(christmas tree).
• Tempat predileksi yang sering adalah pada
badan, lengan atas bagian proksimal dan paha
atas.
Tatalaksana

• Penyakit ini bersifat swasirna dalam kurun


waktu 2 minggu, Terapi adalah dengan
pengobatan simptomatik, misalnya untuk gatal
diberikan antipruritus seperti bedak asam
salisilat 1-2% atau mentol 0.25- 0.5%.
Jawaban lainnya
A. Psoriasis vulgaris: Peradangan kronis dengan plak eritematosa
dengan skuama tebal berwarna putih perak seperti mika.
B. Ptiriasis rosea: kelainan kulit akut yang diawali dengan
timbulnya makula/plak soliter berwarna merah muda
dengan skuama halus (“herald patch”), kemudian dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu timbul lesi serupa
dengan ukuran lebih kecil di badan dan ekstremitas
proksimal yang tersusun sesuai lipatan kulit (christmas
tree pattern)
C. SLE : DOPAMINE RASH
D. Eritrasma: Penyakit bakteri kronis pada stratum korneum
dengan lesi eritroskuamosa di lipatan ketiak atau lipatan paha
E. Dermatitis seboroik: kelainan kulit papuloskuamosa kronis yang
umum dijumpai pada anak dan dewasa. Penyakit ini ditemukan
pada area kulit yang memiliki banyak kelenjar sebasea seperti
wajah, kulit kepala, telinga, tubuh bagian atas dan fleksura
(inguinal, inframammae, dan aksila)
Soal 114
Nn.Eri usia 25 tahun datang ke puskesmas dengan terdapat
bercak kemerahan pada punggungnya sejak 10 hari yang
lalu. Pasien mengeluh gatal pada punggungnya. Awalnya
bercak kecil bulat ukuran 3 cm, sekarang bercak kemerahan
semakin luas di badan yang tersusun sesuai lipatan kulit.
Tanda vital TD:130/80mmHg, N: 84x/m, RR:20x/m, T:36,7C.
Efloresensi kulit punggung ditemukan plak dan makula
dengan ukuran lebih kecil, susunannya sejajar dengan tulang
iga, sehingga menyerupai pohon cemara terbalik (christmas
tree), herald patch+. Apakah diagnosa yang tepat untuk
pasien tersebut?
A. Psoriasis vulgaris
B. Ptiriasis rosea
C. SLE
D. Eritrasma
E. Dermatitis seboroik
Soal 115
An.Harris usia 5 tahun datang ke puskesmas dibawa oleh
ibunya dengan keluhan bibir bengkak sejak 1 jam yang lalu.
Pasien baru saja mengkonsumsi udang goreng tepung asam
manis yang disediakan dirumah. Pasien memiliki riwayat
alergi seafood sejak kecil, namun sudah 2 tahun terakhir ini
pasien tidak pernah kembuuh. Ibunya mengira alergi anaknya
terhadap seafood sudah hilang. Namun sekarang setelah
memakan udang, timbul gatal-gatal dan bengkak pada bibir
anaknya. Diketahui BB:50kg TB:150cm. Pemeriksaan fisik
oral : edema mukosa+, pruritus+. Apakah diagnosa yang
tepat untuk pasien tersebut?
A. Urtikaria
B. Angioedema
C. Impetigo crustosa
D. Impetigo bullosa
E. Dermatitis seboroik
Analisis Soal 115
An.Harris usia 5 tahun datang ke puskesmas dibawa
oleh ibunya dengan keluhan bibir bengkak sejak 1 jam
yang lalu. Pasien baru saja mengkonsumsi udang
goreng tepung asam manis yang disediakan dirumah.
Pasien memiliki riwayat alergi seafood sejak kecil,
namun sudah 2 tahun terakhir ini pasien tidak pernah
kembuuh. Ibunya mengira alergi anaknya terhadap
seafood sudah hilang. Namun sekarang setelah
memakan udang, timbul gatal-gatal dan bengkak pada
bibir anaknya. Diketahui BB:50kg TB:150cm.
Pemeriksaan fisik oral : edema mukosa+, pruritus+.
Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien tersebut?

Diagnosa : Angioedema
Angioedema (3B)
• Edema mendadak pada
dermis bagian bawah dan
subkutis dengan
manifestasi edema
sewarna kulit atau eritema
pada area predileksi, yang
sering disertai keterlibatan
lapisan submukosa.
• Kadang-kadang disertai
gejala subyektif nyeri atau
panas, rasa gatal jarang
ada.
• Angioedema disebut akut
jika berlangsung kurang
dari 6 minggu.
Diagnosis

• Gejala objektif berupa edema kulit mendadak


pada area predileksi.Gejala subjektif berupa
rasa nyeri atau rasa terbakar, dan gatal ringan.
• Pemeriksaan Fisik : Edema sewarna kulit, atau
kadang eritema. Lokasi anatomis berurutan
dari paling sering yaitu wajah, periorbital, bibir,
ektremitas, glottis, lidah, genitalia. Dapat
disertai gejala sesak nafas.
Tatalaksana

• Sistemik : Apabila ada gangguan nafas:


epinefrin atau adrenalin (1:1000) dosis 0,3 ml
subkutan atau intramuskular, diulangi setiap 10
menit, Pengobatan selanjutnya:
• Lini pertama: Antihistamin H-1 generasi ke-2
seperti loratadin, cetirizin, desloratadin, atau
feksofenadin, dapat diberikan pada pasien
rawat jalan, atau antihistamin H-1 generasi ke-
1
Tatalaksana

• Lini kedua: Dosis antihistamin H-1 generasi


kedua ditingkatkan 2-4 kali lipat
• Lini ketiga: Kortikosteroid diindikasikan pada
pasien dengan syok anafilaksis, edema laring,
dan gejala yang berat yang tidak berespons
dengan pemberian antihistamin. Dosis 0,5-1
mg/kgBB/hari dengan atau tanpa tapering.
Urtikaria (4A)
Urtikaria adalah suatu
penyakit kulit yang
ditandai dengan adanya
urtika berbatas tegas,
dikelilingi oleh daerah
berwarna kemerahan,
dan terasa gatal.
• Urtikaria Akut → wheal
spontan < 6 minggu.
• Urtikaria Kronis →
wheal spontan > 6
minggu
Diagnosis
• Timbulnya urtika dan atau angioedema secara
cepat.

Urtika terdiri atas tiga gambaran klinis khas, yaitu:


• Edema di bagian sentral dengan ukuran
bervariasi, hampir selalu dikelilingi oleh eritema,
• disertai oleh gatal atau kadang sensasi seperti
terbakar, dan
• berakhir cepat, kulit kembali ke kondisi normal
biasanya dalam waktu 1-24 jam.
Diagnosis

• Pemeriksaan Penunjang :
• Gambaran histopatologi : udem pada dermis
atas dan tengah, disertai dilatasi venula
postkapiler dan pembuluh limfatik dermis atas.
Tatalaksana
Topikal :
• Bedak kocok dibubuhi antipruritus mentol dan
kamfer.
Sistemik :
• Urtikaria akut : Antihistamin generasi dua.
• Urtikaria kronik : Antihistamin H1 generasi kedua,
Jika gejala menetap setelah 2 minggu,
antihistamin H1 generasi kedua (non sedatif)
dapat dinaikkan dosisnya 2-4 kali, bila gejala
masih menetap sampai 1-4 minggu, ditambahkan:
Jawaban lainnya
A. Urtikaria: penyakit kulit yang ditandai dengan adanya
urtika berbatas tegas, dikelilingi oleh daerah berwarna
kemerahan, dan terasa gatal.
B. Angioedema: Edema mendadak pada dermis bagian
bawah dan subkutis dengan manifestasi edema
sewarna kulit atau eritema pada area predileksi, yang
sering disertai keterlibatan lapisan submukosa
C. Impetigo crustosa: vesikel tipis yang dengan cepat
berubah menjadi pustul dan pecah sehingga menjadi
krusta kering kuning kecoklatan seperti madu (Honey
like).
D. Impetigo bullosa: gambaran vesikobulosa dengan lesi
bula hipopion (bula berisi pus).
E. Dermatitis seboroik: kelainan kulit papuloskuamosa kronis
yang umum dijumpai pada anak dan dewasa.
Soal 115
An.Harris usia 5 tahun datang ke puskesmas dibawa oleh
ibunya dengan keluhan bibir bengkak sejak 1 jam yang lalu.
Pasien baru saja mengkonsumsi udang goreng tepung asam
manis yang disediakan dirumah. Pasien memiliki riwayat
alergi seafood sejak sejak, namun sudah 2 tahun terakhir ini
pasien tidak pernah kembuuh. Ibunya mengira alergi anaknya
terhadap seafood sudah hilang. Namun sekarang setelah
memakan udang, timbul gatal-gatal dan bengkak pada bibir
anaknya. Diketahui BB:50kg TB:150cm. Pemeriksaan fisik
oral : edema mukosa+, pruritus+. Apakah diagnosa yang
tepat untuk pasien tersebut?
A. Urtikaria
B. Angioedema
C. Impetigo crustosa
D. Impetigo bullosa
E. Dermatitis seboroik
Soal 116
An.Ulal usia 2 tahun datang ke puskesmas dibawa oleh
kedua orangtuanya dengan keluhan kulit kering seluruh tubuh
terutama tangan dan kaki sejak 6 bulan yang lalu. Orangtua
pasien merasa pasien begitu rewel ketika pasien berkeringat
seperti merasakan gatal pada badannya. Diketahui BB: 15kg
T: 36,5C. Efloresensi kulit seluruh tubuh ditemukan skuama
putih keabuan yang luas, Terdapat fisura “cracking” pada tepi
skuama. Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien tersebut?
A. Psoriasis vulgaris
B. Iktiosis vulgaris
C. LE kutan/subakut/chronic cutaneous lupus erythematosus
(SCLE)
D. LE kutan akut/acute cutaneous lupus erythematosus
(ACLE)
E. LE kutan kronik/discoid lupus erythematosus (CCLE).
Analisis Soal 116
An.Ulal usia 2 tahun datang ke puskesmas dibawa
oleh kedua orangtuanya dengan keluhan kulit kering
seluruh tubuh terutama tangan dan kaki sejak 6
bulan yang lalu. Orangtua pasien merasa pasien
begitu rewel ketika pasien berkeringat seperti
merasakan gatal pada badannya. Diketahui BB:
15kg T: 36,5C. Efloresensi kulit seluruh tubuh
ditemukan skuama putih keabuan yang luas,
Terdapat fisura “cracking” pada tepi skuama.
Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien tersebut?

Diagnosa : Iktiosis Vulgaris


Iktiosis Vulgaris (3A)

• Skuama putih keabuan yang luas, timbul


dalam tahun pertama kehidupan, namun
tidak dijumpai saat lahir
• Terdapat fisura “cracking” pada tepi skuama
Tatalaksana

Prinsip: menjaga hidrasi kulit dan mencegah


evaporasi
• Krim urea 10–20%
• Topikal Retinoid
• Keratolitik: asam salisilat untuk menghilangkan
skuama
Jawaban lainnya
A. Psoriasis vulgaris: Peradangan kronis dengan
plak eritematosa dengan skuama tebal berwarna
putih perak seperti mika
B. Iktiosis vulgaris: Skuama putih keabuan yang
luas, timbul dalam tahun pertama kehidupan,
namun tidak dijumpai saat lahir
C. LE kutan/subakut/chronic cutaneous lupus
erythematosus (SCLE): DOPAMIN RASH
D. LE kutan akut/acute cutaneous lupus
erythematosus (ACLE): DOPAMIN RASH
E. LE kutan kronik/discoid lupus erythematosus
(CCLE): DOPAMIN RASH
Soal 116
An.Ulal usia 2 tahun datang ke puskesmas dibawa oleh
kedua orangtuanya dengan keluhan kulit kering seluruh tubuh
terutama tangan dan kaki sejak 6 bulan yang lalu. Orangtua
pasien merasa pasien begitu rewel ketika pasien berkeringat
seperti merasakan gatal pada badannya. Diketahui BB: 15kg
T: 366,5C. Efloresensi kulit seluruh tubuh ditemukan skuama
putih keabuan yang luas, Terdapat fisura “cracking” pada tepi
skuama. Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien tersebut?
A. Psoriasis vulgaris
B. Iktiosis vulgaris
C. LE kutan/subakut/chronic cutaneous lupus erythematosus
(SCLE)
D. LE kutan akut/acute cutaneous lupus erythematosus
(ACLE)
E. LE kutan kronik/discoid lupus erythematosus (CCLE).
Soal 117
Tn.Gerald usia 40 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
timbul bercak putih seperti susu/kapur di dada sejak 2 tahun
yang lalu. Awalnya bercak berukuran kecil, namun lama
kelamaan meluas hampir mengenai seluruh bagian
punggungnya. Kadang disertai rasa gatal. Tanda vital
TD:130/80mmHg, N: 84x/m, RR:20x/m, T:36,7C. Efloresensi
kulit dada : terdapat makula depigmentasi berbatas tegas
yang terdistribusi luas di dada seperti gambaran dibawah ini.
Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien tersebut?
A. Vitiligo
B. Psoriasis vulgaris
C. Hipopigmentasi paska trauma
D. Skrofuloderma
E. Exanthema drug eruption
Analisis Soal 117
Tn.Gerald usia 40 tahun datang ke poliklinik
dengan keluhan timbul bercak putih seperti
susu/kapur di dada sejak 2 tahun yang lalu.
Awalnya bercak berukuran kecil, namun lama
kelamaan meluas hampir mengenai seluruh
bagian punggungnya. Kadang disertai rasa
gatal. Tanda vital TD:130/80mmHg, N: 84x/m,
RR:20x/m, T:36,7C. Efloresensi kulit dada :
terdapat makula depigmentasi berbatas tegas
yang terdistribusi luas di dada seperti
gambaran dibawah ini. Apakah diagnosa yang
tepat untuk pasien tersebut?

Diagnosa : Vitiligo
Vitiligo (3A)

• Penyakit depigmentasi didapat pada kulit,


membran mukosa, dan rambut yang memiliki
karakteristik lesi khas berupa makula berwarna
putih susu (depigmentasi) dengan batas jelas
dan bertambah besar secara progresif akibat
hilangnya melanosit fungsional.
• Faktor resiko : riwayat vitiligo pada keluarga
dan penyakit autoimun
Diagnosis

• Timbul bercak putih seperti susu/kapur onset


tidak sejak lahir.
• Terkadang disertai terasa gatal.
• Terdapat makula depigmentasi berbatas tegas
dengan distribusi sesuai.
• Progresivitas lesi: dapat bertambah
luas/menyebar, atau lambat/menetap, kadang
timbul bercak sewarna putih pada lesi tanpa
diberikan pengobatan (repigmentasi spontan).
Diagnosis
Pemeriksaan
Penunjang
• Perhitungan Vitiligo
Area Scoring Index
(VASI) atau Vitiligo
European Task Force
(VETF) untuk
menentukan derajat
keparahan, serta
pemilihan dan follow
up terapi.
Tatalaksana

Non-medikamentosa : Menghindari trauma fisik


baik luka tajam, tumpul, ataupun tekanan
repetitive, menghindari stress dan menghindari
pajanan sinar matahari berlebihan.
Medikamentosa
1. Topikal : Kortikosteroid topikal : Calcineurin
inhibitor (takrolimus, pimekrolimus)
2. Fototerapi : Narrowband ultraviolet B, Excimer
lamp atau laser 308 nm17
Tatalaksana

3. Fotokemoterapi : Kombinasi psoralen dengan


phototherapy ultraviolet A (PUVA) Lini
4. Sistemik (untuk menahan penyebaran lesi
aktif dan progresif) : betametason 5 mg dosis
tunggal, dua hari berturut-turut per minggu
selama 16 minggu.
Exanthema Drug Eruption (4A)
• Bentuk reaksi alergi
ringan pada kulit
yang terjadi akibat
pemberian obat yang
sifatnya sistemik.
Bentuk reaksi alergi
merupakan reaksi
hipersensitivitas tipe
IV (alergi selular tipe
lambat).
Diagnosis
• Gatal yang disertai Pemeriksaan Fisik :
kemerahan dan bintil • Erupsi makulopapular
pada kulit. Kelainan atau morbiliformis,
muncul 10-14 hari kelainan dapat simetris.
setelah mulai
pengobatan. Biasanya • Tempat predileksi yaitu
disebabkan karena : tungkai, lipat paha,
penggunaan antibiotik dan lipat ketiak.
(ampisilin, sulfonamid,
dan tetrasiklin) atau
analgetik- antipiretik
non steroid.
Tatalaksana
Kortikosteroid sistemik:
• Prednison tablet 30 mg/hari dibagi dalam 3 kali
pemberian per hari selama 1 minggu.
Antihistamin sistemik:
• Setirizin2x10 mg/hari selama 7 hari bila
diperlukan, atau
• Loratadin 10 mg/hari selama 7 hari bila diperlukan
Topikal:
• Bedak salisilat 2% dan antipruritus (Menthol 0.5%
- 1%)
Tatalaksana

• Prinsipnya adalah eliminasi obat penyebab


erupsi.
• Pasien dan keluarga diberitahu untuk membuat
catatan kecil di dompetnya tentang alergi obat
yang dideritanya.
• Memberitahukan bahwa kemungkinan pasien
bisa sembuh dengan adanya hiperpigmentasi
pada lokasi lesi.
Jawaban lainnya
A. Vitiligo: Penyakit depigmentasi didapat pada kulit,
membran mukosa, dan rambut yang memiliki karakteristik
lesi khas berupa makula berwarna putih susu
(depigmentasi) dengan batas jelas dan bertambah besar
secara progresif akibat hilangnya melanosit fungsional.
B. Psoriasis vulgaris: Peradangan kronis dengan plak eritematosa
dengan skuama tebal berwarna putih perak seperti mika.
C. Hipopigmentasi paska trauma: Kelainan hipermelanosis reaktif
yang terjadi setelah proses inflamasi dan trauma pada kulit,
yang lebih sering terjadi pada kulit berwarna.
D. Skrofuloderma: Merupakan infeksi mikobakterium (M.
Tuberculosis atau M. Bovis atau M. Atypic) pada kulit akibat
penjalaran langsung organ di bawah kulit yang telah terkena
tuberkulosis, tersering berasal dari KGB, tulang atau sendi.
E. Exanthema drug eruption: Bentuk reaksi alergi ringan pada kulit
yang terjadi akibat pemberian obat yang sifatnya sistemik.
Bentuk reaksi alergi merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV
(alergi selular tipe lambat).
Soal 117
Tn.Gerald usia 40 tahun datang ke poliklinik dengan
keluhan timbul bercak putih seperti susu/kapur di dada
sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya bercak berukuran kecil,
namun lama kelamaan meluas hampir mengenai seluruh
bagian punggungnya. Kadang disertai rasa gatal. Tanda
vital TD:130/80mmHg, N: 84x/m, RR:20x/m, T:36,7C.
Efloresensi kulit dada : terdapat makula depigmentasi
berbatas tegas yang terdistribusi luas di dada seperti
gambaran dibawah ini. Apakah diagnosa yang tepat
untuk pasien tersebut?
A. Vitiligo
B. Psoriasis vulgaris
C. Hipopigmentasi paska trauma
D. Skrofuloderma
E. Exanthema drug eruption
Soal 118
Tn.Tono 41 tahun datang ke prakter dokter umum
dengan keluhan diare terus menerus selama 2 bulan.
Diare cair sebanyak 4-5x dalam sehari. Perut kembung,
mulas dan tidak nyaman. Pada pemeriksaan fisik TD :
110/70, N : 96 x/Menit, R: 24 X/Menit, S : 37,3 C,
abdomen : bising usus meningkat. Hasil pemeriksaan
kolonoskopi menunjukkan cobblestone appearance.
Apakah diagnosis yang paling tepat pada pasien
tersebut?
A. Colitis Ulserative
B. Chron’s Disease
C. Amoebiasis Intestinal
D. Inflammatory Bowel Disease
E. Colitis TB
Analisis Soal 118
Tn.Tono 41 tahun datang ke prakter dokter umum
dengan keluhan diare terus menerus selama 2
bulan. Diare cair sebanyak 4-5x dalam sehari. Perut
kembung, mulas dan tidak nyaman. Pada
pemeriksaan fisik TD : 110/70, N : 96 x/Menit, R: 24
X/Menit, S : 37,3 C, abdomen : bising usus
meningkat. Hasil pemeriksaan kolonoskopi
menunjukkan cobblestone appearance. Apakah
diagnosis yang paling tepat pada pasien tersebut?

Diagnosa : Chron’s Disease


Inflammatory Bowel Disease (1)

• Penyakit inflamasi kronik yang melibatkan


saluran cerna, bersifat remisi dan
relaps/kambuhan, dengan penyebab pastinya
sampai saat ini belum diketahui jelas.
IBD Terdiri 2 Jenis :
• Kolitis Ulseratif : Inflamasi terbatas pada lapisan
mukosa kolon. Rektum sering terlibat (proktitis
ulseratif) dan progresivitas menjalar ke arah
proksimal. Derajat klinis dapat dibagi ringan,
sedang, berat, berdasarkan frekuensi diare,
ada/tidaknya demam, derajat beratnya anemia
yang terjadi dan laju endap darah.
• Penyakit Crohn : Proses inflamasi bersifat
transmural, jadi melibatkan semua lapisan dinding
usus, sehingga meningkatkan risiko perforasi
maupun dalam proses kelanjutannya menimbulkan
proses fibrosis, fistulasi, abses dan striktur.
Crohn Disease vs Ulcerative Colitis
Crohn Disease Ulcerative Colitis
• Skip lesion • Lesi kontinyu di rectosigmoid
• String sign (+) • Lead pipe colon (+)
• Cobblestone appearance • Pseudopolip appearance
• Diare berdarah, nyeri • Diare berdarah >>, nyeri kolik
kolik>>
Gastroenteritis (4A)
• Gastroenteritis (GE) adalah peradangan
mukosa lambung dan usus halus yang ditandai
dengan diare dengan frekuensi 3 kali atau
lebih dalam waktu 24 jam.
• Diare akut 7– 14 hari
• Diare persisten >14 hari
• Diare kronis >30 hari
Diagnosis
• Shigela → Menyebabkan disentri basiler
(shigellosis) Diare encer bercampur lendir dan
darah, demam, malaise, tenesmus, kram perut,
sakit kepala
• Entamoeba hystolitica → Menyebabkan
disentri amoeba (amoebiasis) Diare lendir
dan darah, demam, nyeri tekan perut kiri,
tanda dehidrasi, tenesmus. Pemeriksaan
mikroskopis sediaan feses dapat didapatkan
trofozoit dengan sitoplasma mengandung
eritrosit kista berinti 4
Diagnosis

• Vibrio Kolera → Diare encer dan banyak


seperti cucian beras, kram perut, tenesmus.
Pewarnaan gram : gram negative batang
pendek bengkok (koma)
• Giardia Lambdia → Diare dengan tinja
berminyak/berlemak (steatorrhea), mual dan
muntah. Pemeriksaan mikroskopis feses:
trofozoit dengan 2 nukleus dan 2 aksonema,
berflagel (bentuk seperti layang-layang)
Diagnosis
• Rota virus → Diare cair encer tanpa darah
maupun lendir dapat menyemprot, demam,
nyeri perut, penurunan nafsu makan, lemah
badan. Perianal rash (+)
• C. Difficile → Terganggunya flora normal usus
karena penggunaan antibiotik yang tidak
sesuai. Diare cair, banyak, dapat berdarah,
demam.
• C. Botulinum → Riwayat konsumsi makanan
kaleng kadaluwarsa
Tatalaksana
5 pilar tatalaksana diare:
• Rehidrasi (terapi ABC)
• Zink (10 mg untuk <6 bulan, 20 mg untuk >6
bulan) selama 10 hari
• Antibiotik selektif
• Lanjutkan nutrisi
• Edukasi
Jawaban Lainnya
A.Colitis Ulserative  inflamasi yang terbatas pada
mukosa kolon dan rectum, lesi bersifat kontinyu
C.Amoebiasis Intestinal  infeksi Entamoeba histolytica
pada GIT, gejala berupa diare lendir darah, tenesmus,
mikroskopis feses diddapatkan trofozoit dengan eritrosit
di dalamnya
D.Inflammatory Bowel Disease  istiah umum untuk
crohn disease dan kolitis ulseratif
E.Colitis TB  peradangan pada kolon yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis, gejala tidak khas,
didapatkan adanya riwayat kontak TB (+)
Soal 118
Tn.Tono 41 tahun datang ke prakter dokter umum
dengan keluhan diare terus menerus selama 2 bulan.
Diare cair sebanyak 4-5x dalam sehari. Perut kembung,
mulas dan tidak nyaman. Pada pemeriksaan fisik TD :
110/70, N : 96 x/Menit, R: 24 X/Menit, S : 37,3 C,
abdomen : bising usus meningkat. Hasil pemeriksaan
kolonoskopi menunjukkan cobblestone appearance.
Apakah diagnosis yang paling tepat pada pasien
tersebut?
A. Colitis Ulserative
B. Chron’s Disease
C. Amoebiasis Intestinal
D. Inflammatory Bowel Disease
E. Colitis TB
Soal 119
Ny.Hanifah berusia 25 tahun datang ke puskesmas
dengan keluhan diare sejak 1 minggu dengan frekuensi
7 kali per hari disertai dengan darah dan lendir. Pasien
juga mengeluh nyeri perut bagian kanan bawah dalam 5
hari ini. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan
darah 100/60 mmhg, nadi 100 x/menit, RR 24 x/menit
dan T: 37,8 ℃, peristaltik normal dan nyeri tekan pada
perut bagian kanan bawah. Hasil laboratorium
didapatkan Hb 9,5 g/dl, LED 60 mm/jam dan albumin 2,9
mg/dl. Apakah diagnosis paling tepat?
A. Disentri Basiler
B. Disentri Amuba
C.Kolitis Ulserative
D.Kolitis Chron
E.Irritable Bowel Syndrome
Analisis Soal 119
Ny.Hanifah berusia 25 tahun datang ke puskesmas
dengan keluhan diare sejak 1 minggu dengan
frekuensi 7 kali per hari disertai dengan darah dan
lendir. Pasien juga mengeluh nyeri perut bagian
kanan bawah dalam 5 hari ini. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan tekanan darah 100/60 mmhg, nadi
100 x/menit, RR 24 x/menit dan T: 37,8 ℃, peristaltik
normal dan nyeri tekan pada perut bagian kanan
bawah. Hasil laboratorium didapatkan Hb 9,5 g/dl,
LED 60 mm/jam dan albumin 2,9 mg/dl. Apakah
diagnosis paling tepat?

Diagnosa : Disentri Basiler


Gastroenteritis (4A)
• Gastroenteritis (GE) adalah peradangan
mukosa lambung dan usus halus yang ditandai
dengan diare dengan frekuensi 3 kali atau
lebih dalam waktu 24 jam
• Diare akut 7– 14 hari
• Diare persisten >14 hari
• Diare kronis >30 hari
Diagnosis
• Shigela → Menyebabkan disentri basiler
(shigellosis) Diare encer bercampur lendir dan
darah, demam, malaise, tenesmus, kram perut,
sakit kepala
• Entamoeba hystolitica → Menyebabkan
disentri amoeba (amoebiasis) Diare lendir
dan darah, demam, nyeri tekan perut kiri,
tanda dehidrasi, tenesmus. Pemeriksaan
mikroskopis sediaan feses dapat didapatkan
trofozoit dengan sitoplasma mengandung
eritrosit kista berinti 4
Diagnosis
• Vibrio Kolera → Diare encer dan banyak
seperti cucian beras, kram perut, tenesmus.
Pewarnaan gram : gram negative batang
pendek bengkok (koma)
• Giardia Lambdia → Diare dengan tinja
berminyak/berlemak (steatorrhea), mual dan
muntah. Pemeriksaan mikroskopis feses:
trofozoit dengan 2 nukleus dan 2 aksonema,
berflagel (bentuk seperti layang-layang)
Diagnosis
• Rota virus → Diare cair encer tanpa darah
maupun lendir dapat menyemprot, demam,
nyeri perut, penurunan nafsu makan, lemah
badan. Perianal rash (+)
• C. Difficile → Terganggunya flora normal usus
karena penggunaan antibiotik yang tidak
sesuai. Diare cair, banyak, dapat berdarah,
demam.
• C. Botulinum → Riwayat konsumsi makanan
kaleng kadaluwarsa
Diagnosis

• Laboratorium: darah lengkap, fungsi ginjal dan


elektrolit (apabila anak dehidrasi)
• Pemeriksaan feses lengkap

(kiri-kanan) Vibrio cholerae, Giardia lamblia, Entamoeba hystolitica


Tatalaksana

5 pilar tatalaksana diare:


• Rehidrasi (terapi ABC)
• Zink (10 mg/hari untuk <6 bulan, 20 mg/hari
untuk >6 bulan) selama 10-14 hari
• Antibiotik selektif
• Lanjutkan nutrisi (sesuai dengan usia anak;
makanan rendah serat)
• Edukasi
Derajat Dehidrasi
Penilaian A B C
Keadaan Umum Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu, lunglai, atau tidak
sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan
kering
Air mata Ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

Rasa haus Minum biasa, *Haus, ingin minum *Malas minum atau tidak
tidak haus banyak bisa minum
Periksa turgor Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat lambat
kulit
Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi
pemeriksaan ringan/sedang
Bila ada 1 tanda (8) Bila ada 1 tanda (8)
ditambah 1 atau ditambah 1 atau lebih
lebih tanda lain tanda lain

Terapi Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C


Rencana Terapi

Terapi A
• Umur < 1 tahun: ¼-½ gelas setiap kali anak
mencret (50–100 ml)
• Umur 1-4 tahun: ½-1 gelas setiap kali anak
mencret (100–200 ml)
• Umur diatas 5 Tahun: 1–1½ gelas setiap kali
anak mencret (200– 300 ml)
Rencana Terapi

Terapi B
• Oralit diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/
kgbb dan selanjutnya diteruskan dengan
pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi

• Terapi C
Usia 30 cc/kgbb dalam 70 cc/kgbb dalam
<12 bulan 1 jam 5 jam
>12 bulan 30 menit 2,5 jam
Tatalaksana antibiotik

• Shigella → Ciprofloxacin 3x500 mg 3 hari


• E. Hystolitica → Metronidazol 3x500 mg 3–5
hari
• Kolera → Tetrasiklin 4x500mg PO selama 3
hari, Siprofloksasin 2x500mg selama 5-7 hari,
Doksisiklin 3x100mg selama 1 hari
• Giardiasis, C. Difficile, C. Botulinum →
Metronidazole 3x500 mg selama 7-10 hari
Jawaban Lainnya
B.Disentri Amuba  infeksi Entamoeba histolytica pada
GIT, gejala berupa diare lendir darah, tenesmus,
mikroskopis feses didapatkan trofozoit dengan eritrosit di
dalamnya
C.Kolitis Ulserative  inflamasi yang terbatas pada
mukosa kolon dan rectum, lesi bersifat kontinyu
D.Kolitis Chron  inflamasi transmural melibatkan
semua lapisan dinding usus, tanda khas berupa skip
lesion
E.Irritable Bowel Syndrome  penyakit gastrointestinal
fungsional, adanya nyeri perut, distensi dan gangguan
pola defekasi tanpa gangguan organik
Soal 119
Ny.Hanifah berusia 25 tahun datang ke puskesmas
dengan keluhan diare sejak 1 minggu dengan frekuensi
7 kali per hari disertai dengan darah dan lendir. Pasien
juga mengeluh nyeri perut bagian kanan bawah dalam 5
hari ini. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan
darah 100/60 mmhg, nadi 100 x/menit, RR 24 x/menit
dan T: 37,8 ℃, peristaltik normal dan nyeri tekan pada
perut bagian kanan bawah. Hasil laboratorium
didapatkan Hb 9,5 g/dl, LED 60 mm/jam dan albumin 2,9
mg/dl. Apakah diagnosis paling tepat?
A. Disentri Basiler
B. Disentri Amuba
C.Kolitis Ulserative
D.Kolitis Chron
E.Irritable Bowel Syndrome
Soal 120
Tn.Jenuy usia 20 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan nyeri perut sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga
mengeluh demam, sakit kepala dan mual sejak 10 hari yang
lalu. Riwayat pasien hiking ke lembah Napu yang ada di
sulawesi tengah sekitar 2 minggu yang lalu. Karena haus
pasien meminum air dari danau yang ada di area lembah
tersebut. Tanda vital TD:130/80mmHg, N:90x/m, RR: 20x/m,
T:38C. Pemeriksaan fisik, abdomen: NTE+ dan
hepatosplenomegali, inguinal : Limfadenopati, kulit : rash+,
anus : berdarah+. Dokter melakukan pemeriksaan feses dan
didapatkan hasil gambaran mikroskop seperti dibawah ini.
Apakah diagnosa pasien tersebut?
A. Strongyloides stercoralis.
B. Ancylostoma duodenale
C. Schistosoma japonicum
D. Schistosoma haematobium
E. Schistosoma mansoni
Analisis Soal 120
Tn.Jenuy usia 20 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan nyeri perut sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga
mengeluh demam, sakit kepala dan mual sejak 10 hari yang
lalu. Riwayat pasien hiking ke lembah Napu yang ada di
sulawesi tengah sekitar 2 minggu yang lalu. Karena haus
pasien meminum air dari danau yang ada di area lembah
tersebut. Tanda vital TD:130/80mmHg, N:90x/m, RR: 20x/m,
T:38C. Pemeriksaan fisik, abdomen: NTE+ dan
hepatosplenomegali, inguinal : Limfadenopati, kulit : rash+,
anus : berdarah+. Dokter melakukan pemeriksaan feses dan
didapatkan hasil gambaran mikroskop seperti dibawah ini.
Apakah diagnosa pasien tersebut?

Diagnosa : Schistosoma
Japonicum
Infeksi Cacing (4)
PARASIT
Metazoa
Roundworms Flat worms (Platyhelminthes)
Trematoda Cestoda
Nematoda
(Cacing pipih) (Cacing pita)
• Necator
• Enterobius
• Ascaris
• Ancylostoma • Fasciola
• Taenia
• Trichuris • Schistosoma
• Strongyloides
• Wuchereria
• Brugia
NEMATODA  NASTAR
• Necator, Ancylostoma, Strongyloides
 stadium infektif larva filariaform
• Trichuris, Ascaris, enteRobius
 stadium infektif telur
Nematoda; bentuk infektif larva filariaform
Spesies Gejala khas Diagnosis

• Necator Creeping eruption Telur (berinti banyak (4-8 segmented ovum),


americanus Migrasi ke paru  dinding tipis) atau larva pada analisis feses
• Ancylostoma pneumonitis
duodenale Migrasi ke GIT 
Bloodsucking 
(Cacing ADB, pucat, lemas,
tambang) nyeri perut
• Ancylostoma Cutaneous larva Larva filariaform Diagnosis presumptif,
braziliense migrans (CLM), menembus kulit tapi dan ada riwayat paparan
• Ancylostoma creeping eruption, tidak dapat tumbuh
caninum gatal hebat dewasa pada tubuh
manusia (zoofilik)

Strongyloides Awal: creeping Larva rabditiform pada analisis feses


stercoralis eruption,
pneumonitis, nyeri
(cacing perut, diare
benang) Kemudian:
malabsorpsi, ulkus,
diare berdarah
Nematoda; bentuk infektif telur
Spesies Gejala khas Nematoda
Diagnosis

• Enterobius Uji tempel Oval


vermicularis (scotch tape) bikonkaf
• Oxyuris Gatal perianal pada pada pagi hari dengan
vermicularis malam hari, iritasi kulit setelah bangun dinding
perianal tidur selama 3 asimetris
(Cacing hari berturut- berisi larva
kremi) turut cacing

Trichuris telur di analisis


Telur seperti
trichiura Asimptomatik, diare feses,
tempayan
berdarah, BAB malam cacingdewasa
dengan dua
(Cacing hari, prolaps rekti pada
operkulum
cambuk) kolonoskopi

telur dinding 3
Ascaris Telur tertelan  larva lapis di analisis Telur oval,
lumbricoides migrasi ke paru-paru feses, cacing berdinding
(loeffler syndrome)  dewasa di usus tebal lapis 3,
(Cacing matur di usus (dapat halus, dapat bergerigi,
gelang) menyebabkan keluar lewat unsegmente
obstruksi) anus, mulut d ovum
Trematoda; Skistomiasis  bentuk infektif: serkaria
Spesies Gejala khas Diagnosis

Telur lonjong
Schistoma • Swimmer itch: gatal setelah dengan duri
mansoni berenang di air tawar karena lateral pada
penetrasi kulit oler serkaria tinja
• Gejala awal: sindrom skistomiasis
akut (demam Katayama)  reaksi
hipersensitivitas; demam, urtikaria,
angioedema, mialgia, batuk kering, Telur lonjong
Schistoma diare, sakit perut, sakit kepala dengan duri di
hematobium • GIT  nyeri perut kronis/intermiten, ujung terminal
anoreksia, diare, ADB, perdarahan pada urin
usus, ulkus kolon
• Genitourinari (khusus hematobium)
 hematuria mikroskopik/ Telur lonjong
makroskopik, piuria, dengan duri
Schistoma hematospermia, disuria, obstruksi rudimeter
japonicum leher kandung kemih, hidroureter, (hampir tidak
hidronefrosis, gagal ginjal terlihat) pada
tinja
Cestoda; Taeniasis & Sistiserkosis; bentuk infektif: onkosfer
Spesies Gejala khas Diagnosis

• Taeniasis: asimtomatik,
mual, diare, anoreksia,
Taenia Riwayat makan
nyeri epigastrium, berat
saginata daging mentah
badan turun
Daging sapi Telur bulat,
• Sistiserkosis ekstraneural:
dinding ganda,
sistiserkus di otot, mata:
corakan radial
nodul subkutan, nyeri otot,
(tidak dapat
radiokulopati, mielopati,
dibedakan)
penurunan visus, dst.
Taenia
Solium T. saginata:
• Neurosistiserkosis:
Proglotid >12
• Kejang fokal/umum
Daging babi cabang uterus
• Nyeri kepala;
migrain/tension
*hanya T. solium:
• Defisit neurokognitif
solium yang Proglotid ≤10
• Peningkatan TIK
bisa menjadi cabang uterus
• hidrosefalus
sistiserkosis
TATALAKSANA CACING
Nematoda
Necator/
Strongyloides Trichuris Ascaris Enterobius
Ancylostoma
• Pirantel pamoat
10 mg/kgBB, 3
hari
• Mebendazole
• Mebendazole
• Pirantel 500 mg SD
2x100 mg, 3 hari • Albendazol 1- • Albendazole
pamoat 10 • Albendazole
• Albendazole 400 2x 400mg, 3 1x400 mg,
mg/kg BB SD 400 mg SD
mg SD hari 3 hari
• Mebendazole • Pirantel
• Mebendazol • Mebendazole
500 mg SD, pamoat 10
CLM: 3x100 mg, 2- 2x100 mg,
• Albendazole mg/kgBB SD
• Tiabendazol 4 minggu. 3 hari
400 mg SD
2x25mg/kgBB, 2
hari;
• Albendazol 2x400
mg, 3 hari.
TATALAKSANA CACING
Trematoda

S. Mansoni, S. haematobium
Praziquantel 40 mg/kgBB po dibagi dalam dua dosis perhari
S. Japonicum
Praziquantel 60 mg/kgBB po dibagi dalam tiga dosis perhari
Cestoda

Taeniasis:
• Albendazol 1-2x400 mg, selama 3 hari, atau
• Mebendazol 3x100 mg, selama 2 atau 4 minggu

Sistiserkosis:
Rujuk ke spesialis terkait
Tatalaksana kejang dan peningkatan TIK
Eksisi nodul subkutan
Jawaban lainnya
A. Strongyloides stercoralis: Pemeriksaan penunjang :
menemukan larva rabditiform dalam tinja segar, atau
menemukan cacing dewasa Strongyloides stercoralis.
B. Ancylostoma duodenale
C. Schistosoma japonicum
D. Schistosoma haematobium
E. Schistosoma mansoni
Soal 120
Tn.Jenuy usia 20 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan nyeri perut sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga
mengeluh demam, sakit kepala dan mual sejak 10 hari yang
lalu. Riwayat pasien hiking ke lembah Napu yang ada di
sulawesi tengah sekitar 2 minggu yang lalu. Karena haus
pasien meminum air dari danau yang ada di area lembah
tersebut. Tanda vital TD:130/80mmHg, N:90x/m, RR: 20x/m,
T:38C. Pemeriksaan fisik, abdomen: NTE+ dan
hepatosplenomegali, inguinal : Limfadenopati, kulit : rash+,
anus : berdarah+. Dokter melakukan pemeriksaan feses dan
didapatkan hasil gambaran mikroskop seperti dibawah ini.
Apakah diagnosa pasien tersebut?
A. Strongyloides stercoralis.
B. Ancylostoma duodenale
C. Schistosoma japonicum
D. Schistosoma haematobium
E. Schistosoma mansoni
Soal 121
Tn.Jenuy usia 20 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri perut
sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluh demam, sakit kepala dan
mual sejak 10 hari yang lalu. Riwayat pasien hiking ke lembah Napu yang
ada di sulawesi tengah sekitar 2 minggu yang lalu. Karena haus pasien
meminum air dari danau yang ada di area lembah tersebut. Tanda vital
TD:130/80mmHg, N:90x/m, RR: 20x/m, T:38C. Pemeriksaan fisik,
abdomen: NTE+ dan hepatosplenomegali, inguinal : Limfadenopati, kulit :
rash+, anus : berdarah+. Dokter melakukan pemeriksaan feses dan
didapatkan hasil gambaran mikroskop seperti dibawah ini. Apakah terapi
yang paling tepat yang dapat diberikan pada pasien kasus tersebut untuk
mengeradikasi etiologi masalah yang diderita pasien?
A. Prazikuantel 40 mg/kg berat badan per hari oral dan dibagi dalam dua
dosis perhari
B. Mebendazol, dosis 100 mg, dua kali sehari, diberikan selama tiga hari
berturut-turut, atau
C. Albendazol, pada anak di atas 2 tahun dapat diberikan 2 tablet (400
mg) atau 20 ml suspensi, dosis tunggal.
D. Prazikuantel 60 mg/kg berat badan per hari oral dan dibagi dalam tiga
dosis perhari
E. Prazikuantel 40 mg/kg berat badan per hari oral dan dibagi dalam tiga
dosis perhari
Analisis Soal 121
Tn.Jenuy usia 20 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri
perut sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluh demam, sakit
kepala dan mual sejak 10 hari yang lalu. Riwayat pasien hiking ke
lembah Napu yang ada di sulawesi tengah sekitar 2 minggu yang
lalu. Karena haus pasien meminum air dari danau yang ada di area
lembah tersebut. Tanda vital TD:130/80mmHg, N:90x/m, RR: 20x/m,
T:38C. Pemeriksaan fisik, abdomen: NTE+ dan hepatosplenomegali,
inguinal : Limfadenopati, kulit : rash+, anus : berdarah+. Dokter
melakukan pemeriksaan feses dan didapatkan hasil gambaran
mikroskop seperti dibawah ini. Apakah terapi yang paling tepat yang
dapat diberikan pada pasien kasus tersebut untuk mengeradikasi
etiologi masalah yang diderita pasien?

Diagnosa : Schistosoma Japonicum


Terapi : Prazikuantel 60 mg/kg berat badan per hari oral dan
dibagi dalam tiga dosis perhari
Trematoda; Skistomiasis  bentuk infektif: serkaria
Spesies Gejala khas Diagnosis

Telur lonjong
Schistoma • Swimmer itch: gatal setelah dengan duri
mansoni berenang di air tawar karena lateral pada
penetrasi kulit oler serkaria tinja
• Gejala awal: sindrom skistomiasis
akut (demam Katayama)  reaksi
hipersensitivitas; demam, urtikaria,
angioedema, mialgia, batuk kering, Telur lonjong
Schistoma diare, sakit perut, sakit kepala dengan duri di
hematobium • GIT  nyeri perut kronis/intermiten, ujung terminal
anoreksia, diare, ADB, perdarahan pada urin
usus, ulkus kolon
• Genitourinari (khusus hematobium)
 hematuria mikroskopik/ Telur lonjong
makroskopik, piuria, dengan duri
Schistoma hematospermia, disuria, obstruksi rudimeter
japonicum leher kandung kemih, hidroureter, (hampir tidak
hidronefrosis, gagal ginjal terlihat) pada
tinja
TATALAKSANA CACING
Trematoda

S. Mansoni, S. haematobium
Praziquantel 40 mg/kgBB po dibagi dalam dua dosis perhari
S. Japonicum
Praziquantel 60 mg/kgBB po dibagi dalam tiga dosis perhari
Cestoda

Taeniasis:
• Albendazol 1-2x400 mg, selama 3 hari, atau
• Mebendazol 3x100 mg, selama 2 atau 4 minggu

Sistiserkosis:
Rujuk ke spesialis terkait
Tatalaksana kejang dan peningkatan TIK
Eksisi nodul subkutan
Jawaban lainnya
A. Prazikuantel 40 mg/kg berat badan per hari oral dan
dibagi dalam dua dosis perhari: S.Mansoni,
S.Haematobium
B. Mebendazol, dosis 100 mg, dua kali sehari,
diberikan selama tiga hari berturut-turut,: askariasis
C. Albendazol, pada anak di atas 2 tahun dapat
diberikan 2 tablet (400 mg) atau 20 ml suspensi,
dosis tunggal: askariasis
D. Prazikuantel 60 mg/kg berat badan per hari oral
dan dibagi dalam tiga dosis perhari:
S.Japonikum dan S.Mekongi
E. Prazikuantel 40 mg/kg berat badan per hari oral dan
dibagi dalam tiga dosis perhari: dibagi 2 dosis untuk
S.Mansoni dan S.Haematobium
Soal 121
Tn.Jenuy usia 20 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri perut
sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluh demam, sakit kepala dan
mual sejak 10 hari yang lalu. Riwayat pasien hiking ke lembah Napu yang
ada di sulawesi tengah sekitar 2 minggu yang lalu. Karena haus pasien
meminum air dari danau yang ada di area lembah tersebut. Tanda vital
TD:130/80mmHg, N:90x/m, RR: 20x/m, T:38C. Pemeriksaan fisik,
abdomen: NTE+ dan hepatosplenomegali, inguinal : Limfadenopati, kulit :
rash+, anus : berdarah+. Dokter melakukan pemeriksaan feses dan
didapatkan hasil gambaran mikroskop seperti dibawah ini. Apakah terapi
yang paling tepat yang dapat diberikan pada pasien kasus tersebut untuk
mengeradikasi etiologi masalah yang diderita pasien?
A. Prazikuantel 40 mg/kg berat badan per hari oral dan dibagi dalam dua
dosis perhari
B. Mebendazol, dosis 100 mg, dua kali sehari, diberikan selama tiga hari
berturut-turut, atau
C. Albendazol, pada anak di atas 2 tahun dapat diberikan 2 tablet (400
mg) atau 20 ml suspensi, dosis tunggal.
D. Prazikuantel 60 mg/kg berat badan per hari oral dan dibagi dalam tiga
dosis perhari
E. Prazikuantel 40 mg/kg berat badan per hari oral dan dibagi dalam tiga
dosis perhari
Soal 122
Tn.Karim usia 50 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
perutnya membesar sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan juga disertai
dengan perubahan kulit yang berwarna kuning, terdapat demam
sepanjang hari dan kadang pasien merasa sesak ketika dalam
posisi tertidur. Pasien pernah didiagnosa hepatitis B 2 tahun yang
lalu namun jarang kontrol berobat karena tidak memiliki asuransi.
Pasien berprofesi sebagai supir dan sering dopping dengan alkohol
oplosan. Tanda vital TD:140/90mmHg, N:89x/m, RR:24x/m, T:
37,7C. Pemeriksaan fisik, abdomen: hepatosplenomegali, ascites,
caput medusa+, spider navi+, ekstremitas : palmar eritema+,
clubbing finger+. Hasil lab OT PT meningkat dengan OT >> PT, ALP
meningkat 2–3x batas atas normal, Hipoalbuminemia dan PT
memanjang. Apakah diagnosa yang tepat untuk kasus tersebut
diatas?
A. Sirosis hepatis
B. Hepatitis B
C. GERD
D. Hepatitis A
E. Gastritis
Analisis Soal 122
Tn.Karim usia 50 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
perutnya membesar sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan juga
disertai dengan perubahan kulit yang berwarna kuning,
terdapat demam sepanjang hari dan kadang pasien merasa
sesak ketika dalam posisi tertidur. Pasien pernah didiagnosa
hepatitis B 2 tahun yang lalu namun jarang kontrol berobat
karena tidak memiliki asuransi. Pasien berprofesi sebagai
supir dan sering dopping dengan alkohol oplosan. Tanda vital
TD:140/90mmHg, N:89x/m, RR:24x/m, T: 37,7C.
Pemeriksaan fisik, abdomen: hepatosplenomegali, ascites,
caput medusa+, spider navi+, ekstremitas : palmar eritema+,
clubbing finger+. Hasil lab OT PT meningkat dengan OT >>
PT, ALP meningkat 2–3x batas atas normal, Hipoalbuminemia
dan PT memanjang. Apakah diagnosa yang tepat untuk kasus
tersebut diatas?

Diagnosis : Sirosis Hepatis


Sirosis Hepar (2)

Tahap akhir proses difus fibrosis hati progresif


yang ditandai kerusakan hati dan pembentukan
nodul regenerative

Klasifikasi
• SH kompensata
• SH dekompensata, disertai tanda-tanda
kegagalan hepatoseluler dan hipertensi porta
Diagnosis

Manifestasi Klinis
• Spider navi, • Ukuran hati (besar, normal
atau kecil),
• Palmar erythema,
• Splenomegali,
• Perubahan kuku
(Muehrches llines, terry’s • Ascites,
nails, clubbing), • Caput medusa,
• Ginekomastia, • Fetor hepatikus,
• Hypogonadism, • Ikterus
• Hematemesis,
Diagnosis
Pemeriksaan lab
• OT PT meningkat dengan OT >> PT
• ALP meningkat 2–3x batas atas normal
• Hipoalbuminemia
• PT memanjang

USG
• Hati mengecil dan nodular
• Hiperekhoik parenkim
• Permukaan ireguler
Child Pugh Score
Hepatitis A (4A) Hepatitis B (3A)
Hepatitis C (3A)
Infeksi yang terjadi pada liver disebabkan
oleh virus hepatitis tipe A, B, dan C

Transmisi
• Hepatitis A  fekal oral; bersifat akut
periode inkubasi 28 hari
• Hepatitis B  darah, cairan tubuh; bersifat kronis
periode inkubasi 6 minggu
• Hepatitis C  darah, cairan tubuh; bersifat kronis
Diagnosis

• Hepatitis A : demam, ikterik, penurunan nafsu


makan, nyeri otot dan sendi, lemah lesu, mual
dan muntah, warna urin seperti teh, tinja
seperti dempul, hepatomegali
• Hepatitis B : umumnya asimptomatik, malaise,
anoreksia, mual dan muntah, batuk, fotofobia,
sakit kepala, myalgia, icterus, urin berwarna
gelap, pada kasus kronik terdapat
hepatosplenomegali + nyeri tekan RUQ
Diagnosis

• Seromarker Hepatitis A: IgM anti-HAV (akut),


jarang menjadi kronis. IgG anti-HAV (post
infeksi)
• Seromarker Hepatitis B (slide berikutnya)
• Seromarker Hepatitis C: IgM anti-HCV dan IgG
anti-HCV
• Bilirubin dalam urin
• Peningkatan kadar bilirubin dalam darah,
SGOT & SGPT ≥ 2x nilai normal tertinggi.
Seromarker Hepatitis B

Penanda Keterangan
Serologis
HBsAg Infeksi HBV atau pembawa sehat

Anti-HBs Sembuh dan imun

HBeAg Replikasi aktif HBV

Anti-Hbe Replikasi tidak aktif atau integrasi

Anti-HBc IgG Riwayat kontak dengan HBV

HBV DNA Replikasi aktif HBV

DNA-polymerase Replikasi aktif HBV


Seromarker Hepatitis B
HBsAg (+), IgM Anti-HBc (+), Anti HBc (+), Anti-
Akut
HBs (-)

Window period HBsAg (-), Anti-HBc (+), Anti-HBs (-)

HBsAg (-), Anti-HBs (+), Anti-HBc (+), Anti-HBe


Sembuh
(+)

HBsAg (+), HBeAg (+), IgG Anti-HBc (+), Anti-


Hepatitis kronis
HBe (-), IgM Anti-HBc (-), Anti-HBs (-)

HBsAg (+), HBeAg (+), Anti-HBc (+), Anti-HBe


Carrier
(+), Anti-HBs (-)
Imunisasi Anti-HBs (+), Anti-HBc (-), Anti-Hbe (-)
Seromarker Hepatitis B
Alur Diagnosis Hepatitis B

HBsAg (+) HBsAg (-)


(sakit) (tidak sakit)
Total IgM anti IgM anti
IgM Anti anti HBeAg HBc (+), total anti
HBc (+)
HBc (+) HBc (+) HbeAg HBc (+) anti Hbs
dan total
(+) (-) dan anti (+)
anti HBc
Hep B HBs (+)
(+)
infeksius/
Hep B Hep B
replikatif Karier Sembuh Riwayat Window
Akut kronis
(akut/ (resolved) imunisasi period
kronis)
Tatalaksana

• Asupan kalori dan cairan yang adekuat


• Tirah baring
• Pengobatan simptomatik
• Demam: Ibuprofen 2 x 400 mg/hari.
• Mual: antiemetik seperti Metoklopramid 3 x 10
mg/hari atau Domperidon 3 x 10 mg/hari.
• Perut perih dan kembung: H2 Bloker (Simetidin 3 x
200 mg/hari atau Ranitidin 2 x 150 mg/hari) atau
Proton Pump Inhibitor (Omeprazol 1 x 20 mg/ hari).
GERD (4A)
Penyakit refluks gastroesofageal (GERD) adalah
suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks
kandungan lambung ke dalam esofagus, dengan
berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan
esofagus, faring, laring dan saluran nafas.

Gejala Klinis
• Rasa panas terbakar di retrosternal atau
epigastrium dapat menjalar ke leher Terasa cairan
asam dimulut atau rasa pahit, Mual dan muntah,
Diperberat denga posisi berbaring terlentang,
Keluhan sering muncul pada malam hari
Diagnosis
Diagnosis
Diagnosis

• Skor GERD-Q > 8 maka pasien tsb memiliki


kecenderungan yang tinggi menderita GERD, sehingga
perlu dievaluasi lebih lanjut.
• GERD-Q juga dapat digunakan untuk memantau respon
terapi.
• PPI test: PPI dosis ganda selama 1–2 minggu tanpa
didahului endoskopi
• Jika gejala menghilang dengan pemberian PPI dan
muncul kembali jika terapi dihentikan = definitive
GERD.
• PPI test (+) jika terjadi perbaikan klinis dalam 1
minggu sebanyak lebih dari 50 %
Diagnosis
• Pemeriksaan lanjutan: endoskopi (gold standard),
esofagografi, pemantauan pH 24 jam, tes Bernstein.
• Standar baku emas penunjang GERD adalah
Endoskopi yang menunjukkan mucosal break
• Endoskopi terutama dilakukan pada penderita dengan
gejala alarm.
• disfagia progresif, dengan keganasan,
• odinofagia, • penggunaan NSAID
• penurunan berat kronik,
badan, • usia >40 tahun di
• anemia, daerah prevalensi
• hematemesis-melena, kanker lambung tinggi
• riwayat keluarga
Tatalaksana
• Modifikasi gaya hidup : mengurangi BB, berhenti
rokok, hentikan konsumsi kafein, aspirin dan alcohol,
posisi kepala saat tidur lebih tinggi, tidur minimal 2-4
jam setelah makan, makan dalam porsi kecil dan
teratur
Terapi medikamentosa
• Omeprazole : 2x20 mg/hari atau Lansoprazole 2x30
mg/hari 7-14 hari. Apabila diagnosis GERD tegak
maka lanjutkan 6 minggu (total 8 minggu)
• Apabila tidak ada PPI maka berikan H2 Bloker 2x/hari:
Simetidin 400-800mg, Ranitidin 150mg, atau famotidin
20 mg.
Komplikasi

• Esofagitis erosiva
• Barret’s esophagus (dapat menjadi
adenocarcinoma)
• Striktur esofagus
Gastritis (4A)

Proses inflamasi pada mukosa dan submukosa


lambung.

Etiologi
• Helicobacter pylori, enteric rotavirus, jamur
candida untuk pasien imunosupresi dan Obat
anti-inflamasi nonsteroid dapat menjadi
penyebab gastritis
Diagnosis
Klinis
• Rasa nyeri dan panas seperti terbakar pada perut bagian atas;
Keluhan dapat mereda atau memburuk bila diikuti makan; mual,
muntah dan kembung
• Konjungtiva tampak anemis (gastritis kronis), nyeri tekan
epigastrium dan bising usus meningkat.

Pemeriksaan Penunjang
• Urea Breath Test: Infeksi H. pylori
• Endoskopi: eritema, eksudatif, erosi, perdarahan, edema
• Histopatologi: degradasi epitel, hyperplasia, infiltasi netrofil,
inflasmasi sel MN, kerusakan sel parietal
Tatalaksana
• Menghindari pemicu terjadinya keluhan dengan cara
makan tepat waktu, makan sering porsi kecil, hindari
kopi, makanan pedas dan kol

Terapi Oral :
• H2 Bloker: Ranitidin 2x150mg
• PPI: Omeprazole 2x20 mg atau lansoprazole 2x30mg
• Antasida 3x500-1000mg
• Apablia ditemukan bukti Infeksi H. pylori : terapi
eradikasi HP
Ulkus Peptikum
(Gaster, Duodenum) 3A
hilangnya lapisan epitel mukosa hingga submukosa
gaster/duodenum dengan kedalaman >5 mm

Klinis
• Mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati hingga tembus
ke punggung, sendawa/terapan, rasa terbakar, rasa
penuh ulu hati dan cepat merasa kenyang,
hematemesis.
• Ulkus gaster  nyeri diperberat dengan makan
• Ulkus duodenum  nyeri 2-5 jam setelah makan (saat
perut kosong); membaik dengan makan/antasid
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
• Esofagogastroduodenoskopi (EGD) → gold standard
• Untuk visualisasi defek mukosa
• Biopsi untuk deteksi keganasan atau H.pylori
• Indikasi: usia >60 tahun, alarm sign (+)
• Tes untuk H.pylori
• Invasif (rapid urease/tes CLO, histopatologi, kultur)
• Noninvasif (urea breath test/UBT → gold standard;
konfirmasi diagnostik dan eradikasi)
Tatalaksana

Non Medikamentosa :
• Diet, Obat-obatan: OAINS sebaiknya dihindari.
Medikamentosa
• Antasida : Dosis 3x1 tablet, 4x30 cc (3 kali
sehari dan sebelum tidur 3 jam setelah makan)
• Obat Penangkal Kerusakan Mukus: Koloid
Bismuth, Sukralfat, Prostaglandin, Antagonis
Reseptor H2/ARH2, PPI
• Dosis Eradikasi HP
TRIPLE THERAPHY
(PPI + 2 AB)

(O C A)
Omeprazole
Clarythromycin
Amoksisilin

ATAU

QUADRAPLE THERAPY
(PPI + 2 AB + Bismuth)

(Please Make Tummy


Better)
PPI
Metronidazole
Tetrasiklin
Bismuth
Jawaban lainnya
A. Sirosis hepatis: Tahap akhir proses difus fibrosis hati progresif
yang ditandai kerusakan hati dan pembentukan nodul
regenerative
B. Hepatitis B : umumnya asimptomatik, malaise, anoreksia, mual
dan muntah, batuk fotofobia, sakit kepala, myalgia, icterus,
urin berwarna gelap, pada kasus kronik terdapat
hepatosplenomegali
C. GERD: Rasa panas terbakar di retrosternal atau epigastrium
dapat menjalar ke leher Terasa cairan asam dimulut atau rasa
pahit, Mual dan muntah, Diperberat denga posisi berbaring
terlentang , Keluhan sering muncul pada malam hari
D. Hepatitis A: demam, ikterik, penurunan nafsu makan, nyeri otot
dan sendi, lemah lesu, mual dan muntah, warna urin seperti
teh, tinja seperti dempul
E. Gastritis: Rasa nyeri dan panas seperti terbakar pada perut
bagian atas, Keluhan dapat mereda atau memburuk bila diikuti
makan, mual, muntah dan kembung
Soal 122
Tn.Karim usia 50 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
perutnya membesar sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan juga disertai
dengan perubahan kulit yang berwarna kuning, terdapat demam
sepanjang hari dan kadang pasien merasa sesak ketika dalam
posisi tertidur. Pasien pernah didiagnosa hepatitis B 2 tahun yang
lalu namun jarang kontrol berobat karena tidak memiliki asuransi.
Pasien berprofesi sebagai supir dan sering dopping dengan alkohol
oplosan. Tanda vital TD:140/90mmHg, N:89x/m, RR:24x/m, T:
37,7C. Pemeriksaan fisik, abdomen: hepatosplenomegali, ascites,
caput medusa+, spider navi+, ekstremitas : palmar eritema+,
clubbing finger+. Hasil lab OT PT meningkat dengan OT >> PT, ALP
meningkat 2–3x batas atas normal, Hipoalbuminemia dan PT
memanjang. Apakah diagnosa yang tepat untuk kasus tersebut
diatas?
A. Sirosis hepatis
B. Hepatitis B
C. GERD
D. Hepatitis A
E. Gastritis
Soal 123
Tn,Pahlevi usia 45 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan
berupa muntah darah berwarna hitam seperti bubuk kopi
sejak 2 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluh BABnya
berwarna hitam seperti aspal. Pasien merasa perutnya
kembung sekali dan pasien tidak nafsu makan sejak 3 minggu
yang lalu. Riwayat pasien menderita penyakit lambung kronis
sejak 1 tahun yang lalu. Tanda vital TD:90/60mmHg, N:90x/m,
RR:24x/m, T:36,8C. Pemeriksaan fisik, abdomen: NTE+,
auskultasi : BU meningkat. Dilakukan aspirasi nasogastrik:
berdarah, BUN : Meningkat >35. Apakah diagnosa yang tepat
untuk pasien diatas?
A. GERD
B. Hepatitis A
C. Hepatitis B
D. Perdarahan saluran cerna bagian atas
E. Perdarahan saluran cerna bagian bawah
Analisis Soal 123
Tn,Pahlevi usia 45 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan
berupa muntah darah berwarna hitam seperti bubuk kopi
sejak 2 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluh BABnya
berwarna hitam seperti aspal. Pasien merasa perutnya
kembung sekali dan pasien tidak nafsu makan sejak 3 minggu
yang lalu. Riwayat pasien menderita penyakit lambung kronis
sejak 1 tahun yang lalu. Tanda vital TD:90/60mmHg, N:90x/m,
RR:24x/m, T:36,8C. Pemeriksaan fisik, abdomen: NTE+,
auskultasi : BU meningkat. Dilakukan aspirasi nasogastrik:
berdarah, BUN : Meningkat >35. Apakah diagnosa yang tepat
untuk pasien diatas?

Diagnosa : Perdarahan Saluran Cerna


Bagian Atas
Perdarahan Gastrointestinal (3B)
Karakteristik Perdarahan SCBA Perdarahan SCBB
Manifestasi Klinik Hematemesis dan/atau Hematokezia
pada umumna melena
Aspirasi Nasogastrik Berdarah Jernih

Rasio (BUN/kreatinin) Meningkat >35 <35

Auskultasi Usus Hiperaktif Normal


DD • Pecahnya Varises • Perdarahan Hemoroid
Esofagus 50-60% • Polip Kolon
• Gastritis Erosif 25-30% • Ca kolorektal
• Lainnya (5%) : • Divertikulitis
• Gastropati Kongestif
• Keganasan
• Sindroma Mallory-
Weiss
PSCBA
• Keluhan berupa muntah darah berwarna hitam seperti
bubuk kopi (hematemesis) atau BAB hitam seperti aspal
(melena)
• Tanyakan riwayat penyakit hati kronis, riwayat dyspepsia,
konsumsi NSAID, obat rematik, alkohol, jamu-jamuan dll.
• Nilai keadaan hemodinamik, evaluasi jumlah perdarahan
• Mencari tanda penyakit kronis (icterus, spider navi, asites,
spenomegali, eritema palmaris, edema tungkai), masa
abdomen, nyeri abdomen, penyakit paru, jantung dll
• Pemeriksaan penunjang : darah lengkap, faal hemostasis,
faal hati, ginjal, rontgen dada dan ekg,
• Endoskopi & barium kontras
Tatalaksana
• Menstabilkan hemodinamik, Pasang NGT
• Tatalaksana sesui penyebab
• Tirah baring
• Puasakan pasien/Diet hati/lambung
• Inj. Antagonis respetor H2 atau PPI
• Sukralfat 3-4x1gr
• Antasida
• Inj. Vit K pada pasien penyakit hati kronis
• Pasien yang diduga kuat rutur varises esophagus
berikan somatostatin bolus 250 mikrogram + drip 250
mcg/jam
• Propranolol 2x10 mg sampai tekanan diastolic turun 20
mmhg
• Laktulosa 4x1 sendok makan & Neomisin 4x500mg
PSCBB
• Hematokezia: Darah segar yang keluar melalui anus
• Darah samar: Timbul bila ada perdarahan ringan namun tidak
sampai merubah warna tinja/feses
Gejala lain :
• Kanker  masa intraabdomen, menurunya berat badan,
perubahan pola defekasi
• Hemoroid interna  Darah menetes tidak disertai rasa sakit,
• Kolitis  demam lama, nyeri perut,
• Fisura, diserntri  Tenesmus
• Divertikulitis  rangsang peritoneal

Pemeriksaan Penunjang :
• Barium enema & Endoskopi : untuk menentukan sumber
perdarahan
Tatalaksana
• Identifikasi dan atasi gangguan hemodinamik, Puasa
• Pasang NGT apabila masih ada kecurigaan
perdarahan SCBA
Medikamentosa :
• Hemoroid fisura ani dan ulkus rektum soliter dapat
diobati dengan bulk-forming agent, sitz baths, dan
menghindari mengedan. IBD hanya memberi respon
terhadap obat-obatan anti inflamasi. Pemberian
formalin intrarektal dapat memperbaiki perdarahan
yang timbul pada proktitis radiasi.
• Pertimbangkan terapi endoskopi :
• Kolonoskopi dapat dilakukan ablasi dan reseksi polip
yang berdarah atau mengendalikan perdarahan yang
timbul pada kanker kolon.
Jawaban lainnya
A. GERD:Rasa panas terbakar di retrosternal atau
epigastrium dapat menjalar ke leher Terasa cairan asam
dimulut atau rasa pahit, Mual dan muntah, Diperberat
denga posisi berbaring terlentang , Keluhan sering
muncul pada malam hari
B. Hepatitis A: demam, ikterik, penurunan nafsu makan,
nyeri otot dan sendi, lemah lesu, mual dan muntah,
warna urin seperti teh, tinja seperti dempul
C. Hepatitis B: umumnya asimptomatik, malaise, anoreksia,
mual dan muntah, batuk fotofobia, sakit kepala, myalgia,
icterus, urin berwarna gelap, pada kasus kronik
terdapat hepatosplenomegali
D. Perdarahan saluran cerna bagian atas: hematemesis
dan atau melena
E. Perdarahan saluran cerna bagian bawah: hematoskezia
Soal 123
Tn,Pahlevi usia 45 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan
berupa muntah darah berwarna hitam seperti bubuk kopi
sejak 2 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluh BABnya
berwarna hitam seperti aspal. Pasien merasa perutnya
kembung sekali dan pasien tidak nafsu makan sejak 3 minggu
yang lalu. Riwayat pasien menderita penyakit lambung kronis
sejak 1 tahun yang lalu. Tanda vital TD:90/60mmHg, N:90x/m,
RR:24x/m, T:36,8C. Pemeriksaan fisik, abdomen: NTE+,
auskultasi : BU meningkat. Dilakukan aspirasi nasogastrik:
berdarah, BUN : Meningkat >35. Apakah diagnosa yang tepat
untuk pasien diatas?
A. GERD
B. Hepatitis A
C. Hepatitis B
D. Perdarahan saluran cerna bagian atas
E. Perdarahan saluran cerna bagian bawah
Soal 124
Tn.Parman usia 40 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
mencret secara terus menerus sejak 5 bulan yang lalu.
Keluhan dapat hilang timbul. Pasien merasa perutnya sama
sekali tidak dapat mengkonsumsi makanan pedas, karena
pasien pasti akan langsung mencret. Pasien juga merasa
demam yang hilang timbul sejak 2 minggu terakhir. Tanda
vital TD:110/70mmHg, N:89x/m, RR:20x/m, T:36,7C.
Pemeriksaan auskultasi abdomen : bising usus meningkat.
Pemeriksaan barium enema ditemukan Lesi kontinyu di
rectosigmoid. Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien
tersebut?
A. Chron disease
B. Ulcerative colitis
C. GERD
D. Gastriris
E. PSCBA
Analisis Soal 124
Tn.Parman usia 40 tahun datang ke poliklinik dengan
keluhan mencret secara terus menerus sejak 5 bulan
yang lalu. Keluhan dapat hilang timbul. Pasien merasa
perutnya sama sekali tidak dapat mengkonsumsi
makanan pedas, karena pasien pasti akan langsung
mencret. Pasien juga merasa demam yang hilang timbul
sejak 2 minggu terakhir. Tanda vital TD:110/70mmHg,
N:89x/m, RR:20x/m, T:36,7C. Pemeriksaan auskultasi
abdomen : bising usus meningkat. Pemeriksaan barium
enema ditemukan Lesi kontinyu di rectosigmoid. Apakah
diagnosa yang tepat untuk pasien tersebut?

Diagnosa : Ulcerative Colitis


Inflammatory Bowel Disease (1)

• Penyakit inflamasi kronik yang melibatkan


saluran cerna, bersifat remisi dan
relaps/kambuhan, dengan penyebab pastinya
sampai saat ini belum diketahui jelas.
IBD Terdiri 2 Jenis :
• Kolitis Ulseratif : Inflamasi terbatas pada lapisan
mukosa kolon. Rektum sering terlibat (proktitis
ulseratif) dan progresivitas menjalar ke arah
proksimal. Derajat klinis dapat dibagi ringan,
sedang, berat, berdasarkan frekuensi diare,
ada/tidaknya demam, derajat beratnya anemia
yang terjadi dan laju endap darah.
• Penyakit Crohn : Proses inflamasi bersifat
transmural, jadi melibatkan semua lapisan dinding
usus, sehingga meningkatkan risiko perforasi
maupun dalam proses kelanjutannya menimbulkan
proses fibrosis, fistulasi, abses dan striktur.
Crohn Disease vs Ulcerative Colitis
Crohn Disease Ulcerative Colitis
• Skip lesion • Lesi kontinyu di rectosigmoid
• String sign (+) • Lead pipe colon (+)
• Cobblestone appearance • Pseudopolip appearance
• Diare berdarah, nyeri • Diare berdarah >>, nyeri kolik
kolik>>
Jawaban lainnya
A. Chron disease: Proses inflamasi bersifat transmural, jadi melibatkan
semua lapisan dinding usus, sehingga meningkatkan risiko perforasi
maupun dalam proses kelanjutannya menimbulkan proses fibrosis,
fistulasi, abses dan striktur.
B. Ulcerative colitis: Inflamasi terbatas pada lapisan mukosa kolon.
Rektum sering terlibat (proktitis ulseratif) dan progresivitas
menjalar ke arah proksimal. Derajat klinis dapat dibagi ringan,
sedang, berat, berdasarkan frekuensi diare, ada/tidaknya demam,
derajat beratnya anemia yang terjadi dan laju endap darah.
C. GERD: Rasa panas terbakar di retrosternal atau epigastrium dapat
menjalar ke leher Terasa cairan asam dimulut atau rasa pahit, Mual
dan muntah, Diperberat denga posisi berbaring terlentang , Keluhan
sering muncul pada malam hari
D. Gastriris: Rasa nyeri dan panas seperti terbakar pada perut bagian
atas, Keluhan dapat mereda atau memburuk bila diikuti makan, mual,
muntah dan kembung
E. PSCBA: hematemesis dan atau melena
Soal 124
Tn.Parman usia 40 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
mencret secara terus menerus sejak 5 bulan yang lalu.
Keluhan dapat hilang timbul. Pasien merasa perutnya sama
sekali tidak dapat mengkonsumsi makanan pedas, karena
pasien pasti akan langsung mencret. Pasien juga merasa
demam yang hilang timbul sejak 2 minggu terakhir. Tanda
vital TD:110/70mmHg, N:89x/m, RR:20x/m, T:36,7C.
Pemeriksaan auskultasi abdomen : bising usus meningkat.
Pemeriksaan barium enema ditemukan Lesi kontinyu di
rectosigmoid. Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien
tersebut?
A. Chron disease
B. Ulcerative colitis
C. GERD
D. Gastriris
E. PSCBA
Soal 125
An.Isak usia 5 tahun dibawa oleh ibunya ke puskesmas
dengan keluhan lidah anaknya berwarna putih sejak 2minggu
yang lalu. Pasien masa gatal dan perih pada mulutnya,
seperti rasa besi dan pasien sulit untuk merasakan makanan
yang masuk ke mulutnya. Diketahui BB:40kg, TB: 140cm,
T:36,7C. Pemeriksaan fisik oralis ditemukan bercak merah
dengan maserasi di daerah sekitar mulut dan terdapat oral
trush dengan selaput pseudomembran pada mukosa mulut.
Pemeriksaan penunjang ditemukanblastospora dan
pseudohifa pada mikroskop sediaan pelarut KOH 10% atau
pewarnaan gram. Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien
ini?
A. Aftosa
B. Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)
C. Candidiasis oralis
D. Stomatitis Herpes
E. Angina ludwig
Analisis Soal 125
An.Isak usia 5 tahun dibawa oleh ibunya ke puskesmas
dengan keluhan lidah anaknya berwarna putih sejak
2minggu yang lalu. Pasien masa gatal dan perih pada
mulutnya, seperti rasa besi dan pasien sulit untuk
merasakan makanan yang masuk ke mulutnya.
Diketahui BB:40kg, TB: 140cm, T:36,7C. Pemeriksaan
fisik oralis ditemukan bercak merah dengan maserasi di
daerah sekitar mulut dan terdapat oral trush dengan
selaput pseudomembran pada mukosa mulut.
Pemeriksaan penunjang ditemukanblastospora dan
pseudohifa pada mikroskop sediaan pelarut KOH 10%
atau pewarnaan gram. Apakah diagnosa yang tepat
untuk pasien ini?

Diagnosa : Candidiasis Oralis


Kandidiasis Mulut (4A)
Infeksi candida albicans
yang menyerang bagian
mulut

Keluhan:
• Rasa gatal dan perih di
mukosa mulut, rasa
metal, dan daya kecap
penderita yang
berkurang
• Faktor Risiko:
imunodefisiensi
Diagnosis
Pemeriksaan fisik :
• Bercak merah dengan maserasi di daerah sekitar
mulut, di lipatan (intertriginosa) disertai bercak
merah yang terpisah di sekitarnya (satelit)
• Terdapat oral trush dengan selaput
pseudomembran pada mukosa mulut

Pemeriksaan Penunjang :
• Ditemukan blastospora dan pseudohifa pada
mikroskop sediaan pelarut KOH 10% atau
pewarnaan gram
Tatalaksana

• Memperbaiki status gizi dan menjaga


kebersihan oral
• Kontrol penyakit predisposisinya
• Gentian violet 1% (dibuat segar/baru) atau
larutan nistatin 100.000 – 200.000 IU/ml yang
dioleskan 2 – 3 kali sehari selama 3 hari
Ulkus Mulut (aptosa, herpes) (4A)

Aftosa / Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)


• Stomatitis aftosa rekurens (SAR) merupakan
penyakit mukosa mulut tersering dan memiliki
prevalensi sekitar 10 – 25% pada populasi.
• SAR juga dapat merupakan gejala dari
penyakit-penyakit sistemik, seperti penyakit
Crohn, penyakit Coeliac, malabsorbsi, anemia
defisiensi besi atau asam folat, defisiensi
vitamin B12, atau HIV.
Stomatitis Herpes
• Stomatitis herpes merupakan inflamasi pada
mukosa mulut akibat infeksi virus Herpes
simpleks tipe 1 (HSV 1)
Diagnosis
Aftosa minor Aftosa mayor Aftosa herpetiform
Paling sering Jarang Jarang
Mukosa nonkeratin Mukosa non-keratin dan mukosa Mukosa nonkeratin
(bukal, Sisi dalam bibir,
mastikatorik (gingiva dan sisi
sisi lateral dan anterior
dorsum lidah)
lidah)
Satu atau beberapa Satu atau beberapa Banyak, bahkan hingga
ratusan
Dangkal Lebih dalam dari tipe minor Bulat, namun dapat
Bulat, berbatas tegas
Bulat, berbatas tegas berkonfluensi satu sama lain
membentuk tampilan ireguler,
berbatas tegas
Diameter 5-7mm Diameter lebih besar dari tipe Diameter 1-2 mm
minor
Tepi erimatosa Kadang menyerupai keganasan Mukosa sekitar eritematosa
Bagian tengah berwarna Dapat bertahan beberapa minggu
putih kekuningan hingga beberapa bulan Dapat
ditemukan skar
Tatalaksana

Pengobatan yang dapat diberikan untuk


mengatasi SAR adalah:
• Larutan kumur chlorhexidine 0,2% untuk
membersihkan rongga mulut. Penggunaan
sebanyak 3 kali setelah makan, masing-
masing selama 1 menit.
• Kortikosteroid topikal, seperti krim
triamcinolone acetonide 0,1% in ora base
sebanyak 2 kali sehari setelah makan dan
membersihkan rongga mulut
Tatalaksana
• Untuk mengurangi rasa nyeri, dapat diberikan
analgetik seperti Parasetamol atau Ibuprofen.
Larutan kumur chlorhexidine 0,2% juga memberi
efek anestetik sehingga dapat membantu.
• Pilihan antivirus yang dapat diberikan, antara lain:
• Acyclovir, 5 x 200–400 mg per hari selama 7 hari
• anak: 20 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 5 kali pemberian,
selama 7 hari
• Valacyclovir, dewasa: 2 kali 1–2 g per hari, selama 1
hari
• anak : 20 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 5 kali
pemberian, selama 7 hari
Angina Ludwig (3A)

• Angina Ludwig merupakan selulitis diffusa


yang potensial mengancam nyawa yang
mengenai dasar mulut dan region
submandibular bilateral dan menyebabkan
obstruksi progresif dari jalan nafas
Diagnosis
• Faktor Risiko : gigi berlubang atau infeksi
sekunder penyakit mulut
• Etiologi : Streptococcus sp atau
Staphylococcus
• Keluhan : Nyeri pada pembengkakan, demam
tinggi, trismus,
• Pemeriksaan fisik : lidah terdorong ke palatum,
edema, nyeri tekan, pus, obstruksi saluran
napas
• Pemeriksaan penunjang : Kultur bakteri, uji
kepekaan kuman dari specimen pus
Tatalaksana

• Kombinasi Amoksisilin + Metronidazol injeksi


intravena
• Insisi drainase abses
Jawaban lainnya
A. Aftosa: Stomatitis aftosa rekurens (SAR) merupakan
penyakit mukosa mulut tersering dan memiliki prevalensi
sekitar 10 – 25% pada populasi.
B. Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR):sama dengan aftosa
C. Candidiasis oralis: Bercak merah dengan maserasi di
daerah sekitar mulut, di lipatan (intertriginosa)
disertai bercak merah yang terpisah di sekitarnya
(satelit), oral trush +
D. Stomatitis Herpes: Stomatitis herpes merupakan inflamasi
pada mukosa mulut akibat infeksi virus Herpes simpleks
tipe 1 (HSV 1)
E. Angina ludwig: selulitis diffusa yang potensial
mengancam nyawa yang mengenai dasar mulut dan
region submandibular bilateral dan menyebabkan
obstruksi progresif dari jalan nafas
Soal 125
An.Isak usia 5 tahun dibawa oleh ibunya ke puskesmas
dengan keluhan lidah anaknya berwarna putih sejak 2minggu
yang lalu. Pasien masa gatal dan perih pada mulutnya,
seperti rasa besi dan pasien sulit untuk merasakan makanan
yang masuk ke mulutnya. Diketahui BB:40kg, TB: 140cm,
T:36,7C. Pemeriksaan fisik oralis ditemukan bercak merah
dengan maserasi di daerah sekitar mulut dan terdapat oral
trush dengan selaput pseudomembran pada mukosa mulut.
Pemeriksaan penunjang ditemukanblastospora dan
pseudohifa pada mikroskop sediaan pelarut KOH 10% atau
pewarnaan gram. Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien
ini?
A. Aftosa
B. Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)
C. Candidiasis oralis
D. Stomatitis Herpes
E. Angina ludwig
Soal 126
Nn.Pika usia 20 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan mual
muntah setiap makan sejak 2 bulan yang lalu . Pasien juga
mengaku kesulitan ketika menelan sehingga menyebabkan pasien
tidak nafsu makan dan terjadi penurunan BB. Pasien kadang
merasa nyeri dada yang menjalar ke bahu rahang, dan tangan
disertai batuk-batuk. Tanda vital TD:100/60mmHg, N:82x/m, RR:
20x/m, T:36,5C. Pemeriksaan fisik, mata : konjungtiva anemis.
Pemeriksaan Foto polos menunjukkan gambaran kontur ganda
diatas mediastinum kanan dan adanya gambaran batas cairan dan
udara. Pemeriksan Barium ditemukan gambaran Bird Beak/mouse
tail. Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien tersebut?
A. Akalasia
B. Hernia umbilikus
C. Atresia esofagus
D. Angina ludwig
E. GERD
Analisis Soal 126
Nn.Pika usia 20 tahun datang ke poliklinik RS dengan
keluhan mual muntah setiap makan sejak 2 bulan yang lalu .
Pasien juga mengaku kesulitan ketika menelan sehingga
menyebabkan pasien tidak nafsu makan dan terjadi
penurunan BB. Pasien kadang merasa nyeri dada yang
menjalar ke bahu rahang, dan tangan disertai batuk-batuk.
Tanda vital TD:100/60mmHg, N:82x/m, RR: 20x/m, T:36,5C.
Pemeriksaan fisik, mata : konjungtiva anemis. Pemeriksaan
Foto polos menunjukkan gambaran kontur ganda diatas
mediastinum kanan dan adanya gambaran batas cairan dan
udara. Pemeriksan Barium ditemukan gambaran Bird
Beak/mouse tail. Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien
tersebut?

Diagnosa : Akalasia
Akalasia (2)
Penyempitan pada lower esophageal spinchter
karena hilangnya sel neuron di LES, dapat
disebabkan oleh genetik, infeksi virus. atau
proses autoimun
Diagnosis

Keluhan :
• disfagia progresif (diawali sulit makan padat, lunak,
lalu cair)
• regurgitasi makanan,
• penurunan BB,
• nyeri dada substernal menjalar ke bahu rahang, dan
tangan,
• batuk-batuk,
• cegukan, dan
• pneumonia aspirasi
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang :
• Manometri esofagus  tes otot
esofagus; hasil aperistaltik 2/3
distal esofagus dengan
relaksasi LES tidak sempurna
• Xray thorax  gambaran
kontur ganda diatas
mediastinum kanan dan
adanya gambaran batas cairan
dan udara
• Barium swallow  Bird Beak /
mouse tail
Atresia Esofagus (2)

• Tidak ada atau menutupnya saluran esofagus,


dengan atau tanpa fistula
• Faktor Risiko :
• Polihidramnion; terdapat gangguan perkembangan
jaringan pemisah antara trakea dan esophagus
sampai minggu keenam janin
• Terkait VACTERL syndrome (Vertebral anomalies,
Anal atresia, Cardiac defects, Tracheo-Esophageal
fistula, Renal anomalies, and Limb abnormalities)
Klasifikasi Gross
Diagnosis
• Keluhan : napas mengorok, terlihat gelembung
udara bercampur lendir putih pada lubang
hidung dan mulut dalam beberapa jam,
regurgitasi minuman pertama
• Pemeriksaan fisik : memasukkan kateter kecil
ke lumen esophagus apabila tertahan 10-12
cm dari lubang hidung maka diagnosis dapat
ditegakkan
• Pemeriksaan penunjang: Endoskopi, foto
thoraks (Coiled NGT), dan esofagografi
dengan zat kontras
Diagnosis
Tanda dan gejala
• Kesulitan menyusu; batuk, drooling, tersedak setiap
makan
• Terlihat gelembung udara berbuih bercampur lendir
putih pada mulut dan kadang lubang hidung
• NGT tidak dapat masuk ke gaster (coiled NGT);
memasukkan kateter kecil ke lumen esophagus dan
tertahan 10-12 cm dari lubang hidung
• Bila terdapat fistula: distress penapasan (RR
meningkat, sianosis, dan retraksi dinding dada) dan
distensi abdomen)
diagnosis
definitif
Jawaban lainnya
A. Akalasia: Barium → Bird Beak/mouse tail
B. Hernia umbilikus: Hernia merupakan penonjolan isi
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga yang bersangkutan
C. Atresia esofagus: memasukkan kateter kecil ke lumen
esophagus apabila tertahan 10-12 cm dari lubang hidung
maka diagnosis dapat ditegakkan
D. Angina ludwig: Angina Ludwig merupakan selulitis diffusa
yang potensial mengancam nyawa yang mengenai dasar
mulut dan region submandibular bilateral dan
menyebabkan obstruksi progresif dari jalan nafas
E. GERD: Rasa panas terbakar di retrosternal atau
epigastrium dapat menjalar ke leher Terasa cairan asam
dimulut atau rasa pahit, Mual dan muntah, Diperberat
denga posisi berbaring terlentang , Keluhan sering
muncul pada malam hari
Soal 126
Nn.Pika usia 20 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan mual
muntah setiap makan sejak 2 bulan yang lalu . Pasien juga
mengaku kesulitan ketika menelan sehingga menyebabkan pasien
tidak nafsu makan dan terjadi penurunan BB. Pasien kadang
merasa nyeri dada yang menjalar ke bahu rahang, dan tangan
disertai batuk-batuk. Tanda vital TD:100/60mmHg, N:82x/m, RR:
20x/m, T:36,5C. Pemeriksaan fisik, mata : konjungtiva anemis.
Pemeriksaan Foto polos menunjukkan gambaran kontur ganda
diatas mediastinum kanan dan adanya gambaran batas cairan dan
udara. Pemeriksan Barium ditemukan gambaran Bird Beak/mouse
tail. Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien tersebut?
A. Akalasia
B. Hernia umbilikus
C. Atresia esofagus
D. Angina ludwig
E. GERD
Soal 127
Tn.Redi usia 40 tahun datang ke poliklinik RS dengan
keluhan terdapat benjolan di selangkanan kanan sejak 3
bulan SMRS. Benjolan keluar ketika pasien sedang bekerja
mengangkat batu ditempat kerja pertambangannya. Benjolan
keluar sebesar telur ayam dan akhir-akhir ini sudah tidak
dapat dimasukan kembali dengan menggunakan jari. Tanda
vital TD:138/80mmHg, N: 90x/m, T: 37C, RR: 20x/m.
Pemeriksaan inguinal : finger test terdapat tahanan di ujung
jari. Apakah kemungkinan diagnosa pasien diatas?
A. Hernia Direct Reponible
B. Hernia Direct Irreponible
C. Hernia Indirect Reponible
D. Hernia Indirect Irreponible
E. HIL Strangulata
Analisis Soal 127
Tn.Redi usia 40 tahun datang ke poliklinik RS
dengan keluhan terdapat benjolan di selangkanan
kanan sejak 3 bulan SMRS. Benjolan keluar ketika
pasien sedang bekerja mengangkat batu ditempat
kerja pertambangannya. Benjolan keluar sebesar
telur ayam dan akhir-akhir ini sudah tidak dapat
dimasukan kembali dengan menggunakan jari.
Tanda vital TD:138/80mmHg, N: 90x/m, T: 37C, RR:
20x/m. Pemeriksaan inguinal : finger test terdapat
tahanan di ujung jari. Apakah kemungkinan
diagnosa pasien diatas?

Diagnosa : Hernia Indirect Irreponible


Hernia (2 & 3B)
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang
bersangkutan

Etiologi
• Tinggi tekanan intra abdomen yang berulang
akibat mengangkat beban berat, mengedan saat
konstipasi, batuk kronis
• Kelemahan otot dinding perut karena usia
• Prosus vaginalis terbuka
Klasifikasi

• Hernia inguinalis
• Medial (direct)
• Lateralis (indirect)

• Hernia femoralis
• Hernia umbilikalis
• Hernia epigastric
Finger test Zieman test Thumb test

1. Gunakan jari ke-2 atau 1. Posisi berbaring, bila ada 1. Posisi


ke-5 benjolan, masukkan dulu tidur/berbaring, bila
2. Masukkan jari lewat 2. Periksa sisi kanan ada benjolan,
skrotum melalui gunakan tangan kanan, masukkan dulu
anulus eksternus ke dan sebaliknya 2. Anulus internus
kanalis ingunalis 3. Pasien diminta batuk ditekan dengan ibu
3. Pasien diminta batuk 4. Rasakan impuls jari
4. Rasakan impuls 3. Pasien diminta
batuk
4. Rasakan impuls
Hasil • Ujung jari: HIL • Jari ke-2 : HIL • Benjolan (+): HIM
• Samping jari: HIM • Jari ke-3 : HIM • Benjolan (-): HIL
• Jari ke-4 : hernia femoralis
Klasifikasi

RINS
• Reponible → bisa kembali
• Irreponible → tidak bisa kembali
• Inkarserata → ada tanda obstruksi (+) nyeri
kolik, rangsang peritoneum (-)
• Strangulata → tanda obstruksi dengan
gangguan vaskularisasi (risiko nekrosis) +
nyeri hebat persisten, rangsang peritoneum (+)
Tatalaksana

• Stabilisasi ABC (jika strangulata)


• Analgetik, perbaiki faktor pencetus
• Konservatif  Reposisi bimanual
• Tangan kiri memegang isi hernia
membentuk corong sedangkan tangan
kanan mendorongnya ke arah cincin hernia
dengan tekanan lambat dan menetap
sampai terjadi reposisi.
Tatalaksana

Operatif : herniotomi dan hernioplasti.


• Herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia
sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin
kemudian dipotong.
• Hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya
dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan
herniotomi
Jawaban lainnya
A. Hernia Direct Reponible: tahanan disisi jari,
dapat dimasukka kembali
B. Hernia Direct Irreponible: tahanan disisi jari,
tidak dapat dimasukkan kembali
C. Hernia Indirect Reponible: tahanan diujung jari,
dapat dimasukkan kembali
D. Hernia Indirect Irreponible: tahanan diujung
jari, tidak dapat dimasukkan kembali
E. HIL Strangulata: tanda obstruksi + nyeri hebat
akibat inflamasi
Soal 127
Tn.Redi usia 40 tahun datang ke poliklinik RS dengan
keluhan terdapat benjolan di selangkanan kanan sejak 3
bulan SMRS. Benjolan keluar ketika pasien sedang bekerja
mengangkat batu ditempat kerja pertambangannya. Benjolan
keluar sebesar telur ayam dan akhir-akhir ini sudah tidak
dapat dimasukan kembali dengan menggunakan jari. Tanda
vital TD:138/80mmHg, N: 90x/m, T: 37C, RR: 20x/m.
Pemeriksaan inguinal : finger test terdapat tahanan di ujung
jari. Apakah kemungkinan diagnosa pasien diatas?
A. Hernia Direct Reponible
B. Hernia Direct Irreponible
C. Hernia Indirect Reponible
D. Hernia Indirect Irreponible
E. HIL Strangulata
Soal 128
By.Ana usia 20 hari datang ke IGD RS dengan keluhan
sering muntah setelah diberi ASI. Padahal anak tidak
langsung ditidurkan setelah meminum ASI. Pasien masih
terlihat kelaparan, namun segala ASI yang masuk, 30
menit kemudian dimuntahkannya. Diketahui BB 2,8 kg,
masih sama seperti BBL. PF: teraba massa seperti buah
zaitun (olive). Foto polos ditemukan single buble seperti
gambaran dibawah ini. Apakah diagnosa yang tepat
untuk pasien diatas?
A. Divertikulum meckel
B. Stenosis pylorus
C. Akalasia
D. Atresia esofagus
E. Atresia duodenum
Analisis Soal 128
By.Ana usia 20 hari datang ke IGD RS dengan
keluhan sering muntah setelah diberi ASI. Padahal
anak tidak langsung ditidurkan setelah meminum
ASI. Pasien masih terlihat kelaparan, namun segala
ASI yang masuk, 30 menit kemudian
dimuntahkannya. Diketahui BB 2,8 kg, masih sama
seperti BBL. PF: teraba massa seperti buah zaitun
(olive). Foto polos ditemukan single buble seperti
gambaran dibawah ini. Apakah diagnosa yang tepat
untuk pasien diatas?

Diagnosa : Stenosis Pylorus


Stenosis Pilorus (2)
Penyempitan akibat hipertrofi muskulus
sphinter pylorus

Klinis:
• Gejala muncul usia 2–8 minggu
• Muntah proyektil non-billous,
boul+gastric juice, muntah terjadi 30–
60 menit setelah intake; dehidrasi
• Anak terlihat kelaparan setelah
muntah
• PF: teraba massa seperti buah zaitun
(olive); patognomik
Diagnosis
Penunjang :
• Barium meal / OMD: umbrella
/ mushroom sign
• Foto polos:
single bubble sign
Atresia Duodenum (2)
Penyempitan lumen duodenum bisa complete
obstruction atau partial obstruction. Lokasi tersering
di duodenum pars horizontal.

Klinis:
• Muntah warna hijau (bilous vomite) hari pertama
kelahiran
• Terus menerus walau dipuasakan
• Tidak ada distensi abdomen
• Ikterus
• Riwayat polihidramnion
Diagnosis
Penunjang
• Foto polos:
double bubble sign
Divertikulum Meckel (2)
Divertikulum Meckel
merupakan kelainan
kongenital dari traktus
gastrointestinal yang sering
ditemukan dengan
prevalensi 2% pada
populasi umum, akibat
adanya kegagalan
penutupan dan penyerapan
dari duktus
omphalomesenterik
Diagnosis
Klinis
• Obstruksi usus
• Hematokezia
• Nyeri abdomen,
demam, vomitus

Penunjang
• Scanning Meckel →
gambaran hotspot
Jawaban lainnya
A. Divertikulum meckel: Scanning Meckel →
gambaran hotspot
B. Stenosis pylorus: Barium meal / OMD:
umbrella sign, Foto polos: single bubble sign
C. Akalasia: Barium → Bird Beak/mouse tail
D. Atresia esofagus: memasukkan kateter kecil ke
lumen esophagus apabila tertahan 10-12 cm
dari lubang hidung maka diagnosis dapat
ditegakkan
E. Atresia duodenum: double buble sign
Soal 128
By.Ana usia 20 hari datang ke IGD RS dengan keluhan
sering muntah setelah diberi ASI. Padahal anak tidak
langsung ditidurkan setelah meminum ASI. Pasien masih
terlihat kelaparan, namun segala ASI yang masuk, 30
menit kemudian dimuntahkannya. Diketahui BB 2,8 kg,
masih sama seperti BBL. PF: teraba massa seperti buah
zaitun (olive). Foto polos ditemukan single buble seperti
gambaran dibawah ini. Apakah diagnosa yang tepat
untuk pasien diatas?
A. Divertikulum meckel
B. Stenosis pylorus
C. Akalasia
D. Atresia esofagus
E. Atresia duodenum
Soal 129
Nn.Karina usia 25 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan mencret sebanyak 15 kali sejak kemarin. Pasien
mengaku BAB nya encer, terdapat lendir dan darah. Pasien
merasa sakit perut hebat semenjak mencret, demam, mual
dan muntah. Tanda vital TD: 100/60mmHg, N:90x/m,
RR:20x/m, T: 37,7C. Pemeriksaan fisik abdomen NTE+, BU
meningkat, tenesmus+ ani. Pemeriksaan feses didapatkan
trofozoit dengan sitoplasma mengandung eritrosit kista berinti
4. Apakah etiologi yang menyebabkan masalah pada pasien
diatas?
A. Shigella
B. Vibrio kolera
C. Giardia lambdia
D. Rotavirus
E. Entamoeba hystolitica
Analisis Soal 129
Nn.Karina usia 25 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan mencret sebanyak 15 kali sejak kemarin. Pasien
mengaku BAB nya encer, terdapat lendir dan darah. Pasien
merasa sakit perut hebat semenjak mencret, demam, mual
dan muntah. Tanda vital TD: 100/60mmHg, N:90x/m,
RR:20x/m, T: 37,7C. Pemeriksaan fisik abdomen NTE+, BU
meningkat, tenesmus+ ani. Pemeriksaan feses didapatkan
trofozoit dengan sitoplasma mengandung eritrosit kista berinti
4. Apakah etiologi yang menyebabkan masalah pada pasien
diatas?

Diagnosa : GEA ec Entamoeba Hystolitica


Gastroenteritis (4A)

• Gastroenteritis (GE) adalah peradangan


mukosa lambung dan usus halus yang ditandai
dengan diare dengan frekuensi 3 kali atau
lebih dalam waktu 24 jam.
• Diare akut 7– 14 hari
• Diare persisten >14 hari
• Diare kronis >30 hari
Diagnosis
• Shigela → Menyebabkan disentri basiler
(shigellosis) Diare encer bercampur lendir dan
darah, demam, malaise, tenesmus, kram perut,
sakit kepala
• Entamoeba hystolitica → Menyebabkan
disentri amoeba (amoebiasis) Diare lendir
dan darah, demam, nyeri tekan perut kiri,
tanda dehidrasi, tenesmus. Pemeriksaan
mikroskopis sediaan feses dapat didapatkan
trofozoit dengan sitoplasma mengandung
eritrosit kista berinti 4
Diagnosis

• Vibrio Kolera → Diare encer dan banyak


seperti cucian beras, kram perut, tenesmus.
Pewarnaan gram : gram negative batang
pendek bengkok (koma)
• Giardia Lambdia → Diare dengan tinja
berminyak/berlemak (steatorrhea), mual dan
muntah. Pemeriksaan mikroskopis feses:
trofozoit dengan 2 nukleus dan 2 aksonema,
berflagel (bentuk seperti layang-layang)
Diagnosis

• Rota virus → Diare cair encer tanpa darah


maupun lendir dapat menyemprot, demam,
nyeri perut, penurunan nafsu makan, lemah
badan. Perianal rash (+)
• C. Difficile → Terganggunya flora normal usus
karena penggunaan antibiotik yang tidak
sesuai. Diare cair, banyak, dapat berdarah,
demam.
• C. Botulinum → Riwayat konsumsi makanan
kaleng kadaluwarsa
Tatalaksana

5 pilar tatalaksana diare:


• Rehidrasi (terapi ABC)
• Zink (10 mg untuk <6 bulan, 20 mg untuk >6
bulan) selama 10 hari
• Antibiotik selektif
• Lanjutkan nutrisi
• Edukasi
Derajat Dehidrasi
Penilaian A B C
Keadaan Umum Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu, lunglai, atau tidak
sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan
kering
Air mata Ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

Rasa haus Minum biasa, *Haus, ingin minum *Malas minum atau tidak
tidak haus banyak bisa minum
Periksa turgor Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat lambat
kulit
Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi
pemeriksaan ringan/sedang
Bila ada 1 tanda (8) Bila ada 1 tanda (8)
ditambah 1 atau ditambah 1 atau lebih
lebih tanda lain tanda lain

Terapi Rencana Terapi Rencana Terapi B Rencana Terapi C


A
Rencana Terapi

Terapi A
• Umur < 1 tahun: ¼-½ gelas setiap kali anak
mencret (50–100 ml)
• Umur 1-4 tahun: ½-1 gelas setiap kali anak
mencret (100–200 ml)
• Umur diatas 5 Tahun: 1–1½ gelas setiap kali
anak mencret (200– 300 ml)
Rencana Terapi

Terapi B
• Oralit diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/
kgbb dan selanjutnya diteruskan dengan
pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi

• Terapi C
Usia 30 cc/kgbb dalam 70 cc/kgbb dalam
<12 bulan 1 jam 5 jam
>12 bulan 30 menit 2,5 jam
Tatalaksana antibiotik

• Shigella → Ciprofloxacin 3x500 mg 3 hari


• E. Hystolitica → Metronidazol 3x500 mg 3–5
hari
• Kolera → Tetrasiklin 4x500mg PO selama 3
hari, Siprofloksasin 2x500mg selama 5-7 hari,
Doksisiklin 3x100mg selama 1 hari
• Giardiasis, C. Difficile, C. Botulinum →
Metronidazole 3x500 mg selama 7-10 hari
Jawaban lainnya
A. Shigella: Menyebabkan disentri basiler (shigellosis) Diare encer
bercampur lendir dan darah, demam, malaise, tenesmus, kram
perut, sakit kepala
B. Vibrio kolera: Diare encer dan banyak seperti cucian beras,
kram perut, tenesmus. Pewarnaan gram : gram negative batang
pendek bengkok (koma)
C. Giardia lambdia: Diare dengan tinja berminyak/berlemak
(steatorrhea), mual dan muntah. Pemeriksaan mikroskopis
feses: trofozoit dengan 2 nukleus dan 2 aksonema, berflagel
(bentuk seperti layang-layang)
D. Rotavirus: Diare cair encer tanpa darah maupun lendir dapat
menyemprot, demam, nyeri perut, penurunan nafsu makan,
lemah badan. Perianal rash (+)
E. Entamoeba hystolitica: mikroskopis sediaan feses dapat
didapatkan trofozoit dengan sitoplasma mengandung
eritrosit kista berinti 4
Soal 129
Nn.Karina usia 25 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan mencret sebanyak 15 kali sejak kemarin. Pasien
mengaku BAB nya encer, terdapat lendir dan darah. Pasien
merasa sakit perut hebat semenjak mencret, demam, mual
dan muntah. Tanda vital TD: 100/60mmHg, N:90x/m,
RR:20x/m, T: 37,7C. Pemeriksaan fisik abdomen NTE+, BU
meningkat, tenesmus+ ani. Pemeriksaan feses didapatkan
trofozoit dengan sitoplasma mengandung eritrosit kista berinti
4. Apakah etiologi yang menyebabkan masalah pada pasien
diatas?
A. Shigella
B. Vibrio kolera
C. Giardia lambdia
D. Rotavirus
E. Entamoeba hystolitica
Soal 130
Tn.Winardi usia 50 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan nyeri
hebat pada perut secara mendadak sejak kemarin malam. Pasien
sampai lemas menahan nyeri sehingga tidak dapat berjalan. Pasien
mual muntah hebat sejak semalam. Riwayat pasien memiliki riwayat
sakit maag yang sering kambuh sejak setahun terakhir. Pasien
sering meminum jamu untuk mengobati sakit lambungnya. Tanda
vital, kesadaran somnolen, KU: sakit berat, TD:90/60mmHg, N:
112x/m, RR: 24x/m, T:39C. Pemeriksaan Fisik abdomen Defans
muscular+, Hipertimpani perkusi abdomen, Rectal toucher
dirasakan nyeri segala arah, tonus muskulus sfingter ani menurun,
ampula rekti terisi udara. Pemeriksaan BNO Radiografik kesan free
air space. Apakah diagnosa yang tepat pada pasien tersebut?
A. Appendicitis akut
B. Appendicitis kronis
C. Cholelithiasis
D. Peritonitis
E. Choledokolithiasis
Analisis Soal 130
Tn.Winardi usia 50 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan
nyeri hebat pada perut secara mendadak sejak kemarin
malam. Pasien sampai lemas menahan nyeri sehingga tidak
dapat berjalan. Pasien mual muntah hebat sejak semalam.
Riwayat pasien memiliki riwayat sakit maag yang sering
kambuh sejak setahun terakhir. Pasien sering meminum jamu
untuk mengobati sakit lambungnya. Tanda vital, kesadaran
somnolen, KU: sakit berat, TD:90/60mmHg, N: 112x/m, RR:
24x/m, T:39C. Pemeriksaan Fisik abdomen Defans
muscular+, Hipertimpani perkusi abdomen, Rectal toucher
dirasakan nyeri segala arah, tonus muskulus sfingter ani
menurun, ampula rekti terisi udara. Pemeriksaan BNO
Radiografik kesan free air space. Apakah diagnosa yang tepat
pada pasien tersebut?

Diagnosa : Peritonitis
Peritonitis (3B)
Inflamasi dari peritoneum (lapisan serosa yang
menutupi rongga abdomen dan organ-organ
abdomen di dalamnya).
Etiologi: bakteri (TB), reaksi kimiawi (perforasi
apendisitis, tukak lambung, ileus obstruksi), dan
trauma abdomen.

Terdiri dari
• Umum
• Terlokalisasi
Klasifikasi

• Primer → infeksi berasal dari ekstraperitoneal


yang menyebar secara hematogen
• Sekunder → infeksi berasal dari intraabdomen,
seperti perforasi dari organ abdomen
• Tersier → Superinfeksi, kegagalan respons
inflamasi
Diagnosis

Anamnesis
• Nyeri hebat pada abdomen persistent selama
beberapa jam, memberat saat bergerak, batuk,
mengejan
• Mual dan muntah akibat terjadi iritasi peritoneum
• Kesulitan bernafas akibat cairan dalam abdomen
mendesak diafragma
• Peritonitis bakterial: suhu meningkat dan
takikardia, hipotensi, tampak letargi dan syok
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
• Demam, tampak sakit sedang berat
• Defans muscular
• Hipertimpani perkusi abdomen
• Pekak hepar dapat menghilang karena udara
bebas dibawah diafragma
• Rigiditas abdomen meningkat (perut seperti
papan)
• Rectal toucher akan dirasakan nyeri segala arah,
tonus muskulus sfingter ani menurun, ampula rekti
terisi udara
Diagnosis

Pemeriksaan Penunjang:
• Leukositosis atau peningkatan serum amilase
pada pankreatitis akut.
• Radiografik : gambaran dilatasi usus, udara
bebas (free air space), atau bukti perforasi
atau kebocoran lainnya
Tatalaksana

• Perbaiki keadaan umum, puasa


• Pasang NGT: dekompresi saluran cerna
• Rehidrasi cairan dan elektrolit
• Antibiotic IV spektrum luas
• Analgetik IV setelah pemeriksaan penunjang
selesai
• Segera rujuk Sp.B
Apendisitis Akut (3B)

Radang yang timbul secara mendadak ada


apendiks, penyebab kasus akut abdomen paling
sering ditemui.

Etiologi
• Obstruksi lumen
• Erosi lumen akibat infeksi parasit E. hystolitica
dan benda asing
Diagnosis

• Inspeksi: pasien berjalan bungkuk, kembung


bila preforasi, peninjolan perut kana bawaha
• Palpasi: Mc Burney’s Sign, Rebound
Tenderness Sign / Blumberg Sign, Rovsign’s
Sign, Obturator Sign, Psoas Sign.
• Auskultasi: persitaltik (-) bila telah terjadi ileus
paralitik akibat perforasi. Bila belum perforasi,
peristaltic normal.
Diagnosis

Tanda khas pada appendisitis akut:


• McBurney sign: nyeri tekan RLQ
• Rosving sign: nyeri pada RLQ pada penekanan LLQ
• Blumberg sign (rebound tenderness): nyeri lepas RLQ
• Dunphy’s sign: nyeri pada RLQ saat batuk
• Psoas sign: nyeri RLQ saat hiperekstensi panggul (+
pada apendiks retroperitoneal / retrocecal)
• Obturator sign: nyeri RLQ pada rotasi internal paha
kanan (+ pada apendiks pelvis)
Alvarado Score
Sign & Symptom Value
Migration pain 1 MANTRELS
Anorexia-acetone 1 • Score 1-4:
Nausea-vomiting 1
Appendicitis unlikely,
Tenderness in right lower 2
• Score 5-6 :
Appendicitis possible,
quadrant
• Score 7-8 :
Rebound pain 1
Appendicitis probable,
Elevating Temp. > 37,3° C 1
• Score 9-10:
Leukocytosis 2 Appendicitis very
Shift to the left (Neutrophilia) 1 probable
Tatalaksana

• Stabilisasi ABC
• Tirah baring, puasa
• Analgetik (setelah pemeriksaan selesai
dilakukan, hindari masking effect)
• Antibiotik
• Pembedahan: laparatomi eksplorasi;
appendiktomi
Kolik Bilier (2)

Nyeri area perut kanan atas yang diakibatkan


batu atau inflamasi baik di kantung empedu atau
saluran empedu

Diagnosis Banding:
• Kolelithiasis
• Koledokolithiasis
• Kolesistitis
• Kolangitis
Jika radang:
Cholecystitis

Jika radang:
Cholangitis
Kolelitiasi Koledokolitiasi Kolesistiti Kolangitis
s s s
Nyeri kolik + + +/- +/-

Murphy sign - - + +

Demam - - + +

Ikterik - + - +
Kolelitihiasis dan Koledokolithiasis

• Faktor risiko: 4F
• Female
• Fat
• Forty
• Fertile
• Diagnostik: USG →
hiperekoik di
kantung/saluran
empedu
Tatalaksana

• Kolelithiasis
• Ursodeoxycholic acid (UDCA) 6–12 mg/kg terbagi 3
dosis
• Rujuk untuk pertimbangan Kolesistektomi
• Koledokolithiasis
• Terapi konservatif
• ESWL
• Sfingterotomi endoskopi
Kolesistitis dan Kolangitis (3B)

Kolesistitis:
• Demam, kolik perut kanan atas, nyeri dapat menyebar
ke arah scapula, serangan muncul setelah konsumsi
akanan berlemak, flatulens dan mual

Kolangitis:
• Trias charcot : nyeri abdomen, ikterus, dan demam
disertai menggigil.
• Pentad Reynolds: trias charchot + penurunan
kesadaran, hipotensi
Tatalaksana Kolesistitis

• Tirah baring, puasa, pasang IV line


• Pemberian antibiotic :
• Penisilin : ampisilin inj. 500mg/6 jam dan
amoksisilin 500mg/8 jam, atau
• Sefalosporin : seftriakson 1gr/12 jam atau
sefotaksim 1gr/8jam atau
• Metronidazole 3x500mg
• Pertimbangkan kolesistektomi apabila tidak membaik
setelah 2x24 jam
Tatalaksana Kolangitis
Tatalaksana awal :
• Resusitasi Cairan
• Antibiotik parenteral
• Tatalaksana lanjutan
Terapi definitive dilakukan setelah masa akut reda
• Drainase
• Urgent drainage (<24 jam)
• Drainase dini (48 jam)
• Drainase ERCP, drainase naso-bilier, atau PTBD
(percutaneous transhepatic biliary-drainage)
Jawaban lainnya
A. Appendicitis akut: Mc Burney’s Sign, Rebound
Tenderness Sign / Blumberg Sign, Rovsign’s
Sign, Obturator Sign, Psoas Sign.
B. Appendicitis kronis: appendicitis >3 minggu
C. Cholelithiasis: Diagnostik: USG → hiperekoik di
kantung/saluran empedu, ikterik -
D. Peritonitis: defans muskular+, Radiografik :
gambaran dilatasi usus, udara bebas (free air
space), atau bukti perforasi atau kebocoran
lainnya
E. Choledokolithiasis: Diagnostik: USG →
hiperekoik di kantung/saluran empedu, ikterik+
Soal 130
Tn.Winardi usia 50 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan nyeri
hebat pada perut secara mendadak sejak kemarin malam. Pasien
sampai lemas menahan nyeri sehingga tidak dapat berjalan. Pasien
mual muntah hebat sejak semalam. Riwayat pasien memiliki riwayat
sakit maag yang sering kambuh sejak setahun terakhir. Pasien
sering meminum jamu untuk mengobati sakit lambungnya. Tanda
vital, kesadaran somnolen, KU: sakit berat, TD:90/60mmHg, N:
112x/m, RR: 24x/m, T:39C. Pemeriksaan Fisik abdomen Defans
muscular+, Hipertimpani perkusi abdomen, Rectal toucher
dirasakan nyeri segala arah, tonus muskulus sfingter ani menurun,
ampula rekti terisi udara. Pemeriksaan BNO Radiografik kesan free
air space. Apakah diagnosa yang tepat pada pasien tersebut?
A. Appendicitis akut
B. Appendicitis kronis
C. Cholelithiasis
D. Peritonitis
E. Choledokolithiasis
Soal 131
By.Astrid usia 8 hari datang ke puskesmas dengan
keluhan tercium bau busuk dari tali pusar anak sejak 5
hari yang lalu. Ibu merasa tidak tega dan takut untuk
membersihkan tali pusar anaknya. Riwayat bayi lahir di
bidan dengan BBL 2,8kg, PB 48cm. Tanda vital T: 37,7C,
pemeriksaan fisik abdomen terdapat eritema dan edema
yang terbatas pada daerah kurang dari 1cm di sekitar
pangkal tali pusat. Apakah diagnosa yang tepat untuk
pasien diatas?
A. Atresia duodenum
B. Omphalitis
C. Divertikulum meckel
D. GERD
E. Gastritis
Analisis Soal 131
By.Astrid usia 8 hari datang ke puskesmas dengan
keluhan tercium bau busuk dari tali pusar anak sejak
5 hari yang lalu. Ibu merasa tidak tega dan takut
untuk membersihkan tali pusar anaknya. Riwayat
bayi lahir di bidan dengan BBL 2,8kg, PB 48cm.
Tanda vital T: 37,7C, pemeriksaan fisik abdomen
terdapat eritema dan edema yang terbatas pada
daerah kurang dari 1cm di sekitar pangkal tali pusat.
Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien diatas?

Diagnosa : Omphalitis
Omfalitis (4A)
Infeksi pada tali pusat
karena kurang
perawatan

Etiologi:
• Stafilokokus aureus,
GBHA, E. Coli,
K.Pneumoniae,
P.Mirabilis
Diagnosis
Panas, rewel, tidak mau menyusu.

Faktor Risiko
1. Imunitas seluler dan humoral belum sempurna
2. Luka umbilikus
3. Kulit tipis sehingga mudah lecet Faktor

Predisposisi
• Pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak
steril
Diagnosis
• Tanda-tanda infeksi di sekitar tali pusat seperti
kemerahan, panas, bengkak, nyeri, dan
mengeluarkan pus yang berbau busuk.
• Infeksi tali pusat lokal atau terbatas: bila
kemerahan dan bengkak terbatas pada daerah
kurang dari 1cm di sekitar pangkal tali pusat.
• Infeksi tali pusat berat atau meluas: bila
kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas
melebihi area 1 cm atau kulit di sekitar tali pusat
bayi mengeras dan memerah serta bayi
mengalami pembengkakan perut.
• Tanda sistemik: demam, takikardia, hipotensi,
letargi, somnolen, ikterus
Tatalaksana

Perawatan lokal
• Pembersihan tali pusat dengan menggunakan
larutan antiseptik (Klorheksidin atau iodium
povidon 2,5%) dengan kain kasa yang bersih
delapan kali sehari sampai tidak ada nanah
lagi pada tali pusat
• Setelah dibersihkan, tali pusat dioleskan
dengan salep antibiotik 3-4 kali sehari
Tatalaksana

Perawatan sistemik
• Kloksasilin: 2-3 x 25mg/kg (5 hari) po
• Bila infeksi berat / curiga sepsis: Kloksasilin
200mg/kg/hari (max 12 gram/hari) +
aminoglikosida (gentamisin 3-5 mg/kg/hari
terbagi dalam 3 dosis)
• Antipiretik bila demam
Jawaban lainnya
A. Atresia duodenum: foto polos double buble
sign
B. Omphalitis: Infeksi pada tali pusat karena
kurang perawatan
C. Divertikulum meckel: Scanning Meckel →
gambaran hotspot
D. GERD:Endoskopi yang menunjukkan
mucosal break
E. Gastritis: Endoskopi : eritema, eksudatif,
erosi, perdarahan, edema
Soal 131
By.Astrid usia 8 hari datang ke puskesmas dengan
keluhan tercium bau busuk dari tali pusar anak sejak 5
hari yang lalu. Ibu merasa tidak tega dan takut untuk
membersihkan tali pusar anaknya. Riwayat bayi lahir di
bidan dengan BBL 2,8kg, PB 48cm. Tanda vital T: 37,7C,
pemeriksaan fisik abdomen terdapat eritema dan edema
yang terbatas pada daerah kurang dari 1cm di sekitar
pangkal tali pusat. Apakah diagnosa yang tepat untuk
pasien diatas?
A. Atresia duodenum
B. Omphalitis
C. Divertikulum meckel
D. GERD
E. Gastritis
Soal 132
Tn.Parman usia 65 tahun datang ke poliklinik RS diantar anaknya dengan
keluhan sering mudah lupa sejak 1 tahun terakhir ini. Pasien suka merasa
senang sendiri setelah melakukan sesuatu. Pasien sering lupa merasa
belum makan padahal 30 menit yang lalu pasien baru saja makan. Pasien
pun sering sekali bolak balik ke kamar mandi untuk mandi, padahal dirinya
baru saja mandi. Anaknya khawatir dengan kondisi ayahnya karena akhir-
akhir ini pasien juga sering melamun dan gelisah. Riwayat ayahnya tidak
memiliki riwayat sakit apapun sebelumnya. Tanda vital, TD:110/70mmHg,
N:80x/m, RR:20x/m, T: 36,5C.Dokter menyarankan melakukan CT-Scan
kepala tanpa kontras dan didapatkan gambaran adanya atrofi dalam jumlah
yang lebih besar di regio fronto-temporal. Apakah diagnosa yang tepat
untuk pasien diatas?
A. Demensia vaskular
B. Demensia pada penyakit alzheimer
C. Demensia penyakit pick
D. Demensia pada Penyakit Lewy Bodies
E. Demensia pada Penyakit Huntington
Analisis Soal 132
Tn.Parman usia 65 tahun datang ke poliklinik RS diantar anaknya
dengan keluhan sering mudah lupa sejak 1 tahun terakhir ini.
Pasien suka merasa senang sendiri setelah melakukan sesuatu.
Pasien sering lupa merasa belum makan padahal 30 menit yang
lalu pasien baru saja makan. Pasien pun sering sekali bolak balik ke
kamar mandi untuk mandi, padahal dirinya baru saja mandi.
Anaknya khawatir dengan kondisi ayahnya karena akhir-akhir ini
pasien juga sering melamun dan gelisah. Riwayat ayahnya tidak
memiliki riwayat sakit apapun sebelumnya. Tanda vital,
TD:110/70mmHg, N:80x/m, RR:20x/m, T: 36,5C. Dokter
menyarankan melakukan CT-Scan kepala tanpa kontras dan
didapatkan gambaran adanya atrofi dalam jumlah yang lebih besar
di regio fronto-temporal. Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien
diatas?

Diagnosa : Demensia Penyakit Pick


GANGGUAN MENTAL ORGANIK
• Gangguan mental yang berkaitan dengan
penyakit/gangguan sistemik atau otak yang
dapat didiagnosis tersendiri.
• Gangguan yang memiliki kondisi patologi yang
dapat diidentifikasi, seperti tumor otak atau
penyakit serebrovaskular.
Delirium (3A)
• Ditandai dengan adanya • Terdapat 4 subkategori
gangguan kesadaran, dari penyebabnya :
kebingungan jangka ‒ Kondisi medis umum,
pendek dan gangguan seperti infeksi
kognisi.
‒ Terinduksi obat, seperti
kokain dan opioid
• Onsetnya cepat, fluktuasi ‒ Etiologi multipel,
sepanjang hari, bisa seperti trauma kepala
membaik atau berlanjut dan penyakit ginjal
tetapi < 6 bln
‒ Delirium yang tidak
tergolongkan di tempat
lain, seperti kurang
tidur
Demensia (3A)

• Ditandai dengan adanya penurunan


kemampuan daya ingat dan daya pikir yang
mengganggu kegiatan harian seseorang,
seperti : mandi, berpakaian, makan, dll.
• Tidak ada gangguan kesadaran (clear
consciousness).
• Demensia merupakan suatu sindrom akibat
penyakit/gangguan otak yang biasanya bersifat
kronik-progresif.
• Onset Gejala dan disabilitas ≥ 6 bulan.
Jenis
Pedoman diagnosis
demensia
Demensia  Biasanya pada > 60 tahun disertai dengan adanya
pada disorientasi intelektual progresif, waham atau depresi
panyakit  Tidak adanya bukti klinis, atau temuan dari pemeriksaan
Alzheimer khusus disebabkan oleh penyakit otak atau sistemik lain
yang dapat menimbulkan demensia

Demensia  Disebabkan oleh trombosis atau perdarahan pembuluh


Vaskular darah
 Suatu onset yang mendadak atau deteriorisasi yang
bertahap, disertai adanya gejala neurologis fokal

Demensia  Ditandai oleh atrofi dalam jumlah yang lebih besar di regio
pada fronto-temporal
Penyakit Pick  Disertai euforia, emosi tumpul, dan perilaku sosial yang
kasar, disihibisi, dan apatis atau gelisah.
Demensia  Ditandai oleh lebih banyak abnormalitas motorik
pada  Ada kaitan antara gangguan gerakan koreiform
Penyakit (Choreiform), demensia, dan riwayat keluarga dengan
Huntington penyakit Huntington.

Demensia 1. Gangguan fungsi kognitif dan gangguan atensi sifatnya


pada fluktuatif
Penyakit 2. Halusinasi visual rekuren yang jelas dan detil
Lewy Bodies 3. Gejala parkinsonism: (T)remor, (R)igidity, (A)kinesia,
(P)ostural instability
(DLB)
adanya inklusi Lewy Bodies ditemukan di korteks serebri
Karakteristik Delirium Dementia
Onset Cepat Insidious (months to year)
Durasi Hours to weeks Months to years
Attention fluktuatif Dipertahankan
Memori Recent dan immediate memory Remote memory terganggu
terganggu
Kemampuan Inkoheren Kesulitan mencari kata
bicara
Pikiran Disorganisasi/berantaka Miskin/pendek
Kesadaran Menurun Tidak berubah
Kewaspadaan Terlalu waspada/kurang waspada Biasanya normal

Therapy Haloperidol injeksi adalah 2-5 mg - Haloperidol 0,5-1 mg/hari atau


IM/IV dan dapat Risperidon 0,5-1 mg/hari
diulang setiap 30 menit (maksimal (antipsikotik)
20 mg/hari). (antipsikotik) - Sertralin 25 mg/hari
(antideprasan)
Jawaban lainnya
A. Demensia vaskular: Disebabkan oleh trombosis atau
perdarahan pembuluh darah
B. Demensia pada penyakit alzheimer: Tidak adanya
bukti klinis, atau temuan dari pemeriksaan khusus
disebabkan oleh penyakit otak atau sistemik lain
yang dapat menimbulkan demensia
C. Demensia penyakit pick: Ditandai oleh atrofi
dalam jumlah yang lebih besar di regio fronto-
temporal
D. Demensia pada Penyakit Lewy Bodies: Ditandai
dengan adanya inklusi Lewy Bodies ditemukan di
korteks serebri
E. Demensia pada Penyakit Huntington:
Soal 132
Tn.Parman usia 65 tahun datang ke poliklinik RS diantar anaknya dengan
keluhan sering mudah lupa sejak 1 tahun terakhir ini. Pasien suka merasa
senang sendiri setelah melakukan sesuatu. Pasien sering lupa merasa
belum makan padahal 30 menit yang lalu pasien baru saja makan. Pasien
pun sering sekali bolak balik ke kamar mandi untuk mandi, padahal dirinya
baru saja mandi. Anaknya khawatir dengan kondisi ayahnya karena akhir-
akhir ini pasien juga sering melamun dan gelisah. Riwayat ayahnya tidak
memiliki riwayat sakit apapun sebelumnya. Tanda vital, TD:110/70mmHg,
N:80x/m, RR:20x/m, T: 36,5C. Dokter menyarankan melakukan CT-Scan
kepala tanpa kontras dan didapatkan gambaran adanya atrofi dalam jumlah
yang lebih besar di regio fronto-temporal. Apakah diagnosa yang tepat
untuk pasien diatas?
A. Demensia vaskular
B. Demensia pada penyakit alzheimer
C. Demensia penyakit pick
D. Demensia pada Penyakit Lewy Bodies
E. Demensia pada Penyakit Huntington
Soal 133
Mr.X dibawa oleh warga sekitar ke IGD RS dengan
keluhan berbicara mengalantur dan mengancam ibunya
dengan kata-kata kasar seperti orang dalam keadaan
mabuk setelah pulang dari pasar malam. Pasien
berbicara cadel sambil marah-marah. Jalan pasien
sempoyongan sejak 1 jam yang lalu. Tanda vital
TD:140/90mmHg, N:100x/m, RR:20x/m, T: 37C.
Pemeriksaan fisik mata : nystagmus +/+. Urine pasien
ditemukan bezodiazepin+. Apakah diagnosa pasien
diatas?
A. Withdrawl Benzodiazepin
B. Intoksikasi Benzodiazepin
C. Intoksikasi heroin
D. Withdrawl heroin
E. Intoksikasi morfin
Analisis Soal 133
Mr.X dibawa oleh warga sekitar ke IGD RS dengan
keluhan berbicara mengalantur dan mengancam
ibunya dengan kata-kata kasar seperti orang dalam
keadaan mabuk setelah pulang dari pasar malam.
Pasien berbicara cadel sambil marah-marah. Jalan
pasien sempoyongan sejak 1 jam yang lalu. Tanda
vital TD:140/90mmHg, N:100x/m, RR:20x/m, T: 37C.
Pemeriksaan fisik mata : nystagmus +/+. Urine
pasien ditemukan bezodiazepin+. Apakah diagnosa
pasien diatas?

Diagnosa : Intoksikasi Benzodiazepin


GANGGUAN TERKAIT ZAT
1. Senyawa Stimulan (Upper)
Antidotum
Intoksikasi Withdrawal
Intoksikasi
Amfetamin Dilatasi pupil, takikardia / Disforik mood, fatigue  Diazepam 10-30
(shabu/ekstasi) bradikardia,peningkatan / mimpi buruk, mg oral atau
penurunan tekanan insomnia/hypersomnia, pareteral,atau
darah,menggigil peningkatan nafsu makan,  Klordiazepoksid
mual – muntah,agitasi retardasi psikomotor 10- 25 mg oral
depresi nafas,aritmia atau
kejang  Clobazam 3x10
mg. Dapat diulang
Kokain Dilatasi pupil, takikardia Disforik mood, fatigue setelah 30 menit
/bradikardia, peningkatan mimpi buruk, insomnia sampai 60 menit.
/penurunan tekanan darah /hypersomnia, Untuk mengatasi
menggigil, mual-muntah, peningkatan nafsu palpitasi beri
agitasi, depresi nafas, makan, retardasi propanolol 3x10-
aritmia, kejang, psikomotor 40 mg ora
2. Senyawa Depresan (Downer)
Intoksikasi withdrawal Antidotum intoksikasi
Opioid (morfin, Pin point pupil, bradikardi, Takikardi, hipertensi, Naloxone 0.8 mg IV dan
petidin, hipotensi, hipotermia, hipertermi,insomnia tunggu selama 15 menit.
papaverin, sedasi midriasis, diaphoresis Jika tidak ada
kodein) lakrimasi, inorhea respons, berikan
Heroin Euforia, analgesia, ngantuk, Miosis/midriasis, Naloxone 1.6 mg IV dan
mual – muntah mengantuk/koma, cadel tunggu 15 menit. Bila
nafas pendek, konstipasi gangguan , perhatian berespon berikan 0,4
midriasis, gangguan jiwa /memori g/jam IV

Benzodiapin Cadel, inkordinasi, Halusinasi, hiperaktifitas Flumazenil, 0,2 mg IV


unsteady gait, nistagmus otonom, tremor selama 15 detik. Titrasi
gangguan memori / insomnia, mual/muntah, 0,1 mg dosis IV setiap
perhatian, stupor/koma halusinasi, agitasi menit bila tidak respon
ansietas, kejang dalam 45 detik. dosis
total yang diberikan 2 mg
3. Senyawa Halusinogen
Intoksikasi Withdrawal Atidotum intoksikasi
Ganja Injeksi konjungtiva, Midriasis, nafsu makan Diazepam 10-30 mg oral
(Kanabis) Peningkatan nafsu menurun atau parenteral,
makan, Mulut kering, Ansietas, Rasa Clobazam 3x10 mg.
Takikardia mengantuk berkurang
Berat badan menurun
Jawaban lainnya
A. Withdrawl Benzodiazepin: Halusinasi, hiperaktifitas
otonom, tremor, insomnia, mual/muntah,halusinasi,
agitasi, ansietas, kejang
B. Intoksikasi Benzodiazepin: Cadel, inkordinasi,
unsteady gait, nistagmus, gangguan memori /
perhatian, stupor/koma
C. Intoksikasi heroin: Euforia, analgesia, ngantuk, mual
– muntah, nafas pendek, konstipasi, midriasis,
gangguan jiwa
D. Withdrawl heroin: Miosis/midriasis, mengantuk/koma,
cadel gangguan , perhatian /memori
E. Intoksikasi morfin: Pin point pupil, bradikardi,
hipotensi, hipotermia, sedasi
Soal 133
Mr.X dibawa oleh warga sekitar ke IGD RS dengan
keluhan berbicara mengalantur dan mengancam ibunya
dengan kata-kata kasar seperti orang dalam keadaan
mabuk setelah pulang dari pasar malam. Pasien
berbicara cadel sambil marah-marah. Jalan pasien
sempoyongan sejak 1 jam yang lalu. Tanda vital
TD:140/90mmHg, N:100x/m, RR:20x/m, T: 37C.
Pemeriksaan fisik mata : nystagmus +/+. Urine pasien
ditemukan bezodiazepin+. Apakah diagnosa pasien
diatas?
A. Withdrawl Benzodiazepin
B. Intoksikasi Benzodiazepin
C. Intoksikasi heroin
D. Withdrawl heroin
E. Intoksikasi morfin
Soal 134
Mr.X dibawa oleh warga sekitar ke IGD RS dengan keluhan
berbicara mengalantur dan mengancam ibunya dengan kata-
kata kasar seperti orang dalam keadaan mabuk setelah
pulang dari pasar malam. Pasien berbicara cadel sambil
marah-marah. Jalan pasien sempoyongan sejak 1 jam yang
lalu. Tanda vital TD:140/90mmHg, N:100x/m, RR:20x/m, T:
37C. Pemeriksaan fisik mata : nystagmus +/+. Urine pasien
ditemukan bezodiazepin+. Apakah terapi yang dapat
diberikan pada pasien kasus tersebut untuk mengatasi
masalahnya?
A. Naloxone 0.8 mg IV dan tunggu selama 15 menit
B. Clobazam 3x10 mg.
C. Flumazenil, 0,2 mg IV selama 15 detik
D. Klordiazepoksid 10- 25 mg oral atau
E. Diazepam 10-30 mg oral
Analisis Soal 134
Mr.X dibawa oleh warga sekitar ke IGD RS dengan
keluhan berbicara mengalantur dan mengancam ibunya
dengan kata-kata kasar seperti orang dalam keadaan
mabuk setelah pulang dari pasar malam. Pasien
berbicara cadel sambil marah-marah. Jalan pasien
sempoyongan sejak 1 jam yang lalu. Tanda vital
TD:140/90mmHg, N:100x/m, RR:20x/m, T: 37C.
Pemeriksaan fisik mata : nystagmus +/+. Urine pasien
ditemukan bezodiazepin+. Apakah terapi yang dapat
diberikan pada pasien kasus tersebut untuk mengatasi
masalahnya?

Diagnosa : Intoksikasi Benzodiazepin


Terapi : Flumazenil, 0,2 mg IV selama 15 detik
GANGGUAN TERKAIT ZAT
1. Senyawa Stimulan (Upper)
Antidotum
Intoksikasi Withdrawal
Intoksikasi
Amfetamin Dilatasi pupil, takikardia / Disforik mood, fatigue  Diazepam 10-30
(shabu/ekstasi) bradikardia,peningkatan / mimpi buruk, mg oral atau
penurunan tekanan insomnia/hypersomnia, pareteral,atau
darah,menggigil peningkatan nafsu makan,  Klordiazepoksid
mual – muntah,agitasi retardasi psikomotor 10- 25 mg oral
depresi nafas,aritmia atau
kejang  Clobazam 3x10
mg. Dapat diulang
Kokain Dilatasi pupil, takikardia Disforik mood, fatigue setelah 30 menit
/bradikardia, peningkatan mimpi buruk, insomnia sampai 60 menit.
/penurunan tekanan darah /hypersomnia, Untuk mengatasi
menggigil, mual-muntah, peningkatan nafsu palpitasi beri
agitasi, depresi nafas, makan, retardasi propanolol 3x10-
aritmia, kejang, psikomotor 40 mg ora
2. Senyawa Depresan (Downer)
Intoksikasi withdrawal Antidotum intoksikasi
Opioid (morfin, Pin point pupil, bradikardi, Takikardi, hipertensi, Naloxone 0.8 mg IV dan
petidin, hipotensi, hipotermia, hipertermi,insomnia tunggu selama 15 menit.
papaverin, sedasi midriasis, diaphoresis Jika tidak ada
kodein) lakrimasi, inorhea respons, berikan
Heroin Euforia, analgesia, ngantuk, Miosis/midriasis, Naloxone 1.6 mg IV dan
mual – muntah mengantuk/koma, cadel tunggu 15 menit. Bila
nafas pendek, konstipasi gangguan , perhatian berespon berikan 0,4
midriasis, gangguan jiwa /memori g/jam IV

Benzodiapin Cadel, inkordinasi, Halusinasi, hiperaktifitas Flumazenil, 0,2 mg IV


unsteady gait, nistagmus otonom, tremor selama 15 detik. Titrasi
gangguan memori / insomnia, mual/muntah, 0,1 mg dosis IV setiap
perhatian, stupor/koma halusinasi, agitasi menit bila tidak respon
ansietas, kejang dalam 45 detik. dosis
total yang diberikan 2 mg
3. Senyawa Halusinogen
Intoksikasi Withdrawal Atidotum intoksikasi
Ganja Injeksi konjungtiva, Midriasis, nafsu makan Diazepam 10-30 mg oral
(Kanabis) Peningkatan nafsu menurun atau parenteral,
makan, Mulut kering, Ansietas, Rasa Clobazam 3x10 mg.
Takikardia mengantuk berkurang
Berat badan menurun
Jawaban lainnya

A. Naloxone 0.8 mg IV dan tunggu selama 15


menit: intoksikasi opioid
B. Clobazam 3x10 mg: intoksikasi kanabis
C. Flumazenil, 0,2 mg IV selama 15 detik:
intoksikasi benzodiazepin
D. Klordiazepoksid 10- 25 mg oral: intoksikasi
ekstacy
E. Diazepam 10-30 mg oral: intoksikasi
ganja/kanabis
Soal 134
Mr.X dibawa oleh warga sekitar ke IGD RS dengan keluhan
berbicara mengalantur dan mengancam ibunya dengan kata-
kata kasar seperti orang dalam keadaan mabuk setelah
pulang dari pasar malam. Pasien berbicara cadel sambil
marah-marah. Jalan pasien sempoyongan sejak 1 jam yang
lalu. Tanda vital TD:140/90mmHg, N:100x/m, RR:20x/m, T:
37C. Pemeriksaan fisik mata : nystagmus +/+. Urine pasien
ditemukan bezodiazepin+. Apakah terapi yang dapat
diberikan pada pasien kasus tersebut untuk mengatasi
masalahnya?
A. Naloxone 0.8 mg IV dan tunggu selama 15 menit
B. Clobazam 3x10 mg.
C. Flumazenil, 0,2 mg IV selama 15 detik
D. Klordiazepoksid 10- 25 mg oral atau
E. Diazepam 10-30 mg oral
Soal 135
Tn.Mardi usia 20 tahun datang ke klinik dengan keluhan
mengantuk sejak kemarin. Pasien sulit diajak bicara, terlihat
seperti ngelindur. Temannya mengatakan pasien
mengkonsumsi banyak obat antinyeri yang diberi dari bandar
narkoba. Tanda vital Kesadaran : somnolen, KU: sakit
sedang, TD: 90/60mmHg, N:60x/m, T:35C, RR: 18x/m.
Pemeriksaan fisik, mata : Pin point pupil. Di poliklinik tidak
ada pemeriksaan urin narkoba. Dokter klinik merujuk pasien
pada kasus tersebut ke RS untuk diberikan terapi lanjutan
dalam mengatasi masalah pasien tersebut. Apakah antidotum
yang akan diberikan oleh dokter RS?
A. Naloxone 0.8 mg IV dan tunggu selama 15 menit dahulu
B. Clobazam 3x10 mg.
C. Flumazenil, 0,2 mg IV selama 15 detik
D. Klordiazepoksid 10- 25 mg oral atau
E. Diazepam 10-30 mg oral
Analisis Soal 135
Tn.Mardi usia 20 tahun datang ke klinik dengan keluhan
mengantuk sejak kemarin. Pasien sulit diajak bicara, terlihat
seperti ngelindur. Temannya mengatakan pasien
mengkonsumsi banyak obat antinyeri yang diberi dari bandar
narkoba. Tanda vital Kesadaran : somnolen, KU: sakit
sedang, TD: 90/60mmHg, N:60x/m, T:35C, RR: 18x/m.
Pemeriksaan fisik, mata : Pin point pupil. Di poliklinik tidak
ada pemeriksaan urin narkoba. Dokter klinik merujuk pasien
pada kasus tersebut ke RS untuk diberikan terapi lanjutan
dalam mengatasi masalah pasien tersebut. Apakah antidotum
yang akan diberikan oleh dokter RS?

Diagnosa : Intoksikasi opioid


Terapi : Naloxone 0.8 mg IV dan tunggu selama 15 menit
dahulu
GANGGUAN TERKAIT ZAT
1. Senyawa Stimulan (Upper)
Antidotum
Intoksikasi Withdrawal
Intoksikasi
Amfetamin Dilatasi pupil, takikardia / Disforik mood, fatigue  Diazepam 10-30
(shabu/ekstasi) bradikardia,peningkatan / mimpi buruk, mg oral atau
penurunan tekanan insomnia/hypersomnia, pareteral,atau
darah,menggigil peningkatan nafsu makan,  Klordiazepoksid
mual – muntah,agitasi retardasi psikomotor 10- 25 mg oral
depresi nafas,aritmia atau
kejang  Clobazam 3x10
mg. Dapat diulang
Kokain Dilatasi pupil, takikardia Disforik mood, fatigue setelah 30 menit
/bradikardia, peningkatan mimpi buruk, insomnia sampai 60 menit.
/penurunan tekanan darah /hypersomnia, Untuk mengatasi
menggigil, mual-muntah, peningkatan nafsu palpitasi beri
agitasi, depresi nafas, makan, retardasi propanolol 3x10-
aritmia, kejang, psikomotor 40 mg ora
2. Senyawa Depresan (Downer)
Intoksikasi withdrawal Antidotum intoksikasi
Opioid (morfin, Pin point pupil, bradikardi, Takikardi, hipertensi, Naloxone 0.8 mg IV dan
petidin, hipotensi, hipotermia, hipertermi,insomnia tunggu selama 15 menit.
papaverin, sedasi midriasis, diaphoresis Jika tidak ada
kodein) lakrimasi, inorhea respons, berikan
Heroin Euforia, analgesia, ngantuk, Miosis/midriasis, Naloxone 1.6 mg IV dan
mual – muntah mengantuk/koma, cadel tunggu 15 menit. Bila
nafas pendek, konstipasi gangguan , perhatian berespon berikan 0,4
midriasis, gangguan jiwa /memori g/jam IV

Benzodiapin Cadel, inkordinasi, Halusinasi, hiperaktifitas Flumazenil, 0,2 mg IV


unsteady gait, nistagmus otonom, tremor selama 15 detik. Titrasi
gangguan memori / insomnia, mual/muntah, 0,1 mg dosis IV setiap
perhatian, stupor/koma halusinasi, agitasi menit bila tidak respon
ansietas, kejang dalam 45 detik. dosis
total yang diberikan 2 mg
3. Senyawa Halusinogen
Intoksikasi Withdrawal Atidotum intoksikasi
Ganja Injeksi konjungtiva, Midriasis, nafsu makan Diazepam 10-30 mg oral
(Kanabis) Peningkatan nafsu menurun atau parenteral,
makan, Mulut kering, Ansietas, Rasa Clobazam 3x10 mg.
Takikardia mengantuk berkurang
Berat badan menurun
Jawaban lainnya

A. Naloxone 0.8 mg IV dan tunggu selama 15


menit dahulu: Intoksikasi opioid
B. Clobazam 3x10 mg: intoksikasi kanabis
C. Flumazenil, 0,2 mg IV selama 15 detik:
intoksikasi benzodiazepin
D. Klordiazepoksid 10- 25 mg oral: intoksikasi
shabu
E. Diazepam 10-30 mg oral: intoksikasi ganja
Soal 135
Tn.Mardi usia 20 tahun datang ke klinik dengan keluhan mengantuk
sejak kemarin. Pasien sulit diajak bicara, terlihat seperti ngelindur.
Temannya mengatakan pasien mengkonsumsi banyak obat
antinyeri yang diberi dari bandar narkoba. Tanda vital Kesadaran :
somnolen, KU: sakit sedang, TD: 90/60mmHg, N:60x/m, T:35C, RR:
18x/m. Pemeriksaan fisik, mata : Pin point pupil. Di poliklinik tidak
ada pemeriksaan urin narkoba. Dokter klinik merujuk pasien pada
kasus tersebut ke RS untuk diberikan terapi lanjutan dalam
mengatasi masalah pasien tersebut. Apakah antidotum yang akan
diberikan oleh dokter RS?
A. Naloxone 0.8 mg IV dan tunggu selama 15 menit dahulu
B. Clobazam 3x10 mg.
C. Flumazenil, 0,2 mg IV selama 15 detik
D. Klordiazepoksid 10- 25 mg oral atau
E. Diazepam 10-30 mg oral
Soal 136
Nn.Y usia 20 tahun di bawa oleh warga ke IGD RS jiwa
dengan keluhan badan sama sekali kaku sejak 6 bulan yang
lalu. Keluarganya mengira pasien tidak sadar karena
kesurupan, pasien menyembunyikan hal ini dari tetangganya
karena malu anak gadisnya berkondisi seperti ini setelah
gagal menikah dengan calon suaminya sejak 8 bulan yang
lalu. Mata pasien melamun tidak ada gerakan sedikit pun.
Kaki pasien menekuk sulit sekali diluruskan. Ketika malam
pasien dapat menggeretakkan giginya. Tanda vital,
TD:110/70mmHg, N:80x/m, T:36,7C, RR:20x/m. Apakah
diagnosa yang tepat untuk pasien diatas?
A. Skizofren paranoid
B. Skizofren hebefrenik
C. Depresi pasca kejadian
D. Depresi stress akut
E. Skizofren katatonik
Analisis Soal 136
Nn.Y usia 20 tahun di bawa oleh warga ke IGD RS jiwa
dengan keluhan badan sama sekali kaku sejak 6 bulan
yang lalu. Keluarganya mengira pasien tidak sadar
karena kesurupan, pasien menyembunyikan hal ini dari
tetangganya karena malu anak gadisnya berkondisi
seperti ini setelah gagal menikah dengan calon
suaminya sejak 8 bulan yang lalu. Mata pasien melamun
tidak ada gerakan sedikit pun. Kaki pasien menekuk sulit
sekali diluruskan. Ketika malam pasien dapat
menggeretakkan giginya. Tanda vital, TD:110/70mmHg,
N:80x/m, T:36,7C, RR:20x/m. Apakah diagnosa yang
tepat untuk pasien diatas?

Diagnosa : Skizofren Katatonik


PSIKOSIS
1. Skizofrenia (3A)
 Ditandai dengan adanya Dopamin ↑
 Ditandai dengan adanya :
1.Gangguan persepsi : Halusinasi, dominan auditorik
2.Gangguan isi pikiran
− Waham : delusion of control, delusion of influence, delusion of
passivity, delusional perception atau waham jenis lainnya
− Thought eco
− Thought insertion atau withdrawal
− Thought broadcasting
3.Perilaku katatonik atau gaduh gelisah
4.Gejala “Negatif” : apatis, jarang bicara, emosi tumpul, menarik diri
 Diagnosis tegagk jika gejala menetap 1 Bulan atau lebih
Terapi Skizofrenia

1. Fase akut :
− Olanzapin Injeksi IM 10mg, dapat diulang tiap 2
jam , maks 30mg/hari atau
− Haloperidol injeksi IM 5mg, dapat diulang tiap 30
menit, maks 20mg/hari
2. Fase stabilisasi : Pertimbangkan kondisi
pasien dan lihat tabel antipsikotika
Subtipe Skizofrenia
Paranoid Hebefrenik Katatonik
- Suara halusinasi yang - Pertama kali tegak pada usia - Stupor
mengancam atau memberi remaja atau dewasa - Posisi tubuh tertentu
perintah atau halusinasi (biasanya 15-25 tahun) - Negativism atau perlawanan
auditorik - Kepribadian khas : pemalu, terhadap perintah
- Halusinasi pembauan senang menyendiri, hampa - Posisi tubuh kaku
pengecapan atau tujuan dan perasaan - Mempertahankan anggota
perasaan tubuh - Afek dangkal sering disertai gerak dan tubuh
- Waham kejar dominan cekikikan, senyum atau - Pengulangan kata-kata dan
tertawa sendiri, ungakapan kalimat
kata diulang-ulang
- Halusinasi dan waham ada
namun tidak menonjol
Residual Simpleks
- Gejala negative dari skizofrenia - Dominan gejala negative
- Sedikitnya ada satu episode pskiotik - Sulit didiagnosis tergantung pada :
yang jelas di masa lampau gejala negatif yg khas dari
- Sedikitnya sudah lebih dari 1 tahun. skizofrenia residual tanpa didahului
waham, halusinasi atau lainnya.
- Tidak jelas gejala psikotiknya
Jawaban lainnya
A. Skizofren paranoid: Suara halusinasi yang
mengancam atau memberi perintah atau halusinasi
auditorik
B. Skizofren hebefrenik: Afek dangkal sering disertai
cekikikan, senyum atau tertawa sendiri, ungakapan
kata diulang-ulang
C. Depresi pasca kejadian: hilang minat >2minggu
setelah mengalami kejadian tertentu
D. Depresi stress akut : Harus ada kaitan waktu
kejadian yang jelas antara terjadinya pengalaman
stressor luar biasa (fisik atau mental) dengan onset
segera setelah kejadian.Gejala-gejala biasanya baru
mereda setelah 24-48 jam dan biasanya hampir
menghilang setelah 3 hari.
E. Skizofren katatonik: posisi tubuh tertentu, kaku
Soal 136
Nn.Y usia 20 tahun di bawa oleh warga ke IGD RS jiwa
dengan keluhan badan sama sekali kaku sejak 6 bulan yang
lalu. Keluarganya mengira pasien tidak sadar karena
kesurupan, pasien menyembunyikan hal ini dari tetangganya
karena malu anak gadisnya berkondisi seperti ini setelah
gagal menikah dengan calon suaminya sejak 8 bulan yang
lalu. Mata pasien melamun tidak ada gerakan sedikit pun.
Kaki pasien menekuk sulit sekali diluruskan. Ketika malam
pasien dapat menggeretakkan giginya. Tanda vital,
TD:110/70mmHg, N:80x/m, T:36,7C, RR:20x/m. Apakah
diagnosa yang tepat untuk pasien diatas?
A. Skizofren paranoid
B. Skizofren hebefrenik
C. Depresi pasca kejadian
D. Depresi akut
E. Skizofren katatonik
Soal 137
Tn.Yunus usia 40 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan bibir
bergerak mengecap-ngecap tanpa henti sejak 3 bulan yang lalu.
Ketika berbicara pasien selalu mengerutkan keningnya, bicara
terbata-bata, sulit bicara 1 kalimat penuh dengan lancar. Ketika
diajak berbicara, pasien terlihat gelisah dan kakinya tidak dapat
diam menghentak lantai. Riwayat pasien menderita psikotik
paranoid dalam pengobatan rutin haloperidol. Tanda vital,
TD:110/70mmHg, N:80x/m, T:36,7C, RR:20x/m. Pemeriksaan fisik
ditemukan distonia, akatisia, tardiv dyskinesia. Apakah diagnosa
yang tepat pada kasus diatas?
A. Sindroma neuroleptik maligna
B. Sindroma ekstrapiramidal
C. Skizofrenia paranoid
D. Skizofrenia hebefrenik
E. Skizofrenia katatonik
Analisis Soal 137
Tn.Yunus usia 40 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
bibir bergerak mengecap-ngecap tanpa henti sejak 3 bulan
yang lalu. Ketika berbicara pasien selalu mengerutkan
keningnya, bicara terbata-bata, sulit bicara 1 kalimat penuh
dengan lancar. Ketika diajak berbicara, pasien terlihat gelisah
dan kakinya tidak dapat diam menghentak lantai. Riwayat
pasien menderita psikotik paranoid dalam pengobatan rutin
haloperidol. Tanda vital, TD:110/70mmHg, N:80x/m, T:36,7C,
RR:20x/m. Pemeriksaan fisik ditemukan distonia, akatisia,
tardiv dyskinesia. Apakah diagnosa yang tepat pada kasus
diatas?

Diagnosa : Sindroma Ekstrapiramidal


Sindroma Ekstrapiramidal
• Reaksi yang ditimbulkan oleh penggunaan jangka
pendek atau panjang dari medikasi antipsikotik,
terlebih lagi Golongan 1 (Haloperidol).
• Manifestasi Klinis
Pseudoparkin- Tardive
Distonia Akatisia
sonism dyskinesia
Gejala-gejala Gerakan/postur ab- Perasaan subjektif Gerakan oral-
normal, termasuk kegelisahan facial meliputi
krisis okulorigik, (restlessness), mengecap-ngecap
prostrusi umumnya kaki bibir (lip
lidah, trismus, yang tidak bisa smacking),
tortikolis, dan postur tenang menghisap
distonik pada (sucking), dan
anggota gerak dan mengerutkan bibir
batang tubuh (puckering) atau
seperti facial
grimacing.
Terapi Sindroma Ekstrapiramidal
Sindroma Neuroleptik Maligna (SNM)
• Gejala khas dari SNM adalah kekakuan otot dan suhu tinggi
(lebih dari 38°C) pada pasien dengan penggunaan obat
antipsikotik disertai dengan perubahan status mental dan
kestidakstabilan otonom.
• Tatalaksana :
1. Hentikan semua antipsikotika
2. Observasi tanda vital
3. Terapi simptomatik
4. Pada kondisi kritis :
- Dantrolen 0,8 – 2.5 mg/kgbb/hari
- Bromokriptin 20-30 mg/ hari dibagi 4 dosis
Jawaban lainnya
A. Sindroma neuroleptik maligna: kekakuan otot dan
suhu tinggi (lebih dari 38°C) pada pasien dengan
penggunaan obat antipsikotik disertai dengan
perubahan status mental dan kestidakstabilan
otonom.
B. Sindroma ekstrapiramidal: pseudo parkinson,
distonia, akatisia, tardive diskinesia
C. Skizofrenia paranoid: Suara halusinasi yang
mengancam atau memberi perintah atau halusinasi
auditorik
D. Skizofrenia hebefrenik: Afek dangkal sering disertai
cekikikan, senyum atau tertawa sendiri, ungakapan
kata diulang-ulang
E. Skizofrenia katatonik: posisi tubuh tertentu, kaku
Soal 137
Tn.Yunus usia 40 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan bibir
bergerak mengecap-ngecap tanpa henti sejak 3 bulan yang lalu.
Ketika berbicara pasien selalu mengerutkan keningnya, bicara
terbata-bata, sulit bicara 1 kalimat penuh dengan lancar. Ketika
diajak berbicara, pasien terlihat gelisah dan kakinya tidak dapat
diam menghentak lantai. Riwayat pasien menderita psikotik
paranoid dalam pengobatan rutin haloperidol. Tanda vital,
TD:110/70mmHg, N:80x/m, T:36,7C, RR:20x/m. Pemeriksaan fisik
ditemukan distonia, akatisia, tardiv dyskinesia. Apakah diagnosa
yang tepat pada kasus diatas?
A. Sindroma neuroleptik maligna
B. Sindroma ekstrapiramidal
C. Skizofrenia paranoid
D. Skizofrenia hebefrenik
E. Skizofrenia katatonik
Soal 138
Tn.Quro usia 24 tahun dibawa ke poliklinik bandara segera
setelah landing pesawat yang membawanya ke lombok untuk
liburan bersama temannya. Temannya khawatir dan segera
memanggil pramugari ketika akan persiapan landing karena
pasien tiba-tiba sesak seperti tercekik. Pasien baru
mengalami hal ini. Ia mengaku sangat takut ketika naik
pesawat dan ketika pesawat akan landing. Sekarang pasien
telah sedikit tenang. Tanda vital TD:140/90mmHg, N:98x/m,
RR:20x/m, T:36,5C. Tidak ditemukan kelainan dalam
pemeriksaan fisik. Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien
tersebut?
A. Fobia sosial
B. Agorafobia
C. Gangguan cemas menyeluruh
D. Gangguan penyesuaian
E. Fobia spesifik
Analisis Soal 138
Tn.Quro usia 24 tahun dibawa ke poliklinik bandara
segera setelah landing pesawat yang membawanya ke
lombok untuk liburan bersama temannya. Temannya
khawatir dan segera memanggil pramugari ketika akan
persiapan landing karena pasien tiba-tiba sesak seperti
tercekik. Pasien baru mengalami hal ini. Ia mengaku
sangat takut ketika naik pesawat dan ketika pesawat
akan landing. Sekarang pasien telah sedikit tenang.
Tanda vital TD:140/90mmHg, N:98x/m, RR:20x/m,
T:36,5C. Tidak ditemukan kelainan dalam pemeriksaan
fisik. Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien
tersebut?

Diagnosa : Fobia spesifik


GANGGUAN NEUROTIK, CEMAS DAN SOMATOFORM
Gangguan Pedoman Diagnostik
Agorafobia (2) Anxietas yang timbul harus terbatas pada setidaknya dua dari
situasi berikut : banyak orang/keramaian, tempat umum,
bepergian keluar rumah, dan bepergian sendiri.
Fobia Sosial (2) Anxietas terbatas pada situasi sosial tertentu contohnya : takut
menjadi pembicara didepan kelas, takut menjadi pusat
perhatian
Fobia Spesifik (2) Misalnya, naik pesawat terbang, binatang, dll
Gangguan Panik Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali
(3A) serangan anxietas berat dalam masa kira-kira satu bulan:
a) Pada keadaan-keadaan di mana sebenarnya secara objektif

tidak ada bahaya (tidak ada pencetus) → “serasa akan mati”


b) Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang

dapat diduga sebelumnya


c) Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala

anxietas pada periode diantara serangan-serangan panik


Gangguan Pedoman Diagnostik
Gangguan Cemas • Anxietas sebagai gejala primer hampir setiap hari
Menyeluruh (3A) untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang
tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan
situasi khusus tertentu saja (sifatnya "free floating"
atau"mengambang")
• Gejala-gejala :
1) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa
seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb.),
2) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala,
gemetaran, tidak dapat santai), dan
3) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan,
berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas,
keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering,
dsb.)
Gangguan Pedoman Diagnostik
Gangguan Masing-masing gangguan tidak jelas untuk diagnosis tersendri (anxietas
Campuran Anxietas dan depresi).
dan Depresi (3A)
Reaksi Stress Akut • Harus ada kaitan waktu kejadian yang jelas antara terjadinya
(2) pengalaman stressor luar biasa (fisik atau mental) dengan onset
segera setelah kejadian.
• Gejala-gejala biasanya baru mereda setelah 24-48 jam dan biasanya
hampir menghilang setelah 3 hari.
Gangguan • Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap hubungan antara:
Penyesuaian (2) 1) Bentuk, isi, dan beratnya gejala,
2) Riwayat sebelumnya dan corak kepribadian, dan
3) Kejadian, situasi yang "stressful",atau krisis kehidupan.
• Adanya faktor ketiga diatas harus jelas dan bukti yang nyata bahwa
gangguan tersebut tidak akan terjadi seandainya tidak mengalami hal
tersebut,
• Onset biasanya terjadi dalam 1 bulan setelah terjadinya kejadian yang
"stressful", dan gejala-gejala biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan,
keeuali dalam hal reaksi depresif berkepanjangan
Gangguan Pedoman Diagnostik

Gangguan Stress • Ditegakkan bila timbul dalam kurun waktu 6 bulan


Pasca Trauma (3A) setelah kejadian traumatik berat

Gangguan Obsesif – • Gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif harus


Kompulsif (2) ada hampir setiap hari selama ≥ 2 minggu berturut-
turut
• Mengganggu aktivitas penderita.
• Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut
• Jenis-jenis OCD
- OCD Contamination and Washing
- OCD Checking
- OCD Symetry and Ordering
- OCD Hoarding
- OCD Mental Rituals
Gangguan Pedoman Diagnostik
Somatisasi (4A) • Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-
macam yang tidak dapat dijelaskan atas dasar adanya
kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun
Hipokondriasis (4A) • Keyakinan yang menetap satu penyakit fisik yang serius
yang melandasi keluhan-keluhannya
Gangguan Konversi • Tidak ada bukti adanya gangguan fisik yang dapat
(Disosiatif) (2) menjelaskan gejala-gejala tersebut
• Bukti adanya penyebab psikologis, dalam bentuk hubungan
kurun waktu yang jelas dengan problem dan kejadian-
kejadian yang "stressful" atau hubungan interpersonal yang
terganggu (meskipun hal tersebut disangkal oleh penderita)
• Jenis-jenis Disosiatif
- Amnesia Disosiatif, hilangnya daya ingat
- Fugue Disosiatif, lupa identitas asli
- Trans Disosiatif, kesurupan
- Motorik Disosiatif, tiba-tiba lumpuh
Jawaban lainnya
A. Fobia sosial: Anxietas terbatas pada situasi sosial tertentu
contohnya : takut menjadi pembicara didepan kelas, takut
menjadi pusat perhatian
B. Agorafobia: Anxietas yang timbul harus terbatas pada
setidaknya dua dari situasi berikut : banyak orang/keramaian,
tempat umum, bepergian keluar rumah, dan bepergian sendiri.
C. Gangguan cemas menyeluruh: Anxietas sebagai gejala primer
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa
bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan
situasi khusus tertentu saja (sifatnya "free floating"
atau"mengambang")
D. Gangguan penyesuaian: Onset biasanya terjadi dalam 1 bulan
setelah terjadinya kejadian yang "stressful", dan gejala-gejala
biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan, keeuali dalam hal
reaksi depresif berkepanjangan
E. Fobia spesifik: Misalnya, naik pesawat terbang, binatang,
dll
Soal 138
Tn.Quro usia 24 tahun dibawa ke poliklinik bandara segera
setelah landing pesawat yang membawanya ke lombok untuk
liburan bersama temannya. Temannya khawatir dan segera
memanggil pramugari ketika akan persiapan landing karena
pasien tiba-tiba sesak seperti tercekik. Pasien baru
mengalami hal ini. Ia mengaku sangat takut ketika naik
pesawat dan ketika pesawat akan landing. Sekarang pasien
telah sedikit tenang. Tanda vital TD:140/90mmHg, N:98x/m,
RR:20x/m, T:36,5C. Tidak ditemukan kelainan dalam
pemeriksaan fisik. Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien
tersebut?
A. Fobia sosial
B. Agorafobia
C. Gangguan cemas menyeluruh
D. Gangguan penyesuaian
E. Fobia spesifik
Soal 139
Tn.Lorad usia 35 tahun datang diantar koleganya ke poliklinik
dengan keluhan takut ketika harus berbicara di depan orang
banyak. Padahal pasien sedang mencalonkan diri sebagai
anggota legislatif. Ketika sedang kampanye, pasien selalu
menyuruh juru bicaranya untuk orasi pidato mengenai visi
misinya. Hal tersebut pasien lakukan karena pasien merasa
takut untuk berbicara di depan orang banyak dan menjadi
pusat perhatian. Kejadian ini telah berlangsung sejak 3 tahun
yang lalu. Tanda vital TD:140/90mmHg, N:98x/m, RR:20x/m,
T:36,5C. Apakah diagnosa yang tepat pada pasien ini?
A. Agorafobia
B. Fobia spesifik
C. Gangguan panik
D. Fobia sosial
E. Gangguan cemas menyeluruh
Analisis Soal 139
Tn.Lorad usia 35 tahun datang diantar koleganya ke poliklinik
dengan keluhan takut ketika harus berbicara di depan orang
banyak. Padahal pasien sedang mencalonkan diri sebagai
anggota legislatif. Ketika sedang kampanye, pasien selalu
menyuruh juru bicaranya untuk orasi pidato mengenai visi
misinya. Hal tersebut pasien lakukan karena pasien merasa
takut untuk berbicara di depan orang banyak dan menjadi
pusat perhatian. Kejadian ini telah berlangsung sejak 3 tahun
yang lalu. Tanda vital TD:140/90mmHg, N:98x/m, RR:20x/m,
T:36,5C. Apakah diagnosa yang tepat pada pasien ini?

Diagnosa : Fobia sosial


GANGGUAN NEUROTIK, CEMAS DAN SOMATOFORM
Gangguan Pedoman Diagnostik
Agorafobia (2) Anxietas yang timbul harus terbatas pada setidaknya dua dari
situasi berikut : banyak orang/keramaian, tempat umum,
bepergian keluar rumah, dan bepergian sendiri.
Fobia Sosial (2) Anxietas terbatas pada situasi sosial tertentu contohnya : takut
menjadi pembicara didepan kelas, takut menjadi pusat
perhatian

Fobia Spesifik (2) Misalnya, naik pesawat terbang, binatang, dll


Gangguan Panik Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali
(3A) serangan anxietas berat dalam masa kira-kira satu bulan:
a) Pada keadaan-keadaan di mana sebenarnya secara objektif

tidak ada bahaya (tidak ada pencetus) → “serasa akan mati”


b) Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang

dapat diduga sebelumnya


c) Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala

anxietas pada periode diantara serangan-serangan panik


Gangguan Pedoman Diagnostik
Gangguan Cemas • Anxietas sebagai gejala primer hampir setiap hari
Menyeluruh (3A) untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang
tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan
situasi khusus tertentu saja (sifatnya "free floating"
atau"mengambang")
• Gejala-gejala :
1) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa
seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb.),
2) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala,
gemetaran, tidak dapat santai), dan
3) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan,
berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas,
keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering,
dsb.)
Gangguan Pedoman Diagnostik
Gangguan Masing-masing gangguan tidak jelas untuk diagnosis tersendri (anxietas
Campuran Anxietas dan depresi).
dan Depresi (3A)
Reaksi Stress Akut • Harus ada kaitan waktu kejadian yang jelas antara terjadinya
(2) pengalaman stressor luar biasa (fisik atau mental) dengan onset
segera setelah kejadian.
• Gejala-gejala biasanya baru mereda setelah 24-48 jam dan biasanya
hampir menghilang setelah 3 hari.
Gangguan • Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap hubungan antara:
Penyesuaian (2) 1) Bentuk, isi, dan beratnya gejala,
2) Riwayat sebelumnya dan corak kepribadian, dan
3) Kejadian, situasi yang "stressful",atau krisis kehidupan.
• Adanya faktor ketiga diatas harus jelas dan bukti yang nyata bahwa
gangguan tersebut tidak akan terjadi seandainya tidak mengalami hal
tersebut,
• Onset biasanya terjadi dalam 1 bulan setelah terjadinya kejadian yang
"stressful", dan gejala-gejala biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan,
keeuali dalam hal reaksi depresif berkepanjangan
Gangguan Pedoman Diagnostik

Gangguan Stress • Ditegakkan bila timbul dalam kurun waktu 6 bulan


Pasca Trauma (3A) setelah kejadian traumatik berat

Gangguan Obsesif – • Gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif harus


Kompulsif (2) ada hampir setiap hari selama ≥ 2 minggu berturut-
turut
• Mengganggu aktivitas penderita.
• Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut
• Jenis-jenis OCD
- OCD Contamination and Washing
- OCD Checking
- OCD Symetry and Ordering
- OCD Hoarding
- OCD Mental Rituals
Gangguan Pedoman Diagnostik
Somatisasi (4A) • Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-
macam yang tidak dapat dijelaskan atas dasar adanya
kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun
Hipokondriasis (4A) • Keyakinan yang menetap satu penyakit fisik yang serius
yang melandasi keluhan-keluhannya
Gangguan Konversi • Tidak ada bukti adanya gangguan fisik yang dapat
(Disosiatif) (2) menjelaskan gejala-gejala tersebut
• Bukti adanya penyebab psikologis, dalam bentuk hubungan
kurun waktu yang jelas dengan problem dan kejadian-
kejadian yang "stressful" atau hubungan interpersonal yang
terganggu (meskipun hal tersebut disangkal oleh penderita)
• Jenis-jenis Disosiatif
- Amnesia Disosiatif, hilangnya daya ingat
- Fugue Disosiatif, lupa identitas asli
- Trans Disosiatif, kesurupan
- Motorik Disosiatif, tiba-tiba lumpuh
Jawaban lainnya
A. Agorafobia: Anxietas yang timbul harus terbatas pada
setidaknya dua dari situasi berikut : banyak
orang/keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah,
dan bepergian sendiri.
B. Fobia spesifik: Misalnya, naik pesawat terbang, binatang,
dll
C. Gangguan panik: Pada keadaan-keadaan di mana
sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya (tidak ada
pencetus) → “serasa akan mati”, onset min.1 bulan
D. Fobia sosial: Anxietas terbatas pada situasi sosial
tertentu contohnya : takut menjadi pembicara
didepan kelas, takut menjadi pusat perhatian
E. Gangguan cemas menyeluruh: Anxietas sebagai gejala
primer hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai
beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol
pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya "free
floating" atau"mengambang")
Soal 139
Tn.Lorad usia 35 tahun datang diantar koleganya ke poliklinik
dengan keluhan takut ketika harus berbicara di depan orang
banyak. Padahal pasien sedang mencalonkan diri sebagai
anggota legislatif. Ketika sedang kampanye, pasien selalu
menyuruh juru bicaranya untuk orasi pidato mengenai visi
misinya. Hal tersebut pasien lakukan karena pasien merasa
takut untuk berbicara di depan orang banyak dan menjadi
pusat perhatian. Kejadian ini telah berlangsung sejak 3 tahun
yang lalu. Tanda vital TD:140/90mmHg, N:98x/m, RR:20x/m,
T:36,5C.Apakah diagnosa yang tepat pada pasien ini?
A. Agorafobia
B. Fobia spesifik
C. Gangguan panik
D. Fobia sosial
E. Gangguan cemas menyeluruh
Soal 140
Nn.Lani seorang karyawan usia 22 tahun datang ke poliklinik
mengeluh sering pusing karena kualitas tidurnya yang buruk.
Pasien merasa sulit untuk mengawali aktivitas tidur, namun
setelah tidur pasien akan merasa nyenyak. Pasien baru dapat
tidur sekitar jam 4 pagi, dan jam 7 pagi pasien sudah harus
konsentrasi untuk berangkat kerja. Hal ini terjadi setiap hari,
sehingga pasien tidak konsentrasi saat di kantor. Tanda vital
TD:110/70mmHg, N:88x/m, RR:20x/m, T:37C. Apakah
diagnosa yang tepat untuk pasien diatas?
A. Middle insomnia
B. Late insomnia
C. Hipersomnia
D. Early insomnia
E. Narkolepsi
Analisis Soal 140
Nn.Lani seorang karyawan usia 22 tahun datang ke
poliklinik mengeluh sering pusing karena kualitas
tidurnya yang buruk. Pasien merasa sulit untuk
mengawali aktivitas tidur, namun setelah tidur
pasien akan merasa nyenyak. Pasien baru dapat
tidur sekitar jam 4 pagi, dan jam 7 pagi pasien
sudah harus konsentrasi untuk berangkat kerja. Hal
ini terjadi setiap hari, sehingga pasien tidak
konsentrasi saat di kantor. Tanda vital
TD:110/70mmHg, N:88x/m, RR:20x/m, T:37C.
Apakah diagnosa yang tepat untuk pasien diatas?

Diagnosa : Early Insomnia


GANGGUAN TIDUR
Gangguan Pedoman DIagnostik

Insomnia • Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur,


(4A) atau kualitas tidur yang buruk, minimal 3 kali dalam seminggu selama
minimal 1 bulan
• Jenis-jenis Insomnia :
- Early Insomnia  Sulit memulai tidur
- Middle Insomnia  terbangun tengah malam berkali-kali
- Late Insomnia  terbangun pagi sekali dan sulit tidur kembali

Hipersomnia • Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya serangan tidur /
(3A) "sleep attacks" (tidak disebabkan oleh jumlah tidur yang kurang), dan atau
transisi yang memanjang dari saat mulai bangun tidur sampai sadar
sepenuhnya (sleep drunkenness), setiap hari selama lebih dari 1 bulan

Narkolepsi • Ditandai oleh serangan mendadak tidur yang tidak dapat dihindari
pada siang hari, biasanya hanya berlangsung 10-20 menit atau selalu
kurang dari 1 jam, setelah itu pasien akan segar kembali dan terulang
kembali 2- 3 jam berikutnya.
Gangguan Pedoman Diagnostik
Somnabulisme (2) • Gejala yang utama adalah satu atau lebih episode
bangun dari tempat tidur, biasanya pada sepertiga
awal tidur malam, dan terus berjalan-jalan.
Nightmare (2) • Terbangun karena mimpi yang menakutkan yang
dapat diingat kembali dengan rinci dan jelas (vivid).
Night Teror (2) • Gejala utama adalah satu atau lebih episode bangun
dari tidur, mulai dengan berteriak karena panik,
disertai anxietas yang hebat, seluruh tubuh bergetar,
dan hiperaktivitas otonomik seperti jantung berdebar-
debar, napas cepat, pupil melebar, dan berkeringat,
• Ingatan terhadap kejadian, kalaupun ada, sangat
minimal (biasanya terbatas pada satu atau dua
bayangan-bayangan yang terpilah-pilah)
Jawaban lainnya
A. Middle insomnia: terbangun tengah malam berkali-kali
B. Late insomnia: terbangun pagi sekali dan sulit tidur
kembali
C. Hipersomnia: Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan
atau adanya serangan tidur / "sleep attacks" (tidak disebabkan
oleh jumlah tidur yang kurang), dan atau transisi yang
memanjang dari saat mulai bangun tidur sampai sadar
sepenuhnya (sleep drunkenness), setiap hari selama lebih
dari 1 bulan
D. Early insomnia: Sulit memulai tidur
E. Narkolepsi: Ditandai oleh serangan mendadak tidur yang
tidak dapat dihindari pada siang hari, biasanya hanya
berlangsung 10-20 menit atau selalu kurang dari 1 jam,
setelah itu pasien akan segar kembali dan terulang
kembali 2- 3 jam berikutnya.
Soal 140
Nn.Lani seorang karyawan usia 22 tahun datang ke poliklinik
mengeluh sering pusing karena kualitas tidurnya yang buruk.
Pasien merasa sulit untuk mengawali aktivitas tidur, namun
setelah tidur pasien akan merasa nyenyak. Pasien baru dapat
tidur sekitar jam 4 pagi, dan jam 7 pagi pasien sudah harus
konsentrasi untuk berangkat kerja. Hal ini terjadi setiap hari,
sehingga pasien tidak konsentrasi saat di kantor. Tanda vital
TD:110/70mmHg, N:88x/m, RR:20x/m, T:37C. Apakah
diagnosa yang tepat untuk pasien diatas?
A. Middle insomnia
B. Late insomnia
C. Hipersomnia
D. Early insomnia
E. Narkolepsi
Soal 141
An.Yuna usia 5 tahun dibawa oleh ibunya ke poliklinik
RS dengan keluhan sering memakan puntung rokok
bekas sejak usianya 3 tahun. Hal ini membuat sang ibu
khawatir karena anaknya sama sekali tidak mau makan
nasi dan lauk pauk ketika tidak disertai dengan puntung
rokok di piringnya. Berat badan anak cenderung tidak
naik. Diketahui BB:20kg T:37C. Apakah diagnosa yang
tepat untuk pasien diatas?
A. Somnabulisme
B. Anoreksia nervosa
C. Pica
D. Somatisasi
E. Hipokondriasis
Analisis Soal 141
An.Yuna usia 5 tahun dibawa oleh ibunya ke
poliklinik RS dengan keluhan sering memakan
puntung rokok bekas sejak usianya 3 tahun. Hal ini
membuat sang ibu khawatir karena anaknya sama
sekali tidak mau makan nasi dan lauk pauk ketika
tidak disertai dengan puntung rokok di piringnya.
Berat badan anak cenderung tidak naik. Diketahui
BB:20kg T:37C. Apakah diagnosa yang tepat untuk
pasien diatas?

Diagnosa : Pica
GANGGUAN MAKAN
Gangguan Pedoman DIagnostik
Anoreksia • Mengurangi berat badan dengan sengaja, dipicu, atau
Nervosa (2) dipertahankan oleh penderita, BMI ↓
• Ketakutan gemuk terus menerus meskipun penderita sudah
kurus
• Ada gangguan endokrin (amenore, kehilangan minat
seksual)
Bulimia Nervosa • Episode makan berlebihan, BMI Normal

(2) • Merangsang muntah, konsumsi pencahar, puasa, konsumsi


obat-obatan penurun berat badan atau nafsu makan
Pica (2) Gejala pika adalah terus menerus memakan zat yang tidak
bergizi (tanah, serpihan cat, dsb).
Gangguan Pedoman Diagnostik
Somatisasi (4A) • Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-
macam yang tidak dapat dijelaskan atas dasar adanya
kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun
Hipokondriasis (4A) • Keyakinan yang menetap satu penyakit fisik yang serius
yang melandasi keluhan-keluhannya
Gangguan Konversi • Tidak ada bukti adanya gangguan fisik yang dapat
(Disosiatif) (2) menjelaskan gejala-gejala tersebut
• Bukti adanya penyebab psikologis, dalam bentuk hubungan
kurun waktu yang jelas dengan problem dan kejadian-
kejadian yang "stressful" atau hubungan interpersonal yang
terganggu (meskipun hal tersebut disangkal oleh penderita)
• Jenis-jenis Disosiatif
- Amnesia Disosiatif, hilangnya daya ingat
- Fugue Disosiatif, lupa identitas asli
- Trans Disosiatif, kesurupan
- Motorik Disosiatif, tiba-tiba lumpuh
Jawaban lainnya
A. Somnabulisme: bangun dari tempat tidur, biasanya
pada sepertiga awal tidur malam, dan terus berjalan-
jalan.
B. Anoreksia nervosa: Mengurangi berat badan dengan
sengaja, dipicu, atau dipertahankan oleh penderita,
BMI ↓
C. Pica: Gejala pika adalah terus menerus memakan
zat yang tidak bergizi (tanah, serpihan cat, dsb).
D. Somatisasi: Adanya banyak keluhan-keluhan fisik
yang bermacam-macam yang tidak dapat dijelaskan
atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah
berlangsung sedikitnya 2 tahun
E. Hipokondriasis: Keyakinan yang menetap satu
penyakit fisik yang serius yang melandasi keluhan-
keluhannya
Soal 141
An.Yuna usia 5 tahun dibawa oleh ibunya ke poliklinik
RS dengan keluhan sering memakan puntung rokok
bekas sejak usianya 3 tahun. Hal ini membuat sang ibu
khawatir karena anaknya sama sekali tidak mau makan
nasi dan lauk pauk ketika tidak disertai dengan puntung
rokok di piringnya. Berat badan anak cenderung tidak
naik. Diketahui BB:20kg T:37C. Apakah diagnosa yang
tepat untuk pasien diatas?
A. Somnabulisme
B. Anoreksia nervosa
C. Pica
D. Somatisasi
E. Hipokondriasis
Soal 142
Posyandu di desa A sedang melakukan rekap data
ditemukan cakupan program KIA/KB Imunisasi Gizi
sebesar 550%, ibu-ibu kader sebanyak 8 orang,
dana sehat mencakup baru 40%KK karena desa A
merupakan desa baru pecahan dari daerah Y dan
baru terdapat program bina desa. Termasuk
kelompok posyandu apakah desa A?
A. Posyandu Mandiri
B. Posyandu Pratama
C. Posyandu Madya
D. Posyandu Purnama
E. Posyandu Dependent
Analisis Soal 142

Posyandu di desa A sedang melakukan rekap


data ditemukan cakupan program KIA/KB
Imunisasi Gizi sebesar 550%, ibu-ibu kader
sebanyak 8 orang, dana sehat mencakup baru
40%KK karena desa A merupakan desa baru
pecahan dari daerah Y dan baru terdapat
program bina desa. Termasuk kelompok
posyandu apakah desa A?

Jawaban : Posyandu Purnama


TIPE POSYANDU
Cakupan Program Jumlah
Program
Tipe Utama (KIA/KB, kader Dana Sehat
Tambahan
Imunisasi, Gizi) (orang)
Pratama Belum Mantap Terbatas - -
Madya < 50% ≥5 - -
Purnama ≥ 50% ≥5 Proses Ada, masih
penyelenggar sederhana
aan awal ≤
50% KK
Mandiri ≥ 50% ≥5 Sudah Ada, masih
mencakup > sederhana
50% KK
Jawaban lainnya
A. Posyandu Mandiri: cakupan program>50%,
jumlah kader> 5orang,dana sehat sudah
cukup>50%, program tambahan ada tapi masih
sederhana
B. Posyandu Pratama: cakupan program utama
belum mantap, jumlah kader terbatas
C. Posyandu Madya: cakupan program utama
<50%, jumlah kader>5 orang, dana sehat dan
program tambahan belum ada
D. Posyandu Purnama: cakupan program utama
>50%, jumlah kader > 5 orang, dana sehat
penyelenggaraan awal <50%
E. Posyandu Dependent: tidak ada
Soal 142
Posyandu di desa A sedang melakukan rekap data
ditemukan cakupan program KIA/KB Imunisasi Gizi
sebesar 550%, ibu-ibu kader sebanyak 8 orang,
dana sehat mencakup baru 40%KK karena desa A
merupakan desa baru pecahan dari daerah Y dan
baru terdapat program bina desa. Termasuk
kelompok posyandu apakah desa A?
A. Posyandu Mandiri
B. Posyandu Pratama
C. Posyandu Madya
D. Posyandu Purnama
E. Posyandu Dependent
Soal 143

Berdasarkan kriteria WHO, idealnya dokter di


puskesmas melayani berapa jumlah jiwa di tiap
satu kecamatan?
A. Ideal 1:60.000 jiwa
B. Ideal 1:90.000 jiwa
C. Ideal 1:70.000 jiwa
D. Ideal 1:30.000 jiwa
E. Ideal 1:80.000 jiwa
Analisis Soal 143

Berdasarkan kriteria WHO, idealnya dokter di


puskesmas melayani berapa jumlah jiwa di tiap
satu kecamatan?

Jawaban : Ideal 1:30.000 jiwa


PUSKESMAS
• Umumnya ada satu buah Laporan
di setiap Kecamatan • Bulanan
• Ideal 1:30.000 jiwa LB 1: Penyakit
LB 2: Obat
• Kesehatan Masyarakat: LB 3: KIA KB, Gizi, P3M, Imunisasi
- Promosi Kesehatan LB 4: Kunjungan, Kegiatan
(PHBS) • Tahunan
LT 1: Data dasar
- Kesehatan Lingkungan LT 2: Kepegawaian
- KIA KB LT 3: Alat, Pustu, Pusling
- GIZI • Wabah
W1
- P3M
Jawaban lainnya

A. Ideal 1:60.000 jiwa


B. Ideal 1:90.000 jiwa
C. Ideal 1:70.000 jiwa
D. Ideal 1:30.000 jiwa
E. Ideal 1:80.000 jiwa
Soal 143

Berdasarkan kriteria WHO, idealnya dokter di


puskesmas melayani berapa jumlah jiwa di tiap
satu kecamatan?
A. Ideal 1:60.000 jiwa
B. Ideal 1:90.000 jiwa
C. Ideal 1:70.000 jiwa
D. Ideal 1:30.000 jiwa
E. Ideal 1:80.000 jiwa
Soal 144
Tn.Barack usia 45 tahun merupakan pasien ICU RS
Mandalawangi sudah mengalami koma sejak 2 minggu yang
lalu dengan diagnosa Mati Batang Otak ec Stroke
Hemorrhage. Keluarga pasien memutuskan untuk
mengikhlaskan pasien dan segera dibawa pulang ke rumah
saja karena kemungkinan kesembuhan sudah tidak ada.
Karena pasien koma, akhirnya istri korban yang
menandatangani surat inform consent untuk pulang paksa.
Berdasarkan kasus diatas, kesukarelaan penderita termasuk?
A. Voluntary
B. Involuntary
C. Non voluntary
D. Euthanasia aktif dan pasif
E. Euthanasia dipaksakan
Analisis Soal 144
Tn.Barack usia 45 tahun merupakan pasien ICU RS
Mandalawangi sudah mengalami koma sejak 2
minggu yang lalu dengan diagnosa Mati Batang
Otak ec Stroke Hemorrhage. Keluarga pasien
memutuskan untuk mengikhlaskan pasien dan
segera dibawa pulang ke rumah saja karena
kemungkinan kesembuhan sudah tidak ada. Karena
pasien koma, akhirnya istri korban yang
menandatangani surat inform consent untuk pulang
paksa. Berdasarkan kasus diatas, kesukarelaan
penderita termasuk?

Jawaban : Non voluntary


EUTHANASIA
Berdasarkan Tindakan yang Dilakukan
Aktif • Secara aktif memberikan tindakan yang
baik secara langsung atau tidak
langsung dapat mengakibatkan kematian
• Cth. Menyuntikan zat yang dapat
mematikan tubuh
Pasif • Mempercepat kematian dengan cara
menolak memberikan atau mengambil
tindakan pertolongan dan menghentikan
pertolongan yang sedang berlangsung
• Cth. Tidak memberikan antibiotik pada
pasien penumonia berat
Berdasarkan Kesukarelaan Penderita
Voluntary • Seseorang membuat keputusan sadar
untuk mempercepat kematian dan
meminta bantuan untuk mlakukan hal ini
Involuntary • Mempercepat kematian tanpa
persetujuan/permintaan pasien yang
bertentangan dengan keinginan pasien
Nonvoluntary • Seseorang tidak mampu untuk
memberikan persetujuan (misalnya:
koma) dan orang lain yang mengambil
keputusan atas nama mereka
Jawaban lainnya
A. Voluntary: Seseorang membuat keputusan sadar
untuk mempercepat kematian dan meminta bantuan
untuk mlakukan hal ini
B. Involuntary: Mempercepat kematian tanpa
persetujuan/permintaan pasien yang bertentangan
dengan keinginan pasien
C. Non voluntary: Seseorang tidak mampu untuk
memberikan persetujuan (misalnya: koma) dan
orang lain yang mengambil keputusan atas nama
mereka
D. Euthanasia aktif dan pasif: secara aktif atau pasif
memberikan tindakan persetujuan mengenai
tindakan yang akan atau sedang berlangsung
E. Euthanasia dipaksakan: tidak ada
Soal 144
Tn.Barack usia 45 tahun merupakan pasien ICU RS
Mandalawangi sudah mengalami koma sejak 2 minggu yang
lalu dengan diagnosa Mati Batang Otak ec Stroke
Hemorrhage. Keluarga pasien memutuskan untuk
mengikhlaskan pasien dan segera dibawa pulang ke rumah
saja karena kemungkinan kesembuhan sudah tidak ada.
Karena pasien koma, akhirnya istri korban yang
menandatangani surat inform consent untuk pulang paksa.
Berdasarkan kasus diatas, kesukarelaan penderita termasuk?
A. Voluntary
B. Involuntary
C. Non voluntary
D. Euthanasia aktif dan pasif
E. Euthanasia dipaksakan
Soal 145

Menghimpun semua sumber daya (potensi)


yang dimiliki organisasi dan memanfaatkannya
secara efisien untuk mencapai tujuan,
merupakan fungsi management?
A. Planning
B. Organizing
C. Actuating
D. Controlling
E. Proses
Analisis Soal 145

Menghimpun semua sumber daya (potensi)


yang dimiliki organisasi dan memanfaatkannya
secara efisien untuk mencapai tujuan,
merupakan fungsi management?

Jawaban : Organizing
KOMPONEN FUNGSI MANAJEMEN
• Planning : proses merumuskan tujuan sampai menetapkan alternatif
kegiatan untuk mencapainya
• Organizing : Menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki
organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan
• Actuating : Proses bimbingan kepada staff agar mampu bekerja secara
optimal menjalakan tugas-tugas pokoknya sesuai keterampilan yang
telah dimiliki dan dukungan sumber daya yang tersedia.
• Controlling : Mengamati secara kontinyu pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika
terjadi penyimpangan
Jawaban lainnya
A. Planning: proses merumuskan tujuan sampai
menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya
B. Organizing: Menghimpun semua sumber daya
(potensi) yang dimiliki organisasi dan
memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai
tujuan
C. Actuating: Proses bimbingan kepada staff agar mampu
bekerja secara optimal menjalakan tugas-tugas pokoknya
sesuai keterampilan yang telah dimiliki dan dukungan
sumber daya yang tersedia
D. Controlling: Mengamati secara kontinyu pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah
disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi
penyimpangan
E. Proses : segala sesuatu yang sedang berlangsung,
segala keseluruhan fungsi management akan berproses
Soal 145

Menghimpun semua sumber daya (potensi)


yang dimiliki organisasi dan memanfaatkannya
secara efisien untuk mencapai tujuan,
merupakan fungsi management?
A. Planning
B. Organizing
C. Actuating
D. Controlling
E. Proses
Soal 146
Negara China sedang melakukan penelitian untuk
menguji vaksin dalam mengatasi pandemi Covid-19 ini.
Diperlukan sample dari populasi yang besar dari
masyarakat seluruh dunia untuk menjadi sample
pengujian vaksin ini agar betul-betul aman ketika nanti
digunakan oleh masyarakat dunia. Berdasarkan cara
sampling, termasuk apakah cara pemilihan sampling
pada kasus tersebut diatas?
A. Simple random sampling
B. Cluster sampling
C. Stratified sampling
D. Multistage sampling
E. Snowball sampling
Analisis Soal 146
Negara China sedang melakukan penelitian untuk
menguji vaksin dalam mengatasi pandemi Covid-19
ini. Diperlukan sample dari populasi yang besar dari
masyarakat seluruh dunia untuk menjadi sample
pengujian vaksin ini agar betul-betul aman ketika
nanti digunakan oleh masyarakat dunia.
Berdasarkan cara sampling, termasuk apakah cara
pemilihan sampling pada kasus tersebut diatas?

Jawaban : Multistage Sampling


POPULASI DAN SAMPEL
 Populasi
- Populasi target : populasi yang merupakan sasaran akhir
penerapan hasil peneltian (domain). Cth. Pasangan usia
subur
- Populasi terjangkau/sumber : bagian populasi target yang
dapat dijangkau peneliti, dibatasi tempat dan waktu. Cth.
Pasangan usia subur yang tinggal di kelurahan Meral barat

• Sampel
Bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga
dianggap dapat mewakili populasinya. Cth. Sejumlah 25
pasangan usia subur yang tinggal di kelurahan Meral barat
Macam-macam cara sampling
Probability Sampling

Simple random sampling • Semua diberi normor  diambil secara acak


Systmatic sampling • Semua diberi nomor  ambil dengan pola
tertentu. Cth. diberi nomor  diambil kelipatan 5
Stratified sampling • Karakteristik bertingkat (pendidikan rendah-
menengah-tinggi)
Cluster sampling • Terdapat kelompok setara (dari 100 SMP diambil
hanya 20 SMP)
Area/ Multistage sampling • Populasi besar, nationwide survey bertahap
agar seluruhnya (provinsi kabupaten
kecamatan  kelurahan)
Non - Probability Sampling

Consecutive sampling • Diambil yang memenuhi kriteria berdasar dalam


kurun waktu tertentu (All accessible subject). Cth.
Mengambil sampel di Poli Paru
Convience/Accidental/ • Sampel dipilih berdasar kemudahan/suka-suka hati
Captive sampling peneliti
Porposive/Judgemental • Berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah
sampling pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel
penelitiannya (dianggap dapat memberi informasi)
Snowball sampling • Bermula dari sedikit sampel menjadi banyak
(dengan network)
Jawaban lainnya
A. Simple random sampling: Semua diberi normor
 diambil secara acak
B. Cluster sampling: Terdapat kelompok setara
(dari 100 SMP diambil hanya 20 SMP)
C. Stratified sampling: Karakteristik bertingkat
(pendidikan rendah- menengah-tinggi)
D. Multistage sampling: Populasi besar,
nationwide survey bertahap agar
seluruhnya (provinsi kabupaten
kecamatan  kelurahan)
E. Snowball sampling: Bermula dari sedikit sampel
menjadi banyak (dengan network)
Soal 146
Negara China sedang melakukan penelitian untuk
menguji vaksin dalam mengatasi pandemi Covid-19 ini.
Diperlukan sample dari populasi yang besar dari
masyarakat seluruh dunia untuk menjadi sample
pengujian vaksin ini agar betul-betul aman ketika nanti
digunakan oleh masyarakat dunia. Berdasarkan cara
sampling, termasuk apakah cara pemilihan sampling
pada kasus tersebut diatas?
A. Simple random sampling
B. Cluster sampling
C. Stratified sampling
D. Multistage sampling
E. Snowball sampling
Soal 147

Didapatkan data penelitian sebagai berikut :


PPOK
Ya Tidak
Riwayat merokok Ya 55 15
Tidak 110 10

Nilai prevalensi odds rationya adalah:


A.(55x110)/(15x20)
B.(55x15)/(110x20)
C.(55x20)/(15x110)
D.(15x110)/(55x10)
E.(15x55)/(20x110)
Analisis Soal 147

Didapatkan data sebagai berikut:

PPOK
Ya Tidak
Riwayat merokok Ya 55 15
Tidak 110 10

Odds Ratio
OR = 55 x 10
110 x 15
Menilai ukuran
hubungan
Outcome
Positif Negatif

Exposure Positif A B
Negatif C D

• Cross Sectional (Prevalence ratio): (a / a+b) / (c /


c + d)
• Case Control (Odd ratio): ad / bc
• Cohort Study (Risk Ratio): (a / a + b) / (c / c + d)
Jawaban Lainnya
A.(55x110)/(15x20)  tidak tepat
B.(55x15)/(110x20)  tidak tepat
D.(15x110)/(55x20)  tidak tepat
E.(15x55)/(20x110)  tidak tepat
Soal 147

Didapatkan data penelitian sebagai berikut :


PPOK
Ya Tidak
Riwayat merokok Ya 55 15
Tidak 110 10

Nilai prevalensi odds rationya adalah:


A.(55x110)/(15x20)
B.(55x15)/(110x20)
C.(55x20)/(15x110)
D.(15x110)/(55x10)
E.(15x55)/(20x110)
Soal 148
Pada 1000 Kelahiran, terdapat 70
kematian neonatus: 20 kematian neonates akibat
diare, 7 kematian neonatus akibat tetanus, 20
kematian neonatus akibat persalinan tidak higienis,
20 kematian neonatus akibat prematuritas, 3
kematian neonatus akibat penyakit lainnya. Angka
kasus tetanus yang tercatat adalah 10 dalam satu
tahun. Case fatality rate tetanus adalah?
A.7/20
B.7/10
C.7/50
D.50/1000
E.20/1000
Analisis Soal 148
Pada 1000 Kelahiran, terdapat 70
kematian neonatus: 20 kematian neonates
akibat diare, 7 kematian neonatus akibat
tetanus, 20 kematian neonatus akibat persalinan
tidak higienis, 20 kematian neonatus akibat
prematuritas, 3 kematian neonatus akibat
penyakit lainnya. Angka kasus tetaus yang
tercatat adalah 10 dalam satu tahun. Case
fatality rate tetanus adalah?

= 7 x 100%
10
Angka kematian
• Case fatality rate • Neonatal mortality rate

• Crude death rate • Maternal mortality rate

• Infant mortality rate


Jawaban Lainnya
A.7/20  tidak tepat
C.7/50  tidak tepat
D.50/1000  tidak tepat
E.20/1000  tidak tepat
Soal 148
Pada 1000 Kelahiran, terdapat 70
kematian neonatus: 20 kematian neonates akibat
diare, 7 kematian neonatus akibat tetanus, 20
kematian neonatus akibat persalinan tidak higienis,
20 kematian neonatus akibat prematuritas, 3
kematian neonatus akibat penyakit lainnya. Angka
kasus tetatus yang tercatat adalah 10 dalam satu
tahun. Case fatality rate tetanus adalah?
A.7/20
B.7/10
C.7/50
D.50/1000
E.20/1000
Soal 149
Tn.Casman usia 40 tahun dibawa oleh warga ke IGD RS
dengan keluhan pingsan setelah tersambar petir ditengah
sawah sejak 2 jam yang lalu. Petani lain yang melihat korban
panik karena setelah tersambar petir, pasien langsung jatuh
terkulai ditengah sawah, pingsan dengan baju tersobek-sobek
dengan terdapat bagian baju yang gosong. Tanda vital TD:
100/60mmHg, N:110x/m, RR: 24x/m, T: 38C. Pada punggung
pasien ditemukan gambaran seperti dibawah ini. Apakah
nama dari tanda khas gambar dibawah ini yang menandakan
ciri khas dari trauma petir?
A. Fern or branch-like
B. Blasteffect
C. Metalization
D. Hold-on’ effect
E. Ventrikular fibrilasi
Analisis Soal 149
Tn.Casman usia 40 tahun dibawa oleh warga ke IGD RS
dengan keluhan pingsan setelah tersambar petir ditengah
sawah sejak 2 jam yang lalu. Petani lain yang melihat korban
panik karena setelah tersambar petir, pasien langsung jatuh
terkulai ditengah sawah, pingsan dengan baju tersobek-sobek
dengan terdapat bagian baju yang gosong. Tanda vital TD:
100/60mmHg, N:110x/m, RR: 24x/m, T: 38C. Pada punggung
pasien ditemukan gambaran seperti dibawah ini. Apakah
nama dari tanda khas gambar dibawah ini yang menandakan
ciri khas dari trauma petir?

Diagnosa : Trauma petir


Symptom : Fern or branch-like
Trauma Petir (2)

• Petir: 100.000 A
• ‘Blasteffect’ → robekan baju korban
• ‘Metalization’→ penempelan partikel
konduktor pada kulit tubuh korban yang dapat
diidentifikasi dengan pewarnaan khusus
• ‘Fern or branch-like’ atau ‘arborescent mark’
pola seperti percabangan pohon (lichtenberg)
Arborescent Mark
Trauma Listrik (2)

• 10 mA: Nyeri dan kedutan otot di tangan


• 20 mA: ‘Hold-on’ effect, otot menjadi kejang
yang tidak dapat dilepaskan karena otot flexor
lebih kuat dari otot ekstensor
• 50 mA: Ventrikular Fibrilasi
Jawaban lainnya
A. Fern or branch-like: pola seperti
percabangan pohon (lichtenberg)
B. Blasteffect: robekan baju korban
C. Metalization: penempelan partikel konduktor
pada kulit tubuh korban yang dapat diidentifikasi
dengan pewarnaan khusus
D. Hold-on’ effect: otot menjadi kejang yang tidak
dapat dilepaskan karena otot flexor lebih kuat
dari otot ekstensor pada trauma listrik
E. Ventrikular fibrilasi: pada trauma listrik
Soal 149
Tn.Casman usia 40 tahun dibawa oleh warga ke IGD RS
dengan keluhan pingsan setelah tersambar petir ditengah
sawah sejak 2 jam yang lalu. Petani lain yang melihat korban
panik karena setelah tersambar petir, pasien langsung jatuh
terkulai ditengah sawah, pingsan dengan baju tersobek-sobek
dengan terdapat bagian baju yang gosong. Tanda vital TD:
100/60mmHg, N:110x/m, RR: 24x/m, T: 38C. Pada punggung
pasien ditemukan gambaran seperti dibawah ini. Apakah
nama dari tanda khas gambar dibawah ini yang menandakan
ciri khas dari trauma petir?
A. Fern or branch-like
B. Blasteffect
C. Metalization
D. Hold-on’ effect
E. Ventrikular fibrilasi
Soal 150
By.Ny.R usia 8 bulan dibawa ke ruang forensik untuk
dilakukan otopsi guna mengetahui penyebab kematian bayi
tersebut. Bayi ditemukan meninggal ketika sang ibu baru
pulang dari berjualan dipasar sore hari. Ibu menitipkan
anaknya kepada suaminya ketika akan berjualan. Begitu
pulang, sang ibu kaget karena anaknya tidak bernapas.
Kemudian suaminya tidak ditemukan dirumah lagi. Dari
pemeriksaan fisik ditemukan terdapat Fraktur os hyoid dan
luka lecet berbentuk bulan sabit pada leher korban. Apakah
mekanisme yang mendasari penyebab asfiksia korban?
A. Smoothering
B. Gagging dan chocking
C. Manual strangulation
D. Strangulation
E. Hanging
Analisis Soal 150
By.Ny.R usia 8 bulan dibawa ke ruang forensik untuk
dilakukan otopsi guna mengetahui penyebab kematian
bayi tersebut. Bayi ditemukan meninggal ketika sang ibu
baru pulang dari berjualan dipasar sore hari. Ibu
menitipkan anaknya kepada suaminya ketika akan
berjualan. Begitu pulang, sang ibu kaget karena anaknya
tidak bernapas. Kemudian suaminya tidak ditemukan
dirumah lagi. Dari pemeriksaan fisik ditemukan terdapat
Fraktur os hyoid dan luka lecet berbentuk bulan sabit
pada leher korban. Apakah mekanisme yang mendasari
penyebab asfiksia korban?

Jawaban : Manual strangulation


Istilah Kematian

• Penyebab kematian:
• Perlukaan atau penyakit yang menimbulkan
kekacauan fisik sehingga menghasilkan kematian
• (luka tusuk, luka tembak, aterosklerosis, kanker)
• Cara kematian:
• Alami
• Non alami: kecelakaan, pembunuhan, bunuh diri
• Mekanisme kematian
• Asfiksia, iskemia, perdarahan
Penyebab Asfiksia

Pembekapan (Smoothering)
• Khas : luka lecet tekan atau geser pada
hidung, bibir, dagu, permukaan gusi dan gigi
Penyumbatan (Gagging dan Chocking)
• Khas : Terdapat benda asing di mulut,
orofaring atau laringofaring
Pencekikan (Manual Strangulation)
• Khas : Fraktur os hyoid,luka lecet berbentuk
bulan sabit
Penyebab Asfiksia

Penjeratan (Strangulation)
• Khas : Jejas mendatar, transparent scocth tape
Gantung (Hanging)
• Khas : Jejas tidak mendatar, berbentuk V
Berdasarkan posisi korban
• Complete hanging: kedua kaki tidak
menyentuh lantai
• Partial hanging: kedua kaki masih menyentuh
lantai
Jawaban lainnya
A. Smoothering: Khas : luka lecet tekan atau geser
pada hidung, bibir, dagu, permukaan gusi dan
gigi
B. Gagging dan chocking: Khas : Terdapat benda
asing di mulut, orofaring atau laringofaring
C. Manual strangulation: Khas : Fraktur os
hyoid,luka lecet berbentuk bulan sabit
D. Strangulation: Khas : Jejas mendatar,
transparent scocth tape
E. Hanging: Khas : Jejas tidak mendatar,
berbentuk V
Soal 150
By.Ny.R usia 8 bulan dibawa ke ruang forensik untuk
dilakukan otopsi guna mengetahui penyebab kematian bayi
tersebut. Bayi ditemukan meninggal ketika sang ibu baru
pulang dari berjualan dipasar sore hari. Ibu menitipkan
anaknya kepada suaminya ketika akan berjualan. Begitu
pulang, sang ibu kaget karena anaknya tidak bernapas.
Kemudian suaminya tidak ditemukan dirumah lagi. Dari
pemeriksaan fisik ditemukan terdapat Fraktur os hyoid dan
luka lecet berbentuk bulan sabit pada leher korban. Apakah
mekanisme yang mendasari penyebab asfiksia korban?
A. Smoothering
B. Gagging dan chocking
C. Manual strangulation
D. Strangulation
E. Hanging

Anda mungkin juga menyukai