Pengendalian Perwujudan RTR Kota Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 136

Kementerian Agraria dan Tata Ruang

/Badan Pertanahan Nasional


Direktorat Jenderal Pengendalian dan
Penertiban Ruang dan Tanah

BUKU EKSLUSIF

( D a e r a h I s t i m e w a Yo g y a k a r t a )

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 1
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
TAHUN ANGGARAN 2021
K a t a Pengantar

Wilayah dan /atau kawasan-kawasan strategis di Pulau Jawa Bagian Timur


merupakan wilayah dan kawasan yang memiliki tingkat pertumbuhan stabil dan
cenderung maju /pesat yang apabila perencanaan dan pembangunannya tidak
terpantau dan terevaluasi dengan baik maka akan menimbulkan tumpang tindih dalam
pemanfaatan ruang dan dapat menjadi penyebab awal ketimpangan wilayah satu
dengan lainnya.

Pengendalian Pemanfaatan Ruang dilaksanakan untuk mendorong terwujudnya


pemanfaatan ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang. Pengendalian Pemanfaatan
ruang dilaksanakan untuk mendorong setiap orang agar (a) menaati RTR yang telah
ditetapkan, (b) memanfaatkan ruang sesuai dengan RTR dan (c) mematuhi ketentuan
yang ditetapkan dalam persyaratan Kesesuaian Kegiatan Pemantaatan ruang.

Pada tahun 2021, Kementerian Agraria dan Tata Ruang /Badan Pertanahan Nasional
Republik Indoneisa c.q Satuan Kerja Ditektorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan
Ruang dan Penguasaan Tanah melaksanakan pekerjaan “Pengendalian Perwujudan
Rencana Tata Ruang di Pulau Jawa Bagian Timur”. Dimana keluaran akhir dari pekerjaan
ini adalah kesesuaian perwujudan rencana tata ruang dan perangkat pengendalian
pemanfaatan ruang berupa rancangan peraturan kepala daerah yang dapat digunakan
dan dimanfaatkan sebagai alat pencapaian /perwujudan rencana tata ruang.

Semoga, diawali dengan pekerjaan “Pengendalian Perwujudan Rencana Tata Ruang di


Pulau Jawa Bagian Timur” tahun ini dapat menjadi pedoman di dalam perwujudan
rencana tata ruang di Provinsi Bali, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Tengah dan
Daerah Istimewa Yogyakarta di tahun mendatang.

November 2021
Tim Penyusun

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 2
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................... 2


Tim Penyusun ..................................................................................................... 2
Daftar Isi ............................................................................................................ 3
Daftar Tabel........................................................................................................ 4
Daftar Gambar.................................................................................................... 5
Keterwujudan RTR Kota Yogyakarta .................................................................. 6
Implikasi kewilayahan kegiatan pemanfaatan ruang di Kota Yogyakarta ............. 24
Kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang ....................................................... 31

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 3
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Daftar Tabel

Tabel 1 Keterwujudan Rencana Struktur Ruang Kota Yogyakarta ............................... 7


Tabel 2 Keterwujudan Rencana Pola Ruang Kota Yogyakarta .................................. 20
Tabel 3 Rekapitulasi Keterwujudan RTR, Implikasi Kewilayahan dan Arahan
Zona Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kota Yogyakarta ....................... 29

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 4
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Daftar GAMBAR

Gambar 1 Peta Perwujudan Rencana Sistem Transportasi Kota


Yogyakarta ................................................................................................... 15
Gambar 2 Peta Perwujudan Rencana Sistem Telekomunikasi Kota
Yogyakarta ................................................................................................... 16
Gambar 3 Peta Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Air Bersih Kota
Yogyakarta ................................................................................................... 17
Gambar 4 Peta Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Energi Kota
Yogyakarta ................................................................................................... 18
Gambar 5 Peta Perwujudan Rencana Jaringan Prasarana Lainnya Kota
Yogyakarta ................................................................................................... 19
Gambar 6 Peta Perwujudan Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung Kota
Yogyakarta ................................................................................................... 22
Gambar 7 Peta Perwujudan Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Kota
Yogyakarta ................................................................................................... 23
Gambar 8 Peta Konsentrasi Pemanfaatan Ruang di Kota Yogyakarta .................... 25
Gambar 9 Peta Pelampuan Daya Dukung di Kota Yogyakarta ................................ 26
Gambar 10 Peta Dominasi Pemanfaatan Ruang di Kota Yogyakarta ........................ 27
Gambar 11 Peta Dampak Kegiatan Pemanfaatan Ruang di Kota Yogyakarta ......... 28
Gambar 12 Peta Arahan Zona Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kota
Yogyakarta ................................................................................................... 30

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 5
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
BAB

Keterwujudan RTR Kota Yogyakarta didapatkan dari penilaian perwujudan (a)


rencana struktur ruang terhadap indikasi program pemanfaatan ruang dan aktual
pelaksanaan program pemanfaatan ruang dan (b) rencana pola ruang terhadap aktual
kegiatan pemanfaatan ruang, yang keduanya dituangkan ke dalam tekstual (tabulasi)
maupun spasial (peta).

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 6
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Tabel 1 Keterwujudan Rencana Struktur Ruang Kota Yogyakarta
PERSANDINGAN PENILAIAN
Indikasi Program Utama Kondisi Aktual
Komponen / Sub Komponen Kesesuaian
Program Sektoral dan Kewilayahan Perwuju Kategori
No /Kegiatan / Sub Kegiatan
Program Lokasi Waktu Status Progra dan (%) Penilaian
Penyusun Struktur Ruang Program Lokasi Waktu Lokasi Waktu
Pembangunan m
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
A Sistem Jaringan Transportasi
1 Sistem Jaringan Transportasi
Darat
a Jaringan Jalan Arteri Primer
a. Jalan arteri primer di • Pemantapan Jalan Ring Road 2011- • Pemantapan Jalan Ring Road 2011- Pemantapan sesuai sesuai sesuai 100 terwujud
Daerah, menghubungkan jaringan jalan Arteri Lintas Selatan 2015 jaringan jalan Arteri Lintas Selatan 2015 Jaringan jalan
secara berdaya guna antar Primer internal Kota Primer internal Kota dilakukan
pusat kegiatan nasional atau • Jaringan lintas Jalan • Jaringan lintas Jalan setiap tahun
antara pusat kegiatan nasional Ring Road Lintas Ring Road Lintas (sesuai kondisi
dengan pusat kegiatan Selatan Selatan dan
wilayah. kebutuhan)
b. Jaringan jalan arteri primer
wilayah kota meliputi
sebagian dari ruas Jalan
Lingkar Selatan (ring road) di
Giwangan.
b Jaringan Jalan arteri
sekunder
Jaringan jalan arteri sekunder Pemantapan jaringan • Jalan Sugeng 2011- Pemantapan jaringan • Jalan Sugeng 2011- Pemantapan sesuai sesuai sesuai 100 terwujud
adalah jalan yang melewati jalan arteri sekunder Jeroni, Jalan 2015 jalan arteri sekunder Jeroni, Jalan 2015 Jaringan jalan
wilayah Kota Yogyakarta internal kota : Mayjend Sutoyo, internal kota : Mayjend Sutoyo, dilakukan
yaitu Jalan Magelang, Jalan • Jaringan lintas selatan Jalan Kol Sugiono, • Jaringan lintas selatan Jalan Kol Sugiono, setiap tahun
Kyai Mojo, Jalan HOS • Jaringan lintas tengah Jalan Menteri • Jaringan lintas tengah Jalan Menteri (sesuai kondisi
Cokroaminoto, Jalan RE • Pengembangan Supeno, Jalan • Pengembangan Supeno, Jalan dan
Martadinata, Jalan Kapten jaringan jalan Arteri Perintis jaringan jalan Arteri Perintis kebutuhan)
Pierre Tendean, Jalan Sekunder yang Kemerdekaan jalan Sekunder yang Kemerdekaan jalan
Bugisan, Jalan Sugeng Jeroni, menghubungkan Kota ngeksigondo menghubungkan Kota ngeksigondo
Jalan Letjend. MT Haryono, Yogyakarta dengan • Sepanjang Koridor Yogyakarta dengan • Sepanjang
Jalan Mayjend. Sutoyo, Jalan wilayah lain di luar jalan RE wilayah lain di luar Koridor jalan RE
Kolonel Sugiono, Jalan Kota Martadinata Kota Martadinata
Menteri Supeno, Jalan • Jaringan lintas • Jalan • Jaringan lintas • Jalan
Perintis Kemerdekaan, Jalan Yogyakarta ke arah Patangpuluhan Yogyakarta ke arah Patangpuluhan
Ngeksigondo dan Jalan Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul
Gedong Kuning

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 7
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
PERSANDINGAN PENILAIAN
Indikasi Program Utama Kondisi Aktual
Komponen / Sub Komponen Kesesuaian
Program Sektoral dan Kewilayahan Perwuju Kategori
No /Kegiatan / Sub Kegiatan
Program Lokasi Waktu Status Progra dan (%) Penilaian
Penyusun Struktur Ruang Program Lokasi Waktu Lokasi Waktu
Pembangunan m
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
c Jalan Kolektor Sekunder
Jalan kolektor sekunder, Tidak tertuang dalam Tidak tertuang Tidak Tidak tertuang dalam Tidak tertuang Tidak Tidak tertuang tidak tidak tidak - tidak sesuai
menghubungkan kawasan indikasi program dalam indikasi tertuang indikasi program dalam indikasi tertuang dalam indikasi sesuai sesuai sesuai
sekunder kedua dengan utama program utama dalam utama program utama dalam program
kawasan sekunder kedua atau indikasi indikasi utama
kawasan sekunder kedua program program
dengan kawasan sekunder utama utama
ketiga.
Jaringan jalan kolektor
sekunder yang
menghubungkan antar
kawasan di Kota, meliputi
ruas Jalan AM. Sangaji, Jalan
Wolter Monginsidi, Jalan DR.
Sarjito, Jalan Terban, Jalan
Kaliurang, Jalan C.
Simanjuntak, Jalan Cik
Ditiro, Jalan Prof. Dr.
Herman Yohanes, Jalan
Pangeran Diponegoro, Jalan
Jenderal Sudirman, Jalan Urip
Sumoharjo, Jalan Laksda Adi
Sutjipto, Jalan Tentara Rakyat
Mataram, Jalan Letjend.
Suprapto, Jalan Mangkubumi,
Jalan Malioboro, Jalan
Jenderal Ahmad Yani, Jalan
Suroto, Jalan Yos Sudarso,
Jalan Hayam Wuruk, Jalan
Gajah Mada, Jalan Dr.
Wahidin Sudirohusodo, Jalan
Dr. Sutomo, Jalan
Suryopranoto, Jalan Ki
Mangunsarkoro, Jalan
Koesbini, Jalan Langensari,
Jalan Munggur, Jalan IPDA
Tut Harsono, Jalan
Wirobrajan, Jalan KH.
Akhmad Dahlan, Jalan

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 8
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
PERSANDINGAN PENILAIAN
Indikasi Program Utama Kondisi Aktual
Komponen / Sub Komponen Kesesuaian
Program Sektoral dan Kewilayahan Perwuju Kategori
No /Kegiatan / Sub Kegiatan
Program Lokasi Waktu Status Progra dan (%) Penilaian
Penyusun Struktur Ruang Program Lokasi Waktu Lokasi Waktu
Pembangunan m
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Pangeran Senopati, Jalan
Sultan Agung, Jalan
Kusumanegara, Jalan KH.
Wachid Hasyim, Jalan
Brigjend. Katamso, Jalan
Veteran, Jalan Bantul, Jalan
Parangtritis, Jalan
Sisingamangaraja, Jalan
Pramuka, Jalan Imogiri, Jalan
Menukan, Jalan Tri Tunggal,
Jalan Sorogenen, Jalan Tegal
Turi, Jalan Taman Siswa,
Jalan Lowano, Jalan Letjend
DI Pandjaitan, Jalan Tentara
Pelajar, Jalan Gambiran,
Jalan Abu Bakar Ali, Jalan
Mataram, Jalan Bhayangkara,
Jalan Gejayan, Jalan Trimo,
Jalan Wardani, Jalan
Kleringan.
d Jalan lokal
Jaringan jalan lokal di Kota Tidak tertuang dalam Tidak tertuang Tidak Tidak tertuang dalam Tidak tertuang Tidak Tidak tertuang tidak tidak tidak - tidak sesuai
meliputi Jalan Dagen, Jalan indikasi program dalam indikasi tertuang indikasi program dalam indikasi tertuang dalam indikasi sesuai sesuai sesuai
Babaran, Jalan Sosrowijayan, utama program utama dalam utama program utama dalam program
Jalan Aipda KS Tubun, Jalan indikasi indikasi utama
Pembela Tanah Air, Jalan program program
Patangpuluhan, Jalan utama utama
Sosrokusuman, Jalan Tilarso,
Jalan Limaran, Jalan
Namburan Kidul, Jalan
Nagan, Jalan Sidomukti dan
lainnya.
e Jaringan Jalan Lingkungan
Jaringan jalan lingkungan di - - - - - - - - - - - -
Daerah menghubungkan
antarpersil dalam kawasan
perkotaan.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 9
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
PERSANDINGAN PENILAIAN
Indikasi Program Utama Kondisi Aktual
Komponen / Sub Komponen Kesesuaian
Program Sektoral dan Kewilayahan Perwuju Kategori
No /Kegiatan / Sub Kegiatan
Program Lokasi Waktu Status Progra dan (%) Penilaian
Penyusun Struktur Ruang Program Lokasi Waktu Lokasi Waktu
Pembangunan m
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
f Jembatan Pembangunan Jalan Hos 2011- Pembangunan Jalan Hos 2011- Hingga saat ini - - - - -
jembatan fly over pada Cokroaminoto dan 2020 jembatan fly over pada Cokroaminoto dan 2020 belum ada
persimpangan dengan Jalan Aipda Tut persimpangan dengan Jalan Aipda Tut informasi
jalur KA Harsono jalur KA Harsono rencana
pembangunan
g Sistem Jaringan Kereta Api
Pengembangan sistem - - - - - - - - - - - -
jaringan kereta adalah dengan
meningkatkan peran kereta
api sebagai angkutan regional
atau wilayah melalui
pengembangan poros utama,
timur - barat dan utara –
selatan.
B Sistem Jaringan Energi
1 (1) Pengembangan jaringan Rehabilitasi Jaringan Seluruh Kota 2010- - - - Program tidak tidak tidak tidak - tidak sesuai
energi listrik untuk memenuhi Transmisi Tenaga Yogyakarta 2015 tercantum sesuai sesuai sesuai
kebutuhan energi listrik, Listrik dalam RPJMD
mendukung efisiensi dan Pengembangan Seluruh Kota 2011-
efektifitas pemanfaatan ruang. Jaringan Transmisi Yogyakarta 2020
(2) Langkah-langkah strategis Tenaga Listrik
untuk memenuhi pasokan dan
pelayanan energi listrik, yaitu:
a. meningkatkan daya
terpasang dari sumber
pembangkit tenaga listrik.
b. menambah jaringan dan
gardu listrik untuk melayani
kawasan terbangun baru.
c. penambahan gardu listrik
yang berfungsi menurunkan
tegangan dari sistem jaringan
primer ke sistem jaringan
sekunder.
d. memaksimalkan potensi
sumber daya alam di Wilayah
Provinsi D.I. Yogyakarta
khususnya Kota Yogyakarta.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 10
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
PERSANDINGAN PENILAIAN
Indikasi Program Utama Kondisi Aktual
Komponen / Sub Komponen Kesesuaian
Program Sektoral dan Kewilayahan Perwuju Kategori
No /Kegiatan / Sub Kegiatan
Program Lokasi Waktu Status Progra dan (%) Penilaian
Penyusun Struktur Ruang Program Lokasi Waktu Lokasi Waktu
Pembangunan m
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
e. Pengembangan jaringan
listrik untuk memenuhi
kebutuhan dalam menunjang
kesejahteraan hidup
masyarakat tersebar diseluruh
Kecamatan.
C Sistem Jaringan
Telekomunikasi
1 Jaringan telekomunikasi Rehabilitasi Jaringan Seluruh Kota 2010- - - - Program tidak tidak tidak tidak - tidak sesuai
dibedakan menjadi jaringan Terestrial Yogyakarta 2015 tercantum sesuai sesuai sesuai
telekomunikasi yang dikelola • Pengembangan Seluruh Kota 2011- dalam RPJMD
oleh BUMN/BUMD dan Jaringan Terestrial Yogyakarta 2015
swasta lainnya yang • Jaringan Pelayanan
dibedakan menjadi jaringan Feeder
kabel dan jaringan nir kabel.
Pengembangan jaringan
telekomunikasi sebagai
kebutuhan informasi tersebar
di seluruh Kecamatan
D Sistem Prasarana
Pengelolaan Lingkungan
1 Sistem Drainase
Sistem drainase berupa Tidak tertuang dalam Tidak tertuang dalam Tidak Tidak tertuang dalam Tidak tertuang Tidak Tidak tertuang tidak tidak tidak - tidak sesuai
jaringan pembuangan air indikasi program indikasi program tertuang indikasi program dalam indikasi tertuang dalam indikasi sesuai sesuai sesuai
hujan, dan peresapan air utama utama dalam utama program utama dalam program utama
hujan yang dibedakan indikasi indikasi
menjadi saluran primer, program program
saluran sekunder, saluran utama utama
tersier, sumur peresapan dan
kolam retensi /embung
/pengendali banjir.
Peningkatan pelayanan
jaringan pembuangan air
hujan pada jalan dan kawasan
yang rawan genangan serta
penyambungan dalam rangka
penyempurnaan sistem

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 11
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
PERSANDINGAN PENILAIAN
Indikasi Program Utama Kondisi Aktual
Komponen / Sub Komponen Kesesuaian
Program Sektoral dan Kewilayahan Perwuju Kategori
No /Kegiatan / Sub Kegiatan
Program Lokasi Waktu Status Progra dan (%) Penilaian
Penyusun Struktur Ruang Program Lokasi Waktu Lokasi Waktu
Pembangunan m
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
jaringan pembuangan air
hujan

2 Sistem Persampahan
Pengembangan sistem Penambahan Lahan Kabupaten Bantul 2011- Penambahan Lahan Kabupaten Bantul 2011- Tidak secara tidak tidak tidak - tidak sesuai
persampahan terdiri atas : TPA Piyungan 2029 TPA Piyungan 2029 spesifik sesuai sesuai sesuai
a. pengelolaan cara setempat mengarah pada
adalah pengelolaan ditingkat rencana
rumah tangga yang meliputi penambahan
pengurangan, pemilahan dan TPA Piyungan
pengumpulan sampah
ditingkat komunal; Pengadaan sarana Truk Seluruh Kota 2011- Pengadaan sarana Truk Seluruh Kota 2011- Nama program tidak tidak tidak - tidak sesuai
b. pengelolaan cara komunal sampah Yogyakarta 2029 sampah Yogyakarta 2029 tidak sama sesuai sesuai sesuai
adalah pengangkutan dengan dengan
armada angkutan sampah RPJMD
menuju ke pengolahan namun
sampah akhir. masuk dalam
Pengelolaan sampah upaya
dilaksanakan dengan prinsip penyediaan
mengurangi, memanfaatkan sarana-
dan mendaur ulang sampah. prasrana
(1) Pengelolaan sampah pada pengelolaan
Tempat Penampungan sampah
Sampah Sementara (TPSS)
ditetapkan tersebar sesuai
dengan tingkat pelayanannya.
(2) Tempat Pengolahan Akhir
(TPA) sampah akan
disesuaikan dengan penetapan
TPA pada RTRW Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.
3 Sistem Penyediaan Air Bersih

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 12
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
PERSANDINGAN PENILAIAN
Indikasi Program Utama Kondisi Aktual
Komponen / Sub Komponen Kesesuaian
Program Sektoral dan Kewilayahan Perwuju Kategori
No /Kegiatan / Sub Kegiatan
Program Lokasi Waktu Status Progra dan (%) Penilaian
Penyusun Struktur Ruang Program Lokasi Waktu Lokasi Waktu
Pembangunan m
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Penyediaan air bersih Konservasi SDA, Seluruh Kota 2015- Konservasi SDA, Seluruh Kota 2010- Rencana sesuai sesuai tidak 100 terwujud
meliputi: Pendayagunaan SDA, Yogyakarta 2029 Pendayagunaan SDA, Yogyakarta 2015 program untuk sesuai
a. sistem air bersih perpipaan dan Pengendalian dan Pengendalian periode 2016-
yang dikelola Perusahaan Daya Rusak Air Daya Rusak Air 2020 namun
Daerah Air Minum (PDAM), sudah mulai
dan jaringan yang dikelola 1. Pengembangan Seluruh Kota 2016- 1. Pengembangan Seluruh Kota 2010- diprogramkan sesuai sesuai tidak 100 terwujud
oleh swasta dan atau Instalasi Air Minum Yogyakarta 2029 Instalasi Air Minum Yogyakarta 2015 pada periode sesuai
masyarakat; 2. Pengembangan 2. Pengembangan 2010-2015
b. sistem air bersih non jaringan Distribusi jaringan Distribusi
perpipaan milik perorangan
dan berupa sumur di Mandi
Cuci Kakus (MCK) umum
dengan menggunakan alat
penjernih secara permanen.
Pelayanan sistem penyediaan
air bersih diarahkan pada
pelayanan individual dan
komunal
(1) Penyediaan air bersih
perpipaan dalam rangka
peningkatan pelayanannya
tersebar diseluruh Kecamatan
secara merata untuk
memenuhi kebutuhan
masyarakat kota.
(2) Penyediaan air bersih non
perpipaan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat
berpenghasilan rendah.
4 Sistem Pengelolaan Air
Limbah
(1) Sistem pengelolaan air Pembangunan dan Seluruh Kota 2010- Pembangunan dan Seluruh Kota 2010- Program tidak tidak tidak tidak - tidak sesuai
limbah terdiri dari Sistem Pemeliharaan saluran Yogyakarta 2029 Pemeliharaan saluran Yogyakarta 2029 tercantum sesuai sesuai sesuai
pengelolaan air limbah air limbah air limbah dalam RPJMD
domestik setempat dan Optimalisasi Jaringan Seluruh Kota 2016- Optimalisasi Jaringan Seluruh Kota 2016- tidak tidak tidak - tidak sesuai
terpusat. Air Limbah Domestik Yogyakarta 2029 Air Limbah Domestik Yogyakarta 2029 sesuai sesuai sesuai
(2) sistem pengolahan air
limbah domestik setempat
meliputi pembuangan air

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 13
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
PERSANDINGAN PENILAIAN
Indikasi Program Utama Kondisi Aktual
Komponen / Sub Komponen Kesesuaian
Program Sektoral dan Kewilayahan Perwuju Kategori
No /Kegiatan / Sub Kegiatan
Program Lokasi Waktu Status Progra dan (%) Penilaian
Penyusun Struktur Ruang Program Lokasi Waktu Lokasi Waktu
Pembangunan m
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
limbah domestik kedalam
septik tank individual, septik
tank komunal atau Instalasi
Pengolah Air Limbah (IPAL)
Komunal;
(3) sistem pengolahan air
limbah domestik terpusat
adalah pembuangan air
limbah domestik ke dalam
jaringan air limbah terpusat
yang disediakan oleh
Pemerintah;
(Jaringan air limbah tersebar
diseluruh Kecamatan secara
merata memenuhi kebutuhan
masyarakat)
5 Sistem jaringan penerangan
jalan
(1) Sistem jaringan - - - - - - Program tidak tidak tidak tidak - tidak sesuai
penerangan jalan meliputi tercantum sesuai sesuai sesuai
penerangan jalan umum, dalam RPJMD
penerangan jalan kampung
dan penerangan jalan
lingkungan yang dikelola oleh
pemerintah daerah.
(2) Jaringan penerangan jalan
ini diarahkan mendukung
estetika dan Citra Kota.
Belum
NILAI PERWUJUDAN RENCANA STRUKTUR RUANG 23,53
Terwujud
Sumber: hasil penilaian berdasarkan Rapermen ATR /KBPN Tahun 2021

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 14
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Gambar 1 Peta Perwujudan Rencana Sistem Transportasi Kota Yogyakarta

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 15
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Gambar 2 Peta Perwujudan Rencana Sistem Telekomunikasi Kota Yogyakarta

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 16
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Gambar 3 Peta Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Air Bersih Kota Yogyakarta

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 17
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Gambar 4 Peta Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Energi Kota Yogyakarta

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 18
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Gambar 5 Peta Perwujudan Rencana Jaringan Prasarana Lainnya Kota Yogyakarta

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 19
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Tabel 2 Keterwujudan Rencana Pola Ruang Kota Yogyakarta
Rencana Pola Ruang Kondisi Aktual
Data & Perwu
KKPR Dokumen Kategori
Luasan Informasi Total Luasan judan
No Kawasan Peruntukan/Zona /IPR Kehutana Hak Atas Tanah Penilaian
(Ha) Geospasial (Ha) (%)
(ha) n (Ha)
(Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A Kawasan Lindung
1 kawasan perlindungan setempat Belum
243,53 66,49 66,49 27,30
Terwujud
a sepadan sungai
b ruang terbuka hijau
2 kawasan cagar budaya dan ilmu Dokumen kepemilikan tidak Belum
pengetahuan lengkap, HGB, HM, Hak Terwujud
30,19 Pakai, Hak Pengelolaan, 30,19 59,11
51,07
Hak Wakaf, Kosong,
Penguasaan Fisik
3 kawasan rawan bencana Dokumen kepemilikan tidak
lengkap, HGB, HM, Hak
Pakai, Hak Pengelolaan,
Hak Wakaf, Kosong,
Penguasaan Fisik
B Kawasan Budidaya
1 Kawasan peruntukan industri mikro, Terwujud
267,87 255,1 255,1 95,23
kecil dan menengah
2 Kawasan peruntukan pariwisata 184,39 183,81 183,81 99,69 Terwujud
3 Kawasan peruntukan permukiman Terwujud
Dokumen kepemilikan tidak
lengkap, HGB, HM, Hak
1.405,45 1.329,39 Pakai, Hak Pengelolaan, 1.329,39 94,59
Hak Wakaf, Kosong,
Penguasaan Fisik

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 20
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Rencana Pola Ruang Kondisi Aktual
Data & Perwu
KKPR Dokumen Kategori
Luasan Informasi Total Luasan judan
No Kawasan Peruntukan/Zona /IPR Kehutana Hak Atas Tanah Penilaian
(Ha) Geospasial (Ha) (%)
(ha) n (Ha)
(Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
4 Kawasan peruntukan perdagangan
dan jasa
Dokumen kepemilikan tidak Terwujud
lengkap, HGB, HM, Hak
791,07 769,97 Pakai, Hak Pengelolaan, 769,97 97,33
Hak Wakaf, Kosong,
Penguasaan Fisik
5 Kawasan peruntukan fasilitas
pelayanan umum lainnya.
a Rencana pengembangan fasilitas Terwujud
90,37 83,08 83,08 91,93
pendidikan
b Rencana pengembangan fasilitas Dokumen kepemilikan tidak Terwujud
19,32 19,14 19,14 99,07
kesehatan lengkap, HGB, HM, Hak
c Rencana pengelolaan peribadatan Pakai, Hak Pengelolaan,
d Rencana pengembangan fasilitas Hak Wakaf, Kosong, Terwujud
44,3 38,63 Penguasaan Fisik 38,63 87,20
rekreasi/olah raga,
e Rencana pengembangan fasilitas Terwujud
147,65 141,9 141,9 96,11
perkantoran
f Rencana pengembangan taman Terwujud
14,11 14,11 93,63
pekuburan/pemakaman 15,07
Sudah
NILAI PERWUJUDAN RENCANA POLA RUANG 85,56
Terwujud
Sumber: hasil penilaian berdasarkan Rapermen ATR /KBPN Tahun 2021

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 21
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Gambar 6 Peta Perwujudan Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung Kota
Yogyakarta

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 22
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Gambar 7 Peta Perwujudan Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Kota
Yogyakarta

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 23
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
BAB

Implikasi kewilayahan kegiatan pemanfaatan ruang di Kota Yogyakarta


didapatkan dari penilaian yang terdiri dari (a) penilaian terhadap konsentrasi kegiatan
pemanfaatan ruang, (b) penilaian terhadap pelampauan daya dukung, (c) penilaian
terhadap dominasi kegiatan tertentu, (d) terdapat dan tidaknya dampak negatif /positif
yang ditimbulkan. Keempat implikasi tersebut dituangkan ke dalam tekstual (tabulasi)
maupun spasial (peta).

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 24
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Gambar 8 Peta Konsentrasi Pemanfaatan Ruang di Kota Yogyakarta

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 25
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Gambar 9 Peta Pelampuan Daya Dukung di Kota Yogyakarta

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 26
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Gambar 10 Peta Dominasi Pemanfaatan Ruang di Kota Yogyakarta

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 27
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Gambar 11 Peta Dampak Kegiatan Pemanfaatan Ruang di Kota Yogyakarta

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 28
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Tabel 3 Rekapitulasi Keterwujudan RTR, Implikasi Kewilayahan dan Arahan Zona Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kota Yogyakarta

Perwujudan
Konsentrasi Keg. Dominasi Keg. Arahan Zona
Rencana Rencana Pelampauan Daya Dukung Lahan Dampak Negatif
Pemanfaatan Ruang Pemanfaatan Ruang Pengendalian
Struktur Ruang Pola Ruang
Belum Terwujud Terjadi Konsentrasi Terjadi Pelampauan Terjadi Dominasi Terdapat dampak negatif
Terwujud Pemanfaatan Ruang
23,53 85,56 Konsentrasi Tinggi Pada Kawasan Prioritas II (kawasan Kawasan Ruang Terbuka Gangguan sosial dan Dikendalikan
Kota olahraga, kawasan pemerintahan, Hijau/Sempadan Sungai budaya, gangguan
kawasan pedidikan, kawasan lingkungan
Yogyakarta
– D.I perdagangan dan jasa, kawasan
Yogyakarta permukiman)
Konsentrasi Pada kawasan prioritas II (kawasan Kawasan Ruang Terbuka Gangguan Budaya Dikendalikan
Sedang kesehatan, kawasan pemerintahan, Hijau/Sempadan Sungai
kawasan pendidikan, kawasan
perdagangan dan jasa, kawasan
permukiman)
Konsentrasi Pada kawasan prioritas II (kawasan Kawasan Ruang Terbuka Gangguan Kerawanan Dikendalikan
Rendah permukiman, kawasan pemerintahan) Hijau/Sempadan Sungai sosial

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 29
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Gambar 12 Peta Arahan Zona Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kota Yogyakarta

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 30
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
BAB

Terhadap zona pengendalian pemanfaatan ruang disusun kebijakan


pengendalian pemanfaatan ruang berupa perkada yaitu Peraturan Walikota Yogyakarta
tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang, yang di dalamnya terdapat perangkat-
perangkat pengendalian seperti (a) ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang, (b)
ketentuan pemberian insentif dan disinsentif, (c) ketentuan pengenaan sanksi
administratif.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 31
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA

NOMOR ...... TAHUN 2021

TENTANG
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
KAWASAN PERTUMBUHAN EKONOMI JOGJA BARAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA YOGYAKARTA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka terciptanya tertib tata ruang perlu dilakukan
pengendalian pemanfaatan ruang daerah dan memastikan kebijakan
pemanfaatan ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
yang menjadi tanggung jawab Walikota sesuai dengan
kewenangannya;
b. bahwa dalam rangka mendorong dan mengendalikan pengembangan
di kawasan yang berpotensi sebagai pusat pertumbuhan baru wilayah
di Kota Yogyakarta, perlu dilakukan pengendalian pemanfaatan
ruang kawasan; dan
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, dan huruf b, maka perlu menetapkan Peraturan Kota
Yogyakarta tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan
Pertumbuhan Ekonomi Jogja Barat.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4247);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 32
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4444);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 182, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6398);
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725) jo Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
Tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 245);
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 182, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6398);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 33
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Repulik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2017 tentang
Perubahan atas Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6042);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman
Modal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4861);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk
dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 31);
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 28/PRT/M/2015 Tentang
Penetapan Garis Sempadan Sungai Dan Garis Sempadan
Danau (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
772);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 34
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
157);
13. Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor Tahun 2021 Tentang Pelaksanaan
Pengendalian Pemanfaatan Ruang Dan Pengawasan Penataan
Ruang (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor);
14. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2019 – 2039;
15. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2015
Tentang Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi
Kota Yogyakarta Tahun 2015 – 2035
16. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2021
tentang RTRW Kota Yogyakarta Tahun 2021-2041.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA TENTANG
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN
PERTUMBUHAN EKONOMI JOGJA BARAT

BAB I
KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu
Pengertian

Pasal 1
Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan:
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan
wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
2. Tata Ruang adalah wujud Struktur Ruang dan Pola Ruang.
3. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan
sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 35
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
pendukung kegiatan sosial ekonomi Masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional.
4. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan Ruang dalam suatu
wilayah yang meliputi peruntukan Ruang untuk fungsi lindung
dan peruntukan Ruang untuk fungsi budi daya.
5. Rencana Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RTR adalah hasil
Perencanaan Tata Ruang.
6. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR
adalah rencana secara terperinci tentang Tata Ruang wilayah kota
yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kota.
7. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses Perencanaan Tata
Ruang, Pemanfaatan Ruang, dan Pengendalian Pemanfaatan
Ruang.
8. Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah kegiatan yang meliputi
Pengaturan, Pembinaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan Penataan
Ruang.
9. Pengaturan Penataan Ruang adalah upaya pembentukan landasan
hukum bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan
Masyarakat dalam Penataan Ruang.
10.Pembinaan Penataan Ruang adalah upaya untuk meningkatkan
kinerja Penataan Ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat.
11.Pelaksanaan Penataan Ruang adalah upaya pencapaian tujuan
Penataan Ruang melalui pelaksanaan Perencanaan Tata Ruang,
Pemanfaatan Ruang, dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
12.Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan
Struktur Ruang dan Pola Ruang yang meliputi penyusunan dan
penetapan RTR.
13.Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan Struktur
Ruang dan Pola Ruang sesuai dengan RTR melalui penyusunan
dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
14.Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk
mewujudkan tertib Tata Ruang.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 36
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
15.Pengawasan Penataan Ruang adalah upaya agar Penyelenggaraan
Penataan Ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
16.Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang selanjutnya
disingkat KKPR adalah kesesuaian antara rencana kegiatan
Pemanfaatan Ruang dengan RTR.
17.Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang
selanjutnya disebut Konfirmasi KKPR adalah dokumen yang
menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan Pemanfaatan
Ruang dengan RDTR.
18.Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang
selanjutnya disebut Persetujuan KKPR adalah dokumen yang
menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan Pemanfaatan
Ruang dengan RTR selain RDTR.
19.Rekomendasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang
selanjutnya disebut Rekomendasi KKPR adalah dokumen yang
menyatakan kesesuaian rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang
yang didasarkan pada kebijakan nasional yang bersifat strategis
dan belum diatur dalam RTR dengan mempertimbangkan asas
dan tujuan Penyelenggaraan Penataan Ruang.
20.Perizinan Berusaha adalah legalitas yang diberikan kepada Pelaku
Usaha untuk memulai dan menjalankan usaha dan /atau
kegiatannya.
21.Zona Kendali adalah zona dengan konsentrasi kegiatan
Pemanfaatan Ruang dan /atau dominasi kegiatan Pemanfaatan
Ruang tertentu yang tinggi dan berpotensi melampaui daya
dukung dan daya tampung.
22.Zona Yang Didorong adalah zona dengan konsentrasi kegiatan
Pemanfaatan Ruang dan /atau dominasi kegiatan Pemanfaatan
Ruang tertentu yang sangat rendah yang perlu ditingkatkan
perwujudannya
23.Insentif Nonfiskal yang selanjutnya disebut Insentif adalah
perangkat Pengendalian Pemanfaatan Ruang untuk memotivasi,
mendorong, memberikan daya tarik, dan /atau memberikan
BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 37
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
percepatan terhadap kegiatan Pemanfaatan Ruang yang sejalan
dengan RTR, yang tidak berkenaan dengan urusan pajak atau
pendapatan negara.
24.Disinsentif Nonfiskal yang selanjutnya disebut Disinsentif adalah
perangkat Pengendalian Pemanfaatan Ruang untuk mencegah
dan /atau memberikan batasan terhadap kegiatan Pemanfaatan
Ruang yang sejalan dengan RTR namun berpotensi melampaui
daya dukung dan daya tampung lingkungan, yang tidak berkenaan
dengan urusan pajak atau pendapatan negara.
25.Insentif Nonfiskal yang selanjutnya disebut Insentif adalah
perangkat Pengendalian Pemanfaatan Ruang untuk memotivasi,
mendorong, memberikan daya tarik, dan/atau memberikan
percepatan terhadap kegiatan Pemanfaatan Ruang yang sejalan
dengan RTR, yang tidak berkenaan dengan urusan pajak atau
pendapatan negara.
26.Disinsentif Nonfiskal yang selanjutnya disebut Disinsentif adalah
perangkat Pengendalian Pemanfaatan Ruang untuk mencegah
dan/atau memberikan batasan terhadap kegiatan Pemanfaatan
Ruang yang sejalan dengan RTR namun berpotensi melampaui
daya dukung dan daya tampung lingkungan, yang tidak berkenaan
dengan urusan pajak atau pendapatan negara.
27.Sanksi Administratif adalah perangkat sarana hukum administrasi
yang bersifat pembebanan kewajiban /perintah dan /atau paksaan
pemerintah yang dikenakan kepada Orang atas dasar
ketidaktaatan atau ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan di bidang Penataan Ruang untuk memberikan efek jera
kepada pelanggar Pemanfaatan Ruang.
28.Wilayah adalah Ruang yang merupakan kesatuan geografis
beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan /atau aspek fungsional.
29.Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung
atau budi daya.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 38
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
30.Kawasan Lindung adalah Wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan.
31.Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan
fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
buatan.
32.Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan yang
berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur
cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di
darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya
karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses
penetapan.
33.Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari
benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi
kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan
beratap.
34.Bangunan Gedung Cagar Budaya yang selanjutnya disingkat
BGCB adalah bangunan gedung yang sudah ditetapkan statusnya
sebagai Bangunan Cagar Budaya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang Cagar Budaya.
35.Pelestarian BGCB adalah kegiatan pelindungan, pengembangan,
dan pemanfaatan BGCB dengan mempertahankan keberadaan
dan nilai pentingnya serta menjaga keandalan Bangunan Gedung.
36.Peta Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah peta yang memuat
ketentuan pemanfaatan ruang berdasarkan Peta Pola Ruang dan
berdasarkan Peta Pengendalian.
37.Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB
adalah koefisien perbandingan antara luas lantai dasar bangunan
gedung dengan luas persil/kavling.
38.Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB
adalah koefisien perbandingan antara luas seluruh lantai
bangunan gedung dan luas persil/kavling
BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 39
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
39.Koefisien Dasar Hijau yang selanjutnya disebut sebagai KDH
adalah angka prosentase perbandingan antara luas seluruh ruang
terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi
pertamanan/penghijauan dengan luas persil/kavling.
40.Tinggi bangunan yang selanjutnya disingkat TB adalah tinggi
bangunan maksimal antar lantai.
41.Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB
adalah jarak minimum antara garis pagar terhadap dinding
bangunan terdepan.
42.Tampak bangunan adalah wujud bangunan secara dua dimensi
yang terlihat dari luar bangunan.
43.Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
yang dibantu oleh Wakil Presiden dan Menteri sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
44.Orang adalah orang perseorangan dan /atau korporasi.
45.Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.
46.Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang
termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan /atau
pemangku kepentingan nonpemerintah lain dalam
penyelenggaraan penataan ruang.
47.Daerah adalah Kota Yogyakarta.
48.Walikota adalah Walikota Yogyakarta.
49.Kemantren yang selanjutnya disebut Kecamatan adalah
Kemantren di wilayah Kota Yogyakarta.
50.Forum Penataan Ruang adalah wadah ditingkat pusat dan daerah
yang bertugas untuk membantu Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah dengan memberikan pertimbangan dalam
Penyelenggaraan Penataan Ruang.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 40
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Bagian Kedua
Maksud dan Tujuan

Pasal 2
(1) Pengendalian Pemanfaatan Ruang dilaksanakan untuk
mendorong terwujudnya Tata Ruang sesuai dengan RTR.
(2) Pengendalian Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan untuk mendorong setiap Orang agar:
a. menaati RTR yang telah ditetapkan;
b. memanfaatkan Ruang sesuai dengan RTR; dan
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan
KKPR.
(3) Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan pertumbuhan ekonomi
Jogja Barat dilaksanakan melalui perangkat pengendalian
meliputi:
a. Delineasi wilayah pengendalian;
b. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang;
c. Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif;
d. Ketentuan pengenaan sanksi; dan
e. Pengawasan pembangunan, pembinaan, koordinasi dan kerja
sama, serta peran masyarakat.

BAB II
DELINEASI WILAYAH PENGENDALIAN

Pasal 3
(1) Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan pertumbuhan ekonomi
Jogja Barat dilakukan pada sebagian wilayah perencanaan di
dalam RDTR dan Peraturan Zonasi Kota Yogyakarta Tahun
2015-2035.
(2) Wilayah pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memiliki luas 258,82 (dua ratus lima pulih delapan koma delapan
puluh dua) hektar;

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 41
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
(3) Wilayah pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada
kawasan pertumbuhan ekonomi Jogja Barat berada di Sebagian
Kecamatan Tegalrejo Dan Sebagian Kecamatan Wirobrajan,
terdiri dari:
a. Sebagian Kecamatan Tegalrejo dengan luas 81,89 (delapan
puluh satu koma delapan puluh sembilan) hektar berada di:
1. Sebagian Kelurahan Tegalrejo dengan luas 81,89 (delapan
puluh satu koma delapan puluh sembilan) hektar;
b. Sebagian Kecamatan Wirobrajan dengan luas 176,93 (seratus
tujuh puluh enam koma sembilan puluh tiga) hektar berada di:
1. Sebagian Kelurahan Pekuncen dengan luas 64,81 (enam
puluh empat koma delapan puluh satu) hektar;
2. Sebagian Kelurahan Patangpuluhan Tonggoh dengan luas
44,33 (empat puluh empat koma tiga puluh tiga) hektar; dan
3. Sebagian Kelurahan Wirobajan luas 67,79 (enam puluh
tujuh koma tujuh puluh sembillan) hektar.
(4) Wilayah Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
digambarkan pada Peta Delineasi Wilayah Pengendalian
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

BAB III
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 4
(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang dalam Peraturan
Walikota ini digunakan apabila arahan pemanfaatan ruang dalam
rencana tata ruang dan /atau rencana rinci tata ruang Kota belum
dapat dijadikan acuan dalam pengendalian pemanfaatan ruang
pada Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Jogja Barat.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 42
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
(2) Arah pengendalian pemanfaatan ruang pada Kawasan
Pertumbuhan Ekonomi Jogja Barat dilakukan untuk :
a. Mendorong pembangunan Kawasan Pertumbuhan Ekonomi
Jogja Barat sesuai ketentuan RTR;
b. Mendorong pembangunan kawasan perdagangan dan jasa
sebagai sentra ekonomi Jogja Barat sesuai ketentuan RTR; dan
c. Mempertahankan dan melestarikan sempadan sungai sesuai
dengan ketentuan RTR.
(3) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a. Pengendalian implikasi kewilayahan;
b. Ketentuan zona didorong (ZD) dan zona kendali (ZK);
c. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang pada zona yang
didorong dan zona kendali; dan
d. Ketentuan teknis dan standar
(4) Ketentuan zona didorong dan zona kendali berlaku apabila
terdapat ketidak sesuaian antara penggunaan dan /atau
pemanfaatan lahan terhadap rencana tata ruang yang berlaku.

Bagian Kedua
Pengendalian Implikasi Kewilayahan

Pasal 5
(1) Implikasi kewilayahan merupakan eksternalitas negatif dari
aktivitas kewilayahan sebagai akibat dari pelaksanaan KKPR dan
perwujudan RTR yang tidak sesuai.
(2) Pengendalian terhadap implikasi kewilayahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk menjamin tercapainya
tujuan Penataan Ruang sebagaimana tertuang dalam RTR dan
untuk mewujudkan keseimbangan pengembangan wilayah.

(3) Pengendalian implikasi kewilayahan sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) diidentifikasi menggunakan hasil penilaian pelaksanaan
KKPR dan hasil penilaian perwujudan RTR.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 43
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Pasal 6
(1) Pengendalian implikasi kewilayahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dilakukan dengan membatasi:
a. konsentrasi Pemanfaatan Ruang di wilayah tertentu; dan
b. dominasi Pemanfaatan Ruang tertentu.

(2) Pengendalian implikasi kewilayahan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilakukan pada:
a. Zona Yang Didorong; atau
b. Zona Kendali.

(3) Pengendalian implikasi kewilayahan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilakukan oleh Menteri, gubernur, dan walikota sesuai
dengan kewenangannya.

Bagian Ketiga
Ketentuan Zona Yang Didorong (ZD) dan Zona Kendali (ZK)
Paragraf 1

Pasal 7
(1) Ketentuan zona yang didorong sebagaimana dimaksud dalam
pasal 4 ayat (3) huruf b kesatuan Kawasan ekonomi cepat tumbuh
yang didorong perkembangan dan pengembangannya.
(2) Ketentuan zona kendali sebagaimana dimaksud dalam pasal 4
ayat (3) huruf b ditetapkan berdasarkan kriteria:
a. Zona Kendali 1 (ZK1), semua kawasan lindung yang terdapat
di zona kendali 1 yang berupa sempadan sungai dan ruang
terbuka hijau;
b. Zona Kendali 2 (ZK2), bangunan cagar budaya yaitu Museum
Diponegoro; dan
c. Zona Kendali 3 (ZK3), area diluar Zona didorong, zona kendali
1, dan zona kendali 2 dengan fungsi sebagai zona
pengembangan meliputi seluruh sub zona yang ada di dalam
kawasan budidaya;

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 44
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
(1) Ruang lingkup zona kendali kawasan pertumbuhan ekonomi
Jogja Barat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan
dalam Peta Ketentuan Zona Kendali kawasan pertumbuhan
ekonomi Jogja Barat dengan tingkat ketelitian 1 : 5.000 (satu
banding tujuh puluh tujuh ribu) sebagaimana terlampir dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Walikota ini.

Paragraf 2

Pasal 8
Paragraf Kedua
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang pada zona didorong
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf c dengan
ketentuan pengaturan sebagai berikut:
a. Zona Didorong (ZD)
i. Tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang yang tidak memiliki
keterkaitan dengan kegiatan sentra ekonomi kawasan;
ii. Diperbolehkan bersyarat dan terbatas pemanfaatan ruang yang
memiliki keterkaitan dengan kegiatan sentra ekonomi kawasan;
iii. merupakan kawasan yang ditetapkan oleh daerah, berdasarkan
hasil kajian dalam rencana tata ruang Kota Yogyakarta.
iv. potensi dan dukungan kesesuaian lahan, dan ketersedian
pencadangan lahan bagi pengembangan investasi;
v. potensi pembangunan /penyediaan /keberadaan infrastruktur
atau prasarana dasar yang memadai meliputi jalan, jembatan, air
bersih, listrik, bahan bakar, dan telekomunikasi; serta sarana
penunjang lainnya;
vi. keterkaitan pengelolaan pembangunan antar pusat
pertumbuhan, dengan daerah sekitarnya dalam keterpaduan
sistem wilayah pengembangan ekonomi;
vii. dukungan tenaga kerja setempat yang terampil dan terdidik
dalam menunjang kawasan pertumbuhan ekonomi;

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 45
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
viii. Ketersediaan aksesibilitas yang mudah menuju Kawasan
Pertumbuhan Ekonomi Jogja Barat;
ix. Diperbolehkan pelampauan KLB Maksimum untuk kegiatan
yang memiliki keterkaitan dengan sentra ekonomi kawasan; dan
x. Diperbolehkan Pelampauan Ketinggian Bangunan (TB)
Maksimum untuk kegiatan yang memiliki keterkaitan dengan
sentra ekonomi kawasan.

Pasal 9
(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang pada zona kendali
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf c ditetapkan
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Zona kendali 1
1) Ketentuan ruang terbuka hijau
i. Tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang yang tidak
mendukung kegiatan fungsi Ruang Terbuka Hijau;
ii. Diperbolehkan bersyarat dan terbatas pemanfaatan
ruang yang mendukung kegiatan fungsi lindung Ruang
Terbuka Hijau dan dengan pemanfaatan maksimal 20%
- 25% dari luas Ruang Terbuka Hijau;
iii. tidak diperbolehkan membuang sampah, limbah, padat
dan/atau cair;
iv. RTH ditentukan minimal 10% pada sentra ekonomi
kawasan;
v. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan selain
bangunan pendukung RTH, sempadan pantai dan
sempadan sungai;
vi. kegiatan yang memperkuat fungsi perlindungan
kawasan RTH tetap boleh dilaksanakan dengan tidak
mengubah fungsi kegiatannya dan harus mengikutu
ketentuan intensitas pemanfaatan ruang dan tata masa
bangunan;

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 46
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
vii. kegiatan yang diperbolehkan pada RTH meliputi
bangunan sarana dan prasarana umum;
2) Ketentuan sempadan sungai
i. Tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang yang tidak
mendukung kegiatan fungsi lindung sempadan sungai;
ii. Diperbolehkan bersyarat dan terbatas pemanfaatan
ruang yang mendukung kegiatan fungsi lindung
sempadan sungai dan dengan pemanfaatan maksimal
20% dari luas sempadan sungai;
iii. Sempadan sungai paling sedikit ditentukan 15 (lima
belas) meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai;
iv. kegiatan yang memperkuat fungsi perlindungan
kawasan sempadan sungai tetap boleh dilaksanakan
dengan tidak mengubah fungsi kegiatannya dan harus
mengikutu ketentuan intensitas pemanfaatan ruang dan
tata masa bangunan; dan
v. kegiatan yang diperbolehkan pada sempadan sungai
meliputi bangunan prasaranan sumber daya air, fasilitas
jembatan dan dermaga, jalur pipa gas dan air minum,
rentangan kabel listrik dan telekomunikasi, bangunan
ketenagalistrikan dan bangunan sejenisnya untuk
pelayanan umum.

2. Zona kendali 2
i. Tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang yang tidak
memiliki keterkaitan dengan kegiatan cagar budaya;
ii. Diperbolehkan bersyarat dan terbatas pemanfaatan
ruang yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan cagar
budaya;
iii. Bangunan cagar budaya tidak boleh diubah/berubah
bentuk arsitektur;
iv. Jika dikarenakan kondisi fisik bangunan yang memang
memerlukan rehabilitasi/renovasi maka hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah: bahan bangunan harus sama
BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 47
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
dengan aslinya, bentukan ornamen serta detail tidak
boleh berubah; dan
v. Kegiatan-kegiatan sekitar objek cagar budaya diarahkan
untuk memperkuat citra objek cagar budaya dan tidak
berdampak negatif terhadap fungsi pelestariannya.

3. Zona kendali 3
i. Tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang yang tidak
memiliki keterkaitan dengan kegiatan pada kawasan
pengembangan yang menunjang sentra ekonomi kawasan;
ii. Diperbolehkan bersyarat dan terbatas pemanfaatan ruang
yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan pada kawasan
pengembangan yang menunjang sentra ekonomi kawasan;
iii. Kawasan budidaya yang memiliki hubungan dan/atau
keterkaitan langsung dengan zona yang didorong pada
kawasan pertumbuhan ekonomi Jogja Barat;
iv. peruntukan ruang diarahkan untuk pemantapan fungsi pada
kawasan budidaya sesuai dengan rencana tata ruang; dan
v. Pemanfaatan ruang diperuntukan untuk pengembangan
meliputi seluruh sub zona di kawasan budidaya.
(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang pada zona yang
didorong dan zona kendali sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan dalam peta ketentuan pengendalian pemanfaatan
ruang pada zona yang didorong dan zona kendali dengan tingkat
ketelitian 1 : 5.000 (satu banding lima ribu) sebagaimana terlampir
dalam Lampiran III, serta tabel matriks ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang pada zona didorong dan zona kendali
sebagaimana terlampir dalam Lampiran IV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 48
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Bagian Keempat
Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pada Zona Didorong
Dan Zona Kendali
Paragraf 1
Umum

Pasal 10
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang zona dorong dan zona
kendali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 mencakup:
a. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang dan tata bangunan;
b. ketentuan khusus;
c. ketentuan prasarana minimal; dan
d. ketentuan pelaksanaan.

Paragraf 2
ketentuan intensitas pemanfaatan ruang dan tata bangunan

Pasal 11
(1) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang dan tata bangunan pada
kawasan Pertumbuhan Ekonomi Jogja Barat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf a meliputi:
a. KDB maksimal;
b. KLB maksimal;
c. KDH minimal;
d. GSB minimal;
e. TB maksimal; dan
f. Tampak Bangunan.
(2) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang pada kawasan
pertumbuhan ekonomi Jogja Barat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disajikan dalam tabel matrik ketentuan intensitas
pemanfaatan ruang pada pada zona didorong dan kendali yang
tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 49
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Paragraf 3
Ketentuan Khusus

Pasal 12
(1) Ketentuan khusus zona kendali sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 huruf b merupakan pengecualian pemanfaatan ruang bagi
zona yang didorong di kawasan pertumbuhan ekonomi Jogja
Barat.
(2) Ketentuan khusus pemanfaatan ruang bagi zona yang didorong di
kawasan pertumbuhan ekonomi Jogja Barat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ditujukan pada kegiatan perdagangan
dan jasa dengan status milik dan sewa, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. perdagangan dan jasa pada lingkup zona yang didorong; dan
b. intensitas pemanfaatan ruang dengan KDB paling tinggi 90%
(sembilan puluh persen), KLB paling tinggi 15 (lima) lantai, dan
ketinggian bangunan paling tinggi 60 (enam puluh) meter.

Paragraf 4
Ketentuan Prasarana Minimal

Pasal 13
(1) Ketentuan prasarana dan sarana minimum sebagaimana
dimaksud pada Pasal 10 huruf c, merupakan ketentuan
tersedianya prasarana dan sarana yang harus tersedia dalam
Kawasan pertumbuhan ekonomi Jogja Barat.
(3) Pemanfaatan ruang bagi zona yang didorong di kawasan
pertumbuhan ekonomi Jogja Barat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. perdagangan dan jasa;
b. perumahan kepadatan sedang; dan
c. perumahan kepadatan tinggi.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 50
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Paragraf 5
Ketentuan Pelaksanaan

Pasal 14
Ketentuan pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 huruf d,
terdiri atas:
a. ketentuan penggunaan lahan yang sudah ada namun tidak sesuai
dengan RDTR dan PZ; dan
b. ketentuan pemberian insentif dan disinsentif

Bagian 6
Ketentuan Teknis dan Standar

Pasal 15
(1) Ketentuan standar teknis sebagaimana dimaksud pada Pasal 4
ayat (3) huruf d merupakan aturan-aturan teknis pembangunan
sarana dan prasarana permukiman perkotaan yang ditetapkan
berdasarkan peraturan dan atau standar dan atau ketentuan teknis
yang berlaku serta berisi panduan yang terukur dan ukuran yang
sesuai dengan kebutuhan.
(2) Ketentuan standar teknis merupakan aturan-aturan teknis
pembangunan sarana dan prasarana permukiman perkotaan yang
ditetapkan berdasarkan peraturan dan atau standar dan atau
ketentuan teknis yang berlaku serta berisi panduan yang terukur
dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan.

BAB IV

KETENTUAN PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF


Bagian Kesatu
Umum

Pasal 16
(1) Pemberian insentif dan disinsentif didasarkan pada zona kendali
yang ditetapkan dalam Peraturan Walikota ini.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 51
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
(2) Pemberian insentif dan disinsentif pada Kawasan Pertumbuhan
Ekonomi Jogja Barat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk:
a. Meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang
dalam rangka mewujudkan tata ruang sesuai dengan RTR;
b. memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan
dengan RTR; dan
c. meningkatkan kemitraan segenap pemangku kepentingan
dalam rangka pemanfaatan ruang yang sejalan dengan RTR.
(3) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diarahkan pada zona kendali.
(4) Pemberian disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diarahkan pada zona kendali.
(5) Pemberian insentif dan disinsentif dilakukan pada lokasi yang
dikendalikan digambarkan pada peta Insentif dan Disinsentif
yang tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan tabel
matrik ketentuan insentif dan disinsentif yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

Bagian Kedua
Ketentuan Pemberian Insentif
Paragraf 2
Bentuk dan Jenis Insentif

Pasal 17
(1) Insentif yang diatur dalam Peraturan Walikota ini merupakan
insentif non fiskal.
(2) Insentif non fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. pemberian kompensasi;
b. subsidi;
c. imbalan;
d. sewa ruang;
e. urun saham;
BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 52
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
f. fasilitasi persetujuan KKPR;
g. penyediaan prasarana dan sarana;
h. penghargaan; dan
i. publikasi atau promosi.

Paragraf 3
Pemberian Kompensasi

Pasal 18
(1) Pemberian kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (2) huruf a merupakan perangkat balas jasa kepada
masyarakat dan /atau Pemerintah Daerah atas penyediaan
prasarana, fasilitas publik tertentu, dan /atau ruang terbuka publik
yang melebihi ketentuan minimal yang dipersyaratkan.
(2) Pemberian kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk:
a. mendorong peran masyarakat dalam penyediaan prasarana,
fasilitas publik tertentu, dan/atau ruang terbuka publik yang
melebihi ketentuan minimal yang dipersyaratkan; dan
b. meningkatkan kemitraan antar Pemerintah Daerah serta
Pemerintah Daerah dengan masyarakat dalam percepatan
perwujudan RTR.
(3) Pemberian kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan oleh:
a. Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Daerah lainnya; atau
b. Pemerintah Daerah kepada masyarakat.
(4) Walikota menetapkan pemberian kompensasi berdasarkan
ketentuan kompensasi.

Pasal 19
(1) Ketentuan pemberian kompensasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (2) huruf a paling sedikit memuat:
a. lokasi;
b. jenis kegiatan pemanfaatan ruang;

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 53
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
c. bentuk kompensasi; dan
d. besaran dan mekanisme kompensasi.
(2) Kriteria lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. kawasan yang masih dapat dioptimalkan intensitas
pemanfaatan ruangnya;
b. kawasan yang mempunyai integrasi antarmoda transportasi;
c. kawasan yang dilindungi atau dilestarikan; dan/atau
d. kawasan yang mempunyai daya dukung dan daya tampung
mencukupi.
(3) Kriteria jenis kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. kegiatan yang berkontribusi dalam penyediaan fasilitas
publik;
b. kegiatan yang berkontribusi pada program prioritas
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah;
c. kegiatan pelestarian kawasan dan/atau bangunan bersejarah;
dan/atau
d. kegiatan yang berkontribusi pada penyediaan ruang terbuka
hijau publik.
(4) Bentuk kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dapat berupa:
a. penambahan, pengalihan, dan/ atau peningkatan intensitas
pemanfaatan ruang;
b. program peningkatan kapasitas;
c. pemberian barang kebutuhan;
d. penyediaan prasarana dan sarana;
e. kemudahan perolehan hak atas tanah; dan/atau
f. uang.
(5) Penetapan bentuk kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c serta besaran dan mekanisme pemberian kompensasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d paling sedikit
mempertimbangkan aspek:

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 54
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
a. jenis kegiatan pemanfaatan ruang;
b. nilai jasa yang diberikan;
c. kebutuhan penerima kompensasi;
d. ketersediaan sumber daya;
e. kapasitas kelembagaan;
f. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; dan
g. kemitraan.

Paragraf 4
Subsidi

Pasal 20
(1) Subsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf b
merupakan bantuan finansial dan/atau nonfinansial atas
dukungan terhadap perwujudan komponen ruang tertentu yang
diprioritaskan atau rehabilitasi kawasan pascabencana alam.
(2) Subsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan
tujuan sebagai bantuan:
a. atas pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang prioritas yang
mendukung perwujudan RTR;
b. dalam upaya perwujudan pemerataan pembangunan;
dan/atau
c. dalam perwujudan pemanfaatan ruang pasca bencana alam.
(3) Subsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan oleh
Pemerintah Daerah kepada masyarakat.
(4) Walikota menetapkan pemberian subsidi berdasarkan ketentuan
subsidi.

Pasal 21
(1) Ketentuan subsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (4)
paling sedikit memuat:
a. lokasi;
b. jenis kegiatan pemanfaatan ruang;
c. bentuk subsidi; dan

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 55
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
d. besaran dan mekanisme subsidi.
(2) Kriteria lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. Kawasan yang dikembangkan untuk mewujudkan program
pembangunan prioritas nasional/daerah;
b. Kawasan dengan kerentanan tertentu atau berpotensi
tinggi mengalami perubahan fungsi dan/atau bentuk fisik;
dan/atau
c. kawasan rehabilitasi atau relokasi pascabencana alam.
(3) Kriteria jenis kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. kegiatan yang berkontribusi dalam penyediaan fasilitas
publik;
b. kegiatan yang berkontribusi pada program prioritas
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah;
c. kegiatan pelestarian kawasan dan/atau bangunan bersejarah;
dan/atau
d. kegiatan yang berkontribusi pada penyediaan ruang terbuka
hijau publik.
(4) Bentuk subsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat
berupa:
a. pendanaan atau uang;
b. bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang; dan/atau
c. program dan/atau kegiatan pembangunan daerah.
(5) Penetapan bentuk subsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c serta besaran dan mekanisme subsidi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf d paling sedikit
mempertimbangkan aspek:
a. skala kepentingan;
b. dampak program pembangunan daerah atau prioritas
pembangunan daerah;
c. kebutuhan penerima subsidi;
d. kapasitas kelembagaan;

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 56
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
e. jenis kegiatan;
f. kemampuan dan ketersediaan sumber daya penerima subsidi;
dan
g. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan.

Paragraf 5
Imbalan

Pasal 22
(1) Imbalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf c
merupakan perangkat balas jasa terhadap kegiatan pemanfaatan
ruang yang memberikan nilai tambah pada jasa lingkungan.
(2) Imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan
tujuan untuk:
a. memberikan daya tarik bagi kegiatan pemanfaatan ruang
yang mendukung perwujudan fungsi lindung kawasan di
lokasi tertentu; dan
b. mendorong dan meningkatkan kemitraan antara pemerintah
dan masyarakat dalam perwujudan dan pelestarian daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup di kawasan
kritis lingkungan.
(3) Imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
Pemerintah Daerah kepada masyarakat.
(4) Walikota menetapkan pemberian imbalan berdasarkan ketentuan
imbalan.

Pasal 23
(1) Ketentuan imbalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat
(4) paling sedikit memuat:
a. lokasi;
b. jenis kegiatan pemanfaatan ruang;
c. bentuk imbalan; dan
d. besaran dan mekanisme imbalan.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 57
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
(2) Kriteria lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. kawasan yang dilindungi dan/atau dilestarikan;
b. kawasan budi daya yang memberikan jasa lingkungan hidup;
dan/atau
c. kawasan kritis lingkungan.
(3) Kriteria jenis kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b merupakan kegiatan pemanfaatan ruang
yang menjaga dan/atau mengelola lingkungan hidup untuk
mempertahankan dan/atau meningkatkan kualitas jasa
lingkungan hidup berupa:
a. pemulihan lingkungan hidup;
b. konservasi;
c. perlindungan tata air;
d. penyerapan dan penyimpanan karbon;
e. pelestarian keindahan alam; dan
f. kegiatan lainnya sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan penyediaan jasa lingkungan hidup.
(4) Bentuk imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dapat berupa:
a. pengalihan hak membangun;
b. penyediaan prasarana dan sarana pendukung pelestarian
lingkungan hidup;
c. pendanaan atau uang; dan/atau
d. bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang.
(5) Penetapan bentuk imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c serta besaran dan mekanisme imbalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d paling sedikit mempertimbangkan
aspek:
a. jenis kegiatan pemanfaatan ruang;
b. kebutuhan penerima imbalan;
c. efektivitas dalam mewujudkan RTR;
d. nilai tambah terhadap jasa lingkungan;

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 58
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
e. biaya upaya pelestarian lingkungan hidup;
f. ketersediaan sumber daya;
g. kapasitas kelembagaan;
h. Kemitraan;
i. biaya pemberdayaan Masyarakat; dan
j. biaya pelaksanaan kerja sama.

Paragraf 6
Sewa Ruang

Pasal 24
(1) Sewa ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf
d merupakan penyewaan tanah dan/atau ruang milik negara
dan/atau daerah kepada masyarakat dengan tarif di bawah harga
pasar atau kenormalan dalam jangka waktu tertentu.
(2) Sewa ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
dengan tujuan untuk:
a. mengoptimalkan pemanfaatan barang milik negara dan/atau
barang milik daerah dalam mengendalikan perwujudan RTR;
dan
b. memberikan kemudahan dan daya tarik bagi pengembangan
kawasan baru yang sulit berkembang, dimana asetnya banyak
dikuasai Pemerintah Daerah.
(3) Sewa ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan
oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat.
(4) Walikota menetapkan pemberian sewa ruang berdasarkan
ketentuan sewa ruang.

Pasal 25
(1) Ketentuan sewa ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
ayat (4) paling sedikit memuat:
a. lokasi;
b. jenis kegiatan pemanfaatan ruang;
c. bentuk sewa ruang; dan

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 59
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
d. besaran dan mekanisme sewa ruang.
(2) Kriteria lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. kawasan yang baru dikembangkan dan/atau sulit
dikembangkan dimana asetnya banyak dimiliki Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah;
b. kawasan yang dapat memberikan dampak positif terhadap
pengembangan ekonomi wilayah atau kepentingan umum;
dan/atau
c. kawasan yang dapat mempercepat pengembangan kawasan
sesuai dengan prioritas pembangunan RTR.
(3) Kriteria jenis kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. dapat mempercepat pengembangan kawasan sesuai dengan
prioritas pembangunan RTR; dan/atau
b. mampu memberikan dampak positif terhadap pengembangan
ekonomi wilayah atau kepentingan umum.
(4) Bentuk sewa ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dapat berupa:
a. sewa tanah; dan/atau
b. sewa bangunan.
(5) Penetapan bentuk sewa ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c serta besaran dan mekanisme sewa Ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d paling sedikit
mempertimbangkan aspek:
a. peningkatan nilai kemanfaatan ruang;
b. biaya dan manfaat;
c. ketersediaan sumber daya;
d. kapasitas kelembagaan;
e. kebutuhan penerima; dan
f. jenis kegiatan pemanfaatan ruang.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 60
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Paragraf 7
Urun Saham

Pasal 26
(1) Urun saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf
e merupakan penyertaan saham oleh Pemerintah Daerah untuk
pengembangan kegiatan pemanfaatan ruang di lokasi tertentu.
(2) Urun saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
dengan tujuan untuk:
a. memperkuat atau meningkatkan modal dan/atau saham
kegiatan pemanfaatan ruang yang perlu dikendalikan
perwujudannya;
b. meningkatkan peran masyarakat serta menciptakan rasa
memiliki masyarakat terhadap guna lahan tertentu; dan
c. mencegah alih fungsi lahan pada kawasan
tertentu yang disebabkan oleh keterbatasan sumber
daya.
(3) Urun saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan
oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat.
(4) Walikota menetapkan pemberian urun saham berdasarkan
ketentuan urun saham.

Pasal 27
(1) Ketentuan urun saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
ayat (4) paling sedikit memuat:
a. lokasi;
b. jenis kegiatan pemanfaatan ruang; dan
c. besaran dan mekanisme urun saham.
(2) Kriteria lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. kawasan yang kurang berkembang; dan/atau
b. kawasan yang memiliki peluang berkembang dan mampu
mendorong perwujudan kawasan di sekitarnya.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 61
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
(3) Kriteria jenis kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. memiliki peluang berkembang dan mampu mendorong
perwujudan kawasan di sekitarnya; dan/atau
b. sesuai dengan prioritas pembangunan.
(4) Penetapan besaran dan mekanisme urun saham sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c paling sedikit mempertimbangkan
aspek:
a. nilai strategis kegiatan pemanfaatan ruang terhadap
pengembangan wilayah dan kawasan;
b. nilai aset dan peluang pengembangan;
c. biaya dan manfaat;
d. kapasitas kelembagaan;
e. kebutuhan penerima; dan
f. jenis kegiatan pemanfaatan ruang.

Paragraf 8
Fasilitasi Persetujuan KKPR

Pasal 28
(1) Fasilitasi PKKPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2)
huruf f diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang laut.

(2) Pemberian fasilitasi PKKPR sebagaimana dimaksud dalam ayat


(1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang kelautan.

Paragraf 9
Penyediaan Prasarana dan Sarana

Pasal 29
(1) Penyediaan prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (2) huruf g merupakan bantuan pembangunan

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 62
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
(2) prasarana dan sarana untuk mengendalikan pengembangan
wilayah dan kawasan sesuai dengan RTR.
(3) Penyediaan prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan dengan tujuan untuk:
a. memberikan daya tarik berupa kelengkapan prasarana dan
sarana untuk mempercepat perwujudan kawasan;
b. penguatan struktur ruang dalam mengendalikan perwujudan
kawasan sesuai dengan RTR; dan
c. memberikan efek berganda pada percepatan pembangunan
daerah.
(4) Penyediaan prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diberikan oleh:
a. Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Daerah lainnya; atau
b. Pemerintah Daerah kepada masyarakat.
(5) Walikota menetapkan penyediaan prasarana dan sarana
berdasarkan ketentuan penyediaan prasarana dan sarana.

Pasal 30
(1) Ketentuan penyediaan prasarana dan sarana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (5) paling sedikit memuat:
a. lokasi;
b. jenis kegiatan pemanfaatan ruang;
c. bentuk prasarana dan sarana yang dibutuhkan; dan
d. mekanisme penyediaan prasarana dan sarana.
(2) Kriteria lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. kawasan yang kurang berkembang akibat keterbatasan
prasarana dan sarana;
b. kawasan yang baru dikembangkan; dan/atau
c. kawasan yang menjadi prioritas pembangunan nasional atau
daerah.
(3) Kriteria jenis kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 63
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
a. memiliki keterbatasan prasarana dan sarana pendukung;
b. memiliki peluang berkembang dan mampu memberikan
dampak positif; dan/atau
c. sesuai dengan prioritas pembangunan.
(4) Bentuk prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c dapat berupa:
a. sistem jaringan prasarana;
b. fasilitas umum; dan/atau
c. fasilitas sosial.
(5) Penetapan bentuk prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c dan mekanisme penyediaan prasarana dan
sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d paling sedikit
mempertimbangkan aspek:
a. jenis kegiatan pemanfaatan ruang;
b. jenis prasarana dan sarana yang dibutuhkan;
c. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;
d. ketersediaan sumber daya; dan
e. kemitraan.

Paragraf 10
Penghargaan

Pasal 31
(1) Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2)
huruf h merupakan pengakuan terhadap kinerja penyelenggaraan
penataan ruang yang berkualitas dan/atau partisipasi masyarakat
dalam perwujudan RTR.
(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan
untuk:
a. memotivasi Pemerintah Daerah agar memiliki kinerja
penyelenggaraan penataan ruang yang baik dan berkualitas;
b. memberikan bantuan finansial dan/atau nonfinansial dalam
mempertahankan dan/atau meningkatkan
kinerja penyelenggaraan penataan ruang; dan
BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 64
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
c. mendorong partisipasi masyarakat dalam perwujudan RTR.
(3) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diberikan oleh:
a. Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Daerah lainnya; atau
b. Pemerintah Daerah kepada masyarakat.
(4) Walikota menetapkan pemberian penghargaan berdasarkan
ketentuan penghargaan.

Pasal 32
(1) Ketentuan penghargaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
ayat (4) paling sedikit memuat:
a. jenis kegiatan pemanfaatan ruang;
b. bentuk penghargaan; dan
c. mekanisme pemberian penghargaan.
(2) Kriteria jenis kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a berupa kegiatan pemanfaatan ruang yang
mendukung:
a. penyelenggaraan penataan ruang;
b. perwujudan struktur ruang;
c. perwujudan pola ruang;
d. perwujudan kawasan strategis; dan/atau
e. pengendalian pemanfaatan ruang untuk perwujudan RTR.
(3) Bentuk penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b dapat berupa:
a. piagam;
b. barang;
c. uang; dan/atau
d. bentuk penghargaan lainnya.
(4) Penetapan bentuk penghargaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b serta mekanisme pemberian penghargaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat dilakukan
melalui penilaian kinerja penyelenggaraan penataan ruang.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 65
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Paragraf 11
Publikasi atau Promosi

Pasal 33
(1) Publikasi atau promosi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
ayat (2) huruf i merupakan penyebarluasan informasi terkait
kegiatan atau kawasan prioritas melalui media cetak, media
elektronik, maupun media lainnya.
(2) Publikasi atau promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan dengan tujuan untuk:
a. Memperkenalkan atau mempromosikan suatu kawasan; dan
b. mengendalikan perwujudan kawasan dan kegiatan prioritas
nasional atau daerah.
(3) Publikasi atau promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diberikan oleh:
a. Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Daerah lainnya; atau
b. Pemerintah Daerah kepada masyarakat.
(4) Walikota menetapkan pemberian publikasi atau promosi
berdasarkan ketentuan publikasi atau promosi.

Pasal 34
(1) Ketentuan publikasi atau promosi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34 ayat (4) paling sedikit memuat:
a. lokasi;
b. jenis kegiatan pemanfaatan ruang; dan
c. bentuk publikasi atau promosi.
(2) Kriteria lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. kawasan yang baru dikembangkan;
b. kawasan yang menjadi prioritas pembangunan nasional atau
daerah; dan/atau
c. kawasan yang menjaga kelestarian lingkungan.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 66
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
(3) Kriteria jenis kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. merupakan program pembangunan prioritas; dan/atau
b. memberikan dampak positif bagi sosial, ekonomi, dan/atau
lingkungan.
(4) Bentuk publikasi atau promosi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c dapat berupa:
a. media cetak;
b. media elektronik; atau
c. media lainnya.
(5) Ketentuan publikasi atau promosi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang berasal dari Pemerintah Daerah ditetapkan oleh
Walikota sesuai dengan kewenangannya.

Bagian Ketiga
Ketentuan Pelaksanaan Disinsentif
Paragraf 1
Bentuk dan Jenis Disinsentif

Pasal 35
(1) Disinsentif yang diatur dalam Peraturan Walikota ini
merupakan disinsentif non fiskal.
(2) Disinsentif non fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. kewajiban memberi kompensasi atau imbalan; dan
b. pembatasan penyediaan prasarana dan sarana.
(3) Walikota menetapkan kewajiban memberi kompensasi atau
imbalan sesuai dengan ketentuan pada ayat (2) butir a berdasarkan
ketentuan kewajiban memberi kompensasi atau imbalan.
(4) Walikota menetapkan pembatasan penyediaan prasarana dan
sarana sesuai dengan ketentuan pada ayat (2) butir b berdasarkan
ketentuan pembatasan penyediaan prasarana dan sarana.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 67
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Paragraf 2
Ketentuan Kewajiban Memberi Kompensasi atau Imbalan

Pasal 36
(1) Ketentuan kewajiban memberi kompensasi atau imbalan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 36 ayat (2) huruf a merupakan
bentuk disinsentif berupa ganti rugi terhadap pihak-pihak yang
mengakibatkan dampak negatif pemanfaatan ruang dan /atau
melampaui ketentuan dalam peraturan zonasi dan /atau KKPR.
(2) Kewajiban memberi kompensasi atau imbalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) juga mencakup kegiatan pemanfaatan
ruang yang memungkinkan terjadi pelampauan dan /atau
ketidakcukupan intensitas pemanfaatan ruang yang masih dapat
ditoleransi.
(3) Pelampauan dan /atau ketidakcukupan intensitas pemanfaatan
ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kegiatan
yang tidak sesuai dengan ketentuan teknis dalam RTR namun
berada pada batasan yang dapat ditoleransi sehingga masih
diperbolehkan dengan pemenuhan disinsentif.
(4) Kewajiban memberi kompensasi atau imbalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan tujuan antara lain:
a. mengantisipasi kerusakan dan/atau degradasi lingkungan
serta dampak negatif lainnya dari pemanfaatan ruang; dan
b. mengganti kerugian terhadap kegiatan pemanfaatan ruang
yang mengakibatkan degradasi atau dampak lingkungan serta
dampak negatif lainnya dari pemanfaatan ruang.
(5) Walikota menetapkan kewajiban pemberian kompensasi atau
imbalan berdasarkan ketentuan kewajiban member kompensasi
atau imbalan.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 68
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Pasal 37
(1) Ketentuan kewajiban memberi kompensasi atau imbalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (5) paling sedikit
memuat:
a. lokasi;
b. jenis kegiatan pemanfaatan ruang;
c. bentuk kompensasi atau imbalan; dan
d. besaran dan mekanisme kewajiban memberi kompensasi atau
imbalan
(2) Kriteria lokasi pemberian disinsentif berupa kewajiban memberi
kompensasi atau imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. kegiatan yang berpotensi melampaui ketentuan dalam
peraturan zonasi dan/atau KKPR;
b. kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerusakan dan/atau
degradasi lingkungan serta eksternalitas negatif lainnya dari
pemanfaatan ruang terhadap kawasan di sekitarnya;
c. kegiatan pemanfaatan ruang yang memungkinkan terjadi
pelampauan dan/atau ketidakcukupan intensitas
pemanfaatan ruang yang masih dapat ditoleransi; dan/atau
d. kegiatan yang menerima jasa lingkungan hidup.
(3) Kriteria jenis kegiatan pemanfaatan ruang pemberian disinsentif
berupa kewajiban memberi kompensasi atau imbalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. dapat berpotensi menimbulkan kerusakan;
b. dapat berpotensi menimbulkan degradasi lingkungan;
dan/atau
c. dapat berpotensi menimbulkan eksternalitas negatif lainnya
dari pemanfaatan ruang terhadap kawasan di sekitarnya.
(4) Bentuk kewajiban memberi kompensasi atau imbalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat berupa:
a. uang atau denda administratif;

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 69
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
b. penyediaan fasilitas publik lengkap dengan penyampaian
desain dan kajian teknis yang menjelaskan adanya upaya
pengurangan dampak negatif pemanfaatan ruang; dan/atau
c. bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang.
(5) Penetapan bentuk kompensasi atau imbalan serta besaran dan
mekanisme kewajiban memberi kompensasi atau imbalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d paling sedikit
mempertimbangkan aspek:
a. jenis dampak yang ditimbulkan;
b. kebutuhan penerima kompensasi atau imbalan;
c. jenis kegiatan pemanfaatan ruang;
d. potensi perubahan lahan pada kawasan sekitar akibat
pemanfaatan ruang;
e. kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang berpotensi
terkena dampak;
f. kerawanan kawasan sekitar terhadap bencana;
g. luasan kawasan yang berpotensi terkena dampak;
h. jangka waktu terjadinya dampak;
i. tingkat kesulitan penanganan dampak; dan
j. ketersediaan kajian teknis terkait dampak yang berpotensi
timbul.
(6) Bentuk kewajiban memberi kompensasi berupa uang maupun
bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf a dan c diberikan terhadap kegiatan
pemanfaatan ruang yang melampaui KLB dan/atau KDB
maksimum.
(7) Bentuk kewajiban memberi imbalan berupa uang maupun bentuk
lain yang dapat dinilai dengan uang sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) huruf a dan c diberikan terhadap kegiatan pemanfaatan
ruang yang tidak memenuhi rasio hijau atau KDH minimum.
(8) Perhitungan kewajiban memberi kompensasi dan/atau imbalan
berupa uang maupun bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 70
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a dan c dihitung
berdasarkan rumus pada Lampiran VIII yang telah ditentukan.

Paragraf 3
Ketentuan Pembatasan Penyediaan Prasarana dan Sarana

Pasal 38
(1) Ketentuan pembatasan penyediaan prasarana dan sarana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) huruf b
merupakan pembatasan penyediaan jaringan transportasi beserta
sarana pendukungnya dan /atau prasarana dan sarana lainnya
pada kawasan tertentu.
(2) Pembatasan penyediaan prasarana dan sarana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk:
a. mengurangi daya tarik dan daya saing kawasan tertentu;
b. mencegah, membatasi, dan /atau mengurangi pembangunan
pada kawasan yang dibatasi pengembangannya sesuai dengan
RTR; dan
c. mengarahkan pembangunan.
(3) Pembatasan penyediaan prasarana dan sarana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan oleh:
a. Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Daerah lainnya; atau
b. Pemerintah Daerah kepada masyarakat.

Pasal 39
(1) Ketentuan pembatasan penyediaan prasarana dan sarana
sebagaimana dimaksud pada Pasal 39 ayat (1) paling sedikit
memuat:
a. lokasi;
b. jenis kegiatan pemanfaatan ruang;
c. bentuk pembatasan penyediaan prasarana dan sarana; dan
d. mekanisme pembatasan penyediaan prasarana dan sarana.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 71
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
(2) Kriteria lokasi pemberian disinsentif berupa pembatasan
penyediaan prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi:
a. kawasan yang berpotensi melampaui ketentuan dalam
peraturan zonasi dan/atau KKPR;
b. kawasan yang berpotensi melampaui ketentuan dalam
peraturan zonasi dan/atau KKPR;
c. kawasan yang dilindungi dan/atau dilestarikan; dan/atau
d. kawasan yang rentan terhadap pengembangan kegiatan
tertentu
(3) Kriteria jenis kegiatan pemanfaatan ruang pemberian disinsentif
berupa pembatasan penyediaan prasarana dan sarana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) buruf b meliputi:
a. berpotensi mengganggu kinerja kawasan;
b. berpotensi mengganggu karakteristik kawasan yang
dilindungi dan/atau dilestarikan; dan/atau
c. berpotensi menimbulkan dampak negatif dari aspek sosial,
ekonomi, dan/atau lingkungan.
(4) Bentuk pembatasan penyediaan prasarana dan sarana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat berupa:
a. jaringan transportasi beserta prasarana pendukungnya;
dan/atau
b. prasarana dan sarana lainnya.
(5) Penetapan bentuk pembatasan penyediaan prasarana dan sarana
serta mekanisme pembatasan penyediaan prasarana dan sarana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d paling sedikit
mempertimbangkan aspek:
a. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan pembatasan
penyediaan prasarana dan sarana;
b. standar pelayanan;
c. lokasi;
d. jenis kegiatan pemanfaatan ruang;
e. jenis prasarana dan sarana yang dibatasi;

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 72
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
f. kondisi sosial dan ekonomi masyarakat lokal; dan
g. koordinasi dengan pihak penyedia prasarana dan sarana.

Bagian Keempat
Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif
Paragraf 1
Umum

Pasal 40
(1) Insentif dan disinsentif diberikan melalui :
a. pengajuan permohonan;
b. tanpa pengajuan permohonan;
c. ketetapan terhadap keberatan penilaian
pelaksanaan KKPR; dan/atau
d. putusan dari sengketa tata ruang.
(2) Insentif yang diberikan dengan pengajuan permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat berupa:
a. pemberian kompensasi;
b. subsidi;
c. imbalan;
d. sewa ruang;
e. urun saham;
f. fasilitasi persetujuan KKPR;
g. penyediaan prasarana dan sarana;
h. penghargaan;
i. publikasi atau promosi.
(3) Permohonan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
dilakukan oleh:
a. masyarakat kepada Pemerintah Daerah;
b. Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Daerah lainnya.
(4) Insentif yang diberikan tanpa pengajuan permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan insentif
yang diinisiasi oleh instansi yang membidangi penataan ruang,
instansi pemberi insentif, dan/atau Forum Penataan Ruang.
BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 73
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
(5) Insentif yang dapat diberikan tanpa pengajuan permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupa penghargaan.
(6) Permohonan disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diajukan oleh masyarakat.
(7) Disinsentif yang diberikan tanpa pengajuan permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan
disinsentif yang diinisiasi oleh instansi yang membidangi penataan
ruang, instansi pemberi disinsentif, dan/atau Forum Penataan
Ruang.
(8) Pemberian disinsentif melalui ketetapan terhadap keberatan
penilaian pelaksanaan KKPR sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c dilakukan sebagai tindak lanjut terhadap hasil penilaian
permohonan
(9) keberatan terhadap ketidaksesuaian kegiatan pemanfaatan ruang
dengan dokumen KKPR.
(10) Pemberian insentif dan disinsentif melalui putusan sengketa tata
ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakukan
sebagai tindak lanjut terhadap hasil kesepakatan negosiasi,
mediasi, dan konsiliasi pada sengketa penataan ruang di luar
pengadilan.

Paragraf 2
Tata Cara Pemberian Insentif oleh Pemerintah Daerah Berdasarkan
Permohonan

Pasal 41
(1) Permohonan insentif kepada Pemerintah Daerah diajukan kepada
Walikota dengan ditembuskan kepada Perangkat Daerah yang
membidangi penataan ruang.
(2) Terhadap permohonan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dilakukan penilaian kelayakan penerima insentif yang paling
sedikit mempertimbangkan:
a. pemenuhan kriteria, bentuk, dan mekanisme insentif yang
akan diberikan;
BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 74
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
b. ketersediaan kajian teknis;
c. kesesuaian lokasi dengan RTR; dan
d. kepemilikan hak atas tanah.
(3) Penilaian kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan oleh Perangkat Daerah yang membidangi penataan
ruang dan instansi pemberi insentif serta dapat melibatkan
ahli/akademisi dan instansi terkait lainnya.
(4) Hasil penilaian kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dituangkan dalam berita acara dan disampaikan kepada Forum
Penataan Ruang untuk dimintakan pertimbangan.
(5) Dalam hal berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) pemohon dinyatakan layak menerima insentif,
Walikota menerbitkan keputusan tentang pemberian insentif.
(6) Dalam hal berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) pemohon dinyatakan tidak layak menerima insentif,
Walikota melalui Perangkat Daerah yang membidangi penataan
ruang menyampaikan pemberitahuan kepada pemohon.

Paragraf 3
Tata Cara Pemberian Insentif oleh Pemerintah Daerah Tanpa
Pengajuan Permohonan

Pasal 42
Perangkat Daerah yang membidangi penataan ruang, instansi pemberi
insentif, dan/atau Forum Penataan Ruang dapat menginisiasi
pemberian insentif.

Pasal 43
Ketentuan mengenai penilaian kelayakan penerima insentif dan
penerbitan keputusan pemberian insentif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 ayat (2) sampai dengan ayat (5) berlaku secara mutatis
mutandis terhadap penilaian kelayakan penerima insentif dan

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 75
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
penerbitan keputusan pemberian insentif oleh Pemerintah Daerah tanpa
pengajuan permohonan.

Paragraf 4
Tata Cara Pemberian Disinsentif oleh Pemerintah Daerah Dengan
Pengajuan Permohonan

Pasal 44
(1) Permohonan disinsentif kepada Pemerintah Daerah diajukan
kepada Walikota dengan ditembuskan kepada Perangkat Daerah
yang membidangi penataan ruang
(2) Terhadap permohonan disinsentif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilakukan penilaian kelayakan penerima disinsentif yang
paling sedikit mempertimbangkan:
a. pemenuhan kriteria, bentuk, dan mekanisme insentif yang
akan diberikan;
b. ketersediaan kajian teknis;
c. kesesuaian lokasi dengan RTR; dan
d. kepemilikan hak atas tanah.
(3) Penilaian kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan oleh Perangkat Daerah yang membidangi penataan
ruang dan instansi pemberi disinsentif serta dapat melibatkan
ahli/akademisi dan instansi terkait lainnya.
(4) Hasil penilaian kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dituangkan dalam berita acara dan disampaikan kepada Forum
Penataan Ruang untuk dimintakan pertimbangan terkait
kelayakan penerimaan disinsentif.
(5) Dalam hal berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) pemohon dinyatakan layak menerima disinsentif,
Walikota menerbitkan keputusan tentang pemberian disinsentif.
(6) Dalam hal berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) pemohon dinyatakan layak menerima disinsentif,
Walikota menerbitkan keputusan tentang pemberian disinsentif.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 76
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Paragraf 5
Tata Cara Pemberian Disinsentif oleh Pemerintah Daerah Tanpa
Pengajuan Permohonan

Pasal 45
Perangkat Daerah yang membidangi penataan ruang, instansi pemberi
disinsentif, dan/atau Forum Penataan Ruang dapat menginisiasi
pemberian disinsentif.

Pasal 46
Ketentuan mengenai penilaian kelayakan penerima disinsentif dan
penerbitan keputusan pemberian disinsentif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 44 ayat (2) sampai dengan ayat (5) berlaku secara mutatis
mutandis terhadap penilaian kelayakan penerima disinsentif dan
penerbitan keputusan pemberian disinsentif oleh Pemerintah Daerah
tanpa pengajuan permohonan.

Paragraf 6
Pemberian Disinsentif berdasarkan Hasil Keberatan terhadap
Penilaian KKPR

Pasal 47
(1) Ketetapan terhadap keberatan penilaian pelaksanaan KKPR
merupakan penetapan Walikota terhadap hasil penilaian
pelaksanaan KKPR dalam bentuk mengabulkan sebagian
permohonan keberatan.
(2) Ketetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat
ketentuan bahwa pelaku pembangunan dapat melanjutkan
kegiatan pemanfaatan ruang dengan pemberian disinsentif
terhadap ketidaksesuaian kegiatan pemanfaatan ruang yang dapat
ditoleransi.
(3) Pemberian disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mengikuti ketentuan tata cara pemberian disinsentif oleh
Pemerintah Daerah tanpa pengajuan permohonan.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 77
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Paragraf 7
Pemberian Insentif dan atau Disinsentif berdasarkan Putusan Sengketa
Tata Ruang

Pasal 48
Putusan dari sengketa tata ruang merupakan hasil kesepakatan
penyelesaian sengketa tata ruang di luar pengadilan bilamana dari hasil
kesepakatan tersebut memuat ketentuan pemberian insentif dan/atau
disinsentif.Pemberian insentif dan atau disinsentif mengikuti ketentuan
tata cara pemberian insentif dan/atau disinsentif oleh Pemerintah
Daerah dengan pengajuan permohonan.

Bagian Kelima
Waktu Pemberian Insentif dan Disinsentif

Pasal 49
(1) Insentif dan /atau disinsentif dapat diberikan:
a. 1 (satu) kali; atau
b. secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu.
(2) Insentif dan /atau disinsentif yang diberikan 1 (satu) kali
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan pada saat
pertama kali penerima insentif dan/atau disinsentif melaksanakan
kegiatan pemanfaatan ruang yang dipersyaratkan untuk menerima
insentif dan/atau disinsentif.
(3) Insentif dan /atau disinsentif yang diberikan secara terus menerus
dalam jangka waktu tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b diterapkan selama penerima insentif dan/atau disinsentif
masih melaksanakan kegiatan yang dipersyaratkan untuk
menerima insentif dan/atau disinsentif.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 78
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Bagian Keenam
Pengadministrasian Pemberian Insentif dan Disinsentif

Pasal 50
(1) Pengadministrasian pemberian insentif dan/atau disinsentif
dilakukan oleh Walikota.
(2) Pengadministrasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan mengacu pada ketentuan mengenai kekayaan
negara atau daerah yang dipisahkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Pengadministrasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam bentuk pencatatan pada buku inventarisasi
insentif dan/atau disinsentif.
(4) Buku inventarisasi insentif dan/atau disinsentif sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) memuat:
a. catatan penerimaan dan pengeluaran hasil insentif dan/atau
disinsentif;
b. catatan berita acara pemberian insentif dan/atau disinsentif;
dan
c. catatan lainnya.
(5) Catatan penerimaan dan pengeluaran hasil insentif dan/atau
disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a dilakukan
berdasarkan penggolongan dan kodefikasi bentuk-bentuk insentif
dan/atau disinsentif;
(6) Catatan berita acara pemberian insentif dan/atau disinsentif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b memuat dokumen
pelaksanaan serah terima insentif dan/atau disinsentif dari pihak
pemberi dan penerima insentif dan/atau disinsentif.
(7) Pengadministrasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara akuntabel dan transparan serta diperbarui secara
berkala.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 79
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Bagian Ketujuh
Pemantauan dan Evaluasi Pemberian Insentif dan Disinsentif

Pasal 51
(1) Pemantauan dan evaluasi pemberian insentif dan /atau disinsentif
merupakan pemantauan dan evaluasi terhadap keberlanjutan
pemanfaatan ruang yang diberikan insentif dan /atau disinsentif.
(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh pemberi insentif dan/atau disinsentif dan instansi
yang membidangi penataan ruang.
(3) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit dilakukan terhadap:
a. bentuk insentif dan/atau disinsentif yang diberikan;
b. pemberi insentif dan/atau disinsentif;
c. penerima insentif dan/atau disinsentif; dan
d. pembiayaan pelaksanaan pemberian insentif dan/atau
disinsentif.

Pasal 52
(1) Pencabutan insentif dapat dilakukan dalam hal:
a. penerima insentif tidak lagi melaksanakan kegiatan
pemanfaatan ruang yang dipersyaratkan sebagai penerima
insentif;
b. pemanfaatan ruang yang ada telah dialihfungsikan oleh
penerima insentif; dan/atau
c. kegiatan pemanfaatan ruang melanggar ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Pencabutan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui tahapan:
a. pemberian peringatan; dan
b. pengurangan pemberian insentif atau pencabutan insentif.
(3) Pencabutan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan berdasarkan rekomendasi dari menteri dan/atau
instansi yang membidangi penataan ruang.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 80
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Pasal 53
Dalam hal penerima disinsentif tidak melaksanakan disinsentif yang
diberikan, penerima disinsentif dapat dikenai sanksi administratif
berupa peringatan tertulis dan/atau denda administratif.

Pasal 54
Penerapan pemberian dan hasil pemantauan dan evaluasi pemberian
insentif dan/atau disinsentif serta pengadministrasian pemberian
insentif dan/atau disinsentif dilaporkan secara berjenjang kepada
gubernur dan menteri paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.

BAB V
KETENTUAN PENGENAAN SANKSI;
Bagian Kesatu
Pelaksanaan Kewenangan Pengenaan Sanksi Administratif

Pasal 55
(1) walikota melaksanakan pengenaan Sanksi Administratif terhadap
pelanggaran Pemanfaatan Ruang di wilayah kota yang menjadi
kepentingan Pemerintah Daerah kota.
(2) dalam hal Walikota tidak melaksanakan pengenaan Sanksi
Administratif dalam jangka waktu 2 (dua) bulan setelah adanya
penetapan pengenaan Sanksi Administratif, gubernur mengambil
alih pengenaan Sanksi Administratif yang tidak dilaksanakan oleh
walikota.

Bagian Kedua
Bentuk Pelanggaran Pemanfaatan Ruang
Pasal 56
(1) Bentuk pelanggaran Pemanfaatan Ruang meliputi:
a. tidak menaati RTR yang telah ditetapkan yang mengakibatkan
Perubahan Fungsi Ruang;

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 81
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
b. tidak mematuhi ketentuan Pemanfaatan Ruang dalam RTR;
dan
c. menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik
umum.
(2) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenakan Sanksi Administratif.
(3) Pemeriksaan Perubahan Fungsi Ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan melalui Audit Tata Ruang.
(4) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b dan huruf c dapat langsung dikenakan Sanksi Administratif
tanpa melalui proses Audit Tata Ruang.

Bagian Ketiga
Jenis Sanksi Administratif
Pasal 57
Sanksi Administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda administratif;
c. penghentian sementara kegiatan;
d. penghentian sementara pelayanan umum;
e. penutupan lokasi;
f. pencabutan KKPR;
g. pembatalan KKPR;
h. pembongkaran bangunan; dan/atau
i. pemulihan fungsi ruang.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 82
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
BAB VI
PENGAWASAN PEMBANGUNAN, PEMBINAAN,
KOORDINASI DAN KERJA SAMA, SERTA PERAN
MASYARAKAT;
Bagian Kesatu
Pengawasan Pembangunan

Pasal 58
(1) Pengawasan diselenggarakan untuk:
a. Menjamin tercapainya tujuan Peraturan Walikota; dan
b. Menjamin terlaksananya penegakan hukum.
(2) Pengawasan penataan ruang menghasilkan laporan yang memuat
penilaian:
a. Pemanfaatan ruang diselenggarakan sesuai dengan ketentuan
peraturan Walikota; atau
b. Pemanfaatan ruang diselenggarakan tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan Walikota.
(3) Pemanfaatan ruang yang diselenggarakan tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan Walikota menghasilkan rekomendasi:
a. Dilakukan penyesuaian dengan ketentuan peraturan Walikota;
dan/atau
b. Dilakukan penertiban dan pengenaan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Tindak lanjut hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) meliputi:
a. Penyampaian hasil pengawasan kepada pemangku kepentingan
terkait;
b. Penyampaian hasil pengawasan yang terdapat indikasi
pelanggaran pidana di bidang penataan ruang kepada penyidik
pegawai negeri sipil; dan
c. Pelaksanaan hasil pengawasan.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 83
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Bagian Kedua
Pembinaan Pembangunan

Pasal 59
(1) Pembinaan terhadap pelaksanaan Peraturan Walikota ini
diselenggarakan untuk:
a. Meningkatkan kualitas dan efektivitas pelaksanaan;
b. Meningkatkan kapasitas dan kemandirian pemangku
kepentingan; dan
c. Meningkatkan peran masyarakat dalam pengendalian
pemanfaatan ruang.
(2) Bentuk pembinaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. Sosialisasi Peraturan Walikota;
b. Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi;
c. Penyebarluasan informasi kepada masyarakat; dan
d. Pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.
(3) walikota melalui organisasi perangkat daerah terkait penataan
ruang tingkat kota melakukan pembinaan kepada pemangku
kepentingan dan/atau masyarakat.
(4) walikota melalui organisasi perangkat daerah terkait penataan
ruang melakukan pembinaan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan.
(5) Pembinaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Bagian Ketiga
Koordinasi Dan Kerja Sama
Pasal 60
(1) Penyelenggaraan penataan ruang diselenggarakan dengan
memperpadukan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor,
lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 84
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
(2) Dalam perpaduan berbagai kepentingan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diperlukan penguatan fungsi koordinasi sebagai
upaya untuk meningkatkan kerja sama antarpemangku
kepentingan dalam penyelenggaraan penataan ruang.
(3) Koordinasi Penyelenggaraan Penataan Ruang dilakukan melalui
koordinasi dalam satu wilayah administrasi, koordinasi
antardaerah, dan koordinasi antartingkatan pemerintahan.

Bagian Keempat
Peran Serta Masyarakat

Pasal 61
(1) Peran Masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang, dapat
berbentuk:
a. Memberikan masukan mengenai pengendalian zona,
perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan
sanksi;
b. Turut serta memantau dan mengawasi pelaksanaan
pengendalian pemanfaatan ruang.
c. Melaporkan kepada instansi/pejabat yang berwenang dalam
hal menemukan kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar
rencana tata ruang yang telah ditetapkan dan adanya indikasi
kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan, tidak memenuhi
standar pelayanan minimal dan/atau masalah yang terjadi di
masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang;
d. Mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat publik yang
dipandang tidak sesuai dengan rencana tata ruang; dan
e. Mengajukan gugatan pembatalan izin dan/atau penghentian
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
kepada instansi/pejabat yang berwenang.
(2) Peran Masyarakat dalam pengendalian Pemanfaatan Ruang
disampaikan secara lisan atau tertulis kepada Walikota.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 85
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 62
Pada saat Peraturan Walikota ini mulai berlaku:
(1) Pada saat Peraturan Walikota ini ditetapkan, semua izin dalam
pemanfaatan ruang yang telah sesuai dengan Peraturan ini
dinyatakan tetap berlaku sampai dengan masa berlakunya.
(2) Izin dalam pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak
sesuai dengan ketentuan Peraturan Walikota ini, berlaku ketentuan:
a. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin
tersebut disesuaikan dengan fungsi Kawasan berdasarkan
Peraturan Walikota ini;
b. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya,
pemanfaatan ruang dilakukan sampai izin terkait habis masa
berlakunya dan dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan
berdasarkan Peraturan Walikota ini; dan
c. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi
kawasan berdasarkan Peraturan Walikota ini, izin yang telah
diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul
sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan
penggantian yang layak.
(3) Pemanfaatan ruang yang izinnya telah habis dan tidak sesuai
dengan Peraturan Walikota ini dilakukan penyesuaian dengan
fungsi kawasan berdasarkan Peraturan ini.
(4) Pemanfaatan ruang yang diselenggarakan tanpa izin ditentukan
sebagai berikut:
a. apabila bertentangan dengan ketentuan Peraturan ini,
pemanfaatan ruang yang bersangkutan ditertibkan dan
disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan ini;
dan

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 86
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
b. apabila sesuai dengan ketentuan Peraturan ini, dipercepat
untuk mendapatkan izin yang diperlukan.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 63
Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita
Daerah Kota Yogyakarta.

Ditetapkan di Kota Yogyakarta pada


tanggal .................. 2021

WALIKOTA YOGYAKARTA

HARYADI SUYUTI

Diundangkan di Kota Yogyakarta pada


tanggal ....................... 2021
SEKRETARIS DAERAH KOTA YOGYAKARTA

…………………………
NIP. …………………..
BERITA DAERAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2021 NOMOR ...

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 87
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
LAMPIRAN I
PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR ........ TAHUN 2021
TENTANG PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN
PERTUMBUHAN EKONOMI JOGJA BARAT

PETA DELINEASI WILAYAH PENGENDALIAN

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 88
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
LAMPIRAN II
PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR ........ TAHUN 2021
TENTANG PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN
PERTUMBUHAN EKONOMI JOGJA BARAT

PETA KETENTUAN ZONA PENGENDALIAN

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 89
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
LAMPIRAN III.A
PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR ........ TAHUN 2021
TENTANG PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN
PERTUMBUHAN EKONOMI JOGJA BARAT

PETA KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN KETENTUAN INSENTIF DAN DISINSENTIF PADA ZONA
DIDORONG

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 90
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
LAMPIRAN III.B
PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR ........ TAHUN 2021
TENTANG PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN
PERTUMBUHAN EKONOMI JOGJA BARAT

PETA KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN KETENTUAN INSENTIF DAN DISINSENTIF PADA ZONA
KENDALI 1

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 91
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
LAMPIRAN III.C
PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR ........ TAHUN 2021
TENTANG PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN
PERTUMBUHAN EKONOMI JOGJA BARAT

PETA KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN KETENTUAN INSENTIF DAN DISINSENTIF PADA ZONA
KENDALI 2

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 92
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
LAMPIRAN III.D
PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR ........ TAHUN 2021
TENTANG PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN
PERTUMBUHAN EKONOMI JOGJA BARAT

PETA KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN KETENTUAN INSENTIF DAN DISINSENTIF PADA ZONA
KENDALI 3

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 93
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
LAMPIRAN IV
PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR ........ TAHUN ........
TENTANG PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN
PERTUMBUHAN EKONOMI JOGJA BARAT
TABEL MATRIKS KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG PADA ZONA DIDORONG DAN ZONA KENDALI
Zona/Sub
Zona Kendali 1: Zona Pengendalian Penuh Zona Kendali 2: Zona Cagar Zona Kendali 3 : Zona
No Zona Zona Di Dorong
(Ketat) Budaya Pengembangan
Peruntukan
A PERUNTUKAN LINDUNG
1 Perlindungan Setempat
a Sempadan - i. Tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang - -
Sungai yang tidak mendukung kegiatan fungsi
lindung sempadan sungai;
ii. Diperbolehkan bersyarat dan terbatas
pemanfaatan ruang yang mendukung
kegiatan fungsi lindung sempadan sungai dan
dengan pemanfaatan maksimal 20% dari luas
sempadan sungai;
iii. Sempadan sungai paling sedikit
ditentukan 15 (lima belas) meter dari tepi kiri
dan kanan palung sungai;
iv. kegiatan yang memperkuat fungsi
perlindungan kawasan sempadan sungai tetap
boleh dilaksanakan dengan tidak mengubah
fungsi kegiatannya dan harus mengikutu
ketentuan intensitas pemanfaatan ruang dan
tata masa bangunan; dan
v. kegiatan yang diperbolehkan pada
sempadan sungai meliputi bangunan
prasaranan sumber daya air, fasilitas
jembatan dan dermaga, jalur pipa gas dan air
minum, rentangan kabel listrik dan
telekomunikasi, bangunan ketenagalistrikan
dan bangunan sejenisnya untuk pelayanan
umum.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 94
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Zona/Sub
Zona Kendali 1: Zona Pengendalian Penuh Zona Kendali 2: Zona Cagar Zona Kendali 3 : Zona
No Zona Zona Di Dorong
(Ketat) Budaya Pengembangan
Peruntukan
2 Ruang Terbuka Hijau
a RTH Fungsi - i. Tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang - -
Tertentu yang tidak mendukung kegiatan fungsi Ruang
Terbuka Hijau;
ii. Diperbolehkan bersyarat dan terbatas
pemanfaatan ruang yang mendukung
kegiatan fungsi lindung Ruang Terbuka Hijau
dan dengan pemanfaatan maksimal 20% -
25% dari luas Ruang Terbuka Hijau;
iii. tidak diperbolehkan membuang sampah,
limbah, padat dan/atau cair;
iv. RTH ditentukan minimal 10% pada
kawasan industri;
b RTH Taman, - v. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan - -
Hutan Kota, selain bangunan pendukung RTH, sempadan
Lapangan pantai dan sempadan sungai;
Olahraga vi. kegiatan yang memperkuat fungsi
perlindungan kawasan RTH tetap boleh
dilaksanakan dengan tidak mengubah fungsi
kegiatannya dan harus mengikutu ketentuan
intensitas pemanfaatan ruang dan tata masa
bangunan;
vii. kegiatan yang diperbolehkan pada RTH
meliputi bangunan sarana dan prasarana
umum;
B PERUNTUKAN BUDIDAYA
1 Perdagangan i. Tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang - - 1. Tidak diperbolehkan
dan Jasa yang tidak memiliki keterkaitan dengan pemanfaatan ruang yang tidak
kegiatan sentra ekonomi kawasan; memiliki keterkaitan dengan
ii. Diperbolehkan bersyarat dan terbatas kegiatan pedagangan dan jasa
pemanfaatan ruang yang memiliki 2. Diperbolehkan bersyarat
keterkaitan dengan kegiatan sentra dan terbatas pemanfaatan
ekonomi kawasan; ruang yang memiliki
iii. merupakan kawasan yang ditetapkan keterkaitan dengan kegiatan
oleh daerah, berdasarkan hasil kajian perdagangan dan jasa

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 95
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Zona/Sub
Zona Kendali 1: Zona Pengendalian Penuh Zona Kendali 2: Zona Cagar Zona Kendali 3 : Zona
No Zona Zona Di Dorong
(Ketat) Budaya Pengembangan
Peruntukan
dalam rencana tata ruang Kota
Yogyakarta.
iv. potensi dan dukungan kesesuaian lahan,
dan ketersedian pencadangan lahan bagi
pengembangan investasi;
v. potensi pembangunan /penyediaan
/keberadaan infrastruktur atau prasarana
dasar yang memadai meliputi jalan,
jembatan, air bersih, listrik, bahan bakar,
dan telekomunikasi; serta sarana penunjang
lainnya;
vi. keterkaitan pengelolaan pembangunan
antar pusat pertumbuhan, dengan daerah
sekitarnya dalam keterpaduan sistem
wilayah pengembangan ekonomi;
vii. dukungan tenaga kerja setempat yang
terampil dan terdidik dalam menunjang
kawasan pertumbuhan ekonomi;
viii. Ketersediaan aksesibilitas yang mudah
menuju Kawasan Pertumbuhan Ekonomi
Jogja Barat;
ix. Diperbolehkan pelampauan KLB
Maksimum untuk kegiatan yang memiliki
keterkaitan dengan sentra ekonomi
kawasan; dan
x. Diperbolehkan Pelampauan Ketinggian
Bangunan (TB) Maksimum untuk kegiatan
yang memiliki keterkaitan dengan sentra
ekonomi kawasan.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 96
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Zona/Sub
Zona Kendali 1: Zona Pengendalian Penuh Zona Kendali 2: Zona Cagar Zona Kendali 3 : Zona
No Zona Zona Di Dorong
(Ketat) Budaya Pengembangan
Peruntukan
2 Perkantoran 1. Tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang - - 1. Tidak diperbolehkan
yang tidak memiliki keterkaitan dengan pemanfaatan ruang yang tidak
kegiatan perkantoran memiliki keterkaitan dengan
2. Diperbolehkan bersyarat dan terbatas kegiatan perkantoran
pemanfaatan ruang yang memiliki 2. Diperbolehkan bersyarat
keterkaitan dengan kegiatan perkantoran dan terbatas pemanfaatan
ruang yang memiliki
keterkaitan dengan kegiatan
perkantoran
3 Perumahan
a Perumahan 1. Tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang - - 1. Tidak diperbolehkan
kepadatan yang tidak memiliki keterkaitan dengan pemanfaatan ruang yang tidak
sedang kegiatan Perumahan Kepadatan Sedang memiliki keterkaitan dengan
2. Diperbolehkan bersyarat dan terbatas kegiatan Perumahan
pemanfaatan ruang yang memiliki Kepadatan Sedang
keterkaitan dengan kegiatan perumahan 2. Diperbolehkan bersyarat
Kepadatan Sedang dan terbatas pemanfaatan
ruang yang memiliki
keterkaitan dengan kegiatan
perumahan Kepadatan Sedang
b Perumahan 1. Tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang - - 1. Tidak diperbolehkan
Kepadatan yang tidak memiliki keterkaitan dengan pemanfaatan ruang yang tidak
Tinggi kegiatan Perumahan Kepadatan Tinggi memiliki keterkaitan dengan
2. Diperbolehkan bersyarat dan terbatas kegiatan Perumahan
pemanfaatan ruang yang memiliki Kepadatan Tinggi
keterkaitan dengan kegiatan perumahan 2. Diperbolehkan bersyarat
Kepadatan Tinggi dan terbatas pemanfaatan
ruang yang memiliki
keterkaitan dengan kegiatan
perumahan Kepadatan Tinggi
4 Sarana Pelayanan Umum

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 97
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Zona/Sub
Zona Kendali 1: Zona Pengendalian Penuh Zona Kendali 2: Zona Cagar Zona Kendali 3 : Zona
No Zona Zona Di Dorong
(Ketat) Budaya Pengembangan
Peruntukan
a Sarana 1. Tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang - - 1. Tidak diperbolehkan
Pendidikan yang tidak memiliki keterkaitan dengan pemanfaatan ruang yang tidak
kegiatan pendidikan memiliki keterkaitan dengan
2. Diperbolehkan bersyarat dan terbatas kegiatan pendidikan
pemanfaatan ruang yang memiliki 2. Diperbolehkan bersyarat
keterkaitan dengan kegiatan pendidikan dan terbatas pemanfaatan
ruang yang memiliki
keterkaitan dengan kegiatan
pendidikan
5 Cagar Budaya - - i. Tidak diperbolehkan pemanfaatan -
ruang yang tidak memiliki
keterkaitan dengan kegiatan cagar
budaya;
ii. Diperbolehkan bersyarat dan
terbatas pemanfaatan ruang yang
memiliki keterkaitan dengan
kegiatan cagar budaya;
iii. Bangunan cagar budaya tidak
boleh diubah/berubah bentuk
arsitektur;
iv. Jika dikarenakan kondisi fisik
bangunan yang memang
memerlukan rehabilitasi/renovasi
maka hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah: bahan
bangunan harus sama dengan
aslinya, bentukan ornamen serta
detail tidak boleh berubah; dan
v. Kegiatan-kegiatan sekitar objek
cagar budaya diarahkan untuk
memperkuat citra objek cagar
budaya dan tidak berdampak negatif
terhadap fungsi pelestariannya.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 98
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Zona/Sub
Zona Kendali 1: Zona Pengendalian Penuh Zona Kendali 2: Zona Cagar Zona Kendali 3 : Zona
No Zona Zona Di Dorong
(Ketat) Budaya Pengembangan
Peruntukan
6 Industri 1. Tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang - - 1. Tidak diperbolehkan
yang tidak memiliki keterkaitan dengan pemanfaatan ruang yang tidak
kegiatan industri memiliki keterkaitan dengan
2. Diperbolehkan bersyarat dan terbatas kegiatan industri
pemanfaatan ruang yang memiliki 2. Diperbolehkan bersyarat
keterkaitan dengan kegiatan industri dan terbatas pemanfaatan
ruang yang memiliki
keterkaitan dengan kegiatan
industri

WALIKOTA YOGYAKARTA

HARYADI SUYUTI

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 99
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
LAMPIRAN V
PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR ........ TAHUN ........
TENTANG PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN
PERTUMBUHAN EKONOMI JOGJA BARAT

TABEL MATRIKS KETENTUAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG DAN TATA BANGUNAN


Intensitas Bangunan Tata Bangunan
Zona Pengendalian Zona Peruntukan Sub Zona KDB KDH Min KLB TB Maks GSB
Tampak
Maks (%) (%) Maks (L) (M) (Min)
Zona Didorong: Perdagangan dan Jasa Perdagangan dan Jasa 80-90 4,5-6,4 5-10 20-32 5 m² -Ketentuan arsitektural berlaku
Sentra Ekonomi bebas, dengan catatan tidak
Perkantoran Perkantoran 80-90 3,6-4,8 16-24 16-24 5 m²
Kawasan bertabrakan dengan arsitektur
Perumahan tradisional lokal serta tetap
Perumahan Kepadatan 80 2,4-3,2 10 12-16 3.5 m²
Sedang memperhatikan keindahan dan
keserasian lingkungan sekitar.
Perumahan Kepadatan 80 3,2-4 10 16-20 4,5 m² -Warna bangunan, bahan
Tinggi bangunan, tekstur bangunan,
Sarana Pelayanan Umum Sarana Pendidikan 80 3,2-4,2 10 16-24 5 m² tidak diatur mengikat, kecuali
terdapat bangunan cagar
budaya.

Zona Kendali 1: Ruang Terbuka Hijau RTH Fungsi Tertentu 20 0.4 60 8 -


Zona Pengendalian
Penuh (Ketat) RTH Taman, Hutan 20-25 0,4-0,5 50 8 - -
Kota, Lapangan Olahraga
Sempadan Sungai Sempadan Sungai 20-25 50-60 0,4-0,5 8 -
Zona Kendali 2: -Ketentuan arsitektural berlaku
80 1.2 10 12 2,5 m²
Zona Cagar Budaya Cagar Budaya Cagar Budaya bebas, dengan catatan tidak
Zona Kendali 3: Industri Industri 80 2,4-3,2 10 12-16 3,5 m² bertabrakan dengan arsitektur
Zona Pengembangan tradisional lokal serta tetap
Perdagangan dan Jasa Perdagangan dan Jasa 80-90 4,5-6,4 5-10 20-32 5 m²
memperhatikan keindahan dan
Perkantoran Perkantoran 80-90 3,6-4,8 16-24 16-24 5 m² keserasian lingkungan sekitar.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 100
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Intensitas Bangunan Tata Bangunan
Zona Pengendalian Zona Peruntukan Sub Zona KDB KDH Min KLB TB Maks GSB
Tampak
Maks (%) (%) Maks (L) (M) (Min)
Perumahan -Warna bangunan, bahan
Perumahan Kepadatan 80 2,4-3,2 10 12-16 3.5 m² bangunan, tekstur bangunan,
Sedang tidak diatur mengikat, kecuali
Perumahan Kepadatan terdapat bangunan cagar
80 3,2-4 10 16-20 4,5 m²
Tinggi budaya.
Sarana Pelayanan Umum Sarana Pendidikan 80 3,2-4,2 10 16-24 5 m²

WALIKOTA YOGYAKARTA

HARYADI SUYUTI

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 101
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
LAMPIRAN VI
PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR ........ TAHUN ........
TENTANG PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN
PERTUMBUHAN EKONOMI JOGJA BARAT

TABEL KETENTUAN TEKNIS DAN STANDAR SENTRA EKONOMI KAWASAN


No Kriteria Komponen Standar Teknis
1 Perdagangan - - Pembangunan hunian diijinkan hanya jika bangunan komersial telah berada pada persil atau
dan Jasa merupakan bagian dari Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
- Penggunaan hunian dan parkir hunian dilarang pada lantai dasar di bagian depan dari perpetakan,
kecuali untuk zona-zona tertentu
- Perletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung disesuaikan dengan kelas
konsumen yang akan dilayani
- Jenis-jenis bangunan yang diperbolehkan antara lain:
a) bangunan usaha perdagangan (ritel dan grosir): toko, warung, tempat perkulakan, pertokoan
b) bangunan penginapan: hotel, guest house, motel, hostel, penginapan
c) bangunan penyimpanan: gedung tempat parkir, show room, gudang
d) bangunan tempat pertemuan: aula, tempat konferensi
bangunan pariwisata (di ruang tertutup): bioskop, area bermain
2 Aksesibilitas Integerasi - Lokasi Kawasan Ekonomi dapat dijangkau langsung dari jaringan jalan utama regional (jalan arteri
Jaringan jalan dan jalan tol). Pintu masuk utama Kawasan Ekonomi berjarak kurang dari 5 kilometer dari jalan
arteri atau pintu keluar/masuk jalan tol
- Membuka akses jalan lokal sekitar ke jalan utama kawasan Ekonomi
- Kawasan Ekonomi terhubung dengan jalan arteri yang memiliki Damija (ROW) minimal 16 meter
- Dua arah (jalur) dengan lebar badan jalan/perkerasan 11 meter (tiga lajur: 2 lajur untuk masing-
masing jalur/arah dan 1 lajur untuk dua arah).1
- Dilengkapi dengan jalur hijau/trotar/drainase di kedua sisi jalan dengan lebar minimal 2,5
- profil jalan bisa dilihat pada ilustrasi berikut:

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 102
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
No Kriteria Komponen Standar Teknis

- Jalan Kolektor yang terhubung dengan kawasan ekonomi memiliki Damija (ROW) minimal 12
meter
a) Dua arah (jalur) dengan lebar badan/perkerasan jalan 9 meter (dua lajur: 1 lajur untuk masing-
masing jalur/arah).
b) Dilengkapi dengan jalur hijau/trotar/drainase di kedua sisi jalan dengan lebar minimal 1,5 m)

- Jalan Lokal yang terhubung dengan kawasan ekonomi memiliki Damija (ROW) minimal 9 meter

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 103
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
No Kriteria Komponen Standar Teknis
a) Dua arah (jalur) dengan lebar badan/perkerasan jalan 7 meter (dua lajur: 2 lajur untuk masing-
masing jalur/arah dan 1 lajur untuk dua arah).
b) Dilengkapi dengan jalur hijau/trotar/drainase di kedua sisi jalan dengan lebar minimal 1 m) –
profil jalan bisa dilihat pada ilustrasi berikut:

- Kelas I (jalan arteri dan kolektor): dapat dilalui kendaraan angkutan barang (KAB) ukuran maks.
(lebar 2,5 m, panjang 18 m, tinggi 4,2 m), muatan sumbu terberat (MST) maksimal 10 ton
- Kelas II (jalan arteri, kolektor dan lokal): dapat dilalui KAB dengan ukuran maksimal (lebar 2,5 m,
panjang 12 m, tinggi 4,2 m); muatan sumbu terberat (MST) maksimal 8 ton
- Kelas III (jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan): dapat dilalui KAB dengan ukuran makimal.
(lebar 2,1 m, panjang 9 m, tinggi 3,5 m), muatan sumbu terberat (MST) maksimal 8 ton, berikut
gambar rambu muatan sumbu terberat:

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 104
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
No Kriteria Komponen Standar Teknis

- Ketentuan ROW minimal jalan khusus dan rambu jalan khusus dengan ketentuan dimensi dan
profil lebar badan jalan minimal 3,5 m, (1,5 m jalur hijau/drainase), serta dilengkapi rambu yang
menyatakan bukan jalan untuk umum
Integerasi - Halte angkutan umum (shelter bus, bus dalam dan luar kota) Tersedia halte angkutan umum dengan
jaringan dimensi: lebar minimal 2 meter dan panjang minimal 4 meter, dengan perletakan maksimal 100
transportasi meter dari gerbang utama kawasan industry
umum - Dermaga angkutan sungai (untuk daerah yang jalur transportasi utamanya berupa sungai) Tersedia
dermaga angkutan sungai dengan perletakan maksimal 100 meter dari gerbang utama kawasan
industry
- Dermaga angkutan sungai (untuk daerah yang jalur transportasi utamanya berupa sungai) Tersedia
dermaga angkutan sungai dengan perletakan maksimal 100 meter dari gerbang utama kawasan
ekonomi
Integerasi jalur - Ketersediaan jalur pejalan kaki dari halte transportasi umum di luar kawasan ekonomi dan fasilitas
pejalan kaki antarmoda transportasi umum ke jalan utama kawasan ekonomi
- Jalur pejalan kaki yang menjadi akses utama ke jalan utama kawasan ekonomi memiliki lebar
minimum 2 meter dan disediakan kelengkapan keselamatan jalur pejalan kaki seperti: lampu
penerangan dan jalur hijau sebagai pembatas jalur pejalan kaki/trotoar dengan jalan arteri yang
menghubungkan jalan utama kawasan ekonomi
- Ketentuan jalur pejalan kaki untuk penyandang difabel: dilengkapi dengan jalur pemandu (guiding
block/tactile paving) di tengah trotoar dan penyesuaian kelandaian jalur pada pertemuan dengan
pelintasan pintu masuk kavling dan penyeberangan jalan

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 105
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
No Kriteria Komponen Standar Teknis
3 Penataan Jaringan jalan - Jalan utama kawasan ekonomi memiliki Damija (ROW) minimal 16 meter, dengan profil sebagai
Kawasan berikut:
a) Dua arah (jalur) dengan lebar badan jalan/perkerasan 11 meter (tiga lajur: 2 lajur untuk masing-
masing jalur/arah dan 1 lajur untuk dua arah)
b) Dilengkapi dengan jalur hijau/trotar/drainase di kedua sisi jalan dengan lebar minimal 2,5 m)
- Jalan lingkungan di dalam kawasan ekonomi memiliki Damija (ROW) minimal 9 meter, dengan

profil sebagai berikut:


a) Dua arah (jalur) dengan lebar badan/perkerasan jalan 7 meter (dua lajur: 2 lajur untuk masing-
masing jalur/arah dan 1 lajur untuk dua arah)
b) Dilengkapi dengan jalur hijau/trotar/drainase di kedua sisi jalan dengan lebar minimal 1 m)

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 106
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
No Kriteria Komponen Standar Teknis

- Jalur hijau jalan


a) Jalur hijau merupakan kelengkapan jalan yang membatasi atau memisahkan antar jalur
kendaraan bermotor dan juga jalur kendaraan bermotor dengan jalur pejalan kaki. Penggunaan
jalur hijau disyaratkan di jalan utama kawasan ekonomi, baik yang berupa jalur hijau di jalur
pejalan kaki, maupun jalur hijau yang memisahkan 2 jalur kendaraan (median)
b) Lebar minimal jalur hijau 1 meter, baik sebagai jalur pemisah di jalur pejalan kaki maupun
median jalan
- Penerangan jalan umum (PJU)
a) jalan lokal > 9 m dengan tinggi tiang 8 - 10 m danpeletakan tiang PJU 25 - 27 m
b) jalan kolektor > 9 m dengan tinggi tiang 10 - 12 m danpeletakan tiang PJU 30 - 33 m
c) jalan arteri > 9 m dengan tinggi tiang 10 - 12 m danpeletakan tiang PJU 30 - 33 m

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 107
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
No Kriteria Komponen Standar Teknis

Sirkulasi - Rambu lalu lintas adalah bagian perlengkapan jalan yang berupa lambang, huruf, angka, kalimat,
dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan, larangan, arahan, atau petunjuk bagi
pengguna jalan agar dapat memperlancar sirkulasi dalam kawasan
a) Rambu dan papan informasi jalan utama kawasan yang memiliki 2 arah/jalur
b) Rambu dan papan informasi jalan utama kawasan yang 1 arah/jalur
c) Rambu dan papan informasi pada median jalan utama kawasan
- Pada kawasan ekonomi, penerapan standar untuk marka jalan difokuskan pada jalan utama
kawasan dengan minimal standar sebagai berikut:
a) memisahkan arah/jalur lalu lintas
b) persilangan jalan dan penyeberangan pejalan kaki
c) petunjuk dan/atau larangan parkir on street

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 108
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
No Kriteria Komponen Standar Teknis

Parkir - Lokasi parkir on street


a) Parkir on street hanya diizinkan untuk kendaran non angkutan barang di area yang ditentukan
sebelumnya di jalan utama kawasan ekonomi yang memiliki lebar ROW > 16 meter dan tidak
digunakan sebagai area bongkar muat barang
b) Larangan area untuk parkir on street:
• 6 m sebelum dan sesudah tempat penyeberangan pejalan kaki
• 25 m sebelum dan sesudah persimpangan jalan
• 50 m sebelum dan sesudah jembatan
• 6 m sebelum dan sesudah pilar hydran pemadam kebakaran
• 6 m sebelum dan sesudah akses ke kavling
- Pola parkir on street
a) Pola parkir pada badan jalan ditentukan pada bagian paling kiri jalan menurut arah lalu lintas baik
untuk arus satu arah maupun arus dua arah
b) Menggunakan sudut parkir yang sejajar/pararel dengan badan jalan dengan lebar jalur parkir
minimal 2,3 m

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 109
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
No Kriteria Komponen Standar Teknis
c) Menggunakan jalur khusus yang tidak menghalangi arus lalu lintas dan tidak mengambil lahan
jalur pejalan kaki

- Marka parkir on street


a) Pembuatan marka khusus untuk parkir on street, baik marka larangan maupun petunjuk marka
area parkir, sehingga memberi panduan kepada pengguna. Ukuran marka disesuaikan dengan
standar minimal dimensi parkir on street (ukuran area parkir per obil: lebar 2,3 m, panjang 6 m).
b) Marka larangan parkir on street dalam bentuk garis kuning zig-zag
c) Marka khusus untuk mobil yang membawa penumpang difabel
- Pola parkir off street terbagi menjadi 4 tipe, yakni:
a) tipe parkir tunggal/satu sisi dengan sirkulasi satu arah
b) tipe parkir tungal/satu sisi dengan sirkulasi dua arah

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 110
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
No Kriteria Komponen Standar Teknis
c) tipe parkir dua sisi dengan sirkulasi satu arah
d) tipe parkir dua sisi dengan sirkulasi dua arah
- Pintu area parker
a) Pintu area parkir terpisah antara jalur masuk dan jalur keluar.
b) Pintu area parkir yang disatukan, jalur masuk dan jalur keluar harus dipisahkan dengan separator
dari material yang kokoh dan aman.
c) Pintu masuk/keluar area parkir tidak mengganggu lintasan jalur pejalan kaki
- Setiap lantai parkir harus memiliki sarana untuk sirkulasi horisontal dan atau sirkulasi vertikal untuk
orang dengan ketentuan bahwa tangga spiral dilarang digunakan
- Lampu penerangan area parkir ada dua tipe, yakni:
a) tipe pejalan kaki dengan standar tinggi tiang lampu 4,5-6 meter dan jarak titik lampu 12-16 meter
b) tipe penerangan jalan dengan standar tinggi tiang lampu 8-10 meter dan jarak titik lampu 25-27
meter
- Parkir khusus pengguna difabel dilengkapi dengan marka penanda, area bersama (share space) yang
dilengkapi marka garis miring kuning dan carpark bollard di area bersama yang membatasi
pengguna regular
Jalur pejalan - Jalur pejalan kaki regular dapat dibagi menjadi 3 varian dimensi 180 cm, 300 cm dan 360 cm)
kaki

- Jalur yang digunakan untuk pejalan kaki di jalan utama kawasan adalah:
a) Lebar minimum jalur pejalan kaki dan jalur hijau 2 m
b) Lebar jalur pejalan kaki efektif : minimal 1,2
BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 111
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
No Kriteria Komponen Standar Teknis
c) Lebar jalur hijau dan jalur infrastruktur: minimal 0,8 m
d) Bila ada perlengkapan jalan/street furniture, diperlukan minimal
- Jalur yang digunakan untuk pejalan kaki di jalan utama kawasan adalah:
a) Lebar minimum jalur pejalan kaki dan jalur hijau 1,5 m
b) Lebar jalur pejalan kaki efektif : minimal 1,2
c) Lebar jalur hijau 0,3 m
- Tempat duduk
a) Diletakkan di luar ruang bebas pejalan kaki yang minimal lebarnya 1,5 meter.
b) Tidak diletakkan pada akses keluar dan masuk bangunan.
c) Tidak diletakkan di atas, atau terlalu berhimpit, atau mengganggu ubin pemandu (guiding block)
d) Prioritas diletakkan berdekatan dengan kawasan yang mengundang banyak aktivitas manusia
seperti taman, fasilitas olahraga dan fasilitas komersial lainnya.
e) Apabila berdekatan dengan area publik dengan aktivitas berjalan yang tinggi, dapat diletakkan
tiap 20 meter atau kurang.
- Tempat sampah
a) Jarak antar tempat sampah di jalan utama minimal setiap 20
meter
b) Penempatannya tidak mengganggu ruang bebas berjalan kaki
c) Diletakkan bersama di ruang utilitas dalam satu garis lurus
d) Tersedia pada persimpangan dan berdekatan dengan lokasi
penyeberangan
e) Tempat sampah di trotoar minimal terpisah menjadi dua:
sampah organik dan sampah non organik (dapat didaur ulang)

- Jalur hijau dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara


20-30% dari ruang milik jalan. Dengan jenis pohon peneduh yang
ditempatkan pada jalur tanaman (minimal 1,5 m dari tepi median)
- Lampu penerangan terletak di luar ruang bebas jalur pejalan kaki dengan jarak antar lampu
penerangan yaitu 10 meter dan tinggi lampu antara 3-4,5 meter
- Tingkat kelandaian jalur pejalan kaki tidak melebihi 8% (1:12)

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 112
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
No Kriteria Komponen Standar Teknis

- Jalur pemandu tuna netra berupa guiding block


a) Ubin pengarah bermotif garis-garis menunjukkan arah perjalanan
b) Ubin peringatan bermotif bulat memberikan peringatan terhadap adanya perubahan situasi di
sekitar/warning

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 113
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
No Kriteria Komponen Standar Teknis
Jalur sepeda - Dimensi jalur sepeda
a) Jalur sepeda tanpa pembatas lalu lintas (hanya ditandai marka khusus jalur sepeda), lebar
minimum 1,2 m
b) Jalur sepeda dengan pemisah khusus (buffer/pemisah) antara jalur sepeda dan jalur kendaraan
bermotor, lebar minimum 1,5 m
- Jarak parkir dengan bangunan maksimal 500 m
- Ketentuan parkir sepeda
a) Parkir sepeda dilengkapi dengan rak, tiang atau sandaran khusus untuk sepeda
b) Papan tanda (signage) parkir sepeda
c) Rak parkir sepeda dapat juga menjadi elemen estetik kota
Penataan - Sempadan bangunan (GSB, dan jarak bebas)
Bangunan a) GSB minimal = ½ ROW jalan di depan kavling + 1 m
b) Jarak bebas (sisi kanan dan kiri bangunan) minimum 4.5 m, termasuk 2 m jalur hijau sepanjang
perbatasan dengan fungsi lainnya
- Intensitas bangunan (KDB, KLB, Ketinggian bangunan)
a) Koefisien Dasar Bangunan (KDB: persentase tapak bangunan yang diizinkan dibangun),
maksimal 60%
b) Koefisien Dasar Hijau (KDH: persentase area hijau resapan) minimal ½ dari sisa KDB (luas
lahan – luas KDB = X/2 = luas KDH minimal)
c) Ketinggian Bangunan di zona sentra ekonomi kawasan maksimal 2 lantai

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 114
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
No Kriteria Komponen Standar Teknis
Penggunaan - Pembagian kaveling berdasarkan luas lahan kaveling
lahan a) Siap Bangun kecil 300 – 3.000 m2;
b) Sedang 3.000 – 30.000 m2;
c) Besar > 3Ha
- Pembagian kaveling berdasarkan kategori produksi
a) Industri
b) Perdagangan dan Jasa
c) Perkantoran
- Pembagian kaveling berdasakan kebutuhan air dapat dikategorikan menjadi:
a) Kebutuhan air kecil – limbah cair 20 – 40%
b) Kebutuhan air sedang – limbah cair 40 – 60%
c) Kebutuhan air besar (wet industry) – limbah cair 60 – 80%
- Proporsi Kaveling Perumahan
a) Proporsi lahan perumahan, selain memenuhi proporsi minimal yang ditentukan, juga berfungsi
sesuai dengan ketentuan hunian berimbang (1 hunian atas:
2 hunian menengah dan 3 hunian bawah)
b) Kaveling perumahan tidak termasuk perumahan pekerja yang disediakan untuk pekerja kawasan
ekonomi
- Lahan ruang terbuka hijau, selain memenuhi proporsi minimal yang ditentukan, juga berfungsi sesuai
dengan peruntukannya (jalur hijau, taman publik, area resapan, lapangan olahraga terbuka)
- Ketentuan perbandingan lebar dan panjang kaveling 2:3 atau 1:2
- Lebar kaveling minimal diluar garis sempadan
a) Lebar kaveling regular minimal = kelipatan 18 m + jarak bebas sisi kiri dan kanan minimal 3 m per
sisi bangunan
b) Lebar kaveling sudut minimal+ kelipatan 18 m + GSB sisi yang menghadap jalan dan jarak bebas
(kiri atau kanan)
- Dengan tujuan menghindari terjadinya gangguan sirkulasi antar kaveling, penempatan pintu keluar
masuk kaveling yang bersebelahan ditempatkan pada posisi yang berjauhan

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 115
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
No Kriteria Komponen Standar Teknis

Pagar - Pagar Pembatas Kawasan


a) Tinggi pagar sebagai pemisah sentra ekonomi kawasan dengan kawasan sekitarnya maksimal 2 m di
atas permukaan tanah
b) Pagar kawasan dapat berupa dinding yang tertutup pohon sebagai jalur hijau

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 116
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
No Kriteria Komponen Standar Teknis
4 Prasarana dan Jaringan air - Jaringan pipa air bersih dapat menjangkau seluruh kaveling
Utilitas bersih - Beberapa cara yang paling efektif untuk mengurangi konsumsi air bersih adalah:
a) Peralatan yang efisien.
b) Sub-metering dari semua sistem konsumsi air utama.
c) Daur ulang air bekas.
d) Efisiensi air menara pendingin (cooling tower).
e) Pemanfaatan air kondensat AC.
f) Pemanfaatan air hujan
- Peralatan saniter hemat air meliputi kloset, keran air, urinal, pancuran air, bidet, dan lain-lain
- Air limbah dari bangunan gedung hijau dapat digunakan kembali setelah diproses melalui sistem daur
ulang air. Air daur ulang yang digunakan kembali harus memenuhi standar baku mutu sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan. Air daur ulang yang dimaksud di atas digunakan sebagai air sekunder
misalnya untuk penggelontoran (flushing), penyiraman taman, irigasi lahan, dan penambahan air
pendingin (make-up water cooling tower)
Jaringan - Sistem drainase lokal terintegrasi dengan sistem drainase perkotaan yang melayani sentra ekonomi
drainase kawasan
- Sesuai perhitungan debit air hujan; ukuran saluran tidak dapat distandarisasikan sebab tergantung dari
(a) Luas daerah tangkapan air atau DPSal (Daerah pengaliran saluran); (b) Periode ulang; (c) Bentuk
daerah tangkapan air atau DPSal minimal jaringan drainase utama sentra ekonomi/kota
- Penampungan air hujan
a) Ketersediaan kolam penampungan air hujan kawasan yang terhubung dengan saluran drainase
utama kawasan
b) Penggunaan kembali air pada kolam penampungan air hujan
c) Penggunaan kembali air hujan merupakan prioritas utama dalam pengelolaan volume wajib kelola
air hujan sehingga diusahakan semaksimal mungki
Jaringan energi - Pasokan listrik diakomodasi di lokasi sentra ekonomi kawasan dengan pasokan daya dan tegangan
dan kelistrikan yang mencukupi
- Ketersediaan lahan khusus untuk penempatan transformator listrik

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 117
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
No Kriteria Komponen Standar Teknis
Jaringan ,- Jaringan komunikasi memiliki kapasitas 20 – 40 SST/ha termasuk faximile, telepon umum 1 SST/10
telekomunikasi hektar
- Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 5 Tahun 2013 tentang
Kelompok Alat dan Perangkat Telekomunikasi. Alat dan perangkat telekomunikasi yang terdiri atas 3
(tiga) kelompok yaitu:
a) Kelompok Jaringan: Kelompok alat yang penempatannya di jaringan utama
b) Kelompok Akses: Kelompok alat yang penempatannya di antara jaringan utama dan terminal serta
antar jaringan utama
c) Kelompok Pelanggan: Kelompok alat yang penempatannya di ujung jaringan akses atau pengguna
Sistem - IPAL organica merupakan IPAL yang menggunakan alat berbasis ecotechnological dalam pengolahan
pengolahan air air limbah
limbah - Ketentuan mutu limbah
a) BOD (biological oxygen demand) rentang yang di izinkan adalah 30 mg/l
b) COD (chemical oxygen demand) rentang yang di izinkan adalah 100 mg/l
c) TSS (total suspended solid) rentang yang di izinkan adalah 30 mg/l
d) pH rentang yang di izinkan adalah 6-9
e) Minyak dan lemak rentang yang di izinkan adalah 5 mg/l
f) Amoniak rentang yang di izinkan adalah 10 mg/l
g) Total coliform rentang yang di izinkan adalah 3000 jumlah/100mL
h) Debit rentang yang di izinkan adalah 100 L/orang/hari
Pengelolaan - Kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala kawasan
persampahan

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 118
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
No Kriteria Komponen Standar Teknis
Sistem proteksi - Sistem deteksi kebakaran didesain memiliki paling sedikit detektor kebakaran berikut:
kebakaran a) Detektor panas
b) Detektor asap
c) Detektor nyala api
d) Detektor gas mudah terbakar, dan
e) Detektor kebakaran dengan peringatan dini lainnya
- Sistem komunikasi suara darurat harus didistribusikan sehingga secara efektif dapat terdengar di atas
tingkat suara ambien rata-rata
- Sistem komunikasi suara darurat harus menghasilkan sinyal yang berbeda dari sinyal suara yang
dipakai untuk penggunaan lain dalam suatu bangunan gedung tertentu.
- Jalan lingkungan dengan perkerasan di dalam sentra ekonomi kawasan agar dapat dilalui oleh
kendaraan pemadam kebakaran dengan lebar jalan minimum 3,5 m
- Jarak antar bangunan gedung ditentukan berdasarkan tinggi bangunan gedung dan tidak dimaksudkan
untuk menentukan garis sempadan bangunan gedung
5 Mitigasi Jalur evakuasi .- Jalur evakuasi primer : merupakan jalur yang menuju Tempat Evakuasi Akhir (TEA) secara langsung
Bencana dengan persyaratan lebar jalan minimal 9 meter atau setara dengan kolektor primer
- Jalur evakuasi sekunder : jalur menuju Tempat Evakuasi Sementara (TES) dengan persyaratan lebar
jalan minimal 7,5 meter atau setara dengan jalan lokal
- Semua jalur evakuasi menuju TES maupun TEA harus mudah dilihat dan mudah dicapai dari semua
akses jalan lingkungan

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 119
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
No Kriteria Komponen Standar Teknis
Tempat - Harus berada pada ketinggian yang cukup diatas permukaan tanah agar mudah dilihat dari berbagai
evakuasi arah dan harus jauh dari sumber kemacetan lalu lintas, mudah dijangkau oleh semua orang
- Lokasi jauh dari struktur bangunan yang rentan dan tidak aman potensi reruntuhan batu,
berhamburan kayu-kayu di dekat peti kemas Pelabuhan atau pabrik pengolahan kayu
- Lokasi harus jauh dari sumber Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
6 Jaringan Air Sumber air Sentra ekonomi kawasan juga dapat membangun instalasi pengolahan air secara mandiri untuk
mencukupi kebutuhan kegiatan perekonomian di dalam kawasan. Kebutuhan air untuk sektor industri
0,2 sampai 0,8 liter/detik/hektar
Jaringan pipa Jaringan pipa air pada sentra ekonomi kawasan melayani seluruh kavling sentra ekonomi kawasan
air dengan kualitas tekanan air yang merata
Hidran Jaringan air dapat digunakan juga untuk sumber air hidran pemadam kebakaran dengan standar
tekanan minimal (1.5 bar) dan jarak perletakan pilar hidran (35-38 meter). Selain jarak antar pilar
hidran, juga disyaratkan perletakan pilar hidran pada area terbuka, mudah terlihat dan mudah
dijangkau petugas pemadam kebakaran

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 120
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
LAMPIRAN VII
PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR ........ TAHUN ........
TENTANG PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN
PERTUMBUHAN EKONOMI JOGJA BARAT
TABEL MATRIKS KETENTUAN INSENTIF DAN DISINSENTIF
Zona/Sub Zona Zona Kendali 1: Zona Zona Kendali 2: Zona Cagar Zona Kendali 3 : Zona
No Zona Di Dorong
Peruntukan Pengendalian Penuh (Ketat) Budaya Pengembangan
A PERUNTUKAN LINDUNG
1 Perlindungan Setempat
a Sempadan Sungai A. Terhadap kegiatan akan di
berikan Insentif dengan ketentuan:
- terdapat kegiatan yang
menunjang fungsi lindung dan
sesuai dengan ketentuan
intensitasnya.

Jenis Insentif : pemberian


kompensasi, subsidi, imbalan,
sewa ruang, urun saham, fasilitasi
persetujuan KKPR, penyediaan
Prasarana dan sarana,
- - -
penghargaan, publikasi atau
promosi

B. 'Terhadap kegiatan akan di


berikan disinsentif dengan
ketentuan:
- terdapat kegiatan yang tidak
menunjan fungsi lindung dan tidak
sesuai ketentuan intensitasnya.

Jenis disinsentif :

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 121
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Zona/Sub Zona Zona Kendali 1: Zona Zona Kendali 2: Zona Cagar Zona Kendali 3 : Zona
No Zona Di Dorong
Peruntukan Pengendalian Penuh (Ketat) Budaya Pengembangan
kewajiban memberi kompensasi
atau imbalan, pembatasan
penyediaan prasarana dan sarana.
2 Ruang Terbuka Hijau
a RTH Fungsi A. Terhadap kegiatan akan di
- - -
Tertentu berikan Insentif dengan ketentuan:
b RTH Taman, - terdapat kegiatan yang
Hutan Kota, menunjang fungsi lindung dan
Lapangan sesuai dengan ketentuan
Olahraga intensitasnya.

Jenis Insentif : pemberian


kompensasi, subsidi, imbalan,
sewa ruang, urun saham, fasilitasi
persetujuan KKPR, penyediaan
Prasarana dan sarana,
penghargaan, publikasi atau
- promosi - -

B. 'Terhadap kegiatan akan di


berikan disinsentif dengan
ketentuan:
- terdapat kegiatan yang tidak
menunjan fungsi lindung dan tidak
sesuai ketentuan intensitasnya.
Jenis disinsentif :
kewajiban memberi kompensasi
atau imbalan, pembatasan
penyediaan prasarana dan sarana.
B PERUNTUKAN BUDIDAYA
1 Perdagangan dan A. Terhadap kegiatan
Jasa Perdagangan dan Jasa akan di -
berikan Insentif dengan -
BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 122
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Zona/Sub Zona Zona Kendali 1: Zona Zona Kendali 2: Zona Cagar Zona Kendali 3 : Zona
No Zona Di Dorong
Peruntukan Pengendalian Penuh (Ketat) Budaya Pengembangan
ketentuan:
- Pelampauan KDB dan/atau
KLB Minimum
- Pelampauan KDH Minimum
- Pelampauan Ketinggian
Bangunan (TB) Maksimum

Jenis Insentif : pemberian


kompensasi, subsidi, imbalan,
sewa ruang, urun saham,
fasilitasi persetujuan KKPR,
penyediaan Prasarana dan
sarana, penghargaan, publikasi
atau promosi

B. 'Terhadap kegiatan
Perdagangan dan Jasa akan di
berikan disinsentif dengan
ketentuan:
- terjadi kegiatan pembuangan
limbah tidak sesuai SOP
pengelolaan limbah
- tidak terpenuni KDH
minimum

Jenis Disinsentif :
kewajiban memberi kompensasi
atau imbalan, pembatasan
penyediaan prasarana dan
sarana.
2 Perkantoran A. Terhadap kegiatan
Perkantoran akan di berikan - - -
Insentif dengan ketentuan:

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 123
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Zona/Sub Zona Zona Kendali 1: Zona Zona Kendali 2: Zona Cagar Zona Kendali 3 : Zona
No Zona Di Dorong
Peruntukan Pengendalian Penuh (Ketat) Budaya Pengembangan
- Pelampauan KDB dan/atau
KLB Minimum
- Pelampauan KDH Minimum
- Pelampauan Ketinggian
Bangunan (TB) Maksimum

Jenis Insentif : pemberian


kompensasi, subsidi, imbalan,
sewa ruang, urun saham,
fasilitasi persetujuan KKPR,
penyediaan Prasarana dan
sarana, penghargaan, publikasi
atau promosi

B. 'Terhadap kegiatan
perkantoran akan di berikan
disinsentif dengan ketentuan:
- terjadi kegiatan pembuangan
limbah tidak sesuai SOP
pengelolaan limbah
- tidak terpenuni KDH
minimum

Jenis Disinsentif :
kewajiban memberi kompensasi
atau imbalan, pembatasan
penyediaan prasarana dan
sarana.
3 Perumahan
a Perumahan A. Terhadap kegiatan
-
kepadatan sedang - perumahan akan di berikan
b Perumahan Insentif dengan ketentuan:
-
Kepadatan Tinggi - - Pelampauan KDH Minimum

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 124
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Zona/Sub Zona Zona Kendali 1: Zona Zona Kendali 2: Zona Cagar Zona Kendali 3 : Zona
No Zona Di Dorong
Peruntukan Pengendalian Penuh (Ketat) Budaya Pengembangan

Jenis Insentif : pemberian


kompensasi, subsidi, imbalan,
sewa ruang, urun saham,
fasilitasi persetujuan KKPR,
penyediaan Prasarana dan
sarana, penghargaan, publikasi
atau promosi

B. 'Terhadap kegiatan
perumahan akan di berikan
disinsentif dengan ketentuan:
- terjadi pelampauan KDB
dan/atau KLB Maksimum
- KDH Minimum tidak
terpenuhi
- Pelampauan Ketinggian
Bangunan (TB) Maksimum
- GSB Minimum tidak
terpenuhi

Jenis disinsentif :
kewajiban memberi kompensasi
atau imbalan, pembatasan
penyediaan prasarana dan
sarana.
4 Sarana Pelayanan Umum
a Sarana A. Terhadap kegiatan
Pendidikan pendidikan akan di berikan
Insentif dengan ketentuan:
-
- Pelampauan KDH Minimum

Jenis Insentif : pemberian

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 125
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Zona/Sub Zona Zona Kendali 1: Zona Zona Kendali 2: Zona Cagar Zona Kendali 3 : Zona
No Zona Di Dorong
Peruntukan Pengendalian Penuh (Ketat) Budaya Pengembangan
kompensasi, subsidi, imbalan,
sewa ruang, urun saham,
fasilitasi persetujuan KKPR,
penyediaan Prasarana dan
sarana, penghargaan, publikasi
atau promosi

B. 'Terhadap kegiatan
pendidikan akan di berikan
disinsentif dengan ketentuan:
- terjadi pelampauan KDB
dan/atau KLB Maksimum
- KDH Minimum tidak
terpenuhi
- Pelampauan Ketinggian
Bangunan (TB) Maksimum
- GSB Minimum tidak terpenuhi

Jenis disinsentif :
kewajiban memberi kompensasi
atau imbalan, pembatasan
penyediaan prasarana dan
sarana.
5 Cagar Budaya Terhadap bangunan objek cagar
budaya akan di berikan insentif
dengan ketentuan:
- bangunan cagar budaya yang
mempertahankan/ tidak
-
merubah bentuk arsitektur.
Dengan cara Preservasi,
konservasi dan revitalisasi

- Jenis Insentif : pemberian -

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 126
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Zona/Sub Zona Zona Kendali 1: Zona Zona Kendali 2: Zona Cagar Zona Kendali 3 : Zona
No Zona Di Dorong
Peruntukan Pengendalian Penuh (Ketat) Budaya Pengembangan
kompensasi, subsidi, imbalan,
sewa ruang, urun saham,
fasilitasi persetujuan KKPR,
penyediaan Prasarana dan
sarana, penghargaan, publikasi
atau promosi
6 Industri A. Terhadap kegiatan industri Terhadap kegiatan yang
akan di berikan Insentif dengan melanggar di berikan disinsentif
ketentuan: dengan ketentuan:
- Pelampauan KDH Minimum - terjadi pelampauan KDB
- Pelampauan Ketinggian dan/atau KLB Maksimum
Bangunan (TB) Maksimum - KDH Minimum tidak
terpenuhi
Jenis Insentif : pemberian - Pelampauan Ketinggian
kompensasi, subsidi, imbalan, Bangunan (TB) Maksimum
sewa ruang, urun saham, - GSB Minimum tidak
fasilitasi persetujuan KKPR, terpenuhi
penyediaan Prasarana dan
sarana, penghargaan, publikasi
atau promosi -

B. 'Terhadap kegiatan industri


akan di berikan disinsentif
dengan ketentuan:
- terjadi kegiatan pembuangan
limbah tidak sesuai SOP
pengelolaan limbah
- tidak terpenuni KDH
minimum

Jenis Disinsentif :
kewajiban memberi kompensasi
atau imbalan, pembatasan

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 127
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Zona/Sub Zona Zona Kendali 1: Zona Zona Kendali 2: Zona Cagar Zona Kendali 3 : Zona
No Zona Di Dorong
Peruntukan Pengendalian Penuh (Ketat) Budaya Pengembangan
penyediaan prasarana dan
sarana.

WALIKOTA YOGYAKARTA

HARYADI SUYUTI

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 128
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
LAMPIRAN VIII
PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA
NOMOR ........ TAHUN ........ TENTANG
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
KAWASAN PERTUMBUHAN EKONOMI JOGJA
BARAT

A. PERHITUNGAN PELAMPAUAN KLB

1. Rumus Pelampauan KLB

Keterangan :
K = Nilai Kompensasi (Rp)
I = Indeks Kompensasi
P = Pelampauan luas lantai bangunan (m2)
KLB = Nilai KLB sesuai RTRW/RDTR
NL = Nilai lahan pada lokasi (~ NJOP Rp/m2)

• Pendekatan yang digunakan dalam perhitungan adalah NJOP terhadap nilai


tanah/lahan, dimana taksiran harga suatu properti yang dihitung berdasarkan Zona
Nilai Tanah.
• NJOP umumnya ditetapkan sekali setahun, jika tidak terdapat NJOP yang up-to-
date, dapat menggunakan nilai pasar.

2. Indeks Kompensasi KLB


Indeks kompensasi merupakan faktor pengimbang nilai lahan berdasarkan ketentuan
insentif-disinsentif, yang mengacu pada lokasi, guna lahan, dan fungsi kawasan.
Contoh Penentuan Indeks Kawasan:
 Kawasan Pusat Kota > Pinggiran Kota
 Kawasan Cepat Tumbuh > Kurang Berkembang
 Kawasan Perumahan < Kawasan Industri

Penentuan Angka Indeks :


 Dalam situasi dimana lokasi bidang merupakan daerah yang mendapat insentif,
indeks dapat ditentukan sebesar < 1
 Dalam situasi dimana lokasi bidang merupakan daerah yang mendapat
disinsentif, indeks dapat ditentukan sebesar > 1

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 129
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Tabel Indeks Kompensasi KLB Kondisi Kawasan Normal
Nilai Indeks Kompensasi
Tipologi Kawasan
Insentif Disinsentif
Zona Komersil Pusat/Sub Pusat Kota 0,7 1,4
Zona Komersil 0,6 1,2
Zona Perumahan 0,5 1,0
Zona Industri/KIP 0,8 1,6

Tabel Indeks Kompensasi KLB Kondisi Kawasan Memerlukan Pengendalian Khusus


Dan/Atau di Lokasi Zk
Nilai Indeks Kompensasi
Tipologi Kawasan
Insentif Disinsentif
Zona Komersil Pusat/Sub Pusat Kota 0,9-1,3 1,6-2,0
Zona Komersil 0,8-1,2 1,4-1,8
Zona Perumahan 0,7-1,1 1,2-1,6
Zona Industri/KIP 0,6-1,2 1,8-2,2

3. Contoh Perhitungan Disinsentif KLB

Luas persil = 2.500 m2


Rasio hijau = 20% = 500 m2
KLB dasar = 3,0
Luas lantai dasar (KDB) = 2.000 m
Luas seluruh lantai = 10.000 m2
Harga Bangunan = Rp. 2.500.000/m2
Luas Tanah = 2.500 m2
Harga Pasaran Tanah = Rp. 1.500.000/m2
Indeks kawasan = 1,1

KLB dimohon = Luas seluruh lantai/Luas lantai dasar bangunan


= 10.000/2000 = 5,0
BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 130
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Luas lantai diijinkan= KLB dasar x Luas tanah
= 3 x 2.000 m2
= 6.000 m2
Luas yang dilampaui = 10.000 – 6.000 = 4.000 m2
KLB dilampaui = 5,0 – 3,0
= 2,0
1) Perhitungan Kompensasi
K = I x (P/KLB dasar x NL)
K = 1,0 x (4.000/3,0 x 1.000.000)
K = Rp. 1.333.333.333

2) Nilai Bangunan pada Lantai yang Dilampaui


NB = P x NL
NB = 4.000 x 1.000.000
NB = Rp. 4.000.000.000

3) Prosentase Nilai Bangunan berdasarkan NJOP dan Nilai Kompensasi


%NB = (K:NB) x 100%
= (1.333.333.333 : 4.000.000.000) x 100%
= 33,3 %

B. Perhitungan Pelampauan KDB

1. Rumus Pelampauan KDB

Keterangan
K = Nilai Kompensasi (Rp)
I = Indeks Kompensasi
P = Pelampauan lantai dasar (m2)
KLB = Nilai KDB sesuai RTRW/RDTR
NL = Nilai lahan pada lokasi (~ NJOP Rp/m2)

• Pendekatan yang digunakan dalam perhitungan adalah NJOP terhadap nilai


tanah/lahan, dimana taksiran harga suatu properti yang dihitung berdasarkan
Zona Nilai Tanah.

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 131
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
• NJOP umumnya ditetapkan sekali setahun, jika tidak terdapat NJOP yang up-to-
date, dapat menggunakan nilai pasar.

2. Indeks Kompensasi KDB


Indeks kompensasi merupakan faktor pengimbang nilai lahan berdasarkan ketentuan
insentif-disinsentif, yang mengacu pada lokasi, guna lahan, dan fungsi kawasan.
Contoh Penentuan Indeks Kawasan:
 Kawasan Pusat Kota > Pinggiran Kota
 Kawasan Cepat Tumbuh > Kurang Berkembang
 Kawasan Perumahan < Kawasan Industri

Penentuan Angka Indeks :


 Dalam situasi dimana lokasi bidang merupakan daerah yang mendapat
insentif, indeks dapat ditentukan sebesar < 1
 Dalam situasi dimana lokasi bidang merupakan daerah yang mendapat
disinsentif, indeks dapat ditentukan sebesar > 1

Tabel Indeks Kompensasi KLB Kondisi Kawasan Normal


Nilai Indeks Kompensasi
Tipologi Kawasan
Insentif Disinsentif
Zona Komersil Pusat/Sub Pusat Kota 0,8 1,6
Zona Komersil 0,7 1,4
Zona Perumahan 0,6 1,2
Zona Industri/KIP 0,9 1,8

Tabel Indeks Kompensasi KLB Kondisi Kawasan Memerlukan Pengendalian Khusus


Dan/Atau di Lokasi Zk
Nilai Indeks Kompensasi
Tipologi Kawasan
Insentif Disinsentif
Zona Komersil Pusat/Sub Pusat Kota 1,0-1,4 1,8-2,2
Zona Komersil 0,9-1,3 1,6-2,0
Zona Perumahan 0,8-1,2 1,4-1,8
Zona Industri/KIP 1,1-1,5 2,0-2,4

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 132
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
3. Contoh Perhitungan Disinsentif KDB

Luas persil = 200 m2


Ketentuan KDB dasar = 50% atau 100 m2
Luas bangunan (lantai dasar) = 120 m2
Luas perkerasan (teras,carport) = 40 m2

Pelampauan KDB = luas lantai dasar- KDBdasar


= 120 – 100 = 20 m2

Harga Bangunan = Rp. 2.500.000/m2


Harga Pasaran Tanah = Rp. 1.500.000/m2
Indeks kawasan = 1,2
Nilai berdasarkan NJOP = Rp 1.000.000/m2

1) Perhitungan Kompensasi
K = I x (P/KDB dasar x NL)
K = 1,2 x (20/0,5 x 1.000.000)
K = Rp. 48.000.000

2) Nilai Bangunan pada Lantai yang Dilampaui


NB = P x NL
NB = 20 x 1.000.000
NB = Rp. 20.000.000

3) Prosentase Nilai Bangunan berdasarkan NJOP dan Nilai Kompensasi


%NB = (K:NB) x 100%
= (48.000.000 : 20.000.000) x 100%
= 24%

C. Pelampauan dan/atau Ketidakcukupan KDH


BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 133
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
Pelampauan terkait dengan ketentuan koefisien dasar hijau (KDH) yang biasanya
diterapkan pada suatu kawasan atau blok peruntukan. Koefisien Dasar Hijau yang
selanjutnya disingkat KDH adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh
ruang terbuka (tanpa perkerasan) di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi
pertamanan/penghijauan dengan luas persil/kavling.
Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen
dari luas wilayah kota yang merupakan ukuran minimal untuk menjamin
keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan sistem
mikroklimat, maupun sistem ekologis lain.

1. Rumus Pelampauan dan/atau Ketidakcukupan KDH

Dimana,
 Pendekatan yang digunakan dalam perhitungan adalah NJOP terhadap nilai
tanah/lahan, dimana taksiran harga suatu properti yang dihitung berdasarkan
Zona Nilai Tanah.
 NJOP umumnya ditetapkan sekali setahun, jika tidak terdapat NJOP yang up-
to-date, dapat menggunakan nilai pasar.

2. Contoh Perhitungan Pelampauan/Ketidakcukupan KDH


Suatu kawasan memiliki luas total berupa luas persil secara keseluruhan ditambah
dengan 30% dari luas persil tersebut yang digunakan untuk fasilitas umum dan
bangunan lainnya dengan komposisi sebagai berikut:
Ketentuan penyediaan Ruang Terbuka Hijau:
Ruang Terbuka Hijau publik sebesar 10%, dimana RTH publik yang tersedia hanya
3% yang menjadi tanggung jawab pemerintah
Ruang Terbuka Hijau privat sebesar 10% yang menjadi RTH komunal

Kasus:
Jumlah persil : 20 persil
Ukuran persil : 90 m2

Perhitungan
Total luas persil : 20 x 90 m² = 1800 m²
Total luas fasilitas umum dsb : 30% x 1800 m² = 540 m²
Total luas kawasan : 1800 m² + 540 m² = 2340 m²
Luas RTH privat yg dibutuhkan : 10% x 2340 m² = 234 m²
Kekurangan Luas RTH privat : 234 m²-117 m² = 117 m²
Luas RTH publik yang tersedia : 3% x 2340 m² = 70,2 m²
Luas RTH publik yang dibutuhkan : 10% x 2340 m² = 234 m²
Kekurangan luas RTH publik : 234 m² - 70,2 m² = 163,8 m²

Total kekurangan RTH publik dan RTH privat


BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 134
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
(117 m²+163,8 m²/468 m²) x 100% = 60% = 280,8 m²

NJOP = RP 1.000.000

BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 135
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA
BUKU EKSKLUSIF
PENGENDALIAN PERWUJUDAN 136
RENCANA TATA RUANG
KOTA YOGYAKARTA

Anda mungkin juga menyukai