KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang memberikan berkah, rahmat dan
karunianya sehingga laporan Antara Penyusunan Masterplan Objek Petilasan Sri
Maharaja Batu Mangun Jayo dapat tersusun dengan sebagaimana mestinya.
Laporan Antara ini secara garis besar berisi tentang uraian umum lingkup pekerjaan
jasa konsultan, uraian metodologi pelaksanaan Survei lapangan, uraian metodologi
desain dan analisa, data pendukung pelaksanaan pekerjaan dan analisis.
Demikian Laporan Antara ini disampaikan, semoga dapat bermanfaat sebagai
bahan pertimbangan dalam tahapan perencanaan selanjutnya.
TIM PENYUSUN
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
DAFTAR ISI
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
DAFTAR TABEL
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
DAFTAR GAMBAR
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
BAB I
PENDAHULUAN
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
satu aset yang digunakan sebagai sumber perekonomian yang menjanjikan bagi
pemerintah maupun masyarakat sekitar obyek wisata. Dalam hal ini pemerintah
Kabupaten Tebo berupaya untuk mengembangkan pariwisata yang ada di
kabupaten Tebo dalam rangka Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
maupun pendapatan masyarakat setempat.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
1.2.2. Tujuan
Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo,
Kecamatan Tebo Tengah, Kabupaten Tebo bertujuan untuk :
a) Menyusun rencana pengembangan Potensi Obyek Wisata Petilasan Sri
Maharaja Batu Mangun Jayo, Kecamatan Tebo Tengah, Kabupaten Tebo,
sebagai pedoman pembangunan dan arahan perwujudan fisik segmen –
segmen kawasan perencanaan guna menunjang kegiatan wisata tanpa
mengaburkan identitas kawasan;
b) Membuat model perancangan makam dan sekitar Kawasan makam secara
keseluruhan
c) Menciptakan kawasan makam menjadi menarik untuk menjadi Kawasan
rekreasi publik.
1.2.3. Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai sebagai hasil dari layanan konsultansi ini adalah
sebagai berikut:
a) Meningkatkan kualitas kawasan makam pada kawasan perencanaan;
b) Menciptakan fasilitas publik untuk rekreasi yang menarik bagi pengunjung;
c) Mengakomodasi peluang ekonomi yang tumbuh dari masyarakat setempat
melalui pengembangan Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo,
Kecamatan Tebo Tengah, Kabupaten Tebo.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
a) Kegiatan Persiapan
Persiapan dasar Penyusunan Masterplan Rencana Pengembangan Obyek
Wisata Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo, Kecamatan Tebo
Tengah, Kabupaten Tebo meliputi:
• Menyusun Jadwal Kegiatan;
• Persiapan daftar data/inventarisasi dan informasi yang diperlukan;
• Mengidentifikasi kepemilikan lahan di kawasan perencanaan;
• Mobilisasi personil, alat dan bahan;
• Menganalisis kebijakan dan melakukan studi literatur prinsip-prinsip
penataan kawasan wisata alam;
• Menyusun konsep dan prinsip-prinsip penataan obyek wisata
Petilasan Sri Maharaja Batu yang terintegrasi dengan lingkungan
sekitar;
• Membuat simulasi penataan kawasan wisata petilasan Sri Maharaja
Batu di Mangun Jayo;
• Menyusun kelembagaan pengelolaan kawasan wisata petilasan Sri
Maharaja Batu Mangun Jayo; dan
• Menyusun program dan kegiatan indikatif.
c) Kegiatan Penyusunan.
Keluaran atau output berupa:
a. Laporan Akhir Penyusunan Masterplan Rencana Pengembangan
Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo, Kecamatan
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup
pekerjaan, ruang lingkup wilayah dan sistematika penyusunan laporan
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
BAB II
KEBIJAKAN DAN KAJIAN DESTINASI PARIWISATA
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Dalam Konteks Pariwisata ada beberapa ruang yang dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan kepariwisataan Kabupaten Tebo, yakni;
a. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
1. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh;
2. Taman Nasional Bukit Dua Belas
3. Taman Wisata Alam Bukit Sari
4. Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus
b. Kawasan peruntukkan pariwisata
1. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh
2. Taman Nasional Bukit Dua Belas
3. Makam Sultan Thaha Syaifuddin
RTRW Provinsi Jambi pun sudah memberikan indikasi arahan peraturan zonasi
untuk kawasan peruntukan pariwisata dengan memperhatikan 4 hal penting
yakni :
a. pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya
dukung dan daya tampung lingkungan;
b. perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau;
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Periode Penjajahan-Perjuangan-Kemerdekaan-Mempertahankan
Kemerdekaan
Kabupaten Tebo mencatat beberapa kejadian sejarah sebagai bagian
pemberontakan pada masa penjajahan sebelum Negara Indonesia bersatu
dan secara sah merdeka dari penjajahan. Mukti dan Sakti (2008:50-98)
mencatat sejarah dari berbagai sumber literatur pada periode ini. Berikut
merupakan rangkuman peristiwa yang terjadi pada periode tersebut
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
1945 : Kabar pengakuan kalah Jepang pada Sekutu pada Perang Dunia II
tanggal 14 Agustus (yang menjadi tonggak awal Kemerdekaan
Indonesia) cepat menyebar di Indonesia. Untuk wilayah Tebo, kabar
tersebut diketahui pertama kali dan disebarkan oleh dr. Syahriar
Rahman setelah memonitor situasi melalui radio gelap selama
seminggu lebih lamanya setelah sekutu menjatuhkan bom atom di
Hiroshima dan Nagasaki (6 dan 9 Agustus 1945).
Dalam masa kekosongan kekuasaan tersebut di Indonesia,
dibentuklah Badan Penjaga Keamanan (BPK) yang diberi tugas untuk
menjaga kondisi dan situasi, yang juga dibentuk di daerah-daerah
termasuk diantaranya pembentukan BPK di Jambi. Khusus di Muara
Tebo, salah satu BPK yang dibentuk adalah BPK Pulau Temiang yang
dipimpin oleh Bakri (dari Teluk Kuali, saat ini termasuk dalam wilayah
administratif Kecamatan Tebo Ulu).
20 Agustus, bendera merah putih dikibarkan di depan kantor Gunco
(Kawedanan era Jepang) Muara Tebo di bawah pimpinan dr.
Syahriar Rahman diiringi dengan pekik ‘Merdeka’ oleh rakyat Tebo.
26 Agustus, perwakilan Presiden Soekarno untuk menyusun
Pemerintahan dalam Provinsi Sumatera yang juga anggota Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), T.M. Hasan tiba di Muara
Tebo untuk menjelaskan tentang proklamasi kemerdekaan.
Jambi ditetapkan sebagai wilayah karesidenan dibawah Provinsi
Sumatera. Tata pemerintahan Muara Tebo secara berturut turut
terdiri dari:
• Kewedanaan Muara Tebo
• Kecamatan: Tebo Ulu, Tebo Tengah, dan Tebo Ilir
• Pemerintahan Marga: VII Koto, IX Koto, Sumai, Petajin Ulu,
Petajin Ilir, dan Tabir Pintas.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
1948 : Agresi Belanda II, Kota Jambi diduduki oleh Belanda. Anggota TNI,
Polisi, dan anggota pemerintahan sipil banyak yang mundur ke
daerah Muara Tebo. Namun perlawanan tetap dilakukan dipimpin
oleh Wedana A. Manap (kewedanaan Muara Tebo yang
berkedudukan di Tebo Ulu), yang sebelumnya bertugas di Muara
Bungo.
Untuk mengantisipasi serangan Belanda yang semakin menyerang
ke daerah hulu, Komandan Detasemen Muara Tebo memobilisir
seluruh kekuatan untuk menghadang pergerakan Belanda di daerah
Tebo Ilir. Pasukan tersebut terdiri dari Detasemen Muara Tebo (yang
diganti nama menjadi pasukan Sayang Tebuang), Pasukan B17, dan
Pasukan Beruang Merah/P2.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
1993 : Untuk menghargai para pejuang yang telah gugur dalam periode ini,
makam para pejuang yang tercatat dalam sejarah dipancangkan
Bambu Runcing berbendera Merah Putih yang terbuat dari material
besi. Untuk keluarga yang ditinggalkan, Gubernur KDH Tingkat I
Jambi menyerahkan surat penghargaan.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
• Aktivitas Wisata
Aktivitas utama yang bisa dilakukan di Makam Sultan Thaha
Saifuddin adalah berziarah makam di hari-hari tertentu, seperti; HUT
RI 17 Agustus, Hari Pahlawan 10 Nopember, Hari-hari sebelum bulan
Ramadhan, dan Hari Raya Idul Fitri. Selain itu aktivitas mempelajari
sejarah dan penelitian bisa dilakukan di Makam Sultan Thaha
Saifuddin.
• Fasilitas Wisata
Setiap acara-acara ziarah Makam Sultan Thaha Saifuddin, fasilitas
seperti sound system, kursi, tenda, dll yang menyediakan adalah
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
• Aksesibilitas
Makam Sultan Thaha Saifuddin Kelurahan Pasar Muaro Tebo berada
di Kecamatan Tebo Tengah sebagai Ibukota Kabupaten Tebo, dan
berjarak 214 km dari Kota Jambi sebagai Ibukota Provinsi Jambi, 61
km dari Bandar Udara Bungo, ±300 m dari Desa/Kelurahan Bedaro
Rampak di Kecamatan Tebo Tengah sebagai kawasan akomodasi
terdekat, dan objek daya tariknya berada di kawasan pasar.
Moda transportasi yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk
menuju Makam Sultan Thaha Saifuddin Kelurahan Pasar Muaro Tebo
yaitu angkutan travel dengan jurusan Padang-Tebo dan kendaraan
pribadi atau sewa.
• Pengelolaan
Kawasan Makam Sultan Thaha Saifuddin dikelola oleh Dinas Sosial
Tenaga Kerja & Transmigrasi dengan pengelola teknisnya berupa
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
B. Makam Belanda
Letaknya bersebelahan dengan Makam Sultan Thaha Saifuddin. Makam
Belanda ini adalah makam para tentara belanda yang gugur dalam perang
dengan rakyat Indonesia pada masa penjajahan Belanda dulu. Luas
wilayah dari Makam Belanda lebih kecil dari Makam Sultan Thaha
Saifuddin ± 0.5-0.8 Ha. Kondisi makam sekarang ini terlihat seperti tanah
kosong karena terlihat makam-makam tentara Belanda sudah banyak
yang hancur dan hilang. Hanya ada satu yang terlihat utuh, namun papan
nama makam tersebut tidak terlihat jelas namanya. Sisanya hanya
makam-makam yang hancur.
• Aktivitas Wisata
Aktivitas yang bisa dilakukan di kawasan ini adalah mempelajari
sejarah dengan cara melakukan penelitian karena kondisi makam
yang tidak diketahui latar belakang sejarahnya.
• Fasilitas Wisata
Tidak ada satupun fasilitas intepretasi yang menerangkan sejarah
Makam Belanda dan siapa-siapa saja orang-orang yang dimakamkan.
Informasi mengenai makam hanya didapatkan melalui lisan. Makam
Belanda ini letaknya berada di dalam Pasar Muaro Tebo, sehingga
sangat dekat dengan fasilitas food & beverages.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
• Aksesibilitas
Makam Belanda Kelurahan Pasar Muaro Tebo berada di Kecamatan
Tebo Tengah sebagai Ibukota Kabupaten Tebo, dan berjarak 214
km dari Kota Jambi sebagai Ibukota Provinsi Jambi, 61 km dari
Bandar Udara Bungo, ±300 m dari Desa/Kelurahan Bedaro Rampak
di Kecamatan Tebo Tengah sebagai kawasan akomodasi terdekat,
dan objek daya tariknya berada di kawasan pasar.
Moda transportasi yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk
menuju Makam Belanda Kelurahan Pasar Muaro Tebo yaitu
angkutan travel dengan jurusan Padang-Tebo dan kendaraan pribadi
atau sewa.
• Pengelolaan
Menurut pemaparan masyarkat Makam Belanda ini dimiliki oleh
pihak KORAMIL TNI wilayah Kabupaten Tebo.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
• Aktivitas Wisata
Pengunjung yang datang ke Taman Tanggo Rajo utamanya
melakukan kegiatan duduk santai, dan bersenda gurau bersama
teman atau keluarga sambil menikmati pemandangan Sungai
Batanghari dari shelter-shelter yang terbangun di taman tersebut.
Selain itu Taman Tanggo Rajo ini sering dimanfaatkan sebagai
tempat berkumpul para komunitas muda Tebo untuk sekedar
menghabiskan waktu berkumpul bersama. Waktu yang diisi oleh
komunitas bisa berupa mengobrol dan bertukar pikiran saja atau
bahkan ada yang sampai menyelenggarakan acara live musik.
• Fasilitas Wisata
Fasilitas yang bisa digunakan pengunjung Taman Tanggo Rajo
adalah shelter-shelter yang tersebar di kawasan. Shelter tersebut
berada dalam keadaan yang rapih, dan nyaman untuk digunakan
dengan warna bangku yang berwarna warni. Di Taman Tanggo Rajo
juga terdapat dermaga dengan dominan cat warna kuning yang
melambangkan budaya melayu dan ukiran khas di bagian atap
dermaga. Terkadang dermaga tersebut digunakan oleh masyarakat
lokal untuk menunggu getek yang biasa digunakan sebagai
transportasi sungai. Selain itu di depan pintu masuk Taman Tanggo
Rajo terdapat pedagang kaki lima yang menjual makanan &
minuman yang disajikan kepada para pengunjung.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
• Aksesibilitas
Taman Tanggo Rajo Kelurahan Pasar Muaro Tebo berada di
Kecamatan Tebo Tengah sebagai Ibukota Kabupaten Tebo, dan
berjarak 203 km dari Kota Jambi sebagai Ibukota Provinsi Jambi, 50
km dari Bandar Udara Bungo, 1.5 km dari Desa/Kelurahan Bedaro
Rampak Kecamatan Tebo Tengah sebagai kawasan pusat
akomodasi terdekat.
Moda transportasi yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk
menuju Taman Tanggo Rajo Kelurahan Pasar Muaro Tebo yaitu
angkutan travel dengan jurusan Padang-Tebo dan kendaraan pribadi
atau sewa dari Kota Jambi.
• Pengelolaan
Taman Tanggo Rajo dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Tebo dan dikelola secara teknis oleh masyrakat lokal. Tarif tiket
masuk tidak ada, namun ada tiket parkir motor & mobil, yaitu motor
Rp. 2.000.-, dan mobil Rp. 5.000.- Uang tersebut dikolektifkan oleh
masyarkat lokal yang berada di sekitar Taman Tanggo Rajo.
B. Waterbyurr
Waterbyurr merupakan tempat rekreasi bermain air yang terletak di jalan
Muara Tebo-Bungo KM. 4, Tebo Tengah. Waterbyurr didirikan sejak tahun
tahun 2006 oleh bapak Sardawi. Kawasan dengan luas lahan dari
Waterbyurr yaitu 2 Ha ini terbangun wahana air dan kolam renang dewasa
& anak-anak. Waterpark ini biasa dikunjungi oleh masyarakat sekitar
dengan rentang umur dari 6 tahun sampai umur 20 tahun.
• Aktivitas Wisata
Aktivitas utama yang bisa dilakukan adalah berenang di kolam dan
bermain wahana air yang tersedia. Selain itu bagi pengunjung yang
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
• Fasilitas Wisata
Dalam kawasan Waterbyurr terdapat shelter sebagai tempat
istirahat bagi pengunjung yang tidak berenang. Lalu di kolam renang
ini juga terdapat fasilitas makan & minum untuk para
pengunjungnya. Wahana-wahana bermain air pun juga tersedia di
Waterbyuur ini, seperti water boom slide ukuran besar dan ukuran
kecil. Disini juga terdapat fasilitas kamar mandi untuk bilas dan anti
baju. Untuk fasilitas akomodasi, Waterbyurr satu kawasan dengan
fasilitas akomodasi di Jalan Tebo-Bungo km 04, yaitu Hotel Nabila
dan Wisma 72.
• Aksesibilitas
Kolam Renang Waterbyurr berada di Kecamatan Tebo Tengah
sebagai Ibukota Kabupaten Tebo, dan berjarak ±210 km dari Kota
Jambi sebagai Ibukota Provinsi Jambi, km dari Bandar Udara Bungo,
±57 km. Berada dalam satu kawasan Jl. Lintas Tebo-Muara Bungo
km di Kecamatan Tebo Tengah sebagai pusat akomodasi terdekat.
Moda transportasi yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk
menuju Kolam Renang Waterbyurr kendaraan pribadi atau sewa dari
Kota Jambi.
• Pengelolaan
Kolam Renang Waterbyurr dikelola secara pribadi oleh Pak Sadarwi.
Waterbyurr selalu beroperasi dari pukul 08.00 hingga pukul 18.00.
Harga tiket masuk di Waterbyurr yaitu Rp. 10.000.-/orang untuk
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
C. Waterzone
Waterzone adalah salah satu tempat rekreasi bermain air yang ada di
kabupaten Tebo. Kolam renang ini terletak di jalan Muara Tebo-Bungo KM.
6 dan mulai dibuka pada tahun 2014. Di kolam renang ini terdapat wahana
bermain air dan kolam renang anak dan dewasa yang lebih besar,
sehingga bisa digunakan sebagai kolam latihan, baik untuk les atau
digunakan oleh KONI daerah Tebo. Waterzone banyak dikunjungi oleh
masyarakat Tebo dengan rentang umur 5 sampai 18 tahun.
• Aktivitas Wisata
Aktivitas utama yang bisa dilakukan adalah berenang di kolam dan
bermain wahana air yang tersedia. Selain itu bagi pengunjung yang
tidak berenang bisa beristirahat di shelter yang tersedia sambil
menikmati makanan yang dibawa dari tempat asal atau membeli
langsung di kawasan kolam renang. Lalu juga pengunjung bisa
mengadakan acara khusus atau pihak pengelola sendiri yang akan
mengadakan kegiatan live musik karena tersedianya panggung
pertunjukkan. Kolam renang Waterzone juga digunakan oleh KONI
untuk kegiatan latihan renang atlet pada hari Selasa dan Jum’at.
• Fasilitas Wisata
Dalam kawasan Waterzone terdapat parasol sebagai tempat istirahat
bagi pengunjung yang tidak berenang. Lalu di kolam renang ini juga
terdapat fasilitas makan & minum untuk para pengunjungnya.
Wahana-wahana bermain air pun juga tersedia di Waterzone ini,
seperti water boom slide ukuran besar dan ukuran kecil. Disini juga
terdapat kamar mandi untuk bilas dan anti baju. Selain hal-hal yang
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
• Aksesibilitas
Kolam Renang Waterzone berada di Kecamatan Tebo Tengah
sebagai Ibukota Kabupaten Tebo, dan berjarak ±210 km dari Kota
Jambi sebagai Ibukota Provinsi Jambi, km dari Bandar Udara Bungo,
±57 km. Berada dalam satu kawasan Jl. Lintas Tebo-Muara Bungo
km di Kecamatan Tebo Tengah sebagai pusat akomodasi terdekat.
Moda transportasi yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk
menuju Kolam Renang Waterzone kendaraan pribadi atau sewa dari
Kota Jambi.
• Pengelolaan
Kolam Renang Waterzone dikelola secara pribadi. Harga tiket masuk
yang dijual yaitu seharga Rp. 15,000.-/orang untuk weekdays, Rp.
20.000.-/orang untuk weekend dan Rp. 30.000.-/orang untuk hari
libur nasional.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
• Aktivitas Wisata
Aktivitas wisata potensial yang dapat dikembangkan di kawasan ini
adalah dapat dijadikan tempat istirahat (rest area) bagi para pelintas
jalan Jambi-Muara Bungo.
• Fasilitas Wisata
Fasilitas yang khusus di Hutan Kota hanya papan penunjuk Hutan
Kota saja. Sementara fasilitas yang tersedia di sekitar lokasi adalah
masjid dan rumah makan.
• Aksesibilitas
Berada di pinggir jalan Muaro Bungo-Tebo dan bersebelahan dengan
komplek perkantoran Pemerintah Daerah Kabupaten Tebo.
• Pengelolaan
Pengelola dari Hutan Kota Kabupaten Tebo adalah Tim Penggerak
PKK Kabupaten Tebo.
Sumber Daya Tarik Wisata Budaya
A. Masjid Tuo Nurul Jalal
Masjid Tuo yang bernama Nurul Jalal dulunya merupakan pusat kegiatan
pesantren yang ada di Desa Mangunjayo. Masjid tersebut sudah ada
sebelum tahun 1948. Menurut masyarakat sekitar, masjid ini masjid
keramat sebab bangunannya masih kokoh, walaupun dinding pondasi
masjid selalu tergerus aliran Sungai Batanghari yang mengalir
disebelahnya.
Pernah ada rehab bangunan pada tahun 1978 dan itu hanya sekali saja.
Bagian yang direhab adalah tembok dicat, atap diganti, tiang pondasi
diperkuat. Selebihnya bagian gedung masjid ini masih asli. Masjid Nurul
Jalal ini kaya akan sejarah pondok pesantren Islam Indonesia, khususnya
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
di kawasan Jambi sendiri, serta banyak juga kiyai-kiyai yang lahir dari
Pesantren Nurul Jalal, seperti; KH. Mansyur, KH. Zainudin Usman.
Kejayaan kehidupan Pesantren Nurul Jalal ada di tahun 1945.
• Aktivitas Wisata
Aktivitas wisata yang mungkin dilakukan di Masjid Tuo ini adalah
mempelajari sejarah islam Pesantren Nurul Jalal, dan arsitektur tua.
Utamanya Masjid Tuo ini digunakan oleh masyarakat lokal sebagai
aktivitas rutin keagamaan, seperti Solat Fardhu, Solat Idul Fitri dan
Idul Adha, dan pengajian ibu-ibu pada hari Selasa & Jum’at.
• Fasilitas Wisata
Hanya terdapat tempat wudhu di dalam masjid, untuk fasilitas di luar
masjid terdapat bilik toilet yang berada di Sungai Batanghari di
bagian bawah masjid. Di luar kawasan Desa Mangunjayo terdapat
fasilitas akomodasi dalam radius 10 km
• Aksesibilitas
Masjid Tuo Desa Mangunjayo di Kecamatan Tebo Tengah sebagai
Ibukota Kabupaten Tebo, dan berjarak 210 km dari Kota Jambi
sebagai Ibukota Provinsi Jambi, 57 km dari Bandar Udara Bungo, 8,4
km dari Desa/Kelurahan Bedaro Rampak di Kecamatan Tebo Tengah
sebagai kawasan pusat akomodasi terdekat.
Moda transportasi yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk
menuju Taman Tanggo Rajo Kelurahan Pasar Muaro Tebo yaitu
angkutan travel dengan jurusan Padang-Tebo dan kendaraan pribadi
atau sewa dari Kota Jambi.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
• Pengelolaan
Pengurus Masjid Tuo adalah Dewan Kemakmuran Masjid Dusun 02
Desa Mangunjayo. Mereka bertugas mengatur jalannya kegiatan
urusan agama.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
• Aktivitas Wisata
Aktivitas wisata yang bisa dilakukan di Kawasan Benteng Belanda ini
adalah mempelajari sejarah dan arsitektur tua khas Belanda.
Aktivitas lainnya yang bisa dilakukan di kawasan ini adalah fotografi
arsitektur dan spot foto selfie. Hal tersebut karena Kawasan benteng
Belanda ini memiliki kawasan yang gedung-gedung tuanya fotogenik,
seperti; Kantor Polisi Belanda, Kantor Pos, Benteng Belandanya
sendiri, dan gedung-gedung tua di sekitar benteng yang kondisinya
masih utuh walaupun hanya bagian rangkanya saja.
• Fasilitas Wisata
Kawasan Benteng Belanda ini letaknya berdekatan dengan Taman
Tanggo Rajo. Di Taman Tanggo Rajo terdapat pedagan kaki lima
yang menjual minuman dan makanan kepada para pengunjung
Taman Tanggor Rajo. Oleh karena luasnya, Kawasan Benteng
Belanda juga berdekatan dengan kawasan Pasar Muara Tebo yang
memiliki fasilitas makan & minum bagi pengunjung.
• Aksesibilitas
Kawasan Benteng Belanda Kelurahan Pasar Muaro Tebo berada di
Kecamatan Tebo Tengah sebagai Ibukota Kabupaten Tebo, dan
berjarak 203 km dari Kota Jambi sebagai Ibukota Provinsi Jambi, 50
km dari Bandar Udara Bungo, 1.5 km dari Desa/Kelurahan Bedaro
Rampak Kecamatan Tebo Tengah sebagai kawasan pusat
akomodasi terdekat.
Moda transportasi yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk
menuju Taman Kawasan Benteng Belanda Kelurahan Pasar Muaro
Tebo yaitu angkutan travel dengan jurusan Padang-Tebo dan
kendaraan pribadi atau sewa dari Kota Jambi.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
• Pengelolaan
Menurut masyarakat sekitar Benteng Belanda sendiri merupakan
aset dari Pemerintah Daerah Kabupaten Tebo, sedangkan untuk
Rumah Wedana dan Kantor Polisi Belanda merupakan milik Polisi
Sektor Tebo Tengah yang beralih fungsi menjadi tempat tinggal
polisi yang bertugas di daerah Tebo Tengah. Sedangkan Kantor Pos
Belanda telah dimiliki oleh pihak Kantor Pos Indonesia. tidak ada tarif
tiket masuk untuk memasuki kawasan Benteng Belanda karena
memang belum menjadi sebuah daya tarik wisata yang jadi. Namun
jika pengunjung menaruh kendaraan di Taman Tanggo Rajo karena
memang Kawasan Benteng Belanda bersebelahan dengan Tanggo
Rajo, maka pengunjung perlu membayar parkir sesuai tarif parkir di
Taman Tanggo Rajo.
• Aktivitas Wisata
Aktivitas wisata yang bisa dilakukan di Komplek Pasar Lamo ini
adalah mempelajari sejarah dan arsitektur tua khas Belanda.
Aktivitas lainnya yang bisa dilakukan di kawasan ini adalah fotografi
arsitektur dan spot foto selfie. Hal tersebut karena Komplek Pasar
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
• Fasilitas Wisata
Pasar Lamo Tanggo Rajo sebagai sebuah pasar tradisonal memiliki
fasilitas pasar cukup memadai yang didalamnya juga terdapat
terdapat fasilitas food dan beverages
• Aksesibilitas
Komplek Pasar Lamo Tanggo Rajo Kelurahan Pasar Muaro Tebo
berada di Kecamatan Tebo Tengah sebagai Ibukota Kabupaten Tebo,
dan berjarak 203 km dari Kota Jambi sebagai Ibukota Provinsi Jambi,
50 km dari Bandar Udara Bungo, 1.5 km dari Desa/Kelurahan Bedaro
Rampak Kecamatan Tebo Tengah sebagai kawasan pusat
akomodasi terdekat.
Moda transportasi yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk
menuju Taman Komplek Pasar Lamo Tanggo Rajo Kelurahan Pasar
Muaro Tebo yaitu angkutan travel dengan jurusan Padang-Tebo dan
kendaraan pribadi atau sewa dari Kota Jambi.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
• Pengelolaan
Pengelola Pasar Lamo ini adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Tebo
yang dikelola secara teknis oleh para pedagang yang berjualan di
masing-masing tempat di Pasar Lamo.
• Aktivitas Wisata
Aktivitas utama dari Lapangan merdeka adalah bermain sepak bola
dan bisa digunakan oleh siapa saja, apabila Mopas FC sebagai club
yang sering bermain di lapangan tersebut tidak bermain. Selain itu
untuk pergelaran acara, pesta rakyat, atau festival seperti konser
live musik sering dilakukan di Lapangan Merdeka karena terdapat
panggung permanen.
• Fasilitas Wisata
Lapangan Merdeka letaknya berdekatan dengan Taman Tanggo
Rajo. Di Taman Tanggo Rajo terdapat pedagan kaki lima yang
menjual minuman dan makanan kepada para pengunjung Taman
Tanggor Rajo.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
• Aksesibilitas
Lapangan Merdeka Kelurahan Pasar Muaro Tebo berada di
Kecamatan Tebo Tengah sebagai Ibukota Kabupaten Tebo, dan
berjarak 203 km dari Kota Jambi sebagai Ibukota Provinsi Jambi, 50
km dari Bandar Udara Bungo, 1.5 km dari Desa/Kelurahan Bedaro
Rampak Kecamatan Tebo Tengah sebagai kawasan pusat
akomodasi terdekat.
Moda transportasi yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk
menuju Lapangan Merdeka Kelurahan Pasar Muaro Tebo yaitu
angkutan travel dengan jurusan Padang-Tebo dan kendaraan pribadi
atau sewa dari Kota Jambi.
• Pengelolaan
Pengelolanya adalah Kelurahan Pasar Muaro Tebo dan apabila ada
acara perlu ijin terlebih dahulu kepada kelurahan dan bagian
administrasi dari Mopas FC.
• Aktivitas Wisata
Aktivitas yang dapat dilakukan di Stadion Kabupaten Tebo adalah
mengadakan dan menyaksikan acara olahraga di dalam Stadion
Kabupaten Tebo.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
• Fasilitas Wisata
Stadion Kabupaten Tebo dilengkapi dengan kamar mandi, ruang
ganti, bangku penonton, dan fasilitas standar stadion lainnya dalam
tingkat nasional.
• Aksesibilitas
Kawasannya tidak berada di pinggir Jalan Lintas Muara Bungo-Tebo
dan perlu masuk lagi ke dalam lorong jalan sepanjang ±100 m.
Dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi atau sewaan.
• Pengelolaan
Pengelola dari Stadion ini adalah Pemerintah Kabupaten Tebo.
C. Fasilitas Pariwisata
1. Akomodasi
Terdapat 7 akomodasi (3 hotel bintang 1 dan sisanya hotel melati) yang
terpusat di Desa Bedaro Rampak dengan harga yang ditawarkan bervariasi
berkisar Rp100.000-Rp350.000. Beberapa akomodasi tersebut juga
menyediakan fasilitas meeting room.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
kesatuan wilayah yang utuh, ditandai oleh banyaknya atribut yang melekat pada
destinasi tersebut. Dalam pandangan ahli lain, destinasi pariwisata dikatakan
memiliki tiga unsur penting, yakni: tempat atau lokasi khusus, manajemen dan
organisasi. Definisi selengkapnya adalah destinasi pariwisata merupakan suatu
wilayah yang secara khusus ditetapkan dan dipromosikan sebagai tempat
berkunjung bagi wisatawan, dan di dalamnya seluruh produk pariwisata
dikoordinasikan oleh satu organisasi tertentu (European Communities, 2003).
Dalam rangka pengembangan destinasi pariwisata di Indonesia, definisi yang
lebih operasional dirumuskan dalam UU No.10 tahun 2009 yang menegaskan
bahwa:
“ destinasi pariwisata merupakan kawasan geografis yang berada dalam satu
atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata,
fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling
terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan”
Syarat utama agar suatu wilayah dapat digolongkan sebagai destinasi pariwisata
adalah daerah tersebut harus memiliki : tourist attraction, accessibility amenities,
dan tourist organization (Bukart & Medlik, 1976). Ahli pariwisata lain Gunn &
Var (2002) menyatakan bahwa destinasi pariwisata merupakan tempat atau
lokasi yang selain memiliki daya tarik yang dapat dilihat oleh wisatawan, juga
tersedia berbagai aktivitas yang dapat dilakukan wisatawan di tempat tersebut,
sehingga wisatawan terpikat untuk berkunjung. Cooper, et al (1993)
menyatakan bahwa destinasi terdiri atas beberapa komponen yaitu: 1).
Attraction, 2). Accessibility, 3). Amenities dan 4). Ancillary Service. Ke empat
komponen destinasi yang diungkapkan Cooper, et al (1993) ini pada dasarnya
tidak berbeda dengan yang diungkapkan oleh Burkart & Medlik (1976).
Perbedaannya hanya terletak pada penyebutan komponen ke-4, dimana tourist
organization menurut Burkart & Medlik (1976) disebut sebagai ancillary service
oleh Cooper et al (1993).
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Mill & Morrison (2012) menggunakan istilah lain tentang destinasi ini, yakni
Destination Mix, yaitu sekumpulan elemen yang memiliki ketergantungan satu
dengan lainnya dalam menciptakan pengalaman berwisata bagi wisatawan.
Destination mix terdiri atas: 1). Attraction, 2). Facilities, 3). Infrastructure, 4).
Transportation, dan 5). Hospitality. Sementara itu, Morrison (2013) menyatakan
secara lebih terinci bahwa destination mix terdiri atas akomodasi, restoran, daya
tarik wisata, event, transportasi, infrastruktur dan hospitality. Pendapat Mill &
Morrison (2012) dan Morrison (2013) dapat disimpulkan bahwa produk yang
harus disediakan oleh destinasi bagi pengunjungnya terdiri atas daya tarik wisata
(termasuk di dalamnya event), akomodasi, transportasi, infrastruktur dan
hospitality.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Pemerintah daerah melalui aturan main yang dibuatnya memiliki pengaruh besar
terhadap keberhasilan industri pariwisata lokal, dan berperan dalam
melestarikan asset-asset yang ada di destinasi. Dengan aturan tersebut destinasi
pariwisata akan terpelihara keberadaannya dan tetap menarik bagi sebagian
besar pengunjung, yang ditandai oleh tiga faktor utama, yakni : image positif
dari destinasi dan pengalaman berwisata, keamanan dan kenyamanan, serta
kualitas lingkungan secara keseluruhan (Clark, B. 2006).
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
manfaat dari industri pariwisata yang ada di destinasi dapat dioptimalkan dan
dampak-dampak negatifnya bisa diminimalisasi melalui sejumlah instrumen
regulasi, yang dikategorikan menjadi:
a. measurement instrument,
b. command and control instruments,
c. economic instrument,
d. voluntary instruments, dan
e. supporting instruments (UNEP - WTO, 2005).
Penggunaan dari kelima jenis instrumen ini akan ditentukan oleh situasi wilayah,
tujuan yang ingin dicapai, serta struktur kepemerintahan (Markandya et al.,
2003).
Wisata budaya adalah perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk
memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan
atau peninjauan ketempat lain, mempelajari keadaan rakyat dan kebiasaan adat
istiadat, budaya, sejarah dan seni mereka. Dalam Undang-Undang no 11 Tahun
2010 Tentang Cagar Budaya. Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat
kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar
budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air
yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui
proses penetapan.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Selain itu pertimbangan kenapa harus adanya regulasi yang menetapkan cagar
budaya adalah : pada bagian menimbang dari perundang-undangan ; “cagar
budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan
perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi pemahaman dan
pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dan
dikelola secara tepat melalui upaya pelindungan, pengembangan, dan
pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat”.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
1. Mutual respect
2. Mutual trust
3. Mutual responsibility
4. Mutual benefit
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
1) Sistem zonasi mengatur fungsi ruang pada Cagar Budaya, baik vertikal
maupun horizontal.
2) Pengaturan zonasi secara vertikal dapat dilakukan terhadap lingkungan alam
di atas Cagar Budaya di darat dan/atau di air.
3) Sistem zonasi sebagaimana dimaksud dapat terdiri atas :
a. Zona inti;
Zona inti adalah area perlindungan utama untuk menjaga bagian
terpenting Cagar Budaya.
b. Zona penyangga;
Zona penyangga adalah area yang melindungi zona inti.
c. Zona pengembangan; dan/atau
Zona Pengembangan adalah area yang diperuntukkan bagi
pengembangan potensi Cagar Budaya bagi kepentingan rekreasi, daerah
konservasi lingkungan alam, lanskap budaya, kehidupan budaya
tradisional, keagamaan, dan kepariwisataan.
d. Zona Penunjang
Zona penunjang adalah zona area yang diperuntukkan bagi sarana dan
prasarana penunjang serta untuk kegiatan komersial dan rekreasi umum.
4) Penetapan luas, tata letak, dan fungsi zona ditentukan berdasarkan hasil
kajian dengan mengutamakan peluang peningkatan kesejahteraan rakyat.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan sistem zonasi diatur dalam
Peraturan Pemerintah. Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah Tahun 2013
tentang zonasi pada kawasan Cagar Budaya sebagai berikut :
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
20. Pemanfaatan ruang secara vertikal dapat dilakukan pada zona horizontal,
yaitu ruang yang berada di atas dan di bawah zona inti, zona penyangga,
zona pengembangan dan zona penunjang.
21. Pemanfaatan ruang secara vertikal di atas zona inti dan zona penyangga
harus memenuhi kriteria.
a) Tidak boleh mengganggu kelayakan pandang Bangunan Cagar
Budaya;
b) Tidak boleh melakukan penerbangan di atasnya yang dapat
menumbulkan kerusakan Cagar Budaya;
c) Tidak boleh dilewati kabel jaringan saluran ultra tegangan tinggi; dan
d) Ketinggian fasilitas pendukung dan fasilitas pengamanan tidak boleh
menyamai dan melebihi Bangunan Cagar Budaya.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
22. Pemanfaatan ruang secara vertikal di bawah zona inti dan zona penyangga
tidak boleh mengancam keberadaan Cagar Budaya yang ada di atasnya.
23. Pemanfaatan ruang secara vertikal dalam zona pengembangan dan zona
penunjang untuk berbagai kepentingan dilakukan dengan tetap
mengutamakan kelestarian Cagar Budaya.
Zonasi Cagar Budaya dalam Rancangan Peraturan Pemerintah Tahun 2013 harus
diikuti sebagai acuan penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah sesuai
peringkat Cagar Budaya.
1. Cara penentuan Zonasi dilakukan dengan:
a) Teknik blok;
b) Teknik sel; dan
c) Teknik gabungan.
2. Teknik blok sebagaimana dimaksud dapat diterapkan jika zonasi mencakup
keseluruhan Situs Cagar Budaya atau Kawasan Cagar Budaya menjadi satu
kesatuan.
3. Teknik sel sebagaimana dimaksud diterapkan pada wilayah yang
mengandung sebaran Situs Cagar Budaya yang jaraknya relatif dekat dan
tidak teratur.
4. Teknik gabungan sebagaimana dimaksud diterapkan pada satu Kawasan
Cagar Budaya jika persebaran Situs Cagar Budaya tidak merata.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN
Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Sumay yaitu kurang lebih
1.268 km2 (19,63%), sedangkan kecamatan dengan wilayah terkecil adalah
Kecamatan Rimbo Ilir yaitu 214,34 km2 (3,32%). Desa yang terbanyak berada di
Kecamatan Tebo Ulu dengan 17 (Tujuh belas) desa, dan yang paling sedikit berada
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta topografi di Kabupaten Tebo dibawah
ini;
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada peta kelerengan di Kabupaten Tebo di bawah
ini.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Untuk penggunaan lahan di Kecamatan Tebo Tengah hutan sebesar 28.204,60 Ha.
Sedangkan yang terkecil yaitu tanah terbuka sebesar 168,71 Ha. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada peta Guna lahan Kecamatan Tebo Tengah dibawah ini;
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
4.2.3. Kependudukan
Berdasarkan hasil pencatatan data BPS Kecamatan Tebo Tengah tahun 2022,
penduduk di Kecamatan Tebo Tengah berjumlah 40.829 Jiwa. Jumlah penduduk
laki-laki sebanyak 20.856 Jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 19.973
Jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini;
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di Nagari Mangun Jayo terdapat 1.916 jiwa
yang berjenis kelamin laki-laki dan 1.842 jiwa yang berjenis kelamin perempuan.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Belanda menangkap sultan ketika dia datang ke pos dagang untuk memenuhi
sebuah undangan, dan membuangnya ke Batavia. Aksi-aksi itu mengakibatkan
terbelahnya Jambi menjadi dua kesultanan: hulu dan hilir. Berlalu sudah
kemakmuran yang dulu, dan tidak pernah kembali bahkan sesudah penyatuan
kembali kerajaan pada 1720-an. Di dataran tinggi, orang beralih menanam padi
dan kapas, sebab kapas impor dari India naik harganya, sementara harga lada
jatuh. Sementara itu, emas menggantikan lada sebagai ekspor utama. Tetapi
istana hanya meraup sedikit untung dari perdagangan emas, karena penambang
emas Minangkabau mengekspor komoditas mereka ke tempat mana pun yang
menjanjikan untung tertinggi, tidak mesti dari ibu kota Jambi; sultan tidak punya
otoritas efektif atas mereka. Maka, sejak sekitar tahun 1700 pundi-pundi sultan
kosong melompong, sampai-sampai pusaka istana harus dijadikan agunan
(Scholten, 200).
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
BAB V
ANALISIS DAN KONSEP KAWASAN PERENCANAAN
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Berdasarkan tabel diatas pada Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu juga terdapat
kriteria yang sesuai dengan kritieria pembagian zona pada Kawasan Cagar Budaya.
Untuk lebih jelasnya Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu merupakan kawasan
yang akan dijadikan kawasan Wisata Budaya dengan pembagian zona sebagai
berikut yang mengacu pada Tabel 5.1:
Zona inti merupakan area utama untuk menjaga bagian terpenting dari Cagar
Budaya yang terdapat pada kawasan beradanya situs cagar budaya tersebut.
Pada Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu terdapat landmark dan menjadi daya
tarik utama pada Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu. Dan zona inti adalah
zona yang akan mempertahankan keasllian nilai serta bentuk bangunan
petilasan yang terdapat pada Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu. Sesuai
dengan kriteria pada Tabel 5.1 yaitu terdapatnya Bangunan yang akan menjadi
icon utama pada Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu.
Serta berdasarkan kebijakan tersebut penetapan luas wilayah pada zona inti
dilakukan berdasarkan observasi dilapangan yang dilakukan dengan tujuan
utama yaitu melindungi bangunan Landamark Petilasan Sri Maharaja Batu, luas
zona inti berdasarkan pengamatan dilapangan serta mengolah data peta bentuk
rupa bumi didapatkan hasil luas zona inti yaitu 600 M2 atau 0,06 Ha.
Potensi pada zona inti yaitu sebagai sebaran yang mencirikan nilai budaya yang
di dapatkan pada zona inti petilasan dan merupakan menjadi pusat daya tarik
pada Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu. Dan kawasan yang akan
dipertahankan keasliannya dengan tidak adanya pembangunan fasilitas dan
kegiatan komersial pada zona inti tersebut. Zona inti juga didukung dengan
adanya sebaran taman sebagai pelindung disekitar zona inti.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Maharaja Batu. Merupakan fasilitas yang dapat mendukung kegiatan utama pada
zona inti dengan meningkatkan serta mempertahankan nilai lingkungan budaya
Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu.
Penentuan luas zona pengembangan berdasarkan kebijakan penentuan luas dan
tata letak zona pengembangan yang berdasarkan pada observasi yang dilakukan
serta dengan pengolahan data peta rupa bumi dengan hasil luas kawasan yaitu
3.700 M2 atau 0,37 Ha. Luasan ini juga mempertimbangkan kesejahteraan
masyarakat karena pada kawasan pengembangan merupakan kawasan
konservasi yang dapat meningkatkan daya tarik Kawasan Petilasan Sri Maharaja
Batu.
Zona penunjang merupakan area yang diperuntukkan bagi sarana dan prasarana
penunjang kegiatan Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu serta dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan komersial dan rekreasi umum. Adapun zona penunjang adalah zona
yang berbatasan dengan zona pengembangan yang dapat menunjang serta
meningkatkan daya tarik Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu.
Potensi zona penunjang yaitu zona yang menunjang seluruah kegiatan di Kawasan
Petilasan Sri Maharaja Batu. Pada zona penunjang akan terdapat seluruh fasilitas
yang dapat meningkatkan daya tarik Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu.
Pada zona penunjang berdasarkan kebijakan dalam penentuan luas dan tata letak
zona penunjang yaitu mengacu pada observasi yang dilakukan dengan cara
pengamatan lapangan dan pengolahan data peta rupa bumi di peroleh hasil luas
zona penunjang 3.100 M2 atau 0,31 Ha serta potensinya yaitu zona yang dapat
membangun fasilitas serta area komersial untuk mendukung kegiatan di zona inti.
Dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di sekitar
Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu.
Jadi berdasarkan penjabaran diatas telah diketahui pada Kawasan Petilasan Sri
Maharaja Batu direncanakan empat zona dan masing-masing zona memiliki potensi
tersendiri yang pada dasarnya setiap potensi adalah untuk mendukung kegiatan
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
wisata di kawasan zona inti. Berikut peta dan tabel zona Kawasan Petilasan Sri
Maharaja Batu berserta potensi dan kebutuhan fasilitas masing-masing zona.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Zonasi
Kawasan
Petiasan Sri Potensi Zona Kegiatan Pengunjung Keterangan
Maharaja
Batu
guna untuk menjaga keutuhan
bangunan serta nilai yang
terdapat pada zona inti.
Zona pengembangan merupakan
zona yang memiliki potensi
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui zona Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu
berserta potensi masing-masing zona serta kegiatan yang dapat dilakukan
pengunjung. Adapun pada zona inti yaitu sebagai kawasan yang dipertahankan
fungsinya, zona penyangga adalah zona pelindung bagi zona inti dengan fasilias
yang diperbolehkan yaitu taman serta fasilitas pengamanan lainnya, zona
pengembangan adalah zona yang dapat mendukung kegiatan utama pada zona inti,
sedangkan zona penunjang adalah zona yang terdapat segala fasilitas bahkan
kegiatan komersial pada Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu. Dengan
pertimbangan yaitu untuk meningkatkan daya tarik Kawasan Petilasan Sri Maharaja
Batu. Berikut merupakan peta zonasi Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Parkir, Pedestrian,
Zona
Toilet, Pusat Kuliner,
Pengembangan
2 Rekreasi Panggung Budaya,
dan Zona
Gazebo
Penunjang
dan Mushalla.
Zona Parkir, Panggung
Pengembangan Budaya, Toilet, Mushalla,
3 Kegiatan Nilai Budaya
dan Zona Pusat Kuliner, Toko
Penunjang Souvenir, Gazebo.
Panggung Budaya,
Zona Inti dan
Literasi Gazebo , Toilet dan
4 Zona
Pusat Informasi
Pengembangan
Parkir, Toilet, Wahana
Kuliner Zona Penunjang Bermain Anak. Pusat
5
Kuliner.
Sumber : Hasil Analisis 2022
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Dari tabel diatas terdapat 5 kegiatan dikawasan Petilasan Sri Maharaja Batu, dari 5
kegiatan tersebut juga membutuhkan fasilitas/sarana yang dibutuhkan untuk
menunjang berlangsungnya kegiatan dikawasan Petilasan Sri Maharaja Batu.
Dimana satu kegiatan membutuhkan beberapa fasilitas namun disetiap kegiatan
juga membutuhkan fasilitas yang sama seperti fasilitas toilet, parkir dan mushalla
dibutuhkan disetiap kegiatan yang akan dilakukan dikawasan Petilasan Sri Maharaja
Batu. Fasilitas lain yang juga dibutuhkan untuk menunjang seluruh kegiatan yaitu
Gazebo, Pusat Kuliner, Kawasan Wahana Bermain Anak, Toko Souvenir, Panggung
Budaya, Gedung Pusat Informasi. Supaya kebutuhan fasilitas lebih terukur dan
lebih jelas serta memberikan dampak terhadap Wisata Budaya Petilasan Sri
Maharaja Batu. Berikut analisis fasilitas kawasan wisata budaya Berdasarkan
Peraturan Menteri Pariwisata nomor 3 Tahun 2018.
1. Panggung Budaya
Suatu kawasan wisata merupakan kawasan dimana pengunjung ingin merasa
nyaman dan tentunya juga dilengkapi dengan fasilitas pendukung kegiatan pada
kawasan wisata tersebut. Sarana yang dibutuhkan salahsatunya panggung budaya
merupakan sarana yang dapat menarik para pengunjung terkhusus pekerja seni,
budaya dan literasi yang datang ke kawasan wisata tersebut. Pada kawasan wisata
Petilasan Sri Maharaja Batu fasilitas panggung budaya belum terdapat dikawasan
Petilasan Sri Maharaja Batu.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 3 Tahun 2018 Tentang
Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pariwisata tepat pada BAB IV point
A tentang Pengembangan Daya Tarik Wisata, yaitu fasilitas yang dapat
meningkatkan daya tarik wisata salah satunya yaitu panggung budaya. Namun
pada Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu tidak terdapat panggung budaya dan
fasilitas ini dibutuhkan guna meningkatkan kepedulian terhadap seni dan budaya
Melayu Jambi yang akan menambah daya tarik kawasan dan memerlukan sarana
panggung budaya. Jadi mengacu pada Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 3
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Tahun 2018, panggung budaya merupakan fasilitas yang akan ditambahkan dalam
Kawasan Wisata Budaya Petilasan Sri Maharaja Batu.
2. Parkir
Pada suatu kawasan wisata hal yang sangat dibutuhkan oleh pengunjung salah
satunya yaitu tempat parkir yang layak dan membuat pengunjung merasa aman
dengan letak kedaraannya. Begitu juga pada Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu
yang membutuhkan tempat parkir yang memadai sehingga memberi kesan
kenyamanan pada pengunjung Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu dan akan
membuat letak kendaraan lebih beraturan dan memberikan dampak baik terhadap
pengunjung Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu.
Serta berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 3 Tahun 2018, yaitu fasilitas
yang dapat meningkatkan daya tarik wisata salah satunya dengan menawarkan
akan kemanan meletakkan kendaraan. Namun tidak terdapat parkir pada Kawasan
Petilasan Sri Maharaja Batu. Jadi, mengacu pada Peraturan Menteri Pariwisata
Nomor 3 Tahun 2018, parkir merupakan fasilitas yang akan ditambahankan ke zona
penunjang dalam Kawasan Wisata Budaya Petilasan Sri Maharaja Batu.
3. Toilet
Toilet merupkan fasilitas yang sangat dibutuhkan begitu juga dikawasan wisata,
toilet termasuk fasilitas yang dapat meningkatkan daya tarik agar pengunjung
datang kembali ke kawasan wisata tersebut. Namun pada kawasan Petilasan Sri
Maharaja Batu toilet menjadi salah satu kekurangan yang terdapat dikawasan
Petilasan Sri Maharaja Batu. Dikarenakan tidak adanya fasilitas toilet dikawasan
Petilasan Sri Maharaja Batu ini. Oleh karena itu berdasarkan Peraturan Menteri
Pariwisata Nomor 3 Tahun 2018, toilet merupakan salah satu fasilitas yang harus
ada pada kawasan wisata tersebut karena dapat berfungsi meningkatkan
kenyamanan dan daya tarik suatu kawasan wisata, begitu juga dengan Kawasan
Petilasan Sri Maharaja Batu.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Jadi berdasarkan pada Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 3 Tahun 2018, toilet
merupakan fasilitas yang akan ditambahkan dalam Kawasan Wisata Budaya
Petilasan Sri Maharaja Batu.
4. Mushalla
Suatu kawasan wisata merupakan kawasan dimana pengunjung ingin merasa
nyaman dan tentunya juga dilengkapi dengan fasilitas peribadatan pada kawasan
wisata tersebut. Sarana peribadatan/mushalla merupakan sarana yang dapat
menarik para pengunjung terkhusus umat muslim untuk datang kekawasan wisata
tersebut. Pada kawasan wisata Petilasan Sri Maharaja Batu fasilitas peribadatan
atau mushalla telah terdapat dikawasan Petilasan Sri Maharaja Batu.
5. Gazebo
Pengunjung pada kawasan wisata tentunya akan selalu memerlukan suatu kawasan
yang dijadikan sebagai tempat beristirahat, santai dan duduk-duduk bersama
rombongan ataupun keluarga. Namun pada kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu
tidak terdapat kawasan sebagai tempat istirahat ataupun gazebo. Dengan aktivitas
yang ada dikawasan Petilasan Sri Maharaja Batu nantinya tentu sangat mendorong
akan kebutuhan gazebo di kawasan tersebut.
Berdasarkan pada Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 3 Tahun 2018, yaitu dengan
membangun fasilitas yang dapat menambahkan daya tarik pada kawasan tersebut,
gazebo merupakan fasilitas yang dibutuhkan serta dapat menambah daya tarik
pada kawasan wisata tersebut.
Jadi mengacu pada Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 3 Tahun 2018, gazebo
merupakan fasilitas yang akan ditambahkan dalam Kawasan Wisata Budaya
Petilasan Sri Maharaja Batu.
6. Pusat Kuliner
Pusat kuliner sangat menjadi daya tarik disuatu kawasan wisata, dengan adanya
kawasan pusat kuliner akan menambah menarik minat pengunjung untuk
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
berkunjung kekawasan wisata tersebut dan juga akan dapat berpengaruh untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat disekitar kawasan. Namun pada kawasan
Petilasan Sri Maharaja Batu belum terdapat kawasan pusat kuliner.
Berdasarkan pada Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 3 Tahun 2018, yaitu dengan
membangun fasilitas yang dapat menambahkan daya tarik pada kawasan tersebut,
pusat kuliner merupakan fasilitas yang dibutuhkan serta dapat menambah daya
tarik pada kawasan wisata tersebut.
Jadi berdasarkan penilaian pengunjung dan mengacu pada Peraturan Menteri
Pariwisata Nomor 3 Tahun 2018, pusat kuliner merupakan fasilitas yang akan
ditambahkan dalam Kawasan Wisata Budaya Petilasan Sri Maharaja Batu.
7. Toko Souvenir
Pada suatu kawasan wisata toko souvenir juga dbutuhkan oleh pengunjung salah
satunya yaitu untuk membawa atau membeli cendera mata/oleh-oleh dari tempat
yang dikunjungi. Serta juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar
kawasan. Begitu juga dengan Petilasan Sri Maharaja Batu pengunjung juga
menginginkan adanya fasilitas yang menyajikan cendera mata atau toko souvenir
pada kawasan tersebut.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 3 Tahun 2018, yaitu dengan
upaya pengembangan atau pembangunan fasilitas yang dapat meningkatkan daya
tarik wisata. Salah satu diantara fasilitas yang dapat meningkatkan daya tarik
wisata yaitu toko souvenir.
Jadi mengacu pada Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 3 Tahun 2018, toko
souvenir merupakan fasilitas yang akan ditambahkan dalam Kawasan Wisata
Budaya Petilasan Sri Maharaja Batu.
8. Pusat Informasi
Pusat Informasi merupakan fasilitas yang diperlukan pada suatu kawasan wisata,
pun begitu pada Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu juga membutuhkan pusat
informasi. Karena dengan aktivitas yang terdapat pada Kawasan Petilasan Sri
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Maharaja Batu juga menuntut kebutuhan akan adanya Pusat Informasi pada
Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu yang akan dapat mempermudah pengunjung
untuk menelusuri Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 3 Tahun 2018. Pengembangan
daya tarik wisata dapat dengan melakukan pembangunan fasilitas yang dapat
meningkatkan daya tarik wisata tersebut, Pusat Informasi termasuk salahsatu
diantara fasilitas yang dapat meningkatkan daya tarik wisata.
Jadi pada Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu akan dibangun pusat informasi.
Pusat informasi merupakan fasilitas yang akan membantu pengunjung nantinya
tentang kawasan wisata budaya Petilasan Sri Maharaja Batu baik tentang
lokasi/tata letak maupun terkait sejarah tentang Kesultanan Sri Maharaja Batu.
9. Gapura
Gapura merupakan fasilitas yang diperlukan pada suatu kawasan wisata, pun
begitu pada Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu juga membutuhkan gapura.
Karena dengan adanya gapura pengunjung akan dengan mudah mencari serta
menandai lokasi kawasan wisata, begitujuha pada Kawasan Petilasan Sri Maharaja
Batu yang akan dapat mempermudah pengunjung untuk mengingat dan menandai
Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 3 Tahun 2018. Pengembangan
daya tarik wisata dapat dengan melakukan pembangunan fasilitas yang dapat
meningkatkan daya tarik wisata tersebut, gapura termasuk salahsatu diantara
fasilitas yang dapat meningkatkan daya tarik wisata.
Berdasarkan uraian analisis kebutuhan fasilitas pada Kawasan Petilasan Sri
Maharaja Batu yang untuk meningkatkan daya tarik kawasan demi kesejahteraan
masyarakat yang berada disekitar Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu. Dan hasil
analisis dapat disimpulkan pada tabel berikut.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Berdasarkan dari tabel 5.4 diatas dapat diketahui fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan
di Kawasan Petilasaran Sri Maharaja Batu yaitu 9 fasilitas. Berdasarkan aktivitas
pengunjung nantinya, kondisi eksisting dan standar fasilitas yang dapat
meningkatkan daya tarik kawasan yaitu Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 3
Tahun 2018.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Sub
Kebutuhan Ruang Aktivitas Pelaku
Kategori/Fasilitas
6. Mushalla Untuk kegiatan ibadah Pengelola
yaitu mendirikan Shalat Pengunjung
bagi pengunjung yang
beragama Islam
7. Pusat Tempat untuk makan Pengunjung
Kuliner dengan suasana alam
dan dilengkapi dengan
berbagai macam jenis
makanan dan lebih ke
makanan khas daerah
ataupun jenis lainnya.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Sub
Kebutuhan Ruang Aktivitas Pelaku
Kategori/Fasilitas
1. Taman Merupakan tempat yang Pengunjung
berisikan komponen
material keras dan lunak
Ruang Terbuka yang saling mendukung
satu sama lain dengan
fungsi penyegar
kawasan.
Sumber : Hasil Analisis, 2022
1. Ruang Tertutup
Ruang tertutup merupakan ruang yang akan diperuntukkan sebagai kawasan
terbangun pada Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu. Berdasarkan tabel
kebutuhan ruang pada tabel 5.7 terdapat beberapa kebutuhan ruang yang akan
menjadi ruang tertutup pada kawasan. Berikut ruang tertutup pada Kawasan
Petilasan Sri Maharaja Batu.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
b. Panggung Budaya
Kawasan Wisata Budaya Petilasan Sri Maharaja Batu merupakan kawasan
yang tidak akan terlepas dari kegiatan kebudayaan. Sehingga membutuhkan
panggung budaya sebagai fasilitas pendukung serta menambahkan daya
tarik tambahan pada Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu. Kebutuhan lahan
untuk panggung budaya yaitu seluas 317 M2 .
c. Gazebo
Gazebo merupakan fasilitas yang dibutuhkan pada suatu kawasan wisata,
begitu juga pada Kawasan Wisata Budaya Petilasan Sri Maharaja Batu.
Adapun gazebo difungsikan untuk sebagai tempat istirahat, diskusi dan
berkumpul bersama keluarga dan teman-teman. Gazebo pada kawasan
Petilasan Sri Maharaja Batu seluas 10 M2 /Gazebo. Dan gazebo yang akan di
muat pada Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu. Jadi lahan yang dibutuhkan
yaitu seluas 140 M2 .
d. Parkir
Tempat untuk meninggalkan sepeda motor atau kendaraan roda dua dan
mobil atau kendaraan roda empat untuk sementara pada saat
pengendaranya melakukan kegiatan di Kawasan Wisata Budaya Petilasan Sri
Maharaja Batu. Dengan estimasi jumlah pengunjung tertinggi yaitu 10.000
dalam satu tahun.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
e. Toilet
Tempat atau fasilitas sanitasi yang mengakomodasi kebutuhan untuk
membuang hajat yang digunakan oleh masyakarat umum yaitu toilet umum
dan toilet umum juga akan disebarkan diseluruh area fasilitas yang ada di
Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu namun akan di muat suatu kawasan
yang dikhususkan untuk melayani sanitasi dimana diasumsikan kebutuhan
toilet untuk laki-laki 40% dan perempuan 60%. Untuk fasilitas sanitasi di
Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu diperhitungkan dengan standar
kebutuhan sesuai dengan juknis SNI Tata Cara Perencanaan MCK Umum
tahun 2002 dimana 1 toilet diperuntukkan untuk 40 orang atau 1:40 dan
luas lantai 1 toilet yaitu 2 M2 . Dimana diestimasikan jumlah pengunjung
yaitu 10.000 dalam satu tahun. Total kebutuhan toilet pada Kawasan
Petilasan Sri Maharaja Batu yaitu toilet untuk laki-laki dan toilet untuk
perempuan dengan kebutuhan luas lahan untuk toilet yaitu 72 M2 .
f. Mushalla
Tempat beribadah suatu fasilitas yang memiliki daya tarik tinggi, begitu juga
di Kawasan Wisata Budaya Petilasan Sri Maharaja Batu dengan mayoritas
penduduk beragama Islam. Dan telah ada pada Kawasan Petilasan Sri
Maharaja Batu tempat beribadah berupa Masjid yang akan mempermudah
pelayanan terhadap pangunjung yang ingin beribadah dengan kebutuhan
luas lahan untuk mushalla yaitu 120 M2 .
g. Pusat Kuliner
Pusat kuliner merupakan fasilitas dimana terdapat kegiatan layanan jual beli
makanan dan minuman. Satuan dimensi ruang per pengunjung untuk
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
kegiatan makan minum. Pusat kuliner juga akan menambah daya tarik
Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu serta menunjang perekonomian
masyarakat disekitar Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu. Pusat kuliner
membutuhkan lahan seluas 735 M2 .
h. Toko Souvenir
Toko souvenir adalah sesuatu tempat yang menyajikan cenderamata dimana
sesuatu yang dibawa oleh pengunjung ke tempat tinggalnya sebagi oleh-
oleh, souvenir, tanda mata, atau kenang-kenangan. Petilasan Sri Maharaja
Batu perlu memiliki ciri khas tersendiri sehingga berbeda dengan destinasi
wisata lainnya dan menunjukkan identitas dari Kawasan Petilasan Sri
Maharaja Batu. Toko souvenir membutuhkan lahan seluas 153 M2.
i. Pusat Informasi
Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu juga memerlukan ruang informasi
sebagai pusat pelayanan informasi mengenai Kawasan Wisata Budaya
Petilasan Sri Maharaja Batu. Kebutuhan lahan pada ruang informasi yaitu
seluas 110 M2 .
j. Gapura
Pada Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu juga akan dimuat gapura yaitu
fasilitas yang akan menjadi tanda Kawasan Wisata Budaya Sri Maharaja Batu.
Serta juga memberi kemudahan bagi pengunjung untuk mencari Kawasan
Petilasan Sri Maharaja Batu. Adapun luas lahan yang dibutuhkan pada jalur
sirkulasi yaitu seluas 24 M2 .
k. Jalur Sirkulasi
Pada Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu juga akan dimuat jalur sirkulasi
yaitu fasilitas yang akan menghubungkan antara fasilitas yang satu dengan
yang lainnya. Serta juga memberi kemudahan bagi pengunjung untuk
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Berdasarkan penjabaran diatas dapat diketahui besaran dan kapasitas ruang pada
ruang tertutup Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu, yaitu pada ruang tertutup
terdapat kebutuhan ruang seluas 3.846 M2 atau 43,21% dari total luas Kawasan
Petilasan Sri Maharaja Batu.
2. Ruang Terbuka
Ruang terbuka yaitu kawasan tidak terbangun pada Kawasan Petilasan Sri Maharaja
Batu yaitu sungai dan taman sebagai daya tarik tambahan serta ruang terbuka
hijau pada kawasan.
a. Taman
Taman hijau pada Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu yang bertujuan
untuk memberikan dampak yang berwawasan lingkungan sehingga
Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu lebih terlihat asri dan memiliki daya
tarik tersendiri. Selain itu taman juga akan memberi dampak terhadap
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada Kawasan Petilasan Sri Maharaja
Batu, yaitu kegiatan sosial budaya dan seluruh kegiatan yang mendukung
kegiatan kawasan. Untuk itu pada Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu
merupakan kawasan wisata budaya dimana taman merupakan bentuk
pelindung bagi bangunan Landamark Petilasan Sri Maharaja Batu yang
terdapat pada kawasan. Dengan total luasan ruang terbuka pada Kawasan
Petilasan Sri Maharaja Batu yaitu 5.054 M2.
Berdasarkan penjabaran diatas luas lahan terbuka atau tidak terbangun pada
Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu yaitu seluas 5.054 M2 atau 56,79% dari total
luas Kawasan Petilasan Sri Maharaja Batu.
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo
Penyusunan Masterplan Pengembangan Obyek Wisata Petilasan Sri Maharaja Batu Mangun Jayo