Puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya berupa nikmat iman, kekuatan, keselamatan, dan kesabaran,
serta sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan jalan kebenaran kepada umatnya sehingga Laporan Pendahuluan Fasilitasi
Penyusunan RDTR Provinsi Jambi Tahun 2022 dapat terselesaikan dengan baik. Tidak
lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Laporan Pendahuluan Fasilitasi Penyusunan RDTR Provinsi Jambi menggambarkan
proses persiapan kegiatan yang meliputi penyusunan rencana kerja, penyusunan tahapan
dan jadwal pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Penyusunan RDTR Provinsi Jambi Tahun 2022.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak
kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan
berguna di masa yang akan dating.
TTD
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kembali, Revisi, dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi, Kabupaten, Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang.
Berdasarkan Draf Tata Cara Kerja (TCK) Fasilitasi Penyusunan Rencana Tata Ruang
(RTR) Daerah Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Tahun
2022, Provinsi Jambi termasuk ke dalam Wilayah I, yaitu fasilitasi penyusunan RTR
Daerah di Pulau Sumatera (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau,
Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, dan Lampung).
Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 17 Tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan
mengamanatkan integrasi fungsi tata ruang ke dalam tugas pokok dan fungsi Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional (Kanwil BPN) Provinsi, sehingga Kanwil BPN
Provinsi memiliki tugas untuk memfasilitasi penyusunan RTR dan pemanfaatan ruang di
daerah.
Oleh karena itu, sebagai bentuk pelaksanaan tugas dan fungsi baru tersebut, maka
Kanwil BPN Provinsi Jambi bermaksud untuk membantu melakukan fasilitasi penyusunan
RTR Daerah dalam bentuk data dasar, mengingat salah satu kendala yang dihadapi
pemerintah daerah dalam penyusunan RDTR adalah minimnya ketersediaan data dasar
yang meliputi data dasar RDTR, data kependudukan, ekonomi, fisik dasar dan lingkungan,
pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah, sarana dan prasarana serta kebijakan yang
dibutuhkan dalam proses analisis.
2
Muaro Jambi, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Merangin, Kabupaten Bungo, dan
Kabupaten Tebo (Cadangan).
3
BAB II
GAMBARAN UMUM PENATAAN RUANG DI PROVINSI JAMBI
4
Gambar 2.1
Peta Administrasi Provinsi Jambi
5
Luas wilayah terbesar di Provinsi Jambi berada di Kabupaten Merangin sebesar
7.679 Km2 atau sebesar 15,31 persen dari total luas wilayah Provinsi Jambi, diikuti oleh
Kabupaten Tebo dan Kabupaten Sarolangun masingmasing sebesar 6.461 Km2 dan 6.184
Km2 . Unsur iklim di Provinsi Jambi diamati melalui 3 lokasi, yaitu Stasiun BMKG Depati
Parbo di Kerinci, Stasiun Klimatologi Jambi di Muaro Jambi, dan Stasiun BMKG Sultan
Thaha di Kota Jambi. Di antara ketiga lokasi pengamatan, Stasiun BMKG Depati Parbo
yang menunjukkan rata-rata suhu udara di Kerinci adalah yang terendah, yaitu 23,07 °C di
tahun 2020.
Suhu minimum di Kerinci tahun 2020 adalah 15,30 °C lebih hangat dibanding
dengan suhu pada tahun 2019. Tekanan udara di Stasiun Pengamatan BMKG Depati Parbo
menunjukkan nilai rata-rata sebesar 923,39 mb dengan range 913,40 mb sampai dengan
1.015,40 mb. Tekanan udara di Stasiun Pengamatan Klimatologi Jambi di Muaro Jambi
menunjukkan nilai rata-rata sebesar 1.007,66 mb dengan range 1.000,10 mb sampai
dengan 1.018,80 mb. Dan, tekanan udara di Stasiun Pengamatan BMKG Sultan Thaha
Jambi menunjukkan nilai rata-rata 1.006,56 mb dengan range 1.005,50 mb sampai dengan
1.012,10 mb.
Jumlah penduduk Provinsi Jambi pada tahun 2020 sebanyak 3.548,2 ribu jiwa,
mengalami penurunan sebesar 76,4 ribu jiwa apabila dibandingkan dengan jumlah
penduduk Provinsi Jambi pada tahun 2019 yang memiliki jumlah 3.624,6 ribu jiwa.
Kepadatan penduduk terpadat di Provinsi Jambi terdapat di Kota Jambi dengan tingkat
kepadatan mencapai 2.951 orang/Km2. Kemudian di urutan kedua terletak di Kota Sungai
Penuh dengan tingkat kepadatan 247 orang/Km2. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk
serta tingkat kepadatannya di Provinsi Jambi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Di Provinsi Jambi
Kepadatan
No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk
(orang/Km2)
1 Kerinci 250,3 75
2 Merangin 354,1 46
3 Sarolangun 290,1 47
4 Batang Hari 301,7 52
5 Muaro Jambi 402,0 75
6 Tanjung Jabung Timur 229,8 42
7 Tanjung Jabung Barat 317,5 68
8 Tebo 337,7 52
9 Bungo 362,4 78
10 Kota Jambi 606,2 2.951
11 Kota Sungai Penuh 96,6 247
Jumlah 3.548,2 339,36
(Sumber : Provinsi Jambi dalam angka 2021)
6
2.2 Gambaran Umum Penguasaan Tanah di Provinsi Jambi
Pengertian penguasaan dapat dipakai dalam arti fisik, juga dalam arti yuridis. Ada
penguasaan beraspek privat dan beraspek publik. Penguasaan dalam arti yuridis adalah
penguasaan yang dilandasi hak yang dilindungi oleh hukum dan pada umumnya memberi
kewenangan kepada pemegang hak untuk menguasai secara fisik tanah yang dihaki,
misalnya pemilik tanah mempergunakan atau mengambil manfaat dari tanah yang dihaki,
tidak diserahkan kepada pihak lain (Urip Santoso 2005: 73). Penguasaan secara yuridis,
biarpun memberi kewenangan untuk menguasai tanah yang dihaki secara fisik, pada
kenyataannya penguasaan fisiknya dikuasai oleh pihak lain. Sebagai contoh, seseorang
yang memiliki tanah tidak mempergunakan tanahnya sendiri akan tetapi disewakan kepada
pihak lain.
Dalam hal ini secara yuridis tanah tersebut dimiliki oleh pemilik tanah akan tetapi
secara fisik dilakukan oleh penyewa tanah. Ada juga penguasaan secara yuridis yang tidak
memberi kewenangan untuk menguasai tanah yang bersangkutan secara fisik. Sebagai
contoh, kreditor (Bank) pemegang hak jaminan atas tanah mempunyai hak penguasaan
yuridis atas tanah yang dijadikan agunan (jaminan) akan tetapi secara fisik penguasaannya
tetap ada pada pemegang hak atas tanah. Penguasaan yuridis yang beraspek publik, yaitu
penguasaan atas tanah sebagaimana disebutkan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 45 dan Pasal
2 UUPA. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 penguasaan tanah adalah
hubungan hukum antara orang perorangan, kelompok masyarakat atau badan hukum
dengan tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
Secara umum luas tanah di Provinsi Jambi ± 5.000.000 Ha dan dibagi menjadi dua
kawasan, yaitu kawasan hutan dan kawasan areal penggunaan lain. Tanah yang terletak di
kawasan hutan merupakan wewenang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK) sehingga sedikit sulit untuk mengetahui (perusahaan) siapa yang mengelola
beserta luasannya.
Tabel 2.3
Gambaran Umum Penguasaan Tanah di Provinsi Jambi
No. Nama Kawasan Luas (Ha)
1 Hutan 2.122.366
2 Areal Penggunaan Lain (APL) 2.783.396
Total 4.905.762
(Sumber : SK.6613/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/10/2021)
7
Berdasarkan tabel luas kawasan hutan di Provinsi Jambi seluas ± 2.122.366 Ha.
Sedangkan luas Areal Penggunaan Lain (APL) seluas ± 2.783.396 Ha. Pada lahan APL
terdapat penguasaan Hak Guna Usaha (HGU) seluas ± 285.246, 66 Ha, Hak Milik (HM)
seluas ± 342.552,7 Ha, dan Hak Guna Bangunan seluas ± 8.584,19 Ha.
8
perkembangan yang akan datang, berdasarkan pertimbangan daya dukung lahan, potensi
sumber daya yang ada, serta batasan kendala yang di hadapi. Selain itu sinergi antar
stakeholder yang ada di dalam Provinsi Jambi sangat dibutuhkan dalam menyusun RDTR
demi menuju arah pembangunan Provinsi Jambi yang lebih baik. Dengan demikian
diharapkan RDTR ini nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam pemanfaatan ruang
sehingga perkembangan sosial ekonomi dapat berjalan secara efisien dan efektif dengan
tetap mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan.
9
BAB III
METODOLOGI DAN RENCANA KERJA
10
Tabel 3.1
Rencana Jadwal Kegiatan
Bulan ke
Tahapan Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
Proses Persiapan
a) Penyiapan tim kerja.
b) Penyusunan rencana kerja.
c) Melaksanakan rapat persiapan pelaksanaan kegiatan dan penyamaan persepsi dengan Ditjen Tata Ruang c.q. Dit. Bina
Perencanaan Tata Ruang Daerah Wilayah I atau Dit. Bina Perencanaan Tata Ruang Daerah Wilayah II.
d) Penentuan lokasi kabupaten/kota yang akan dilakukan penyusunan data dasar
Pelaksanaan
a) Melaksanakan koordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Kantor Pertanahan dan Kementerian/Lembaga
b) Melakukan pengumpulan data dasar untuk penyusunan RDTR pada 3 – 5 Kabupaten/Kota
c) Melakukan verifikasi data dasar yang telah terkumpul;
d) Melakukan strukturisasi data;
e) Melaksanakan rapat hasil verifikasi dan strukturisasi data;
f) Melakukan input data dasar ke dalam sistem penyimpanan dan disampaikan ke Ditjen Tata Ruang c.q. Dit. Bina
Perencanaan Tata Ruang Daerah Wilayah I atau Bina Perencanaan Tata Ruang Daerah Wilayah II dan pemerintah
kabupaten/kota
g) Menyiapkan pemutakhiran berkala status penyusunan dan penetapan RDTR di seluruh Kabupaten/Kota untuk
dikoordinasikan dengan c.q. Dit. Bina Perencanaan Tata Ruang Daerah Wilayah I atau Dit. Bina Perencanaan Tata
Ruang Daerah Wilayah II sebagai bahan masukan Protaru
Pelaporan
a) Laporan pendahuluan
b) Laporan triwulan
c) Laporan akhir
d) Kompilasi data
(Sumber : Tata Cara Kerja Penyusunan Fasilitasi RTR Daerah)
11
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI PENYUSUNAN RTR DAERAH
12
3. Kabupaten Sarolangun;
4. Kabupaten Merangin;
5. Kabupaten Bungo; dan
6. Kabupaten Tebo (Cadangan).
13
LAMPIRAN
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
DOKUMENTASI RAPAT KOORDINASI FASILITASI PENYUSUNAN
RENCANA TATA RUANG (RTR) DAERAH DI PROVINSI JAMBI
24
25
26