KAJIAN
FISKAL
REGIONAL
Triwulan I
2020
Penyusun:
Penanggung Jawab: Sahat M.T. Panggabean | Ketua Tim: Sofia Rita
Diana | Editor/Grafis: Tatang Suwandi | Dita Yuvrita | Anggota:
Tatang Suwandi | Gusnawanto | Agustian Hendra A. | Harum
Wijayanti | Dita Yuvrita | Heni Farida |
Provinsi Jawa Barat
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang karena ridha dan pertolongan-Nya, Kajian Fiskal Regional
(KFR) Triwulan I Tahun 2020 Provinsi Jawa Barat dapat kami sajikan tepat waktu. Kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi, dan penghargaan disertai harapan semoga sinergi antar
lembaga dalam perwujudan kemajuan Jawa Barat dapat terus dilanjutkan dan ditingkatkan di masa yang akan
datang dalam rangka bakti kita kepada negeri.
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.01/2016, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan sebagai Pengelola Fiskal dan menjadi representasi Kementerian Keuangan di
daerah melaksanakan fungsi pembinaan, koordinasi dan supervisi pengelolaan fiskal daerah. Berkaitan
dengan hal itu pada setiap periode triwulan dan tahunan kami menyajikan Kajian Fiskal Regional yang
diharapkan dapat merepresentasikan kondisi perekonomian Jawa Barat khususnya bidang fiskal dengan
analisis yang didukung oleh data-data nasional dan regional serta dilengkapi dengan rekomendasi.
KFR, sebagai naskah yang bersifat kajian, disusun oleh sebuah tim dengan melakukan analisis terarah yang
mengelaborasi antara lain korelasi antara APBN/APBD/Transfer Daerah dengan indikator-indikator
perekonomian, merumuskan hubungan sebab akibat (causatif) antara kebijakan fiskal dengan indikator-
indikator perekonomian, menentukan besarnya pengaruh APBN/APBD/Transfer Daerah terhadap
perkembangan perekonomian suatu daerah dan hal-hal lain yang berkaitan dengan itu. Berkaitan dengan
tersebut, mengingat dinamika ekonomi yang tinggi maka segala masukan demi perbaikan akan sangat kami
nantikan.
Harapan kami kajian ini dapat memberikan kontribusi bagi Kementerian Keuangan khususnya Kantor Pusat
Direktorat Jenderal Perbendaharaan serta para pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan-
keputusan strategis. Semoga sumbangsih kecil ini juga dapat sebagai salah satu bukti komitmen Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Jawa Barat untuk turut serta secara aktif membangun
negeri, khususnya di wilayah Provinsi Jawa Barat.
Tabel I.1. Laju Inflasi Gabungan 7 Kota di Jawa Barat TW I-2020 Menurut Kelompok
Pengeluaran .............................................................................................. 2
Tabel I.2. Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin Di Prov.Jawa Barat Tahun 2018 –
2019 ……………………………………………………………………………………………………….. 4
Tabel I.3. Kondisi Ketenagakerjaan Jawa Barat Bulan Agustus 2017 – Agustus 2019 .. 5
Tabel II.1. Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Prov. Jawa Barat s.d. Akhir TW I Tahun
2019 dan Tahun 2020 .....................……………………………………………………….... 6
Tabel II.2 Realisasi Pendapatan Hibah s.d. TWI Lingkup Prov. Jawa Barat Tahun 2020 8
Tabel II.3. Perkiraan Realisasi APBN Lingkup Prov. Jawa Barat s.d TW IV Tahun 2020 10
Tabel III.1. Realisasi APBD Lingkup Provinsi Jawa Barat s.d. AkhirTW I Tahun 2019 dan
2020 . ...................................................................................................... 11
Tabel III.2. Prognosis Realisasi s.d. APBD TW IV–2020 .............................................. 15
Tabel IV.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Wilayah Provinsi Jawa Barat TW
I-2020 ..................................................................................................... 16
Tabel IV.2. Realisasi Pendapatan Konsolidasian di wil Prov. Jawa Barat TW I 2019-2020 17
Tabel IV.3. Ringkasan Laporan Operasional Provinsi Jawa Barat TW I-2020 ................. 19
Tabel V.1. Realisasi Penyaluran DAK Fisik per 31 Maret 2020 ..................................... 22
Tabel V.2. Realisasi Penyaluran Dana Desa dari RKUN ke RKD TW I-2020 ……………… 23
Tabel V.3. Perbandingan Penyaluran Dana Desa Triwulan I 2020 dengan Triwulan I
2019 .......................................................................................………………... 24
3.95 0.85
4.5 3.85
3.48
3.21 0.47
3.5
2.42 0.48
0.41 0.39 0.35 0.31
2.5 3.28 3.39 0.31
2.96 0.22
2.72 0.39
2.48 0.1
1.5
PERSENT W I TW II TW III TW IV TW I Persen -0.07
2019 2020
Sumber : BPS Prov. Jawa Barat Sumber : BPS Prov. Jawa Barat
Selama dua belas bulan terakhir, seluruh kelompok pengeluaran mengalami inflasi,
kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya mengalami inflasi tertinggi 6,63%
(yoy). Sedangkan bila dilihat menurut andilnya terhadap inflasi/deflasi tahun 2020,
andil inflasi diberikan oleh sepuluh kelompok pengeluaran, sementara Kelompok
Transportasi memberikan andil deflasi -0,06% (ytd) (Tabel I.1).
Tabel I.1. Laju Inflasi Gabungan 7 Kota di Jawa Barat TW I-2020 Menurut Kelompok Pengeluaran (Persen)
Inflasi Thn Kalender 2020**) Inflasi Thn ke Thn ***) Andil Inflasi/Deflasi
Kelompok Pengeluaran
(Jan-Mar 2020) (Mar’19 thd Mar’20 ) Th. Kalender 2020**)
Makanan, Minuman & Tembakau 3,27 6,52 0,79
Pakaian & Alas Kaki 0,67 3,46 0,03
Perum., Air, Listrik, & Bahan Bakar RT 0,28 1,54 0,06
Perleng., Peralatan & Pemel. Rutin RT 0,48 4,37 0,03
Kesehatan 2,14 5,67 0,05
Tranportasi -0,49 1,64 -0,06
Informasi, Komunikasi & Jasa Keu. 0,09 0,01 0,00
Rekreasi, Olahraga & Budaya 0,50 2,36 0,01
Pendidikan 0,10 6,19 0,01
Penyediaan Makan & Minum/Restoran 0,82 5,65 0,08
Perawatan Pribadi & Jasa Lainnya 2,26 6,63 0,11
1,10 3,95 1,10
Sumber : BPS Prov. Jawa Barat **) Perub. IHK Maret 2020 thdp IHK Desember 2019 ***) Perub. IHK Maret 2020 thdp IHK Maret 2019
68
70.69 71.3 72.03
66
68.8 69.5 70.05
66.15 66.67 67.32 68.25
64
66.53 67.09 67.7 68.31 68.9 69.55 70.18 70.81 71.39 71.92
62
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Meningkatnya IPM Jawa Barat 2019 ditopang oleh peningkatan pada semua
komponen pembentuk IPM. Komponen Usia Harapan Hidup Saat Lahir (UHH)
naik 0,26%, Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) naik 2,63%, Harapan Lama Sekolah
(HLS) naik 0,24% dan Pengeluaran Perkapita naik 3,25%.
Pencapaian IPM Tingkat Kab./Kota
IPM Kab./Kota di Jawa Barat 2019 seluruhnya mengalami peningkatan. IPM
tertinggi Kota Bandung (81,62) dan terendah Kab.Cianjur (65,38), sedangkan
kemajuan pembangunan manusia paling cepat dicapai Kab.Karawang (1,39%)
dan paling lambat Kab.Subang (0,56%). Bila dilihat berdasarkan statusnya,
terdapat 4 Kab./Kota yang meningkat status pembangunannya dari “sedang”
menjadi “tinggi” sehingga pada tahun 2019 Kab./Kota dengan status IPM “Sangat
Tinggi” 3 Kota, status “Tinggi” 13 Kab./Kota dan “Sedang” 11 Kab./Kota
sedangkan Status “Rendah” tidak ada.
2. Tingkat Kemiskinan
Kesejahteraan masyarakat Jawa Barat apabila dilihat dari tingkat kemiskinan
mengalami kondisi yang semakin membaik. Berdasarkan data yang dirilis BPS
Prov. Jawa Barat s.d. TW I-2020, persentase penduduk miskin di Jawa Barat
September 2019 yaitu sebesar 6,82%, mengalami penurunan dibanding
September 2018 yang terjadi baik di pedesaan maupun perkotaan. Penurunan
tingkat kemiskinan Jawa Barat ini seiring dengan penurunan tingkat kemiskinan
Kemiskinan Kab./Kota
Persentase penduduk miskin di Jawa Barat menurut Kab./Kota tahun 2019
seluruhnya mengalami penurunan dibanding 2018. Kota Tasikmalaya mengalami
penurunan paling signifikan yaitu 1,11% sedangkan Kota Depok mengalami
penurunan paling rendah hanya 0,07% (Grafik I.5).
Grafik I.5. Presentase Penduduk Miskin Di Prov. Jawa Barat Menurut Kab./Kota Th.2018-2019
15 2018 2019
Persen
10
5
0
0.39
0.393 0.35 0.324 0.326 0.322 0.319 0.318
0.38 0.391 0.389 0.315
0.384 0.382
0.37 0,380 0.3
Maret 2017 September Maret 2018 September Maret 2019 September Maret 2017 September Maret 2018 September Maret 2019 September
2017 2018 2019 2017 2018 2019
A. PENDAPATAN NEGARA
1. Penerimaan Perpajakan
a) Pajak Penghasilan (PPh)
Grafik II.1. Realisasi Penerimaan PPh Kab./Kota Lingkup Prov. Jawa Barat TW I-2020
Kota Sukabumi
Miliar Rp Kab Cianjur
1400.0 1,26 T
Kab Purwakarta
1200.0
Cimahi (Cimahi; Bandung
1000.0 887.83 M 871.41 M Barat)
Kota Bandung
800.0
Kota Tasikmalaya
600.0
400.0 Ciamis (Ciamis; Banjar;
Pangandaran)
200.0 Kab Garut
- Kab Bandung
Kab Sumedang
d) Penerimaan Cukai
Grafik II.4. Realisasi Penerimaan Cukai Kab/Kota Lingkup Prov Jawa Barat TW I-2020
40,000
41,7%
20,000
Juta Rp -
Bandung Bekasi Bogor Purwakarta Cirebon Tasikmalaya Cikarang
Jan Peb Maret
281 M 304 M
272 M 255 M
183 M
200,000
132 M
-
Jan Feb Maret
Sumber: OMSPAN(data diolah)
3. Pendapatan Hibah
Realisasi Pendapatan Hibah TW I-2020 mencapai Rp270,58 juta (0,13% dari
target), lebih rendah 1,62% dibanding TW I-2019. Realisasi tersebut berasal dari
hibah luar negeri, sedangkan hibah langsung dalam negeri belum terealisasi.
Tabel 2.2. Realisasi Pendapatan Hibah s.d. TWI Lingkup Prov. Jawa Barat Tahun 2020
%
Uraian Pagu Reaalisasi
Realisasi thd Pagu
Hibah Luar Negeri 15.135.859.000 270.583.600 1,79%
Hibah Langsung Dalam Negeri 196.449.780.000 - 0,00
Total 211.585.639.000 270.583.600 0,13%
Sumber : OMSPAN(data diolah)
B. BELANJA NEGARA
1. Belanja Pemerintah Pusat
Grafik II.6. Tren Realisasi Belanja K/L Menurut Jenis Belanja Lingkup Prov Jawa Barat TW I-2020
% realisasi thd pagu
10.00%
8.09% Bel.Peg
8.00%
6.15% 7.41%
6.00% 7.12% Bel.Barang
5.55%
4.83% 4.54%
4.00% Bel.Modal
2.29% 3.02%
1.69%
2.00% Bel.Bansos
1.18% 0.07%
0.00%
Jan Peb Maret
Sumber: aplikasi monev PA (data diolah)
Realisasi belanja K/L Pemerintah Pusat di wilayah Prov. Jawa Barat TI-2020
secara keseluruhan menurut jenis belanja mencapai 14,76% dari total pagu,
3. Pengelolaan BLU
Grafik II.8. Pengelolaan Dana BLU Lingkup Prov Jawa Barat TW I-2020
Miliar Rp Pagu Realisasi
1,000,000 36,66%
800,000
600,000
400,000
200,000 0,23%
-
Grafik II.9. Perbandingan Debitur menurut Wilayah di Lingkup Prov Jawa Barat TW I-2020
Grafik II.10. Penyaluran Ultra Mikro TW I Periode 2018-2020 di Lingkup Prov Jawa Barat TW I-2020
Akad Debitur
200,000 50,000
Milyar Rp
46,340
100,000
7,916
5,620 Debitur
- -
2018 2019 2020
Sumber : Aplikasi SIKP.Umi(data diolah)
A. PENDAPATAN DAERAH
Target pendapatan daerah Provinsi Jawa Barat pada tahun 2020 ditetapkan
sebesar Rp144,68T terdiri PAD Rp50,23T (34,71%), pendapatan transfer Rp88,35T
(61,07%) dan lain–lain pendapatan yang sah Rp6,1T (4,22%). Dari sisi nominal,
agregat PAD ditetapkan relatif kecil dibanding pendapatan dana transfer sehingga
Provinsi Jawa Barat dapat dikategorikan belum memiliki komitmen kemandirian
fiskal yang cukup, namun peningkatan pagu PAD cukup besar dibanding periode
yang sama tahun 2019 menunjukkan Pemda mulai berusaha menaikkan
kemandirian daerahnya. Presentase realisasi TW I-2020 terhadap pagu, tercatat
PAD mencapai 17,63%, pendapatan transfer 19,24%, dan lain-lain pendapatan
yang sah 1,45%. Dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, seluruh
komponen pendapatan mengalami kenaikan realisasi, kecuali pendapatan transfer.
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Sampai dengan TW I-2020 realisasi terhadap pagu tercatat 17,63% atau naik
19,01% dibanding periode yang sama tahun 2019, terdiri dari pajak daerah
Rp6,74T, retribusi daerah Rp222,77M, hasil pengelolaan kekayaan yang
dipisahkan Rp20,06M, dan lain-lain PAD yang sah Rp1,87T.
a) Penerimaan Pajak Daerah
Realisasi pajak daerah terhadap pagu TW I-2020 mencapai 17,25% atau naik
7,58% dibanding periode yang sama di tahun 2019. Pertumbuhan tertinggi
tercatat di Kab. Bandung Barat 77,4% dan terendah di Kota Cimahi -19,35 %.
Grafik III.1. Realisasi Penerimaan Pajak Daerah TW I Tahun 2020 dan 2019
4,500 77.74% 100.00%
4,000
Miliar Rp.
80.00%
3,500 60.00%
3,000
2,500 40.00%
2,000 20.00%
1,500 0.00%
1,000
500 -20.00%
- -19.35% -40.00%
Kab. Bandung…
Kota Bekasi
Kab. Cirebon
Kab. Kuningan
Prov. Jawa Barat
Kab. Garut
Kab. Purwakarta
Kab. Tasikmalaya
Kota Tasikmalaya
Kab. Bandung
Kab. Ciamis
Kab. Karawang
Kab. Majalengka
Kab. Subang
Kab. Sumedang
Kota Bandung
Kab. Bekasi
Kab. Sukabumi
Kota Sukabumi
Kota Cimahi
Kab. Bogor
Kab. Cianjur
Kota Bogor
Kota Banjar
Kab. Indramayu
Kab. Pangandaran
Kota Cirebon
Kota Depok
30 868.56% 800.00%
25 600.00%
20 400.00%
15
10 200.00%
5 -73.86% 0.00%
- -200.00%
Kab.…
Kab.…
Kab. Bandung…
Kota…
Kab. Sukabumi
Kab. Ciamis
Kota Cirebon
Kab. Bogor
Kab. Majalengka
Kab. Purwakarta
Kota Bogor
Kota Banjar
Kab. Karawang
Kab. Subang
Kab. Sumedang
Kota Bandung
Kab. Bekasi
Kota Bekasi
Kota Sukabumi
Kota Cimahi
Prov. Jawa Barat
Kab. Cirebon
Kab. Garut
Kab. Indramayu
Kab. Kuningan
Kota Depok
Kab. Cianjur
Kab. Bandung
4
10 3
2
1
5 0
-1
- -2
2. Pendapatan Transfer
Pendapatan transfer Provinsi Jawa Barat pada tahun 2020 ditargetkan
Rp88,35T, terdiri dari transfer pemerintah pusat-dana perimbangan Rp64,54T
(73,05%), transfer pemerintah pusat-lainnya Rp11,1T (12,57%), dan transfer
pemerintah provinsi Rp12,71T (14,38%). Dari sisi realisasi telah mencapai
19,24% yang didominasi transfer pemerintah pusat-dana perimbangan Rp16,9T
B. BELANJA DAERAH
Pada tahun 2020 agregat belanja Provinsi Jawa Barat direncanakan Rp147,77T,
terdiri dari belanja pegawai Rp46,02T (31,14%), barang Rp35,63T (24,11%), modal
Rp23,08T (15,62%) dan sisanya Rp43,04T (29,13%) belanja bunga, subsidi, hibah,
bantuan sosial, bantuan keuangan, tidak terduga, dan transfer ke kab./kota/desa.
1. Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Belanja Modal
Grafik III.5. Pagu dan Realisasi Bel. Pegawai,Barang, dan Modal Prov. Jabar s.d. TW I-2020 dan 2019
50,000 20.00%
Miliar Rp.
40,000
14.47% 15.00%
30,000
10.00%
9.10%
20,000
5.00%
10,000
1.60%
- 0.00%
Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal
B. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
Realisasi pendapatan negara konsolidasian TW I-2020 Rp34,22T menurun
7,96% dibanding TW I-2019, terdiri dari perpajakan Rp30,59T (89,39%), bukan
pajak Rp3,54T (10,35%), hibah Rp88,75M (0,26%), dan transfer Rp1,01M
(0,003%). Perpajakan di tingkat pemerintah pusat berkontribusi terbesar yaitu
77,96% (tabel IV.1).
Grafik IV.1. Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di Prov. Jabar TW I - 2020 dan 2019
40,000.00
35,000.00
30,000.00
Pendapatan Transfer
25,000.00
20,000.00 Pendapatan Hibah
15,000.00 Pendapatan Bukan Pajak
10,000.00
Penerimaan Perpajakan
5,000.00
0.00
2019 2020
Sumber: LKPK Kanwil DJPB (diolah)
2. Analisis Perubahan
Penerimaan perpajakan di Provinsi Jawa Barat sampai dengan TW I-2020 Rp30,59T
terdiri pajak pemerintah pusat Rp23,85T (seluruhnya merupakan pajak dalam negeri)
dan pajak pemerintah daerah sebesar Rp6,74T.
Grafik IV.3. Perbandingan Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan
Perpajakan Konsolidasian Provinsi Jawa Barat s.d. TW I – 2020
35,000
Miliar Rp.
30,000
25,000
20,000
Pempus+Pemda
15,000 30,591 30,591
Konsolidasi
10,000
5,000
-
Pajak Dalam Negeri
Sumber: LKPK Kanwil DJPB (diolah)
C. BELANJA KONSOLIDASIAN
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
Grafik IV.4. Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terhadap
Belanja dan Transfer Konsolidasian pada Provinsi Jawa Barat TW I - 2020
Miliar Rp Pempus+Pemda Konsolidasian
20,000 17 T
15,000
10,000
5,000
175.M
0
Bel Peg Bel Bel Bel Bel Hibah Bel Bel Bel Bel Tdk Transfer
Barang Bunga Subsidi Bansos Bankeu Modal Terduga
PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA S.D. TRIWULAN I TAHUN 2020
(Antara Harapan dan Kenyataan)
Alokasi pagu DAK Fisik di Jawa Barat pada Tahun 2020 meningkat, yang semula pada
Tahun 2019 alokasinya sebesar Rp4,03T naik menjadi Rp4,07T tahun 2020. Demikian
pula alokasi Dana Desa di Jawa Barat tahun 2020 ini juga meningkat dari semula
Rp5,71T tahun 2019, naik menjadi Rp5,94T. Peningkatan alokasi pagu DAK Fisik dan
Dana Desa ini tentunya selain memberikan ruang fiskal kepada Daerah dan Desa agar
dapat lebih leluasa membiayai pembangunan di wilayahnya dan memberikan dampak
kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.
Peningkatan pagu DAK Fisik dan Dana Desa yang sangat besar tentunya juga
memerlukan kecepatan dan ketepatan dalam penyaluran tanpa mengurangi prinsip-
prinsip akuntabilitas dan pertanggungjawaban. Dalam rangka mengoptimalkan
penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa telah dilakukan perbaikan terhadap peraturan-
peraturan terkait sehingga diharapkan penyaluran dan penggunaan DAK Fisik dan Dana
Desa dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akuntabel.
A. Regulasi DAK Fisik TA. 2020 dan Realisasi Penyaluran s.d. TW I-2020
Regulasi DAK Fisik pada tahun 2020 mengalami beberapa perubahan
sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2019
tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus Fisik Tahun Anggaran 2020 dan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.07/2019 tentang Pengelolaan Dana
Alokasi Khusus Fisik. Adapun Pokok-pokok Penyempurnaan kebijakan penyaluran
DAK Fisik TA 2020 sebagai berikut:
a. Penyaluran DAK Fisik per jenis dengan ketentuan per bidang untuk bidang yang
tidak memiliki subbidang dan per subbidang untuk bidang yang memiliki
subbidang.
b. Percepatan penyaluran untuk bidang/subbidang DAK Fisik yang pembayarannya
tidak dapat dilakukan secara bertahap atas rekomendasi K/L yang semula bulan
Agustus menjadi April.
c. Penyaluran tahap II telah memperhitungkan besaran kontrak yang diinput oleh
pemda sehingga mengurangi sisa dana yang ada di RKUD.
d. Foto dengan titik koordinat (Geotagging) sebagai salah satu syarat penyaluran
bidang/subbidang DAK Fisik.
e. Satu kontrak kegiatan fisik sebagai pemenuhan salah satu syarat penyaluran
tahap I dan daerah dapat meng-update data kontrak sampai dengan batas akhir
waktu penyaluran tahap I atau sebelum penyaluran tahap II.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa s.d. akhir TW I-2020 belum ada penyaluran DAK
Fisik kepada Pemda seluruh Jawa Barat. Hal yang sama juga terjadi pada tahun
sebelumnya dimana sampai akhir Triwulan I 2019 belum ada penyeluran DAK Fisik
dari RKUN ke RKUD. Beberapa penyebab yang dapat dicatat antara lain disebabkan
oleh masih berjalannya proses lelang barang dan jasa (belum ada kontrak yang di-
upload) dan modul DAK Fisik tahun 2020 pada OMSPAN baru tersedia tanggal 4
Maret 2020.
B. Regulasi Dana Desa TA. 2020 dan Realisasi Penyaluran sampai dengan
Triwulan I 2020
Peraturan terkait Penyaluran Dana Desa pada tahun 2020 mengalami beberapa
perubahan yang mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
205/PMK.07/2019 tentang Pengelolaan Dana Desa. Adapun poin-poin perubahan
antara lain:
1. Penyaluran Dana Desa dilakukan melalui pemindahbukuan dari RKUN ke RKD
melalui RKUD dilakukan oleh Kepala KPPN selaku KPA Penyaluran DAK Fisik
dan Dana Desa.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa penyaluran pada periode Triwulan I
2020 jauh di bawah penyaluran pada periode yang sama tahun 2019. Padahal
perubahan peraturan tentang pengelolaan Dana Desa yang sebelumnya Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 193/PMK.07/2018 menjadi 205/PMK.07/2019 salah satu
tujuannya adalah untuk mempercepat penyaluran Dana Desa dapat diterima
langsung di rekenin kas desa (RKD).
C. Upaya Ekstra Dalam Mempercepat Penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa
Berbagai perubahan peraturan terkait DAK Fisik dan Dana Desa pada
kenyataannya tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap upaya
percepatan penyaluran. Padahal tujuan semula dari adanya aturan baru salah
satunya untuk mempermudah prosedur dan persyaratan penyaluran. Apalagi saat
ini pada masa pandemi Corona Virus Disease 2019 atau Covid-19 dengan berbagai
perubahan/refocusing anggaran ke pengendalian dampak corona di Indonesia.
Oleh sebab itu ke depannya dalam penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa perlu
diimbangi dengan sosialisasi yang masif terhadap pengelola DAK Fisik dan Dana
Desa di Pemda jauh sebelum proses pelaksanaan anggaran dimulai. Komunikasi
yang intens antara KPPN sebagai KPA Penyalur dengan pemda perlu ditingkatkan
termasuk peran Kanwil DJPb dalam memberikan solusi atau menjembatani
permasalahan yang terjadi dalam proses penyaluran.
Dalam menghadapi dampak yang ditimbulkan akibat Covid-19, Kementerian
Keuangan mencoba melancarkan stimulus/kebijakan-kebijakan untuk bisa