Anda di halaman 1dari 3

Nama : Aurellia Amanda Sherly

NIM : 010002100069
TUGAS PILIHAN PENYELESAIAN SENGKETA

KONSILIASI

Menurut Pasal 1 angka 10 UU 30/1999, konsiliasi merupakan salah satu alternatif penyelesaian
sengketa yang dilakukan di luar pengadilan. Akan tetapi, penjelasan lebih lanjut mengenai
konsiliasi tidak kami temukan dalam UU 30/1999.
Endrik Safudin :
- Dalam buku Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Arbitrase menerangkan bahwa
konsiliasi adalah salah satu bentuk penyelesaian sengketa di luar pengadilan dengan
dibantu oleh pihak ketiga atau konsiliator.
- Mengutip Dictionary of Law Complete Edition yang menjelaskan bahwa konsiliasi
adalah usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang bersengketa agar
mencapai kesepakatan guna menyelesaikan sengketa dengan cara kekeluargaan.

Pihak ketiga dalam konsiliasi berbeda dengan pihak ketiga dalam mediasi, karena konsiliator
bersifat lebih aktif dibandingkan dengan mediator. Konsiliator bertugas tidak hanya sebagai
fasilitator, seperti mediator, namun juga bertugas untuk menyampaikan pendapat tentang duduk
persoalan, memberikan saran-saran yang meliputi keuntungan dan kerugian dan mengupayakan
tercapainya suatu kesepakatan kepada pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan
sengketa. Berpedoman pada Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial (“UU 2/2004”) untuk memberikan contoh upaya konsiliasi di
Indonesia :

Konsiliasi Hubungan Industrial :


Berdasarkan Pasal 1 angka 13 UU 2/2004, konsiliasi hubungan industrial adalah penyelesaian
perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja atau perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh
seorang atau lebih konsiliator yang netral. Yang dimaksud dengan konsiliator hubungan
industrial menurut Pasal 1 angka 14 UU 2/2004 adalah seorang atau lebih yang memenuhi
syarat-syarat sebagai konsiliator ditetapkan oleh Menteri, yang bertugas melakukan konsiliasi
dan wajib memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang berselisih untuk menyelesaikan
perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja atau perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan.
Konsiliator melakukan penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan
kerja atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan dalam
wilayah kerjanya yang meliputi tempat pekerja/buruh bekerja. Konsiliator tersebut harus
terdaftar pada kantor instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
kabupaten/kota.

Selain itu, syarat menjadi konsiliator adalah :


● Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
● Warga negara Indonesia.
● Berumur sekurang-kurangnya 45 tahun.
● Pendidikan minimal lulusan Strata Satu (S1).
● Berbadan sehat menurut surat keterangan dokter.
● Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela.
● Memiliki pengalaman di bidang hubungan industrial sekurang-kurangnya lima tahun.
● Menguasai peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
● Syarat lain yang ditetapkan oleh Menteri.

Jika mencapai suatu kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui


konsiliasi, maka dibuat perjanjian bersama yang ditandatangani para pihak disaksikan oleh
konsiliator dan didaftar di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri. Jika
kesepakatan tidak tercapai, maka konsiliator mengeluarkan anjuran tertulis. Apabila ada pihak
yang menolak, maka salah satu atau para pihak dapat melanjutkan penyelesaian perselisihan ke
Pengadilan Hubungan Industrial pada pengadilan negeri setempat.

CONTOH KASUS :

Kasus sengketa warisan keluarga


Sebuah keluarga menghadapi sengketa terkait pembagian warisan setelah kematian orang tua
mereka. Anak-anak yang masih hidup tidak sepakat tentang bagaimana harta warisan harus
dibagi. Mereka memutuskan untuk menggunakan konsiliasi sebagai upaya terakhir untuk
mencapai kesepakatan yang adil tanpa harus melibatkan pengadilan.

Dalam proses konsiliasi, mereka memilih seorang mediator yang netral dan berpengalaman
dalam penyelesaian sengketa keluarga. Mediator tersebut bertemu dengan semua anggota
keluarga yang terlibat dalam sengketa dan membantu mereka untuk mengungkapkan
kepentingan dan kebutuhan masing-masing.
Mediator mengelola diskusi antara anggota keluarga, memastikan setiap orang memiliki
kesempatan untuk berbicara dan mendengarkan dengan penuh perhatian. Dia juga membantu
mereka dalam mengidentifikasi poin-poin perselisihan utama dan mencari solusi yang mungkin
memuaskan semua pihak.
Selama beberapa pertemuan, dengan bimbingan mediator, anggota keluarga secara progresif
mendekati kesepakatan tentang pembagian warisan. Mereka menggali lebih dalam mengenai
kebutuhan dan keinginan masing-masing, serta mempertimbangkan masalah emosional yang
terkait dengan sengketa tersebut.

Akhirnya, melalui proses konsiliasi, mereka mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.
Harta warisan dibagi secara adil berdasarkan kesepakatan yang telah mereka buat bersama.
Selain itu, proses konsiliasi membantu memperbaiki hubungan keluarga yang tegang dan
mengurangi ketegangan di antara mereka.

Dalam contoh ini, konsiliasi memungkinkan keluarga untuk menyelesaikan sengketa warisan
mereka dengan cara yang damai dan melibatkan mediator yang netral. Hal itu membantu mereka
mencapai solusi yang adil dan memulihkan hubungan keluarga yang rusak akibat sengketa
tersebut.

SUMBER :

https://www.hukumonline.com/klinik/a/perbedaan-mediator--arbiter--dan-konsiliator-lt5dd65ff35
fc6f
https://sskplawoffice.com/en/contoh-kasus-konsiliasi/

Anda mungkin juga menyukai