Anda di halaman 1dari 6

NOMINA

Deskripsi singkat
Bagian ini berisi tentang batasan, ciri, bentuk, makna, dan sistem morfologi nominal

Capaian pembelajaran matakuliah


Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa dapat menguasai tentang batasan, ciri, bentuk,
makna, dan sistem morfologi nominal

A. Batasan dan Ciri Nomina


1. Batasan Nomina
Nomina adalah kata yang menerangkan nama barang-barang secara kongkret dan abstrak
(Padmosoekotjo, 1986: 108). Selanjutnya Poedjoseodarmo (1979:77) menambahkan bahwa
nomina adalah kata yang mandiri, dalam kalimat tidak tergantung kata lain, misalnya orang,
tempat, benda, kualitas, dan tindakan. Artinya nomina adalah suatu jenis kata yang menandai
atau menamai suatu benda yang dapat berdiri sendiri di dalam kalimat dan tidak tergantung pada
jenis kata lain, seperti misalnya orang, tempat, benda, kualitas, atau tindakan.
Nomina -atau secara umum disebut kata benda- biasa muncul dalam kalimat menempati
fungsi subjek (S) atau objek (O) serta menyertai verba yang berfungsi P itu. Misalnya rewangku
‘pembantu saya’, bocahe ‘anak-anaknya’, dan wonge ‘orangnya’ masing- masing dalam kalimat
(1), (2), dan (3) yang mengisi fungsi S, dan adhiku ‘adik saya’ pada kalimat (3) yang mengisi
fungsi O dalam kalimat di bawah ini:
1) Rewangku turu ‘pembantu saya tidur’
(2) Bocahe mulih menyang Magelang ‘anaknya pulang ke Magelang’
(3) Wonge nakoni adhiku bola bali ‘Orangnya menanyai adikku berkali-kali’
Nomina biasa muncul pula dalam frasa, khususnya frasa endosentris dan menempati
fungsi kepala atau inti; seperti bocah pada bocah cilik, klambi pada klambi ireng ‘baju
hitam’ ,guru pada guru nggambar ‘guru nggambar’, dan kecamatan pada kecamatan sing amba
dhewe ‘kecamatan yang paling luas’ (Sudaryanto, 1991:71-72).
2. Ciri-ciri Nomina
Ciri-ciri nomina dilihat dari 3 hal yaitu perilaku morfologis, perilaku sintaksis/ valensi,
perilaku semantis/ makna:
1) Perilaku morfologis
Ciri yang bersifat morfologis ada dan patut diperhatikan sejauh kata tersebut berbentuk
polimorfemis yakni gabungan dua buah morfem atau lebih. Ciri nomina berdasarkan perilaku
morfologisnya adalah sebagai berikut:
a. Jika ada kata polimorfemis yang berunsurkan afiks di bawah ini, maka dapat
diramalkan jika kata tersebut berupa nomina. Jadi afiks-afiks di bawah ini sebagai
pembentuk nomina:
paN- = pambujuk
pa- = paweling
pi- = pitutur
praN-/an = panyuwunan
pa-/-an = pasugatan
pi-/-an = pitulungan
pra-/-an = prapatan
b. Konfiks pembentuk nomina yaitu ka-/-an, sufiks –an, dan sufiks –e
Contoh: karisedenan, kalurahan, (namun ada konfiks ka-/-an tidak selamanya
membentuk nomina seperti kawelasan dan kadunungan yang berkelas verba), sementara itu
sufiks –an yang berkelas nomina biasanya berkorespondensi dengan kata duwe, misalnya duwe
dolanan, duwe tulisan namun ada juga sufiks –an yang berkelas verba misalnya: dolanan dan
sabukan, ini dapat dibuktikan dengan mengkombinasikan kata-kata tersebut dengan mbok kowe,
misalnya mbok kowe dolanan, mbok kowe sabukan.

2) Perilaku Sintaksis
Nomina tidak hanya berbentuk polimorfemis tetapi juga monomorfemis, misalnya kata
buku, bocah, meja, tas, sepatu, dan sebagainya. Pengenalan nomina melalui ciri-ciri sintaksisnya
adalah sebagai berikut.
a. Dalam kalimat yang berpredikat verba, nomina cenderung menduduki fungsi S
(jejer) atau O (lesan). Contoh: ibu adang sega atau Sega didang ibu.
b. Pengingkaran terhadap nomina tidak memakai ora, melainkan dudu “bukan”,
terutama dalam kalimat tunggal atau kontruksi yang bukan ideomatik. Jadi yang ada
adalah semacam : sing digawa dudu buku dan bukan sing digawa ora buku.
c. Nomina lazimnya dapat diikuti oleh kata yang berkelas adjektiva (kata sifat), baik
dengan atau tanpa kata pemerlekat sing ‘yang’, contohnya : buku anyar, meja cilik,
wong sing pinter, dan sebagainya.

3) Perilaku Semantik
Perilaku semantik ini sebagai pengacu terhadap unsur kenyataan yang berupa manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, benda, gagasan, pengertian, dan yang lain sejenisnya beserta segala
dimensi yang dimiliki dan dapat disebut dengan kata.

3. Subkategori Nomina
Dalam hal ini Poedjosoedarmo (1979 ) membagi nomina dalam bahasa Jawa dalam
beberapa cara yaitu menurut makna dan bentuk morfologisnya. Nomina itu dapat dibedakan
menjadi dua kelompok besar, yaitu kata-kata yang tergolong seperti macan ‘harimau’ dan wesi
‘besi’ serta kata-kata yang dibedakan atau dianggap sebagai benda atau nomina seperti akal
‘akal’ dan katentreman ‘ketentraman’. Dengan kata lain kelompok pertama itu boleh dianggap
sebagai nomina yang berwujud (konkrit) sebab dapat diamati melalui panca indra, sedangkan
kelompok kedua, sebaliknya mendapat sebutan kata tak berwujud (abstrak) karena tak dapat
diamati secara langsung, hanya bisa dijangkau dengan pikiran.
Menurut bentuk morfologisnya, nomina dalam bahasa Jawa berupa bentuk lingga (L) dan
bentuk andahan. Bentuk andahan yang beraneka ragam itu dibentuk melalui beberapa proses
morfologi. Di antara beberapa proses morfologi yang ada, imbuhan (afiksasi) merupakan bentuk
nomina yang sangat penting, seperti misalnya dalam kata-kata suketan ‘rumputan’, kabudayan
‘kebudayaan’, pamiyara ‘pemelihara’, piala ‘kejahatan/keburukan’. Di samping imbuhan,
perulangan (reduplikasi) juga cukup berperan dalam pembentukan kata jamak, seperti seseger
‘aneka makanan atau minuman yang menyegarkan’ dan watu-watu ‘batu-batu’. Untuk
membentuk nomina jamak, perulangan juga bisa dikombinasikan dengan imbuhan, contohnya
gegodhongan ‘dedaunan’ dan angarep-arep ‘pengharapan’. Hal ini sekaligus menunjukkan
bahwa bentuk nomina dalam bahasa Jawa juga digolongkan menjadi bentuk tunggal (singularis)
dan bentuk jamak (pluralis). Sedangkan bila dilihat dari peranannya dalam kalimat, maka
nomina biasanya berfungsi sebagai subjek atau objek. Oleh karena itu, sesuai dengan ciri-ciri
yang ada, berbagai nomina dapat dikelompokkan menjadi subkategori, yaitu:
a. Berdasarkan kegandaan morfem pembetuknya, terdapat nomina monofermis dan
polimorfemis.
b. Nomina tunggal dan tidak tunggal.
c. Nomina generik dan spesifik.
d. Nomina umum dan khusus.
e. Nomina abstrak dan konkret.
f. Nomina insani dan bukan insan.
g. Nomina nama diri dan bukan nama diri.

4. Bentuk dan Makna Nomina


Poedjosoedarmo (1979) menyatakan bahwa nomina dalam bahasa Jawa mungkin terdiri
dari nomina sebenarnya, atau nomina dalam bentuk aslinya, dan nomina transposisi, yakni
nomina yang dibentuk dari jenis kata yang lain, seperti kata kerja dan kata sifat. Nomina
transposisi ini boleh jadi dibentuk dengan sengaja dari jenis kata yang lain, seperti kata kerja dan
kata sifat. Nomina transposisi ini boleh jadi dibentuk dengan sengaja dari jenis kata lain atau
terjadi karena adanya jenis kata lain yang karena kebetulan berfungsi sebagai subyek atau obyek
dalam kalimat dan praktik diperlukan sebagai nomina. Jadi, kata mangan ‘makan’ (yang
dasarnya nomina) dalam kalimat Ibu ngajari mangan marang adhiku ‘Ibu mengajar makan
adikku’ dianggap atau diperlukan sebagai nomina karena jabatannya sebagai obyek.
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, di dalam buku ini digunakan istilah murni
dan nonmurni untuk menggantikan istilah asli dan transposisi.

B. Nomina Murni
Nomina murni yakni nomina yang asli dari kelasnya sendiri, tidak terbentuk dari
kelas kata yang lain. Nomina dalam bentuk aslinya bisa berupa lingga (L), dwilingga (DL),
dwipurwa (DP) atau kombinasi dari masing-masing bentuk tersebut dengan imbuhan (afiks)
tertentu.
a. Bentuk dan makna nomina murni
Makna Bentuk Contoh
Bentuk konkrit a. L meja, kursi, bale.
b.DL semu odhong-odhong, alun-alun.
c.DL kupu-kupu, kursi-kursi.
d. DL-an kembang-kembangan. wit-witan
Bentuk abstrak/hal a. L agama, ilmu, budi, akal
b. ka-L-an kabudayan, kadonyan, kasunyatan.
c. DP pepalang, gegodhongan.
d. pra- L pratandha, prajanji, pratingkah.
Pelaku PaN-L pangarit, pangendhang, panabuh
Alat paN-L Pangganjel
Tempat a. L-an suketan, kolaman, banyunan.
b. ka-L-an kalurahan, kecamatan.
c. pa-L-an padusan, pomahan, pasanggrahan.
d.per-L-an pertapan.
e.DP-an sesawahan, sesuketan, sesekaran.
f. pra-L-an pradesan.
Tiruan a. L-an bandhulan, celengan, gunungan
b.DL-an pasar-pasaran, wong-wongan.
Permainan L-an macanan, nekeran
Jenis kelamin L(a) dewa, putra, taruna, saswa
L(i) dewi, putri, taruni, siswi.
DL(a) dewa-dewa, putra-putra.
DL(i) dewi-dewi, putri-putri
Milik -ku, -mu mbahku, polpenmu.

b. Sistem Morfologi Nomina Murni


DL DL-an DL-an(2) DL-an(3) DL(a)
DL(i) DL semu DP DP-an Pra-L
paN-L(1) paN-L Pra-L-an Per-L-an Ka-L-an
Ka-L-an(2) L (a) L(i) L L(2)
L-an(1) L-an(2) L-an(3) -ku, -mu, -e

Anda mungkin juga menyukai