Deskripsi singkat
Bagian ini berisi tentang batasan, ciri, bentuk, makna, dan sistem morfologi nominal
2) Perilaku Sintaksis
Nomina tidak hanya berbentuk polimorfemis tetapi juga monomorfemis, misalnya kata
buku, bocah, meja, tas, sepatu, dan sebagainya. Pengenalan nomina melalui ciri-ciri sintaksisnya
adalah sebagai berikut.
a. Dalam kalimat yang berpredikat verba, nomina cenderung menduduki fungsi S
(jejer) atau O (lesan). Contoh: ibu adang sega atau Sega didang ibu.
b. Pengingkaran terhadap nomina tidak memakai ora, melainkan dudu “bukan”,
terutama dalam kalimat tunggal atau kontruksi yang bukan ideomatik. Jadi yang ada
adalah semacam : sing digawa dudu buku dan bukan sing digawa ora buku.
c. Nomina lazimnya dapat diikuti oleh kata yang berkelas adjektiva (kata sifat), baik
dengan atau tanpa kata pemerlekat sing ‘yang’, contohnya : buku anyar, meja cilik,
wong sing pinter, dan sebagainya.
3) Perilaku Semantik
Perilaku semantik ini sebagai pengacu terhadap unsur kenyataan yang berupa manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, benda, gagasan, pengertian, dan yang lain sejenisnya beserta segala
dimensi yang dimiliki dan dapat disebut dengan kata.
3. Subkategori Nomina
Dalam hal ini Poedjosoedarmo (1979 ) membagi nomina dalam bahasa Jawa dalam
beberapa cara yaitu menurut makna dan bentuk morfologisnya. Nomina itu dapat dibedakan
menjadi dua kelompok besar, yaitu kata-kata yang tergolong seperti macan ‘harimau’ dan wesi
‘besi’ serta kata-kata yang dibedakan atau dianggap sebagai benda atau nomina seperti akal
‘akal’ dan katentreman ‘ketentraman’. Dengan kata lain kelompok pertama itu boleh dianggap
sebagai nomina yang berwujud (konkrit) sebab dapat diamati melalui panca indra, sedangkan
kelompok kedua, sebaliknya mendapat sebutan kata tak berwujud (abstrak) karena tak dapat
diamati secara langsung, hanya bisa dijangkau dengan pikiran.
Menurut bentuk morfologisnya, nomina dalam bahasa Jawa berupa bentuk lingga (L) dan
bentuk andahan. Bentuk andahan yang beraneka ragam itu dibentuk melalui beberapa proses
morfologi. Di antara beberapa proses morfologi yang ada, imbuhan (afiksasi) merupakan bentuk
nomina yang sangat penting, seperti misalnya dalam kata-kata suketan ‘rumputan’, kabudayan
‘kebudayaan’, pamiyara ‘pemelihara’, piala ‘kejahatan/keburukan’. Di samping imbuhan,
perulangan (reduplikasi) juga cukup berperan dalam pembentukan kata jamak, seperti seseger
‘aneka makanan atau minuman yang menyegarkan’ dan watu-watu ‘batu-batu’. Untuk
membentuk nomina jamak, perulangan juga bisa dikombinasikan dengan imbuhan, contohnya
gegodhongan ‘dedaunan’ dan angarep-arep ‘pengharapan’. Hal ini sekaligus menunjukkan
bahwa bentuk nomina dalam bahasa Jawa juga digolongkan menjadi bentuk tunggal (singularis)
dan bentuk jamak (pluralis). Sedangkan bila dilihat dari peranannya dalam kalimat, maka
nomina biasanya berfungsi sebagai subjek atau objek. Oleh karena itu, sesuai dengan ciri-ciri
yang ada, berbagai nomina dapat dikelompokkan menjadi subkategori, yaitu:
a. Berdasarkan kegandaan morfem pembetuknya, terdapat nomina monofermis dan
polimorfemis.
b. Nomina tunggal dan tidak tunggal.
c. Nomina generik dan spesifik.
d. Nomina umum dan khusus.
e. Nomina abstrak dan konkret.
f. Nomina insani dan bukan insan.
g. Nomina nama diri dan bukan nama diri.
B. Nomina Murni
Nomina murni yakni nomina yang asli dari kelasnya sendiri, tidak terbentuk dari
kelas kata yang lain. Nomina dalam bentuk aslinya bisa berupa lingga (L), dwilingga (DL),
dwipurwa (DP) atau kombinasi dari masing-masing bentuk tersebut dengan imbuhan (afiks)
tertentu.
a. Bentuk dan makna nomina murni
Makna Bentuk Contoh
Bentuk konkrit a. L meja, kursi, bale.
b.DL semu odhong-odhong, alun-alun.
c.DL kupu-kupu, kursi-kursi.
d. DL-an kembang-kembangan. wit-witan
Bentuk abstrak/hal a. L agama, ilmu, budi, akal
b. ka-L-an kabudayan, kadonyan, kasunyatan.
c. DP pepalang, gegodhongan.
d. pra- L pratandha, prajanji, pratingkah.
Pelaku PaN-L pangarit, pangendhang, panabuh
Alat paN-L Pangganjel
Tempat a. L-an suketan, kolaman, banyunan.
b. ka-L-an kalurahan, kecamatan.
c. pa-L-an padusan, pomahan, pasanggrahan.
d.per-L-an pertapan.
e.DP-an sesawahan, sesuketan, sesekaran.
f. pra-L-an pradesan.
Tiruan a. L-an bandhulan, celengan, gunungan
b.DL-an pasar-pasaran, wong-wongan.
Permainan L-an macanan, nekeran
Jenis kelamin L(a) dewa, putra, taruna, saswa
L(i) dewi, putri, taruni, siswi.
DL(a) dewa-dewa, putra-putra.
DL(i) dewi-dewi, putri-putri
Milik -ku, -mu mbahku, polpenmu.