Anda di halaman 1dari 34

[00:00 - 01:36]

Speaker 0:
Ini dokter Ali, ini nama takdirnya, nama benarnya Enstein Anderson. Tapi Tapi setelah
mu'alaf menjadi Ali, jadi gue ikutan mu'alabnya. Mualaf Mualaf menjadi Ani dengan ikutan
Muhammad Ani Saya sudah melalui sejumlah tahapan perkuliahan Sekarang sudah masuk
USM 5 dan sudah tidak ada teori saya memilih kuliah kemarin karena saat itu semua
universitas kuliahnya pakai zoom kita sedang COVID, kalau seandainya kuliah-kuliah betul,
pastilah saya tidak punya waktu aku sedang Zoom, di mobil pun saya kuliah, sambil
membuka MTQ saya kuliah di dalam kapal nak ke belakang padang saya kuliah
Alhamdulillah ternyata selesai juga teori itu kan, selesai teori, sudah membuat penelitian,
membuat proposal, sudah diseminarkan. Setelah proposal itu diterima, juga sudah saran
masukan itu sudah diminta dilakukan koreksi Alhamdulillah juga sudah kita koreksi sudah
ditandatangan semua dan karena itu sudah sampai waktunya saya melakukan pendidikan
lapangan judul proposal itu dia Pak Ali boleh buka itu proposalnya Yang

[01:36 - 01:38]
Speaker 1:
tadi bapak WhatsApp ya Pak.

[01:38 - 02:24]
Speaker 0:
Implementasi kebijakan ex-officio dalam pengembangan kawasan perdagangan bebas dan
pelakuan bebas Batam. Tapi saya WA ke bapak, pengembangan batam aja Tapi sebenarnya
pengembangan kawasan perdaganganan bebas dan pelabuhan bebas Batam. Kalau ini
kayaknya kopi Pak Ali apa? Pak Ali Jadi Saya kopi Dinda? Kopi Kopi pahir saya kopi kopi
oh jadi saya kopi kopi pahit Pak Ali kopi pahit saya kopi manis 2 kopi pahit 1 Pak Ali non
gula apa itu yang ada

[02:24 - 02:25]
Speaker 1:
ada yang Kopi pahit, satu-satu. Pak

[02:25 - 02:26]
Speaker 0:
Pak Ali? Nugula, Nugula, kan? Nugula. Nugula. Aduh, Aduh, jangan. Apa Apa tuh? Yan,

Yan, ambilin. Mak, Mak, mbak-mbak yang... Mak Penelitian... Oh, Pak Yan, betul, Pak. Re,
cepat, Re! Iya,

Iya, Pak. Ini kita tak dapat banyak waktu dengan Pak Adi, nih. Oh,

[02:38 - 02:42]
Speaker 1:
Oh, enggak, Pak. Saya Saya maafkan. Maaf, Pak. Ya. Ya.

[02:44 - 02:49]
Speaker 0:
Maaf ya, Pak. Terima kasih, Pak. Apa Apa nih, gaji? Yes. Itu.

Oke, itu aja, Pak. Iya. Oke, Oke, terima kasih, Pak. Iya, iya, udah. Apa Apa nih gaji? Yes

Yes itu 9.000 rupiah oke itu aja pak oke makasih pak iya

[02:58 - 03:01]
Speaker 1:
iya iya udah mau ya

[03:01 - 04:58]
Speaker 0:
Jadi konsepnya Pak Ali, implementasi kebijakan ini mengapa saya tertarik? Karena kan dulu
berantuk nih, dan itu menjadi kontra-produktif. Data-data yang kita paparkan di proposal
memperlihatkan baik pertumbuhan ekonomi, perusahaan yang hengkang keluar negeri
maupun angka kemiskinan, jumlah pengangguran itu memperlihatkan angka yang tidak
mengembira ini cerita Asbabun Nuzul dulu, latar belakang sehingga kita ingin bagaimana
setelah kebijakan ex-officio ini dilaksanakan oleh pemerintah melalui PP 62 2019 tentang
perubahan atas peraturan pemerintahan nomor 46 tahun 2007 tentang kawasan perangan
bebas dan pelabuan bebas Batam itu yang mengamanahkan dalam pasal 1A ayat 2A itu
bahwa wali kota batam disamping sebagai wali kota adalah ex officio kepala BP Batam nah
dulu kita berasumsi bahwa dua institusi ini dianalogikan seperti satu kapal dua nakhodah jadi
nakhodah satu ke kanan nahodah satu ke kiri sekarang kita sudah membuat analogi baru satu
kapal dua mesin tentu kecepatannya lebih kencang lagi nah bagaimana respon dikarenakan
pelaku usaha atau yang terdampak ya Pak Eros terhadap kebijakan ini itu pertama yang ingin
kita dalami yang kedua, Ex-officio ini dari sisi substansinya kira-kira apa yang melatar
belakangnya lahirnya itu Lalu seperti apa isi kebijakannya itu di mata rekan-rekan
pengusaha? Kemudian bagaimana konteks kebijakannya di mata pengusaha?

Dan Apa dampak atau akibatnya menurut kawan-kawan pelaku usaha? Dampak ini bisa
dalam pengertian positif, bisa juga dalam pengertian yang negatif. Terakhir, barangkali apa
rekomendasi atau saran atau masukan yang ingin disampaikan oleh pelaku usaha yang bisa
nanti saya paparkan pada saat presentasinya jadi sebab responden kita, narasumber kita,
sekjen kemenku, pak Susi Hojono memang belum dapat, kemudian seskab, Pak Bakti, Satya
Bakti, kemudian Deputi Kemenku, Pak Helen Pak Helen saya sudah dapat wawancara,
kemudian Sekjen Kemendakri, Bang Suhajar, sudah dapat wawancara tapi belum masuk tuh
ada tamu Belum masuk udah ada tamu, kan belum tua nih Akhirnya udah cabut aja lah
Belum dapat lagi ya Tapi dia berkomitmen ingin nanti kirim rekaman lalu para deputi di
kepala BP Batam dan Wali Kota Batam sudah kita wawancara DPRD sudah kita wawancara
lalu pak deputi 3 orang, deputi 1 aja yang belum 2, 3, 4 sudah kami wawancara lalu apa
namanya eee praktisi hukum pak Ampuan Situmeang sudah kami wawancara lalu DPRD
memang Cak Nur tak ada, Saat itu wakilnya yang sempat Pak Kamal sudah saya wawancara
Jadi, dan pelaku usaha disamping Pak Adi Juga ada Apindo Apindo sudah, Pak Rafki
Kemudian Insah Pak Osman Hasim Sekarang dia tak Insah lagi, apa namanya? Ikatan

Ikatan pokoknya,

[06:54 - 06:56]
Speaker 1:
Iperindu ya Pak? Iya, Iperindu.

[06:57 - 07:33]
Speaker 0:
Besok ah? Asosiasi Asosiasi Maritim. Asosiasi Maritim. Kemudian Kemudian Iperindu, Pak
Aliudai tadi karena mau berangkat, dia percayakan kepada Ibu Lia Tadi sebelum Jumat,
wawancara di Hotel Sahid Jadi semua komponen yang kita anggap terlibat atau merasa
terdampak dengan kebijakan ini kita dalami. Tapi kami ingin betul-betul mendapat itu dari
pelaku usaha karena FTZ ini substansinya perniagaan.

Jadi kuncinya kepada usaha demikian sebagai pengantar bos terserah pak adi mau bercerita
apa pun cerita dulu nanti ketika ada hal-hal yang ingin kami dalami saya dialogkan mau lihat
legalitas formal lah ini saya cukup pak ini pendoman wawancara nah ini jumlah orang yang
sudah saya wawancarai nah ini surat risetnya nanti kata pak ali pak wakil tak jelas juga wakil
balik kota tak resmi nah ini perbaikan proposalnya. Revisi, Pak. Setelah saya ujian kemarin.
Hari ini pun rencananya mau membedal juga. Tapi Tapi syukur penguatan kasih ide.

Ini yang sudah saya revisi. Ijin, Pak.

[08:20 - 09:04]
Speaker 1:
Kami menanggapi permintaan dari Bapak Saya kira penelitian ini sangat menarik ya Pak
Yang pertama karena memang hal ini terjadi ya terjadi di Batam dan kita sama-sama
mengalami pak ya pada zaman sebelum keadaannya Ex-officio ada Pemko Batam kemudian
ada BP Batam ada beberapa pergantian kepala BP, kemudian waktu itu ada wacana
pembubaran BP Batam jadi kemudian yang kedua kenapa menarik karena yang meneliti ini

[09:05 - 09:08]
Speaker 0:
pelakunya langsung iya pelaku sejarah

[09:22 - 09:25]
Speaker 1:
maaf, terpotong

[09:26 - 09:27]
Speaker 0:
Banyak kena tangan ya?

[09:27 - 09:54]
Speaker 1:
Kenapa menarik? Karena Karena ini Pak Amsakar langsung Pak yang membuat disertasinya.
Jadi benar-benar dari dalam pelaku dan Pak Amsakar ini tau siapa para stakeholder yang di
Batam. Seperti tadi contohnya Pak Pak sudah minta wawancara dengan APINDO, mungkin
ada BSOA, Iberindo, Iberindu, Rewlai, INSA. Minta

Minta wawancara dengan Apindo, BSOA, Berindu, Insa Pada dasarnya kalau dari kami
menanggapi berjalannya Ex-officio ini Kami sangat senang dengan perkembangan yang
terjadi Karena dengan adanya PP 62 tahun 2019 ini, kami rasakan performa dari Pemko dan
BP Batam ini meningkat pak. Dan Dan BP Batam ini meningkatkan kalau bisa dibilang
performa ya Jadi dari sisi pemko nya juga kami lihat jadi lebih dengan dunia usaha lebih
friendly Kemudian BP Batam juga seperti tidak ada jarak bayar dengan pelangg usaha. Jadi
ketika ada permasalahan yang terjadi dengan bidang usaha atau dari apresiasi mungkin
memfasilitasi para anggotanya dengan mudahnya kami bisa bertemu dengan makhluk
kepentingan mana, baik itu di BP Batam maupun Pemko Batam itu yang pertama, yang
kedua dari sisi perizinan saat ini lebih cepat apabila ada pengurusan perizinan kemudian ada
kendala, karena kan tidak semua perizinan ada di Batam ya

[11:11 - 11:14]
Speaker 0:
ya Pak. Kadang ada di Jakarta juga. Dari

[11:14 - 11:46]
Speaker 1:
Dari pusat ya. Justru dari Batam ini, baik BP maupun Pemko, mempunyai kepentingan yang
sama sepertinya dengan kami, melakukan asistensi. Dan menjelaskan mungkin apa yang jadi
masalah. Kemudian mereka juga secara proaktif bertanya kepada kami. Yang ketiga,
mungkin kita bisa lihat, saya nggak tahu datanya secara pasti, sepertinya perkembangan
ekonomi di Batam semakin baik Pak.

[11:47 - 11:51]
Speaker 0:
Sekarang 6,78 persen di Batam. Semakin Semakin baik pak sekarang 6,78%

[11:51 - 12:18]
Speaker 1:
6,78% dalam perjalanannya yang kemudian yang secara real dirasakan oleh masyarakat dan
kami juga pembangunan di Kota Batam semakin bagus Pak beberapa program yang dulu
sempet Bapak sampaikan di awal Ex-officio ada Pak Wali dan Pak Amsakar itu sekarang
bener-bener terrealisasi Pak seperti misalnya Bandara ya dulu bapak pernah singgung di
awal-awal ada ex-officio kami mau bangun

[12:18 - 12:24]
Speaker 0:
bangun bandara nih bandara, pusat data, Nusa, digital park

[12:25 - 12:33]
Speaker 1:
kemudian jalan-jalan akan di revitalisasi dan ada pusat KEK Nongsa, KEK rumah sakit

[12:34 - 12:41]
Speaker 0:
dan kek bandara, MRO, maintenance and repair hall atau Batam Aero City sekarang kan
yang

[12:41 - 14:39]
Speaker 1:
yang sering tersebut Batam Aero City jadi yang dulu disebut oleh Pak Amsakar ini sekarang
ingat sebagian besar sudah terwujud, terrealisasi seperti misalnya MRO, MRO itu salah satu
anggota dari HKI. Hiburan Kawasan Industri. Jadi benar-benar yang dijanjikan oleh Pak Wali
dan Pak Amsakar pada saat itu benar-benar kerealisasi ya tentunya memang tidak mulus
seperti ini Pak ya pasti ada hambatan karena ini birokrasi ya Pak ya ada yang dari BPK Pusat
atau ada yang dari kementerian lain kan tapi seperti tadi yang saya sampaikan, mudah gitu
Pak rasanya Kami merasa lebih dekat gitu dengan BP Batam dan dengan Pemko tentunya Itu
mungkin awal yang kami tanggapi ya baik dari adanya Ex-officio. Jadi kami berharap apakah
ini solusi sementara ataupun permanen, tapi kami berharap atmosfer kedekatan antara
pemerintah dengan pelak usaha ini tetap berjalan di kemudian hari karena kan ada perdebatan
waktu itu saya inget ada opsi pembubaran BP Batam jadi semua diserahkan kepada Pemko
atau ada wacana ex officio tapi itu dapet pertentangan juga Karena ada pendapat Rangkap
jabatan Oh ini rangkap jabatan Berpentangkan dengan beberapa peraturan Yang kedua
Terlalu besar ruanganangannya Jadi ada kekhawatiran Di mana kekuasaan besar maka
banyak terjadi penyelewengan. Tapi saat ini kami lihat hasilnya justru sangat bagus.

[14:41 - 15:13]
Speaker 0:
Oke Pak Adi, menarik penjelasannya. Hampir semua kurang lebih begitu juga padahal Pak
Adi saya ingin juga mendapatkan hal yang berbeda karena biasanya sebuah tulisan ketika ada
hal yang sedikit agak kontroversi disitu ada ketertarikan untuk melakukan pendalaman kan
membahas mungkin karena abang yang pertanya kan hahahaha engga pak, itu

[15:13 - 15:23]
Speaker 1:
itu memang memang mungkin kalau dilihat secara data sebetulnya memang bagus pak cuma
mungkin kekhawatiran tadi pak Apakah ini solusi permanen, ex officio ini?

[15:23 - 15:27]
Speaker 0:
Atau solusi sementara? Harapan teman-teman HKI gimana?

[15:27 - 15:29]
Speaker 1:
Nah ini kalau saya, saya belum nanya nih, Pak. Yang

[15:29 - 15:31]
Speaker 0:
Yang lain. Kalau dari pribadi dulu lah, dari

[15:31 - 16:00]
Speaker 1:
dari pribadi sebagai ketua Kalau kami melihat sih, kalau bisa dipertahankan Pak Ex-officio
ini Karena kami udah merasakan Pak Memang lebih, iya positif Misalnya kami tidak harus
Apa ya Cukup Kami minta ketemu dengan Pak Kepala misalnya, itu sudah sekaligus bisa
dengan... Wali Kota. Wali Kota, gitu.

[16:03 - 16:09]
Speaker 0:
Kalau dengan pihak... Menengah, menengah dan bawah, sudah pernah dilakukan

[16:11 - 16:14]
Speaker 1:
Maksudnya dengan para kadis gitu pak ya?

[16:16 - 17:08]
Speaker 0:
misal dari HK ini anggota ada pengurusan sesuatu barangkali di tingkat wali kota garis
miring kepala BP sudah clear di tingkat bawahnya perizinan-perizinan atau segala sesuatu
yang diurus itu apakah ex-officio ini membuat menjadi lebih mudah dari yang sebelum-
sebelumnya itu kira-kira apa kadang-kadang, maksud beliau ini kan ada dari top top level
dengan middle ini barangnya tak nyambung perintah bos sebenarnya pengen cepat, rupanya
dibawah minta ampun juga berada di depan Kira-kira di HKI mengalami hal yang seperti itu
Pengalaman teman-teman HKI Tadi sudah saya

[17:08 - 17:21]
Speaker 1:
saya singgung Pak Kami merasa lebih dekat Dengan para pejabat ya Pak Kepala, kemudian
jajaran deputi kemudian para kadis karena bahkan kami mau ketemu pak pimpinan tertinggi
saja mudah
[17:22 - 17:33]
Speaker 0:
itu menurut pak, saya kira supaya agak sedikit dan luas boleh ngidupkan rokok oh iya
kayaknya agak bikin pengalih

[17:34 - 17:36]
Speaker 1:
karena udah minum kopi pak

[17:37 - 17:40]
Speaker 0:
jadi harus lebih relax biasa,

[17:40 - 19:20]
Speaker 1:
saya dengan Pak Am, morning bakery Iya Pak, jadi merasa lebih dekat Pak dengan para
pejabatnya di level direktur maupun deputi BP Batam, atau kepala dinas. Atau Atau kepala
dinas karena saya gak tau apakah ini person dari ex officio yang ini atau dampak ex officio
mungkin ini perlu lebih dielaborasi lebih detail ya pak ya setelah ada ex officio pak Rudi
memegang kepimpinan BP Batam, BP Batam yang dulunya ini seperti ada di Menara Gading
gitu ketika kami mau ketemu urusan lahan misalnya itu kok sulitnya minta ampun ya
sekarang mudah banget bahkan ketika kami ada masalah kami whatsapp aja dulu kami ga
bisa sulit nih, sekarang dengan Pak Am bisa whatsapp ga ada histori whatsappnya Jadi
seperti Di kalangan dunia usaha pun jadi merasa ada trust gitu Wah aman kok, saya ada apa-
apa bisa langsung ke satu ini gitu Satu pintu aja cukup Satu pintu, betul jadi yang di level-
level atas tadi aja bisa apalagi di level menengah jadi kalau ada masalah dengan yang level
menengkah menengah misalnya oh kok dengan pak kadis ini atau pak direktur ini kok sulit
ya ditemui kami bisa langsung sampaikan ke pimpinan, jadi langsung difasilitasi.

[19:22 - 20:17]
Speaker 0:
HKI ini sangat strategis di Batam itu, itu 56-58% struktur BDRB kita ditopang oleh Beliau-
beliau ini. Jadi industri manufaktur itu sudah sekitar 6 tahun terakhir ini, itu kontribusinya
54-58 persen. Walaupun saat kita dihantam oleh COVID, karena kami berlakukan terhadap
HKI, tidak kami berlakukan pengetatan seperti yang dilakukan di Jakarta kami perbolehkan
masuk kerja cuma busnya diatur, beliau-beliau ini kasar kusulah nih Di dalam itu emang
standar, tapi kebetulan lebih banyak asing, perusahaan-perusahaan asing. Saya turun, di
Panbil saya turun, di Epson Muka Kuning saya turun, memantau. Memang standarnya,
standar hebat, betul-betul pakai. Nggak

Nggak ada manajemen ala republik ini. Nah itu jadi memang tidak juga sedemikian
terdampak terhadap rekan-rekan yang bekerja. Jadi pembatasan sosial yang terbatas itu, kita
kan kemarin memberikan kelongkaran cuman dia berkomitmen mulai dari berangkatnya itu
sudah dikawal sampai kesana dia pakai protap yang tetap cuci tangan dan masker semua lalu
pake bagi shift pulangnya juga diantar jadi bagi Batam HKI ini tulang punggung ekonomi
kita. Karena struktur PDRB kita 54-58% ditopang oleh industri manufaktur. Jadi kita ini
memang dapat menara sumber kunci ini.

Jadi walaupun sekali lagi saya mengharapkan ada pendapat yang berbeda dari sisi sebagai
peneliti, dari sisi pemerintah saya senang jawaban Pak itu mungkin

[21:19 - 22:07]
Speaker 1:
mungkin kami harus dalamin Pak, nanti kami hahaha betul Pak, jadi pada saat covid justru
kami kawasan industri ya dapat berkah Pak Karena di region lain, jadi kami di Batam ini
bertarungnya bukan dengan Jawa ya, tapi dengan region di Asia, Vietnam, Malaysia. Ketika
Covid, disana lockdown. Jadi banyak pabrik-pabrik yang headquarternya itu di China, di
Jepang, itu memindahkan pabrik mereka ke Batam. Jadi pada saat Covid, Pak, ini dampaknya
terasa sangat bagus ya. Di Di Batamindo, contohnya kawasan industri Batamindo itu
sekarang okupansi 100%.

Justru kami kekurangan lahan, harus ekspansi. Begitu juga di kawasan-kawasan industri lain,
Pandil, Tunas, sampai ekspansi membangun kawasan industri lainnya. Karena permintaan
investasi dari luar itu sangat tinggi.

[22:30 - 22:34]
Speaker 0:
Sejauh mana support dari BP mengatasi kekurangan teman-teman di HKI ini? Iya.

[22:34 - 23:00]
Speaker 1:
Iya. Tadi Pak, kami sudah jadi seperti di satu pihak gitu. Mempunyai pemahaman yang sama
terhadap investasi, sama-sama ingin, oh investasi harus kita jaga nih Baik gitu Harus
diberikan Kemudahan Harus difasilitasi Sangat berbeda dengan Dulu rezim ketika Belum ada
ex-officio ya pak ya

[23:02 - 23:15]
Speaker 0:
Iya Itu satu menghoki kan satu tukang halangi Karena spiritnya keperang Kalau Pemko Oke,
BP Batam kami sangkut Kalau BP Oke, dengan Pemko saya sangkut

[23:16 - 24:12]
Speaker 1:
Iya betul Pak Jadi saya nggak tau apakah ini mengenai proses natural dari Batam apa ya yang
berkembang menuju ke arah yang lebih baik Tapi dari 10 tahun yang lalu ketika itu ada
tantangan dari sisi hubungan industrial, buruh, demo Pak. Jadi perusahaan banyak tutup,
banyak yang mereka mogok di depan perusahaan sampai perusahaannya pindah. Tapi sejak
ada terobosan-terobosan dari pemerintah pusat, dari Batam juga, ini sekarang
berkembangnya ke arah yang sangat baik. Tadi betul Pak yang disampaikan Pak Amsakar,
industri manufaktur yang itu sebenarnya kan ada di kawasan industri, berpusat di kawasan
industri, mereka tuh menyumbang PDRB apa ya? Ya, Ya, 54-58 persen. Untuk

Untuk Batam, untuk kepri juga besar juga.

[24:15 - 24:36]
Speaker 0:
Untuk kepri juga, struktur PDRB Kepri itu ditopang, saya lupa persennya, ditopang lebih dari
50 persennya batam. Jadi tulang punggung betul-betul. Karena rekrutmen tenaga kerja juga,
beliau-beliau ini, kawasan di Batamindo itu kan ada semua tuh, Jepang, Australia,
[24:37 - 24:39]
Speaker 1:
apa lagi? Jerman, Pak. Jerman Jerman Amerika.

[24:40 - 25:30]
Speaker 0:
Berapa tenaga kerja yang di situ? Sekarang hampir 50 ribu, Pak. Satu kawasan industri itu.
Saya Saya menopang, menggerakkan roda ekonomi daerah ini untuk 50 ribu perut jadi semua
segmen pasti akan bergerak panbil mungkin kurang lebih sama atau separuh dari 25 ribuan
ada mungkin Tunas kemudian Kabil nah itu apa oke tapi gini masih selama pelaksanaan ex-
officio ini masih dirasakan ada hal-hal yang melambat. Sehingga perlu disarankan untuk
dilakukan koreksi, perbaikan, untuk dilakukan penguatan.

Apa kawan-kawan di HKI mengalami hal yang seperti itu atau tidak? Ya Ini udah mulai ya?
Mulai ya, mulai menukik

[25:44 - 25:56]
Speaker 1:
Apa ya Pak ya, saya mungkin karena masih dalam euforia Oh Batam bagus nih segala
macam jadi agak kurang lupa mungkin.

[25:57 - 26:38]
Speaker 0:
Kalau seperti itu ya berarti sudah tidak ada persoalan. Ini industri yang barangkali tidak lagi
berhubungan dengan persoalan perizinan dan sebagainya. Paling-paling hanya ekspansi. Ya
ada investasi yang masuk tinggal mencari lokasi mana, lahan mana. Tapi kalau bagi industri
perkapalan tadi kan ruang laut itu menjadi masalah sama mereka kan karena urusannya tidak
selesai di amdal daerah tapi juga harus ke pusat bahkan di wilayah pinggirnya urusan Pemko,
4 milnya urusan provinsi, di luar itu urusan KKP.

Dan amdal, rupanya amdal ini harus ke DLHK. Tunggu, tunggu, tapi itu bukan persoalan ex-
officio, itu persoalan regulasi PP41. Ada beberapa persoalan teknis sih Pak ya, karena
undang-undang cita kerja ya Pak.
[27:01 - 27:14]
Speaker 1:
Yang pertama amdal. Jadi dulu tuh amdal kita bisa proses di Pemko Batam. Saat ini semua
dipusatkan ke Kementerian Lingkungan Hidup. Karena untuk PMA itu harus di KLHK

[27:14 - 27:15]
Speaker 0:
di KLHK.

[27:16 - 27:50]
Speaker 1:
Nah Batam ini sebagian besar PMA. Perusahaan kecil aja PMA. Karena mereka punya
shareholder itu dari Singapura gitu ya Dari Eropa, dari Amerika Nah sementara proses di
KLHK ini sangat lama Kabil itu proses amdal dia sampai satu tahun lebih. Itu pun orang
Kabilnya harus ditanam di KLHK, nungguin terus sampai 3-4 bulan. Itu yang udah spesial
pengurusannya harus spesial.

Gimana yang enggak. Jadi Jadi agak terhambat. Padahal amdal itu diperlukan untuk semua
perizinan yang lain terkoneksi. Itu satu amdal. Yang kedua mengenai perizinan ya contohnya
SLF Pak.

SLF itu perizinan bangunan. Jadi setelah ada IMB dari satu bangunan, dia harus ada SLF.
Sistemnya terkoneksi dengan lainnya, OSS-nya banyak. Nah ini mungkin bukan
permasalahan dari Exoficio tapi hambatan-hambatan yang dialami oleh dunia usaha di Batam
Nah ini pun kami udah bisa komunikasi dengan mudah ya, dengan BP Batam, dengan Pemko
dibantu Pak, dunia usaha jadi kami bisa kumpulkan anggota, anggota HKI, anggota Apindo
kemudian audiensi ya dengan BP Batam dan Pemko bisa dibayangkan kalau Ex-Officio ini
belum ada terus kami menghadapi permasalahan perizinan, ini

[28:47 - 30:03]
Speaker 0:
Justru permasalahan itu, justru Ex-officio ini membuka ruang bagi pelaku usaha untuk
mengkonsultasikan dengan Rekan-rekan BP atau Pemko terkait dengan persoalan perizinan
yang ada di Kementerian Kalau sebelumnya bahkan sulit sekali itu, saya yakin itu lebih sulit
Jadi konteks yang dibahas oleh Ibu Nia tadi lebih kepada persoalan bukan ex-officio Lebih
kepada persoalan, bukan ex-officio, itu mah penimbus lo dan cipta kerja yang membuat
regulasi model ini, jadi dah tuntas di daerah. Intinya, Berarti walaupun belum terungkap
secara lisan, itulah antara lainnya yang diharapkan oleh pelaku usaha. Bagaimana agar
kewenangan yang ada di kementerian itu didistribusikan kepada daerah atau sebagainya
urusannya tidak menjadi panjang dan berbeda kan itu sebenarnya, walaupun dinda belum
nyembunyikan itu kira-kira begitu lah nanti kan harapannya itu menjadi rekomendasi kami
tadi udah kami sama kan pak Betul ya

[30:04 - 30:30]
Speaker 1:
Jadi sebenernya sudah di jajaki juga oleh BP Batam Jadi sudah ada juklak ya pak ya Dari
KLHK untuk amdal itu diserahkan ke BP Batam saja Karena kan BP Batam pengelola
kawasan Sekarang kalau pengelola kawasan industri, tenernya cukup ke pengelola kawasan
saja, RKL, RPL Kenapa amdal harus ke KLH kali ya? Harusnya Harusnya cukup di BP
Batam saja.

[30:33 - 30:40]
Speaker 0:
Faktor akhir mendukung sehingga Ex-officio itu bisa lebih baik menurut perspektif dari
teman-teman HKI?

[30:42 - 31:17]
Speaker 1:
Saya kira Batam ini kan kawasan khusus ya. Kemudian selain Bali yang menjadi wajah dari
Indonesia, saya melihat Batam juga wajah dari Indonesia, bagian barat. Kalau bisa dengan
adanya Keputusan Ex-officio sebelumnya, kewenangan lain juga diserahkan ke kepala BP
Batam Itu akan sangat mendukung dunia usaha Karena sekarang masih sebagian distrik
masih dipegang ESDM Kemudian tadi lingkungan hidup masih amdal harus ke pusat tau
yang di pusat juga keteteran ya.

[31:17 - 31:34]
Speaker 0:
di pusat juga keteteran ya, seluruh Indonesia kan lumpuh seharusnya speed of control itu
makin dekat decentralisasi decentralisasi disitu kan untuk mendekatkan pelayanan pasukan
membuat nanti

[31:34 - 31:35]
Speaker 1:
nanti Pas bapak jadi kepala udah

[31:35 - 31:40]
Speaker 0:
udah HAHAHAHA Ada harapan kayaknya

[31:42 - 31:42]
Speaker 1:
HAHAHAHA

[31:44 - 31:57]
Speaker 0:
Oke Baik, sudah Pak? Enggak Enggak dah Tinggal rekomendasi aja Apa harapan-harapan
atau rekomendasi dari HKI mengenai Ex Officio?

[31:58 - 32:11]
Speaker 1:
Tadi Pak, mungkin beberapa kewenangan lain yang saat ini masih di Kementerian itu bisa di
delegasikan ke Kepala BP Batam, jadi tujuan awal dari Ex-officio di mana mempermudah
dunia usaha itu semakin optimal

[32:12 - 32:14]
Speaker 0:
yang tadinya ditarik ke pusat, tolong dikembalikan

[32:15 - 32:31]
Speaker 1:
Iya, mungkin tidak harus jadi kewenangannya kepala BP, tapi mungkin ada badan dari
kementerian yang biar ditugaskan khusus di Batam. Seperti misalnya BKPM saat ini kan
diwakili juga Pak ya? Iya,

[32:32 - 32:36]
Speaker 0:
macam mengoptimalkan lingkungan hidup, jadi nggak perlu negri kementrian gitu.

[32:37 - 32:48]
Speaker 1:
Betul, ya. Karena ketika investor datang ke Batam, dia butuh kepastian. Oke lah misalnya
lama 6 bulan, Tapi pasti ya 6 bulan. Nah sekarang nggak jelas, Pak. 6

[32:48 - 32:50]
Speaker 0:
6 bulan, 6 bulan apa?

[32:50 - 33:06]
Speaker 1:
Iya, kami juga nggak bisa jawab. Karena Karena yang punya kewenangan juga nggak bisa
jawab. Ini Ini bisa selesai berapa lama? Jadi investor asing itu butuh kepastian pertama,
berapa lama pengurusan izin, kemudian berapa kosnya.

[33:06 - 33:07]
Speaker 0:
Waktu dan biaya berarti.
[33:09 - 33:16]
Speaker 1:
Nah harapannya dengan kewenangan itu di delegasikan ke Batam, jadi lebih bisa terukur ya
Pak

[33:16 - 33:24]
Speaker 0:
Pak ya. Iya, Iya, iya. Maka prosesnya. Pasti Pasti itu lebih kencang lagi. Karena kami sering
ada prospective investor kan

[33:25 - 33:58]
Speaker 1:
dari misalnya dari dari Amerika enak premimentasi berdasarkan kejalan dari Amerika, dari
tempat-tempat lain di ASEAN mereka langsung tanya, berapa ya-ya pekerja bagaimana
peraturan mengenai pekerjaan perizinan yang kami perlukan apa saja buat list, Ini berapa
lama ya? Terus Terus kami harus seluruhnya kemana? Nah sampai pada perizinan lingkungan
bingung kami Jawabnya gimana? Iya, Iya, jadi kami harapkan beberapa perizinan yang masih
ada di pusat bisa di delegasikan Iya, jadi

[33:58 - 35:22]
Speaker 0:
jadi artinya gini mungkin Pak bahwa masalah kepastian administrasi sudah ada, yang adanya
ex officio. Tetapi dengan kepastian hukum ini menjadi tidak jelas karena adanya kebijakan
yang diambil oleh pemerintah pusat. Apa itu adalah kebijakan omnibus. Jadi perlu kembali
redesign atau ditinjau kembali kewenangan-kewenangan yang dapat disahkan ke daerah
untuk percepatan pembangunan ekonomi dalam rangka persaingan kawasan pembangunan
ekonomi sejenis di luar negeri di area ASEAN dan jalur internasional kira-kira begitu kali ya
Pak karena awal ujuan dan tidak mesti juga diserahkan seandainya memang kewenangan itu
dirasakan sulit diserahkan institusi yang ada di Jakarta aja ya, jadi penampakan keluargaan
ada keterlaluan di daerah tapi kalau begitu, Pak Ngawangun ini, kalau penampakan wakil
pusat di daerah, itu sudah dilakukan oleh BP, kalau secara kelembagaan. Kalau saya mohon
izin menyarankan di dalam disertasi Pak Wawa, itu lagi kita kedepankan kewenangannya.
Jadi kewenangan BP itu diperluas lagi sesuai dengan harapan teman-teman pengusaha. Jadi
kalau saya sih Pak Wawa bukan yang tidak setuju kelembagaan, nanti kalau banyak
kelembagaan. Bahwa BP ini institusi pusat yang diletakkan di daerah. Apa salahnya pusat
langsung aja lah delegasikan ke sini. Betul sebagainya.

Jadi ada pengaturan lagi berupa PP baru untuk merevisi PP41 Bahwa ijim yang diberikan
untuk dikelola oleh BP Batam itu diperluas Jadi di situ Pak, jadi penguatan ke PP41 Jadi
kalau saya melihatnya dari diskusi kita dengan teman-teman usaha, terutama dengan teman
HKI, itu harapannya seperti itu, Pak Wawa. Jadi cukup mereka satu pitu ketemu, nanti
diurusan itu ke dalam itu silahkan aja mau ngurus-ngurus di dalam itu. Apa kaitannya dengan
Pemda, apa kaitannya dengan pusat, apa internal. Nah tapi kan yang jadi masalah ini adalah
keterkaitan dengan pusat. Satu jaraknya jauh, dua tidak ada kepastian biaya dan waktu.

Nah itu yang menjadi kendala dan ini menjadi pertanyaan para pengusaha asing. Ya, dari
perspektif pelaku usaha itulah hal yang kelihatannya perlu kita masukkan. Jadi kepastian
administrasi dengan adanya ex officio ini sudah selesai Dari aspek kepastian administrasi
Yang menjadi kendala sekarang adalah kepastian hukum Kepastian hukum ini, karena
kemarin yang sudah berjalan kemudian tidak berjalan tapi saya kira mungkin Pak Adi bisa
menjelaskan lebih memberikan deskriptif itu gambaran before afternya dengan adanya Ex-
officio ini bagaimana keterkaitan dengan khususnya HKI ya dengan adanya sebelum adanya
Ex-officio dan sedang ada Ex-officio ya,

[37:28 - 38:18]
Speaker 1:
sebelum Ex-officio HKI ketika ada hal-hal yang perlu kami advokasi atau perlu kami
sampaikan, itu sulit Pak kami komunikasi dengan BP, jadi kami harus sering ke pemerintah
pusat, ke Kementerian, baik itu kemenko perekonomian maupun kemen investasi ya.
Kemenko marves ya investasi ya investasi saat ini kami ada komunikasi rutin dengan BP
Batam seperti coffee morning, mungkin setiap minggu jadi seperti yang tadi saya sampaikan,
komunikasi lebih berjalan sangat lancar Dan ketika pun harus ke pusat, kami dibersamai oleh
BP Batam Oh, didampingi

[38:20 - 38:34]
Speaker 0:
Setuju pak, jadi saya kira jadwal ketemu interaksi itu harus diperkuat catatan disenaksi ini
gitu ya bahwa relasi pemerintahan baik relasi ke atas vertikal dan horizontal itu harus
diperkuat
[38:35 - 39:02]
Speaker 1:
jadi pemerintah bener-bener hadir pak kami juga merasa oh ini pemerintah memang
melakukan asistensi nih terhadap kepentingan investasi, gitu. Bukan Bukan mempersulit ya,
jadi bener-bener hadir gitu. Bukan hukuman gitu ya. Bahkan mereka ada program serap
aspirasi. Jadi dari BP Batam, dari beberapa direktorat itu mereka hadir.

Mengumpulkan pelakusaha, tenant-tenant dari kawasan industri. Nanya nih, ya apa


masalahnya yang dihadapi sekarang? Oh Oh Pak saya ada masalahnya dengan bea cuke gini-
gini, oh ya oke kami catat, nanti seminggu kemudian Mereka udah update, oh ini kami sudah
bantu. Kalau

[39:17 - 39:24]
Speaker 0:
Kalau itu hanya dari lingkungan HKI atau dari semua himpunan bungsa-bungsa yang ada di
Bartamindo?

[39:24 - 39:25]
Speaker 1:
Saya nggak tau kalau yang lain,

[39:25 - 39:30]
Speaker 0:
lain, Pak ya. Tapi Tapi ini rutin HKI aja? HKI, ya betul. Karena

[39:32 - 39:49]
Speaker 1:
dari melalui kami kan sangat efektif, Pak ya. Jadi kami tinggal panggil pengelola kawasan
industri, mereka bisa mewakili dari tenan-tenan yang ada di kawasan. Misalnya Batamindo,
itu Batamindo ada 70 perusahaan, Pak. Itu sudah sangat luar biasa.
[39:49 - 40:04]
Speaker 0:
Ya, ya. Pak, tadi punya data ekspansi. Ekspansi perusahaan? Yang sudah dilakukan pasca ex-
officio?

Kalau punya data itu mohon di W.A. Atau apa kirim ke kita ya, Raditya. Untuk pengayaaan
bahan saya. Tapi yang pasti dari statement Pak Hadi, Bahwa justru iklim ini menjadi lebih
bergairah yang lebih baik bagi kawan-kawan di HKI Dan itu berarti ruang untuk melakukan
ekspansi, pengembangan usaha itu pasti jauh lebih terbuka dibandingkan sebelumnya Nah
kita perlu juga support data untuk itu

[40:31 - 40:33]
Speaker 1:
Ya, berarti setelah 2019 ya pak ya

[40:33 - 41:18]
Speaker 0:
ya setelah 2019 kan PP 62 ini kan 2019 jadi setelah itu sebelum pun atau bapak punya time
series untuk 5-10 tahun dan saya pastikan semuanya ini untuk kepentingan ilmiah tidak ada
kepentingan Pilkada tak ada kepentingan ya, tadi sudah disampaikan saya pastikan tapi pak
am dari kemarin tadi yang disebut pak adi tadi pak ada tambahan Kalau terkait dengan
perizinan itu ada 3 hal. Yang pertama, apa syaratnya? Yang kedua, berapa kosnya? Yang
ketiga, kapan selesainya? Syarat, waktu dan biaya.

Sarat berkaitan dengan administrasi. Apa dokumen-dokumennya.

[41:29 - 42:00]
Speaker 1:
Dari sisi mungkin Moril juga, kami diskusi dengan beberapa shareholder dari Singapura,
Mereka merasa oh ini tindakan nyata dari pemerintah pusat Membuat kebijakan Ex-officio
Jadi bener-bener serius nih dalam mencoba membantu gitu. Mereka Mereka seneng gitu.
Walaupun belum jalan ya pada saat itu ya. Saya Saya ingat di... Oh bagus nih sekarang wali
kota dengan kepala itu ex officio gitu. Jadi

Jadi oh pasti lebih mudah gitu. Bahkan Bahkan belum berjalan pada saat itu. Mereka Mereka
udah ada rasa optimisme dan trust-nya lebih naik gitu Pak ya ke pemerintah.

[42:12 - 42:32]
Speaker 0:
Saya percaya begini Pak Adi, setiap Karya manusia kan pasti ada yang kurang. Nah ini
termasuk ex officio. Kira-kira Pak Adi mohon Pak Adi, Pak Adi kan pihak external. Apa
kurangnya ex officio saat ini? Dan Bagaimana memperbaikinya ke depan?

[42:33 - 43:03]
Speaker 1:
Ini diskusi ya Pak. Kalau dari sisi dasar hukum, apakah itu sudah selesai ya Pak ya?
Mengenai Ex-officio, apakah itu cukup kuat PP62? Karena kadang-kadang, karena kami
mengalami nih, misalnya ada produk-produk dari pemerintah, contohnya mengenai
kemudahan perizinan, seperti tadi izin lingkungan, itu di dalam PP41 atau PP5 ya Pak ya?
PP5. PP5.

PP5. PP5. Itu disebutkan bahwa bisa ke BP Batam, Tapi itu bertentangan dengan peraturan
lain Ya, termulis

[43:15 - 43:29]
Speaker 0:
Jadi lingkungan hidup ini ya? Itu satu Pak Jadi lingkungan hidup tetap juga minta diserahin
Berarti Pak Hadi melihatnya begini, sebenarnya ada tidak sinkronnya kebijakan ini yang
membuat pengusaha itu agak bingung

[43:29 - 43:52]
Speaker 1:
Seperti misalnya DLH juga nggak bisa bilang, ini ya, wah, oh iya, bisa kebebatan, karena
mereka takut salah juga, mereka juga punya dasar hukum jadi mungkin kebicaraan Ex-officio
sudah dilaksanakan, cuma ada beberapa perundang-undangan yang belum mendukung.

[43:53 - 44:01]
Speaker 0:
Masih terjadi dualisme dari sisi perundang-undangan. Harmonisasi perundang-undangan.

[44:02 - 44:05]
Speaker 1:
Dari batam juga nggak bisa terbuat apa-apa.

[44:05 - 44:08]
Speaker 0:
Peraturannya seperti ini Tidak final gitu

[44:08 - 44:28]
Speaker 1:
Contoh lain, untuk kawasan industri Mereka dibebaskan dari TDG Tanda daftar Ijin
gangguan ya, ijin hal Iya, hal Tapi pada peraksananya tetap diminta, karena mereka punya
dasar hukum untuk meminta izin gangguan itu. Ya

[44:28 - 44:33]
Speaker 0:
Ya peraksananya yang satu bilang boleh tidak ada hao, yang satu bilang harus tetap diminta
juga.

[44:34 - 44:57]
Speaker 1:
Nah mungkin karena tujuan Ex-officio memudahkan investasi, meningkatkan pertumbuhan
perekonomian, itu bisa dibarengin dengan harmonisasi peraturan. Saya kira pelaksanaan Ex-
officio di Batam, yang dideliti oleh Pak Wakil Wali Kota ini bisa jadi benchmark juga Pak?

[44:57 - 45:21]
Speaker 0:
Nah, setuju saya. Jadi memang Di sini kan otorita itu kan salah satu style pelaksanaan
otonomi daerah. Jadi pelaksanaan otonomi daerahnya kan ada macam-macam. Ada yang
biasa seperti daerah yang lain, ada yang asimetris seperti Papua. Dan juga ada kayak otorita
yang masih ada ibaratnya intervensi pusat.

Tapi kalau di konteks otorita ini kan walaupun IKN mau ikut kayak otorita batam, tapi kan
tetap berbeda. Nah Jadi ini bisa jadi benchmark saya setuju, ini bisa jadi gambaran, apalagi
tidak menjadi suatu model bagaimana perlaksanaan otonomi daerah itu dari aspek otoritas.

[45:43 - 45:55]
Speaker 1:
Karena pemerintah pusat juga buat Kawasan-kawasan lain ya, yang itu tujuannya menarik
investasi. Seperti misalnya di Batang, di Jawa Tengah. Hasilnya juga

[45:55 - 45:59]
Speaker 0:
kayaknya agak ini ya, Tidak begitu sesuai dengan yang diharapkan.

[45:59 - 46:02]
Speaker 1:
Betul, agak lambat. Jadi memang...

[46:02 - 46:05]
Speaker 0:
Bukan, kalau Batang udah selesai, Pak. Yang mana? Batang.
[46:06 - 46:11]
Speaker 1:
Kawasan industri Batang, ya. Karena Karena itu salah satu anggota HKI juga. Batang Batang
Jawa Tengah.

[46:12 - 46:17]
Speaker 0:
Itu kan udah... Kalau nggak salah itu udah 80% selesai. Nggak habis. Betul,

[46:17 - 46:20]
Speaker 1:
Betul, tapi investasi yang masuk tuh tidak

[46:20 - 47:01]
Speaker 0:
sebanding Tidak sebanding, sangat tinggi investasinya Cuman kan pola investasi yang masuk
ke Batang Karena dia diususkan untuk industri elektrik listrik Motor listrik Investasinya
nggak bisa langsung karena teknologinya belum kita punya jadi kan yang investasi di batang
itu kan dua, sebenernya hanya dua, dua perusahaan besar LG, Hyundai, LG itu buat bikin
baterai besar, Hyundai itu buat bikin motor besar Itu punya Pak LBB ya? Yang Yang mana
Pak? Distrikt. Distrikt. Bukan, itu yang nantinya jadi Indonesia Battery.

Jadi nanti tetep larinya jadi perusahaan Indonesia Pak. Output terakhirnya nanti Indonesia
Battery. Berarti memang belum optimal, tapi masih ada sejumlah persoalannya yang belum
selesai. Bukan persoalannya, fasilitasnya yang berbagai. Rencana investasinya besar, tapi
realisasi investasinya karena tidak dapat siram langsung yang kata Bapak.

Realisasi investasinya mungkin belum sesuai dengan rencana yang disampaikan Iya, masih
ada tiap kesempatan Bukan, itu kan kalau investasi itu kan nggak bisa langsung, Pak Mereka
punya tahapan 12 tahun itu baru terrealisasi dan mungkin itu investasi terbesar nanti di
Indonesia 120 miliar dolar Yang terlalu belakang di pemikiran saya menegak yang ini itu
saya memang meyakini ini benchmark memang menjadi sesuatu pola baru dalam kaitan
kebijakan negara ketika ingin menggesa percepatan investasi dalam sumbang ekonomi di
kawasan yang dalam tanda petik strategis. Model ini yang memang harus dilakukan. Nah
Tentu saja bagi kami yang punya negara ya harus betul-betul memberikan jaminan yang
membuat reka-reka investor nyaman. Kan itu yang harus kita jaga, kalau enggak omong
kosong juga soal ex-officio.

Nah dan juga yang kedua, ini juga menjadi model, Bos, bahwa dengan tidak desentralisasi
asimetris, dua model zona kewenangan yang berbeda, yang satu urusan pusat dan mainnya ke
DPR-RI, sedangkan yang satu urusan daerah mainnya hanya ke DPRD, kan dianggap ini dua
institusi yang tidak mesti sebangun. Dianggap itu tidak sebangun. Sehingga atas hal ini,
mungkin apa yang akan mengatakan, ini kita sebut dengan istilah terobosan pemerintahan
kita namakan aja ini berani untuk bantam ini institusi yang pusat dikawinkan dengan daerah
daerah kawin paksa nggak usah kawin paksa jadi yang, kalau

[49:20 - 49:29]
Speaker 1:
kalau saya melihat Pemko ini jadi naik BP Batam selama ini jauh dari jangkauan mendekat.
Kami melihat seperti itu. Jadi Dekat

[49:29 - 49:44]
Speaker 0:
Jadi sebenarnya begini mas tadi. Antara BP Batam dengan Pemko, benar tadi kata Pak Om.
Ini dua alam yang berbeda. Ini alam pusat, ini alam daerah. Otonomi daerah.

[49:46 - 49:47]
Speaker 1:
Jadi sebenarnya Pak Am,

[49:47 - 50:02]
Speaker 0:
kalau dari perspektif administrasi pemerintah, salah. Salah yang berkaitan, tidak sah. Karena
ini 2 hal yang berbeda. Jadi ex-officio itu secara administrasi pemerintah ini tidak sah. Tapi
Tapi ini off the record ya. Oh
[50:02 - 50:04]
Speaker 1:
Oh iya. Saya Saya mohon mas

[50:04 - 50:13]
Speaker 0:
mas Adi jangan tunjukkan di luar. Ini Ini karena Pak Wawa sudah pancing-pancing saya tadi.
Nah, tidak sama. Lalu siapa yang sama? Sebenarnya gubernur yang sah.

Jadi gubernur kenapa? Karena gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah. Jadi ini
apple to apple itu pusat dan pusat. BP pusat, pusat di daerah, gubernur adalah pejabat pusat di
daerah. Jadi itu sama. Tapi

Tapi kalau ini wali kota tidak sama. Tapi ini kan karena deal politiknya. Jadi kalau
pendekatan administrasi gak benar. Tapi karena politiknya. Tapi bisa kemas dalam narasi
terobosan pemerintahan.

Hal yang dalam tanda petik dianggap sebagai kawin paksa justru disini karena gini, nih
debatnya dulu kita bisa berpikiran bahwa ketika ini diambil oleh pemerintahan Maka
problem yang dihadapi oleh pelaku usaha di negara jauh lebih ribet. Eskalasinya jauh lebih
besar. Dia Dia harus ke pemerintah kota, ke BP, yang ada di Gubernur. Dalam hal tertentu dia
juga harus berpusa. Mainannya menjadi semakin, kentang kendalinya menjadi semakin
panggil.

Apalagi kalau, ini kan ada wacana untuk mengawinkan BBKT itu. Kawasan perdana yang
bebas, Batam, Bintan, Karimun, dan Tanjungpinang. Itu kalau diambil ke Gubernur. Maka
nanti Gubernur dengan Pemkab Karimun bermasalah, Gubernur dengan Batam bermasalah,
Gubernur dengan Bintan bermasalah, Gubernur dengan Wali Kota Tanjungpinang
bermasalah. Semua bermasalah.

Semua bermasalah. Jadi entah kita mau mengatakan ini kewing paksa atau enggak, tapi
kawin paksa yang seperti ini yang kelihatannya paling bagus saya mau
[52:05 - 52:16]
Speaker 1:
mau lihat gini bang, mungkin betul ya dulu sempat ada resistensi dari Kadin ya menentang ex
officio, salah satunya mungkin alasannya ini karena ga apple to apple gitu, antara institusi
pem Tapi

[52:16 - 52:32]
Speaker 0:
Tapi gini mas Adi, politik itu, kebijakan politik ini, itu diambil, satu itu, kompromi. Tapi yang
tujuan akhirnya adalah stabilitas. Nah kan tujuan akhirnya tercapai, ex-officio. Lebih efektif

[52:32 - 52:34]
Speaker 1:
efektif juga itu ya? Tapi

[52:34 - 52:48]
Speaker 0:
Tapi merasakan langsung. Tapi itu tadi itu walaupun ini kalau dipaksa dan tidak selayak tapi
kan ujungnya stabilitas selama dia memberikan kemaslahan jadi kita pakai manajemen harap
maklum aja

[52:49 - 53:01]
Speaker 1:
iya maklum Tadi waktu Bapak menyampaikan, wah ini lebih tepat gubernur gitu. Kami Kami
di kalangan dunia usaha khawatir langsung, ini kalau pindah ke gubernur bakal mulai yang
baru lagi.

[53:02 - 53:25]
Speaker 0:
Saya mau jelaskan panjang. Jadi Jadi begini, sebenarnya kalau ini kita mau pilih kebijakan,
biasanya begini pak Wawa. Kita mau berorientasi proses atau berorientasi hasil, output. Nah,
kebijakan pilihan ex-Officio ini adalah output, berorientasi output.

Hasilnya, kalau tadi tuh saya bilang, ini tidak benar ini, perkawinannya tidak benar. Kurang
tepat

[53:31 - 53:32]
Speaker 1:
Kurang tepat gitu ya? Kurang

[53:32 - 53:57]
Speaker 0:
Kurang tepat, tapi kan outputnya stabil. Kita mau pilih mana? Kita mau pilih proses yang
benar tapi hasilnya jauh dari jangkauan stabil atau kita mau pilih stabil walaupun prosesnya
ya keliru nah ini satu yang kedua nih ini kalau mau ekstrim ya, ini memang dokternya
kebijakan publik. Oh Oh iya? Bisa bicara itu saya tak terkejut.

Oke, mau ekstrim ya? Saya Saya kira tadi

[54:00 - 54:05]
Speaker 1:
Pak Arya Bima. Oh iya? Mirip. Mirip.

[54:07 - 54:21]
Speaker 0:
Pilihan kedua, lebih ekstrim nih Mas Adi, tau Allah. Kita support Batam jadi provinsi saja
Provinsi khusus Kehususan ekonomi kalau itu lebih menarik

[54:22 - 54:23]
Speaker 1:
karena khusus sekali Batam.

[54:25 - 54:55]
Speaker 0:
bisa, Pak Wawang muat direkomendasi bahwa Batam ini adalah sebagai provinsi otonomi
asimetris khusus, tapi di beda ekonomi jadi dinaikkan levelnya supaya sejajar Kalau dengan
BP dia berada di atas saya, gubernur, layak. Memang Memang saya, ex officio, layak.
Pilihannya dua. Kalau pemerintah pusat tetap mempertahankan adanya BP, itu layak
Gubernur Batam ex-official BP. Secara administrasi juga sesuai.

Atau pilihan kedua, BP bubar. Apa yang ada di BP dilaksanakan oleh gubernur. Nah ini saya
kira, Pak Wawa, saya belum mau masuk sini. Apalagi ketika kita merekomendasikan perlu
dibentuk provinsi khusus. Langsung itu gubernur berreaksi.

Kalau gubernur tidak berreaksi, ada yang salah dengan gubernur. Karena tadi kita berbicara
struktur PDRD provinsi, lebih dari 50% ditopang oleh pergerakan ekonomi Batam. Ini aset
yang sangat produktif ini mau dilepas oleh Gubernur, dia hanya mengelola beberapa daerah
miskin, ga ada pertumbuhan di situ. Yang perlu kita yakinkan adalah apa efek positif kalau
Batam ini jadi provinsi khusus ekonomi. Bagi daerah sekitar ini.

Karena begini kebijakannya, yang saya amati. Pemerintah pusat menjual perdagangan
internasionalnya lewat Singapura. Kalau bagi saya tidak begitu, kita tarik ke Batam. Jadi
Batam ini menjadi pintu keluar perdagangan internasional. Jadi seluruh produk barang di
Indonesia dari Papua sampai Aceh itu lewat Batam.

Bukan lewat Singapura. Habnya kita jadi Batam ini jadikan Faham. Iya, habnya. Kalau kita
lewat Singapura kan aneh gitu lho. Ini pikiran saya. Makanya

Makanya kita yakinkan Gubernur Kepri dan Masyarakat Kepri yang lain bahwa kehadiran
Batam sebagai provinsi ini memberikan efek positif buat yang lain. Kalau Batam

[56:58 - 57:11]
Speaker 1:
masih jadi bagian dari provinsi Kepri, contohlah mungkin dari pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi kepri itu sangat ditopang oleh pertumbuhan ekonomi Batam Nah
kalau nanti dipisah jadi provinsi tersendiri. Apa manfaatnya kesana?

Apa efek ekonomi yang kesana? Bagaimana? Bagaimana?

[57:15 - 58:28]
Speaker 0:
Paling tidak sederhananya begini, kalau dia berpisah, Provinsi Kepri tidak dapat BPH,
Provinsi Kepri tidak dapat BKB dan BBNKB Dan itu paling banyak Provinsi Kepri dapat
untuk pajak kendaraan bermotor dan biaya prolemi Biaya BBNKB, biaya balik nama, itu
paling besar penumpang APBD Kepri. Dan pajak air permukaan kita ada waduh ini sedap nih
provinsi nah kalau kemudian bercerai Batam dengan provinsi sedih nih pak Ansar ini 50an
persen walaupun tidak meyakinikan bahwa perpisahan ini juga pasti akan memberikan
multiflyer efek. Kalau provinsi, daerah khusus Batam ini bisa kita jadikan hak untuk
perdagangan internasional. Jangan masuk ke Singapura, dari sini aja langsung kemana.
Multiplier effect-nya akan kita dapatkan kalau posisinya seperti itu.

Tapi ini, saya pikir sah ajalah untuk menjadi bahan pemikiran bersama. Tapi next time, yang
paling mungkin ke depan, saya kira juga akan menimbulkan gejala baru. Tiba-tiba kita harus
melakukan langkah itu emang tadi dindang substansi bernegara ini bagaimana menciptakan
bagaimana negara hadir di tengah kompleksitas perusahaan bermasyarakat perusahaan yang
tidak ada biologi masyarakat maka opsi sementara yang harus kita ambil itu adalah yang ini
benar-benar tapi sebagai bagian entah rekomendasi entah saran masukan silahkan kita
masukin biar aja dia nanti akan menjadi bahagian studi lagi untuk yang lain tapi itu, Pak
Ferus melanggar kaedah gak kalo rekomendasi? Dibab-bab, bikin bab bersendiri
rekomendasi Gini, gini, gini Rekomendasi itu lanjutan dari kesimpulan, dari simpulan
Enggak kan, kemasan Saya jelasin dulu Kalau simpulan itu adalah jawaban rumuasan
masalah Jawabannya di simpulan Jadi rekomendasi itu, dia sejumlah jawaban itu. Kalau
Misalnya pertanyaannya 3, jawabannya 3, rekomendasi itu bisa lebih dari 3.

Bisa lebih dari 3. Jadi misalnya... Yang tidak mungkin itu kurang dari 3. Yang Yang tidak
boleh kurang dari 3. Nanti ada poin 456 dan seterusnya itu adalah hal-hal yang kita temukan
di lapangan di luar konteks yang kita teliti.
Kalau dalam metode kuantitatif itu namanya MC, Pak. MC MC lho. Iya. Iya. Itu bisa kita
masukkan dalam rekomendasi. Jadi 1, 2, 3 itu rekomendasi, itu adalah lanjutan dari
kesimpulan.

4, 5, 6 dan seterusnya itu ada hal yang lain sebagai bagian lain dari penelitian. Tapi yang kita
tidak menjadikan fokus penelitian. Soalnya kalau kita dikopin kan boleh, jadi menambah satu
bab. Jadi kalau kita dikopin boleh, menambah satu bab. Kalau sarannya, bab 5 itu kan
kesimpulan dan saran Penutup, Jadi sebelum kita masuk ke simpulan dan saran Kalau kita di
komen itu bisa nambahin satu bab Namanya bab rekomendasi Kalau narasinya panjang Jadi
gitu, makanya saya nanya Kalau udah di PDN Kalau saya disisipkan aja di bagian akhir dari
pembahasan saja.

Oh iya. Di bagian akhir dari pembahasan. Dokternya. Belum tau, tergantung beliau-beliau.
Hahaha. Ini

Ini sama, Maret. Maret tahun depan. Saya ini juga ditantang oleh salah seorang profesor
pengujian seminar kemarin, Prof. Cahaya Cahaya bahwa saya ingin bagaimana Pak
Hamzahkar 2 bulan setelah rekomunikasi ini selesai bisa ujian, bisa sidang hasil seminar
hasil penelitian SAPI karena kalau udah diatas itu saya pensil, saya pengen jadi bahagia
untuk menguji Pak dia tertarik dengan ini iya siap makan ya Bapak, belur lah saya beberapa
hari ini sibuk betul mencari data udah bener lebih cepat ya udah karena IBDNLB lain ihihi
menelitibot saya dikutini betul itu Akhirnya pake manajemen herap alum juga ya. Rupanya
kita meneliti pun dia ikuti.

[01:02:10 - 01:02:11]
Speaker 1:
Bentar. Jadi, Jadi, belum terpaksa. Bentar. Bentar.

[01:02:12 - 01:02:26]
Speaker 0:
Jadi, Pak Wak Moni. Iya. Karena Karena kemungkinan baru direktur ini, kami mencoba
mempertahankan para profesor yang pensiun itu. Jadi itu berarti amat. Ibaratnya emeritus.
Jadi dia sudah pensiun, tapi saya akan coba bicara dengan Prof Wilhelm juga. Karena kita
perlu pertahankan yang para sepuh-sepuh ini Sepanjang mereka masih buat fisiknya Yang tak
enak itu bahasa Saya mau bagaimana dua bulan ke depan selain itu saya pensiun Karena Pak
Lirman, Pak Ilham itu anak buah saya waktu saya wakil rektor Saya ingin ngasih Pa'an ini lea
Jangan ngomong gitu Aduh gawat, rentuhan ini Saya pengen diservasi Alvangin Pa'an ini
coba disiapkan jadi buku Pak Iya, jadi betul saya ingin dia menjadi benchmark bagi daerah
lain yang memang mau mengungkit pertemuan ikonografi betul betul saya ingin kesitu
temanya cuman sayang bang kalo disertasi abang ini jurnalnya berbahasa inggris Karena
tidak bisa dikutip oleh mahasiswa-mahasiswa yang ada di Indonesia. Ini penapa sayang
bang? Kalau Kalau gitu kita pake Sinta 3 aja. Jangan Jangan bang, terlalu rendah. Satu.

Satu. Sinta 1? Iya, Sinta 1. Tapi kalau bahasa indonesia kan mahasiswa-mahasiswa kan bisa
kutip kalo bahasa inggris, dia oke, levelnya bagus, kompus, kata karnatop tapi kan
mahasiswa indonesia jadi bengong, apa ini? Ga bisa dibaca, gak jadi pahami, apalagi mau
dikutip.

Kalau gak sinta dua juga cukup, Pak. Tapi kalau Pak Ang mungkin cukup. Ya, dosakan lah
sinta satu. Sinta satu, bagaimana caranya? Maksudnya.

Nanti dicari. Pak Pak Ali bantu ya. Siap. Siap. Cari jalan itu. Saya Saya mau ngobrol sama
Pak Ang.

Kulisan jurnal, Pak. Jurnal Jurnal keren ini, barangnya keren, saya bukan soal personalnya
saya ingin sumbangan ilmu kita ini memang dapat menjadi pemikiran bagi republik itu
maksudnya betul biar republik berpikir iya pasti setuju dan yang kedua bang nanti kita
mungkin pak tadi juga kita mau kesedihan kehadiran nanti hasil penelitian ini kita ramu di
ramu lagi nanti diadakan di FGD kan oh siap kita FGD kan nanti diundang lagi semua
informasi Iya, itu kan beberapa perwakilan masyarakat lah Iya, nanti abang disitu pamparan,
nanti Pak Wawah pamparan Kemudian nanti ada tanggapan, nanti bisa jadi datanya yang ada
berkembang datanya berkembang

[01:04:53 - 01:04:56]
Speaker 1:
tapi topiknya menarik seksi ini

[01:04:56 - 01:05:26]
Speaker 0:
atau yang saya audinkan saya canda dengan Pak Ali skip dan skip jadi data di keep dan di
skip Tapi saya tidak mau begitu Saya kira ini apa ya Ini bagi saya Artinya, oh ini gak boleh
Ini udah rekod Saya gak mau Mana yang boleh dibuka Mana yang harus dibuka Nah kalau
untuk kepentingan di dunia mudah-mudahan kita pun cari nanti yang hadir itu yang
kompetensi

[01:05:29 - 01:05:31]
Speaker 1:
tapi mau narah nih dari awal nih, gimana nih

[01:05:35 - 01:06:25]
Speaker 0:
aduh senang saya, Pak Adi yang jelas Pak Adi sudah Banyak pengayaan betul ini Materi ini
Karena ini sangat penting 54 sampai 58 persen Jadi jahat seorang Dan eksopisi ini
sebenarnya Covid-19 itu adalah bukti konkret Bagaimana efektifnya eksopisi Bagaimana
seluruh pelaku usaha, masyarakat, kompak, ada kami yang masukkan di asrama haji,
menyumbang beras, ketika kita butuh masker, semua bergerak. Saya terbayang, kalau
kesaandainya kami masih bisa-bisa, Pemku kumpul lain tambah beberapa giji. Tapi kemarin,
COVID, betul-betul semua bergerak.

[01:06:27 - 01:06:30]
Speaker 1:
Semua bergerak. Semaku jawa.

[01:06:32 - 01:06:36]
Speaker 0:
Bener. Ini bisa lari sana, sana.

[01:06:38 - 01:06:39]
Speaker 1:
Ga selesai.
[01:06:41 - 01:06:49]
Speaker 0:
Mungkin itu Pak Adi. Siap. Siap. Dinda Bali, Dinda Akerus, ada lagi.

Anda mungkin juga menyukai