Anda di halaman 1dari 94

ht

tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
o .id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Indeks Pembangunan TIK 2019 | iii


INDEKS PEMBANGUNAN TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KOMUNIKASI 2019

ISBN : 978-602-438-356-5
Nomor Publikasi : 06320.2003
Katalog : 8305012

Ukuran Buku : 18,2 x 25,7 cm


Jumlah Halaman : xiv + 78 halaman

Naskah :

.id
Subdirektorat Statistik Komunikasi dan Teknologi Informasi

o
Penyunting :
.g
Subdirektorat Statistik Komunikasi dan Teknologi Informasi
ps
.b

Desain Kover :
w

Subdirektorat Statistik Komunikasi dan Teknologi Informasi


w
//w

Dicetak dan Diterbitkan oleh :


©Badan Pusat Statistik
s:
tp

Desain Kover:
ht

Subdirektorat Statistik Komunikasi dan Teknologi Informasi

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau


menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa
izin tertulis dari Badan Pusat Statistik
Tim Penyusun
Indeks Pembangunan Teknologi Informasi
dan Komunikasi 2019

Penanggung Jawab Umum :


Dr. Titi Kanti Lestari, S.E., M.Com.

Penanggung Jawab Teknis :


Dr. Andri Yudhi Supriadi, S.E., M.E.

Editor :

.id
Sarip Utoyo SST., M.Si.
Lilis Anggraini, S.E., M.I.S.

o
.g
Eka Sari, S.E.
ps
Penulis Naskah :
Adriyani Syakilah, SST.
.b

Rima Untari, SST., M.Si.


w

Karmila Maharani, SST.


w
//w

Pengolah Data :
Karmila Maharani, SST.
s:

Adriyani Syakilah, SST.


tp

Rima Untari, SST., M.Si.


ht

Gusnisa Siswayu, SST.


Khairul Amri
Tri Sutarsih, S.E., M.M.
Adam Luthfi Kusumatrisna, SST., M.Si.
Vera Citra Wulandari, S.Si.
Nia Anggraini Rozama, SST.

Gambar Kulit :
Adriyani Syakilah, SST.

Indeks Pembangunan TIK 2019 | iii


o .id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

iv | Indeks Pembangunan TIK 2018


KATA PENGANTAR
Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK)/
ICT Development Index merupakan suatu indikator untuk memantau
perkembangan suatu negara menuju masyarakat informasi. Dengan
melakukan penghitungan IP-TIK diharapkan dapat memberikan gambaran
pembangunan TIK di berbagai wilayah di Indonesia.

Publikasi ini memuat IP-TIK tingkat nasional dan provinsi yang

.id
mencerminkan pembangunan TIK di Indonesia dan di 34 provinsi di

o
.g
Indonesia selama tahun 2018−2019. Indeks Pembangunan TIK ini disusun
ps
berdasarkan sebelas indikator yang meliputi tiga subindeks yaitu akses dan
.b

infrastruktur, penggunaan, dan keahlian sesuai dengan standar internasional


w
w

yang dikeluarkan International Telecommunication Union (ITU).


//w
s:

Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah


tp

memberikan kontribusi dan dukungan sehingga publikasi ini dapat


ht

diterbitkan. Semoga data dan informasi yang disajikan dalam publikasi ini
bermanfaat bagi semua pengguna data secara umum, serta sebagai rujukan
dalam pengambilan keputusan dan kebijakan pembangunan di bidang TIK.

Jakarta, Oktober 2020


Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa
Badan Pusat Statistik

Setianto

Indeks Pembangunan TIK 2019 | v


o .id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

vi | Indeks Pembangunan TIK 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... v

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... xi

RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................................. xiii

o .id
Bab I Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Saat Ini ............ 3
.g
ps
Bab II Indeks Pembangunan TIK (IP-TIK)/ICT Development Index .................. 9
.b

Bab III Potret Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi ..............21


w
w
//w

Bab IV Disparitas Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi ......65


s:

Kumpulan Data IP-TIK ..........................................................................................................73


tp
ht

Indeks Pembangunan TIK 2019 | vii


o .id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

viii | Indeks Pembangunan TIK 2019


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penimbang untuk Indikator dan Subindeks ...............................................12


Tabel 2. Sumber Data IP-TIK ..............................................................................................17
Tabel 3. Peringkat IPTIK di beberapa negara ..............................................................21
Tabel 4. Perkembangan IP-TIK Indonesia, 2018–2019 ............................................23
Tabel 5. Dasar Pengelompokan IP-TIK, 2018–2019 ..................................................32
Tabel 6. Jumlah Provinsi menurut Kategori IP-TIK, 2018–2019............................35

.id
Tabel 7. Nilai IP-TIK menurut Provinsi, 2018–2019 ...................................................75

o
.g
Tabel 8. Subindeks Akses dan Infrastruktur menurut Provinsi, 2018–2019 .....76
ps
Tabel 9. Subindeks Penggunaan menurut Provinsi, 2018–2019 ..........................77
.b

Tabel 10. Subindeks Keahlian menurut Provinsi, 2018–2019 ................................78


w
w
//w
s:
tp
ht

Indeks Pembangunan TIK 2019 | ix


o .id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

x | Indeks Pembangunan TIK 2019


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Perkembangan TIK Global Tahun 2005 - 2019 .................................... 3


Gambar 2. Perkembangan TIK Indonesia, 2016-2019 ............................................. 4
Gambar 3. Perkembangan Akses Rumah Tangga Indonesia terhadap TIK,
2016-2019 ......................................................................................................... 5
Gambar 4. Konsep Tiga Langkah Menuju Masyarakat Informasi......................11
Gambar 5. Kontribusi Subindeks terhadap IP-TIK 2018 .......................................24

.id
Gambar 6. Kontribusi Subindeks terhadap IP-TIK 2019 .......................................24

o
.g
Gambar 7. Indikator Penyusun Subindeks Akses dan Infrastruktur .................26
ps
Gambar 8. Indikator Penyusun Subindeks Penggunaan ......................................28
.b

Gambar 9. Indikator Penyusun Subindeks Keahlian ..............................................30


w
w

Gambar 10. Capaian 11 Indikator Penyusun Indeks Pembangunan TIK


//w

(IP-TIK), 2018-2019 ........................................................................................31


s:

Gambar 11. Nilai IP-TIK Indonesia menurut Provinsi, 2018 ...................................33


tp
ht

Gambar 12. Nilai IP-TIK Indonesia menurut Provinsi, 2019 ...................................34


Gambar 13. Pergeseran IPTIK 2018 - 2019 ..................................................................35
Gambar 14. Subindeks Akses dan Infrastruktur menurut Provinsi, 2018 .........36
Gambar 15. Subindeks Akses dan Infrastruktur menurut Provinsi, 2019 .........37
Gambar 16. Subindeks Penggunaan menurut Provinsi, 2018...............................39
Gambar 17. Subindeks Penggunaan menurut Provinsi, 2019...............................40
Gambar 18. Subindeks Keahlian menurut Provinsi, 2018 .......................................42
Gambar 19. Subindeks Keahlian menurut Provinsi, 2019 .......................................43
Gambar 20. IP-TIK dan Subindeks menurut Provinsi, 2018-2019 .......................45
Gambar 21. Selisih Nilai Tertinggi dan Terendah IP-TIK Provinsi,
2018-2019.........................................................................................................65

Indeks Pembangunan TIK 2019 | xi


Gambar 22. Selisih Nilai Tertinggi dan Terendah Subindeks Penyusun IP-TIK
Provinsi, 2018-2019 ...................................................................................... 66
Gambar 23. Persentase Rumah Tangga dengan Komputer menurut Klasifikasi
Daerah, 2016-2019........................................................................................ 67
Gambar 24. Persentase Rumah Tangga dengan Akses Internet menurut
Klasifikasi Daerah, 2016-2019 ................................................................... 69
Gambar 25. Persentase Individu yang Menggunakan Internet menurut
Klasifikasi Daerah, 2016-2019 ................................................................... 69

.id
Gambar 26. Persentase Individu yang Menggunakan Internet menurut

o
Provinsi, 2019 .................................................................................................. 70
.g
ps
Gambar 27. Scatter Plot IP-TIK Provinsi dan Gini Ratio, 2019............................... 72
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

xii | Indeks Pembangunan TIK 2019


RINGKASAN EKSEKUTIF
Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK)

dikembangkan oleh International Telecommunication Union (ITU) dengan nama ICT


Development Index (ICT DI). IP-TIK sangat penting sebagai ukuran standar tingkat

pembangunan TIK di suatu wilayah yang dapat dibandingkan antarwaktu dan

antarwilayah. Selain itu, IP-TIK juga mampu mengukur pertumbuhan pembangunan

TIK, mengukur gap digital atau kesenjangan digital antarwilayah, dan mengukur

potensi pembangunan TIK.

Tahun 2020 merupakan tahun kelima Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan

o .id
penghitungan IP-TIK dengan mengacu pada metodologi dari ITU pada publikasi

.g
Measuring Information Society 2016. Di dalam penghitungannya terdapat 11
ps
indikator penyusun IP-TIK yang terbagi dalam 3 subindeks yaitu subindeks akses dan
.b

infrastruktur, subindeks penggunaan, dan subindeks keahlian.


w
w

Data yang digunakan untuk penghitungan IP-TIK bersumber dari data BPS
//w

dan data sekunder dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo).


s:

Data BPS yang digunakan diantaranya hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional
tp

(SUSENAS), proyeksi jumlah penduduk, serta data pendidikan.


ht

Pada tahun 2020, BPS melakukan penghitungan IP-TIK 2019 baik tingkat

nasional maupun provinsi. Hasil dari penyusunan IP-TIK adalah sebagai berikut:

 IP-TIK Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dengan skala 0-

10, IP-TIK Indonesia tahun 2019 sebesar 5,32 meningkat dibanding IP-TIK tahun
2018 sebesar 5,07.

 Menurut subindeks penyusun IP-TIK, pola di tahun 2019 serupa dengan tahun-

tahun sebelumnya. Nilai subindeks tertinggi adalah subindeks keahlian sebesar

5,84, diikuti subindeks akses dan infrastruktur sebesar 5,53 dan subindeks
penggunaan sebesar 4,85.

Indeks Pembangunan TIK 2019 | xiii


 Pada tahun 2019 penetrasi internet berkembang dengan pesat di Indonesia,

yaitu dari 39,90 persen di tahun 2018 menjadi 47,69 persen di tahun 2019. Hal
ini dapat mendorong perkembangan penggunaan internet dalam aktivitas

ekonomi atau fenomena digital economy.

 Secara umum terjadi peningkatan nilai IP-TIK provinsi di Indonesia dari tahun

2018 ke 2019. DKI Jakarta menjadi provinsi dengan IP-TIK tertinggi, yaitu 7,14

pada tahun 2018 dan meningkat di tahun 2019 menjadi 7,31. Sedangkan
provinsi dengan IP-TIK terendah adalah Papua, yaitu sebesar 3,33 di tahun 2019,
meningkat dari tahun 2018 sebesar 3,30.

o .id
 Nilai IP-TIK dikategorikan menjadi tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.
.g
ps
Pada tahun 2018, seluruh provinsi hanya tersebar di dua kategori yaitu kategori
.b

sedang dan rendah. Di tahun 2019, IP-TIK Provinsi DKI Jakarta berhasil mencapai
w

kategori tinggi dengan nilai indeks diatas 7,26. Selain itu, terdapat enam provinsi
w
//w

yang mengalami pergeseran dari kategori rendah ke kategori sedang, yaitu

Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan


s:
tp

Tengah dan Sulawesi Tenggara. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat


ht

peningkatan dalam pembangunan TIK di Indonesia selama tahun 2018-2019.

xiv | Indeks Pembangunan TIK 2019


o.id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Indeks Pembangunan TIK 2019 | xv


o .id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

xvi | Indeks Pembangunan TIK 2019


Bab I Perkembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi Saat Ini
1.1 Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Global

Akses dan penggunaan TIK dunia terus mengalami peningkatan seiring


dengan pembangunan berbagai infrastruktur penunjang TIK. Seluruh indikator

TIK global menunjukkan kecenderungan yang positif, kecuali pelanggan

telepon tetap per 100 penduduk yang cenderung mengalami penurunan.

Gambar 1. Perkembangan TIK Global Tahun 2005−2019


120

.id
108,0
100

o
per 100 inhabitants

83,0

.g
80
ps
60
53,6
.b

40
14,9
w

20
w

12,1
//w

0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019*
s:

Fixed-telephone subscriptions Mobile-cellular telephone subscriptions


Active mobile-broadband subscriptions Fixed-broadband subscriptions
tp

Individuals using the Internet

Catatan:*Estimasi ITU
ht

Sumber: International Telecommunication Union (ITU)

Penyediaan jasa komunikasi mengalami kemajuan yang pesat,

khususnya pada pelanggan telepon seluler. Berdasarkan estimasi International


Telecommunication Union (ITU), di tahun 2019 indikator bernilai 108 yaitu

terdapat 108 pelanggan telepon seluler dari 100 penduduk dunia, yang artinya

satu penduduk berlangganan lebih dari satu kartu SIM (Subscriber Identify
Module). Di sisi lain, pelanggan telepon tetap per 100 penduduk mengalami
kecenderungan menurun. Kedua hal ini mencerminkan pergeseran media

komunikasi masyarakat yang semula menggunakan telepon tetap menjadi


telepon seluler. Namun, perlu dicatat bahwa pelanggan telepon seluler
berkaitan dengan individu, sementara telepon tetap dapat digunakan secara

bersama-sama.

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 3


Penyediaan layanan internet yang semakin luas terlihat dari peningkatan

pelanggan active mobile broadband per 100 penduduk. Sejalan dengan


fenomena telepon seluler, mayoritas penyediaan broadband di berbagai

negara adalah melalui mobile broadband. Adapun pelanggan fixed broadband


per 100 penduduk juga mengalami peningkatan meskipun tidak setinggi
mobile broadband. Perkembangan penyediaan broadband ini memungkinkan

akses internet yang lebih luas dan efektif. Penetrasi internet di dunia

meningkat dengan cukup pesat dengan ditunjukkan pada tahun 2019 lebih
dari setengah populasi di dunia telah menggunakan internet.

.id
1.2 Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia

o
.g
Dalam empat tahun terakhir, secara umum terlihat kecenderungan
ps
positif dalam beberapa indikator teknologi informasi dan komunikasi di
.b

Indonesia. Pelanggan telepon seluler per 100 penduduk mengalami


w
w

peningkatan dari tahun 2016 ke 2017, lalu menurun pada tahun 2018 dan
//w

kembali meningkat pada tahun 2019 menjadi 128,70, yang menunjukkan


s:

bahwa satu penduduk berlangganan lebih dari satu kartu. Pelanggan telepon
tp

tetap per 100 penduduk meningkat sejak tahun 2016 hingga 2018, kemudian
ht

mengalami penurunan pada tahun 2019 menjadi 3,54, yang artinya terdapat

tiga sampai empat pelanggan telepon tetap per 100 penduduk Indonesia.
Gambar 2. Perkembangan TIK Indonesia, 2016-2019
180
160
140
Per 100 Penduduk

120
100
80
60
40
20
0
2016 2017 2018 2019
Pelanggan Telepon Seluler 149,04 166,17 121,04 128,70
Individu yang menggunakan internet 25,37 32,34 39,90 47,69
Pelanggan Mobile Broadband 67,26 96,79 88,12 92,02
Pelanggan Telepon Tetap 4,01 4,22 4,23 3,54
Pelanggan Fixed-Broadband 1,89 2,37 3,31 3,51

Sumber: BPS dan Kemkominfo

4 | Indeks Pembangunan TIK 2019


Perkembangan penetrasi internet di Indonesia juga mengalami

kecenderungan positif, yaitu dari 25,37 pada tahun 2016 menjadi 47,69 pada
tahun 2019. Peningkatan penetrasi internet ini didukung oleh perluasan

penyediaan broadband internet di Indonesia. Pelanggan active mobile


broadband mengalami kecenderungan peningkatan pada tahun 2019 menjadi
sebesar 92,02. Pelanggan fixed broadband juga cenderung meningkat dari

tahun ke tahun menjadi 3,51 pada tahun 2019.

1.3 Akses Rumah Tangga Indonesia terhadap TIK


Komputer menjadi salah satu alat yang penting dalam perkembangan

.id
teknologi. Komputer yang dimaksud meliputi komputer desktop, laptop, dan

o
.g
tablet. Kepemilikan komputer oleh rumah tangga di Indonesia cenderung
ps
menurun dari 19,14 persen pada tahun 2016 menjadi 18,78 persen pada tahun
.b

2019. Hal ini dapat diartikan bahwa pada tahun 2019 terdapat 18 sampai 19
w
w

rumah tangga dari 100 rumah tangga yang minimal memiliki satu komputer di
//w

dalam rumah tangganya.


s:

Dalam hal penetrasi internet, 73,75 persen rumah tangga telah memiliki
tp

akses terhadap internet pada tahun 2019. Nilai ini meningkat dari tahun 2016
ht

dengan penetrasi internet sebesar 47,22 persen.

Gambar 3. Perkembangan Akses Rumah Tangga Indonesia terhadap TIK,


2016-2019
80 73,75
66,22
70
57,33
60
47,22
50
40
30 20,05
19,14 19,11 18,78
20
10
0
2016 2017 2018 2019
Persentase rumah tangga yang memiliki komputer
Persentase rumah tangga dengan akses internet
Sumber: BPS

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 5


Developm

o .id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

6 | Indeks Pembangunan TIK 2019


o .id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 7


o .id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

8 | Indeks Pembangunan TIK 2019


Indeks Pembangunan TIK (IP-TIK)/
Bab II ICT Development Index
2.1 Latar Belakang
Selama beberapa tahun terakhir, teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) semakin berkembang dengan pesat di seluruh dunia, dan semakin

banyak orang memiliki akses ke internet serta berbagai informasi. Kemudian

muncul pertanyaan apakah kesenjangan digital antarnegara semakin melebar

atau menyempit, faktor apa saja yang berkontribusi, serta upaya apa yang
dilakukan negara-negara untuk menutup kesenjangan digital tersebut.

.id
Pemantauan berkelanjutan terhadap fenomena perkembangan TIK

o
.g
sangat penting bagi para pengambil kebijakan. Mengingat dampak potensial
ps
dari penggunaan TIK pada pembangunan sosial dan ekonomi, negara-negara
.b

berusaha agar TIK dapat tersedia bagi semua orang. Namun suatu kebijakan
w
w

harus berdasarkan pada bukti dan fakta yang terukur serta indikator yang
//w

dapat diperbandingkan. Indikator ini digunakan untuk membandingkan


s:

pencapaian TIK masing-masing negara dan menjadi tolok ukur penting untuk
tp

menilai daya saing regional dan global, sehingga berdampak pada


ht

peningkatan pengembangan TIK di tingkat nasional.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, disusunlah Indeks Pembangunan


TIK (IP-TIK)/ICT Development Index oleh International Telecommunication

Union (ITU) pada tahun 2008 dan dipublikasikan dalam buku Measuring the
Information Society 2009 hingga sekarang. IP-TIK merupakan indeks komposit
yang menggabungkan 11 indikator menjadi suatu tolok ukur yang dapat

digunakan untuk memantau dan membandingkan perkembangan TIK

antarwilayah dan antarwaktu.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan data TIK Indonesia, BPS melakukan


penyusunan IP-TIK pada level nasional dan provinsi. IP-TIK telah dirilis sejak
tahun 2016, dengan mengacu pada metodologi dan manual dari ITU.

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 9


2.2 Tujuan

Tujuan utama dari IP-TIK (ITU, 2009) yaitu:


1. Mengukur tingkat pembangunan TIK di suatu negara/wilayah

menggunakan suatu ukuran yang dapat diperbandingkan antarwaktu dan


antarnegara/wilayah.
2. Mengukur pertumbuhan pembangunan TIK di seluruh negara/wilayah.

3. Mengukur gap digital, yaitu perbedaan antar negara/wilayah dengan

berbagai tingkat pembangunan TIK.


4. Mengukur potensi pembangunan TIK atau pengembangannya, untuk

.id
mendorong pertumbuhan pembangunan berdasarkan kemampuan dan

o
keahlian yang tersedia.
.g
ps
.b

2.3 Kerangka Konsep


w

Data statistik terkait TIK pertama kali digagas oleh Badan Internasional
w
//w

PBB melalui Partnership on Measuring ICT for Development yang

mengembangkan Indikator Inti TIK (Core ICT Indicator) yang mencakup data-
s:
tp

data statistik mengenai akses dan penggunaan TIK oleh rumah tangga dan
ht

individu, sektor bisnis, dan sektor pendidikan (United Nations, 2005).

Ketersediaan indikator TIK ini sangat bermanfaat karena dapat


menggambarkan perkembangan TIK di suatu negara/wilayah.

Kerangka konseptual dari pembentukan IP-TIK adalah bagaimana

proses yang akan dilalui negara-negara menuju masyarakat informasi.


Kerangka konseptual ini didasarkan pada model tiga tahap yaitu:

 Tahap 1: kesiapan TIK (ICT readiness), mencerminkan tingkat infrastruktur

yang memiliki jaringan dan akses ke TIK;

 Tahap 2: intensitas TIK (ICT intensity), mencerminkan tingkat penggunaan


TIK dalam masyarakat; dan

 Tahap 3: dampak TIK (ICT impact), mencerminkan hasil efisiensi dan

efektivitas penggunaan TIK.

10 | Indeks Pembangunan TIK 2019


Tahap ke-1 dan tahap ke-2 merupakan dua komponen utama dari IP-TIK

yaitu, akses TIK dan penggunaan TIK. Untuk memaksimalkan dampak dari TIK
tergantung pada komponen ketiga yaitu keahlian TIK. Tiga komponen

tersebut saling berkaitan satu sama lain. Tanpa infrastruktur dan akses TIK
maka tidak ada penggunaan TIK. Memiliki akses ke infrastruktur TIK selalu
menjadi prasyarat untuk penggunaan selanjutnya. Sementara keahlian TIK

diperlukan untuk mengoptimalkan penggunaan TIK sebaik mungkin.

Gabungan ketiga komponen tersebut dapat mengukur langkah suatu negara


menuju masyarakat informasi (Gambar 4).

o .id
Gambar 4. Konsep Tiga Langkah Menuju Masyarakat Informasi
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Sumber: ITU, 2016

2.4 Metodologi
Metodologi penyusunan IP-TIK pada publikasi ini adalah berdasarkan
manual dari ITU, dengan judul Measuring The Information Society 2016. Seiring

dengan pesatnya perkembangan zaman, metode dari ITU akan terus


mengalami perbaikan dan penyempurnaan untuk dapat menggambarkan
pembangunan TIK di suatu wilayah yang lebih akurat.

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 11


IP-TIK merupakan suatu indeks komposit yang disusun oleh tiga

subindeks, dan masing-masing subindeks terdiri dari indikator penyusun


subindeks. Subindeks penyusun IP-TIK, yaitu:

1. Subindeks akses dan infrastruktur, menggambarkan kesiapan TIK (ICT


readiness) yang diukur dari sisi akses dan infrastrukur TIK dengan lima
indikator penyusun subindeks.

2. Subindeks penggunaan, menggambarkan intensitas TIK (ICT intensity)

yang diukur dari penggunaan TIK dengan tiga indikator penyusun


subindeks.

.id
3. Subindeks keahlian, menggambarkan kemampuan atau keahlian yang

o
.g
diperlukan dalam TIK (ICT Skill) dengan tiga indikator penyusun
ps
subindeks.
.b

Masing-masing indikator maupun subindeks memiliki


w
w

bobot/penimbang tersendiri seperti pada tabel berikut:


//w

Tabel 1. Penimbang untuk Indikator dan Subindeks


s:
tp

Penimbang Penimbang
Komponen Indikator Subindeks
ht

(1) (2) (3)


Akses dan Infrastruktur
Pelanggan telepon tetap per 100 penduduk 0,20
Pelanggan telepon seluler per 100 penduduk 0,20
Bandwidth internet internasional per pengguna 0,20 0,40
Persentase rumah tangga dengan komputer 0,20
Persentase rumah tangga dengan akses internet 0,20
Penggunaan
Persentase individu yang menggunakan internet
0,33
Pelanggan fixed broadband internet per 100 penduduk
0,33 0,40
Pelanggan mobile broadband internet aktif per 100 0,33
penduduk
Keahlian
Rata-Rata Lama Sekolah 0,33
Angka partisipasi kasar sekunder 0,33 0,20
Angka partisipasi kasar tersier 0,33
Sumber: ITU, 2016

12 | Indeks Pembangunan TIK 2019


Berdasarkan indikator dan penimbang pada Tabel 1, IP-TIK
diformulasikan sebagai berikut:

IP-TIK = 0,4 ACCESS + 0,4 USE + 0,2 SKILL

Keterangan:
ACCESS : Subindeks Akses dan Infrastruktur
USE : Subindeks Penggunaan
SKILL : Subindeks Keahlian

Skala pengukuran IP-TIK 0-10.

Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan pembangunan TIK pada suatu

.id
wilayah semakin pesat, sebaliknya semakin rendah nilai indeks menunjukkan

o
.g
pembangunan TIK di suatu wilayah relatif masih lambat.
ps
Konsep dan Definisi
.b
w

1. Pelanggan telepon tetap per 100 penduduk (Fixed-telephone


w

subscriptions per 100 inhabitants)


//w

Istilah "pelanggan telepon tetap" mengacu pada jumlah saluran telepon


s:

tetap analog yang aktif, langganan Voice-over-Internet Protocol (VoIP),


tp

pelanggan lokal tetap nirkabel, Integrated Services Digital Network setara


ht

dengan saluran suara dan telepon umum. Ini mencakup semua akses melalui
infrastruktur tetap (fixed) yang mendukung telepon suara menggunakan kabel
tembaga, layanan suara menggunakan Internet Protokol (IP) yang disampaikan
melalui infrastruktur fixed broadband (misalnya digital subscriber line (DSL),
serat optik), dan layanan suara yang disediakan melalui jaringan televisi kabel
coaxial (modem kabel).

2. Pelanggan Telepon Seluler per 100 Penduduk (Mobile-Cellular Telephone


Subscriptions per 100 Inhabitants)
Istilah "pelanggan telepon seluler" mengacu pada jumlah pelanggan ke
layanan telepon seluler publik yang menyediakan akses ke jaringan telepon
umum yang menggunakan teknologi seluler. Ini mencakup jumlah pelanggan
pascabayar dan prabayar aktif selama tiga bulan sebelumnya. Tidak termasuk
langganan melalui kartu data atau modem USB, langganan ke layanan data

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 13


seluler publik, radio seluler trunked pribadi, telepoint, paging radio, M2M
(machine-to-machine) dan layanan telemetri.

3. Bandwidth Internet Internasional per Pengguna (International Internet


Bandwidth (bit/s) per Internet User)
Bandwidth adalah suatu nilai konsumsi transfer data yang dihitung
dalam bit/s (bps), antara server dan client dalam waktu tertentu. Bandwidth
merupakan kapasitas maksimum dari suatu jalur komunikasi yang dipakai
untuk mentransfer data dalam hitungan detik.
Bandwidth internet internasional yang digunakan mengacu pada
penggunaan rata-rata semua tautan internasional, yang digunakan oleh

.id
semua jenis operator. Rata-rata dihitung selama periode 12 bulan tahun

o
.g
referensi. Untuk setiap tautan internasional individu, jika lalu lintas tidak
ps
simetris, misalnya lalu lintas masuk tidak sama dengan lalu lintas keluar, maka
diambil nilai yang lebih tinggi dari keduanya. Bandwidth internet internasional
.b
w

(bit/s) per pengguna internet dihitung dengan membagi bandwidth internet


w

internasional dengan jumlah total pengguna Internet.


//w

4. Persentase Rumah Tangga dengan Komputer (Percentage of Households


s:
tp

with a Computer)
ht

Istilah "komputer" mengacu pada komputer desktop, laptop (portabel),

tablet atau komputer genggam sejenis. Tidak termasuk peralatan dengan


beberapa kemampuan komputasi tertanam, seperti perangkat televisi pintar,

atau perangkat dengan fungsi utama telepon, seperti ponsel atau smartphone.

Rumah tangga dengan komputer berarti bahwa komputer tersedia untuk

digunakan oleh semua anggota rumah tangga kapan saja. Komputer mungkin
dimiliki atau mungkin tidak dimiliki oleh rumah tangga, tetapi harus dianggap

sebagai aset rumah tangga.

5. Persentase Rumah Tangga dengan Akses Internet (Percentage of


Households with Internet Access)
Rumah tangga dengan akses internet merupakan rumah tangga yang

minimal terdapat satu anggota rumah tangga yang mengakses internet, baik

14 | Indeks Pembangunan TIK 2019


melalui jaringan tetap atau seluler. Rumah tangga dengan akses Internet

berarti bahwa internet tersedia untuk digunakan oleh semua anggota rumah
tangga kapan saja.

6. Persentase Individu yang Menggunakan Internet (Percentage of


Individuals who used the Internet)
Individu yang menggunakan internet mengacu pada individu berusia
lima tahun ke atas yang menggunakan internet tanpa mempertimbangkan
lokasi, tujuan, serta perangkat dan jaringan yang digunakan, dalam tiga bulan
terakhir. Penggunaan dapat melalui komputer (misalnya komputer desktop,
laptop, tablet atau komputer genggam sejenis), ponsel, mesin game, televisi

.id
digital, dan lainnya. Akses dapat melalui jaringan tetap atau seluler.

o
7. Pelanggan Fixed Broadband .g
Internet per 100 Penduduk (Fixed-
ps
Broadband Subscriptions per 100 Inhabitants)
.b

Pelanggan fixed broadband meliputi pelanggan modem kabel, DSL, fiber


w
w

ke rumah/bangunan, langganan bandwidth (kabel) tetap lainnya, broadband


//w

satelit dan broadband nirkabel tetap terestrial.


s:

8. Pelanggan Mobile Broadband Internet Aktif per 100 penduduk (Active


tp

Mobile Broadband Subscriptions per 100 inhabitants)


ht

Pelanggan mobile broadband internet aktif merupakan jumlah


pelanggan yang pernah mengakses internet melalui mobile broadband dalam
tiga bulan terakhir, termasuk langganan ke jaringan broadband seluler yang
menyediakan kecepatan unduhan minimal 256 kbit/s (misalnya WCDMA,
HSPA, CDMA2000 1x EV-DO, WiMAX IEEE 802.16e dan LTE), dan tidak
termasuk langganan yang hanya memiliki akses ke GPRS, EDGE dan CDMA
1xRTT.

9. Rata-Rata Lama Sekolah (Mean Years of Schooling)


Rata-rata lama sekolah merupakan jumlah tahun belajar penduduk usia

15 tahun ke atas yang telah diselesaikan dalam pendidikan formal (tidak


termasuk tahun yang mengulang). Indikator ini digunakan untuk melihat
kualitas penduduk dalam hal mengenyam pendidikan formal.

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 15


10. Angka Partisipasi Kasar Sekunder (Secondary Gross Enrolment Ratio)

Angka Partisipasi Kasar (APK) Sekunder adalah perbandingan antara


jumlah penduduk yang masih bersekolah di jenjang pendidikan Sekolah

Menengah Pertama (SMP)/sederajat sampai dengan Sekolah Menengah Atas


(SMA)/sederajat (tanpa memandang usia penduduk tersebut) dengan jumlah
penduduk yang memenuhi syarat resmi penduduk usia sekolah di jenjang

pendidikan yang sama (13-18 tahun).

Tingkat pendidikan ini berdasarkan klasifikasi International Standard


Classification of Education (ISCED) 2011, pendidikan sekunder termasuk pada

.id
ISCED 3 dan 4 yang di Indonesia setara dengan SMP/sederajat hingga

o
SMA/sederajat.
.g
ps
11. Angka Partisipasi Kasar Tersier (Tertiary Gross Enrolment Ratio)
.b
w

Angka Partisipasi Kasar (APK) Tersier adalah perbandingan antara jumlah


w

penduduk yang masih bersekolah di jenjang pendidikan D1 sampai dengan S1


//w

(tanpa memandang usia penduduk tersebut) dengan jumlah penduduk yang


s:

memenuhi syarat resmi penduduk usia sekolah di jenjang pendidikan yang


tp
ht

sama (19-23 tahun).


Tingkat pendidikan ini berdasarkan klasifikasi International Standard
Classification of Education (ISCED) 2011, pendidikan tersier termasuk pada

ISCED 5 dan 6 yang di Indonesia setara dengan D1 hingga S1.

Langkah-Langkah Penyusunan IP-TIK:

a) Pemilihan Indikator

Indikator dipilih berdasarkan pada kriteria tertentu, termasuk

hubungannya dengan tujuan indeks, ketersediaan data, dan hasil dari


berbagai analisis statistik seperti Principal Component Analysis (PCA).
Indikator-indikator yang termasuk dalam Indeks Pembangunan TIK

dikelompokkan menjadi tiga subindeks yaitu: subindeks akses dan

16 | Indeks Pembangunan TIK 2019


infrastruktur, subindeks penggunaan, dan subindeks keahlian. Subindeks

akses dan infrastruktur terdiri dari lima indikator, subindeks penggunaan dan
subindeks keahlian masing-masing terdiri dari tiga indikator. Rincian

mengenai masing-masing indikator dapat dilihat pada Tabel 1. Proses


pemilihan indikator telah dilakukan para ahli di pertemuan-pertemuan ITU.

b) Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penyusunan IP-TIK diperoleh dari data BPS dan
data sekunder Kemkominfo, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2. Sumber Data IP-TIK

.id
Komponen Sumber Data

o
(1)
.g (2)
ps
Akses dan Infrastruktur
Pelanggan telepon tetap per 100 penduduk Kemkominfo
.b

Pelanggan telepon seluler per 100 penduduk Kemkominfo


w

Bandwidth internet internasional per pengguna Kemkominfo


w

Persentase rumah tangga dengan komputer SUSENAS, BPS


//w

Persentase rumah tangga dengan akses internet SUSENAS, BPS


Penggunaan
s:

Persentase individu yang menggunakan internet SUSENAS, BPS


tp

Pelanggan fixed broadband internet per 100 penduduk Kemkominfo


Pelanggan mobile broadband internet aktif per 100 penduduk Kemkominfo
ht

Keahlian
Rata-rata lama sekolah Subdit.Statistik Pendidikan, BPS
Angka partisipasi kasar sekunder Subdit.Statistik Pendidikan, BPS
Angka partisipasi kasar tersier Subdit.Statistik Pendidikan, BPS

Sumber data utama IP-TIK berasal dari BPS dan Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kemkominfo). Untuk total jumlah penduduk menggunakan data

proyeksi penduduk dari Subdirektorat Statistik Demografi, BPS. Nilai IP-TIK yang
dihitung BPS disajikan sampai ke tingkat provinsi. Data dari beberapa indikator

penyusun IP-TIK hanya tersedia untuk level nasional atau tidak tersedia sampai ke

tingkat provinsi. Untuk merinci nilai-nilai indikator sampai ke tingkat provinsi, maka
digunakan pendekatan dengan menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) yang terkait dengan indikator tersebut.

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 17


c) Proses Imputasi Missing Data

Sebuah langkah penting dalam pembangunan indeks adalah untuk


menciptakan satu set data yang lengkap. Oleh karena itu, perlu dilakukan

proses imputasi untuk mengisi nilai-nilai yang tidak ada. Pertimbangan yang
paling penting adalah untuk memastikan bahwa data yang diperhitungkan
akan mencerminkan tingkat aktual suatu negara dalam akses, penggunaan,

dan keterampilan/keahlian TIK.

d) Normalisasi Data
Proses normalisasi data diperlukan karena satuannya yang berbeda-

.id
beda. Normalisasi dilakukan dengan cara membagi nilai indikator dengan nilai

o
.g
idealnya. Nilai ideal dihitung dengan cara menjumlahkan nilai rata-rata suatu
ps
indikator dengan dua kali nilai standar deviasinya. Namun, nilai ideal ini dapat
.b

ditentukan oleh masing-masing negara tanpa menggunakan rumus yang


w
w

direkomendasikan ITU, disesuaikan dengan kondisi negara masing-masing.


//w

Setelah normalisasi data, seri individu semuanya diskala ulang (rescaled) untuk
s:

rentang identik, dari 1 sampai 10. Hal ini diperlukan untuk membandingkan
tp

nilai-nilai indeks dan subindeks.


ht

e) Pembobotan dan Agregasi

Langkah pertama dari penghitungan nilai subindeks adalah dengan


menghitung normalisasi indikator yang termasuk dalam setiap subindeks

untuk mendapatkan unit pengukuran yang sama. Nilai subindeks ini kemudian
dihitung dengan menjumlahkan nilai-nilai tertimbang indikator yang termasuk

dalam subindeks masing-masing.

Untuk perhitungkan indeks akhir, subindeks akses dan infrastruktur


TIK serta subindeks penggunaan TIK diberi bobot masing-masing 40 persen,
sementara subindeks keahlian TIK (karena didasarkan pada indikator proxy)

diberi bobot 20 persen. Nilai indeks akhir kemudian dihitung dengan

menjumlahkan subindeks tertimbang.

18 | Indeks Pembangunan TIK 2019


o .id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Bab III

Potret Pembangunan
Teknologi Informasi dan
Komunikasi

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 19


o .id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

20 | Indeks Pembangunan TIK 2019


Potret Pembangunan
Bab III Teknologi Informasi dan Komunikasi

3.1 Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia pada


Tataran Global
Pada tataran global, pembangunan TIK Indonesia mengalami

peningkatan dari tahun 2015 ke tahun 2016. Pada tahun 2015, Indonesia

menduduki peringkat ke-114 dari 175 negara, sedangkan di tahun 2016

Indonesia mencapai peringkat 111 dari 176 negara (ITU, Measuring

Information Society 2017). Jika dibandingkan negara-negara ASEAN, posisi

.id
Indonesia berada di atas Kamboja, Timor Leste, dan Myanmar.

o
.g
Tabel 3. Peringkat IPTIK di beberapa negara
ps
2015 2016
.b

Negara
IP-TIK Peringkat IP-TIK Peringkat
w

(1) (2) (3) (4) (5)


w

Korea Selatan 8,80 1 8,85 2


//w

Islandia 8,78 2 8,98 1


Denmark 8,68 3 8,71 4
s:

Swiss 8,66 4 8,74 3


tp

Inggris 8,53 5 8,65 5


Jepang 8,32 11 8,43 10
ht

Australia 8,08 16 8,24 14


Singapura 7,85 20 8,05 18
Malaysia 6,22 62 6,38 63
Brunei D 6,56 54 6,75 53
Thailand 5,31 79 5,67 78
Vietnam 4,18 108 4,43 108
Filipina 4,52 100 4,67 101
Indonesia 3,85 114 4,33 111
Kamboja 3,24 128 3,28 128
Timor-Leste 3,11 127 3,57 122
Myanmar 2,59 140 3,00 135
Total Negara 175 Negara 176 Negara
Sumber: ITU, Measuring the Information Society 2017
Catatan: ITU tidak merilis IP-TIK 2017−2018 dalam buku Measuring Information Society 2019
sehingga IP-TIK terakhir yang tersedia adalah IP-TIK 2016.

Islandia menjadi negara dengan peringkat IP-TIK/ICT Development Index


pertama di tahun 2016. Lima besar peringkat IP-TIK 2015 dan 2016 yaitu

Islandia, Korea Selatan, Swiss, Denmark, dan Inggris.

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 21


Subindeks Akses Dan Infrastruktur (Access Sub-Index)

Berdasarkan subindeks penyusun IP-TIK, subindeks akses dan


infrastruktur menempatkan Indonesia pada peringkat ke-105 di tahun 2016.

Posisi ini meningkat dibandingkan tahun 2015 yang berada pada peringkat
108. Beberapa negara tetangga memiliki subindeks yang lebih tinggi dari
Indonesia, seperti Malaysia berada pada peringkat ke-62, Thailand menempati

peringkat ke-91, serta Filipina yang berada tepat di atas Indonesia dalam hal

akses dan infrastruktur yaitu posisi 104 pada tahun 2016. Negara dengan nilai
subindeks tertinggi adalah Luxembourg.

o .id
Subindeks Penggunaan (Use Sub-Index)
.g
ps
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar
.b

keempat di dunia. Dalam hal tingkat penggunaan TIK, Indonesia menempati


w

urutan ke-115 di tahun 2016, lebih tinggi dari India sebagai negara dengan
w
//w

jumlah penduduk terbesar ketiga yang berada pada peringkat ke-144. Negara
s:

dengan jumlah penduduk besar lainnya, seperti Cina berada peringkat ke-69
tp

dan Amerika Serikat pada peringkat ke-20. Negara dengan subindeks


ht

penggunaan tertinggi di tahun 2016 adalah Denmark.

Subindeks Keahlian (Skill Sub-Index)

Dalam hal subindeks keahlian, Indonesia berada pada posisi 109 di

tahun 2016 yang meningkat dari posisi 110 di tahun 2015. Meskipun bobot

subindeks keahlian lebih kecil dibanding subindeks lainnya, subindeks ini


relatif berpengaruh terhadap nilai IP-TIK secara keseluruhan. Misalnya
Australia yang memiliki nilai subindeks keahlian paling tinggi yaitu 9,28

memiliki nilai IP-TIK sebesar 8,24 yang berada pada peringkat ke-14. Demikian

halnya Rusia yang berada pada posisi keempat untuk subindeks keahlian,
menempati posisi ke-38 untuk IP-TIK secara keseluruhan.

22 | Indeks Pembangunan TIK 2019


3.2 Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia

Nilai IP-TIK Indonesia dan subindeks penyusunnya tahun 2018-2019


hasil penghitungan BPS disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4. Perkembangan IP-TIK Indonesia, 2018-2019

Subindeks IP-TIK 2018 IP-TIK 2019 Pertumbuhan


(%)

Akses & Infrastruktur 5,34 5,53 3,56

Penggunaan 4,45 4,85 8,99

o .id
Keahlian 5,76 5,84 1,31
.g
ps
IP-TIK 5,07 5,32 4,96
.b

Skala IP-TIK : 0-10


w

Sumber: Hasil Pengolahan Subdirektorat Statistik Komunikasi dan TI, BPS


w

Catatan: ITU belum merilis ICT Development Index atau IP-TIK 2018 dan IP-TIK 2019
//w
s:

Pada Tabel 4 terlihat bahwa pembangunan TIK di Indonesia mengalami


tp

perbaikan selama dua tahun terakhir, ditandai dengan peningkatan nilai IP-TIK
ht

yaitu sebesar 5,07 di tahun 2018 menjadi 5,32 di tahun 2019 pada skala 0-10,
dengan pertumbuhan sebesar 4,96 persen. Hal yang serupa juga terjadi pada

ketiga subindeks penyusun IP-TIK yang mengalami perkembangan sejak

tahun 2018 ke tahun 2019.

Pada kondisi terakhir yaitu tahun 2019, nilai subindeks tertinggi adalah
subindeks keahlian, sebesar 5,84, diikuti oleh subindeks akses dan
infrastruktur sebesar 5,53, dan subindeks penggunaan sebesar 4,85. Dari

ketiga subindeks ini, pertumbuhan paling pesat selama dua tahun terakhir
terjadi pada subindeks penggunaan yaitu meningkat sebesar 8,99 persen.

Adapun subindeks akses dan infrastruktur tumbuh 3,56 persen dan subindeks
keahlian tumbuh sebesar 1,31 persen.

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 23


Kontribusi Subindeks Terhadap Indeks Pembangunan Teknologi
Informasi Dan Komunikasi (IP-TIK) Indonesia

Perbedaan pertumbuhan antar subindeks mengubah besaran kontribusi tiap-


tiap subindeks terhadap IP-TIK 2019 dibandingkan dengan kontribusinya terhadap

IP-TIK 2018. Kontribusi subindeks penggunaan terhadap IP-TIK 2019 sebesar 36,47
persen (Gambar 6), meningkat dibandingkan dengan kontribusinya terhadap IP-TIK

2018 sebesar 35,12 persen (Gambar 5). Sebaliknya, kontribusi subindeks akses dan

infrastruktur serta subindeks keahlian terhadap IP-TIK 2019 menurun dibandingkan

dengan kontribusinya terhadap IP-TIK 2018.

o .id
Gambar 5. Kontribusi Subindeks Gambar 6. Kontribusi Subindeks
terhadap IP-TIK 2018
.g
terhadap IP-TIK 2019
ps
.b
w
w
//w
s:

Keahlian Keahlian
22,72% 21,93% Akses dan
tp

Akses dan
Infrastruktur Infrastruktur
ht

42,16% 41,60%

Penggunaan Penggunaan
35,12% 36,47%

24 | Indeks Pembangunan TIK 2019


Subindeks Akses Dan Infrastruktur (Access Sub-Index)

Subindeks akses dan infrastruktur mencerminkan kesiapan TIK yang terdiri


lima indikator yaitu pelanggan telepon tetap per 100 penduduk, pelanggan telepon

seluler per 100 penduduk, bandwidth internet internasional per pengguna,

persentase rumah tangga dengan komputer, dan persentase rumah tangga dengan
akses internet.

Penggunaan telepon tetap semakin ditinggalkan dan masyarakat beralih ke

pemggunaan telepon seluler. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan indikator

pelanggan telepon tetap per 100 penduduk pada tahun 2019, yaitu sebesar 3,54

.id
pada tahun 2019 dari sebelumnya sebesar 4,23 pada tahun 2018. Artinya, pada

o
.g
tahun 2019 terdapat 3 sampai 4 pelanggan telepon tetap dari 100 penduduk
ps
Indonesia.
.b

Selanjutnya indikator pelanggan telepon seluler per 100 penduduk telah


w
w

mencapai nilai di atas 100, yang berarti satu penduduk berlangganan lebih dari satu
//w

SIM card telepon seluler. Di tahun 2019, indikator pelanggan telepon seluler di
s:

Indonesia sebesar 128,7.


tp

Ketersediaan “jalan” berupa bandwidth internasional untuk mengakses konten


ht

internasional semakin besar dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018, bandwidth

internet internasional sebesar 47.918 bit/s per pengguna menjadi 91.063 bit/s per
pengguna pada tahun 2019.

Indikator berikutnya menggambarkan kemampuan rumah tangga dalam


mengakses informasi yang ditunjukkan dari kepemilikan komputer dan penetrasi
internet rumah tangga. Pada tahun 2019 terjadi penurunan kepemilikan komputer

oleh rumah tangga, yaitu dari 20,05 persen pada tahun 2018 menjadi sebesar 18,78

persen di tahun 2019 rumah tangga yang memiliki komputer. Sebaliknya,

aksesibilitas rumah tangga di Indonesia terhadap internet meningkat pada tahun


2019 yaitu sebesar 73,75 persen rumah tangga telah mengakses internet dari

sebelumnya sebesar 66,22 persen pada tahun 2018.

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 25


Gambar 7. Indikator Penyusun Subindeks Akses dan Infrastruktur

Pelanggan Telepon Tetap per Pelanggan Telepon Seluler


100 Penduduk per 100 Penduduk

4,23 128,7
121,0
3,54 0
4

2018 2019 2018 2019

.id
Bandwidth Internet Internasional per
Pengguna (bit/s)

o
.g
ps
91.063
.b
w

47.918
w
//w
s:

2018 2019
tp

Persentase Rumah Tangga Persentase Rumah Tangga


ht

dengan Komputer dengan Akses Internet

73,75
20,05 66,22
18,78

2018 2019 2018 2019

26 | Indeks Pembangunan TIK 2019


Subindeks Penggunaan (Use Sub-Index)

Subindeks penggunaan menggambarkan tingkat penggunaan TIK oleh


masyarakat. Subindeks ini disusun oleh tiga indikator yaitu persentase individu yang

menggunakan internet, pelanggan fixed broadband internet per 100 penduduk, dan

pelanggan mobile broadband internet aktif per 100 penduduk. Persentase individu
yang menggunakan internet atau dikenal dengan istilah penetrasi internet semakin

meningkat dalam empat tahun terakhir. Pada tahun 2019, sebesar 47,69 persen

penduduk Indonesia telah menggunakan internet. Hal ini didukung oleh

ketersediaan infrastruktur yang memungkinkan jangkauan internet semakin luas.

.id
Dalam hal jaringan internet, mayoritas penduduk Indonesia berlangganan

o
.g
mobile broadband, yaitu sekitar 92 pelanggan dari 100 penduduk. Di sisi lain,
ps
pelanggan fixed broadband mengalami peningkatan selama empat tahun terakhir.
.b

Penyediaan internet yang lebih stabil, cepat, serta penawaran paket bundling dengan
w
w

TV berbayar yang menarik diindikasi mendorong tumbuhnya indikator ini. Di tahun


//w

2019, nilai indikator ini sebesar 3,51 yaitu sekitar 3 atau 4 penduduk berlangganan
s:

fixed broadband internet dari 100 penduduk Indonesia.


tp
ht

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 27


Gambar 8. Indikator Penyusun Subindeks Penggunaan

Pelanggan Fixed Broadband


Internet per 100 Penduduk

3,51
3,31

Persentase Individu yang

.id
Menggunakan Internet

o
.g 2018 2019
ps
.b
w

47,69
w

39,90
//w
s:
tp
ht

Pelanggan Mobile Broadband


Internet Aktif per 100 penduduk

2018 2019

92,02
88,12

2018 2019

28 | Indeks Pembangunan TIK 2019


Subindeks Keahlian (Skill Sub-Index)

Kemampuan atau keahlian berperan sebagai suatu faktor penting dalam

kerangka konsep menuju masyarakat informasi. Subindeks keahlian IP-TIK

menggunakan tiga indikator proxy sebagai pendekatan keahlian TIK, yaitu rata-rata
lama sekolah, APK sekunder, dan APK tersier. Dalam empat tahun terakhir, terjadi
peningkatan dalam indikator rata-rata lama sekolah. Pada tahun 2019, nilai indikator

sebesar 8,75, artinya secara rata-rata penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun ke

atas telah menempuh pendidikan selama 8,75 tahun atau hampir menamatkan

.id
jenjang SMP/sederajat.

o
APK sekunder yang terdiri dari jenjang SMP/sederajat dan SMA/sederajat

.g
mengalami peningkatan di tahun 2019. APK sekunder tahun 2019 sebesar 87,3 yang
ps
artinya terdapat sekitar 87 penduduk yang bersekolah jenjang SMP/sederajat dan
.b
w

SMA/sederajat (tanpa memandang umur) per 100 penduduk usia 13-18 tahun.
w

Adapun APK tersier Indonesia meningkat hingga tahun 2018, kemudian


//w

mengalami sedikit penurunan di tahun 2019. APK Tersier Indonesia di tahun 2019
s:

adalah sebesar 29,44, atau sekitar 29 penduduk Indonesia bersekolah jenjang D1


tp

sampai dengan S1 (tanpa memandang umur) per 100 penduduk usia 19-23 tahun.
ht

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 29


Gambar 9. Indikator Penyusun Subindeks Keahlian

Angka Partisipasi Kasar Sekunder

87,30

86,11

o .id
Rata-rata Lama Sekolah

.g
ps
.b

2018 2019
8,75
w

8,58
w
//w
s:
tp
ht

Angka Partisipasi Kasar Tersier

29,52
2018 2019 29,44

2018 2019

30 | Indeks Pembangunan TIK 2019


Capaian Indikator Indeks Pembangunan Teknologi Informasi Dan
Komunikasi (IP-TIK)

Pencapaian Indonesia untuk setiap indikator penyusun IP-TIK dapat dilihat

pada Gambar 10. Penilaian IP-TIK menggunakan skala 0-10, skala 10 menunjukkan
capaian tertinggi dari indikator. Beberapa indikator dengan capaian di atas 8 di

antaranya pelanggan telepon seluler per 100 penduduk, pelanggan mobile

broadband internet aktif per 100 penduduk, dan Angka Partisipasi Kasar Sekunder.

Adapun capaian indikator yang masih relatif rendah di antaranya pelanggan fixed

.id
broadband internet per 100 penduduk, pelanggan telepon tetap per 100 penduduk,

o
dan persentase rumah tangga dengan komputer.

.g
ps
Gambar 10.
.b

Capaian 11 Indikator Penyusun Indeks Pembangunan TIK (IP-TIK), 2018-2019


w
w
//w

Pelanggan Telepon
Tetap per 100
s:

Penduduk
tp

10 Pelanggan Telepon
Angka Partisipasi Kasar
Seluler per 100
ht

Tersier 8 Penduduk
6 Bandwidth Internet
Angka Partisipasi Kasar
4 Internasional per
Sekunder
Pengguna (bit/s)
2
0 Persentase Rumah
Rata-Rata Lama
Tangga dengan
Sekolah
Komputer

Pelanggan Mobile Persentase Rumah


Broadband Internet Tangga dengan Akses
Aktif per 100 penduduk Internet
Pelanggan Fixed Persentase Individu
Broadband Internet per yang Menggunakan
100 Penduduk Internet 2018
2019

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 31


3.3 Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi Tingkat

Provinsi

Secara umum IP-TIK provinsi mengalami peningkatan dari tahun 2018


ke 2019 yang menggambarkan adanya perbaikan pembangunan TIK pada
sebagian besar provinsi di Indonesia. Pertumbuhan nilai IP-TIK Indonesia

selama tahun 2018 hingga 2019 adalah sebesar 4,96 persen (Tabel 4), Provinsi

Nusa Tenggara Barat yang mengalami peningkatan IP-TIK tertinggi yaitu


sebesar 10,26 persen, dari 4,38 pada tahun 2018 menjadi 4,83 pada tahun
2019 (Gambar 11, Gambar 12).

.id
Selama dua tahun terakhir, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan nilai IP-

o
.g
TIK tertinggi di Indonesia. Sedangkan provinsi dengan IP-TIK terendah adalah
ps
Papua. Selanjutnya untuk melihat posisi pembangunan TIK antarprovinsi, nilai
.b

IP-TIK dikategorikan menjadi tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.


w
w

-
//w

Tabel 5. Dasar Pengelompokan IP-TIK, 2018 - 2019


s:
tp

Kategori IP-TIK Range


ht

(1) (2)
Tinggi 7,26 – 10,00
Sedang 5,01 – 7,25
Rendah 2,51 – 5,00
Sangat Rendah 0,00 – 2,50

32 | Indeks Pembangunan TIK 2019


Gambar 11. Nilai IP-TIK Indonesia menurut
Provinsi, 2018

DKI Jakarta 7,14


DI Yogyakarta 6,66
Bali 6,23
Kalimantan Timur 6,14 Tinggi (7,26-10,00)
Kepulauan Riau 6,14
Banten 5,80 -
Kalimantan Utara 5,76
Jawa Barat 5,63
Sedang (5,01-7,25)
Sulawesi Utara 5,33
Riau 5,25

.id
DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Bali,
Kalimantan Selatan 5,23
Kalimantan Timur, Kepulauan Riau,
5,20

o
Jawa Timur
Banten, Kalimantan Utara, Jawa Barat,
5,17
.g
Jawa Tengah
Sulawesi Utara, Riau, Kalimantan
ps
Sumatera Barat 5,12 Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah,
Sulawesi Selatan 5,10 Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Papua
.b

Papua Barat 5,07 Indonesia Barat


w

Sumatera Utara 4,94 5,02


w

Kalimantan Tengah 4,92


//w

Jambi 4,91 Rendah (2,51-5,00)


Kep. Bangka Belitung 4,89
s:

Sumatera Utara, Kalimantan Tengah,


Bengkulu 4,88 Jambi, Kep. Bangka Belitung, Bengkulu,
tp

Sulawesi Tenggara 4,83 Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan,


ht

Sumatera Selatan 4,81 Gorontalo, Maluku, Aceh, Sulawesi


Gorontalo 4,75 Tengah, Lampung, Kalimantan Barat,
Maluku 4,68 Nusa Tenggara Barat, Maluku Utara,
Aceh 4,66 Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Tengah 4,51 Papua
Lampung 4,50
Kalimantan Barat 4,48
Sangat Rendah (0,00-2,50)
Nusa Tenggara Barat 4,38
Maluku Utara 4,24 -
Sulawesi Barat 4,14
Nusa Tenggara Timur 3,77
Papua 3,30

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 33


Gambar 12. Nilai IP-TIK Indonesia menurut
Provinsi, 2019
DKI Jakarta 7,31
DI Yogyakarta 6,91
Kepulauan Riau 6,39
Kalimantan Timur 6,26
Bali 6,24 Tinggi (7,26-10,00)
Kalimantan Utara 5,90
Banten 5,89 DKI Jakarta
Jawa Barat 5,86
Jawa Tengah 5,50
Jawa Timur 5,49
Sedang (5,01-7,25)

.id
Kalimantan Selatan 5,38
5,35

o
Sulawesi Utara DI Yogyakarta, Kepulauan Riau,

.g
Riau 5,33 Indonesia Kalimantan Timur, Bali, Kalimantan
ps
Sumatera Barat 5,24 5,32 Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Kep. Bangka Belitung 5,24 Jawa Timur, Kalimantan Selatan,
.b

Sulawesi Selatan 5,22 Sulawesi Utara, Riau, Sumatera Barat,


w

Kalimantan Tengah 5,21 Kep. Bangka Belitung, Sulawesi Selatan,


w

Bengkulu 5,20 Kalimantan Tengah, Bengkulu, Papua


//w

Papua Barat 5,19 Barat, Sumatera Utara, Jambi, Sulawesi


Tenggara
s:

Sumatera Utara 5,19


Jambi 5,16
tp

Sulawesi Tenggara 5,16


ht

Gorontalo 4,96 Rendah (2,51-5,00)


Sumatera Selatan 4,90 Gorontalo, Sumatera Selatan, Aceh,
Aceh 4,89 Nusa Tenggara Barat, Lampung,
Nusa Tenggara Barat 4,83 Sulawesi Tengah, Maluku, Kalimantan
Lampung 4,82 Barat, Sulawesi Barat, Maluku Utara,
Sulawesi Tengah 4,77 Nusa Tenggara Timur, Papua
Maluku 4,77
Kalimantan Barat 4,74
Sulawesi Barat 4,36 Sangat Rendah (0,00-2,50)
Maluku Utara 4,34
Nusa Tenggara Timur 4,15 -
Papua 3,33

34 | Indeks Pembangunan TIK 2019


Nilai IP-TIK dikategorikan menjadi tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Pada tahun 2018, seluruh provinsi hanya tersebar di dua kategori yaitu kategori
sedang dan rendah. Pada tahun 2019, IP-TIK Provinsi DKI Jakarta berhasil menduduki

kategori tinggi dengan nilai indeks 7,31. Selain itu, terdapat enam provinsi yang
mengalami pergeseran kategori rendah ke sedang, yaitu Sumatera Utara, Jambi,
Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tenggara.

Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dalam pembangunan TIK di provinsi-

provinsi tersebut selama tahun 2018-2019.

Tabel 6. Jumlah Provinsi menurut Kategori IP-TIK, 2018 – 2019

.id
2019

o
Kategori IPTIK tinggi sedang
.g rendah sangat Total
ps
rendah
tinggi 0 0 0 0 0
.b

sedang 1 15 0 0 16
w

2018
rendah 0 6 12 0 18
w
//w

sangat rendah 0 0 0 0 0
Total 1 21 12 0 34
s:
tp
ht

Gambar 13. Pergeseran IPTIK 2018−2019

Tinggi
DKI Jakarta

Sedang
Sumatera Utara, Jambi,
Bengkulu, Kep. Bangka
Belitung, Kalimantan Rendah
Tengah, Sulawesi Tenggara
Sangat Rendah

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 35


Gambar 14. Subindeks Akses dan
Infrastruktur menurut Provinsi, 2018

DKI Jakarta 7,90


DI Yogyakarta 7,48 Tinggi (7,26 – 10,00)
Bali 7,22
DKI Jakarta, DI Yogyakarta
Kepulauan Riau 6,80
Kalimantan Timur 6,77
Banten 6,50
Jawa Barat 6,33 Sedang (5,01 – 7,25)
Kalimantan Utara 6,03
Bali, Kepulauan Riau, Kalimantan Timur,
Jawa Tengah 5,97
Banten, Jawa Barat, Kalimantan Utara,
Kalimantan Selatan 5,82

.id
Jawa Timur Jawa Tengah, , Kalimantan Selatan,
5,80
Jawa Timur, Riau, Sulawesi Utara,

o
Riau 5,76

.g
Sulawesi Utara Sulawesi Selatan , Sumatera Barat,
5,73
Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka
ps
Sulawesi Selatan 5,66
Sumatera Barat Belitung, Sumatera Utara, Bengkulu,
5,65
.b

Sumatera Selatan Papua Barat, Kalimantan Tengah, Jambi,


5,62
w

Kep. Bangka Belitung Sulawesi Tenggara, Gorontalo,


5,57
w

Sumatera Utara Kalimantan Barat , Maluku, Aceh


5,53
//w

Bengkulu 5,50 Lampung


Papua Barat 5,46
s:

Kalimantan Tengah 5,45 Rendah (2,26 – 5,00)


tp

Jambi 5,44 Indonesia


Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah,
ht

Sulawesi Tenggara 5,33 5,34


Gorontalo 5,22 Sulawesi Barat, Maluku Utara, Nusa
Kalimantan Barat 5,19 Tenggara Timur, Papua
Maluku 5,07
Aceh 5,03
Lampung 5,02
Nusa Tenggara Barat 5,00
Sulawesi Tengah 4,97 Sangat Rendah (0,00 – 2,25)
Sulawesi Barat 4,87
Maluku Utara 4,70 -
Nusa Tenggara Timur 4,44
Papua 3,76

36 | Indeks Pembangunan TIK 2019


Gambar 15. Subindeks Akses dan
Infrastruktur menurut Provinsi, 2019

DKI Jakarta 8,03


DI Yogyakarta 7,86
Kepulauan Riau 7,03 Tinggi (7,26 – 10,00)
Bali 6,94
Kalimantan Timur 6,87 DKI Jakarta, DI Yogyakarta
Jawa Barat 6,52
Banten 6,38
Jawa Tengah 6,18
Kalimantan Utara 6,06
Jawa Timur 6,00 Sedang (5,01 – 7,25)
Kep. Bangka Belitung 5,85

.id
Riau 5,79 Kepulauan Riau, Bali Kalimantan Timur,

o
Sumatera Barat 5,78 Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah,

.g
Kalimantan Selatan 5,77 Kalimantan Utara, Jawa Timur,
Bengkulu 5,73
ps
Kepulauan Bangka Belitung, Riau ,
Jambi 5,71 Sumatera Barat, Kalimantan Selatan,
.b

Sulawesi Utara 5,69


Bengkulu, Jambi, Sulawesi Utara,
Sulawesi Selatan 5,68
w

Kalimantan Tengah
Sulawesi Selatan, Kalimantan Tengah,
5,64
w

Sulawesi Tenggara 5,64 Sulawesi Tenggara, Sumatera Utara,


//w

Sumatera Utara 5,64 Sumatera Selatan, Papua Barat,


Sumatera Selatan 5,64 Kalimantan Barat, Gorontalo, Sulawesi
s:

Papua Barat 5,60 Indonesia Tengah, Aceh, Nusa Tenggara Barat,


tp

Kalimantan Barat 5,47 5,53 Lampung, Maluku, Sulawesi Barat


Gorontalo 5,45
ht

Sulawesi Tengah 5,38


Aceh 5,33 Rendah (2,26 – 5,00)
Nusa Tenggara Barat 5,28
Lampung 5,28 Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara,
Maluku 5,25 Papua
Sulawesi Barat 5,08
Nusa Tenggara Timur 4,89
Maluku Utara 4,79
Papua 3,82

Sangat Rendah (0,00 – 2,25)

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 37


Akses dan infrastruktur didefinisikan sebagai sumber daya teknologi yang

dapat menyediakan fasilitas terkait perkembangan teknologi informasi dan


komunikasi. Infrastruktur TIK di Indonesia dianalogikan dengan tiga ekosistem yaitu

network, device, dan application.


Subindeks akses dan infrastruktur terdiri dari lima indikator yaitu pelanggan
telepon tetap per 100 penduduk, pelanggan telepon seluler per 100 penduduk,

bandwidth internet internasional per pengguna, persentase rumah tangga yang

menguasai komputer, dan persentase rumah tangga yang memiliki akses internet.
Dari Gambar 14-15 di atas, yang merupakan visualisasi nilai subindeks akses

.id
dan infrastruktur selama tahun 2018-2019, diperoleh beberapa informasi antara lain:

o
 DKI Jakarta dan DI Yogyakarta adalah provinsi yang menduduki kelompok
.g
ps
subindeks tinggi selama kurun waktu 2018-2019.
.b

 Sebagian besar provinsi berada pada kelompok subindeks sedang, baik pada
w

tahun 2018 maupun 2019.


w
//w

 Provinsi yang menempati kelompok subindeks sedang selama kurun waktu dua

tahun berturut-turut yaitu Provinsi Kepulauan Riau, Bali, Kalimantan Timur, Jawa
s:
tp

Barat, Banten, Jawa Tengah, Kalimantan Utara, Jawa Timur, Kep. Bangka
ht

Belitung, Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Bengkulu, Jambi, Sulawesi

Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Sumatera


Utara, Sumatera Selatan, Papua Barat, Kalimantan Barat, Gorontalo, Sulawesi

Tengah, Aceh, dan Nusa Tenggara Barat.

 Tiga provinsi lainnya menduduki kelompok subindeks rendah selama kurun

waktu 2018-2019 yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara, Papua.

 Beberapa provinsi mengalami perpindahan kelompok selama kurun 2018-2019


diantaranya Provinsi Sulawesi Barat, Maluku dan Lampung yang sebelumnya
berada dalam kelompok subindeks rendah pada tahun 2018, kemudian mampu

naik ke kelompok subindeks sedang pada tahun 2019.


 Tidak ada provinsi yang berada pada kelompok subindeks sangat rendah baik

pada tahun 2018 maupun tahun 2019.

38 | Indeks Pembangunan TIK 2019


Gambar 16. Subindeks Penggunaan menurut
Provinsi, 2018

DKI Jakarta 6,73 Tinggi (7,26 – 10,00)


Kepulauan Riau 5,46
DI Yogyakarta 5,44 -
Kalimantan Utara 5,40
Kalimantan Timur 5,37
Bali 5,23
Banten 5,11
Sedang (5,01 – 7,25)
Jawa Barat 5,00
Sulawesi Utara 4,55
DKI Jakarta, Kepulauan Riau, DI
Kalimantan Selatan 4,53 Indonesia

.id
Yogyakarta, Kalimantan Utara,
Jawa Timur 4,38 4,45
Kalimantan Timur, Bali, Banten

o
Riau 4,32
Jawa Tengah 4,26
.g
ps
Kep. Bangka Belitung 4,12
Sulawesi Selatan 4,07
.b

Rendah (2,26 – 5,00)


Kalimantan Tengah 4,06
w

Papua Barat 4,04 Jawa Barat, Sulawesi Utara, Kalimantan


w

Sumatera Barat 3,96 Selatan, Jawa Timur, Riau, Jawa Tengah,


//w

Jambi 3,93 Kep. Bangka Belitung, Sulawesi Selatan,


Gorontalo 3,84
s:

Kalimantan Tengah, Papua Barat,


Sumatera Utara 3,72 Sumatera Barat, Jambi, Gorontalo,
tp

Sumatera Selatan 3,65 Sumatera Utara, Sumatera Selatan,


ht

Bengkulu 3,61 Bengkulu, Sulawesi Tenggara, Lampung,


Sulawesi Tenggara 3,58 Kalimantan Barat, Aceh, Maluku,
Lampung 3,50 Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat,
Kalimantan Barat 3,44 Sulawesi Barat, Maluku Utara
Aceh 3,33
Maluku 3,24
Sulawesi Tengah 3,20
Nusa Tenggara Barat 3,09
Sulawesi Barat 2,74
Maluku Utara 2,71 Sangat Rendah (0,00 – 2,25)
Nusa Tenggara Timur 2,24
Nusa Tenggara Timur, Papua
Papua 2,15

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 39


Gambar 17. Subindeks Penggunaan menurut
Provinsi, 2019

DKI Jakarta 6,99


Tinggi (7,26 – 10,00)
Kepulauan Riau 5,91
DI Yogyakarta 5,67 -
Kalimantan Utara 5,63
Bali 5,52
Kalimantan Timur 5,52
Sedang (5,01 – 7,25)
Banten 5,43
Jawa Barat 5,34
DKI Jakarta, Kepulauan Riau, DI
Kalimantan Selatan 4,91
Indonesia Yogyakarta, Kalimantan Utara, Bali,
Jawa Timur 4,86

.id
4,85 Kalimantan Timur, Banten, Jawa Barat
Jawa Tengah 4,83

o
Kep. Bangka Belitung 4,65
Sulawesi Utara 4,58
.g
Rendah (2,26 – 5,00)
ps
Kalimantan Tengah 4,55
Riau 4,45
.b

Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Jawa


Jambi 4,30
Tengah, Kep. Bangka Belitung, Sulawesi
w

Sulawesi Selatan 4,28


Utara, Kalimantan Tengah, Riau, Jambi,
w

Sumatera Utara 4,21


Sulawesi Selatan, Sumatera Utara,
//w

Papua Barat 4,17 Papua Barat, Bengkulu, Sumatera Barat,


Bengkulu 4,13
s:

Gorontalo, Sulawesi Tenggara,


Sumatera Barat 4,11 Lampung, Nusa Tenggara Barat,
tp

Gorontalo 4,07 Sumatera Selatan, Kalimantan Barat,


ht

Sulawesi Tenggara 4,04 Aceh, Sulawesi Tengah, Maluku ,


Lampung 4,00 Sulawesi Barat, Maluku Utara, Nusa
Nusa Tenggara Barat 3,88 Tenggara Timur
Sumatera Selatan 3,84
Kalimantan Barat 3,71
Aceh 3,54
Sulawesi Tengah 3,45 Sangat Rendah (0,00 – 2,25)
Maluku 3,23
Papua
Sulawesi Barat 3,02
Maluku Utara 2,79
Nusa Tenggara Timur 2,67
Papua 2,10

40 | Indeks Pembangunan TIK 2019


Subindeks penggunaan terdiri dari tiga indikator yaitu persentase individu

yang menggunakan internet, pelanggan fixed broadband internet per 100 penduduk,
dan pelanggan mobile broadband internet aktif per 100 penduduk.

Dari Gambar 16 sampai dengan Gambar 17 di atas yang merupakan


visualisasi nilai subindeks penggunaan TIK selama tahun 2018-2019 didapatkan
beberapa kesimpulan antara lain:

 Tidak ada satupun provinsi yang menempati kelompok subindeks tinggi

selama kurun waktu 2018-2019.


 Provinsi DKI Jakarta, Kepulauan Riau, DI Yogyakarta, Kalimantan Utara, Bali,

.id
Kalimantan Timur, Banten merupakan tujuh provinsi yang bertahan

o
menempati kelompok subindeks sedang selama dua tahun berturut-turut.
.g
ps
 Terdapat 24 provinsi yang menduduki kelompok subindeks penggunaan
.b

rendah selama kurun waktu 2018-2019 yaitu Provinsi Kalimantan Selatan,


w

Jawa Timur, Jawa Tengah, Kep. Bangka Belitung, Sulawesi Utara, Kalimantan
w
//w

Tengah, Riau, Jambi, Sulawesi Selatan Sumatera Utara Papua Barat,

Bengkulu, Sumatera Barat, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Lampung, Nusa


s:
tp

Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Aceh, Sulawesi Tengah,


ht

Maluku, Sulawesi Barat, Maluku Utara.

 Provinsi Papua menempati kelompok subindeks penggunaan sangat rendah


dalam kurun waktu 2018-2019.

 Sementara beberapa provinsi lain yang mengalami perpindahan kelompok

selama kurun 2018-2019 diantaranya:

- Provinsi Jawa Barat sebelumnya berada pada kelompok subindeks

penggunaan rendah pada tahun 2018, namun mampu naik ke


kelompok subindeks penggunaan sedang pada tahun 2019.
- Provinsi Nusa Tenggara Timur mampu naik ke kelompok subindeks

penggunaan rendah pada tahun 2019, yang sebelumnya berada


pada kelompok subindeks penggunaan sangat rendah pada tahun

2018.

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 41


Gambar 18. Subindeks Keahlian menurut
Provinsi, 2018

DI Yogyakarta 7,44
Maluku 6,81 Tinggi (7,26 – 10,00)
Aceh 6,60
DI Yogyakarta
DKI Jakarta 6,47
Kalimantan Timur 6,45
Maluku Utara 6,41
Sumatera Barat 6,37 Sedang (5,01 – 7,25)
Papua Barat 6,35
Sulawesi Tenggara 6,35 Maluku, Aceh, DKI Jakarta, Kalimantan
Bali 6,23 Timur, Maluku Utara, Sumatera Barat,

.id
Sulawesi Tengah 6,22 Papua Barat, Sulawesi Tenggara, Bali,
Bengkulu 6,20 Sulawesi Tengah, Bengkulu, Sumatera

o
Sumatera Utara 6,18
.g
Utara, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara,
Kepulauan Riau 6,16 Riau, Sulawesi Selatan, Kalimantan
ps
Sulawesi Utara 6,10 Utara, Jambi, Banten, Nusa Tenggara
.b

Riau 6,10 Barat, Jawa Timur, Gorontalo,


Sulawesi Selatan 6,02
w

Kalimantan Tengah, Jawa Barat, Nusa


Kalimantan Utara 5,96
w

Tenggara Timur, Sulawesi Barat,


Jambi 5,82
//w

Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan


Banten 5,81 Indonesia
Selatan, Jawa Tengah, Kalimantan Barat,
Nusa Tenggara Barat 5,75 5,76
s:

Kep. Bangka Belitung


Jawa Timur 5,64
tp

Gorontalo 5,62
ht

Kalimantan Tengah 5,60


Jawa Barat 5,50
Rendah (2,26 – 5,00)
Nusa Tenggara Timur 5,50
Sulawesi Barat 5,48 Papua
Sumatera Selatan 5,48
Lampung 5,47
Kalimantan Selatan 5,44
Jawa Tengah 5,38 Sangat Rendah (0,00 – 2,25)
Kalimantan Barat 5,15
Kep. Bangka Belitung 5,07 -
Papua 4,68

42 | Indeks Pembangunan TIK 2019


Gambar 19. Subindeks Keahlian menurut
Provinsi, 2019

DI Yogyakarta 7,49
Maluku 6,89
Aceh 6,71
DKI Jakarta 6,53
Kalimantan Timur 6,53 Tinggi (7,26 – 10,00)
Maluku Utara 6,51
DI Yogyakarta
Sulawesi Tenggara 6,43
Sumatera Barat 6,41
Papua Barat 6,41
Sedang (5,01 – 7,25)
Bengkulu 6,29

.id
Bali 6,26 Maluku, Aceh, DKI Jakarta, Kalimantan
Sumatera Utara 6,24

o
Timur, Maluku Utara, Sulawesi
Sulawesi Tengah
.g
6,22
Tenggara, Sumatera Barat, Papua Barat,
Sulawesi Utara 6,20
ps
Bengkulu, Bali, Sumatera Utara,
Sulawesi Selatan 6,17
Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara,
.b

Riau 6,15
Sulawesi Selatan, Riau, Kalimantan
Kalimantan Utara 6,10
w

Utara, Kepulauan Riau, Banten, Nusa


Kepulauan Riau 6,08
w

Tenggara Barat , Jambi, Gorontalo, Jawa


Banten 5,85
//w

Indonesia Timur, Kalimantan Tengah, Nusa


Nusa Tenggara Barat 5,84
5,84 Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Jawa
Jambi
s:

5,80
Barat, Sumatera Selatan, Lampung,
Gorontalo 5,78
tp

Jawa Timur Kalimantan Selatan, Jawa Tengah,


5,73
ht

Kalimantan Tengah Kalimantan Barat, Kep. Bangka Belitung


5,65
Nusa Tenggara Timur 5,65
Sulawesi Barat 5,61
Jawa Barat 5,57 Rendah (2,26 – 5,00)
Sumatera Selatan 5,55
Papua
Lampung 5,52
Kalimantan Selatan 5,51
Jawa Tengah 5,46
Kalimantan Barat 5,31
Sangat Rendah (0,00 – 2,25)
Kep. Bangka Belitung 5,19
Papua 4,79 -

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 43


Subindeks keahlian terdiri dari tiga indikator yaitu rata-rata lama sekolah,

angka partisipasi kasar sekunder (SLTP/sederajat dan SLTA/sederajat), dan angka


partisipasi kasar tersier (D1 s/d S1).

Dari Gambar 18 sampai dengan Gambar 19 di atas yang merupakan


visualisasi nilai subindeks keahlian TIK selama tahun 2018-2019 diperoleh beberapa
informasi antara lain:

 Tidak seperti pada dua subindeks sebelumnya, pada subindeks keahlian

Provinsi DI Yogyakarta merupakan provinsi dengan nilai subindeks keahlian


tertinggi selama kurun waktu 2018-2019 dengan nilai subindeks berturut-

.id
turut sebesar 7,44 dan 7,49.

o
 Provinsi Papua juga merupakan satu-satunya provinsi yang menempati
.g
ps
kelompok subindeks rendah dalam kurun waktu 2018-2019 yaitu dengan
.b

nilai subindeks berturut-turut sebesar 4,68 dan 4,79.


w

 Selain kedua provinsi diatas, yakni sebanyak 32 provinsi masuk dalam


w
//w

kategori subindeks keahlian sedang selama dua tahun berturut-turut.

Provinsi-provinsi tersebut diantaranya Provinsi Maluku, Aceh, DKI Jakarta,


s:


tp

Kalimantan Timur, Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, Sumatera Barat, Papua


ht

Barat, Bengkulu, Bali, Sumatera Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara,

Sulawesi Selatan, Riau, Kalimantan Utara, Kepulauan Riau, Banten, Nusa


Tenggara Barat, Jambi, Gorontalo, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Nusa

Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Lampung,

Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kep. Bangka Belitung

 Tidak ada provinsi yang masuk pada kategori subindeks keahlian sangat

rendah.

44 | Indeks Pembangunan TIK 2019


Gambar 20. IP-TIK dan Subindeks menurut Provinsi, 2018-2019

ACEH

IP-TIK

4,66 4,89

2018 2019

.id
10

o
8
Subindeks IPTIK
.g
ps
6 6,71
6,60
Akses & Infrastruktur
5,33
.b

4 5,03
Penggunaan
w

2 3,33 3,54
Keahlian
w

0
//w

2018 2019
s:
tp

SUMATERA UTARA
ht

IP-TIK

4,94 5,19

2018 2019

10
Subindeks IPTIK
8

6
6,18 6,24
5,53 5,64 Akses & Infrastruktur
4
4,21 Penggunaan
3,72
2
Keahlian
0
2018 2019

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 45


SUMATERA BARAT

IP-TIK

5,12 5,24

2018 2019
10
Subindeks IPTIK

.id
8

o
6 Akses & Infrastruktur
6,41
.g
6,37
5,65 5,78 Penggunaan
4
ps
3,96 4,11 Keahlian
2
.b

0
w

2018 2019
w
//w

RIAU
s:

IP-TIK
tp
ht

5,25 5,33

2018 2019

10
Subindeks IPTIK
8

6 Akses & Infrastruktur


5,76 6,10 5,79 6,15
4 Penggunaan
4,32 4,45
2 Keahlian

0
2018 2019

46 | Indeks Pembangunan TIK 2019


JAMBI

IP-TIK
4,91 5,16

2018 2019
10

.id
8 Subindeks IPTIK

o
6

.g
5,82 5,80 Akses & Infrastruktur
5,44 5,71
4
ps
4,30 Penggunaan
3,93
.b

2 Keahlian
w

0
w

2018 2019
//w
s:

SUMATERA SELATAN
tp
ht

IP-TIK

4,81 4,90

10 2018 2019

8 Subindeks IPTIK
Akses & Infrastruktur
6
5,62 5,48 5,64 5,55 Penggunaan
4
Keahlian
3,65 3,84
2

0
2018 2019

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 47


BENGKULU

IP-TIK

4,88 5,20

10 2018 2019
Subindeks IPTIK

.id
8

o
6

.g
6,20 6,29 Akses & Infrastruktur
5,50 5,73
ps
4 Penggunaan
4,13
3,61
.b

2 Keahlian
w

0
w

2018 2019
//w

LAMPUNG
s:
tp

IP-TIK
ht

4,50 4,82

2018 2019

10

8 Subindeks IPTIK
6
5,47 5,28 5,52 Akses & Infrastruktur
4 5,02
4,00 Penggunaan
3,50
2 Keahlian

0
2018 2019

48 | Indeks Pembangunan TIK 2019


KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
IP-TIK

4,89 5,24

2018 2019
10
Subindeks IPTIK

.id
8

o
6

4
5,57
5,07
5,85
.g
5,19 Akses & Infrastruktur
ps
4,65
4,12 Penggunaan
.b

2
Keahlian
w

0
w

2018 2019
//w
s:

KEPULAUAN RIAU
tp

IP-TIK
ht

6,14 6,39

2018 2019

10
Subindeks IPTIK
8

6 6,80 7,03
6,16 5,91 6,08 Akses & Infrastruktur
5,46
4 Penggunaan
2 Keahlian

0
2018 2019

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 49


DKI JAKARTA
IP-TIK
7,14 7,31

2018 2019

10 Subindeks IPTIK

.id
8
7,90 8,03

o
6 6,73 6,99 Akses & Infrastruktur
6,47 6,53
4 .g Penggunaan
ps
2 Keahlian
.b
w

0
2018 2019
w
//w
s:

JAWA BARAT
IP-TIK
tp
ht

5,63 5,86

2018 2019
10

8 Subindeks IPTIK Provinsi Jawa Barat

6
6,33 6,52
5,50 5,57 Akses & Infrastruktur
4 5,00 5,34
Penggunaan
2 Keahlian

0
2018 2019

50 | Indeks Pembangunan TIK 2019


JAWA TENGAH
IP-TIK
5,17 5,50

2018 2019

10 Subindeks IPTIK

.id
8

o
6 Akses & Infrastruktur
5,97 6,18
.g
ps
4 5,38 5,46 Penggunaan
4,83
4,26
Keahlian
.b

2
w

0
w

2018 2019
//w
s:
tp

DI YOGYAKARTA
ht

IP-TIK
6,66 6,91

2018 2019

Subindeks IPTIK
10

8
7,48 7,44 7,86 7,49
6 Akses & Infrastruktur
5,44 5,67 Penggunaan
4
Keahlian
2

0
2018 2019

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 51


JAWA TIMUR
IP-TIK
5,20 5,49

2018 2019
10
Subindeks IPTIK
8

.id
6

o
5,80 5,64 6,00 5,73 Akses & Infrastruktur
4 4,86
.g
ps
4,38 Penggunaan

2 Keahlian
.b
w

0
w

2018 2019
//w
s:

BANTEN
tp

IP-TIK
ht

5,80 5,89

2018 2019
10
Subindeks IPTIK
8

6 6,50 6,38 Akses & Infrastruktur


5,81 5,85
5,11 5,43
4 Penggunaan
Keahlian
2

0
2018 2019

52 | Indeks Pembangunan TIK 2019


BALI
IP-TIK
6,23 6,24

2018 2019
10
Subindeks IPTIK
8

.id
6 7,22 6,94
6,23 6,26 Akses & Infrastruktur

o
5,23 5,52

.g
4 Penggunaan
ps
Keahlian
2
.b
w

0
w

2018 2019
//w
s:
tp

NUSA TENGGARA BARAT


ht

IP-TIK
4,83
4,38

10
2018 2019
8
Subindeks IPTIK
6
5,75 5,84 Akses & Infrastruktur
5,00 5,28
4 Penggunaan
3,88
3,09 Keahlian
2

0
2018 2019

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 53


NUSA TENGGARA TIMUR
IP-TIK

3,77 4,15

10 2018 2019

8 Subindeks IPTIK
6

.id
Akses & Infrastruktur
5,50 5,65
4 4,89

o
4,44 Penggunaan

2 .g Keahlian
ps
2,67
2,24
.b

0
w

2018 2019
w
//w

KALIMANTAN BARAT
s:

IP-TIK
tp
ht

4,48 4,74

2018 2019
10

8 Subindeks IPTIK

6 Akses & Infrastruktur

5,19 5,15 5,47 5,31 Penggunaan


4
Keahlian
3,44 3,71
2

0
2018 2019

54 | Indeks Pembangunan TIK 2019


KALIMANTAN TENGAH

IPTIK

4,92 5,21

2018 2019
10

.id
8 Subindeks IPTIK

o
6
.g
ps
5,45 5,60 5,64 5,65 Akses & Infrastruktur
4
.b

4,55 Penggunaan
4,06
w

2 Keahlian
w
//w

0
2018 2019
s:
tp

KALIMANTAN SELATAN IP-TIK


ht

5,23 5,38

10
2018 2019
8 Subindeks IPTIK
6
Akses & Infrastruktur
5,82 5,44 5,77 5,51
4 4,53 4,91 Penggunaan
Keahlian
2

0
2018 2019

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 55


KALIMANTAN TIMUR
IP-TIK

6,14 6,26

2018 2019
10
Subindeks IPTIK
8

.id
Akses & Infrastruktur
6 6,77 6,87

o
6,45 6,53
Penggunaan
5,52
.g
4 5,37
Keahlian
ps
2
.b

0
w

2018 2019
w
//w

KALIMANTAN UTARA
s:
tp
ht

IP-TIK
5,76 5,90

10
2018 2019
Subindeks IPTIK
8

6 Akses & Infrastruktur


6,03 5,96 6,06 6,10
5,40 5,63 Penggunaan
4
Keahlian
2

0
2018 2019

56 | Indeks Pembangunan TIK 2019


SULAWESI UTARA

IP-TIK

5,33 5,35

2018 2019
10

.id
Subindeks IPTIK
8

o
Akses & Infrastruktur
.g
6
5,73 6,10 6,20
5,69
ps
4 Penggunaan
4,55 4,58
Keahlian
.b

2
w

0
w

2018 2019
//w

SULAWESI TENGAH
s:
tp

IP-TIK
ht

4,51 4,77

10 2018 2019

8 Subindeks IPTIK
6 Akses & Infrastruktur
6,22 6,22
4 5,38 Penggunaan
4,97
3,45 Keahlian
2 3,20

0
2018 2019

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 57


SULAWESI SELATAN

IP-TIK

5,10 5,22

2018 2019
10

.id
8
Subindeks IPTIK

o
.g
6
6,02 6,17
5,66 5,68 Akses & Infrastruktur
ps
4
4,07 4,28 Penggunaan
.b

2
Keahlian
w

0
w

2018 2019
//w

SULAWESI TENGGARA
s:

IP-TIK
tp
ht

4,83 5,16

2018 2019

10

8 Subindeks IPTIK
6 Akses & Infrastruktur
6,35 6,43
5,33 5,64 Penggunaan
4
3,58 4,04 Keahlian
2

0
2018 2019

58 | Indeks Pembangunan TIK 2019


GORONTALO

IP-TIK

4,75 4,96

2018 2019
10

.id
8
Subindeks IPTIK

o
6 Akses & Infrastruktur
5,62 5,45 .g 5,78 Penggunaan
ps
4 5,22
3,84 4,07 Keahlian
.b

2
w

0
w

2018 2019
//w

SULAWESI BARAT
s:
tp

IP-TIK
ht

4,14 4,36

2018 2019

10
Subindeks IPTIK
8

6 Akses & Infrastruktur


5,48 5,61 Penggunaan
4 4,87 5,08
Keahlian
2 2,74 3,02

0
2018 2019

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 59


MALUKU

IP-TIK

4,68 4,77

2018 2019

.id
10
Subindeks IPTIK

o
8
6 .g Akses & Infrastruktur
ps
6,81 6,89
4 5,07 5,25 Penggunaan
.b

2 3,24 3,23 Keahlian


w
w

0
2018 2019
//w
s:

MALUKU UTARA
tp
ht

IP-TIK

4,24 4,34

2018 2019

10
8 Subindeks IPTIK
Akses & Infrastruktur
6
6,41 6,51 Penggunaan
4 4,79
4,70
Keahlian
2 2,79
2,71
0
2018 2019

60 | Indeks Pembangunan TIK 2019


PAPUA BARAT

IP-TIK

5,07 5,19

10
2018 2019
Subindeks IPTIK

.id
8

o
6 Akses & Infrastruktur
6,35 6,41
4 5,46 5,60
.g Penggunaan
ps
4,04 4,17 Keahlian
2
.b
w

0
w

2018 2019
//w

PAPUA
s:
tp
ht

IP-TIK

3,30 3,33

2018 2019
10

8
Subindeks IPTIK
6 Akses & Infrastruktur
Penggunaan
4 4,68 4,79
3,76 3,82 Keahlian
2
2,15 2,10
0
2018 2019

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 61


o .id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

62 | Indeks Pembangunan TIK 2019


o .id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Bab III

Disparitas Pembangunan

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 63


Teknologi Informasi dan
Komunikasi

o .id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

64 | Indeks Pembangunan TIK 2019


Disparitas Pembangunan
Bab IV
Teknologi Informasi dan Komunikasi

4.1 Disparitas Antarwilayah

Provinsi-provinsi di Indonesia memiliki tingkat pembangunan TIK yang

berbeda dan hal ini menciptakan disparitas antarprovinsi, khususnya dalam

pembangunan TIK. Disparitas ini diharapkan semakin menurun yang

menandakan pembangunan TIK di seluruh Indonesia semakin merata. Pada

.id
Gambar 21 terlihat bahwa dalam dua tahun terakhir, disparitas pembangunan

o
TIK antarprovinsi semakin meningkat yang ditunjukkan dari semakin lebarnya
.g
ps
jarak antara provinsi dengan IP-TIK tertinggi dan IP-TIK terendah, yaitu 3,85 di
.b

tahun 2018 menjadi 3,99 di tahun 2019.


w
w

Gambar 21. Selisih Nilai Tertinggi dan Terendah IP-TIK Provinsi, 2018-2019
//w

4,2
s:
tp

4,0
ht

3,99
3,8
3,85

3,6

3,4

3,2

3,0
2018 2019

Jika dilihat lebih lanjut menurut subindeks, disparitas subindeks akses


dan infrastruktur juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2018, kesenjangan

antara provinsi dengan subindeks tertinggi dengan subindeks terendah adalah


4,15, kemudian menjadi 4,21 di tahun 2019.

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 65


Subindeks penggunaan juga memiliki disparitas yang meningkat dari tahun

2018 ke tahun 2019, yaitu 4,57 menjadi 4,88. Sedangkan disparitas subindeks
keahlian secara umum memiliki kecenderungan menurun, yaitu dari 2,76 di tahun

2018 menjadi 2,70 di tahun 2019. Adapun perbandingan disparitas antara ketiga
subindeks menunjukkan bahwa subindeks keahlian memiliki disparitas terkecil di
antara ketiga subindeks penyusun IP-TIK.

Gambar 22. Selisih Nilai Tertinggi dan Terendah Subindeks Penyusun IP-TIK
Provinsi, 2018-2019

.id
Disparitas Subindeks Akses dan Disparitas Subindeks Penggunaan
Infrastruktur

o
.g
ps
5,00 4,88
5,00
4,57
.b

4,50 4,50
w

4,15 4,21
w

4,00 4,00
//w

3,50 3,50
s:
tp

3,00 3,00
ht

2,50 2,50
2018 2019 2018 2019

Disparitas Subindeks Keahlian

5,00

4,50

4,00

3,50

3,00 2,76 2,70

2,50
2018 2019

66 | Indeks Pembangunan TIK 2019


4.2. Disparitas pada Indikator TIK Rumah Tangga

Masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu

pembangunan TIK. Kondisi sebenarnya perkembangan dan pemanfaatan TIK oleh


masyarakat diperoleh dari indikator yang dihasilkan dengan pendekatan rumah
tangga. Dalam penyusunan IP-TIK terdapat tiga indikator yang berkaitan langsung
dengan rumah tangga, yaitu:

 Persentase rumah tangga dengan komputer

 Persentase rumah tangga dengan akses internet

 Persentase individu yang menggunakan internet

.id
Ketiga indikator ini bersumber dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), BPS

o
yang dilaksanakan setiap tahun.
.g
ps
Rumah Tangga dengan Komputer
.b

Komputer merupakan perangkat untuk membantu mempermudah pekerjaan


w
w

manusia. Komputer tidak hanya berupa komputer desktop, tetapi juga termasuk
//w

laptop dan tablet. Secara umum, pada tahun 2019 rumah tangga yang memiliki
s:

komputer sebesar 18,78 persen dari seluruh rumah tangga di Indonesia. Jika dilihat
tp

berdasarkan klasifikasi daerah, persentase kepemilikan komputer rumah tangga di


ht

daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan. Hal ini ditunjukkan

oleh persentase yang berada di atas 25 persen selama empat tahun terakhir di

daerah perkotaan sedangkan untuk daerah perdesaan masih di bawah 10 persen.

Gambar 23. Persentase Rumah Tangga dengan Komputer menurut


Klasifikasi Daerah, 2016-2019

30

25 28,55 27,88 28,43


26,11
20
19,14 19,11 20,05
15 18,78 Perkotaan
Perdesaan
10
9,93 Perkotaan+Perdesaan
9,24 9,18 9,45
5

0
2016 2017 2018 2019

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 67


Rumah Tangga dan Individu dengan Akses Internet

Akses rumah tangga terhadap internet mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun yang dapat dilihat pada Gambar 24. Namun dapat terlihat bahwa daerah
perdesaan dengan berbagai keterbatasannya masih mengalami kendala dalam
mengakses internet. Penggunaan internet rumah tangga daerah perkotaan di tahun

2019 mencapai angka 83,57 persen, sedangkan di daerah perdesaan mencapai

angka 61,24 persen. Kebijakan penyediaan akses internet hingga merata ke pelosok
daerah terus dilakukan sehingga seluruh masyarakat memperoleh akses terhadap

.id
informasi yang merata.

o
Lebih lanjut lagi, secara individu penetrasi internet di Indonesia juga terus
.g
ps
mengalami peningkatan. Sama halnya dengan rumah tangga, terdapat kesenjangan
.b

penetrasi internet di daerah perkotaan dan perdesaan. Gambar 25 memperlihatkan


w

bahwa persentase individu yang menggunakan internet di daerah perkotaan lebih


w

banyak dari daerah perdesaan.


//w

Dari sisi perbandingan antarprovinsi, disparitas tingkat penetrasi internet


s:
tp

masih terjadi. Di tahun 2019, terdapat sembilan provinsi dengan penetrasi internet
ht

lebih dari 50 persen yaitu DKI Jakarta, Kepulauan Riau, D.I. Yogyakarta, Kalimantan

Timur, Banten, Kalimantan Utara, Bali, Jawa Barat, dan Kalimantan Selatan.
Sementara penetrasi internet di Provinsi Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, dan

Papua masih di bawah 30 persen.

68 | Indeks Pembangunan TIK 2019


Gambar 24. Persentase Rumah Tangga dengan Akses Internet menurut
Klasifikasi Daerah, 2016-2019

90 83,57
78,08
80
70,89 73,75
66,22
70
61,88
57,33
60
47,22
50

40

30 61,24

.id
51,9
20 41,99

o
31,79
10
.g
ps
0
.b

2016 2017 2018 2019


w

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan


w
//w
s:

Gambar 25. Persentase Individu yang Menggunakan Internet menurut


tp

Klasifikasi Daerah, 2016-2019


ht

60
53,53
50,92
50
43,36
47,69
40 35,86
39,9
30
32,34
20 25,37
30,81
26,56
10 19,87
14,23
0
2016 2017 2018 2019

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 69


Gambar 26. Persentase Individu yang Menggunakan Internet menurut Provinsi,
2019

DKI Jakarta 73,46


Kepulauan Riau 65,02
D.I. Yogyakarta 61,73
Kalimantan Timur 59,12
Banten 56,25
Kalimantan Utara 54,3
Bali 54,08
Jawa Barat 53,94
Kalimantan Selatan 50,37

.id
Jawa Tengah 47,74
Indonesia

o
Jawa Timur 47,1
47,69
Sulawesi Utara
.g46,73
ps
Kalimantan Tengah 46,73
.b

Kepulauan Bangka Belitung 45,85


w

Riau 44,97
w

Sulawesi Selatan 43,91


//w

Papua Barat 43,46


Jambi 42,68
s:

Sulawesi Tenggara 41,92


tp

Gorontalo 41,78
ht

Sumatera Utara 41,38


Sumatera Barat 41,15
Bengkulu 40,72
Lampung 40,17
Nusa Tenggara Barat 39,16
Kalimantan Barat 38,38
Sumatera Selatan 38,14
Aceh 35,6
Sulawesi Tengah 35,52
Maluku 33,89
Sulawesi Barat 31,26
Maluku Utara 29,13
Nusa Tenggara Timur 26,29
Papua 21,7

70 | Indeks Pembangunan TIK 2019


4.3 IP-TIK dan Gini Rasio

Pembangunan TIK yang semakin maju diharapkan dapat memperkecil

kesenjangan pendapatan di suatu daerah. Gini rasio merupakan indikator yang


menunjukkan tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Nilai Koefisien
Gini berkisar antara 0 hingga 1. Koefisien Gini bernilai 0 menunjukkan adanya
pemerataan pendapatan yang sempurna, atau setiap orang memiliki pendapatan

yang sama.

Pada bagian ini ditunjukkan hasil scatter plot antara gini ratio 2019

(September) dan IP-TIK 2019 pada 34 provinsi di Indonesia. Scatter plot ini untuk

.id
menunjukkan kelompok-kelompok provinsi berdasarkan pembangunan TIK dan

o
.g
ketimpangan pendapatannya yang diukur melalui gini ratio.
ps
 Kuadran I merupakan kelompok provinsi dengan pembangunan TIK yang relatif
.b

tinggi, namun ketimpangan pendapatannya juga relatif besar. Provinsi yang


w
w

berada di kuadran I di antaranya DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI


//w

Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, dan Sulawesi Utara


s:

 Kuadran II merupakan kelompok provinsi dengan pembangunan TIK relatif


tp

rendah, ditambah dengan ketimpangan pendapatan yang juga besar. Provinsi


ht

yang berada di kuadran II di antaranya Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara

Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Papua

Barat, dan Papua


 Kuadaran III merupakan kelompok provinsi dengan pembangunan TIK yang

relatif rendah, namun distribusi pendapatannya telah relatif merata. Provinsi


yang berada di kuadran III di antaranya Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu,Lampung, Kep. Bangka Belitung, Kalimantan

Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Maluku, dan Maluku Utara.

 Kuadran IV merupakan kelompok provinsi dengan pembangunan TIK relatif


tinggi dan distribusi pendapatan yang cukup merata. Provinsi yang berada di

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 71


kuadran IV di antaranya Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Selatan, Kalimantan

Timur, dan Kalimantan Utara

Gambar 27. Scatter Plot IP-TIK Provinsi dan Gini Ratio, 2019

II I

o .id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp

III IV
ht

72 | Indeks Pembangunan TIK 2019


o.id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 73


Kumpulan Data
IP-TIK

o .id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

74 | Indeks Pembangunan TIK 2019


Tabel 7. Nilai IP-TIK menurut Provinsi, 2018 – 2019

Nilai IPTIK
Provinsi
2018 2019
(1) (2) (3)
11 Aceh 4,66 4,89
12 Sumatera Utara 4,94 5,19
13 Sumatera Barat 5,12 5,24
14 Riau 5,25 5,33
15 Jambi 4,91 5,16
16 Sumatera Selatan 4,81 4,90
17 Bengkulu 4,88 5,20
18 Lampung 4,50 4,82

.id
19 Kep. Bangka Belitung 4,89 5,24

o
21 Kepulauan Riau 6,14 6,39
31 DKI Jakarta
.g 7,14 7,31
ps
32 Jawa Barat 5,63 5,86
33 Jawa Tengah 5,17 5,50
.b

34 DI Yogyakarta 6,66 6,91


w

35 Jawa Timur 5,20 5,49


w

36 Banten 5,80 5,89


//w

51 Bali 6,23 6,24


s:

52 Nusa Tenggara Barat 4,38 4,83


53 Nusa Tenggara Timur 3,77 4,15
tp

61 Kalimantan Barat 4,48 4,74


ht

62 Kalimantan Tengah 4,92 5,21


63 Kalimantan Selatan 5,23 5,38
64 Kalimantan Timur 6,14 6,26
65 Kalimantan Utara 5,76 5,90
71 Sulawesi Utara 5,33 5,35
72 Sulawesi Tengah 4,51 4,77
73 Sulawesi Selatan 5,10 5,22
74 Sulawesi Tenggara 4,83 5,16
75 Gorontalo 4,75 4,96
76 Sulawesi Barat 4,14 4,36
81 Maluku 4,68 4,77
82 Maluku Utara 4,24 4,34
91 Papua Barat 5,07 5,19
94 Papua 3,30 3,33
INDONESIA 5,07 5,32
Sumber: BPS

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 75


Tabel 8. Subindeks Akses dan Infrastruktur menurut Provinsi, 2018 – 2019

Nilai Subindeks Akses dan infrastruktur


Provinsi
2018 2019
(1) (2) (3)
11 Aceh 5,03 5,33
12 Sumatera Utara 5,53 5,64
13 Sumatera Barat 5,65 5,78
14 Riau 5,76 5,79
15 Jambi 5,44 5,71
16 Sumatera Selatan 5,62 5,64
17 Bengkulu 5,50 5,73
18 Lampung 5,02 5,28

.id
19 Kepulauan Bangka Belitung 5,57 5,85

o
21 Kepulauan Riau 6,80 7,03
31 DKI Jakarta
.g
7,90 8,03
ps
32 Jawa Barat 6,33 6,52
33 Jawa Tengah 5,97 6,18
.b

34 D.I. Yogyakarta 7,48 7,86


w

35 Jawa Timur 5,80 6,00


w

36 Banten 6,50 6,38


//w

51 Bali 7,22 6,94


s:

52 Nusa Tenggara Barat 5,00 5,28


tp

53 Nusa Tenggara Timur 4,44 4,89


61 Kalimantan Barat 5,19 5,47
ht

62 Kalimantan Tengah 5,45 5,64


63 Kalimantan Selatan 5,82 5,77
64 Kalimantan Timur 6,77 6,87
64 Kalimantan Utara 6,03 6,06
71 Sulawesi Utara 5,73 5,69
72 Sulawesi Tengah 4,97 5,38
73 Sulawesi Selatan 5,66 5,68
74 Sulawesi Tenggara 5,33 5,64
75 Gorontalo 5,22 5,45
76 Sulawesi Barat 4,87 5,08
81 Maluku 5,07 5,25
82 Maluku Utara 4,70 4,79
91 Papua Barat 5,46 5,60
94 Papua 3,76 3,82
INDONESIA 5,34 5,53
Sumber: BPS

76 | Indeks Pembangunan TIK 2019


Tabel 9. Subindeks Penggunaan menurut Provinsi, 2018 – 2019

Nilai Subindeks Penggunaan


Provinsi
2018 2019
(1) (2) (3)
11 Aceh 3,33 3,54
12 Sumatera Utara 3,72 4,21
13 Sumatera Barat 3,96 4,11
14 Riau 4,32 4,45
15 Jambi 3,93 4,30
16 Sumatera Selatan 3,65 3,84
17 Bengkulu 3,61 4,13
18 Lampung 3,50 4,00

.id
19 Kepulauan Bangka Belitung 4,12 4,65
21 Kepulauan Riau 5,46 5,91

o
31 DKI Jakarta 6,73 6,99
32 Jawa Barat .g 5,00 5,34
ps
33 Jawa Tengah 4,26 4,83
.b

34 D.I. Yogyakarta 5,44 5,67


w

35 Jawa Timur 4,38 4,86


w

36 Banten 5,11 5,43


//w

51 Bali 5,23 5,52


52 Nusa Tenggara Barat 3,09 3,88
s:

53 Nusa Tenggara Timur 2,24 2,67


tp

61 Kalimantan Barat 3,44 3,71


ht

62 Kalimantan Tengah 4,06 4,55


63 Kalimantan Selatan 4,53 4,91
64 Kalimantan Timur 5,37 5,52
64 Kalimantan Utara 5,40 5,63
71 Sulawesi Utara 4,55 4,58
72 Sulawesi Tengah 3,20 3,45
73 Sulawesi Selatan 4,07 4,28
74 Sulawesi Tenggara 3,58 4,04
75 Gorontalo 3,84 4,07
76 Sulawesi Barat 2,74 3,02
81 Maluku 3,24 3,23
82 Maluku Utara 2,71 2,79
91 Papua Barat 4,04 4,17
94 Papua 2,15 2,10
INDONESIA 4,45 4,85
Sumber: BPS

Indeks Pembangunan TIK 2019 | 77


Tabel 10. Subindeks Keahlian menurut Provinsi, 2018 – 2019

Provinsi Nilai Subindeks Keahlian


2018 2019
(1) (2) (3)
11 Aceh 6,60 6,71
12 Sumatera Utara 6,18 6,24
13 Sumatera Barat 6,37 6,41
14 Riau 6,10 6,15
15 Jambi 5,82 5,80
16 Sumatera Selatan 5,48 5,55
17 Bengkulu 6,20 6,29
18 Lampung 5,47 5,52

.id
19 Kepulauan Bangka Belitung 5,07 5,19
21 Kepulauan Riau 6,16 6,08

o
31 DKI Jakarta 6,47 6,53
32 Jawa Barat .g
5,50 5,57
ps
33 Jawa Tengah 5,38 5,46
.b

34 D.I. Yogyakarta 7,44 7,49


w

35 Jawa Timur 5,64 5,73


w

36 Banten 5,81 5,85


//w

51 Bali 6,23 6,26


52 Nusa Tenggara Barat 5,75 5,84
s:

53 Nusa Tenggara Timur 5,50 5,65


tp

61 Kalimantan Barat 5,15 5,31


ht

62 Kalimantan Tengah 5,60 5,65


63 Kalimantan Selatan 5,44 5,51
64 Kalimantan Timur 6,45 6,53
64 Kalimantan Utara 5,96 6,10
71 Sulawesi Utara 6,10 6,20
72 Sulawesi Tengah 6,22 6,22
73 Sulawesi Selatan 6,02 6,17
74 Sulawesi Tenggara 6,35 6,43
75 Gorontalo 5,62 5,78
76 Sulawesi Barat 5,48 5,61
81 Maluku 6,81 6,89
82 Maluku Utara 6,41 6,51
91 Papua Barat 6,35 6,41
94 Papua 4,68 4,79
INDONESIA 5,76 5,84
Sumber: BPS

78 | Indeks Pembangunan TIK 2019


o .id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

80 | Indeks Pembangunan TIK 2019

Anda mungkin juga menyukai