tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
o .id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
ISBN : 978-602-438-356-5
Nomor Publikasi : 06320.2003
Katalog : 8305012
Naskah :
.id
Subdirektorat Statistik Komunikasi dan Teknologi Informasi
o
Penyunting :
.g
Subdirektorat Statistik Komunikasi dan Teknologi Informasi
ps
.b
Desain Kover :
w
Desain Kover:
ht
Editor :
.id
Sarip Utoyo SST., M.Si.
Lilis Anggraini, S.E., M.I.S.
o
.g
Eka Sari, S.E.
ps
Penulis Naskah :
Adriyani Syakilah, SST.
.b
Pengolah Data :
Karmila Maharani, SST.
s:
Gambar Kulit :
Adriyani Syakilah, SST.
.id
mencerminkan pembangunan TIK di Indonesia dan di 34 provinsi di
o
.g
Indonesia selama tahun 2018−2019. Indeks Pembangunan TIK ini disusun
ps
berdasarkan sebelas indikator yang meliputi tiga subindeks yaitu akses dan
.b
diterbitkan. Semoga data dan informasi yang disajikan dalam publikasi ini
bermanfaat bagi semua pengguna data secara umum, serta sebagai rujukan
dalam pengambilan keputusan dan kebijakan pembangunan di bidang TIK.
Setianto
o .id
Bab I Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Saat Ini ............ 3
.g
ps
Bab II Indeks Pembangunan TIK (IP-TIK)/ICT Development Index .................. 9
.b
.id
Tabel 7. Nilai IP-TIK menurut Provinsi, 2018–2019 ...................................................75
o
.g
Tabel 8. Subindeks Akses dan Infrastruktur menurut Provinsi, 2018–2019 .....76
ps
Tabel 9. Subindeks Penggunaan menurut Provinsi, 2018–2019 ..........................77
.b
.id
Gambar 6. Kontribusi Subindeks terhadap IP-TIK 2019 .......................................24
o
.g
Gambar 7. Indikator Penyusun Subindeks Akses dan Infrastruktur .................26
ps
Gambar 8. Indikator Penyusun Subindeks Penggunaan ......................................28
.b
.id
Gambar 26. Persentase Individu yang Menggunakan Internet menurut
o
Provinsi, 2019 .................................................................................................. 70
.g
ps
Gambar 27. Scatter Plot IP-TIK Provinsi dan Gini Ratio, 2019............................... 72
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
TIK, mengukur gap digital atau kesenjangan digital antarwilayah, dan mengukur
Tahun 2020 merupakan tahun kelima Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan
o .id
penghitungan IP-TIK dengan mengacu pada metodologi dari ITU pada publikasi
.g
Measuring Information Society 2016. Di dalam penghitungannya terdapat 11
ps
indikator penyusun IP-TIK yang terbagi dalam 3 subindeks yaitu subindeks akses dan
.b
Data yang digunakan untuk penghitungan IP-TIK bersumber dari data BPS
//w
Data BPS yang digunakan diantaranya hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional
tp
Pada tahun 2020, BPS melakukan penghitungan IP-TIK 2019 baik tingkat
nasional maupun provinsi. Hasil dari penyusunan IP-TIK adalah sebagai berikut:
10, IP-TIK Indonesia tahun 2019 sebesar 5,32 meningkat dibanding IP-TIK tahun
2018 sebesar 5,07.
Menurut subindeks penyusun IP-TIK, pola di tahun 2019 serupa dengan tahun-
5,84, diikuti subindeks akses dan infrastruktur sebesar 5,53 dan subindeks
penggunaan sebesar 4,85.
yaitu dari 39,90 persen di tahun 2018 menjadi 47,69 persen di tahun 2019. Hal
ini dapat mendorong perkembangan penggunaan internet dalam aktivitas
Secara umum terjadi peningkatan nilai IP-TIK provinsi di Indonesia dari tahun
2018 ke 2019. DKI Jakarta menjadi provinsi dengan IP-TIK tertinggi, yaitu 7,14
pada tahun 2018 dan meningkat di tahun 2019 menjadi 7,31. Sedangkan
provinsi dengan IP-TIK terendah adalah Papua, yaitu sebesar 3,33 di tahun 2019,
meningkat dari tahun 2018 sebesar 3,30.
o .id
Nilai IP-TIK dikategorikan menjadi tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.
.g
ps
Pada tahun 2018, seluruh provinsi hanya tersebar di dua kategori yaitu kategori
.b
sedang dan rendah. Di tahun 2019, IP-TIK Provinsi DKI Jakarta berhasil mencapai
w
kategori tinggi dengan nilai indeks diatas 7,26. Selain itu, terdapat enam provinsi
w
//w
.id
108,0
100
o
per 100 inhabitants
83,0
.g
80
ps
60
53,6
.b
40
14,9
w
20
w
12,1
//w
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019*
s:
Catatan:*Estimasi ITU
ht
terdapat 108 pelanggan telepon seluler dari 100 penduduk dunia, yang artinya
satu penduduk berlangganan lebih dari satu kartu SIM (Subscriber Identify
Module). Di sisi lain, pelanggan telepon tetap per 100 penduduk mengalami
kecenderungan menurun. Kedua hal ini mencerminkan pergeseran media
bersama-sama.
akses internet yang lebih luas dan efektif. Penetrasi internet di dunia
meningkat dengan cukup pesat dengan ditunjukkan pada tahun 2019 lebih
dari setengah populasi di dunia telah menggunakan internet.
.id
1.2 Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia
o
.g
Dalam empat tahun terakhir, secara umum terlihat kecenderungan
ps
positif dalam beberapa indikator teknologi informasi dan komunikasi di
.b
peningkatan dari tahun 2016 ke 2017, lalu menurun pada tahun 2018 dan
//w
bahwa satu penduduk berlangganan lebih dari satu kartu. Pelanggan telepon
tp
tetap per 100 penduduk meningkat sejak tahun 2016 hingga 2018, kemudian
ht
mengalami penurunan pada tahun 2019 menjadi 3,54, yang artinya terdapat
tiga sampai empat pelanggan telepon tetap per 100 penduduk Indonesia.
Gambar 2. Perkembangan TIK Indonesia, 2016-2019
180
160
140
Per 100 Penduduk
120
100
80
60
40
20
0
2016 2017 2018 2019
Pelanggan Telepon Seluler 149,04 166,17 121,04 128,70
Individu yang menggunakan internet 25,37 32,34 39,90 47,69
Pelanggan Mobile Broadband 67,26 96,79 88,12 92,02
Pelanggan Telepon Tetap 4,01 4,22 4,23 3,54
Pelanggan Fixed-Broadband 1,89 2,37 3,31 3,51
kecenderungan positif, yaitu dari 25,37 pada tahun 2016 menjadi 47,69 pada
tahun 2019. Peningkatan penetrasi internet ini didukung oleh perluasan
.id
teknologi. Komputer yang dimaksud meliputi komputer desktop, laptop, dan
o
.g
tablet. Kepemilikan komputer oleh rumah tangga di Indonesia cenderung
ps
menurun dari 19,14 persen pada tahun 2016 menjadi 18,78 persen pada tahun
.b
2019. Hal ini dapat diartikan bahwa pada tahun 2019 terdapat 18 sampai 19
w
w
rumah tangga dari 100 rumah tangga yang minimal memiliki satu komputer di
//w
Dalam hal penetrasi internet, 73,75 persen rumah tangga telah memiliki
tp
akses terhadap internet pada tahun 2019. Nilai ini meningkat dari tahun 2016
ht
o .id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
atau menyempit, faktor apa saja yang berkontribusi, serta upaya apa yang
dilakukan negara-negara untuk menutup kesenjangan digital tersebut.
.id
Pemantauan berkelanjutan terhadap fenomena perkembangan TIK
o
.g
sangat penting bagi para pengambil kebijakan. Mengingat dampak potensial
ps
dari penggunaan TIK pada pembangunan sosial dan ekonomi, negara-negara
.b
berusaha agar TIK dapat tersedia bagi semua orang. Namun suatu kebijakan
w
w
harus berdasarkan pada bukti dan fakta yang terukur serta indikator yang
//w
pencapaian TIK masing-masing negara dan menjadi tolok ukur penting untuk
tp
Union (ITU) pada tahun 2008 dan dipublikasikan dalam buku Measuring the
Information Society 2009 hingga sekarang. IP-TIK merupakan indeks komposit
yang menggabungkan 11 indikator menjadi suatu tolok ukur yang dapat
.id
mendorong pertumbuhan pembangunan berdasarkan kemampuan dan
o
keahlian yang tersedia.
.g
ps
.b
Data statistik terkait TIK pertama kali digagas oleh Badan Internasional
w
//w
mengembangkan Indikator Inti TIK (Core ICT Indicator) yang mencakup data-
s:
tp
data statistik mengenai akses dan penggunaan TIK oleh rumah tangga dan
ht
yaitu, akses TIK dan penggunaan TIK. Untuk memaksimalkan dampak dari TIK
tergantung pada komponen ketiga yaitu keahlian TIK. Tiga komponen
tersebut saling berkaitan satu sama lain. Tanpa infrastruktur dan akses TIK
maka tidak ada penggunaan TIK. Memiliki akses ke infrastruktur TIK selalu
menjadi prasyarat untuk penggunaan selanjutnya. Sementara keahlian TIK
o .id
Gambar 4. Konsep Tiga Langkah Menuju Masyarakat Informasi
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
2.4 Metodologi
Metodologi penyusunan IP-TIK pada publikasi ini adalah berdasarkan
manual dari ITU, dengan judul Measuring The Information Society 2016. Seiring
.id
3. Subindeks keahlian, menggambarkan kemampuan atau keahlian yang
o
.g
diperlukan dalam TIK (ICT Skill) dengan tiga indikator penyusun
ps
subindeks.
.b
Penimbang Penimbang
Komponen Indikator Subindeks
ht
Keterangan:
ACCESS : Subindeks Akses dan Infrastruktur
USE : Subindeks Penggunaan
SKILL : Subindeks Keahlian
.id
wilayah semakin pesat, sebaliknya semakin rendah nilai indeks menunjukkan
o
.g
pembangunan TIK di suatu wilayah relatif masih lambat.
ps
Konsep dan Definisi
.b
w
dengan saluran suara dan telepon umum. Ini mencakup semua akses melalui
infrastruktur tetap (fixed) yang mendukung telepon suara menggunakan kabel
tembaga, layanan suara menggunakan Internet Protokol (IP) yang disampaikan
melalui infrastruktur fixed broadband (misalnya digital subscriber line (DSL),
serat optik), dan layanan suara yang disediakan melalui jaringan televisi kabel
coaxial (modem kabel).
.id
semua jenis operator. Rata-rata dihitung selama periode 12 bulan tahun
o
.g
referensi. Untuk setiap tautan internasional individu, jika lalu lintas tidak
ps
simetris, misalnya lalu lintas masuk tidak sama dengan lalu lintas keluar, maka
diambil nilai yang lebih tinggi dari keduanya. Bandwidth internet internasional
.b
w
with a Computer)
ht
atau perangkat dengan fungsi utama telepon, seperti ponsel atau smartphone.
digunakan oleh semua anggota rumah tangga kapan saja. Komputer mungkin
dimiliki atau mungkin tidak dimiliki oleh rumah tangga, tetapi harus dianggap
minimal terdapat satu anggota rumah tangga yang mengakses internet, baik
berarti bahwa internet tersedia untuk digunakan oleh semua anggota rumah
tangga kapan saja.
.id
digital, dan lainnya. Akses dapat melalui jaringan tetap atau seluler.
o
7. Pelanggan Fixed Broadband .g
Internet per 100 Penduduk (Fixed-
ps
Broadband Subscriptions per 100 Inhabitants)
.b
.id
ISCED 3 dan 4 yang di Indonesia setara dengan SMP/sederajat hingga
o
SMA/sederajat.
.g
ps
11. Angka Partisipasi Kasar Tersier (Tertiary Gross Enrolment Ratio)
.b
w
a) Pemilihan Indikator
akses dan infrastruktur terdiri dari lima indikator, subindeks penggunaan dan
subindeks keahlian masing-masing terdiri dari tiga indikator. Rincian
b) Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penyusunan IP-TIK diperoleh dari data BPS dan
data sekunder Kemkominfo, yaitu sebagai berikut:
.id
Komponen Sumber Data
o
(1)
.g (2)
ps
Akses dan Infrastruktur
Pelanggan telepon tetap per 100 penduduk Kemkominfo
.b
Keahlian
Rata-rata lama sekolah Subdit.Statistik Pendidikan, BPS
Angka partisipasi kasar sekunder Subdit.Statistik Pendidikan, BPS
Angka partisipasi kasar tersier Subdit.Statistik Pendidikan, BPS
Sumber data utama IP-TIK berasal dari BPS dan Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kemkominfo). Untuk total jumlah penduduk menggunakan data
proyeksi penduduk dari Subdirektorat Statistik Demografi, BPS. Nilai IP-TIK yang
dihitung BPS disajikan sampai ke tingkat provinsi. Data dari beberapa indikator
penyusun IP-TIK hanya tersedia untuk level nasional atau tidak tersedia sampai ke
tingkat provinsi. Untuk merinci nilai-nilai indikator sampai ke tingkat provinsi, maka
digunakan pendekatan dengan menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) yang terkait dengan indikator tersebut.
proses imputasi untuk mengisi nilai-nilai yang tidak ada. Pertimbangan yang
paling penting adalah untuk memastikan bahwa data yang diperhitungkan
akan mencerminkan tingkat aktual suatu negara dalam akses, penggunaan,
d) Normalisasi Data
Proses normalisasi data diperlukan karena satuannya yang berbeda-
.id
beda. Normalisasi dilakukan dengan cara membagi nilai indikator dengan nilai
o
.g
idealnya. Nilai ideal dihitung dengan cara menjumlahkan nilai rata-rata suatu
ps
indikator dengan dua kali nilai standar deviasinya. Namun, nilai ideal ini dapat
.b
Setelah normalisasi data, seri individu semuanya diskala ulang (rescaled) untuk
s:
rentang identik, dari 1 sampai 10. Hal ini diperlukan untuk membandingkan
tp
untuk mendapatkan unit pengukuran yang sama. Nilai subindeks ini kemudian
dihitung dengan menjumlahkan nilai-nilai tertimbang indikator yang termasuk
Bab III
Potret Pembangunan
Teknologi Informasi dan
Komunikasi
peningkatan dari tahun 2015 ke tahun 2016. Pada tahun 2015, Indonesia
.id
Indonesia berada di atas Kamboja, Timor Leste, dan Myanmar.
o
.g
Tabel 3. Peringkat IPTIK di beberapa negara
ps
2015 2016
.b
Negara
IP-TIK Peringkat IP-TIK Peringkat
w
Posisi ini meningkat dibandingkan tahun 2015 yang berada pada peringkat
108. Beberapa negara tetangga memiliki subindeks yang lebih tinggi dari
Indonesia, seperti Malaysia berada pada peringkat ke-62, Thailand menempati
peringkat ke-91, serta Filipina yang berada tepat di atas Indonesia dalam hal
akses dan infrastruktur yaitu posisi 104 pada tahun 2016. Negara dengan nilai
subindeks tertinggi adalah Luxembourg.
o .id
Subindeks Penggunaan (Use Sub-Index)
.g
ps
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar
.b
urutan ke-115 di tahun 2016, lebih tinggi dari India sebagai negara dengan
w
//w
jumlah penduduk terbesar ketiga yang berada pada peringkat ke-144. Negara
s:
dengan jumlah penduduk besar lainnya, seperti Cina berada peringkat ke-69
tp
tahun 2016 yang meningkat dari posisi 110 di tahun 2015. Meskipun bobot
memiliki nilai IP-TIK sebesar 8,24 yang berada pada peringkat ke-14. Demikian
halnya Rusia yang berada pada posisi keempat untuk subindeks keahlian,
menempati posisi ke-38 untuk IP-TIK secara keseluruhan.
o .id
Keahlian 5,76 5,84 1,31
.g
ps
IP-TIK 5,07 5,32 4,96
.b
Catatan: ITU belum merilis ICT Development Index atau IP-TIK 2018 dan IP-TIK 2019
//w
s:
perbaikan selama dua tahun terakhir, ditandai dengan peningkatan nilai IP-TIK
ht
yaitu sebesar 5,07 di tahun 2018 menjadi 5,32 di tahun 2019 pada skala 0-10,
dengan pertumbuhan sebesar 4,96 persen. Hal yang serupa juga terjadi pada
Pada kondisi terakhir yaitu tahun 2019, nilai subindeks tertinggi adalah
subindeks keahlian, sebesar 5,84, diikuti oleh subindeks akses dan
infrastruktur sebesar 5,53, dan subindeks penggunaan sebesar 4,85. Dari
ketiga subindeks ini, pertumbuhan paling pesat selama dua tahun terakhir
terjadi pada subindeks penggunaan yaitu meningkat sebesar 8,99 persen.
Adapun subindeks akses dan infrastruktur tumbuh 3,56 persen dan subindeks
keahlian tumbuh sebesar 1,31 persen.
IP-TIK 2018. Kontribusi subindeks penggunaan terhadap IP-TIK 2019 sebesar 36,47
persen (Gambar 6), meningkat dibandingkan dengan kontribusinya terhadap IP-TIK
2018 sebesar 35,12 persen (Gambar 5). Sebaliknya, kontribusi subindeks akses dan
o .id
Gambar 5. Kontribusi Subindeks Gambar 6. Kontribusi Subindeks
terhadap IP-TIK 2018
.g
terhadap IP-TIK 2019
ps
.b
w
w
//w
s:
Keahlian Keahlian
22,72% 21,93% Akses dan
tp
Akses dan
Infrastruktur Infrastruktur
ht
42,16% 41,60%
Penggunaan Penggunaan
35,12% 36,47%
persentase rumah tangga dengan komputer, dan persentase rumah tangga dengan
akses internet.
pelanggan telepon tetap per 100 penduduk pada tahun 2019, yaitu sebesar 3,54
.id
pada tahun 2019 dari sebelumnya sebesar 4,23 pada tahun 2018. Artinya, pada
o
.g
tahun 2019 terdapat 3 sampai 4 pelanggan telepon tetap dari 100 penduduk
ps
Indonesia.
.b
mencapai nilai di atas 100, yang berarti satu penduduk berlangganan lebih dari satu
//w
SIM card telepon seluler. Di tahun 2019, indikator pelanggan telepon seluler di
s:
internasional semakin besar dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018, bandwidth
internet internasional sebesar 47.918 bit/s per pengguna menjadi 91.063 bit/s per
pengguna pada tahun 2019.
oleh rumah tangga, yaitu dari 20,05 persen pada tahun 2018 menjadi sebesar 18,78
4,23 128,7
121,0
3,54 0
4
.id
Bandwidth Internet Internasional per
Pengguna (bit/s)
o
.g
ps
91.063
.b
w
47.918
w
//w
s:
2018 2019
tp
73,75
20,05 66,22
18,78
menggunakan internet, pelanggan fixed broadband internet per 100 penduduk, dan
pelanggan mobile broadband internet aktif per 100 penduduk. Persentase individu
yang menggunakan internet atau dikenal dengan istilah penetrasi internet semakin
meningkat dalam empat tahun terakhir. Pada tahun 2019, sebesar 47,69 persen
.id
Dalam hal jaringan internet, mayoritas penduduk Indonesia berlangganan
o
.g
mobile broadband, yaitu sekitar 92 pelanggan dari 100 penduduk. Di sisi lain,
ps
pelanggan fixed broadband mengalami peningkatan selama empat tahun terakhir.
.b
Penyediaan internet yang lebih stabil, cepat, serta penawaran paket bundling dengan
w
w
2019, nilai indikator ini sebesar 3,51 yaitu sekitar 3 atau 4 penduduk berlangganan
s:
3,51
3,31
.id
Menggunakan Internet
o
.g 2018 2019
ps
.b
w
47,69
w
39,90
//w
s:
tp
ht
2018 2019
92,02
88,12
2018 2019
menggunakan tiga indikator proxy sebagai pendekatan keahlian TIK, yaitu rata-rata
lama sekolah, APK sekunder, dan APK tersier. Dalam empat tahun terakhir, terjadi
peningkatan dalam indikator rata-rata lama sekolah. Pada tahun 2019, nilai indikator
sebesar 8,75, artinya secara rata-rata penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun ke
atas telah menempuh pendidikan selama 8,75 tahun atau hampir menamatkan
.id
jenjang SMP/sederajat.
o
APK sekunder yang terdiri dari jenjang SMP/sederajat dan SMA/sederajat
.g
mengalami peningkatan di tahun 2019. APK sekunder tahun 2019 sebesar 87,3 yang
ps
artinya terdapat sekitar 87 penduduk yang bersekolah jenjang SMP/sederajat dan
.b
w
SMA/sederajat (tanpa memandang umur) per 100 penduduk usia 13-18 tahun.
w
mengalami sedikit penurunan di tahun 2019. APK Tersier Indonesia di tahun 2019
s:
sampai dengan S1 (tanpa memandang umur) per 100 penduduk usia 19-23 tahun.
ht
87,30
86,11
o .id
Rata-rata Lama Sekolah
.g
ps
.b
2018 2019
8,75
w
8,58
w
//w
s:
tp
ht
29,52
2018 2019 29,44
2018 2019
pada Gambar 10. Penilaian IP-TIK menggunakan skala 0-10, skala 10 menunjukkan
capaian tertinggi dari indikator. Beberapa indikator dengan capaian di atas 8 di
broadband internet aktif per 100 penduduk, dan Angka Partisipasi Kasar Sekunder.
Adapun capaian indikator yang masih relatif rendah di antaranya pelanggan fixed
.id
broadband internet per 100 penduduk, pelanggan telepon tetap per 100 penduduk,
o
dan persentase rumah tangga dengan komputer.
.g
ps
Gambar 10.
.b
Pelanggan Telepon
Tetap per 100
s:
Penduduk
tp
10 Pelanggan Telepon
Angka Partisipasi Kasar
Seluler per 100
ht
Tersier 8 Penduduk
6 Bandwidth Internet
Angka Partisipasi Kasar
4 Internasional per
Sekunder
Pengguna (bit/s)
2
0 Persentase Rumah
Rata-Rata Lama
Tangga dengan
Sekolah
Komputer
Provinsi
selama tahun 2018 hingga 2019 adalah sebesar 4,96 persen (Tabel 4), Provinsi
.id
Selama dua tahun terakhir, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan nilai IP-
o
.g
TIK tertinggi di Indonesia. Sedangkan provinsi dengan IP-TIK terendah adalah
ps
Papua. Selanjutnya untuk melihat posisi pembangunan TIK antarprovinsi, nilai
.b
-
//w
(1) (2)
Tinggi 7,26 – 10,00
Sedang 5,01 – 7,25
Rendah 2,51 – 5,00
Sangat Rendah 0,00 – 2,50
.id
DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Bali,
Kalimantan Selatan 5,23
Kalimantan Timur, Kepulauan Riau,
5,20
o
Jawa Timur
Banten, Kalimantan Utara, Jawa Barat,
5,17
.g
Jawa Tengah
Sulawesi Utara, Riau, Kalimantan
ps
Sumatera Barat 5,12 Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah,
Sulawesi Selatan 5,10 Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Papua
.b
.id
Kalimantan Selatan 5,38
5,35
o
Sulawesi Utara DI Yogyakarta, Kepulauan Riau,
.g
Riau 5,33 Indonesia Kalimantan Timur, Bali, Kalimantan
ps
Sumatera Barat 5,24 5,32 Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Kep. Bangka Belitung 5,24 Jawa Timur, Kalimantan Selatan,
.b
Pada tahun 2018, seluruh provinsi hanya tersebar di dua kategori yaitu kategori
sedang dan rendah. Pada tahun 2019, IP-TIK Provinsi DKI Jakarta berhasil menduduki
kategori tinggi dengan nilai indeks 7,31. Selain itu, terdapat enam provinsi yang
mengalami pergeseran kategori rendah ke sedang, yaitu Sumatera Utara, Jambi,
Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tenggara.
.id
2019
o
Kategori IPTIK tinggi sedang
.g rendah sangat Total
ps
rendah
tinggi 0 0 0 0 0
.b
sedang 1 15 0 0 16
w
2018
rendah 0 6 12 0 18
w
//w
sangat rendah 0 0 0 0 0
Total 1 21 12 0 34
s:
tp
ht
Tinggi
DKI Jakarta
Sedang
Sumatera Utara, Jambi,
Bengkulu, Kep. Bangka
Belitung, Kalimantan Rendah
Tengah, Sulawesi Tenggara
Sangat Rendah
.id
Jawa Timur Jawa Tengah, , Kalimantan Selatan,
5,80
Jawa Timur, Riau, Sulawesi Utara,
o
Riau 5,76
.g
Sulawesi Utara Sulawesi Selatan , Sumatera Barat,
5,73
Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka
ps
Sulawesi Selatan 5,66
Sumatera Barat Belitung, Sumatera Utara, Bengkulu,
5,65
.b
.id
Riau 5,79 Kepulauan Riau, Bali Kalimantan Timur,
o
Sumatera Barat 5,78 Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah,
.g
Kalimantan Selatan 5,77 Kalimantan Utara, Jawa Timur,
Bengkulu 5,73
ps
Kepulauan Bangka Belitung, Riau ,
Jambi 5,71 Sumatera Barat, Kalimantan Selatan,
.b
Kalimantan Tengah
Sulawesi Selatan, Kalimantan Tengah,
5,64
w
menguasai komputer, dan persentase rumah tangga yang memiliki akses internet.
Dari Gambar 14-15 di atas, yang merupakan visualisasi nilai subindeks akses
.id
dan infrastruktur selama tahun 2018-2019, diperoleh beberapa informasi antara lain:
o
DKI Jakarta dan DI Yogyakarta adalah provinsi yang menduduki kelompok
.g
ps
subindeks tinggi selama kurun waktu 2018-2019.
.b
Sebagian besar provinsi berada pada kelompok subindeks sedang, baik pada
w
Provinsi yang menempati kelompok subindeks sedang selama kurun waktu dua
tahun berturut-turut yaitu Provinsi Kepulauan Riau, Bali, Kalimantan Timur, Jawa
s:
tp
Barat, Banten, Jawa Tengah, Kalimantan Utara, Jawa Timur, Kep. Bangka
ht
waktu 2018-2019 yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara, Papua.
.id
Yogyakarta, Kalimantan Utara,
Jawa Timur 4,38 4,45
Kalimantan Timur, Bali, Banten
o
Riau 4,32
Jawa Tengah 4,26
.g
ps
Kep. Bangka Belitung 4,12
Sulawesi Selatan 4,07
.b
.id
4,85 Kalimantan Timur, Banten, Jawa Barat
Jawa Tengah 4,83
o
Kep. Bangka Belitung 4,65
Sulawesi Utara 4,58
.g
Rendah (2,26 – 5,00)
ps
Kalimantan Tengah 4,55
Riau 4,45
.b
yang menggunakan internet, pelanggan fixed broadband internet per 100 penduduk,
dan pelanggan mobile broadband internet aktif per 100 penduduk.
.id
Kalimantan Timur, Banten merupakan tujuh provinsi yang bertahan
o
menempati kelompok subindeks sedang selama dua tahun berturut-turut.
.g
ps
Terdapat 24 provinsi yang menduduki kelompok subindeks penggunaan
.b
Jawa Timur, Jawa Tengah, Kep. Bangka Belitung, Sulawesi Utara, Kalimantan
w
//w
2018.
DI Yogyakarta 7,44
Maluku 6,81 Tinggi (7,26 – 10,00)
Aceh 6,60
DI Yogyakarta
DKI Jakarta 6,47
Kalimantan Timur 6,45
Maluku Utara 6,41
Sumatera Barat 6,37 Sedang (5,01 – 7,25)
Papua Barat 6,35
Sulawesi Tenggara 6,35 Maluku, Aceh, DKI Jakarta, Kalimantan
Bali 6,23 Timur, Maluku Utara, Sumatera Barat,
.id
Sulawesi Tengah 6,22 Papua Barat, Sulawesi Tenggara, Bali,
Bengkulu 6,20 Sulawesi Tengah, Bengkulu, Sumatera
o
Sumatera Utara 6,18
.g
Utara, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara,
Kepulauan Riau 6,16 Riau, Sulawesi Selatan, Kalimantan
ps
Sulawesi Utara 6,10 Utara, Jambi, Banten, Nusa Tenggara
.b
Gorontalo 5,62
ht
DI Yogyakarta 7,49
Maluku 6,89
Aceh 6,71
DKI Jakarta 6,53
Kalimantan Timur 6,53 Tinggi (7,26 – 10,00)
Maluku Utara 6,51
DI Yogyakarta
Sulawesi Tenggara 6,43
Sumatera Barat 6,41
Papua Barat 6,41
Sedang (5,01 – 7,25)
Bengkulu 6,29
.id
Bali 6,26 Maluku, Aceh, DKI Jakarta, Kalimantan
Sumatera Utara 6,24
o
Timur, Maluku Utara, Sulawesi
Sulawesi Tengah
.g
6,22
Tenggara, Sumatera Barat, Papua Barat,
Sulawesi Utara 6,20
ps
Bengkulu, Bali, Sumatera Utara,
Sulawesi Selatan 6,17
Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara,
.b
Riau 6,15
Sulawesi Selatan, Riau, Kalimantan
Kalimantan Utara 6,10
w
5,80
Barat, Sumatera Selatan, Lampung,
Gorontalo 5,78
tp
.id
turut sebesar 7,44 dan 7,49.
o
Provinsi Papua juga merupakan satu-satunya provinsi yang menempati
.g
ps
kelompok subindeks rendah dalam kurun waktu 2018-2019 yaitu dengan
.b
tp
Tidak ada provinsi yang masuk pada kategori subindeks keahlian sangat
rendah.
ACEH
IP-TIK
4,66 4,89
2018 2019
.id
10
o
8
Subindeks IPTIK
.g
ps
6 6,71
6,60
Akses & Infrastruktur
5,33
.b
4 5,03
Penggunaan
w
2 3,33 3,54
Keahlian
w
0
//w
2018 2019
s:
tp
SUMATERA UTARA
ht
IP-TIK
4,94 5,19
2018 2019
10
Subindeks IPTIK
8
6
6,18 6,24
5,53 5,64 Akses & Infrastruktur
4
4,21 Penggunaan
3,72
2
Keahlian
0
2018 2019
IP-TIK
5,12 5,24
2018 2019
10
Subindeks IPTIK
.id
8
o
6 Akses & Infrastruktur
6,41
.g
6,37
5,65 5,78 Penggunaan
4
ps
3,96 4,11 Keahlian
2
.b
0
w
2018 2019
w
//w
RIAU
s:
IP-TIK
tp
ht
5,25 5,33
2018 2019
10
Subindeks IPTIK
8
0
2018 2019
IP-TIK
4,91 5,16
2018 2019
10
.id
8 Subindeks IPTIK
o
6
.g
5,82 5,80 Akses & Infrastruktur
5,44 5,71
4
ps
4,30 Penggunaan
3,93
.b
2 Keahlian
w
0
w
2018 2019
//w
s:
SUMATERA SELATAN
tp
ht
IP-TIK
4,81 4,90
10 2018 2019
8 Subindeks IPTIK
Akses & Infrastruktur
6
5,62 5,48 5,64 5,55 Penggunaan
4
Keahlian
3,65 3,84
2
0
2018 2019
IP-TIK
4,88 5,20
10 2018 2019
Subindeks IPTIK
.id
8
o
6
.g
6,20 6,29 Akses & Infrastruktur
5,50 5,73
ps
4 Penggunaan
4,13
3,61
.b
2 Keahlian
w
0
w
2018 2019
//w
LAMPUNG
s:
tp
IP-TIK
ht
4,50 4,82
2018 2019
10
8 Subindeks IPTIK
6
5,47 5,28 5,52 Akses & Infrastruktur
4 5,02
4,00 Penggunaan
3,50
2 Keahlian
0
2018 2019
4,89 5,24
2018 2019
10
Subindeks IPTIK
.id
8
o
6
4
5,57
5,07
5,85
.g
5,19 Akses & Infrastruktur
ps
4,65
4,12 Penggunaan
.b
2
Keahlian
w
0
w
2018 2019
//w
s:
KEPULAUAN RIAU
tp
IP-TIK
ht
6,14 6,39
2018 2019
10
Subindeks IPTIK
8
6 6,80 7,03
6,16 5,91 6,08 Akses & Infrastruktur
5,46
4 Penggunaan
2 Keahlian
0
2018 2019
2018 2019
10 Subindeks IPTIK
.id
8
7,90 8,03
o
6 6,73 6,99 Akses & Infrastruktur
6,47 6,53
4 .g Penggunaan
ps
2 Keahlian
.b
w
0
2018 2019
w
//w
s:
JAWA BARAT
IP-TIK
tp
ht
5,63 5,86
2018 2019
10
6
6,33 6,52
5,50 5,57 Akses & Infrastruktur
4 5,00 5,34
Penggunaan
2 Keahlian
0
2018 2019
2018 2019
10 Subindeks IPTIK
.id
8
o
6 Akses & Infrastruktur
5,97 6,18
.g
ps
4 5,38 5,46 Penggunaan
4,83
4,26
Keahlian
.b
2
w
0
w
2018 2019
//w
s:
tp
DI YOGYAKARTA
ht
IP-TIK
6,66 6,91
2018 2019
Subindeks IPTIK
10
8
7,48 7,44 7,86 7,49
6 Akses & Infrastruktur
5,44 5,67 Penggunaan
4
Keahlian
2
0
2018 2019
2018 2019
10
Subindeks IPTIK
8
.id
6
o
5,80 5,64 6,00 5,73 Akses & Infrastruktur
4 4,86
.g
ps
4,38 Penggunaan
2 Keahlian
.b
w
0
w
2018 2019
//w
s:
BANTEN
tp
IP-TIK
ht
5,80 5,89
2018 2019
10
Subindeks IPTIK
8
0
2018 2019
2018 2019
10
Subindeks IPTIK
8
.id
6 7,22 6,94
6,23 6,26 Akses & Infrastruktur
o
5,23 5,52
.g
4 Penggunaan
ps
Keahlian
2
.b
w
0
w
2018 2019
//w
s:
tp
IP-TIK
4,83
4,38
10
2018 2019
8
Subindeks IPTIK
6
5,75 5,84 Akses & Infrastruktur
5,00 5,28
4 Penggunaan
3,88
3,09 Keahlian
2
0
2018 2019
3,77 4,15
10 2018 2019
8 Subindeks IPTIK
6
.id
Akses & Infrastruktur
5,50 5,65
4 4,89
o
4,44 Penggunaan
2 .g Keahlian
ps
2,67
2,24
.b
0
w
2018 2019
w
//w
KALIMANTAN BARAT
s:
IP-TIK
tp
ht
4,48 4,74
2018 2019
10
8 Subindeks IPTIK
0
2018 2019
IPTIK
4,92 5,21
2018 2019
10
.id
8 Subindeks IPTIK
o
6
.g
ps
5,45 5,60 5,64 5,65 Akses & Infrastruktur
4
.b
4,55 Penggunaan
4,06
w
2 Keahlian
w
//w
0
2018 2019
s:
tp
5,23 5,38
10
2018 2019
8 Subindeks IPTIK
6
Akses & Infrastruktur
5,82 5,44 5,77 5,51
4 4,53 4,91 Penggunaan
Keahlian
2
0
2018 2019
6,14 6,26
2018 2019
10
Subindeks IPTIK
8
.id
Akses & Infrastruktur
6 6,77 6,87
o
6,45 6,53
Penggunaan
5,52
.g
4 5,37
Keahlian
ps
2
.b
0
w
2018 2019
w
//w
KALIMANTAN UTARA
s:
tp
ht
IP-TIK
5,76 5,90
10
2018 2019
Subindeks IPTIK
8
0
2018 2019
IP-TIK
5,33 5,35
2018 2019
10
.id
Subindeks IPTIK
8
o
Akses & Infrastruktur
.g
6
5,73 6,10 6,20
5,69
ps
4 Penggunaan
4,55 4,58
Keahlian
.b
2
w
0
w
2018 2019
//w
SULAWESI TENGAH
s:
tp
IP-TIK
ht
4,51 4,77
10 2018 2019
8 Subindeks IPTIK
6 Akses & Infrastruktur
6,22 6,22
4 5,38 Penggunaan
4,97
3,45 Keahlian
2 3,20
0
2018 2019
IP-TIK
5,10 5,22
2018 2019
10
.id
8
Subindeks IPTIK
o
.g
6
6,02 6,17
5,66 5,68 Akses & Infrastruktur
ps
4
4,07 4,28 Penggunaan
.b
2
Keahlian
w
0
w
2018 2019
//w
SULAWESI TENGGARA
s:
IP-TIK
tp
ht
4,83 5,16
2018 2019
10
8 Subindeks IPTIK
6 Akses & Infrastruktur
6,35 6,43
5,33 5,64 Penggunaan
4
3,58 4,04 Keahlian
2
0
2018 2019
IP-TIK
4,75 4,96
2018 2019
10
.id
8
Subindeks IPTIK
o
6 Akses & Infrastruktur
5,62 5,45 .g 5,78 Penggunaan
ps
4 5,22
3,84 4,07 Keahlian
.b
2
w
0
w
2018 2019
//w
SULAWESI BARAT
s:
tp
IP-TIK
ht
4,14 4,36
2018 2019
10
Subindeks IPTIK
8
0
2018 2019
IP-TIK
4,68 4,77
2018 2019
.id
10
Subindeks IPTIK
o
8
6 .g Akses & Infrastruktur
ps
6,81 6,89
4 5,07 5,25 Penggunaan
.b
0
2018 2019
//w
s:
MALUKU UTARA
tp
ht
IP-TIK
4,24 4,34
2018 2019
10
8 Subindeks IPTIK
Akses & Infrastruktur
6
6,41 6,51 Penggunaan
4 4,79
4,70
Keahlian
2 2,79
2,71
0
2018 2019
IP-TIK
5,07 5,19
10
2018 2019
Subindeks IPTIK
.id
8
o
6 Akses & Infrastruktur
6,35 6,41
4 5,46 5,60
.g Penggunaan
ps
4,04 4,17 Keahlian
2
.b
w
0
w
2018 2019
//w
PAPUA
s:
tp
ht
IP-TIK
3,30 3,33
2018 2019
10
8
Subindeks IPTIK
6 Akses & Infrastruktur
Penggunaan
4 4,68 4,79
3,76 3,82 Keahlian
2
2,15 2,10
0
2018 2019
Bab III
Disparitas Pembangunan
o .id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
.id
Gambar 21 terlihat bahwa dalam dua tahun terakhir, disparitas pembangunan
o
TIK antarprovinsi semakin meningkat yang ditunjukkan dari semakin lebarnya
.g
ps
jarak antara provinsi dengan IP-TIK tertinggi dan IP-TIK terendah, yaitu 3,85 di
.b
Gambar 21. Selisih Nilai Tertinggi dan Terendah IP-TIK Provinsi, 2018-2019
//w
4,2
s:
tp
4,0
ht
3,99
3,8
3,85
3,6
3,4
3,2
3,0
2018 2019
2018 ke tahun 2019, yaitu 4,57 menjadi 4,88. Sedangkan disparitas subindeks
keahlian secara umum memiliki kecenderungan menurun, yaitu dari 2,76 di tahun
2018 menjadi 2,70 di tahun 2019. Adapun perbandingan disparitas antara ketiga
subindeks menunjukkan bahwa subindeks keahlian memiliki disparitas terkecil di
antara ketiga subindeks penyusun IP-TIK.
Gambar 22. Selisih Nilai Tertinggi dan Terendah Subindeks Penyusun IP-TIK
Provinsi, 2018-2019
.id
Disparitas Subindeks Akses dan Disparitas Subindeks Penggunaan
Infrastruktur
o
.g
ps
5,00 4,88
5,00
4,57
.b
4,50 4,50
w
4,15 4,21
w
4,00 4,00
//w
3,50 3,50
s:
tp
3,00 3,00
ht
2,50 2,50
2018 2019 2018 2019
5,00
4,50
4,00
3,50
2,50
2018 2019
.id
Ketiga indikator ini bersumber dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), BPS
o
yang dilaksanakan setiap tahun.
.g
ps
Rumah Tangga dengan Komputer
.b
manusia. Komputer tidak hanya berupa komputer desktop, tetapi juga termasuk
//w
laptop dan tablet. Secara umum, pada tahun 2019 rumah tangga yang memiliki
s:
komputer sebesar 18,78 persen dari seluruh rumah tangga di Indonesia. Jika dilihat
tp
daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan. Hal ini ditunjukkan
oleh persentase yang berada di atas 25 persen selama empat tahun terakhir di
30
0
2016 2017 2018 2019
tahun yang dapat dilihat pada Gambar 24. Namun dapat terlihat bahwa daerah
perdesaan dengan berbagai keterbatasannya masih mengalami kendala dalam
mengakses internet. Penggunaan internet rumah tangga daerah perkotaan di tahun
angka 61,24 persen. Kebijakan penyediaan akses internet hingga merata ke pelosok
daerah terus dilakukan sehingga seluruh masyarakat memperoleh akses terhadap
.id
informasi yang merata.
o
Lebih lanjut lagi, secara individu penetrasi internet di Indonesia juga terus
.g
ps
mengalami peningkatan. Sama halnya dengan rumah tangga, terdapat kesenjangan
.b
masih terjadi. Di tahun 2019, terdapat sembilan provinsi dengan penetrasi internet
ht
lebih dari 50 persen yaitu DKI Jakarta, Kepulauan Riau, D.I. Yogyakarta, Kalimantan
Timur, Banten, Kalimantan Utara, Bali, Jawa Barat, dan Kalimantan Selatan.
Sementara penetrasi internet di Provinsi Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, dan
90 83,57
78,08
80
70,89 73,75
66,22
70
61,88
57,33
60
47,22
50
40
30 61,24
.id
51,9
20 41,99
o
31,79
10
.g
ps
0
.b
60
53,53
50,92
50
43,36
47,69
40 35,86
39,9
30
32,34
20 25,37
30,81
26,56
10 19,87
14,23
0
2016 2017 2018 2019
.id
Jawa Tengah 47,74
Indonesia
o
Jawa Timur 47,1
47,69
Sulawesi Utara
.g46,73
ps
Kalimantan Tengah 46,73
.b
Riau 44,97
w
Gorontalo 41,78
ht
yang sama.
Pada bagian ini ditunjukkan hasil scatter plot antara gini ratio 2019
(September) dan IP-TIK 2019 pada 34 provinsi di Indonesia. Scatter plot ini untuk
.id
menunjukkan kelompok-kelompok provinsi berdasarkan pembangunan TIK dan
o
.g
ketimpangan pendapatannya yang diukur melalui gini ratio.
ps
Kuadran I merupakan kelompok provinsi dengan pembangunan TIK yang relatif
.b
Gambar 27. Scatter Plot IP-TIK Provinsi dan Gini Ratio, 2019
II I
o .id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
III IV
ht
o .id
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Nilai IPTIK
Provinsi
2018 2019
(1) (2) (3)
11 Aceh 4,66 4,89
12 Sumatera Utara 4,94 5,19
13 Sumatera Barat 5,12 5,24
14 Riau 5,25 5,33
15 Jambi 4,91 5,16
16 Sumatera Selatan 4,81 4,90
17 Bengkulu 4,88 5,20
18 Lampung 4,50 4,82
.id
19 Kep. Bangka Belitung 4,89 5,24
o
21 Kepulauan Riau 6,14 6,39
31 DKI Jakarta
.g 7,14 7,31
ps
32 Jawa Barat 5,63 5,86
33 Jawa Tengah 5,17 5,50
.b
.id
19 Kepulauan Bangka Belitung 5,57 5,85
o
21 Kepulauan Riau 6,80 7,03
31 DKI Jakarta
.g
7,90 8,03
ps
32 Jawa Barat 6,33 6,52
33 Jawa Tengah 5,97 6,18
.b
.id
19 Kepulauan Bangka Belitung 4,12 4,65
21 Kepulauan Riau 5,46 5,91
o
31 DKI Jakarta 6,73 6,99
32 Jawa Barat .g 5,00 5,34
ps
33 Jawa Tengah 4,26 4,83
.b
.id
19 Kepulauan Bangka Belitung 5,07 5,19
21 Kepulauan Riau 6,16 6,08
o
31 DKI Jakarta 6,47 6,53
32 Jawa Barat .g
5,50 5,57
ps
33 Jawa Tengah 5,38 5,46
.b