Anda di halaman 1dari 135

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT)

FUNGSIONAL DI SLB NEGERI 1 LIMA KAUM

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Penyelesaian Studi (S-1)


pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

Oleh

TASYA TSALSABILLAH
NIM 1930103093

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS
BATUSANGKAR
1444 H/2023 M
EVALUATION OF FUNCTIONAL EDUCATION AND TRAINING
PROGRAM AT SLB NEGERI 1 LIMA KAUM

THESIS

Written as a Requirement for Study Completion (S-1)


in the Islamic Education Management Study Program

By :

TASYA TSALSABILLAH
Reg: 1930103093

ISLAMIC EDUCATION MANAGEMENT STUDY PROGRAM


FACULTY OF TARBIYAH AND TEACHER SCIENCES
MAHMUD YUNUS STATE ISLAMIC UNIVERSITY
STONES
1444 AH/2023 AD

i
‫ليما كاوم ‪ SLB NEGERI 1‬تقييم التعليم الوظيفي وبرنامج التدريب في‬

‫ُأطُروَح ة‬

‫‪ S-1‬مكتوب كمتطلب إلكمال الدراسة‬


‫في برنامج دراسة إدارة التربية اإلسالمية‬

‫بواسطة‬

‫‪TASYA TSALSABILLAH‬‬
‫نيم ‪1930103093:‬‬

‫برنامج دراسة إدارة التعليم اإلسالمي‬


‫كلية التربية وعلوم التربية‬
‫جامعة محمود يونس اإلسالمية‬
‫الحجارة‬
‫هـ ‪ 2023 /‬م ‪1444‬‬

‫‪ii‬‬
iii
BIODATA PENULIS

iv
IDENTITAS LENGKAP

Nama Mahasiswa : Tasya Tsalsabillah

Tempat/Tanggal Lahir : Sungai Duo/ 03 Januari 1999

NIM : 1930103093

Jurusan : Manajemen Pendidikan Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Alamat Rumah : Sungai Duo, Sitiung 1, Dharmasraya

Nomor Hp : 085271699507

E-mail : tasya.tsalsabillah@gmail.com

PENDIDIKAN

SD : SDN 13 Sitiung

SMP : MTSS Darussalam

SMA : SMAN 1 Sitiung

NAMA ORANG TUA

Ayah : Darul Ilmi

Ibu : Efrita

v
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirobbil a’lamin, puji syukur penulis ucapkan atas
kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
nikmat kepada penulis. Sehingga, penulis mampu menyelesaikan tugas
akhir ini dengan judul “Pelaksanaan Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dalam Pendidikan Multikultural di SMPN 4 Gunung Talang”.
Shalawat beriringkan salam tak lupa pula hadiahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang merupakan suri tauladan bagi seluruh umat
manusia.
Penulisan skripsi merupakan bentuk tugas akhir yang diselesaikan
oleh penulis untuk menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen
Pendidikan Universitas Islam Negeri (UIN) Mahmud Yunus Batusangkar.
Banyak rintangan, tantangan dan perjuangan yang harus dilewati oleh
penulis. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Marjoni Imamora, M.Sc selaku Rektor UIN
Mahmud Yunus Batusangkar yang telah memberikan kesempatan
bagi penulis untuk menyelesaikan perkuliahan dan penyelesaian
skripsi.
2. Ibu Prof. Dr. Suswati Hendriani, M.Pd, M.Pd selaku Dekan
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Mahmud Yunus
Batusangkar, yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk
menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi.
3. Ibu Husnani, S.Pd.I, M.Pd.I selaku Ketua Program Studi
Manajemen Pendidikan Islam yang telah memberikan arahan dan
saran kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi.
4. Bapak Drs. Hafulyon, M.M selaku Pembimbing Skripsi dan
Penasehat Akademik yang selalu memberikan arahan, bimbingan,
dan motivasi kepada penulis.

i
5. Kepala sekolah Ramsidah, S.Pd yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian di skripsi ini.
6. Kepada wakil kurikulum, dan guru-guru serta bagian tanaga pendidik
yang ada di SLB Negeri 1 lima Kaum yang membantu dan
melancarkan pelaksanaan di skripsi ini
7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Manajemen Pendidikan Islam
yang telah mengarahkan, membimbing dan memotivasi pada setiap
pertemuan di perkuliahan.
8. Orang tua penulis Ayah (Darul Ilmu), Ibu (Efrita) yang tiada hentinya
memberikan dukungan moril maupun material, serta selalu
memberikan motivasi, selalu tiada henti mendo’akan penulis dan
selalu mencurahkan kasih sayang, serta tidak hentinya memberikan
dukungan dan tidak menuntut apapun kepada penulis sehingga
menjadi sebuah kekuatan bagi penulis untuk dapat menyelesaikan
skripsi ini.
9. Selanjutnya kepada keluarga penulis yaitunya Iga Darul Darmeydi
(Abang), Ranggo Setya Darminta (Abang), Andini Almu Arifah
(Adek), Apri Yayat Susendi (Sepupu), Febri Yeyen Susema
(Sepupu), Sulastri (Makwo), Muslim Abbas (Pakwo) serta Romlah
(Nenek) memberikan dukungan moril, material serta mendo’akan dan
memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Keluarga besar Manajemen Pendidikan Islam khususnya teman-
teman seperjuangan seangkatan 2019 yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu yang ikut serta memberikan dukungan dan
menjadi semangat dalam mengejarkan skripsi ini
11. Kemudian kepada teman-teman penulis yaitunya Ranti Maulida Wati,
Dhea Yuliani, Teza Suspela, Rahmi Nabila yang ikut serta
memberikan dukungan secara langsung dan tidak langsung kepada
penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

ii
Akhirnya kepada Allah penulis berserah diri, memohon ampunan,
motivasi dan bimbingan serta nasehat dari berbagai pihak menjadi amal
ibadah yang ikhlas hendaknya dan diberikan balasan oleh-Nya, semua.
Aamiin.
Wassalamu’alaikum\
Batusangkar, Agustus 2023
Penulis

Tasya Tsalsabillah
NIM.1930103093

iii
ABSTRAK

TASYA TSALSABILLAH. NIM 1930103093 Judul Skripsi: “Evaluasi


Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) di SLB Negeri 1 Lima Kaum.
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Mahmud Yunus Batusangkar 2023.
Pokok permasalahan dalam skripsi ini ialah di SLB Negeri 1 Lima Kaum
dalam diklat fungsional di sekolah tersebut, sebagaimana yang peneliti lihat
bahwasanya dalam pelaksanaan diklat fungsional dapat dikatakan sudah baik. Hal
ini dibuktikan dengan pencapaian pendidik dalam proses pembelajaran yang lebih
terarah, dimana setelah dilaksanakan diklat tentu diharapkan pendidik dapat
meningkatkan keterampilan serta ilmu pengetahuan yang telah didapatkan saat
kegiatan diklat fungsional. Dari hasil diklat fungsional yang didapat pendidik
mampu memberikan keterampilan dan ilmu baru yang didapat selama diklat
fungsional dilaksanakan agar proses pembelajaran berlangsung kondusif dan lebih
terarah. Maka dari itu peneliti ingin mendeskripsikan bagaimana bentuk evaluasi
program pendidikan dan pelatihan (Diklat) di SLB Negeri 1 Lima Kaum.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan evaluasi program pendidikan dan
pelatihan (Diklat) di SLB Negeri 1 Lima Kaum.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian evaluasi dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dan metode formatif yang bertempat di SLB
Negeri 1 Lima Kaum. Sumber data dalam penelitian adalah kepala sekolah, wakil
kurikulum, guru SD dan guru SMP di SLB Negeri 1 Lima Kaum. Teknik
pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah melalui observasi, wawancara
dan dokumentasi. Teknik analisis yang penulis gunakan menurut Miles dan
Huberman. Kebasahan data yang digunakan adalah triangulasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan
bahwasanya bentuk evaluasi program pendidikan dan pelatihan (Diklat) yang
dilaksanakan di SLB Negeri 1 Lima Kaum adalah model evaluasi program
formatif dimana dalam model evaluasi program formatif ini panitia termasuk
kepala sekolah sebagai penanggung jawab evaluator memberikan penilaian yang
dipersiapkan oleh pendidik sendiri yaitunya instrument dalam kegiatan supervisi.
Dalam kegiatan supervisi ini pendidik akan dinilai ilmu yang diterapkan dalam
proses pembelajaran, dan pendidik yang dinilai akan mempersentasikan ilmu yang
didapat selama kegiatan diklat fungsional yang dilaksanakan. Evaluasi program
diklat fungsional dilakukan agar kegiatan diklat fungsional dapat berlangsung
lebih baik kedepannya.
Kata Kunci: Evaluasi Program, Diklat fungsional

iv
ABSTRACT
TASYA TSALSABILLAH. NIM 1930103093 Thesis title: “Evaluation
of the Education and Training Program (Training) at SLB Negeri 1 Lima
Kaum”. Department of Islamic Education Management, Faculty of Tarbiyah and
Teaching Science, State Islamic University (UIN) Mahmud Yunus Batusangkar
2023.
The main problem in this thesis is that in SLB Negeri 1 Lima Kaum in
functional training at the school, as the researchers see, the implementation of
functional training can be said to be good. This is evidenced by the achievement
of educators in a more focused learning process, where after the training is carried
out, it is hoped that educators can improve the skills and knowledge that have
been obtained during functional training activities. From the results of functional
training, educators are able to provide new skills and knowledge acquired during
functional training so that the learning process is conducive and more focused.
Therefore the researcher wants to describe how the form of evaluation of the
education and training program (Training) in SLB Negeri 1 Lima Kaum. This
study aims to describe the evaluation of the education and training program
(Training) at SLB Negeri 1 Lima Kaum.
The type of research conducted was evaluation research using a qualitative
approach and formative methods which took place at SLB Negeri 1 Lima Kaum.
Sources of data in the study were school principals, curriculum representatives,
elementary and junior high school teachers at SLB Negeri 1 Lima Kaum. Data
collection techniques that researchers use are through observation, interviews and
documentation. The analysis technique that the writer uses according to Miles and
Huberman. The wettability of the data used is triangulation.
Based on research conducted by researchers, it can be concluded that the
form of evaluation of the education and training program (Training) implemented
at SLB Negeri 1 Lima Kaum is a formative program evaluation model where in
this formative program evaluation model the committee includes the principal as
the person in charge of the evaluator providing the prepared assessment by the
educator himself, namely the instrument in supervision activities. In this
supervision activity educators will be assessed for the knowledge that is applied in
the learning process, and educators who are assessed will present the knowledge
gained during the functional training activities carried out. Evaluation of
functional training programs is carried out so that functional training activities can
take place better in the future.
Keywords: Program Evaluation, Functional Training

v
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
BIODATA PENULIS
KATA PENGANTAR i
ABSTRAK iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB I PENDAHULLUAN 1
A. Latar belakang 1
B. Fokus Penelitian 5
C. Rumusan Masalah 5
D. Tujuan Penelitian 6
E. Manfaat dan Luaran Penelitian 6
F. Definisi Istilah 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 9
A. Evaluasi 9
1. Pengertian Evaluasi 9
2. Fungsi Evaluasi 10
3. Teknik Evaluasi 12
4. Langkah-langkah Evaluasi 17
5. Rancangan Eavaluasi 19
B. Evaluasi Program 20
1. Pengertian Evaluasi Program 20
2. Proses Evaluasi Program 24
3. Tujuan Evaluasi Program 27

vi
4. Manfaat Evaluasi Program 33
5. Sasaran Evaluasi Program 33
6. Macam-Macam Evaluasi Program 33
7. Prinsip-Prinsip Evaluasi Program
8. Cakupan Evaluasi Program 45
C. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) 46
1. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan 46
2. Fungsi Pendidikan dan Pelatihan 51
3. Analisis Kebutuhan Pendidikan dan Paltihan 53
4. Tujuan dan Manfaat Pendidikan dan Pelatihan 55
5. Jenis-Jenis Pendidikan dan Pelatihan 59
6. Prinsip-Prinsip Pendidikan dan Pelatihan 61
7. Komponen Program Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan 64
8. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatiihan 66
D. Penelitian Relevan 67
BAB III METODE PENELITIAN 72
A. Jenis Penelitian 72
B. Langkah-langkah Evaluasi Formatif 72
C. Latar dan Waktu Penelitian 73
D. Instrumen Penelitian 74
E. Sumber Data 74
F. Teknik Pengumpulan Data 74
G. Teknik Analisis Data 75
H. Teknik Penjaminan Keabsahan Data 77
BAB IV TEMUAN PENELITIANN DAN PEMBAHASAN 78
A. Temuan Umum Penelitian 78
1. Profil SLB Negeri 1 Lima Kaum 78
2. Visi dan Misi SLB Negeri 1 Lima Kaum 78
3. Data Guru dan Tenaga Kependidikan SLB Negeri 1 Lima Kaum79
4. Evaluasi Program Diklat Fungsional di SLB Negeri 1 Lima Kaum79
B. Pembahasan 86

vii
BAB V PENUTUP 89
A. Kesimpulan 89
B. Saran 89
DAFTAR PUSTAKA 91
LAMPIRAN 91

viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Program Diklat Fungsional 5
Tabel 3.1 Waktu Penelitian 73
Tabel 4.1 Data Guru dan Tenaga Kependidikan SLB Negeri 1 Lima Kaum 79

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Penelitian 96

Lampiran 2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Penelitian 99

Lampiran 3 Transkip Wawancara dengan Kepala Sekolah SLB Negeri 1 Lima


Kaum 101
Lampiran 4 Transkip Wawancara dengan Wakil Kurikulum SLB Negeri 1 Lima
Kaum 103
Lampiran 5 Transkip Wawancara dengan Guru SD SLB Negeri 1 Lima Kaum105
Lampiran 6 Transkip Wawancara dengan Guru SMP SLB Negeri 1 Lima
Kaum107
Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian 109
Lampiran 8 Surat Persetujuan Pembimbing Izin Penelitian 115

Lampiran 10 Surat Telah Menyelesaikan Penelitian Yang di Keluarkan Pihak


Sekolah 116

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Setiap program pendidikan selalu diikuti dengan kegiatan evaluasi,
baik menyangkut hasil maupun terhadap proses pendidikan yang
dilakukan. Djali dan Mulyono menyatakan bahwa evaluasi sebagai proses
menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan,
kemudian diambil keputusan atas objek yang dievaluasi (Mathematics,
2016). Sumarsono mengatakan pendidikan dan pelatihan adalah faktor
yang sangat berguna bagi sumber daya manusia. Dessler menyebutkan
adalah proses kegiatan menuntun peserta didik yang ada saat ini,
kemampuan dasar yang mereka perlukan untuk melakukan pekerjaan
mereka (Kusuma, 2021). Pelatihan sumber daya manusia adalah hal yang
dilakukan dalam proses pendidikan demi kelancaran proses pembelajaran
dan akan menghasilkan kompetensi, pengetahuan bagi para komponen
pendidikan termasuk pendidik adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan
guna melancarkan proses mendidikan, karena adanya pelatihan dan
pendidikan ini tentunya akan menambah wawasan bagi pendidik itu
sendiri yang dapat dirasakan oleh diri pendidik itu, peserta didik, satuan
pendidikan, serta lingkungannya. Pelatihan sumber daya manusia
merupakan keharusan bagi setiap lembaga pendidikan, karena posisi
sumber daya manusia secara langsung tanpa pembekalan atau pelatihan
dalam pekerjaan tidak menjamin mereka akan berhasil(Elfrianto, 2016).
Evaluasi program adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi
yang digunakan untuk menentukan alternative yang tepat dalam
pengemabilan keputusan. Evaluasi program dilakukan untuk menganalisa
permasalah kegiatan yang ada baik dalam pelaksanaannya maupun dara
hasil dari setiap pelaksananya. Arikunto dan Jabar yang dikutip di Munthe
mengatakan bahwa tujuan diadakannya evaluasi program adalah untuk
mengetahui pencapaian tujuan program yang telah dilaksanakan (Munthe ,

1
2

2015). Evaluasi program dalam pendidikan merupakan salah satu


komponen yang tak kalah penting dengan proses pembelajaran. Ketika
proses pembelajaran dipandang sebagai proses perubahan tingkah laku
siswa, peran evaluasi proses pembelajaran menjadi sangat penting.
Evaluasi merupakan suatu proses untuk mengumpulkan, menganalisa dan
menginterpretasi informasi untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran oleh peseta didik. Sistem evaluasi yang baik akan mampu
memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada
gilirannya akan mampu membantu pengajar merencanakan strategi
pembelajaran. Pengertian evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai
proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (ketentuan, kegiatan,
keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek dan yang lainnya)
berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian. Untuk menentukan nilai
sesuatu dengan cara membandingkan dengan kriteria, evaluator dapat
langsung membandingkan dengan kriteria umum, dapat pula melakukan
pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian membandingkan
dengan kriteria tertentu. Dalam pengertian lain antara evaluasi,
pengukuran, dan penilaian merupakan kegiatan yang bersifat hirarki
(Magdalena dkk, 2020).
Untuk mencapai sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
tentunya ada suatu kegiatan yang didalamya mempunyai tujuan
meningkatakn kemampuan sumber daya manusia (SD) tersebut, salah
satunya melalui pelaksanaan diklat fungsioanl. Diklat fungsional adalah
suatu kegiatan yang didalamnya memantapkan keprofesionalan kinerja
dalam tugasnya bagi pendidik. Pentingnya pelaksanaan diklat ini
merupakan upaya meningkatkan kualitas kinerja bagi pendidik agar dapat
mencapai tujuan lembaga pendidikan. Semua organisasi mempunyai
kewajiban untuk senantiasa meningkatkan kemampuannya dalam
melaksanakan kewajibannya, baik di organisasi swata ataupun pemerintah
yang berperan sebagai pejabat tinggi pemerintah. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan oleh organisasi untuk mencapai hal tersebut dengan
3

melibatkan pegawai dalam pendidikan dan pelatihan. Sehingga setiap


organisasi dianjurkan untuk melaksanakan program dalam pendidikan dan
pengembangan untuk mengefektifkan operasional guna mengoptimalkan
hasil kerja karyawan yang memberikan kontribusi terbaik.
Diklat merupakan upaya pengembangan Sumber Daya (Manusia).
Khususnya untuk mengembangkan keterampilan dan karakter manusia.
Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam pelatihan
pegawai maka diperlukam program pendidikan dan pelatihan yang
didasarkan pada analisis jabatan agar dapat diketahui tujuan dari
pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh pegawai. PP Nomor 101
Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri
Sipil Pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa “Diklat PNS adalah proses
penyelengaraan belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Ciri yang konkrit dari program pendidikan
dan pelatihan dalam peningkatan mutu untuk kerja personil selalu
berkembang, karena kebutuhan organisasi kerja dan masyarakat sealu
berubah. Kekuatan potensial yang dapat menimbulkan perubahan adalah
yang saling berkaitan. Pelatihan dan pengembangan SDM menjadi suatu
keniscayaan bagi organisasi, karena penempatan karyawan secara
langsung dalam pekerjaan tidak menjamin mereka akan berhasil.
Karyawan baru sering merasa tidak pasti tentang pernana dan tanggung
jawab mereka. Permintaan pekerjaan dan kasitasi karyawan haruslah
seimbang melalui program orientasi dan pelatihan. Keduanya sangat
dibutuhkan, sekali para karyawan telah dilatih dan telah menguasai
tanggung jawab mereka dimana depan. Ada kecendrungan yang terys
terjadi, yaitu semakin beragamnya karyawan dengan organiasi yang lebih
datar, dan persaingan global yang meningkat, upaya pelatihan dan
pengembangan dapat menyebabkan karyawan mampu mengembangkan
tugas kewajiban dan tanggung jawabnya yang lebih besar.
Pengembangan sumber daya aparatu juga dirancang untuk
memastikan aparatur-aparatur yang kompeten yang dimudah diatur unttuk
4

suatu instansi pemerintah dalam geraknya di masa depan sebagaimana


diatur dalam pasal 28 ayat b dan c UU RI No. 5 tahun 2014 Tentang
Aparatur Sipil Negera (ASN) yang mewujudkan ASN yang
berpengalaman, berkemampuan, sejahtera, dan berfungsi sebagai perekat
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejalan dengan tuntutan
profesionalisme aparatur, badan pendidikan dan pelatihan sebagai unsur
penunjang bagi lembaga pendidikan. Keberhasilan suatu organisasi dalam
menjalankan tugas dan fungsinya sangat ditentukan oleh adanya sumber
daya manusia, yakni sumber daya pendidik yang berkualitas sebagai
penggerak roda organisasi yang berpengaruh langsung terhadap kinerja
organisasi (Gudiño León. et al., 2021)
Pelaksanaan diklat fungsional adalah pengaplikasian suatu kegiatan
yang struktural didalam suatu lembaga pendidikan yang mempunyai peran
dalam meningkatkan kemampuan, keterampilan, keahlian sesuai bidang
dan tanggung jawab yang diemban oleh seorang pegawai atau pendidik.
Diklat fungsional adalah usaha dalam meningkatkan kompetensi pendidik
dan juga memantapkan dalam sikap, pengetahuan, nilai, wawasan juga
keterampilan yang sesuai dengan pekerjaan pendidik dan bagi pendidik
dapat bermanfaat dalam melaksanakan tugasnya (Sholeh, 2020). Diklat
fungsional adalah suatu kegiatan bagi pendidik untuk mengambangkan
karir, kinerja, kompetensi, ilmu pengetahuan yang nantinya akan
bermanfaat bagi masa depan, kehidupan dan lingkungan yang akan
memberikan manfaat kepada pendidik sendiri, siswa.
Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan peneliti dengan
kepala sekolah yaitu ibuk Ramsidah, S.pd serta beberapa guru di SLB
Negeri 1 Lima Kaum pada tanggal 29 Januari 2023 bahwa guru dalam
kurun 3 tahun terakhir selalu rutin melaksanakan diklat dengan satuan
pendidikannya. Dalam diklat fungsional di sekolah tersebut sebagaimana
yang peneliti lihat bahwasanya dalam diklat fungsional dapat dikatakan
sudah baik. Hal ini dibuktikan dengan pencapaian pendidik dalam proses
pembelajaran yang lebih terarah, dimana setelah dilaksanakan diklat tentu
5

diharapkan pendidik dapat mengimplementasikan keterampilan serta ilmu


pengetahuan yang telah didapatkan saat kegiatan diklat fungsional. Sesuai
yang disampaikan oleh ibuk Yurnalis, S.Pd saat wawancara awal bahwa
dengan adanya diklat fungsional ini, guru dapat ilmu dan pengetahuan
serta guru dapat panduan dalam mengajar yang lebih terarah.
Sebut saja di SLB Negeri 1 Lima Kaum melaksanakan diklat
fungsional 2 diantaranya yaitu mengenai Implementasi Kurikulum
Merdeka dan Wawasan Pancasila. Dari hasil diklat fungsional yang
didapat pendidik mampu memberikan keterampilan dan ilmu baru yang
didapat selama diklat fungsional dilaksanakan agar proses pembelajaran
berlangsung kondusif dan lebih terarah.
Tabel 1.1
Program Diklat

No Tema Diklat Waktu


1. Implementasi Kurikulum 3-7 Agustus 2022
Merdeka
2. Wawasan Pancasila 22 dan 29 Agustus 2020
Dapat dilihat dari table 1.1 di atas bahwa pendidik melaksanakan
diklat.
Sehubung dengan ini peneliti tertarik untuk mengangkat judul
tentang “Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
Fungsional di SLB Negeri 1 Lima Kaum”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas maka fokus penelitian dalam
penelitian adalah eveluasi program pendidikan dan palatihan (diklat)
terhadap pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (diklat) fungsional di slb
negeri 1 lima kaum
C. Rumusan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan dapat mencapai tujuan sebagaimana
yang diharapkan, maka pertanyaan penelitian ini yaiu
6

1. Bagaimana evaluasi perencanaan program diklat fungsional di SLB


Negeri 1 Lima Kaum?
2. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi program diklat fungsional di
SLB Negeri 1 Lima Kaum?
3. Bagaimana hasil evaluasi program diklat fungsional di SLB Negeri 1
Lima Kaum?
4. Bagaimana dampak terhadap pengembangan kompetensi guru setelah
mengikuti pelaksanaan diklat fungsional di SLB Negeri 1 Lima Kaum?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini untuk:
1. Untuk menjelaskan evaluasi perencanaan program diklat fungsional di
SLB Negeri 1 Lima Kaum
2. Untuk menjelaskan proses pelaksanaan evaluasi program diklat
fungsional di SLB Negeri 1 Lima Kaum
3. Untuk menjelaskan hasil evaluasi program diklat fungsional di SLB
Negeri 1 Lima Kaum
4. Untuk menjelaskan dampak terhadap pengembangan kompetensi guru
setelah mengikuti pelaksanaan diklat fungsional di SLB Negeri 1 Lima
Kaum
E. Manfaat dan Luaran Penelitian
Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk ilmu Manajemen, menambah kepustakaan pengetahuann
tentang evaluasi program pendidikan dan pelatihan (Diklat)
terhadap pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (Diklat)
b. Bagi penulis, dapat mengemukakan permasalahan dalam evaluasi
program pendidikan dan pelatihan (Diklat) terhadap pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan (Diklat)
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pendidik sebagai acuan dalam menjalankan proses pendidik
yang mengabdi di Sekolah Luar Biasa
7

b. Bagi pemerintah, sebagai acuan penyelengaraan pendidikan dalam


bentuk evaluasi program terhadap pelaksanaan diklat fungsional
3. Luaran Penelitian
Target yang ingin dicapai dari temuan penelitian ini yaitu diterbitkan
sebagai artikel dalam jurnal ilmiah dan sebagai rujukan yang dapat
diterapkan di Perpustakaan UIN Mahmud Yunus Batusangkar.
F. Definisi Istilah
Menurut Aderson dalam Winarto secara umum evaluasi program
dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian
kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak
pelaksanaan kebijakan tersebut (Sholeh, 2020). Dari pengertian di atas
dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan yang didalamnya
mencakup penilaian serta mengkoreksi kembali kegiatan yang telah
dilaksanakan.
Adapun indikator atau kriteria evaluasi yang dikembangkan oleh
William Dunn antara lain
1. Efektifitas adalah hasil yang diinginkan telah tercapai
2. Kecukupan adalah sejauh mana hasil yang diperoleh dapat memecahkan
masalah
3. Penerapan adalah biaya dan manfaat dapat disalurkan dan
dikembangkan kepada masyarakat (William Dunn, 2015)
Adapun efektifitas adalah hasil yang ingin dicapai dalam suatu
program evaluasi, kemudian kecukupan dalam evaluasi program adalah
hasil yang didapat serta dikembangkan untuk memecahkan suatu
permasalah yang ada, selanjutnya penerapan adalah suatu hal yang
didapat dan bermanfaat untuk dapat diterima baik dan dikembangkan
kepada lingkungan dan sumber daya manusia.
Diklat Fungsional adalah suatu kegiatan mengasah ilmu
pengetahuan, kehalian, kemampuan seorang karyawan dalam
melaksanakan tugas yang diembannya agar menjadi pendidik yang lebih
8

baik dan bermanfaat serta komtepeten dalam bidangnya agar dapat


mengahsilkan peserta didik yang berkualitas.
Adapun indikator diklat fungsional menurut Ambar T Sulistiyani
dan Rosidah adalah
1. Kebutuhan pelatihan yang tujuannya adalah mengumpulkan infomasi
untuk menentukan dibutuhkan atau tidaknya program pelatihan serta
tujuannya
2. Pengembangan program pelatihan bertujuan untuk merancang
lingkungan pelatihan dan metode-metode pelatihan yang dibutuhkan
guna mencapai tujuan pelatihan
3. Evaluasi program pelatihan mempunyai tujuan untuk menguji dan
menilai apakah program pelatihan yang telah dijalni, secara efektif
mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Ambar T Sulistiyani
&Rosidah, 2009)
Kemudian kebutuhan dalam pelatihan merupakan pengumpulan
informasi mengenai persiapan dan informasi dalam pelatihan untuk
menentukan apakah program pelatihan dapat dilakukan dengan
memenuhi kriteria yang ada, kemudian pengemabngan program atau
pelaksanaan program adalah saat progam pelatihan dilaksanakan dan
kecukupan apa saja yang digunakan, selanjutnya penilaian prpgram
atau evaluasi hal ini dilakukan untuk meninjau kembali program
pelatihan yang dilaksanakan agar kedepannya menjasi lebih baik lagi.
Dalam kegiatan evaluasi program ini yang akan di evaluasi adalah
peserta yang sudah melakukan kegiatan diklat fungsional.
BA B II

KAJIAN PUSTAKA

A. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi berasal dari kata evaluation (Bahasa Ingris). Kata tersebut
diserap kedalam perbendaharaan istilah Bahasa Indonesia dengan
tujuan memepertahankan kata aslinya dengan sedikit peneysuaian lafal
mempertahankan kata aslinya dengan sedikit penyesuaian lafal
Indonesia menjadi evaluasi. Evaluasi adalah suatu upaya untuk
menentukan nilai atau jumlah dan dilakukan secara hati-hatim
betanggung jawab, menggunakan strategi dan dapat dipertanggung
jawabakan. Evaluasi merupana suatu proses untuk mengambil
keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui
penguukuran hasil belajar. Evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu
yang berharga tentang seseuatu, evelauasi merupakan suatu kegiatan
untuk mengumpulkan informasi tentang berkerjanya sesuatu yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk mementukan
alternative yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan (rica
fitriawati, 2019).
Djali dan Mulyono menyatakan bahwa evaluasi adalah sebagai
proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah
ditetapkan, kemudian diambil keputusan atas obyek yang dievaluasi.
Arikunto mengutip apa yang diakatakan Sachman bahwa evalausi
adalah sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa
kegiiatan yang direncanakan untuk mencari sesuatu yang berharga.
Seseutau yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu
program, produksi serta alternative prosedur tertentu. Karenanya
senantiasa mengiring kehidupan seseorang. Seseorang manusia yang
telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang

9
dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keiinginanya (Balai et al.,
2014).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi
adalah kegiatan yang structural yang dilakukan untuk memperoleh
hasil dan nilai yang diperlukan untuk meninjau kembali kegiatan yang
telah dilaksanakan, agar kegiatan selanjutnya dapat dilakukan secara
baik dan maksimal tentunya. Evaluasi dilaksanakan agar kegiatan pada
masa depan lebih efektif dan efisien, dari evaluasi yang dilaksanakan
organisasi atau lembaga dapat menilai hal-hal yang kurang atau perlu
dialaksanakan kedepannya. Tujuannya tentunya agar pelaksanaan
kegiatan kedepannya dapat lebih maksimal.
Evaluasi merupakan suatu proses. Artinya, dalam suatu
pelaksanaan evaluasi mustinya terdiri dari berbagai maam tindakan
yang harus dilakukan. Dengan demikian evalausi ini dilakukan bukan
hasil dari produk tetapi melainkan rangakain dari kegiatan yang sudah
dilaksanakan dan memberikan makna dan nilai terhadap yang
dievaluasi. Evaluasi adalah proses mengambil keputusan berdasarkan
hasil-hasil penilaian. Sebagai dari evalausi, penelitian evaluasi juga
berfungsi sebagai evaluasi, yaitu proses untuk mengetahui seberapa
jauh perencanaan dapat dilaksanakan, dan seberapa jauh tujuan
program tercapai. Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan
informasi tentang kerjanya sesuatu yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil
keputusan (sasnawati, 2019).
2. Fungsi Evaluasi
Fungsi evaluasi dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dari
tujuan evaluasi. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa tujuan dari
pelaksanaan evaluasi adalah untuk mengumpulkan data yang akan
menunjukkan tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam
mencapai tujuan kurikuler. Selain itu, mereka dapat digunakan oleh
pendidik dan pengawas pendidikan untuk mengukur atau menilai
11

seberapa efektif kegiatan belajar, pengalaman mengajar, dan metode


mengajar. Secara lebih rinci, fungsi evaluasi dalam pendidikan dan
pengajaran dapat dikelompokkan menjadi empat fungsi berikut
1) Menentukan kemajuan, perkembangan, dan keberhasilan
siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar
dalam jangka waktu tertentu. Selanjutnya, hasil evaluasi
dapat digunakan untuk meningkatkan metode belajar siswa
(fungsi formatif), mengisi rapor atau STTB, dan
menentukan apakah siswa akan naik kelas atau lulus dari
lembaga pendidikan tertentu (fungsi sumatif).
2) Untuk mengetahui seberapa efektif program pendidikan.
Pengajaran adalah sistem yang terdiri dari beberapa bagian
yang saling berhubungan. Komponen yang dimaksud
termasuk tujuan, materi atau bahan pengajaran, metode dan
kegiatan belajar, alat dan sumber belajar, prosedur, dan
evaluasi. Hasil evaluasi ini juga digunakan sebagai umpan
balik (feedback) untuk seluruh program untuk mengetahui
dan menilai apakah metode, alat, dan sumber belajar yang
digunakan tepat atau tidak. Hasil evaluasi ini tidak hanya
digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan peserta
didik dalam belajar, tetapi juga untuk mengevaluasi dan
menilai seluruh bagian program. Ini memungkinkan untuk
menilai apakah metode, alat, dan sumber belajar yang
digunakan tepat, apakah materi atau bahan pelajaran dan
jenis kegiatan belajar sesuai dengan perkembangan dan
kemampuan peserta didik, apakah tujuan instruksional yang
ditetapkan telah dipenuhi atau tidak.
3) Untuk keperluan bimbingan dan konseling (BK), hasil
evaluasi guru terhadap siswanya dapat digunakan sebagai
sumber data untuk guru pembimbing atau konselor sekolah,
seperti: untuk menentukan kemampuan dan kelemahan
12

peserta didik, untuk menentukan kebutuhan remedial


seseorang atau sekelompok peserta didik, untuk menangani
kasus-kasus tertentu pada pesantren.
4) untuk tujuan mengembangkan dan meningkatkan
kurikulum sekolah yang relevan. Seorang guru yang
dinamis tidak hanya mengikuti kurikulum, tetapi juga
mencari dan memilih materi yang sesuai dengan kondisi
peserta didik, situasi lingkungan, dan perkembangan
masyarakat. Guru dinamis tidak akan mengikuti materi
kurikulum yang dianggap tidak sesuai lagi dengan
perkembangan perkembangan masyarakat dan kebutuhan
masyarakat akan ditinggalkannya dan diganti dengan materi
yang dianggap sesuai.
Menurut Arikunto dan Jabar (2009:21), evaluasi
program pendidikan adalah supervisi pendidikan yang
dimaksudkan secara khusus untuk lembaga secara
keseluruhan. Evaluasi program sekolah dapat dikaitkan
dengan validasi lembaga dan akreditasi. Roswati
Pentingnya Evaluasi Program di Institusi Pendidikan
(Ashiong P.Munthe) (2008:66-67) menggambarkan
manfaat evaluasi program sebagai berikut: 1) memberikan
saran tentang kelanjutan atau penghentian program, 2)
memberi tahu prosedur yang harus diperbaiki, 3) memberi
tahu stategi atau teknik yang harus dihilangkan atau diganti,
4) memberikan saran tentang apakah program yang sama
dapat diterapkan di tempat lain, dan 5) memberikan saran
tentang bagaimana dana harus dialokasikan untuk program
tersebut.
3. Teknik Evaluasi
a. Teknik Tes
13

Instrumen yang digunakan dalam teknik tes adalah soal-


soal, pertanyaan, latihan khusus, atau alat lainnya yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, bakat
(kemampuan), sikap, dan minat seseorang. Evaluasi dapat
dilakukan secara objektif atau subjektif. Tes objektif termasuk
pertanyaan pendek, uraian panjang (esai), pertanyaan lisan, dan
pemilihan pilihan ganda. Teknik ujian yang dapat digunakan guru
untuk menilai siswa sangat beragam, bergantung pada seberapa
tepat mereka digunakan. Pendidik harus mengetahui beberapa hal
jika mereka ingin menggunakan tes obyektif. Ini karena,
dibandingkan dengan tes subjektif, tes objektif sedikit lebih sulit
untuk dibuat, memakan waktu yang lebih lama, dan menghadapi
banyak siswa, antara lain. Tidak seperti tes subjektif (uraian), yang
lebih mudah digunakan, meskipun pemeriksaan tidak menutup
kemungkinan unsur subjektif penilai masuk. Jika ditinjau dari
bentuk kegunaannya untuk mengukur siswa maka tes dibedakan
menjadi 4 macam tes yaitu (Sawaluddin, 2020):
1) Tes penempatan, dibuat sebagai prates (pretest). Tujuan
utamanya adalah untuk mengetahui apakah peserta didik
telah memiliki keterampilanketerampilan yang diperlukan
untuk mengikuti suatu program belajar dan sampai di mana
peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran
(kompetensi dasar) sebagaimana yang tercantum dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mereka. Dalam
hubungan dengan tujuan yang pertama masalahnya
berkaitan dengan kesiapan siswa menghadapi program yang
baru, sedangkan untuk yang kedua berkaitan dengan
kesesuaian program pembelajaran dengan siswa
2) Tes diagnostic, digunakan untuk mengetahui kelemahan-
kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan tersebut
dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Artinya
14

adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan


siswa sehinga dapat meletakkan siswa pada tempat yang
sesuai dengan kemampuannya.
3) Tes formatif, tes yang dilakukan untuk memantau kemajuan
belajar siswa selama proses belajar berlangsung, untuk
memberikan balikan (feed back) bagi penyempurnaan
program belajar-mengajar, serta untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan,
sehingga hasil belajarmengajar menjadi lebih baik. Soal-
soal tes formatif ada yang mudah dan ada pula yang sukar,
bergantung kepada tugastugas belajar (learning tasks)
dalam program pengajaran yang akan dinilai. Tujuan utama
tes formatif adalah untuk memperbaiki proses belajar,
bukan untuk menentukan tingkat kemampuan anak. Tes
formatif sesungguhnya merupakan criterion-referenced test.
Tes formatif yang diberikan pada akhir satuan pelajaran
sesungguhnya bukan sebagai tes formatif lagi, sebab data-
data yang diperoleh akhirnya digunakan untuk menentukan
tingkat hasil belajar siswa. Tes tersebut lebih tepat disebut
sebagai subtes sumatif. Jika dimaksudkan untuk perbaikan
proses belajar, maka maksud itu baru terlaksana pada
jangka panjang, yaitu pada saat penyusunan program tahun
berikutnya.
4) Tes sumatif, diberikan saat satuan pengalaman belajar
dianggap telah selesai. Tes sumatif diberikan dengan
maksud untuk menetapkan apakah seorang siswa berhasil
mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan
atau tidak. Tujuan tes sumatif adalah untuk menentukan
angka berdasarkan tingkatan hasil belajar siswa yang
selanjutnya dipakai sebagai angka rapor. Ujian akhir dan
ulangan umum pada akhir caturwulan atau semester
15

termasuk ke dalam tes sumatif. Hasil tes sumatif jga dapat


dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran. Tes
sumatif termasuk norm-referenced test. Cakupan materinya
lebih luas dan soal-soalnya meliputi tingkat mudah, sedang,
dan sulit. Setelah selesai menjelaskan tes ditinjau dari segi
kegunaannya maka selanjutnya adalah menjelaskan bentuk-
bentuk teknik tes tersebut.
b. Teknik Nontes
Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dengan teknik
nontes dilakukan bukan dengan cara menguji peserta didik
tersebut, tetapi dilakukan dengan cara mengamati secara sistematis
(observation), melakukan wawancara (interview), menyebarkan
angket (quistionnaire), dan memeriksa atau meniliti dokumen-
dokumen (documentary analysis). Hal ini berbeda dengan evaluasi
menggunakan teknik tes yang lebih menitikberatkan pada penilaian
terhadap hasil belajar peserta didik dari segi ranah kognitif.
Evaluasi dengan teknik nontes ini lebih berfokus kepada penilaian
terhadap hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap dan ranah
keterampilan (psychomotoric domain) (Anas Sudijono: 76). Ini
berbeda dengan teknik tes yang penggunaannya lebih tepat untuk
mengukur kognitif peserta didik. Teknik nontes lebih tepat
digunakan untuk mengukur afektif (pengamalaan) dan
psikomotorik (pengaplikasian) peserta didik terhadap ilmu yang
didapatkan.
Untuk menghindari kesalahan dalam membuat kesimpulan
saat mengevaluasi peserta didik, pendidik juga harus menggunakan
teknik yang sesuai. Hal ini karena, jika pendidik ingin mengetahui
apakah peserta didiknya dapat melakukan gerakan salat dengan
benar, tetapi ujian yang diberikan adalah tes tertulis, maka
pendidik tidak akan mendapatkan informasi yang diinginkan dan
16

hasilnya akan menjadi kesimpulan yang salah. Berikut adalah


beberapa teknik evaluasi non-tes :
1) Observasi, menurut Sawaluddin (2020), observasi adalah
suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis,
logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena,
baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi
buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam evaluasi
pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai
proses dan hasil belajar peserta didik, seperti tingkah laku
peserta didik pada waktu guru Pendidikan Agama Islam
menyampaikan pelajaran di kelas, tingkah laku peserta
didik pada jam-jam istirahat atau pada saat terjadinya
kekosongan pelajaran, pada saat berdiskusi, mengerjakan
tugas dan lain-lain. Selain itu juga dapat digunakan untuk
menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas,
hubungan sosial sesama, hubungan sosial sesama peserta
didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku
sosial lainnya.
2) Wawancara, wawancara merupakan salah satu bentuk alat
evaluasi jenis non-tes yang dilakukan melalui percakapan
dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung
dengan peserta didik. Wawancara langsung adalah
wawancara yang dilakukan secara langsung antara
pewawancara dengan orang yang diwawancarai tanpa
melalui perantara. Sedangkan wawancara tidak langsung
adalah wawancara yang dilakukan melalui perantaraan
orang lain ataupun media. Kegiatan wawancara ini
bertujuan untuk memperoleh informasi secara langsung
guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi
tertentu. Disamping itu juga bertujuan untuk melengkapi
17

suatu penyelidikan ilmiah dan untuk memperoleh data agar


dapat memengaruhi situasi atau orang tertentu.
3) Skala sikap, merupakan suatu kecenderungan tingkah laku
untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan
pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-
orang maupun berupa objek-objek tertentu. Sikap mengacu
kepada perbuatan atau perilaku seseorang, tetapi tidak
berarti semua perbuatan identik dengan sikap. Perbuatan
seseorang mungkin saja bertentangan dengan sikapnya.
Dalam mengukur sikap, guru hendaknya memperhatikan
aspek kognisi, afeksi dan juga konasi. Disamping itu, guru
juga harus memilih salah satu model skala sikap, seperti
dengan menggunakan bilangan, frekuensi, kode bilangan
atau huruf, istilah-istilah yang bersifat kualitatif ataupun
yang menunjukkan status/kedudukan.
c. Teknik objektif
Tes objektif (objective test) menuntut peserta didik untuk
memilih jawaban yang benar diantara kemungkinan jawaban yang
telah disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi
pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna. Tes objektif
sangat cocok untuk menilai kemampuan peserta didik yang
menuntut proses mental yang tidak begitu tinggi seperti
kemampuan mengingat kembali, kemampuan mengenal kembali,
pengertian, dan kemampuan mengaplikasikan prinsip-prinsip. Tes
objektif terdiri atas beberapa bentuk, yaitu benar-salah, pilihan
ganda, menjodohkan, dan melengkapi atau jawaban singkat
4. Langkah-langkah Evaluasi
Sekalipun tidak selalu sama, tetapi pada umumnya para pakar
dalam bidang evaluasi pendidikan merinci kegiatan evaluasi hasil
belajar menjadi enam langkah pokok, yaitu sebagai berikut.
18

a. Membuat rencana untuk menilai hasil belajar Perencanaan


evaluasi hasil belajar biasanya terdiri dari enam jenis
kegiatan berikut ini sebelum evaluasi hasil belajar
dilakukan. Untuk melaksanakan evaluasi, buat tujuan.
Tanpa tujuan yang jelas, evaluasi menjadi tidak relevan dan
tidak berguna. Tetapkan elemen yang akan dievaluasi,
seperti kognitif, afektif, atau psikomotorik.
b. Memilih dan menentukan metode yang akan digunakan
untuk melakukan evaluasi. Misalnya, apakah akan
dilakukan dengan metode tes atau nontes. Jika metode
nontes digunakan, evaluasi dapat dilakukan dengan
pengamatan, wawancara, atau penyebaran angket.
c. Membuat instrumen untuk mengukur dan menilai hasil
belajar siswa, seperti soal tes hasil belajar (untuk menilai
hasil belajar dengan metode tes).
d. menentukan standar, standar, atau kriteria yang akan
digunakan untuk memberikan interpretasi terhadap data
hasil evaluasi. Misalnya, apakah Penilaian Beracuan
Patokan (PAP) atau Penilaian Beracuan Kelompok atau
Standar (PAN) akan digunakan?
e. Menentukan kapan dan berapa kali evaluasi hasil belajar
akan dilakukan.
Untuk menilai hasil belajar, kegiatan menghimpun data adalah
melakukan pengukuran. Ini dapat dilakukan dengan melakukan tes
(jika metode tes digunakan) atau dengan melakukan pengamatan,
wawancara, dan angket dengan menggunakan instrumen seperti rating
scale, check list, panduan wawancara, atau quistionnaire (jika metode
non-tes digunakan).
Sebelum diolah lebih lanjut, data yang telah dikumpulkan harus
disaring. Verifikasi data adalah proses penyaringan yang dikenal
sebagai penelitian data atau verifikasi data. Tujuan verifikasi data
19

adalah untuk membedakan data yang baik (yaitu data yang dapat
memberikan gambaran yang jelas tentang seseorang atau sekelompok
orang yang sedang dievaluasi) dari data yang buruk (yaitu data yang
mengaburkan gambaran yang akan diperoleh setelah data diolah)
(Fitrianti, 2018).
Mengolah dan menganalisis hasil evaluasi dilakukan dengan
maksud untuk memberikan makna terhadap data yang telah berhasil
dihimpun dalam kegiatan evaluasi. Penafsiran atau interpretasi
terhadap data hasil evaluasi belajar pada hakikatnya adalah merupakan
verbalisasi dari makna yang terkandung dalam data yang telah
mengalami pengolahan dan penganalisisan itu. Atas dasar interpretasi
terhadap data hasil evaluasi itu pada akhirnya dapat dikemukakan
kesimpulan-kesimpulan tertentu. Bertitik tolak dari data hasil evaluasi
yang telah disusun, diatur, diolah, dianalisis, dan disimpulkan sehingga
dapat diketahui apa makna yang terkandung di dalamnya. Pada
akhirnya, evaluator dapat mengambil keputusan atau merumuskan
kebijakan-kebijakan yang dipandang perlu sebagai tindak lanjut dari
kegiatan evaluasi tersebut. Oleh sebab itu, kegiatan evaluasi
memerlukan tindak lanjut yang kongkrit (Anas Sudijono dalam Fitriati,
2018)
5. Rancangan Evaluasi
Secara umum proposal terdiri dari dua bagian besar, yaitu bagian
pendahuluan dan bagian metodologi. Pendahuluan menjelaskan semua
hal termasuk penjelasan tentang program dan alasan evaluasi diadakan.
Sedangkan dalam rancangan, hal hal yang tidak menyangkut Langkah
tadi tidak dituliskan. Beberapa hal hanya dikemukakan secara singkat,
kecuali prosedur kerja yang memperlihatkan atau menunjukan
Langkah Langkah kegiatan.
Berdaarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa hal hal yang
dicantumkan dalam sebuah rancangan evaluasi, yaitu :
a) Judul kegiatan
20

b) Alasan dilaksanakannya evaluasi


c) Tujuan
d) Pertanyaan evaluasi
e) Metodologi yang digunakan
f) Prosedur kerja dan Langkah Langkah kegiatan
B. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan senagaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Evaluasi
adalah suatu kegiatan yang didalamnya menilai, mecari informasi yang
diperlukan serta meninjau kembali hal yang dirasa perlu dilaksanakan
kedepannya sesuai dengan tujuan yang diharapkan bagi setiap
organinasi atau lembaga. Menurut Joan L. Herman dan Cs Evaluator’s
Handbook dalam Farida Yusuf program adalah segala sesuatu yang
dicoba lakukan seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil
atau pengaruh. Menurut Trias teknodik yang dikutip oleh Sukardi
dikatakan bahwa program merupakan as an educational activities that
are provided on a counting based atau yang berarti program
merupakan kegiatan pendidikan yang disediakan secara rutin. Apabila
program dikaitkan dengan evaluasi program, maka dapat didefinisikan
sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan relaisasi
atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam prses yang
berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan
sekelompok orang. Maka pengertian evaluasi program menurut Ralph
Tyler adalah proses yang dapat menentukan sejauh mana tujuan
pendidikan dapat tercapai. Malcolm, Provus dalam Ferida Yusuf
mengatakan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan suatu
standar untuk mengetahui apakah adal selisih. Pendapat lain
mengatakan evaluasi program merupakan rangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan sengaja dan secara cermat untuk mengetahui tingkat
21

keterlaksanaan keberhasilan suatu program dengan cara mengetahui


efektifitas masing-masing komponennya.
Dapat disimpulkan ahwa evaluasi program dalah proses
menyimpulkan informasi akurat terhadap suatu program yang rutin
dilaksanakan dalam suatu organisasi dengan membandingkan dengan
suatu standar tertentu untuk dapat digunakan sebagai dasar atau
alternative menyusun program selanjutnya. Keberadaan evaluasi
program dalam lembaga kependidikan ini sangatr penting untuk
menilai apakah program telah terlaksana secara efektif dan efisien atau
belum . program juga digunakan sebagai acuan apakah program
tersebut akan dilanjutkan, diperbaiki, atau dihentikan. (Rahmat, 2012)
Menurut Tyler yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto dan Cepi
Safirudding Abdul Jabar menyebutkan evaluasi program adalah proses
untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan telah terealisasikan.
Selanjtnya menurut Cronbach dan Stufflebeam yang dkutup oleh
Suharsimi Arikunto dan Cai Safirudding Abdul Jabar, evalausi
Program adalah upaya meyediakan informasi yang disampaikan
kepada pengambil keputusan (Ansori, 2015).
Singkatnya, evaluasi program adalah proses pencarian, penemuan,
dan penetapan informasi yang diuraikan secara sistematis tentang
perencanaan, nilai, tujuan, keuntungan, efektifitas, dan kesesuaian
sesuatu dengan tujuan dan kriteria. Evaluasi program adalah
komponen penting dari evaluasi pendidikan secara keseluruhan.
Evaluasi program terjadi bukan hanya selama proses belajar mengajar,
tetapi juga untuk tujuan yang lebih luas, yaitu untuk program yang
diputuskan oleh pemegang kebijakan untuk memprioritaskan
pelaksanaannya, seperti program studi, atau program yang
dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat, seperti program
pembangunan lab. Evaluasi program adalah kombinasi antara teori
yang mengakomodasi tanggung jawab pengambil kebijakan dan
22

praktik penilaian, di mana evaluator mengumpulkan data sebagai bukti


untuk mendukungnya (Sitompul, 2018).
Evaluasi program tidak efektif jika hanya dilakukan pada waktu
tertentu, seperti ujian tengah semester atau akhir semester. Ini karena
evaluasi program adalah aktivitas yang dilakukan untuk mengetahui
apakah tujuan pembelajaran telah tercapai atau tidak. Dengan
melakukan evaluasi seperti ini, pendidik tidak dapat mengetahui
apakah siswa menguasai materi yang diajarkan dengan baik atau tidak.
Begitu juga dengan perkembangan belajar mereka. Jika evaluasi
program dilakukan dengan cara ini, dikhawatirkan terjadi kekeliruan
saat menilai, sehingga hasil siswa tidak sesuai dengan keadaan
sebenarnya. Meskipun siswa mengalami kemajuan dalam
pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari, ia mengalami masalah
dengan keluarga saat mengikuti ujian, yang mengganggu
konsentrasinya dan menghambatnya untuk menyelesaikan ujian
(Fitrianti, 2018).
Menurut para ahli diatas dapat disimpulakan bahwa evaluasi
program merupakan proses pengumpulan infomasi dan data yng ilmiah
yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
pengambil keputusan dalam menentukan alternative kebijakan.

Sejalan dengan pengertian terkait dengan evaluasi program, maka


evaluasi program memiliki ciri ciri dan persyaratan sebagai berikut
(Sujatmiati, 2014) :
a) Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah
kaidah yang berlaku bagi penelitian pada umumnya
b) Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti harus berpikir
secara sistematis, yaitu memandang program yang di teliti
sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dari beberapa
komponen atau unsur yang saling berkaitan satu sama lain
dalam menunjang keberhasilan kinerja dari objek yang di
evaluasi
23

c) Perlu adanya identifikasi komponen yang berkedudukan


sebagai faktor penentu bagi keberhasilan program guna
mengetahui secara rinci kondisi dari objek yang di evaluasi
d) Menggunakan standar, kriteria, atau tolak ukur sebagai
perbandingan dalam menentukan kondisi nyata dari data
yang diperoleh dan untuk mengambil kesimpulan
e) Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai
masukan atau rekomendasi bagi sebuah kebijakan atau
rencana program yang telah ditentukan
f) Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan
kondisi nyata secara rinci, maka perlu ada identifikasi
komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi
subkomponen, sampai pada indicator dari program yang di
evaluasi
g) Standar, kriteria, atau tolak ukur diterapkan pada indicator,
yaitu bagian paling kecil dari program agar daapt dengan
cermat diketahui letak kelemahan dari proses kegiatan
h) Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah
rekomendasi secara rinci dan akurat sehingga dapat
ditentukan tindak lanjut secara tepat
Persyaratan yang harus dipahami oleh evaluator program yang
telah dijelaskan dalam teori-teori para ahli, seorang evaluator program
juga harus memiliki kemampuan dalam melakukan proses evaluasi
program tersebut. Arikunto & Cepi (2010: 22) untuk menjadi evaluator
seseorang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Mampu melaksanakan persyaratan pertama yang harus
dipenuhi oleh evaluator adalah bahwa harus memiliki
kemampuan untuk melaksanakan evaluasi yang didikung
oleh teori dan keterampilan praktik.
b) Cermat dapat melihat celah-celah dan detail dari program
serta bagian program yang akan dievaluasi.
24

c) Objektif tidak mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadi,


agar dapat mengumpulkan data sesuai dengan keadaanya,
selanjutnya dapat mengambil kesimpulan sebagaimana
diatur oleh ketentuan yang harus diikuti.
d) Sabar dan tekun agar didalam melaksanakan tugas dimulai
dari membuat rancangan kegiatan dalam bentuk menyusun
proposal, menyusun instrumen, mengumpulkan data, dan
menyusun laporan, tidak gegabah dan tergesa-gesa.
e) Hati-hati dan bertanggung jawab yaitu melakukan
pekerjaan evaluasi dengan penuh pertimbangan, namun
apabila masih ada kekeliruan yang diperbuat berani
menanggung resiko atas segala kesalahanya.
2. Proses Evaluasi Program
Proses evaluasi program pada dasarnya berupa prosedur, tahapan-
tahapan, atau langkah-langkah yang perlu ditempuh oleh evaluator
dalam mengevaluasi keberhasilan program. Dalam proses evaluasi
program seorang supervisor dapat mempertimbangkan untuk
melakukan proses evaluasi sendiri (single process) atau bersama-sama
dengan stafnya (cooperating process). Namun, evaluasi sebagai bagian
yang esensial untuk menilai keberhasilan suatu program sebaiknya
dilakukan secara kooperatif (cooperating process) dengan
berlandaskan prinsip-prinsip supervisi yang demokratis, yaitu seluruh
staf dan pihak-pihak yang berkepentingan atau wakil wakilnya yang
representatif, dikutsertakan dan dikerahkan untuk proses evaluasi
dalam suatu wadah “musyawarah”
Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam evaluasi
program pendidikan antara lain:
a) Merumuskan tujuan evaluasi, untuk melakukan perumusan
tujuan evaluasi program pendidikan ini dapat dilakukan
dengan cara melihat kembali tujuan-tujuan umum
pendidikan dan program pendidikan yang sedang
25

dijalankan, lalu mengumpulkan pendapat secara tertulis


dari pihak-pihak yang bersangkutan, baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam rangka menentukan
kebutuhan, dan menanyakan langsung secara lisan pendapat
dari pihak-pihak yang bersangkutan mengenai kebutuhan
tersebut. Setelah data-data untuk merumuskan tujuan
evaluasi program tersebut terkumpul kemudian diperinci
dan dirumuskan secara definitif agar lebih jelas sasaran
evaluasinya.
b) Menyeleksi alat evaluasi, alat-alat evaluasi program
pendidikan banyak jenisnya, baik alat-alat yang
dikelompokkan di dalam teknik tes yang berupa soal-soal
tes, maupun alat yang dikelompokkan di dalam teknik non
tes seperti draf wawancara, instrument observasi, skala
penilaian dan lainlain.
c) Menyusun alat evaluasi, proses penyusunan alat-alat
evaluasi ini, panitia atau penyusun hendaknya mengajak
pula pihak-pihak yang berkepentingan untuk
menymbangkan ide-ide bagi perumusan itemitem
(pertanyaan/pernyataan) yang diperlukan.
d) Menerapkan alat evaluasi, alat-alat evaluasi yang telah
tersusun, diterapkan atau disebarkan kepada pihak-pihak
yang bersangkutan (boleh juga cukup samplenya saja)
untuk dijawab. Kemudian semua lembar jawaban
dikumpulkan kembali kepada panitia
e) Mengolah hasil evaluasi, hasil evaluasi perlu diolah guna
memperoleh kesimpulan. Dalam hal ini perlu dibentuk
subpanitia untuk menganalis hasil evaluasi. Pengolahan
hasil evaluasi meliputi kegiatan pemeriksaan berkas,
kemudian diseleksi kebenaran/kelayakannya
26

f) Menyimpulkan hasil evaluasi, setelah dilakukan


pengolahan hasil evaluasi maka sub panitia menyimpulkan
hasil tersebut, kesimpulan inilah yang dijadikan acuan
dalam melakukan penilaian. Nilai akhir dari evaluasi ini
kemudian dijadikan acuan dalam mem-follow up suatu
program.
g) Follow up evaluasi, agar hasil evaluasi terhadap program
pendidikan bermanfaat, perlu dipikirkan tindak lanjutnya

bahwa keberhasilan program pendidikan dipengaruhi oleh


berbagai faktor, seperti karakteristik peserta didik dan lingkungan,
tujuan program dan peralatan yang digunakan, serta prosedur dan
mekanisme pelaksanaan program. CIPP sebenarnya merupakan
singkatan dari huruf awal empat buah kata context evaluation,
input evaluation, process evaluation dan product evaluation.
Evaluasi CIPP dilakukan dengan cara evaluasi konteks (context
evaluation), evaluasi masukan (input evaluation), evaluasi proses
(process evaluation), evaluasi produk/hasil (prodect evaluation).
Adapun komponen yang terdapat dalam evaluasi program yaitu :

a) Konteks evaluasi, yaitu hal-hal yang terkait dengan proses,


baik langsung maupun tidak langsung, seperti faktor
lingkungan. Tujuan utama evaluasi konteks adalah untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan program. Dengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan program in, evaluator
akan dapat memberikan arah perbaikan yang diperlukan
b) Input evaluasi, yaitu sesuatu yang menjadi objek untuk
dikembangkan oleh program; sesuatu yang diproses di
dalam program; bahan mentah yang dimasukkan ke dalam
suatu program untuk diproses. Komponen evaluasi
masukan ini meliputi sumber daya manusia, sarana dan
27

peralatan pendukung, dana dang anggaran, dan berbagai


prosedur dan aturan yang diperlukan.
c) Proses evaluasi, yaitu kegiatan yang menunjukkan upaya
mengubah input dalam kondisi awal dan diharapkan akan
mencapai kondisi yang diharapkan dalam tujuan program.
Evaluasi proses dalam model CIPP menunjukkan pada
“apa” kegiatan yang dilakukan dalam program, “siapa”
orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab program,
dan “kapan” kegiatan akan selesai.
d) Produk evaluasi, yaitu hasil akhir yang merupakan dampak
dari bahan mentah yang telah diproses oleh program. Dari
evaluasi produk diharapkan dapat membantu pimpinan
proyek atau guru untuk membuat keputusan yang
berkenaan dengan kelanjutan, akhir, ataupun modifikasi
program. Dengan demikian evaluasi produk merupakan
penilaian yang dilakukan untuk melihat
ketercapaian/keberhasilan suatu program dalam mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap
evaluasi produk inilah seorang evaluator dapat menentukan
atau memberikan rekomendasi kepada evaluasi supaya
program dapat dilanjutkan, dikembangkan/dimodifikasi,
ataukah dihentikan.
3. Tujuan evaluasi program
Menurut Suharsimi Arikunto dan Capi Safrudding yang dikutip
oleh Rica Fitriati mengungkapkan bahwa tujuan evalausi adalah untuk
mengumpulkan informasi tentang kebijakan sesuatu yang selanjutnya
informasi terseut dipergunakan untuk menentukan alternatif yang tepat
dalam mengambil ketusan. Ada dua macam tujuan evaluasi yaitnya
tujuan umum dan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada prpgram
keseluruhan, sedangkan tujuan khusus diarahkan pada tiap komponen
(rica fitriawati, 2019).
28

Menurut Wirawan yang dikutip oleh Sasnawati tujuan evalausi


dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan sesuai objek evalausi
dengan valuasinya. Tujuan melaksanakan evalausi antara lain:
a) Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat.
Program dirancang dan dilaksanakan sebagai layanan atau
intervansi untuk menyelesaikan masalah, problem, situasi,
keadaan yang dihadapi masyarakat. Program juga
dilakukan untuk mengubah keadaan masyarakat yang
dilayani.
b) Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai dengan
recana. Setiap program yang direncanakan dengan teliti dan
pelaksanaanya harus sesuia rencana tersebut. Akan tetapi,
pada pelaksanaannya suatu program dapat menyeleweng
seperti pesawat terbang yang menggunakan sistem flying by
wire.
c) Mengukur apakah pelaksanaan program sesuai dengan
standar. Setiap program dirancang dsn dilaksanakan
berdasarkan standar tertentu.
d) Evaluasi program dapat mengidentifikasi dan meneumukan
mana dimensi program yang jalan, mana yang tidak
berjalan. Suatu evaluasi proses atau manfaat
memungkinkan manajer program manjawab berbagai
pertanyaan mengenai program.
e) Pengembangan staff program. Evaluasi dapat dipergunakan
untuk mengembangkan kemampuan staf garis depan yang
langsug menyajikan layanan kepada klien dan pra
pemangku kepentingan lainnya. Evaluasi memberikan
masukan kepada manajer program mengenai kinerja staf
dalam melayani masyarakt.
f) Memenuhi ketententuan undang-undang. Sering suatu
program dirancang dan dilaksanakan berdasarkan ketentuan
29

undang-undang untuk menyelesaikan masalah yang


dihadapi oleh masyarakat (sasnawati, 2019).

Sedangkan menurut Sudjana (2008:48) menyatakan bahwa


tujuan khusus evasluasi program terdapat 5 (5) hal yaitu:

a) Memberikan masukan bagi perencana program.


b) Menyajikan masukan bagi pengambil keputusan yang
berkaitan dengan tindak lanjut, perluasan atau penghentian
program.
c) Memberikan masukan bagi pengambil keputusan tentang
modifikasi atau perbaikan program
d) Memberikan masukan untuk kegiatan motivasi dan
pembinaan (pengawasan supervise dan monitoring) bagi
penyelenggara, pengelola, dan pelaksana program.
e) Menyajikan data tentang landasan keilmuan bagi evaluasi
program pendidikan diluar sekolah.
Menurut Anas ada 2 tujuan dari evaluasi, yaitu tujuan
umum dan khusus, sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
1) untuk mengumpulkan informasi yang akan berfungsi
sebagai bukti tentang tingkat perkembangan atau kemajuan
yang dilakukan siswa selama periode waktu tertentu dalam
proses pembelajaran. Dengan kata lain, tujuan umum
evaluasi pendidikan adalah untuk mendapatkan data yang
akan menunjukkan tingkat kemampuan dan keberhasilan
siswa dalam mencapai tujuan kurikuler setelah mereka
mengikuti proses pembelajaran.
2) untuk mengetahui seberapa efektif metode pengajaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu. Oleh karena itu, tujuan umum kedua dari evaluasi
pendidikan adalah untuk mengukur dan menilai efektivitas
30

mengajar, serta metode pendidik dan kegiatan belajar yang


dilakukan siswa.
b. Tujuan Khusus
1) untuk mendorong partisipasi siswa dalam program
pendidikan. Evaluasi sangat penting untuk mendorong
siswa untuk lebih baik.
2) Untuk mengidentifikasi dan mengidentifikasi penyebab
keberhasilan dan kegagalan siswa dalam mengikuti
program pendidikan, sehingga dapat ditemukan solusi atau
metode perbaikan (Anas Sudijono dalam Fitroanti, 2018).
Dapat dipahami bahwa ada dua tujuan evaluasi.
Yang pertama adalah untuk memberikan gambaran tentang
perkembangan belajar peserta didik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Yang
kedua adalah untuk membantu guru merenungkan aktivitas
pembelajaran mereka dan menemukan komponen yang
menyebabkan nilai belajar yang rendah atau perkembangan
belajar yang tidak signifikan. Ini menunjukkan bahwa
faktor itu berasal dari peserta didik atau dari dirinya sendiri.
Faktor internal guru termasuk kemampuan mengingat dan
memahami yang buruk, masalah di rumah, dan penggunaan
metode mengajar yang tidak tepat. Di sisi lain, faktor
internal peserta didik termasuk penggunaan metode
mengajar yang tidak tepat, penggunaan media yang jarang
atau bahkan tidak sama sekali, dan penjelasan yang
berbelit-belit sehingga sulit dipahami. Dengan melakukan
evaluasi, semua masalah ini dapat diselesaikan. Diharapkan
evaluasi juga membantu siswa belajar lebih banyak dan
menilai kemampuan mereka di antara kelompok mereka.
Setelah evaluasi selesai, pendidik juga harus mengevaluasi
keakuratan alat ujian yang digunakan. Misalnya, ada hal-
31

hal seperti validitas dan reliabilitas tes secara keseluruhan


dan per butir, daya beda tiap butir, keberfungsian distraktor
jika menggunakan tes objektif, dan sebagainya. Namun,
banyak pendidik yang tidak memeriksa reliatanya, sehingga
alat ujian yang digunakan tidak diketahui ketepatannya
dalam mengukur kemampuan belajar siswa (Fitrianti,
2018).
Menurut Roswati dalam Munthe (2015), tujuan
evaluasi program adalah sebagai berikut: 1) menjawab
pertanyaan tentang tindak lanjut program di masa depan; 2)
penundaan pengambilan keputusan; 3) penggeseran
tanggung jawab; 4) pembenaran dan legitimasi program; 5)
memenuhi persyaratan akreditasi; 6) laporan akutansi
tentang pendanaan; 7) menanggapi permintaan pemberi
tugas untuk informasi yang diperlukan; 8) membantu staf
dalam pengembangan program; 8) membantu staf
mengembangkan program, 9) mengetahui efek atau
konsekuensi yang tidak sesuai dengan rencana, 10)
melakukan upaya perbaikan untuk program yang sedang
berjalan, 11) menilai manfaat dari program yang sedang
berjalan, dan 12) memberikan ide untuk program baru.
Menurut Arikunto dan Jabar dalam Munthe (2015),
tujuan evaluasi program adalah untuk mengetahui apakah
tujuan program telah dicapai dengan melakukan langkah-
langkah untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan
program. Untuk evaluasi dapat dilaksanakan, menurut
Brikerhoff (1986:ix) dalam Arikunto dan Jabar, tujuh hal
harus dilakukan:

1) menentukan fokus evaluasi yang akan dievaluasi,


2) menyusun desain evaluasi,
3) pengumpulan informasi,
32

4) analisis dan interpretasi informasi,


5) pembuatan laporang,
6) pengelolaan evaluasi,
7) evaluasi.
Teori-teori yang menjelaskan tentang tujuan evaluasi program.
Djemari (2012: 31) tujuan evaluasi dapat dikategorikan menjadi dua,
yaitu: untuk meningkatkan kualitas proses dan untuk menentukan
apakah program diteruskan atau tidak. Arikunto & Cepi (2010: 18)
menyatakan bahwa tujuan dari diadakan evaluasi program adalah
untuk mengetahui pencapaian tujuan program, tujuan evaluasi yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada
program secara keseluruhan sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan
pada masing-masing komponen. Tujuan evaluasi program berfungsi
sebagai pengaruh kegiatan evaluasi program dan sebagai acuan untuk
mengetahui efisiensi dan efektivitas kegiatan evaluasi program. Tujuan
evaluasi terdiri dari tujuan umum (goals) dan tujuan khusus
(objectives). Tujuan umum dinyatakan dalam rumusan umum,
sedangkan tujuan khusus dinyatakan dalam rumusan khusus dan
terbatas, serta merupakan rincian dari tujuan umum (Djudju 2008: 35).
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa evaluasi program adalah untuk dapat melihat sejauh mana
program tersebut telah berhasil mencapai maksud pelaksanaan
program yang telah ditetapkan sebelumnya. Tanpa adanya evalusi,
program-program yang berjalan tidak dapat dilihat efektifitasnya.
Kebijakan-kebijakan baru sehubungan dengan program itu tidak akan
didukung oleh data. Evaluasi program bertujuan untuk
menyediakan data dan informasi serta rekomendasi bagi pengambil
kebijakan (decision maker) untuk memutuskan apakah akan
melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan sebuah program.
Untuk mempermudah mengidentifikasi tujuan dari evaluasi
program, kita harus memperhatikan unsur unsur dalam kegiatan atau
33

penggarapannya. Ada tiga unsur penting dalam kegiatan atau


penggarapan suatu kegiatan, yaitu:
a) What = apa yang digarap
b) Who = siapa yang digarap
c) How = bagaimana menggarapnya
4. Manfaat evaluasi program
Proses evaluasi memberikan manfaat terhadap suatu program
sebagai salah satu bentuk pengembangan dan rekomendasi untuk
program yang akan dating. Prpgram berkaitan erat dengan kebijakan
sebagai relaisasi berupa kegiatan, oleh karena itu evaluasi prpgram
menjadi metode berupa kegiatan, oleh karena itu evaluasi program
menjadi metode dalam pengemabilan keputusan. Kegunaan yang dapat
dipetik dari kegiatan dalam bidang pendidikan adalah :
a) Terbukanya kemungkinan bagi evaluator guna memperolah
infomasi tentang hasil-hasil yang telah dicapai dalam
rangka pelaksanaan program pendidikan.
b) Terbukanya kemungkinan untuk dapat diketahui relevansi
antara program pendidikan yang telah dirumuskan, dengan
tujuan yang hendak dicapai.
c) Terbukanya kemungkinan untuk dapat dilakukannya usaha
perbikan, penyesuaian, dan penyempurnaan program
pendidikan yang dipandang lebih berdaya guna dan
berhasil, sehingga tujuan yang dicita-citakan, akan dapat
tercapai dengan hasil yang sebaik-baiknya (rica fitriawati,
2019)
5. Sasaran Evaluasi Program
Sasaran evaluasi program tertuju pada komponen seperti alasan
mengapa tujuan umum harus dijabarkan menjadi tujuan khusus, maka
sasaran evaluator diarahkan pada komponen agar pengamatannya
dapat lebih cermat dan data yang dikumpulkan lebih lengkap. Untuk
34

itulah, evaluator harus memiliki kemampuan mengidentifikasi


komponen program yang akan di evaluasi.
6. Macam-macam Evaluasi Program
a. Formatif
Kata formatif berasal dari kata "to form", yang berarti
"membentuk" dalam bahasa Inggris (Purwanto, 2009: 67). Evaluasi
formatif adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana peserta didik telah terbentuk setelah mengikuti suatu
program tertentu (Suharsimi Arikunto: 36). Evaluasi formatif juga
dapat didefinisikan sebagai penilaian yang bertujuan untuk mencari
umpan balik (feedback), dan hasil penilaian dapat digunakan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar yang sedang atau sudah
dilaksanakan.
Oleh karena itu, evaluasi formatif tidak hanya dilakukan
setiap akhir pelajaran, tetapi juga dapat dilakukan sejak awal
pelajaran. Misalnya, ketika seorang guru atau dosen mengajar,
mereka dapat mengajukan pertanyaan kepada siswa atau siswa
mereka untuk mengevaluasi atau mendapatkan informasi tentang
seberapa baik mereka memahami apa yang diajarkan oleh guru
atau dosen. Jika masih ada banyak yang belum memahami,
langkah berikutnya adalah mengubah atau memperbaiki metode
mengajar sehingga siswa benar-benar memahami dan menyerap
pelajaran. Contoh lain adalah memberikan tugas kepada siswa atau
mahasiswa setelah pelajaran untuk dikerjakan di rumah atau di luar
jam pelajaran. Setelah pemeriksaan menunjukkan bahwa masih ada
kesalahan dalam tugas, guru atau dosen harus menjelaskan kembali
pelajaran.
Oleh karena itu, evaluasi formatif tidak hanya terdiri dari
ujian tertulis yang dilakukan setiap akhir kelas. Itu juga dapat
berupa pertanyaan-pertanyaan lisan atau tugas-tugas yang
diberikan selama atau setelah kelas. Dalam hal ini, evaluasi
35

formatif dilakukan sebelum dan sesudah ujian (M. Ngalim


Purwanto, 2012: 26). Evaluasi formatif ini bermanfaat bagi siswa,
guru, dan program itu sendiri.
Evaluasi formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang
dilaksanakan ketika program masih berlangsung atau ketika
program masih dekat dengan permulaan kegiatan. Tujuan evaluasi
formatif tersebut adalah mengetahui seberapa jauh program yang
dirancang dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikasi
hambatan. Dengan diketahuinya hambatan dan hal-hal yang
menyebabkan program tidak lancar, pengambil keputusan secara
dini dapat mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran
pencapaian tujuan program. Evaluasi formatif dapat menanggapi
program dalam konteks yang dinamis, dan berusaha untuk
memperbaki keadaan yang berantakan dari kerumitan yang
merupakan bagian yang tidak dapat dihindarkan dari berbagai
bentuk program dalam lingkungan kebijakan yang berubah-ubah.
Kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan program baik pada
konteks organisasi, personil, struktur, dan prosedur menjadi fokus
evaluasi formatif.
Sesuai dengan fungsi dan tujuan evaluasi formatif, maka
evaluasi ini dilakukan untuk menilai hasil belajar jangka pendek
dari suatu proses belajar mengajar atau pada akhir unit pelajaran
yang singkat yaitu satuan pelajaran. Sebab perbaikan belajar
mengajar itu hanya mungkin jika dilakukan secara sistematis dan
bertahap. Dengan menilai aspek tingkah laku dari evaluasi formatif
cenderung terbatas pada segi kognitif (pengetahuan) dan
psikomotor (ketrampilan) yang terkandung dalam tujuan khusus
pelajaran. Untuk menilai segi afektif (sikap dan nilai), maka
penggunaan penilaian formatif tidaklah tepat. Sebab untuk menilai
perkembangan segi afektif ini diperlukan periode pengajaran yang
cukup panjang. Sesuai dengan fungsi evaluasi formatif, maka
36

evaluasi ini harus disusun dengan sedemikian rupa sehingga benar-


benar mengukur tujuan khusus pengajaran yang dicapai. Oleh
karena itu, soal harus dibuat secara langsung dengan
menjabarkantujuan khusus pengajaran ke dalam bentuk
pertanyaan. Pada evaluasi formatif ini, masalah tingkat kesukaran
dan daya pembeda tiap-tiap soal tes tidak begitu penting
Hasil pengolahan evaluasi formatif dapat digunakan untuk
keperluankeperluan sebagai atas dasar angka presentase peserta
didik yang gagal dalam setiap soal. Guru dapat mempertimbangkan
apakah bahan pelajaran yang bersangkutan dengan soal tes perlu
dibicarakan lagi secara umum atau tidak. Atas dasar angka
presentase penguasaan kelas atas bahan yang telah disajikan, guru
dapat menilai dirinya sendiri mengenai kemampuannya dalam
mengajar. Jika angka itu belum mencapai kriteria keberhasilan
umpamanya, maka guru akan mencari sebabnya dan kemudian ia
akan memikirkan perbaikan-perbaikan apa yang perlu diadakan
agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara efisien dan
efektif sehingga kriteria keberhasilan itu dapat tercapai. Dengan
mengetahui presentase jawaban yang benar dari setiap peserta
didik dalam tes secara keseluruhan, guru dapat mengetahui
kekuatan dan kelemahan yang ada pada setiap peserta didik
sehingga guru mendapat bahan yang dapat dijadikan sebagai dasar
pertimbangan apakah peserta didik perlu dapat bantuan atau
pelayanan khusus dari guru untuk mengatasi kesulitan dalam
belajar. (Arikunto dalam Fetrianto, 2020).
Evaluasi proses formatif berarti mengukur atau menilai
produk pembelajaran dan alat penilaian metode pembelajaran,
yakni bagaimana pengalaman belajar direncanakan, disampaikan,
dan difasilitasi. Seperti halnya evaluasi produk formatif, evaluasi
proses formatif juga menyediakan informasi deskriptif dan bersifat
keputusan tentang pengalaman belajar yang direncanakan.15
37

Terdapat tiga fase dasar dalam melakukan evaluasi formatif, yakni


fase evaluasi satu-satu atau dikenal dengan evaluasi klinis, yakni
pengembang pembelajaran bekerja dengan guru, dosen, atau
instruktur secara individu untuk mendapatkan data yang kemudian
direvisi. Fase kedua adalah evaluasi kelompok kecil yang berkisar
antara delapan sampai dua puluh orang sebagai representasi dari
populasi 14Setiawan, ibid., hlm. 281 15Ambiyar, Evaluasi
Formatif Dalam Pembelajaran Sains (Padang: UNP Press, 2018),
hlm. 59 24 target untuk belajar bahan pembelajaran menurut cara
mereka sendiri, kemudian diberikan tes untuk memperoleh data
yang dibutuhkan. Fase ketiga dari evaluasi formatif adalah uji
kelapangan. Jumlah peserta didik yang dilibatkan dalam fase ini
berkisar antara 30 atau lebih. Dan yang menjadi penekanan utama
dalam tahap ini adalah prosedur pengetesan yang dibutuhkan untuk
menempatkan pembelajaran dalam situasi dunia nyata.16 Asumsi
yang mendasari evaluasi ini adalah bahwa manusia dalam hal ini
peserta didik mempunyai banyak kelemahan. Dalam melaksanakan
evaluasi formatif, seorang pendidik perlu memperhatikan beberapa
aspek evaluasi jenis ini, yaitu: a. Aspek fungsi, yaitu untuk
memperbaiki proses layanan yang mengarah ke arah yang lebih
baik dan efesien. b. Aspek tujuan, yaitu mengetahui sudah sampai
mana penguasaan konten peserta didik tentang bahan pendidikan
yang diajarkan dalam suatu program layanan, serta sesuai atau
tidak dengan tujuan. c. Aspek yang dinilai, yaitu untuk mengetahui
aspek-aspek yang dinilai pada penilaian formatif, meliputi, tingkat
pengetahuan peserta didik pada layanan penguasaan konten,
keterampilan dan sikapnya ketika dan setelah proses bimbingan
kelompok, konseling kelompok dan konseling individu yang
dilaksanakan (Fetrianto, 2020).
Adapun manfaat evaluasi formatif bagi peserta didik di
antaranya sebagai berikut.
38

1) Digunakan untuk mengetahui apakah peserta didik sudah


menguasai bahan program secara menyeluruh;
2) merupakan penguatan (reinforcement) bagi peserta didik;
3) usaha perbaikan;
4) sebagai diagnosis.
Selanjutnya, manfaat evaluasi formatif bagi guru di antaranya
adalah berikut ini.
1) Mengetahui sejauh mana bahan pelajaran sudah dapat
diterima oleh siswa,
2) Mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang belum
dimiliki siswa, dan
3) Dapat memprediksi apakah program secara keseluruhan
akan berhasil atau tidak.

Meskipun demikian, manfaat evaluasi formatif untuk program


mencakup hal-hal berikut.

1) Dapat mengetahui apakah program yang diberikan sesuai


dengan kecakapan peserta didik;
2) Apakah program membutuhkan pengetahuan prasyarat
yang belum diperhitungkan;
3) Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk
meningkatkan hasil yang diharapkan; dan
4) Dapat mengetahui apakah metode, pendekatan, dan alat
evaluasi yang digunakan sesuai.
Menurut Wirawan yang dikutip oleh Rica Fitriawati istilah formatif
(formative evaluation) diperkenalkan oleh Michael Scriven pada tahun
1967. Menurut Scrivien evaluasi formatif merupakan evaluasi yang
didesain dan dipakai untuk memperbaiki suatu objek, terutama ketika
objek tersebut dikembangkan. Purwanto menyatakan evaluasi formatif
adalah evaluasi yang diadakan pada saat sistem masih dalam tahap
39

pengembangan yang penyempurnaan terus dilakukan atas dasar


evaluasi (rica fitriawati, 2019).
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir
pembahasan suatu pokok bahasan atau topik, dan dimaksudkan untuk
mengetahui sejuah mankah suatu proses pembelajaran telah berjalan
sebagaimana yang direncanakan. Wingkel menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama
proses pembelajaran dengan tujuan dapat memperbaiki kinerja para
pegawai. Evaluasi formatif adalah kegiatan menilai yang bertujuan
untuk mencari umpan balik (feedback), selanjutnya hasil penilain
tersebut dapat dipergunakan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan. Evaluasi
formatif dimaksudkan untuk mengukur kelemahan atau kendala
selama proses belajar mengajar yang memerlukan perbaikan sehingga
hasil pembelajaran dapat lebih baik dari sebelumnya. Dari hasil
evaluasi ini dapat diperoleh gamaran siapa saja yang berhasil dan siapa
saja yang dianggap belum berhasil, selanjutnya diambil tindakan-
tindakan yang tepat sebagai tindak lanjut dari evaluasi tersebut
(Sa’adah, 2015).
b. Sumatif
Kata sumatif berasal dari kata bahasa Inggris sum, yang
berarti "jumlah" atau "total". Hasil belajar siswa dievaluasi secara
sumatif setelah catur bulan, satu semeter, atau akhir tahun untuk
menentukan jenjang pendidikan berikutnya (Ramayulis dan Samsul
Nizar: 242). Salah satu manfaat tes sumatif adalah sebagai berikut.
1) Menentukan nilai: evaluasi formatif berfungsi untuk
memberikan informasi untuk meningkatkan penyampaian,
tetapi tidak memberikan nilai atau menentukan kedudukan
seorang peserta didik di antara teman-temannya (grading).
2) untuk menentukan apakah seorang siswa dapat bergabung
dengan kelompok untuk menerima program berikutnya.
40

Evaluasi sumatif berfungsi sebagai evaluasi prediksi dalam


konteks ini untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa.
Catatan ini akan bermanfaat bagi orang tua, staf bimbingan dan
penyuluhan sekolah, serta pihak lain apabila siswa atau
mahasiswa tersebut pindah ke sekolah atau perguruan tinggi
lain atau memasuki lapangan kerja (Suharsimi Arikunto: 39–
41).
Evaluasi atau penilaian sumatif adalah suatu aktivitas
penilaian yang menghasilkan nilai atau angka yang kemudian
digunakan sebagai keputusan pada suatu kinerja. Kegiatan
penilaian ini dilakukan jika satuan pengalaman belajar atau
seluruh materi pelajaran telah selesai. Penilaian sumatif
digunakan untuk menentukan klasifikasi penghargaan pada
akhir kursus atau program (Magdalena, dkk, 2021). Penilaian
sumatif dirancang untuk merekam pencapaian keseluruhan
siswa secara sistematis. Penilaian sumatif berkaitan dengan
menyimpulkan prestasi siswa, dan diarahkan pada pelaporan di
akhir suatu program studi. Penilaian sumatif tidak memberikan
dampak secara langsung pada pembelajaran, meskipun sering
kali mempengaruhi keputusan yang mungkin memiliki
konsekuensi bagi siswa dalam belajar. Fungsi penilaian sumatif
yaitu pengukuran kemampuan dan pemahaman siswa, sebagai
sarana memberikan umpan balik kepada staf akademik sebagai
ukuran keberhasilan pembelajaran, akuntabilitas dan standar
pemantauan staf akademik, dan sebagai sarana untuk
memotivasi siswa.
c. Diagnostik
Istilah diagnostik banyak digunakan dalam dunia
kedokteran, psikologi, dan pendidikan. Diagnosis adalah proses
yang kompleks dalam suatu usaha untuk menarik kesimpulan dari
hasil-hasil pemeriksaan gejala-gejala, perkiraan penyebab,
41

pengamatan dan penyesuaian dengan kategori secara baik (Yasir,


2016). Evaluasi diagnostik ini bertujuan untuk mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam belajar sehingga
dapat diberikan perawatan yang sesuai (Suharsimi Arikunto: 34).
Dengan kata lain, evaluasi ini dilakukan untuk mengidentifikasi
masalah atau hambatan yang dihadapi peserta didik selama proses
pembelajaran. Bimbingan belajar, penemuan kasus, pengajaran
remedial (remedial teaching), dan kebutuhan lainnya adalah tujuan
penilaian ini (Nana Sudjana, 2010: 5).
Pelaksanaan evaluasi diagnosis ditempuh dengan beberapa
tahapan kegiatan seperti, 1) mengidentifikasi siswa yang
diperkirakan mengalami kesulitan belajar; 2) melokalisasikan
kesulitan belajar; 3) menentukan faktor penyebab kesulitan belajar;
4) memperkirakan alternatif bantuan; 5) menetapkan kemungkinan
cara mengatasinya; 6) tindak lanjut (Yasir, 2016).

d. Placement
Evaluasi penempatan ini dilakukan terhadap pribadi peserta
didik untuk mempertimbangkan penempatan dalam lingkungan
belajar yang sesuai dengan kondisi peserta didik. Evaluasi ini
melihat minat, bakat, kemampuan, dan elemen lain yang dianggap
penting untuk masa depan peserta didik.
Evaluasi formatif dan sumatif adalah dua jenis evaluasi
yang secara langsung digunakan dalam proses pembelajaran.
Evaluasi formatif lebih menekankan pada proses perkembangan
yang dipelajari siswa dari waktu ke waktu, sedangkan evaluasi
sumatif lebih menekankan pada proses perkembangan yang
dipelajari siswa dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, jika
dibandingkan dengan evaluasi sumatif, daftar aktivitas evaluasi ini
lebih luas. Mulai dari pretes, kegiatan pembelajaran dimulai
42

dengan tanya jawab yang berkaitan dengan materi dan diakhiri


dengan postes di akhir kegiatan. Setiap hari, setiap bab atau
subbahasan diulangi. Meskipun demikian, evaluasi sumatif
dilakukan setelah peserta didik menyelesaikan program pengajaran
tengah semester (UTS) atau satu semester (UAS), serta setelah
peserta didik menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu, seperti
lulus SD, SMP, SMA, atau PT. Evaluasi sumatif juga lebih
menekankan nilai dan posisi peserta didik dalam kelompoknya.
7. Prinsip-Prinsip Evaluasi Program
Menurut Rohmah yang dikutip oleh Saswati mengemukaan bahwa
prinsip evaluasi terdiri dari dua macam yakni:
a. Prinsip dasar evaluasi atau prinsip idealisme.
Adapun prinsip dasar evaluasi atau prinsip idealisme
meliputi antara lain:
1) Evaluasi adalah alat komunikasi, yaitu komunikasi intern
dan antara sekolah dengan evaluator.
2) Evaluasi membantu pencapaian perkembangan
semaksimal mungkin.
3) Dalam mengevaluasi sebenarnya menggunakan berbagai
macam alat atau cara-cara evaluasi dengan segala
variasinya. Hal ini untuk mendapatkan kesimpulan yang
lebih dapat dipercaya.
4) Evaluasi harus memerikan follow up / tindak lanjut untuk
langkah-langkah selanjutnya yang perlu diambil.
5) Evaluasi harus memperhatikan unsur timing dan ruan yang
tepat
6) Dalam mengevaluasi didasar pada keadaan yang diserap
oleh indra manusia.
b. Pronsip pelaksanaan evaluasi.
Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi,
yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat tiga komponen, yaitu
43

tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, evaluasi (Hidayat,


2019). Adapun Daryanto (2012) mencatat bahwa prinsip-prinsip
evaluasi adalah sebagai berikut :
1) keterpaduan, evaluasi merupakan komponen integral dalam
program pengajaran di samping tunjuan intruksional dan
materi serta metode pengajaran.
2) keterlibatan siswa, evaluasi bagi siswa merupakan
kebutuhan, bukan sesuatu yang ingin dihindari.
3) koherensi, dimaksudkan evaluasi harus berkaitan dengan
materi pembelajaran yang sudah disajikan dan sesuai
dengan ranah kemampuan yang hendak diukur.
4) pedagogis, evaluasi perlu diterapkan sebagai upaya
perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau dari segi
pedagogis.
5) akuntabilitas, sejauh mana keberhasilan program
pembelajaran perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan
pertanggungjawaban.
Adapun prinsip pelaksanaan evaluasi meliputi antara lain:
1) Komprehensif atau totalitas dalam arti bahwa evaluasi itu
diberlakukan untuk segala aspek yang akan dievaluasi.
2) Kuantiniuitas yakni bahwa pendidikan itu adalah suatu
proses yang kauntiniu. Oleh sebab itu evaluasi harus
dilakykan secara terus menerus pula. Hasil evaluasi yang
diperoleh harus dihubungkan dengan hasil sebelum dan
sesudahnya.
3) Obyektifitas yaknik evaluasi yang dilakukan denegan
sebenarnya, bukan karena tendesi lain.
Adapun satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan
evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat tiga
komponen, yaitu:
44

1) Tujuan pembelajaran
2) Kegiatan pembelajaran atau KBM, dan
3) Evaluasi (sasnawati, 2019).
Salah satu prinsip yang harus diperhatikan saat melakukan
evaluasi pembelajaran adalah prinsip kontinuitas. Prinsip sangat
penting bagi guru dan dosen karena pemahaman tentang prinsip
evaluasi dapat memberikan petunjuk atau keyakinan bagi mereka
untuk melakukan evaluasi dengan benar (Sukardi, 4). Prinsip
kontinuitas, juga disebut prinsip berkesinambungan, diterapkan
dalam evaluasi hasil belajar melalui pelaksanaan evaluasi yang
konsisten dan berulang. Untuk menggambarkan kemampuan
peserta didik, evaluasi harus dilakukan secara teratur dan
sistematis. Kesalahan utama yang sering dilakukan oleh guru
adalah evaluasi hanya dilakukan saat-saat tertentu, seperti saat unit
selesai, pertengahan, atau program pengajaran selesai. Akibatnya,
tidak ada informasi yang cukup tentang siswa, yang menyebabkan
pendidik menggunakan prediksi yang salah saat menentukan posisi
mereka dalam kegiatan kelas. Dalam pengembangan instruksional,
evaluasi harus dilakukan sebanyak mungkin. Ini disarankan untuk
digunakan untuk mengumpulkan informasi yang cukup tentang
aktivitas siswa di kelas dan kemudian digunakan untuk menilai
seberapa efektif program yang direncanakan dilaksanakan (M.
Sukardi: 2). Hal ini sesuai dengan ajaran Alquran, yang sangat
memperhatikan prinsip kontinuitas.
Pada kenyataannya, beberapa ahli telah melakukan sedikit
penelitian pada teori prinsip kontinuitas. Meskipun demikian, pada
tatanan pelaksanaannya tetap penting dan membantu mencegah
tindakan prediksi saat menilai hasil belajar peserta didik. Meskipun
demikian, berikut adalah contoh bagaimana prinsip ini diterapkan
dalam proses pembelajaran. Untuk memulai pelajaran, guru
mengajukan beberapa pertanyaan untuk menguji pengetahuan
45

dasar siswa tentang topik yang akan dibahas. Selain dikenal


sebagai apersepsi, kegiatan ini juga berfungsi sebagai pretes. Jika
siswa tidak memiliki pengetahuan yang cukup, pendidik akan
memaparkan materi secara sistematis.
Selama kegiatan pembelajaran, pendidik dapat mengajukan
pertanyaan atau memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengetahui seberapa jauh mereka telah belajar. Setelah kegiatan
selesai, pendidik dapat mengevaluasi kembali pemahaman siswa
secara menyeluruh. Selain itu, guru dapat memberikan tugas
tambahan kepada siswa di rumah—atau di luar kelas—dan
memberikan ulangan harian berulang kali sesuai dengan jumlah
bab yang dibahas selama satu semester hingga UTS dan UAS.
8. Cakupan Evaluasi Program Pembelajaran
Mengutip contoh yang diuraikan oleh Widoyoko dalam penerapan
evaluasi program pembelajaran, sekurang-kurangnya ada tiga
komponen yang perlu dijadikan obyek evaluasi, yaitu 1) desain
program pembelajaran, 2) implementasi program dan 3) hasil yang
dicapai.
a. Design proses pembelajaran
Dalam desain program pembelajaran, kompetensi dasar
yang akan dikembangkan, strategi pembelajaran yang akan
diterapkan, dan isi program semuanya harus dievaluasi.
Pencapaian kompetensi dasar, standar kompetensi, dan
kompetensi lulusan adalah salah satu aspek kompetensi dasar
yang perlu dikaji. Strategi pembelajaran yang direncanakan
dapat dinilai dengan beberapa kriteria, antara lain kesesuaian
dengan kemampuan yang akan diperoleh, sesuai dengan
kondisi belajar mengajar yang diinginkan, dan kejelasan
rumusan, terutama berkaitan dengan aktivitas guru dan siswa
selama proses pembelajaran.
46

Isi program pembelajaran yang dimaksud adalah


pengalaman belajar yang akan disiapkan oleh guru maupun
yang harus diikuti siswa. Seperti: relevansi dengan kompetensi
yang akan dikembangkan, relevansi dengan pengalaman murid
dan lingkungan, kesesuaian dengan tingkat perkembangan
siswa, kesesuaian dengan alokasi waktu yang tersedia,
keauthentikan pengalaman dengan lingkungan hidup siswa.
b. Implementasi Program
Widoyoko menyatakan bahwa evaluasi harus dilakukan
pada pelaksanaan program pembelajara, terutama proses belajar
dan pembelajaran. Pentingnya Evaluasi Program Institusi
Pendidikan (Ashiong P.Munthe) Widoyoko mengutip Nana
Sudjana & Ibrahim (2004: 230-232) menyatakan bahwa ada
beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
proses pembelajaran. Kriteria tersebut meliputi konsistensi
dengan kegiatan dalam program pembelajaran, keterlaksanaan
guru, keterlaksanaan siswa, perhatian siswa terhadap
pembelajaran yang sedang berlangsung, dan keterlibatan siswa.
Widoyok menyatakan bahwa elemen ketiga yang harus
dievaluasi adalah hasil yang dicapai selama proses
pembelajaran. Hasil yang dicapai ini dapat menunjukkan
pencapaian tujuan jangka pendek atau jangka panjang.
Dengan melakukan evaluasi pembelajaran seperti yang
diuraikan di atas, Anda akan memiliki gambaran yang jelas
tentang program yang digunakan siswa. Hasil evaluasi akan
menunjukkan apa yang kurang dan apa yang harus
dipertahankan dari program. Oleh karena itu, evaluasi program
pembelajaran sangat dapat dilakukan di sekolah dan institusi
pendidikan lainnya (Munthe, 2015).
C. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Fungsional
1. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan
47

Menurut Wilson pendidikan merupakan agenda yang berkehendak


meluaskan pikiran, kepandaian, pandangan hidup budi Bahasa dan
pengenalan yang diperlukan dalam orientasi kehdupan, bukan semata-
mata ambang pikiran dan kepandaian yang berhubungan dengan
keterbatasan. Tujuan pendidikan adalah untuk meluaskan pikiran,
wawasan dalam pengembangan diri dalam kehidupan. Dan iapun
mendifinisikan pelatihan sebagai, proses awal sebagai pedoman
perilaku, ilmu serta kemampuan melalui proses belajar untuk mencapai
kinerja yang efektif dalam suatu kegiatan atau berbagai kegiatan.
(Nugraha, 2020).
Pendidikan adalah suatu usaha dalam mencapai target dalam
cangkupan yang luas sehingga dapat mengembangkan keahlian,
keterampilan yang tidak hanya berfokus pada satu kehalian tetapi lebih
luas definisinya dalam merumuskan sesuatu, sehingga dapat
bermanfaat dan mempunyai suatu ilmu dari hal yang awam
sebelumnya menjadi pengetahuan agar nantinya dapat menjalani suatu
hal atau kegiatan situasinya tidak lagi rumit, sempit tetapi lebih matang
dalam mengahapi sesuatu, jadi pendidikan adalah kegiatan yang
mempunyai tujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang akan
muncul pada saat yang tidak ditentukan. Sedangkan pelatihan adalah
kegiatan yang dimana mencakup mengembangkan karir dari pegawai
agar kinerja pegawai lebih baik kedepannya sehingga memunculkan
keprofesionalan dari tanggung jawab pegawai tersebut sehingga dapat
mencapai tujuan yang diaharapkan dan relevan dengan keadaan
sekitarnya.
Pendidikan dan pelatihan dalam mengembangkan sumber daya
manusia mempunyai dua dimensi utama, yaitu dimensi personal dan
organisasional. Keduanya harus dikembangkan secara tepat, simultan,
dan berkelanjutan. Dengan demikian, perusahaan bisa menjadi
learning organization dan tumbuh-berkembang-maju karena didukung
oleh karyawan yang terus-menerus mempelajari hal-hal baru dan
48

mengaplikasikannya dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan


kualitas produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Komponen
utama yang berinteraksi langsung dengan berbagai komponen lainnya,
seperti peserta pelatihan, kurikulum, metode, media, waktu, proses
pembelajaran, lingkungan dan lain sebagainya adalah pelatih/fasilitator
yang memiliki kompetensi, baik dari sisi substansi maupun metodologi
pelatihan. Proses pelatihan yang diberikan kepada peserta tidak harus
bergantung pada interaksi antara trainer dan peserta. Proses pelatihan
juga harus bersifat menyeluruh (front to end) (Basri & Rusdiana,
2015).
Pendidikan dan pelatihan adalah suatu komponen yang dibutuhkan
oleh seseorang peserta yang ingin mengembangkan suatu keahlian
sesuai dengan bidangnya, dengan adanya pendidikan dan pelatihan
peserta yang ingin mengembangkan karirnya serta keahliannya
diharapkan dapat mengikuti program pembelajaran ini karena dengan
adanya proses pelatihan ini keahlian dalam bidangnya dapat selalu
dikembangkan, diasah dan di upgrade. Proses pelatihan ini melibatkan
trainer atau pelatih dan peserta didaalamnya, trainer dapat
memberikan intruksi, transfer ilmu, keahlian, bakat yang akan
diaplikasikan oleh peserta dikemudian harinya setelah adanya
pelatihan ini. Hal ini sangat penting diikuti agar peserta dapat
melakukan kinerja yang professional dan dapat bermanfaat bagi diri
sendiri, bangsa dan negara. Maka dari itu manajemen pendidikan
pelatihan ini harus didukung agar lebih berkembang dari
perencanaanya, pelaksanaanya, serta evaluasi agar proses pelatihan
dapat ditemukan hal baru dan dikemudian hari diperbaiki untuk lebih
baik kedepannya, sehingga keahlian dan kemampuan kinerja peserta
dinamis dengan zamannya, dan tentunya tidak selalu monoton.
Semakin baik kinerja peserta dalam lembaganya termasuk lembaga
pendidikan yaitunya pendidik semakin berkembangnya suatu lembaga
tersebut karena dapat menghasilkan peeserta didik yang mampu
49

bersaing didunia luar dari proses belajarnya. Efsiensi dan keefektivitas


akan selalu diperlukan dalam operasional pelatihan karena semakin ini
dikembangkan dan dipertahankan maka akan dapat bersaing dengan
lembaga pendidikan lainnya dan akan selalu relevan dengan
kehidupan.
Menurut Yusuf pelatihan merupakan bagian dari pendidikan.
Pelatihan bersifat spesifik, praktis dan segara. Spesifik berarti
pelatihan berhubungan dengan bidang pekerjaan yang dilakukan.
Praktis dan segera berarti yang sudah dilatihkan dapat dipraktikan .
umumnya pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan
berbagai keterampilan kerja dalam waktu relative singkat. Pelatihan
menurut Kaswan merupakan usaha terencana oleh organisasi untuk
memfasilitasi pembelajaran pegawai atas kompetensi yang berkaitan
dengan pekerjaan. Selanjutnya menurut Sofyandi, pelatihan adalah
suatu usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
pegawai dalam melaksanakan pekerjaan yang lebih efektif dan efisien.
Program pelatihan adalah serangkaian program yang dirancang untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pegawai dalam
hubungannya dalam pekerjaanya, efektivitas program pelatihan adalah
suatu istilah untuk memastikan apakah program pelatihan dijalankan
dengan efektif dalam mencapai sasaran yang ditentukan (Armando,
2016).
Menurut pandangan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa,
pelatihan adalah suatu kegiatan terencana yang dilakukan terstruktur
dan terprogram yang dilaksanakan sebisa mungkin secara efektif,
efesien serta praktis dalam tujuan mengasah keahlian sesuai dengan
bidang pekerjaan yang telah diemban oleh seseorang peserta dalam
pelatihan agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan dan bermanfaat
bagi kehidupan sekitar. Jadi kemampuan ini sangat berhubungan erat
dengan pekerjaan peserta sehingga dalam pelatihan ini peserta dapat
50

menjadi professional dan dapat dirasakan oleh masyarakat dan


lingkungannya.
Diklat dibangun dari dua konsep, pendidikan dan pelatihan. Gravan
mendefinisikan pendidikan sebagai, proses atau serangkaian kegiatan
yang bertujuan agar seseorang dapat berasimilasi dan mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan pemahaman yang tidak
terkait dengan bidang kegiatan yang sempit, tetapi juga terkait
masalah-masalah yang luas dan rumit agar dapat didefinisikan,
dianalisis dan diselesaikan. Sementara itu pelatihan menurutnya adalah
sebuah rancanngan dan upaya sistemastis untuk memodifikasi atau
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, pegawai
melalui pengalaman belajar, agar tercipta kinerja yang efektif dalam
organisasi.
Dalam lingkup kementerian Agama, pelatihan diatur dalam
Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 75 Tahun 2015 tentang
Penyelanggaraan Pendidikan dan Pelatihan pada Kementerian Agama.
Dalam PMA ini disebutkan bahwa diklat adalah “Pelaksanaan proses
pendidikan untuk mengembangkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil
yang dilakukan kurang lebih 40 jam pelajaran, dengan durasi tiap jam
pelajaran adalah 45 menit.” PMA ini, pada tahun 2020 melakukan
perbaikan seperti yang tertuang dalam Peraturan mendasar dalam dua
PMA ini adalah penggunaan istilah PMA Nomor 75 tahun 2015 masih
menyebutkan pendidikan dan pelatihan sebagai kegiatan pengingkatan
kemampuan. Sementara itu dalam PAM nomor 19 Tahun 2020 sudah
fokus pada istilah pelatihan. Konteks Pelatihan dalam PMA Nomor 19
Tahun 2020 ini secara substantisal sama dengan konteks
keorganisasian, pada umum nya mereka lebih menyukai konsep
pelatihan dijadikan dengan pengembangan pegawai (Training and
Development). Gravan mendefinisikan pelatihan sebagai meningkatan
dan kompetensi pada aspek keterampilan dan kemampuan individu,
melalui pembelajaran yang baik dengan tujuan untuk memungkinkan
51

mereka dapat mengembangkanperan di masa depan dalam organisasi


(Nugraha, 2020).
Tujuan dari pelatihan menurut PMA pada dasarnya adalah
bagaimana usaha dalam mengembangkan dan memantapkan karir dan
kompetensi dari para pegawai yaitunya peserta pelatihan pada setiap
kinerjanya sehingga mengahasilkan pegawai yang professional dalam
bidangnya dan akan menghasilkan hasil yang memuaskan dikemudian
harinya. Dalam kegiatannya ini adalah kegiatan pelatihan yang
mendasar yang disusun secara sistematis oleh seorang pelatih, pelatih
ini lebih dulu mempunyai keahlian dan keterampilan tersebut,
sehingga transfer ilmu yang diberikan dapat efektif dan efiesien serta
praktis.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan dan pelatihan (diklat)
pada dasarnya yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan bagi kepentingan individual yang membutuhkan
pendidikan dan pelatihan dalam rangka untuk pengembangan
pribadinya guna membantu penyelesaian pekerjaan. Disamping itu
untuk mewujudkan tujuan diklat diperluan persiapan yang matang
mengenai antara lain:
a) Analisis kebutuhan peserta, yaitu merencanakan peserta
sesuai dengan jenis diklat yang diselenggarakan. Dengan
memperkirakan jumlah peserta yang dibutuhkan dan
persyaratan bagi peserta diklat.
b) Organisasi diklat merupakan unsur yang berpengaruh
terhadap kelangsungan lembaga diklat. Dengan adanya
perencanaan dalam penyusunan struktur organisasi maka
akan diperoleh pembagian kerja yang jelas dan terarah bagi
unit kerja yang adadi lembaga diklat.
c) Materi/bahan pelajaran diklat, yaitu dengan merencanakan
bahan pelajaran sebaik mungkin yang sesuai dengan jenis
diklat dan kebutuhan peserta diklat agar tepat sasaran.
52

d) Penetapan tenaga pengajar, yaitu mempersiapkan tenaga


pengajar yang benar-benar berkompeten/ahli di bidang
diklat yang diselenggarakan. Sebaiknya ada kriteria-kriteria
tertentu yang digunakan dalam menetapkan tenaga
pengajar.
2. Fungsi Pendidikan dan Pelatihan
Seorang akan berkembang lebih cepat dan lebih baik dalam
mengerjakan sesuatu apabila sebelum atau saat bekerja menerima
pendidikan dan pelatihan (diklat) terlebih dahulu yang diawasi oleh
instruktur ahli. Menurut Omear Hamalik (2007: 13) pelatihan memiliki
tiga fungsi yaitu fungsi edukatif, administratif, dan personal.
Selanjutnya untuk lebih rinci mengenai ketiga fungsi pelatihan tersebut
penjelasannya adalah sebagai berikut:
a) Memperbaiki perilaku (performance) kerja peserta
pelatihan. Perbaikan dan peningkatan perilaku kerja bagi
tenaga kerja sangat diperlukan, agar tenaga kerja lebih
mampu melaksanakan tugas-tugasnya dan lebih berhasil
dalam melaksanakan program organisasi.
b) Mempersiapkan promosi ketenagaan untuk jabatan yang
lebih sulit dan rumit. Persiapan promosi tenaga kerja pada
jabatan yang lebih sulit diperlukan sehubungan dengan
perkembangan organisasi, munculya permasalahan,
tantangan penggunaan teknologi yang canggih, dan
tuntutan lingkungan kerja.
c) Mempersiapkan tenaga kerja pada jabatan yang lebih tinggi
yakni jabatan kepengawasan dan manajemen. Persiapan
tenaga pengawas dan manajemen memerlukan program
pelatihan secara khusus mengingat peran, fungsi, dan
tanggung jawab yang lebih besar untuk mencapai
keberhasilan program organisasi.
53

Lebih lanjut Proctor dan Thorton yang dikutip oleh Marihot


Manullang (2006: 68) menjelaskan tentang faedah nyata dari
latihan sebagai berikut:
a) Menaikkan rasa puas
b) Pengurangan pemborosan
c) Mengurangi ketidakhadiran
d) Memperbaiki metode dan sistem kerja
e) Menaikkan tingkat penghasilan
f) Mengurangi biaya-biaya lembur
g) Mengurangi keluhan-keluhan
h) Memperbaiki komunikasi
i) Meningkatkan pengetahuan serbaguna
j) Memperbaiki moral
k) Menimbulkan kerja sama yang lebih baik
Berdasarkan pendapat tentang fungsi diklat,
diperoleh kesimpulan bahwa diklat mempunyai fungsi
untuk mempersiapkan pegawai/tenaga kerja terkait perilaku
bekerja (working of behavior), pengembangan dalam
penempatan kedudukan jabatannya (development of
position), dan memperbaiki kemampuan personal (to
improve the ability of personal). Dengan adanya ketiga
fungsi tersebut, pegawai dapat lebih terarah dalam
menempatkan dirinya dalam bidang pekerjaannya.
3. Analisis Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan
Analisis kebutuhan diklat seringkali disebut sebagai analisis
permasalahan, analisis pra diklat, penampakan yang ada, analisis
kebutuhan atau pendahuluan. Analisis kebutuhan diklat adalah suatu
diagnose untuk menentukan masalah yang dihadapi saat ini dan
tantangan dimasa datang yang harus dihadapi saat ini dan masa datang
melalui program pendidikan dan pelathan. analisis keutuhan diklat
mengambil peran yang penting dalam penyajian informasi sebagai
54

tahap usaha, mengenai apa saja yang dibutuhkan untuk memperbaiki


kinerja (Aprianti Yofita Rahayu, 2023).
Analisis kebutuhan diklat suatu kebutuhan untuk melihat dan
mendata apa saja hal yang dbituhkan serta permasalahan apa saja yang
dialai dalam implemntasi diklat dalam suatu lembaga sehingga bisa
ditinjau dari segi permasalahannya dan menjadi suatu kebutuhan diklat
dari berbagai informasi yang sudah dilengkapi.
Analisis kebutuhan pelatihan menurutt Barbazette adalah A needs
assessment is the process of collecting information about an expressed
or implied organizational needs that could be met by conducting
training (Rochjadi, 2014).
Analisis kebutuhan adalah suatu hal yang diperlukan dalam
mengumpulkan suatu data untuk mencapai kebutuhan dalam
perencanaan diklat yang menjadi sasaran saat melekasanakan diklat
agar sesuai dengan kondisi yang ada sehingga dapat memaksimalkan
pelaksanaanya.
Analisis kebutuhan diklat mengambi peran yang penting dalam
penyajian informasi sebagai tahap udaha, mengenai apa yang
dibuthkan untuk memperbaiki kinerja. Terdapat empat tujuan dari
pelaksanaan analisis kebutuhan diklat, yaitu :
a. Untuk mencapai kinerja optimal
b. Untuk mengetahui kinerja actual
c. Untuk mengetahui apa yang dirasakan oleh peserta didik tentang
topik belajar
d. Untuk mengetahui penyebab timbulnya masalah kinerja

Untuk memperkuat hal diatas, Rosset mengemukaan empath al


yang mencakup analisis kebutuhan diklat yakni:

a. Kekurangan keterampilan/keahlian atau pengetahuan


b. Adanya perubahan lingkungan
c. Tidak ada atau sedikitnya insentif
55

d. Karyawan tidak termotivasi, yang disebabkan factor nilai

Kaufman menegaskan bahwa suatu analisis kebutuhan harus


mencakup sekurangnya-kurangnya tiga karakteristik yaitu:

a. Data harus menyajikan kondisi actual peserta didik dan pihak


yang terkait, baik itu mencakup konsdisi saat ini maupun
kondisi yang akan dating
b. Tidak ada analisis kebutuhan yang bersifat final dan lengkap,
harus disadari bahwa pernyataan tentang kebutuhan bersifat
tentative/sementara
c. Ketimpangan seharusnya diindetifikasi dari produk dan bukan
mengenai proses

Dessler menjelaskan tentang pentingnya analisis kebutuhan diklat


“langkah pertama dalam pelatihan adalah menentukan pelatihan apa,
jika ada yang dibituhkan”. Tugas utama dalam melakukan penilaian
kebutuhan pelatihan adalah menetapkan apa yang termuat dalam
pekerjaan itu dan menguraikan ke dalam sub tugas, masing-masing
selanjutnya diajarkan pada pegawai baru pelaihan apa yang
dibutuhkan (Aprianti Yofita Rahayu, 2023).

4. Tujuan dan Manfaat Pendidikan dan Pelatihan


Secara umum pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk
memberikan kesempatan kepada personil dalam meningkatkan
kecakapan dan keterampilan mereka, terutama dalam bidang-bidang
yang berhubungan dengan kepemimpinan atau manajerial yang
diperlukan dalam pencapaian tujuan organisasi. Untuk itu sebagaimana
yang diuraikan diatas bahwa pemerintah telah mengeluarkan Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 1999 tengtang Pokok-Pokok Kepegawaian,
pada pasal 31 mengatur tentang Pendidikan dan Peltaihan (Diklat)
pegawai yaitu untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-
56

besarnya , diadakan pengaturan dan penyelenggaraan


pendidikan/pelatihan (diklat) jabatan pegawai (Armando, 2016).
Menurut uraian diatas bahwa pendidikan dan pelatihan adalah
suatu kegiatan yang memiliki tujuan untuk melatih dan mangasah
keterampilan atau kecakapan dari pegawai sesuai dibidang dan
terkhusus adalah pada bagian kepemimpinan dan manajerial dimana
ini adalah tujuan dari pendidikan dan pelatihan karena pada bidang ini
adalah sasaran dari manajemen diklat tersebut, hal ini harus berfokus
pada tujuan tersebut dan pentingnya untuk memperhatikan kecakapan
pegawai dalam bidang kepemimpinan dan manajerial, sehingga dapat
memaksimalkan kinerja sebagai pegawai.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Jabatan Pegawai pasal 2 dan 3,
bahwa Diklat (Pendidikan dan pelatihan) bertujuan agar:
a. Peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk dapat
melaksanakan tugas jabatan secara operasional dengan didasari
kepribadian etika pegawai negeri sipil sesuai dengan kebutuhan
instansi.
b. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembeharu
dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa.
c. Memantapkan ssikap dan semangat kepribadian yang berorientasi
pada pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat .
d. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pada berpikir dalam
melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan demi
terwujudnya pemerintahan yang baik.
Sedangkan menurut Beach. Tujuan-tujuan pendidikan dan
pelatihan adalah sebagai berikut:
a. Dengan adanya pendidikan/pelatihan (Diklat) maka jangka waktu
yang digunakan pegawai untuk memperoleh keterampilan akan
lebih cepat pula menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang
dihadapinya.
57

b. Pendidikan dan pelatihan (Diklat) bertujuan untuk meningkatkan


prestasi kerja pegawai dalam menghadapi perkerjaan-pekerjaan
yang sedang dihadapi.
c. Pendidikan dan pelatihan (Diklat) diharapkan dapat membentuk
sikap dan pada peningkatan partisipasi dari pegawai, kerjasama
antar pegawai dan loyalitas terhadap lembaga.
d. Pendidikan dan pelatihan (Diklat) membantu memecahkan
masalah-masalah operasional perusahaan sehari-hari seperti
mengurangi kecelakaan kerja, mengurangi absen, mengurangi
labor.
e. Pendidikan dan pelatihan (Diklat) tidak hanya mempunyai tujuan
jangka pendek tetapi juga jangka panjang yaitu mempersiapkan
pegawai memperoleh keahlian dalam bidang tertentu yang
dibutuhkan perusahaan.
f. Dengan pendidikan dan pelatihan (Diklat) diharapkan para
pegawai akan mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang
tinggi sehingga pegawai tersebut akan semakin berharga bagi
perusahaan (Armando, 2016).
Dengan adanya pendidikan dan pelatihan yang diterapkan
dan dilakukan, dapat mengurangi kecederaan, kecelakaan,
kelecehan, dan keteledoran , kecerobahan serta
ketidakprofesionalan dari seorang pegawai dalam melakukan
tugasnya disebuah lembaga pendidikan, karena pendidikan dan
pelatihan dilakukan secara sistematis dan tersetruktur, sehingga
para pegawai dapat mempelajari hal baru yang belum diketahui
sebelumnya bahkan pengetahuan yang selalu dinamis dengan
keadaan dan tuntutan zaman agar selalu relevan dengan keadaan
sekitar, hal ini akan membuat pegawai selalu berkompeten dalam
bidangnya dan akan dapat selalu mengasah keterampilannya baik
dalam bidang kepimpinan dan manajerial.
58

Menurut Michael R. Carrell et.al. tujuan program pelatihan


dan pengembangan, yaitu:
a. Memperbaiki kinerja
b. Meningkatkan keterampilan karyawan, menghindari
keusangan manajerial
c. Memecahkan permasalahan
d. Orientasi karyawan baru
e. Persiapan promosi
f. Keberhasilan manajerial
g. Memberi kepuasaan untuk kebutuhan pengembangan
personal
Secara khusus tujuan program pendidikan dan pelatihan
dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu organisasi dan karyawan. Dilihat
dari sisi organisasi, tujuan, dan pelatihan adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan produktivitas kerja organisasi
Secara umum, peningkatan produktivitas kerja
organisasi dapat dicapai antara lain:
1) Tidak terjadinya pembaruan
2) Kecermatan melaksanakan tugas
3) Tumbuh suburnya kerja sama antara berbagai satuan
kerja yang melaksanakan kegiatan yang berada dan
spesialistik
4) Meningkantakn tekad mencapai sasaran yang telah
ditetapkan
5) Lancaranya koordinasi sehingga organisasi bergerak
sebagai kesatuan yang bulat dan utuh
b. Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan
bawahan yang dicirikan dengan :
1) Penyelesain wewenang, interaksi didasarkan pada sikap
dewasa baik secara teknikal maupun intelektual
2) Perasaan juga saling menghargai
59

3) Kesempatan bagi karyawan untuk berpikir dan


bertindak secara inovatif
4) Terjadinya pengambilan keputusan yang lebih cepat dan
tepat
5) Meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja
dalam organisasi
6) Mendorong sikap keterbukaan manajemen melalui
penerapan gaya manajerial partisipatif (Basri &
Rusdiana, 2015)
Adapun manfaat Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) menurut
Simamora adalah sebagai berikut
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produkktivitas
b. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan pegawai untuk
mencapai standar-standar kinerja yang ditentukan
c. Menciptakan sikap, loyalitas dan kerjasama yang lebih
menguntungkan
d. Memenuhi persyaratan perencanaan sumber daya manusia
e. Mengurangi jumlah dan biaya kecelakaan kerja
f. Membantu pegawai dalam peningkatan dan pengembangan
pribadi mereka (Armando, 2016).
Jadi dapat disimpulkan menurut paparan diatas
adalah manfaat dari diakannya diklat adalah untuk
meningkatkan kualitas karir pegawai dan mengurangi jam
kerjanya demi menciptakan kepribadian yang bertanggung
jawab dan mempunyai skill daripada keprofesionalan
kinerjanya yang hendaknya selalu ditingkatkan demi
keberlangsungan kehidupan, sehingga kerja yang dirasakan
sedikit waktu banyak hasil artinya efektif dan efisien.
5. Jenis-Jenis Pendidikan dan Pelatihan
a. Diklat Pelatihan Dasar
60

Program diklat tingkat dasar berfokus untuk


mempersiapkan pendidik sebagai pendamping dengan kompetensi
minimal, sasaran dalam program diklat berjenjang. Tingkat dasar
ini adalah PAUD yang memiliki standar kualifikasi pendidikan
minimal, yaitu para pendidik PAUD yang berpendidikan
SMA/SMK atau setingkatnya yang tidak relevan dengan bidang
pendidikan anak usia dini.
Diklat pelatihan jenjang tingkat dasar ini ada dalam
kebijakan Permendiknas RI No. 16 Tahun 2007 tentang standar
kulaifikasi Akademik dan Kompetensi guru yaitunya : Pelaksanaan
Diklar Berjenjang Tingkat Dasar memiliki beban waktu 48 jam
pelajaran yaitu 45 menit dengan sebelas materi Diklat (Eva Riza,
2014).
b. Diklat Teknis
Diklat teknis adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai kompetensi secara teknis, yaitunya kemampuan
dalam bidang-bidang tertentu yang digunakan dalam
pengaplikasian tugas-tugas tertentu.
Diklat teknis meliputi
1) Diklat teknis bidang umum/administrasi dan manajemen,
adalah diklat yang memberikan keahlian atau penguasaan
suatu ilmu dalam bidang pelayanan teknis yang bersifat
umum serta di bagian administrasi dan manajemen agar
menunjang tugas pokok lembaga.
2) Diklat teknis substantif, artinya diklat yang memberikan
kemampuan dan penguasaan suatu bidang ilmu teknis yang
berhubungan langsung dengan pelaksanaan tugas pokok
lembaga (Alabaar et al., 2019).
c. Diklat Fungsional
Diklat fungsional adalah suatu rangkaian kegiatan dalam
memantapkan sikap, suatu ilmu, nilai, pengetahuan, serta keterampilan
61

yang sesuai dengan pekerjaan dan dapat bermanfaat dalam


melaksanakan tugas sesuai dengan bidang yang diembannya. Diklat
fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan atau
pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesionalan guru
yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu.
Contoh-contoh diklat fungsional sesuai dengan materi yang
dikembangkan adalah sebagai berikut
1) Penyusunan RPP, kurikulum, bahan ajar
2) Penyusunan perencanaan pendidikan dan program kerja
3) Peningkatan kompetensi guru dalam kegiatan belaja mengajar
4) Pengembangan metode belajar
5) Penilian hasil dan proses inovatif
6) Penulisan publikasi ilmiah
7) Kemampuan untuk mempresentasikan hasil karya, dan kompetensi
lain yang terkait dengan pelaksanaan tugas yang sesuai dengan
fungsi sekolah (Brier & lia dwi jayanti, 2020).
Menurut Stewart (Cantika dalam Hidayat, dkk., 2005),
pendidikan dan pelatihan (diklat) adalah istilah yang mengacu pada
fungsi organisasi yang diarahkan untuk memastikan distribusi dari
individu-individu dan kelompok-kelompok dimaksimalkan melalui
pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang tepat.
Pada dasarnya, pendidikan dan pelatihan adalah upaya untuk
memaksimalkan kompetensi tiap individu maupun kelompok
melalui pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
tepat.
Diklat fungsional memiliki beberapa manfaat adalah
sebagai berikut
a) Bermanfaat untuk peningkatan produktivitas
b) Terwujudnya hubungan yang serasi
c) Terjadinya proses pengambilan keputusan yang cepat dan
tepat
62

d) Meningkatkan semangat kerja


e) Mendorong sikap keterbukaan
f) Memperlancar jalannya komunikasi yang efektif
g) Penyelesaian konflik secara fungsional
d. Diklat Kepemimpinan
Diklat kepemimpinan adalah diklat yang diselanggarakan
dalam pendidikan pelatihan guna mencapai kemampuan,
keterampilan, wawasan, pengetahuan dalam bidang kepemimpinan
yang structural, contohnya adalah diklat kelapa sekolah.
6. Prinsip-Prinsip Pendidikan dan Pelatihan
a. Prinsip Umum
Pendidikan dan pelatihan saat ini merupakan suatu
keharusan dilakukan oleh suatu organisasi dan tidak diabaikan
karena hal ini dapat dipandang sebagai penanaman modal
(investasi). Pendidikan dan pelatihan yang terencana secara teratur
menurut Tjiptoherijanto, dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilan kerja yang sekaligus mengarah pada peningkatan
produktivitas kerja. Dalam istilah lain dapat dikatakan bahwa
tingkat penghasilan seorang meningkat dengan bertambah
tingaktan pendidikan dan pelatihan.
Dengan adanya pendidikan dan pelatihan ini berpengaruh
kepada tingkat kemampuan kerja seorang pegawai karena
mendapatkan imbalan yang sesuai dengan apa yang telah dilakukan
oleh pegawai tersebut, semakin bayak yang diterima oleh pegawai
maka semakin meningkat partisipasi dalam menanggung tanggumg
jawab. Karena itu maka harus diperhatikan prinsip-prinsip
yaitunya:
1) Diklat sebagai penyempurnaan
Kekuatan pendidikan normal pada umumnya masih dalam
keadaan siap latih. Terlebih lagi karena pendidikan di
Indonesia masih bersifat massal, karena sangat
63

mengutamakan pemerataan. Mereka belum siap dan mampu


untuk memegang jabatan tertentu. Oleh karena itu, sumber
daya manusia ini masih harus disempurnakan dalam satu
diklat terprogram.
2) Diklat sebagai pelayanan kemajuan IPTEK
Ledakan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak
dapat dihindari lagi sehingga apa yang dipelajari di bangku
sekolah tahun ini mungkin telah berubah dan diperbaiki Hal
ini sesuai dengan pernyataan Chandler “ Tiap tahun
ilmuwan menemukan fakta-fakta baru dan menyusun
kembali yang lama sehingga mengubah bahan-bahan
pelajaran di semua bidang, karena pesatnya perkembangan
IPTEK itu karyawan suatu organisasi perlu ditingkatkan
kemampuannya untuk melayani kemampuan IPTEK”.
3) Diklat sebagai wahan promosi
Organisasi selalu ditingkatkan mutu pelayananya
pada setiap tingkatan jabatan yang ada dalam organisasi itu.
Semakin tinggi jabatan, semakin dibutuhkan orang yang
berkualitas. Peningkatan kualitas karyawan pada umumnya
diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang
direncanakan secara sistematis.
4) Diklat sebagai pemenuh aspirasi masyarakat
Mendapatkan pelayanan yang cepat dan tepat sangat
mendesak dikarenakan masyarakat dalam era informasi dan
komunikasi bersedia membayar lebih mahal asal urusan
mereka dapat diselesaikan dengan cepat.
5) Diklat sebagai pemasuk ide inovatif
Mustahil pembaharuan dilaksanakan dalam kegiatan
rutin. Hal ini karena kegiatan rutin menimbulkan kejenuhan
yang mengahalangi kemajuan lembaga organisasi. Oleh
64

karena itu, diperlukan penyegaran berupa ide inovatif yang


sering diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan.
b. Prinsip Khusus
Menurut Rivai menegaskan bahwa belajar merupakan
proses fisik-fisiologis yang mengubah tingkah laku individu, yang
berupa kemampuan aktual dan potensial, yang berlaku dalam
waktu yang relatif lama, dan diperoleh dengan usaha sadar.
Selanjutnya keberhasilan belajar menurut Sudjana
dipengaruhi oleh trikondisi pendidikan, yakni konsistensi,
konvergensi, dan kontiniutitas. Konsistensi berarti bahwa kegiatan
pendidikan harus serasi dan ajang dalam mengembangkan potensi
peserta didik. Konvegerensi berarti pendidikan bertolak dari
landasan yang jelas. Kontiniutas berarti bahwa pendidikan harus
ditempuh dan berkelanjutan (Basri & Rusdiana, 2015).
Kesimpulan menurut pandangan para ahli diatas adalah
prinsip khusus dari pendidikan dan pelatihan adalah belajar. Arti
dari belajar adalah suatu kegiatan yang bisa dilkukan secara fomal
dan non formal untuk mengasah keterampilan dan mencari ilmu
dari hal yang sebelumnya tidak diketahui oleh peserta didik
menjadi tahu yang dilakukan secara berkelanjutan menurut standar
yang ada.
7. Komponen Program Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan
a. Tujuan
Tujuan pendidikan menurut Notoatmodjo adalah deskripsi
dari pengetahuan, sikap, tindakan, penampilan, dan sebagaimana
yang diharapkan akan dimiliki sasaran pendidikan periode tertentu.
Tingkatan tujuan pendidikan menurut Notoatmodjo yaitu
tujuan pendidikan nasional, tujuan instuitusional, tujuan antara,
tujuan instruksional, isi, rumusan tujuan dalam pendidikan harus
bersifat komprehensif, artinya mengandung aspek pengetahuan,
65

sikap, dan keterampilan. Ketiga aspek ini harus ada di dalam tujuan
yang bersifat umum ataupun tujuan yang bersifat khusus.
b. Materi
Materi diklat adalah keseluruhan topik yang dibahas dalam
diklat yang akan berlangsung. Materi yang dibahas harus berkaitan
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Bukan hanya
berdasarkan tujuan, pilihan materi yang diambil bergantung pada
isi pelatihan desain instruksional, dana alat bantu pelatihan. Selain
itu rumusan materi harus tersusun sesuai struktur materi yang telah
terintregrasi, yaitu memenuhi kebutuhan peserta akan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kerja.
c. Metode
Pemilihan metode yang akan digunakan bergantung pada
faktor-faktor seperti jenis pelatihan yang diberikan, sasaran
pelatihan, usia peserta, pendidikan dan pengalaman peserta, dan
tersedianya instruktur yang cakap dalam suatu metode tertentu.
Jenis metode pendidikan menuurt I.L Pasaribu yaitu ceramah,
ceramah dengan tanya jawab, diskusi kelompok, permainan peran,
simulasi, studi kasus, pemecahan masalah, brainstorming,
kunjungan ke lapangan, kerja lapangan, progmamed instruction,
metode rsitasi, symposium, team teaching.
d. Media
Menurut Hamalik media diklat yang dapat dipilih adalah
1) Media cetak
2) Media gambar
3) Media audio
4) Media visual
5) Media audiovisual
6) Media proyeksi dan non-proyeksi
Manfaat media menurut Notoatmodjo yaitu
1) Menimbulkan minat dan sasaran pendidikan dan latihan
66

2) Mencapai sasaran yang lebih besar


3) Membantu mengatasi hambatan Bahasa
4) Merangsang peserta diklat untuk melaksanakan pesan-
pesan
5) Membantu peserta diklat untuk belajar lebih banyak dan
cepat
6) Mempermudah penyampain bahan pendidikan/infomasi
oleh pendidik
7) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran
pendidikan
8) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian
mendalami
9) Membantu menegakan pengertian yang diperoleh
e. Instruktur
Menurut Notoatmodjo, instruktur adalah guru. Seorang
instruktur harus selalu mengembangkan diri sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam
bidang pekerjaan yang digeluti.
Dalam setiap pelatihan, instruktur harus dapat menciptakan
Susana yang menyenagkan dengan cara memberikan kesan yang
baik. Sesuai dengan pendapat Donaldson tentang sikap instruktur ,
“jika bertindak rileks dan bersahabat, tersenyum dan membuka
pertemuan dengan cara yang hangat dan informal, partisipan akan
merasa senang dan lebih santai serta ingin berpatisipasi
8. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan
a. Jenis / Tipe Program
Program pelatihan adalah suatu kegiatan dengan yujuan
menigkatkan ilmu pengetahuan, kemampuan, pengembangan karir
bakat minat. Menurut Faisal mengemukakan bahwa jenis program
pelatihan yaitunya pendidikan bakal kerja, pendidikan jiwa baru,
67

pendidikan kader, pendidikan yang bersifat rekreatif-apresiasif dan


kesegaran jasmani.
b. Tujuan Program
Tujuan pelaksanaan program pelatihan disesuiakan dengan
program yang dilaksanakan, jika program yang dilaksanakan
adalah diklat fungsional, maka tujuan nya adalah bagaimana
pelaksanaan diklat dapat mengembangkan kemampuan guru dalam
meningkatkan kinerjanya.
c. Sasaran Program
Sasaran program adalah peserta yang akan melaksanakan
program pelatihan, seperti pendidik yang baru menjalankan
tugasnya, bahkan pendidikan yang ingin meningkatkan kinerjanya
dan upgrade kemampuannya. Menurut Faisal ada beberapa
klasifikasi yang dapat digunakan dalam sasaran program yaitunya
usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan.
d. Waktu Program
Menurut Abdullak kegiatan pelaksanaan disesuaikan
dengan pelaksanaan program atau kebutuhan peserta pelatihan
serta instruktur pelatihan. Pelatihannya banyak dipengaruhi oleh
kondisi yang menuntut untuk diadakannya kegiatan pendidikan
dapat dilakukan bervariasi.
e. Kurikulum Program
Kurikulum merupakan suatu acuan dalam pelaksanaan
pelatihan, kurikulum merupakan bahan ajar dalam pelaksanaan
pelatihan agar mencapai tujuan dari pelatihan tersebut. Menurut
Sibombing kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai rencana tentang tujuan, isis program, bahan yang
dipergunakan.
f. Metode
68

Metode yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan


peserta, tempat dan kondisi. Ada beberapa alternative metode yang
digunakan dalam proses pelatihan seperti seminar.
g. Media
Menurut Hamalik dalam Soetrisno dan Sayuti “media
pendidikan adalah sarana dalam melaksanakan diklat berupa alat,
metode, dan teknik yang diguanakan dalam rangka mengefektifkan
komunikasi dan interaksi antara peserta dan pelatih”.
h. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian yang dilakukan setelah
melaksanakan pelatihan, evaluasi dilakukan bukan hanya saat
pelatihan telah berakhir, tetapi dapat juga dilakukan saat pelatihan
dilaksanakan (Efendi, 2017).
D. Penelitian Relevan
Ada beberapa penelitian relevan dengan penelitian ini diantaranya
adalah
Penelitian pertama oleh Rica Fitriawati pada tahun 2019 dengan
judul evaluasi program pelatihan guru mata pelajaran dalam
pengembangan kompetensi guru di MTSn 10 Tanah Datar. Dalam
penelitian ini membahas tentang evaluasi program yaitunya sejarah
evaluasi program, tujuan evaluasi program, manfaat evaluasi program
prinsip evaluasi program.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah pada
varibael x nya yaitu evaluasi program dan kompetensi
guru/pendidik.kemudian Model evaluasi yang digunakan adalah model
evaluasi formatif
Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah pada
objek penelitian. Peneliti mengambil objek di SLB Negeri 1 Lima Kaum,
sedang penelitian oleh Rica Fitriawati mengambil obyek MTSN 10 Tanah
Datar. Kemudian permasalahan pada penelitian ini adalah tentang evaluasi
perencanaan, factor penunjang program, proses pelaksanaan program,
69

dampak terhadap pengembangan kompetensi guru.hasil dari penelitian ini


adalah dari segi perencanaan semua direncanakan sesuia dengan apa yang
diharapkan mulai dari menentukan siapa saja pihak yang terkait dalam
perencanaan program tersebut , perencanaan mengenai program
kepanitian, program perencanaan anggara, perencanaan program sarana
dan prasarana serta instruktur, materi dan media yang digunakan dalam
program pelatihan guru mata pelajaran. Perencanaan dilakukan dengan
musyawarah dalam suatu rapat yang melibatkan personil yang ada di
madrasah tersebut. Perencanaan dilakukan dengan baik, dengan
merencanakan segala kebutuhan dalam program ini. Berdasarkan
pelaklsanaan program yang disesuaikan dengan tujuan madrasah atau
pendidikan. Selain dari segi proses, dampak terhadap peserta pun
membuahkan hasil yang positif juga. Harapan peserta agar program ini
selalu ada.
Penelitian kedua oleh Sasnawati pada tahun 2019 dengan judul
evaluasi program tarining need analysis (TNA) di Balai Tanah
Kecamatan Baringin Kota Sawahlunto. Dalam penelitian ini membahas
konteks apa yang dikembangkan di Balai Diklat, Pemanfaatan kurikulu
program TNA, produk yang dihasilakn oleh Balai DIklat.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah pada
varibael x nya yaitu evaluasi program. Metode yang diguanakan sama
seperti penulis lakukan yaitu metode kualitatif
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah terletak
pada varibel y nya yaitu pada penelitian peneliti menneliti tentang
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (Diklat), sedangkan penelitian oleh
Saswati meneliti tentang training need analysis (TNA) dan pada obyek
penelitian. Peneliti mengambil objek di SLB Negeri 1 Lima Kaum, sedang
penelitian oleh Sanawati mengambil obyek di Balai Diklat Tanah
Kecamatan Baringin KotaSawahlunto. Kemudian yang dibahas adalah
konteks dari diklat yang dikembangkan, bagaimana memanfaatkan input.
Proses program diklat, dan produk yang dihasilkan. Evaluasi yang
70

dilakukan dengan model CIPP. Kemudian hasil nya adalah konteks


pencapaian sudah 80%. Dari segi input sudah sesuai denganyang
diharapkan., bahwa sudah memnuhi kebutuhan dalam program, dari segi
proses sudah sesuai dengan yang diharapkan, dari segi produk bahwa hasil
produk sudah tercapai karena bias dilihat dari alumni yang sudah
mendapatkan pekerjaan.
Penelitian ketiga oleh Jeane Marie Tulung pada tahun 22014
dengan judul evaluasi program pendidikan dan pelatihan
kepemimpinan tingkat IV di Balai Diklat Keagamaan Manado. Pada
penelitian ini membahas tentang komponen masukan (Input) yang terjadi
dalam penyelenggaraan Diklat, terbatasnya tenaga administrasi pada
Diklat, ketidakseimbangnya jumlah jam pelajaran antar Wisyaswara.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah terletak
pada varibel x yaitu evaluasi proram pendidikan dan pelatihan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah terletak
pada varibel y nya yaitu pada penelitian peneliti meneliti tentang
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (Diklat) sedangkan penelitian oleh
Jeane Marie Tulung adalah kepemimpinan. Kemudian terletak pada obyek
penelitian, peneliti mengambil obyek di SLB Negeri 1 Lima Kaum,
sedangkan penelitian oleh Jeane Marie Tulung mengambil obyek Balai
Diklat Keagamaan Manado. Kemudian model yang diguanakan adalah
model CIPP dengan hasil adanya peningkatan jumlah dan mutu
penyelengaraan diklat.
Penelitian keempat oleh Resti Fidi Astuti pada tahun 2014 dengan
judul evaluasi program pendidikan dan pelatiham (diklat) pengadaan
barang/jasa pemerintah di Badan Diklat Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Penelitian ini membahas tentang contecxt, input, process,
product program pendidikan dan pelatihan barang/jasa di Balai Diklat.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah terletak
pada varibel x yaitu evaluasi proram pendidikan dan pelatihan.
71

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah terletak


pada varibel y nya yaitu pada penelitian peneliti meneliti tentang
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (Diklat) sedangkan penelitian oleh
Resti Fidi Astuti adalah pengadaan barang/jasa. Kemudian terletak pada
obyek penelitian, peneliti mengambil obyek di SLB Negeri 1 Lima Kaum,
sedangkan penelitian oleh Resti Fidi Astuti di Balai Diklat Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemduain model yang diguanakan adalah
model CIPP dengan hasil program dilaksanakan sesuai degan peraturan
pemarintah di Badan Diklat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta serta
strujtur tersebut berisi materi pelatihan serta jumlah jam pelajaran materu
umum pokok penunjang
Penelitian kelima oleh Rudi Hermawan pada tahun 2020 dengan
judul evaluasi program diklat matematika dengan pendekatan PMRI
di BDK Pelembang. Penelitin ini membahs tentang gambaran evaluasi
matematika di PMRI di BDK Pelembang, bagaimana reaksi dan kepuasaan
peserta terhadap pendekatan PMRI, dan kemampuan peserta terhadap
materi yang dipelajari.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah terletak
pada varibel x yaitu evaluasi proram.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah terletak
pada varibel y nya yaitu pada penelitian peneliti meneliti tentang
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (Diklat) sedangkan penelitian oleh
Rudi hermwan adalah diklat matematika dengan pendekatan PMRI di
BDK Palembang. Kemudian terletek pada obyek penelitian di SLB Negeri
1 Lima Kaum, sedangkan penelitian oleh BDK Palembang. Kemduain
model evaluasi pada penelitian evaluasi program diklat matematika
dengan pendekatan PMRI di BDK Pelembang adalah model evaluasi
krikpatrick, dengan hasil program relevan dengan yang dilaksanakan dan
mampu dalam mamahami materi yang dilaksanakan

BAB III
72

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti, maka jenis penelitian
yang dilakukan adalah penelitian evaluasi (evalution reseach). Penelitian
evaluasi adalah alat dari berbagai cabang ilmu pengetahuan untuk
menganalisis dan menilai fenomena ilmu pengetahuan dan aplikasi ilmu
pengetahuan dalam praktis profesi. Penelitian evaluasi merupakan suatu
proses yang dialukan dalam rangka menentukan kebijakan terlebih dahulu
mempertimbangkan proses serta teknik yang telah digunakan untuk
melakukan penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto yang dikutip oleh Rica
Fitriawati menyatakan penelitian evaluasi adalah suatu kegiatan
mengumpulkan data secara sistemastis yang dimaksud untuk membantu
para mengambil keputusan dalam usaha menjawab pertnyaan-pertanyaan
semacam yang sudsh dicontohkan (rica fitriawati, 2019).
Bigdan dan Taylor menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian yang mengaha silkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
(Abdussamad, 2021).
Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dengan pendekatan
kualitatif dan model formatif . penelitian evaluasi dengan pendekatan
kualitatif dan model formatif dipilih karena peneliti ingin mengambarkan
dan menganalisis fenomena tertentu dengan secara luas dan rinci serta
komprehensif di SLB Negeri 1 Lima Kaum.
B. Langkah-langkah Evaluasi Formatif
Langkah-langkah evaluasi formatif adalah sebagai berikut
1. Guru menyiapkan instrument angket penilaian
2. Guru menjadwalkan pelaksanaan evaluasi program,
3. Guru dan evaluator melakukan pelaksanaan evaluasi program
4. Evaluator menilai guru dalam melakukan pelaksanaan evaluasi program
73

C. Latar dan Waktu Penelitian


1. Latar penelitian
Penelitiam ini dilakukan di SLB Negeri 1 Lima Kaum, Batusangkar,
Kabupaten Tanah Datar. Hal ini didasarkan atas bentuk evaluasi
program pendidikan dan pelatihan (Diklat) fungsional di SLB Negeri 1
Lima Kaum.
2. Waktu penelitian yang penulis lakukan dilaksanakan dari bulan Januari
2023 sampai dengan Juli 2023 sebagaimana dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 1.2
Waktu Penelitian

Bulan dan Tahun Penelitian 2023


N Kegiatan Jan-Feb Mar-Apr Mei Juli-
O agust
1. Survey awal 
2. Penyusunan 
proposal
3. Bimbingan  
proposal pra
seminar
4. Seminar 
proposal
5. Pengumpulan 
data ke lapangan
6. Pengelolaan data 
7. Analisis data 
8. Sidang 
munaqasyah

D. Instrumen Penelitian
74

Instrumen penelitian adalah suatu sarana dan prasaran atau alat


yang membantu proses penelitian agar pengumpulan data yang dialakukan
dapat lebih teruji kebenarannya.
Menurut Gulo, instrument penelitian adalah pedoman tertulis
tentang wawancara, pengamatan, atau daftar pertanyaan, yang
dipersiapkan untuk mendapatkan informasi (Anufia, 2019).
Pada penelitian ini peneliti menggunakan instrument yaitunya
peneliti sendiri dan angket wawancara dengan kepala sekolah, wakil
kurikulum, guru SD dan guru SMP di SLB Negeri 1 Lima Kaum, serta
alat-alat berupa smartphone untuk mengambil foto sebagai bukti
melakukan wawancara dan merekam audio wawancara, buku tulis, dan
pena
E. Sumber Data
Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa secara garis besar sumber
data penelitian dibedakan menjadi dua macam yakni sumber data primer
dan sumber data pelengkap atau sekunder (Metodologi penelitian
pendidikan dan aplikasinya pada pendidikan anak usia dini (PAUD),
2013).
Dalam penelitian ini
1. sumber data primer adalah informasi dengan para informan yaitunya
kepala sekolah, wakil kurikulum, guru SD dan guru SMP di SLB
Negeri 1 Lima Kaum.
2. Sumber data sekunder adalah sertifikat pendidik setelah melaksanakan
diklat.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk melakukan penelitian diperlukannya teknik dan tata cara yang
digunakan dalam pengumpulan data yang valid, teknik tersebut adalah
1. Observasi
Dalam mengumpulakan data peneliti melakukan metode observasi
terus terang atau tersamar. Hal ini peneliti lakukan agar tetap menjaga
rahasia yang memang tidak ingin disampaikan oleh informan.
75

2. Wawancara
Wawancara atau interview adalah percakapan dengan maksud
tertentu untuk memperoleh informasi dari teori wawancara.
Wawancara adalah bentuk komunikasi verbal semacam percakapan
yang bertujuan memperoleh informasi atau tanya jawab antara peneliti
dengan obyek yang diteliti
Wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur dalam
pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara
tertstruktur, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat,
dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu
mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh
informan (Abdussamad, 2021).
Peneliti melakukan teknik pengumpulan data wawancara semi
terstruktur dalam penelitian Implementasi Manajemen Diklat Untuk
Meningkatkan Kompetensi Guru di SLB Negeri 1 Lima Kaum dengan
kepala sekolah serta pendidik di SLB Negeri 1 Lima Kaum, karena
peneliti memiliki instrument penelitian yaitu berupa angket pertanyaan
yang akan diajukan kemudian informan akan dimintai pendapat oleh
peneliti.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan data mengenai hal-hal berupa catatan,
transkip, buku-buku, surat kabar, agenda dan lain sebagainya.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang (Abdussamad, 2021).
Dari kunjungan awal kesekolah yang peneliti lakukan yaitunya
wawancara, dokumentasi yang peneliti dapatkan berupa sertifikat
pendidik setelah melakukan diklat. Sertifikat ini sebagai bukti pendidik
telah melaksanakan diklat.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah kegiatan yang dialakukan oleh peneliti
dalam menjelaskan data yang telah dikumpulkan melalui pengumpulan
76

data yaitunya merangkum data melalui teknik pengumpulan data sehingga


data yang telah dikumpulkan dapat dijelaskan secara rinci melalui teknik
analisis data.
Menurut Miles dan Huberman moxel analisis data ada tiga tahap
yaitunya sebagai berikut
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan
polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selajutnya, dan mencarinya apabila
diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan, seperti
computer, notebook, dan lain sebagainya.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
menyajikan data. Penyajian data dapat dialakukan dengan
menggunakan tabel, grafik, dan sebagainya. Melalui penyajian data
tersebut, maka data terorganisasikan dan tersusun dalam pola
hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Menurut Miles
dan Huberman yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Dengan adanya penyajian data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja berdasarkan apa
yang telah dipahami tersebut. Selanjutnya menurut Miles dan
Huberman dalam penyajian data selain dengan teks yang naratif juga
dapat diakukan dengan berupa grafik, matrikss, network, dan lain
sebagainya
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Menurut Miles dan Huberman langkah selanjutnya adalah panrikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan mengalami perubahan apabila tidak
77

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap


pengumpulan data berikutnya . tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid
dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumupulkan data
maka kesimpulan yang diekmukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel. Kesimpulan ini dapat berupa hubungan kausal atau interaktif
maupun hipotesis atau teori (Helaludin, 2019).
Data yang peneliti peroleh dari SLB Lima Kaum, Batusangkar,
Kabupaten Tanah Datar akan dianalisis oleh peneliti kemdian data
akan diklasifikasikan dan menyusun berdasarkan kategori-kategori,
setelah data diperoleh maka peneiliti akan menarik kesimpulan
berdasarkan data yang sudah ada.
H. Teknik Penjaminan Keabsahan Data
Teknik penjaminan keabsahan data adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh peneliti dalam mengecek kembali data yang telah
didapatkan serta dikumpulkan agar teruji kebenarannya serta validitasnya
Salah satu teknik pengecekan data atau keabsahan data adalah
teknik triangulasi. Triangulasi adalah pengecekan data dengan cara
memeriksa ulang data, pemeriksaan ulang dapat dilakukan sebelumnya
atau sesudah data dianalisis. Pemeriksaan dengan cara triangulasi
dilakukan untuk meningkatkan derajat kepercayaan dan akurasi data.
Triangulasi dialakukan dengan tiga strategi, yaitu triangalasi sumber,
triangulasi metode, dan triangulasi waktu
1. Triangulasi sumber, peneliti akan mendapatkan data dari hasil
wawancara dengan kepala sekolah, wakil kurikulum, dan pendidik
serta peserta didik di SLb Negeri 1 Lima Kaum, kemudian peneliti
akan membandingkan dengan sumber yang ada
2. Triangulassi waktu. Peneliti akan mempertimbangkan waktu dalam
mengumpulkan data.
3. Triangulasi Teknik. Peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan
datadari wawancara dan dokumentasi
78

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Penelitian
1. Profil SLB Negeri 1 Lima Kaum
a. Nama Sekolah : SLBN 1 Lima Kaum
b. Nomor Pokok Sekolah Nasional : 10310471
c. Jenjang Pendidikan : SLB
d. Status Sekolah : Negeri
e. Alamat Sekolah : Jl. Jenderal Sudirman, Lima Kaum
f. RT/RW : 0/0
g. Dusun : Tigo Tumpuk
h. Desa Kelurahan : Lima Kaum
i. Kecamatan : Kec. Lima Kaum
j. Provinsi : Prov. Sumatera Barat
k. Kode Pos : 27213
l. LOkasi Geografis : Lintang 0 Bujur 100
2. Visi dan Misi SLB Negeri 1 Lima Kaum
a. Visi SLB Negeri 1 Lima Kaum
Mewujudkan peserta didik yang berima dan beratqwa, berilmu,
mandiri bertanggungjawab, serta berkarakter
b. Misi SLB Negeri 1 Lima Kaum
1. Mewujudkan peserta didik yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Mewujudkan peserta didik yang berilmu pengetahuan
3. Mewujudkan peserta didik yang mandiri melalui life skill
4. Mewujudkan peserta didik yang bertanggungjawab terhadap
diri sendiri dan masyarakkat
79

5. Mewujudkan peserta didik yang berkarakter

3. Data Guru dan Tenaga Kependidikan SLB Negeri 1 Lima Kaum


Tabel 1.3
78
Data Guru dan Tenaga Kependidikan SLB Negeri 1 Lima Kaum

No NAMA JABATAN STATUS KUALIFIKASI


PENDIDIKAN
1. Ramsidah, S.Pd Kepala PNS S1 PLB
Sekolah
2. Pina Novalia, S.Pd Wakil PNS S1 PLB
Kurikulum
Sri Hastuti, S.Pd Guru PNS S1 PLB
Dasni, S.Pd Guru PNS S1 PLB
Ira Fatmawati, S.Pd Guru PNS S1 PLB
Eli Rosna, S.Pd Guru PNS S1 PLB
Yurnalis, S.Pd Guru PNS S1 PLB
Musyfi Ulwan Putra, S.Pd Guru PNS S1 Seni Budaya
Sastra Budiman, S.Pd Guru PNS S1 PLB
Ance Okatvia Wardila, S.Pd Guru PNS S1 PAI
Rina Gunarti, S.Pd Guru PPPK S1 PLB
Yulia Fitri, S.Pd Guru PNS S1 Tata Busana
Surnawati, S.Pd Guru HONOR S1 PLB
Windi Pratama Purmasari, S.Pd Operator HONOR S1 PLB
Endro Natoneri, S.Pd Guru HONOR S1 PJOK
Dwi Wahyuni Fitri, S.Pd Guru HONOR S1 PLB
Nangda Restu Putri, S.Pd Guru HONOR S1 PLB
Andre Pratama, S.Pd Guru HONOR S1 PLB
Adni Moraza, S.Pd Guru HONOR S1 PLB
Erwin Munandar, S.Pd Tenaga K3 - SMA

4. Evaluasi program diklat fungsional di SLB Negeri 1 Lima Kaum


a. Perencanaan evaluasi program diklat fungsional di SLB Negeri 1
Lima Kaum
Berdasarkan wawancara dengan informan mengenai
perencanaan evaluasi diklat fungsional di SLB Negeri 1 Lima
Kaum maka dalam perencanaan nya perlu melakukan beberapa
tahap yang sangat penting, sebagaimana yang diungkapkan oleh
80

ibuk Ramsidah, S.Pd selaku kepala sekolah mengenai


perencanaan evaluasi program diklat fungsional di SLB Negeri 1
Lima Kaum menyatakan bahwa evaluasi program dilakukan oleh
personal guru yang mengikuti diklat fungsional mulai dari
perencanaan evaluasi program diklat fungsional di SLB 1 Negeri
1 Lima Kaum adalah panitia program diklat membuat angket
penilaian sesuai dengan tema dan mempersiapkan dan
merumuskan point-point yang akan dievaluasi, kemudian panitia
dan kepala sekolah menentukan model dari evaluasi yaitunya
model evaluasi formatif, selanjutnya peralatan untuk kegiatan
evaluasi program diklat fungsional adalah mempersiapkan
insrumen, instrument inilah angket evaluasi program diklat
fungsional dan sebuah penilaian bagi panitia dan kepala sekolah
sebagai evaluator diklat fungsional yang dilakukan oleh
pendidik. (Jumat, 14 Juli 2023)
Sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan oleh ibuk Pina
Novalia, S.Pd selaku wakil kurikulum menyatakan perencanaan
evaluasi program diklat fungsional di SLB Negeri 1 Lima Kaum
yang telah diterapkan adalah bahwa perencanaan dimulai dari
panitia dan kepala sekolah mempersiapkan angket dengan baik
sesuai dengan tema yang dilaksanakan, panitia dan kepala sekolah
menyiapkan angket dari teori-teori yang berhubungan dengan
tema yang dilaksanakan, panitia dan kepala sekolah lalu akan
menilai menggunakan angket yang fungsinya sebagai penilaian
kepada peserta diklat (Selasa, 11 Juli 2023)
Hal ini juga sesuai dengan ungkapan ibuk Yurnalis, S.Pd
selaku guru SD di SLB Negeri 1 Lima kaum, dari hasil
wawancara persiapan diklat fungsional di SLB Negeri 1 Lima
Kaum yang telah diterapkan adalah bahwa perencanaan dimulai
dari panitia dan kepala sekolah mempersiapkan materi dengan
baik, materi tersebut berfungsi sebagai acuan dalam membuat
81

angket penilain untuk peserta program diklat fungsional. (Selasa,


11 Juli 2023)
Hal ini sesuai dengan ibuk Surnawati, S.Pd selaku guru SMP di
SLB Negri 1 Lima kaum bahwa perencanaan evaluasi program
diklat fungsional ini dilakukan dengan panitia dan kepala sekolah
mempersiapkan pemateri sebagai pedoman membuat angket
penilaian yang akan dilakukan dalam pelaksanaan evaluasi
program diklat fungsional. kemudian panitia dan kepala sekolah
melakukan perannya sebagai evaluator dengan menggunakan
angket penilaian yang telah dipersiapkan (Selasa, 11 Juli 2023)
Dari hasil wawancara peneliti dengan berbagai informan
tersebut dapat disimpulkan bahwasanya perencanaan evaluasi
program diklat fungsional di SLB Negeri 1 Lima Kaum adalah
perencanaanya dimulai dengan panitia dan kepala sekolah
menentukan tujuan dari evaluasi program yang disesuaikan
dengan tema program diklat yang telah dilaksanakan, kemudian
panitia dan kepala sekolah merumuskan masalah dengan
membuat angket penilaian sebagai pelaksanaan evaluasi program
diklat fungsional, dengan angket inilah nanti hasil dari evaluasi
program dapat dinilai dan ditindak lanjuti untuk kegiatan
kedepannya.
b. Pelaksanaan evaluasi program diklat fungsional di SLB Negeri 1
Lima Kaum
Berdasarkan wawancara dengan informan mengenai
pelaksanaan evaluasi program diklat fungsional di SLB Negeri 1
Lima Kaum dimana mengadakan suatu penilaian dimana ada
seseorang professional memberikan penilaian menggunakan
instrument. Sebagaima yang diungkapkan oleh ibu Ramsidah,
S.Pd pelaksanaan evaluasi program diklat fungsional yang
dilaksanakan di sekolah SLB Negeri 1 Lima Kaum adalah
evaluasi program formatif, dimana dalam pelaksanannya guru
82

akan dinilai oleh professional yaitunya evaluator yaitunya kepala


sekolah serta panitia yang dinilai dengan engkat penilaian yang
berupa instrument penilaian yang nantinya akan dinilai langsung
oleh panitian termasuk kepala sekolah sebagai penanggung jawab
dan evaluator. (Jumat, 14 Juli 2023)
Sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan oleh ibuk
Pina Novalia, S.Pd selaku wakil kurikulum menyatakan bahwa
hasil evaluasi yang sudah diterapkan sesuai dengan pelaksanaan
evaluasi program diklat fungsional yang dilakukan oleh SLB
Negeri 1 Lima Kaum tidak lepas dengan indikator-indikator yang
harus ada dalam evaluasi program. Pada pelaksanaan nya peserta
akan dinilai selama kegiatan evaluasi dilakukan dengan dinilai
menggunakan instrument yang telah dipersiapkan sebelumnya
oleh penitia dan kepala sekolah, engan instrument itulah kegiatan
dapat dinilai baik buruknya kegiatan dan dampak yang akan
dilihat. (Selasa/ 11 Juli 2023)
Sesuai dengan hasil wawancara dengan wakil kurikulum
diatas, ibuk Yurnalis, S.Pd selaku guru SD di SLB Negeri 1 Lima
kaum juga mengemukaan pendapatnya tentang pelaksanaan
evaluasi program diklat fungsional yang telah dilaksanakan
bahwa peserta diklat fungsional akan dinilai dalam kegiatan
evaluasi program dengan menggunakan instrument yang telah
dipersiapkan oleh panitia dan kepala (Selasa, 11 Juli 2023)
Sejalan dengan ungakapan ibu Surnawati, S.Pd selaku guru
SMP di SLB Negeri 1 Lima Kaum mengungkapkan bahwa
pelaksanaan evaluasi program diklat fungsional di SLB Negeri 1
Lima Kaum adalah ketika peserta diklat dinilai menggunakan
instrument penilaian berupa angket yang akan diberikan panitia
dan kepala sekolah sebagai penangung jawab atau evaluator,
kemudian evaluasi program dilaksanakan dengan model formatif.
(Selasa, 11 Juli 2023)
83

Dari hasil wawancara peneliti dengan berbagai informan


tersebut dapat disimpulkan bahwasanya pelaksanaan evaluasi
program diklat fungsional di SLB Negeri 1 Lima Kaum adalah
evaluasi program formatif. Dimana kegiatan pelaksanaan evaluasi
formatif ini panitia dan kepala sekolah sebagai penangung jawab
atau evaluator yang menentukan penilaian terhadap guru yang
telah melaksanakan kegiatan diklat fungsional. Dalam kegiatan
pelaksanaan evaluasi program formatif ini peserta diklat yaitunya
guru akan dinilai menggunakan instrument yang telah
dipersiapkan oleh panitia dan kepala sekolah, kemudian guru
tersebut akan mendapatkan hasil setelah dinilai dan berdampak
pada kegiatan kedepannya dilaksanakan.
c. Hasil evaluasi program diklat fungsional di SLB Negeri 1 Lima
Kaum
Adapun hasil evaluasi program diklat fungsional di SLB di
Negeri 1 Lima Kaum menurut ibu Ramsidah, S.Pd selaku kepala
sekolah bahwa kegiatan diklat fungsional sangat baik dilakukan di
SLB Negeri 1 Lima Kaum karena memberikan dampak yang baik
kepada peserta diklat yaitunya guru di SLB negeri 1 Lima Kaum.
Kegiatan diklat ini kedepannya akan terus dilaksanakaan demi
menunjang keprofesionalitasan guru sebagai pendidik dan dapat
memberikan manfaat kepada peserta didik karena ilmu yang
didapat oleh guru tersebut dapat menunjang keterampilan dan
keklancaran proses pembelajaran. (Jumat, 14 Juli 2023)
Sejalan dengan ungkapan ibuk Pina Novalia, S.Pd selaku
wakil kurikulum mengungkapkan hasil evaluasi program diklat
fungsional di SLB Negeri 1 Lima Kaum adalah peserta diklat
fungsional adalah guru mendapatkan ilmu yang bermanfaat
selama proses kegiatan diklat dilaksanaan dengan adanya hasil
evaluasi program tersebut kegiatan akan terus dilaksanakan
karena kegiatan sangat berlangsung baik dan memberikan
84

manfaat kepala guru sebagai pendidik, guru dapat meningkatkan


keprofesionalitasan dalam mengjar dan meningkatkkan ilmu
pengethuan sehingga dapat berdampak kepada peserta didik.
(Selasa, 14 Juli 2023)
Selanjutnya ungkapan dari ibu Yurnalis selaku guru SD di
SLB Negeri 1 Lima Kaum dalam hasil evaluasi program diklat
fungsional di SLB Negeri 1 Lima Kaum adalah kegiatan
berlangsung dengan baik dan kondusif sehingga bermanfaat untuk
menunjang kinerja dari seorang guru sebagai pendidik, yang
mana kegiatan ini bermanfaat juga bagi peserta didik dalam
menerima ilmu yang didapat. (Selasa, 14 Juli 2023)
Sesuai juga dengan pernyataan ibu Surnawati, S.Pd guru
SMP di SLB Negeri 1 Lima kaum tentang hasil evaluasi program
diklat fungsional adalah prosedur yang dilakukan sesuai dengan
tema yang dilaksanakan, kegiatan diklat fungsional yang sudah
dilaksanakan agar proses pembelajaran kedepannya lebih baik
lagi. Untuk kebutuhan dalam kegiatan selama kegiatan sudah
terpenuhi dengan baik dan minimnya kekurangan yang dirasakan.
(Selasa, 14 Juli 2023)
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa
informan diatas dapat disimpulkan hasil evaluasi program diklat
fungsional berlangsung dengan baik sehingga bermanfaat dan
menunjang kinerja bagi guru sebagai pendidik. Hal ini sangat
bermanfaat bagi guru untuk mengembangkan keterampilan, ilmu
pengetahuan dalam proses pembelajaran sehingga bermanfaat
juga bagi perserta didik dalam menerima proses pembelajaran.
Kegiatan diklat fungsional ini dapat dilanjutkan dikemudian hari
dengan manfaat-manfaat yang lebih besar lagi
d. Dampak terhadap pengembangan kompetensi guru setelah
mengikuti pelaksanaan diklat fungsional di SLB Negeri 1 Lima
Kaum
85

Adapun hasil evaluasi program diklat fungsional di SLB di


Negeri 1 Lima Kaum menurut ibu Ramsidah, S.Pd selaku kepala
sekolah bahwa dampak terhadap pengembangan kompetensi guru
setelah mengikuti pelaksanaan diklat fungsional di SLB Negeri 1
Lima Kaum yang dirasakan oleh kepala sekolah dengan adanya
evaluasi program diklat fungsional ini adalah kegiatan diklat
fungsional ini sudah dapat merubah prilaku guru dalam bentuk
keterampilan baru, pengetahuan dan bakat yang nanti akan
diterapkan dalam proses pembelajaran, kemudian ilmu yang
sudah didapatkan dapat bermanfaat bagi kehidupan, masa depan
dan lingkungan dari seorang guru tersebut, dari kegiatan tersebut
sebagai kepala sekolah sangat membantu demi kemujuan proses
belajar dan perkembangan siswa di sekolah karena guru dapat
meimplemntasikan ilmu yang didapat dari program diklat yang
dilaksanakan. (Jumat, 14 Juli 2023)
Sejalan dengan ungkapan ibuk Pina Novalia, S.Pd selaku
wakil kurikulum mengungkapkan dampak terhadap
pengembangan kompetensi guru setelah mengikuti pelaksanaan
diklat fungsional di SLB Negeri 1 Lima Kaum di SLB Negeri 1
Lima Kaum adalah dampak bagi guru sebagai pendidik adalah
kegiatan ini sangat membantu guru dalam meningkatkan
kinerjanya dalam mengajar dan berpengaruh kepada hasil belajar
peserta didik sehingga kegiatan ini perlu untuk dilakukan kembali
kedepannya. (Selasa, 14 Juli 2023)
Selanjutnya ungkapan dari ibu Yurnalis selaku guru SD di
SLB Negeri 1 Lima Kaum dalam dampak terhadap
pengembangan kompetensi guru setelah mengikuti pelaksanaan
diklat fungsional di SLB Negeri 1 Lima Kaum adalah guru
sebagai pendidik dapat meningkatkan kinerja dalam mengajar
yang akan berlangsung lebih baik karena adanya kegiatan
program diklat fungsional ini, kemudian dengan itu proses
86

pembelajaran dapat diperbarui dengan perubahan zaman dan


perubahan kurikulum yang ada sehingga berdampak pada
penerimaan informasi oleh peserta didik selama proses
pembelajaran. (Selasa, 14 Juli 2023)
Sesuai juga dengan pernyataan ibu Surnawati, S.Pd guru
SMP di SLB Negeri 1 Lima kaum tentang dampak terhadap
pengembangan kompetensi guru setelah mengikuti pelaksanaan
diklat fungsional di SLB Negeri 1 Lima Kaum adalah guru
sebagia pendidik terus dapat mengembangkan ilmu pengetahuan
dalam mengajar dan menambah ilmu lalu dapat diterapkan selama
proses pembelajaran berlangsung sehingga peserta didik dapat
mendapatkan ilmu dengan beragam cara. (Selasa, 14 Juli 2023)
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa
informan diatas dapat disimpulkan bahwa dampak terhadap
pengembangan kompetensi guru setelah mengikuti pelaksanaan
diklat fungsional di SLB Negeri 1 Lima Kaum adalah guru
sebagai pendidik dapat mengembangkan ilmu pengetahuan,
meningkatkan kinerja, dan mengambangkan ilmu pengetahuan
yang lebih terbaru demi kelancaran proses pembelajaran karena
kegiatan program diklat fungsional ini dapat memberikan dampak
yang baik demi keprofesionalitasan guru sebagai pendidik
sehingga guru dapat dengan mudah memberikan informasi
kepada peserta didik dengan baik sehingga bermanfaat bagi
peserta didik untuk masa depan dan kehidupannya.
B. Pembahasan
Temuan lapangan menyimpulkan bahwa perencanaan evaluasi
program diklat di SLB Negeri 1 Lima Kaum adalah penitia dan kepala
sekolah menentukan evaluasi program yang akan dilaksanakan, kemudian
membuat instrument sebagai alat evaluasi program yang digunakan
sebagai angket penilaian
87

Perencanaan evaluasi adalah menentukan tujuan dalam melakukan


evaluasi dengan mempersiapkan hal-hal yang dirasa perlu dalam kegiatan
evaluasi program agar kegiatan evaluasi dapat berlangsung dengan baik
Sesuia dengan hasil wawancara peneliti juga menjelaskan
bahwasanya di SLB Negeri 1 Lima Kaum dalam perencanaan kepala
sekolah dan panitia sebagai evaluator dan penangung jawab menyiapkan
instrument sebagai angket penilaian untuk menilai suatu kegiatan program
diklat dilaksanakan bagi peserta diklat yaitunya pendidik atau guru dimana
kegiatan itu dinilai dengan adanya angket penilaian tersebut.
Pelaksanaan evaluasi program diklat fungsional adalah suatu
kegiatan evaluasi program adalah serangkaian kegiatan menilai dan
menindak lanjuti kegiatan yang telah dilaksanakan, pemateri
mempersiapkan materi demi melancarkan dan memperbaiki kegiatan atau
program pendidikan agar kegiatan tersebut dapat dilakukan sebaik
mungkin dan minimnya kekurangan pada masa depan. Evaluasi adalah
kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang kerjanya sesuatu yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif
yang tepat dalam mengambil keputusan (sasnawati, 2019).
Adapun temuan lapangan mengemukakan tentang pelaksanaan
evaluasi program diklat fungsional di SLB Negeri 1 Lima Kaum adalah
menggunakan model evaluasi program formatif. Dimana kegiatan
pelaksanaan evaluasi formatif ini panitia dan kepala sekolah sebagai
penangung jawab atau evaluator yang menentukan penilaian terhadap guru
yang telah melaksanakan kegiatan diklat fungsional. Dalam kegiatan
pelaksanaan evaluasi program formatif ini peserta diklat yaitunya guru
akan dinilai menggunakan instrument yang telah dipersiapkan oleh panitia
dan kepala sekolah, kemudian guru tersebut akan mendapatkan hasil
setelah dinilai dan berdampak pada kegiatan kedepannya dilaksanakan.
Kemudian hasil evaluasi program diklat fungsional adalah bentuk
dari kegiatan program diklat fungsional yang dilaksanakan adalah
88

kemanfaat dari kegiatan yang dirasakan mulai dari meningkatkan kinerja


guru sebagai pendidik.
Evaluasi hasil adalah evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil
program yang dicapai sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir,
diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan atau dihentikan.
Adapun temuan lapangan mengemukakan tentang hasil evaluasi
program diklat fungsional di SLB Negeri 1 Lima Kaum adalah kegiatan
dilangsungkan dengan baik dan bermanfaat untuk menilai kinerja para
guru sebagai pendidik dalam mentarnsfer ilmu pengetahuan dalam
pelaksanaan tugasnya sebagai guru, kegiatan evaluasi program ini dengan
tujuan untuk meninjak lanjuti kegiatan layak terus dilaksanakanm.
Selanjutnya dampak terhadap pengembangan kompetensi guru
setelah mengikuti pelaksanaan diklat fungsional di SLB Negeri 1 Lima
Kaum adalah kegiatan ini adalah berdampak kepada kinerja guru dalam
proses pembelajaran.
Diklat fungsional adalah suatu rangkaian kegiatan dalam
memantapkan sikap, suatu ilmu, nilai, pengetahuan, serta keterampilan
yang sesuai dengan pekerjaan dan dapat bermanfataa dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan pekerjaan dengan bidang yang diembannya.
Dari temuan lapangan yang dapat dikemukakan adalah terhadap
pengembangan kompetensi guru setelah mengikuti pelaksanaan diklat
fungsional di SLB Negeri 1 Lima Kaum adalah guru dapat merubah
prilaku dan meningkatkan kinerja dalam mengamban tugasnya dan dapat
mengembangkan ilmu pengetehuan yang lebih baik lagi
89
90

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan evaluasi program
pendidikan dan pelatihan (diklat) fungsional di SLB Negeri 1 Lima Kaum
maka dapat dapat disimpulkan bahwasanya:
1. Perencanaan evaluasi program diklat di SLB Negeri 1 Lima Kaum
adalah panitia dan kepala sekolah sebagai penangung jawab dan
evaluator menyiapkan angket penilaian untuk menilai peserta diklat
fungsional.
2. Pelaksanaan evaluasi program diklat di SLB Negeri 1 Lima Kaum
adalah peserta diklat yaitunya guru akan dinilai mmenggunakan angket
penilaian yang tyelah dipersiapkan oleh panitia dan kepala sekolah
sebagai penangung jawab dan evaluator.
3. Hasil evaluasi program diklat di SLB Negeri 1 Lima Kaum adalah
kegiatan dilangsungkan dengan baik sehingga dapat meningkatkan
kinerja para peserta yaitunya guru dan kegiatan diklat fungsional ini
dapat terus dilanjutkan dengan memberikan manfaat yang lebih besar
kedepannya.
4. Dampak program terhadap pengembangan kompetensi guru setelah
mengikuti pelaksanaan diklat fungsional di SLB Negeri 1 Lima Kaum
adalah dalam program diklat ini dapat memberikan manfaat dan
meningkat kinerja guru serta dapat merubah prilaku guru yeng labih
baik llagi, sehingga ilmu yang didapat dapat dirasakan juga oleh
peserta didik, sehingga ilmu tersebut dapat bermangfaat bagi masa
depan dan lingkungan peserta didik.
91

B. Saran
Berdasarkan temuan penelitian mengenai evaluasi program
pendidikan dan pelatihan (diklat) fungsional di SLB Negeri 1 Lima Kaum,
maka peneliti mengemukakan saran yaitunya kegiatan evaluasi program
dilakukan dapat meningkatkan keprofesionalitasan guru sebagai pendidik
dan pendidik dapat kembali merasakan manfaat seterusnya dalam kegiatan
diklat.

74
DAFTAR PUSTAKA

Abdussamad, Z. (2021). metode penelitian kualitatif.


Ansori. (2015). Evaluasi Kegiatan. Paper Knowledge . Toward a Media History
of Documents, 3(April), 49–58.
Anufia, halha A. dan B. (2019). NSTRUMEN PENGUMPULAN DATA. 1–20.
Armando, S. R. (2016). Pendidikan/Pelatihan (diklat) Terhadap Kompetensi
Pegawai pada PT.PLN(Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Unit
Tuntungan Medan. 2(1), 84.
https://repositori.uma.ac.id/handle/123456789/931
Balai, D. I., Keagamaan, D., & Tulung, J. M. (2014). Journal “Acta Diurna”
Volume III. No.3. Tahun 2014. III(3), 1–16.
Basri, H., & Rusdiana. (2015). manajemen pendidikan & pelatihan. 28.
https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1031427
Brier, J., & lia dwi jayanti. (2020). ANAJER DAN PERANGKAT MANAJEMEN
BARU. 21(1), 1–9.
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203
Elfrianto. (2016). Manajemen Pelatihan Sumber Daya Manusia Dalam
Meningkatkan Mutu Lulusan. EduTech: Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Ilmu
Sosial, 2(2), 46–58.
Helaludin, H. W. (2019). Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan Teori dan
Praktik (p. 33).
Metodologi penelitian pendidikan dan aplikasinya pada pendidikan anak usia dini
(PAUD), (2013). https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=862391
Kusuma, A. (2021). manajemen sumber daya manusia dalam pendidikan dan
pelatihan dalam meningkatkan kompetensi pegawai. Manajemen Sumber
Daya Manusia Dalam Pendidikan Dan Pelatihan Dalam Meningkatkan
Kompetensi Pegawai, 1(2), 1–2.
Munthe, A. P. (2015). PENTINGYA EVALUASI PROGRAM DI INSTITUSI
PENDIDIKAN: Sebuah Pengantar, Pengertian, Tujuan dan Manfaat.
Scholaria : Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 5(2), 1.
https://doi.org/10.24246/j.scholaria.2015.v5.i2.p1-14
Nugraha, F. (2020). Pendidikan Dan Pelatihan; Konsep dan Implementasi dalam
Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta, LITBANGDIKLAT PRESS,
2(1), 91.
Rahmat. (2012). Evaluasi Program CIPP. Kajian Pustaka, 1950, 11–40.
rica fitriawati. (2019). evaluasi program pelatihan guru mata pelajaran dalam
pengembangan kompetensi guru di mtsn 10 tanah datar.
Sa’adah, E. (2015). Penerapan Evaluasi Formatif Sebagai Upaya Meningkatkan
Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam Di Sma Al-Islam Krian Sidoarjo. 1–
35. http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/2416
sasnawati. (2019). evaluasi program training need analysis (TNA) di balai
pendidikan dan pelatihan tambang bawah tanah kecamatn baringin kota
sawahlunto.
Sholeh, M. (2020). Pengaruh Diklat Fungsional Guru Terhadap Profesionalisme
Guru di SD Negeri Kaliasin I dan SD Negeri Ketabang Kecamatan Genteng
Surabaya. Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan, 8(4), 344–353.
Abdussamad, Z. (2021). metode penelitian kualitatif.
Ansori. (2015). Evaluasi Kegiatan. Paper Knowledge . Toward a Media History
of Documents, 3(April), 49–58.
Anufia, halha A. dan B. (2019). NSTRUMEN PENGUMPULAN DATA. 1–20.
Armando, S. R. (2016). Pendidikan/Pelatihan (diklat) Terhadap Kompetensi
Pegawai pada PT.PLN(Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Unit
Tuntungan Medan. 2(1), 84.
https://repositori.uma.ac.id/handle/123456789/931
Balai, D. I., Keagamaan, D., & Tulung, J. M. (2014). Journal “Acta Diurna”
Volume III. No.3. Tahun 2014. III(3), 1–16.
Basri, H., & Rusdiana. (2015). manajemen pendidikan & pelatihan. 28.
https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1031427
Brier, J., & lia dwi jayanti. (2020). ANAJER DAN PERANGKAT MANAJEMEN
BARU. 21(1), 1–9.
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203
Elfrianto. (2016). Manajemen Pelatihan Sumber Daya Manusia Dalam
Meningkatkan Mutu Lulusan. EduTech: Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Ilmu
Sosial, 2(2), 46–58.
Helaludin, H. W. (2019). Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan Teori dan
Praktik (p. 33).
Metodologi penelitian pendidikan dan aplikasinya pada pendidikan anak usia dini
(PAUD), (2013). https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=862391
Kusuma, A. (2021). manajemen sumber daya manusia dalam pendidikan dan
pelatihan dalam meningkatkan kompetensi pegawai. Manajemen Sumber
Daya Manusia Dalam Pendidikan Dan Pelatihan Dalam Meningkatkan
Kompetensi Pegawai, 1(2), 1–2.
Munthe, A. P. (2015). PENTINGYA EVALUASI PROGRAM DI INSTITUSI
PENDIDIKAN: Sebuah Pengantar, Pengertian, Tujuan dan Manfaat.
Scholaria : Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 5(2), 1.
https://doi.org/10.24246/j.scholaria.2015.v5.i2.p1-14
Nugraha, F. (2020). Pendidikan Dan Pelatihan; Konsep dan Implementasi dalam
Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta, LITBANGDIKLAT PRESS,
2(1), 91.
Rahmat. (2012). Evaluasi Program CIPP. Kajian Pustaka, 1950, 11–40.
rica fitriawati. (2019). evaluasi program pelatihan guru mata pelajaran dalam
pengembangan kompetensi guru di mtsn 10 tanah datar.
Sa’adah, E. (2015). Penerapan Evaluasi Formatif Sebagai Upaya Meningkatkan
Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam Di Sma Al-Islam Krian Sidoarjo. 1–
35. http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/2416
sasnawati. (2019). evaluasi program training need analysis (TNA) di balai
pendidikan dan pelatihan tambang bawah tanah kecamatn baringin kota
sawahlunto.
Sholeh, M. (2020). Pengaruh Diklat Fungsional Guru Terhadap Profesionalisme
Guru di SD Negeri Kaliasin I dan SD Negeri Ketabang Kecamatan Genteng
Surabaya. Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan, 8(4), 344–353.
Abdussamad, Z. (2021). metode penelitian kualitatif.
Ansori. (2015). Evaluasi Kegiatan. Paper Knowledge . Toward a Media History
of Documents, 3(April), 49–58.
Anufia, halha A. dan B. (2019). NSTRUMEN PENGUMPULAN DATA. 1–20.
Armando, S. R. (2016). Pendidikan/Pelatihan (diklat) Terhadap Kompetensi
Pegawai pada PT.PLN(Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Unit
Tuntungan Medan. 2(1), 84.
https://repositori.uma.ac.id/handle/123456789/931
Balai, D. I., Keagamaan, D., & Tulung, J. M. (2014). Journal “Acta Diurna”
Volume III. No.3. Tahun 2014. III(3), 1–16.
Basri, H., & Rusdiana. (2015). manajemen pendidikan & pelatihan. 28.
https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1031427
Brier, J., & lia dwi jayanti. (2020). ANAJER DAN PERANGKAT MANAJEMEN
BARU. 21(1), 1–9.
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203
Elfrianto. (2016). Manajemen Pelatihan Sumber Daya Manusia Dalam
Meningkatkan Mutu Lulusan. EduTech: Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Ilmu
Sosial, 2(2), 46–58.
Helaludin, H. W. (2019). Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan Teori dan
Praktik (p. 33).
Metodologi penelitian pendidikan dan aplikasinya pada pendidikan anak usia dini
(PAUD), (2013). https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=862391
Kusuma, A. (2021). manajemen sumber daya manusia dalam pendidikan dan
pelatihan dalam meningkatkan kompetensi pegawai. Manajemen Sumber
Daya Manusia Dalam Pendidikan Dan Pelatihan Dalam Meningkatkan
Kompetensi Pegawai, 1(2), 1–2.
Munthe, A. P. (2015). PENTINGYA EVALUASI PROGRAM DI INSTITUSI
PENDIDIKAN: Sebuah Pengantar, Pengertian, Tujuan dan Manfaat.
Scholaria : Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 5(2), 1.
https://doi.org/10.24246/j.scholaria.2015.v5.i2.p1-14
Nugraha, F. (2020). Pendidikan Dan Pelatihan; Konsep dan Implementasi dalam
Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta, LITBANGDIKLAT PRESS,
2(1), 91.
Rahmat. (2012). Evaluasi Program CIPP. Kajian Pustaka, 1950, 11–40.
rica fitriawati. (2019). evaluasi program pelatihan guru mata pelajaran dalam
pengembangan kompetensi guru di mtsn 10 tanah datar.
Sa’adah, E. (2015). Penerapan Evaluasi Formatif Sebagai Upaya Meningkatkan
Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam Di Sma Al-Islam Krian Sidoarjo. 1–
35. http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/2416
sasnawati. (2019). evaluasi program training need analysis (TNA) di balai
pendidikan dan pelatihan tambang bawah tanah kecamatn baringin kota
sawahlunto.
Sholeh, M. (2020). Pengaruh Diklat Fungsional Guru Terhadap Profesionalisme
Guru di SD Negeri Kaliasin I dan SD Negeri Ketabang Kecamatan Genteng
Surabaya. Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan, 8(4), 344–353.
96

LAMPIRAN
97

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Penelitian

PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN


A. Kepala Sekolah SLB Negeri 1 Lima Kaum
Nama : Ramsidah, S.Pd
Jabatan : Kepala Sekolah
1. Bagaimana persiapan yang dilakukan dalam melaksanakan program
diklat?
2. Apakah instruktur sudah matang dalam melaksanakan diklat?
3. Apa saja media yang ada dalam melaksanakan diklat?
4. Apa program evaluasi sudah sesuai dengan yang diharapkan?
5. Siapa saja yang ikut serta dalam melakukan evaluasi?
6. apakah ada perubahan oleh pendidik setelah melakukan evaluasi?
7. Apa yang dirasakan oleh kepala sekolah dari pendidik saat setelah
melakukan evaluasi?
8. apakah ada perubahan oleh pendidik setelah melakukan evaluasi?
9. kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi dari kegiatan evaluasi?
10. Apakah materi yang disampaikan sudah sesuai dengan tema?
11. Adakah keseusian prilaku pendidik setelah program dilaksanakan?
12. Bagaimana bentuk
13. perubahan pendidik yang dapat dilihat setelah program diklat
dilaksanakan?
B. Wakil Kurikulum SLB Negeri 1 Lima Kaum

Nama : Pina Novalia, S.Pd


Jabatan : Wakil Kurikulum
1. Bagaimana persiapan yang dilakukan dalam melaksanakan program
diklat?
2. Apakah instruktur sudah matang dalam melaksanakan diklat?
3. Apa saja media yang ada dalam melaksanakan diklat?
4. Apa program evaluasi sudah sesuai dengan yang diharapkan?
5. Siapa saja yang ikut serta dalam melakukan evaluasi?
98

6. apakah ada perubahan oleh pendidik setelah melakukan evaluasi?


7. Apa yang dirasakan oleh kepala sekolah dari pendidik saat setelah
melakukan evaluasi?
8. apakah ada perubahan oleh pendidik setelah melakukan evaluasi?
9. kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi dari kegiatan evaluasi?
10. Apakah materi yang disampaikan sudah sesuai dengan tema?
11. Adakah keseusian prilaku pendidik setelah program dilaksanakan?
12. Bagaimana bentuk
13. perubahan pendidik yang dapat dilihat setelah program diklat
dilaksanakan?
C. Guru SD SLB Negeri 1 Lima Kaum
Nama : Yurnalis, S.Pd
Jabatan : Guru SD
1. Bagaimana kesiapan instruktur dalam melaksanakan diklat?
2. Apa saja media yang dipakai dalam melaksanakan diklat?
3. Apakah evaluasi program ini perlu dilakukan?
4. Apa pentinya evaluasi dilakukan?
5. Adakah perubahan yang dirasakan setelah evaluasi dilakukan?
6. Bagaimana jika evaluasi tidak dilakukan?
7. Bagaimana prosedur evaluasi yang dilakukan?
8. Apa pentingnya program dilaksanakan?
9. Adakah kesesuaian materi dengan tema?
10. Apa faktor pendukung pelaksanaan program?
11. Apa yang dirasakan setelah program dialaksanakan?
12. Bagaimana pemahaman yang didapat dari program yang dilaksanakan?
D. Guru SMP SLB Negeri 1 Lima Kaum
Nama : Surnawati, S.Pd
Jabatan : Guru SMP
1. Bagaimana kesiapan instruktur dalam melaksanakan diklat?
2. Apa saja media yang dipakai dalam melaksanakan diklat?
3. Apakah evaluasi program ini perlu dilakukan?
99

4. Apa pentinya evaluasi dilakukan?


5. Adakah perubahan yang dirasakan setelah evaluasi dilakukan?
6. Bagaimana jika evaluasi tidak dilakukan?
7. Bagaimana prosedur evaluasi yang dilakukan?
8. Apa pentingnya program dilaksanakan?
9. Adakah kesesuaian materi dengan tema?
10. Apa faktor pendukung pelaksanaan program?
11. Apa yang dirasakan setelah program dialaksanakan?
12. Bagaimana pemahaman yang didapat dari program yang dilaksanakan
Lampiran 2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Penelitian

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT)


FUNGSIONAL DI SLB NEGERI 1 LIMA KAUM

Kisi-kisi Pedoman Wawancara

No Aspek Indikator Responden


1. Evaluasi program a. Keefektifitasan evaluasi Kepala sekolah
(Wiliam Dunn) Dan wakil
program
Kurikulum
b. persiapan yang dilakukan
dalam melaksanakan
evaluasi program
c. program evaluasi sudah
dicapai
d. peserta dalam melakukan
evaluasi program
e. perubahan oleh pendidik
setelah melakukan
evaluasi program
f. apakah ada perubahan
oleh pendidik setelah
melaksanakan evaluasi
program
g. kebutuhan yang belum
terpenuhi dari evaluasi
program

Diklat fungsional a. Kebutuhan dalam diklat Kepala sekolah


(Ambar T Dan wakil
fungsional
Sulistyani dan Kurikulum
Rosidah) b. Pengembangan program
diklat fungsional
c. Penilaian evaluasi
program
101

2. Evaluasi program a. Persiapan dalam evaluasi Pendidik


(Wiliam Dunn)
program
b. Manfaat evaluasi
program
c. Dampak evaluasi
program
d. Pentingnya evaluasi
program
1. Diklat fungsional a. Persiapan diklat Pendidik
(Ambar T
fungsional
Sulistyani dan
Rosidah) b. Kebutuhan diklat
fungsional
c. Pelaksanaan diklat
fungsional
d. Manfaat diklat
fungsional
e. Penilaian evaluasi
program
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111

Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian


A. Dokumentasi Wawancara dengan Kepala Sekolah

Ket : Wawancara Penelitian mengenai Evaluasi Program Pendidikan dan


Pelatihan (Diklat) Fungsional di SLB Negeri 1 Lima Kaum

B. Wakil Kurikulum SLB Negeri 1 Lima Kaum

Ket :Wawancara penelitian mengenai Evaluasi Program Pendidikan Dan Pelatihan


(Diklat) Fungsional Di Slb Negeri 1 Lima Kaum dengan Wakil Kurikulum ibuk
Vina Novalia, S.Pd
112

C. Dokumentasi Wawancara dengan Guru SD SLB Negeri 1 Lima Kaum

Ket : Wawancara penelitian mengenai Evaluasi Program Pendidikan Dan


Pelatihan (Diklat) Fungsional Di SLB Negeri 1 Lima Kaum dengan
ibuk yurnalis

C. Dokumentasi Wawancara dengan Guru SMP SLB Negeri 1 Lima Kaum


113

Ket : Wawancara penelitian mengenai Evaluasi Program Pendidikan Dan


Pelatihan (Diklat) Fungsional Di SLB Negeri 1 Lima Kaum dengan
ibuk surnalis
D. Dokumentasi Sertifikat Diklat
114
115

Ket: Sertfikiat Diklat

E. Dokumentasi Pendukung
116

Ket : Visi Misi SLB Negrri 1 Lima Kaum

Ket: Data Pendidik dan Tenaga Pendidik dan Reakapitulasi Data Siswa di
SLB Negeri 1 Lima Kaum
117

Lampiran 8 Surat Persetujuan Pembimbing Izin Penelitian


118

Lampiran 9 Surat Telah Menyelesaikan Penelitian Yang di Keluarkan


Pihak Sekolah
119

Anda mungkin juga menyukai