“Siapa kau dan apa tujuanmu datang kemari?”, tanya Adipati Panjer.
“Salam yang Mulia. Hamba adalah Gendam Asmorodono, hamba memiliki ayam
yang sangat kuat. Hamba ingin melakukan sabung ayam dengan ayam milik
Tuan”, ucap Gendam dengan percaya diri.
“Hmm. Berani sekali kau menantang ayam milikku. Aku jadi ingin melihat
seberapa kuat ayammu melawan ayamku. Baiklah, kapan pertandingan itu?”, ujar
Adipati
Hingga tibalah hari sabung ayam yang sudah Adipati dan Gendam
sepakati. Tempat mereka sabung ayam di Siti Geneng. Terlihat di tempat itu telah
ramai oleh penduduk dan pasukan-pasukan dari Adipati dan Gendam. Mereka
semua sangat antusias untuk melihat sabung ayam antara Adipati dan Gendam.
“Ayam ini akan aku kembalikan jika kau sudah menyukaiku”, ucap Putri
Namun ternyata tetap saja Gendam berhasil naik ke permukaan, dan justru
dapat lari dari pasukan Adipati. Hingga tibalah Gendam dan Adipati di Sumber
Songo. Di tempat itu, Gendam berhenti untuk minum di air Sumber Songo karena
kehausan. Namun ternyata setelah meminum air itu, Gendam tiba-tiba hilang
tanpa jejak. Akhirnya ditempat itu hanya tinggal Adipati dan pasukannya.
Adipati di tempat itu sudah sangat kelelahan dan kesakitan karena banyak
luka akibat perang yang belum juga selesai melawan Gendam. Akhirnya pemuda
di sekitar Sumber Songo itu membawa Adipati dengan tandu. Setelah itu Adipati
dibawa menuju Sendang Panguripan. Konon siapa saja yang mandi di sendang itu
dapat menyembuhkan seketika luka-luka yang ada di tubuhnya.
Namun Adipati tidak berani menjawab Bidadari itu. Sampai yang ketiga
kalinya Bidadari itu sudah kesal karena tidak mendapat jawaban, lalu Bidadari itu
mengutuk.
“Siapa sebenarnya kau. Kita ini sama-sama manusia, kok ditanya diam saja seperti
patung”, ucap putri.