Anda di halaman 1dari 20

76

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode penelitian adalah prosedur yang dilakukan dalam upaya

mendapatkan data ataupun informasi untuk memperoleh jawaban atas

permasalahan penelitian yang telah diajukan. Oleh karena itu, penentuan tahapan

penelitian berikut teknik yang digunakan harus mencerminkan relevansi dengan

fenomena penelitian. Peneliti berpijak dari realitas yang terjadi dilapangan, yaitu

Konstruksi Makna “Eces” Bagi Wartawan Harian Pagi Radar Bandung.

Pada desain penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma

konstruktivis. Paradigma Konstruktivis menurut kajian ontologi merupakan

realitas merupakan konstruksi sosial. Kebenaran realitas bersifat relatif, berlaku

konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Menurut kajian

epistemologi merupakan pemahaman realitas atau temuan suatu penelitian

merupakan produk interaksi peneliti dengan yang diteliti. Menurut kajian

metodologi, konstruktivisme menekankan empati dan interaksi dialektis antara

peneliti dengan responden atau informan untuk mereduksi realitas yang diteliti

melalui metode kualitatif. Kriteria kualitas penelitian : Autenticity dan

reflectivity : sejauhmana temuan merupakan refleksi otentik dari realitas yang

dihayati para pelaku sosial.


77

Paradigma kontruktivisme merupakan paradigma yang memandang

ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap “socially meaningfull action”

melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial dalam

setting kehidupan sehari-hari yang wajar atau alamiah, agar mampu memahami

dan menafsirkan bagaimana para pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan

dan memelihara atau mengelola dunia sosial mereka.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan studi fenomenologi.

Fenomenologi adalah studi yang mempelajari fenomena seperti penampakan,

segala hal yang muncul dalam pengalaman kita, cara kita mengalami sesuatu,

dan makna yang kita miliki dalam pengalaman kita (Kuswarno, 2009: 22-28).

Poin kunci kekuatan fenomenologi terletak pada kemampuannya

membantu peneliti memasuki bidang persepsi orang lain guna memandang

kehidupan sebagaimana dilihat oleh orang-orang tersebut. Fenomenologi lebih

tepat digunakan untuk mengurai persoalan subjek manusia yang umumnya tidak

taat asas dan berubah-ubah. (Bungin, 2015: 114-124).

Fenomenologi membantu peneliti memasuki sudut pandang orang lain,

dan berupaya memahami mengapa mereka menjalani hidupnya dengan cara

seperti itu. Fenomenologi bukan hanya memungkinkan peneliti untuk melihat

dari perspektif partisipan. Metode ini juga menawarkan semacam cara untuk

memahami kerangka yang telah dikembangkan oleh tiap-tiap individu, dari

waktu ke waktu, hingga membentuk tanggapan mereka terhadap peristiwa dan

pengalaman dalam kehidupannya. (Elvinaro, 2010: 122-133).


78

Fenomenologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perspektif

dari Alfred Schutz yang lebih menekankan pada pentingnya intersubjektivitas.

Inti dari fenomenologi Schutz adalah memandang bahwa pemahaman atas

tindakan, ucapan, dan interaksi merupakan prasyarat bagi eksistensi sosial

apapun. Fenomenologi Pemikiran Alfred Schutz tentang fenomenonologi

dipengaruhi oleh dua tokoh yaitu Edmun Husserl dan Max Weber dengan

tindakan sosial, pemikiran dua tokoh ini sangat kental dalam teori Alfred Schutz

tentang pengetahuan dan pengalaman intersubjektif dalam kehidupan sehari-hari

yang melacak karakteristik kesadaran manusia yang sangat fundamental, dengan

memperlihatkan korelasi antara Fenomenologi Transendental (Edmund Husserl)

dan Verstehende Soziologia (Max Weber). Karena Schutz memandang bahwa

keseharian sosial sebagai sesuatu yang intersubjektif.

Schutz menjelaskan bahwa, Fenomenologi mengkaji bagaimana

anggota masyarakat menggambarkan dunia sehari-harinya, terutama bagaimana

individu dengan kesadarannya membangun makna dari hasil interaksi dengan

individu lainnya. Schutz, sebagai orang pertama yang menerapkan fenomenologi

dalampenelitian ilmu sosial mengatakan, baginya tugas fenomenologi adalah

menghubungkan antara pengetahuan ilmiah dengan pengalaman sehari-hari, dan

dari kegiatan dimana pengalaman dan pengetahuan itu berasal. Dengan kata lain

mendasarkan tindakan sosial pada pengalaman, makna, dan kesadaran.

Fenomenologi sosial yang dikemukakan oleh Alfred Schutz

mengatakan bahwa keseharian kehidupan dunia ini dapat dipahami dalam term-

term yang kemudian disebutnya sebagai pelambangan (typications) yang


79

digunakan untuk mengorganisasikan dunia sosial. Manusia mengkonstruksi

makna di luar arus utama pengalaman melalui proses “tipikasi”. Typications ini

adalah konstruk interpretasi yang berubah-ubah berdasarkan latar belakang

kehidupan seseorang, kelompok budayanya, dan konteks sosial tertentu. Schutz

melihat penipean ini seperti diorganisasikan ke dalam sebuah ketersediaan

pengetahuan yang luar biasa kompleks dan dia percaya bahwa penggambaran

dari pemahaman dari ketersediaan pengetahuan adalah tugas utama penelitian

sosial.

Inti pemikiran Schutz adalah bagaimana memahami tindakan sosial

melalui penafsiran. Proses penafsiran dapat digunakan untuk memperjelas atau

memeriksa makna yang sesungguhnya, sehingga dapat memberikan konsep

kepekaan yang implisit. Schutz meletakkan hakikat manusia dalam pengalaman

subjektif, terutama ketika mengambil tindakan dan mengambil sikap terhadap

dunia kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, Schutz mengikuti pemikiran

Husserl, yaitu proses pemahaman aktual kita, dan pemberian makna

terhadapnya, sehingga terrefleksi dalam tingkah laku. (Kuswarno, 2009: 151-

177).

Selanjutnya Schutz mengkhususkan perhatiannya kepada bentuk

subjektivitas yang disebut intersubjektivitas. Konsep ini menunjukkan kepada

dimensi kesadaran umum dan kesadaran khusus kelompok sosial yang sedang

saling berintegrasi. Intersubjektivitas yang memungkinkan pergaulan sosial itu

terjadi, tergantung kepada pengetahuan tentang peranan masing-masing yang

diperoleh melalui pengalaman yang bersifat pribadi. Konsep intersubjektivitas


80

ini mengacu kepada suatu kenyataan bahwa kelompok-kelompok sosial saling

menginterprestasikan tindakannya masing-masing dan pengalaman mereka juga

diperoleh melalui cara yang sama seperti yang dialami dalam interaksi secara

individual. Faktor saling memahami satu sama lain baik antar individu maupun

antar kelompok ini diperlukan untuk terciptanya kerja sama di hampir semua

organisasi sosial.

Unsur-unsur pengetahuan yang terkandung dalam fenomenologi Alfred

Schutz adalah dunia keseharian, sosialitas dan makna. Dunia keseharian adalah

merupakan hal yang paling fondasional dalam kehidupan manusia karena harilah

yang mengukir setiap kehidupan manusia. Konsep tentang sebuah tatanan adalah

merupakan sebuah orde yang paling pertama dan orde ini sangat berperan

penting dalam membentuk orde-orde selanjutnya. Kehidupan sehari-hari

menampilkan diri sebagi kenyataan yang ditafsirkan oleh manusia dan

mempunyai makna subjektif bagi mereka sebagai satu dunia yang koheren.

Gambar 3.1

Konstruksi Makna Dalam Fenomenologi

Sumber : Kuswarno, 2009


81

3.2 Informan Penelitian

Untuk mendapatkan informan yang sesuai dengan penelitian yang

diteliti, maka peneliti menggunakan teknik penentuan informan yakni secara

purposive sampling. Sugiyono mengemukakan bahwa purposive sampling

adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan tertentu ini :

“Misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita
harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang
diteliti”. (Sugiyono 2010: 53).

Kriteria informan yang baik adalah: “all individuals studied represent

people who have experienced the phenomenon” (Creswell, 2014: 118). Jadi,

lebih tepat memlih informan yang benar-benar memiliki kapabilitas karena

pengalamannya dan mampu mengartikulasikan pengalaman dan pandangannya

tentang sesuatu dang dipertanyakan.

Maka dalam menentukan informan, peneliti memilih beberapa

informan kunci yaitu Reporter Harian Pagi Radar Bandung yang terdiri dari

tiga orang yang terlibat langsung dalam kegiatan komunikasi antar redaksi

internal dan juga ketika berada di lapangan, dalam hal ini tentunya

membicarakan kata “Eces” yang menjadi objek penelitian ini.

Reporter Harian Pagi Radar Bandung yang menjadi informan peneliti

adalah, Nur Fidhiah Shabrina, Aziz Zulkhairi dan Ipan Sopian. Dari penjelasan

tersebut, berikut daftar nama-nama informan yang akan diteliti :


82

Tabel 3.1

Informan Kunci

No Nama Keterangan

1. Nur Fidhiah Shabrina Reporter Radar Bandung


2. Aziz Zulkahiri Reporter Radar Bandung
3. Ipan Sopian Reporter Radar Bandung

Sumber : Peneliti, 2018

Dalam penelitian ini, peneliti juga memiliki informan pendukung

atau informan tambahan yang dapat mendukung penelitian dalam

memberikan informasi sekunder. Informan pendukung adalah untuk

memperjelas dan memperkuat data yang lebih baik dalam informasi yang

diperoleh. Peneliti memilih informan pendukung tersebut karena kompeten

tentang objek penelitian yang peneliti teliti yakni tentang “Eces”.

Peneliti memilih Iman Herdiana sebagai anggota aktif Aliansi

Jurnalis Independen (AJI) Bandung. Iman Herdiana dianggap oleh peniliti

memiliki pengalaman, pengetahuan, kredibilitas tentang objek penelitan yang

peneliti teliti. Berikut data informan pendukung dalam penelitian ini :

Tabel 3.2

Informan Pendukung

No Nama Keterangan

1. Iman Herdiana Anggota AJI Bandung

Sumber : Peneliti, 2018


83

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian, peneliti tentu tidak terlepas dari adanya

pencarian dan pengumpulan data. Tanpa adanya upaya pengumpulan data

maka penelitian tidak dapat dilakukan. Disini peneliti menggunakan studi

pustaka dan studi lapangan dalam mencari berbagai pendukung dari penelitian

yang dilakukan oleh peneliti, sebagai berikut :

3.3.1 Studi Pustaka

Disini peneliti menggunakan studi pustaka dengan mencari

berbagai data sebagai pendukung dari penelitian yang dilakukan oleh

peneliti, yaitu dengan menggunakan :

a. Literatur

Pengambilan data dengan cara membaca dan mempelajari

buku-buku, dokumen-dokumen yang ada kaitannya dengan

penelitian ini dan pencarian suatu usaha untuk mendapatkan

informasi dengan cara mencari sumber-sumber dari literatur yang

relevan dan berhubungan dengan masalah dalam penelitian ini.

Diantaranya, data-data yang dihimpun oleh AJI Bandung terkait

objek penelitian yang peneliti teliti.

b. Skripsi Peneliti Sejenis yang Relevan

Disini peneliti menggunakan studi pustaka dengan melihat

hasil karya ilmiah peneliti sejenis yang relevan, yang mana pada

dasarnya peneliti mengutip beberapa pendapat yang dibutuhkan

sebagai pendukung penelitian. Tentunya dengan melihat hasil karya


84

ilmiah yang memiliki pembahasan serta tinjauan yang sama. Pada

intinya, peneliti mempelajari dan mengembangkan penelitian-

penelitian terdahulu yang dianggap relevan oleh peneliti seperti

Paradigma Penelitian, Metode Penlitian, teori-teori yang digunakan

namun berbeda dalam subjek dan objek penelitiannya. Dalam hal ini,

peneliti menemukan sesuatu yang baru dan dapat mengembangkan

penelitian-penelitan terdahulu tersebut.

c. Internet Searching

Selain dengan menggunakan referensi buku dan skripsi

peneliti sejenis yang relecan, disini juga peneliti menggunakan

internet searching sebagai bahan tambahan. Internet searching

adalah pencarian suatu situs yang akan kita cari sebagai mesin

pembantu dalam pencarian situs yang peneliti butuhkan. Dalam hal

ini, peneliti melakukan riset mengenai jurnal-jurnal tentang

fenomena amplop bagi wartawan yang simetris dengan subjek

penelitian yang peneliti teliti yakni kata “Eces” dan juga sebagai

alternatif tatkala sumber fisik tidak ditemukan, terkadang sumber

dari internet menyediakan bahan yang peneliti butuhkan.


85

3.3.2 Studi Lapangan

Adapun studi lapangan yang dilakukan oleh peneliti untuk

memperoleh data yang valid dan faktual yang diharapkan berkenan

dengan penelitian yang dilakukan mencakup beberapa cara

diantaranya :

a. Observasi

Pada pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

salah satunya melalui observasi dengan melihat dan mengamati

individu-individu yang menjadi informan atau subjek pada

penelitian ini. Observasi adalah metode atau cara-cara yang

menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis

mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu

secara langsung.

Dalam observasi ini, tidak hanya melihat apa yang

informan lakukan atau sampaikan. Melainkan dari definisi diatas

adalah menganalisis, mengadakan pencatatan secara sistematis

mengenai tingkah laku dengan merekam keadaan yang ada atau

menggunakan catatan lapangan, mengamati individu atau

kelompok tersebut. Sehingga dengan ini, informasi-informasi yang

diperoleh pun relevan.

Beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam

penelitian kualitatif, yaitu :


86

a. Observasi pertisipasi, metode pengumpulan data yang

digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui

pengamatan dan penginderaan dimana obsever atau peneliti

benar terlibat dalam keseharian responden.

b. Observasi tidak berstruktur, observasi yang dilakukan tanpa

menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau

pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya.

c. Observasi kelompok, observasi yang dilakukan secara

berkelommpok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.

(Bungin, 2009 :115).

Peneliti menggunakan teknik observasi partisipatif.

Observasi partisipatif yaitu observasi dimana dalam penelitian ini,

ketika melakukan pengamatan, peneliti juga ikut terlibat dalam

melakukan apa yang dikerjakan oleh wartawan Harian Pagi Radar

Bandung. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang

diperoleh akan lebih lengkap dan peneliti dapat mengetahui pada

berbagai layer atau lapisan mengenai latar belakang, pengalaman,

nilai dan motif “Eces” bagi Wartawan Harian Pagi Radar Bandung.
87

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses transmisi data dari

seseorang (narasumber atau informan) kepada pewawancara

sebagai bahan untuk melengkapi bidang yang diteliti oleh

pewawancara. Terdapat tiga jenis wawancara, yaitu wawancara

terstruktur, semistruktur, dan tidak terstruktur.

1. Wawancara terstruktur (structured interview) digunakan

sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti telah

mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan

diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara,

pewawancara telah menyiapkan instrumen penelitian

berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif

jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara

terstruktur ini, setiap informan diberi pertanyaan yang sama

dan peneliti mencatat datanya.

2. Wawancara semistruktur (semistructure interview) sudah

termasuk dalam kategori yang pelaksanaanya lebih bebas

bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan

wawancara jenis ini adalah untuk menemukan

permasalahan secara lebih terbuka dan pihak yang diajak

wawancara diminta pendapatnya. Dalam melakukan

wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan

mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.


88

3. Wawancara tidak berstruktur (unstructured interview)

merupakan wawancara yang bebas dan peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-

garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. (Sugiyono,

2010 : 233).

Dalam hal ini, peneliti menggunakan teknik wawancara

tidak terstruktur. Tujuannya, dalam penelitian ini, dibutuhkan

beragam teknik wawancara yang memang diharuskan dengan

menyesuaikan dengan dinamika karakteristik serta sifat informan

yang cenderung dinamis, terutama karena rata-rata informan

penelitian ini adalah para wartawan, maka peneliti harus dapat

menyesuaikan dengan dinamika ketika menghadapi seorang

wartawan yang secara garis besar sudah terbiasa melakukan

kegiatan mewawancarai narasumber.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi yakni penelusuran dan perolehan

data yang diperlukan melalui data yang telah tersedia. Dokumen

merupakan catatan yang didalamnnya terdapat sebuah peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumen tersebut bisa dalam bentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya seseorang. Dokumen yang telah


89

diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan

dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis,

padu dan utuh. Dokumentasi berasal dari catatan peristiwa yang

telah berlalu. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, foto, video

dan sebagainya. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian

sebagai sumber data karena dalam banyak hal, dokumen sebagai

sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan,

bahkan meramalkan. (Moleong, 2007 :161).

Dengan adanya format dokumentasi yang telah disiapkan,

peneliti tinggal mencatat data tertentu yang diperlukan pada format

dokumentasi yang telah disusun dan dipersiapkan oleh peneliti.

Dalam hal ini khususnya, peneliti akan mengumpulkan

dokumentasi fisik “uang amplop” sebagai bukti adanya fenomena

“uang amplop” di kalangan wartawan.

3.4 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa

pengujian. Peneliti menggunakan uji credibility (validitas internal) atau uji

kepercayaan terhadap hasil penelitian. Uji keabsahan data ini diperlukan untuk

menentukan valid atau tidaknya suatu temuan atau data yang dilaporkan

penelitian dengan apa yang terjadi sesungguhnya di lapangan.

Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil

penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,


90

peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan

membercheck. (Sugiyono, 2010 :122-129).

1. Peningkatan Ketekunan

Peneliti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan

berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan

peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dalam hal ini,

secara empiris, peneliti juga mengalami fenomena yang dialami para

wartawan Harian Pagi Radar Bandung tersebut.

2. Diskusi dengan teman sejawat

Teknik ini dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau

hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan sejawat,

pemeriksaan yang dilakukan dengan mengumpulkan rekan-rekan sebaya,

yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang sedang

diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review persepsi,

pandangan yang sedang dilakukan. Dalam hal ini, tentunya peneliti kerap

kali melakukan diskusi dengan para wartawan baik wartawan Harian Pagi

Radar Bandung ataupun wartawan lainnya yang berprofesi sebagai

wartawan di media Bandung

3. Triangulasi

Diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber

dilakukan dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Tringulasi sumber

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
91

teknik yang berbeda, misalnya, data diperoleh dengan wawancara, lalu

dicek dengan riset, observasi dan dokumentasi.

Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan

dengan riset, observasi, wawancara atau teknik lain dalam waktu atau

situasi yang berbeda.

4. Member check

Proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi

data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data

yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data

sehingga informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan

laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sunber data atau informan.

Terkadang, data yang berupa statistik memiliki sifat yang dinamis,

sehingga peneliti harus tekun melakukan update data terkait penelitian ini.

3.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data adalah suatu kegiatan yang mengacu pada

penelaahan atau pengujian yang sistematis mengenai suatu hal dalam rangka

mengetahui bagian-bagian, hubungan diantara bagian, dan hubungan antara

bagian dan keseluruhan. Definisi analisis antara lain :

“Analisis data adalah mencari dan menyusun secara sistematis data


yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi dengan cara mengorganisir data ke dalam kategori,
mengjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun
kedalam pola, memilih mana yang penting yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain”. (Sugiyono, 2010 :89).
92

Teknik analisa data dapat dilakukan sepanjang proses penelitian,

dimana sejak penelitian memasuki lapangan untuk mengumpulkan data dan

terkait dengan hal itu, teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini adalah analisis data kualitatif dengan menerapkan konsep dari

Miles and Huberman yang melalui tiga tahap yakni reduksi data, penyajian

(Display) data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Seperti yang digambarkan

dibawah ini :

Gambar 3.2

Komponen-Komponen Analisis Data Model Kualitatif

Sumber : Miles and Huberman dalam Sugiyono, 2010

Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis data adalah sebagai

berikut:
93

1. Data Collection (Pengumpulan data)

Pengumpulan data adalah langkah untuk mengumpulkan berbagai

data yang diperlukan dalam penelitian. Langkah ini dilakukan sesuai dengan

teknik pengumpulan data penelitian yang dilakukan. Teknik yang dilakukan

adalah wawancara, pengamatan, studi kepustakaan dan penelusuran online.

Kesemua teknik itu peneliti lakukan untuk menyelesaikan penelitian ini.

2. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas dan mempermudah penelitian untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya. Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan

kecerdasan, keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi.

3. Data Display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori dan flowchart.

Menurut Miles dan Huberman, yang paling penting sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat

naratif.

4. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan)

Kesimpulan awal masih bisa berubah bila tidak ditemukan bukti-

bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang


94

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga

setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulaan-kesimpulan itu juga dapat

diverifikasi selama penelitian berlangsung, dengan cara :

1. Memikir ulang selama penulisan.

2. Tinjauan ulang catatan lapangan.

3. Tinjauan kembali dan tukar pikiran antar teman sejawat untuk

mengembangkan kesepakatan intersubyektif.

4. Upaya-upaya yang luas untuk menetapkan salinan suatu temuan dalam

seperangkat data yang lain.

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.6.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebenarnya bersifat

tentatif. Dikarenakan dimensi ruang dan waktu subjek penelitian yang

begitu dinamis, peneliti tidak terlalu mematok lokasi penelitian harus

dilakukan di mana. Dalam hal ini, tidak selalu di ruang redaksi Radar

Bandung, namun bisa saja pada saat subjek penelitian melakukan liputan

di luar ruang redaksi Harian Pagi Radar Bandung. Namun, secara ruang

lingkup subjek dan objek penelitian yang peneliti teliti, lokasi penelitian

berada di Redaksi Harian Pagi Radar Bandung, Jalan Ibrahiem Adjie No.

95, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat,

Indonesia.
95

3.6.2 Waktu Penelitian

Penelitan ini akan dilaksanakan oleh peneliti dalam kurun waktu

penelitian selama kurang lebih lima bulan, terhitung sejak pra-penelitian

yang dilakukan peneliti pada bulan Januari 2018 hingga Maret 2018.

Lalu waktu penelitian secara utuh dilaksanakan pada bulan Mei 2018

hingga Juli 2018.

Anda mungkin juga menyukai