PEMAIN :
Rino : malin
NASKAH :
semua pemain nyanyi lagu naura yang ada di vid yt menit ke 5.11-6.17
(https://youtu.be/dZaRInn4Fno?si=0TnHxZ7W8NgZuB67 )
Lahirlah bayi di sebuah desa kecil dekat pesisir pantai, bernama Malin Kundang. Malin lahir di
keluarga dengan berlatar belakang nelayan. Mereka hidup bahagia meskipun kekurangan ekonomi.
Zidane (Bapak Malin) : “Malin anakku, kau adalah anak yang bapak tunggu-tunggu. Kalo besar nanti
bakal gimana wajah kau ya nak. Apa-apa pun jadilah anak yang baik ya nak.”
Tiba tiba bayi Malin menangis tidak berhenti dan Bapak Malin mencoba menghentikan tangisan.
Ibu Malin datang keluar dan menghampiri Bapak Malin lalu mengambil bayi Malin dari gendongan
Bapak Malin
Ibu Malin : “Malin.. Anakku. Kau anak yang susah payah ku kandung. Jadilah anak yang berbakti
kelak.. “
Bapak Malin : “Iya Bundo. Kita besarkan meskipun ada banyak kurangnya.”
Malin berjalan membawa alat memancing dan ikan hasil pancingannya menuju ibunya untuk dijual
Malin mengangguk
Maringgi : (tertawa) “Hidupnya begitu begitu saja. Semestinya dia harus membahagiakan ibunya
setelah ayahnya tiada.”
Mariyah : “Janganlah mau dengan Malin. Sudah jelek, miskin lagi. Lusuh dan kotor sekali baju kau
ini” (membersihkan tangan)
(https://youtu.be/iBzgewBwkY4?si=uI7VUfRHe3bkpgC0)
Arifin : “Onde mande. Kasih tahu lah Uda kau ini. Biar tahulah diri”
Datanglah Malikah membawa sapu lidi dan menyapu kaki kaki para tetangga julid
Malikah : “Aduh. Duh. Sampah di sini banyak sekali. Sulit sekali membersihkannya.”
Malikah : (menunjuk tetangga julid) “Bicara sedikit lagi tak akan segan aku laporkan ke indak kau
semua kalau membuat keramaian di pasar!”
Malin mengangguk
Malikah : (mengangguk) “Memang semestinya aku menolong. Kalau begitu aku akan kembali
mengantarkan sapu ini ke indak ku.” (tertawa)
Malikah pergi
Malin tersenyum.
Malin: “Aku sangat sehat seperti yang kau lihat. Ada apa gerangan kedatanganmu kali ini?”
Rasyid: “Baru saja aku melihat kapal besar bersandar di pelabuhan pantai air manis. Aku pikir kita
berdua bisa ikut serta menumpang di kapal tersebut”
Malin: “Aku ingin. Tapi aku tak tega meninggalkan mereka sendirian di kampung ini.”
Malikah : “Tak apa. Aku akan menemani bundo dan adikmu disini.”
Malin: “Bundo, bolehkah aku pergi merantau ke negeri seberang? Aku ingin sekali merubah nasib
kita semua”
Ibu Malin : “Kenapa tiba-tiba sekali kau ingin pergi nak? Bagaimana dengan istri kau, Malikah?”
Malin: “Istriku setuju Bundo. Sekarang tinggal meminta restu kepada Bundo dan Aya”
Malin: “Insya Allah bu, Malin sudah membulatkan tekad untuk pergi bersama dengan Rasyid dengan
menumpang kapal dagang yang saat ini tengah bersandar di pelabuhan pantai itu”
Ibu Malin : “Baiklah nak, jika keputusanmu sudah bulat. Pergilah nak! Tapi jangan kau lupakan
istrimu, adikmu, dan ibumu yang sudah tua ini. Pulanglah jika kau telah berhasil meraih apa yang kau
inginkan!”
Malin : (mengangguk)
Malin : “Nah, selanjutnya apa Rasyid? Hendak kerja apa kita di sini?”
Rasyid: “Aku masih belum tahu. Kita harus terus berikhtiar mencari pekerjaan”
Arman: “Hei! Kalian Malin dan Rasyid dari desa seberang bukan?”
Amir: (merangkul Arman) “Kalian mau ikut kita bekerja tidak? Siapa tahu kalian dilirik saudagar kaya
dan dinikahkan dengan putrinya!”
Arman : “Kita lihat saja lah nanti bagaimana nasib kalian disini”
ADEGAN 6 : Bukit.
Malin dan Rasyid bekerja tanpa henti dibawah perintah Arman dan Amir
Malin dan Rayis nyanyi kampuang nan jauh dimato karena kangen kampung
(https://youtu.be/qEkAp2y2QuM?si=_gzuxBcPwyIunZZO)
Takana... Ju kampuang.
Rasyid : (menghela napas) “Aku ingin pulang saja lah Malin! Mencari ikan seperti biasa”
Mosa (Ped : “Lelah? Baru seminggu sudah mengeluh! Gimana mau kaya!”
Nur : “Dia sangat etos kerjanya. Bagaimana kalau kita pekerjakan saja dia?”
Gerald (Saudagar kaya) : “Hai anak muda, apa kalian ingin bekerja denganku. Kebetulan sekali, aku
sedang membutuhkan dua orang pekerja laki-laki yang kuat seperti kalian ini. Apakah kalian
bersedia?”
Malin: “Oh alangkah bersyukurnya hati saya, apabila tuan sudi menerima kami berdua untuk bekerja
di tempat tuan. Perkenalkan tuan, saya Malin Kundang dan ini sahabat saya Rasyid. Kami datang dari
jauh”
Gerald (Saudagar kaya) : “Baiklah Malin, Rasyid, kalian berdua ikut aku! Tinggalkan pekerjaan ini dan
istirahat dulu di rumahku, nanti malam akan ku jelaskan apa yang harus kalian kerjakan esok hari”
Malin dan Rasyid kini sudah mulai jaya hidupnya. Pakaian mereka mulai rapi dan bersih. Namun…
Gerald (Saudagar kaya) : “Malin! Rasyid! Barang barangku mulai menghilang! Apakah kalian tahu
siapa yang mencuri?!”
Gerals (Saudagar kaya) : “Rasyid! Kau ku pecat! Kembalilah ke tempat asalmu dan jangan pernah
kembali!”
Rasyid pergi
Gerald (Saudagar kaya) : “Malin! Akan kuberi kau imbalan.. menikahi putriku dan lanjutkan usahaku
ini!”
Nur tersenyum.
Malin : (menghampiri Nur dan menghela nafas) “Nur.. Nur.. maksud kamu apa? Kampung siapa yang
mau kamu tuju?”
Nur : “Ya yang pasti bukan kampungku.. Kampungku ya di kota besar ini. Lahir disini, besar disini..
Kita pulang ke.. Ke kampungmu.” (sambil menunjuk Malin)
Malin : (raut wajah kaget & menoleh ke arah Nur) “Buat apa?”
Nur : “Yaa aku mau lihat rumah masa kecilmu, yang katamu luas bangunannya saja sebesar lapangan
bola. Dan luas halamannya dikalikan 10” (excited)
Nur : “Pokoknya aku nggak mau tau. Aku mau liburan ke kampungmu-!”
Malin : “Nur.. Nur.. liburan itu ke Eropa, ke Amerika, ke Australia, Afrika, Antartika.”
Nur : “Pokoknya aku mau keliling Nusantara-! Dan yang pertama harus kita kunjungi ya
kampungmu-! (menunjuk Malin)”
Nur : “Karena aku ingat, dulu kamu pernah berkata kampungmu seindah surga.” (dengan wajah
gembira)
Malin nyanyi lagu bunda dari menit 09:21 sampai 10:20 (ada intro dulu, dan ada yang nari tapi dia
posisi di belakang nya malin)
(https://youtu.be/dZaRInn4Fno?si=eBsnPOXZFb8Sz3Gw)
Bunda oh Bunda
Nur nyanyi dari menit 10:21 sampai 11:10 (ada intro dulu tapi bentar doang, di detik akhir noleh ke
arah malin keluar panggung)
(https://youtu.be/dZaRInn4Fno?si=eBsnPOXZFb8Sz3Gw)
Malin, oh Malin...
Pasti ada.. yang engkau Sembunyikan
Maringgi (Tetangga 2) : “Eh! Itu si malin kemana saja ya? Sudah bertahun tahun tak pulang. Lihat lah
tu ibu Malin!”
Razaqa (Tetangga 1) : (mengedikkan bahu) (menunjuk rasyid) “Padahal Rasyid sudah kembali.
Jangan-jangan…”
Jesse (Tetangga 3) : “Hoi rasyid! Kau tak tahu bagaimana kabar Malin? Kau tak punya berita apa apa
kah?
Rasyid : (memutar bola mata) “ Ku sudah tak sudi sebut nama malin!”
Jesse (Tetangga julid 3) : “Arman! Kau kan abis dari seberang. Apa tak tahu kabar Malin?”
Mosa (Pedagang 2) : “Malin esok akan kembali! Kalian semua tunggu saja apa yang akan
dibawanya!”
Semua bingung.
Rqzaqa (Tetangga 1) berjalan menuju ibu Malin, Malikah, dan adik Malin.
Maringgi (Tetangga 2) : “Onde mande! Malin merantau pun kalian hanya dapat ampasnya saja!”
(mendorong Ibu Malin)
Razaqa (Tetangga 1) : “Sembarangan kau bicara kepada Maringgi! Tak punya sopan santun!”
Malikah : “Maringgi. Hentikan bualanmu itu. Selalu saja mengurusi hidup orang lain!”
Tetangga julid semua pergi.
Aya (Adik Malin) : “Iya Bundo! Uda esok akan kembali kepada kita!”
Ibu Malin masuk ke area panggung dan melihat ke arah pinggir pantai (wajahnya sedih karena
menunggu kepulangan Malin)
Ibu Malin nyanyi di menit ke 11:50 sampai 13:40 (ada intro di awal dan ending di akhir)
(https://youtu.be/dZaRInn4Fno?si=eBsnPOXZFb8Sz3Gw)
Aya dan Malikah menghampiri Ibu Malin yang menangis di pinggir pantai
Tiba-tiba berhenti sebuah kapal besar di pinggir pantai, Ibu Malin yang menyadari kapal tersebut
datang pun mulai mendekati kapal tersebut perlahan
Ibu Malin : “Malin.. Malin.. Malin-! Malin.. Malin-!” (sambil berjalan mendekati Malin yang berada di
dekat kapal)
Nur : ‘Siapa itu Malin? Siapa wanita yang memanggilmu itu?” (sambil melihat ke arah Malin)
Malin dan Nur pun berjalan dan Ibu Malin juga berjalan ke arah mereka, sehingga mereka bertemu
di tengah jalan.
Malikah : “Malin…” (pergi mau meluk Malin tapi di cegat Nur didorong dikit)
Nur dan Malin sama-sama nyanyi di menit 14:41 sampai 15:24 (sahut-sahutan ya)
(https://youtu.be/dZaRInn4Fno?si=eBsnPOXZFb8Sz3Gw)
Nur: Inikah yang engkau sembunyikan kau bilang ayah Ibumu kaya raya...
Nur : Rumahmu semewah istana.. Masa Wanita Itu yang kau sebut bunda....!
Ibu Malin : Kau bicara apa nak? Kita selalu berjarak dengan harta..
(https://youtu.be/dZaRInn4Fno?si=eBsnPOXZFb8Sz3Gw)
Nur : Lihat! Ia mengaku bundamu. Bajunya begitu lusuh !! … Tak mungkin, la sama dengan
kaumkuuu.
Malın : Andai pun la masih ada tak mungkin Seburuk itu! rupanya. …
Ibu Malin pun merasa sakit hati karena Malin tidak ingin mengakuinya (tangannya memegang dada,
kepalanya menunduk sambil menangis)
Aya : (speechless natap kakaknya terus balik ke nur) “asal kau tahu, wanita yang kau dorong itu
adalah ibu dari yang kau sebut suami.. Ibuku!”
Malin : Aku tak punya Adik! Tak punya Istri! Dan Ibuku.. (menunjuk arah Ibu Malin) sudah mati-!
(menunjuk bawah tanah)
Sound gemeruduk di menit 18:10 sampai 18:57 (dari yt nya aja soale ntr tbtb bakal nyanyi ibunya)
(https://youtu.be/dZaRInn4Fno?si=eBsnPOXZFb8Sz3Gw)
Malikah Nur Aya kaget dan lari keluar panggung dengan ketakutan berteriak akan badai yang datang.
Malin : Pergi kau perempuan tak tau diri-! (muka marah, sambil menunjuk Ibu Malin)
Malin mau pergi keluar panggung tetapi di tarik Ibunya. Ibu malin memegang pundak malin
Ibu Malin nyanyi lagi & tetep ada yang nari di menit 19:02 sampai 20:09) (ekspresi nangis tersedu-
sedu)
(https://youtu.be/dZaRInn4Fno?si=eBsnPOXZFb8Sz3Gw)
Lalu perlahan Malin meronta kesakitan dan separuh badannya berubah jadi batu
Ibu Malin pun terus menangis melihat anaknya. (duduk bersimpuh, ngadep bawah)
Malin nyanyi di menit ke 20:20 sampai 22:10 (ada yang nari tapi bentar doang, Malin di menit” akhir
nyanyi nya tersendat-sendat, sm dia nangis bro) (posisi Malin pas jadi batu bersimpuh)
(https://youtu.be/dZaRInn4Fno?si=eBsnPOXZFb8Sz3Gw)