Anda di halaman 1dari 12

MALIN KUNDANG

PEMAIN :

Nessa : istri malin rantau, (Nur)

Atiyah : ibu malin

Rino : malin

Khansa : istri malin di desa, (Malikah)

Lora : tetangga julid 2 (Maringgi)

Gerald : saudagar kaya (mertua malin)

Razaqa : tetangga julid 1 (Arifin)

Andrea : adik malin (Aya)

Dewa : teman dekat malin (Rasyid)

Jesse : tetangga julid 3 (Mariya)

Mosa : pedagang 2 (Amir)

Bintang : pedagang 1 (Arman)

Zidane : Bapak Malin

NASKAH :

semua pemain nyanyi lagu naura yang ada di vid yt menit ke 5.11-6.17

(https://youtu.be/dZaRInn4Fno?si=0TnHxZ7W8NgZuB67 )

ADEGAN 1 : Teras rumah

Lahirlah bayi di sebuah desa kecil dekat pesisir pantai, bernama Malin Kundang. Malin lahir di
keluarga dengan berlatar belakang nelayan. Mereka hidup bahagia meskipun kekurangan ekonomi.

Zidane (bapak Malin) menggendong bayi malin

Zidane (Bapak Malin) : “Malin anakku, kau adalah anak yang bapak tunggu-tunggu. Kalo besar nanti
bakal gimana wajah kau ya nak. Apa-apa pun jadilah anak yang baik ya nak.”

Tiba tiba bayi Malin menangis tidak berhenti dan Bapak Malin mencoba menghentikan tangisan.

Zidane (Bapak Malin) : “Malin..” (Menepuk nepuk)

Bayi Malin masih saja menangis

Zidane (Bapak Malin) : “Bundo…..!”

Ibu Malin datang keluar dan menghampiri Bapak Malin lalu mengambil bayi Malin dari gendongan
Bapak Malin

Zidane (Bapak Malin) : “Malin.. Janganlah menangis terus.. Kasihan Bundo..”


Ibu Malin : “Tak apa Pak…” (Menenangkan Malin)

Lalu bayi Malin berhenti menangis.

Ibu Malin : “Malin.. Anakku. Kau anak yang susah payah ku kandung. Jadilah anak yang berbakti
kelak.. “

Bapak Malin : “Iya Bundo. Kita besarkan meskipun ada banyak kurangnya.”

Ibu Malin mengangguk

ADEGAN 2: Pasar, Malin remaja

sound keramaian pasar dan lagu khas minang

Malin berjalan membawa alat memancing dan ikan hasil pancingannya menuju ibunya untuk dijual

Malin : (memberikan hasil pancingan) “Ini Bundo”

Ibu Malin : “Bundo balik dulu, mengambil barang yang tertinggal”

Malin mengangguk

Muncul tetangga julid yang ada di sebelahnya

Arifin : (ekspresi julid) “Onde mande. Liat tuh si Malin.”

Maringgi : (tertawa) “Hidupnya begitu begitu saja. Semestinya dia harus membahagiakan ibunya
setelah ayahnya tiada.”

Tiba tiba muncul Mariyah ditengah tengah

Mariyah : “Eh, Ayah Malin? Aku tak dengar apapun”

Maringgi dan Arifin terkejut.

Arifin :(menggendikan bahu) “Sakitlah sehabis lahir adik Malin.”

Mariyah mengangguk dan mulut membentuk huruf O

Maringgi : (menepuk bahu tetangga julid 1) (berjalan) “Hei. Malin!”

Malin : (tersenyum) “Halo, Apa kabarmu Maringgi?”

Arifin dan Maringgi berpura pura muntah.

Arifin : “Hei Malin apa kau masih menyukai Maringgi?” (tertawa)

Maringgi : “Aku sih tak sudi”

Mariyah tiba tiba muncul dan mendorong Malin.

Mariyah : “Janganlah mau dengan Malin. Sudah jelek, miskin lagi. Lusuh dan kotor sekali baju kau
ini” (membersihkan tangan)

tetangga julid 1, 2, dan 3 nyanyi kamseupay

(https://youtu.be/iBzgewBwkY4?si=uI7VUfRHe3bkpgC0)

Lalu Aya (adik malin) datang menghampiri Malin.


Aya : “Hei, maksud kau semua apa?”

Arifin : “Onde mande. Kasih tahu lah Uda kau ini. Biar tahulah diri”

Tetangga julid semua tertawa

Aya : (menunjuk tetangga julid) “Tega kalian semua.”

Datanglah Malikah membawa sapu lidi dan menyapu kaki kaki para tetangga julid

Malikah : “Aduh. Duh. Sampah di sini banyak sekali. Sulit sekali membersihkannya.”

Lalu menghampiri Malin dan Adik Malin (Aya), dan menolongnya.

Malikah : (menunjuk tetangga julid) “Bicara sedikit lagi tak akan segan aku laporkan ke indak kau
semua kalau membuat keramaian di pasar!”

tetangga julid 1,2, dan 3 pergi

Aya (adik malin) : “Uda tidak apa apa kan?”

Malin mengangguk

Malin : “Tarimo kasih Malikah”

Malikah : (mengangguk) “Memang semestinya aku menolong. Kalau begitu aku akan kembali
mengantarkan sapu ini ke indak ku.” (tertawa)

Malikah pergi

Aya (adik malin) : “Seharusnya Uda menyukai perempuan itu!”

Malin tersenyum.

ADEGAN 3: Rumah, masa kini Malin sudah menikah

Malin sudah menikah dengan perempuan yang menolongnya di pasar.

Rasyid: “Assalamualaikum Malin”

Malin: “Waalaikumsalam sahabatku Rasyid. Apa kabarmu kawan?”

Rasyid: “Alhamdulillah, aku sehat walafiat. Bagaimana denganmu?”

Malin: “Aku sangat sehat seperti yang kau lihat. Ada apa gerangan kedatanganmu kali ini?”

Rasyid: “Aku membawa kabar gembira untukmu!”

Malin: “Kabar gembira? Sebentar.. Istriku..!”

Datanglah istri Malin.

Malin : “Rasyid membawa kabar gembira!”

Rasyid: “Baru saja aku melihat kapal besar bersandar di pelabuhan pantai air manis. Aku pikir kita
berdua bisa ikut serta menumpang di kapal tersebut”

Malin: “Maksudmu kita berdua akan pergi merantau?”


Rasyid: (mengangguk) “Kau tidak bosan hidup miskin seperti ini? Bukankah engkau sangat ingin
membahagiakan ibu, adik, dan istrimu? Ayolah Malin, ikutlah bersamaku!”

Malin: “Aku ingin. Tapi aku tak tega meninggalkan mereka sendirian di kampung ini.”

Malikah : “Tak apa. Aku akan menemani bundo dan adikmu disini.”

Rasyid: “Nah! Lusa temui aku di pelabuhan”

Malin: “Baiklah, terima kasih kawan”

ADEGAN 4 : Rumah Ibu Malin

Malin : “Bundo! Malin datang!”

Ada Ibu Malin dan Adik di dalam rumah

Malin: “Bundo, bolehkah aku pergi merantau ke negeri seberang? Aku ingin sekali merubah nasib
kita semua”

Ibu Malin : “Kenapa tiba-tiba sekali kau ingin pergi nak? Bagaimana dengan istri kau, Malikah?”

Malin: “Istriku setuju Bundo. Sekarang tinggal meminta restu kepada Bundo dan Aya”

Ibu Malin : “Sudah kau pikirkan masak-masak keinginanmu ini nak?”

Malin: “Insya Allah bu, Malin sudah membulatkan tekad untuk pergi bersama dengan Rasyid dengan
menumpang kapal dagang yang saat ini tengah bersandar di pelabuhan pantai itu”

Ibu Malin : “Baiklah nak, jika keputusanmu sudah bulat. Pergilah nak! Tapi jangan kau lupakan
istrimu, adikmu, dan ibumu yang sudah tua ini. Pulanglah jika kau telah berhasil meraih apa yang kau
inginkan!”

Aya (adik malin) : “Uda. Jangan lupakan kita semua”

Malin : (mengangguk)

ADEGAN 5 : Pelabuhan pulau seberang

Malin : “Nah, selanjutnya apa Rasyid? Hendak kerja apa kita di sini?”

Rasyid: “Aku masih belum tahu. Kita harus terus berikhtiar mencari pekerjaan”

Datanglah 2 pedagang dari desa yang ikut merantau

Arman: “Hei! Kalian Malin dan Rasyid dari desa seberang bukan?”

Malin dan Rasyid mengangguk.

Amir : “Sedang apa kalian disini? Merantau? Mencari pekerjaan?”

Malin dan Rasyid mengangguk sekali lagi

Arman: “Mengangguk saja bisamu? Bagaimana akan kerja disini?”

Amir: (merangkul Arman) “Kalian mau ikut kita bekerja tidak? Siapa tahu kalian dilirik saudagar kaya
dan dinikahkan dengan putrinya!”

Malin : (menggeleng) “Aku dah punya istri di desa sana”


Rasyid mengangguk

Arman : “Kita lihat saja lah nanti bagaimana nasib kalian disini”

Arman dan Amir senyum miris

ADEGAN 6 : Bukit.

Malin dan Rasyid bekerja tanpa henti dibawah perintah Arman dan Amir

Malin dan Rayis nyanyi kampuang nan jauh dimato karena kangen kampung

(https://youtu.be/qEkAp2y2QuM?si=_gzuxBcPwyIunZZO)

Kampuang nan jauh di mato

Gunuang sansai baku liliang

Takana ju kawan, kawan nan lamo

Sangkek basu liang suliang

Panduduknyo nan elok

Nan suka bagotong royong

Sakik senang samo samo dirasa

Den takana jo kampuang

Takana... Ju kampuang.

Induak ayah adiak Sadunyo

Raso maimbau - Imbau den pulang

Den takana jo kampuang

Rasyid : (menghela napas) “Aku ingin pulang saja lah Malin! Mencari ikan seperti biasa”

Malin hanya tersenyum. Amir datang.

Mosa (Ped : “Lelah? Baru seminggu sudah mengeluh! Gimana mau kaya!”

Mosa (Pedagang 2) pergi

Di Sebelah mereka datang saudagar kaya dan anaknya

Nur : “Ayah. Lihat pedagang itu! di sebelah sana!” (menunjuk malin)

Gerald (Saudagar kaya) : “Ada apa putriku dengannya?”

Nur : “Dia sangat etos kerjanya. Bagaimana kalau kita pekerjakan saja dia?”

Gerald (Saudagar kaya) : “Betul juga. Bagaimana dengan temannya?”


Nur : “Ah! Terserah! Bagaimanapun caranya aku mau laki laki itu kerja disini, ayah!”

Saudagar kaya menghampiri malin

Gerald (Saudagar kaya) : “Hai anak muda, apa kalian ingin bekerja denganku. Kebetulan sekali, aku
sedang membutuhkan dua orang pekerja laki-laki yang kuat seperti kalian ini. Apakah kalian
bersedia?”

Rasyid: “Sungguhkah tuan?”

Malin: “Oh alangkah bersyukurnya hati saya, apabila tuan sudi menerima kami berdua untuk bekerja
di tempat tuan. Perkenalkan tuan, saya Malin Kundang dan ini sahabat saya Rasyid. Kami datang dari
jauh”

Gerald (Saudagar kaya) : “Baiklah Malin, Rasyid, kalian berdua ikut aku! Tinggalkan pekerjaan ini dan
istirahat dulu di rumahku, nanti malam akan ku jelaskan apa yang harus kalian kerjakan esok hari”

ADEGAN 7 : Pekarangan rumah saudagar kaya

Malin dan Rasyid kini sudah mulai jaya hidupnya. Pakaian mereka mulai rapi dan bersih. Namun…

Gerald (Saudagar kaya) : “Malin! Rasyid! Barang barangku mulai menghilang! Apakah kalian tahu
siapa yang mencuri?!”

Malin dan Rasyid hanya diam.

Nur menarik baju ayahnya dan berbisik.

Gerald (Saudagar kaya) : “Kalau kalian tahu.. akan kuberi imbalan!”

Tiba tiba Malin menjadi rakus dan menuduh Rasyid

Malin : (menunjuk Rasyid) “Saya lihat.. Rasyid yang mengambil!”

Rasyid terkejut dan menggeleng.

Gerals (Saudagar kaya) : “Rasyid! Kau ku pecat! Kembalilah ke tempat asalmu dan jangan pernah
kembali!”

Rasyid : (bisik) “Awas saja suatu saat nanti akan terbalaskan!”

Rasyid pergi

Gerald (Saudagar kaya) : “Malin! Akan kuberi kau imbalan.. menikahi putriku dan lanjutkan usahaku
ini!”

Malin : (terkejut) “Tapi.. “

Saudagar kaya : “Ada apa Malin?”

Malin menggeleng. Malin menjadi lupa dengan keluarganya dan rakus.

Malin : “Baik Tuan. Aku akan menikahi putri tuan.”

Nur tersenyum.

Pedagang 1 dan 2 lewat dan menggelengkan kepalanya.

ADEGAN 8 : Rumah Malin dan Nur, sudah menikah.


Nur (istri jahat) : “Malin! Malin.. Kita jadi tidak pulang kampung liburan ini?”

Malin : (menghampiri Nur dan menghela nafas) “Nur.. Nur.. maksud kamu apa? Kampung siapa yang
mau kamu tuju?”

Nur : “Ya yang pasti bukan kampungku.. Kampungku ya di kota besar ini. Lahir disini, besar disini..
Kita pulang ke.. Ke kampungmu.” (sambil menunjuk Malin)

Malin : (raut wajah kaget & menoleh ke arah Nur) “Buat apa?”

Nur : “Emm, aku mau lihat rumah ibumu”

Malin : “Eh ibuku sudah tidak ada”

Nur : “Yaa aku mau lihat rumah masa kecilmu, yang katamu luas bangunannya saja sebesar lapangan
bola. Dan luas halamannya dikalikan 10” (excited)

Malin : (menolak dengan wajah gugup) “Ehh.. tidak usahlah-!”

Malin : “🎶 Lebih baik disini, rumah kita sendiri 🎶”

Nur : “Pokoknya aku nggak mau tau. Aku mau liburan ke kampungmu-!”

Malin : “Nur.. Nur.. liburan itu ke Eropa, ke Amerika, ke Australia, Afrika, Antartika.”

Nur : “Pokoknya aku mau keliling Nusantara-! Dan yang pertama harus kita kunjungi ya
kampungmu-! (menunjuk Malin)”

Malin : (terdiam sesaat) “Kenapa?”

Nur : “Karena aku ingat, dulu kamu pernah berkata kampungmu seindah surga.” (dengan wajah
gembira)

Malin pun tidak menjawab perkataan Nur, dan pergi meninggalkannya.

Malin nyanyi lagu bunda dari menit 09:21 sampai 10:20 (ada intro dulu, dan ada yang nari tapi dia
posisi di belakang nya malin)

(https://youtu.be/dZaRInn4Fno?si=eBsnPOXZFb8Sz3Gw)

Bunda oh.... Bunda

Sekepal nasi tanpa lauk terasa nikmat

Selama bunda yang menanduak

Bunda oh Bunda

Dipan tua tanpa kasur terasa surga

Selama bunda di sisi hamba

Nur nyanyi dari menit 10:21 sampai 11:10 (ada intro dulu tapi bentar doang, di detik akhir noleh ke
arah malin keluar panggung)

(https://youtu.be/dZaRInn4Fno?si=eBsnPOXZFb8Sz3Gw)

Malin, oh Malin...
Pasti ada.. yang engkau Sembunyikan

Yang enggan kau ungkapkan

Malin oh... malın

Akan ku temukan jawabannya

Begitu kita tiba di... Sana

ADEGAN 9 : Pasar, desa

sound suasana pasar

(di tempat ada ibu malin, tetangga 1 2 dan 3, dan rasyid)

Maringgi (Tetangga 2) : “Eh! Itu si malin kemana saja ya? Sudah bertahun tahun tak pulang. Lihat lah
tu ibu Malin!”

Razaqa (Tetangga 1) : (mengedikkan bahu) (menunjuk rasyid) “Padahal Rasyid sudah kembali.
Jangan-jangan…”

Jesse (Tetangga 3) : “Hoi rasyid! Kau tak tahu bagaimana kabar Malin? Kau tak punya berita apa apa
kah?

Rasyid menengok dan terdiam sebentar.

Rasyid : (memutar bola mata) “ Ku sudah tak sudi sebut nama malin!”

Tetangga 1, 2, dan 3 bingung

Pedagang 1 dan 2 baru saja datang dari seberang

Jesse (Tetangga julid 3) : “Arman! Kau kan abis dari seberang. Apa tak tahu kabar Malin?”

Bintang (Pedagang 1) : “Oh? Malin.. Dia dah-”

Pedagang 2 menyenggol pedagang 1 dan mengibaskan tangannya.

Mosa (Pedagang 2) : “Malin esok akan kembali! Kalian semua tunggu saja apa yang akan
dibawanya!”

Pedagang 1 dan 2 tertawa lalu pergi

Semua bingung.

Rqzaqa (Tetangga 1) berjalan menuju ibu Malin, Malikah, dan adik Malin.

Maringgi (Tetangga 2) : “Onde mande! Malin merantau pun kalian hanya dapat ampasnya saja!”
(mendorong Ibu Malin)

Malikah membantu ibu Malin.

Adik Malin : “Maksudmu apa Maringgi!?”

Razaqa (Tetangga 1) : “Sembarangan kau bicara kepada Maringgi! Tak punya sopan santun!”

Adik Malin : “Enak saja! Kau yang sembarangan!”

Malikah : “Maringgi. Hentikan bualanmu itu. Selalu saja mengurusi hidup orang lain!”
Tetangga julid semua pergi.

Malikah : “Bundo.. Kita tunggu esok ya Malin kembali..”

Aya (Adik Malin) : “Iya Bundo! Uda esok akan kembali kepada kita!”

ADEGAN 10: TEPI PANTAI

Ibu Malin masuk ke area panggung dan melihat ke arah pinggir pantai (wajahnya sedih karena
menunggu kepulangan Malin)

Ibu Malin nyanyi di menit ke 11:50 sampai 13:40 (ada intro di awal dan ending di akhir)

(https://youtu.be/dZaRInn4Fno?si=eBsnPOXZFb8Sz3Gw)

setiap hari, ku menunggu

berharap pada kapal yang berlabuh

terbayang malin, tersenyum penuh

melangkah turun siap memelukku

Bertahun-tahun engkau pergi

Rindu bunda.. tak kunjung... henti

kapal berlabun silih berganti

tiada juga engkau kembali

Ingatkah kamu, putraku

ketika kau kanak kita tiada terpisah

tak jua kalah oleh kemiskinan

Ingatkah itu? putraku

Sejak ayahmu pergi kita tiada menyerah

Tak jua kala oleh kehilangan

Aya dan Malikah menghampiri Ibu Malin yang menangis di pinggir pantai

Aya : “Bundo! Tenanglah.. Uda pasti akan pulang!”

Tiba-tiba berhenti sebuah kapal besar di pinggir pantai, Ibu Malin yang menyadari kapal tersebut
datang pun mulai mendekati kapal tersebut perlahan

Ibu Malin : “Malin.. Malin.. Malin-! Malin.. Malin-!” (sambil berjalan mendekati Malin yang berada di
dekat kapal)
Nur : ‘Siapa itu Malin? Siapa wanita yang memanggilmu itu?” (sambil melihat ke arah Malin)

Malin : “Ahh.. Tidak tau aku Nur-!” (melihat ke arah Nur)

Ibu Malin : “Malin Nakk..” (wajah bahagia melihat anaknya pulang)

Malin : “Hanya seorang wanita tua.”

Malin dan Nur pun berjalan dan Ibu Malin juga berjalan ke arah mereka, sehingga mereka bertemu
di tengah jalan.

Ibu Malin : “Malin.. aku ibumu Nak..” (menggapai malin)

Malin menghempaskan tangan Ibu Malin.

Aya (Adik Malin) : “Uda akhirnya pulang juga!”

Malikah : “Malin…” (pergi mau meluk Malin tapi di cegat Nur didorong dikit)

Malikah dibantu Aya berdiri

Nur dan Malin sama-sama nyanyi di menit 14:41 sampai 15:24 (sahut-sahutan ya)

(https://youtu.be/dZaRInn4Fno?si=eBsnPOXZFb8Sz3Gw)

Nur: Inikah yang engkau sembunyikan kau bilang ayah Ibumu kaya raya...

Malın : Dia.. bukan Ibuku. Ibuku sudah tiada!

Nur : Rumahmu semewah istana.. Masa Wanita Itu yang kau sebut bunda....!

Malın : Ibuku! sudah tiada... Mewariskan ku kuasa dah harta.....

Ibu Malin : Kau bicara apa nak? Kita selalu berjarak dengan harta..

Nur dan Malin nyanyi di menit 15:35 sampai 16:10

(https://youtu.be/dZaRInn4Fno?si=eBsnPOXZFb8Sz3Gw)

Nur : Lihat! Ia mengaku bundamu. Bajunya begitu lusuh !! … Tak mungkin, la sama dengan
kaumkuuu.

Malın : Dia! bukan Ibuku!

Malın : Andai pun la masih ada tak mungkin Seburuk itu! rupanya. …

Ibu Malin pun merasa sakit hati karena Malin tidak ingin mengakuinya (tangannya memegang dada,
kepalanya menunduk sambil menangis)

Aya menolong Bundo. Malikah masih terkaget.

Aya : “berani nya kau dorong ibuk?? Kau siapa??”

Nur : “Aku? Nur. Istri Malin!!”

Aya : (speechless natap kakaknya terus balik ke nur) “asal kau tahu, wanita yang kau dorong itu
adalah ibu dari yang kau sebut suami.. Ibuku!”

Malikah : “Dan aku Istri Malin…!”


Nur menoleh ke Malin, kaget

Malin : Aku tak punya Adik! Tak punya Istri! Dan Ibuku.. (menunjuk arah Ibu Malin) sudah mati-!
(menunjuk bawah tanah)

Sound gemeruduk di menit 18:10 sampai 18:57 (dari yt nya aja soale ntr tbtb bakal nyanyi ibunya)

(https://youtu.be/dZaRInn4Fno?si=eBsnPOXZFb8Sz3Gw)

Malikah Nur Aya kaget dan lari keluar panggung dengan ketakutan berteriak akan badai yang datang.

Oh langit Oh langit yang kelabu, berubahlah menjadi gemuruh

hujan turunlah jatuh... Ombak bergulunglah, gaduh

Malin : Pergi kau perempuan tak tau diri-! (muka marah, sambil menunjuk Ibu Malin)

Malin mau pergi keluar panggung tetapi di tarik Ibunya. Ibu malin memegang pundak malin

Ibu Malin nyanyi lagi & tetep ada yang nari di menit 19:02 sampai 20:09) (ekspresi nangis tersedu-
sedu)

(https://youtu.be/dZaRInn4Fno?si=eBsnPOXZFb8Sz3Gw)

Tuhanku memelihara manusia

dimanakah anakku yang dulu

Yang mencintaiku sedemikian rupa..

meski aku miskin tiada harta

Tuhanku penguasa semesta

ke manakan ku harus meminta

tunjukkan kuasa-Mu yang megah

adili lah, ia yang telah melawan sang bunda..

Lalu perlahan Malin meronta kesakitan dan separuh badannya berubah jadi batu

Ibu Malin pun terus menangis melihat anaknya. (duduk bersimpuh, ngadep bawah)

Malin nyanyi di menit ke 20:20 sampai 22:10 (ada yang nari tapi bentar doang, Malin di menit” akhir
nyanyi nya tersendat-sendat, sm dia nangis bro) (posisi Malin pas jadi batu bersimpuh)

(https://youtu.be/dZaRInn4Fno?si=eBsnPOXZFb8Sz3Gw)

Malin: “Maafkan aku bundo”

Yang telah melawan mu

melupakan semua.. Jasamu

membuang semua… Cintamu

ampunilah aku ibu..

yang pergi meninggalkan mu


Memuja..hanya egoku..

Meninggikan.. hanya aku

Izinkan aku kembali Ibu... kedalam rangkulan... mu Ibu

ENDING. NYANYI ENDING LAGU NAURA.

Anda mungkin juga menyukai