Anda di halaman 1dari 8

CERITA MALINKUNDANG

Narator (Fikrotus): Dahulu kala di suatu tempat bernama Pantai Air Manis, kota Padang, Sumatera Barat,
hiduplah seorang duda tua bersama dengan seorang anak lelakinya. duda tersebut bernama
Mande(Boy)dan anak lelakinya yang bernama Malin Kundang(Andra). Malin(Andra) telah lama menjalani
kehidupannya sebagai anak piatu sejak ia masih kecil. Mande(Boy)bersama dengan Malin(Andra) telah
lama menjalani hidup yang serba kekurangan dalam jeratan kemiskinan. Hingga suatu ketika terbesit
keinginan di dalam hati Malin(Andra) untuk merubah nasib dirinya dan ayahnya agar dapat memiliki
kehidupan yang lebih baik.

Narator(Fikrotus):Waktu berlalu dan kini Malin(Andra)telah beranjak dewasa. Keinginan untuk keluar
dari jeratan kemiskinan semakin kuat di dalam hatinya. Hingga suatu ketika sebuah berita datang dari
sahabat Malin(Andra) yang bernama Risma(Adinda). Ia mengabarkan kepada Malin(Andra) bahwa akan
datang kapal besar yang akan berlabuh di pantai air manis.

Dialog Malin Kundang

Risma(Adinda):Assalamualaikum malin(Andra).

Malin(Andra):Waalaikumsalam sahabatku Risma(Adinda). Apa kabarmu kawan?

Risma(Adinda):Alhamdulillah, aku sehat walafiat. Bagaimana denganmu?

Malin(Andra):Aku sangat sehat seperti yang kau lihat. Ada apa gerangan kedatanganmu kali ini? Ada
kabar baikkah yang kau bawa?

Risma(Adinda):Tepat sekali. Aku membawa kabar gembira untukmu kawan.

Malin(Andra):Kabar gembira apakah itu?


Narator(Fikrotus):Risma(Adinda)

baru saja aku melihat kapal besar bersandar di pelabuhan pantai air manis. Aku pikir kita berdua bisa
ikut serta menumpang di kapal tersebut sekembalinya dari tempat ini.

Malin(Andra):Aku ingin, sangat ingin pergi. Tapi bagaimana dengan ayahku? Aku tak tega
meninggalkannya sendirian di kampung ini. Setidaknya aku harus berbicara terlebih dahulu dengannya.

Risma(Adinda):Baiklah, bicaralah dengan ayahmu! Setelah kau mendapatkan restu ayahmu, temuilah
aku! Kita akan pergi merantau bersama.

Malin(Andra):Baiklah, terima kasih kawan.

Malin(Andra) pun bergegas pulang ke rumah untuk menemui ayahnya dengan maksud meminta restu
kepergiannya untuk merantau. Setibanya di rumah

Malin(Andra):ayah, bolehkah aku pergi merantau ke negeri seberang? Aku ingin sekali merubah nasib
kita. Aku sangat ingin membahagiakan ayah.

Mande(Boy):Kenapa tiba-tiba sekali kau ingin pergi nak? Bagaimana dengan ayahmu ini?

Malin(Andra):Karena sebab itulah yah, Malin meminta restu ayah. Sebenarnya Malin tak tega
meninggalkan ayah di sini. Tapi Malin mohon, izinkanlah anakmu ini pergi! Demi kebaikan kita berdua
yah! Insya Allah Malin akan membuat kehidupan kita lebih baik dari sekarang ini.

Mande(Boy):Sudah kau pikirkan masak-masak keinginanmu ini nak?

Malin(Andra):insya Allah yah, Malin sudah membulatkan tekad untuk pergi bersama dengan
Risma(adinda)dengan menumpang kapal dagang yang saat ini tengah bersandar di pelabuhan pantai itu.
Mande (Boy):Baiklah nak, jika keputusanmu sudah bulat. Pergilah nak! Tapi jangan kau lupakan ayahmu
yang sudah tua ini. Pulanglah jika kau telah berhasil meraih apa yang kau inginkan !

Malin(Andra):Malin tidak akan melupakan ayah. Malin pasti akan pulang dan membuat ayah bahagia.
Malin Janji yah!

Mande (Boy):Baiklah nak, kalau itu sudah menjadi keputusanmu. ayah tak akan menahanmu di sini.
Pergilah nak! Raihlah apa yang kau cita-citakan!

Malin(Andra):Terima Kasih yah. Insya Allah Malin akan berangkat besok pagi bersama dengan
Risma(adinda).

Narator(Fikrotus):Keesokan harinya Malin Kundang(Andra) dan Risma(adinda)bertolak menuju negeri


seberang dengan menumpang kapal besar bermuatan barang dagangan, ayah Malin hanya bisa pasrah
merelakan kepergian putranya tersebut. Perjalanan Malin(Andra) dan Risma(adinda) pun berakhir dan
mereka sampai di tepat tujuan perantauan mereka. Setibanya di tanha rantau, mereka beristirahat
sejenak di sebuah warung makan.

Malin(Andra):Nah, selanjutnya apa Rasyid? Hendak kerja apa kita di sini?

Risma(Adinda):Aku masih belum tahu. Kita harus terus berikhtiar mencari pekerjaan.

Narator(Fikrotus):Tanpa mereka sadari, percakapan dua sahabat itu didengar oleh salah seorang
pengunjung warung lainnya yang tak lain adalah seorang saudagar kaya raya.

Saudagar(Noval):Hai anak muda, apa kalian hendak mencari pekerjaan? Kebetulan sekali, saya sedang
membutuhkan dua orang pekerja laki-laki yang kuat seperti kalian ini. Apakah kalian bersedia?

Risma(Adinda):Sungguhkah tuan? Apa kami bisa langsung bekerja dengan tuan?


Malin(Andra):Oh alangkah bersyukurnya hati saya, apabila tuan sudi menerima kami berdua untuk
bekerja di tempat tuan. Perkenalkan tuan, saya Malin Kundang(Andra) dan ini sahabat saya
Risma(Adinda). Kami datang dari jauh.

Saudagar(Noval):Baiklah Malin(Andra), Risma(Adinda), kalian berdua ikut aku! Mulai besok kalian sudah
mulai bekerja. Sekarang kalian istirahat dulu di rumahku, nanti malam akan kujelaskan apa yang harus
kalian kerjakan esok hari.

Malin(Andra) dan Risma(Adinda):Baiklah Tuan.

Saudagar(Noval):Baiklah Malin(Andra), Risma(Adinda), kalian berdua ikut aku! Mulai besok kalian sudah
mulai bekerja. Sekarang kalian istirahat dulu di rumahku, nanti malam akan kujelaskan apa yang harus
kalian kerjakan esok hari.

Malin(Andra) dan Rasyid(Adinda):Baiklah Tuan.

Narator(Fikrotus):Akhirnya Malin(Andra) dan Risma(Adinda) ikut serta bersama dengan saudagar


kaya(Noval) tersebut. Mereka tinggal di salah satu bilik di kediaman saudagar(Noval). Keesokan harinya
mereka berdua mulai bekerja. Waktu berlalu, Risma(Adinda) dan Malin(Andra) telah lama bekerja
dengan saudagar(Noval). Tanpa mereka sadari, saudagar(Noval) telah lama memperhatikan segala
gerak-gerik serta aktivitas mereka. Hingga saudagar(Noval) meyadari satu hal bahawa Malin(Andra)
lebih cekatan, ulet, rajin, dan cerdas dalam bekerja jika dibandingkan dengan Risma(Adinda). Karena
beberapa alasan dan pertimbangan, akhirnya saudagar(Noval) tak lagi mempekerjakan Risma(Adinda).
Akhirnya Risma(Adinda)pun pulang ke kampung halamannya.

Narator(fikrotus):suatu ketika datanglah putri saudagar(Meysha) ke tempat Malin(Andra) bekerja. Ia


bermaksud untuk meninjau bisnis milik ayahandanya yang suatu saat nanti akan menjadi miliknya.
Setelah beberapa hari melakukan peninjaun terhadap bisnis perdagangan ayahnya, putri(Meysha)
tersebut pun diam-diam memperhatikan salah satu karyawan ayahnya yang memiliki etos kerja yang
berbeda dengan yang lainnya. Lama-kelamaan pun ia mulai tertarik pada karyawan tersebut yang tak
lain adalah Malin Kundang(Andra).
Putri(Meysha):Ayah, siapakah gerangan karyawan itu? Nampaknya ia lebih memiliki etos kerja yang baik
dari karyawan lainnya.

Saudagar(Noval):Oh, anak muda itu bernama Malin Kundang. Memang ada apa?

Putri(Meysha: Tidak ada apa-apa ayah.

Narator(Fikrotus):Semenjak hari itu, putri saudagar(Meysha) semakin tertarik pada pemuda bernama
Malin Kundang(Andra). Ia diam-diam selalu memperhatikan dirinya. Tahun demi tahun pun berlalu,
Malin Kundang dipercaya oleh saudagar untuk memengang salah satu cabang usaha. Selama cabang
usaha itu dikelola oleh Malin, usaha saudagar semakin berkembang pesat.

Narator(Fikrotus):Karena kesuksesannya, Putri(Meysha)pun semakin jatuh hati pada Malin(Andra).


Hingga akhirnya Malin pun dinikahkan oleh saudagar(Noval) dengan putri kesayangannya(Meysha).
Beberapa bulan setelah hari pernikahan mereka, sang putri(Meysha) pun meminta suaminya untuk pergi
bertamasya. Akhirnya mereka berdua pergi ke suatu tempat bernama pantai air manis yang tak lain
adalah kampung halaman Malin(Andra). Setibanya di pantai air manis, ia melihat sosok perempuan yang
tak asing baginya. Perempuan itu tak lain adalah Risma(Adinda), sahabat lamanya

Malin(Andra):Risma(Adinda), kau kah itu?

Risma(Adinda):Malin(Andra), wah ini benar engkau? Kau sudah sukses ya sekarang ini?

Malin(Andra):Ya, seperti yang kau lihat. Aku telah menikmati hasil jerih payahku. Kau lihat wanita di
sampingku ini! Ia adalah putri saudagar(Meysha) yang kini menjadi istriku, cantik bukan?

Risma(Adinda):iya, kau sekarang telah menjadi orang hebat Malin(Andra), aku kagum.

Malin(Andra):Sudah ya, aku mau pergi jalan-jalan dulu bersama istriku yang cantik ini.
Risma(Adinda):Tentu kawan, bersenang-senanglah!

Narator(Fikrotus):Mengetahui Malin(Andra) telah pulang ke kampung halamannya, Risma(Adinda) pun


bergegas menemui Mande(Boy) untuk mengabarkan bahwa anaknya telah kembali.

Risma(Adinda):yah, cepatlah kau pergi ke tepian pantai. Malin(Andra) anakmu telah kembali yah!

Mande(Boy):Sungguhkah Nak? Yang kau katakan itu bukanlah dusta kan?

Risma(Adinda):Sungguh yah, buat apa saya membohongi ayah.

Mande(boy):Risma(Adinda), Kau temani ayah ke pelabuhan sekarang!

Risma(Adinda):Baiklah yah.

Narator(fikrotus):Mande(Boy)dan Risma(Adinda) bergegas menuju tepian pantai. Berharap Malin(Andra)


masih berada di sana dan belum beranjak kemana-mana. Rupaya benar, Malin(Andra) bersama istrinya
masih berada di tepian pantai air manis. Ia terlihat edang beristirahat sejenak sambil menikmati
indahnya deburan ombak tepi pantai.

Mande(Boy):Malin(Andra), kah kah itu nak? (teriak mande(Boy) sambil berlari)

Putri(Meysha):siapakah laki-laki tua itu kanda? Sepertinya ia mengenalmu.

Malin(Andra):Tak tahulah, mungkin pengemis yang mengaku-ngaku mengenal diriku.


Mande(Boy):Alhamdulillah nak, kau terlihat sangat sehat. Kapan kau datang Malin(Andra)? Kenapa kau
tak mengabari ayahmu terlebih dahulu?

Putri(Meysha):Kanda, apakah laki-laki tua ini adalah ibumu?

Narator(Fikrotus):Melihat ayahnya yang datang dari kejauhan , berlari menghampirinya dengan pakaian
comapng-camping, Malin(Andra)pun merasa sangat malu. Terlebih terhadap istrinya.

Malin(Andra):Hei laki-laki tua! Siapakah kau ini? Aku tak pernah punya ayah seburuk engkau.
Berhentilah berpura-pura mengaku sebagai ayah! (teriak Malin(Andra) sambil menunjuk-nunjuk wajah
ayahnya)

Mande(Boy):Malin(Andra), ini ayahmu nak. Sudah lupakah engkau? Aku yang membesarkan mu

Malin(Andra):Enyahlah kau pengemis! Kau bukan ayahku!

Narator(Fikrotus):Mendengar kata-kata Malin(Andra), Mande(Boy) pun menangis menahan kesedihan


yang luar biasa. Ia pun pergi meninggalkan Malin(Andra)dan istrinya. Mande(Boy)tersungkur ke tanah
sambil menengadah tangan ke atas.

Mande(Boy):Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan puteraku Malin(Andra)? Kenapa ia berubah setelah
sekian lama? Jika memang ia bukanlah anakku, maka maafkanlah ia. Tapi jika ia adalah putera
kandungku, maka hukumlah ia.

Narator(Fikrotus):Tiba-tiba terdengar gemuruh di tengah lautan, disebuah kapal yang dinaiki oleh
Malin(Andra) dan istrinya. Kilat menyambar-nyambar, badai semakin kuat, dan kapal besar pun
terguling.

Malin(Andra) :Kenapa bisa begini? Badai tiba-tiba datang. Ini sangat aneh. Istriku, kau baik-baik saja?
Putri(Meysha):Kanda, sebenarnya apa yang terjadi.

Malin(Andra):Aku sungguh tak mengerti dinda. Alam sepertinya marah pada kita.

Seketika kilat dengan kekuatan sambaran yang luar biasa menyambar tubuh Malin(Andra). Tiba-tiba ia
berubah menjadi batu. Ia berteriak sekencang-kencangnya sebelum akhirnya ia menjadi sebuah batu
yang tersungkur seperti bersujud.

Malin Kundang(Andra):Ampuni aku ayah, maafkan aku yang telah durhaka padamu. (sembari tersungkur
dalam sujudnya)

Akhirnya Malin(Andra) pun berubah menjadi batu.

Anda mungkin juga menyukai