Oleh :
Kelompok 1
KELAS IXA
Disusun Oleh :
1. Alviatun Nurul Hikmah 5. Binti Maskurun
2. Amelia Adetia Putri 6. Fairuzia Amalia
3. Anggun Novia Habibah 7. Faradisa Naila
4. Aprilia Zusrotul Alfiyah 8. Lailatul Husnia
Laporan Study Kenal Alam & Lingkungan (SKAL) serta Wisata di Jawa Timur & Jawa
Tengah yaitu :
1. KH. Hasyim As’yari
2. KH. Abdurrohman Wahid
3. Sy. Jumadil Kubro
4. R. Rohmatulloh/S. Ampel
Pembimbing, Penulis,
Mengetahui,
Kepala MTs. Al Huda, Ketua Panitia,
Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. ( Qs. Al-Baqarah: 45 )
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai
(dari suatu urusan),kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain). ( Qs. Al-
Insyirah: 6-7 )
Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada orang-orang
yang sabar dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai
keberuntungan yang besar. ( Qs. Fussilat: 35 )
Perbanyak bersyukur, kurangi mengeluh. Buka mata, jembarkan telinga, perluas hati.
Sadari kamu ada pada sekarang, bukan kemarin atau besok, nikmati setiap momen
dalam hidup,berpetualangla. ( Ayu Estiningtyas )
Jangan kamu melihat hasil akhir tetapi lihatlah perjalanan menuju hasil akhir tersebut.
5. BINTI MASKURUN
KESAN-KESAN SELAMA SKAL
Skal tahun ini sangat menyenangkan. Alhamdulillah kita bisa mengikuti skal dari awal
sampai selesai dengan baik dan seru dan selama mengikuti skal ini kita bisa
mendapatkan banyak ilmu dari tempat-tempat yng kita kunjungi, penampilan disana
sangat bagus dan tidak membosankan, tempat-tempat disana sangat memotivasi kita
dan kita mendapatkan banyak wawasan baru.
7. FARADISA NAILA
KESAN-KESAN SELAMA SKAL
Skal adalah kagiatan yang bartujuan untuk mempelajari destinasi wisata langsung .
Siswa siswi sangat senang dan gembira . Kegiatan ini dapat menambah wawasan dan
pengalaman serta membiasakan siswa siswi belajar secara langsung mengenanal
tempat – tempat bersejarah dan budaya setempat .
8. LAILATUL HUSNIA
KESAN-KESAN SELAMA SKAL
Kesan kesan yang kami dapatkan selama kami mengikuti study wisata banyak sekali.
Kami merasa senang karena kami bisa mengikuti wisata bersama teman teman dan
guru.Selain itu kami juga mendapatkan pengalaman baru yang tidak akan pernah kami
lupakan.
Bismillahirrahmanirrahim…
Puji syukur Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, kami sanjungkan kehadirat Allah SWT,
diatas taufiq serta hidayah-Nya yang telah diberikan kepada seluruh Panitia Studi Tour kali
ini. Shalawat salam yang seindah-indahnya kami sanjungkan keharibaan beliau Rosulallah
SAW, atas syafa’at dan tarbiyah-Nya. Salam ikraman wa ta’dhiman wa mahabbatan yang
tulus kepangkuan beliau Ghoutsu Hadzaz Zaman RA, khususnya kepada Bapak/Ibu Guru
yang telah membimbing, memberikan do’a restu, barokah serta nadhroh-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan SKAL Madrasah Tsanawiyah Al Huda Sumberjo Tunglur
Badas Tahun Pelajaran 2022/2023 dengan tanpa hambatan yang berarti.
Adapun maksud dari penyusunan laporan ini adalah sebagai persyaratan ujian tengah
semester genap. Dalam penyusunan laporan ini kami banyak mendapatkan bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, dalam kesempatan yang berbahagia ini kami
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Seluruh komponen yang berada didalam lingkungan Instansi Yayasan Lembaga
Pendidikan Ma’arif NU Al Huda
2. Kepala Madrasah Tsanawiyah Al Huda Sumberjo Tunglur Badas yang telah
menghaturkan kami untuk menyelesaikan laporan ini dengan baik dan benar
3. Bapak Slamet Eryanto, S.Pd.I, selaku Ketua Panitia SKAL Tahun Pelajaran 2022/2023
yang telah memberikan pandangan-pandangan demi kesuksesan acara ini
4. Teman-teman panitia yang telah bekerja sama dengan kompak sehingga pelaksanaan
SKAL ini berjalan dengan harapan kita bersama
Semoga semua pihak yang telah memberikan segala jasa, bantuan serta kebaikan
dalam penyusunan laporan ini bermanfaat bagi kepanitiaan berikutnya.
Dalam menyusun laporan ini, kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan diri kami. Maka dari
itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Teriring do’a : “Jazaa Kumullahu Khoiroti Wa Sa’adatid Dunya Wal Akhiroh” Amin.
Semoga laporan ini dapar bermanfaat bagi kita semua dikemudian hari dan bagi
perjuangan Fafirru Ilallah wa Rosulihi SAW, serta bagi masyarakat jami’al ‘alamin. Amin.
KELOMPOK 1
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................... ii
HALAMAN MOTTO......................................................................................................... iii
HALAMAN KESAN-KESAN........................................................................................... iv
KATA PENGANTAR........................................................................................................ vi
DAFTAR ISI....................................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................................................ 1
B. Tujuan Objek Kunjungan............................................................................................... dst
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................
A. Hasil Penelitian................................................................................................................
1. .......................................................................................................................................
2. .......................................................................................................................................
3. .......................................................................................................................................
4. .......................................................................................................................................
5. .......................................................................................................................................
B. Kelebihan dan Kelemahan Objek Kunjungan..................................................................
1. .......................................................................................................................................
2. .......................................................................................................................................
3. .......................................................................................................................................
4. .......................................................................................................................................
5. .......................................................................................................................................
Skal adalah Studi Kenal Alam Dan Lingkungan. Setiap satu tahun sekali diadakan skal di
madrasah terutama pada kelas 8 akhir semester genap. Skal ini sebagai syarat kelulusan
sekolah. SKAL di Mts Al Huda lebih mengutamakan kunjungan religi,seperti ziaroh wali 8
dan mengunjungi salah satu pantai yaitu pantai parangtritis yang berada di daerah bantul
yogyakarta. Ziaroh ini dilakukan selama tiga hari dua malam. Tempat yang dikunjungi antara
lain:
1. KH. Hasyim As’yari
2. KH. Abdurrohman wahid
3. Sy. Jumadil kubro
4. R. Rohmatulloh/S. Ampel
5. Dll
B. Tujuan Kunjungan
Banyak manfaat yang kita peroleh dari ziaroh wali 8, Antara lain:
1. Untuk memperkenalkan para auliya’/wali ( penyebar agama islam dipulau jawa ).
2. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang para wali ( penyebar agama islam ).
3. Menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
4. Menambah ilmu tentang para wali 8 kepada siswa-siswi.
5. Mengembangkan ajaran agama islam.
A. Hasil Penelitian
1. KH. HASYIM ASY’ARI
Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy'ari adalah seorang ulama besar bergelar
pahlawan nasional dan merupakan pendiri sekaligus Rais Akbar (pimpinan tertinggi
pertama) organisasi Nahdlatul Ulama. Ia memiliki julukan Hadratussyaikh yang
berarti Maha Guru dan telah hafal Kutub al-Sittah (3 kitab hadits kuning), serta
memiliki gelar Syaikhu al-Masyayikh yang berarti Gurunya Para Guru.[1] Ia adalah
putra dari pasangan K.H. Asy'ari dengan Ny. H. Halimah, dilahirkan di
Desa Tambakrejo, Jombang, Jawa Timur, dan memiliki salah satu anak
bernama K.H. A Wahid Hasyim yang juga merupakan pahlawan daerah dan
perumus Piagam Jakarta, serta cucunya yakni K.H. Abdurrahman Wahid,
merupakan Presiden RI ke-4.
Gelar Hadratussyeikh
Nama Muhammad Hasyim Asy'ari
Lahir 14 Februari 1871
Tambakrejo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur
Meninggal 25 Juli 1947
Jombang
Kebangsaan Indonesia
Istri Nyai Nafiqoh
Nyai Masruroh
Keturunan Hannah, Khoiriyah, Aisyah, Azzah, Abdul Wahid,
Abdul Hakim (Abdul Kholiq), Abdul Karim,
Ubaidillah, Mashurroh, Muhammad Yusuf
Abdul Qodir, Fatimah, Chotijah, Muhammad
Ya’kub
Kemudian pada tahun 1924, Syaikhona Kholil mengutus Kiai As'ad yang saat
itu berumur 27 tahun untuk mengantarkan sebuah tongkat ke Kiai Hasyim Asy'ari,
Tebuireng, Jombang dan menghafalkan Surat Thaha ayat 17-23 untuk dibacakan di
hadapan Kiai Hasyim. Berangkatlah Kiai As'ad dengan mengayuh sepeda, Kiai
As'ad telah dibekali uang oleh Syaikhona Kholil untuk di perjalanan, namun ia justru
berpuasa selama di perjalanan. Kemudian setibanya di Tebuireng, Kiai As’ad
menghadap Kiai Hasyim Asy'ari dan menyerahkan tongkat itu. Kiai Hasyim
bertanya “Apakah ada pesan dari Syaikhona?” Lalu Kiai As’ad membaca Surat
Thaha ayat 17-23 yang arti terjemahannya :
KH. Hasyim Asy'ari telah menangkap dua isyarat kuat tersebut yang
mengartikan bahwasannya Syakhona Kholil telah memantapkan hati beliau dan
merestui didirikannya Jam'iyah Nahdlatul Ulama. Setahun kemudian, pada tanggal
31 Januari 1926 M / 16 Rajab 1344 H di Surabaya berkumpul para ulama se-Jawa-
Madura. Mereka bermusyawarah dan sepakat mendirikan organisasi Islam Nahdlatul
Ulama.
Kiai Hasyim wafat pada tanggal 25 Juli 1947 M atau 7 Ramadan 1366 H, saat itu di
Kiai Hasyim menerima kedatangan utusan Panglima Besar Jenderal
Sudirman dan Bung Tomo yang hendak mengabarkan keadaan negara setelah
terjadinya Agresi Militer I pada 21 Juli 1947. Kiai Hasyim kaget sebab mendengar
cerita dari utusan tersebut bahwa Singosari telah direbut oleh Jenderal Spoor.
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Gus Dur lahir dalam
keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari
ayahnya adalah K.H. Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara
kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang
mengajarkan kelas pada perempuan.[5] Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat
dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj.
Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang. Saudaranya
adalah Salahuddin Wahid dan Lily Wahid. Ia menikah dengan Sinta Nuriyah dan
dikaruniai empat putri: Alisa, Yenny, Anita, dan Inayah.
Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Putri Campa,
puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V. Tan Kim Han sendiri
kemudian berdasarkan penelitian seorang peneliti Prancis, Louis-Charles
Damais diidentifikasikan sebagai Syekh Abdul Qodir Al-Shini yang diketemukan
makamnya di Trowulan.
Pada tahun 1944, Wahid pindah dari Jombang ke Jakarta, tempat ayahnya
terpilih menjadi Ketua pertama Partai Majelis Syuro Muslimin
Indonesia (Masyumi), sebuah organisasi yang berdiri dengan dukungan
tentara Jepang yang saat itu menduduki Indonesia. Setelah deklarasi kemerdekaan
Pendidikan Gus Dur berlanjut dan pada tahun 1954, ia masuk ke Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Pada tahun itu, ia tidak naik kelas. Ibunya lalu mengirim
Gus Dur ke Yogyakarta untuk meneruskan pendidikannya dengan mengaji kepada
K.H. Ali Maksum di Pondok Pesantren Krapyak dan belajar di SMP. Pada tahun
1957, setelah lulus dari SMP, Wahid pindah ke Magelang untuk memulai
Pendidikan Muslim di Pesantren Tegalrejo. Ia mengembangkan reputasi sebagai
murid berbakat, menyelesaikan pendidikan pesantren dalam waktu dua tahun
(seharusnya empat tahun). Pada tahun 1959, Wahid pindah ke Pesantren
Tambakberas di Jombang. Di sana, sementara melanjutkan pendidikannya sendiri,
Abdurrahman Wahid juga menerima pekerjaan pertamanya sebagai guru dan
nantinya sebagai kepala sekolah madrasah. Gus Dur juga dipekerjakan sebagai
jurnalis majalah seperti Horizon dan Majalah Budaya Jaya.
Pada tahun 1963, Wahid menerima beasiswa dari Kementrian Agama untuk
belajar Studi Islam di Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir. Ia pergi ke Mesir pada
November 1963. Meskipun ia mahir berbahasa Arab, Gus Dur diberitahu oleh pihak
universitas bahwa ia harus mengambil kelas remedial sebelum belajar Islam dan
bahasa Arab. Karena tidak mampu memberikan bukti bahwa ia memiliki
kemampuan bahasa Arab, Wahid terpaksa mengambil kelas remedial.
Awal karier
Gus Dur kembali ke Jakarta mengharapkan bahwa ia akan pergi ke luar negeri lagi
untuk belajar di Universitas McGill Kanada. Ia membuat dirinya sibuk dengan
bergabung ke Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial
(LP3ES) organisasi yg terdiri dari kaum intelektual muslim progresif dan sosial
demokrat. LP3ES mendirikan majalah Prisma dan Gusdur menjadi salah satu
kontributor utama majalah tersebut. Selain bekerja sebagai kontributor LP3ES,
Gusdur juga berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa. Pada saat itu,
pesantren berusaha keras mendapatkan pendanaan dari pemerintah dengan cara
mengadopsi kurikulum pemerintah. Gusdur merasa prihatin dengan kondisi itu
karena nilai-nilai tradisional pesantren semakin luntur akibat perubahan ini. Gusdur
juga prihatin dengan kemiskinan pesantren yang ia lihat. Pada waktu yang sama
ketika mereka membujuk pesantren mengadopsi kurikulum pemerintah, pemerintah
juga membujuk pesantren sebagai agen perubahan dan membantu pemerintah dalam
perkembangan ekonomi Indonesia. Gus Dur memilih batal belajar luar negeri dan
lebih memilih mengembangkan pesantren.
Meskipun memiliki karier yang sukses pada saat itu, Gus Dur masih merasa sulit
hidup hanya dari satu sumber pencaharian dan ia bekerja untuk mendapatkan
pendapatan tambahan dengan menjual kacang dan mengantarkan es. Pada tahun
1974 Gus Dur mendapat pekerjaan tambahan di Jombang sebagai guru di Pesantren
Tambakberas dan segera mengembangkan reputasi baik. Satu tahun kemudian Gus
Dur menambah pekerjaannya dengan menjadi Guru Kitab Al Hikam.
Pada tahun 1977, Gus Dur bergabung ke Universitas Hasyim Asy'ari sebagai dekan
Fakultas Praktik dan Kepercayaan Islam dan Universitas ingin agar Gus Dur
Pada tahun 1993, Gus Dur menerima Ramon Magsaysay Award, sebuah
penghargaan yang cukup prestisius untuk kategori Community Leadership.
Tasrif Award-AJI
Pada 11 Agustus 2006, Gadis Arivia dan Gus Dur mendapatkan Tasrif Award-
AJI sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006. Penghargaan ini diberikan oleh Aliansi
Jurnalis Independen (AJI). Gus Dur dan Gadis dinilai memiliki semangat, visi, dan
komitmen dalam memperjuangkan kebebasan berekpresi, persamaan hak, semangat
keberagaman, dan demokrasi di Indonesia. Gus Dur dan Gadis dipilih oleh dewan
juri yang terdiri dari budayawan Butet Kertaradjasa, pemimpin redaksi The Jakarta
Post Endy Bayuni, dan Ketua Komisi Nasional Perempuan Chandra Kirana. Mereka
berhasil menyisihkan 23 kandidat lain. Penghargaan Tasrif Award bagi Gus Dur
menuai protes dari para wartawan yang hadir dalam acara jumpa pers itu. [74] Seorang
wartawan mengatakan bahwa hanya karena upaya Gus Dur menentang RUU Anti
Pornoaksi dan Pornografi, ia menerima penghargaan tersebut. Sementara wartawan
lain seperti Ati Nurbaiti, mantan Ketua Umum AJI Indonesia dan wartawan The
Doktor kehormatan
Gus Dur juga banyak memperoleh gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris
Causa) dari berbagai lembaga pendidikan:
komplek Makam Troloyo mempunyai luas sekitar 3,5 acre atau 152 ribu kaki
persegi. Masing-masing kompleks dikelilingi oleh tembok khas Majapahit dan
memiliki empat plataran atau empat komplek makam yang cukup luas.
Tembok yang terbuat dari batu bata itu berdiri setinggi 1,8 meter. Antara
komplek satu dengan komplek yang lain dihubungkan dengan jalan setapak yang
melambangkan keterhubungan antar komplek.
Juru kunci, Arifin menceritakan, di Komplek Makan Troloyo ada tokoh yang
sangat terkenal, yakni Sayyid Jumadil Kubro. ‘Beliau ulama dari Samarkhan
yakni negeri perbatasan antara Azarbaijan dan Rusia. Beliau datang ke sini tahun
1399 didampingi anaknya,” ungkapnya, Sabtu (17/4/2021).
“Beliau datang ke sini untuk dagang, karena selain ulama beliau juga dikenal
sebagai saudagar. Dagangnya bisa diterima di Kerajaan Majapahit tapi untuk siar
agama Islam masih sulit. Akhirnya beliau bertemu dengan salah satu
Tumenggung Majapahit, yakni Tumenggung Satin,” katanya.
4. SUNAN AMPEL
Sunan Ampel adalah seorang wali yang menyebarkan ajaran Islam di Tanah
Jawa. Ia lahir pada tahun 1401 di daerah Champa, Vietnam.
Sunan Ampel adalah Putra dari Syaikh Ibrahim As-Samarqandi dengan Dewi
Candrawulan. Sunan Ampel juga merupakan keponakan Dyah Dwarawati, istri Bhre
Kertabhumi raja Majapahit.
Dalam catatan Kronik Tiongkok dari Klenteng Sam Po Kong, Sunan Ampel
alias Bong Swi Hoo, cucu dari Haji Bong Tak Keng - seorang Tionghoa
(suku Hui beragama Islam mazhab Hanafi) yang ditugaskan sebagai Pimpinan
Komunitas Tionghoa di Champa oleh Sam Po Bo. Sedangkan Yang Mulia Ma Hong
Fu - menantu Haji Bong Tak Keng ditempatkan sebagai duta besar Tiongkok di
pusat kerajaan Majapahit, sedangkan Haji Gan En Cu juga telah ditugaskan sebagai
kapten Tionghoa di Tuban. Haji Gan En Cu kemudian menempatkan menantunya
Bong Swi Hoo sebagai kapten Tionghoa di Jiaotung (Bangil).
Keturunan
Isteri pertama adalah Dyah Candrawati alias Nyai Ageng Manila binti Arya Teja Al-
Abbasyi, berputera:
Isteri kedua adalah Dyah Karimah binti Ki Kembang Kuning, melahirkan beberapa
anak yaitu :
Sejarah
Sunan Ampel (Raden Rahmat) datang ke pulau Jawa pada tahun 1443, untuk
menemui bibinya, Dyah Dwarawati. Dyah Dwarawati adalah seorang putri Champa
yang menikah dengan raja Majapahit yang bergelar Bhre Kertabhumi.
Ajaran
Moh limo Mohlimo atau Molimo, Moh (tidak mau), limo (lima), adalah falsafah
dakwah Sunan Ampel untuk memperbaiki kerusakan akhlak di tengah masyarakat
pada zaman itu yaitu:
1. Moh Mabok: tidak mau minum minuman keras, khamr dan sejenisnya.
2. Moh Main: tidak mau main judi, togel, taruhan dan sejenisnya.
3. Moh Madon: tidak mau berbuat zina, homoseks, lesbian dan sejenisnya.
4. Moh Madat: tidak mau memakai narkoba dan sejenisnya.
5. Moh Maling: tidak mau mencuri, korupsi, merampok dan sejenisnya.
Makam
Pada tahun 1479, Sunan Ampel mendirikan Mesjid Agung Demak. Dan yang
menjadi penerus untuk melanjutkan perjuangan dakwah dia di Kota Demak adalah
Raden Zainal Abidin yang dikenal dengan Sunan Demak, dia merupakan putra dia
dari istri dewi Karimah.Sehingga Putra Raden Zainal Abidin yang terakhir tercatat
menjadi Imam Masjid Agung tersebut yang bernama Raden Zakaria (Pangeran
Sotopuro).
A. Saran
1. Tetap menjaga kebersihan lingkungan.
2. Menjaga sopan santun dan etika.
3. Membuang sampah ke tempatnya.
4. Bersikap toleransi.
B. Kesimpulan
A. Kesimpulan Tradisi ziarah ke makam Wali Songo merupakan aktivitas yang tidak
bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat yang menganut aliran tarikat Ahlussunah
Wal Jamaah. Ziarah merupakan bagian dari jalan hidup mereka untuk mendapatkan
keberkahan hidup. Hal ini karena keterbatasan manusia sebagai makhluk Tuhan untuk
berhubungan langsung dengan sang penciptanya. Segala sesuatunya harus melalui
perantara, perantara orang suci atau guru baik ketika dia masih hidup maupun ketia ia
sudah tiada. Ketika sang guru telah tiada maka ziarah ke makamnyalah salah satu cara
untuk mendekatkan diri kepadanya dan mendapatkan berkat darinya. Melalui tradisi
ziarah makam Wali Songo tercermin suatu sikap tetap menghormati, menjunjung
serta mengingat jasa-jasa guru yang telah berjasa dalam mengubah dunia menjadi
berilmu pengetahuan ini, menyadari diri bahwa seorang makhluk yang tidak berdaya
dan memiliki keterbatasan dihadapan Allah. Inilah pesan – pesan simbolik yang
terkandung dalam tradisi ziarah makam Wali Songo . Dengan melakukan tradisi
ziarah ini akan senantiasa memberikan keberkahan kesejahteraan, melindungi dan
mengaruniakan rezeki yang lapang bagi dirinya, menurut keyakinan jamaah
Ahlussunah Wal Jamaah.
B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang tradisi ziarah dan
aktivitas ekonomi yang ada di Nagari Ulakan, dalam hal ini terdapat beberapa
saran untuk beberapa pihak yaitu:
1. Bagi Masyarakat Sekitar Nagari Ulakan Masyarakat harus tetap menggali
potensi Nagari untuk meningkatkan pendapatan dan memanfaatkan keramaian
peziarah yang datang. Wilayah yang strategis merupakan modal yang harus
dimanfaatkan.
3. Bagi Pemerintah
a. Hasil Sumbangan ke kotak Infaq yang berada dalam Makam Wali Songo
sebaiknya juga digunakan untuk pembangunan Nagari, jangan hanya untuk
kepentingan makam dan para pemilik tanah ulayat di kompleks makam
Wali Songo
b. Pemerintah harus giat lagi mempromosikan situs makam Wali Songo ini
sebagai wisata religi agar tetap dapat menopang perekonomian kelangsung
hidup orang banyak dan dapat menciptakan lapangan kerja
1. DOKUMEN ABSENSI