Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

BERKESINAMBUNGAN (CoMC) PADA NY. Z DI PMB BIDAN RINI


HARTINI, S.Tr.Keb
Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Bdn.7.P.107 Praktik manajemen pelayanan kebidanan
berkesinambungan (CoMC)
Dosen Pembimbing : Nina Primasari, M.Keb
Dosen Penguji : Hetty Asri, M.Kes

Disusun oleh:

Jihan Mentari F.R P3.73.24.4.23.050

Lifia Maulida S. P3.73.24.4.23.052

Nadira Rafa Yosa P3.73.24.4.23.054

Pavita Indah P.H P3.73.24.4.23.058

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN

JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rida
dan berkah yang diberikan-Nya lah kami dapat menyelesaikan Proposal Manajemen Asuhan
Kebidanan Berkesinambungan (CoMC) pada Ny. Z Di PMB Bidan Rini Hartini, S.Tr.Keb
dengan baik.
Selama proses penyusunan proposal, kami memperoleh bimbingan, masukkan, serta
dukungan dari berbagai pihak yang membantu mempermudah proses penyusunan, maka dari
itu, pada kesempatan ini, kami ingin menghaturkan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III
2. Ketua Program Studi Profesi Bidan
3. Bidan Rini Hartini, S.Tr.Keb selaku pembimbing lahan
4. Dosen Pembimbing kami, ibu Nina Primasari, M.Keb
5. Pasien dan keluarga yang telah terlibat dalam kegiatan ini
Kami sadar bahwa didalam proposal ini masih banyak kekurangan, baik dalam
penyusunan, tata penulisan, maupun pembahasan yang ada didalamnya. Untuk itu, agar kami
dapat berkembang lebih baik kedepannya, maka kami mengharapkan saran serta masukkan
dari berbagai pihak, sehingga dalam melakukan asuhan ataupun dalam proses penyusunan
laporan selanjutnya dapat menjadi lebih baik.
Selain itu, kami selaku tim penulis dan pemberi asuhan memohon maaf apabila
terdapat kesalahan dalam proses penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bekasi, 15 September 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2. Tujuan..........................................................................................................................3
1.2.1. Tujuan Umum...................................................................................................... 3
1.2.2. Tujuan Khusus......................................................................................................3
1.3. Identitas Klien............................................................................................................. 3
BAB II IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KASUS...............................................................5
2.1. Hasil anamnesis...........................................................................................................5
2.1.1. Kondisi biologis ibu............................................................................................. 5
2.1.2. Kondisi psikologis ibu..........................................................................................7
2.1.3. Kondisi sosio klien...............................................................................................8
2.1.4. Kondisi Kultural...................................................................................................8
2.1.5. Kondisi Spiritual.................................................................................................. 8
2.2. Hasil pemeriksaan Fisik Umum dan Khusus...............................................................9
2.2.1. Pemeriksaan Umum............................................................................................. 9
2.2.2. Tanda-tanda vital..................................................................................................9
2.2.3. Pemeriksaan fisik................................................................................................. 9
2.2.4. Pemeriksaan Penunjang........................................................................................9
2.2.5. Hasil Identifikasi Lingkungan Fisik dan Sosial..................................................10
2.3. Assesment..................................................................................................................10
2.4. Perencanaan...............................................................................................................11
BAB III REKOMENDASI HASIL RISET TERKAIT KASUS........................................ 14
3.1. Indikator keberhasilan dan rekomendasi...................................................................14
BAB IV IMPLEMENTASI KEGIATAN.............................................................................19
BAB V DISKUSI DAN PEMBAHASAN.............................................................................24
BAB VI KESIMPULAN........................................................................................................ 27
6.1. Kesimpulan................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 28
LAMPIRAN............................................................................................................................29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Parameter dalam menetapkan mutu kesehatan pada suatu Negara adalah dengan
melihat derajat status kesehatan ibu dan anak yang menjadi cerminan status kesehatan
masyarakat pada suatu bangsa. Menurut Pembangunan Milenium (MDG’s), pada tahun
2015, Angka Kematian Ibu (AKI) masih belum mencapai target tujuannya yaitu
102/100.000 kelahiran hidup, mengingat pada tahun yang sama nyatanya kematian ibu
dan anak di Indonesia mencapai 305/100.000 kelahiran hidup. (IBI, 2020)
Kematian ibu secara umum disebabkan oleh perdarahan, eklampsia, infeksi,
komplikasi masa nifas, abortus, partus macet, emboli dan penyebab lainnya. Penyebab
utama kematian ibu diseluruh dunia dengan insiden pada kisaran 5-10%, terjadi akibat
perdarahan postpartum. Kasus kematian ibu tentunya akan berdampak negatif dan
berantai terhadap kesejahteraan, kualitas hidup, dan kesehatan keluarga, masyarakat dan
Negara, mengingat hal ini akan menjadi siklus yang berulang.
Fenomena tingginya kematian ibu yang terjadi di Indonesia inipun akan
mempengaruhi kondisi bayi itu sendiri. Bayi yang lahir pada ibu yang meninggal saat
melahirkan (saat masa intranatal care) memiliki daya tahan hidup yang cukup rendah.
Nyatanya, data ini juga didukung dengan masih tingginya kasus kematian bayi di
Indonesia. Pada tahun 2021, AKB di Indonesia mencapai 20.266 bayi, dengan penyebab
kasus tertingginya diawali dengan BBLR (7.124 bayi), asfiksia (5.549 bayi), kelainan
kongenital (2.301 bayi), infeksi (683 bayi), tetanus neonatorum (54 bayi), dan akibat
kejadian lainnya (4.555 bayi) (Kemenkes, 2021).
Gambaran kasus diatas membuat perhatian lebih terutama sebagai bidan yang
memiliki tugas sebagai pendamping perempuan sepanjang siklus hidupnya. Sebagai
upaya untuk menekan kasus kematian ibu dan bayi di Indonesia, maka bidan dapat
menerapkan model asuhan berkesinambungan atau continuity of care sebagai langkah
pemberian asuhan yang komprehensif dan berkesinambungan mulai sejak masa
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana dengan
memberdayakan perempuan dan meningkatkan pengawasan sehingga diharapkan
terciptanya pengalaman kehamilan, persalinan, dan nifas yang positif dapat
meminimalisir kasus kegawatdaruratan dan meningkatkan derajat kesehatan perempuan.
(Podungge Y, 2022).

1
Pada realisasinya, seringkali dalam pemberian asuhan berkesinambungan, seorang
bidan justru dihadapkan dengan kompleksitas situasi yang dialami oleh perempuan dalam
bermasyarakat. Tantangan terhadap sistem sosial dan budaya yang ada, seperti kultur
patriarki dapat mempengaruhi upaya pemenuhan status kesehatan ibu dan anak. Budaya
patriarki sendiri merupakan sistem sosial yang menempatkan laki – laki sebagai
pemegang kekuasaan dan pemegang seluruh kendali dalam peran sosial. Hal ini seringkali
membuat perempuan sulit terlibat dalam pengambilan keputusan ataupun memperoleh
akses kesehatan yang memadai tanpa harus melibatkan laki – laki dalam menentukan
keputusan tentang hidupnya sendiri.
Pada akhirnya kebijakan ataupun rencana pembangunan yang dimunculkan oleh
pemerintah masih belum efektif dalam menangani problematika yang ada, karena setiap
area kebijakan dan program turunannya masih belum dapat memberikan akses bagi
perempuan untuk berpartisipasi secara bermakna dalam kehidupan sosial. Akibatnya,
kebijakan dan program yang dihasilkan tidak mencerminkan kontribusi bidan secara
nyata. Padahal bidan sangat berperan penting dalam layanan kesehatan reproduksi
perempuan di Indonesia (IBI, 2020).
Peranan bidan di masyarakat ditunjukkan melalui data Riskesdas tahun 2013, yang
menampilkan bahwa sebagian besar perempuan (87%) memilih untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan oleh bidan, serta 63% perempuan ingin persalinannya ditolong
oleh bidan sebagai tenaga kesehatan (IBI, 2020). Oleh karena itu, sebagai upaya
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak, bidan perlu memberdayakan perempuan
dengan memaksimalkan aspek bio-psiko-sosial yang dimiliki oleh perempuan. Hal inilah
yang mendasari munculnya filosofi kebidanan bahwa bidan dalam memberikan asuhan
harus berfokus pada perempuan atau women centered care, sebagaimana tertuang dalam
dokumen inti International Confederation of Midwives (ICM) tentang Filosofi dan Model
Layanan Kebidanan yang Respectfully Midwifery Care (RMC) (IBI, 2020).
Berdasarkan tinjauan diatas, kami penulis sebagai mahasiswi program studi Profesi
Bidan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III tertarik memberikan asuhan
kebidanan secara komprehensif dan berkesinambungan pada Ny. Z di TPMB Rini Hartini,
S.Tr.Keb dengan berbasis responsive gender dengan pendekatan Respectful Midwifery
Care (RMC). Pemberian asuhan ini dilakukan dengan tujuan agar Ny. Z dapat
memberdayakan kesehatan dirinya sehingga ia memiliki kapasitas dalam merawat dirinya

2
dan keluarganya. Proposal ini disusun sebagai kerangka acuan dalam memberikan asuhan
kepada Ny. Z.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Kebidanan yang Komprehensif dan berkesinambungan
pada Ny. Z di TPMB Bdn. Rini Hartini, S.Tr. Keb yang berbasis responsive
gender dengan pendekatan Respectful Midwifery Care (RMC)

1.2.2. Tujuan Khusus


1. Melakukan Pengkajian secara komprehensif pada masa bersalin, bayi baru lahir, dan
nifas
2. Menganalisa interprestasi data dasar sehingga diperoleh diagnosa kebidanan, masalah
prioritas, dan kebutuhan klien pada masa bersalin, bayi baru lahir dan nifas.
3. Menarik diagnosa potensial yang kemungkinan dapat terjadi pada masa bersalin, bayi
baru lahir dan nifas.
4. Merencanakan asuhan secara menyeluruh dan menerapkan tindakan dari perencanaan
yang sudah disepakati bersama dengan klien pada masa bersalin, bayi baru lahir dan nifas.
5. Melaksanakan tindakan sesuai dengan masalah yang ada dan melakukan monitoring
intervensi dari masalah yang ada pada masa bersalin, bayi baru lahir dan nifas.
6. Melakukan evaluasi atas tindakan yang sudah dilakukan pada masa bersalin, bayi baru
lahir dan nifas.

1.3. Identitas Klien

Klien
Nama : Ny. ZA
Usia : 21 th
Agama : Islam
Pernikahan : 1x, lamanya 6 bulan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kp. Rawa Bogo 05/04, Jatimekar, Jatiasih

3
Pasangan
Nama : Tn. MF
Hubungan klien : Suami
Usia : 21 th
Pernikahan : 1x, lamanya 6 bulan
Agama : Agama
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh

4
BAB II
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KASUS

Kajian dilakukan sejak kontak pertama yaitu pada saat ibu bersalin tanggal 4
September 2023, pukul 13.00 wib di bidan Rini Hartini, dengan hasil kajian sebagai
berikut ini :

2.1. Hasil anamnesis


Anamnesis dilakukan dengan meninjau kondisi bio-psiko-sosial ibu secara subjektif
melalui wawancara dan buku KIA.
2.1.1. Kondisi biologis ibu
- Keluhan utama saat masuk : Ibu datang dengan keluhan mulas yang semakin sering
sejak kemarin malam dan keluar lendir darah
- Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu : ini merupakan kehamilan yang
pertama, dengan usia kehamilan ibu berada pada 39 minggu berdasarkan HPHT 3 Desember
2022, HPL 10 September 2023
- Riwayat ANC 6x dengan rincian :
Tgl Keluhan TD BB UK TFU Letak DJJ Hasil Tindakan Pemerik
(mmHg) (Kg) (mgg) janin (x/m) lab sa
28/3/ Nyeri 100/70 66 16 w Ball + (+) - Kie ketidak Bdn
23 bawah 129 nyamanan, Rini
perut terapi oral hartini
(vitonal
1x1, kalk
1x1)
28/4/ T.a.k 110/70 70 21 w 22 Lintan (+) - Pemberian Bdn
23 cm g 138 TT 1, Rini
terapi oral Hartini
(vitonal
1x1, kalk
1x1)

5
28/5/ Mual 110/70 71 25 w 20 Kepala (+) Pemberian Bdn
23 cm 149 TT2, Rini
Hartini

6
Rujuk lab
ke pkm,
terapi oral
gestiamin
1x1
05/6/ Mual 119/77 69 26 w 24 Kepala (+) Hb : Kie PKM
23 cm 133 11,5 ketidak Jati
gr/dL nyamanan mekar
HIV :
NR
Sifilis :
NR
Hbsag:
NR
26/6/ T.a.k 100/70 72 29 w 25 Kepala (+) Pemberian Bdn
23 cm Puka terapi oral Rini
148 Fe, Kalk Hartini
07/8/ T.a.k 100/72 74 35 w 30 Kepala, (+) Persiapan Bdn
23 cm masuk Puka birthplan, Rini
pap 144 anjuran Hartini
usg,
pemberian
terapi oral
Fe, Kalk

- Riwayat imunisasi : TT2


- Riwayat kontrasepsi : tidak pernah menggunakan kontrasepsi sebelumnya
- Riwayat kesehatan : ibu mengatakan bahwa ia tidak memiliki penyakit tertentu ataupun
penyakit yang dapat diturunkan, alergi disangkal. Ibu tidak pernah menjalani operasi apapun
sebelumnya.
- Perencanaan persalinan : klien memang ingin bersalin di Bidan Rini, didampingi oleh
ibu/suami, pendonor adalah ibu, jarak rumah dengan bidan
±100m, transportasi yang akan digunakan adalah motor, biaya bpjs dan
mandiri, ibu adarencana menjarakkan anak dengan menggunakan kb suntik.

7
- Pola kebiasaan sehari hari :
1. Asupan Nutrisi
Ibu makan 3x sehari dengan lauk pauk, nasi, dan sayur. Sejak hamil porsi
makan ibu menjadi porsi banyak. Ibu makan terakhir pukul 12 siang
(sudah makan 2x), minum sering ±1L
2. Istirahat
Biasanya ibu tidur 5-7 jam setiap malamnya dan tidur siang. Namun
karena saat ini ibu merasakan kontraksi, ibu belum cukup tidur
3. Aktivitas
Sehari – hari ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu,
mengepel, tugas pekerjaan rumah dibagi bersama ibunya. Ibu juga sering
jalan – jalan pagi. Suami memiliki kebiasaan merokok diluar rumah.
Suami jarang terlibat di pekerjaan rumah tangga, namun suami seringkali
membantu aktivitas ibu seperti jalan pagi.
4. Eliminasi
Ibu tidak memiliki keluhan dalam berkemih dan defekasi. Ibu sudah BAB
dan BAK sebelum masuk ruangan

2.1.2. Kondisi psikologis ibu


- Persepsi ibu mengenai kondisinya: Meski pada awalnya ini bukanlah kehamilan yang
diinginkan, klien telah sepenuhnya menerima dan menyambut kelahiran bayinya. Selama masa
kehamilan hingga masa persalinan, pengambilan keputusan dibantu oleh ibu dan suaminya.
Ibu memiliki ketakutan terhadap persalinan karena tidak adanya gambaran bersalin akan
seperti apa, namun setelah diawal diarahkan oleh tim, ibu mulai menguasai kondisi tubuhnya.
- Harapan terhadap persalinan : Saat ini jika menyesuaikan dengan birthplan yang telah
direncakan oleh iu sebelumnya, klien merasakan adanya kesesuaian, ditambah dengan peran
bidan yang sangat aktif. Klien sendiri memiliki harapan penuh bahwa selama proses bersalin
hingga pengasuhan suami dapat berpartisipasi aktif dan turut memberikan dukungan pada ibu.
- Dukungan suami : Mengingat tidak memiliki persiapan dalam menghadapi kehamilan
dan persalinan sebelumnya, suami masih memiliki kebingungan dalam menghadapi perubahan
peran menjadi seorang ayah. Mertua klien turut menguatkan hal tersebut dengan mengatakan
bahwa sang suami terlihat pasif

8
dan canggung ketika berinteraksi dengan klien karna suami merasa terkejut
karna tiba tiba istrinya sudah memasuki waktu lahiran. Selain itu, selama masa
kehamilan suami jarang menemani ibu untuk melakukan ANC
- Dukungan keluarga: Keluarga Ny. Z tampak memberikan dukungan emosional berupa
memberikan motivasi agar Ny. Z dapat terus mempertahankan kehamilannya dan
mendengarkan keluh kesah Ny.Z selama kehamilan hingga proses persalinan ini, memberikan
dukungan instrumental seperti persiapan dana untuk periksa hamil dan biaya bersalin,
memberikan dukungan informasi seperti mengingatkan ibu mengenai informasi yang
disampaikan bidan dan menjadi teman diskusi bagi ibu, selain itu dukungan penghargaan
seperti apresiasi kepada Ny.Z juga diberikan oleh ibu klien. Klien sendiri merasakan bahwa
kekuatan yang membuat ia dapat mempertahankan kehamilannya berasal dari ibunya. Selain
dari pihak ibu, pihak mertua turut memberikan dukungannya dalam memotivasi ibu, bahkan
ibu mertua pun mengatakan bahwa ia akan mendampingi proses persalinan klien hingga
selesai

2.1.3. Kondisi sosio klien


Meski berawal dari kehamilan yang tidak diinginkan, kondisi ibu dapat diterima
di keluarganya maupun keluarga pihak suami. Selama proses persalinan banyak
dukungan yang didapatkan klien dari saudara dan tetangga yang turut
menyambut persalinan ibu, dan ibu menerima banyak perhatian dari
lingkungannya. Biaya persalinan telah disiapkan oleh ibunya, BPJS tidak dapat
digunakan karena ada masalah. Biaya operasional rumah tangga dominan berasal
dari ayah Ny. Z, mengingat suami Ny. Z bekerja jika ada kontrak.

2.1.4. Kondisi Kultural


Saat ini ibu tidak memiliki budaya dan adat yang merugikan dimasa persalinan.
Namun keluarga ibu mengatakan bahwa biasanya ada tradisi tidak boleh keluar
rumah selama 40 hari.

2.1.5. Kondisi Spiritual


Ibu meyakini selama proses persalinan berlangsung segala sesuatu berada
dikeputusan Allah, sehingga ibu seringkali berdoa agar diberikan kelancaran saat
persalinan.

9
2.2. Hasil pemeriksaan Fisik Umum dan Khusus
2.2.1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Emosional : Klien tampak gelisah, namun ibu klien kerap
membantu menenangkan
2.2.2. Tanda-tanda vital
TD 110/80 mmHg, N 85 x/m, P 20 x/m, S 36,6°C

2.2.3. Pemeriksaan fisik


- Pemeriksaan payudara : Puting susu menonjol, pengeluaran kolostrum (-)
- Pemeriksaan Obstetrik
TFU : 33 cm TBJ : (33-11) x 155 = 3.410 gram
Leopold I : Bagian fundus teraba bokong
Leopold II : Kanan : teraba bagian kecil janin (Ekstremitas)
Kiri : teraba tahanan, keras, memanjang (punggung)
Leopold III : Bagian terendah teraba bulat, keras (kepala)
Leopold IV : Divergen, Sudah masuk 3/5 bagian
His : 3x10’35”, kekuatannya sedang, teratur.
DJJ : 127 x/menit, teratur
- Vaginal Toucher (VT) : dilakukan pukul 13.05 wib dengan hasil Vulva vagina tidak
ada kelainan, portio tipis lunak, pembukaan 6 cm, ketuban (+), Presentasi kepala, Hodge III+.
pengeluaran lendir darah.

2.2.4. Pemeriksaan Penunjang


Pada tanggal 5/6/2023 hasil pemeriksaan laboratorium ibu menunjukkan hasil
Hb: 11,5 gr/dL, HIV : NR, HbSAg: NR, Sifilis : Negatif. Riwayat pemeriksaan
USG tidak ditemukan.
Berdasarkan skrining skor kecemasan dengan skala HERS (Hamilton Anxiety
Rating Scale) di waktu yang sama diperoleh jumlah skor = 12 yang menandakan
bahwa klien sedang merasakan kecemasan di tingkat ringan. (sumber : Kuisioner
Naskah publikasi Aghnia, 2018)

1
0
2.2.5. Hasil Identifikasi Lingkungan Fisik dan Sosial
Penilaian lingkungan dilakukan keesekokan harinya (saat ibu pulang pasca
bersalin). Keluarga Ny.Z tinggal dirumah yang berisikan ibu klien, ayah klien,
suami, dan klien. Lingkungan rumah klien berada di lingkungan padat penduduk,
dan berdekatan dengan keluarga besar dari pihak ibu. Rumah Ny.Z dekat dengan
mushola dan TK. Lingkungan sekitar rumah Ny. Z tampak bersih.
Namun, pascasalin Ny.Z akan tinggal di rumah uwanya selama 40 hari dengan
alasan masa pengasuhan akan dibantu oleh ibu dan uwanya, kamar mandi yang
dimiliki juga cukup baik, ventilasi cukup baik, dan kondisi rumahnya bersih. Air
dirumah tersebut berasal dari air pam. Ny.Z diberikan kamar sendiri bersama
suaminya, sehingga privasi kedua pasangan terjamin.
Berdasarkan hasil pengkajian sosial, kami menemukan bahwa Ny. Z sendiri
tidak berpartisipasi dalam bekerja, ia dibebankan tugas mengasuh anak dan
suaminya berperan sebagai pencari nafkah. Hal ini membuat Ny. Z cenderung
mendominasi peran reproduktif, namun tidak dengan peran produktif.
Pengambilan keputusan dalam keluarga berada di suami dari Ny.Z. Selama
masa kehamilan sendiri, suami jarang menemani Ny. Z untuk melakukan ANC
ataupun memotivasi Ny. Z untuk melakukan ANC secara rutin. Hal ini membuat
Ibu dari Ny. Z sering membantu pekerjaan domestik dan menemani Ny. Z dalam
pemeriksaan kehamilan.

2.3.Assesment
1) G1P0A0, 39 minggu, Inpartu kala I fase aktif
2) JTHIU-PK, TBJ 3410 gr
3) Klien dengan kecemasan/kekhawatiran saat bersalin
4) Kurangnya dukungan suami
5) Dukungan keluarga tampak baik (dapat memenuhi kebutuhan bio-psiko klien)

10
2.4.Perencanaan
Tujuan Asuhan Rencana Implementasi Sasaran Potensi dan Kondisi Media Indikator keberhasilan
Klien dan Keluarga
Persalinan - Memastikan Klien, suami - Klien KIE - Persalinan
berlangsung dengan persalinan berlangsung kooperatif berlangsung secara
aman dan nyaman dengan fisiologis selama diberikan KIE spontan dan ibu memiliki
- Memfasilitasi - Klien control serta kepercayaan
pendamping persalinan dapat diri terhadap dirinya
sesuai birthplan yang mengontrol tubuhnya sendiri selama proses
telah direncanakan oleh - Ibu persalinan
klien dari klien dapat - Suami dan keluarga
- Melibatkan suami menjembatani dapat mendampingi dan
dalam setiap asuhan keterlibatan suami memenuhi kebutuhan ibu
persalinan dan bayi baru selama proses asuhan secara bergantian
lahir - Kebutuhan biologis
- Memastikan dan psikis ibu dapat
kebutuhan ibu bersalin terpenuhi selama proses
terpenuhi dan persalinan berlangsung
memberdayakan ibu
selama proses persalinan
Perawatan diri - Memastikan luka laserasi Klien, - Perawatan diri klien Buku KIA - Luka jahitan sembuh
pascasalin sembuh tanpa infeksi keluarga, dibantu oleh ibunya dengan baik
berlangsung dengan suami

11
baik dan Kondisi - Ibu dapat - Orangtua klien Skrining - Proses Involusi
Psikologis ibu mobilisasi secara sangat suportif dan psiskologis uterus berlangsung baik
pascasalin berada mandiri tanpa keluhan pekerjaan rumah dibantu (EPD) - Ibu dapat
dalam batas stabil - Memastikan oleh ibu mobilisasi tanpa
involusi uterus ibu - Lingkungan hambatan
baik rumah klien memadai - Penyulit pada
- Memberikan untuk perawatan masa nifas dapat dideteksi
asuhan pascasalin diri klien yang baik dan segera di intevensi
sesuai kebutuhan - Ibu tidak
- Memastikan ibu mengalami gejala depresi
mendapatkan dukungan postpartum dan mampu
dalam menjalani menjalankan perannya
perannya dengan baik
- Melakukan
skrining kejiwaan dan
memfasilitasi ibu untuk
berdiskusi selama masa
nifas hingga pengasuhan
- Melibatkan suami dalam
perawatan diri ibu

12
Proses menyusui - Memberikan ibu Klien, suami, Klien mau KIE Pemberian ASI secara
secara ekslusif edukasi menyusui keluarga mengusahakan untuk ekslusif tanpa sufor
berlangsung dengan pascasalin menyusui bayinya selama periode
baik - pemantauan berlangsung
- Memastikan ASI
berlangsung ekslusif dan
melakukan tindaklanjut
jika ditemui masalah
selama pemberian ASI
berlangsung
- Melibatkan suami dalam
proses menyusui
Klien dapat - Mengajak ibu dan Klien dan Suami tampak Klop KB Ibu dapat menjarakkan
menjarakkan suami untuk berdiskusi suami mendukung proses kehamilan dan suami
kehamilan selanjutnya mengenai pemilihan alat penjarakkan kehamilan terlibat perencanaan
kontrasepsi yang Ibu memiliki keluarga
diinginkannya dan keinginannya dalam
menyesuaikan kondisi ibu menggunakan alat
- Memberikan alat kontrasepsi
kontrasepsi sesuai
dengan keinginan ibu

13
BAB III
REKOMENDASI HASIL RISET TERKAIT KASUS

3.1. Indikator keberhasilan dan rekomendasi


Indikator Keberhasilan Rekomendasi teknis pencapaian target berdasarkan
hasil riset
Persalinan
1. Persalinan berlangsung Selama proses persalinannya penting untuk
secara spontan dan mempersiapkan pasien secara fisik (memastikan hidrasi
kebutuhan fisik serta dan nutrisi yang adekuat) dan secara psikologis (untuk
biologis ibu tercapai saat menimalisir stress saat bersalin) sebagai langkah awal
bersalin untuk memaksimalkan proses persalinan spontan. Pada
kala 1 persalinan, seorang provider harus memastikan tanda
– tanda vital ibu dan janin, serta kontraksi dalam keadaan
baik. Pemasangan kateter tidak disarankan (karena
penelitian menunjukkan bahwa distensi kandung kemih
tidak mempengaruhi kemajuan persalinan). Selain itu, pada
kala 1 ibu dianjurkan untuk aktif mobilisasi, memilih posisi
meneran yang nyaman, dan jalan – jalan terlebih dahulu.
Pada kala 2 penting untuk melakukan pemantauan dilatasi
serviks dan pemeriksaan stasiun janin. Klien sendiri dapat
memilih posisi mengejan yang diinginkannya. Ketika
pembukaan telah lengkap, maka ibu didukung untuk
mengejan. Provider harus memotivasi ibu untuk mengejan
dengan efektif (meminimalkan teriakan dan
memaksimalkan dorongan dari ibu)\. Sementara klien
mengejan, provider dapat memberikan kompres perineum
serta pemijatan perineum untuk meminimalisir trauma
perineum. Ketika kepala bayi sudah lahir provider dapat
mengarahkan ibu untuk menghentikan mengejan. Pada saat
bayi lahir, suction secara rtuin tidak dianjurkan kembali.
Setelah seluruh tubuh bayi lahir, penundaan pemotongan
tali pusat direkomendasikan selama 30 detik untuk

14
mencegah anemia (namun dengan melihat kondisi bayi),
dan segera lakukan skin-to-skin kontak pada ibu dan bayi
termasuk pemberian IMD.
Pada kala 3, manajemen aktif kala 3 yang tepat akan
meminimalisir terjadinya perdarahan, oleh karena itu,
pemberian uterotonika dengan tepat sangat penting pada
masa ini. Pada saat tanda pelepasan plasenta terlihat,
manuver brand Andrew sangat disarankan untuk
dilakukan, karena manuver ini dapat menurunkan resiko
pengeluaran plasenta secara manual, dan secara statistic,
manuver ini signifikan dalam menekan durasi kala 3
persalinan, kehilangan darah hingga perdarahan. Setelah
plasenta lahir, pastikan seluruh bagian plasenta lengkap.
Lalu periksa apakah ada luka laserasi perineum yang
harus diperbaiki.
(Desai and Tsukerman, 2023)
2. Pendamping persalinan Ketika bersalin dukungan psikologis sangat dibutuhkan.
dapat meningkatkan Untuk mengurangi rasa nyeri dan trauma saat persalinan,
motivasi ibu selama provider dapat memberikan 3 manajemen, yaitu self
bersalin management, emotional support, dan spiritual support.
Pendamping persalinan sangat membantu ibu bersalin
dalam mengatasi ketakutannya dan mengurangi nyeri pada
saat bersalin, karena ketika ada pendamping persalinan ibu
akan merasa mampu mengatasi kondisi yang sulit dan
merasa nyaman dan lega (Khamechian, et all. 2020).
Hal ini juga didukung penelitian Puspitasari (2019) yang
mengungkapkan bahwa tingginya dukungan suami dan
keluarga sebagai faktor eksternal dari support system
memiliki korelasi yang kuat dengan intensitas nyeri
persalinan yang rendah bagi ibu bersalin.
NIFAS
Masa nifas berlangsung secara Menurut ACOG (2021), pada saat masa postpartum
fisiologis tanpa adanya infeksi berlangsung terdapat beberapa komponen yang perlu
dan ibu dapat melakukan

15
mobilisasi dengan baik, serta diperhatikan untuk memaksimalkan proses pemulihan ibu
ibu tidak mengalami gejala postpartum diantaranya adalah:
depresi postpartum 1. Kesejahteraan emosional : untuk menunjang proses
ini dengan baik, maka diperlukan skrining depresi pp dan
kecemasan dengan instrument yang tervalidasi, bidan perlu
melakukan pendampingan dan pemberian dukungan
(melibatkan sekitar ibu), Rujuk jika ibu terdeteksi
mengalami gangguan kesehatan mental atau jika ada
riwayat sebelumnya
2. Perawatan anak dan menyusui : lakukan pengkajian
dan penyusunan strategi bersama ibu (dapat dimulai sejak
kehamilan) terhadap strategi menyusui, siapa yang
mengasuh anak jika ibu kerja/sekolah kembali, memastikan
anak dapat mengakses perawatan kesehatan, kaji pula
kenyamanan dan kepercayaan diri ibu terkait menyusui
dengan KIE menyusui, pemberian ASI perah, proses
pengembalian kesuburan saat menyusui, meninjau
kekhawatiran ibu mengenai kontrasepsi hormonal
3. Seksualitas, kontrasepsi, dan penjarakkan anak :
KIE mengenai proses pemulihan organ untuk berhubungan
seksual, rencana memiliki anak dan menjarakkan
kehamilan selanjutnya, serta diskusi mengenai penggunaan
serta kekhawatiran terhadap kontrasepsi
4. Tidur dan kelelahan: diskusi mengenai cara
mengatasi kelelahan dan sulit tidur, libatkan suami dan
keluarga mengenai pengasuhan anak
5. Pengembalian fisik pasca bersalin : kaji apakah
pemulihan luka berlangsung baik atau terinfeksi, berikan
edukasi menggenai proses pemulihan ibu baik dalam
jangka waktu pendek hingga panjang, pantau apakah terjadi
inkontinensia urine dan rujuk jika ada,
serta berikan edukasi terkait mobilisasi ibu

16
6. Manajemen penyakit kronis : Kaji mengenai
kemungkinan terjadinya komplikasi yang muncul sejak
kehamilan dan dapat mempengaruhi masa nifas,
lakukan skrinining gula pada ibu dengan GDM, pantau
obat yang dikonsumsi ibu (tidak kontraindikasi dengan
menyusui), lakukan kolaborasi atau rujukan dengan
dokter spesialis jika ada kemungkinan penyakit
Menyusui
Pemberian ASI secara ekslusif Pemberian ASI secara ekslusif dipengaruhi oleh beberapa
tanpa sufor selama periode factor, oleh karena itu sebagai upaya memaksimalkan
pemantauan berlangsung proses menyusui, maka diperlukan penguatan terhadap
factor yang mendukung keberhasilan menyusui,
diantaranya adalah usia, karena pada usia 20 – 35 tahun
kelenjar mamae berada pada kondisi yang matur, sehingga
produksi asi lebih banyak dibandingan usia yang beresiko.
Selanjutnya adalah dukungan suami, dukungan yang
diperoleh ibu dari suami akan meningkatkan rasa dicintai
dan dihargai, hal ini membuat kepercayaan diri ibu
meningkat serta ibu akan memiliki pikiran positif ketika
melihat bayinya, sehingga produksi asi akan mengalami
peningkatan. Lingkungan sekitar yang mendukung ibu
untuk menyusui akan senantiasa memudahkan proses
produksi asi.
Teknik menyusui menjadi factor terpenting dalam
pemberian ASI. Teknik menyusui yang benar merupakan
cara pemberian asi pada bayi mulai dari posisi hingga
perlekatan pada payudara yang tepat mengingat
kenyamanan saat menyusui tidak semata – mata hanya
karena ibu nyaman saja, namun bayi harus ikut merasa
nyaman agar posisi menyusui tepat dan bayi tidak gelisah.
Oleh karena itu, pendampingan menyusui oleh tenaga
kesehatan sangat penting untuk diperhatikan (Laily, dkk.
2022).

17
Keluarga Berencana
Ibu dapat menjarakkan Perempuan memiliki otonomi penuh bagi dirinya dalam
kehamilan dan suami terlibat mengintervensi dan mengambil keputusan terkait
perencanaan keluarga kesehatan reproduksinya, seperti menjarakkan kehamilan,
menunda kehamilan, membatasi kehamilan, termasuk
pemilihan alat kontrasepsi yang dirasa nyaman dan aman
tanpa dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan budaya.
Namun, keterlibatan suami sendiri dalam pengambilan
keputusan penggunaan alat kontrasepsi masih sangat
mempengaruhi keputusan ibu. Oleh karena itu, suami perlu
terlibat dalam perencanaan keluarga, dengan peran
minimalnya adalah sebagai pemberi dukungan. Suami yang
memberi dukungan pada istrinya dalam penggunaan alat
kontrasepsi akan membuat istri termotivasi untuk
menggunakan alat kontrasepsi (Sudirman dan Herdiana,
2020)

18
BAB IV
IMPLEMENTASI KEGIATAN

Kontak Waktu Subjektif Objective Assesment Plan Implementasi RTL


1 4/9/20 Ibu mengatakan KU baik, Kes CM, G1P0A0, Asuhan Menghadirkan Melaksanakan
23 bahwa rasa mulas emosional tampak 39 persalinan pendamping Manajemen
Jam yang gelisah, TD 120/70 minggu, normal, persalinan, Aktif Kala III
16:15 dirasakannya mmHg, S 36,2ºC, Kala II, melibatkan memposisikan ibu
semakin sering, N 86 x/m, P 20 Janin suami untuk meneran sesuai
dan ibu mulai x/m. tunggal membimbing keinginan ibu,
ingin mengejan HIS 5x10’, 45’’, hidup, ibu dalam observasi
kuat teratur, presentasi mengatur kesejahteraan ibu
relaksasi baik, DJJ kepala, nafas, dan janin.
135 x/m, teratur, SMK, DJJ memimpin Melakukan APN 
VT : Vulva vagina dalam persalinan, pukul 16.24 bayi
tidak ada kelainan, batas memfasilitasi lahir dengan lilitan
portio tidak teraba, normal pendamping tali pusat 1x
pembukaan 9 cm, persalinan longgar, tidak
ketuban pecah sesuai menangis kuat,
spontan, jernih, birthplan, kemerahan,
Hodge III+, memfasilitasi ekstremitas sedikit
pengeluaran lendir IMD fleksi, down score 3,
darah dilakukan
pemotongan tali
pusat

19
2 4/9/20 Ibu mengatakan Pemeriksaan P1A0, Manajemen Menyuntikkan Melakukan
23 bahwa ia masih Umum KU Partus kala aktif kala III syntosinon 10 IU Pemantauan ibu
Jam merasa mulas baik, III, secara IM, dan bayi selama
16:25 kesadaran cm, terdapat Melahirkan plasenta, 2 jam
WIB emosional stabil. tanda melakukan postpartum
Pemeriksaan pelepasan pengecekkam
Obstetrik plasenta kelengkapan
Tinggi fundus uteri plasenta  Plasenta
sepusat, tidak ada lahir spontan pada
janin kedua, pukul 16.30 wib,
kontraksi uterus lengkap
kuat, tali pusat
memanjang
3 4/9/20 Ibu merasa lega KU baik, kes cm, P1A0, Asuhan Mengatasi Menganjurkan
23 telah melahirkan emosional cemas, Partus kala pasca kecemasan ibu klien untuk
Jam bayinya, namun TD : 128/68 IV, ibu persalinan dengan memberikan mobilisasi
16:31 ibu takut akan mmHg, N : 85 dengan kala IV, afirmasi dan secara mandiri,
dijahit x/m, S 36,5°C, P kecemasan pemberian relaksasi, melakukan pemantauan
20x/m. TFU 2 jari dukungan penjahitan luka pengeluaran
dibawah pusat, emosional, laserasi, melakukan pervaginam,
kontraksi kuat, dan teknik mobilisasi dini. kontraksi ibu,
Kandung kemih relaksasi Suami diminta untuk dan pemenuhan
telah dikosongkan, nafas membatu dalam nutrisi dan
±50cc, Perdarahan mengasuh anak hidrasi secara
kala IV ±75 cc, selama ibunya mandiri, serta
terdapat robekan di sedang berada di memfasilitasi
perineum derajat 1 proses pemulihan rawat gabung

20
4 5/9/20 Ibu masih KU Baik, Kes CM, P1A0, Melakukan Telah dilakukan Kontrol ibu dan
23 merasakan mulas, Keadaan Postpartu KIE praktik menyusui bayi 1 minggu
Jam ibu masih merasa emosional: tampak m 14 jam, menyusui, dengan ibu dan telah di klinik,
06:30 takut dengan tenang. TD 110/70 ibu belum melibatkan di evaluasi. sekaligus
jahitannya. Ibu mmHg, N 80x/m, menyusui suami dalam Telah dilakukan skrining EPDS
sudah BAK dan P 19 x/m, S bayinya, proses teknik relaksasi
BAB, namun ibu 36,6°C, TFU 2 jari dan ibu menyusui, pernapasan bersama
belum menyusui bawah pusat, takut teknik dengan ibu, serta ibu
bayinya karna jahitan (+) dengan relaksasi diedukasi kembali
belum keluar ASI jahitan nafas dalam mengenai cara
dan masih ingin untuk perawatan luka.
istirahat mengatasi Telah dilakukan
ketakutan pemberian kie
ibu tentang nutrisi dan hidrasi
luka jahitan, untuk mempercepat
kie nutrisi pemulihan masa
dan hidrasi nifas
5 9/9/20 Ibu datang untuk TD 110/90, P 19 P1A0, Melakukan Telah dilakukan Melakukan
23 melakukan x/m, N 72 x/m, S Postpartum pengosongan kateterisasi ±60 cc, pemantauan
kontrol nifas, 37,3°C, 6 hari, TFU kandung TFU pertengahan personal
sekaligus untuk Pengeluaran ASI tinggi, KK kemih dengan pusat- simpisis. Ibu hygiene klien
menanyakan (+), TFU 2 jari penuh, luka kateter urine, diberikan edukasi dan memantau
mengenai keluhan bawah pusat, jahitan melakukan mengenai perawatan keluhan ayang –
yang ayang – kontraksi (+), belum edukasi luka dan menjaga ayangan ibu
ayangan. Kandung kemih kering, personal personal hygiene.
Menyusui tiap 2 penuh, Lochea mobilisasi hygiene pada Ibu dianjurkan untuk
jam sekali full alba, Terdapat rendah ibu, melakukan
ASI. kotoran di jahitan Menghimbau mobilisasi secara

21
Mobilisasi ibu ibu, jahitan basah ibu untuk aktif dan suami
masih terbatas Skrining EPDS melakukan diminta untuk
hanya tidur dan hasil = 3 (tidak ada mobilisasi membantu proses
duduk, sesekali gejala depresi) secara aktif pemulihan ibu
berjalan ke kamar dan meminta
mandi saja karna suami untuk
adat 40 hari tidak memotivasi
boleh keluar ibu dalam
mobilisasi
6 15/09/ Ibu mengatakan Tidak dapat P1A0, Memberikan Mengajarkan ibu Evaluasi senam
2023 bahwa saat ini dilakukan karena Postpartum edukasi gerakan kegel kegel dengan
masih merasakan via wa (terlampir) 12 hari mengenai melalui media video pasien secara
ayang – ayangan dengan senam kegel youtube dan ibu langsung, dan
namun tidak retensio melalui diminta untuk melakukan
nyeri, mobilisasi urine media video melakukan secara konseling KB
ibu sudah mulai youtube mandiri dirumah dan pada KF3
banyak, dan ibu dilakukan
mengatakan pemantauan melalui
bahwa ia wa
menyusui
semakin sering.
Suami ikut
bergantian
mengasuh
bayinya

22
7 30/9/2 Ibu merasa Td 110/70 mmHg, P1A0, Melakukan Melakukan evaluasi Terealisasinya
023 keluhan ayang – N 80x/m, P 19 Postpartum evaluasi senam kegel yang pemasangan
ayangannya x/m, S 36,7°C, 27 hari senam kegel telah dilakukan alat kontrasepsi
masih ada namun Pengeluaran ASI dengan yang Bersama dengan ibu
sudah berkurang, (+), TFU tidak retensio dilakukan dirumah, melakukan
ibu telah teraba, Kandung urine ibu dan konseling KB
melakukan senam kemih kosong, melakukan menggunakan klop
kegel beberapa Lochea alba. konseling KB
kali, selain itu ibu KB
datang untuk
mengetahui kapan
waktu yang tepat
untuk
pemasangan KB
8 13/11/ Ibu mengatakan Tidak dapat P1A0, Menanyakan Telah dilakukan Evaluasi asuhan
2023 tidak keluhan, dilakukan Akseptor terkait evaluasi secara pada Ny.Z
dan telah (terlampir) KB 3 keluhan atau langsung dan
menggunakan KB bulan ketidak dilakukan evaluasi
Suntik 3 bulan di nyamanan asuhan
Puskesmas pasca berkesinambungan
penggunaan selama beberapa
KB bulan

23
BAB V
DISKUSI DAN PEMBAHASAN

Indikator Target Ketercapaian Analisis faktor pendukung dan Rencana implementasi


penghambat lanjutan

24
- Per Selama proses persalinan, ibu diberikan pilihan Faktor pendukung : Selanjutnya proses
salinan berlangsung mengenai pendamping persalinan yang 1. Ibu dapat mengontrol pemantauan pada masa
secara spontan dan ibu diinginkannya, meskipun pada realisasinya dirinya sendiri karena telah nifas tetap dilangsungkan
memiliki control serta suami tidak dapat menjadi pendamping diberikan edukasi sebelum dengan memperhatikan
kepercayaan diri persalinan dikarenakan kurang memiliki memasuki inpartu kala 1 fase aktif penuh bagaimana
terhadap dirinya sendiri persiapan dalam menghadapi peralihan peran, 2. Keluarga klien dan mertua keterlibatan suami dalam
selama proses persalinan namun kami memberikan opsi Kembali, aktif dalam memberikan dukungan proses pengasuhan dan
- Suami dan sehingga klien memilih ibu mertuanya untuk dan membantu memenuhi pemulihan, serta
keluarga dapat mendampingi persalinan. Proses persalinan kebutuhan psikis dan biologis ibu mengupayakan agar
mendampingi dan diupayakan sealamiah mungkin, meskipun Faktor penghambat : proses nifas berlangsung
memenuhi kebutuhan ibu pada proses kala II tidak dapat dilakukan 1. Suami belum siap secara fisiologis
secara bergantian penundaan pemotongan tali pusat dan IMD menghadapi peralihan peran
- Kebutuhan dikarenakan kondisi janin yang sempat 2. Klien memiliki ketakutan
biologis dan psikis ibu mengalami asfiksia. Upaya komunikasi dengan terhadap penjahitan perineum
dapat terpenuhi selama klien terkait kondisi ibu dan janin terus karena cerita dari orang sekitar
proses persalinan dilakukan, sehingga klien
berlangsung mengerti kondisi yang dialaminya, dan mampu

25
melakukan control atas dirinya sendiri selama
proses bersalin. Selain itu, pemenuhan
kebutuhan biologis dan psikis ibu terus
dipenuhi hingga pasca persalinan guna
memberdayakan
diri klien.
- Luka jahitan Selama masa nifas berlangsung, klien, suami, Faktor pendukung : Klien mau Melakukan upaya
sembuh dengan baik dan keluarga klien saling membantu dalam mengusahakan untuk proses pemantauan dan
- Proses Involusi melaksanakan peran pengasuhan dan pemulihan dirinya, suami klien pemberian dukungan
uterus berlangsung baik membantu proses pemulihan ibu, sehingga dapat kooperatif selama masa ini, terhadap pemberian ASI
- Ibu dapat meskipun banyak kendala yang dialami selama serta keluarga klien turut Ekslusif
mobilisasi tanpa masa nifas, ibu dapat melewatinya dengan baik membantu klien mobilisasi dan
hambatan tanpa mengalami depresi postpartum dan baby mau mengantarkan klien ke
- Penyulit pada blues sempat dirasakan meski sebentar. fasilitas Kesehatan jika klien
masa nifas dapat Pemantauan yang ketat dan pemberian asuhan memiliki keluhan
dideteksi dan segera di komplementer, membantu klien dalam
intevensi mengatasi keluhan retensio urine yang Faktor penghambat : terdapat
- Ibu tidak dialaminya, sehingga penyulit dapat teratasi budaya 40 hari tidak boleh keluar
mengalami gejala depresi dengan baik. yang akhirnya menghambat
postpartum dan mampu mobilisasi ibu dan berimbas
menjalankan perannya kepada lambannya proses
dengan baik pemulihan ibu

26
Pemberian ASI secara Selama proses pemberian asuhan Faktor pendukung : Ibu dan Melakukan konseling
ekslusif tanpa sufor selama dilangsungkan, klien tidak memberikan susu keluarga mau mengupayakan pada ibu dan suami terkait
periode pemantauan formula ataupun makanan lainnya, dan hanya pemberian ASI Ekslusif penggunaan alat
berlangsung memberikan ASI Ekslusif. Sejak awal masa semaksimal mungkin kontrasepsi
postpartum, pemberian edukasi cara menyusui
yang tepat telah dilakukan, klien diupayakan Faktor penghambat : Tidak ada
untuk bisa menyusui bayinya, edukasi nutrisi hambatan yang berarti dalam
yang dibutuhkan untuk mendukung proses proses ini
menyusuipun telah dilakukan. Suami turut
diberdayakan untuk dapat membantu ibu dalam
memberikan ASI Ekslusif.
Ibu dapat menjarakkan Konseling KB dapat dilakukan tanpa kendala Faktor pendukung : ada kesadaran Melakukan evaluasi
kehamilan dan suami dan ibu melakukan pemasangan KB suntik, pada ibu dan suami untuk asuhan dan tetap
terlibat perencanaan selama masa antara ibu tidak berhubungan menjarakkan anak, selain itu melakukan asuhan
keluarga dengan suami mereka merasa belum siap jika berkesinambungan
nanti memiliki anak kedua dalam
jarak waktu dekat

Faktor penghambat : dari masa


nifas ke penggunaan KB cukup
lama

27
BAB VI
KESIMPULAN

6.1. Kesimpulan
Dalam melaksanakan studi kasus ini penulis telah memberikan asuhan kebidanan
secara komprehensif dan berbasis responsif gender, partnership, dan women
center care pada Ny. Z sejak masa persalinan, nifas dan bayi baru lahir di TPMB
Rini Hartini. Asuhan yang telah diberikan pada Ny.Z dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pengkajian dan pendokumentasian data subjektif dan dilakukan sejak persalinan kala 1
fase laten berlangsung hingga masa nifas. Pengkajian dilakukan dengan memperhatikan
kondisi biologis psikologis dan sosial klien, dengan melibatkan suami dan keluarga klien
untuk dapat memaksimalkan pemberian asuhan
3. Masalah yang dialami dan kebutuhan yang diperlukan oleh Ny.Z pada masa persalinan,
nifas serta bayi baru lahir dapat teratasi secara baik dengan melakukan asuhan kebidanan
secara komprehensif, responsif gender, partnership, dan women center care.
4. Rencana asuhan yang menyeluruh selama masa bersalin, nifas dan bbl yang mencakup
asuhan secara fisik dan psikologis telah disusun berdasarkan diagnosa yang ditegakkan pada
setiap pemeriksaan. Rencana tersebut pemberian informasi yang jelas, dukungan dan
kerjasama dengan klien dan anggota keluarga.
5. Asuhan pada Ny.Z berlangsung secara komprehensif dan diupayakan se- fisiologis
mungkin, meskipun ditemui adanya kondisi penyulit dan masalah selama asuhan berlangsung,
seluruh masalah tersebut dapat diatasi hingga kondisi klien berada dalam kondisi stabil
kembali

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Simanjuntak (2020). Perdarahan Postpartum (Perdarahan Paskasalin). Jurnal Visi


Eksakta. 2020;1(1):1–10.
2. IBI. (2020). Modul Pelatihan Respectful Midwifery Care (RMC) Bagi Praktik
Mandiri Bidan
3. Kemenkes. (2021). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020.Jakarta: Kemenkes RI.
4. Podungge Y.(2022). Asuhan Kebidanan Komprehensif. Jambura Heal Sport J. J.
2020;2(2):68–77.
5. Ningsih DA.(2017) Continuity Of Care Kebidanan. Jurnal Kebidanan. IV(2):67–77.
6. Desai NM, Tsukerman A. Vaginal Delivery. [Updated 2023 Jul 24]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559197/
7. Khamehchian, M., Adib-Hajbaghery, M., HeydariKhayat, N. et al. Primiparous
women’s experiences of normal vaginal delivery in Iran: a qualitative study. BMC Pregnancy
Childbirth 20, 259 (2020). https://doi.org/10.1186/s12884-020-02954-4
8. Puspitasari, Elika. Hubungan Dukungan Suami Dan Keluarga Dengan Intensitas Nyeri
Persalinan Kala I. Jurnal Kesehatan, [S.l.], v. 12, n. 2, p. 118-124, jan. 2020. ISSN 2620- 7761.
Available at: <https://journals.ums.ac.id/index.php/jk/article/view/9768>. Date accessed: 15
oct. 2023. doi:https://doi.org/10.23917/jk.v12i2.9768.
9. The American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG). Comitee Opinion
“Optimizing Postpartum Care” number 736 (Replaces Committee Opinion Number 666, June
2016. Reaffirmed 2021). https://www.acog.org/clinical/clinical-guidance/committee-
opinion/articles/2018/05/optimizing-postpartum-care
10. LAILY, Ulfah Nurul; SARI, Dewi Yulia; YANTINA, Yuli. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Keberhasilan Menyusui Pada 2 Bulan Pertama. MIDWIFERY JOURNAL,
[S.l.], v. 2, n. 1, p. 19-30, mei 2022. ISSN 2746-7953. Tersedia pada:
<https://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/MJ/article/view/6474>.
Doi:https://doi.org/10.33024/mj.v2i1.6474.
11. Sudirman, Rany Muliany; Herdiana, Rina. 2020. Hubungan Dukungan suami dengan
Pemilihan metode kontrasepsi pada pasangan usia subur di Puskesmas Sunyaragi Kota
Cirebon Tahun 2020. Journal of Nursing Practice and Education Vol. 01 No.01, Desember
2020

29
LAMPIRAN

Formulir Pengkajian

Akses Link Form EPDS : https://forms.gle/xvNLNYfKEYA98uwY7


Cara penilaian EPDS :
1. Pertanyaan 1, 2, dan 4 Mendapatkan nilai 0, 1, 2, atau 3 dengan kotak paling atas
mendapatkan nilai 0 dan kotak paling bawah mendapatkan nilai 3
2. Pertanyaan 3,5 sampai dengan 10 Merupakan penilaian terbalik, dengan kotak paling
atas mendapatkan nilai 3 dan kotak paling bawah mendapatkan nilai 0
3. Pertanyaan 10 merupakan pertanyaan yang menunjukkan keinginan bunuh diri.
4. Nilai maksimal : 30
5. Kemungkinan depresi: nilai 10 atau lebih
Hasil Form EPDS :
1: 0 6:0
2: 1 7:0
3:0 8:1
4:1 9:0
5: 0 10 : 0
Total skor : 3, tidak ada depresi

21
0
Akses Link Form kuisioner kecemasan : https://forms.gle/V3qGQr62yBAQnZuMA
Cara penilaian :
1. Skor 0 : Tidak ada gejala sama sekali
2. Skor 1 : Satu gejala dari pilihan yang ada
3. Skor 2 : Dua atau lebih dari gejala pilihan yang ada
4. Skor 3 : Separuh atau lebih dari gejala pilihan yang ada
5. Skor 4 : Semua Gejala ada
Jika total skor :
< 14 : Kecemasan ringan
14 – 22 : Kecemasan sedang
> 22 : Kecemasan berat
Hasil jawaban :
1: 2 6:0 11 : 2
2: 2 7:1 12 : 1
3:1 8:0 13 : 0
4:0 9:1 14 : 2
5: 0 10 : 0
Total jawaban : 12, kecemasan ringan

30
Dokumentasi

Dokumentasi kontak pertama dengan klien pertama kali (4 September 2023)

31
Lampiran Screenshoot WA Pemberian asuhan pada 15/09/2023

32
Dokumentasi kegiatan asuhan pada 30/9/2023

33
Kartu KB Klien

34

Anda mungkin juga menyukai