Anda di halaman 1dari 10

PENGANTAR USAHATANI

Tugas Materi 8

Kelas B
Asisten:
a. Nur Aini Irbah R
b. Jauf Tsaniyah

Disusun oleh:
1. Tiara Rosa Syaviqa (205040200111047)
2. Berlian Geofana Alfayet (205040200111056)
3. Rio Mahardika (205040200111090)
4. Helnanda Dhearekhal Pranata Buana (205040200111093)
5. Oscar Yericho Meitritan (205040200111096)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
1. Apakah yang dimaksud dengan HOK? Bagaimanakah perhitungan rumus
HOK dan jelaskan dengan contohnya!
Jawab :
HOK adalah Hari Orang Kerja yang dihitung dalam total curahan waktu
kerja atau musim tanam. HOK biasanya digunakan dalam menghitung analisis
usahatani. Menurut Abdi et al. (2014), HOK merupakan satuan hari orang kerja
yang dapat dimanfaatkan untuk menghitung besarnya tenaga kerja dalam
melakukan perhitungan analisis usahatani. HOK pada usahatani umumnya
berjumlah 8 jam per hari yang telah dihitung dengan jam istirahat selama 1 jam.
Perhitungan HOK digunakan untuk mengetahui banyaknya biaya yang harus
dibayar untuk tenaga kerja yang digunakan dalam satu musim tanam.
⅀ 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 × 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 × 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻
𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 =
8
Pada perhitungan HOK diperlukan data berupa jumlah dari tenaga kerja, jumlah
hari kerja, dan jumlah jam kerja dalam 1 hari. Berikut merupakan contoh dari
perhitungan HOK

Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Jumlah Hari Jam Kerja/hari


Kerja (Orang) Kerja (Hari) (jam)

Pengolahan 4 3 8
Lahan

Penanaman 3 2 8

Perawatan 3 20 4

Panen 3 2 8

Pasca Panen 3 3 8
Hasil Perhitungan:
⅀ 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 × 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 × 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻
● 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎 =
8

⅀4 × 3 × 8
=
8
= 12 HOK
⅀ 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 × 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 × 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻
● 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 =
8

⅀3 × 2 × 8
=
8
= 6 HOK
⅀ 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 × 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 × 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻
● 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 =
8

⅀ 3 × 20 × 4
=
8
= 30 HOK
⅀ 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 × 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 × 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻
● 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 =
8

⅀3 × 2 × 8
=
8
= 6 HOK
⅀ 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 × 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 × 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝑖𝑖
● 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 =
8

⅀3 × 3 × 8
=
8
= 9 HOK

2. Pengaruh gender dalam tenaga kerja dalam pertanian sangatlah tinggi.


Setujukah anda dengan pernyataan tersebut dan jelaskan dengan banyak
bukti dan contoh!
Jawab :
Setuju. Hal ini didasari bahwa umumnya tenaga kerja laki-laki dinilai lebih
banyak dibutuhkan dalam suatu pekerjaan yang berat, seperti halnya dalam usaha
pertanian untuk mengolah lahan, membawa hasil produksi ke transportasi untuk
didistribusikan, hingga menjadi pengolah lahan dan pengasuh ternak untuk
pertanian. Tentunya berbeda dengan tenaga kerja wanita yang lebih dibutuhkan
perihal keterampilannya, seperti penanaman, pencatatan distribusi produksi,
membersihkan hasil panen, hingga mengemas hasil panen untuk dijual. Berikut ini
pula merupakan contoh dari perbedaan tenaga kerja laki-laki dan perempuan.
Sumber : Norfahmi et al., (2017)
Tabel di atas menunjukkan alokasi curahan kerja rumah tangga lebih besar pada
kegiatan nonpertanian dibandingkan dengan usahatani. Hal ini terjadi karena pada saat
itu kegiatan usahatani tidak dalam masa sibuk, terutama pada masa pemeliharaan
tanaman dan setelah panen padi, sehingga rumah tangga petani mengalokasikan
waktunya untuk bekerja pada usaha non pertanian. Hal serupa juga terjadi pada rumah
tangga petani yang memiliki lahan sempit, sehingga mendorong anggota keluarga
untuk memperoleh tambahan pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Jika pendapatan yang diterima anggota keluarga dari usahatani padi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan maka rumah tangga yang rasional akan mencari pekerjaan lain
di luar usaha tani.
Intensitas curahan kerja pria juga lebih besar dalam rumah tangga karena
memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pemenuhan kebutuhan anggota rumah
tangga. Curahan kerja wanita pada usahatani lebih rendah dibandingkan dengan pria.
Dalam usahatani padi, wanita hanya membantu kegiatan penanaman dan panen.
Wanita lebih banyak mencurahkan waktunya pada kegiatan rumah tangga, termasuk
mengasuh anak balita. Terkait dengan hal ini, Adeyonu dan Oni (2014) mengemukakan
alokasi waktu kerja pria lebih banyak dibanding wanita pada kegiatan usaha pertanian
yang dibayar dan bekerja pada nonpertanian. Sementara itu wanita lebih banyak
mengalokasikan waktu untuk menangani pekerjaan rumah tangga.
Rumah tangga petani padi lebih giat bekerja pada kegiatan non usahatani
dibanding usahatani padi. Hal ini diduga karena curahan kerja pada usahatani padi
hanya lebih banyak pada tahapan pengolahan tanah, tanam, dan panen, sedangkan
tahapan lainnya relatif tidak membutuhkan curahan kerja yang banyak. Kegiatan
nonpertanian bertujuan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga.

3. Apakah yang dimaksud dengan penyusutan dalam alsintan Bagaimanakah


rumus penyusutan dan jelaskan dalam contoh perhitungan!
Jawab :
Menurut Melly et al. (2020) penyusutan dalam alsintan adalah penurunan nilai
dari suatu peralatan atau mesin akibat dari pertambahan umur pemakaian (waktu) dan
penurunan tersebut terus berjalan tidak peduli apakah alat atau mesin dipakai atau
tidak. Hal-hal yang menyebabkan nilai suatu peralatan atau mesin berkurang adalah:
a. Adanya bagian-bagian yang rusak atau aus karena lamanya waktu pemakaian
sehingga alat tersebut tidak bisa bekerja dengan kemampuan seperti sebelumnya.
Yang dimaksud dengan bagian alat/mesin di sini adalah bagian utama dari mesin
yang sudah lama dan tidak sempurna lagi kerjanya sehingga kapasitas mesin
menjadi berkurang.
b. Adanya peningkatan biaya operasi dari sejumlah unit output yang sama bila
dibandingkan pada mesin yang masih baru. Peningkatan biaya ini misalnya karena
penambahan biaya pemeliharaan, biaya pemeliharaan, dan penambahan tenaga.
Penambahan biaya operasi ini menunjukkan merosotnya nilai alat/mesin tersebut.
c. Karena perkembangan teknologi akan selalu muncul alat/mesin yang lebih praktis
dan lebih efisien sehingga alat/mesin lama nilainya akan merosot. Alat-alat yang
lama walaupun masih cukup baik untuk dioperasikan tidak ekonomis lagi kalau
terus dipergunakan, sehingga orang cenderung berpikir untuk mengganti dengan
alat atau mesin yang baru, yang lebih praktis dan lebih efisien.
d. Adanya pengembangan perusahaan. Dengan adanya perkembangan perusahaan,
maka nilai alat atau mesin yang dipergunakan harus diganti disesuaikan dengan
perkembangannya, sehingga alat-alat yang lama nilainya akan menurun.
Perhitungan biaya penyusutan dihitung berdasarkan umur ekonomisnya. Umur
ekonomis dari suatu alat dinyatakan dalam tahun atau jumlah jam kerja, dan lamanya
akan sangat dipengaruhi oleh pemeliharaannya.
Sedangkan nilai akhir alat/mesin merupakan harga jual alat setelah dalam
waktu tertentu mesin tersebut digunakan. Biasanya nilai akhir alat ini dihitung atau
diperkirakan senilai 10 % dari harga beli alat (10 % P). Dalam perhitungan biaya
penyusutan dikenal 4 metode, yaitu:
a) Metoda garis lurus (Straight line method)
b) Metoda penjumlahan angka tahun (Sum of the year digits method)
c) Metode keseimbangan menurun berganda(Double declining balance method)
d) Metoda Sinking Fund
Berikut ini merupakan salah satu jenis rumus penyusutan yang tidak
memperhitungkan bunga modal:
D = (P - S)/N
Keterangan:
D = Biaya penyusutan tiap tahun (Rp/tahun)
P = Harga awal/ harga beli /purchase price (Rp)
S = Harga akhir/ nilai akhir/selling price, % P (Rp)
N = Perkiraan umur ekonomis (tahun)
Contoh Perhitungan:
Harga baru sebuah hand traktor adalah Rp. 10.000.000,- hand traktor tersebut
mempunyai umur ekonomis 5 tahun. Harga akhir 10 % dari harga baru. Tentukan biaya
penyusutan per tahun!
Penyelesaian:
D = (P-S)/N
= (10.000.000 -1.000.000)/5
= 1.800.000,-
Jadi, besarnya biaya penyusutan per tahun adalah Rp. 1.800.000,-
4. Kemitraan dalam usahatani sangat penting, sebut dan jelaskan jenis-jenis
kemitraan dalam usahatani! Kemitraan apakah yang cocok untuk usahatani
a) Jagung
b) Tebu
c) Kelapa Sawit
Jawab :
Kemitraan dalam usahatani menurut Pintakami dan Asdasiwi, (2020) sebagai
berikut:
A. Pola Kemitraan Inti-Plasma
Pola ini menempatkan perusahaan sebagai inti, yang bertugas untuk
menyediakan lahan, penyiapan sarana produksi, pemberian bimbingan,
manajemen, menampung, dan mengelolah, serta memasarkan hasil produksi.
Sedangkan yang bertindak sebagai plasma adalah petani atau kelompok tani
sebagai mitra.
B. Pola Kemitraan Subkontrak
Pola ini memposisikan kemitraaan antara kelompok mitra usaha dan
perusahaan yang menghasilkan output yang diperlukan perusahaan mitra
sebagai bagian dari produksinya.
C. Pola Kemitraan Dagang Umum
Kemitraan dagang umum adalah pola kemitraan yang terdapat sebuah
hubungan usaha dalam hasil pemasaran produksi. Adapun pihak- pihak yang
terlibat adalah pihak pemasaran dengan kelompok usaha pemasok komoditas
yang diperlukan oleh pihak pemasaran tersebut.
D. Pola Kemitraan Keagenan
Kemitraan Keagenan merupakan suatu hubungan kemitraan yang
terjalin antara dua pihak atau lebih dimana kelompok mitra diberikan hak secara
khusus untuk dapat memasarkan suatu barang/jasa usaha yang dimiliki oleh
perusahaan mitra.
E. Pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis (KOA)
Pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis merupakan sebuah
hubungan kemitraan dimana peserta mitra menyediakan lahan, tenaga kerja,
dan sarana. Sedangkan pihak perusahaan mitra menyediakan biaya, modal,
manajemen, dan pengadaan sarana produksi untuk mengusahakan atau
membudidayakan suatu komoditas pertanian. Di samping itu, yang membuat
pola kemitraan KOA ini berbeda dengan pola kemitraan yang lain yaitu
perusahaan mitra berperan sebagai penjamin pasar produk melalui peningkatan
nilai tambah produk melalui pengolahan, pengemasan, atau usaha lainnya

Untuk kemitraan apakah yang cocok untuk usahatani yakni:


A. Jagung
Hasil penelitian Purba (2019) menyatakan bahwa petani jagung di
lokasi penelitian menerapkan pola kemitraan Kerjasama Operasional
Agribisnis (KOA) dengan perusahaan mitra yang merupakan hubungan bisnis
yang dijalankan oleh kelompok mitra dengan perusahaan mitra. Hal ini
dibuktikan oleh adanya tingkat pendapatan usahatani jagung di daerah
penelitian yang tergolong lebih tinggi dari penelitian terdahulu. Pada penelitian
ini terdapat usahatani jagung bermitra dan yang tidak bermitra sedangkan
penelitian terdahulu merupakan usahatani jagung yang tidak bermitra. Rata-rata
tingkat pendapatan usahatani di daerah penelitian sebesar Rp20.545.089/ha.
Sedangkan pendapatan usahatani terdahulu rata rata sebesar Rp4.227.812/ha.
B. Tebu
Kemitraan yang sesuai untuk usahatani tebu yaitu berupa pola sub
kontrak. Jenis kemitraan ini berupa kemitraan antara perusahaan mitra usaha
dengan kelompok mitra usaha yang ditandai dengan adanya kesepakatan
kontrak bersama meliputi volume, waktu, mutu, serta harga produk. Contohnya
menurut penelitian Azmie et al., (2019) mengenai pola kemitraan agribisnis
tebu di Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto. Berdasarkan jurnal tersebut
dijelaskan bahwa perusahaan mitra memberikan kontribusi berupa kemudahan
petani untuk mendapatkan biaya produksi dan memberikan jaminan pasar
dengan pasti dan pembagian hasil disesuaikan dengan kesepakatan bersama.
Sementara kelompok mitra atau petani berkontribusi menyerahkan tenu sebagai
bahan baku produksi perusahaan mitra.
C. Kelapa Sawit
Kemitraan yang sesuai untuk usahatani kelapa sawit yaitu kemitraan
pola inti plasma. Kemitraan ini memiliki pola hubungan antara petani,
kelompok tani, sebagai plasma dengan perusahaan yang menjadi mitra usaha.
Contohnya yaitu menurut penelitian Pasaribu et al., (2013) mengenai pola
kemitraan dan pendapatan usahatani kelapa sawit antara PTPN VII dengan unit
usaha Bekri dengan petani mitra di Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Bangun
Rejo, Kabupaten Lampung Tengah. Pada jurnal tersebut dijelaskan bahwa
pihak PTPN VII bertindak sebagai perusahaan yang menjadi mitra memberikan
pinjaman modal berupa bibit kelapa sawit berkualitas kepada petani mitra.
Disamping itu, perusahaan jyuga memberikan bimbungan untuk petani mitra
mengenai cara penanaman, pemeliharaan, hingga panen dengan tujuan
kelancaran pelaksanaan program kemitraan kelapa sawit.
DAFTAR PUSTAKA
Azmie, U., Dewi, R. K., & Sarjana, I. D. 2019. Pola Kemitraan Agribisnis Tebu Di
Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto. Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian, 3(2), 119-130.
Abdi, F. I., Hasyim, H., & Ayu, S. F. (2014). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usaha tani padi sawah. Journal on
Social Economic of Agriculture and Agribusiness, 2(7).
Adeyonu, A.G and O. A Oni. 2014. Gender Time Allocation And Farming Households
Poverty In Rural Nigeria. World Journal of Agricultural Sciences 2 (5):123-
136.
Hakim, M., M., Sarah, S. 2010. Analisis Alokasi Tenaga Kerja Keluarga dan
Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani Kelapa Sawit di
Kecamatan Penunjauan Kabupaten Oku. Prosiding Seminar Nasional. 13-14
Desember. Universitas Sriwijaya.
Melly, S., Y. Ernita, Novita, S.A. dan Zulnadi. 2020. Manajemen Mesin Pertanian 1
(Kajian Konsep Dasar Manajemen Mesin Pertanian). Sleman: The Journal
Publishing.
Norfahmi, F., Kusnadi, N., Nurmalina, R., & Winandi, R. 2017. Analisis curahan kerja
rumah tangga petani pada usahatani padi dan dampaknya terhadap pendapatan
keluarga. Jurnal Informatika Pertanian, 26(1), 13–22.
Pasaribu, A. I., Hasanuddin, T., & Nurmayasari, I. 2013. Pola Kemitraan Dan
Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit: Kasus Kemitraan Usahatani Kelapa Sawit
Antara Pt Perkebunan Nusantara Vii Unit Usaha Bekri Dengan Petani Mitra Di
Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Bangun Rejo, Kabupaten Lampung Tengah.
Jurnal Fakultas Pertanian UNILA, 1(4), 358-367.
Pintakami, L.B. dan Asdasiwi, M.Y. 2020. Analisis Pola Kemitraan Agribisnis Di
Kampung Kucai, Dusun Kranggan, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.
VIABEL: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian, 14(1): .21-36.
Purba, S.A. 2019. Usahatani Jagung Dengan Sistem Kemitraan Dan Upaya
Peningkatan Pendapatan Petani (Kasus di Desa Talangsuko Kecamatan Turen
Kabupaten Malang). Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya.
Purnama, P.D., Astiti, N.W.S. dan Sudarta, W. 2017. Peran Gender dalam Pengelolaan
Budidaya Tanaman Padi Pada Gapoktan Sumber Rejeki Desa Kalanganyar
Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan Jawa Timur. E-Jurnal
Agribisnis dan Agrowisata. 6(4): 2301-6523.

Anda mungkin juga menyukai