Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Marikultur, Tahun 2022.

Vol 4 (No 1): 1-7 e-ISSN : 2830-5973


Jurnal Marikultur p-ISSN
Fauziati : 2355-8067
& Yulianti (2022)

Pemeriksaan virus white spot syndrom virus (WSSV) pada udang vaname
(Litopenaeus vannamei) di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan
Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Aceh

[Examination of white spot syndrom virus (WSSV) on the white shrimp at fish quarantine
stations for quality control and safety of fishery products (SKIPM) Aceh]

Fauziati, Devi Yulianti

Stasiun Karantina Ikan Pengendaliaan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Aceh,
Indonesia.
*
E-mail korespondensi: fauziati19@gmail.com, yuliadevie24640@gmail.com

ABSTRAK
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan komoditas air payau yang saat ini telah banyak
diminati dan menjadi produk unggul sektor perikanan budidaya di Indonesia. Penurunan produksi
dan budidaya udang vaname ini disebabkan oleh adanya penyakit WSSV (White spot Syndrom
Virus). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeteksi penyakit WSSV pada udang vaname di Unit
Usaha Pembudidayaan Ikan PT. Surya Windu Pertiwi. Penelitian ini dilakukan pada Bulan
Februari-Maret 2022, bertempat di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan (SKIPM) Aceh. Penelitian dilakukan dengan metode observasi skala laboratorium.
Sampel yang digunakan adalah benih udang vaname. Metode untuk mendeteksi penyakit WSSV
menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel
benur udang vaname yang diamati negatif dari virus penyebab penyakit WSSV. Terlihat dari hasil
elektroporesis DNA (size 941).

Kata Kunci: Litopenaeus vannamei, Polymerase Chain Reaction, White Spot Syndrom Virus.

ABSTRACT

White Shrimp (Litopenaeus vannamei) is a product of brackish water, which has been much in
demand and has become a superior product in the aquaculture sector in Indonesia. The purpose of
this study was to determine the detection of WSSV Virus (White Spot Syndrom Virus) in white
shrimp at PT. Surya Windu Pertiwi Hatchery. This research was conducted from February to
March 2022, and was carried out on a laboratory scale using white shrimp seed. Methods to detect
WSSV disease using Polymerase Chain Reaction (PCR). The results showed that the sample of
white shrimp fry was negative for the virus that causes WSSV disease. It can be seen from the
results of DNA electroporesis (size 941).

Key words : Litopenaeus vannamei, Polymerase Chain Reaction, White Spot Syndrom Virus.

PENDAHULUAN komoditas unggulan sekaligus komoditas


perdagangan terpenting di Indonesia.
Udang vaname (Litopenaeus
Lokasi budidaya udang secara umum
vannamei) merupakan salah satu
tersebar di seluruh daerah yang ada di

1
Jurnal Marikultur Fauziati & Yulianti (2022)

Indonesia. Sentra produksi udang (Mahardika, 2004). Penyakit WSSV


terdapat di Sumatera Utara, Sumatera tersebut juga menyerang tambak
Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa tradisional di Bagis, Pasuruan, Jawa
Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur pada tahun 1999 dan sampai saat
Timur dan Sulawesi Selatan. ini belum bisa di atasi.
Kontribusi ekspor udang vaname Penyakit WSSV di perkirakan
mencapai 45,6% dari keseluruhan nilai telah menyebar di berbagai tambak
perdagangan ekspor komoditas udang di seluruh dunia termasuk di
perikanan. Namun penurunan volume hatchery Unit Usaha Pembudidayaan
ekspor akibat terjadinya penurunan Ikan PT. Surya Windu Pertiwi Bireun.
produksi yang sangat drastis salah satu Sejauh ini, penyakit udang vaname yang
penyebab terjadinya penurunan peroduksi di sebabkan oleh virus hanya bisa di
dan budidaya udang vaname. antisipasi dengan tindakan pencegahan
Penyakit pada usaha budidaya meliputih benih udang yang unggul.
hewan-hewan akuatik merupakan salah WSSV merupakan pathogen yang sering
satu mata rantai penyebab kegagalan menginfeksi udang udang vaname.
produksi, termasuk pada budidaya udang WSSV adalah penyakit viral yang sangat
vaname. Infeksi viral dan infeksi virulen dan dapat menyerang berbagai
bakterial adalah penyebab utama jenis udang (Lightner, 1996). Penyebaran
terjadinya kematian massal udang penyakit WSSV pada udang vaname bisa
vaname, baik pada saat pembenihan secara vertikal melalui induk menularkan
maupun pembesaran. ke larvanya dan secara horizontal melaui
Salah satu penyakit yang air yang tidak disucihamakan
disebabkan oleh virus sehingga terjadi (waterborne transmission).
penurunan produksi adalah adanya Penyakit WSSV dapat
penyakit WSSV (White spot Syndrom menyebabkan kematian massal pada
Virus). Menurut Alifuddin (2003) dan udang udang vaname sampai 100%
Witteveldt (2004), serangan penyakit selama 2-7 hari baik di panti pembenihan
WSSV di Indonesia pertama kali di maupun di tambak sehingga produksi
laporkan pada area pertambakan udang menurun. Di dalam sistem budidaya,
vaname di Tangerang, Serang, dan virus ini dapat ditransmisikan lewat
Karawang pertengahan tahun 1994 proses kanibalisme udang yang baru mati

2
Jurnal Marikultur Fauziati & Yulianti (2022)

atau lewat air yang memang sudah magnetic stirrer menghomogenkan gel
terkontaminasi (Chang et al., 1996). agaros, timbangan analitik untuk
Pendekatan yang dapat dilakukan adalah menentukan jumlah sampel yang akan di
melalui pemanfaatan teknik polymerase uji dan jumlah agaros yang di gunakan,
chain reaction (PCR) yang bekerja secara labu erlenmeyer penyimpanan agaros,
spesifik dan sensitive. Teknik PCR dapat Sentrifuge penyimpanan supernatant,
digunakan untuk pemeriksaan virus pada Sarung tangan untuk menghindari
udang vaname terutama yang di kontaminasi, dan vortek untuk
budidayakan. Keberadaan virus dapat mencampurkan larutan.
dilacak sejak dini dari DNA/RNA virus
yang jumlahnya sedikit dapat dilihat Pengambilan sampel

dengan PCR. Untuk mengetahui ciri-ciri naupli


yang baik dapat dilihat dari warna naupli
METODE PENELITIAN yang berwarna oranye kemerahan,
Waktu penelitian fototaksis positif, bergerak aktif dan
sifatnya yang mengumpul diatas
Penelitian ini dilakukan pada
permukaan (SNI Benih Udang Vaname,
bulan Februari hingga Maret 2022 di
01-7252-2006). Prosedur kerja penelitian
Laboratorium Karantina Ikan
ini adalah dengan pengambilan sampel
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
yang diduga terinfeksi WSSV. Sampel
Perikanan (SKIPM) Aceh.
yang diambil untuk pemeriksaan WSSV
Alat dan bahan yaitu meliputi seluruh bagian tubuh.

Alat yang di gunakan untuk Ekstraksi Virus


peneltian ini adalah tabung sentrifuge
sebagai wadah sampel yang akan di uji, Selanjutnya di bawa ke
pipet tips sebagai tempat dari sampel laboratorium untuk dilakukan
yang di campur, elektroforesis untuk penimbangan sampel sebanyak 20 mg.
visualisasi DNA, mikropipet Kemudian menghancurkan sampel udang
pengambilan sampel, hotplet untuk yang telah ditimbang, lalu tambahkan
tempat pemanasan agaros, elektroforesis atau campurkan dengan cairan nuclei
pemisahan DNA, tray elektroforesis lysis solution, tambahkan 3 µL larutan
untuk pembentukan atau pencetak agaros, RNasesolution ke dalam larutan nucleid

3
Jurnal Marikultur Fauziati & Yulianti (2022)

atau jaringan dan campurkan hingga dilengkapi dengan sisir dan cairan TAE
homogen, lalu inkubasi selama 15 menit sebanyak 100 ml dan aguades 900 ml
o
pada suhu 37 C dan kemudian di untuk membentuk sumur-sumur gel
diamkan pada suhu pendinginan, lalu agarros. Setelah agarose dingin, dengan
tambahkan 200 µL larutan protein sangat hati-hati sisir tray diangkat
perecipitation solution, vortex dan dingin kemudian gel dimasukkan kedalam
kan pada es selama 15 menit, sentrufuge elektroforesis apparatus yang telah diisi
pada 13,000-16,000 xg selama 4 menit dengan TAE 1 x sebagai buffer
dan pindahkan supernatant ke dalam elektroforesis. Running elektroforesis.
tabung baru yang telah berisi 600 µL Untuk mengetahui apakah suatu sampel
isopropanol, kemudian campurkan secara terinfeksi dengan virus WSSV (White
perlahan dengan membolak-balik tabung, Spot Syndrome Virus). Setelah semua
lalu sentrifugasi pada 13,000-16,00 µL hasil PCR diinjeksikan kedalam sumur-
selama 1 menit, kemudian buang sumur gel elektroforesis, selanjutnya
supermatant dan tambahkan 600 µL elektroforesis dijalankan dengan selama 1
larutan etanol 70% kemudian campurkan jam. Selanjutnya untuk mengetahui ada
hingga merata Sentrifugasi selama 1 menit, tidaknya infeksi WSSV (White Spot
Kering-anginkan etanol selama 15 menit Syndrome Virus) terhadap sampel-sampel
lalu kemudian Rehidrasi DNA dalam 100 yang dideteksi makangel hasil
µL larutan DNA Rehydration solution elektroforesis diamati menggunakan
selama 1 malam pada suhu 65 oC. UVDOCK yang sekaligus dilakukan
pengambilan foto.
Elektroporesis

Penggunaan elektroporesis HASIL DAN PEMBAHASAN

dimulai dari persiapan gel agarose.


WSSV merupakan virus penyebab
Selanjutnya agarose ditimbang sesuai
White spot disease (WSD) pada udang.
dengan keperluan, kemudian dilarutkan
Virus DNA dari famili Nimaviridea dan
dalam larutan TAE 1 x. Konsentrasi
genus Whispovirus ini dapat hidup di
agarose yang digunakan dalam penelitian
kolam selama 3-4 hari. WSSV
ini adalah 1,5%. Dengan menggunakan
menyebabkan perubahan histopatologis,
pemanas (hotplate) agarose dilarutkan
kerusakan hampir semua jaringan,
sampai mendidih dan jernih kemudian
hypertrophy, dan ditemukan badan
dicetak dalam tray agarose yang telah

4
Jurnal Marikultur Fauziati & Yulianti (2022)

inklusi berwarna esinofilik atau basofilik Ini bertujuan untuk mendeteksi sampel
yang dikenal dengan Cowdry Type-A pemeriksaan sumber atau asal
inclusion body (Lightner, 1996). pemeliharaan. Apabila tidak menunjukan
Beberapa jenis virus lainnya yang gejala, sampel ikan diambil secara acak
termasuk dalam hama dan penyakit ikan dan jumlah sampel tergantung populasi.
karantina menurut Keputusan Menteri Prosedur pengambilan contoh uji untuk
No.26/MEN/2013 yang telah mewabah di pemeriksaan Virus WSSV (White Spot
Wilayah Sulawesi Selatan adalah: White Syndrom Virus) dilakukan dengan
spot syndrome virus (WSSV), Monodon menggunakan Sistem Pool. Metode
Baculovirus, Yellowhead Virus (YHV) pengambilan dengan Sistem Pool
dan Koi Herpes Virus (KHV), sedangkan digunakan untuk menetapkan status bebas
yang telah mewabah di Indonesia adalah suatu penyakit pada zona / wilayah /
Infectious hypodermal and kompartemen tertentu. Penentuan
haematopoietic necrosis virus (IHHNV), besaran contoh uji pada suatu populasi
Monodon baculovirus, Yellowhead virus berdasarkan Martin et al. (1987)
(YHV), White spot syndrome virus menggunakan pendekatan tingkat akurasi
(WSSV), Viral nervous necrosis virus 95%.
(VNNV), Herpes Virus Ictaluri, Taura
Syndrome Virus (TSV), Megalocyti
Virus, Infectious Myinecrotic Virus
(IMNV) dan Koi Herpes Virus (KHV).
Sampel yang diambil untuk
keperluan pemeriksaan berupa benur
udang vaname hidup (Gambar 1). Secara
kasat mata benur terlihat gerakan gesit
Gambar 1. Sampel benur udang vaname
dari benur. Menurut BBL Lampung,
(2002), dalam pengambilan sampel Target organ pemeriksaan virus
mencatat semua data sejarah sampel pada seluruh tubuh benih udang vaname.
tersebut yang meliputi: waktu Pemeriksaan virus dilakukan dengan
pengambilan sampel, gejala klinis, metode Polymerase Chain Reaction
spesies, umur, berat, sumber atau asal (PCR). PCR merupakan teknik biologi
pemeliharaan, asal induk dan lain-lain. molecular untuk mereplikasi DNA secara

5
Jurnal Marikultur Fauziati & Yulianti (2022)

enzimatis tanpa mengunakan organisme Proses pemeriksaan virus terdiri


hidup. Teknik ini memungkinkan dari tiga tahapan berupa ekstraksi
sejumlah kecil molekul DNA untuk DNA/RNA dilanjutkan dengan proses
diperbanyak jumlahnya secara amplifikasi dan ditutup dengan proses
eksponensial sehingga analis dapat elektroforesis. Analisa hasil berupa
melakukan dengan mudah. PCR pembacaan foto hasil gel elektroforesis
digunakan untuk memperbesar bagian yang telah diwarnai dengan Ethidium
(fragmen) tertentu dari rantai DNA Bromide.
dengan panjang rantai yang sangat Proses ekstraksi DNA
pendek. Dalam mengkopi DNA, PCR menggunakan DNA Lysis Buffer (IQ-
menggunakan enzim polymere 2000) sedangkan untuk ekstraksi RNA
thermostabil dengan cepat (Sitohang dkk, menggunakan RNA Estration solution
2022). Satu duplikat rantai DNA dengan (IQ-2000). Hasil ekstraksi diamplifikasi
panjang 1 kbp, 1011 rantai duplikatnya menggunakan primer sesuai jenis
dapat dibuat hanya dalam beberapa jam. penyakit virus yang akan dideteksi.
Berdasarkan hasil elektroporesis Tahap amplifikasi secara prinsipil
PCR WSSV terlihat bahwa sampel udang terdapat 3 fase yaitu denaturasi atau
vaname negatif terinfeksi WSSV. Hal ini pemisahan struktur, anealling atau
dapat dilihat pada (Gambar 2). penyambungan dan yang terakhir
amplifikasi atau pengkopian.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil uji yang


dilakukan dapat disimpulkan bahwa
941bp sampel udang vannamei yang diamati
berdasarkan analisis PCR terdeteksi
negatif dari jenis virus White Spot
Syndrome Virus (WSSV).
Gambar 2. Visualisasi DNA hasil PCR

Keterangan :
1 = Sampel uji
2 = Kontrol Negatif
3 = Kontrol positif

6
Jurnal Marikultur Fauziati & Yulianti (2022)

DAFTAR PUSTAKA Sing, CP., D.H. Tasi, C.Y., Huang,


C.H., Wang, H.C., Chiang, C.F.
Alifuddin, M., Dana, D., Malole, M.B., Lo. 1996. Development and
Pararibu FH. 2003. Pathogenesis Evaluation of Dot Blot Analysis
infeksi WSSV (White Spot for Detection of White Spot
Syndrome Virus) pada Udang Syndrome Baculovirus (WSVB)
Windu (Penaeus monodon Fab). J in Penaeus monodon.
Akuakultur Indonesia 2: 85-92. Sing, CP., C. F. Lo, Y.C. Wang. dan
Badan Standarisasi Nasional. 2006. SNI G. H. Kou .1996. Identification of
Benih udang vaname (Litopenaeus white spot syndrome associated
vannamei) kelas benih sebar – SNI baculovirus (WSBV) target
01-7252-2006. Badan Standarisasi organs in the shrimp Penaeus
Nasional. Jakarta monodon by in situhybridization.
Balai Buidaya Laut Lampung. 2002. Dis. Aquat. Organ. 27: 131–139.
Pengelolaan Kesehatan Ikan Sing, C.P., H.C. Chen, dan Y.C. Wang.
Budidaya Laut. Balai Budidaya 1998. Detection of White Spot
Laut Lampung. Lampung Syndrome Asociated Baculovirus
Boyd. 1990. Water Quality In Pond For in Eksperimentally Infected Wild
Aquaculture. Auburn University Shrimp, crab andLobsters by in
Alabama. Situ Hybridization Aquacult. 164:
Faruza. 2014. Teknik Diognosa 233-242.
Penyakit Ikan. Sitohang, S., Prasetyo, D., Noer, Z.,
http://www.academia. dkk. Pengantar Bioteknologi.
edu/4876626/teknik_diagnosapen Tohar Media. Makassar. Pp 209.
yakit ikan [5 Maret 2014]. Sulistinarto, D. 2008. Manajemen
Haliman, R.W., dan Adijaya, S. 2005. Pemeliharaan Budidaya Udang
Udang vannamei pembudidayaan Berwawasan Lingkungan. Balai
dan prospek pasar udang putih Budiday. Air Payau, Jepara.
yang tahan penyakit. Penebar Suyanto, S.R, dan A. Mujiman. 2003.
Swadaya. Jakarta. Budidaya Udang Windu. Penebar
Lightner, D.V. 1996. A Handbook of Swadaya. Jakarta.
Shrimp Pathology and Tricahyo, E., 1995. Biologi dan Kultur
Diagnostic Procedures for Udang Winduh (Panaeus
Diseases of Cultured Penaeid, monodon FAB). Akademika
Shrimp World Aquaculture Persindo. Jakarta.
Society, Baton Rouge, Louisiana, Wittefeldt, J., Cifuentes, C.C., Vlak,
USA. 304 p. J.M., Van Hulten, M.C.W. 2004.
Mahardika, K., Zafran, dan I. Protection of Penaeus monodon
Koesharyani. 2004. Deteksi Against WSSV (White Spot
WSSV (white spot syndrome Syndrome Virus) by Oral
virus) pada udang windu Vaccination. Journal Virology 78:
(Penaeus monodon) di Bali dan 2057-2061.
Jawa timur menggunakan metode
polymerase chain reaction (PCR).
Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia, 10 (1): 55-60.

Anda mungkin juga menyukai