Anda di halaman 1dari 11

PENYAKIT INFECTIOUS MYO NECROSIS VIRUS (IMNV)

PADA UDANG VANAME (Litovenaeus vannamei)

Tugas terstruktur
Hama dan Penyakit Ikan

Oleh :

Azi Bersa 22742004

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis juga menyampaikan banyak terimakasih kepada dosen pengampu
mata kuliah ibu Linuwih Aluh Prastiti, S.Pi., M.Si. dan PLP ibu Mulya, A.Md. yang
telah membimbing dalam penyususnan makalah.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hama dan
Penyakit ikan. Dalam makalah ini, penulis membahas mengenai Penyakit Infectious
Myonicrosis Virus (IMNV). Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.

Bndar Lampung, 07 Desember 2023

Azi Bersa
NPM : 22742004

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................................2
BAB II ..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................3
2.1 Infectious Myo nicrosis Virus (IMNV) .......................................................................3
2.2 Gejala Penyakit IMNV ...............................................................................................4
2.3 Faktor Resiko IMNV ..................................................................................................4
2.4 Pencegahan dan pengendalian penyakit Infectious Myo nicrosis Virus ....................5
BAB III .................................................................................................................................7
PENUTUP............................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................................7
3.2 Saran ........................................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Udang putih vaname (Litopenaeus vannamei) mulai diintroduksi ke
Indonesia tahun 1999 sebagai alternatif udang budidaya selain spesies udang lokal
yaitu udang windu (Penaeus monodon) dan udang jerbung (Panaeus merguensis).
Pemerintah Indonesia memperbolehkan impor udang vaname pada tahun 2000
untuk keperluan penelitian. Udang vaname kemudian diimpor dari Taiwan dan
Hawaii. Berdasarkan Keputusan Menteri No.4/2001, impor udang vaname
diizinkan untuk dibudidayakan tetapi hanya induk udang berkualitas unggul dan
bebas penyakit yang boleh diimpor. Akhir tahun 2007 udang vaname telah
dibudidayakan secara intensif setidaknya di 17 provinsi di Indonesia (Jawa Timur,
Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat,
Lampung, Sumatera Selatan, Riau, Bengkulu, Sumatera Barat, Sumatera Utara,
Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat
(Taukhid & Nuraini, 2009).
Saat ini udang vanamei (Litovenaeus vannamei) menjadi salah satu
komoditas andalan bagi petambak di Indonesia Dalam melakukan budidaya udang
vanamei. Indonesia merupakan negara urutan keketiga terbesar penyuplai udang
vanamei ke Amerika dengan volume ekspor mencapai 174.583 metrik ton, setelah
India dan Ekuador. Indonesia Berada pada urutan keempat dari enam negara
produsan penghasil udang vanamei terbesar di dunia yaitu India, China, Ekuador,
Indonesia, Thailand, dan Vietnam.
Salah satu kendala yang menjadi tantangan terbesar bagi para pembudidaya
merupakan serangan penyakit IMNV (Infectious Myonicrosis Virus). Berbagai
daerah di indonesia yang memproduksi udang vanamei perlu dilakukan pemantauan
terhadap penyakit untuk mengetahui potensi resiko penyebaran dan penularan
penyakit IMNV di Indonesia.
Penyakit IMNV biasanya terjadi secara akut di tambak dengan tingkat
kematian yang tinggi dan gejala klinis pada udang muda, kemudian perjalanan
penyakit menjadi kronis dengan tingkat kematian mencapai 40-70% (Lightner et
al.,2004). Penularan IMNV terjadi secara horizontal karena kanibalisme dan

1
melalui air, sedangkan penularan secara vertikal diduga terjadi dari induk ke benur
(Naim et al., 2014).
Pengendalian penyakit Infectious Myo Necrosis Virus (IMNV) dapat
dilakukan dengan penerapan Biosecurity, dengan cara penataan tata letak tambak
yang baik, management air yang masuk dan keluar dengan baik, serta memastikan
peralatan dan kondisi lingkungan yang digunakan steril. Selain itu juga dapat
menelakukan pergantian air 10-40%, dan penggunaan bakteri probiotik. Dengan
penerapan pelaksanaan pengendalian yang baik diharpkan dapat menurunkan
potensi terserang nya penyakit Infectious Myonicrosis Virus (IMNV) pada
komoditas budidaya udang vanamei (Ismail, 2019).

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Hama dan Penykit Ikan, serta memperkuat penguasaan dan pemahaman
terhadap penyakit Infectious Myo Necrosis Virus (IMNV) pada udang vaname
(Litovenaeus vannamei).

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Infectious Myo nicrosis Virus (IMNV)


Nuraini, (2007) menyatakan di Indonesia IMNV diketahui sudah
menyerang udang putih yang dibudidayakan di tambak di kecamatan
Kapongan kabupaten Situbondo dengan tingkat prevalensi pada sekitar bulan
mei tahun 2006 sebesar 11,11%. meskipun pada saat dilakukan survey di
Kabupaten Situbondo terdeteksi adanya IMNV dengan prevalensi sebesar
100 %. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa di daerah lain saat
ini sudah terdeteksi IMNV. Hasil survey dan analisa sampel udang putih di
Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan Balai Budidaya Ikan
Payau (BBAP) Situbondo dari tahun 2006 sampai pertengahan tahun 2007
menunjukkan bahwa IMNV sudah menyebar di daerah pertambakan Kabupaten
Probolinggo, Banyuwangi dan Kalimantan Selatan (Nuraini, 2008). Budidaya
udang vannamei di Indonesia makin berkembang, sehingga perlu dilakukan
penelitian tentang distribusi IMNV pada udang vannamei di pantai utara Jawa
Timur.

Gambar 1.
Udang yang terserng penyakit IMNV

Penyakit Infectious Myo necrosis Virus disebab kan oleh dsRNA totivirus
(speherical 40 nm), virus jenis ini biasanya menyerang udang pada stadia post larva,
juvenil, dan udang dewasa. Virus ini dapat menyerang berbagai macam jenis udang
seperti udang Vanamei (Litopanaeus vanamei), udang windu (Panaeus monodon),
Udang rostris (Litopanaeus stylirostris), dan Panaeus subtilis.

3
2.2 Gejala Penyakit IMNV
Udang yang terinfeksi penyakit IMNV akan menunjukkan gejala yang khas.
Beberapa gejala yang umum terjadi adalah Otot pada bagian ekor berubah menjadi
putih pucat kemudian kemerahan seperti udang yang dimasak, udang menjadi
lemah, kematian mendadak, dan perubahan perilaku seperti kurangnya nafsu makan
dan aktivitas yang menjadi lamban, serta hepatopankreas mengecil dengan
kandungan lipidnya kecil. Udang yang terinfeksi juga cenderung berkumpul di
dasar kolam atau wadah budidaya. Selain itu, mereka juga dapat mengalami
pembengkakan pada mata dan berat badan yang tidak normal. Penting untuk segera
mengidentifikasi gejala-gejala ini agar langkah-langkah pengendalian dapat
dilakukan dengan cepat dan efektif.

2.3 Faktor Resiko IMNV


Penyakit IMNV telah menyebar ke berbagai wilayah budidaya udang di
dunia. Penyebaran penyakit ini dapat terjadi melalui berbagai jalur, termasuk
perpindahan udang yang terinfeksi, kontaminasi air atau air laut yang
terkontaminasi, serta melalui jasad renik atau organisme lainnya yang terinfeksi.
Faktor cuaca, kondisi air, kepadatan budidaya, dan pemeliharaan lingkungan juga
berperan dalam penyebaran penyakit ini. Oleh karena itu, langkah-langkah
pencegahan dan pengendalian yang tepat sangat penting untuk meminimalkan
risiko penyebaran penyakit IMNV di kolam atau wadah budidaya udang.
Ada beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi tingkat keparahan dan
prevalensi penyakit IMNV pada udang Vanamei. Salah satu faktor risiko utama
adalah kepadatan budidaya yang tinggi. Udang yang hidup dalam kepadatan tinggi
cenderung lebih rentan terhadap infeksi karena mempercepat penyebaran virus
antara individu udang. Selain itu, faktor lingkungan seperti keasaman air, suhu, dan
salinitas juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan virus IMNV.
Ketidakseimbangan nutrisi, pola pemberian pakan yang tidak tepat, dan stres pada
udang juga dapat menjadi faktor risiko yang meningkatkan kejadian penyakit
IMNV.

4
2.4 Pencegahan dan pengendalian penyakit Infectious Myo nicrosis Virus
Berbeda dengan ikan, pada krustasea, vaksinasi umum tidak berhasil karena
mereka mempunyai vaksinasi memori dalam sistem kekebalan mereka. Penelitian
di bidang vaksinasi terhadap virus krustasea penyakit sebagian besar berorientasi
pada RNAi. Stimulasi imun dengan pemberian dsRNA spesifik urutan perlindungan
terhadap penyakit virus sasaran. Hanya ada sedikit penelitian mengenai pecegahan
IMNV karena sebagian besar penelitian dilakukan untuk karakterisasi IMNV.
Namun untuk pertama kalinya Loy et al., (2012) telah melaporkan bahwa dosis
tunggal rendah (0,02 mg) dari fragmen 81 atau 153 bp (dsRNA95-475), dengan
urutan yang sesuai dengan protein pembelahan putatif 1 di ORF1 memberikan
Perlindungan 100% terhadap IMNV dan resisten terhadap infeksi berikutnya
selama 50 hari kemudian dengan dosis virus 100 kali lipat lebih besar.
Salah satu cara yang paling
baik dalam pengendalian hama dan
penyakit adalah dengan penerapan
Bioscurity. Kent et al., (2020)
menyebutkan perlunya protocol
biosecurity terhadap komoditas
yang baru masuk yang dilakukan
secara ketat dan berlapis, yaitu
induk harus berasal dengan status
kesehatan yang jelas dan induk
tersebut masuk dikarantina dalam jangka waktu tertentu. Induk didesinfeksi
sebelum dimasukkan ke kolam dan dilakukan test PCR pada benih (F1) yang
dihasilkan untuk memastikan bebas penyakit, baru kemudian benih dipindahkan ke
fasilitas utama.
Tindakan karantina terhadap induk udang yang baru memasuki farm
merupakan suatu langkah mencegah masuknya penyakit yang mungkin terbawa
oleh induk. Unit usaha pembenihan menggunakan induk udang SPF yang
dilengkapi dengan sertifikat kesehatan dari negara atau daerah asal. Pengujian ulang
penyakit secara laboratoris terhadap penyakit dilakukan terhadap induk selama

5
masa karantina sebagai langkah untuk memastikan bahwa induk yang digunakan
bebas dari penyakit.
Selain itu benih yang akan dikeluarkan dari unit pembenihan dan dibesarkan
di tambak sebaiknya juga dilakukan uji laborotorium guna memastikan benih bebas
penyakit, sehingga kegagalan panen dapat diminimalkan (Rahman et al., 2018).
Selain penerapan biosecurity pencegahan penyaki IMNV dapat juga
melakukan beberaapa upaya diantaranya :
a) Mencegah terjadinya perubahan lingkungan yang ekstrim

dengan menjaga kualitas air tetap stabil.


b) Mengurangi stres pada udanag yang dipelihara.

c) Melakukan disenfeksi penyaringan terhadap air yang masuk

kedalam tambak.
d) Mengambil dan memusnahkan udang yang telah menunjukan

gejala-gejala seperti tersebur diatas?


e) Melakukan pergantian air.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bioscutyri yang dapat diterapkan dalam penanggulangan penyakit
diantaranya adalah memperhatikan asal induk dengan baik, penggunaan induk yang
bebas penyakit untuk menjamin kesehatan sehingga penyebaran penyakit dapat
diminimalkan, melakukan karantina terhdap induk, melakukan uji FCR terhadap F1
dari induk yang baru, dan melakukan uji labolatorium terhadap benih sebelum di
lakukan pembesaran atau dijual. Saat ini belum ada obat untuk penyakit IMNV.

3.2 Saran
Sebaik nya dalam melakukan budidaya harus lebih memperhatikan dan
menetapkan tindkn penceghn sebelum terserang penyakit, karena banyak sekali
penyakit udanb yang saat ini belum di temukan obat nya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Ismail. 2019. Pengendalian Penyakit Infectious Myo Necrosis Virus (IMNV) Pada
Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei Boone) Tambak Sistem
Intensif Di CV. Untung Jaya Probolinggo, Jawa Timut. Jurusan Budidaya
Perikanan, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Tugas ahir.
Kent ML, Sanders JL, Spagnoli S, AlSamarrie CE, Murray KN. 2020. Review of
diseases and health management in zebrafish Danio rerio (Hamilton 1822)
in research facilities. J. Fish Dis. 43:637–650.
Lightner D. V., Pantoja C. R., Poulos B. T., Tang K. F. J., Redman R. M., Andrade
T. P., Bonami J. R. 2004. Infectious Myo Necrosis: New Disease In Pacific
White Shrimp. Global Aquaculture Advocate 7: 85.
Loy J., Mogler M., Loy D., Janke B., Kamrud K., Scura E., Bartholomay L., 2012.
DsRNA provides sequence-dependent protection against infectious Myo
Necrosis virus in Litopenaeus vannamei. J. Gen. Virol. 93, 880-888.
Naim S., Brown J. K., Nibert M. L. 2014. Genetic diversification of penaeid shrimp
infectious Myo Necrosis virus between Indonesia and Brazil. Virus
Research 189: 97-105.
Nuraini, Y.L. 2007. Virus Myo ; Situbondo Diserang Brazil. www.trubus-
online.co.id. Malang. Di Akses Tanggal 16/ 12/ 2023. 2008. Prevalensi
dan Perubahan Histopatologik Infectious Myo Necrosis (IMN) Pada Udang
Putih (Litopenaeus vannamei) Di Jawa Timur. Program Pasca Sarjana.
Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
66 hal.
Rahman MM, Keus HJ, Debnath P, Shahrier MB, Sarwer RH, Kudrat-E-Kabir
QAZM, Mohan CV. 2018. Benefits of stocking white spot syndrome virus
infection free shrimp (Penaeus monodon) post larvae in extensive ghers of
Bangladesh. Aquaculture. 486:210–216.
Taukhid, Nuraini YL. 2009. Infectious Myo Necrosis virus (IMNV) in Pacific white
shrimp (Litopenaeus vannamei) in Indonesia. The Israeli Journal of
Aquaculture – Bamidgeh 61: 255-262.

Anda mungkin juga menyukai