Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Perekayasaan Budidaya Air Payau dan Laut No.

14 Tahun 2019
Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo. © 2019.

PENYEDIAAN CALON INDUK UDANG VANAME


(Litopenaeus vannamei) TAHAN PENYAKIT

Siti Subaidah1, Fatmawati2 , Fachrurozi3, dan Jati Waluya4

Abstrak

Performa induk unggul udang vaname tidak hanya diukur dari kecepatan pertumbuhan
saja tetapi juga dibarengi dengan bebas dan tahan penyakit. Pengujian dilakukan dengan
program seleksi famili, yaitu memilih 12 famili dari 30 famili yang dibentuk, kemudian dilakukan
uji paparan penyakit secara alami dengan memelihara PL10 dari 12 famili tersebut pada
waring 1 x 1 x 1 M yang ditempatkan pada tambak komersial yang endemi terhadap IMNV
dan EHP. Pengujian pada 30 hari pertama menunjukkan survival rate 10 famili masih diatas
90%, dan 2 famili 70%. Pemeliharaan dilanjutkan sampai 60 hari, udang sudah mulai terlihat
gejala nafsu makan berkurang, lemah dan ekor memutih. Kemudian dilakukan test PCR
terhadap 12 famili tersebut, hasilnya menunjukkan bahwa hanya 3 famili yang bebas/negatip
terhadap IMNV, TSV, WSSV, IHHNV, EHP. Dengan refferensi 3 famili ini calon induk tahan
penyakit dibesarkan pada bak beton 60 M3 sampai menjadi induk. Pertumbuhan calon induk
untuk galur tahan penyakit terlihat lebih lambat dari pemeliharaan induk yang mengutamakan
pertumbuhan (dipelihara pada kondisi terkontrol) yang membutuhkan waktu hanya 5 – 6 bulan
sudah memenuhi syarat untuk bobot induk. Hal ini diprediksi bahwa tidak ada dua gen yang
bisa bekerja sekaligus yaitu gen tumbuh cepat dan gen tahan penyakit.

Kata Kunci: Seleksi Famili, Induk Tahan Penyakit, Gen Tahan Penyakit

Abstract : Stocking of White Shrimp (Litopenaeus vannamei) Candidate Broodstock


Provisioning Disease Resistant

Performance of vanamei shrimp broodstock superior not only measured the speed of
growth but also coupled with free and disease resistant. Testing conducted with the program
selection in the family, i.e. selecting the 12 families from 30 the shaped, then performed a test
exposure to disease naturally by keeping the 12 family of PL10 on net size 1 x 1 x 1 M and
placed on the Pond commercial against endemic IMNV and EHP. Testing on the first 30 days
showed a survival rate of 10 families still above 90%, and 70% for 2 family. Maintenance
continued until 60 days, the shrimp have started noticeable symptom of reduced appetite,
weak and whitetail. Then conducted test PCR against those in the 12 families, the results show
that only 3 free family is negative of TSV, IMNV, WSSV, IHHNV and EHP. With the 3 families
as a reference of candidate broodstock disease resistant grew up on a concrete tub of 60 M3
to be a broodstock. Prospective of growth broodstock for disease resistant strain looks slower
than the maintenance of the broodstock that prioritizes growth (kept in controlled conditions)
which takes only 5 – 6 months already qualified for broodstock weights. It is predicted that no
two genes that can work at a time that is growing rapidly gene and disease resistant gene.

Keywords: Family Selections, Broodstock Disease Resistant, Disease Resistant Gene.

1 Perekayasa pada BPBAP Situbondo


2 Perekayasa pada BPBAP Situbondo
3 Litkayasa pada BPBAP Situbondo
4 Pengendali Hama dan Penyakit Ikan pada BPBAP Situbondo

41
No. 14 Tahun 2019 PENYEDIAAN CALON INDUK UDANG VANAME 42
(Litopenaeus vannamei) TAHAN PENYAKIT

I. PENDAHULUAN osmotiknya terhadap osmoregulasi dan


pengaruh tidak langsung salinitas
1.1. Latar Belakang mempengaruhi organisme akuatik melalui
perubahan kualitas air (Lantu, 2010).
Salah satu tujuan utama program seleksi
Infectious myonecrosis (IMN) adalah
adalah untuk meningkatkan produktivitas benih
penyakit viral pada udang Penaid yang
yang sudah ada dan atau baru dikembangkan.
disebabkan oleh Infectious myonecrosis virus
Peningkatan dapat dilakukan melalui
(IMNV). IMNV diketahui dapat menyebabkan
peningkatan laju pertumbuhan dan
penyakit yang berbahaya dan kematian pada
kelangsungan hidup ikan (Kirpichnikov, 1981).
inang Penaid vannamei atau udang vanamei.
Secara mendasar seleksi dapat dibedakan
Wabah IMNV dapat menyebabkan kematian
menjadi seleksi individu/massa dan famili. Pada
yang cukup tinggi sebagai akibat stress karena
seleksi famili, hubungan famili merupakan faktor
guncangan pakan, perubahan yang drastis pada
yang penting dan rata-rata famili dibandingkan
salinitas dan temperature. (Nuraini et al, 2007)
untuk mengambil keputusan selanjutnya.
Selain itu penyakit viral ini dapat ditularkan
Sedangkan seleksi individu adalah memilih
secara horizontal maupun vertical/ menurun
secara individu dari satu populasi yang besar,
secara genetic (OIE, 2012). Menurut Nur’aini et
sehingga diharapkan dapat diperoleh individu-
al, 2007 persentase kematian udang berbobot 6-
individu yang unggul.
10 g/ekor akibat serangan virus itu lebih besar
Pemuliaan ini dilakukan agar nilai
dari 50%.
pengembangbiakan (breeding value) dari suatu
Sebuah kalkulasi di majalah dagang
populasi dapat meningkat melalui seleksi, serta
menyebutkan bahwa kerugian ekonomi akibat
menghasilkan udang yang lebih baik (udang
IMN pada industri budidaya udang Brazil tahun
yang tumbuh lebih besar, lebih berat, lebih tahan
2002-2004 diperkirakan mencapai 20 juta dolar
penyakit, dan sebagainya). Tujuan akhir adalah
(Nunes et al.,2004) atau kurang lebih 200 milyar
agar induk udang yang terpilih dapat
rupiah. Perkiraan terbaru kerugian akibat IMN di
menurunkan sifat keunggulannya pada
Brazil mencapai lebih dari $100 million (OIE,
turunannya. Produksi induk udang vaname
2007) atau sekitar 1 trilyun rupiah.
sangat dibutuhkan untuk mendukung kegiatan
Ada beberapa alternatif pencegahan yang
pembenihan udang vaname baik skala rumah
dapat dilakukan diantaranya adalah menebar
tangga (backyard hatchery) ataupun skala
bibit dan benur bebas IMNV, penggunaan
industri yang berkelanjutan.
tandon air, mempercepat panen, dan
WSSV merupakan penyakit yang paling
penambahan vitamin C untuk memperkuat
banyak menimbulkan kerugian secara ekonomi,
kondisi tubuh vannamei, vaksinasi, penggunaan
diperkirakan lebih dari 300 juta dollar AS per
probiotik, dan immunostimulant. Yang tak kalah
tahun (Rukyani, 2000). WSSV dapat
penting meminimalkan guncangan lingkungan
menginfeksi stadia post larva (PL) sampai udang
serta mengatur pola tanam dalam kawasan
berukuran 40 gram, yang dapat menyebabkan
budidaya. Namun dari sejumlah alternatif itu,
tingkat kematian udang mencapai 100% antara
pengelolaan tambak yang terprogram lebih baik.
3-10 hari setelah terjadi gejala klinis.
(Nur’aini et al., 2007).
Penyebaran WSSV dapat secara vertikal
EHP adalah mikrosporidia seperti jamur
melalui induk menularkan ke larvanya dan
yang termasuk dalam kelompok "microsporidia",
secara horizontal melalui air (waterborne
merupakan parasit intraseluler obligat.
transmission), kotoran udang yang terinfeksi,
Microsporidia patogen di mana-mana dan
kanibalisme, makanan alami/segar jenis
merupakan komponen penting dari ekosistem
krustasea dan hama tambak jenis krustasea
darat dan perairan di seluruh dunia.
(Kono et al., 2004). Dalam sistem budidaya,
microsporidia ini ditemukan di semua jenis
WSSV dapat ditransmisikan melalui air yang
lingkungan, dari rembesan metana laut dalam,
terkontaminasi. Penyakit WSSV di Taiwan
lingkungan darat termasuk rumah sakit. Infeksi
meledak pada musim penghujan, musim panca
mikrosporidia telah dilaporkan terjadi di
roba dan musim dingin. Di benua Amerika,
arthropoda air yang hidup pada berbagai habitat
kematian P. vannamei akibat WSSV paling
seperti danau air tawar, sungai, muara, badan
banyak terjadi pada musim dingin. Hal ini
air sementara, garis pantai, payau, dan
dikarenakan faktor suhu dan salinitas menurun
lingkungan laut termasuk dasar laut dalam.
secara tiba-tiba dan hal ini menyebabkan stres
(CIBA, 2016).
pada udang, sehingga udang mudah terserang
Spora EHP dapat dideteksi dengan
penyakit seperti WSSV (Soetrisno, 2004).
mikroskop cahaya menggunakan pembesaran
Pengaruh langsung salinitas yaitu efek
100 x pada jaringan hepatopancreas (HP) yang
43 SUBAIDAH, ET AL. Jurnal Perkeyasaan Budidaya Air Payau dan Laut
Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo. © 2019.

dibuat dengan teknik histologis atau preparat 2.2. Metode Kerja


ulas HP menggunakan pewarnaan spesifik. a. Penyiapan Benih Calon Induk Untuk Galur
Dalam jaringan hepatopancreatic (HP) dengan Tahan Penyakit
pewarnaan hematoxylin eosin (H & E), sel epitel
- 300 pasang induk dari populasi sumber
tubulus HP menunjukkan adanya badan inklusi
tertentu dikondisikan tenang dan diberi
basophilik intrasitoplasma. Spora berbentuk
pakan segar (cacing, tiram), dipelihara
elips ukuran 1,1 ± 0,2 dengan 0,6-0,7 ± 0,1 µm.
dalam wadah terpisah jantan dan betina;
(NACA, 2015).
- Dilakukan ablasi mata, dalam waktu ± 1
Sampel yang memiliki gejala White Feses
minggu induk mulai matang telur;
Disease dengan menggunakan hasil analisa
- Setelah matang telur massal (minimal
PCR dapat disimpulkan bahwa keseluruhan
10 ekor MT/hari), diambil induk MT ± 30
sampel terdeteksi EHP (Enterocytozoon
ekor selama 3 hari berturut-turut,
Hepatopeneaid). Dengan menggunakan deteksi
dikawinkan dan dipijahkan 1 ekor induk
PCR, udang yang sedang mengalami gejala
1 wadah, dipilih naupli yang kualitasnya
berak putih maupun yang sudah mengalami
bagus, diperoleh minimal 21 wadah/ 21
recovery selama 1 bulan juga terdeteksi positif
famili;
EHP (Enterocytozoon Hepatopeneaid) baik
- Naupli dipelihara di bak fiber volume 500
pada HP, feses maupun usus. Pleopoda pada
L;
udang yang sedang mengalami gejala berak
- Dipelihara sampai PL10 (insang
putih (kode w) terdeteksi positif EHP sedangkan
sempurna) dengan pola nutrisi dan
spora EHP tidak ditemukan pada otot udang.
lingkungan yang ideal;
(Hanggono dkk, 2018).
- Dilakukan penghitungan survival rate
Oleh sebab itu dibutuhkan benih yang
terhadap masing-masing famili, dan
tahan terhadap penyakit yang sering menyerang
dipilih 12 famili terbaik dan dilanjutkan
udang vaname seperti IMNV, TSV, WSSV, EHP.
pembesaran di bak 60 ton sambil
Benih yang sehat diproduksi dari induk-induk
menunggu uji terhadap lingkungan
yang sehat. Oleh sebab itu disamping
penyakit;
pertumbuhan udang yang menjadi target
produksi, juga dibarengi dengan bebas dan b. Pengujian Udang Vaname terhadap
tahan penyakit.
Lingkungan Penyakit
1.2. Tujuan - Persiapan wadah uji: Waring sebanyak
36 buah (12 famili, masing-masing 3
Tujuan perekayasaan ini adalah untuk
ulangan) ditempatkan berjajar pada
membuat induk udang vaname galur tahan
pinggiran petakan tambak sehingga
penyakit.
memudahkan dalam pelaksanaan
kegiatan perekayasaan. Kedalaman
1.3. Sasaran waring diatur setinggi 1 m sehingga
terdapat sisa bagian atas yang
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai
dilengkapi penutup sehingga
adalah dapat menyiapkan induk unggul udang
memudahkan pada saat pemberian
vaname dengan performa tahan penyakit
pakan dan perlakuan lainnya sekaligus
mencegah agar benih udang vaname
II. METODOLOGI
tidak keluar dari waring;
- Penebaran udang uji: Benih PL10
2.1. Alat dan Bahan sebanyak 12 famili yang ditebar di bak
Peralatan yang digunakan: Bak induk, bak 60 ton, masing-masing diambil 300 ekor
larva, bak pendederan, kontainer plastik 60L untuk ditebar di 3 waring yang sudah
lengkap dengan instalasi aerasi, dan sarana disiapkan di tambak (1 waring diisi 100
pendukung lainnya. ekor);
Kegiatan ini menggunakan bahan-bahan - Dipelihara di tambak yang tidak standar
dan peralatan sebagai berikut : (air tidak treatment dan lingkungan
a. Benih calon induk udang Vaname dari tambak endemic penyakit) selama 30
sumber tertentu hari dengan SOP mengikuti
b. Pakan Larva pemeliharaan di tambak yang ditempati;
c. Bahan untuk analisa PCR - Setelah 30 hari dilakukan penghitungan
d. Bahan untuk ekstraksi RNA/DNA SR dan performa udang (kelengkapan
e. Primer lectin dan primer proPO tubuh, kenormalan tubuh);
No. 14 Tahun 2019 PENYEDIAAN CALON INDUK UDANG VANAME 44
(Litopenaeus vannamei) TAHAN PENYAKIT

- Dipelihara sampai umur 60 hari dan tertinggi diperoleh pada famili 11 (SR 29,77%);
dilakukan uji PCR untuk WSSV, TSV, disusul famili 10 (SR 29,33%); kemudian famili 2
IMNV, EHP, IHHNV terhadap 12 famili (SR 27,77%); famili 3 (SR 26,66%); famili 6 (SR
tersebut; 20,88%); famili 9 (SR 20,44%); famili 8 (SR
- Dilakukan pengukuran konsentrasi 19,77%); famili 4 (SR 19,11%); famili 7 (SR
proPO dan lectin terhadap 12 famili 17,11%); famili 5 (SR 16,00%); famili 1 (SR
tersebut; 13,37%); dan terendah famili 12 (SR 13,33%).
- Dipilih famili yang bebas terhadap Ketahanan tubuh PL10 sangat tergantung dari
WSSV, TSV, IMNV, dan EHP; gen ketahanan yang diturunkan dari induknya
karena satu famili diturunkan dari satu induk
c. Pembesaran Calon Induk Untuk Galur Tahan atau satu peneluran. Faktor pakan dan
Penyakit lingkungan sama karena dipelihara pada wadah
- Famili yang tahan/bebas terhadap dan perlakuan yang sama. 12 famili udang PL10
WSSV, TSV, IMNV, EHP, IHHNV dari tersebut kemudian dipelihara pada waring dan
hasil uji lingkungan penyakit tersebut ditempatkan pada lingkungan tambak yang
pada poin (2) menjadi refferensi untuk endemic penyakit IMNV dan EHP, dengan
dipilih menjadi calon induk harapan udang yang tahan penyakit tidak
- Benih umur 2 bulan (4 - 6 gram) dari terserang. Setelah 30 hari dipelihara, dihitung
famili terpilih dibesarkan/ dilanjutkan di kembali survival rate selama 30 hari tersebut
tahap pembesaran di bak 60 ton dan hasilnya seperti pada Tabel 2.
- Seleksi dilakukan jika melebihi carrying Survival Rate diatas 90% ada 10 famili,
capacity (1 - 1,5 kg per M2) sedangkan 2 famili lainnya 70%. Hal ini
- Setelah berat individu mencapai 30 - 35 menunjukkan bahwa pada 30 hari pertama
gram, dilakukan seleksi jantan dan ketahanan tubuh udang masih bagus, hanya 2
betina serta performa tubuh famili yang agak lemah yang dicirikan dengan
- Calon induk hasil seleksi dipelihara survival rate yang agak rendah (76,3% dan
secara terpisah 72,3%) dan tubuh ada geripis/tidak normal.
- Dibesarkan sampai ukuran 35 gram Pemeliharaan dilanjutkan sampai 30 hari lagi,
untuk jantan dan 40 gram untuk betina, kondisi udang pada beberapa waring sudah
dengan pemberian pakan berprotein mulai nampak ada gejala terserang penyakit
tinggi (pakan EP) dan multivitamin IMNV yaitu udang lemah, nafsu makan turun,
- Digunakan sebagai induk populasi dan pada bagian ekor beberapa nampak putih
dasar galur tahan penyakit selanjutnya pucat. Kemudian dilakukan uji PCR terhadap 12
d. Parameter yang Diamati famili tersebut. Hasilnya seperti pada Tabel 3
berikut.
- Kelangsungan Hidup (Survival Rate)
Hasil analisa PCR memperlihatkan bahwa
- Data kelulushidupan udang uji selama
yang positip IMNV saja ada 5 famili yaitu famili
pengamatan dihitung pada akhir
1, 2, 5, 6, dan 12, sedangkan yang positip EHP
pengujian dengan membandingkan
saja satu famili yaitu famili 8, dan yang positip
jumlah awal tebar dengan jumlah akhir
keduanya (IMNV dan EHP) ada 3 famili yaitu
yang hidup.
family 3, 4, dan 7. Tiga famili yaitu famili 9,10
- Performa Udang: kelengkapan dan
dan 11 tidak terdeteksi serangan pada lima jenis
kenormalan tubuh
penyakit: TSV, IMNV, WSSV, IHHNV dan EHP.
- Kandungan virus WSSV, TSV, IMNV,
Dari 12 famili yang terpapar penyakit secara
EHP: uji PCR
alami dari perairan sebagai media budidaya,
- Kuantifi kasi/konsentrasi proPO dan
ternyata ada 3 famili yang tidak terinfeksi yaitu
Lectin: real-Time PCR
famili 9, 10, dan 11. Penyakit yang sedang
endemic di perairan Situbondo saat itu memang
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
IMNV dan EHP, sehingga udang umur 2 bulan
sudah banyak yang terserang. Tiga famili yang
Produksi nauplius per induk sangat bebas atau tidak terdeteksi penyakit tersebut
bervariasi, yang terkecil 5000 ekor dan kemungkinan memang membawa gen
terbanyak mencapai 149.000 ekor. Penebaran ketahanan penyakit khususnya IMNV dan EHP,
Nauplius untuk dipelihara menjadi PL10 hanya atau paparan penyakit yang menyerang tidak
dilakukan pada famili dengan jumlah Nauplius terlalu tinggi karena tidak dilakukan uji tantang
diatas 50.000 ekor. Setelah mencapai PL10 yang konsentrasinya sama. Untuk melihat lebih
dihitung survival rate masing-masing famili dan jauh kondisi udang yang terpapar penyakit
dipilih 12 famili terbaik (Tabel 1). Survival rate tersebut diukur konsentrasi lectin dan proPO
45 SUBAIDAH, ET AL. Jurnal Perkeyasaan Budidaya Air Payau dan Laut
Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo. © 2019.

Tabel 1. Survival Rate PL-10 dari 30 Induk


Produksi nauplius Produksi PL-10 Survival Rate
No. Induk No. Famili yang dipilih
(ekor) (ekor) (%)
1. 77.000 10.300 13,37 1
2. 19.000 - - -
3. 46.000 - - -
4. 83.000 - *) -
5. 17.000 - - -
6. 21.000 - - -
7. 60.000 7.700 17,11 7
8. 55.000 - *) -
9. 121.000 12.000 26,66 3
10. 132,000 12.500 27,77 2
11. 109.000 13.200 29,33 10
12. 25.000 - - -
13. 80.000 8.600 19,11 4
14. 109.000 9.400 20,88 6
15. 67.000 - *) -
16. 65.000 7.200 16,00 5
17. 24.000 - - -
18. 80.000 6.000 13,33 12
19. 149.000 13.400 29,77 11
20. 79.000 - *) -
21. 23.000 - - -
22. 73.000 - *) -
23. 5.000 - - -
24. 47.000 - - -
25. 63.000 - *) -
26. 18.000 - - -
27. 82.000 9.200 20,44 9
28. 56.000 - *) -
29. 54.000 8.900 19,77 8
30. 18.000 - - -
Keterangan: *) survival rate kurang dari 5%

Tabel 2. Survival Rate dan Performa Udang Selama Uji Lingkungan Penyakit
No. Survival Rate
Kelengkapan organ luar Kenormalan bentuk
Famili (%)
1. 76,3 Lengkap Geripis / tidak normal
2. 93,3 Lengkap Normal
3. 98,7 Lengkap Normal
4. 94,0 Lengkap Normal
5. 94,3 Lengkap Normal
6. 72,3 Lengkap Geripis / tidak normal
7. 96,7 Lengkap Normal
8. 98,7 Lengkap Normal
9. 97,7 Lengkap Normal
10. 92,0 Lengkap Normal
11. 90,5 Lengkap Normal
12. 95,5 Lengkap Normal

sebagai parameter imunitas pada udang. pada famili 5, 9 dan famili 11 bahkan tidak
Hasilnya seperti pada Tabel 4. terdeterminasi pada proPO. Ada satu famili
Konsentrasi lectin dan proPO pada tubuh yaitu famili 6 nilai konsentrasi lectin cukup tinggi
udang pada umumnya memang kecil seperti dengan nilai Ct 20,92 akan tetapi udang positip
terlihat pada Tabel 4 yaitu nilai Ct diatas 30, IMNV. Hal ini bisa terjadi karena kemungkinan
No. 14 Tahun 2019 PENYEDIAAN CALON INDUK UDANG VANAME 46
(Litopenaeus vannamei) TAHAN PENYAKIT

Tabel 3. Hasil Analisa PCR pada Masing-Masing Famili Calon Induk Udang Vaname
Deteksi penyakit
Famili Keterangan
TSV IMNV WSSV IHHNV EHP
1 - + - - - Uji sampel calon induk udang vaname 12 famili
2 - + - - - dilakukan pada umur 60 hari pemeliharaan di
3 - + - - + waring tambak
4 - + - - +
5 - + - - -
6 - + - - -
7 - + - - +
8 - - - - +
9 - - - - -
10 - - - - -
11 - - - - -
12 - + - - -

Tabel 4. Hasil Uji Real-Time PCR terhadap Konsentrasi Lectin dan proPO
No. Famili Konsentrasi Lectin / Ct Konsentrasi proPO /Ct
1. 34,67 32,87
2. 34,50 31,35
3. 36,17 37,08
4. 36,88 37,06
5. 36,40 undetermined
6. 20,92 33,97
7. 34,64 35,01
8. 30,59 32,97
9. 36,35 undetermined
10. 32,61 33,14
11. 38,40 undetermined
12. 37,28 35,16

Tabel 5. Pertumbuhan Bobot Calon Induk Udang Vaname dari Famili 9,10 dan 11
Berat tubuh (gram)
Fam Masa pemeliharaan (hari)
D0 D30 D60 D90 D120 D150 D180 D210
9 0,0056 0,89± 1,95± 8,98± 13,79± 19,33± 21,60± 27,8±
0,165 1,212 2,192 2,868 3,669 3,182 6,007
10 0,0064 1,65± 2,18± 5,96± 10,10± 15,16± 21,00± 27,6±
0,574 0,634 0,932 3,177 3,036 3,223 6,950
11 0,0071 1,71± 2,81± 8,67± 12,18± 16,20± 22,54± 26,89±
0,492 1,182 2,753 4,990 4,832 4,482 5,732

Tabel 6. Pertumbuhan Panjang Calon Induk Udang Vaname dari Famili 9,10 dan 11
Panjang tubuh (cm)
Fam Masa pemeliharaan (hari)
D0 D30 D60 D90 D120 D150 D180 D210
9 0,69± 4,70± 10,57± 11,35± 11, 9± 12,23± 13,24± 15,30±
0,098 0,295 0,897 1,075 1,086 1,102 1,098 1,100
10 0,71± 5,93± 9,95± 10,07± 11,85± 12,16± 13,18± 15,23±
0,113 0,766 0,507 0,827 0,876 1,103 1,145 1,246
11 0,94± 5,90± 11,03± 11,25± 12,02± 12,28± 13,33± 14,59±
0,186 0,780 0,858 1,135 1,134 1,198 1,203 1,363
47 SUBAIDAH, ET AL. Jurnal Perkeyasaan Budidaya Air Payau dan Laut
Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo. © 2019.

konsentrasi paparan virus cukup tinggi sehingga DAFTAR PUSTAKA


walaupun lectin tinggi tetap terserang IMNV.
Sebaliknya untuk famili 9 dan 11 walaupun Anonimous, 2010. Kerugian Akibat Penyakit
konsentrasi lectin dan proPO rendah, tetapi Ikan Rp 1 T. Kompas. Selasa, 30
udang negatip virus, hal ini besar kemungkinan November 2010
paparan virus konsentrasinya rendah atau Central Institute of Brackishwater aquaculture
memang membawa gen anti virus. Untuk famili CIBA. 2016. Managing Enterocytozoon
10 konsentrasi lectin dan proPO lebih tinggi hepatopenaei (EHP), microsporidial
dibanding famili 9 dan 11, hal ini kemungkinan infections in vannamei shrimp farming: An
dalam tubuh udang sudah membawa lectin dan Advisory. e-publication No.29; January
proPO sehingga ketika ada serangan virus
dilakukan penolakan. Dengan demikian pada Chou HY, Huang CY, Wang CH, Chiang HC, Lo
perekayasaan ini dihasilkan calon induk yang CF (1995). Pathogenicity of a baculovirus
tahan terhadap penyakit khususnya IMNV dan infection causing white spot syndrome in
EHP sebanyak 3 famili. Selanjutnya calon induk cultured penaeid shrimp in Taiwan. Dis
3 famili tersebut dibesarkan pada bak volume 60 Aquat Org 23:165–173
M3 sampai menjadi induk. Data pertumbuhan Hanggono B, Fatmawati, Nur’aini YN, Waluya J,
bobot dan panjang seperti pada Tabel 5 dan Prilastini dan Wahyuni S. 2018. Diagnosa
Tabel 6. Penyakit Berak Putih Pada Udang Vanamei
Pertumbuhan calon induk untuk galur tahan (Litopenaeus vannamei). Jurnal
penyakit terlihat lebih lambat dari pemeliharaan Perekayasaan Budidaya Air Payau dan
induk yang mengutamakan pertumbuhan Laut. Balai Perikanan Budidaya Air Payau
(dipelihara pada kondisi terkontrol) yang Situbondo. Vol. 1 no. 13 tahun 2018. ISSN
membutuhkan waktu hanya 5 – 6 bulan sudah 1907 – 6843. Hal 8-15.
memenuhi syarat untuk bobot induk. Hal ini Huang YC, Ai HS, Yin ZX, He JG. 2011. Studies
diprediksi bahwa tidak ada dua gen yang bisa on WSSV-resistant and immune
bekerja sekaligus yaitu gen tumbuh cepat dan characteristics of the 4th generation
gen tahan penyakit. Oleh sebab itu dalam selective breeding families for resistance to
penggunaan induk untuk produksi dapat the white spot syndrome virus (WSSV)of
dikawinkan antara induk galur pertumbuhan dan Litopenaeus vannamei: Studies on WSSV-
induk galur tahan penyakit. resistant and immune characteristics of the
4th generation selective breeding families
for resistance to the white spot syndrome
IV. KESIMPULAN DAN SARAN virus (WSSV) of Litopenaeus vannamei.
Abstrak. Research Gate.
4.1. Kesimpulan Kilawati dan Darmanto 2009 Karakter Protein
1. Dalam perekayasaan ini telah diperoleh 3 Icp11 Pada Dna Udang Vannamei
famili sebagai kandidat induk galur tahan (Penaeus Vannamei) Yang Terinfeksi
White Spot Syndrome Virus (WSSV). Berk.
penyakit khususnya penyakit IMNV dan
Penel. Hayati: 15 (21–24),
EHP. Kirpichnikov, V.S. 1981. Genetics bases of fish
2. Pertumbuhan calon induk galur tahan selection. Springer-Verlag. Berlin.
penyakit lebih lambat dibanding calon induk Kono, T., Savan, R., Sakai, M., Itami, T., 2004.
galur cepat tumbuh, oleh sebab itu dalam Detection of white spot syndromevirus
penggunaan induk untuk produksi dapat inshrimp by loop-mediated
dikawinkan antara induk galur pertumbuhan isothermalamplification. J. Virol.Methods
115, 59–65.
dan induk galur tahan penyakit.
Lantu, S. 2010. Osmoregulasi pada Hewan
Akuatik. Jurnal Perikanan dan Kelautan.
6(1): 46-50.
4.2. Saran
Lo CF, Ho CH, Chen CH, Liu KF, Chiu YL, Yeh
Perlu dilakukan analisis secara molekuler PY, et al. 1997. Detection and Tissue
dengan finger printing DNA atau microsatelite Tropism of White Spot Syndrome
terhadap galur induk udang vaname yang telah Baculovirus (WSBV) in Captured Brooders
stabil tahan penyakit, dan perlu dilakukan uji of Penaeus Monodon with a Special
tantang untuk penyakit yang lain. Emphasis on Reproductive Organs. Dis
Aquat Organ 1997, 30: 53–72.
No. 14 Tahun 2019 PENYEDIAAN CALON INDUK UDANG VANAME 48
(Litopenaeus vannamei) TAHAN PENYAKIT

NACA. 2015. Hepatopancreatic Microsporidiosis Rukyani, A. 2000. Masalah Penyakit Udang dan
caused by Enterocytozoon hepatopanaei. Harapan Solusinya. Sarasehan Akuakultur
Departemen of agriculture. Australian Nasional. Bogor.
Government. Soetrisno, C.K. 2004. Mensiasati Penyakit
Nakano, H., H. Koube, S. Umezawa, K. WSSV di Tambak Udang. Aquacultura
Momoyama M. Hiraoka, K. Inouye and N. Indonesiana 5(1): 19-31. ISSN 0216-0749
Oseko.1994 Mass mortalities of cultured Wang Q, Poulous BT and Lightner DV, 2000.
kuruma shrimp, Penaeus japonicus, in Protein Analysis of Geographic Isolates of
Japan in 1993: Epizootiological survey and Shrimp White Spot Syndrome Virus. Arch
infection trials. Fish Pathol.29:135-139. Virol, 145: 263–274.
Nur’aini, Y.L., B. Hanggono., S. Subyakto dan G. Wang Han-Ching, Chang Yun-Shiang, Kou
Triastutik. 2007. Survailen aktif infectious Guang-Hsiung and Lo Chu-Fang, 2004.
myonecrosis virus (IMNV) pada udang White Spot Syndrome Virus: Molecular
vannamei (Litopenaeus vannamei) di Characterization of a Major Structural
kawasan tambak Jawa Timur dan Bali. Protein in a Baculovirus Expression System
Office International des Epizooties. 2012. and Shrimp Hemocytes. Mar. Biotechnol 6:
Infectious Myonecrosis. Manual of S95–S99.
Diagnostic Tests for Aquatic Animals. Wang HC, Hao-Ching Wang, Guang-Hsiung
chapter 2 .2 . 3 . 138-147 Kou, Chu-Fang Lo, dan Wei-Pang Huang,
Parenrengi, A. 2014. Titik Terang Udang Windu 2007. Identification of Icp11, The Most
Unggul SPR, Tahan WSV dan Vibrio. Highly Expressed Gene of Shrimp White
TROBOS Aqua Edisi-21/15 Feb 2014 - 14 Spot Syndrome Virus (WSSV). Diseases of
Maret 2014 Aquatic Organisms 74: 179–89.

Anda mungkin juga menyukai