14 Tahun 2019
Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo. © 2019.
Abstrak
Performa induk unggul udang vaname tidak hanya diukur dari kecepatan pertumbuhan
saja tetapi juga dibarengi dengan bebas dan tahan penyakit. Pengujian dilakukan dengan
program seleksi famili, yaitu memilih 12 famili dari 30 famili yang dibentuk, kemudian dilakukan
uji paparan penyakit secara alami dengan memelihara PL10 dari 12 famili tersebut pada
waring 1 x 1 x 1 M yang ditempatkan pada tambak komersial yang endemi terhadap IMNV
dan EHP. Pengujian pada 30 hari pertama menunjukkan survival rate 10 famili masih diatas
90%, dan 2 famili 70%. Pemeliharaan dilanjutkan sampai 60 hari, udang sudah mulai terlihat
gejala nafsu makan berkurang, lemah dan ekor memutih. Kemudian dilakukan test PCR
terhadap 12 famili tersebut, hasilnya menunjukkan bahwa hanya 3 famili yang bebas/negatip
terhadap IMNV, TSV, WSSV, IHHNV, EHP. Dengan refferensi 3 famili ini calon induk tahan
penyakit dibesarkan pada bak beton 60 M3 sampai menjadi induk. Pertumbuhan calon induk
untuk galur tahan penyakit terlihat lebih lambat dari pemeliharaan induk yang mengutamakan
pertumbuhan (dipelihara pada kondisi terkontrol) yang membutuhkan waktu hanya 5 – 6 bulan
sudah memenuhi syarat untuk bobot induk. Hal ini diprediksi bahwa tidak ada dua gen yang
bisa bekerja sekaligus yaitu gen tumbuh cepat dan gen tahan penyakit.
Kata Kunci: Seleksi Famili, Induk Tahan Penyakit, Gen Tahan Penyakit
Performance of vanamei shrimp broodstock superior not only measured the speed of
growth but also coupled with free and disease resistant. Testing conducted with the program
selection in the family, i.e. selecting the 12 families from 30 the shaped, then performed a test
exposure to disease naturally by keeping the 12 family of PL10 on net size 1 x 1 x 1 M and
placed on the Pond commercial against endemic IMNV and EHP. Testing on the first 30 days
showed a survival rate of 10 families still above 90%, and 70% for 2 family. Maintenance
continued until 60 days, the shrimp have started noticeable symptom of reduced appetite,
weak and whitetail. Then conducted test PCR against those in the 12 families, the results show
that only 3 free family is negative of TSV, IMNV, WSSV, IHHNV and EHP. With the 3 families
as a reference of candidate broodstock disease resistant grew up on a concrete tub of 60 M3
to be a broodstock. Prospective of growth broodstock for disease resistant strain looks slower
than the maintenance of the broodstock that prioritizes growth (kept in controlled conditions)
which takes only 5 – 6 months already qualified for broodstock weights. It is predicted that no
two genes that can work at a time that is growing rapidly gene and disease resistant gene.
41
No. 14 Tahun 2019 PENYEDIAAN CALON INDUK UDANG VANAME 42
(Litopenaeus vannamei) TAHAN PENYAKIT
- Dipelihara sampai umur 60 hari dan tertinggi diperoleh pada famili 11 (SR 29,77%);
dilakukan uji PCR untuk WSSV, TSV, disusul famili 10 (SR 29,33%); kemudian famili 2
IMNV, EHP, IHHNV terhadap 12 famili (SR 27,77%); famili 3 (SR 26,66%); famili 6 (SR
tersebut; 20,88%); famili 9 (SR 20,44%); famili 8 (SR
- Dilakukan pengukuran konsentrasi 19,77%); famili 4 (SR 19,11%); famili 7 (SR
proPO dan lectin terhadap 12 famili 17,11%); famili 5 (SR 16,00%); famili 1 (SR
tersebut; 13,37%); dan terendah famili 12 (SR 13,33%).
- Dipilih famili yang bebas terhadap Ketahanan tubuh PL10 sangat tergantung dari
WSSV, TSV, IMNV, dan EHP; gen ketahanan yang diturunkan dari induknya
karena satu famili diturunkan dari satu induk
c. Pembesaran Calon Induk Untuk Galur Tahan atau satu peneluran. Faktor pakan dan
Penyakit lingkungan sama karena dipelihara pada wadah
- Famili yang tahan/bebas terhadap dan perlakuan yang sama. 12 famili udang PL10
WSSV, TSV, IMNV, EHP, IHHNV dari tersebut kemudian dipelihara pada waring dan
hasil uji lingkungan penyakit tersebut ditempatkan pada lingkungan tambak yang
pada poin (2) menjadi refferensi untuk endemic penyakit IMNV dan EHP, dengan
dipilih menjadi calon induk harapan udang yang tahan penyakit tidak
- Benih umur 2 bulan (4 - 6 gram) dari terserang. Setelah 30 hari dipelihara, dihitung
famili terpilih dibesarkan/ dilanjutkan di kembali survival rate selama 30 hari tersebut
tahap pembesaran di bak 60 ton dan hasilnya seperti pada Tabel 2.
- Seleksi dilakukan jika melebihi carrying Survival Rate diatas 90% ada 10 famili,
capacity (1 - 1,5 kg per M2) sedangkan 2 famili lainnya 70%. Hal ini
- Setelah berat individu mencapai 30 - 35 menunjukkan bahwa pada 30 hari pertama
gram, dilakukan seleksi jantan dan ketahanan tubuh udang masih bagus, hanya 2
betina serta performa tubuh famili yang agak lemah yang dicirikan dengan
- Calon induk hasil seleksi dipelihara survival rate yang agak rendah (76,3% dan
secara terpisah 72,3%) dan tubuh ada geripis/tidak normal.
- Dibesarkan sampai ukuran 35 gram Pemeliharaan dilanjutkan sampai 30 hari lagi,
untuk jantan dan 40 gram untuk betina, kondisi udang pada beberapa waring sudah
dengan pemberian pakan berprotein mulai nampak ada gejala terserang penyakit
tinggi (pakan EP) dan multivitamin IMNV yaitu udang lemah, nafsu makan turun,
- Digunakan sebagai induk populasi dan pada bagian ekor beberapa nampak putih
dasar galur tahan penyakit selanjutnya pucat. Kemudian dilakukan uji PCR terhadap 12
d. Parameter yang Diamati famili tersebut. Hasilnya seperti pada Tabel 3
berikut.
- Kelangsungan Hidup (Survival Rate)
Hasil analisa PCR memperlihatkan bahwa
- Data kelulushidupan udang uji selama
yang positip IMNV saja ada 5 famili yaitu famili
pengamatan dihitung pada akhir
1, 2, 5, 6, dan 12, sedangkan yang positip EHP
pengujian dengan membandingkan
saja satu famili yaitu famili 8, dan yang positip
jumlah awal tebar dengan jumlah akhir
keduanya (IMNV dan EHP) ada 3 famili yaitu
yang hidup.
family 3, 4, dan 7. Tiga famili yaitu famili 9,10
- Performa Udang: kelengkapan dan
dan 11 tidak terdeteksi serangan pada lima jenis
kenormalan tubuh
penyakit: TSV, IMNV, WSSV, IHHNV dan EHP.
- Kandungan virus WSSV, TSV, IMNV,
Dari 12 famili yang terpapar penyakit secara
EHP: uji PCR
alami dari perairan sebagai media budidaya,
- Kuantifi kasi/konsentrasi proPO dan
ternyata ada 3 famili yang tidak terinfeksi yaitu
Lectin: real-Time PCR
famili 9, 10, dan 11. Penyakit yang sedang
endemic di perairan Situbondo saat itu memang
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
IMNV dan EHP, sehingga udang umur 2 bulan
sudah banyak yang terserang. Tiga famili yang
Produksi nauplius per induk sangat bebas atau tidak terdeteksi penyakit tersebut
bervariasi, yang terkecil 5000 ekor dan kemungkinan memang membawa gen
terbanyak mencapai 149.000 ekor. Penebaran ketahanan penyakit khususnya IMNV dan EHP,
Nauplius untuk dipelihara menjadi PL10 hanya atau paparan penyakit yang menyerang tidak
dilakukan pada famili dengan jumlah Nauplius terlalu tinggi karena tidak dilakukan uji tantang
diatas 50.000 ekor. Setelah mencapai PL10 yang konsentrasinya sama. Untuk melihat lebih
dihitung survival rate masing-masing famili dan jauh kondisi udang yang terpapar penyakit
dipilih 12 famili terbaik (Tabel 1). Survival rate tersebut diukur konsentrasi lectin dan proPO
45 SUBAIDAH, ET AL. Jurnal Perkeyasaan Budidaya Air Payau dan Laut
Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo. © 2019.
Tabel 2. Survival Rate dan Performa Udang Selama Uji Lingkungan Penyakit
No. Survival Rate
Kelengkapan organ luar Kenormalan bentuk
Famili (%)
1. 76,3 Lengkap Geripis / tidak normal
2. 93,3 Lengkap Normal
3. 98,7 Lengkap Normal
4. 94,0 Lengkap Normal
5. 94,3 Lengkap Normal
6. 72,3 Lengkap Geripis / tidak normal
7. 96,7 Lengkap Normal
8. 98,7 Lengkap Normal
9. 97,7 Lengkap Normal
10. 92,0 Lengkap Normal
11. 90,5 Lengkap Normal
12. 95,5 Lengkap Normal
sebagai parameter imunitas pada udang. pada famili 5, 9 dan famili 11 bahkan tidak
Hasilnya seperti pada Tabel 4. terdeterminasi pada proPO. Ada satu famili
Konsentrasi lectin dan proPO pada tubuh yaitu famili 6 nilai konsentrasi lectin cukup tinggi
udang pada umumnya memang kecil seperti dengan nilai Ct 20,92 akan tetapi udang positip
terlihat pada Tabel 4 yaitu nilai Ct diatas 30, IMNV. Hal ini bisa terjadi karena kemungkinan
No. 14 Tahun 2019 PENYEDIAAN CALON INDUK UDANG VANAME 46
(Litopenaeus vannamei) TAHAN PENYAKIT
Tabel 3. Hasil Analisa PCR pada Masing-Masing Famili Calon Induk Udang Vaname
Deteksi penyakit
Famili Keterangan
TSV IMNV WSSV IHHNV EHP
1 - + - - - Uji sampel calon induk udang vaname 12 famili
2 - + - - - dilakukan pada umur 60 hari pemeliharaan di
3 - + - - + waring tambak
4 - + - - +
5 - + - - -
6 - + - - -
7 - + - - +
8 - - - - +
9 - - - - -
10 - - - - -
11 - - - - -
12 - + - - -
Tabel 4. Hasil Uji Real-Time PCR terhadap Konsentrasi Lectin dan proPO
No. Famili Konsentrasi Lectin / Ct Konsentrasi proPO /Ct
1. 34,67 32,87
2. 34,50 31,35
3. 36,17 37,08
4. 36,88 37,06
5. 36,40 undetermined
6. 20,92 33,97
7. 34,64 35,01
8. 30,59 32,97
9. 36,35 undetermined
10. 32,61 33,14
11. 38,40 undetermined
12. 37,28 35,16
Tabel 5. Pertumbuhan Bobot Calon Induk Udang Vaname dari Famili 9,10 dan 11
Berat tubuh (gram)
Fam Masa pemeliharaan (hari)
D0 D30 D60 D90 D120 D150 D180 D210
9 0,0056 0,89± 1,95± 8,98± 13,79± 19,33± 21,60± 27,8±
0,165 1,212 2,192 2,868 3,669 3,182 6,007
10 0,0064 1,65± 2,18± 5,96± 10,10± 15,16± 21,00± 27,6±
0,574 0,634 0,932 3,177 3,036 3,223 6,950
11 0,0071 1,71± 2,81± 8,67± 12,18± 16,20± 22,54± 26,89±
0,492 1,182 2,753 4,990 4,832 4,482 5,732
Tabel 6. Pertumbuhan Panjang Calon Induk Udang Vaname dari Famili 9,10 dan 11
Panjang tubuh (cm)
Fam Masa pemeliharaan (hari)
D0 D30 D60 D90 D120 D150 D180 D210
9 0,69± 4,70± 10,57± 11,35± 11, 9± 12,23± 13,24± 15,30±
0,098 0,295 0,897 1,075 1,086 1,102 1,098 1,100
10 0,71± 5,93± 9,95± 10,07± 11,85± 12,16± 13,18± 15,23±
0,113 0,766 0,507 0,827 0,876 1,103 1,145 1,246
11 0,94± 5,90± 11,03± 11,25± 12,02± 12,28± 13,33± 14,59±
0,186 0,780 0,858 1,135 1,134 1,198 1,203 1,363
47 SUBAIDAH, ET AL. Jurnal Perkeyasaan Budidaya Air Payau dan Laut
Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo. © 2019.
NACA. 2015. Hepatopancreatic Microsporidiosis Rukyani, A. 2000. Masalah Penyakit Udang dan
caused by Enterocytozoon hepatopanaei. Harapan Solusinya. Sarasehan Akuakultur
Departemen of agriculture. Australian Nasional. Bogor.
Government. Soetrisno, C.K. 2004. Mensiasati Penyakit
Nakano, H., H. Koube, S. Umezawa, K. WSSV di Tambak Udang. Aquacultura
Momoyama M. Hiraoka, K. Inouye and N. Indonesiana 5(1): 19-31. ISSN 0216-0749
Oseko.1994 Mass mortalities of cultured Wang Q, Poulous BT and Lightner DV, 2000.
kuruma shrimp, Penaeus japonicus, in Protein Analysis of Geographic Isolates of
Japan in 1993: Epizootiological survey and Shrimp White Spot Syndrome Virus. Arch
infection trials. Fish Pathol.29:135-139. Virol, 145: 263–274.
Nur’aini, Y.L., B. Hanggono., S. Subyakto dan G. Wang Han-Ching, Chang Yun-Shiang, Kou
Triastutik. 2007. Survailen aktif infectious Guang-Hsiung and Lo Chu-Fang, 2004.
myonecrosis virus (IMNV) pada udang White Spot Syndrome Virus: Molecular
vannamei (Litopenaeus vannamei) di Characterization of a Major Structural
kawasan tambak Jawa Timur dan Bali. Protein in a Baculovirus Expression System
Office International des Epizooties. 2012. and Shrimp Hemocytes. Mar. Biotechnol 6:
Infectious Myonecrosis. Manual of S95–S99.
Diagnostic Tests for Aquatic Animals. Wang HC, Hao-Ching Wang, Guang-Hsiung
chapter 2 .2 . 3 . 138-147 Kou, Chu-Fang Lo, dan Wei-Pang Huang,
Parenrengi, A. 2014. Titik Terang Udang Windu 2007. Identification of Icp11, The Most
Unggul SPR, Tahan WSV dan Vibrio. Highly Expressed Gene of Shrimp White
TROBOS Aqua Edisi-21/15 Feb 2014 - 14 Spot Syndrome Virus (WSSV). Diseases of
Maret 2014 Aquatic Organisms 74: 179–89.