Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Seminar Nasional, Semarang 2 Desember 2020

“Pembangunan Hijau dan Perizinan: Diplomasi, kesiapan perangkat dan pola standarisasi”

Peran Biosecurity dalam Pengendalian Penyakit pada Benih Udang Vanamei


di Banten
The Role of Biosecurity to Control The Diseases of Vannamei Seed in Banten

Atik Lestantun1, Sutrisno Anggoro2, Bambang Yulianto2


1
Magister Ilmu Lingkungan UNDIP email: atik.lestantun@gmail.com
2
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP

ABSTRAK

Salah satu ancaman dari pembenihan udang vanamei yang berkelanjutan di Banten adalah
keberadaan penyakit, terkhusus penyakit akibat infeksi bakteri dan solusi mengatasinya dengan
penerapaan biosecurity. Tujuan dari penulisan ini untuk memberikan gambaran infeksi penyakit
bakteria di lingkungan pembenihan udang vanamei serta penerapan biosecurity untuk
mengendalikan penyakit tersebut di Banten. Data yang digunakan adalah data sekunder yang
diperoleh dari Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Merak
2019 dan kemudian dianalisa secara deskritif dengan membandingkan dengan standar dan
literatur yang ada. Monitoring yang dilakukan 1 bulan sekali terhadap unit pembenihan skala
besar menunjukkan bahwa mereka menerapkan biosecurity pada kegiatan pembenihan secara
konsisten pada level farm dan level kolam pada tahun 2019. Kejadian penyakit bakteria Vibriosis
tidak pernah ditemukan pada tahun 2019. Hasil pemerikasaan penyakit bakteria AHPND juga
menunjukkan hasil negatif terhadap 72 sampel yang diperiksa. Penerapan biosecurity secara
konsisten dapat pencegahan dan penyebaran penyakit.

Kata kunci: Biosecurity, Keberlanjutan, Penyakit bakterial, Vanamei.

PENDAHULUAN Kehadiran penyakit dilaporkan


merupakan salah satu faktor kegagalan
Udang Vanamei merupakan salah satu usaha di bidang perikanan yang merugikan
komoditas unggulan budidaya di Indonesia secara sosial ekonomi, disebutkan juga
dan pembenihan adalah salah satu penopang bahwa penyakit dapat memberikan efek
dari kegiatan tersebut. Pembenihan udang negatif pada lingkungan dengan masuk ke
vanamei di Indonesia secara global dalam perairan dan menularkan pada biota
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun lain termasuk biota asli di kawasan tersebut
sebesar 15,62 % dari tahun 2012 sampai (Flegel, 2012; Azmi et al., 2016; Joffre et al.,
dengan tahun 2017 dan akan terus 2018). Secara umum, keberadaan penyakit
meningkat seiring dengan target produksi tersebut merupakan suatu ancaman bagi
udang yang meningkat (KKP, 2018). Benih- budidaya yang berkelanjutan, yang tidak
benih tersebut disuplai dari Jawa Timur, sesuai dengan filosofi dari pembangunan
Lampung, Bali, Banten dan beberapa hijau di bidang perikanan (FAO, 2010).
provinsi lain dimana Banten menempati Penyakit yang secara umum menginfeksi
urutan nomer 4 terbesar yaitu sebesar pada udang disebabkan virus dan bakteri.
14,04% serta terus mengalami peningkatan Bakteri yang banyak menginfeksi adalah
selama tahun 2017 dan 2018 (KKP, 2018b). adalah Vibrio penyebab kasus penyakit
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa Vibriosis, yang sering menyebabkan banyak
Banten merupakan salah satu produsen kematian (Flegel, 2012; Ina-Salwany et al.,
benih udang yang cukup penting. 2019). Dilaporkan Vibrio alginolyticus,
Vibrio harveyi, Vibrio shilonii, Vibrio

ISBN: 978-602-51396-6-6
Penerbit: Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro (UNDIP) 53
Prosiding Seminar Nasional, Semarang 2 Desember 2020
“Pembangunan Hijau dan Perizinan: Diplomasi, kesiapan perangkat dan pola standarisasi”

vulnificus, Vibrio mimicus, Vibrio damsella, bahwa tidak pernah ada kejadian penyakit
Vibrio parahaemolyticus dan Vibrio Vibriosis dan hasil pemeriksaan Vibrio
fluvialis penyebab dari penyakit Vibriosis parahaemolitycus dan AHPN terhadap 72
(Octavia et al., 2011; Sarjito et al., 2015). sampel menunjukkan negatif yang dapat
Acute hepatopancreatic necrosis disease dilihat pada Tabel 1.
(AHPND) yang menginfeksi udang dapat Levelisasi penerapan biosecurity
menyebabkan kematian mencapai 100% menggunakan parameter modifikasi KKP
yang disebabkan oleh Vibrio (2014) dan Boonyawiwat et al. (2016),
parahaemolyticus, Vibrio campbellii, Vibrio dibagi menjadi 2 yaitu pada tingkatan farm
harveyi dan Vibrio owensii (Liu et al., 2018; dan kolam. Hasil monitoring menunjukkan
Wangman et al., 2018; Muthukrishnana et bahwa setiap unit pembenihan menerapkan
al., 2019). Beberapa tahun terakhir biosecurity sebagai upaya pengendalian
dilaporkan adanya penyakit white feces penyakit seperti pada Tabel 2.
disease (WFD) di beberapa wilayah di Asia,
pada udang yang terinfeksi ditemukan Tabel 1. Monitoring Penyakit bakterial
bakteri Vibrio harveyii yang dominan Uji Laboratorium
(Anjaini et al., 2018; Sumini and
Kusdarwati, 2020) juga diduga disebabkan Bulan
Kejadian V.
Vibriosis parahaemolitycus AHPND
beberapa Vibrio seperti Vibrio sinaloensis
and Vibrio parahaemolyticus (Wang et al., (Metode (PCR)
2020). Penyebaran penyakit perlu Konvensional)
dikendalikan guna mendukung budidaya 1 - - -
yang berkelanjutan dan strategi yang dapat 2 - - -
dilakukan dengan penerapan biosecuritys 3 - - -
(Palić et al., 2015). Tujuan dari penulisan ini 4 - - -
adalah untuk memberikan gambaran infeksi 5 - - -
bakteri dan penerapan biosecurity pada unit 6 - - -
7 - - -
pembenihan di Banten.
8 - - -
9 - - -
METODE PENELITIAN 10 - - -
11 - - -
Penelitian ini menggunakan data 12 - - -
sekunder monitoring rutin yang dilakukan Sumber: SKIPM Merak
oleh Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Merak Pembahasan
setiap bulan pada unit pembenihan udang
vanamei. Data yang digunakan adalah data Kunci dari suatu kegiatan budidaya
selama tahun 2019. Lokasi unit pembenihan adalah pengelolaan air yang baik karena air
tersebut berada di sekitar Selat Sunda pada sebagai media hidup udang, secara langsung
Kabupaten Serang dan Kabupaten air juga merupakan media penularan
Pandeglang. Data yang ada dianalisa secara penyakit. Sumber air yang berasal dari
diskritif yaitu membandingkan data yang perairan umum yang digunakan bersama
ada dengan literatur atau standar. dengan unit pembenihan atau tambak lain,
juga merupakan tempat membuang limbah
HASIL DAN PEMBAHASAN bagi kegiatan budidaya sehingga berpotensi
tinggi membawa penyakit (Tendencia et al.,
Hasil
2011). Reservoir sangat diperlukan guna
Hasil monitoring terhadap kejadian mengatasi hal tersebut, disamping menjamin
penyakit Vibriosis selama tahun 2019 pada ketersediaan jumlah, kualitas air yang baik
5 unit pembenihan skala besar menunjukkan dan bebas patogen. Pentingnya treatment air

ISBN: 978-602-51396-6-6
Penerbit: Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro (UNDIP) 54
Prosiding Seminar Nasional, Semarang 2 Desember 2020
“Pembangunan Hijau dan Perizinan: Diplomasi, kesiapan perangkat dan pola standarisasi”

suplai yang disimpan pada reservoir diminimalkan (Moss et al., 2012). Tindakan
berguna untuk memenuhi persyaratan air karantina terhadap induk udang yang baru
yang baik. Unit pembenihan melakukannya memasuki farm merupakan suatu langkah
secara fisika seperti pengendapan, mencegah masuknya penyakit yang
pemalaman, dan terkadang dengan mungkin terbawa oleh induk. Unit usaha
penyinaran dengan UV dan secara kimia pembenihan menggunakan induk udang SPF
pemberian klorin dan ozonisasi. Penggunaan yang dilengkapi dengan sertifikat kesehatan
klorin ini juga dimaksudkan untuk dari negara atau daerah asal. Pengujian
mengeliminasi crustacea yang berpotensi ulang penyakit secara laboratoris terhadap
sebagai agen perantara penyakit (Moss et al., penyakit dilakukan terhadap induk selama
2012), dan mereduksi bakteri yang masa karantina sebagai langkah untuk
berpotensi pathogen pada udang seperti memastikan bahwa induk yang digunakan
Vibrio (Austin dan Austin, 2016). bebas dari penyakit. Kent et al., (2020)
menyebutkan perlunya protocol biosecurity
Tabel 2. Penerapan biosecurity terhadap ikan yang baru masuk yang
Ketaatan terhadap dilakukan secara ketat dan berlapis, yaitu
Penerapan Biosecurity induk harus berasal dengan status kesehatan
Parameter Jumlah Prosentase yang jelas dan induk tersebut masuk
Farm (%) dikarantina dalam jangka waktu tertentu.
A. Level farm Induk didesinfeksi sebelum dimasukkan ke
Sumber air 5 100 kolam dan dilakukan test PCR pada benih
Manajemen kualitas 5 100 (F1) yang dihasilkan untuk memastikan
air bebas penyakit, baru kemudian benih
Persediaan air 5 100 dipindahkan ke fasilitas utama. Benih yang
resevoar akan dikeluarkan dari unit pembenihan dan
Treatment air suplai 5 100
dibesarkan di tambak sebaiknya juga
sumber dan asal 5 100
induk dilakukan uji laborotorium guna
Karantina induk yang 5 100 memastikan benih bebas penyakit, sehingga
baru masuk kegagalan panen dapat diminimalkan
Penanganan limbah 5 100 (Rahman et al., 2018).
padat, cair, dan Penanganan limbah padat dan cair perlu
udang mati pengaturan yang ketat, terhadap limbah
B. Level kolam 5 100 padat dan cair seperti sisa transportasi induk
Pergantian air 5 100 yang mungkin membawa agen penyakit
Kepadatan nauplii/ 5 100 perlu didesinfeksi sebagai langkah
PL pencegahan terhadap masuknya penyakit.
Pemberian pakan 5 100
Unit usaha juga melakukan perlakuan
Perlakuan ikan sakit 5 100
Penggunaan 5 100 terhadap limbah cair sisa kegiatan untuk
probiotik memastikan bahwa air yang dibuang ke
Manajemen personil, 5 100 lingkungan aman bagi ekosistem.
mobil atau benda lain Pengaturan personil dan kendaraan yang
yang memasuki memasuki area budidaya juga dilakukan
kolam yaitu dengan membatasi akses. Pergerakan
Screening kesehatan 5 100 tamu maupun staff sebaiknya dilakukan
Sumber: SKIPM Merak. dengan melarang perpindahan dari satu
fasilitas ke fasilitas lain untuk mencegah
Asal induk perlu diperhatikan dengan penyebaran penyakit. Widanarni et al., 2010
baik, penggunaan induk yang bebas menyebutkan bahwa staff suatu farm juga
penyakit untuk menjamin kesehatan berpotensi memindahkan penyakit. Selain
sehingga penyebaran penyakit dapat itu juga mewajibkan personil sebelum dan

ISBN: 978-602-51396-6-6
Penerbit: Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro (UNDIP) 55
Prosiding Seminar Nasional, Semarang 2 Desember 2020
“Pembangunan Hijau dan Perizinan: Diplomasi, kesiapan perangkat dan pola standarisasi”

sesudah memasuki fasilitas mencuci tangan yang sakit atau kondisi yang sesuai standar
dengan menggunakan sabun dan desinfektan dengan pemberian kaporit pada bak
serta mewajibkan mereka untuk membilas pemeliharaan. Hal tersebut sebagai usaha
alas kaki dengan mencelupkan pada kolam pencegahan penyebaran penyakit ke kolam
celup kaki yang berisi desinfektan. Tangan yang lain dan ke lingkungan. Induk udang
dan alas kaki personil berpotensi membawa yang sakit atau menunjukkan gejala sakit
penyakit yang akan menularkan kepada akan segera diisolasi terpisah dengan induk
udang. Desinfeksi kendaraan minimal juga yang lain guna menghindari penularan
dilakukan dengan meletakkan bak celup penyakit.
roda kendaraan yang berisi larutan Langkah-langkan pencegahan
desinfektan. Hal tersebut sebagai langkah penyebaran penyakit melalui implementasi
untuk mengurangi resiko terhadap biosecurity yang dilakukan baik pada level
masuknya penyakit yang mungkin terbawa farm dan kolam yang dilakukan pada unit
oleh kendaraan. pembenihan memberikan jaminan bagi
Pergantian air menggunakan air reservoir kesehatan ikan. Biosecurity merupakan
yang sudah ditreatment sangat diperlukan suatu langkah strategis untuk
guna menjamin kualitas air bak yang baik mengendalikan penyakit (FAO, 2010; Palić
bagi benih. Penggunaan probiotik juga et al., 2015). Langkah tersebut memberikan
dilakukan untuk menekan pertumbuhan efek positif yaitu dengan tidak adanya
bakteri patogen yang mungkin akan menjadi kejadian penyakit Vibriosis yang mematikan
penyebab penyakit, selain itu juga dapat bagi benih udang dan tidak terdeteksinya
memperbaiki kualitas air (Widanarni et al., agen penyakit AHPND pada unit usaha
2010; Agustin et al., 2015; Anjasmara et al., sehingga kegagalan panen dapat dihindari.
2018). Unit usaha juga melakukan Pentingnya penerapan biosecurity yang
pengaturan kepadatan benih, dengan dilakukan secara konsisten dan ditaati oleh
kepadatan yang sesuai akan mengurangi semua personil di unit pembenihan sangat
potensi terjadinya penyakit. Padat penebaran mendukung keberhasilan pengendalian
yang tinggi akan berpengaruh pada kualitas penyakit.
lingkungan yang menurun dan akan Guna mendukung keberhasilan
membesar tingkat stress pada udang penerapan biosecurity, sebaiknya
sehingga udang akan mudah terserang dituangkan pada kebijakan unit pembenihan.
penyakit (Boonyawiwat et al., 2016). Pakan Kebijakan tersebut dapat diterjemahkan
yang digunakan juga harus jelas asalnya dengan rencana biosecurity yang berisi
dimana unit pembenihan menggunakan ikan prosedur operasional pengendalian penyakit
segar, cumi atau polychaeta berasal dari yang jelas sehingga dapat dipraktekan pada
sumber yang jelas. Artemia dan plankton setiap kondisi tertentu. Rencana biosecurity
biasa digunakan sebagai pakan benih udang tersebut harus terdokumentasi, meskipun
dan merupakan sebagai salah satu agen secara sederhana (Oidtmann et al., 2011).
penyakit yang mampu menularkan kepada
benih udang, sehingga perlunya memastikan KESIMPULAN
artemia dan plankton tersebut bebas
penyakit. Unit pembenihan melakukan penerapan
Screening kesehatan ikan dilakukan biosecurity secara konsisten baik pada level
secara rutin guna pencegahan secara dini farm maupun kolam secara konsisten dan
terjadinya kejadian penyakit pada kolam. terdokumentasi. Langkah tersebut
Manin and Ransangan (2011) menyebutkan memberikan efek positif terhadap
screening dapat menghindarkan penyebaran pengendalian penyakit bakterial seperti
penyakit pada populasi yang ada di unit Vibriosis dan AHPND yang tidak ditemukan
pembenihan. Unit pembenihan akan atau terdeteksi pada unit pembenihan di
melakukan pemusnahan pada benih udang Banten.

ISBN: 978-602-51396-6-6
Penerbit: Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro (UNDIP) 56
Prosiding Seminar Nasional, Semarang 2 Desember 2020
“Pembangunan Hijau dan Perizinan: Diplomasi, kesiapan perangkat dan pola standarisasi”

Prevention. J. Aquat. Anim. Health.


DAFTAR PUSTAKA 31:3–22.

Anjaini J, Agustin I, Bayu I. 2018. Joffre OM, Klerkx L, Khoa TND. 2018.
Histopathological in Gills, Aquaculture innovation system analysis
Hepatopancreas and Gut of White of transition to sustainable
Shrimp (Litopenaeus Vannamei) intensification in shrimp farming.
Infected White Feces Disease (WFD). Agron. Sustain. Dev. 38.
Res. J. Life Sci. 5:183–194. Kent ML, Sanders JL, Spagnoli S, Al-
Anjasmara B, Julyantoro PGS, Samarrie CE, Murray KN. 2020.
Suryaningtyas EW. 2018. Total Bakteri Review of diseases and health
dan Kelimpahan Vibrio pada Budidaya management in zebrafish Danio rerio
Udang Vannamei (Litopenaeus (Hamilton 1822) in research facilities.
vannamei) Sistem Resirkulasi Tertutup J. Fish Dis. 43:637–650.
dengan Padat Tebar Berbeda. Curr. KKP. 2014. Keputusan Kepala Badan
Trends Aquat. Sci. 1:1–7. Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan
Austin B, Austin DA. 2016. Vibrios, in: Keamanan Hasil Perikanan 338 Tahun
Bacterial Fish Pathogens: Disease of 2014.
Farmed and Wild Fish. Switzerland. KKP. 2018a. Kelautan dan Perikanan
499–572. dalam Angka 2018. Jakarta.
Azmi F, Faisal TM, Suransyah A, Sinaga S, KKP. 2018b. Peta Lalulintas Benih Ikan dan
Firli A. 2016. Identifikasi Penyebab Benur Udang Nasional 2018.
Kegagalan Panen Petani Tambak. https://kkp.go.id/bkipm/artikel/5880-
Samudra Akuatika. 1:26–36. peta-lalulintas-benih-ikan-dan-benur-
Boonyawiwat V, Patanasatienkul T, udang-nasional-2018. [Diakses Oktober
Kasornchandra J, Poolkhet C, 2020].
Yaemkasem S. 2016. Impact of farm Liu L, Xiao J, Zhang M, Zhu W, Xia X, Dai
management on expression of early X, Pan Y, Yan S, Wang Y. 2018. A
mortality syndrome / acute Vibrio owensii strain as the causative
hepatopancreatic necrosis disease ( agent of AHPND in cultured shrimp,
EMS / AHPND ) on penaeid shrimp Litopenaeus vannamei. J. Invertebr.
farms in Thailand. J. Fish Dis. 1–11. Pathol. 153:156–164.
FAO. 2010. Aquatic Biossecurity: a key for Manin OB, Ransangan. 2011. Experimental
sustainable aquaculture development, evidence of horizontal transmission of
Committee on Fisheries. Phuket: Betanodavirus in hatchery-produced
Thailand. Asian seabass, Lates calcarifer and
Flegel TW. 2012. Historic emergence, brown-marbled grouper, Epinephelus
impact and current status of shrimp fuscoguttatus fingerling. Aquaculture.
pathogens in Asia. J. Invertebr. Pathol. 321:157–165.
110:166–173. Moss SM, Moss DR, Arce SM, Lightner
Ina-Salwany MY, Al-saari N, Mohamad A, DV, Lotz JM. 2012. The role of
Mursidi FA, Mohd-Aris A, Amal MNA, selective breeding and biosecurity in the
Kasai H, Mino S, Sawabe T, Zamri- prevention of disease in penaeid shrimp
Saad M. 2019. Vibriosis in Fish: A aquaculture. J. Invertebr. Pathol.
Review on Disease Development and 110:247–250.

ISBN: 978-602-51396-6-6
Penerbit: Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro (UNDIP) 57
Prosiding Seminar Nasional, Semarang 2 Desember 2020
“Pembangunan Hijau dan Perizinan: Diplomasi, kesiapan perangkat dan pola standarisasi”

Muthukrishnana S, Defoirdtd T, Ina- Sarjito, Apriliani M, Afriani D, Haditomo


Salwanya MY, Yusoffa FM, Shariffb AHC. 2015. Agensia Penyebab
M, Ismailc SI, Natrah I. 2019. Vibrio Vibriosis Pada Udang Vaname
parahaemolyticus and Vibrio harveyi (Litopenaus vanammei) yang
causing Acute Hepatopancreatic Dibudidayakan Secara Intensif Di
Necrosis Disease (AHPND) in Penaeus Kendal. J. Kelaut. Trop. 18:189–196.
vannamei (Boone, 1931) isolated from
Malaysian shrimp ponds. Aquaculture. Sumini S, Kusdarwati R. 2020. The
511:734227. Discovery of Vibrio harveyi on
Litopenaeus vannamei Infected White
Mzula A, Wambura PN, Mdegela RH, Feces Disease in Situbondo, East Java.
Shirima GM. 2020. Present status of J. Perikan. Univ. Gadjah Mada. 22(9).
aquaculture and the challenge of
bacterial diseases in freshwater farmed Tendencia EA, Bosma RH, Verreth JAJ.
fish in Tanzania; A call for sustainable 2011. White spot syndrome virus
strategies. Aquac. Fish. 6(3):247-253. (WSSV) risk factors associated with
shrimp farming practices in polyculture
Octavia Y, Silalahi S, Nugroho T, Felix F. and monoculture farms in the
2011. Skrining bakteri vibrio sp asli Philippines. Aquaculture. 311:87–93.
Indonesia sebagai penyebab penyakit
udang berbasis tehnik 16S Ribosomal Wang H, Wan X, Xie G, Dong X, Wang X,
DNA. J. Ilmu dan Teknol. Kelaut. Trop. Huang J. 2020. Insights into the
3:85–99. histopathology and microbiome of
Pacific white shrimp, Penaeus
Oidtmann BC, Thrush MA, Denham KL, vannamei, suffering from white feces
Peeler EJ. 2011. International and syndrome. Aquaculture. 527:735447.
national biosecurity strategies in aquatic
animal health. Aquaculture. 320:22–33. Wangman P, Longyant S,
Taengchaiyaphum S, Senapin S. 2018.
Palić D, Scarfe AD, Walster CI. 2015. A Pir A & B toxins discovered in archived
Standardized Approach for Meeting shrimp pathogenic Vibrio campbellii
National and International Aquaculture isolated long before EMS / AHPND
Biosecurity Requirements for outbreaks. Aquaculture. 497:494–502.
Preventing, Controlling, and
Eradicating Infectious Diseases. J. Widanarni, Lidaenni MA, Wahjuningrum D.
Appl. Aquac. 27:185–219. 2010. Effects of different doses of skt-b
vibrio probiotic bacteria addition on
Rahman MM, Keus HJ, Debnath P, Shahrier survival and growth rate of tiger shrimp
MB, Sarwer RH, Kudrat-E-Kabir (Penaeus monodon) larva. Jurnal
QAZM, Mohan CV. 2018. Benefits of Akuakultur Indonesia. 9(1):21–29.
stocking white spot syndrome virus
infection free shrimp (Penaeus
monodon) post larvae in extensive
ghers of Bangladesh. Aquaculture.
486:210–216.

ISBN: 978-602-51396-6-6
Penerbit: Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro (UNDIP) 58

Anda mungkin juga menyukai