Anda di halaman 1dari 4

ISBN: 987-602-72245-6-8

Prosiding Biologi Achieving the Sustainable Development Goals


with Biodiversity in Confronting Climate Change
Gowa, 08 November 2021
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb

Epidemiologi Hantavirus di Indonesia Mengenai Struktur


Serta Perkembangannya
DEWI NUR ANGGRAENI1, ETI SUMIATI2
1
Prodi Teknologi Bank Darah, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Husada Yogyakarta
Jln. Babarsari Sleman, Indonesia. 55281
Email: dewinuranggraeni@stikeswirahusada.ac.id
2
Departemen Kesehatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram
Jalan Swakarsa III8 Kekalik, Mataram, Indonesia. 83125

ABSTRACT
Hantavirus is the latest viral infection that is currently being developed. Transmission of hantavirus
through polluted air is caused by urine and saliva from infected rodents (rats), as well as direct contact with
rodents (rats). In Indonesia, hantavirus is still not widely known, especially in a densely populated
environment. Hantavirus infection causes mild to fatal illness. Two symptoms of hantavirus infection are
HFRS (Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome) which causes kidney damage and HPS (Hantavirus
Pulmonary Syndrome) which causes damage to the lungs and spleen. This research method uses a
comparative literature study related to the method of observing the structure of hantaviruses and the
development of hantaviruses in Indonesia. The results obtained are the structure of the hantavirus which
has a circular or oval shape with a diameter of 80-120 nm., and the development of hantavirus in Indonesia,
which is spread over the islands of Java, Sulawesi and Denpasar.

Keywords: hantavirus; Indonesia; rodentia

INTISARI
Hantavirus merupakan infeksi virus terbaru yang sedang berkembang saat ini. Penularan hantavirus
melalui udara tercemar yang disebabkan oleh urin dan saliva dari hewan rodensia (tikus) yang terinfeksi,
serta kontak langsung dengan hewan rodensia (tikus). Di Indonesia, hantavirus masih belum banyak
diketahui, terutama pada lingkungan yang padat penduduk. Infeksi hantavirus menyebabkan penyakit
ringan hingga fatal. Dua gejala infeksi hantavirus yakni, HFRS (Hemorrhagic Fever With Renal Syndrom)
yang menyebabkan kerusakan ginjal dan HPS (Hantavirus Pulmonary Syndrome) yang menyebabkan
kerusakan paru-paru dan limfa. Metode penelitian ini menggunakan studi literatur perbandingan yang
berkaitan dengan metode pengamatan struktur hantavirus serta perkembangan hantavirus di Indonesia.
Hasil yang diperoleh adalah struktur dari hantavirus yaitu memiliki bentuk lingkaran atau oval dengan
diameter 80-120 nm., dan perkembangan hantavirus di Indonesia yaitu ada tersebar di Pulau Jawa, Sulawesi
dan Denpasar.

Kata kunci: hantavirus; Indonesia; rodensia

PENDAHULUAN lingkungan, atau dengan terjadi kontak secara


Hantavirus merupakan penyebab langsung dengan hospes primer termasuk lewat
zoonosis yang ditularkan oleh rodensia (Jiang saluran pencernaan makanan yang
et al., 2017). Tikus adalah inang reservoir dan terkontaminasi dari virus (Witkowski et al.,
sebagai sumber penular berbagai jenis 2017).
mikroorganisme penyebab zoonis pada Penyakit yang dapat muncul dari
manusia, diantaranya 68 jenis virus terdeteksi hantavirus yaitu haemorrhagic fever with renal
dan teridentifikasi pada spesies tikus (Mulyono syndrome (HFRS), nephropathia epidemica
et al., 2019). Mekanisme penularan infeksi (NE) dan hantavirus pulmonary syndrome
antar rodensia dapat terjadi melalui kontak (HPS) atau hantavirus cardiopulmonary
langsung dengan rodensia lain yang telah syndrome (HCPS). Jenis haemorragic fever
terinfeksi hantavirus (Perwitasari et al., 2014). with renal syndrome (HFRS) telah tersebar
Virus dikeluarkan lewat saliva, urin dan feses. hampir di seluruh dunia, terutama di Asia
Penularan penyakit ini dapat juga terjadi lewat (Milholland et al., 2018).
udara atau secara aerosol melalui inhalasi di

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 442
ISBN: 987-602-72245-6-8
Prosiding Biologi Achieving the Sustainable Development Goals
with Biodiversity in Confronting Climate Change
Gowa, 08 November 2021
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb

Hantavirus setiap tahun meningkat dalam waktu 10 tahun terakhir ini (Manigold &
kasusnya hingga 200.000 kasus, jumlah kasus Vial, 2014).
tersebut masih dimungkinkan terlalu rendah Dalam Penelitian yang dilakukan oleh
dikarenakan kurangnya tes diagnostik yang Assadah et al. (2020) menuliskan tentang
kurang tepat (de St. Maurice et al., 2017). struktur hantavirus yaitu hantavirus merupakan
Penemuan infeksi hantavirus di Indonesia yang virus RNA beramplop, strand negatif dan
pertama kali ditemukan tahun 1991 di kota termasuk ke dalam Genus Hantavirus, Famili
Maumere pada pekerja pelabuhan, dan Bunyaviridae. Virion hantavirus umumnya
selanjutnya ditemukan di kota besar yaitu berbentuk bulat, dengan diameter rata-rata
Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, sekitar 80-120 mm dan memiliki struktur
Surabaya, Denpasar dan Makassar (Lukman et permukaan dengan pola grid-like yang berbeda
al., 2019). Pada tahun 2018 infeksi hantavirus dari genera lain dari Famili Bunyaviridae. Pola
di Indonesia berasal dari wisatawan Jerman grid-like tersebut dapat mencerminkan
yang mengunjungi Pulau Sulawesi (Hofmann et proyeksi glikoprotein yang memanjang sampai
al., 2018). Indonesia merupakan negara yang 12 mm dari lipid bilayer (Assadah et al., 2020).
memiliki resiko terkena wabah penyakit Dari penelitian Assadah et al. (2020)
hantavirus, oleh karena itu perlu dilakukan diperoleh hasil berupa struktur virus,
pembahasan mengenai jenis struktur hantavirus seharusnya ada penjabaran tentang metode
dan perkembangan virus di indonesia. penelitian untuk mengamati struktur virus
tersebut, hingga gambar dari virus yang
METODE PENELITIAN diperoleh lengkap dengan keterangan dari
Metode yang digunakan adalah ukuran hantavirus tersebut. Untuk melihat
perbandingan studi literatur untuk melihat struktur virus, dapat dilihat dari partikel virus
struktur dari virus dan perkembangannya di menggunakan teknik difraksi sinar-X dan
Indonesia. Dalam pengamatan struktur virus, mikroskop elektron dapat memungkinkan
menunjukkan bentuk dan ukuran dari virus terlihat perbedaan kecil dalam morfologi dasar
tersebut dan memberikan informasi dari virus, dalam hal ini dibutuhkan zat warna logam
hantavirus yang dapat menyebabkan penyakit berat seperti kalium fosfotungstat untuk dapat
pada manusia. Sedangkan perkembangan virus mempertegas struktur permukaan. Dengan cara
terutama virus hantavirus dapat dilihat dari ini virus dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe
hasil rekam jejak laporan atau karya ilmiah di berdasarkan penataan sub satuan morfologinya
Indonesia, perkembangan virus hantavirus ini yaitu simetri heliks, simetri kubus, dan struktur
dapat dilihat dari tingkat virulensi yang muncul kompleks (Suprobowati & Kurniati, 2018).
di beberapa daerah di Indonesia. Untuk melihat ukuran virus yang
memiliki bentuk sangat kecil dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN menggunakan beberapa cara yaitu
Virus adalah suatu jasad renik yang menggunakan mikroskop elektron,
berukuran sangat kecil dan hanya dapat dilihat ultrasedimentasi (ultrasentrifugasi), dan
dengan mikroskop elektron yang menginfeksi ultrafiltrasi (Suprobowati & Kurniati, 2018).
sel organisme biologis. Virus hanya dapat Pada mikroskop elektron menggunakan
bereproduksi (hidup) di dalam sel yang hidup elektron sebagai pengganti gelombang cahaya
dengan menginvasi dan memanfaatkan sel dan lensa elektromagnetik sebagai pengganti
tersebut untuk dapat bereproduksi lensa kaca. Berkas elektron yang diperoleh
(Suprobowati & Kurniati, 2018). Hantavirus memiliki gelombang cahaya sehingga benda-
merupakan virus yang bersifat patogenik pada benda yang lebih kecil daripada gelombang
manusia (Vaheri et al., 2013). Infeksi dari cahaya dapat dilihat (Suprobowati & Kurniati,
hantavirus ini dapat dikategorikan salah satu 2018). Metode ultrasentrifugasi dapat
dari zoonosis yang penyebarannya paling luas menggunakan daya 100.000 kali lebih besar
di dunia dan beberapa kasus terlihat meningkat dari gaya berat untuk menyebabkan partikel-
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 443
ISBN: 987-602-72245-6-8
Prosiding Biologi Achieving the Sustainable Development Goals
with Biodiversity in Confronting Climate Change
Gowa, 08 November 2021
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb

partikel mengendap di dasar tabung (sekitar Hantavirus mempunyai beberapa gen spesifik
80.000–100.000 putaran/menit). Hubungan terutama gen S yang dapat dikembangkan
antara ukuran dan bentuk partikel dengan untuk uji diagnostik karena memiliki sifat
kecepatan mengendapnya memungkinkan imunogenik (Perwitasari et al., 2014).
penentuan ukuran partikel, dalam hal ini Menurut Assadah et al. (2020), studi
struktur fisik sangat mempengaruhi perkiraan epidemiologi menunjukkan bahwa hantavirus
ukuran yang diperoleh (Suprobowati & tersebar luas secara global termasuk di
Kurniati, 2018). Indonesia. Indonesia merupakan negara
Ultrafiltrasi dengan membran kolodion kepulauan, beriklim tropis dan dilewati oleh
yang diameter pori-porinya bermacam-macam. garis khatulistiwa. Reservoir dari hantavirus
Bila bahan virus dilewatkan melalui sederet dapat tumbuh dengan baik seiring dengan
membran dengan ukuran pori yang diketahui adanya perubahan lahan di Indonesia ataupun
maka ukuran suatu virus dapat diperkirakan adanya bencana alam yang terjadi.
dengan menentukan dari membran mana yang Keanekaragaman suku di Indonesia juga
meloloskan virus dan selaput mana yang menjadi salah satu faktor reservoir hantavirus
menahannya (Suprobowati & Kurniati, 2018). diantaranya adanya faktor budaya atau
Struktur virus secara relatif sangat sederhana kebiasaan mengonsumsi daging tikus atau
yaitu dari pembungkus yang mengelilingi atau kelelawar, sehingga akan berpengaruh terhadap
melindungi asam nukleat. Virus mengadakan penyebaran dan penularan hantavirus.
reproduksi hanya dalam sel hidup yaitu dalam Dari pernyataan Assadah et al. (2020)
nukleus, sitoplasma atau di dalam keduanya belum tampak jelas bagaimana mengetahui
dan tidak mengadakan kegiatan metabolisme persebaran hantavirus, karena hanya
jika berada di luar sel hidup. berdasarkan data saja. Untuk dapat melihat
Menurut Assadah et al. (2020) yaitu persebaran penyakit hantavirus dapat dengan
genom hantavirus terdiri dari RNA untai cara metode pengambilan darah, koleksi serum
tunggal yang membagi 30 sekuens terminal dari dan hati tikus. Dan selanjutnya dilakukan
segmen genom. Segmen S (1,7-2,0 kb) pengujian deteksi hantavirus dengan metode uji
menyandi protein nukleokapsid (N), segmen M ELISA.
(3,6 kb) menyandi protein prekursor Dalam penelitian Mulyono et al. (2019)
glikoprotein dari dua glikoprotein virus (Gn dilakukan pengambilan darah tikus kemudian
dan Gc), dan segmen L (6,5 kb) yang mengkode dari darah tersebut dilakukan pemisahan serum
enzim RNA polymerase (Mulyono et al., darah dengan menggunakan mesin centrifuge,
2017b; Zupanc et al., 2019). Protein N darah dalam vacutainer pada kecepatan 3000
merupakan protein multifungsi, yang dapat rpm selama 5 menit. Serum yang terbentuk
berfungsi sebagai pembungkus genom, diambil dengan menggunakan mikropipet
pendampingan RNA, transportasi protein ukuran 1000 ml dan dimasukkan dalam crytube
intraseluler, degradasi DNA, intervensi steril ukuran 2 ml. Serum disimpan dalam suhu
translasi pada hospes, dan membatasi respon 40-80C. sampel hati diambil dengan cara
imun hospes (Reuter & Kruger, 2018). dibedah, kemudian diambil sebanyak 500 mg
Glikoprotein dan protein N dapat mengganggu dan dimasukkan dalam crytube steril ukuran 2
aktivitas antivirus dalam sel yang terinfeksi, ml, dan ditambahkan RNAlater sampai semua
sehingga meningkatkan replikasi virus sampel terendam dan disimpan pada suhu 4 0-
(Muyangwa et al., 2015). Permukaan 80C.
glikoprotein G1 dan G2 diekspresikan sebagai Metode ELISA menurut penelitian
prekursor poliprotein (GPC) yang didegradasi Mulyono et al. (2019) dilakukan untuk deteksi
oleh protease seluler. Glikoprotein akan hantavirus dengan cara memasukkan serum
berinteraksi dengan reseptor permukaan yaitu tikus yang telah diencerkan dengan
integrin β3 dan memfasilitasi masuknya perbandingan 1:50, kemudian sumuran plate
hantavirus (Chandy & Mathai, 2020). diisi serum yang telah diencerkan dan plate
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 444
ISBN: 987-602-72245-6-8
Prosiding Biologi Achieving the Sustainable Development Goals
with Biodiversity in Confronting Climate Change
Gowa, 08 November 2021
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb

ditutup serta diinkubasi pada suhu 370C selama & Knust, B., 2017. Exposure characteristics of
45 menit. Plate dicuci selama 5 kali kemudian hantavirus pulmonary syndrome. Emerg. Infect.
Dis. vol. 23(5): 733–739.
diinkubasi dan ditambahkan larutan ABTS Milholland, M.T., Castro-Arellano, I., Suzán, G., Garcia-
Peroksidase, dilanjutkan inkubasi, dan Peña, G.E., Lee, T.E., Rohde, R.E., Alonso
ditambahkan larutan stop solution, pembacaan Aguirre, A., Mills, J.N. 2018. Global diversity and
ELISA pada panjang gelombang 405 nm. distribution of hantaviruses and their hosts.
Ecohealth. vol. 15: 163–208.
Mulyono, A., Sari, T.F., Ristiyanto, Yuliadi, B., Royandi,
KESIMPULAN E., Pradipta, A. 2019. Deteksi virus hepatitis E
Struktur dari hantavirus dapat dilihat (HEV) dan hantavirus pada binatang reservoir
dengan menggunakan beberapa metode salah (tikus) yang tersebar di Kabupaten Klaten dan
satunya adalah mikroskop elektron dan Kendal, Propinsi Jawa Tengah. Vektora. vol.
persebaran virus di Indonesia dapat dilihat pada 11(2) 87-94.
Mulyono A., Ristiyanto., & Putro D.B.W. 2017b. Infeksi
beberapa pulau Jawa, Sulawesi dan Denpasar ganda Leptospira dan Hantavirus pada Rattus
dengan menggunakan metode deteksi ELISA. norvegicus di Maumere Flores, Nusa Tenggara
Timur. BALABA. vol. 13: 93-104.
DAFTAR PUSTAKA Muyangwa, M., Martynova, E.V., Khaiboullina, S.F.,
Assadah, N.S., Sendow, I., & Dharmayanti, N.L.P.I. Marzunov, S.P., & Rizvanov, A.A. 2015.
2020. Hantavirus: Struktur, mekanisme penularan Hantaviral proteins: Structure, functions, and role
penyakit, perkembangan obat dan vaksin untuk in Hantavirus infection. Front Microbiol. vol. 6:
pengendalian penyakit di Indonesia. WARTAZOA. 1-10.
vol. 30(2): 71-78. Perwitasari, D., Ibrahim I.N., & Yasmon, A. 2014. Gene
Chandy, S., & Mathai, D. 2020. Globally emerging S characterization of Hantavirus species Seoul
hantaviruses: An overview. Indian J Med virus isolated from Rattus norvegicus on an
Microbiol. vol. 35(2): 165-175. Indonesian island. Health Sci Indones. vol. 5: 1-6.
Hofmann, J., Weiss, S., Kuhns, M., Zinke, A., Reuter, M., & Kruger D.H. 2018. The nucleocapsid
Heinsberger, H., & Kruger, D.H., 2018. protein of Hantaviruses: much more than a
Importation of human Seoul virus infection to genome-wrapping protein. Virus Genes. vol. 54:
Germany from Indonesia. Emerg. Infect. Dis. vol. 5-16.
24: 1099–1102. Suprobowati, O.D., & Kurniati, I. 2018. Virologi (Bahan
Jiang, H., Zheng, X., Wang, L., Du, H., Wang, P., & Bai, Ajar Teknologi Laboratorium Medik). Jakarta:
X. 2017. Hantavirus infection: A Global zoonotic Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia
challenge. Virol. Sin. vol. 32: 32–43. Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Lukman, N., Kosasih, H., Ibrahim, I.N., Pradana, A.A., Indonesia.
Neal, A., & Karyana, M. 2019. A Review of Vaheri, A., Strandin, T., Hepojoki, J., Sironen, T.,
Hantavirus research in Indonesia: Prevalence in Henttonen, H., Mäkelä, S., Mustonen, J. 2013.
humans and rodents, and the discovery of Serang Uncovering the mysteries of hantavirus
Virus. Viruses. vol. 11(698): 1-11. infections. Nature Reviews Microbiology. vol.
Manigold, T., & Vial, P. 2014. Human hantavirus 11(8): 539–550.
infections: Epidemiology, clinical features, Witkowski, P.T., Perley, C.C., Brocato, R.L., Hooper,
pathogenesis and immunology. Swiss Medical J.W., Jurgensen, C., Schulzke., J.D., Kruger,
Weekly. vol. 144: 1–10. D.H., & Bucker R. 2017. Gastrointestinal tract as
de St. Maurice, A., Ervin, E., Schumacher, M., Yaglom, entry route for Hantavirus infection. Front
H., Vinhatton, E., Melman, S., Komatsu, K., Microbiol. vol. 8: 1-9.
House, J., Peterson, D., Buttke, D., Ryan, A., Zupanc, T.A., Saksida, A., & Korva, M. 2019.
Yazzie, D., Manning, C., Ettestad, P., Rollin, P., Hantavirus infections. Clin Microbiol Infect. vol.
21: e6-e16.

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 445

Anda mungkin juga menyukai