Anda di halaman 1dari 11

AJARAN KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF AGAMA HINDU

Desak Made Egi Libra Yani

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, STAHN Mpu Kuturan Singaraja,


Indonesia

desakegi@gmail.com

Abstrak

Konsep kepemimpinan hindu memberikan sebuah pemahaman yang lebih


mendalam. Selain dasar itu, yang terutama kepemimpinan hindu
bersumber dari kitab suci weda dan diajarkan oleh para orang suci.
Kepemimpinan hindu juga banyak yang mengacu pada tantanan alam
semesta yang merupakan ciptaan dari Tuhan Yang Maha Esa. Adapun
konsep kepemimpinan hindu yang banyak diajarkan dalam sastra dan
susastranya antara lain: Asta Brata, Catur Kotamaning Nrpati, Tri Upaya
Sandhi, Panca Upaya Sandhi, Panca Dasa Pramiteng Prabhu, Sad Upaya
Guna.

Kata Kunci: Kepemimpinan, Agama Hindu

Pendahuluan

Dalam kehidupan bermasyarakat dan berorganisasi tidak lepas dari


keberadaan pemimpin dan orang yang dipimpin. Setiap kelompok atau
organisasi masyarakat selalu mempunyai pemimpin, baik formal maupun
informal. Berhasil tidaknya suatu kelompok organisasi ditentukan oleh
berbagai faktor, termasuk karakter pemimpinnya. Pemimpin yang baik dan
ideal mempengaruhi keberhasilan suatu organisasi. Dalam masyarakat,
kepemimpinan merupakan faktor terpenting yang menentukan
kepemimpinan suatu organisasi.
Istilah pemimpin berasal dari kata “pimpin” yang dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai “pembimbing atau tuntun”. Kata
kerja dalam kata dasar ini, yaitu “memimpin,” yang berarti “membimbing
atau menuntun”. Dari kata dasar inilah istilah “pemimpin” yang berarti
“seseorang yang memimpin” (KBBI,2005:874). Kata “pemimpin” memiliki
kaitan yang sangat erat dengan kata “kepemimpinan”. Kepemimpinan
merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Dengan kata
lain kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
memimbing serta menuntun seseorang.

Kepemimpinan secara umum diartikan sebagai kemampuan


mengkoordinasikan dan menggerakkan orang atau kelompok menuju suatu
tujuan yang diinginkan (Tim Pengusun, 2004: 78). Menurut William H.
Newman (1968), kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku
orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia, baik secara individu
maupun kelompok. Mempelajari tentang pemimpin dan kepemimpinan
secara umum, dan khususnya bagaimana menjadi pemimpin yang baik,
gaya dan sifat-sifat yang cocok untuk memimpin, serta apa saja yang
menjadikan seorang pemimpin yang baik, sesuai dengan ajaran agama
Hindu.

Menanamkan ajaran kepemimpinan berdasarkan sumber suci


agama Hindu di kalangan generasi muda warga negara Indonesia (sekati
terna) dan para pemimpin di berbagai bidang, termasuk karang taruna,
presiden, tokoh masyarakat, kepala sekolah, bahkan orang tua adalah
sebuah inisiatif yang positif dan patut dipuji, pahami, amalkan, dan
tingkatkan kepemimpinan Hindu sesuai kemampuan.
Hasil Dan Pembahasan

Definisi Kepemimpinan Dalam Agama Hindu

Dalam agama hindu banyak ditemukan istilah yang merujuk pada


pengertian pemimpin. Ajaran atau konsep kepemimpinan dalam agama
hindu dikenal dengan istilah Adhipatyam Atau Nayakatvam. Kata
“adhipatyam” berasal dari kata “adhipati” yang artinya raja tertinggi
(wojowasito, 1977:5). Sedangkan “nayakatvam” berasal dari kata “nayaka”
yang artinya pemimpin, tertua, dan kepala (wojowasito. 1977:177). Selain
kata adhipati dan nayaka yang memiliki arti pemimpin, terdapat juga
beberapa istilah lain untuk menyebut seorang pemimpin, yaitu: raja, prabhu,
ksatriya, dan maharaja. Di Indonesia juga ada istilah yang dikenal dengan
ratu, datu, dan sang wibhuh yang mempunyai arti sama dengan kata
pemimpin namun secara terminlogis terdapat perbedaan (titib, 1995:3).

Asal usul pemimpin sebenarnya ditegaskan dalam kitab suci Weda


(Yajurveda XX.9), sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, yang
dengan jelas menyebutkan bahwa pemimpin berasal dari warga negara
atau rakyat. Tentu yang dimaksud kitab suci ini sebenarnya adalah
kualifikasi atau kemampuan seseorang. Sesuai dengan bakat dan
keterampilan atau profesi seseorang, yang dalam bahasa Sansekerta
disebut Varna. Kata Varna berasal dari kata “Vr” yang berarti memilih
seseorang sesuai dengan bakatnya (Titib, 1995: 10).

Apabila kemampuan kepemimpinannya sangat baik dan dapat


mengatur organisasi dengan baik, maka ia disebut Ksatriya karena kata
ksatriya artinya yang memberi perlindungan. Selain itu, seorang Brahmana
adalah orang yang berakal tinggi yang ingin dikaitkan dengan bidang
spiritual. Begitu juga dengan profesi masyarakat seperti pedagang,
saudagar, petani, nelayan, dan lain sebagainya. Ada banyak contoh
pemimpin dalam sejarah Hindu yang dimaksudkan untuk menjadi panutan.
Dalam setiap era sejarah Hindu selalu ada tokoh-tokoh yang menjadi
pemimpin. Diantaranya Erlangga, Sanjaya, Ratu Sima, Sri Aji Jayabhaya,
Jayakatwang, Kertanegara, Hayam Wuruk, Gajah Mada dan masih banyak
lagi yang lainnya. Banyak sekali tokoh-tokoh Hindu pada masa itu yang juga
dapat dijadikan panutan/pemimpin seperti: Mahatma Gandhi, Swami
Vivekananda, Ramakrsna, Sri Satya Sai dan lainnya.

Selain itu, contoh kepemimpinan Hindu dapat ditemukan dalam


cerita Itihasa dan Purana. Banyak tokoh dalam cerita yang diidealkan
sebagai pemimpin Hindu. contohnya: Dasaratha, Sri Rama, Wibhisana,
Arjuna Sasrabahu, Pandudewanata, Yudisthira dan lainnya. Secara umum,
dalam cerita Itihasa dan Purana, pemimpin (raja) tidak bisa dibedakan
dengan Pandita seperti Purohito (penasihat raja). Brahman ksatriya sadulur
artinya penguasa dan pendeta sejajar. “Raja tanpa Pandita lemah, Pandita
tanpa raja binasa.” Misalnya: Bhatara Guru Kahyangan di bawah Jonggring
Salaka dibantu oleh Maharsi Narada sebagai penasehatnya, Maharaja
Dasaratha di bawah Ayodya oleh Maharsi Wasistha, Maharaja Pandua di
bawah Astina oleh Krpacharya dll.

Fungsi kepemimpinan

Dalam hubungannya dengan kehidupan manusia, agama dan pemimpin


mempunyai beberapa fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Sebagai faktor pendorong yang mendorong, menopang dan


menunjang cita-cita dan aktivitas manusia dalam segala bidang
kehidupan
2. Sebagai faktor kreatif, produktif, dan inovatif, mendorong dan
mengasumsikan kreativitas dan inovasi di samping kerja produktif.
3. Sebagai faktor pemersatu yang menyatukan seluruh aktivitas
manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat
dalam berbagai bidang kehidupan. Keimanan dan penghayatan
terhadap ajaran agama menghalangi manusia untuk merusak
keadaan dan kepribadiannya. Karena integritas kepribadiannya,
seseorang mampu menghadapi banyak tantangan dan risiko dalam
hidupnya.Sebagai faktor sublimatif atau transformatif, mampu
mengubah sikap dan prilaku, perkataan maupun perbuatan sesuai
sesuai dengan ajaran agama.
4. Sebagai faktor inspiratif yang menginspirasi pada pengembangan
seni dan budaya yang dijiwai oleh Agama Hindu.

Konsep Kepemimpinan Dalam Agama Hindu

1. Kepemimpinan Dalam Asta Brata


Dalam kitab suci Manawadharmasastra khususnya
Saptamodhyaya, sloka empat menekankan pada bentuk
kepemimpinan Hindu yang terdiri dari delapan bentuk atau jenis yang
disebut asta brata.
"Indranilayamarkanam agnesca warunasya" "ca candrawettescaiwa
matra nihrrtya saswatih"
Untuk memenuhi tujuan itu (raja) harus memiliki sifat partikel
abadi Indra, Wayu, Yama, Surya, Agni, Waruna, Candra dan Kubera
(Pudja dan Tjok Rai Sudharta, 2003; 353).
Secara spesifik, pemimpin agama Hindu hendaknya memiliki
sifat kepemimpinan yang alamiah dan kharismatik atau sifat-sifat
yang sesuai dengan prabhava Dewa Indra, yaitu perlakuan setara
dan tidak memihak dalam bertindak. Pemimpin agama Hindu juga
mempunyai karakter yang mampu memahami seluruh sisi dan
lapisan masyarakat yang dipimpinnya, seperti Prabhawa Dewa
Wayu atau dewa angin yang mempunyai perhatian yang sama dari
berbagai garis keturunan. Hal ini juga mempunyai hakikat atau
prabhawa Dewa Yama atau dewa kematian bahwa para pemimpin
Hindu harus diperlakukan dengan adil dan tanpa diskriminasi ketika
mereka benar, dibenarkan dan dipuji ketika mereka salah,
disalahkan dan dihukum. Selanjutnya, pemimpin Hindu harus
memiliki Dewa Surya prabhawa, yaitu. mereka bisa tegas dalam
memberikan pelayanan dan bimbingan, tidak serta merta samar-
samar terhadap objek dan pokok bahasan yang tidak mereka sukai.
Dalam hal ini, seseorang tidak boleh bertindak atas dasar suka dan
tidak suka dan harus tetap tegas dan lugas dalam segala konteks
administratif.
Para pemimpin Hindu juga mendorong orang-orang yang
mereka lihat untuk maju ke arah penyembuhan dengan menafsirkan
esensi atau prabhava dari Agni atau dewa api. Selain itu, pemimpin
agama Hindu harus memiliki sifat Dewa Waruna atau air/dewa, atau
prabhawa, yang berarti memberikan perhatian dan pelayanan untuk
meningkatkan kekayaan, kesuburan, dan kesejahteraan secara
merata kepada semua pihak. Seorang pemimpin juga harus
mempunyai sifat atau prabhaa Dewa Candra atau dewa bulan, yaitu
harus mampu memberikan pelayanan dan ilmu yang lemah lembut,
santun, santun, penuh kasih sayang dan mampu merangkul hati
nurani setiap warga negara yang dipimpinnya. Tidak boleh bersikap
sombong, kasar, kejam, sadis dan menyakiti perasaan orang yang
dipimpinnya. Ciri penting lainnya adalah pemimpin Hindu
mempunyai kualitas seperti Kubera, yaitu memberikan imbalan, gaji,
dan kekayaan yang memadai kepada rakyatnya. Delapan wujud
atau sifat kepemimpinan Hindu disebut Astra brata yaitu Indra Brata,
Wayu Brata, Yama Brata, Surya Brata, Agni Brata, Waruna Brata,
Candra Brata dan Kubera Brata.
Sederhananya dapat dijadikan sebagai cerminan suci para
pemimpin agama Hindu dalam menjalankan tugas (rajadharma)-nya,
agar segala upaya yang dilakukan dapat bermakna dan memberikan
kontribusi yang positif dan dinamis terhadap objek yang dipimpinnya.
pemimpin harus mempunyai karakter asta brata agar kualitas negara
meningkat dan bangsa sejahtera. Bagi kepala sekolah, fitur Asta
Brata ini dapat bermanfaat untuk memberikan pengajaran dan
teladan kepada guru dan siswa lainnya. Apabila tokoh masyarakat
mempunyai sifat tersebut, maka masyarakat dan desa atau kota
yang dipimpinnya menjadi kota yang damai dan sejahtera bagi
masyarakatnya, dan orang tua yang mengamalkan karakter tersebut
dapat memberikan contoh kepada anak-anaknya dalam berperilaku
sehingga anak-anak tersebut menjadi baik. dan generasi masa
depan yang berguna bagi negara dan rakyat.

2. Kepemimpinan Dalam Catur Kotamaning Nrpati


Catur Kotamaning Nrpati adalah konsep kepemimpinan
Hindu pada jaman Majapahit seperti yang ditulis oleh M. Yamin
dalam buku “Tata Negara Majapahit”. Catur Kotamaning
Nrpati merupakan 4 syarat utama, yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin. Adapun keempat syarat tersebut adalah;
a) Jnana wisesa suddha, artinya pemimpin harus memiliki
pengetahuan yang luhur dan suci. Dalam hal ini artinya harus
memahami kitab suci atau ajaran agama.
b) Kaparahitaning praja, artinya pemimpin harus menunjukkan belas
kasihnya kepada rakyatnya. Jika raja mencintai rakyatnya maka
akan dicintai pula oleh rakyatnya.
c) Kawiryan, artinya seorang raja harus berwatak pemberani dalam
menegakkan kebenaran serta keadilan berdasarkan pengetahuan
suci yang dimiliki.
d) Wibawa, artinya seorang pemimpin harus berwibawa terhadap
bawahan dan rakyatnya. Raja yang berwibawa akan disegani oleh
rakyatnya.
3. Kepemimpinan Tri Upaya Sandhi
Di dalam lontar raja pati gundala disebutkan bahwaraja harus
memiliki tiga Upaya agar dapat menghubungkan diri dengan
rakyatnya. Berikut bagian dari tri upaya sandhi:
a) Rupa, artinya seorang pemimpin harus mengamati wajah
rakyatnya. Dengan begitu raja akan mengetahui keadaan
rakyatnya.
b) Wangsa, artinya seorang pemimpin harus mengetahui susunan
Masyarakat (stratifikasi sosial) agar dapat menentukan
pendekatan apa yang seharusnya digunakan.
c) Guna, artinya seorang pemimpin harus mengetahui tingkat
peradaban atau kepandaian rakyat sehingga bisa mengetahui apa
yang diperlukan oleh rakyatnya.

4. Kepemimpinan Dalam Panca Upaya Sandhi


Dalam Lontar Siwa Buddha Gama Tattwa disebutkan bahwa ada
lima tahapan atau upaya yang harus dilakukan oleh seorang
pemimpin, dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang menjadi
tanggung jawab raja. Adapun bagian-bagian dari Panca Upaya
Sandi ini adalah;
a. Maya, artinya pemimpin harus berusaha mengumpulkan
informasi atau permasalahan yang masih belum jelas
permasalahannya (maya).
b. Upeksa, artinya seorang pemimpin harus meneliti dan
menganalisis semua data dan mengkondifikasikan secara
professional.
c. Indra jala, artinya seorang pemimpin harus bisa menentukan titik
terang dalam penyelesaian masalah yang dihadapi.
d. Wikrama, artinya seorang pemimpin harus melaksanakan semua
Upaya penyelesaian segala hal dengan baik dan sesuai aturan.
e. Logika, artinya seorang pemimpin harus mengutamakan
pertimbangan logis dalam bertindak dalam menindak lanjuti
permasalahan yang telah titetapkan.

5. Kepemimpinan Dalam Panca Dasa Pramiteng Prabhu


Dalam Lontar Negara Kertagama, Rakawi Prapanca menulis
tentang keutamaan Gajah Mada layaknya Maha Patih Kerajaan
Majapahit. Ciri-ciri utama inilah yang pula membawa Majapahit ke
puncak kejayaannya. Ada 15 sifat utama yang disebut Panca Dasa
Pramiteng Prabhu. Lima belas bagian Panca Dasa Pramiteng
Prabhu adalah:
1. Wijayana, artinya bijaksana dalam setiap masalah.
2. Mantri Wira, artinya berani dalam membela Negara.
3. Wicaksananengnaya, artinya sangat bijaksana dalam
memimpin.
4. Natanggwan, artinya dipercaya oleh rakyat dan negaranya.
5. Satya Bhakti Prabhu, artinya selalu setia dan taat pada atasan.
6. Wagmiwak, artinya pandai bicara dan berdiplomasi.
7. Sarjawa Upasama, artinya sabar serta rendah hati.
8. Dhirotsaha, artinya teguh hati dalam setiap usaha.
9. Teulelana, artinya teguh iman dan optimistis.
10. Tan Satrsna, artinya tidak terlihat pada kepentingan golongan
atau pribadi.
11. Dibyacita, artinya lapang dada dan toleransi.
12. Nayakken Musuh, artinya mampu membersihkan musuh-musuh
Negara.
13. Masihi Samasta Bawana, artinya menyayangi isi alam
14. Sumantri, artinya menjadi abdi atau pengabdi negara yang baik.
15. Gineng Pratigina, artinya senantiasa berbuat baik dan
menghindari pebuatan buruk.
6. Kepemimpinan dalam Sad Upaya Guna
Dalam Lontar Rajapati Gondala dijelaskan bahwa seorang raja
harus melewati enam ujian atau Upaya memimpin negara. Keenam
ujian atau Upaya ini juga dikenal sebagai Sad Upaya Guna. Keenam
usaha atau upaya tersebut adalah:
1. Siddhi, artinya kemampuan bersahabat.
2. Wigrha, artinya memecahkan setiap persoalan.
3. Wibawa, artinya menjaga kewibawaan.
4. Winarya, artinya cakap dalam memimpin.
5. Gascarya, artinya mampu menghadapi lawan yang kuat.
6. Stanha, artinya menjaga hubungan baik.

Kesimpulan

Dalam agama hindu banyak ditemukan istilah yang merujuk pada


pengertian pemimpin. Ajaran atau konsep kepemimpinan dalam agama
hindu dikenal dengan istilah Adhipatyam Atau Nayakatvam. Kata
“adhipatyam” berasal dari kata “adhipati” yang artinya raja tertinggi
(wojowasito, 1977:5). Sedangkan “nayakatvam” berasal dari kata “nayaka”
yang artinya pemimpin, tertua, dan kepala (wojowasito. 1977:177). Dalam
hubungannya dengan kehidupan manusia, agama dan juga pemimpin atau
kepemimpinan mempunyai fungsi sebagai faktor motivatif, mendorong,
mendasari, melandasi cita-cita dan amal perbuatan manusia dalam seluruh
aspek kehidupannya. Konsep kepemimpinan hindu terdiri dari; Asta Brata,
Catur Kotamaning Nrpati, Tri Upaya Sandhi, Panca Upaya Sandhi, Panca
Dasa Pramiteng Prabhu, Sad Upaya Guna.
Daftar Pustaka

Ajaran Kepemimpinan Hindu. (2023, juli). Retrieved from KEMENTERIAN


AGAMA REPUBLIK INDONESIA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA
KABUPATEN KARANGASEM:
https://bali.kemenag.go.id/karangasem/berita/49293/ajaran-
kepemimpinan-hindu

Suryawa, I. A. (2020). Haridracarya: Jurnal Pendidikan Agama Hindu.


KONSEP PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN IDEALIS MENURUT
AJARAN AGAMA HINDU.

Hemamalini, Kadek. "Nilai-Nilai Kepemimpinan Dalam Perspektif Ajaran


Hindu." Dharma Duta 17.2 (2019): 1-13.

Anda mungkin juga menyukai