Anda di halaman 1dari 6

KEPEMIMPINAN HINDU

KELOMPOK 3

Nama :

1. Ni Putu Chandra Krisna Dewi (2309511145)


2. Ni Putu Ayu Vanny Damayanti (2309511162)
3. I Wayan Adi Cahya Utama (2309511173)
4. I Gede Rama Prama Yoga (2309511188)

Kepemimpinan Hindu

A. Filosofi Kepemimpinan Hindu


Istilah kepemimpinan berasal dari kata pemimpin atau leader. Kepemimpinan atau leadership
merupakan upaya untuk memimpin anggota atau warga masyarakat atau memimpin umat
beragama, termasuk juga adalah umat beragama Hindu. Pemimpin dalam Hindu adalah Niti
dan ilmu tentang kepemimpinan Hindu adalah Niti Sastra. Kata pemimpin juga sering
dinamai Nayaka. Jadi pemimpin dalam Hindu adalah seorang Niti atau seorang Nayaka, yang
maknanya sebagai orang yang dituakan, orang yang diberikan tugas untuk menuntun, orang
diberikan kewajiban untuk mengontrol, mengawasi, maupun tugas untuk mengendalikan
keadaan umat beragama Hindu, sehingga kondisi tatanan masyarakat Hindu menjadi tertib,
disiplin, damai, rukun, harmonis, terkendali, terkontrol, terlayani dengan baik, aman, nyaman,
dan sejahtera.

Ajaran atau konsep kepemimpinan (leadership) dalam Hindu dikenal dengan istilah
Adhipatyam atau Nayakatvam. Kata “Adhipatyam” berasal dari “Adhipati” yang berarti “raja
tertinggi”. Sedangkan “Nayakatvam” dari kata “Nayaka” yang berarti “pemimpin, terutama,
tertua, kepala”. Jadi setiap orang mampu menjadi pemimpin. Memimpin adalah sebuah seni
dan setiap orang memiliki gaya dan cara tersendiri dalam kepemimpinannya.

Kepemimpinan secara umum merupakan perilaku yang mempengaruhi manusia baik


perorangan maupun kelompok, untuk dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan
sebaik–baiknya serta dituntut untuk kerjasama yang baik sehingga dapat mencapai tujuan
organisasi yang diinginkan. Seorang pemimpin harus bisa memberikan inspirator perubahan
dan visioner yang memiliki visi yang jelas dan kemana organisasi akan dituju.

B. Konsep-Konsep Kepemimpinan Hindu


a. Konsep Kepemimpinan Dalam Asta Brata
Dalam ajaran agama Hindu sesuai sumber pustaka suci Manawa Dharmasastra ada
diajarkan tentang filosofi kepemimpinan Hindu yaitu Asta Brata.
Simak makna sloka berikut ini.
“Indranilayamarkanam agnesca warunasya ca, candrawittescaiwa matra nirhrtya
saswatih’
Artinya :
Untuk memenuhi maksud tujuan itu (raja) harus memiliki sifat-sifat partikel yang
kekal dari pada Dewa Indra, Wayu, Yama, Surya, Agni, Waruna, Candra, dan
Kubera”
Jadi ajaran filosofi kepemimpinan asta brata sesuai pustaka suci Manawa
Dharmasastra, antara lain :
1) Indra Brata yaitu sifat pemimpin perhatian yang harmonis,
2) Wayu Brata yakni sifat pemimpin seperti angin merasuk ke berbagai
komponen,
3) Yama Brata yakni sifat pemimpin yang adil bijaksana,
4) Surya Brata yakni sifat pemimpin yang memberikan penerangan yang jelas,
5) Agni Brata yakni sifat pemimpin yang memberikan semangat yang berkobar,
6) Waruna Brata yakni sifat pemimpin yang memberikan perhatian yang luas
tanpa batas,
7) Candra Brata yakni sifat pemimpin yang memberikan penerangan dan
pelayanan yang lembut, dan
8) Kubera Brata yakni sifat pemimpin yang memberikan pelayanan yang
memakmurkan semua rakyat

b. Konsep Kepemimpinan Hindu Dalam Catur Komaning Nrpati

Catur Kotamaning Nrpati merupakan konsep kepemimpinan Hindu pada jaman


Majapahit sebagaimana ditulis oleh M. Yamin dalam buku “Tata Negara Majapahit”.
Catur Kotamaning Nrpati adalah empat syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin.Ada empat sifat utama bagi seorang pemimpin atau negarawan yaitu

1. Jnana Wisesa Suddha, yaitu seorang pemimpin hendaknya memiliki atau


menguasai ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan dan teknologi,
agama/spiritual secara teori maupun praktek.
2. Kaprahitaning Praja, yaitu mempunyai seorang pemimpin yang memiliki
perasaan belas kasihan kepada bawahan atau rakyatnya dan berusaha
mengadakan perbaikan kondisi masyarakat (catur paramita : maitri, karuna,
mudita, dan upeksa).
3. Kawiryan, yaitu mempunyai keberanian untuk menegakkan kebenaran dan
keadilan dengan prinsip berani karena benar dan takut karena salah.
4. Wibhawa, yaitu memiliki pemimpin yang memiliki kewibawaan terhadap
bawahan atau rakyat, sehingga setiap perintahnya dapat dilaksanakan dan
program yang direncanakan dapat terealisasi.

c. Konsep Kepemimpinan Hindu Dalam Tri Upaya Sandhi


Dalam lontar Raja Pati Gundala dinyatakan bahwa seorang pemimpin hendaknya
selalu berupaya menghubungkan dirinya dengan masyarakat yang dipimpinnya,
dimana ajaran ini dinamakan Tri Upaya Sandhi. Ketiga jenis ajarannya antara lain:

1. Rupa (mampu mengenali wajah rakyatnya),


2. Wamsa (mampu mengenali struktur sosial rakyatnya), dan
3. Guna (mampu mengenali keintelektualan masyarakatnya).

d. Konsep Kepemimpinan Hindu Dalam Panca Upaya Sandhi

Di dalam lontar Siwa Budha Gama Tattwa terdapat ajaran Panca Upaya Sandhi
sebagai konsep kepemimpinan Hindu. Adapun kelima ajaran kepemimpinan tersebut,
antara lain :

1. Maya (mampu bertindak jelas lewat intelijen),


2. Upeksa (mampu menganalisis masalah secara menarik),
3. Indrajala (mampu memecahkan masalah secara maksimal),
4. Wikrama (mampu mewujudkan kesejahteraan lahir batin), dan
5. Lokika (mampu bertindak sehat, logis, ilmiah dan tidak emosi).

e. Konsep Kepemimpinan Hindu Dalam Sad Upaya Guna

Di dalam kitab Nitisastra dijelaskan bahwa seorang pemimpin hendaknya memiliki


enam macam upaya yang utama yang disebut Sad Upaya Guna terdiri dari:

1. Siddhi (mampu menjalin persahabatan),


2. Wigraha (mampu memilah persoalan dengan baik),
3. Wibhawa (memiliki kewibawaan),
4. Winarya (cakap dan bijaksana),
5. Gasraya (mampu menghadapi musuh dengan strategi diplomasi), dan
6. Sthana (mampu menjaga perdamaian).

f. Konsep Kepemimpinan Hindu Dalam Panca Nyama Brata

Adapun bagian dari ajaran filosofi kepemimpinan Panca Nyama Brata, yang terdiri
atas :

1. Akrodha artinya tidak marah.


2. Guru Susrusa artinya hormat dan taat pada ajaran guru.
3. Sauca artinya kesucian lahir batin.
4. Aharalaghawa artinya tidak makan makanan secara berlebihan atau
berfoya-foya .
5. Apramada artinya tidak mengingkari atau tidak melalaikan kewajiban
maupun tidak mengabaikan janji, dan sebagainya.

C. Cerita Kepemimpinan

Cerita Kepemimpinan Yudistira

Yudistira adalah putra tertua pasangan Pandu dan Kunti. Kitab Mahabharata bagian pertama
atau Adiparwa mengisahkan tentang kutukan yang dialami Pandu setelah membunuh
brahmana bernama Resi Kindama tanpa sengaja. Brahmana itu terkena panah Pandu ketika ia
dan istrinya sedang bersanggama dalam wujudnya tampak rusa. Menjelang ajalnya tiba, Resi
Kindama sempat mengutuk Pandu akan mati bila menjalin kasih dengan wanita manapun.
Dengan penuh penyesalan, Pandu meninggalkan tahta Hastinapura dan memulai hidup
sebagai pertapa di hutan demi untuk mengurangi hawa nafsu. Kedua istrinya, yaitu Kunti dan
Madri dengan setia mengikutinya. Pada suatu hari, Pandu mengutarakan niatnya ingin
memiliki anak. Kunti yang menguasai mantra Adityahredaya segera mewujudkan keinginan
suaminya itu. Mantra tersebut adalah ilmu pemanggil dewa untuk mendapatkan putera.
Dengan menggunakan mantra itu, Kunti berhasil mendatangkan Dewa Dharma dan
mendapatkan anugerah putera darinya tanpa melalui persetubuhan. Putera pertama itu diberi
nama Yudistira. Dengan demikian, Yudistira menjadi putra sulung Pandu, sebagai hasil
pemberian Dharma, yaitu dewa keadilan dan kebijaksanaan. Sifat Dharma itulah yang
kemudian diwarisi oleh Yudistira sepanjang hidupnya. Yudistira alias Dharmawangsa beliau
merupakan seorang raja yang memerintah kerajaan Kuru, dengan pusat pemerintahan di
Hastinapura. la merupakan yang tertua di antara lima Pandawa, atau para putra Pandu. Nama
Yudistira dalam bahasa Sanskerta bermakna "teguh atau kokoh dalam peperangan". Ia juga
dikenal dengan sebutan Dharmaraja, yang berarti "raja Dharma", karena ia selalu berusaha
menegakkan dharma sepanjang hidupnya. Delapan nama Yudistira atau julukan yang
dimilikinya sebagai berikut :

1. Ajatasatru yaitu tidak memiliki musuh.


2. Bharata adalah keturunan Maharaja Bharata.
3. Dharmawangsa atau Dharmaputra, "keturunan Dewa Dharma".
4. Kurumukhya, "pemuka bangsa Kuru".
5. Kurunandana, "kesayangan Dinasti Kuru".
6. Kurupati, "raja Dinasti Kuru".
7. Pandawa, "putra Pandu".
8. Partha, "putera Prita atau Kunti".
Selain delapan julukan atau nama Yudistira ada empat nama julukan antara lain :

1. Puntadewa, "derajat keluhurannya setara para dewa".


2. Yudistira, "pandai memerangi nafsu pribadi".
3. Gunatalikrama, “pandai bertutur bahasa”.
4. Samiaji, "menghormati orang lain bagai diri sendiri

Sifat-sifat Yudistira tercermin dalam nama-nama julukannya, sebagaimana telah disebutkan di


atas. Sifatnya yang paling menonjol adalah adil, sabar, jujur, taat terhadap ajaran agama,
penuh percaya diri, dan berani berspekulasi.

Kepemimpinan yudistira adalah berpegang teguh pada dharma, dan dia sangat berhati-hati
dalam mengambil setiap keputusan bahkan dalam setiap keputusan yang diambil dia selalu
meminta petunjuk dari para guru dan penasehat kerajaan dan tidak lupa dia berpedoman pada
empat (4) Weda dan enam Sastra. Sang Raja Yudistira juga tidak pernah mencampur adukan
antara kepentingan pribadi keluarga dan kerajaan (Negara). Sungguh sangat bijaksana
kepemimpinan Maharaja Yudistira. Bahkan sang raja langsung memberikan pengarahan
kepada rakyatnya dan sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Bukan hanya itu saja
tetapi beliau juga sangat menghormati para resi dan pendeta. Raja Yudistira bukan mahir
dalam ilmu pemerintahan beliau juga menguasai ilmu peperangan seperti yang diceritakan
dalam Bharata Yudha dan akhirnya kurawa dapat dikalahkan, di samping itu sang raja juga
menguasai ilmu agama dengan baik sebagai contoh beliau melakukan upacara Aswa Meda
Parwa setelah terjadi peperangan. Maha raja Yudistira bukan hanya piawai dalam memimpin
kerajaannya tetapi beliau juga mampu memimpin rajanya dengan sangat harmonis dan
bahagia, walaupun sang raja mempunyai 2 saudara kandung dan 2 saudara tiri tetapi beliau
sangat adil dan bijaksana dalam memperlakukan saudara-saudaranya. Karena menurut sang
raja Yudistira sebelum bisa memimpin kerajaannya terlebih dahulu bisa memimpin
keluarganya dengan baik. Itulah contoh kepemimpinan sang raja Yudistira yang sangat adil
dan bijaksana yang selalu berpedoman pada Veda, Sastra guru Rohani, Rsi, Pendeta dan
leluhur yang tentunya berlandaskan pada Dharma. Sungguh sangat patut di contoh
kepemimpinan beliau walaupun di jaman sekarang rasanya sangat sulit menemukan
kepemimpinan seperti Maha Raja Yudistira (putra Dewa Dharma).

D. Kesimpulan

Kepemimpinan atau leadership merupakan upaya untuk memimpin anggota atau warga
masyarakat atau memimpin umat beragama, termasuk juga adalah umat beragama
Hindu.Kepemimpinan (leadership) dalam Hindu dikenal dengan istilah Adhipatyam atau
Nayakatvam. Konsep-konsep kepemimpinan hindu yaitu

● Kepemimpinan dalam Asta Brata


● Kepemimpinan dalam Catur Kotamaning Nrpati
● Kepemimpinan Tri Upaya Sandhi
● Kepemimpinan dalam Pañca Upaya Sandhi
● Kepemimpinan dalam Sad Upaya Guna
● Kepemimpinan dalam Panca Nyama Brata

Pemimpin dalam Hindu adalah seorang Niti atau seorang Nayaka, yang maknanya sebagai
orang yang dituakan, orang yang diberikan tugas untuk menuntun, orang diberikan kewajiban
untuk mengontrol, mengawasi, maupun tugas untuk mengendalikan keadaan umat beragama
Hindu, sehingga kondisi tatanan masyarakat Hindu menjadi tertib, disiplin, damai, rukun,
harmonis, terkendali, terkontrol, terlayani dengan baik, aman, nyaman, dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai