Anda di halaman 1dari 10

X

Kurikulum 2013

s
Kela
sejarah
MASUKNYA PENGARUH HINDU-BUDDHA DI INDONESIA

SEMESTER 2 KELAS X SMA/MA/SMK/MAK – Kurikulum 2013

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan pertumbuhan dan perkembangan agama Hindu-Buddha.
2. Mendeskripsikan proses masuknya agama Hindu-Buddha di Indonesia.
3. Memahami akulturasi kebudayaan Nusantara dan Hindu-Buddha.
4. Memahami akulturasi budaya dalam pendidikan dan sistem kepercayaan.
5. Memahami akulturasi budaya dalam sistem pemerintahan.

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Agama Hindu


Agama Hindu dapat dikatakan sebagai salah satu agama
tertua di dunia yang muncul di wilayah Asia Selatan,
tepatnya di India. Agama Hindu muncul di India akibat
dari kedatangan bangsa Arya yang menginvasi bangsa
asli India, Dravida. Pada perkembangannya, kedatangan
bangsa Arya membentuk sebuah sinkretisme antara
kebudayaan bangsa Arya dan Dravida dalam menyembah
banyak dewa yang disebut dengan agama Hindu.
Ajaran agama Hindu bersifat politeisme yang
artinya menyembah banyak dewa. Ada tiga dewa utama
dalam ajaran agama Hindu yang disebut dengan Trimurti, Gambar 1. Patung Dewa Syiwa
Sumber: dok. pribadi
yaitu Dewa Brahmana (dewa pencipta), Dewa Wisnu (dewa pemelihara), dan Dewa Syiwa
(dewa perusak). Semua dewa dalam agama Hindu melambangkan kekuatan alam. Bagi
masyarakat India, selain Trimurti dikenal juga Trisakti, yaitu Saraswati yang melambangkan
dewi kebijaksanaan dan pengetahuan, Laksmi melambangkan dewi kecantikan dan
kebahagiaan, dan Parwati yang melambangkan dewi keberanian dan kegarangan.
Agama Hindu memiliki kitab suci yang dinamakan kitab Weda yang terdiri atas
empat buah kitab sebagai berikut.
a. Rigweda, yaitu kitab yang berisikan tentang ajaran-ajaran agama Hindu.
b. Samaweda, yaitu kitab yang berisikan tentang nyanyian-nyanyian atau pujian dalam
upacara agama.
c. Yajurweda, yaitu kitab yang berisikan tentang doa-doa dalam upacara keagamaan.
d. Atharwaweda, yaitu kitab yang berisikan tentang doa-doa atau mantra yang
digunakan untuk menyembuhkan penyakit.

Selain kitab Weda, agama Hindu mengenal beberapa kitab yang mengandung ajaran
reinkarnasi dewa di antaranya sebagai berikut.
a. Kitab Brahmana, yaitu kitab yang berisikan tentang penafsiran ajaran keagamaan
yang ada pada kitab Weda.
b. Kitab Upanisad, yaitu kitab yang berisikan ulasan tentang Brahmana, kejadian
alam semesta, atman (jiwa), dan cara kembalinya atman kepada Brahmana Sang
Mahakuasa.
c. Kitab Mahabharata, yaitu kitab yang berisikan tentang peperangan antarkeluarga
Bharata (Pandawa dan Kurawa) di Padang Kurusetra, yang ditulis oleh Begawan Wiyasa.
d. Kitab Bagawad Gita, yaitu kitab yang menjadi bagian dari kumpulan Mahabharata
yang memiliki makna sebagai nyanyian dewa dan berisikan tentang petuah Krisna
kepada Arjuna di Kurusetra ketika sedang terjadi Perang Bharatayuda.
e. Kitab Ramayana, yaitu kitab yang berisikan tentang kisah cinta antara Rama dan
Shinta yang ditulis oleh Mpu Walmiki.

Agama Hindu menganut sistem sosial tertutup dengan menerapkan sistem kasta,
yaitu penggolongan manusia berdasarkan keturunan. Berikut adalah sistem kasta dalam
agama Hindu.
a. Kasta brahmana, yaitu kasta yang merupakan keturunan para brahmana yang
bertugas dalam menjalankan tradisi upacara-upacara keagamaan.
b. Kasta kesatria, yaitu kasta yang merupakan keturunan raja atau kaum bangsawan
yang bertugas melindungi kaum brahmana, negara, dan rakyat.

2
c. Kasta waisya, yaitu kasta yang merupakan keturunan kaum tani, pedagang,
dan tukang. Tugas kaum waisya biasanya sebagai orang yang mengurus bidang
perekonomian.
d. Kasta sudra, yaitu kasta yang biasanya merupakan keturunan Dravida, orang asing,
dan pekerja kasar. Tugas kasta sudra biasanya bekerja dan mengabdi kepada ketiga
kasta pertama.

Namun, jika terjadi pelanggaran, manusia tidak akan masuk ke dalam golongan
keempat kasta tersebut. Ada golongan yang khusus untuk mereka yang melakukan
pelanggaran, yaitu disebut paria.

SUPER "Solusi Quipper"


SISTEM KASTA : BRAni jadi KESATRIA seperti ISYA dan inDRA
BRAhmana KESATRIA waISYA suDRA

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Agama Buddha


Agama Buddha muncul pada abad ke-6 sekitar 563 SM
oleh Sidharta Gautama di India. Sidharta Gautama
merupakan anak dari Raja Suddodana dan Ratu Maya
dari Kerajaan Kosala di Kapilawastu, India. Sidharta
Gautama mendapatkan gelar sebagai Sang Buddha
Gautama yang memiliki arti orang yang menerima
bodhi atau penerangan. Gelar tersebut didapat Sidharta
Gautama karena menerima bodhi (penerangan agung
atau kesadaran yang sempurna) ketika bertapa di bawah
pohon bodhi. Agama Buddha memiliki kitab yang disebut
dengan kitab Tripitaka yang berarti tiga keranjang atau
Gambar 2. Patung Buddha
tiga himpunan nikmat. Adapun isi Tripitaka adalah
Sumber: dok. pribadi
sebagai berikut.
a. Suttapitaka, yaitu kitab yang berisikan tentang himpunan ajaran dan khotbah
Buddha. Dalam kitab Suttapitaka sebagian besarnya merupakan percakapan antara
Buddha dan beberapa muridnya dan juga terdapat meditasi dan peribadatan.
b. Vinayapitaka, yaitu kitab yang berisikan tentang aturan hidup dari setiap anggota
sangha (biara).
c. Abdhidarmapitaka, yaitu kitab yang berisikan tentang pelajaran lanjutan bagi
orang-orang terpelajar dalam agama Buddha.

3
Agama Buddha mengalami perkembangan pesat dan menyebar ke seluruh dunia
setelah Raja Ashoka Wangsa Maurya menganut agama Buddha dan menjadikan agama
Buddha sebagai agama negara. Raja Ashoka berperan penting dalam penyebaran agama
Buddha dengan mengajarkan ahimsa, yaitu larangan membunuh dan melukai makhluk
hidup. Dalam perkembangannya, agama Buddha mengalami perpecahan menjadi dua.
a. Ajaran Hinayana adalah ajaran yang meyakini bahwa umat yang ingin mencapai
nirwana haruslah berusaha sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Aliran Hinayana
dikenal sebagai ajaran yang beraliran ortodoks yang memercayai akan keberadaan
Buddha Maitreya yang disebut sebagai Buddha baru yang dipercayai melebihi dari
segala dewa. Hinayana sendiri artinya kendaraan kecil yang terdapat di Srilanka,
Myanmar, dan Muangthai.
b. Ajaran Mahayana adalah ajaran yang sudah berbeda dengan ajaran Buddha asli
dengan adanya pengaruh dari agama Weda dan Brahma dengan adanya anggapan
bahwa Buddha adalah dewa. Ajaran pokok dari Mahayana adalah menganggap
bahwa Buddha pertama, yaitu sumber dari segala makhluk. Buddha pertama
menjelma dalam lima Dhyani Buddha yang tetap tinggal di Surga, yang masing-
masing Dhyani memiliki Buddha manusia.

Sidharta Gautama dianggap sebagai Buddha manusia, sedangkan Maitreya


adalah Buddha manusia yang dipercaya akan datang ke dunia suatu saat nanti. Sebelum
kedatangan Maitreya, Dhyani Bodhisatva Awalokiteswara (padmaphani) yang bertanggung
jawab atas kesejahteraan manusia di dunia. Dengan kata lain, ajaran Mahayana adalah
ajaran yang dalam pencapaiannya ke nirwana membutuhkan bantuan orang lain/secara
bersama-sama. Selain pengaruh Weda dan Brahma, ajaran Buddha juga terpengaruh oleh
ajaran Syiwa yang dapat dilihat dari banyaknya dewa-dewa Hindu yang masuk dalam
ajaran Mahayana dan adanya pemujaan terhadap leluhur, contohnya adalah pemujaan
arwah leluhur di Candi Borobudur. Di Indonesia sendiri, ada beberapa raja yang menganut
ajaran Buddha Mahayana terutama aliran Syiwa Buddha (Tantrayana atau Mantrayana)
yang dianut oleh Raja Kertanegara dari Kerajaan Singosari. Agama Buddha mengenal
tempat-tempat suci berikut ini.
a. Tempat kelahiran Sidharta Gautama di taman Lumbini, Kapilawastu.
b. Bodhgaya, yaitu tempat Sidharta Gautama mendapatkan bodhi atau wahyu.
c. Benares yang dipercaya sebagai tempat khotbah pertama Buddha.
d. Kusinagara, yaitu tempat meninggalnya Sidharta Gautama.

Dalam agama Buddha dikenal tiga hari suci yang disebut dengan Trisuci Waisak yang
menjadi hari penting bagi umat Buddha. Trisuci Waisak adalah hari lahirnya Buddha, hari
diterimanya wahyu, dan hari wafatnya Sidharta Gautama yang dipercaya jatuh pada bulan
Mei ketika bulan purnama.

4
C. Proses Masuknya Agama Hindu-Buddha di Indonesia
Proses masuknya agama Hindu-Buddha di Indonesia melalui dua jalur, yaitu sebagai
berikut.
1. Jalur laut
Melalui rute dari India ke Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya, Indonesia,
Kamboja, Vietnam, Tiongkok, Korea, dan Jepang. Ketika musim angin musim barat,
para pedagang langsung berlayar ke Indonesia.

2. Jalur darat
Melalui rute jalur sutra dari India ke Tibet selanjutnya ke utara hingga sampai di
Tiongkok, Korea, dan Jepang. Selain jalur tersebut, ada juga yang melalui India Utara
ke Bangladesh, Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya, dan berlayar ke Indonesia.

1. Masuknya Agama Hindu di Indonesia


Ada banyak teori yang dikemukan oleh para ahli berkaitan dengan masuknya agama
Hindu di Indonesia. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut.
a. Teori brahmana
Teori yang dikemukan oleh van Leur menyatakan bahwa masuknya agama Hindu
di Indonesia dibawa oleh para pendeta. Selain itu, menurut van Leur hanya kaum
brahmanalah yang berhak menyebarkan agama Hindu dan membaca kitab suci
agama Hindu. Teori ini meyakini bahwa para pendeta diundang oleh pemimpin suku
di Indonesia untuk mengadakan upacara-upacara adat. Berikut adalah upacara adat
yang dilakukan oleh kaum brahmana dalam rangka hinduisasi di Indonesia.
1.) Upacara abhiseka adalah upacara dalam rangka penobatan raja.
2.) Upacara vratyastoma adalah upacara dalam rangka pencucian diri atau
pemberian kasta.
3.) Upacara kulapanjika adalah upacara dalam rangka memberikan silsilah raja.
4.) Upacara castra adalah cara membuat mantra.

b. Teori kesatria
Teori kesatria menyatakan bahwa masuknya agama Hindu ke Indonesia melalui
golongan kesatria terutama para prajurit. Dikatakan bahwa para prajurit India
berperan dalam proses hinduisasi dengan cara melakukan ekspansi ke Indonesia.
Para prajurit India yang bermigrasi ke Indonesia biasanya adalah prajurit yang
kalah perang dalam peperangan kerajaan-kerajaan di India. Para prajurit kemudian
mendirikan koloni-koloni dengan cara penaklukan daerah atau kolonialisasi. Namun,
teori yang dikemukakan oleh Majundar dan C.C. Berg ini memiliki kelemahan
karena kurangnya bukti tentang adanya kolonialisasi.

5
c. Teori waisya
Teori waisya merupakan teori yang paling banyak didukung oleh para ahli. Menurut
teori ini, masuknya agama Hindu di Indonesia dibawa oleh para pedagang. Hal
tersebut berdasarkan telah terjadinya hubungan dagang antara pedagang India
dan pedagang Indonesia. Para pedagang India banyak melakukan komunikasi
dengan penguasa dan rakyat di Indonesia. Hubungan dagang tersebut kemudian
memberikan peluang bagi pedagang India dalam menyebarkan ajaran Hindu di
Indonesia. Teori ini dikemukan oleh N.J. Krom.

d. Teori sudra
Teori sudra muncul karena ada pendapat yang mengatakan bahwa masuknya agama
Hindu di Indonesia dibawa oleh kaum sudra yang melarikan diri ke Indonesia untuk
melepaskan diri sebagai budak.

e. Teori arus balik


Teori arus balik disebut juga dengan teori nasional karena para ahli percaya bahwa
masuknya agama Hindu di Indonesia dibawa oleh bangsa Indonesia sendiri.
Menurut F.D.K. Bosch, masuknya agama Hindu ke Indonesia melalui dua tahapan.
Tahapan pertama, yaitu dibawa oleh para brahmana India melalui jalur perdagangan
dan mendatangi penguasa daerah setempat. Tahapan kedua, yaitu para penguasa
daerah mengirimkan pelajar untuk belajar agama di India dan kembali ke Indonesia
untuk mengajarkan agama Hindu.

2. Masuknya Agama Buddha di Indonesia


Dalam ajaran agama Buddha dikenal dengan Dharmaduta, yaitu misi penyebaran agama
Buddha. Dharmaduta mulai masuk ke Indonesia sekitar abad ke-2 sampai 5 M. Hal tersebut
berdasarkan penemuan arca Buddha dari perunggu yang berlanggam Amarawati dari
India Selatan di Sempaga, Sulawesi Selatan dan Jember pada abad ke-2 M. Bukti lainnya
adalah dengan ditemukannya arca Buddha dari batu di Bukit Siguntang, Palembang
(Sumatra Selatan) dan di Kota Bangun, Kutai, Kalimantan Timur. Arca tersebut bergaya
gandhara dari India utara.

D. Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu-Buddha


1. Pengertian Akulturasi Budaya
Akulturasi berasal dari bahasa latin, yaitu acculturate yang memiliki makna ‘tumbuh dan
berkembang bersama’. Secara umum akulturasi dapat dikatakan sebagai perpaduan dua
unsur kebudayaan yang berbeda yang saling memengaruhi tanpa meninggalkan budaya

6
aslinya. Sementara itu, menurut Koentjoroningrat, akulturasi diartikan sebagai suatu
proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan
pada kebudayaan asing yang berbeda.

2. Akulturasi Bidang Seni Bangunan


Peninggalan agama Hindu-Buddha di Indonesia yang paling menonjol adalah dengan
ditemukannya candi-candi di beberapa wilayah di Indonesia. Pembuatan candi pada
dasarnya mengikuti apa yang tertulis pada kitab Silpasastra, yaitu sebuah kitab yang
menjadi petunjuk cara membuat arca dan bangunan. Akan tetapi, pada pelaksanaanya
di masyarakat Indonesia, hasilnya menggabungkan corak dari budaya Indonesia sendiri.
Contoh bangunan yang merupakan hasil akulturasi Indonesia dan Hindu-Buddha dapat
dilihat pada bangunan Candi Borobudur. Pada bangunan candi terbentuk bangunan
punden berundak yang merupakan hasil dari budaya masyarakat Indonesia sejak masa
Megalitikum.
Candi Hindu dan Buddha memiliki perbedaan baik secara fungsi maupun ciri
bangunannya. Pada candi bercorak Hindu, candi berfungsi sebagai tempat penguburan
abu jenazah raja. Di dalam candi biasanya terdapat patung jelmaan raja atau patung dewa-
dewa. Pada candi bercorak Buddha, candi biasanya berfungsi sebagai tempat pemujaan
yang di dalamnya terdapat arca. Namun, arca pada candi bercorak Buddha bukan
merupakan perwujudan dari raja. Bangunan candi di Indonesia yang bercorak Hindu
antara lain Candi Prambanan, Candi Sambisari, Candi Ratu Boko, Candi Gedongsongo,
Candi Sukuh, Candi Dieng, Candi Jago, Candi Singasari, Candi Kidal, Candi Panataran,
Candi Surawana, dan Gapura Bajang Ratu. Bangunan yang bercorak Buddha antara lain
Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Kalasan, Candi Sewu, Candi Sari, dan
Candi Muara Takus.
Selain candi, berikut beberapa bangunan peninggalan
Hindu-Buddha.
a. Petirtaan atau pemandian contohnya petirtaan
di Jalatunda dan Belahan di lereng Gunung
Penanggungan. Petirtaan di Trowulan (Candi Tikus)
dan petirtaan Goa Gajah di Gianyar, Bali.
b. Candi Padas di Gunung Kawi, Tampaksiring, yang di
dalamnya terdapat sepuluh candi yang dipahatkan
seperti relief pada tebing-tebing di Pakerisan.
c. Gapura yang merupakan bangunan seperti candi
yang memiliki pintu keluar-masuk, seperti Candi
Gambar 3. Contoh Gapura
Plumbangan, Candi Bajang Batu, dan Candi Jedong.
Sumber: dok. pribadi

7
Jenis gapura lainnya yang merupakan wujud candi yang dibelah dua untuk jalan
keluar-masuk seperti Candi Bentar dan Candi Wringin Lawang.

3. Akulturasi Bidang Seni Rupa (Seni Ukir/Relief)


Seni rupa adalah salah satu bidang yang mengalami pengaruh besar dari kehadiran
kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Contoh yang paling banyak adalah seni ukir yang
biasa disebut dengan relief. Bentuk akulturasinya adalah relief yang dibuat pada candi-
candi di Indonesia biasanya menceritakan kehidupan masyarakat Indonesia. Contohnya
Candi Borobudur yang seharusnya relief menceritakan tentang Sidharta Gautama, tetapi
yang digambarkan berupa kehidupan masyarakat Indonesia dengan ditemukan hiasan
gambar perahu bercadik, rumah panggung, dan burung merpati. Selain Candi Borobudur,
terdapat juga relief tokoh Punakawan di Candi Jago, Jawa Timur. Punakawan adalah orang
yang menjadi pengawal seorang Kesatria. Berikut beberapa relief yang terdapat pada
candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
a. Relief yang terdapat pada Candi Borobudur
1.) Karmawibbangga yang isinya menceritakan tentang sebab akibat perbuatan
baik dan buruknya manusia. Dipahatkan pada kaki candi yang ditimbun.
2.) Lalitavistara yang isinya menceritakan tentang riwayat sang Buddha sejak lahir
sampai turunnya wahyu pertama di Taman Rusa. Dipahatkan pada dinding
lorong pertama.
3.) Jatakamala-Awadana yang isinya berupa kumpulan sajak tentang perbuatan
Sang Buddha dan para bodhisatva semasa hidupnya. Dipahatkan pada sebagian
dinding lorong pertama dan kedua.
4.) Gandawyuha-Bhadraci yang isinya menceritakan tentang usaha Sidhartha
dalam mencari ilmu yang tinggi sampai bersumpah mengikuti bodhisatva
samanthabhadra. Dipahatkan pada dinding lorong kedua sampai keempat.

b. Relief yang terdapat pada Candi Prambanan


1.) Ramayana, dipahatkan di dinding serambi atas pada pagar langkan Candi Syiwa
dan diteruskan pada pagar langkan Candi Brahma.
2.) Kresnayana, dipahatkan pada pagar langkan Candi Wisnu.

c. Relief yang terdapat pada Candi Sukuh bercerita tentang Sudamala yang merupakan
cerita dari kidung Sudamala. Menceritakan tentang keberhasilan Sadewa dalam
merawat Dewi Durga yang mendapatkan kutukan dari Dewa Syiwa karena
perselingkuhannya. Sadewa berhasil merawat Dewi Durga yang menjelma menjadi
raksasa betina bernama Hyang Pramoni kembali menjadi seorang bidadari cantik
bernama Dewi Uma.

8
4. Akulturasi Bidang Seni Sastra
Akulturasi di bidang sastra dapat dilihat dari
berkembangnya cerita pewayangan di Nusantara yang
mengambil dari cerita Mahabharata dengan adanya
penokohan punakawan (Semar, Bagong, Gareng,
dan Petruk). Masyarakat Indonesia mengenal bahasa
Sanskerta dan huruf Pallawa dari India. Bahasa Sanskerta
berpengaruh banyak terhadap sastra Indonesia. Hal
tersebut dapat terlihat dari pembuatan prasasti yang
menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa
seperti prasasti peninggalan Kerajaan Kutai dan Kerajaan
Tarumanegara. Adapun beragam karya sastra yang
dimuat pada masa tersebut di antaranya: Gambar 4. Replika relief candra
a. Arjuna Wijaya dan Sutasoma karya Mpu Tantular sangkala di Candi Penataran
pada masa Kerajaan Majapahit; Sumber: dok. pribadi

b. Negarakertagama karya Mpu Prapanca pada masa Kerajaan Majapahit;


c. Wretta Sancaya dan Ludhaka karya Mpu Tanakung pada masa Kerajaan Majapahit;
d. Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa pada masa Kerajaan kahuripan masa pemerintahan
Raja Airlangga;
e. Bharatayudha karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh pada masa Kerajaan Kediri;
f. Gatotkacasraya karya Mpu Panuluh pada masa Kerajaan Kediri.

5. Akulturasi pada Sistem Kalender


Penggunaan kalender Saka di Indonesia merupakan pengaruh dari budaya Hindu-Buddha
pada sistem penanggalan. Kalender Saka adalah sistem penanggalan dari India yang
digunakan Indonesia. Penggunaan kalender Saka dapat ditemukan pada prasasti Talang
Tuo yang berangka 606 Saka (686 M). Selain itu, ditemukan juga candrasangkala dalam
usaha memperingati suatu peristiwa dengan tahun atau kalender Saka. Candrasangkala
adalah angka huruf yang berupa susunan kalimat atau gambar yang jika dibaca dari
belakang akan terbaca tahun Saka. Contoh tahun candrasangkala adalah sirna ilang
kertaning bumi yang artinya:

Sirna yang berarti angka 0


Ilang yang berarti angka 0
Kertaning yang berarti angka 4
Bumi yang berarti angka 1
Jadi, jika dibaca yaitu 1400 Saka atau sama dengan 1478 M.

9
E. Akulturasi Budaya dalam Pendidikan, Sistem Kepercayaan, dan Sistem
Pemerintahan
1. Akulturasi dalam Bidang Pendidikan
Pengaruh Hindu-Buddha dalam bidang pendidikan ditandai dengan lahirnya lembaga-
lembaga pendidikan. Walaupun terbatas sebagai tempat belajar ilmu agama, tapi lembaga-
lembaga tersebut sangat bermanfaat. Tempat yang didirikan para pendeta untuk belajar
berbagai ilmu agama disebut pasraman.
Pada prasasti Turun Hyang, yaitu prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Airlangga
disebutkan keterangan mengenai pembuatan Sriwijaya Asrama. Sriwijaya Asrama adalah
suatu tempat yang digunakan sebagai pusat pendidikan dan pengajaran keagamaan.

2. Akulturasi Budaya dalam Sistem Kepercayaan


Sejak zaman praaksara bangsa Indonesia telah menganut sistem kepercayaan berupa
pemujaan terhadap roh nenek moyang, animisme, dan dinamisme. Kepercayaan asli
bangsa Indonesia ini kemudian berakulturasi dengan agama Hindu-Buddha India. Contoh
beragam upacara keagamaan yang ada di Indonesia yang berakulturasi dengan budaya
Hindu-Buddha sebagai berikut.
a. Upacara pemujaan terhadap para dewa di candi yang di dalamnya terdapat unsur
pemujaan terhadap roh nenek moyang.
b. Adanya bangunan candi yang di dalamnya terdapat benda-benda lambang jasmaniah
raja yang membangun candi, pada bagian peripih sehingga candi berfungsi sebagai
makam. Pada bagian atas peripih terdapat arca dewa yang merupakan perwujudan
raja dan pada puncak terdapat lambang para dewa berupa gambar teratai pada
batu segi empat. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa upacara keagamaan
atau pemujaan terhadap dewa yang ada pada candi tersebut pada hakikatnya juga
merupakan pemujaan terhadap roh nenek moyang.

3. Akulturasi Budaya dalam Sistem Pemerintahan


Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia memberikan pengaruh pada sistem
pemerintahan yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Awal mula sistem pemerintahan
Indonesia mengenal sistem demokrasi yang mana pemilihan kepala suku berdasarkan
musyawarah yang biasanya dipilih berdasarkan prinsip primus interpares yang berarti
seseorang yang dianggap memiliki kelebihan dibandingkan anggota masyarakat lainnya.
Setelah masuknya Hindu-Buddha kemudian dikenal dengan sistem kerajaan. Akan tetapi,
sistem kerajaan di Indonesia tidak bersifat mutlak seperti yang ada di India di mana seorang
raja memiliki kekuasaan penuh atas kerajaan. Unsur musyawarah yang merupakan budaya
asli masyarakat Indonesia masih terlihat pada sistem kerajaan di Indonesia. Contohnya
ketika menentukan seorang raja apabila raja tersebut tidak memiliki pangeran mahkota.

10

Anda mungkin juga menyukai