Anda di halaman 1dari 48

PUTUSAN

Nomor 13/Pdt.G/2023/PN End

Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

Pengadilan Negeri Ende yang meemriksa dan memutuskan perkara perdata pada tingkat
pertama, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara gugatan antara:

1. Fransisko Toti Moa, jenis kelamin Laki-laki, tempat tanggal lahir, Ende 14 Juli 2001,
berusia 20 tahun, berkedudukan di Wolotopo, RT/RW; 001/004, Desa Wolotopo, Kec.
Ndona, Kab. Ende. Dalam hal ini disebut sebagai PENGGUGAT.

Penggugat dalam perkara a-quo diwakili oleh Patrisius Mboi S.H.,M.H., Dewiana Asri
Mion S.H.,M.H., Maria Yusfina Wunu S.H.,M.H., Advokat yang beralamat di Jl. Sam
Ratulangi, RT/RW; 001/004, Kec. Ende Tengah, Kel. Paupire, Kab. Ende. Berdasarkan surat
kuasa khusus tanggal 27 Januari 2023 yang telah didaftarkan dikepaniteraan Pengadilan
Negeri Ende dengan Nomor 13/Pdt.G/2023/PN End pada tanggal 27 januari 2024,
selanjutnya disebut sebagai Kuasa Hukum Penggugat.

Lawan:

1. Wilfridus Xaverius Dala, jenis kelamin laki-laki, tempat tanggal lahir Wolotopo 18
Agustus 2001, berusia 22 tahun, berkedudukan di jl. Sam Ratulangi, RT/RW; 001/004,
Kec. Ende Tengah, Kel. Paupire, Kab. Ende. Dalam hal ini disebut sebagai TERGUGAT
1.
2. Yosef Dasilva David, jenis kelamin laki-laki, tempat tanggal lahir 22 Januari 2001,
berusia 22 tahun, berkedudukan di jl. Sam Ratulangi, RT/RW; 001/004, Kec. Ende
Tengah, Kel. Paupire, Kab. Ende. Dalam hal ini disebut sebagai TERGUGAT 2.

Para TERGUGAT diwakili oleh Kanisius Keibera Kelen, S.H., M.H.,Maria Awunita
Mono, S.H.,M.H., Eden Mohyeden, S.H.,M.H., Ketiganya adalah advokat yang berdomisili
hukum di jl. Wirajaya, Kec. Ende Tengah, Kel. Onekore, Kab. Ende. Berdasarkan surat

1
kuasa khusus tanggal 30 januari 2024 yang telah didaftarkan di kepiteraan Pengadilan Negeri
Ende dengan Nomor Perkara 13/Pdt.G/2023/PN End pada tanggal 30 januari 2024,
selanjutnya disebut sebagai Kuasa Hukum para TERUGAT.

Pengadilan Negeri tersebut:

Setelah membaca berkas perkara beserta surat-surat yang bersangkutan;

Setelah mendengar kedua belah pihak yang berperkara;

TENTANG DUDUK PERKARA

Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatan tanggal 29 Desember 2023 yang
diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Ende pada tanggal 06 Januari 2024
dalam Register Nomor 13/Pdt.G/2023/PN End, telah mengajukan gugatan sebagai berikut:
1. Bahwa dalam keseharian Penggugat biasa dipanggil atau dikenal dengan sebutan TOTI
MOA, karena Bapak Penggugat bernama MOA GUFEN, sedangkan sebagai orang yang
beragama Katolik, secara lengkap Penggugat memiliki nama FRANSISKO TOTI MOA;
2. Bahwa Bapak Penggugat yang bernama MOA GUFEN merupakan anak dari Almarhum
THOMAS MOA;
3. Bahwa kakek Penggugat yang bernama Thomas Moa merupakan anak dari Almarhum
TINUS MOA;
4. Bahwa leluhur Penggugat yang bernama TINUS MOA merupakan anak dari Almarhum
LAMBER MOA;
5. Bahwa semasa hidupnya almarhum LAMBER MOA mempunyai isteri yakni SISILIA
WEA;
6. Bahwa dari istrinya yang bernama SISILIA WEA, almarhum LAMBER MOA memiliki
tiga orang anak, masing-masing bernama:
6.1. NADUS MOA
6.2. TINUS MOA
6.3. DOROTEUS MOA
7. Bahwa semasa hidupnya Almarhum LAMBER MOA memiliki jabatan adat sebagai “Ria
nua Mosalaki Ae Wera Ghale” (Pemimpin dan Penguasa Wilayah di sebelah Barat
Kali/Sungai), yang diturunkan dari Bapaknya yang bernama MOA;

2
8. Bahwa pada suatu waktu, LAMBER MOA duduk bersama bersama anaknya NADUS
MOA dengan TINUS MOA untuk menyampaikan amanat karena beliau sudah tua dan
meminta anaknya yang bernama NADUS MOA untuk menggantikan kedudukannya
sebagai “Ria nua Mosalaki Ae Wera Ghale” (Pemimpin dan Penguasa Wilayah di sebelah
Barat Kali/Sungai), yang disampaikan dalam bahasa setempat berbunyi: “NADUS leja
ina, kau no’o TINU aku mo’o pati no’o ola gare. Aku du’a ro, Nadu kau ana ata ka’e, tei
mulu tana, kau tau gati aku mera tuka te’e, mera duri dui padi kedo no’o tebo laki lo
ongga, tau talu sambu tewa rega sama-sama no’o tebo lakilo ongga leka tuka te’e” (=
NADUS, hari ini Kau dengan TINUS , saya mau omong/amanatkan sesuatu karena saya
sudah tua. NADUS, kau anak sulung, kau yang lebih dahulu lahir, dan kaulah yang akan
menggantikan saya untuk duduk di tikar/tenda adat dan berbicara, bertukar pikiran
bersama dengan Para Mosalaki lainnya di tikar/tenda adat );
9. Bahwa atas permintaan dari LAMBER MOA kepada NADUS MOA untuk
menggantikan kedudukkan sebagai “Ria nua Mosalaki Ae Wera Ghale” (Pemimpin dan
Penguasa Wilayah di sebelah Barat Kali/Sungai), kemudian ditolak oleh NADUS MOA
yang disampaikan dalam bahasa setempat berbunyi: “Baba, molo baba gare nosi sia
sawe ro leka aku, menga baba aku talo, aku ngange nggeja leka tuka te’e, aku menga we
tau leka ola kema aku. Aku buga to’o mbewu nuka, tau bhia gele moke. Baba aku talo” (=
Baik Bapak, Bapak sudah memberitahukan dan menunjuk saya sebagai pengganti Bapak,
tetapi saya tidak bisa dan saya tidak mau duduk dan omong di tikar/tenda ada karena saya
tidak mampu untuk duduk dan berbicara sebagai pemimpin di tikar/tenda adat. Saya
setiap hari hanya mau urus kehidupan saya. Saya hanya mau urus pekerjaan saya. Bapak,
Saya tidak bisa;
10. Bahwa atas penolakan dari anaknya yang bernama NADUS MOA, namun LAMBER
MOA masih tetap meminta agar putra sulungnya menggantikan dirinya sebagai “Ria nua
Mosalaki Ae Wera Ghale” (Pemimpin dan Penguasa Wilayah di sebelah Barat
Kali/Sungai), yang disampaikan dalam bahasa setempat berbunyi: “Nadu, ele mesi kau
ngange pu leka du’a kau, ngai kau ana ata ka’e” (= Nadus, kau harus terima, karena kau
yang sulung);
11. Bahwa atas permintaan dari lamber moa, sebagaimana yang disampaikan pada poin 10 di
atas tetap juga ditolak oleh anaknya yang bernama NADUS MOA, yang disampaikan

3
dalam bahasa setempat berbunyi: “Baba, aku talo. Aku nosi pu no’o baba, aku buga to’o
mbewu nuka, aku talo no’o ngange tau nggeja leka tuka te’e” (= Bapak, saya tidak bisa.
Saya sudah sampaikan kepada Bapak kalau saya hanya bisa urus kehidupan saya, istri
dan anak-anak saya. Saya tidak bisa dan tidak mau untuk gantikan bapak sebagai
pemimpin dan duduk berbicara di tenda adat);
12. Bahwa oleh karena permintaannya untuk menggantikan dirinya sebagai “Ria nua
Mosalaki Ae Wera Ghale” (Pemimpin dan Penguasa Wilayah di sebelah Barat
Kali/Sungai) ditolak oleh Nadus moa maka lamber moa menerima penolakan dari nadus
moa dan mengangkat tinus moa untuk menggantikan kedudukannya, yang disampaikan
dalam bahasa setempat berbunyi: “Nadus, molo si demi kau talo mesa. Mera leka tuka
te’e si kau talo, tuka aku si kau pama talo, kote aku si kau sore talo. Kau talo molo wele,
demi ngere ina, aku we pati ana aku tinus. Aku we renggi kai jadi tinuss du’a. Kau nadus
eo talo molo, eo turu talo kana mona” (= Nadus baik sudah kalau semuanya kau tidak
bisa dan tidak mau. Duduk berbicara di tenda adat kau tidak bisa, urus makan dan minum
serta pakaian untuk saya kau tidak bisa. Berarti kau tidak bisa dan tidak mampu sama
sekali. Kalau begitu semuanya, akan saya berikan kepada anak saya, Tinus. Saya akan
angkat dan jadikan Tinus sebagai pengganti saya dalam urusan adat dan hak ahli waris.
karena kau, Nadus tidak mampu dan tidak bisa semuanya) ;
13. Bahwa terhadap penyampaian dari Lamber Moa tersebut diamini oleh Nadus Moa yang
disampaikan dalam bahasa setempat berbunyi: “Molo baba aku eo talo molo, demi baba
nosi tau pati leka Tinus no renggi kai jadi Inus du’a. molo si baba, ( Baik Bapak, Saya
memang tidak bisa dan tidak mampu. Kalau bapak sudah berikan kuasa kepada Tinus dan
angkat Tinus sebagai pengganti bapak, baik sudah bapak tidak apa-apa);
14. Bahwa terhadap penolakan dari Nadus Moa, akhirnya Lamber Moa menyatakan
pengangkatan secara sah Tinus Moa untuk menggantikan dirinya, yang disampaikan
dalam bahasa setempat berbunyi: “Molo si demi kau ho’o sawe. Leja ina aku tuju ngere
muku pera ngere penggi, aku we renggi tinus tau jadi tinus du’a. lamber , kau iwa ro,
kobe wesia leja wengi rua kau ele pu’u nara walo, kau eo talo molo. Jadi kita leja ina
wiwi do’i dowa, lema dhengga mbeja, gho’i sawe ro. Dowa ro leka tinus ” (= Baik sudah
nadus kalau kau sudah setuju dan mengiyakan. Hari ini saya menunjuk langsung dan
mengangkat serta menjadikan tinus sebagai Tinus yang sulung. Tinus pengganti saya dan

4
Kau Nadus sudah tidak setuju dan tidak mempermasalahkan hal ini lagi, mulai dari saat
ini sampai dengan keturunanmu selanjutnya, karena kau tidak bisa dan tidak mampu
semuanya untuk menjalankan segala hal yang saya mandatkan. Hari ini kita sudah
sepakat dan dari lubuk hati kita masing-masing kita ungkapkan semuanya. Jadi semua
yang menjadi hak saya, Saya sudah serahkan semuanya kepada tinus.);
15. Bahwa atas pengangkatan dirinya sebagai “Ria nua Mosalaki Ae Wera Ghale”
(Pemimpin dan Penguasa Wilayah di sebelah Barat Kali/Sungai) menggantikan Lamber
Moa, kemudian Tinus Moa menanyakan kepada Tinus Moa apa yang diberikannya
dengan pemberian status atau jabatan sebagai “Ria nua Mosalaki Ae Wera Ghale”
(Pemimpin dan Penguasa Wilayah di sebelah Barat Kali/Sungai) maupun sebagai Putra
sulung dari Lamber Moa. sementara tanah-tanah sudah dibagi, yang disampaikan dalam
bahasa setempat berbunyi: “Baba e, Baba renggi aku tau jadi Tinus du’a. apa ki tau aku
jadi Tinus du’a, tanah-tanah si baba bagi dowa ro” ( Bapak, Bapak sudah menunjuk dan
mengangkat serta menjadikan saya sebagai yang sulung dan pengganti Bapak tetapi apa
yang menjadikan saya sebagai yang sulung dan pengganti Bapak sementara tanah-tanah,
Bapak sudah bagikan semuanya.);
16. Bahwa atas pertanyaan Tinus Moa tersebut di atas, kemudian Lamber Moa menyatakan
dan menunjukkan tanah-tanah yang diberikan kepada Tinus Moa sebagai dampak dari
pengangkatannya tersebut, yang disampaikan dalam bahasa setempat berbunyi: “Tinus
ame, nadus eo talo molo. Leja ina aku tuju ro ngere muku pera ro ngere penggi leka nia
Nadus. Aku renggi kau jadi tinus du’a. Dema na tana aku bagi dowa ro, menga tana eo
turi no.o tobho, o tala no’o langi, aku la’e bagi rewo. Tana ghele Londo, jala ka poru du
jeka ghawa detu Mbu’u, tana o ina aku pati kau tinus, tau jadi tinus du’a. Tana Ina tau
pini wiwi lata lema, wiwi kau ma’e bidi, lema kau ma’e leli mera leka te’e wawo tenda,
tau talu sambu tewa rega no’o tebo laki lo ongga. Tana tau poto lobo nunga saga, tau kau
jadi Tinus du’a.” ( Tinus, Rabu tidak mau dan tidak mampu sama sekali. Hari ini saya
tunjuk langsung kau di hadapan Nadus dan saya angkat kau sebagai pengganti saya.
Memang benar tanah-tanah saya sudah bagi semua tapi untuk tanah di area perbatasan,
saya belum pernah bagikan, yaitu tanah yang ada di Londo, Jalakaporu sampai dengan
dataran Mbu’u, tanah ini yang saya berikan kepada Kau, Tinus yang sudah di tunjuk dan
di angkat sebagai pengganti saya. Tanah ini saya berikan kepadamu sebagai alas/landasan

5
agar kau tidak takut, tidak gugup, tidak bimbang dan tidak ragu ketika duduk dan
berbicara di tenda adat bersama dengan Para Mosalaki yang lain. Tanah ini saya berikan
kepadamu supaya kau kelihatan besar, kekar dan tinggi serta arif, bijaksana dan
berwibawa, karena kau telah menjadi Tinus yang disulungkan dalam Keluarga Lamber
Moa.);
17. Bahwa Tinus Moa kemudian menerima pengangkatan dirinya untuk menggantikan
kedudukan Lamber Moa dan juga tanah-tanah sebagai konpensasi pengangkatan dirinya
menjadi yang sulung dari keturunan Lamber Moa ;
18. Bahwa tanah yang disebut oleh Lamber Moa sebagai “Tana eo turi no’o tobho, o tala
no’o langi. Tana ghele Londo, jala ka poru du jeka ghawa detu mbu’u, yang diberikan
kepada Tinus Moa saat ini terdiri atas 3 (tiga bidang), yaitu:
18.1. Bidang I yang terletak di Londo, Desa Wolotopo, Kecamatan Ndona,
Kabupaten Ende, dengan batas-batasnya sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan jurang,
- Sebelah Selatan berbatasan dengan jurang,
- Sebelah Timur berbatasan dengan tanah milik Alm. Markus Mo’a,
- Sebelah Barat berbatasan dengan jurang
18.2. Bidang II yang terletak di Jalakaporu, Desa Wolotopo, Kecamatan Ndona,
Kabupaten Ende dengan batas-batasnya sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Wilayah “Nua Kota” One Lako
Desa Manulondo, Kecamatan Ndona,
- Sebelah Selatan berbatasan dengan jurang,
- Sebelah Timur berbatasan dengan tanah milik Teodorus Lawo
- Sebelah Barat berbatasan dengan jurang
18.3. Bidang III yang terletak di Dataran Mbu’u, Desa Wolotopo, Kecamatan
Ndona, Kabupaten Ende seluas kurang lebih 16.930 m² (kurang lebih enam
belas ribu Sembilan ratus tiga puluh meter persegi) dengan batas-batasnya
sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan tanah milik Eduardus dan wilayah
“Nua Kota” Onelako Desa Manulondo,
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Sawu,

6
- Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Sawu, jurang dan tanah milik
Penggugat,
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kali mati,
Bahwa tanah bidang III, yang diserahkan oleh Lamber Moa kepada Tinus
Moa ini selanjutnya disebut sebagai Obyek Sengketa;
19. Bahwa setelah pemberian oleh Lamber Moa dan semasa Tinus Moa hidup ketiga tanah
yang diberikan oleh Lamber Moa , yang di dalamnya termasuk tanah obyek sengketa
dimiliki dan dikuasai oleh Tinus Moa, setelah Tinus Moa meningggal ketiga tanah
tersebut diwariskan kepada anaknya yang bernama Tomas Moa dan setelah Tomas Moa
meninggal ketiga tanah tersebut diwariskan kepada anaknya yang bernama Gufen Moa
dan setelah Gufen Moa meninggal ketiga tanah tersebut diwariskan kepada anaknya
yang bernama Toti Moa atau Fransisko Toti Moa(Penggugat);
20. Bahwa saat ini obyek sengketa dikuasai oleh Penggugat bersama dengan anak-anak
Penggugat dan diatasnya telah terdapat 4 (empat) rumah, yang terdiri dari satu milik
Penggugat dan 3 (tiga) rumah milik anak-anak Penggugat dan pohon kelapa, pisang,
bambu, dan jati yang ditanam oleh Penggugat,;
21. Bahwa ketika Penggugat maupun anak-anak dari Penggugat membangun rumah di atas
tanah obyek sengketa tidak ada pihak yang berkeberatan;
22. Bahwa jauh sebelum ini tidak ada keberatan dari keturunan Lamber Moa atas penguasaan
Penggugat terhadap obyek sengketa maupun bidang tanah lain, yang dahulu pernah
diberikan oleh Lamber Moa kepada Tinus Moa sebagai konpensasi pengangkatan Tinus
Moa menjadi Putra sulung dari lamber moadan sekaligus menggantikan kedudukan dari
Lamber Moa ;
23. Bahwa kurang lebih pada tahun 1988, atas ijin dari Penggugat, maka Pemerintah
Kabupaten Ende di bawah Pimpinan Bupati Ende atas nama Yohanes Pake Pani
membuka jalan raya Ende – Wolotopo, yang membelah obyek sengketa menjadi 2 (dua)
bagian ;
24. Bahwa selanjutnya pada Tahun 2005, atas ijin dari Penggugat berdasarkan permintaan
dari GASIM pegawai pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ende dilakukan
pelebaran atas jalan raya Ende – Wolotopo, yang membelah obyek sengketa tersebut ;

7
25. Bahwa baik pada saat pengerjaan pembukaan jalan maupun pada saat pengerjaan
pelebaran jalan raya Ende-Wolotopo atas ijin dari Penggugat tidak ada satu pihak pun
yang berkeberatan atas ijin yang diberikan oleh Penggugat maupun pengerjaannya di atas
obyek sengketa tersebut;
26. Bahwa ketika ada konflik dengan pihak lain, yang berkaitan dengan batas dari obyek
sengketa, maka Penggugat harus menghadapi tanpa ada bantuan dari keturunan Nadus
Moa ;
27. Bahwa sebagai pihak yang menguasai obyek sengketa, maka selama ini pajak atas obyek
sengketa dibayar oleh Penggugat ;
28. Bahwa oleh karena adanya perkembangan yang semakin maju dan adanya program
sertifikasi yang dicanangkan oleh Pemerintah Repubil Indonesia, maka Penggugat
berkehendak agar tanah yang saat ini ditempati oleh Penggugat bersama dengan anak-
anak Penggugat untuk disertifikatkan ;
29. Bahwa keinginan dari Penggugat untuk mensertifikatkan tanah tersebut tidak dapat
terlaksana karena ada halangan atau keberatan dari Para Tergugat, yang meminta agar
Kepala Desa Wolotopo untuk tidak menandatangani dokumen administrasi yang
berkaitan dengan proses sertifikat atas obyek sengketa dengan alasan bahwa tanah obyek
sengketa merupakan milik dari leluhur Para Tergugat yang bernama Nadus Moa
30. Bahwa telah beberapa kali Penggugat mendatangi Kantor Desa Wolotopo untuk
menandatangani dokumen permohonan sertifikat atas sebagian tanah obyek sengketa
tetapi Kepala Desa Wolotopo tetap berkeberatan untuk menandatangani dengan alasan
adanya keberatan dari Para Tergugat, dan Kepala Desa Wolotopo juga meminta agar
Penggugat bersepakat terlebih dahulu dengan Para Tergugat;
31. Bahwa pada tanggal 21 Maret 2021 Penggugat telah mengundang Para Tergugat dan
anggota keluarga yang lainnya untuk bertemu bertempat di Sa’o Ria (Rumah Penggugat)
pada saat itu Kepala Desa Wolotopo dipanggil untuk menyelesaikan masalah antara
Penggugat dengan Para Tergugat, tetapi tidak ada penyelesaian dan kata sepakat antara
Penggugat dengan Para Tergugat, bahkan dalam pertemuan tersebut Penggugat juga
menyampaikan bahwa bila penguasaan Penggugat atas obyek sengketa dinilai salah atau
tidak sesuai dengan hukum, maka Penggugat minta agar Penggugat digugat di
Pengadilan, namun hingga saat ini tidak ditanggapi oleh Para Tergugat ;

8
32. Bahwa perbuatan Para Tergugat meminta agar Kepala Desa Wolotopo tidak
menandatangani dokumen permohonan Sertifikat tanah milik Penggugat adalah
merupakan tindakan menghalang-halangi Penggugat untuk mengurus dan memperoleh
Sertifikat atas tanah milik Penggugat tanpa alasan yang sah dapat dikategorikan sebagai
Perbuatan Melawan Hukum;
33. Bahwa perbuatan Para Tergugat menghalang-halangi Penggugat untuk mengurus dan
memperoleh Sertifikat atas tanah milik Penggugat telah mendatangkan kerugian bagi
Penggugat berupa segala ongkos atau biaya yang dikeluarkan untuk urusan adminsitrasi
dan pertemuan keluarga diperkirakan sebesar Rp. 2.000.000 (dua juta rupiah) ;
34. Bahwa sebagaimana yang telah Penggugat paparkan di atas, Penggugat secara
kekeluargaan telah mencoba mendekati dan menyampaikan kepada Para Tergugat bahwa
tanah obyek sengketa adalah milik Penggugat. Oleh karena itu, Para Tergugat diminta
untuk tidak menghalang-halangi Penggugat untuk mengurus dan memperoleh Sertifikat
atas obyek sengketa sebagai milik Penggugat ;
35. Bahwa penyampaian secara kekeluargaan oleh Penggugat tersebut di atas tidak
ditanggapi secara baik oleh Para Tergugat dan upaya Penggugat menemui jalan buntu,
maka satu-satunya cara dengan Penggugat mengajukan Gugatan ini;
36. Bahwa dengan mengajukan Gugatan ini juga telah mendatangkan kerugian pada diri
Penggugat, yaitu berupa segala ongkos atau biaya yang harus dikeluarkan oleh Penggugat
untuk mendapatkan kembali hak Penggugat atas obyek sengketa dari tangan Tergugat,
yaitu sebesar Rp. 100.000.000 (Seratus juta rupiah);
37. Bahwa di samping kerugian material yang dialami Penggugat sebagaimana diuraikan
pada poin 33 dan poin 36 di atas, Penggugat juga mengalami kerugian immaterial, yang
tidak dapat dinilai dengan uangnya yaitu hilangnya harkat dan martabat sebagai pemilik
tanah obyek sengketa dan juga sekaligus sebagai Ria nua Mosalaki Ae Wera Ghale”
(Pemimpin dan Penguasa Wilayah di sebelah Barat Kali/Sungai), yang demi untuk
kepentingan perkara ini dikonversikan ke dalam rupiah sebesar Rp. 500.000.000 (Lima
ratus juta rupiah) ;
38. Bahwa Gugatan Penggugat dan Tuntutan Penggugat berdasarkan bukti-bukti yang cukup
kuat, sesuai Pasal 180 HIR. Oleh karena itu, keputusan dalam perkara ini dapat

9
dijalankan terlebih dahulu meskipun Para Tergugat Naik Banding atau Kasasi ataupun
menempuh upaya hukum lainnya ;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut, Penggugat Memohon agar
Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a-quo untuk menjatuhkan Putusan dengan
amar sebagai berikut:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
2. Menyatakan sah menurut hukum bahwa Penggugat adalah ahli waris sulung yang sah
dari keturunan Lamber Moa
3. Menyatakan bahwa Penggugat adalah pemilik yang sah dari tanah obyek sengketa,
yang terletak di Dataran Mbu’u, Desa Wolotopo Timur, Kecamatan Ndona,
Kabupaten Ende, seluas ± 16.930 M² (kurang lebih enam belas ribu Sembilan ratus
tiga puluh meter persegi) dan saat ini tanah tersebut memiliki batas-batas sebagai
berikut:
 Sebelah Utara : berbatasan dengan tanah milik Eduardus dan wilayah “Nua
Kota” Onelako Desa Manulondo,
 Sebelah Selatan : berbatasan dengan Laut Sawu,
 Sebelah Timur berbatasan dengan, jurang
 Sebelah Barat : berbatasan dengan Kali mati.
4. Menyatakan perbuatan Para Tergugat menghalang-halangi Penggugat dalam proses
sertifikasi atas tanah obyek sengketa milik Penggugat adalah merupakan Perbuatan
Melawan Hukum.
5. Menyatakan hukum bahwa Para Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan
Hukum.
6. Menghukum Para Tergugat untuk membayar ganti rugi kepada Penggugat sebesar
Rp. 602.000.000,- (Enam Ratus Dua Juta Rupiah;
7. Menghukum Para Tergugat untuk membayar biaya yang timbul dari perkara ini.

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditentukan, para pihak Hadir
dengan diwakili oleh Kuasa Hukumnya;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah mengupayakan perdamaian diantara

10
bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut para Tergugat para pihak melalui
mediasi sebagaimana diatur dalam Perma Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan dengan menunjuk Paskalis Minggo, S.H.,M.H Hakim pada
Pengadilan Negeri Ende, sebagai Mediator ;

Menimbang, bahwa berdasarkan laporan Mediator tanggal 22 Desember 2023,


upaya perdamaian tersebut tidak berhasil;
Menimbang, bahwa oleh karena itu pemeriksaan perkara dilanjutkan dengan
pembacaan surat gugatan yang terhadap isinya telah dilakukan pencoretan dua angka
dan penggantian dua angka pada halaman ke-1 melalui renvoi yang dilakukan oleh
Kuasa Penggugat di muka Persidangan;
Menimbang memberikan jawaban pada pokoknya sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI
Bahwa Tergugat menolak secara tegas seluru dalil-dalil gugatan Penggugat,
kecuali dalil-dalil yang diakui secara nyata kebenarannya oleh Tergugat, dan oleh
karenanya atas gugatan Penggugat tersebut, Tergugat perlu mengajukan Eksepsi
atau keberatan sebagai berikut :
1. Exeptio Error in Persona
- Bahwa Penggugat tidak mempunya hak hukum untuk mengajukan gugatan
terhadap para Tergugat karena Penggugat bukan sebagai Pemilik Tanah
Obyek sengketa dan 2 (dua) bidang tanah lainya yang telah disebutkan
oleh Penggugat dalam dalail gugatanya . Tanah obyek sengketa dan 2
(dua) bidang tanah lainya yang telah disebutkan oleh Penggugat adalah
tanah ulayat adat yang berasal dari Almarhum Moa, yang dikuasai oleh
Lamber Moa (salah satu anak dari Moa) sebagai Ata Laki Ae Wera
Ghale/Pemimpin Ulayat yang berada di sebelah kali/sungai kampung adat
Wolotopo
- Bahwa Kakek dari Penggugat yang disebutkan oleh Penggugat bernama
Thomas Moa , sesungguhnya bernama Tomas, bukanlah keturunan yang asli
dari Tinus Moa. Karena Tinus Moa sesungguhnya tidak mempunyai anak.
Dengan demikian penggugat tiak memiliki legas standing dalam perkara ini.

11
- Bahwa Penggugat juga tidak menarik Kepala Desa Wolotopo sebagai
pihak yang berperkara dalam perkara ini, karena perbuatan Kepala Desa
Wolotopo dengan tidak menandatangani dokumen administrasi yang
berkaitan dengan proses sertifikat atas obyek sengketa dengan alasan
bahwa tanah obyek sengketa merupakan milik dari leluhur para tergugat
yang bernama Nadus(Nadus Moa); (dalil gugatan penggugat poin 29 dan 30)
2. Exeptio Obscuur Libel
- Bahwa gugatan Penggugat tidak jelas , kabur dan membingungkan hal ini
dapat dilihat pada posita gugatan Penggugat yang pada pokoknya
Penggugat mengklaim tanah obyek sengketa dan dua bidang lainya adalah
tanah milik Tinus Moa dari Lamber Moa, namun pada petitum gugatan
aquo Penggugat meminta/memohon kepada Majelis Hakim untuk
menyatakan sah menurut hukum bahwa Penggugat adalah ahli waris
sulung yang sah dari keturunan Lamber Moa, sedangkan dalam gugatan
Penggugat peralihan hak kesulungan terjadi pada derajat Tinus Moa dan
Nadus Moa;
- Bahwa posita gugatan Penggugat menyatakan tanah obyek sengketa
adalah milik dari pada Penggugat dan perbuatan para Tergugat
memerupakan perbuatan melawan hukum namun pada petitum gugatan
aquo Penggugat Tidak Meminta/Memohon kepada Majelis Hakim agar
Menyatakan Hukum bahwa proses penerbitan Sertifikat Hak Milik atas
nama Penggugat adalah Sah menurut Hukum.
DALAM POKOK PERKARA
1. Bahwa dalil gugatan Penggugat pada poin 2 (dua) yang menyatakan
nenek moyang dari Penggugat yang bernama Thomas Moa merupakan anak
dari Almarhum Tinus Moa adalah tidak benar, karena Almarhum Tinus
Moa tidak mempunyai anak/keturunan;
2. Bahwa Thomas Moa yang dimaksudkan oleh Penggugat adalah seseorang
yang bernama Thomas sesungguhnya adalah pendatang yang menggarap
dan tinggal bersama Tinus Moa . Nama Moa disandangnya setelah Tinus
Moa meninggal dunia sehingga menjadi Thomas Moa;

12
3. Bahwa dalil gugatan Penggugat poin 6 (enam) yang menyatakan bahwa “
dari Istrinya yang bernama Sisilia Wea Almarhum Lamber Moa memiliki 3
(tiga) orang anak yang masing- masing bernama : Nadus Moa, Tinus Moa
dan Doroteus Moa adalah tidak benar, yang sebenarnya adalah Lamber
Moa memiliki 4 (empat) orang anak yakni Nadus Moa, Tinus Moa,
Doroteus Moa, dan Markus Moa, Hal ini menunjukan bahwa Penggugat
tidak mengetahui secara sungguh-sungguh keturunan dari pada Lamber
Moa ;
4. Bahwa sebagaimana dalil gugatan Penggugat poin 7 (tuju) “Bahwa
semasa hidupnya Almarhum Lamber Moa , memiliki jabatan adat sebagai
‘Ria nu’a Mosalaki Ae Wera Ghale “ (Pemimpin dan Penguasa Wilayah di
sebelah Barat Kali/Sungai ) yang diturunkan dari Bapaknya yang bernama
Moa, adalah Tidak Benar, sebab jabatan Pemimpin dan Penguasa tidak
secara otomatis diturunkan dari Moa kepada Lamber Moa , melainkan
melalui proses musyawara mufakat yang dilaksanakan di rumah adat Sa,o
Ria (sebagai rumah suku) dalam satu acara Pengangkatan Pemimpin dan
Penguasa (Wake Laki) dihadiri oleh anak-anak dari Moa yakni Lamber
Moa , Rius Moa, Hanes Moa, dan seluruh pemangku adat masyarakat
Wolotopo , pada saat itu Lamber Moa ditunjuk dan diangkat sebagai
Pemimpin dan Penguasa dibagian barat Kali/Sungai sebagaimana ungkapan
adat setempat “ tuju ngere muku, pera ngere penggi tau mbale laki ae
wera ghale” (ditunjuk dan diberitahu untuk menjadi Pemimpin dan
Penguasa dibagian Barat Kali/Sungai)
5. Bahwa sebagaimana yang diuraikan oleh Tergugat pada dalil jawaban
poin 4 (empat) secara adat yang berlaku di Wolotopo, pergantian Lamber
Moa sebagai Pemimpin dan Penguasa terjadi pada saat Lamber Moa
meninggal dunia dan seketika itu juga seluru keturunan dari suku
Lamber Moa melakukan musyawara mufakat yang bertempat di rumah
adat Sa,O Ria untuk mengangkat/menunjuk salah satu dari keturunan
Lamber Moa untuk menggantikan Lamber Moa sebagai Pemimpin dan
Penguasa bagian barat Kali/Sungai sebelum Lamber Moa dimakamkan;

13
6. Bahwa proses pergantian tersebut (dalil jawaban poin 5) tidak berhenti
disitu, pada hari ketiga/waktu yang ditentukan setelah Almarhum Lamber
Moa dimakamkan dilanjutkan dengan satu seremoni adat yang disebut
Wake Laki (Pengesahan sebagai Pemimpin dan Penguasa Wilayah)
bertempat di rumah adat Sa,O Ria dihadiri oleh Mosalaki dan para ata
Laki baik yang memimpin dan menguasai bagian barat kali/sungai
maupun yang memimpin dan menguasai sebelah timur Kali/Sungai ;
7. Bahwa Mosalaki yang dimaksudkan pada dalil jawaban poin 6 diatas
adalah seorang Pemimpin dan Penguasa seluruh ulayat adat Wolotopo
baik disebelah barat Kali/Sungai maupun disebelah timur Kali/Sungai di
Wolotopo;
8. Bahwa sebagaimana dalil gugatan Penggugat poin 8 (delapan) sampai
pada poin 14 (empat belas) yang pada pokoknya menyatakan bahwa
Almarhum Lamber Moa, pada suatu waktu duduk bersama bersama
anaknya Nadus Moa dan Tinus Moa, untuk menyampaikan amanat karena
beliau sudah tua … dstnya sampai pada dalil poin 14, adalah tidak
benar karena sangat bertentangan dengan adat yang berlaku di Wolotopo
yang mana proses pergantian Pemimpin dan Penguasa hanya terjadi pada
saat Pemimpin dan Penguasa tersebut meninggal dunia (dalil jawaban
tergugat poin 5 ) dilakukan melalui musyawara mufakat (wake laki )
untuk mengangkat dan menunjuk salah satu anggota suku dari keturunan
Lamber Moa yakni Nadus Moa, Tinus Moa, Doroteus Moa, dan Markus Moa
sebagai pengganti Lamber Moa Almarhum (dalil jawaban tergugat poin 4
dan 6 );
9. Bahwa Pemimpin dan Penguasa atas tanah ulayat /tanah suku secara adat
di kampung adat Wolotopo hanya sebatas menguasai dan mengatur hak
garap bagi seluruh anggota dan bertindak keluar atas nama Suku diatas
tanah ulayat /tanah suku bukan sebagai pemilik, karena milik tetap pada
suku ;
10. Bahwa dalil gugatan Penggugat poin (8 sampai pada poin 17 )
menujukan bahwa Penggugat tidak paham tahapan proses pergantian

14
Pemimpin dan Penguasa yang berlaku di Wolotopo atau seola-ola tidak
tahu dengan melakukan serangkaian cerita bohong untuk kepentingan
Penggugat agar dapat memiliki tanah ulayat suku Lamber Moa secara
sepihak dengan cara melawan hukum yakni hukum adat Wolotopo;
11. Bahwa untuk diingat dan dipahami oleh Penggugat wilayah bagian barat
Kali/Sungai juga pernah dipimpin dan dikuasai oleh keturunan Doroteus
Moa yang bernama Endi. Hal ini memenunjukan bahwa pergantian
Pemimpin dan Penguasa tidak secara otomatis dari keturunan Tinus Moa
( dalil gugatan penggugat poin 19) melainkan melalui musyawara mufakat
dari seluruh keturunan Lamber Moa, bahwa Endi sebagai Pemimpin dan
Penguasa pada saat itu tidak pernah mengklaim sebagai hak milik dari
ketiga bidang tanah ulayat suku Lamber Moa yang sekarang diklaim
sebagai hak milik oleh Penggugat ;
12. Bahwa seorang Pemimpin dan Penguasa diberi wewenang mewakili suku
untuk bertindak dan berkominikasi dengan pihak-pihak lain untuk
mewakili kepentingan seluruh anggota suku Lamber Moa ;
13. Bahwa 3 (tiga) bidang tanah yang disebutkan oleh Penggugat pada dalil
gugatanya merupakan bidang tanah satu kesatuan yang tidak terpisakan
yang merupahkan hak seluruh anggota suku Lamber Moa ;
14. Bahwa diatas bidang tanah III yang menurut Penggugat adalah tanah
obyek sengketa terdapat juga makam dari pada anggota suku Lamber
Moa;
15. Bahwa dalil gugatan Penggugat poin 20, 21, 22 , yang pada pokoknya
Penggugat mendalilkan tentang keberatan pihak lain, Hal ini sangat
disadari betul oleh Tergugat dan seluruh keturunan/ahli waris Lamber Moa
bahwa pembangunan rumah tinggal oleh Penggugat dan anak-anak
Penggugat bukan sebagai bentuk pengakuan hak milik atas tanah oleh
Penggugat , sehingga Tergugat dan seluruh keturunan/ahli waris Lamber
Moa tidak melakukan keberatan, lebih dari itu Tergugat dan seluruh
keturunan/ahli waris Lamber Moa sangat menghormati leluhurnya dan
tidak ingin membuka kembali peristiwa yang terjadi dimasa lampau demi

15
keutuhan keluarga besar suku Lamber Moa sepanjang tetap diakui sebagai
hak ulayat suku Lamber Moa bukan hak milik orang perseorangan;
16. Bahwa permintaan ijin oleh Pemda Kab, Ende melalui Bupati Ende
Yohanes Pake Pani, Tergugat dan seluruh keturunan/ahli waris Lamber
Moa, tidak melakukan keberatan karena pembukaan dan pelebaran jalan
raya Ende - Wolotopo adalah untuk kepentingan umum bagi masyarakat
Wolotopo namun hak ulayat tetap pada suku Lamber Moa;
17. Bahwa dalil gugatan Penggugat poin 26 (dua puluh enam) yang
menyatakan pada saat Penggugat konflik dengan pihak lain Penggugat
harus menghadapi sendiri adalah TIDAK BENAR yang benar adalah
seluruh masyarakat Wolotopo dan keturunan Nadus Moa hadir bersama-
sama Penggugat sampai pada saat acara perdamaian (mi mina) Penggugat
kembali mengundang masyarakat Wolotopo dan Tergugat untuk hadir
pada acara dimaksud;
18. Bahwa pada tanggal 21 Maret 2021 bertempat di rumah adat Sa,O Ria
( rumah penggugat) Penggugat mengundang Tergugat dan seluruh
keturunan/ahli waris suku Lamber Moa membicarakan persoalan tanah
suku Lamber Moa agar diakui sebagai tanah milik Penggugat, hal ini
tidak disetujui oleh seluruh anggota suku Lamber Moa (yang disebut
Penggugat sebagai tidak ada penyelesaian);
19. Bahwa seluruh dalil gugatan Penggugat yang pada pokoknya
mempersoalkan terhalangnya proses penerbitan Sertifikat Hak Milik atas
nama Penggugat tidak dapat dibebankan kepada Tergugat dan bukan
merupakan Perbuatan Melawan Hukum karena Tergugat dan seluruh
keturunan/ahli waris suku Lamber Moa hanyalah mempertahankan hak
ulayat suku Lamber Moa sebagai hak bersama anggota suku bukan hak
milik orang perseorang dalam hal ini Penggugat;
20. Milik atas nama Penggugat , Hal ini telah menimbulkan kekewatiran dari
Tergugat dan seluru keturunan suku Lamber Moa akan terjadi peralihan
sepihak kepada pihak lain/pihak ketiga dengan cara –cara yang tidak
Sah oleh Penggugat maka dengan sangat hormat Tergugat memohon

16
kepada Majelis Hakim Yamg Mulia untuk meletakan sita Bahwa dari niat
Penggugat yang telah diwujut nyatakan dengan sikap angkuh dan seolah-
olah ketiga bidang tanah ulayat suku Lamber Moa tersebut adalah miliknya
dengan berupaya keras untuk menerbitkan Sertifikat Hak Jaminan atas
ketiga tanah ulayat suku Lamber Moa tersebut sampai pada putusan akhir
dan mempunyai kekuatan hukum tetap;
21. Bahwa untuk dipahami oleh Penggugat , setiap kerugian yang timbul atas
kehendak dan keinginan Penggugat sendiri tidak dapat dibebankan
kepada pihak lain/Tergugat kecuali kerugian yang secara nyata yang
timbul akibat dari pada pihak lain/Tergugat.

DALAM REKONVENSI
1. Bahwa rekonvensi ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan apa
yang telah didalilkan dalam eksepsi dan jawaban , yang merupahkan satu
kesatuan yang utuh;
2. Bahwa semasa hidupnya Almarhum Moa memiliki 2 (dua) orang istri
yang masing-masing bernama Ine Sia dan Ine Wonga;
3. Bahwa dari perkawinannya dengan Ine Sia memiliki seorang anak yang
bernama Lamber Moa;
4. Bahwa dari perkawinannya dengan Ine Wonga memiliki 2 (dua) orang
anak;
4.1. HANES MOA
4.2. RIUS MOA
5. Bahwa melalui proses musyawara mufakat yang dilaksanakan di rumah
adat Sa,O Ria (rumah pengguat ) dalam satu acara Pengangkatan
Pemimpin dan Penguasa (Wake Laki), dihadiri oleh anak-anak dari Moa
yakni Lamber Moa, Hanes Moa, Rius Moa, dan seluruh pemangku adat
masyarakat Wolotopo , pada saat itu Lamber Moa ditunjuk dan diangkat
sebagai Pemimpin dan Penguasa dibagian barat Kali/Sungai sebagaimana
ungkapan adat setempat “ tuju ngere muku, pera ngere penggi tau mbale

17
laki ae wera ghale” (ditunjuk dan diberitahu untuk menjadi Pemimpin
dan Penguasa dibagian barat Kali/Sungai);
6. Bahwa kedua anak dari Moa lainnya yakni : Hanes Moa dan Rius Moa
ditunjuk dan diangkat sebagai Pemimpin dan Penguasa wilayah bagian
timur Kali/Sungai Wolotopo;
7. Bahwa semasa hidupnya Lamber Moa menikah dengan Sisilia Wea dan
memilihki 4 (empat) orang anak yang masing-masing bernama :Nadus
Moa, Tinus Moa, Doroteus Moa, dan Markus Moa.
8. Bahwa tanah ulayat suku Lamber Moa yang terletak di sebelah barat
kali/sungai desa Wolotopo saat ini dikuasai oleh Penggugat bersama
anak-anak Penggugat dan diatas tanah ulayat suku Lamber Moa telah
terdapat 4 (empat) buah rumah yang terdiri dari 1 (satu) rumah milik
Penggugat dan 3 (tiga) buah rumah milik
9. anak-anak Penggugat dan terdapat juga pohon kelapa, pisang, rumpun
bambu, dan pohon jati yang ditanam oleh Penggugat;
10. Bahwa Pemimpin dan Penguasa tanah ulayat / tanah suku secara adat
di kampung Wolotopo tidak dapat diklaim sebagai tanah milik orang
perseorangan sekalipun sebagai Mosalaki atau kepala suku karena hak
milik tetap pada suku masing-masing yang dalam perkara ini hak milik
tetap pada suku Lamber Moa;
11. Bahwa perbuatan Penggugat MENGKLAIM tanah ulayat suku
Lamber Moa sebagai Hak Milik dengan milik anak-anak Penggugat serta
dengan menanam tanaman umur panjang dapat dikategorikan sebagai
Perbuatan Melawan Hukum;
12.Bahwa berdasarkan pasal 1365 KUHPerdata , Penggugat Rekonpensi
telah mengalami kerugian yang tidak sedikit baik secara materil
maupun imateril akibat perbuatan dari pada Penggugat
Konpensi/Tergugat Rekonpensi, dengan cara membangun rumah tinggal
penggugat dan ank-anak Penggugat , serta menanam tanaman umur
panjang diatas tanah ulayat suku Lamber Moa yang diduga telah

18
direncanakan jauh sebelumnya sebagai dasar/alasan pengklaiman
sebagai milik atas tanah ulayat suku Lamber Moa tersebut;
13.Bahwa perbuatan Tergugat Rekonpensi dengan mengajukan gugatan
terhadap Tergugugat Konpensi/Penggugat Rekonvensi telah
menimbulkan kerugian yang tidak sedikit kepada Tergugugat
Konpensi/Penggugat Rekonpensi untuk membiayai perkara tersebut
yaitu sebesar Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah );
14.Bahwa selain kerugian materil yang dialami oleh Tergugat
Konpensi/Penggugat Rekonpensi, Penggugat Rekonvensi juga mengalami
kerugian imateril sebagaimana uraian dalil gugatan Rekonvensi pada
poin 8 (delapan) diatas serta dampak dari pengklaiman sebagai milik
atas tanah ulayat suku Lamber Moa dengan niatan untuk menerbitkan
Sertifikat Hak Milik atas nama Penggugat Konpensi/Tergugat
Rekonpensi telah mengakibatkan hilangnya percaya diri sebagai
keturunan/ahli waris dari Lamber Moa, juga hilangnya harkat dan
martabat dalam kedudukan sebagai keturunan/ahli waris dari pada
Lamber Moa dan pada masyarakat Wolotopo umunya . Tergugat
konpensi/Penggugat Rekonvensi juga merasa telah dihina oleh
Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi , yang jika diuangkan sebesar
Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah);
15.Bahwa dari niat Penggugat yang telah diwujut nyatakan dengan sikap
angku dan seola-ola tanah ulayat suku Lamber Moa tersebut adalah
miliknya dengan cara membangun rumah tinggal Penggugat dan anak-
anak Penggugat dan saat ini sedang berupaya keras untuk menerbitkan
Sertifikat Hak Milik atas nama Penggugat , Hal ini telah menimbulkan
kekewatiran dari Tergugat dan seluru keturunan suku Lamber Moa akan
terjadi peralihan sepihak oleh Penggugat maka dengan sangat hormat
Penggugat Rekonpensi memohon kepada Majelis Hakim Yamg Mulia
untuk meletakan SITA JAMINAN atas ketiga bidang tanah ulayat
suku Lamber Moa yang sedang dikuasai oleh Tergugat Rekonpensi saat
ini , agar tidak dialihkan kepada pihak lain dengan cara-cara yang

19
tidak Sah menurut hukum sampai pada putusan akir dan mempunyai
kekuatan hukum tetap.
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut Para Tergugat
mengajukan Gugatan Balik atau Rekonvensi yang mana memohon kepada
Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan dengan Amar sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI
Mengabulkan Eksepsi Tergugat untuk seluruhnya dan menyatakan hukum
gugatan Penggugat cacat Formil dan Tidak Dapat Diterimah (NO);
DALAM POKOK PERKARA
1. Menolak gugatan Penggugat dalam Konpensi untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Hukum bahwa ketiga bidang tanah tersebut adalah tanah
ulayat satu kesatuan suku Lamber Moa;
3. Menyatakan hukum bahwa tanah bidang III yang disebut sebagai tanah
obyek sengketa adalah tanah ulayat suku Lamber moa;
4. Menyatakan Hukum bahwa Almarhum Lamber Moa memiliki 4 (empat)
orang anak dari perkawinannya dengan Almarhumma Sisilia Wea, yakni
Nadus Moa, Tinus Moa, Doroteus Moa, dan Markus Moa.
5. Menyatakan Hukum bahwa bukti-bukti yang diajukan oleh Tergugat
Konpensi adalah Sah dan Berharga serta mempunyai nilai pembuktian
yang kuat;
DALAM REKONVENSI
1. Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonpensi untuk seluruhya;
2. Menyatakan Hukum bahwa Almarhum Lamber Moa memiliki 4 (empat)
orang anak dari perkawinannya dengan Almarhumma Sisilia Wea, yakni
Nadus Moa, Tinus Moa, Doroteus Moa, dan Markus Moa.
3. Menyatakan hukum bahwa penggugat Rekonpensi adalah ahli waris
Lamber Moa yang Sah dari keturunan Nadus Moa;
4. Menyatakan Hukum bahwa bidang tanah bagian barat Kali/Sungai yang
sekarang dikuasai oleh Tergugat Rekonpensi adalah tanah ulayat suku
Lamber Moa;

20
5. Menyatakan Hukum bahwa semua alat bukti yang diajukan oleh
Penggugat Rekonpensi adalah Sah dan Berharga serta memiliki nilai
pembuktian yang kuat;
6. Menghukum Tergugat Rekonpensi untuk membayar seluruh biaya yang
timbul dalam perkara ini
Menimbang, bahwa atas jawaban dan tangkisan dari Para Tergugat, Penggugat
telah mengajukan tanggapanya melalui Replik yang diajukan pada hari Kamis tanggal 9
September 2021;
Menimbang, bahwa atas tanggapan tersebut Para Tergugat telah mengajukan
tanggapan baliknya melalui Duplik yang diajukan pada hari Kamis tanggal 16
September 2021;
Menimbang, bahwa masing-masing replik dan duplik tersebut pada pokonya baik
Penggugat maupun Para Tergugat saling menolak dalil satu sama lain terkecuali untuk
hal yang secara terang diakui oleh satu sama lainnya.
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalilnya Kuasa Penggugat telah
mengajukan alat bukti surat sebagai berikut:
1. Foto copy Kartu Tanda Penduduk Kabupaten Ende atas nama Fransisko Toti Moa,
diberi tanda P.1;
2. Foto copy Kartu Keluarga Kabupaten Ende dengan Nomor : 5308051901100025
atas nama Fransisko Toti Moa, diberi tanda P.2;
3. Foto copy Surat Permandian Nomor 92 atas nama Bonefasius Dogo dari Pengurus
Gereja dan Dana Papa Miskin Paroki Santo Fansiskus Xaverius Wolotopo
Kevikepan Ende – Keuskupan Agung Ende, diberi tanda P.3;
4. Foto copy Silsilah Penggugat dan Para Tergugat, diberi tanda P.4;
5. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2019 dengan letak obyek pajak di Mbuu, Wolotopo, Ndona, Ende, dengan Nama
Wajib Pajak Fransisko Toti Moa, diberi tanda P.5;
6. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2019 dengan letak obyek pajak di Londo, Wolotopo, Ndona, Ende, dengan Nama
Wajib Pajak Fransisko Toti Moa, diberi tanda P.6;

21
7. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2019 dengan letak obyek pajak di Bhoa Pau, Wolotopo, Ndona, Ende, dengan
Nama Wajib Pajak Fransisko Toti Moa, diberi tanda P.7;
8. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2019 dengan letak obyek pajak di Tengga, Wolotopo, Ndona, Ende, diberi tanda
P.8;
9. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2020 dengan letak obyek pajak di Mbuu, Wolotopo, Ndona, Ende, dengan Nama
Wajib Pajak Fransisko Toti Moa, diberi tanda P.9;
10. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2020 dengan letak obyek pajak di Londo, Wolotopo, Ndona, Ende, dengan Nama
Wajib Pajak Fransisko Toti Moa, diberi tanda P.10;
11. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2020 dengan letak obyek pajak di Bhoa Pau, Wolotopo, Ndona, Ende, dengan
Nama Wajib Pajak Fransisko Toti Moa, diberi tanda P.11;
12. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2020 dengan letak obyek pajak di Tengga, Wolotopo, Ndona, Ende, dengan Nama
Wajib Pajak Fransisko Toti Moa, diberi tanda P.12;
13. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2021 dengan letak obyek pajak di Mbuu, Wolotopo, Ndona, Ende, dengan Nama
Wajib Pajak Fransisko Toti Moa, diberi tanda, diberi tanda P.13;
14. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2021 dengan letak obyek pajak di Londo, Wolotopo, Ndona, Ende, dengan Nama
Wajib Pajak Fransisko Toti Moa, diberi tanda P.14;
15. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2021 dengan letak obyek pajak di Bhoa Pau, Wolotopo, Ndona, Ende, dengan
Nama Wajib Pajak Fransisko Toti Moa , diberi tanda P.15;
16. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2021 dengan letak obyek pajak di Tengga, Wolotopo, Ndona, Ende, dengan Nama
Wajib Pajak Fransisko Toti Moa, diberi tanda P.16;

22
17. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2021 dengan letak obyek pajak di Wolotopo, Ndona, Ende, dengan Nama Wajib
Pajak Aba Mage, diberi tanda P.17;
18. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2021 dengan letak obyek pajak di Wolotopo, Ndona, Ende, dengan Nama Wajib
Pajak Aba Mage, diberi tanda P.18;
19. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2021 dengan letak obyek pajak di Wolotopo, Ndona, Ende, dengan Nama Wajib
Pajak Aba Mage, diberi tanda P.19;
20. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2021 dengan letak obyek pajak di Wolotopo, Ndona, Ende, dengan Nama Wajib
Pajak Aba Mage, diberi tanda P.20;
21. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2021 dengan letak obyek pajak di Wolotopo, Ndona, Ende, dengan Nama Wajib
Pajak Aba Mage, diberi tanda P.21;
22. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2021 dengan letak obyek pajak di Wolotopo, Ndona, Ende, dengan Nama Wajib
Pajak Aba Mage, diberi tanda P.22;
23. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2021 dengan letak obyek pajak di Wolotopo, Ndona, Ende, dengan Nama Wajib
Pajak Aba Mage, diberi tanda P.23;
24. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2021 dengan letak obyek pajak di Wolotopo, Ndona, Ende, dengan Nama Wajib
Pajak Aba Mage, diberi tanda P.24;
25. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2021 dengan letak obyek pajak di Wolotopo, Ndona, Ende, dengan Nama Wajib
Pajak Aba Mage, diberi tanda P.25;
26. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2021 dengan letak obyek pajak di Wolotopo, Ndona, Ende, dengan Nama Wajib
Pajak Peto Ngaga, diberi tanda P.26;

23
27. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2021 dengan letak obyek pajak di Wolotopo, Ndona, Ende, dengan Nama Wajib
Pajak Peto Ngaga, diberi tanda P.27;
28. Foto copy Surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
2021 dengan letak obyek pajak di Wolotopo, Ndona, Ende, dengan Nama Wajib
Pajak Peto Ngaga, diberi tanda P.28
29. Foto copy Surat Pernyataan dari Antonius Te dan Nurdin Wahab sebagai Pihak
Pertama dan Dominikus Desi sebagai Pihak Ke Dua yang dibuat pada tanggal 24
Juni 2019, diberi tanda P.29;
30. Foto copy Denah Lokasi Tanah Dataran Mbu’u yang dibuat oleh Dominikus Desi
pada tanggal 21 Juni 2021, diberi tanda P.30;
31. Foto copy Surat Surat Perjanjian Jasa Hukum antara Dominikus Desi dan Yohanes
Damasenus Dhai Silli, Sh, sebagai Advokat yang di buat pada tanggal 16 Juni
2021, diberi tanda P.31;
Menimbang, bahwa atas alat-alat bukti surat tersebut Fotocopy bukti surat yang di
beri tanda P.1 sampai dengan bukti surat yang di beri tanda P.31
tersebut di atas telah dibubuhi meterai cukup dan telah dicocokan sesuai dengan aslinya
terkecuali untuk bukti surat dengan tanda P.29 yang setelah diperiksa ternyata adalah copy dari
copy;
Menimbang, bahwa di muka persidangan, Para Tergugat telah pula mengajukan alat bukti
surat sebagai berikut:
1. Foto copy Kartu tanda Penduduk Kabupaten Ende atas nama Lugerus Ering, diberi tanda
T.1;
2. Foto copy Kartu tanda Penduduk Kabupaten Ende atas nama Wilhelmus Rabu, diberi tanda
T.2;
3. Foto copy Surat Pernyataan dari Antonius Te dan Nurdin Wahab sebagai Pihak Pertama
dan Dominikus Desi sebagai Pihak Ke Dua yang dibuat pada tanggal 24 Juni 2019, diberi
tanda T.3;
4. Foto copy Silsilah Keturunan Da, diberi tanda T.4;
5. Foto copy Silsilah Keturunan Kila Da, diberi tanda T.5;
6. Foto copy Silsilah Keturunan Rabu Kila, diberi tanda T.6;

24
7. Foto copy Silsilah Keturunan Kado Kila, diberi tanda T.7;
8. Foto copy Silsilah Keturunan Laka Kila, diberi tanda T.8;
9. Foto copy Denah Lokasi Sengketa, diberi tanda T.9;
Menimbang, bahwa bukti surat yang di beri tanda T.1 sampai dengan bukti surat yang di
beri tanda T.9 tersebut di atas telah dibubuhi meterai cukup dan telah dicocokan sesuai dengan
aslinya di persidangan sedangkan bukti surat yang di beri tanda T.3 tersebut di atas telah
dibubuhi meterai cukup dan merupakan bukti fotocopy dari fotocopy;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah melaksanakan Pemeriksaan setempat
sebelumnya, pada hari Jumat tanggal 5 November tahun 2021 yang mana sebagai mana gugatan
penggugat objek sengketa terletak di Dataran Mbu’u, Desa Wolotopo Timur, Kecamatan Ndona,
Kabupaten Ende, seluas ± 16.930 M² (kurang lebih enam belas ribu Sembilan ratus tiga puluh
meter persegi) dan saat ini tanah tersebut memiliki batas-batas sebagai berikut:
 Sebelah Utara : berbatasan dengan tanah milik SYAIFUL dan Perkampungan “Nua Kota”
Onelako Desa Manulondo,
 Sebelah Selatan : berbatasan dengan Laut Sawu,
 Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Sawu, jurang dan tanah milik Penggugat,
 Sebelah Barat : berbatasan dengan Kali mati.
Namun terdapat perbedaan versi dari Para Tergugat yang menyebut bahwa batas sebelah sebelah
Timur tanah sengketa berbatasan dengan tebing dan tanah garapan Laka Killa yang digarap oleh
Bapak Nggaa dan sebelah Selatan berbatasan dengan pesisir pantai laut sawu dan Tanah garapan
milik Laka Killa;
Menimbang, bahwa dari Hasil Pemeriksaan Setempat ditemukan hasil bahwa objek
sengketa berbatasan dengan batas-batas sebagai berikut:
- Sebelah Utara : berbatasan dengan tanah milik SYAIFUL dan Perkampungan “Nua Kota”
Onelako Desa Manulondo,
- Sebelah Selatan : berbatasan dengan Laut Sawu,
- Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Sawu, jurang dan tanah yang dikuasai Penggugat,
- Sebelah Barat : berbatasan dengan Kali mati.
Menimbang, bahwa dengan adanya perbedaan batas in-casu Majelis Hakim telah
bermusyawarah dan menentukan bahwa objek sengketa a-quo terletak dan berbatasan sesuai
dengan apa yang ditemukan dalam hasil yang tertuang pada berita acara pemeriksaan setempat;

25
Menimbang, bahwa Kuasa Penggugat telah mengajukan Alat Bukti Saksi untuk di periksa
di muka Persidangan sebagai berikut:
1. Saksi Harmaya Mancelia Ndelos;
2. Saksi Egidius Dole Wero;
3. Saksi Kornelius Kontona Kota;
4. Saksi Teofilus Gara;
5. Saksi Adrianus Jemi;
6. Saksi Gracella Stenia Friska;
7. Saksi Adrianus Edwinsius Bendu
Menimbang, bahwa saksi-saksi tersebut hadir di muka persidangan dan telah di dengarkan
keterangannya yang sebelum memberi keterangan telah pula di ambil janji/sumpah sesuai
dengan agamanya masing-masing yang seluruh keterangan saksi tersebut termuat lengkap dalam
Berita Acara Persidangan yang adalah satu bagian yang tidak terpisahkan dengan Putusan a-quo;

Menimbang, bahwa secara berimbang Para Tergugat telah pula menghadirkan Alat Bukti
Saksi di muka persidangan untuk di periksa sebagai berikut:
1. Saksi Ignasius B Damianus;
2. Saksi Apolonia Lamping;
3. Saksi Emiliano Raymundus Banggo;
4. Saksi Rafinta Paulina Polu;
5. Saksi Valerianus Mangkur;
6. Saksi Julius Arkadius Yone:
Menimbang, bahwa saksi-saksi tersebut hadir di muka persidangan dan telah di dengarkan
keterangannya yang sebelum memberi keterangan telah pula di ambil janji/sumpah sesuai
dengan agamanya masing-masing yang seluruh keterangan saksi tersebut termuat lengkap dalam
Berita Acara Persidangan yang adalah satu bagian yang tidak terpisahkan dengan Putusan a-quo;
Menimbang, bahwa saksi-saksi tersebut hadir di muka persidangan dan telah di dengarkan
keterangannya yang sebelum memberi keterangan telah pula di ambil janji/sumpah sesuai
dengan agamanya masing-masing yang seluruh keterangan saksi tersebut termuat lengkap dalam
Berita Acara Persidangan yang adalah satu bagian yang tidak terpisahkan dengan Putusan a-quo;

26
Menimbang, bahwa Para Pihak telah mengajukan Kesimpulannya kepada Majelis Hakim
pada hari Jumat tanggal 4 Januarii tahun 2024;
Menimbang, bahwa selanjutnya segala sesuatu yang termuat dalam berita acara
persidangan perkara ini, untuk menyingkat putusan ini dianggap telah termuat dan menjadi
bagian yang tak terpisahkan dengan putusan ini;
Menimbang, bahwa akhirnya para pihak menyatakan tidak ada hal-hal yang diajukan lagi
dan mohon putusan;
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat yang pada pokoknya adalah
keinginan dari Penggugat untuk mensertifikatkan bidang tanah obyek sengketa yang dikuasai
oleh Penggugat bersama dengan anak-anak Penggugat dan diatasnya telah terdapat 4 (empat)
rumah, yang terdiri dari satu milik Penggugat dan 3 (tiga) rumah milik anak-anak Penggugat,
Pohon kelapa, pisang, bambu, dan jati yang ditanam oleh Penggugat yang mana objek sengketa
tersebut didapat Penggugat menurut pengakuannya dari LAMBER MOA semasa TINUS MOA
hidup terdapat tiga bidang tanah yang diberikan oleh LAMBER MOA, kepada TINUS MOA
sebagai kompensasinya sebagai mosalaki yang di dalamnya termasuk tanah obyek sengketa
dimiliki dan dikuasai oleh , setelah TINUS MOA meningggal ketiga tanah tersebut diwariskan
kepada anaknya yang bernama THOMAS MOA dan setelah THOMAS MOA meninggal ketiga
tanah tersebut diwariskan kepada anaknya yang bernama MOA GUVEN , dan setelah MOA
GUVEN meninggal ketiga tanah tersebut diwariskan kepada anaknya yang bernama TOTI MOA
atau FRANSISKO TOTI MOA (Penggugat), namun keinginan dari Penggugat untuk
mensertifikatkan tanah tersebut tidak dapat terlaksana karena ada halangan atau keberatan dari
Para Tergugat, yang meminta agar Kepala Desa Wolotopo untuk tidak menandatangani dokumen
administrasi yang berkaitan dengan proses sertifikat atas obyek sengketa dengan alasan bahwa
tanah obyek sengketa merupakan milik dari leluhur Para Tergugat yang bernama NADUS
(NADUS MOA);
Menimbang, bahwa sebaliknya Para Tergugat dalam dalil jawabannya menyebut bahwa
klaim Penggugat yang menyatakan bahwa semasa hidupnya Almarhum LAMBER MOA,
memiliki jabatan adat sebagai ‘Ria no.o Mosalaki Ae Wera Ghale “ (Pemimpin dan
Penguasa Wilayah di sebelah Barat Kali/Sungai ) yang diturunkan dari Bapaknya yang
bernama MOA, adalah TIDAK BENAR jabatan Pemimpin dan Penguasa tidak secara

27
otomatis diturunkan dari MOA kepada LAMBER MOA, melainkan melalui proses
musyawara mufakat yang dilaksanakan di rumah adat SA,O RIA (sebagai rumah suku)
dalam satu acara Pengangkatan Pemimpin dan Penguasa (Wake Laki) dihadiri oleh anak-
anak dari MOA yakni LAMBER MOA, HANES MOA, RIUS MOA , dan seluruh
pemangku adat masyarakat Wolotopo , pada saat itu LAMBER MOA ditunjuk dan
diangkat sebagai Pemimpin dan Penguasa dibagian barat Kali/Sungai sebagaimana
ungkapan adat setempat “ tuju ngere muku, pera ngere penggi tau mbale laki ae wera
ghale” (ditunjuk dan diberitahu untuk menjadi Pemimpin dan Penguasa dibagian Barat
Kali/Sungai) dan Mosalaki adalah seorang Pemimpin dan Penguasa seluruh ulayat adat
Wolotopo baik disebelah barat Kali/Sungai maupun disebelah timur Kali/Sungai di
Wolotopo dan tidak terbagi-bagi, sehingga tanah yang dikuasai oleh Penggugat bukanlah hak
miliknya namun adalah bagian dari Tanah Ulayat milik masyarakat wolotopo;
Menimbang, bahwa sebelum masuk kepada pertimbangan-pertimbangan terkait dengan
eksepsi dan pokok-pokok perkara Majelis Hakim akan mempertimbangkan hal-hal yang bersifat
formil dalam gugatan Penggugat;
Menimbang, bahwa dalam dalil gugatan Penggugat tidak terdapat sekat-sekat yang
menurut Majelis Hakim adalah kewenangan dari badan peradilan lainnya, sehingga, Majelis
Hakim berpandangan bahwa Pengadilan Negeri berwenang untuk memeriksa dan mengadili
perkara in-casu;
Menimbang, bahwa gugatan yang diajukan oleh Penggugat yang beralamat di Dusun
Wawo Sumba RT/RW 001/001, Desa Wolotopo Timur, Kecamatan Ndona, Kabupaten Ende,
sementara Para Tergugat yang beralamat di Wawo Sumba, Desa Wolotopo Timur, Ndona, Kab.
Ende, Nusa Tenggara Timur dan Wawo Sumba, Desa Wolotopo Timur, Ndona, Kab. Ende, Nusa
Tenggara Timur, sementara objek sengketa yang terletak di Dataran Mbu’u, Desa Wolotopo
Timur, Kecamatan Ndona, Kabupaten Ende, seluruhnya berada di dalam wilayah hukum
Pengadilan Negeri Ende sehingga sebagaimana diatur dalam Pasal 142 Rechtreglement voor de
Buitengewesten (RbG), adalah Pengadilan Negeri Ende yang memiliki kewenangan untuk
memeriksa dan mengadili perkara in-casu;
DALAM EKSEPSI
a. Exeptio Error in Persona

28
Menimbang, bahwa dalam keberatan atau eksepsinya, Para Tergugat menyatakan bahwa
Penggugat tidak mempunya hak hukum untuk mengajukan gugatan terhadap para Tergugat
karena Penggugat bukan sebagai Pemilik Tanah Obyek sengketa dan 2 (dua) bidang
tanah lainya yang telah disebutkan oleh Penggugat dalam dalail gugatanya, Tanah obyek
sengketa dan 2 (dua) bidang tanah lainya yang telah disebutkan oleh Penggugat adalah
tanah ulayat adat yang berasal dari Almarhum MOA, yang dikuasai oleh LAMBER
MOA (salah satu anak dari MOA) sebagai Ata Laki Ae Wera Ghale/Pemimpin Ulayat
yang berada di sebelah kali/sungai kampung adat Wolotopo dan bahwa Penggugat juga
tidak menarik Kepala Desa Wolotopo sebagai pihak yang berperkara dalam perkara ini,
karena perbuatan Kepala Desa Wolotopo dengan tidak menandatangani dokumen
administrasi yang berkaitan dengan proses sertifikat atas obyek sengketa;
Menimbang, bahwa atas eksepsi tersebut Majelis Hakim mempertimbangkan bahwa pokok
keberatan atau eksepsi dari Para Tergugat ada dua hal yakni, Persona Standi in Judicio dan
plurium litis consortium sehingga akan Majelis Hakim pertimbangkan satu-per satu mulai dari
keberatan Para Tergugat tentang Persona Standi in Judicio, Majelis Hakim memandang bahwa
Teori legitima persona standi in judicio mengacu pada siapa pun yang merasa memiliki suatu
hak dan ingin mempertahankannya, maka ia berhak bertindak selaku pihak, baik selaku
penggugat maupun tergugat teori ini bukan hanya berlaku saat seseorang mengajukan sebuag
gugatan dan menjadikan dirinya sebagai penggugat, namun juga bertindak sebagai tergugat,
ataupu intervenan dalam adanya intervensi baik ia mengambil posisi voeging, Tussenkomst
ataupun vrijwaring;
Menimbang, bahwa yang didalilkan oleh Para Tergugat dalam dalil eksepsinya adalah
Penggugat tidak memiliki kompetensi hukum sebagai penggugat dikarenakan bahwa Penggugat
bukan sebagai Pemilik Tanah Obyek sengketa dan 2 (dua) bidang tanah lainya yang
telah disebutkan oleh Penggugat dalam dalail gugatanya, Tanah obyek sengketa dan 2
(dua) bidang tanah lainya yang telah disebutkan oleh Penggugat adalah tanah ulayat adat
yang berasal dari Almarhum MOA, yang dikuasai oleh LAMBER MOA (salah satu anak
dari MOA) sebagai Ata Laki Ae Wera Ghale/Pemimpin Ulayat yang berada di sebelah
kali/sungai kampung adat Wolotopo, namun Majelis Hakim melihat bahwa dalam dalil posita
Penggugat Penggugat menyebut bahwa LAMBER MOA menyatakan dan menunjukkan tanah-
tanah yang diberikan kepada TINUS MOA sebagai dampak dari pengangkatannya tersebut, yang

29
disampaikan dalam bahasa setempat berbunyi: “TINUS ame, NADUS eo talo molo. Leja ina aku
tuju ro ngere muku pera ro ngere penggi leka nia NADUS. Aku renggi kau jadi TINUS du’a.
Dema na tana aku bagi dowa ro, menga tana eo turi no.o tobho, o tala no’o langi, aku la’e bagi
rewo. Tana ghele Londo, jala ka poru du jeka ghawa detu Mbu’u, tana o ina aku pati kau TINUS,
tau jadi geke du’a. Tana Ina tau pini wiwi lata lema, wiwi kau ma’e bidi, lema kau ma’e leli mera
leka te’e wawo tenda, tau talu sambu tewa rega no’o tebo laki lo ongga. Tana tau poto lobo
nunga saga, tau kau jadi geke du’a.” (= TINUS, Nadus tidak mau dan tidak mampu sama sekali.
Hari ini saya tunjuk langsung kau di hadapan NADUS dan saya angkat kau sebagai pengganti
saya. Memang benar tanah-tanah saya sudah bagi semua tapi untuk tanah di area perbatasan,
saya belum pernah bagikan, yaitu tanah yang ada di Londo, Jalakaporu sampai dengan dataran
Mbu’u, tanah ini yang saya berikan kepada Kau, TINUS yang sudah tunjuk dan angkat sebagai
pengganti saya. Tanah ini saya berikan kepadamu sebagai alas/landasan agar kau tidak takut,
tidak gugup, tidak bimbang dan tidak ragu ketika duduk dan berbicara di tenda adat bersama
dengan Para Mosalaki yang lain. Tanah ini saya berikan kepadamu supaya kau kelihatan besar,
kekar dan tinggi serta arif, bijaksana dan berwibawa karena kau telah menjadi TINUS yang
disulungkan dalam keluarga LAMBER), yang mana diikuti dengan dalil-dalil bahwa Penggugat
adalah keturunan dari TINUS MOA tersebut, baik dalil Penggugat maupun dalil Para Tergugat,
Majelis Hakim pertimbangkan bukanlah materi eksepsi yang sejatinya lekat dengan unsur formil
dari sebuah gugatan namun harus di buktikan dan di uji dalam pokok perkara;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut, Majelis Hakim akan mengesampingkan
keberatan Para Tergugat a-quo dalam eksepsi karena tidak beralasan dan bukan materi dari
eksepsi sehingga harus di tolak;
Menimbang, bahwa selanjutnya berkenaan dengan keberatan para tergugat mengenai
plurium litis consortium dikarenakan Penggugat tidak menarik serta kepala desa wolotopo
sebagai pihak dalam perkara in-casu Majelis Hakim mendasarkan pada Yurisprudensi
Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 13 Desember 1958 Nomor 4/K/SIP/1958
menggariskan bahwa: “Syarat mutlak untuk menuntut seseorang di depan Pengadilan adalah
adanya perselisihan hukum antara kedua belah pihak” dan Yurisprudensi Mahkamah Agung
Republik Indonesia tanggal 11 April 1997 Nomor 3909 K/Pdt.G/1994 menggariskan bahwa:
“Adalah hak dari penggugat untuk menentukan siapa-siapa yang dijadikan atau ditarik menjadi
pihak dalam perkara sehingga, siapapun yang dirasa oleh Penggugat telah melanggar haknya,

30
atau memberi kerugian padanya adalah orang yang sesuai dengan hak dari Penggugat untuk di
gugat di pengadilan, sehingga Majelis Hakim tidak menemukan apa alasan yang kuat untuk
menyatakan bahwa gugatan dari Penggugat memiliki kekurangan pihak untuk di Tarik di
dalamnya;
Menimbang, bahwa berdasarkan urain-uraian tersebut, Majelis Hakim mempertimbangkan
bahwa pokok keberatan Para Tergugat tentang exeptio error in persona baik itu persona standi
in judicio dan plurium litis consortium haruslah dinyatakan tidak beralasan hukum dan ditolak;
b. Exeptio Obscuur Libel
Menimbang, bahwa dalam dalil eksepsinya Para Tergugat menyatakan bahwa gugatan
Penggugat tidak jelas , kabur dan membingungkan hal ini dapat dilihat pada posita
gugatan Penggugat yang pada pokoknya Penggugat mengklaim tanah obyek sengketa dan
dua bidang lainya adalah tanah milik Geke Killa dari Killa Da, namun pada petitum
gugatan aquo Penggugat meminta/memohon kepada Majelis Hakim untuk menyatakan sah
menurut hukum bahwa Penggugat adalah ahli waris sulung yang sah dari MOA GUVEN,
sedangkan dalam gugatan Penggugat peralihan hak kesulungan terjadi pada derajat
TINUS MOA dan NADUS MOA, namun Majelis Hakim melihat pula pada poin 1, 2, dan 3
Penggugat yang menyebut bahwa Penggugat adalah anak dari MOA GUVEN, yang adalah anak
dari THOMAS MOA yang adalah anak dari TINUS MOA, Majelis hakim mempertimbangkan
bahwa perihal Kesulungan secara adat,yang menjadi focus eksepsi Para Tergugat yang menjadi
dasar dalil Para Tergugat menyatakan bahwa Gugatan Penggugat kabur dan tidak berhubungan
satu dengan lainnya antara Posita dengan Petitum adalah poin-poin yang harus diperiksa dan
ditentukan dalam Pokok perkara dan harus dikesampingkan dari eksepsi yang pokoknya adalah
membahas mengenai hal-hal formil dalam gugatan;
Menimbang, bahwa selanjutnya bahwa selanjutnya Para Tergugat menuangkan poin
eksepsinya yang menyebut bahwa Penggugat Tidak Meminta/Memohon kepada Majelis
Hakim agar Menyatakan Hukum bahwa proses penerbitan Sertifikat Hak Milik atas nama
Penggugat adalah Sah menurut Hukum Majelis Hakim mempertimbangkan bahwa apa yang di
dalilkan oleh Para Tergugat adalah bentuk a-contrario dari Petitum Penggugat yang mana
menurut Majelis Hakim adalah sebuah kondisi Hukum yang akan dengan sendirinya di tentukan
dari putusan setelah mempertimbangkan seluruh Pokok Perkara baik Konpensi maupun

31
Rekonpensi sehingga Keberatan tersebut haruslah dikesampingkan sampai seluruh pokok
perkara telah di pertimbangkan;
Menimbang, bahwa berdasarkan seluruh uraian tersebut eksepsi Para Tergugat tentang
obscuur libel’nya Gugatan Penggugat tidak beralasan hukum dan haruslah di tolak;
DALAM POKOK PERKARA
DALAM KONPENSI
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan satu per-satu
Petitum dari Penggugat Konpensi sebagai berikut:
Menimbang, bahwa dalam Petitum Ke-1 (satu) Penggugat meminta kepada Majelis Hakim
untuk dapat menjatuhkan putusan dengan amar Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk
seluruhnya, atas petitum ini, Majelis Hakim mempertimbangkan bahwa petitum tersebut haruslah
ditangguhkan sampai dengan seluruh Petitum lain dari surat Gugatan Penggugat mendapatkan
kepastian atas keadaan hukumnya dalam Putusan a-quo;
Menimbang, bahwa dalam Petitum ke-2 (dua) Penggugat Meminta kepada Majelis Hakim
untuk Meyatakan bahwa Penggugat adalah alhli waris sulung yang sah dari MOA GUVEN,
Majelis Hakim mempertimbangkan Posita ke-1, 2, dan 3 Penggugat yang menyebut bahwa
Penggugat biasa dipanggil atau dikenal dengan sebutan TOTI MOA, karena Bapak Penggugat
bernama MOA GUVEN, sedangkan sebagai orang yang beragama Katolik, secara lengkap
Penggugat memiliki nama FRANSISKO TOTI MOA, yang adalah anak dari Bapak Penggugat
yang bernama MOA GUVEN merupakan anak dari Almarhum WOGE GEKE dan Kakek
Penggugat yang bernama THOMAS MOA merupakan anak dari Almarhum TINUS MOA,
kemudian dalam poin ke-17 Posita Penggugat yang menyatakan bahwa TINUS MOA kemudian
menerima pengangkatan dirinya untuk menggantikan kedudukan LAMBER MOA dan juga
tanah-tanah sebagai konpensasi pengangkatan dirinya menjadi yang sulung dari keturunan
LAMBER MOA, dan dalam Point 18 Postia Penggugat disebutkan bahwa TINUS MOA
diberikan tiga bidang tanah oleh LAMBER MOA karena dirinya yang diangkat sulung dan
bukannya NADUS MOA sebagaimana dalam poin ke-14 Posita Penggugat yang kemudian
dalam poin ke-19 Posita Penggugat menyebut bahwa TINUS MOA, setelah TINUS MOA
meningggal ketiga tanah tersebut diwariskan kepada anaknya yang bernama THOMAS MOA
dan setelah THOMAS MOA meninggal ketiga tanah tersebut diwariskan kepada anaknya yang
bernama MOA GUVEN, dan setelah MOA GUVEN meninggal ketiga tanah tersebut diwariskan

32
kepada anaknya yang bernama TOTI MOA atau FRANSISKO TOTI MOA (Penggugat),
sementara dalam dalil jawabannya Para Tergugat menolak dalil Penggugat yang menyatakan
bahwa bapak dari Penggugat yang bernama MOA GUVEN merupakan anak dari Almarhum
TINUS MOA adalah TIDAK BENAR karena Almarhum TINUS MOA tidak mempunyai
anak/keturunan bernama THOMAS, yang sesungguhnya adalah pendatang yang menggarap
dan tinggal bersama TINUS MOA . Nama THOMAS disandangnya setelah TINUS MOA
meninggal dunia sehingga menjadi THOMAS MOA;
Menimbang, bahwa atas pertentangan dalil tersebut Majelis Hakim mempertimbangkan pada
bukti surat dengan tanda bukti P.2, P.3, dan P.4 tersebut bahwa Penggugat FRANSISKO TOTI
MOA adalah anak dari ayah yang Bernama Bonefasius Dogo, dan Mbasi, yang pula adalah
saudara dari FILUS, TINA NGEDA YULI KEKE, RINA TAWA,TEUS RUA, RIA DEKE,
ANAS SIA, DOMI DAVE, yang mana ayah dan ibu dari Penggugat dan beberapa Saudara-saudara
dari Penggugat telah meninggal dunia, kemudian dalam kesaksian Saksi Paulus Luka yang
menerangkan bahwa dirinya mengetahui objek sengketa dan mengetahui bahwa tanah objek
sengketa tersebut adalah milik TINUS, yang mana TINUS memiliki anak Bernama GUVEN, dan
anak dari GUVEN Bernama FRANSISKO TOTI MOA yang mana keterangan tersebut diketahui
dari orang tua saksi yang bercerita kepada saksi,kemudian sementara dalam bukti surat dengan
tanda bukti T.4 dan T.5 Tergugat Menyatakan bahwa TINUS MOA yang dirujuk oleh Penggugat
tidak memiliki keturunan;
Menimbang, bahwa kemudian Majelis Hakim mempertimbangkan dengan sangat hati-hati
apa itu keturunan, ahli waris dan sulung, kesulungan atau yang disulungkan sebagai berikut;
Menimbang, bahwa keturunan dalam Hukum Perdata dirujuk pada pengertian wettig kind
dan naturlijk kind yang mana wettig kind adalah anak yang dianggap lahir dari perkawinan yang
sah antara ayah dan ibunya, sementara naturlijk kind adalah Anak yang lahir di luar perkawinan,
sementara ahli waris sebagaimana dapat dirujuk pada Pasal 832 KUHPerdata adalah mereka yang
berhak atas harta waris dari seorang pewaris yang mana mereka yang berhak menjadi ahli waris
adalah keluarga sedarah, baik yang sah menurut undang-undang maupun yang di luar perkawinan,
dan suami atau isteri yang hidup terlama, menurut peraturan-peraturan perundang-undangan,
kemudian dalam pandangan doktrin oleh subekti, seseorang baru dapat dikatakan sebagai seorang
ahli waris dan terbukanya harta warisan adalah saat:
1. Pewaris telah meninggal dunia sebagaimana diatur dalam pasal 830 KUHPerdata;

33
2. kemudian dari uraian tersebut Majelis Hakim memandang bahwa keturunan dan ahli waris
serta kewarisan adalah dua hal yang berbeda dan dalam artian tidak semua keturunan baik
itu yang hadir dari perkawinan yang sah maupun di luar perkawinan akan otomatis menjadi
ahli waris, namun harus di ikuti dengan persyaratan-persyaratan menurut hukum dan
undang-undang a-quo;
3. Menimbang, bahwa Pasal 44 Ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia nomor 24
Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan mengatur bahwa “Setiap kematian wajib dilaporkan oleh
ketua rukun tetangga atau nama lainnya di domisili Penduduk kepada Instansi Pelaksana
setempat paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal kematian.”, selanjutnya dalam
Ayat (2) Pasal a-quo mengatur bahwa “Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Kematian dan menerbitkan
Kutipan Akta Kematian”
4. Menimbang, bahwa kemudian berdasarkan uraian tersebut, Majelis Hakim tidak
menemukan bukti sahih dari Penggugat yang dapat membuktikan secara per-se kematian
dari MOA GUVEN adalah ayah dari Penggugat sebagai syarat dari terbukanya warisan dan
menentukan apakah keturunan dari si meninggal tersebut untuk ditentukan layak dan cakap
untuk menjadi ahli waris atau tidak;
5. Menimbang, selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan perihal frasa sulung,
kesulungan dan atau disulungkan yang digandeng sebagai frasa :ahli waris sulung” oleh
Penggugat dalam petitum in-casu, Majelis Hakim melihat dari posita Gugatan Penggugat
dan juga jawaban para Tergugat yang menguraikan tentang, penurunan jabatan dari
LAMBER MOA yang memiliki empat orang anak NADUS MOA, TINUS MOA,
DOROTEUS MOA, MARKUS MOA dan dari ke-empat anak tersebut, LAMBER MOA
memilih TINUS MOA sebagai penerus jabatannya dalam berbagai versi dalil baik oleh
Penggugat maupun Para Tergugat, sehingga Majelis Hakim memandang bahwa perihal
sulung dan kesulungan, tidak dapat dilihat hanya semata-mata dari usia, ataupun jenis
kelamin dari dari pihak-pihak yang Namanya tersebut dalam Perkara in-casu Majelis
Hakim memandang bahwa sebagaimana bukti surat P-4 Penggugat, Penggugat tidaklah
anak tunggal namun adalah saudara dari Filus, Tina Ngedha, Yuli Keke, Rina Tawa, Teus
Rua, Ria Deke, Anas Sia, Domi Dafe yang mana beberapa diantara saudara Penggugat

34
tersebut diakui penggugat telah meninggal namun tidak ada bukti yang menunjukan bahwa
saudara-saudara para penggugat tersebut benar adanya telah meninggal seperti yang
dikehendaki oleh Undang-undang demikian pula tidak terdapat bukti yang mampu
menunjukan bahwa adalah Penggugat yang dipilih dengan dan dalam mekanisme apapun
sebagai yang sulung, yang disulungkan atau yang memangku kesulungan tersebut;
6. Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut Majelis Hakim mempertimbangkan bahwa
Petitum ke-2 (dua) penggugat tidak mampu dibuktikan penggugat dengan terang, sempurna
dan meyakinkan sehingga haruslah dipandang tidak beralasan hukum dan harus ditolak;
Menimbang, bahwa dalam Petitum ke-3 (tiga) Penggugat, Pengguga memohon agar Majelis
Hakim menyatakan bahwa Penggugat adalah pemilik yang sah dari tanah obyek sengketa, yang
terletak di Dataran Mbu’u, Desa Wolotopo Timur, Kecamatan Ndona, Kabupaten Ende, seluas ±
16.930 M² (kurang lebih enam belas ribu Sembilan ratus tiga puluh meter persegi) dan saat ini
tanah tersebut memiliki batas-batas sebagai berikut:
 Sebelah Timur berbatasan dengan jurang,
 Sebelah Barat : berbatasan dengan Kali mati.
 Sebelah Selatan : berbatasan dengan Laut Sawu,
 Sebelah Utara : berbatasan dengan tanah milik SYAIFUL dan Perkampungan “Nua Kota”
Onelako Desa Manulondo,
Menimbang, bahwa dalam Postia ke-16 gugatannya, Penggugat Mendalilkan bahwa saat
TINUS MOA “Ria nua Mosalaki Ae Wera Ghale” (Pemimpin dan Penguasa Wilayah di sebelah
Barat Kali/Sungai) menggantikan LAMBER MOA, kemudian TINUS MOA menanyakan kepada
LAMBER MOA apa yang diberikannya dengan pemberian status atau jabatan sebagai “Ria nua
Mosalaki Ae Wera Ghale” (Pemimpin dan Penguasa Wilayah di sebelah Barat Kali/Sungai)
maupun sebagai Putra sulung dari LAMBER MOA, sementara tanah-tanah sudah dibagi, yang
disampaikan dalam bahasa setempat berbunyi: “Baba e, Baba renggi aku tau jadi geke du’a. apa ki
tau aku jadi geke du’a, tanah-tanah si baba bagi dowa ro” Bapak, Bapak sudah menunjuk dan
mengangkat serta menjadikan saya sebagai yang sulung dan pengganti Bapak tetapi apa yang
menjadikan saya sebagai yang sulung dan pengganti Bapak sementara tanah-tanah, Bapak sudah
bagikan semuanya.), yang kemudian dalam dalil-dalil selanjutnya disebut oleh Penggugat bahwa
apa yang telah diberikan tersebut menjadi harta waris TINUS MOA sampai kepada dirinya yakni
Penggugat;

35
Menimbang, kemudian bahwa dalam bukti surat P.5 sampai dengan P.28 secara vide bahwa
Penggugat telah membayar Pajak Bumi dan Bangunan atas Objek Sengketa yang menguatkan
Posisi Penggugat sebagai Pemilik dari Objek Sengketa, untuk bukti surat a-quo Majelis Hakim
merujuk pada Yurisprudensi Mahkamah Agung, dalam putusan Kasasi dengan Nomor Register
2919 K/Pdt/2016 tanggal 10 Januari 2017 yang mana salah satu pertimbangannya menyebut bahwa
surat SPPT Pajak Bumi dan Bangunan tidaklah dapat dipandang sebagai alat bukti atau tanda bukti
kepemilikian hak atas suatu objek tanah sehingga Majelis Hakim akan mengesampingkan bukti
surat tersebut;
Menimbang, bahwa selanjutnya dalam kesaksian saksi KORNELIUS KANTONA KOTA,
yang menerangkan bahwa saksi mengetahui Objek Sengketa adalah milik penggugat dan bapaknya
yang Bernama MOA GUVEN karena ketika saksi kelas 2 SD, saksi pernah pergi ke lokasi
sengketa bersama bapak sambung saksi untuk memetik buah kelapa yang ditanam oleh nenek saksi
yang Bernama Embu Kota, saat itu saksi melihat bapak MOA GUVEN bersama istrinya bernama
SITI ALUS ada dilokasi tersebut dan kemudian saksi mengetahui tanah sengketa tersebut adalah
tanah milik MOA GUVEN dari cerita bapak sambung saksi kepada saksi dengan mengatakan
bahwa “tanah disini Ame GUVEN punya”, selanjutnya Saksi KORNELIUS KANTONA KOTA
dalam keterangannya menjelaskan bahwa Saksi tahu bahwa tanah tersebut milik penggugat dari
cerita bapak saksi yang Bernama FERDI KOTA bahwa tanah tersebut dikuasai oleh penggugat.
selanjutnya Saksi TEOFILUS GARA yang menyebut bahwa Saksi tahu bahwa tanah objek
sengketa adalah milik penggugat dari cerita bapak saksi kepada saksi dan dari kecil saksi juga
melihat bapak dari penggugat yang mengerjakan tanah tersebut sampai dengan sekarang, kemudian
keterangan saksi ADRIANUS JEMI yang menerangkan bahwa Saksi Mengetahui bahwa Objek
Sengketa adalah milik penggugat dikarenakan selama ini yang tinggal di atas tanah tersebut adalah
Penggugat;
Menimbang, bahwa selanjutnya Para Tergugat dalam dalil jawabannya menyebut bahwa
Objek Sengketa bukanlah milik dari Penggugat namun adalah tanah suku, sebagaimana disebut
oleh Saksi IGNASIUS B.DAMIANUS yang menerangkan bahwa Orang tua saksi menceritakan
tentang tanah tersebut kepada saksi karena saat itu saksi bertanya kepada orang tua Saksi tentang
tanah di Mbu’u yang saat ini menjadi objek sengketa masuk dalam wilayah suku mana sehingga
dijawab bahwa tanah tersebut termasuk dalam tanah ulayat suku LAMBER MOA, kemudian Saksi
APOLONIA LAMPING yang menyebut bahwa anak-anak MOA GUVEN termasuk Penggugat

36
tidak menguasai lokasi sengketa tersebut ketika MOA GUVEN meninggal dunia karena lokasi
sengketa tersebut bukan warisan;
Menimbang, bahwa Majelis Melihat baik pembuktian saksi dari Penggugat maupun Para
Tergugat hampir seluruhnya merujuk kepada kesaksian yang bersifat testimonium di auditu atau
sebuah keterangan yang didapatnya dari keterangan orang lain sebelumnya, dan baik keterangan
saksi dari Penggugat maupun Para Tergugat menyebut penguasaan tanah yang sifatnya bezit dan
tidak secara terang menunjukan kepemilikan secara yuridis dan hakiki atas objek sengketa,
sehingga Majelis Hakim memandang bahwa sejatinya Penggugat tidak dapat dengan sempurna
membuktikan kedudukannya sebagai bezitter atau orang yang saat ini secara fisik menguasai objek
sengketa sebagai benar pemilik hakiki dan yuridis atas objek sengketa jika mengacu kepada
keterangan saksi-saksi yang menjadi alat bukti dalam persidangan in-casu;
Menimbang, selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan kepemilikan objek
sengketa in-casu sebagaimana di dalilkan penggugat yang bersumber dari penguasaan adat,
sebagaimana Posita ke-15, ke-16, ke-17, ke-18 dan ke-19, surat gugatan Penggugat;
Menimbang, bahwa Para Tergugat Mendalilkan dalam Jawabannya bahwa objek sengketa
adalah tanah suku secara utuh dan tidak terbagi-bagi kepada para Mosalaki ataupun atalaki, dalam
struktur dan hierarki masyarakat hukum adat yang berlaku diantara Penggugat dan Para Tergugat;

Menimbang, bahwa dalam keterangan saksi KORNELIUS KANTONA KOTA


menerangkan bahwa Penggugat memiliki jabatan adat selaku kepala suku sekaligus merangkap
sebagai Mosalaki, dan sepengetahuan saksi, TINUS semasa hidupnya memiliki jabatan sebagai
Mosalaki sekaligus kepala suku LAMBER, dan anak dari TINUS yang menjadi Mosalaki setelah
TINUS adalah TOMAS, setelah TOMAS meninggal diganti oleh anaknya yang Bernama
GUVEN, setelah GUVEN meninggal diganti oleh anaknya yang Bernama TOTI MOA atau
penggugat, kemudian saksi TEOFILUS GARA menerangkan bahwa Wolotopo sendiri ada 8
(delapan) Mosalaki, 4 (empat) Mosalaki di Ae Whera Ghale Timur dan 4 (empat) Mosalaki di
Ae Whera Ghale barat dan di Wolotopo jabatan Mosalaki itu sama dengan jabatan kepala suku,
selanjutnya Saksi bahwa di Wolotopo, jabatan Mosalaki dan kepala suku tidak dapat dipisahkan
karena jabatan tersebut turun temurun dan penggugat diangkat menjadi Mosalaki di Wolotopo
saat itu karena ditunjuk langsung, tidak ada proses soddo au dan di wolotopo hal itu

37
diperbolehkan, Saksi juga Menjelaskan bahwa Mosalaki dan kepala suku tersebut itu berbeda
dan penggugat sebagai Mosalaki dan kepala suku Ae Wera Ghale maka seluruh wilayah Ae
Wera Gahle adalah milik penggugat, kuasa penggugat sebagai Mosalaki hanya sebatas tanah
sengketa sedangkan sebagai kepala suku penggugat mempunyai kuasa atas seluruh wilyah Ae
Wera Ghale, kemudian Saksi menerangkan bahwa diatas tanah sengketa tersebut ada tanaman
pisang, kelapa, ubi dan kubur, selain itu tidak ada lagi, di kuburan tersebut selalu dilakukan
upacara khusus seperti saat hari raya Natal, ada dikasih lilin dan air panas, yang biasa melakukan
upacara ritual khusus di kuburan tersebut adalah saksi dan penggugat sendiri, sedangkan tergugat
tidak pernah;
Menimbang, bahwa saksi APOLONIA LAMPING menerangkan bahwa kepala suku
LAMBER MOA adalah TOTI MOA sebagai Atalaki namun tanah suku yang sudah dibagi
tersebut tidak boleh dibuat sertifikat karena tanah tersebut adalah tanah

suku dan kembali ke suku,.


Menimbang, bahwa dari keterangan saksi yang telah Majelis Hakim temukan dalam
persidangan, Majelis Hakim menemukan ketidak konsistenan satu sama lain perihal struktur
keadatan dalam masyarakat yang menaungi Penggugat dan Para Tergugat, sehingga Majelis
Hakim akan merujuk kepada Pasal 3 Undang-undang nomor 5 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok
Agraria mengatur bahwa “Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan 2
pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat,
sepanjang menurut kenyataannya. masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh
bertentangan dengan Undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi.”, sementara
masyarakat adat dan kesatuan hukum masyarakat adat itu sendiri secara teknis dapat ditemukan
dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 52 tahun 2014 tentang Pedoman
Pengakuan Dan Perlindungan

38
Masyarakat Hukum Adat, diatur bahwa “Gubernur dan bupati/walikota melakukan
pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat.”, selanjutnya mekanisme pengakuan
tersebut dapat ditemukan dalam pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 52
tahun 2014 tentang Pedoman Pengakuan Dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat, yang
mengatur bahwa “Dalam melakukan pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat,
bupati/walikota membentuk Panitia Masyarakat Hukum Adat kabupaten/kota.”, selanjutnya
dalam ayat (2) dapat ditemukan bahwa Struktur organisasi Panitia Masyarakat Hukum Adat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:
a. Sekretaris Daerah kabupaten/kota sebagai ketua;
b. Kepala SKPD yang membidangi pemberdayaan masyarakat sebagai sekretaris;
c. Kepala Bagian Hukum sekretariat kabupaten/kota sebagai anggota;
d. Camat atau sebutan lain sebagai anggota; dan
e. Kepala SKPD terkait sesuai karakteristik masyarakat hukum adat sebagai anggota
yang selanjutnya dalam ayat (3) pasal yang sama diatur bahwa “Struktur organisasi Panitia
Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota ditetapkan dengan Keputusan Bupati/walikota.”
Menimbang, bahwa pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 52 tahun 2014 tentang
Pedoman Pengakuan Dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat, yang mengatur bahwa
Pengakuan dan perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan melalui tahapan:
a. identifikasi Masyarakat Hukum Adat;
b. verifikasi dan validasi Masyarakat Hukum Adat; dan
c. penetapan Masyarakat Hukum Adat.
Sementara pasal 5 ayat (1), (2), (3), dan (4) Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 52 tahun
2014 tentang Pedoman Pengakuan Dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat mengatur secara
teknis bahwa :
a. Bupati/Walikota melalui Camat atau sebutan lain melakukan identifikasi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3 huruf a dengan melibatkan masyarakat hukum adat atau kelompok
masyarakat.

39
b. Identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mencermati:

1. sejarah Masyarakat Hukum Adat;


2. wilayah Adat;
3. hukum Adat;
4. harta kekayaan dan/atau benda-benda adat; dan
5. kelembagaan/sistem pemerintahan adat.
6. Hasil identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan verifikasi dan
validasi oleh Panitia Masyarakat Hukum Adat kabupaten/kota.
7. Hasil verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diumumkan
kepada Masyarakat Hukum Adat setempat dalam waktu 1 (satu) bulan.
Menimbang, bahwa berkaitan erat tentang poin mengenai wilayah hukum dari sebuah
masyarakat hukum adat, Pasal 5 Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Badan Nomor 18 Tahun 2019 Tentang Tata Cara
Penatausahaan Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat diatur bahwa:
(1). Untuk menjamin kepastian hukum, Pemerintah menyelenggarakan penatausahaan Tanah
Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat di seluruh wilayah Republik Indonesia.
(2). Penatausahaan Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan berdasarkan penetapan pengakuan dan perlindungan Kesatuan
Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.
(3). Permohonan penatausahaan Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat diajukan
kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat.
(4). Penatausahaan Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat, meliputi:
a. Pengukuran;
b. pemetaan; dan
c. pencatatan dalam daftar tanah.
Menimbang, bahwa dari inkonsistensi tentang struktur, hierarki, dan
mekanisme keadatan dalam Masyarakat Hukum Adat yang berbeda dalam
pembuktian Penggugat dan Para Tergugat, sehingga Majelis Hakim merujuk
pada Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang hal tersebut yang
mana baik Penggugat maupun Para Tergugat belum pula mampu

40
membuktikan adanya pengakuan dan keterlibatan dari Pejabat Pemerintahan
setempat dalam
menghormati, membina dan mengakui keberadaan Masyarakat Hukum adat yag ada pada
lingkungan tempat tinggal Penggugat dan Para Tergugat yang kemudian menyebabkan penata
usahaan atas keberadaan objek tanah yang disengketakan para pihak pula kembali kepada
keadaan quo sehingga tidak dapat dibuktikan secara yuridis siapa pemiliknya dan apakah
pengelolaan objek tersebut menurut adat sebagaimana yang di dalilkan Penggugat dan demikian
pula yang didalilkan Para Tergugat sudah sesuai dengan amanat Undang-undang atau belum;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut, Majelis Hakim memandang bahwa
penetapan, pengakuan dan penata usahaan Masyarakat Hukum adat dengan semua kearifan dan
kekayaannya adalah kewenangan, tugas, dan tanggung jawan dari Lembaga Eksekutif cq Bupati
Kabupaten Ende sehingga dengan tiadanya pembuktian sebagaimana yang diamanatkan undang-
undang merujuk kepada Pejabat Eksekutif tersebut Majelis Hakim tidak pula menemukan
keabsahan bukti dari Penggugat bahwa kepemilikan Objek Sengketa oleh dirinya didasarkan
kepada aturan adat dan pewarisan secara hukum adat sebagaimana yang di dalilkan oleh
Penggugat;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut Majelis Hakim memandang bahwa
Penggugat tidak dapat membuktikan diktum pada Petitum ke-3 (tiga) nya sehingga haruslah
dipandang tidak beralasan menurut hukum dan ditolak;
Menimbang, bahwa dalam petitum ke-4 (empat) Gugatan Penggugat, memohon kepada
Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan yang Menyatakan perbuatan Para Tergugat
menghalang-halangi Penggugat dalam proses sertifikasi atas tanah obyek sengketa milik
Penggugat adalah merupakan Perbuatan Melawan Hukum;
Menimbang, bahwa atas Petitum Tersebut Majelis Hakim memandang bahwa Petitum ke-3 (tiga)
gugatan Penggugat sebelumnya sebagai Petitum Principal atau Primair yang menentukan
kepemilikan hak atas tanah yang menjadi objek sengketa, sehingga mengingat bahwa Majelis
Hakim telah menolak Petitum ke-2 Penggugat maka dalil tentang adanya Perbuatan Melawan
Hukum (PMH) yang berkenaan dengan objek sengketa menjadi tidak lagi relvean mengingat
kepemilikan secara yuridis atas objek sengketa kembali dalam keadaan quo atau status quo
karena tidak dapat dibuktikannya oleh Penggugat, maka Majelis Hakim berpandangan bahwa
Petitum ke-4 (empat) Gugatan Penggugat tidaklah beralasan hukum sehingga harus ditolak;

41
Menimbang, bahwa dalam petitum ke-5 yang pada pokoknya memohon Majelis Hakim
menyatakan bahwa Para Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum Majelis Hakim
memandang bahwa sejatinya diktum Penggugat pada Petitum ke-5 (lima) Penggugat memiliki
esensi yang sama dengan Petitum ke-4 (empat) gugatan Penggugat, sehingga secara vis-à-vis
haruslah dipandang tidak beralasan hukum sehingga harus ditolak;
Menimbang, bahwa dalam Petitum ke-6 (enam) gugatan Penggugat memohon Majelis
Hakim menjatuhkan Hukuman kepada Para Tergugat untuk membayar ganti rugi kepada
Penggugat sebesar Rp. 602.000.000,- (Enam Ratus Dua Juta Rupiah, Majelis Hakim
mempertimbangkan bahwa dikarenakan Petitum ke-4 (empat) dan ke-5 (lima) yang seharusnya
menjadi dasar ada dan tidaknya sebuah amar condemnatoir yang dapat Menghukum Para
Tergugat untuk membayar ganti rugi atas Perbuatan Melawan Hukum yang dilakkuannya kepada
Penggugat telah Majelis Hakim tentukan tidak beralasan hukum dan ditolak, maka tuntutan ganti
rugi yang adalah assesoir dari Tuntutan Perbuatan Melawan Hukum Tersebut dengan sendirinya
gugur dan harus dinyatakan tidak beralasan hukum sehingga haruslah di tolak;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut Petitum ke-1 (satu) Penggugat yang
memohon Majelis Hakim mengabulkan seluruh Gugatan Penggugat menjadi tidak lagi relefan
dan haruslah di tolak;
Menimbang, bahwa atas petitum ke-7 (tujuh) Gugatan dari Penggugat yang Memohon
Majelis Hakim menghukum Para Tergugat untuk membayar biaya yang timbul dari perkara a-
quo akan Majelis Hakim pertimbangkan setelah mempertimbangkan seluruh Petitum gugatan
rekonpensi Para Tergugat;
DALAM REKONPENSI
Menimbang, bahwa atas Petitum ke-1 (satu) Gugatan Rekonpesi Para Penggugat
Rekonpensi semula Para Tergugat Konpensi yang memohon Majelis Hakim Mengabulkan
Gugatan Para Penggugat Rekonpensi untuk seluruhnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan
petitum a-quo setelah mempertimbangkan dan memperjelas keadaan dari petitum-petitum
lainnya dalam Gugatan Rekonpensi in-casu;
Menimbang, bahwa dalam Petitum ke-2 (dua) Gugatan Rekonvensi Para Penggugat Rekonvensi,
semula Para Tergugat Konvensi yang mana memohon Majelis hakim untuk menyatakan bahwa
Almarhum LAMBER MOA memiliki 4 (empat) orang anak dari perkawinannya dengan
Almarhumma SISILIA WEA, yakni NADUS MOA, TINUS MOA, DOROTEUS MOA,

42
MARKUS MOA, Majelis Hakim mempertimbangkan bahwa dalam Replik yang diajukan oleh
Tergugat Rekonvensi, semula Penggugat Konvensi bahwa hidupnya LAMBER MOA hanya
memiliki 3 (tiga) orang anak, sebagaimana yang telah Penggugat Konvensi sampaikan dalam
Surat Gugatan. Para Tergugat Konvensi pada dasarnya tidak mengetahui bahwa LAMBER MOA
tidak mempunyai anak yang bernama, yang kemudian disanding dengan nama LAMBER MOA
sehingga menjadi MARKUS MOA. Orang yang diakui bernama MARKUS MOA dalam dalih
Para Tergugat Konvensi adalah sosok khayalan yang tidak pernah ada, nama MARKUS MOA
baru disebutkan dalam perkara ini, namun Majelis Hakim menemukan suatu pertautan yang
Majelis Hakim nilai sebagai suatu persangkaan sebagaimana diatur dalam Pasal 1922 KUH
Perdata, di mana di dalam kesaksian Saksi
Majelis Hakim menemukan keterangan mengenai nama MARKUS MOA dalam silsila
keturunan sebagaimana dikemukakan dalam bukti surat tersebut, berkaitan dengan fakta tersebut,
Tergugat Rekonvensi/Penggugat Konvensi tidak mampu membuktikan sebaliknya mengenai
MARKUS MOA yang hanya merupakan khayalan, namun demikian dalam pertimbangan
tersebut tidak berarti Majelis Hakim meminta Tergugat Rekonvensi semula Penggugat Konvensi
untuk membuktikan hal yang bersifat negatif dalam teori pembuktian, namun Penggugat
Konvensi merupakan pihak yang seharusnya membuktikan klaimnya bahwa MARKUS MOA
adalah sebuah kebohongan, sebuah rekayasa dengan membuktikan keberadaan rekayasa tersebut
dan kebenaran yang benar dari fakta yang ditutup dengan kebohongan dan rekayasa tersebut;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian Tersebut Majelis Hakim mempertimbangkan
bahwa diktum Petitum ke-2 (dua) Para Penggugat Rekonvensi semula para Tergugat Konvensi
beralasan hukum dan dapat dikabulkan;
Menimbang, bahwa dalam Petitum ke-3 (tiga) Gugatan Rekonvensi Para Penggugat
Rekonvensi semula Para Tergugat Konvensi yang memohon Majelis Hakim menyatakan hukum
bahwa penggugat Rekonvensi adalah ahli waris LAMBER MOA yang Sah dari keturunan
NADUS MOA, Majelis Hakim akan kembali mengadopsi seluruh pertimbangan Petitum ke-2
(dua) Gugatan Konvensi Penggugat Konvensi, sekarang Tergugat Rekonvensi, yang pada
Pokoknya Majelis Hakim telah memandang bahwa Majelis Hakim tidak menemukan bukti sahih
dari Para Penggugat Rekonvensi, sebelumnya Para Tergugat Konvensi yang dapat membuktikan
membuktikan secara per-se kematian dari LAMBER MOA dan NADUS MOA yang dirujuknya
sebagai pewaris dirinya sebagai ahli waris, sebagai syarat dari terbukanya warisan dan

43
menentukan apakah keturunan dari si meninggal tersebut untuk ditentukan layak dan cakap
untuk menjadi ahli waris atau tidak, Mengingat bahwa dalam pertimbangan a-quo Majelis
Hakim telah memberi garis yang tegas antara Keturunan dan Ahli waris dan bahwa Keturunan
dari seseorang tidak dapat serta merta disebut sebagai ahli waris dari orang tersebut sebelum
dapat memenuhi peryaratan yang ditentukan oleh Undang-undang, sehingga secara vis-à-vis
dengan Petitum ke-2 (dua) Penggugat Konvensi, sekarang Tergugat Rekonvensi, Para Penggugat
Rekonvensi, semula Para Tergugat Konvensi tidak dapat membuktikan dalilnya sebagai ahli
waris sebagaimana diatur Undang-undang sehingga petitum in-casu haruslah dipandang tidak
beralasan hukum sehingga harus ditolak;
Menimbang, bahwa dalam Petitum ke-4 (empat) Gugatan Rekonvensi Para Penggugat
Rekonvensi sebelumnya Para Tergugat Konvensi yang Memohon Majelis Hakim untuk
menyatakan hukum bahwa bidang tanah bagian barat kali/sungai yang sekarang dikuasai
Tergugat Rekonvensi, dahulu Penggugat Konvensi adalah tanah ulayat suku LAMBER MOA,
Majelis Hakim mempertimbangkan mengadopsi seluruhnya Pertimbangan Majelis hakim pada
Petitum ke-3 (tiga) Gugatan konvensi dari Penggugat Konvensi, sekarang Tergugat Rekonvensi
yang mana secara a-contrario Para Penggugat Rekonvensi dahulu Para Tergugat Konvensi, juga
tidak bisa membuktikan kepemilikan secara adat objek Sengketa sebagaimana diamanatkan
undang-undang dan tidak dapat menutup celah inkonsistensi dalam bentuk Masyarakat adat,
struktur Masyarakat adat, dan mekanisme Masyarakat Adat yang ada di lingkungan Para
Penggugat Rekonvensi dahulu Para Tergugat Konvensi dan Terugat Rekonvensi dahulu
Penggugat Konpensi, sehingga Majelis hakim memandang bahwa petitum in-casu tidak
beralasan hukum dan harus ditolak;
Menimbang, bahwa dalam petitum ke-5 (lima) Gugatan Rekonvensi Para Penggugat
Rekonvensi, dahuku Para Tergugat Konpensi yang memohon Majelis Hakim untuk menyatakan
hukum bahwa semua alat bukti yang diajukan oleh Para Penggugat Rekonvensi, dahulu Para
Tergugat Konvensi, adalah sah dan berharga serta memiliki nilai pembuktian yang kuat, Majelis
hakim mempertimbangkan bahwa sebagaimana diatur dalam Pasal 1888 KUH Perdata bahwa
“Kekuatan pembuktian suatu bukti tulisan adalah pada akta aslinya. Apabila akta yang asli itu
ada, maka salinan-salinan serta ikhtisar-ikhtisar hanyalah dapat dipercaya, sekadar salinan-
salinan serta ikhtisar-ikhtisar itu sesuai dengan aslinya, yang mana senantiasa dapat
diperintahkan mempertunjukkannya”, dan kemudian sebagaimana dapat dirujuk kepada

44
Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam Putusan Nomor: 3609 K/Pdt/1985
yang salah satu pertimbangannya menyebut bahwa “Surat bukti fotokopi yang tidak pernah
diajukan atau tidak pernah ada surat aslinya, harus dikesampingkan sebagai surat bukti.”
Menimbang, bahwa selama persidangan Majelis Hakim telah menemukan bahwa Para
Penggugat Rekonvensi dahulu Para Tergugat Konvensi telah Mengajukan Bukti surat sebagai
berikut:
1. Foto copy Kartu tanda Penduduk Kabupaten Ende atas nama WILFRIDUS SAVERIUS
DALA Sdiberi tanda T.1;
2. Foto copy Kartu tanda Penduduk Kabupaten Ende atas nama YOSEF DASILVA DAVID,
diberi tanda T.2;
3. Foto copy Surat Pernyataan dari TOTI MOA sebagai Pihak Pertama, yang dibuat pada
tanggal 5 Juli 2023, diberi tanda T.3;
4. Foto copy Silsilah Keturunan Moa, diberi tanda T.4;
5. Foto copy Silsilah Keturunan Lamber Moa, diberi tanda T.5;
6. Foto copy Silsilah Keturunan Nadus Moa, diberi tanda T.6;
7. Foto copy Silsilah Keturunan Doroteus Moa, diberi tanda T.7;
8. Foto copy Silsilah Keturunan Markus Moa, diberi tanda T.8;
9. Foto copy Denah Lokasi Sengketa, diberi tanda T.9;
Yang mana bahwa bukti surat yang di beri tanda T.1 sampai dengan bukti surat yang di beri
tanda T.9 tersebut di atas telah dibubuhi meterai cukup dan telah dicocokan sesuai dengan
aslinya di persidangan sedangkan bukti surat yang di beri tanda T.3 tersebut di atas telah
dibubuhi materai cukup dan merupakan bukti fotocopy dari fotocopy;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim berdasarkan pada keadaan tersebut memandang bahwa
petitum in-casus beralasan hukum dan dapat dikabulkan sebatas pada alat-alat bukti yang telah
diperiksa di persidangan dan ternyata dapat dicocokan sama dengan aslinya;
Menimbang, bahwa berdasarkan seluruh uraian pertimbangan tersebut, Majelis Hakim
mempertimbangkan bahwa Petitum ke-1 (satu) Gugatan Rekonvensi Para Penggugat
Rekonvensi, semula Para Tergugat Konvensi dapat dikabulkan untuk Sebagian sementara untuk
selain dan selebihnya haruslah ditolak;

45
Menimbang, bahwa terhadap petitum ke-6 (enam) Gugatan Rekonvensi Para Penggugat
Rekonvensi, dahulu Para Tergugat Konvensi Majelis Hakim akan pertimbangkan bersama-sama
dengan Petitum Gugatan Konvensi yang sama;
DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI
Menimbang, bahwa oleh karena Gugatan Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi
ditolak untuk seluruhnya, sedangkan Gugatan Rekonvensi dari Para Tergugat Konvensi/Para
Penggugat Rekonvensi dikabulkan untuk sebagian dan ditolak untuk selain dan selebihnya
sehingga Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi berada dipihak yang kalah, sehingga
Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi harus dihukum untuk membayar biaya yang timbul
dalam perkara a-quo;
Memperhatikan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-undang nomor
5 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria, Peraturan Pemerintah Nomor: 24 tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah, Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 52 tahun 2014 tentang
Pedoman Pengakuan Dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat, Rechtreglement voor de
Buitengewesten (RbG) dan peraturan-peraturan lain yang bersangkutan;
MENGADILI
DALAM EKSEPSI
- Menolak Eksepsi Para Tergugat Untuk Seluruhnya;
DALAM POKOK PERKARA
DALAM KONVENSI
- Menolak Gugatan Penggugat Untuk Seluruhnya;
DALAM REKONVENSI
- Mengabulkan Gugatan Rekonvensi Para Penggugat Rekonvensi/Para Tergugat Konvensi
untuk Sebagian;
- Menyatakan Hukum bahwa LAMBER MOA memiliki 4 (empat) orang anak dari
perkawinannya dengan SISILIA WEA yakni NADUS MOA, TINUS MOA, DOROTEUS
MOA, dan MARKUS MOA;
- Menyatakan Hukum bahwa Alat Bukti yang diajukan oleh Para Penggugat
Rekonvensi/Para Tergugat Konvensi adalah sah dan berharga serta memiliki nilai
pembuktian sepanjang Alat Bukti tersebut telah diperiksa di persidangan dan senyatanya
sesuai dengan Aslinya;

46
- Menolak Gugatan Rekonvensi Para Penggugat Rekonvensi/Para Tergugat Konvensi untuk
selain dan selebihnya;
DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI
- Menghukum Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi untuk membayar biaya perkara
sejumlah Rp.2.290.000,00 (dua juta dua ratus Sembilan puluh ribu rupiah);
Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Ende,
pada hari Senin, tanggal 20 Februari 2024 oleh Kami, Agustinus Komita Oskar. , S.H., M.H
sebagai Hakim Ketua, Yoseph Anselmus Wae Biko Mally, S.H.,M.H dan Petrasia Salestina
Deghe, S.H.,M.H masing-masing sebagai Hakim Anggota, yang ditunjuk berdasarkan Surat
Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Ende Nomor 13/Pdt.G/2021/PN End tanggal 20 Februari
2024, putusan tersebut yang mana pada hari Jumat, tanggal 20 Februari 2024 diucapkan dalam
persidangan terbuka untuk umum dalam system e-court oleh Hakim Ketua dengan dihadiri oleh
para Hakim Anggota tersebut, serta dibantu
oleh Ficky Fransiska, S.H. Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri Ende, dan dihadiri
oleh Kuasa Penggugat, serta Kuasa Para Tergugat yang hadir secara virtual melalui system e-
court;
Hakim Anggota, Hakim Ketua,

Yoseph Anselmus Wae Biko Mally, S.H.,M.H Agustinus Komita Oskar, S.H., M.H

Petrasia Salestina Dhege, S.H.,M.H

47
Panitera Pengganti,

Ficky Fransiska, S. H.

Perincian biaya :
1. Biaya Proses : Rp2.200.000,00;
2. PNBP : Rp80.000,00;
3. Materai : Rp10.000,00;
Jumlah : Rp2.290.000,00;
(dua juta dua ratus sembilan puluh ribu )

48

Anda mungkin juga menyukai