Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa

Volume 4 Nomor 1, Februari 2021


e-ISSN 2621-2978; p-ISSN 2685-9394
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj

DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DAN MASALAH KESEHATAN JIWA


PADA REMAJA
Syifa Asyfiani Rufaida, Ice Yulia Wardani*, Ria Utami Panjaitan
Departemen Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan,
Depok 16424, Indonesia
*iceyulia1@yahoo.com

ABSTRAK
Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang meliputi
perkembangan baik dari fisik, kognitif, dan psikososial. Remaja yang tidak dapat beradaptasi dengan
perubahan tersebut akan mengalami stres yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan jiwa.
Dukungan sosial dari teman sebaya menjadikan remaja memiliki kesehatan jiwa yang baik. Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional yang bertujuan mengidentifikasi
hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan masalah kesehatan jiwa pada remaja. Sampel
sebanyak 292 siswa di salah satu SMP Negeri di kota Sukabumi yang dipilih melalui teknik stratified
random sampling. Responden mengisi kuesioner Social Provision Scale (SPS) untuk dukungan sosial
teman sebaya dan Strenghts and Difficulties Questionnare (SDQ) untuk masalah kesehatan jiwa.
Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square. Hasil
penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan (p value 0,034) antara dukungan sosial teman
sebaya dengan masalah kesehatan jiwa pada remaja. Diperlukan skrining awal kesehatan jiwa,
pembentukan kelompok teman sebaya dan pendidikan kesehatan jiwa di sekolah untuk meningkatkan
kesehatan jiwa remaja.

Kata kunci: dukungan sosial teman sebaya; masalah kesehatan jiwa; remaja

PEER SOCIAL SUPPORT AND MENTAL HEALTH PROBLEMS IN ADOLESCENTS

ABSTRACT
Adolescence is a transition period between childhood and adulthood which includes the development
of physical, cognitive, and psychosocial. In adolescent who cannot adapt to these changes, they will
experience stress that can affect their mental health. Peer social support makes adolescents to
maintain mental health well-being. This study is quantitativeh study using cross-sectional design to
identify the association between peer social support and mental health problems among
adolescents.There were 292 students at junior high school in Sukabumi selected with stratified random
sampling. The participants filled up Social Provision Scale (SPS) peer social suppot and Strenghts
and Difficulties Questionnare (SDQ) for mental health problems. Data analysis used are univariate
and bivariate analysis with chi square test. The result shows that there is significant correlation
between peer social support and mental health problems among adolescents. Early mental health
screening, peer groups formation and mental health education are needed among adolescents in
school to increase their mental health.

Keywords: adolescent; mental health problems; peer social support

PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dalam mempertahankan
kehidupannya. Menurut World Health Organization (1948), sehat adalah keadaan sejahtera
yang meliputi fisik, mental, dan sosial dan bukan hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan
(World Health Organization, 2020). Dari definisi tersebut, orang sehat tidak sekadar bebas
dari penyakit fisik, namun kesehatan jiwa juga menentukan kesehatan manusia secara utuh.

175
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 1, Hal 175 – 184, Februari 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Masa remaja adalah tahapan kehidupan yang sangat penting bagi kesehatan jiwa. Perubahan
yang terjadi diantaranya perkembangan biologis, perkembangan kognitif, dan perkembangan
psikologis (World Health Organization, 2017). Jika remaja tidak dapat beradaptasi dengan hal
tersebut, remaja akan mengalami stres. Dukungan sosial merupakan salah satu sumber
kesejahteraan yang menjadi faktor protektif terhadap stres (Cohen & Wills, 1985; Thoits,
1986 dalam Camara et al., 2017).

Sumber dukungan sosial selain dari orang tua adalah kelompok teman sebayanya. Bagi
remaja, mereka tidak melihat orangtuanya saja, namun melihat guru, teman sebaya, dan figur
lain (Hockenberry & Wilson, 2015). Remaja yang mendapatkan dukungan sosial tidak
adekuat akan menyebabkan timbulnya masalah kesehatan jiwa. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang dilakukan di salah satu SMP Negeri di Sukabumi, tiga orang remaja
mengatakan bahwa dalam menyelesaikan masalahnya, selain kepada orang tua remaja akan
bercerita kepada teman dekatnya. Masalah yang bisa timbul diantaranya masalah emosional,
masalah perilaku mengganggu, masalah hubungan dengan teman sebaya, hiperaktivitas
(Wiguna et al., 2010). Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti ingin mengidentifikasi
hubungan anatara dukungan sosial teman sebaya dengan masalah kesehatan jiwa pada remaja.

METODE
Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross-sectional untuk mengetahui
ada atau tidaknya hubungan antara dukungan sosial dengan masalah kesehatan jiwa pada
remaja. Responden ditentukan dengan menggunakan teknik stratified random sampling yaitu
remaja di salah satu SMP Negeri di Sukabumi yang berada di kelas 7, 8, dan 9 dengan
kriteria berusia 12 sampai 15 tahun. Pada masing-masing kelas, diambil sebanyak 116 orang
dari kelas 7, sebanyak 86 orang dari kelas 8, dan kelas 9 diambil sebanyak 90 orang. Total
responden yang didapatkan dalam penelitian ini adalah 297 orang, namun yang memenuhi
kriteria sebanyak 292 orang.

Instrumen penelitian untuk dukungan sosial teman sebaya menggunakan kuesioner The Social
Provision Scale (SPS) berbentuk skala likert yang terdiri dari 24 item (Cutrona & Russel,
1987). Selain itu, kuesioner yang digunakan peneliti pada variabel masalah kesehatan jiwa
adalah Strenghts and Difficulties Questionnaire (SDQ). Kuesioner ini dikembangkan oleh
Robert Goodman pada tahun 1997. Kuesioner berbentuk skala likert berisi 25 pertanyaan
yang dibagi menjadi lima sub-skala dengan yaitu masalah emosional pertanyaan, masalah
perilaku mengganggu, hiperaktivitas sebanyak masalah hubungan dengan teman sebaya
sebanyak dan perilaku prososial.

Pengambilan data diawali dengan koordinasi pada pihak sekolah. Peneliti selanjutnya
berkoordinasi dengan guru bimbingan konseling dan pembina OSIS untuk proses
pengambilan data. Peneliti memberikan kuesioner tersebut dengan tautan formulir online.
Peneliti memantau perkembangan pengisian kuesioner secara online. Penelitian ini telah
dikaji oleh Komisi Etik Penelitian Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dengan
Nomor: SK-145/UN2.F12.D1.2.1/ETIK 2020. Proses analisis data dilakukan untuk
menjabarkan karakteristik remaja menggunakan proporsi dan tendensi sentral, selanjutnya
menganalisis hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan masalah kesehatan jiwa
pada remaja menggunakan uji chi square.

HASIL
Karakteristik usia remaja di Di salah satu SMP Negeri di Sukabumi pada tabel 1 memiliki
rata-rata 13,78 tahun dan nilai tengah 14 tahun. Pada tabel 2, terlihat sebagian besar

176
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 1, Hal 175 – 184, Februari 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

merupakan perempuan sebanyak 230 orang (78,8%). Selain itu, remaja kelas VII di Di salah
satu SMP Negeri di Sukabumi menjadi responden terbanyak dengan 116 orang reponden
(39,7%). Selanjutnya, sebanyak 263 orang responden (90,1%) tinggal bersama keluarga inti.

Tabel 1.
Karakteristik Remaja Berdasarkan Usia (n=292)
Variabel Mean Median Modus SD Min-Max
Usia 13,78 14 13 0,905 13-15
Tabel 2.
Karakteristik remaja berdasarkan dukungan sosial teman sebaya (n=292)
Karakteristik Remaja Dukungan Sosial Teman Total
Sebaya
Tinggi Rendah
f % f % f %
Jenis kelamin
Laki-laki 56 20,2 6 40 62 21,2
Perempuan 221 79,8 9 60 230 78,8
Total 277 100 15 100 292 100
Kelas
VII 113 40,8 3 20 116 39,7
VIII 80 28,9 6 40 86 29,5
IX 84 30,3 6 40 90 30,8
Total 277 100 15 100 292 100
Status Tinggal
Keluarga Inti 248 89,5 15 100 263 90,1
Keluarga Besar 29 10,5 0 0 29 9,9
Total 277 100 15 100 292 100

Tabel 3.
Distribusi tingkat dukungan sosial teman sebaya remaja (n=292)
Variabel f %
Dukungan Sosial Teman
Sebaya
Tinggi 277 94,9
Rendah 15 5,1

Tabel 4.
Distribusi masalah kesehatan jiwa remaja (n=292)
Variabel f %
Masalah Kesehatan Jiwa
Normal 117 40,1
Borderline 87 29,8
Abnormal 88 30,1

177
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 1, Hal 175 – 184, Februari 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Tabel 5.
Distribusi masalah emosional, masalah perilaku mengganggu, hiperaktivitas, masalah
hubungan dengan teman sebaya dan perilaku prososial (n=292)
Variabel f %
Masalah Emosional
Normal 148 50,7
Borderline 47 16,1
Abnormal 97 33,2
Masalah Perilaku
Mengganggu
Normal 192 65,8
Borderline 48 16,4
Abnormal 52 17,8
Hiperaktivitas
Normal 211 72,3
Borderline 51 17,5
Abnormal 30 10,3
Masalah hubungan dengan
teman sebaya
Normal 103 35,3
Borderline 123 42,1
Abnormal 66 22,6
Perilaku Prososial
Normal 278 95,2
Borderline 9 3,1
Abnormal 5 1,7

Tabel 3 didapatkan dukungan sosial teman sebaya berada pada tingkat tinggi sebanyak 277
orang (94,9%). Pada tabel 4 menunjukkan masalah kesehatan jiwa kategori normal sebanyak
117 responden (40,1%). Pada tabel 5 menunjukkan gambaran masalah kesehatan jiwa pada
remaja didapatkan sebagian besar masalah emosional, masalah perilaku mengganggu,
hiperaktivitas, dan perilaku prososial berada pada kategori normal (50,7%, 65,8%, 72%,
95,2%) secara berurutan, sedangkan pada masalah hubungan dengan teman sebaya sebesar
42,1 % pada kategori borderline. Remaja dengan dukungan sosial teman sebaya tinggi
memiliki masalah perilaku mengganggu kategori normal sebanyak 186 orang (63,7%).
Selanjutnya, tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan
hiperaktivitas pada remaja (p > 0,05).

Ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan masalah
hubungan dengan teman sebaya pada remaja (p < 0,05). Remaja dengan dukungan sosial
teman sebaya tinggi memiliki masalah hubungan dengan teman sebaya kategori normal
sebanyak 102 orang (34,9%). Selain itu, tidak ditemukan ada hubungan yang signifikan antara
dukungan sosial teman sebaya dengan perilaku prososial pada remaja.

178
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 1, Hal 175 – 184, Februari 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Tabel 6.
Hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan masalah kesehatan jiwa pada remaja
(n=292)
Dukungan Masalah Kesehatan Jiwa
Total X2 P Value
Sosial Normal Borderline Abnormal
Teman N % n % N % n %
Sebaya
94, 6,778 0,034
Tinggi 114 39 84 28,8 79 27,1 277
9
Rendah 3 1 3 1 9 3,1 15 5,1

Tabel 7.
Hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan sub-skala masalah kesehatan jiwa
pada remaja (n=292)
Dukungan Masalah Emosional P
Total X2
Sosial Normal Borderline Abnormal Value
Teman
f % f % f % f %
Sebaya
1,950 0,377
Tinggi 143 49 44 15,1 90 30,8 277 94,9
Rendah 5 1,7 3 1 7 2,4 15 5,1
Dukungan Masalah Perilaku Mengganggu
Total
Sosial Normal Borderline Abnormal
Teman f % f % f % f %
Sebaya
9,082 0,011
Tinggi 186 63,7 46 15,8 45 15,4 277 94,9
Rendah 6 2,1 2 0,7 7 2,4 15 5,1
Dukungan Hiperaktivitas
Total
Sosial Normal Borderline Abnormal
Teman f % f % f % f %
Sebaya
1,679 0,432
Tinggi 201 68,8 49 16,8 27 9,2 277 94,9
Rendah 10 3,4 2 0,7 3 1 15 5,1
Dukungan Masalah Hubungan dengan Teman Sebaya
Total
Sosial Normal Borderline Abnormal
Teman f % f % f % f %
Sebaya
23,510 0,001
Tinggi 102 34,9 120 41,1 55 18,8 277 94,9
Rendah 1 0,3 31 1 11 3,8 15 5,1
Dukungan Perilaku Prososial
Total
Sosial Normal Borderline Abnormal
Teman
f % f % f % f %
Sebaya
3,074 0,218
Tinggi 265 90,8 8 2,7 4 1,4 277 94,9
Rendah 13 4,5 1 0,3 1 0,3 15 5,1

PEMBAHASAN
Responden pada penelitian ini adalah Remaja terdiri dari usia 13 sampai 15 tahun dengan
mayoritas remaja berusia 14 tahun. Remaja diklasifikasikan menjadi tiga fase yaitu, remaja
awal berusia 11-14 tahun, remaja pertengahan dengan usia 15-17 tahun, dan remaja akhir

179
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 1, Hal 175 – 184, Februari 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

berusia 18-20 tahun (Hockenberry & Wilson, 2015). Perkembangan yang terjadi pada remaja
awal dapat dilihat dari pentingnya teman dekat untuk membentuk kelompok, kesesuaian
dengan norma kelompok, adanya pengaruh dari teman sebaya, keinginan untuk tidak
bergantung pada orang tua (Batubara, 2010; Hockenberry & Wilson, 2015). Pada tahap ini,
remaja dihadapkan dengan berbagai tantangan. Jika remaja tidak dapat beradaptasi dengan hal
tersebut, remaja dapat mengalami stres. Dukungan sosial merupakan salah satu faktor
protektif terhadap stres (Cohen & Wills, 1985; Thoits, 1986 dalam Camara et al., 2017). Pada
masa remaja, kelompok teman sebaya merupakan salah satu sumber dukungan sosial yang
memiliki peranan penting bagi mereka selain dari orang tua.

Dukungan sosial teman sebaya yang dipersepsikan oleh responden lebih banyak dalam
kategori tinggi. Jenis kelamin responden sebagian besar oleh perempuan. Remaja perempuan
lebih terampil untuk memberikan dukungan dengan mengeskpresikan perasaan emosional
sedangkan pada laki-laki lebih memilih untuk mencari distraksi (Camara et al., 2017).
Penelitian yang dilakukan Galanti et al (2016), di Swedia dilaporkan bahwa masalah
kesehatan jiwa meningkat terutama pada remaja perempuan. Berdasarkan hasil penelitian
karakteristik status tinggal, sebagian besar remaja tinggal dengan keluarga inti. Keluarga
merupakan orang terdekat yang dapat menjadi bagian penting dari proses pemulihan
(Videbeck, 2011). Peran orang tua diperlukan untuk membantu memberikan dukungan sosial,
meningkatkan fungsi keluarga, dan mengurangi masalah perilaku pada remaja (Moore et al.,
2018). Salah satu contoh dukungan sosial yang diberikan orang tua adalah dalam membantu
anaknya untuk meningkatkan keterampilan sosial dengan teman sebayanya.

Masalah kesehatan jiwa lebih banyak pada kategori normal dibandingkan dengan kategori
borderline dan abnormal. Periaku prososial dimasukkan sebagai faktor protektif dan masukk
kepada skor kekuatan. Pada penelitian yang dilakukan Utami et al., (2012), hasil penelitian
tersebut senada dengan penelitian ini yaitu pada skor kesulitan kategori normal lebih banyak
dibandingkan dengan kategori borderline dan abnormal. Dukungan sosial teman sebaya
memiliki korelasi yang signifikan dengan masalah kesehatan jiwa pada remaja di Di salah
satu SMP Negeri di Sukabumi. Pada penelitian yang dilakukan Moore et al (2018), ditemukan
adanya hubungan positif antara dukungan sosial teman sebaya dengan kesejahteraan diri dan
kesehatan jiwa untuk remaja yang memiliki dukungan keluarga yang tinggi. Ketika remaja
hidup dan berinteraksi dengan teman sebaya, mereka dapat belajar bagaimana berperilaku
dengan orang-orang di masyarakat.

Hubungan teman sebaya bisa memiliki pengaruh yang positif dan negatif pada remaja.
Kebutuhan akan penerimaan oleh teman sebaya dan keinginan untuk masuk ke dalam
kelompok menjadikan remaja masuk dalam kelompok yang membuat remaja berperilaku
sesuai dengan norma dan nilai kelompoknya, termasuk perilaku berisiko yang dapat
menyebabkan masalah pada kesehatan jiwanya (Sulistiowati et al., 2018). Hal tersebut
menjadikan remaja mengalami masalah kesehatan jiwa pada kategori borderline dan
abnormal. Dukungan sosial teman sebaya tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan
masalah emosional pada remaja di salah satu SMP Negeri di Sukabumi. Menurut Wiguna et
al., (2010), gejala dan depresi dan cemas termasuk ke dalam masalah emosional karena pada
periode ini remaja mengalami krisis perkembangan. Jika perubahan tidak berlangsung scara
lancar, maka berpengaruh kepada perkembangan psikologi dan emosi anak yang terkadang
dapat menimbulkan ansietas (Batubara, 2010). Dengan demikian, hal ini menegaskan bahwa
dukungan sosial menjadi salah satu faktor yang memengaruhi terjadi masalah emosional pada
remaja.

180
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 1, Hal 175 – 184, Februari 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Berkomunikasi secara asertif, memelihara sikap yang positif, kemampuan aktif mendengar,
kesadaran diri, dan empati kepada orang lain merupakan cara yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan kecerdasan emosional (Nǎstasǎ & Sala, 2012). Upaya yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah emosional pada remaja dengan melakukan Cognitive Behaviour
Therapy (CBT). Selain CBT, terdapat Dialectical Behavior Therapy (DBT). Upaya tersebut
dilakukan agar remaja dapat meningkatkan perkembangan emosional dengan baik.

Ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan masalah perilaku
mengganggu pada remaja. Hal ini didukung dengan pernyataan bahwa remaja awal
mengalami perubahan psikologis diantaranya jiwa yang labil, berkurangnya rasa hormat
terhadap orang tua, kadang-kadang berlaku kasar, dan terdapatnya pengaruh teman sebaya
(Batubara, 2010). Kematangan emosional dapat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama
lingkungan keluarga dan teman (Videbeck, 2011). Kondisi lingkungan keluarga dan teman
yang mengalami konflik dapat memengaruhi munculnya masalah perilaku mengganggu
(conduct problem) pada remaja.

Pada remaja yang memiliki masalah perilaku mengganggu kategori normal, diperlukan upaya
dengan meningkatkan komunikasi, penanaman, nilai dan norma yang baik, dukungan sosial di
sekolah, dan lingkungan keluarga yang baik. Remaja yang mengalami masalah perilaku
kategori borderline dan abnormal akan membutuhkan beberapa metode perawatan yang dapat
dijalani yaitu psikoterapis dengan pelatihan manajemen orang tua, terapi individu, terapi
keluarga, dan pelatihan keterampilan sosial (American Academy of Child and Adolescent
Psychiatry, 2018).

Dukungan sosial teman sebaya tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan hiperaktivitas
pada remaja di salah satu SMP Negeri di Sukabumi. Pada penelitian ini, remaja yang
memperoleh dukungan sosial teman sebaya yang tinggi lebih banyak mengalami
hiperaktivitas kategori normal. Individu yang tidak dapat menyelesaikan masalah, tidak
memiliki pengendalian diri, dan cenderung menghindari interaksi sosial memiliki risiko tinggi
mengalami masalah kesehatan jiwa (Sulistiowati et al., 2019). Pada penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya
dengan masalah hubungan dengan teman sebaya. Penelitan ini mendapatkan hasil bahwa pada
remaja yang mendapatkan dukungan sosial teman sebaya tinggi, mengalami masalah
hubungan dengan teman sebaya kategori borderline. Upaya yang diperlukan yaitu bonding
dengan teman sebaya, keluarga, sekolah lingkungan masyarakat sehingga dapat meningkatkan
interaksi dan mencegah timbulmya masalah (Lee & Lok, 2012). Orang tua, guru, dan
masyarakat dapat memberikan dan membantu meningkatkan bonding.

Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
dukungan sosial teman sebaya dengan perilaku prososial. Hasil penelitian ini menunjukkan
pada remaja yang memperoleh dukungan sosial yang tinggi lebih banyak yang memiliki
perilaku prososial dengan kategori normal. Pada remaja yang disukai oleh banyak teman,
mereka lebih menunjukkan perkembangan diri dan keterikatan yang baik seperti pada
interaksi dengan ibu atau sahabat yang didasari dengan kemandirian, kepuasan, komitmen,
dan kepercayaan (Ogunboyede & Agokei, 2016). Keterbatasan yang peneliti rasakan yaitu
selama proses pengumpulan data. Penggunaan kuesioner berupa formulir online ini
menjadikan responden tidak bisa bertanya langsung kepada peneliti jika ada hal-hal yang
tidak dipahami sehingga ada kemungkinan salah persepsi dalam pengisian kuesioner.

181
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 1, Hal 175 – 184, Februari 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Penelitian ini dapat memberikan informasi untuk intervensi keperawatan jiwa remaja untuk
individu, keluarga, dan komunitas. Diperlukan upaya untuk mempertahankan status kesehatan
jiwa remaja agar semakin meningkat dan berada dalam kategori normal. Selain itu, pada
remaja dengan sehat jiwa dapat dilibatkan dalam pertahanan status kesehatan jiwa di sekolah
melalui teman sebaya. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan untuk
pengembangan program pemeliharaan kesehatan jiwa remaja. Penelitian ini dapat menjadi
referensi bagi penelitian selanjutnya untuk menemukan fenomena lain yang dapat diteliti
terkait faktor lain yang memengaruhi kesehatan jiwa remaja.

SIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial
teman sebaya dengan masalah kesehatan jiwa pada remaja. Saran yang diberikan peneliti bagi
pihak-pihak terkait yaitu perlu adanya program kesehatan jiwa di sekolah. Selain itu,
diperlukan adanya kerja sama antara pihak sekolah dengan Puskesmas terkait dengan
melakukan skrining awal dan memberikan bimbingan konseling bagi remaja, serta melakukan
edukasi kepada guru sekolah dalam hal mengenali masalah kesehatan jiwa pada remaja di
lingkungan sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Child and Adolescent Psychiatry. (2018). Conduct Disorder Resource
Center.
https://www.aacap.org/AACAP/Families_and_Youth/Resource_Centers/Conduct_Disor
der_Resource_Center/Home.aspx

Batubara, J. R. (2010). Adolescent development (Perkembangan remaja). Sari Pediatri, 12(1),


21–29. https://doi.org/10.14238/sp12.1.2010.21-9

Camara, M., Bacigalupe, G., & Padilla, P. (2017). The role of social support in adolescents:
are you helping me or stressing me out? International Journal of Adolescence and Youth,
22(2), 123–136. https://doi.org/10.1080/02673843.2013.875480

Centers of Disease Control and Prevention. (2019). Data and Statistics About ADHD.
National Center on Birth Defects and Developmental Disabilities.
https://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/data.htm

Galanti, M. R., Hultin, H., Dalman, C., Engström, K., Ferrer-Wreder, L., Forsell, Y.,
Karlberg, M., Lavebratt, C., Magnusson, C., Sundell, K., Zhou, J., Almroth, M., &
Raffetti, E. (2016). School environment and mental health in early adolescence - a
longitudinal study in Sweden (KUPOL). BMC Psychiatry, 16(1).
https://doi.org/10.1186/s12888-016-0919-1

Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2015). Wong’s nursing care of infants and children (10th
ed.). Elsevier.

Lee, T. Y., & Lok, D. P. P. (2012). Bonding as a positive youth development construct: a
conceptual review. In The Scientific World Journal (Vol. 2012, pp. 1–11).
https://doi.org/10.1100/2012/481471

Moore, G. F., Cox, R., Evans, R. E., Hallingberg, B., Hawkins, J., Littlecott, H. J., Long, S. J.,
& Murphy, S. (2018). School, Peer and Family Relationships and Adolescent Substance
Use, Subjective Wellbeing and Mental Health Symptoms in Wales: a Cross Sectional

182
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 1, Hal 175 – 184, Februari 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Study. Child Indicators Research, 11(6), 1951–1965. https://doi.org/10.1007/s12187-


017-9524-1

Nǎstasǎ, L. E., & Sala, K. (2012). Adolescents’ emotional intelligence and parental styles.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 33, 478–482.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.01.167

Ogunboyede, M., & Agokei, R. (2016). Prosocial Behaviour of In-School Adolescents: The
Perceived Influence of Self-Esteem, Peer Influence and Parental Involvement. British
Journal of Education, Society & Behavioural Science, 13(2), 1–9.
https://doi.org/10.9734/bjesbs/2016/19995

Sulistiowati, N. M. D., Keliat, B. A., Besral, B., & Wakhid, A. (2018). Gambaran dukungan
sosial terhadap kesejahteraan emosional, psikologi dan sosial pada kesehatan jiwa
remaja. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 8(2), 116–122.
https://doi.org/10.32583/pskm.8.2.2018.116-122

Utami, D. P., Hartanto, F., & Radityo S, A. N. (2012). Masalah mental emosional pada siswa
SMP kelas akselerasi dan reguler (Studi kasus di SMP Negeri 2 Semarang). Jurnal
Media Medika Muda, 1–13.

Videbeck, S. L. (2011). Psychiatric-Mental health nursing (5th ed.). Lippincot Williams &
Wilkins.

Wiguna, T., Manengkei, P. S. K., Pamela, C., Rheza, A. M., & Hapsari, W. A. (2010).
Masalah Emosi dan Perilaku pada Anak dan Remaja di Poliklinik Jiwa Anak dan Remaja
RSUPN dr. Ciptomangunkusumo (RSCM), Jakarta. Sari Pediatri, 12(4), 270.
https://doi.org/10.14238/sp12.4.2010.270-7

World Health Organization. (2017). Depression and other common mental disorders global
health estimates. https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/254610/WHO-MSD-
MER-2017.2-eng.pdf

World Health Organization. (2020). Constitution. https://www.who.int/about/who-we-


are/constitution

183
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 1, Hal 175 – 184, Februari 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

184

Anda mungkin juga menyukai