Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN FUNGSI SOSIAL LANJUT USIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY KABUPATEN

BANDUNG
Tri Wahyuningsih

Abstrak
Dukungan keluarga sangat penting bagi kesehatan lanjut usia. Lanjut usia yang bertempat tinggal di panti werdha memiliki keinginan untuk dikunjungi keluarga dan menghabiskan waktu bersama mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dukungan keluarga dan fungsi sosial lanjut usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay. Desain penelitian adalah deskriptif korelasional. Uji statistik menggunakan uji Chi Square.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga sebagian besar (75%) termasuk kategori tidak baik dan sebagian kecil (25%) termasuk kategori baik, sedangkan fungsi sosial lanjut usia sebagian besar mengalami disfungsi keluarga berat (52,5%) dan sebagian kecil mengalami disfungsi keluarga sedang (25%) dan ringan (22,5%). Hasil korelasi dari empat komponen dukungan keluarga, tiga diantaranya terdapat hubungan yang signifikan kecuali dukungan instrumental. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa dukungan keluarga sangat bermakna bagi lanjut usia yang tinggal di panti werdha. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan bagi pengelola panti, klinik pelayanan kesehatan dan Puskesmas Ciparay untuk meningkatkan pengetahuan tentang dukungan keluarga dan fungsi sosial lanjut usia serta pembinaan terhadap keluarga agar kesejahteraan lanjut usia dapat tercapai.

Kata Kunci: dukungan keluarga, lanjut usia, fungsi sosial

PENDAHULUAN
Indonesia tergolong negara dengan struktur penduduk lanjut usia (aging structured population ) karena jumlah penduduk kelompok lanjut usia di Indonesia tahun 2000 adalah 14.439.967 dari jumlah penduduk Indonesia dan tahun 2006 mencapai 19.000.000 orang atau 8,9%. Pada tahun 2010 diprediksikan jumlah kelompok lanjut usia meningkat menjadi 9,58% dan pada tahun 2020 sebesar 11,20%. Peningkatan populasi kelompok lanjut usia diikuti pula dengan berbagai persoalan bagi lanjut usia itu sendiri seperti : penurunan kondisi fisik dan psikis, menurunnya penghasilan akibat pension, kesepian akibat ditinggal oleh pasangan atau teman seusia, depresi karena ketidakmampuan bersosialisasi, merasa terasingkan/terisolasi karena hilang kontak dengan keluarga (Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat , 2006).

Menurut Bachtiar Chamzah (2006) kelompok lanjut usia dipandang sebagai kelompok masyarakat yang beresiko mengalami gangguan kesehatan yang kompleks dan progresif. Salah satu masalah keperawatan yang banyak muncul pada kelompok tersebut adalah gangguan sosial karena banyak hal yang mempengaruhi kelompok ini baik dari dukungan anggota keluarga maupun dari lingkungan. Dukungan keluarga merupakan sumber dukungan yang pertama bagi lanjut usia dan sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan terhadap fungsi sosial berbeda-beda dalam berbagai tahapan siklus kehidupan. Dukungan keluarga dapat diberikan melalui kunjungan keluarga ke panti, rekreasi dan telepon ( Lueckenotte, 1998). Marylin S dalam Gultom, 2000 mengatakan bahwa ada empat jenis dukungan keluarga yaitu : dukungan emosi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informatif. Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup dimana individu secara berkesinambungan mengubah perilaku mereka sebagai respons terhadap situasi yang terpola secara sosial (Friedman, 1998). Fungsi sosial lanjut usia dijelaskan dalam APGAR keluarga (Smilkstein et al, 1982 dalam Lueckenotte, 1998) meliputi adaptasi (adaptation), hubungan (partnership), pertumbuhan (growth), afeksi (affection), dan pemecahan (resolve). Kebutuhan sosialisasi pada lanjut usia harus terpenuhi sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif terhadap lanjut usia seperti perasaan murung, kesepian dan merasa terasingkan/terisolasi. Lanjut usia akan mengalami gejala-gejala dalam bentuk sinyal-sinyal distress, apabila kebutuhan sosialisasi lanjut usia tidak dirasakan dan didapatkan secara adekuat dari keluarga (Suyono, 2008). Havighurst (dalam Hurlock, 1997) mengatakan bahwa lanjut usia sebagai periode usia yang terisolasi karena kematian pasangan hidupnya, pensiun dan kurangnya kemampuan fisik dan mental. Oleh karena itu, apabila lanjut usia kehilangan kontak dengan keluarganya maka akibatnya mereka akan kurang dapat menyesuaikan diri dan dalam hal ini berakibat kondisi fisik dan mentalnya tidak sebaik yang mereka miliki sebelumnya (Hurlock, 1997). Menurut teori adaptasi Roy (1983, dalam Friedman, 1998), suatu respons dipengaruhi oleh beberapa stimulus, meliputi stimuli fokal (perubahan fisik, perubahan psikologis dan perubahan sosial), kontekstual (dukungan keluarga) dan residual (penyesuaian keluarga terhadap lanjut usia dalam menghadapi berbagai kemunduran). Setiap stimulus efektif akan menyebabkan respons yang adaptif dan sebaliknya stimulus yang tidak efektif akan menyebabkan respons yang maladaptif. Setiap individu selalu menggunakan koping yang bersifat positif maupun negatif untuk mengatasi stressor.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional yaitu penelitian yang mencoba melihat gambaran hubungan antara beberapa variabel (Kountur, 2004). Penelitian dilaksanakan di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Jl. Raya Paceet No. 186 Ciparay Kabupaten Bandung Jawa Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lanjut usia yang mempunyai keluarga. Jumlah lanjut usia yang mempunyai keluarga di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung berjumlah 40 lansia. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan sebagai subyek penelitian. Alat pengumpulan data dengan menggunakan angket dan kuesioner dan saat pengisiannya lansia dipandu oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dalam analisa univariat,variabel bebas menggunakan persentase dengan kategori baik bila skor mean, tidak baik bila skor < mean. Variabel terikat menggunakan persentase dengan kategori : < 3: disfungsi keluarga sangat tinggi, 4-6 : disfungsi keluarga sedang, 7-10 : disfungsi keluarga ringan atau tidak disfungsi keluarga.Analisis bivariat menggunakan uji statistik Chi Square dengan tingkat kemaknaan 0,05 (95%). Jika P-Value (0,05), Ho ditolak dan jika P-Value > (0,05), Ho gagal ditolak.

HASIL
1. DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP LANJUT USIA Diagram 1 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Terhadap Lanjut Usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung (n = 40)

Berdasarkan diagram 1 di atas menunjukkan gambaran dukungan keluarga terhadap lanjut usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung bahwa

sebanyak 30 responden (75%) termasuk dalam kategori tidak baik dan sebanyak 10 responden (25%) termasuk dalam kategori baik. Dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu dari orangorang tertentu dalam kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial tertentu yang membuat lanjut usia merasa diperhatikan, dihargai, dan dicintai. Sosialisasi di lingkungan lansia dengan tingkat sebaya akan menjadi hiburan tersendiri sehingga kebersamaan itu dapat mengubur kesepian yang biasanya mereka alami. Tetapi jauh di lubuk hati, mereka merasa jauh lebih nyaman berada di dekat keluarga. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan petugas panti didapatkan bahwa penyebab dukungan keluarga tidak baik adalah karena masalah ekonomi, sebanyak 80% keluarga lanjut usia yang tinggal di panti memiliki sosial ekonomi yang rendah . 2. DUKUNGAN EMOSI KELUARGA TERHADAP LANJUT USIA Diagram 2 Distribusi Frekuensi Dukungan Emosi Keluarga Terhadap Lanjut Usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung (n = 40)

Diagram 2 menunjukkan gambaran dukungan emosi keluarga terhadap lanjut usia di Panti Werdha Balai Perlindungan Sosial Tresna responden (43%) termasuk dalam kategori baik. Lanjut usia yang bertempat tinggal di panti werdha memiliki keinginan untuk dikunjungi orang dari luar panti,keinginan agar orang lain menghabiskan waktu bersama mereka (Hogstel, 1995). Orang yang menerima dukungan emosi akan merasa tenteram, aman, dan damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan emosi keluarga terhadap lanjut usia mayoritas tidak baik, sehingga menyebabkan lanjut usia merasa jauh dari keluarga secara emosional. Werdha Ciparay Kabupaten Bandung, sebanyak 23 responden (58%) termasuk dalam kategori tidak baik dan sebanyak 17

3.

DUKUNGAN PENGHARGAAN KELUARGA TERHADAP LANJUT USIA

Diagram 3 Distribusi Frekuensi Dukungan Penghargaan Keluarga Terhadap Lanjut Usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung (n= 40)

Diagram 3 menunjukkan gambaran dukungan penghargaan keluarga terhadap lanjut usia di Panti Werdha Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung, sebanyak 22 responden (55%) termasuk dalam kategori tidak baik dan sebanyak 18 responden (45%) termasuk dalam kategori baik. Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan positif) dari keluarga atau kerabat lanjut usia, dan dorongan maju dari keluarga atau kerabat untuk tetap dapat memahami kondisi fisik maupun mental lanjut usia (Friedman, 1998, hlm.352). Dukungan penghargaan yang tidak baik dari keluarga menyebabkan persepsi lanjut usia terhadap keluarga tidak baik karena merasa terisolasi dari keluarga dan merasa sudah tidak menjadi anggota keluarga lagi.

4.

DUKUNGAN INSTRUMENTAL KELUARGA TERHADAP LANJUT USIA Diagram 4. Distribusi Frekuensi Dukungan Instrumental Keluarga Terhadap Lanjut Usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung (n = 40)

Diagram 4 menunjukkan gambaran dukungan instrumental keluarga terhadap lanjut usia di Panti Werdha Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung, sebanyak 19 responden (48%) termasuk dalam kategori tidak baik dan sebanyak 21 responden (53%) termasuk dalam kategori baik. Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung seperti pemberian bantuan finansial, bantuan makanan dan bantuan pakaian. Hasil penelitian terhadap dukungan instrumental keluarga menunjukkan hasil yang mayoritas baik. Hal ini disebabkan walaupun

tidak banyak dan tidak sering keluarga memberikan dukungan instrumental tetapi lanjut usia memandang hal itu dirasakan sudah cukup. 5. DUKUNGAN INFORMATIF KELUARGA TERHADAP LANJUT USIA Diagram 5. Distribusi Frekuensi Dukungan Informatif Keluarga Terhadap Lanjut Usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung (n = 40)

Diagram 5 menunjukkan gambaran dukungan informatif keluarga terhadap lanjut usia di Panti Werdha Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung, sebanyak 28 responden (70%) termasuk dalam kategori tidak baik dan sebanyak 12 responden (30%) termasuk dalam kategori baik. Dukungan informatif mencakup pemberian atau permintaan nasehat, petunjuk-petunjuk, saran baik dari lanjut usia kepada keluarga ataupun sebaliknya. Hasil penelitian menunjukkan dukungan informatif mayoritas tidak baik. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan petugas panti bahwa keluarga memiliki persepsi yang salah dalam memandang lanjut usia yaitu lanjut usia sama dengan pikun dan lanjut usia berbeda dengan orang lain, sehingga menyebabkan peran serta lanjut untuk dijadikan tempat memperoleh nasehat, petunjuk dan saran atau sebaliknya oleh keluarga tidak dilakukan. 6. FUNGSI SOSIAL LANJUT USIA Diagram 6 Distribusi Frekuensi Fungsi Sosial Lanjut Usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung (n = 40)

Berdasarkan diagram 6 di atas menunjukkan gambaran fungsi sosial lanjut usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung, sebanyak 52.5% termasuk dalam kategori disfungsi keluarga berat, 25% termasuk dalam kategori disfungsi

keluarga sedang dan sebanyak 22.5% termasuk dalam kategori disfungsi keluarga ringan/tidak disfungsi keluarga. Kebutuhan sosialisasi pada lanjut usia harus terpenuhi sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif terhadap lanjut usia seperti perasaan murung, kesepian dan merasa terasingkan. Lanjut usia akan mengalami gejala-gejala dalam bentuk sinyal-sinyal distress, apabila kebutuhan sosialisasi tidak dirasakan dan dikemukakan secara adekuat (Suyono, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi sosial lanjut usia di BPSTW termasuk dalam kategori disfungsi keluarga berat sehingga mereka merasa terisolasi dari keluarga dan peran sertanya dalam keluarga tidak diakui karena merasa menjadi beban dalam keluarga. Sebagian besar responden memiliki keinginan untuk terus tetapi berkomunikasi dengan keluarga.

7.

HUBUNGAN DUKUNGAN EMOSI KELUARGA DENGAN FUNGSI SOSIAL LANJUT USIA Tabel 1. Hasil Penelitian Korelasi Dukungan Emosi Keluarga Dengan Fungsi Sosial Lanjut Usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung Fungsi Sosial Disfungsi Keluarga Berat N % 5 29.4 16 21 69.6 52.5 Disfungsi Keluarga Sedang N % 5 29.4 5 10 21.7 25 Disfungsi Keluarga Ringan N % 7 41.2 2 9 8.7 22.5 OR CI % 100 100 95%

Dukungan Emosi Baik Tidak Baik

Total n 17 23 40

P-Value

3,50 3,32-13,74

0,020

Dukungan emosi keluarga memungkinkan seseorang memperoleh kerekatan (kedekatan) emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang menerima. Sumber dukungan emosi yang paling sering dan umum adalah diperoleh dari pasangan hidup atau anggota keluarga/teman dekat/sanak keluarga yang akrab dan memiliki hubungan yang harmonis (Weiss dkk, 1994, dalam Kuntjoro, 2002). Berdasarkan hasil penelitian pun terlihat bahwa dukungan emosi keluarga yang baik akan menimbulkan fungsi sosial yang baik, begitu pun sebaliknya.

8. HUBUNGAN DUKUNGAN PENGHARGAAN KELUARGA DENGAN FUNGSI SOSIAL LANJUT USIA.

Tabel 2. Hasil Penelitian Korelasi Dukungan Penghargaan Keluarga Dengan Fungsi Sosial Lanjut Usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung Fungsi Sosial Disfungsi Keluarga Berat N % 6 33.5 15 21 68.2 52.5 Disfungsi Keluarga Sedang n % 5 27.8 5 10 22.7 25 Disfungsi Keluarga Ringan n % 7 38.9 2 9 9.1 22.5 OR CI % 100 100 3,04 1.1413,08 95%

Dukungan Penghargaan Baik Tidak Baik

Total n 18 22 40

P-Value

0,043

Huvighurst (dalam Hurlock, 1997, hlm.432) mengatakan bahwa lanjut usia sebagai periode usia yang terisolasi karena kematian pasangan hidupnya, pensiun dan kurangnya kemampuan fisik dan mental. Oleh karena itu, apabila lanjut usia kehilangan kontak dengan keluarganya dan rasa tidak dihargai akan berakibat lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan kondisi fisik dan mental tidak sebaik yang mereka miliki sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa dukungan penghargaan yang tidak baik menyebabkan fungsi sosial lanjut usia tidak baik juga, begitupun sebaliknya. 9. HUBUNGAN DUKUNGAN INSTRUMENTAL KELUARGA DENGAN FUNGSI SOSIAL LANJUT USIA Tabel 3. Hasil Penelitian Korelasi Dukungan Instrumental Keluarga Dengan Fungsi Sosial Lanjut Usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung Fungsi Sosial Disfungsi Keluarga Berat n % 11 52.4 Disfungsi Keluarga Sedang N % 5 23.8 Disfungsi Keluarga Ringan n % 5 23.8 OR CI % 100 95%

Dukungan Instrumental Baik Tidak Baik

Total n 21

P-Value

3,04 0,043 1.14-13,08

10 52.6 5 26.3 4 21.1 19 100 21 52.5 10 25 9 22.5 40 Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

dukungan instrumental keluarga dengan fungsi sosial lanjut usia. Beberapa penyebab ketidaksesuaian antara dukungan instrumental yang baik tetapi fungsi sosial lanjut usia tidak baik antara lain dikarenakan kebutuhan financial lanjut usia yang tinggal di panti sebenarnya sudah dipenuhi oleh panti dan para donator panti wredha sehingga dukungan keluarga berupa pemberian secara financial tidak terlalu dibutuhkan dan pada saat keluarga

memberikan dukungan instrumental walaupun tidak sering dan tidak banyak tetapi dirasakan sudah cukup bagi lanjut usia.

dan

10.

HUBUNGAN DUKUNGAN INFORMATIF KELUARGA DENGAN FUNGSI SOSIAL LANJUT USIA Tabel 4. Hasil Penelitian Korelasi Dukungan Informatif Keluarga Dengan Fungsi Sosial Lanjut Usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung Dukunga n Informatif Baik Tidak Baik Jumlah Fungsi Sosial Disfungsi Keluarga Berat N % 2 16.7 19 67.9 Disfungsi Keluarga Sedang n % 4 33.3 6 21.4 Disfungsi Keluarga Ringan N % 6 50 3 10.7 OR CI % 100 100 95%

Total n 12 28

P-Value

5.23 1.85-14.41

0,005

21 52.5 10 25 9 22.5 40 Lanjut usia secara empiris mempunyai pengalaman yang lebih dibandingkan

keluarga lainnya karena merasa lebih tua dan sudah merasakan berbagai kondisi pada saat menjalani proses kehidupan, sehingga lanjut usia akan merasa senang dan ingin memberi atau dimintai nasehat, petunjuk dan saran dari anggota keluarganya. Namun sebenarnya lanjut usia pun membutuhkan saran dan nasehat dari anggota keluarga berkaitan dengan terjadinya kemunduran baik fisik maupun psikis, sehingga dukungan informatif yang baik akan menyebabkan fungsi sosial lanjut usia pun akan baik dan begitupun sebaliknya.

KESIMPULAN & SARAN KESIMPULAN Dukungan keluarga mencakup dukungan emosi, dukungan penghargaan dan dukungan informatif terhadap lanjut usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung menunjukkan kategori tidak baik lebih tinggi daripada kategori baik. Sedangkan dukungan instrumental keluarga terhadap lanjut usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung menunjukkan kategori baik (52,5%) lebih tinggi daripada kategori tidak baik (47,5%). Fungsi sosial lanjut usia di BPSTW, sebagian besar responden termasuk dalam kategori disfungsi keluarga berat (52,5%) sedangkan sebagian kecil termasuk dalam kategori disfungsi keluarga sedang (25%) dan ringan (22,5%).Terdapat hubungan yang

signifikan antara dukungan emosi, dukungan penghargaan dan dukungan informatif dengan fungsi sosial lanjut usia. Sedangkan antara dukungan instrumental dengan fungsi sosial lanjut usia tidak terdapat hubungan yang signifikan. SARAN 1. Perlu ditingkatkan pengetahuan dan pemahaman pengelola panti tentang pentingnya dukungan keluarga terhadap fungsi sosial lanjut usia. 2. Perlu dibentuknya pelayanan kesehatan konseling di panti (dalam gedung) oleh petugas klinik panti. 3. Perlu ditingkatkan kerjasama dengan sektor terkait dalam hal ini Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan untuk mempromosikan kesehatan lanjut usia demi tercapainya kesejahteraan lanjut usia

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI, Jakarta: Rineka Cipta Badriah, D.L. 2006. Metodologi Penelitian Ilmu-Ilmu Kesehatan. Bandung: Multazam Departemen Pendidikan Nasional, RI. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan. 2004. Pedoman Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Balai Pustaka Format referensi elektronik direkomendasi oleh Suyono, (2008. http;//www.google.com, diperoleh tanggal 14 April 2008 Format referensi elektronik direkomendasi Kusumoputro, (2008, http;//www.google.com, diperoleh tanggal 9 Mei 2008) Format referensi elektronik direkomendasi diperoleh tanggal 14 Mei 2008). Kuntjoro, (2002, http;//www.google.com,

Friedman, M.M. 1998. Family Nursing, theory and practice, Alih Bahasa. Jakarta: EGC Gultom, A. 2000. Hubungan Sikap Keluarga Terhadap Panti Werdha Terhadap Fungsi Afektif Bagi Lanjut Usia di Panti Nazaret, Bunda Pertiwi, dan Asuhan Bunda. Hardywinoto & Setiabudhi, T. 2005. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Hogstel, M.O. 1995. Geropsychiatric Nursing. ST. Loius: Mosby Year Book Inc

Hurlock, E. 1997. Psikologi Perkembangan. Jakarta: EGC Kountur. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV Teruna Grafica Kusumah. 2006. Bagaimana Pengetahuan Keluarga tentang Nutrisi Usia Lanjut di Desa Bunisari Warung Kondang Cianjur. Skripsi STIKes Dharma Husada Bandung. Luecknotte. 1998. Gerontology Nursing. USA: Mosby Year Book Company Inc Mahfoedz. 2007. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya Mc Gie, A. 1996. Penerapan Psikologi Dalam Perawatan. Yogyakarta: Yayasan Esentia Medica dan Andi Notoatmodjo, S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC Schuster, C.S dan Ashburn, S.S. 1992. The Process Of Human Development: A Holistic Life Span Aproach. Philadelphia: J.B. Lipincott Company Stanley dan Beare. 2007. Gerontological Nursing. Alih Bahasa. Jakarta: EGC Stanphone, M dan Lancaster, J. 1998. Perawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC Sulaiman. 2002. Jalan Pintas Menguasai SPSS 10. Yogyakarta: Andi Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC Supriadi. 2006. Kontribusi Dukungan Keluarga Terhadap Respons Remaja Menghadapi Masa Pubertas Di Cinanjung Wilayah Kerja Puskesmas Margajaya Tanjungsari Sumedang. Tesis Universitas Indonesia Jakarta. Supriadi. 2007. Keperawatan Keluarga. Bandung. Supriadi.2007. Keperawatan Gerontik. Bandung. Sutanto, P.H. 2001. Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Jakarta. Undang-undang RI No.13 Th. 1998. Kesejahteraan Lanjut Usia. Jakarta: Biro Hukum Depsos Uyanto. 2006. Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Edisi Kedua, Yogyakarta: Graha Ilmu

Penulis adalah Staf Dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimahi

Anda mungkin juga menyukai