Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT STRESS DAN EMOTIONAL EATING

TERHADAP STATUS GIZI MAHASISWA KELAS Y5A EKSTENSI


PENDIDIKAN BIOLOGI

Sofiyatuzzahro1 dan Zakiah Fithah A’ini2


1
Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas indraprasta PGRI Jakarta
Jl.Nangka No.58C Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan
2
Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas indraprasta PGRI Jakarta
E-mail :Sofiyatuzzahro27@gmail.com

ABSTRAK
Salah satu indikator kesehatan utama suatu negara atau masyarakat adalah status gizi. Status
gizi merupakan keadaan seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat
gizi makanan. Berbagai gangguan makanan yang disebabkan stress akan berpengaruh terhadap status
gizi seseorang. Pada individu yang mengalami stress dapat menyebabkan peningkatan berat badan
atau penurunan berat badan. Kemudian emotional eating juga menyebabkan individu mengalami
kenaikan berat badan, menjadi obesitas dan memiliki masalah kesehatan secara umum. Stress jika
dilihat dari segi psikologis dapat menyebabkan perubahan perilaku. Cara individu memberikan
tanggapan terhadap stress (coping stress) berbeda-beda salah satunya pada perilaku makan, seperti
asupan makan berlebih atau atau tidak nafsu makan. Dengan begitu tujuan dari analisis ini yaitu untuk
mengetahui hubungan tingkat stres dan emotional eating terhadap status gizi mahasiswa. Data yang
diperoleh dengan mengisi angket Perceived Stress Scale-10 (PSS-10) untuk pengukuran tingkat stres
dan a Dutch Eating Behavior Questionnaire (DEBQ) untuk pengukuran emotional eating dengan
Responden sebanyak 27 mahasiswa. Kemudian data status gizi menggunakan IMT (tinggi badan dan
berat badan), yang diperoleh dari pengisian indentitas responden. Kesimpulan dari analisis ini yaitu
adanya hubungan yang signifikan antara tingkat stress dan emotional eating tubuh dengan status gizi.
Kata Kunci : Berat Badan , Emotional Eating ,Status Gizi, Stress, IMT

PENDAHULUAN
WHO telah menyatakan bahwa COVID-19 atau SARS-CoV-2 sebagai pandemi global
terhitung sejak Maret 2020. Mengikuti kebijakan physical distancing untuk mencegah penyebaran
COVID-19 yang diterapkan di Indonesia. Pada masa pandemi Covid-19 seperti saat ini asupan zat
gizi tersebut juga sangat dibutuhkan untuk mencapai kesehatan optimum dan meningkatkan
kekebalan tubuh (Mulyani, 2020). Selain itu salah satu indikator kesehatan utama suatu negara atau
masyarakat adalah status gizi.
Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (2014), status gizi seseorang
merupakan gambaran apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu yang cukup lama. Kekurangan atau
kelebihan dalam waktu tersebut akan berdampak terhadap kesehatan. Kekurangan salah satu zat gizi
dapat menimbulkan dampak berupa penyakit defisiensi. Asupan yang berlebihan dari salah satu zat
gizi juga menimbulkan gangguan kesehatan mulai dari gangguan yang ringan misalnya gangguan
fungsi yang menurun bahkan sampai gangguan yang sangat berat atau sifatnya fatal.
Gizi kurang (kurus) dan gizi lebih (gemuk dan obesitas) merupakan kondisi yang sering
dijumpai pada negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia. Pada individu yang mengalami
stress dapat menyebabkan peningkatan berat badan atau penurunan berat badan. Berbagai gangguan
makanan yang disebabkan stress akan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Kemudian menurut
Dogan, Tekin, dan Katrancioglu (2011) bahwa emotional eating menyebabkan individu mengalami
kenaikan berat badan, menjadi obesitas dan memiliki masalah kesehatan secara umum. Stress jika
dilihat dari segi psikologis dapat menyebabkan perubahan perilaku. Cara individu memberikan
tanggapan terhadap stress (coping stress) berbeda-beda salah satunya pada perilaku makan, seperti
asupan makan berlebih atau atau tidak nafsu makan.
Dalam hal ini, makan digunakan untuk menghilangkan tekanan atau beban yang terlampau
berat (over eating), sehingga memunculkan perilaku makan yang tidak sehat yang dapat memengaruhi
asupan gizi atau yang dikenal dengan emotional eating. Akan tetapi, tidak jarang pula dengan adanya
tekanan atau beban yang berat, mahasiswa memilih untuk makan sedikit atau tidak makan yang dapat
menurunkan status gizinya (under eating). Pada penelitian mahasiswa di Semarang, terdapat
perubahan perilaku makan over eating sebanyak 44% mahasiswa (Wijayanti, et al, 2019).
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 tentang status gizi penduduk usia remaja oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 8,9 % penduduk Indonesia
usia 16-18 tahun mengalami gizi akut (kurus), 31,2 % mengalami gizi kronis (pendek), dan 1,4%
mengalami gizi lebih (kegemukan). Sedangkan menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 prevalensi
remaja (16-18 tahun) remaja kurus relatif sama tahun 2007 dan 2013, dan prevalensi sangat kurus
naik 0,4%. Sebaliknya prevalensi gemuk naik dari 1,4% (2007) menjadi 7,3 persen(2013). Prevalensi
penduduk umur > 18 tahun kurus 8,7%, berat badan lebih 13,5% dan obesitas 15,4%.
Asupan zat gizi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan akan membantu mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Ketidakseimbangan antara kebutuhan atau kecukupan
akan menimbulkan masalah gizi baik dan gizi lebih maupun gizi kurang (Soetjiningsih, 2007).
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti hubungan tingkat stress dan emotional
eating dengan status gizi pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Indraprasta
PGRI Jakarta.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang
memanfaatkan data kualitatif yang diuraikan secara deskriptif oleh peneliti (Sugiyono, 2017).
Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2022 di Program studi Pendidikan Biologi universitas
Indraprasta PGRI dengan responden mahasiswa sebanyak 27 mahasiswa.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan pengisian angket Perceived
Stress Scale-10 (PSS-10) untuk pengukuran tingkat stres dan a Dutch Eating Behavior Questionnaire
(DEBQ) untuk pengukuran emotional eating dengan Responden sebanyak 27 mahasiswa. Kemudian
data status gizi menggunakan IMT (tinggi badan dan berat badan), yang diperoleh dari pengisian
indentitas responden.Teknik analisis data yang dipergunakan berupa statistik deskriptif dalam bentuk
penyajian data tabel dan verifikasi data sebagai simpulan penulisan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang didapatkan dari pengisian angket dengan pengisian identitas dari tiap responden
yang tercantum sebagai berikut:

Tabel 1. Karakteristik Responden


Variabel N Persentase %
Jenis kelamin
Laki-laki 4 14,81
Perempuan 23 85,19
Total 27 100
Usia
20-24 23 85,19
25-29 2 7,41
30-34 0 0
35-39 1 3,7
40-44 1 3,7
Total 27 100
Status menikah
Belum menikah 20 74,07
Menikah 7 25,93
Total 27 100

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa responden didominasi oleh mahasiswi yaitu sebanyak
85,19% dengan rentang usia terbanyak berada pada 20-24 tahun sebesar 85,19% dan sebagian besar
berstatus belum menikah sebesar 74,07%. Melalui data yang didapatkan, menurut Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009 maka responden berada pada masa remaja akhir usia 17
– 25 tahun, Masa dewasa awal usia 26 – 35 tahun dan Masa dewasa akhir usia 36 – 45 tahun.

Diagram 1. Tingkat stress responden

Dilihat dari diagram tersebut bahwa tingkat stres pada kelas Y5A Ekstensi Pendidikan Biologi
yaitu berada pada tingkat stress ringan dilihat dari total 97 responden yang memilih kadang-kadang
dan dari total presentase skor dari pertanyaan negative yaitu 93,20%. Total persentase skor
menggunakan skala likert, Sugiyono (2014) menjelaskan bahwa skala likert yang bertujuan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Dari data tersebut juga dipengaruhi oleh jumlah penggolongan dari pertanyaan positif dan pertanyaan
negative. Total persentase skor menggunakan skala likert, Sugiyono (2014) menjelaskan bahwa skala
likert yang bertujuan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Menggunakan rumus sebagai berikut : T x Pn

Keterangan : T = Total jumlah responden yang memilih

Pn = Pilihan angka skor Likert

Selanjutnya menggunakan : Rumus Index % = Total Skor / Y x 100


Diagram 2. Alat Ukur Emotional Eating

Dari data tersebut menunjukan bahwa pada saat keadaan marah, cemas depresi atau somatis
menunjukan tingkat emotional eating berada pada tidak pernah memiliki skor tertinggi yaitu 65 untuk
kecemasan,48 untuk depresi, 40 untuk marah dan 33 untuk somatis. Sehingga bisa disimpulkan
bahwa mahasiswa prodi pendidikan biologi tingkat emotional eatingnya rendah. Kemudian total
persentase skor masih menggunakan skala likert yaitu 3% untuk kecemasan, 3,96% untuk depresi,
4,7% untuk marah, dan 1,72% untuk somatis. Untuk mengukur emotional eating pada penelitian ini,
peneliti menggunakan alat ukur Emotional Eating Scale (EES) yang telah dikembangkan oleh
Goldbacher, Grunwald, dan LaGrotte (2012). Emotional Eating Scale (EES) terdiri dari empat
dimensi, yaitu Anger (marah), Anxiety (kecemasan), Depression (depresi), dan Somatic (somatis).
Pada alat ukur ini terdiri atas 25 item yang dapat menggambarkan keempat dimensi tersebut.
Sebanyak 6 item menggambarkan dimensi Anger (marah), 4 item menggambarkan dimensi Anxiety
(kecemasan), 9 item menggambarkan dimensi Depression (depresi), dan 6 item lainnya
menggambarkan dimensi Somatic (somatis).
Tabel 2. Status gizi
Standar status gizi IMT
Status gizi Wanita Laki-laki Wanita Laki-laki
Normal 17-23 18-25 18 orang 2 orang
Kegemukan 23-27 25-27 5 orang 2 orang
Obesitas >27 >27 - -

Dari data tersebut menunjukan bahwa responden yang tergolong dengan status gizi normal
lebih banyak yaitu 18 orang untuk wanita, dan 2 orang untuk laki-laki. Sedangkan pada status
kegemukan yaitu hanya 5 orang wanita dan 2 orang untuk laki-laki. Pada status gizi tersebut bisa
disimpulkan bahwa rata-rata mahasiswa kelas Y5A Prodi Pendidikan Biologi memiliki status gizi
yang normal, namun meski begitu ada beberapa orang yang terindikasi dengan status gizi dengan
kategori kegemukan yang artinya ada hubungannya dengan tingkat stress ringan sehingga
menyebabkan ada beberapa orang yang memiliki Status gizi berlebih dengan kategori kegemukan
dan dengan begitu harus diperhatikan asupan gizi saat seseorang mengalami stress.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa 27 mahasiswa kelas Y5A Ekstensi
Pendidikan Biologi yang menjadi responden yang hasilnya yaitu memiliki tingkat stres ringan dan
memiliki tingkat emotional rendah sehingga rata-rata status gizi mahasiswa normal, dan semua
variabel saling berhubungan. Namun pada status gizi ada beberapa orang yang terindikasi kategori
kegemukan yang harus perlu diperhatikan lagi asupan gizinya. Dilihat dari total ada 97 responden
yang memilih kadang-kadang yang termasuk kedalam kategori Stress Ringan , dan pada emotional
eating berada pada kategori tidak pernah memiliki skor tertinggi yaitu 65 untuk jenis emosi
kecemasan yang artinya kebanyakan responden tidak pernah memiliki keinginan makan saat berada
pada keadaan emosi saat cemas. Dan pada penggolangan emosinya peneliti menggunakan Emotional
Eating Scale (EES) terdiri dari empat dimensi, yaitu Anger (marah), Anxiety (kecemasan),
Depression (depresi), dan Somatic (somatis). Kemudian rata-rata mahasiswa kelas Y5A Prodi
Pendidikan Biologi memiliki status gizi yang normal, namun meski begitu ada beberapa orang yang
terindikasi dengan status gizi dengan kategori kegemukan yang artinya ada hubungannya dengan
tingkat stress ringan sehingga menyebabkan ada beberapa orang yang memiliki Status gizi berlebih
dengan kategori kegemukan dan dengan begitu harus diperhatikan asupan gizi saat seseorang
mengalami stress.

REFERENSI

Harjatmo TP, Holil MP, Sugeng W. Penilaian status gizi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia; 2017.
Goldbacher, E., Grunwald, H. E., & LaGrotte, C. A. (2012). Factor structure of the Emotional Eating
Scale in overweight and obese adults seeking treatment. Appetite, 59 (2), 610–615.
Mulyani EY. (2020). Asupan Gizi dalam Upaya Meningkatkan Imunitas di Masa Pandemi Covid-19
[Internet]. [cited 2021 Juli 25]. Available from: https://www.esaunggul.ac.id/asupangizi-dalam-
upaya-meningkatkanimunitas-di-masa-pandemi-covid-19/
Suyatno,2009. Survei konsumsi sebagai indikator status gizi. Universitas Diponegoro Yogyakarta.
Wijayanti et al. 2019. Hubugan Stress, Perilaku Makan, dan Asupan Zat Gizi dengan Status Gizi Pada
Mahasiswa Tingkat Akhir. Journal of Nutrition College. 8(1): 1-8.
World Health Organization. Listings of WHO’s response to COVID-19 [Internet]. World Health
Organization. 2020 [cited 2020 Oct 3]. Available from: https://www.who.int/news/item/29- 06-2020-
covidtimeline
https://muamala.net/kategori-umur-menurut-who/
https://www.diedit.com/skala-likert/

Anda mungkin juga menyukai