Keberhasilan
pembangunan
nasional terutama dibidang kesehatan
secara tidak langsung telah menurunkan
angka kesakitan dan kematian penduduk
serta meningkatkan usia harapan hidup
(UHH). Peningkatan angka usia harapan
hidup ini sekaligus berdampak pada
peningkatan jumlah penduduk lanjut usia
atau lansia (Arisman, 2009). Lansia adalah
tahap akhir dalam siklus hidup manusia
yang pasti dialami oleh setiap individu.
Menurut
Undang-Undang
Republik
Indonesia No. 13 Tahun 1998 pasal 1 ayat
2 menyatakan lansia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.
Menurut Macao (dalam Fatmah,
2010) populasi penduduk lansia di Asia
dan Pasifik meningkat pesat dari
410.000.000 jiwa pada tahun 2007
diprediksi akan menjadi 733.000.000 jiwa
pada tahun 2025 dan mencapai 1,3 triliun
pada tahun 2050. Indonesia sebagai salah
satu negara berkembang juga mengalami
peningkatan populasi penduduk lansia dari
4,48% (53.000.000 jiwa) pada tahun 1971
menjadi 9,77% (23.900.000 jiwa) pada
tahun 2010. Bahkan pada tahun 2020
diprediksi akan menjadi ledakan penduduk
lansia sebesar 11,34% atau sekitar
28.800.000 jiwa (Makmur 2006).
Menurut data Badan Pusat
Statistik Provinsi Bali tercatat jumlah
lansia pada tahun 2010 mencapai 733.490
jiwa dan pada tahun 2013 jumlah lansia
mencapai 803.800 jiwa. Sedangkan jumlah
lansia di kota Denpasar pada tahun 2010
berjumlah 88.356 jiwa dan pada tahun
2013 meningkat menjadi 102.000 jiwa.
Dampak
dari
meningkatnya
jumlah lansia dapat dilihat dari pola
penyakit yang bergeser kearah penyakit
penyakit degenaratif seperti gangguan
sendi, hipertensi, stroke dan diabetes yang
berkaitan dengan status gizi lansia. Pada
saat sekarang ini lansia kurang mendapat
perhatian di tengah masyarakat terutama
mengenai kecukupan gizi pada mereka.
Apabila hal ini dibiarkan terus menerus,
lansia dapat menjadi beban bagi
faktor
yang
mempengaruhi status gizi pada lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya
Denpasar tahun 2015.
METODE
Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian deskriptif yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk membuat gambaran tentang
suatu keadaan secara objektif (Setiadi,
2013). Metode pendekatan yang digunakan
adalah cross sectional yaitu rancangan
penelitian dengan melakukan pengukuran
atau pengamatan pada saat bersamaan
sekali waktu antara faktor risiko/paparan
dengan
penyakit
(Hidayat,
2011).
Penelitian dilaksanakan di Panti Sosial
Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar
pada Bulan April sampai Mei 2015. Pada
penelitian ini populasinya adalah seluruh
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana
Seraya Denpasar sebanyak 45 orang. Pada
penelitian ini yang menjadi sampel adalah
(f)
3
13
18
3
37
(%)
8,1
35,1
48,7
8,1
100
Jenis
Kelamin
1
Laki-laki
2
Perempuan
Jumlah
(f)
(%)
8
29
37
21,6
78,4
100
Jenis
Kelamin
1
Tidak
Sekolah
2
SMA
3
SMP
4
SD
Jumlah
(f)
(%)
25
67,6
1
1
10
37
2,7
2,7
27,0
100
Hasil
f
%
7
18,9
26
70,3
4
10,8
37
100
No
1
2
3
(%)
11
48
41
100
Faktor Psikologis
(f)
(%)
1
2
3
Kuat
Sedang
Lemah
Total
17
5
15
37
45
14
41
100
No
Hilangnya Gigi
(f)
(%)
1
2
3
Kuat
Sedang
Lemah
Total
28
7
2
37
76
19
5
100
(%)
78
19
3
100
(%)
81
14
5
100
(%)
54
30
16
100