Anda di halaman 1dari 87

IMPLEMENTASI PRINSIP PENANGANAN PENGADUAN

KONSUMEN ATAS JASA PT.KERETA API INDONESIA (PERSERO)


DIVRE III PALEMBANG

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Pada Bagian Program Studi Hukum Perdata

Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

Oleh :

MUHAMMAD FERIAN AZWARSYAH

02011381924275

HALAMAN JUDUL

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2023
ii
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:

“Semua orang memiliki masanya masing-masing. Tidak perlu terburu-


buru,tunggulah. Kesempatan itu akan datang dengan sendirinya”

“Gol D Roger”

Skripsi ini ku persembahkan untuk :

1. Orang tuaku
2. Keluargaku
3. Guru dan Dosen
4. Teman-teman
5. Almamater

iv
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas limpahan berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini yang berjudul “IMPLEMENTASI PRINSIP PENANGANAN

PENGADUAN KONSUMEN ATAS JASA PT. KERETA API INDONESIA

(PERSERO) DIVRE III PALEMBANG”. Sholawat beriring salam tak lupa penulis

haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya menuju

kebaikan. Dalam proses penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dari

semua pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua Orang Tua yang tak hentinya memberikan doa restu, semangat, dan

dukungan kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini;

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE selaku Rektor Universitas

Sriwijaya;

3. Bapak Prof. Dr. Febrian, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sriwijaya;

4. Bapak Dr. Mada Apriandi, S.H., M.CL. selaku Wakil Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sriwijaya;

5. Ibu Vegitya Ramadhani Putri, S.H., S.Ant., M.A., LL.M. selaku Wakil Dekan

II Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;

vi
6. Bapak Dr. Zulhidayat, S.H., M.H. selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Sriwijaya;

7. Bapak Dr. Muhammad Syaifuddin, S.H., M.Hum. selaku Ketua Bagian

Hukum Perdata;

8. Bapak Fahmi Yosemar AR S.H.,MS., selaku dosen Pembimbing Akademik

yang telah membimbing selama ini

9. Ibu Dr. Putu Samawati, S.H.,M.H. selaku Dosen Pembimbing Utama yang

banyak membantu, mengarahkan, dan membimbing penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini;

10. Bapak Muhammad Syahri Ramadhan , S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing

Pembantu yang telah membimbing penulis serta memberikan arahan serta

saran agar dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini;

11. Ibu Dr. Annalisa Yahanan, S.H.,M.Hum. selaku dosen yang memberi

semangat serta membantu penulis dalam mengerjakan skripsi

12. Ibu Dr. Nashriana S.H., M.H. selaku pembimbing Tim Rekam Sidang KPK

FH UNSRI yang telah membantu dan mengajari selama melakukan

perekaman sidang

13. Ibu Neisa Angrum Adisti S.H.,M.H. selaku dosen pembimbing Tim Rekam

Sidang KPK FH UNSRI yang telah membantu dan mendukung selama

melakukan perekaman sidang

vii
14. Jajaran Dosen dan Staf Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya yang

senantiasa memberikan bimbingan, wawasan, dan ilmu yang bermanfaat bagi

penulis selama proses perkuliahan;

15. Terimakasih kepada suadara-saudara saya yaitu kak Aqshal dan Adik Bunga

selalu memberikan semangat dan doa disaat penulis mengerjakan skripsi;

16. Sahabat perkuliahan yang Oni, Cila, Dewa, Uda, yang telah memberikan

dukungan dan berjuang bersama penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

17. Sahabat perkuliahan Amik, Ani, Mei, dan Cia yang telah memberikan

informasi kepada penulis serta memberikan dukungan kepada penulis

18. Sahabat SMA Tian, Arif dan Nay yang telah memberikan dukungan dan

berjuang bersama dalam menyelesaikan skripsi meskipun berbeda Universitas

19. Tim Perekeman Sidang KPK FH UNSRI Nisrina, Wiman, Arya, Ricky, Kak

Pelita, Kak Alya, kak Farhan, Kak Dea Annisa ,Gisti yang telah melalui suka

dan duka dalam melakukan perekaman persidangan

20. Sahabat SMA Elvino, Vico, Bunga, Nadia, Shella yang telah menemani serta

menghibur penulis disaat mengerjakan skripsi

21. Terimakasih kepada Nisrina Putri Tamamah dengan Nim 02011282025215

yang telah mendukung serta menemani penulis disaat mengerjakan skripsi ini

22. Terimakasih yang tak terhingga kepada keluarga besar saya atas segala doa,

ridho dan semangat yang telah diberikan

23. Terimakasih kepada nenek saya Queeny the little angel yang telah memberi

saya semangat serta dukungan dan doa untuk menyelesaikan perkuliahan ini

viii
ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ...................... Error! Bookmark not defined.
SURAT PERNYATAAN ............................................................................................ ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................... Error! Bookmark not defined.
UCAPAN TERIMAKASIH....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii
ABSTRAK ..................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian.................................................................................................... 8
E. Ruang Lingkup Permasalahan .................................................................................. 9
F. Metode Penelitian ................................................................................................... 10
1. Tipe Penelitian ..................................................................................................... 10
2. Pendekatan Penelitian .......................................................................................... 10
3. Bahan Hukum Penelitian ..................................................................................... 11
4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum .................................................................. 13
4. Analisis dan Pengelolaan Bahan Hukum ............................................................ 15
BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN UMUM TENTANG
KONSUMENATAS JASA PT.KERETA API INDONESIA (PERSERO) DIVRE
III PALEMBANG ..................................................................................................... 17
A. Landasan Teori ...................................................................................................... 17
1. Teori Perjanjian ................................................................................................... 17
2. Teori Tanggung Jawab Perdata .......................................................................... 18
3. Teori Ganti Rugi .................................................................................................. 19

x
B. Tinjauan Umum Tentang Konsumen Kereta Api ................................................... 20
1. Pengertian Konsumen Kereta Api ....................................................................... 20
2. Hak Dan Kewajiban Konsumen Kereta Api ....................................................... 21
3. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Kereta Api ............................................. 27
C. PT. KAI (Persero) Divre III Palembang sebagai Pelaku Usaha Jasa Perkeretaapian
…………………………………………………………………………………..30
1. Profil PT. KAI (Persero) Divre III Palembang .................................................... 30
2. Hak dan Kewajiban PT.KAI Divre III Palembang .............................................. 31
3. Jasa Layanan Pengaduan Pada PT. KAI Divre III Palembang ............................ 34
BAB III IMPLEMENTASI PRINSIP PENANGANAN PENGADUAN
KONSUMEN ATAS JASA PT.KERETA API INDONESIA (PERSERO)
DIVRE III PALEMBANG ....................................................................................... 36
A. Penerapan Prinsip Penanganan Pengaduan Konsumen Atas Jasa Layanan PT. KAI
(Persero) Divre III Palembang .................................................................................... 36
1. Landasan Hukum Penerapan Prinsip Penaganan Pengaduan Konsumen Atas Jasa
Layanan PT. KAI (Persero) Divre III Palembang. .................................................. 36
2. Mekanisme Penerapan Prinsip penanganan Pengaduan Konsumen Atas Jasa
Layanan PT. KAI (Persero) Divre III Palembang .................................................... 39
B. Bentuk Pertanggungjawaban PT.KAI (Persero) Divre III Palembang Dalam
Menghadapi Pengaduan Dari Konsumen .................................................................... 46
1. Bentuk-Bentuk Pengaduan Yang Dilakukan Konsumen Atas Jasa Layanan PT.
KAI (Persero) Divre III Palembang ........................................................................ 46
2. Bentuk Pertanggungjawaban PT. KAI (Persero) Divre III Palembang Atas
Pengaduan Konsumen ............................................................................................. 50
a. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Oleh PT.KAI Divre III Palembang Dalam
Menerapkan Prinsip Penanganan Pengaduan Konsumen .................................... 57
b. Cara PT.KAI (Persero) Divre III Palembang Dalam Meminimalisir Kendala-
Kendala Pengaduan Dari Konsumen ................................................................... 59
BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 61
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 61
B. Rekomendasi .......................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 63

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Website Customer Relationship Management di Stasiun Kertapati Palembang


I…...…………………………………………………………………………………37

xii
xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transportasi Kereta Api adalah kegiatan menggunakan kereta api untuk

memindahkan orang atau barang dari satu lokasi ke lokasi lain 1 .Kereta Api

banyak digunakan masyarakat karena untuk mempermudah pekerjaan dan dalam

melakukan aktivitas sehari hari dan juga dengan harga yang relatif murah

sehingga banyak digunakan oleh masyarakat, terkhususnya di negara Indonesia

sudah ada beberbagai transportasi macam kereta api seperti LRT atau (Light Rail

Transit),KRL (Kereta Rel Listrik) dan Kereta antar daerah .Perkeretaapian

tersebut berada dibawah naungan dari Perusahaan PT. Kereta Api Indonesia

(Persero).

Pada Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No.23 Tahun 2007 tentang

Perkeretapian memberikan pengertian mengenai perkeretaapian sebagai satu

kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia

serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk penyelenggaraan

transportasi kereta api. Adapun pengertian Kereta Api adalah sarana

perkertaapian dengan tenaga penggerak, yang beroperasi secara terpisah atau

1
Pasal 1 Ayat (14) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 Tentang
Perkeretaapian Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3479.

1
2

bersama-sama dengan sarana perkeretaapian lainya dan yang bergerak atau

melakukanya diatas rel yang digunakan oleh angkutan kereta api.2 Selain dapat

memuat dan menurukan orang dan barang dalam jumlah besar, kereta api juga

merupakan salah satu moda transportasi yang paling efektif untuk memindahkan

orang dan kargo dalam jumlah besar, sehingga ideal untuk pengangkutan

penumpang secara massal. Dengan adanya kegiatan pengangkutan tidak dapat

dipisahkan dari kegiatan atau aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari-

hari. Pengangkutan menurut H.M.N Puwosutjipto adalah orang yang mengikatkan

diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orang dari suatu

tempat ke tempat tujuan dengan selamat. 3 Dengan adanya pengangkutan orang

dan barang maka ada juga perlindungan hukumnya yaitu Perlindungan

Konsumen.

Fungsi dan peranan pengangkut memiliki dampak yang sangat penting

pada berbagai aspek kehidupan masyarakat,seperti masalah ekonomi,sosial

budaya, serta aspek hukum, aspek hukum mengenai hak dan kewajiban dan

tanggungjawab, aspek hukum berperan dalam pengangkutan menggunakan kereta

api antara konsumen dan pengangkut memiliki tanggungjawabnya masing-

masing. Pengangkut dan konsumen memiliki hak dan tanggungjawab, karena

adanya perbuatan, pristiwa atau kondisi dalam proses pengangkungktan dan

2
Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3479.
3
Purwosutjipto H.M.N, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia,Jakarta
,Djambatan,2015,hlm.10
3

konsumen memiliki hubungan timbal balik, hak dan kewajiban konsumen telah

dijelaskan didalam perjanjian oleh karena itu konsumen memiliki hak dan

kewajiban saat menggunakan kereta api. Dalam Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2007 tentang Perkeretaapian dalam Pasal 132 ayat 1 menyebutkan. 4Bahwa

angkutan kereta api wajib mengangkut orang yang telah memiliki karcis atau

tiket, karcis yang dimaksud didalam ayat (1) ini adalah sebagai tanda bukti

terjadinya perjanjian pengangkutan orang menggunakan kereta api, jadi orang

yang telah memiliki tiket disebut dengan penumpang angkutan kereta api.

Kata Penumpang diatas artinya adalah Konsumen Menurut Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Konsumen

adalah setiap orang pemakai barangdan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,

baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup

dan tidak diperdagangkan.5 Istilah Konsumen berasal dari kata customer (inggris-

Amerika) atau consument/konsument (Belanda). Pengertian dari cunsomer atau

consument itu tergantung,dalam posisi mana berada kalimat tersebut. Secara

harfiah arti kata consumen adalah (lawan dari pelaku usaha) setiap orang yang

menggunakan barang. Dengan tujuan penggunaan barang atau jasa yang nanti

menentukan termasuk konsumen dalam bentuk kelompok mana pengguna

4
Pasal 132 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3479.
5
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821
4

tersebut, begitu pula yang terkandung dalam Kamus Bahas Inggris-Indonesia

memberi arti kata consumer sebagai pemakai atau yang sering disebut konsumen.6

Konsumen yang menggunakan jasa PT.KAI biasa disebut dengan

penumpang angkutan kereta api. Penumpang angkutan kereta api, menurut

Damadjati adalah setiap orang yang diangkut ataupun yang harus diangkut

didalam kereta api ataupun alat pengangkutan lainya atas dasar persetujuan dari

perusahaan ataupun badan yang menyelenggarakan angkutan tersebut.7 Menurut

Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan menyatakan bahwa.8 “Penumpang adalah orang yang berada

di kendaraan selain pengemudi dan awak kendaraan”. Penumpang tersebut

dengan mengikatkan diri setelah membayar uang atau karcis untuk

menggunankan angkutan umum sebagai upaya untuk memenuhi perjanjian untuk

menggunakan jasa pengangkutan, oleh karena itu maka orang itu telah sah

sebagai angkutan umum .

Berdasarkan uraian diatas tampak jelas, bahwa Penyelenggara sarana

perkeretaapian wajib mengangkut penumpang yang memiliki karcis, diberikan

pelayanan yang sesuai dengan tingkat pelayanan yang dipilih dan karcis

merupakan tanda bukti terjadinya perjanjian angkutan orang yang kemudian

6
Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen suatu Pengantar,Jakarta: Diadit Media 2001,
hlm.3
7
Hasyim, Farida, Hukum Dagang, Jakarta, Sinar Grafika, 2009, hlm 97.
8
Pasal 1 Ayat (25) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkatan
Jalan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 502.
5

menjadi Tujuan PT. Kereta Api Indonesia dalam memberikan pelayanan publik.

Selanjutnya dijelaskan lebih rinci mengenai kewajiban penyelenggara sarana

perkeretaapian pada Pasal 133 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang

Perkeretapian yang menyebutkan bahwa “Dalam penyelenggaraan pengangkutan

orang dengan kereta api penyelenggara pengangkutan wajib untuk mengutamakan

keselamatan dan keamanan orang, mengumumkan jadwal perjalanan kereta api

dan tarif angkutan kepada masyarakat”.

Berdasarkan uraian aturan diatas yang membahas mengenai tentang

penyelenggara sarana perkeretaapian dan kewajibannya diatas dinyatakan secara

spesifik mengenai jaminan keselamatan, pelayanan, jadwal perjalanan, dan

mematuhi jadwal perjalanan, sedangkan pada ayat (2) dijelaskan lebih lanjut, jika

penyelenggara perkeretaapian harus mengumumkan apabila terjadi penundaan,

pembatalan dan keterlambatan disertai dengan alasan yang jelas. Hal ini menjadi

pedoman, bagi penulis dalam melakukan studi lebih lanjut dan mengetahui lebih

jauh tentang pertanggungjawaban PT.Kereta Api Indonesia atas keterlambatan

penumpang. Kenyataanya PT. KAI selaku penyelenggara pengangkutan

menggunakan kereta api, memiliki permasalahan atau gangguan yang membuat

angkutan kereta api tidak bisa melanjutkan perjalanan menuju stasiun yang telah

disepakati maka oleh karena itu PT. KAI mempersiapkan angkutan lain untuk

melanjutkan perjalanan menuju stasiun yang telah disepakati atau memberikan

kompensasi senilai dengan harga karcis yang telah dibeli.


6

Berdasarkan uraian diatas telah dijelaskan tentang pertanggungjawaban

dari PT.KAI tetapi masih banyak pengaduan yang dilakukan oleh konsumen atas

jasa nya seperti keluhan ticketing PT.KAI, keluhan fasilitas dan prasarana PT.KAI

keluhan pembayaran,keluhan terhadap fasilitas dan keluhan tentang informasi

yang tidak dipahami oleh konsumen berikut sejumlah data keluhan dari konsumen

3 tahun terakhir :

Tabel 1 Keluhan kebutuhan informasi penumpang PT.KAI (Persero) Divre III

Palembang

No Detail Info Tahun

2020 2021 2022


1 Prosedur Kehilangan 360 6891 1.015
Tiket
2. Prosedur Pembatalan 2.865 2.995 3.425
Tiket
3. Syarat Perjalanan 4.329 4.675 5.015
KA/Vaksin
(Sumber : Stasiun Kertapati Palembang)

Berdasarkan tabel diatas dapat dianalisis bahwa banyak konsumen yang

mengeluhkan tentang kurangnya informasi yang diberikan oleh pelaku usaha tentunya

hal ini bertentangan dengan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlidnungan Konsumen yang menyatakan “Memberikan informasi yang benar, jelas

dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi

penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan” .


7

Berdasarkan latar belakang sebagaiamana dijelaskan diatas, dan untuk

menemukan identifikasi masalah dalam penelitian dengan judul “IMPLEMENTASI

PENANGANAN PENGADUAN KONSUMEN ATAS JASA PT.KAI

(PERSERO) DIVRE III PALEMBANG”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, serta untuk

mendaptakan sasaran penelitian secara tepat, maka dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1.Apakah PT. KAI (Persero) Divre III Palembang telah menerapkan prinsip

penanganan pengaduan konsumen atas jasa nya?

2.Bagaimana bentuk pertanggungjawaban PT. KAI (Persero) Divre III Palembang

dalam menghadapi pengaduan dari konsumen?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan dan

menerangkan permasalahan diatas sebagai berikut :

1.Untuk mengetahui dan menganalisis cara PT.KAI (Persero) Divre III

Palembang dalam menerapkan prinsip penanganan pengaduan konsumen

2.Untuk mengetahui dan menganalisis bentuk tanggungjawab PT.KAI (Persero)

Divre III Palembang dalam menangani pengaduan dari konsumen


8

D. Manfaat Penelitian

Ada dua manfaat penelitian yang diperoleh dari penelitian ini yaitu bersifat

teoritis dan praktis :

1. Manfaat Teoritis

Mengharapkan hasil penelitian skripsi ini mampu berguna baik bagi ilmu

pengetahuan maupun khususnya dalam ilmu perdata mengenai,mengenai

pehaman tentang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian dan khususnya lagi

memberikan masukan terhadap kalangan akademisi dan praktisi dalam

Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Perkeretaapian, dan untuk

menambah wawasan dan pengetahuan penulis sendiri tentang masalah

penulis kaji. Untuk mendalami teori-teori yang telah dipelajari penulis

selama menjalani kuliah strata satu (S1) di Fakultas Hukum Universitas

Sriwijaya

2. Manfaat Praktis

Penelitian skiripsi ini diaharapkan dapat dimanfaatkan menjadi bahan

masukan dalam bidang hukum perdata serta dapat dijadikan pedoman bagi

para pihak sebagai berikut :

a) PT.Kereta Api Indonesia (Persero) Divre III Palembang

Agar dapat menjadi masukan untuk PT.Kereta Api Indonesia (Persero)

Divre III Palembang khususnya dalam bidang pengaduan konsumen


9

agar bisa menjadi lebih tegas dalam menangani pengaduan dari

konsumen pengguna angkutan kereta api

b) Pemerintah

Diharapkan untuk menjadi masukan bagi pemerintah dalam membuat

syarat dan ketentuan untuk konsumen pengguna angkutan kereta api

agar masyarakat dapat lebih mudah untuk menggunakan angkutan

kereta api

c) Masyarakat

Diharapakan hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan

pengetahuan dan wawasan yang lebih luas khususnya bagi para

pengguna jasa layanan kereta api dalam memahami hak-hak sebagai

konsumen.

E. Ruang Lingkup Permasalahan

Agar permasalahan adan pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu

luas dan agar penenelitian ini terarah maka perlu membatasi permasalahan dan

pembahasanya pada ruang lingkup penelitian mengenai Implementasi Prinsip

Penanangan Pengaduan Konsumen Atas Jasa PT.KAI (Persero) Divre III

Palembang dan apa saja upaya hukum yang dilakukan oleh pengguna jasa

PT.KAI dalam mempertahankan hak-hak konsumen pengguna jasa PT.KAI

berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007

Tentang Perkeretaapian.
10

F. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah

penelitian yang mengacu pada data, bahan tertulis yang berkaitan dengan

pembahasan ilimiah yang diangkat. Oleh karena itu dalam melakukan

penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan jenis penelitian normatif

yang didukung dengan data empiris berupa wawancara dengan pegawai

PT.KAI (Persero) Divre III Palembang. Penelitian normatif adalah

penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneiti bahan pustaka atau

data sekunder yang disertai data pendukung atas data primer.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian menggunakan beberapa pendekatan, antara lain

a. Pendekatan Undang-Undang (Statute Approach)

Pendekatan Undang-Undang dilakukan dengan menelaah semua Undang-

Undang dan peraturan yang terkait dengan masalah hukum yang dibahas

dan diperiksa sebagai bentuk dari pendekatan Undang-Undang.

Pendekatan hukum ini akan memberikan peluang bagi peneliti untuk

menyelidiki kesesuaian dan konsistensi suatu Undang-Undang dengan

Undang-Undang lain, Undang-Undang Dasar, atau peraturan lain, atau

antara satu Undang-Undang dan hukum lainya. Temuan penelitian ini


11

memberikan bukti tentang bagaimana mengatasi masalah yang sedang

diteliti.9

b. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach)

Pendekatan konseptual dilakukan dengan cara, suatu cara berpikir yang

berbeda dengan kaidah dan asas yang dihasilkan oleh ilmu-ilmu hukum.

Dengan menguraikan teori,konsep, serta aturan hukum yang berkaitan

dengan masalah, pandangan atau doktrin yang akan membantu

memberikan konsep.

3. Bahan Hukum Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang dikumpulkan sendiri dengan cara

langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan studi yang yang

bersangkutan dapat berupa wawancara dan observasi. 10 Adapun pihak

yang akan di wawancara yaitu karyawan PT.KAI (Persero) Divre III

Palembang. Data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari subjek

penelitian yang berupa hasil wawancara dan angket.

9
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta, Prenada Media Group, 2015 hlm. 133.
10
Syafizal Helmi Situmorang, Analisis Data: Untuk Riset Manajemen Dan Bisnis, Usu Press,
Medan, 2010. hlm.2
12

b. Data sekunder

Merupakan jenis data yang digunakan untuk menjawab permasalahan

yang ada dalam penelitian ini melalui studi kepustakaan. Sumber bahan

hukum dalam penelitian ini antara lain:

1) Bahan Hukum Primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yang

terdiri dari :

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3821

c) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007

Tentang Perkeretaapian, Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1992 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3479.

d) Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96,

Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 502.

e) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 63

Tahun 2019 Tentang Standar Pelayanan Minimum Angkutan

Orang Dengan Kereta Api


13

f) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1963

Tentang Pendirian Perusahaan Negara Kereta Api

g) Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2014 Tentang

Perlindungan Konsumen dalam Pelaksanaan Kegiatan Usaha

Perdagangan

2) Bahan Hukum sekunder

Bahan Hukum Sekunder adalah bahan-bahan yang menjelaskan bahan

hukum primer untuk dapat membantu menganalisis dan memahami

bahan hukum primer, seperti buku-buku dan literatur-literatur tentang

perdata atau perkeretaapian, hasil-hasil penelitian, hasil seminar, hasil

karya dari kalangan hukum, serta dokumen-dokumen lain yang

berkaitan dengan Perkeretaapian.

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan Hukum Tersier adalah bahan-bahan seperti Internet, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, serta Kamus Hukum yang menjelaskan dan

memberikan bantuan terhadap terhadap Bahan Hukum Sekunder dan

Bahan Hukum Primer.

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan terhadap

penelitian ini, maka penulis menggunakan suatu bahan hukum yang berupa

studi documenter dan metode studi kepustakaan yang dibantu oleh teknologi
14

melalui media elektronik dan media lainya. Studi menggunakan documenter

merupakan suatu metode dengan menggunakan cara penulis mengumpulkan

bahan hukum untuk dianalisis. Sedangkan metode studi kepustakaan,yaitu

melakukan penelusuran materi-materi hukum seperti Peraturan Perundang-

Undangan yang sudah berlaku, jurnal, buku, serta temuan penelitian yang

relevan, yang telah diselesaikan dangan cara membaca,merekam,mengutip,

dan mencari melalui media internet, serta permasalahan yang akan dibahas

didalam penelitian ini.11

Teknik pengumpulan bahan tambahan meliputi studi

kepustakaan/studi dokumen wawancara dan serta daftar bacaan

(kuesioner),dan pengamatan (observasi). Studi Lapangan Penelitian dengan

studi lapangan dilakukan dengan wawancara bersama Supervisor Customer

Care yaitu Bapak Ahmada dengan menggunakan daftar pertanyaan

(Kuesioner) untuk mendapatkan data sebagai informasi terkait permasalahn

yang diteliti. Dengan tujuan untuk mendapatkan informasi secara langsung

dan mendeskripsikan serta mendaptkan data untuk memperkuat hasil dari

penelitian.

11
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika, 2008 hlm. 18-
19
15

4. Analisis dan Pengelolaan Bahan Hukum

Metode yang akan digunakan penulis untuk menganalis data pada

penelitian ini dengan mendskripsikan secara deskriptif data sekunder dan data

primer yang telah terkumpul pada topic-topik penelitian ini, berdasarkan

Undang-Undang yang bersangkutan, serta rincian hasil penelitian dan

wawancara, maka penulis akan menggunakan metode kualitatif untuk

menganalisis data dalam penelitian ini. Metode deskriptif kualitatif ini

bertujuan untuk memahami, serta menggambarkan, mencatat dan

menginterpretasikan suatu kondisi atau fenomena yang sedang terjadi atau

berlangsung. 12 Selain itu data-data yang telah dikumpulkan akan diproses

dengan meninjau sumber daya kepustakaan sebelumnya, setelah itu catatan

tentang bahan pustaka yang sebelumnya digunakan akan menghasilkan.

Semua informasi yang telah dikumpulkan akan disusun ke dalam kelompok-

kelompok dan disususn secara metodis setelah diperiksa kelengkapan,

kejelasan, dan penerepanya terhadap isu-isu dalam penelitian ini.

Teknik yang digunakan untuk menelaah dan mengolah data yang

terkumpul adalah analisis kualitatif. Tujuan pendekatan ini adalah untuk

menyajikan gambaran tentang isu-isu terkini bersadarkan perspektif hukum


13
normatif. Dengan metode ini,data yang dikumpulkan yaitu data

12
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,
2015, hlm. 66.
13
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta,
2016, hlm. 43
16

sekunder,akan dikatalogkan dan diatur dalam deskripsi rinci analis. Mengikuti

proses penelitan dan penyusuan secara metodis.14

14
Ibid., hlm. 44
BAB II
LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN UMUM TENTANG
KONSUMENATAS JASA PT.KERETA API INDONESIA (PERSERO) DIVRE
III PALEMBANG

A. Landasan Teori

Dalam mengkaji dan menganalisis permasalahan tentang kedudukan hukum,

Implementasi Penanganan Pengaduan Konsumen Atas Jasa PT.KAI (Persero)

Divre III Palembang, maka penulis menggunakan kerangka teori yaitu sebagai

berikut:

1. Teori Perjanjian

Pasal 1313 KUHPerdata mengatur bahwa perjanjian adalah suatu

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap

satu orang lainya. Pasal ini menerangkan tentang adanya dua pihak yang

saling mengikatkan diri. Subekti mengemukakan bahwa perjanjian adalah

suatu pristiwa dimana sesworang berjanji kepada seseorang atau yang dimana

dua orang tersebut saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.15

Menurut Sudikno Mertokusomo, perjanjian adalah suatu hubungan

hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk

menimbulkan akibat hukum. Maksudnya yaitu hak dan kewajiban yang

mengikat kedua belah pihak untuk dipatuhi dan dilaksanakan harus

15
Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai
1456 BW,Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2011, hlm 63

17
18

diputuskan oleh kedua belah pihak tersebut. Tujuan perjanjian adalah untuk

menetapkan akibat hukum, yaitu hak dan kewajiban, sehingga apabila

dilanggar aka nada akibat hukum bagi pelakunya.16

2. Teori Tanggung Jawab Perdata

Tanggung jawab merupakan syarat menurut kamus hukum, bagi

seseorang untuk memenuhi kewajibanya sebagai bentuk dari tanggung

jawab.17 Definisi hukum mengenai tanggung jawab didefinisikan sebagai hasil

dari kebebasan seseorang sehubungan dengan aktivitasnya yang sesuai

moralitas atau etika.18

Menurut Hans Kelsen dalam teorinya terkait dengan tanggung jawab

hukum menyatakan bahwa seseorang harus bertanggung jawab secara hukum

atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum

subyek berarti dia yang bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal

perbuatan yang bertentangan. 19 Prinsip dasar pertanggung jawaban atas dasar

kesalahan mengandung arti bahwa seseorang harus bertanggung jawab karena

telah melakukan kesalahan karena merugikan orang lain. Sebaliknya prinsip

tanggung jawab risiko adalah bahwa konsumen penggugat tidak diwajibkan

16
Sudkino Mertokusomo, Hukum Acara Perdata Indonesia Edisi Revisi,Yogyakarta, Liberty
Yogyakarta, 2012, hlm 103
17
Andi Hamzah, Kamus Hukum, Makassar,Ghalia Indonesia,2015, hlm. 70.
18
Soekidjo Notoatmojo, Etika dan Hukum Kesehatan, Jakarta Rineka Cipta, 2017, hlm. 11.
19
Hans Kelsen dan Raisul Muttaqien, Hukum dan Negara: Seri Teori Hukum Murni,
Jakarta,Nusa Media,2021, hlm 52
19

lagi melainkan pelaku usaha tergugat langsung bertanggung jawab sebagai

risiko usahanya.

3. Teori Ganti Rugi


20
Menurut Pasal 1243 KUH Perdata. Kewajiban debitur untuk

mengganti kreditur atas kerugian yang dideritanya sebagai akibat dari

kelalaian debitur dalam wanprestasi merupakan fokus dari pengertian ganti

rugi perdata yang lebih menekankan pada ganti rugi karena tidak dipenuhinya

suatu perjanjian. Ganti rugi yang muncul karena wanprestasi, jika ada pihak-

pihak dalam perjanjian yang tidak melaksanakan komitmennya yang sudah

dituangkan dalam perjanjian, maka menurut hukum dia dapat dimintakan

tanggung jawabnya, jika pihak lain dalam perjanjian tersebut menderita

kerugian karenanya. 21 Kompensasi dapat diberikan melalui beberapa cara,

antara lain ganti rugi dalam bentuk (kerugian, bunga, dan biaya, pelaksaan

perjanjian ganti rugi, dan pembatalan perjanjian timbal balik tanpa ganti rugi.

M.A. Moegni Djojodirjo berpendapat bahwa sangat penting untuk

mempertimbangkan bahwa apakah seseorang yang mengajukan tuntutan ganti

rugi karena wanprestasi atau karena perbuatan melawan hukum. Menurut

Moegni, akan ada perbedaan dalam pembebanan pembuktian, perhitungan

kerugian, dan bentuk ruginya antara tuntutan wanprestasi dan perbuatan

melawan hukum.

20
Subekti, KUH Perdata, Jakarta: PT. AKA, cet. Ke-37, 2015, hlm. 324.
21
Munir Fuady, Konsep Hukum Perdata, Cetakan Pertama ,Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2014, hlm. 223.
20

B. Tinjauan Umum Tentang Konsumen Kereta Api

1. Pengertian Konsumen Kereta Api

Pengertian konsumen menurut Philip Kotler dalam bukunya Principles

Of Marketing adalah semua individu dan rumah tangga yang memperoleh

barang ataupun jasa untuk dikonsumsi pribadi. 22 Dalam Undang-Undang

Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen, konsumen diartikan sebagai orang yang menggunakan barang

atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, guna untuk kepentingan pribadi,

keluarga ataupun makhluk hidup lainya. Namun pendapat lain juga

menjelaskan bahwa konsumen adalah setiap pribadi atau kelompok yang

menjadi pembeli ataupun pengguna jasa, yang menggunakan suatu produk

ataupun yang menikmati pelayanan demgan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan sehari hari. 23 Konsumen kereta api dapat diartikan sebagai

individu atau kelompok yang menggunakan jasa angkutan kereta api sebagai

penikmat jasa angkutan tersebut. Berdasarkan Pasal 12 Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian menyatakan bahwa

“Pengguna jasa adalah setiap orang dan/atau badan hukum yang

menggunakan jasa angkutan kereta api, baik untuk angkutan orang maupun

22
Philip Kotler, Principles Of Marketing, Jakarta. Erlangga, 2000, hlm 166
23
Az Nasution, Hukum Dan Konsumen, Jakarta. Pustaka Sinar Harapan, 2001, hlm 45
21

barang”. Maksud pengguna jasa yang dijelaskan di dalam Pasal tersebut

adalah konsumen pengguna angkutan kereta api

Kepuasan konsumen terhadap jasa pelayanan angkutan kereta api

berkaitan dengan pengalaman yang dirasakan konsumen saat menggunakan

jasa angkutan kereta api yang terdiri dari kenyamanan yang dirasakan

selama perjalanan kebersihan dan fasilitas lainya. Hal ini ditunjukan dengan

kembalinya konsumen dengan mengulang menggunakan jasa angkutan

kereta api dengan jarak dekat ataupun jauh.

Konsumen atau penumpang angkutan kereta api berbeda dari

konsumen atau penumpang transportasi lainnya karena mereka memilih

layanan kereta api karena cepat, nyaman, dan aman. Namun, bentuk

perjalanan darat lainnya tidak dapat diprediksi karena banyak masalah

perjalanan yang tidak terduga. Sedangkan angkutan darat lainnya tidak bisa

di prediksi dikarenakan terdapat banyak masalah yang tidak terduga selama

perjalanan. Penawaran jasa perusahaan angkutan kereta api berdampak

signifikan terhadap kepuasan konsumen jika layanan yang diberikan

melampaui harapan, pelanggan akan merasakan kenyamanan dan keamanan.

2. Hak Dan Kewajiban Konsumen Kereta Api

Van Apeldoorn menyatakan bahwa hak adalah kekuasaan yang oleh

hukum diberikan kepada seseorang dan yang menjadi tantanganya adalah

kewajiban orang lain untuk mengakui kekuasaan itu Hak dan kewajiban.
22

24
sedangkan kewajiban adalah beban yang diberikan kepada subyek

hukum. Oleh karena itu hak dan kewajiban konsumen telah diatur didalam

Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen.25 yang menyebutkan :

“Hak Konsumen:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, serta keselamatan saat

mengkonsumsi barang ataupun jasa

Konsumen kereta api sebagai Kosnumen pengguna jasa kereta

api memiliki hak untuk mendaptkan rasa nyaman,aman dan berhak

mendapatkan keselamatan dalam menggunakan jasa angkutan kereta

api. Kenyamanan,keamanan dan keselamatan tersebut harus

diupayakan dan diwujudkan oleh PT.KAI sebagai pelaku usaha, maka

PT KAI telah memenuhi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen.

b. Hak untuk memilih barang ataupun jasa serta mendapatkan barang

dana tau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi yang telah

dijanjikan

Konsumen kereta api berhak untuk memilih mengguna jasa

kereta api PT.KAI (Persero) Divre III Palembang. Konsumen bebas

untuk memilih terkait dengan dengan pemilihan kursi,gerbong kereta


24
Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Pradnya Paramita, 2004, hlm 53
25
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, Tentang “Perlindungan Konsumen”. Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3821
23

api, dan penumpang berhak mendapatkan fasilitas sesuai dengan

jaminan yang diberikan.

c. Hak atas informasi yang jelas, benar dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang ataupun jasa

Konsumen kereta api berhak untuk mendaptkan informasi yang

jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan kereta api. Informasi

yang wajib dibagikan oleh pelaku usaha yaitu PT.KAI Divre III

Palembang melalui website ataupun sosial media lainya harus sesuai

dengan kondisi yang sebenarnya. Penumpang berhak mendaptkan

informasi mengenai jumlah tikey yang masih tersedia pada setiap jam

keberangkatan kereta api, sehingga tidak banyak penumpang yang

kecewa, dan juga PT.KAI Divre III Palembang wajib untuk

memberikan informasi terbaru tentang syarat dan ketentuan naik

kereta api apabila ada persyaratan terbaru.

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhanya atas barang ataupun jasa

yang telah digunakan

Konsumen kereta api berhak untuk menyampaikan

keluhan,kritik,serta saran dari konsumen angkutan kerea api, apabila

keluhan,serta kiritk dan saran dari konsumen angkutan kereta api

banyak diberikan ke PT.KAI Divre III Palembang, maka PT.KAI

Divre III Palembang harus berupaya untuk memperbaiki keluhan,kritik


24

dan saran dari konsumen agar konsumen nyaman dan aman saat

menaiki kereta api.

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, serta upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut

Dalam Pasal 27 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945 menyatakan “Bahwa setiap warga

Negara bersamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan wajib

menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak kecualinya”.

Pasal tersebut merupakan Pasal perlindungan hukum terhadap

konsumen

f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikian konsumen

Konsumen memiliki hak untuk mendapatkan pembinaan dan

pendidikan konsumen terkait dengan hak dan kewajiban

konsumen,serta hal-hal lain yang berkaitan dengan konsumen.

g. Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan tidak

diskriminatif

Konsumen memiliki hak untuk tidak mendapatkan perlakuan

yang diskriminatif, perlakuan diskriminatif dapat berupa diskriminasi

jenis kelamin.orang-orang yang difabel,dan perlakuan diskrimatif

lainya.
25

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi atau penggantian

apabila barang ataupun jasa yang didapatkan tidak sesuai dengan

perjanjian

Penumpang kereta api sebagai pengguna jasa memiliki hak

untuk mendapatkan ganti rugi apabila kondisi yang dialami oleh

konsumen tidak sesuai dengan apa yang diperjanjikan oleh PT.KAI

Divre III Palembang.

i. Hak-hak yang diatur didalam ketentuan peraturan Perundang-

Undangan lainya.”

Penumpang sebagai konsumen pengguna jasa kereta api

memiliki hak-hak lain yang diatur didalam peraturan Perundang-

Undangan lain selain Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen seperti Undang-Undang dasar Republik

Indonesia Tahun 1945 serta Undang-Undang lainya.

Hak untuk konsumen kereta api juga diatur didalam Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian.26 adalah sebagai berikut:

a. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan tiket yang telah dibeli, konsumen

berhak mendapatkan pelayanan serta fasilitas yang memadai dan

nyaman di dalam kereta api.

26
Undang-Undang No.23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 47. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 347
26

b. Memperoleh bukti transaksi pembelian tiket, konsumen berhak

mendapatkan bukti transaksi sebagai bukti bahwa konsumen telah

membeli tiket.

c. Mendapatkan tiket pengganti apabila terdapat gangguan, konsumen

berhak mendaptkan kompensasi apabila disaat konsumen membeli tiket

kereta api mengalami gangguan

d. Dapat melakukan perubahan jadwal dan pembatalan tiket, konsumen

berhak melakukan perubahan jadwal keberangkatan kereta api maksimal

H-1 hal ini telah diatur didalam Pasal 133 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian.

Kewajiban konsumen kereta api adalah sebagai berikut :

a. Konsumen memiliki kewajiban untuk membayar biaya pengangkutan

b. Konsumen wajib memiliki tiket atau e-boarding pass untuk melakukan

perjalanan menggunakan kereta api

c. Konsumen wajib mengisi data pribadi secara benar dan jujur

d. Konsumen wajib mengikuti syarat dan ketentuan yang berlaku untuk

naik kereta api

Bahwa dengan adanya penumpang telah melakukan pembelian tiket

naik kereta api dan penumpang memiliki tiket, yang mana hal ini

menunjukan kata sepakat, yang mana hal tersebut membuat suatu hubungan
27

hukum berupa hak dan kewajiban penumpang angkutan kereta api dalam

menggunakan angkutan kereta api.

3. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Kereta Api

Perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus

diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan keamanan, dari

berbagai gangguan maupun ancaman dari pihak manapun. Negara telah

mengatur dalam bentuk peraturan Perundang-Undangan khusus mengenai

kereta api yakni dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang

Perkeretapian. Dalam konsepnya perlindungan hukum berfungsi untuk

memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia, penumpang dapat

disebut juga dengan Kosnumen berdasarkan pengertian konsumen dalam

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

bahwa Kosnumen adalah setiap orsng yang menggunakan barang ataupun

jasa yang tersedia dalam masyarakat,baik bagi kepentingan diri

sendiri,keluarga,orang laun,maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk di

perjual belikan.

Perlindungan hukum bagi masyarakat dibagi sebagai berikut :

1. Perlindungan hukum preventif, yaitu suatu jenis pembelaan

hukum yang diambil sebagai tindakan proaktif atau berhenti

sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Dengan

menggunakan Peraturan Perundang-Undangan sebagai dasar


28

atau tindakan, Negara untuk mengatur semua masalah yang

berkaitan dengan pengetahuan tentang prinsip,tujuan,hak dan

kewajiban yang berkaitan dengan sarana transportasi,

perkeretaapian, serta penumpang.

2. Perlindungan hukum represif,yaitu bentuk perlindungan hukum

dimana lebih diajukan penyelesaian sengketa. Perlindungan

hukum represif dalam kereta api dapat diselesaikan oleh pihak

kemanan kereta api seperti polsuska atau penengak hukum lain

yang berkaitan seperti polisi sector,resort dan juga pengadilan

negeri.

Prinsip perlindungan hukum yang berfungsi memberikan pengayoman

kepada penumpang, perlindungan konsumen yang terkandung didalam Pasal

1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

menyebutkan bahwa. 27 “Segala upaya yang menjamin adanya kepastian

hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”. Sebagai

penumpang kereta api, pelayanan menjadi fokus perlindungan konsumen.

27
Pasal 1 Undang-Undang No.23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 47. Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 347
29

Setiap tenaga kerja atau prestasi yang disediakan oleh masyarakat dan

digunakan oleh pelanggan adalah apa yang dimaksud dengan istilah jasa.28

Dalam ketentuan Pasal 19 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlidungan Konsumen menyatakan bahwa pelaku usaha

bertanggung jawab atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian

konsumen yang diakibatkan oleh konsumsi produk atau jasa yang diperoleh

konsumen tersebut. 29

Pemerintah telah memberlakukan undang-undang dengan peraturan

ketat yang mengatur perlindungan hukum penumpang kereta api.

Perlindungan ini mencakup semua hak konsumen, memastikan bahwa

mereka yang menggunakan jasa transportasi kereta api dilindungi oleh

undang-undang ini. PT. KAI (Persero) Divre III Palembang dituntut untuk

memenuhi persyaratan rumusan Undang-undang tersebut di atas dan

berupaya untuk melaksanakannya secara konsisten di seluruh kurikulum

Perusahaan.

Konsumen kereta api perlu dilindungi dikarenakan seperti yang

dijelaskan di dalam Pasal 4 huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen yang menyatakan bahwa “Hak atas


28
Tetuko Bayu Aji.Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Jasa Transportasi Kereta Api
Prameks (Prambanan Ekspress). Skripsi. Surakarta.Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Surakarta,2018. Hlm 5-6
29
Denata Kurniawan,B. Rini Heryanti,Dharu Triasih, Implementasi Undang-Undang
Perlindungan Konsumen terhadap Penumpang Jasa Transportasi PT.KAI Daerah Operasi 4
Semarang, Semarang Law Review,Jurnal HukumVolume 3 Nomor 1, 2022, hlm 4-5
30

kenyamanan, keamanan, serta keselamatan saat mengkonsumsi barang

ataupun jasa”. Oleh karena itu konsumen kereta api perlu dilindungi oleh

hukum dan seperti yang dijelaskan diatas bahwa konsep perlindungan

hukum berfungsi untuk memberikan pengayoman kepada hak asasi

manusia.

C. PT. KAI (Persero) Divre III Palembang sebagai Pelaku Usaha Jasa

Perkeretaapian

1. Profil PT. KAI (Persero) Divre III Palembang

PT.KAI (Persero) Divre III Palembang merupakan badan usaha milik

negara Indonesia yang menyelenggarakan pengangkutan menggunakan

angkutan kereta api. Layanan PT.KAI (Persero) Divre III Palembang ini

meliputi dengan layanan penumpang dan layanan angkutan barang seperti

batu bara, paket, dan minyak, Peraturan mengenai pengangkutan

menggunakan kereta api telah diatur didalam Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian. 30 Dasar hukum pendirian PT.KAI

(Persero) Divre III Palembang berdasarkan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1963 Tentang Pendirian Perusahaan

Negara Kereta Api dan mulai beroperasi pada tahun 2010

Susunan organisasi PT.KAI (Persero) Divre III Palembang terdiri dari :

30
Undang-Undang No.23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 47. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 347
31

1) Atasan PPID

2) PPID Pusat

-Petugas Pelayanan Informasi

-Staf Petugas Pelayanan Informasi

3) PPID Pelaksana Daerah

-PPID Pelaksana Daerah-Daerah Operasi

-Petugas Pelayanan Informasi

4) PPID Pelaksana Daerah Divisi Regional

-Petugas Pelayanan Informasi

Selain itu juga PT.KAI (Persero) Divre III Palembang memiliki visi

dan misi sebagai berikut :

Visi

Menjadi PPID Yang informatif dan Profesional

Misi

Menyelenggarakan pelayanan informasi perusahaan untuk informasi yang

akurat, akuntabel, dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Hak dan Kewajiban PT.KAI Divre III Palembang

Hak PT.KAI (Persero) Divre III Palembang sebagai pelaku usaha

pengangkutan telah diatur didalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 yang menyatakan bahwa :


32

“Hak pelaku usaha:

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan

mengenai kondisi dan nilai tukar barang dana tau jasa yang

diperdagangkan

b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari Kosnumen yang tidak

beritikad baik

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutya didalam penyelesaian

hukum sengketa konsumen

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum

bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barag dana tau jasa

yang diperdagangkan

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang undang

lainya”

Ketentuan mengenai hak-hak PT.KAI (Persero) Divre III

Palembang juga diatur didalam Pasal 90 Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian yag menyebutkan :

a. Mengatur dan mengendalikan dan menagawasi perjalanan kereta api

b. Menghentikan pengoperasian saranan perkeretaapian apabila

membahayakan kereta api

c. Melakukan penertiban terhadap pengguna jasa layanan kereta api

yang tidak memenuhi persyaratan sebagai pengguna jasa kereta api di

stasiun
33

d. Mendahulukan perjalanan kereta api di perpotongan sebidang jalan

e. Menerima pembayaran dari prasarana pengunaan perkeretaapian

f. Menerima ganti kerugian atas kerusakan prasaran perkeretaapian

yang disebabkan oleh kesalahan penyelenggaraan yang disebabkan

oleh kesalahan penyelenggara sarana perkeretaapian atau pihak

ketiga

Kewajiban PT.KAI (Persero) Divre Palembang telah diatur

didalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen yang menyatakan bahwa :

“Kewajiban pelaku usaha

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya

b. Memberikan informasi yang benar,jelas dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan atau jasa serta memberi penjelasan

penggunan,perbaikan,dan pemeliaraan

c. Memperlakukan dan melayani konsumen secara benar dan jujur serta

tidak diskrimiantif

d. Menjamin mutu barang dan ataupun jasa yang diproduksi ataupun

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dana tau

jasa yang berlaku

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dana tau

mencoba barang ataupun jasa serta memberi jaminan garansi atau

barang yang diperdagangkan


34

f. Memberi kompensasi,ganti rugi,dana tau penggantian atas kerugian

akibat penggunaan,pemakaian, dan pemanfaatan barang ataupun jasa

yang diperdagangkan.

g. Memberi kompensasi, ganti rugi dana tau penggantian apabila barang

dan atau jasa yang diperjanjikan tidak sesuai dengan perjanjian”

3. Jasa Layanan Pengaduan Pada PT. KAI Divre III Palembang

Jasa layanan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas atau upaya yang

dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk memenuhi kebutuhan atau

keinginan konsumen dengan memberikan dengan memberikan suatu

pelayanan atau jasa yang dibutuhkan, adapun pengertian mengenai jasa

layanan pengaduan yaitu proses penerimaan pengaduan dari konsumen

pengaduan yang diberikan oleh PT. KAI (Persero) Divre III Palembang

dalam menerima pengaduan-pengaduan yang diberikan oleh konsumen

pengguna jasa angkutan kereta api adalah sebagai berikut:

1. Dengan cara melakukan pengaduan lewat telepon dengan cara

menghubungi nomor telepon: (0711) 342820 untuk melakukan

pengaduan

2. Dengan cara menuliskan pesan tertulis lewat email

pengaduan@kai.id

3. Dengan cara mengirim pesan lewat twitter @keretaapikita,dan

sosial media lainya seperti facebook Kereta Api Indonesia


35

4. Dengan cara melakukan pengaduan melalui website https://kai.id/

5. Dengan cara menemui customer service yang berada di stasiun-

stasiun besar seperti stasiun Kertapati Palembang.

Konsumen dapat menghubungi salah satu kontak diatas apabila ingin

melaporkan keluhan atau pengaduan masalah terkait dengan layanan

fasilitas kereta api di wilayah PT. KAI (Persero) Divre III Palembang.

Tim pengaduan PT. KAI akan menanggapi dan memberikan solusi untuk

mengatasi masalah pengaduan tersebut.


BAB III
IMPLEMENTASI PRINSIP PENANGANAN PENGADUAN KONSUMEN
ATAS JASA PT.KERETA API INDONESIA (PERSERO) DIVRE III
PALEMBANG

A. Penerapan Prinsip Penanganan Pengaduan Konsumen Atas Jasa Layanan

PT. KAI (Persero) Divre III Palembang

1. Landasan Hukum Penerapan Prinsip Penaganan Pengaduan

Konsumen Atas Jasa Layanan PT. KAI (Persero) Divre III

Palembang.

Penyelenggaraan angkutan kereta api pada dasarnya sama dengan

penyelenggaraan pengangkutan darat lainya, yang diawali dengan adanya

suatu perjanjian pengangkutan antara penumpang dan pihak

penyelenggara pengangkutan, para pihak dalam perjanjian pengangkutan

masing-masing memiliki hak dan kewajiban serta tanggung jawab yang

harus dipenuhi.

Penerapan prinsip penanganan pengaduan konsumen merupakan

bentuk dari pertanggungjawaban PT.KAI dalam memenuhi tanggung

jawabnya, penerapan prinsip penanganan pengaduan konsumen atas jasa

layanann PT. KAI (Persero) Divre III Palembang ini berdasarkan Pada

Pasal 4 ayat (4) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen yang menyatakan bahwa “Hak untuk didengar

36
37

pendapatnya terhadap barang/jasa yang digunakan”.Oleh karena itu

konsumen memiliki hak untuk keuhanya di dengar oleh pelaku usaha oleh

sebab itu pengaturan tentang prinsip penanganan pengaduan konsumen

terhadap PT.KAI Divre III Palembang telah diatur di dalam Undang-

undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Prinsip

penanganan pengaduan konsumen telah diatur juga di dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 56 Tahun 2014 tentang Perlindungan Konsumen

dalam Pelaksanaan Kegiatan Usaha Perdagangan. Selain itu juga PT. KAI

(Persero) Divre III Palembang juga merujuk pada Peraturan Direktur

Utama PT.KAI (Persero) Nomor PER.06/DU/04/2017 Tentang Tata Cara

Penyelesaian pengaduan Konsumen di PT.KAI (Persero).

Peraturan-peraturan tersebut diatur mengenai hak-hak konsumen untuk

mengajukan pengaduan terkait dengan pelayanan yang diberikan oleh

PT.KAI (Persero) Divre III Palembang, dan juga PT.KAI (Persero) Divre

III Palembang harus memastikan bahwa pengaduan konsumen harus

ditanggapi dengan cepat,professional,dan tepat. Dalam menangani

pengaduan dari konsumen pengguna angkutan kereta api, PT.KAI

(Persero) Divre III Palembang selalu memprioritaskan prinsip

transparansi,keadilan dan kepuasan konsumen, Bapak Ahmada selaku

supervisor Stasiun Kertapati Palembang menjelaskan bahwa PT.KAI

(Persero) Divre III Palembang selalu memantau dan mengevaluasi


38

pelaksaan pengaduan konsumen untuk memastikan bahwa prinsip tersebut

terpenuhi. 31

Standarisasi pelayanan yang dilakukan oleh PT.KAI Divre III

Palembang sangat diperlukan sebagai perangkat indepeden yang

menjembatanai harapan konsumen untuk memperoleh layanan ketika

menggunakan fasilitas umum. Standarisasi pelayanan juga diperlukan oleh

PT.KAI Divre III Palembang dan para pembuat kebijakan yang

berwenang membuat peraturan-peraturan mengenai penggunaan fasilitas

umum. 32 Arti penting penerapan standar pelayanan minimum adalah

karenan adanya kesenjangan harapan harapan konsumen dengan

palayanan yang diberikan penyelenggara sarana dan prasarana

perkeretaapian. Standar pelayanan minimum merupakan suatu keniscaya

yang harus dipenuhi oleh penyedia layanan. 33 Maksud ditetapkanya

standar pelayanan minimum adalah untuk meningkatkan pelayanan

kepada pengguna jasa, menjadi acuan bagi penyedia layanan, regulator

dan konsumen dalam mengukur tingkat pelayanan serta menjadi

instrumen dalam upaya meningkatkan pelayanan secara

berkesinambungan, Standar pelayanan minimum ini diatur didalam

31
Hasil wawancara dengan Bapak Ahmada selaku Supervisor Stasiun Kertapati Palembang,
Kamis 16 Februari 2023
32
Taufik Hidayat. Regulasi, Keselamatan dan Pelaayanan perkeretaapian Indonesia.Jakarta,
Indonesia Railway Watch. 2011. Hlm 155
33
Taufik Hidayat. Hak dan Kewajiban Penumpang KA. Majalah KA. Januari 2009
39

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 48 Tahun 2015 Tentang

Standar Pelayanan Minimum Orang Dengan kereta Api.

Berdasarkan landasan diatas dapat diihat bahwa prinsip penanganan

pengaduan konsumen didasarkan pada hak konsumen, yang diatur

didalam Undang-Undang serta Peraturan-Peraturan yang dibuat oleh

Pemerintah agar konsumen mendapatkan hak-haknya. Sebagaimana

penjelasan diatas menunjukan bahwasanya PT.KAI Divre III Palembang

selaku angkutan fasilitas umum wajib untuk mematuhi Peraturan serta

Undang-Undang yang berlaku hal ini menunjukan bahwa PT.KAI Divre

III Palembang memenuhi unsur tanggung jawab terhadap konsumen

pengguna angkutan kereta api hal ini dapat dilihat dari penjelasan diatas

bahwa PT.KAI Divre III Palembang bertanggung jawab terhadap

konsumen angkutan kereta api.

2. Mekanisme Penerapan Prinsip penanganan Pengaduan Konsumen

Atas Jasa Layanan PT. KAI (Persero) Divre III Palembang

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang

Perkeretaapian menjelaskan bahwa. “Selain untuk mendorong pemerataan,

pertumbuhan, stabilitas, dan penggerak pembangunan nasional,

perkeretaapian dirancang untuk memudahkan pergerakan orang dan/atau

barang dalam skala besar yang dilakukan secara aman, nyaman, cepat,

tepat, teratur, dan cara yang efisien..” Meskipun telah dijelaskan didalam
40

Undang-Undang diatas pengertian dari kereta api masih banyak

konsumen yang mengeluhkan tentang fasilitas, pelayanan, serta

kenyamanan, yang menajdi keluhn konsumen angkutan kereta api,oleh

karena itu PT.KAI (Persero) Divre III Palembang menyediakan

mekanisme tata cara melakukan pengaduan sebagai berikut :

1. Pengaduan dilakukan oleh konsumen melalui hotline, email, atau

melalui formulir pengaduan yang tersedia di loket atau gerbong

kereta api.

2. Petugas customer service akan menerima pengaduan dan mencatat

detil pengaduan serta identitas pelapor.

3. Pengaduan akan diarahkan ke unit terkait, seperti bagian hubungan

masyarakat atau bagian operasional kereta api.

4. Unit terkait akan menyelesaikan pengaduan dengan melakukan

investigasi dan mengambil tindakan yang sesuai.

5. Hasil penyelesaian pengaduan akan disampaikan kepada pelapor

melalui surat atau email.

6. Apabila pelapor masih tidak puas dengan penanganan pengaduan,

maka dapat mengajukan banding ke bagian manajemen atau otoritas

yang berwenang untuk menyelesaikan masalah tersebut.


41

Bagan 1. Alur Pengaduan Konsumen Angkutan Kereta Api PT.KAI

(Persero) Divre III Palembang

Pelapor

Formulir Hotline
KAI 121

Customer Service KAI-121

Customer Service Jika Keluhan Dapat


Menerima Pengaduan Dari Diselesaikan Oleh KAI 121
Konsumen Maka Masalah Dianggap
tuntas
Customer Service
Membantu Menyelesaikan Jika Keluhan Tidak Dapat
Pengaduan Yang Di Diselesaikan Oleh KAI 121
Terima Maka Akan Diterusksan
Melalui Whatsapp Ataupun
Email
Jika Keluhan
Membutuhkan Penanganan
Lebih Lanjut Maka Setelah Keluhan Ditindak
Customer Service Akan Lanjuti Oleh KAI 121
Meneruskan Laporan Akan Menyampaikan
Keluhan Melalui CRM Informasi Tindak Lanjut
(Customer Relation Kepada Pelapor Hingga
Management) Selesai Dan Tuntas

Setelah Keluhan Di Tindak


Lanjuti Hasil
Koordinasinya Akan
Disampaikan Oleh Contact
Center KAI-121
Menyampaikan Informasi
Tindak Lanjuti Kepada
Pelapor
42

Bapak Ahmada juga menjelaskan Kewajiban PT KAI sebagai

penyelenggara pengangkutan yaitu memberikan pelayanan, dan memberikan

fasilitas kepada konsumen, PT KAI selaku pelaku usaha, sudah berusaha

untuk melakukan kewajibanya seperti memberikan pelayanan,fasilitas,serta

menerima kritik dan saran, maupun pengaduan dari konsumen.

Pengaduan yang dimaksud adalah pengaduan tentang

pelayanan,fasilitas maupun peraturan pemerintah yang membuat syarat dan

ketentuan menjadi berubah-rubah, karena pengaduan konsumen tersebut PT

KAI menyediakan layanan customer service yang tersedia di stasiun-satisun

besar seperti PT.KAI Divre III Palembang (Persero) layanan customer service

nya berada di stasiun Kertapati, dalam menindak lanjuti pengaduan dari

konsumen PT.KAI memiliki website milik PT.KAI sendiri yang bernama

CRM (Customer Relationship Management) website ini berfungsi untuk

menginput data-data seperti masukan,saran, pengaduan,dan kritik, berikut

contoh gambar dari CRM :34

34
Hasil wawancara dengan Bapak Ahmada selaku Supervisor Stasiun Kertapati Palembang,
Kamis 16 Februari 2023
43

Gambar 1
Gambar Website Customer Relationship Management di Stasiun Kertapati
Palembang

Sumber : Stasiun Kertapati Palembang

Pengaduan yang di data dalam Customer Relationship Management

tersebut dibagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu :

1. Low

Dalam klasifikasi low (ringan) apabila penumpang tidak

memenuhi syarat dan ketentuan untuk naik kereta api lalu melapor

ke customer service maka keluahn tersebut masuk dalam

klasifikasi low.

2. Medium

Dalam klasifikasi medium (sedang) apabila penumpang

melaporkan bahwa dia lupa kata sandi aplikasi KAI-Access dan

ingin mengganti data diri maka hal tersebut masuk dalam

klasifikasi medium (sedang)


44

3. High

Dalam klasifikasi high (tinggi) apabila konsumen melaporkan

bahwa saat dia membeli tiket melalui KAI-Access dan setelah

melakukan pembayaran kode booking tidak muncul maka hal

tersebut masuk dalam klasifikasi high.35

Ketika sudah masuk dalam klasifikasi high pengaduan dari konsumen

maka pihak PT.KAI selaku penyelenggara angkutan akan bertanggung jawab

penuh dan meminta pihak terkait untuk menyelesaikan pengaduan tersebut

kurang lebih dari 24 jam. Hal ini menunjukan bahwa PT.KAI Divre III

(Persero) Palembang telah menerapkan Pasal 4 Huruf H Undang-Undang

Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999. 36 yang menyebutkan Hak

untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila

barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian

sebagaimana dengan mestinya.

Berdasarkan keterangan narasumber yaitu bapak Ahmada, bahwasanya

PT.KAI Divre III Palembang selaku pelaku usaha telah memenuhi bentuk

tanggung jawab yang mana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor. 8 tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen, terkhususnya dalam Pasal 19 ayat 1


35
Hasil wawancara dengan Bapak Ahmada selaku Supervisor Stasiun Kertapati Palembang,
Kamis 16 Februari 2023
36
Pasal 4 huruf h Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3821
45

yang menyatakan bahwa “Pelaku usaha ganti rugi atas kerusakan,

pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang

dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan” dan juga Hans Kelsen

juga menyatakan didalam teorinya tentang tanggung jawab menyatakan

bahwa seseorang harus bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan

tertentu, bahwasanya dia memikul tanggung jawab jawab hukum. 37

Tabel 2 Pengaduan Selesai Stasiun Divre III Palembang

NO Jenis Tahun Pengaduan


Pengaduan Selesai
2020 2021 2022

1 Kode Booking 365 425 300 1057


Tidak Muncul
2 Syarat 4.329 4.675 5.015 14.019
Perjalanan
KA/Vaksin
3 Pembatalan 2.865 2.995 3.425 9.285
Tiket

Sumber: Stasiun Kertapati Palembang

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa PT.KAI Divre III

Palembang menyelesaikan semua keluhan konsumen pengguna angkutan

kereta api dan bertanggungjawab menyelesaikan keluhan tersebut,Menurut

Teori tanggung jawab bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan oleh

PT.KAI Divre III Palembang tentunya telah sesuai, dikarenakan sebagaimana

37
Hans Kelsen, Pure Theory of Law, Terjemah, Raisul Muttaqien, Teori Hukum Murni:
Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif, Cetakan Keenam, Bandung: Penerbit Nusa Media, 2008, hlm.
136.
46

dijelaskan diatas yang mana PT.KAI Divre III Palembang selaku

penyelenggara pengangkutan bertanggung jawab secara penuh atas keluhan

dari penumpang kereta api, serta menyelesaikan pengaduan dari penumpang,

dan juga sudah sejalan dengan teori ganti rugi yang mana dijelaskan didalam,

Pasal 19 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan


38
Konsumen .Yang menyatakan bahwa “Pelaku usaha harus mengganti

kerugian, ganti rugi, dan/atau kerugian pelanggan akibat penggunaan barang

dan/atau jasa yang diciptakan atau dialihkan.”, dalam hal ini sebagaimana

dijelaskan diatas, apabila terjadi kasus kode booking tidak muncul maka

PT.KAI bertanggung jawab secara penuh dan melakukan ganti rugi kurang

lebih dari 24 jam, tentu hal ini telah sesuai dengan teori tanggung jawab dan

ganti rugi.

B. Bentuk Pertanggungjawaban PT.KAI (Persero) Divre III Palembang

Dalam Menghadapi Pengaduan Dari Konsumen

1. Bentuk-Bentuk Pengaduan Yang Dilakukan Konsumen Atas Jasa

Layanan PT. KAI (Persero) Divre III Palembang

Sebagai penyelenggara pengangkutan yang menyediakan jasa layanan

transportasi kereta api, PT. KAI (Persero) Divre III Palembang tentu saja

memiliki banyak konsumen yang menggunakan layanannya setiap

38
Pasal 19 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, tentang “Perlindungan
Konsumen”. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3821
47

harinya. Sebagai konsumen, tentu tidak selalu semuanya berjalan lancar

dan terkadang terjadi keluhan atau ketidakpuasan yang perlu diadukan

kepada perusahaan. Beberapa bentuk pengaduan yang dilakukan

konsumen atas jasa layanan PT. KAI (Persero) Divre III Palembang antara

lain:

a. Pengaduan atas keterlambatan kereta api

Bentuk pengaduan jenis ini sering kali menjadi salah satu

keluhan utama dari konsumen pengguna jasa angkutan kereta api. Hal

ini disebabkan karena adanya jadwal kedatangan kereta yang tidak

tepat waktu. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya konsumen terutama

bagi konsumen yang memerlukan jasa angkutan tepat waktu seperti

yang harus bekerja atau mempunyai jadwal yang padat. Bapak

Ahmada menjelaskan bahwa keterlambatan kereta api jarang terjadi di

stasiun Kertapati Palembang hanya terjadi beberapa kali dalam


39
setahun. Bapak Ahmada juga menjelaskan meskipun stasiun

Kertapati Palembang jarang sekali terjadi keterlambatan, pihak stasiun

tetap memberikan pengumuman kepada penumpang apabila kereta api

mengalami keterlambatan.

39
Hasil wawancara dengan Bapak Ahmada selaku Supervisor Stasiun Kertapati Palembang,
Kamis 16 Februari 2023
48

b. Pengaduan atas Kualitas pelayanan

Pengaduan ini diberikan oleh PT. KAI (Persero) Divre III

Palembang dan menjadi salah satu hal yang diadukan oleh konsumen.

Misalnya, kurangnya fasilitas atau informasi yang diberikan oleh

petugas maupun masalah kebersihan yang kurang terawat. Pengaduan

masalah pembelian tiket melalui aplikasi KAI-Acces ketika konsumen

membeli tiket melalui aplikasi tersebut, setelah konsumen membayar

tidak muncul kode booking pemesanan yang dilakukan oleh

konsumen.

c. Pengaduan terkait kurangnya informasi

Informasi menjadi salah satu aspek penting yang diperlukan

oleh konsumen angkutan kereta api untuk menggunakan kereta api.

Adapun informasi terkait dengan syarat dan ketentuan untuk naik

kereta api selalu berubah-rubah. Perubahan syarat dan ketentuan

tersebut atas dasar regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Yang mana pada Pasal 7 huruf b Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa. 40 Pelaku

usaha wajib memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur

40
Pasal 7 huruf b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang perlindungan
Konsumen Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821
49

mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi

penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.

Berdasarkan pasal tersebut dapat diketahui bahwa informasi

adalah suatu hal yang penting dan harus disampaikan oleh penyedia

jasa secara jelas dan benar. Namun perubahan syarat dan ketentuan

yang selalu berubah-ubah mengakibatakan kerugian bagi konsumen

pengguna jasa kereta api dan bertentangan dengan pasal tersebut.

Sebagaimana beberapa jenis pengaduan diatas dapat diketauhi bahwa

pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa transportasi yaitu PT.KAI

Divre III terdapat beberapa kendala dalam praktek pelaksanaan

pengangkutan sehingga terdapat pengaduan yang disampaikan oleh

konsumen angkutan kereta api. Sehingga hal ini tidak sesuai dengan teori

perjanjian, dimana PT.KAI Divre III Palembang tidak melakukan

sebagaimana apa yang telah diperjanjikan atau dengan kata lain

wanprestasi. Hal ini bertentangan dengan Pasal 4 huruf a Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang menyatakan

“hak katas kenyamanan,keamanan, dan ke selamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa”. Karena konsumen merasa tidak

nyaman dikarenakan keterlambatan yang dilakukan oleh PT.KAI Divre III

Palembang.
50

2. Bentuk Pertanggungjawaban PT. KAI (Persero) Divre III Palembang

Atas Pengaduan Konsumen

Undang-Undang Perlindungan Konsumen merupakan bentuk

perlindungan konsumen di Indonesia, sebagai dukungan negara untuk

konsumen agar mendapatkan perlindungan hukum sebagai konsumen, fungsi

dari keberlakuan Undang-Undang Perlindungan Konsumen adalah untuk

mengatur keseimbangan antara konsumen dan pelaku usaha. Keseimbangan

tersebut ditunjukan melalui Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang

mengatur hak Kosnumen dan pelaku usaha, serta mengatur sanksi untuk

melengkapi keseimbangan didalamnya. Konsumen pengguna jasa kereta api

juga dilindungi oleh Undang-Undang Perlindungan Konsumen, karena

konsumen yang menggunakan jasa kereta api menimbulkkan suatu perikatan

antara konsumen dan PT.KAI sebagai pelaku usaha, maka oleh sebab itu

muncul hubungan hukum antara kedua belah pihak tersebut. 41 Perjanjian

pengangkutan yang dibuat tersebut tertera didalam tiket/karcis yang dibeli

oleh konsumen, dalam tiket atau karcis tersebut dijelaskan yang dimana

pengangkut mengingkatkan dirinya untuk menyelenggarakan pengangkutan

orang atau barang dengan selamat, sedangkan penumpang mengikatkan diri

dengan membayar biaya pengangkutan. 42 Terjadinya pengangkutan tersebut

antara penumpang dan pengangkut adalah pada waktu penumpang menerima

41
Mariam Darus Badrulzaman, dkk,Kompilasi Hukum Perdata, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2001,hlm 1
42
Purwosutjipto H.M.N. OP.cit hlm 60
51

tawaran umum yang dilakukan oleh PT.KAI selaku pihak pengangkut, yang

dilahirkan dengan cara melakukan pembelian tiket.43

Bapak Ahmada selaku supervisor Stasiun Kertapati Palembang

menjelaskan pengertian dari pelanggan adalah konsumen yang menikmati

suatu produk atau jasa yang di belinya, kereta api sebagai penyelenggara

angkutan memilki syarat dan ketentuan serta pertauran yang harus di patuhi

oleh konsumen pengguna jasa layanan kereta api, namun ketika konsumen

tersebut melanggar peraturan maka PT.KAI selaku pemberi jasa memberikan

sanski terhadap hal tersebut.44

Bapak Ahmada adapun jenis-jenis pertanggungjawaban yang

diberikan oleh PT.KAI (Persero) Divre III Palembang sebagai berikut :

1. Yuridis

Maksud dari tanggungjawab yuridis adalah PT.KAI menjelaskan

kepada konsumen pengguna angkutan bahwa peraturan-peraturan yang

dibentuk tersebut untuk mengatasi masalah hukum dengan

mempertimbangkan aturan yang telah ada, guna untuk menjamin

keadilan bagi masyarakat.

43
Benedictus Bismo Bintang Prakosa,“Tanggung Jawab Hukum Pt. Kereta Api Indonesia
Terhadap Kerugian Penumpang Akibat Kecelakaan Kereta Api”, Fakultas Hukum
Universitas Atma Jaya Yogyakarta Vol. No.2, 2015.
44
Hasil wawancara dengan Bapak Ahmada selaku Supervisor Stasiun Kertapati Palembang,
Kamis 16 Februari 2023
52

2. Sosiologis

Maksud tanggungjawab sosiologis adalah PT.KAI melakukan

pertimbangan terhadap konsumen pengguna angkutan yang tidak

memenuhi persyaratan untuk naik kereta api,misalnya ketika ada

seorang manula yang tidak melakukan vaksin booster yang membuat

dia tidak bisa untuk naik kereta api, PT.KAI memberikan keringanan

dengan cara memberikan cap verifikasi untuk penumpang tersebut

agar bisa untuk naik kereta api.45

Namun apabila terjadi keterlambatan kereta api yang bertentangan

dengan Pasal 3 Undang-Undang Kereta Api yang menyatakan bahwa :46

“Perkeretaapian dilaksanakan dengan tujuan untuk untuk mempelancar

perpindahan orang dan/barang secara masal dengan selamat,aman,

nyaman,cepat dan lancar,tepat,tertib dan teratur,efisien serta menunjang

pemerataan,pertumbuhan stabilitas, pendorong dan penggerak pembangunan

nasional”.

Mengenai penjelasan dari Pasal 3 Undang-Undang Kereta Api

tersebut, yang dimaksud dengan nyaman adalah terwujudnya kenyamanan dan

ketentraman bagi penumpang selama perjalanan kereta api, dan yang

45
Hasil wawancara dengan Bapak Ahmada selaku Supervisor Stasiun Kertapati Palembang,
Kamis 16 Februari 2023
46
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821
53

dimaksud dengan tepat adalah terlaksananya perjalanan keretaa api sesuai

dengan waktu yang di tetapkan. Keterlambatan kereta api tersebut pasti

merugikan konsumen pengguna jasa kereta api, kerugian terebut dapat berupa

kerugian materil maupun kerugian moril. Kerugian dari segi moril yang di

dapatkan oleh konsumen adalah konsumen merasakan ketidaknyamanan

akibat keterlambatan kereta api tersebut, sedangkan kerugian secara materil

yang di daptkan oleh konsumen adalah kerugian dari segi waktu yang di di

derita oleh konsumen, karena memakan waktu lebih lama untuk sampai ke

tempat tujuan.

Salah satu bentuk pertanggungjawaban terhadap konsumen pengguna

jasa kereta api, adanya bentuk tanggung jawab terhadap kerugian yang timbul

akibat keterlambatan kereta api. Berdasarkan prinsip strict liability yang

menyatakan bahwa pelaku usaha dianggap selalu bertanggung jawab atas

kerugian yang dialami oleh konsumen dalam mengkonsumsi barang atau jasa

yang diperdagangkan. 47 Karena konsumen tidak menikmati posisi yang

diuntungkan, maka PT.KAI wajib memikul tanggung jawab atas

keterlambatan kereta api yang menimbulkan kerugian yang harus ditanggung

oleh konsumen.

47
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op.cit hlm 92
54

Ganti rugi yang wajib dilakukan oleh PT.KAI akibat adanya

keterlambatan kereta api telah diatur didalam Pasal 4 Huruf H Undang-

Undang Perlindungan Konsumen yang menyatakan bahwa konsumen berhak

mendapatkan ganti rugi, kompensasi, dan/atau penggantian jika produk atau

layanan yang diperolehnya tidak memenuhi syarat-syarat kontrak dan tidak

sebagaimana mestinya.. 48Hal ini juga dinyatakan didalam Pasal 7 Huruf G

Undang-Undang Perlindungan Konsumen.49 Yang menyatakan bahwa Dalam

hal produk atau jasa yang digunakan tidak sesuai dengan perjanjian, pelaku

usaha wajib membayar kompensasi, tanggung jawab, dan/atau penggantian..

Selain itu juga pada Pasal 19 ayat (1) menyatakan bahwa . 50 Pelaku dunia

usaha wajib mengganti kerugian konsumen yang diakibatkan oleh konsumsi

barang dan jasa .

Tanggung jawab atau service recovery yang diberikan oleh PT.KAI

apabila terjadi keterlambatan kereta api hal ini telah diatur didalam Pasal 6

Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM. 48 Tahun

2015 sebagai berikut :

48
Wildan Achsanul Fikri, “Analisis Kepuasan Pelanggan Pt. Kereta Api Indonesia
(Persero)”, Jurnal Universitas Islam Indonesia, volume 4, 2018 hlm 8
49
Pasal 7 Huruf G Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821
50
Pasal 19 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821
55

1. Terlambat lebih dari 3 jam diberikan makanan ringan dan minuman

seharga Rp.15.000

2. Terlambat lebih dari 5 jam diberikan makanan berat dan minuman

seharga Rp.30.000

3. Terlambat lebih dari 10 jam diberikan makanan berat dan minuman

seharga Rp.50.000

Pemberian berupa makanan dan minuman segera dilakukan apabila

adanya penundaan kereta api atau keterlambatan kereta api, konsumen atau

penumpang akan diberikan kompenasasi makananan dan minuman apabila

terjadi keterlambatan atau penundaan kereta, maka customer service akan

memberikan kompensasi berupa makanan dan minuman langsung ketika

keterlambatan kereta tersebut terjadi. Namun, apabila kereta terlambat saat

dalam perjalanan, jika hal itu terjadi saat barang sedang dalam perjalanan.

memasok makanan dan minuman dengan harga tertentu kepada konsumen

untuk memberi mereka keringanan dari keterlambatan kereta api.51Namun

jika di awal stasiun keberangkatan kereta api sudah terlambat 1 jam maka

51
Hasil wawancara dengan Bapak Ahmada selaku Supervisor Stasiun Kertapati Palembang,
Kamis 16 Februari 2023
56

penumpang bisa membatalkan tiket nya dan PT.KAI mengembalikan uang

bea 100% diluar bea pesan.52

Tanggung jawab atau service recovery yang diberikan oleh PT.KAI

Divre III Palembang ketika kereta api mengalami keterlambatan antar kota

sebagaimana dijelaskan didalam Pasal 5 ayat 2 dan 3 Permenhub 47 tahun

2014 yang menyatakan setiap penumpang mendapat ganti rugi apabila

terjadi keterlambatan pemberangkatan kereta api dan terjadi keterlambatan

kedatangan kereta api di stasiun tujuan akibat pemblokiran jalan atau

gangguan lain selama perjalanan. Pemberian kompensasi yang diberikan

oleh PT.KAI Divre III Palembang telah sesuai dikarenakan telah melakukan

PT.KAI selaku pelaku usaha telah melakukan wanprestasi didalam

perjanjian pengangkutan tentunya hal ini tidak sejalan dengan perjanjian

yang dijanjikan, namun meskipun PT.KAI Divre III Palembang melakukan

wanprestasi,PT.KAI Divre III Palembang tetap melakukan tanggung jawab

yang sebagaimana di jelaskan didalam Pasal 7 huruf g Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 yang menyatakan “Memberi kompensasi, ganti rugi

dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau

dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian” tentuya hal ini telah sejalan

dengan teori perjanjian dan tanggung jawab.

52
Hasil wawancara dengan Bapak Ahmada selaku Supervisor Stasiun Kertapati Palembang,
Kamis 16 Februari 2023
57

a. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Oleh PT.KAI Divre III Palembang

Dalam Menerapkan Prinsip Penanganan Pengaduan Konsumen

Bapak Ahmada menjelaskan adapun Kendala yang di hadapi

oleh PT.KAI Divre III Palembang sendiri dalam menerapkan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yaitu,

ketika konsumen melanggar syarat dan ketentuan naik kereta api yang

diberikan oleh PT.KAI selaku penyelenggara angkutan namun tumpang

tindih,karena didalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan :

“Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan

untuk diperdagangakan dilarang membuat atau mencatumkan klausula

baku pada setiap dokumen/perjanjian”

Sehingga hal tersebut menjadi tumpang tindih sehingga

menjadi kendala bagi PT.Kereta Api Divre III Palembang, sementara

PT.KAI melaksanakan tugas dari Kementerian Perhubungan yang harus

di patuhi oleh PT.KAI Divre III Palembang. 53 Hal tersebut membuat

dampak bad image corporate kepada PT.KAI Divre III Palembang

selaku pelaku usaha yang memberikan layanan jasa.

53
Hasil wawancara dengan Bapak Ahmada selaku Supervisor Stasiun Kertapati Palembang,
Kamis 16 Februari 2023
58

Bapak Ahmada juga menjelaskan dalam menerapkan prinsip

penanganan pengaduan konsumen, terkait dengan informasi syarat

ketentuan naik kereta api PT.KAI sudah melampirkan sebuah link

terkait informasi syarat dan ketentuan untuk naik kereta api di struk

pembelian,ketika konsumen melakukan pembelian melalui external

contohnya seperti Indomaret,Traveloka,Alfamart dll. Namun masih

banyak konsumen yang tidak membaca syarat ketentuan naik kereta

api,sehingga hal tersebut menjadi kendala PT.KAI Divre III

Palembang.54

Penerapan Pasal 5 huruf a Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen yang menyatakan “Membaca atau

mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan

barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan” masih

kurangnya kesadaran oleh konsumen angkutan kereta api untuk mencari

informasi tentang syarat dan ketentuan naik kereta api, sehingga masih

banyak konsumen yang mengeluhkan kurangnya informasi yang

diberikan oleh PT.KAI Divre III Palembang, tentang syarat dan

ketentuan untuk naik kereta api yang membuat beberapa konsumen tidak

dapat menggunakan angkutan kereta api.

54
Hasil wawancara dengan Bapak Ahmada selaku Supervisor Stasiun Kertapati Palembang,
Kamis 16 Februari 2023
59

b. Cara PT.KAI (Persero) Divre III Palembang Dalam Meminimalisir

Kendala-Kendala Pengaduan Dari Konsumen

Bapak Ahmada menjelaskan cara PT.KAI Divre III Palembang

dalam meminimalisir pengaduan dari konsumen, PT.KAI selaku pelaku

usaha mengikuti perkembangan zaman, dengan cara melakukan

sosialisasi melalui media-media sosial, seperti saat ini PT.KAI memiiki

akun pengaduan yaitu KAI 121, yang mana akun tersebut sudah ada di

aplikasi Twitter,Tiktok,Facebook.

KAI 121 selalu menyebarkan informasi melalui media tersebut

yang dimana penumpang tidak perlu mencari informasi-informasi ke

stasiun lagi dan bisa mencari informasi melalui media sosial, selain itu

juga PT.KAI selalu inten berkolaborasi dengan media-media melalui,

hubungan masyarakat kantor pusat PT.KAI (Persero) untuk

meminimalisir pengaduan dari konsumen.

Pasal 7 huruf d Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

menyatakan bahwa.”Pelaku usaha wajib memberikan informasi yang

jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau/jasa

serta memberikan penjelasan,perbaikan,dan pemeliharaan”, dalam hal

ini PT.KAI Divre III Palembang sudah memenuhi sebagaiamana yang

disebutkan didalam Pasal 7 huruf d Undang-Undang Perlindungan

konsumen, dengan berusaha memberikan informasi lewat sosial media


60

agar konsumen mudah mengetahui persyaratan-persyaratan apa saja

untuk naik kereta api.

Setelah mengantisipasi dan melakukan penanganan terkait

dengan pengaduan yang disampaikan oleh konsumen belum adanya

monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh PT.KAI Divre III

Palembang. Sehingga diperlukan evaluasi dan monitoring agar tidak

tidak terjadi lagi pengaduan-pengaduan yang dilakukan oleh

konsumen angkutan kereta api.


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. PT.KAI (Persero) Divre III Palembang telah menerapkan prinsip

penananganan pengaduan konsumen atas jasa nya. Hal ini terlihat dari

kinerja PT.KAI (Persero) Divre III Palembang yang menyediakan layanan

customer service di stasiun Kertapati Palembang, untuk menerima

pengaduan kritik, dan saran dari konsumen serta menyelesaikan masalah

tersebut secara cepat dan tepat dengan estiminasi waktu kurang lebih 30

hari hal ini dijelaskan oleh bapak Ahmada bahwa terkait estimasi waktu

penyelesian pengaduan konsumen telah diatur di SOP PT.KAI Divre III

Palembang.

2. Bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan PT.KAI (Persero) Divre III

Palembang terhadap konsumen telah dilakukan dengan melakukan

pertanggungjawaban dengan cara melakukan penyelesaian terhadap

keluhan yang dilakukan oleh konsumen. Serta melakukan kerugian apabila

konsumen mengalami kerugian sesuai dengan Peraturan Menteri

Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM. 48 Tahun 2015

61
62

B. Rekomendasi

1. Untuk kedepanya PT.KAI (Persero) Divre III Palembang harus melakukan

monitoring dan evaluasi terkait dengan pelayanan yang diberikan agar

pengaduan oleh konsumen dapat diminimalisir.

2. Untuk selanjutnya PT.KAI (Persero) Divre III Palembang dalam melakukan

prinsip penanganan pengaduan konsumen yang masih banyak belum diketahui

oleh masyarakat sebaiknya penjelasan tentang pertanggungjawaban ini bisa

ditampilkan informasi tersebut di stasiun sebagai bentuk penyebaran informasi

kepada konsumen.
63

DAFTAR PUSTAKA
A. Buku

Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal
1233 sampai 1456 BW,Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2011.

Andi Hamzah, Kamus Hukum, Makassar,Ghalia Indonesia, 2015.

Az Nasution, Hukum Dan Konsumen, Jakarta. Pustaka Sinar Harapan, 2001.

Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen suatu Pengantar,Jakarta:


Diadit Media 2001.

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika,


2008.

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta, PT RajaGrafindo


Persada, 2015.

Hans Kelsen dan Raisul Muttaqien, Hukum dan Negara: Seri Teori Hukum
Murni, Jakarta,Nusa Media, 2021

Hans Kelsen, Pure Theory of Law, Terjemah, Raisul Muttaqien, Teori Hukum
Murni: Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif, Cetakan Keenam, Bandung:
Penerbit Nusa Media, 2008

Hasyim, Farida, Hukum Dagang, Jakarta, Sinar Grafika, 2009.

Mariam Darus Badrulzaman,Kompilasi Hukum Perdata, Citra Aditya Bakti,


Bandung, 2001.

Munir Fuady, Konsep Hukum Perdata, Cetakan Pertama ,Jakarta, PT Raja


Grafindo Persada, 2014.

Peter Mahmud Marzuki,Penelitian Hukum, Jakarta, Prenada Media Group,


2015.

Philip Kotler, Principles Of Marketing, Jakarta. Erlangga, 2000.


64

Purwosutjipto H.M.N, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia,Jakarta


,Djambatan,2015.

Soekidjo Notoatmojo, Etika dan Hukum Kesehatan, Jakarta Rineka Cipta,


2017.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia


Press, Jakarta, 2016.

Subekti, KUH Perdata, Jakarta: PT. AKA, cet. Ke-37, 2015.

Sudkino Mertokusomo, Hukum Acara Perdata Indonesia Edisi


Revisi,Yogyakarta, Liberty Yogyakarta, 2012.

Syafizal Helmi Situmorang, Analisis Data: Untuk Riset Manajemen Dan


Bisnis, Usu Press, Medan, 2010.

Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Pradnya Paramita, 2004.

Taufik Hidayat. Regulasi, Keselamatan dan Pelaayanan perkeretaapian


Indonesia.Jakarta, Indonesia Railway Watch. 2011.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang


Perlindungan Konsumen Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 Tentang


Perkeretaapian, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3479.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu


Lintas dan Angkutan Jalan lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 502.
65

Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2019


Tentang Standar Pelayanan Minimum Angkutan Orang Dengan
Kereta Api

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1963 Tentang


Pendirian Perusahaan Negara Kereta Api

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Perlindungan


Konsumen dalam Pelaksanaan Kegiatan Usaha Perdagangan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan


Jalan.Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96,
Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 502.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, tentang “Perlindungan Konsumen”.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821
Undang-Undang No.23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 47. Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 347
C. Jurnal

Benedictus Bismo Bintang Prakosa,“Tanggung Jawab Hukum Pt. Kereta Api


Indonesia Terhadap Kerugian Penumpang Akibat Kecelakaan Kereta
Api”, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta Vol. No.2,
2015.

Denata Kurniawan,B. Rini Heryanti,Dharu Triasih, Implementasi Undang-


Undang Perlindungan Konsumen Terhadap Penumpang Jasa
Transportasi PT.KAI Daerah Operasi 4 Semarang, Semarang Law
Review,Jurnal HukumVolume 3 Nomor 1, 2022.
Muhammad,Sofyan,“Tanggung Jawab Keperdataan Pt Kereta Api Indonesia
Divre III Atas Kecelakaan Yang Terjadi Saat Mengangkut
Penumpang”, Jurnal ilmiah Privat Law Vol. IV No.2, 2016.

Widyaningtyas, R.Faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas serta


dampaknya pada kepuasan konsumen dalam menggunakan Jasa
Kereta Api Harina (Studi Pada PT. Kereta Api Indonesia DAOP IV
Semarang) 2010
66

Wildan Achsanul Fikri, “Analisis Kepuasan Pelanggan Pt. Kereta Api


Indonesia (Persero)”, Jurnal Universitas Islam Indonesia, Vol 4 No,
2018.

D. SKRIPSI

Tetuko Bayu Aji. Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Jasa


Transportasi Kereta Api Prameks (Prambanan Ekspress). Skripsi.
Surakarta.Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2018

E. INTERNET

Situs Resmi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) kai.id/corporate/about_kai/


diakses pada tanggal 21 Februari 2023 pukul 13.12

Muhammad Hatta,Hukum Pengangkutan Darat melalui Kereta Api. Artikel


Hukum Pengangkutan Darat, 2010, Dipublikasikan pada 3 Juli 2011,
http://mrhattasatria.blogspot.com diakses tanggal 10 Januari 2023,
pukul 12.14 WIB
67

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai