SKRIPSI
OLEH:
Dio Batrayudha
02011181520428
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KAMPUS INDRALAYA
2019
ii
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
(QS. Al Insyirah:5)
✓ Allah SWT,
✓ Sahabat-sahabatku,
✓ Teman-temanku,
✓ Almamaterku
iv
KATA PENGANTAR
yang telah diberikan Allah yang Maha Pengasih lagi Penyayang serta sholawat dan
semua doa dan dukungan dari orang-orang tercinta bagi penulis dalam menyelesaikan
penyelesaian atas permasalahan yang berkaitan dengan penelitian dan dapat juga
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Semoga penulisan Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan
Indralaya, 2019
Dio Batrayudha
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Assalamu’alaikum Wr. Wb
hidayah yang telah diberikan Allah yang Maha Pengasih lagi Penyayang serta
S.A.W. Berserta semua doa dan dukungan dari orang-orang tercinta bagi penulis
dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Untuk itu, penulis sampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis
2. Ibuku tercinta Herawati dan Ayahku Hardianto yang selalu mendukung baik
akhir ini.
tersayang Deti Hafizah, Maya yang mendo’akan dan menjadi support system
di Palembang.
4. Adikku Muhammad Noven Herwanda dan Ardian Intan Putri yang selalu
vi
5. Bapak Dr. Febrian, S.H., M.S, Dr. Mada Apriandi, S.H., MCL dan Drs. H.
Sriwijaya
6. Ibu Sri Handayani, S.H., M.Hum dan Ibu Arfianna Novera, S.H., M.Hum
kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama penulis menuntut
nasehat yang diberikan tentang bagaimana menjaga tubuh agar tetap bugar,
Sabeum Eva, Sabeum Heru, Sabeum Joko, Sabeum Arya, Sabeum Ujang,
Wan, Nopin, Arif, Ica, Dwi, Anita, Ona, Kak Dirga, Bayu, Latif, Diana, Asih,
vii
11. Teman-teman terbaikku KKL terkhusus Kelompok B, banyak cerita Bersama
kalian.
12. Rekan Kerja (Magang) di ATR/BPN Kota Palembang Harry, Willy, Tien,
Munawatul
13. Seluruh teman dan sahabat Fakultas Hukum yang memberikan warna dalam
14. Semua pihak yang telah ikut membantu penulis dalam menyelesaikan
penulisan hukum ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
viii
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah................................................................................... 7
1.Jenis Penelitian..................................................................................... 13
2. PendekatanPenelitian .......................................................................... 13
3.Sumber Bahan-Bahan Hukum ............................................................. 14
4. TeknikPengumpulanBahanHukum..................................................... 15
5. TeknikAnalisisBahan-BahanHukum .................................................. 15
6. TeknikPenarikanKesimpulan .............................................................. 16
ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 17
A. Tinjauan Umum tentang Financial Technology ................................... 17
x
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 69
A. Kesimpulan ........................................................................................... 69
B. Saran ..................................................................................................... 71
xi
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ini tampak pada semakin banyaknya variasi instrumen keuangan yang beredar
yang kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak yang kekurangan dana
1
Djoni S. Gazali, Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, 2016
2
Ibid, hlm.41
1
2
kebutuhan khusus bagi masyarakat. Berbagai jenis lembaga ada dan dikenal
arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.4 Bank adalah sebagai salah satu
untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini terjadi karena
pusat kota saja, kurang menyentuh masyarakat yang ada di pelosok daerah.
3
Neni Sri Imaniyati, Pengantar Hukum Perbankan di Indonesia, Reika Aditama,
Bandung, 2010, hlm. 2.
4
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
5
Djoni S. Gazali, Rachmadi Usman, Op.cit, hlm. 1.
2
3
Indonesia, angka warga negara usia dewasa baik yang belum mengenal,
era digital saat ini telah mempengaruhi pola perilaku manusia dalam
6
Secara global tercatat lebih dari dua miliar orang dewasa di seluruh dunia tergolong
ke dalam unbanked people. Sekitar sepuluh persen (10%) dari 2,5 miliar orang di dunia
hidup dengan pendapatan kurang dari 2 USD per hari tidak memiliki akses terhadap layanan
keuangan apapun. Lihat: Timothy R. Lyman, Gautam Ivatury, and Stefan Staschen, “Use of
Agents in Branchless Banking for the Poor: Rewards, Risk and Regulation”, The
Consultative Group to Assist the Poor, Focus Note Number 38, October 2008,
http://www.cgap.org, Akses 17/01/2019, Pukul 11.45 WIB.
7
Lembaga riset Sharing Vision mencatat sebanyak 68 persen dari 246,9 juta
penduduk Indonesia belum memiliki rekening Bank. Dari jumlah tersebut 80 persen
penduduk berusia 15 tahun ke atas belum tersentuh layanan perbankan sementara 52 persen
rumah tangga belum memiliki simpanan pada lembaga keuangan formal. Berdasarkan
Global Financial Inclusion Index 2011 yang dirilis oleh Bank Dunia tercatat bahwa jumlah
penduduk Indonesia usia dewasa yang memiliki rekening pada lembaga keuangan formal
hanya berjumlah 20 persen. Jumlah ini masih jauh tertinggal apabila dibandingkan dengan
negara tetangga seperti Malaysia (66,7%), Thailand (77,7%) dan Filipina (26,5%). Lihat:
ILO, “Financial Inclusion Development Policy in Indonesia”,http://www.ilo.org, Akses
26/12/2018, Pukul 21.00 WIB.
4
akses bagi seluruh lapisan masyarakat, oleh sebab itu pada dasarnya Fintech
akan terlepas dari bantuan teknologi. Begitu pula pada lembaga keuangan
yang kini mulai bergeser pada lembaga keuangan berbasis teknologi. Salah
satu kemajuan dalam bidang keuangan saat ini adanya adaptasi Fintech
(Financial Technology).
Fintech itu sendiri berasal dari istilah Financial Technology atau teknologi
merupakan suatu inovasi pada sektor finansial. Tentunya, inovasi finansial ini
pinjam meminjam dalam mata uang rupiah secara langsung melalui sistem
8
Imanuel Aditya Wulanata Chrismastianto, “Analisis SWOT Implementasi
Teknologi Finansial Terhadap Kualitas Layanan Perbankan di Indonesia”, Jurnal Ekonomi
dan Bisnis, Vol.20, Edisi 1, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pelita Harapan
Tanggerang, 2017, hlm. 133.
5
Bentuk dasar Fintech antara lain Pembayaran (digital wallets, P2P payments),
(security).10
bagian paling vital untuk membuka usaha, melahirkan ide banyak pihak untuk
sekarang ini dapat menggunakan jasa startup yang bergerak di bidang P2P
Lending.11
Peer to Peer Lending atau mengenai layanan pinjam meminjam uang berbasis
publik dan regulator yakni Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia.
9
Fauziah Hadi, Penerapan Financial Technology (Fintech) sebagai Inovasi
Pengembangan Keuangan Digital di Indonesia, terdapat dalam
http://temilnas16.forsebi.org/penerapanfinancial-technology-Fintech-sebagai-inovasi-
pengembangan-keuangan-digital-di-indonesia/,Akses 26/12/2018, Pukul 19.00 WIB.
10
Nofie Iman, Financial Technology dan Lembaga Keuangan, Gathering Mitra
Linkage Bank Syariah Mandiri, Yogyakarta, 2016, hlm. 6
11
https://www.duniafintech.com/pengertian-dan-jenis-startup-fintech-di-indonesia/,
Akses Tanggal 10/03/2018, Pukul 20.05 WIB.
6
Teknologi Informasi. Para pihak dalam layanan Fintech berbasis P2P Lending
informasi, Pemberi Pinjaman, dan Penerima Pinjaman. Dalam hal ini peneliti
404 yang saat ini telah dihentikan oleh ojk, belum lagi Fintech baru yang
masyarakat awam yang mudah terbuai bujuk rayu persyaratan mudah oleh
12
https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/publikasi/Pages/Penyelenggara-
Fintech Terdaftar-di-OJK-per-Desember-2018.aspx . Akses 20/01/2019, Pukul 21.36 WIB.
7
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
masalah yang telah ditetapkan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
D. Manfaat Penelitian
berikutnya.
Positif di Indonesia.
F. Kerangka Teoritis
penulis dalam menentukan arah dan tujuan penelitian, serta sebagai dasar
penelitian agar langkah yang ditempuh selanjutnya dapat jelas dan konsisten.13
menegakkan kebenaran dan keadilan serta tidak ada kekuasaan yang tidak
Hal ini tertuang pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Kesatuan
negara hukum”. Negara hukum adalah negara yang berdiri di atas hukum yang
sebagai dasar bagi keadilan itu sendiri perlu diajarkan rasa susila kepada
setiap manusia agar menjadi warga negara yang baik. Demikian pula
13
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia,
1990, hlm. 65.
10
warga negaranya.14
munculnya teori perlindungan hukum ini bersumber dari teori hukum alam
atau aliran hukum alam. Aliran ini dipelopori oleh Plato, Aristoteles (murid
Plato), dan Zeno (pendiri aliran Stoic). Menurut aliran hukum alam
menyebutkan bahwa hukum itu bersumber dari Tuhan yang bersifat universal
dan abadi, serta antara hukum dan moral tidak boleh dipisahkan. Para
penganut aliran ini memandang bahwa hukum dan moral adalah cerminan dan
aturan secara internal dan eksternal dari kehidupan manusia yang diwujudkan
pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain
semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. Hukum dapat difungsikan untuk
yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik untuk
14
Moh. Kusnadi dan Harmaily Ibrahim. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta:
Sinar Bakti. 1998. hlm. 153.
15
Satjipto Raharjo. Ilmu Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 2000, hlm.53.
16
Ibid. hlm. 55
11
adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-
hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan
17
hukum dari kesewenangan. Sedangkan pendapat Hetty Hasanah,
hukum.18
subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, bentuk perlindungan hukum yang
diberikan oleh suatu negara memiliki dua sifat, yaitu bersifat pencegahan
hukum diatas dapat kita bagi menjadi dua bagian. Yang pertama perlindungan
17
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Bagi Rakyat di Indonesia, Surabaya: PT.Bina
Ilmu,1987, hlm. 1-2
18
Hetty Hasanah. Perlindungan Konsumen dalam Perjanjian Pembiayaan,
Konsumen atas Kendaraan Bermotor dengan Fiducia, dari
http://jurnal.unikom.ac.id/vol3/perlindungan.html., Akses 04/02/2018, Pukul 08.00 WIB.
19
Rafael La Porta, Investor Protection and Corporate Governance, Jurnal of
Financial Economics, No. 58, 1999, hlm.9.
12
dapat mewujudkan salah satu tujuan hukum yaitu kepastian hukum baik bagi
yang tak diinginkan, maka umumnya tindakan preventif biayanya lebih murah
atau peristiwa buruk. Dengan kata lain, tindakan dilakukan setelah peristiwa
cara, yaitu dengan cara persuasif dan koersif. Persuasif yang bentuk
individu atau masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan norma yang berlaku.
Hal ini dilakukan dengan cara sosialisasi dan pengarahan sehingga hasil dari
pada itu diharapkan konsumen dapat lebih bijak dalam melakukan pinjaman
sosial yang sifatnya keras dan tegas. Dengan kata lain, tindakan yang
memberikan sanksi tegas. Dengan begitu tindakan koersif ini dapat menindak
secara tegas setiap pelanggaran dalam Peer to Peer Lending dan memberikan
13
represif berupa upaya yang dapat dilakukan pada saat terjadi sengketa dalam
rangka menegakkan peraturan hukum, dengan begitu hak dari pada konsumen
dapat terpenuhi.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang menggunakan objek
(library research).20
2. Pendekatan Penelitian
20
Soerjono Soekanto. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Rajawali Press. 1998,
hlm. 15.
14
bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditanganI. 21 Hal ini dilakukan
dengan menelaah peraturan dan regulasi yang berkaitan dengan isu hukum
yang ditangani, yaitu dengan mengkaji permasalahan dari segi hukum yang
terdapat dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan serta dari pustaka yang
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
a. Bahan Hukum Primer, adalah bahan yang isinya bersifat mengikat karena
1. Undang-Undang:
a. Undang-Undang Dasar 1945;
b. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;
c. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik;
d. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan;
2. Peraturan lain :
21
Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009, hlm. 93.
15
atau membahas bahan hukum primer, yang terdiri dari buku-buku literatur,
jurnal, hasil penelitian dan karya ilmiah lainnya yang berhubungan dengan
penelitian ini.
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang terdiri dari
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui studi pustaka dan
penelitian.
22
Zainuddin. Metode Penelitian Hukum. cetakan kelima. Jakarta: Sinar Grafika, 2014.
hlm.107.
16
digunakan berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan
hukum tersier.
yaitu dengan cara menarik kesimpulan dari data-data yang bersifat umum ke
23
Beni Achmad Saehani, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Pustaka Setia, 2008,
hlm. 93.
24
Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit., hlm. 202.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
digital saat ini telah mempengaruhi pola perilaku manusia dalam mengakses
seluruh lapisan masyarakat, oleh sebab itu pada dasarnya Fintech dapat
yang kurang diminati atau dianggap kurang penting bagi penguasa pasar,
25
Imanuel Aditya Wulanata Chrismastianto, “Analisis SWOT Implementasi
Teknologi Finansial Terhadap Kualitas Layanan Perbankan di Indonesia”, Jurnal Ekonomi
dan Bisnis, Vol.20, Edisi 1, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pelita Harapan
Tanggerang, 2017, hlm. 133.
17
18
Mengenai Fintech telah diatur pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
menghasilkan produk layanan, teknologi, dan/atau model bisnis baru serta dapat
sudah lama menjadi isu penting yang menjadi perhatian para pemangku
kepentingan. Menurut survei The World Bank/Bank Dunia, yang dilansir Bisnis
Indonesia pada Mei 2017 baru 37% penduduk dewasa Indonesia memiliki
simpanan formal dan 13% memiliki pinjaman formal. Artinya, sebanyak 63%
19
Berdasarkan hasil survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terbaru yang dirilis
awal tahun 2018, indeks literasi keuangan Indonesia baru sebesar 31%. Masih
jauh di bawah indeks literasi keuangan negeri jiran Malaysia yang mencapai
65% apalagi Singapura yang telah mencapai indeks 98%. Indeks literasi
Tercatat, penetrasi kantor bank di Indonesia baru ada satu kantor bank
Malaysia, penetrasi bank di Indonesia juga masih kalah. Rasio kantor bank di
Kehadiran fisik perbankan yang masih relatif rendah ini pada akhirnya
26
https://www.awantunai.com/single-post/2017/07/17/Tidak-Ada-Lagi-Hambatan-
AksesFinansial-Fintech-Dapat-Menolong-Anda-1, Akses Tanggal 23/01/2019, Pukul 22.01
WIB.
27
Ibid
20
kebutuhan pribadi akhirnya terjerat tawaran para lintah darat atau rentenir. Para
rentenir ini menawarkan pinjaman dengan bunga mencekik dan tanpa skema
yang bermunculan. Misalnya, program Laku Pandai yang digagas oleh Otoritas
Jasa Keuangan. Ini adalah sebuah program penyediakan layanan bank atau
keuangan lain melalui kerja sama dengan agen bank yang didukung dengan
Informasi.
keuangan yang mengubah model bisnis dan memangkas segala hambatan dalam
akses (barrier to entry). Kehadiran Fintech dengan produk keuangan yang lebih
21
biaya tidak kecil. Mulai dari menyeleksi profil calon peminjam, apakah proses
lebih murah, cepat dan mudah dengan bantuan teknologi. Sebagai contoh,
kehadiran ponsel pintar yang telah dilengkapi dengan kamera dan akses internet
calon peminjam yang dapat menjadi sumber data berguna. Dengan kamera
sebenarnya.
yang diberikan juga lebih murah. Dan yang terpenting, pinjaman dapat diakses
oleh siapa saja yang dinilai layak meskipun selama ini belum pernah tersentuh
tengah masyarakat. Tawaran pinjaman dana oleh Fintech jauh lebih transparan
banyak pemain usaha baru. Nilai transaksi online di Indonesia pada tahun 2016
mencapai US$ 14,8 miliar. Angka itu diprediksi bakal meningkat menjadi US$
130 miliar pada tahun 2020, merujuk pada target pemerintah RI dalam E-
Commerce Roadmap.28
Di sisi lain, menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih ada kurang
lebih 49 juta pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang sejauh
ini tidak bankable. Sementara nilai kebutuhan kredit atau pinjaman mencapai
kurang lebih Rp 988 triliun.29 Kelompok ini tentu saja sangat membutuhkan
akses pinjaman modal yang mudah akan tetapi juga ekonomis. Hal demikian
28
Ibid
29
https://www.duniafintech.com/pengertian-dan-jenis-startup-fintech-di-indonesia/,
Akses Tanggal 11/03/2019, Pukul 20.19 WIB
23
Technology:30
a. Management Asset
Kesibukan operasional perusahaan, seperti penggajian, pengelolaan
melihat hal itu sebagai peluang untuk membuka bidang usaha. Jojonomic
misalnya, salah satu jenis startup yang bergerak dibidang manajemen aset.
biaya tersebut.
b. Crowd funding
Crowd funding adalah startup yang menyediakan platform
secara online. Salah satu contoh startup Crowd funding terbesar adalah
30
https://www.duniafintech.com/pengertian-dan-jenis-startup-fintech-di-indonesia/,
Akses Tanggal 11/03/2019, Pukul 20.19 WIB
24
c. E-Money
E-Money atau uang elektronik, sebagaimana namanya, adalah uang
tagihan, dan lain-lain melalui sebuah aplikasi. Salah satu dompet elektronik
itu adalah Doku. Doku merupakan sebuah aplikasi yang dapat dengan mudah
diunggah di smartphone. Doku dilengkapi dengan fitur link kartu kredit dan
uang elektronik atau cash wallet, yang dapat digunakan untuk berbelanja
baik secara online maupun offline kapan dan di mana saja melalui aplikasi
tersebut.
d. Insurance
Jenis startup yang bergerak di bidang insurance ini cukup menarik.
asuransi startup tidak semua berjalan demikian. Ada pula startup asuransi
HiOscar.com adalah satu jeni startup seperti ini. Startup ini dibangun dengan
tujuan untuk memberikan cara yang sederhana, intuitif, dan proaktif dalam
ini berkolaborasi dengan para provider atau dengan para dokter kelas dunia
25
dan rumah sakit terbaik yang ingin bekerja sama untuk membantu mengelola
paling vital untuk membuka usaha, melahirkan ide banyak pihak untuk
sekarang ini dapat menggunakan jasa startup yang bergerak di bidang p2p
f. Payment Gateway
Bertumbuhnya perusahaan e-commerce memicu pula semakin banyak
g. Remittance
Remittance adalah jenis startup yang khusus menyediakan layanan
dalam rangka membantu masyarakat yang tidak memiliki akun atau akses
perbankan. Adanya startup jenis ini sangat membantu para TKI atau siapa
saja yang mungkin salah satu anggota keluarganya berada di luar negeri,
karena proses pengiriman yang mudah dan biaya lebih murah. Di Singapura
h. Securities
Saham, forex, reksadana, dan lain sebagainya merupakan investasi
yang sudah tidak asing lagi didengar. Securities dapat dikatakan sebagai
reksa dana secara online, memberikan layanan data, informasi, alat investasi
Lending. Melalui Peer to Peer Lending ini, masyarakat yang memerlukan dana
27
dalam jumlah mikro dapat secara cepat mendapatkan pinjaman tanpa perlu
diakses oleh masyarakat melalui aplikasi pada gawai dua puluh empat jam
nonstop. Hal ini tentu berbeda dengan fasilitas kredit atau pembiayaan
perjanjian kredit. Selain itu, pada layanan pinjam meminjam uang melalui Peer
to Peer Lending juga tidak mempersyaratkan adanya agunan yang tentu saja hal
pinjaman secara online. Urusan permodalan yang sering dianggap bagian paling
vital untuk membuka usaha, melahirkan ide banyak pihak untuk mendirikan
startup jenis ini. Dengan demikian, bagi orang-orang yang membutuhkan dana
31
https://www.duniafintech.com/pengertian-dan-jenis-startup-fintech-di-indonesia/,
Akses Tanggal 13/03/2019, Pukul 20.05 WIB.
28
penerima pinjaman dalam mata uang rupiah secara langsung melalui sistem
Buku III KUHPerdata yang hanya melibatkan pihak pemberi pinjaman dan
pihak penerima pinjaman, dalam Peer to Peer Lending atau Layanan Pinjam
yaitu:
a. Penyelenggara
Pengertian penyelenggara layanan pinjam meminjam uang berbasis
Lending haruslah badan hukum dan tidak dapat dilakukan oleh orang-
32
Pasal 1 angka 3 POJK No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam
Uang Berbasis Teknologi Informasi
33
Pasal 2 ayat (2) POJK No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam
Berbasis Teknologi Informasi
29
dari kapasitas hukum, tentu badan hukum memiliki kedudukan yang lebih
hukum tersebut. Dengan ketentuan ini pula jelas bahwa Yayasan maupun
perseroan terbatas atau koperasi ini telah sesuai dengan tujuan kepastian
hukum bagi para pihak dalam kegiatan usaha Peer to Peer Lending
b. Pemberi Pinjaman
Pemberi pinjaman sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 8 POJK
dalam dan / atau luar negeri. Pemberi pinjaman terdiri dari orang
Pemberi pinjaman dalam skema Peer to Peer Lending lebih luas jika
orang perorangan baik WNI maupun WNA dapat bertindak selaku pemberi
pinjaman. Hal yang perlu diperhatikan agar kegiatan usaha Peer to Peer
pencucian uang.
c. Penerima Pinjaman
Penerima pinjaman sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 7 POJK
34
Pasal 16 POJK No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam
Berbasis Teknologi Informasi
35
Pasal 15 POJK No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam
Berbasis Teknologi Informasi
31
masyarakat.
d. Bank
Pasal 24 POJK No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam
(end user) yang dibuat oleh Bank untuk selanjutnya diberikan oleh
36
Penjelasan atas Peraturan Bank Indonesia No. 3/11/PBI/2001 tentang Perubahan
Atas Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 2/24/PBI/2000 tentang Hubungan
Rekening Giro Antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern
32
Tujuan penggunaan virtual account dan escrow account dalam hal ini
Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. OJK dalam
37
Mandiri Virtual Account. http://www.bankmandiri.co.id/article/commercial-
virtual-account.asp diakses pada tanggal 13 Maret 2019
33
pihak yang membutuhkan dana cepat atau pihak yang karena sesuatu hal tidak
kerugian yang ditimbulkan, serta dampak hukum dari kegiatan pinjam meminjam
yang dilakukan secara langsung sepenuhnya menjadi tanggung jawab para pihak
pinjam meminjam dilakukan oleh para pihak yang sudah saling mengenal dan
harus bertatap muka, subjektifitas terhadap penilaian risiko gagal bayar, kesulitan
inovasi penyediaan layanan dalam kegiatan pinjam meminjam yang salah satunya
38
Bagian Umum Penjelasan Atas POJK Nomor 77/POJK.01/2016 Tentang Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, hlm. 1-2.
34
masyarakat terhadap produk jasa keuangan secara online baik dengan berbagai
pihak tanpa perlu saling mengenal. Keunggulan utama dari Layanan Pinjam
perjanjian dalam bentuk elektronik secara online untuk keperluan para pihak,
risiko terhadap para pihak secara online, pengiriman informasi tagihan (collection)
secara online, penyediaan informasi status pinjaman kepada para pihak secara
online, dan penyediaan escrow account dan virtual account di perbankan kepada
sistem perbankan. Atas hal ini, Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis
Teknologi Informasi dapat memenuhi kebutuhan dana tunai secara cepat, mudah,
dan efisien, serta meningkatkan daya saing. Selain itu, Layanan Pinjam Meminjam
Uang Berbasis Teknologi Informasi dapat menjadi salah satu solusi untuk
membantu pelaku usaha skala mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam
dengan istilah Financial Technology berbasis Peer to Peer Lending. Peer to Peer
Lending (P2PL) adalah praktek atau metode memberikan pinjaman uang kepada
individu atau bisnis dan juga sebaliknya, mengajukan pinjaman kepada pemberi
39
Ibid
35
pinjaman secara online. Selain itu, memungkinkan setiap orang untuk memberikan
pinjaman atau mengajukan pinjaman yang satu dengan yang lain untuk berbagai
sebagai perantara. Pada dasarnya, sistem P2PL ini sangat mirip dengan konsep
pembeli dengan penjual. Dalam hal P2PL ini, sistem yang ada akan
meminjam uang.40
Lending (P2PL) berbeda dengan perbankan. Peer to Peer Lending (P2PL) tidak
perusahaan itu sendiri (balance sheet financing). Peer to Peer Lending (P2PL)
adalah aktivitas pembiayaan yang dilakukan secara online dalam sebuah wadah
diterima oleh Penyelenggara Peer to Peer Lending (P2PL) berasal dari fee dan
komisi yang diperoleh dari debitur (penerima pinjaman) dengan kreditur (pemberi
40
https://koinworks.com/blog/ketahui-tentang-peer-peer-lending/, Akses 11/04/2019,
Pukul 21.10 WIB
36
Pada alur pinjam meminjam uang pada Bank Konvesional, bank bertindak
dari pihak yang kelebihan dana (unit ekonomi surplus) kepada pihak yang
kekurangan dana (unit ekonomi defisit). Baik pihak kelebihan dana (unit ekonomi
surplus) maupun pihak yang kekurangan dana (unit ekonomi defisit) dapat berupa
dari selisih antara bunga simpanan dengan bunga pinjaman. Sebagai risk taker
Alur pinjam meminjam secara online melalui Marketplace Lending atau Peer
yang dengan mudah dapat diakses oleh semua orang. Penyelenggara bukan
Penyelenggara adalah berasal dari fee dan komisi dari debitur (penerima pinjaman)
41
Abdulkadir Muhamad, Rilda Murniati, Loc.Cit.
42
http://bumninc.com/analisis/34/index.html, Akses 11/04/2019, Pukul 21.10 WIB
37
Mekanisme pinjam meminjam secara online dilakukan oleh para pihak yang
berbasis P2PL. Hubungan hukum para pihak dihubungkan melalui suatu perjanjian
atau kontrak. Perjanjian atau kontrak adalah suatu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih saling
dengan membuat kesepakatan yang dilakukan secara langsung antara para pihak
yang akan saling mengikatkan diri, akan tetapi perjanjian dalam Fintech berbasis
perjanjian elektronik yang dituangkan dalam dokumen elektronik oleh para pihak.
Kontrak elektronik adalah perjanjian para pihak yang dibuat melalui sistem
dilakukan tanpa harus bertemu bertatap muka secara langsung. Hal demikian
memberikan kemudahan terutama kemudahan akses bagi para pihak yang akan
43
Ibid
44
Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
45
Pasal 1 Angka 17 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.
38
kekuatan hukum yang mengikat bagi para pihak sebagaimana perjanjian pada
para pihak”. Maka perjanjian elektronik tersebut berlaku sebagai suatu undang-
undang bagi para pihak yang saling mengikatkan diri, serta mengakibatkan
timbulnya suatu hubungan hukum bagi para pihak tersebut. Perjanjian elektronik
karena memiliki kesamaan dengan perjanjian pada umumnya maka untuk bisa
dikatakan sah juga harus memenuhi syarat sah perjanjian sebagaimana diatur
Supaya kontrak atau perjanjian dianggap sah maka para pihak harus sepakat
terlebih dahulu terdapat pada segala hal yang ada pada perjanjian. Pada
dasarnya kata sepakat adalah pertemuan atau persesuaian kehendak antara para
46
J. Satrio. Hukum Perikatan. Perikatan Lahir Dari Perjanjian. Buku I, Bandung:
Citra Aditya Bakti. 200. Hlm. 162-175.
39
hukum secara sah yaitu harus sudah dewasa, sehat akal pikiran dan tidak
siapa yang tidak cakap untuk mengadakan perjanjian. Orang yang tidak cakap
tersebut adalah orang yang belum dewasa, mereka yang dibawah pengampuan
dewasa jika dia telah berusia 21 (duapuluh satu) tahun atau telah menikah.
47
Riduan Syahrani. Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata. Bandung: 2013.
hlm. 208.
48
Ridwan Khairandy. Hukum Kontrak Indonesia Dalam Perspektif Perbandingan
(Bagian Pertama). Yogyakarta: FH UII Press. 2014. hlm. 176
40
seseorang ditentukan bahwa anak berada dibawah kekuasaan orang tua atau
pula pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang
dikaitkan dengan batas umur kedewasaan, tetapi juga dikaitkan dengan tolak
ukur yang lain, misalnya tidak berada di bawah pengampuan. Tidak hanya
suatu perjanjian. Menurut Pasal 1333 KUHPerdata barang yang menjadi objek
sedangkan jumlahnya tidak perlu ditentukan asalkan saja dapat ditentukan atau
ditentukan bahwa barang-barang yang baru akan ada kemudian hari juga dapat
menjadi objek suatu perjanjian. Pasal 1334 ayat (2) KUHPerdata bahwa barang
yang akan masuk hak warisan seseoarang karena yang lain akan meninggal
49
Ibid., hlm. 177-179
41
dapat diperdagangkan.50
tetapi kausa tersebut juga harus halal. Kausa suatu perikatan adalah sebagai
perikatan. Seorang yang terikat untuk melaksanakan isi perjanjian tidak hanya
didasarkan pada kata sepakat saja, tetapi juga harus didasarkan adanya kausa. 51
Kausa halal dimaksud adalah kausa hukum yang ada tidak bertentangan
Jika objek dalam perjanjian illegal atau bertentangan dengan kesusilaan atau
ketertiban umum maka perjanjian tersebut menjadi batal demi hukum. Pasal
50
Riduan Syahrani, Op.Cit., hlm. 209-210.
51
Ridwan Khairandy, Op.Cit, hlm. 188.
42
dan ketentuan khusus yang telah diatur oleh Penyelenggara selaku platform
Fintech berbasis P2PL. Adapun syarat dan ketentuan khusus tersebut adalah
dana melalui platform harus setuju dan sepakat untuk menunjuk Penyelenggara
layanan Fintech berbasis P2PL untuk bertindak untuk dan atas nama Pemberi
52
Ibid., hlm. 190
43
Penerima Pinjaman.53
perbuatan hukum yang mempunyai suatu akibat hukum. 54 Pihak yang telah
diberi kuasa dapat dikatakan sebagai kuasa untuk melakukan suatu perbuatan
hukum atas nama orang yang telah memberikan kuasa atau dapat dikatakan
jawab dari pemberi kuasa sehingga segala hak dan kewajiban yang timbul dari
perbuatan yang dilakukannya menjadi hak dan kewajiban pihak yang memberi
kuasa.55
Pemberian kuasa dapat dilakukan secara khusus hal ini diatur pada Pasal
1795 KUHPerdata, yaitu hanya mengenai satu kepentingan tertentu atau lebih,
53
http://www.investree.id, Akses tanggal 11/04/2019, Pukul 21.15 WIB.
54
Subekti. Aneka Perjanjian. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 2014, hlm. 141.
55
ibid
44
atau secara umum yang meliputi segala kepentingan pemberi kuasa. Dalam
saja yang dapat dilakukan oleh penerima kuasa. Adanya tindakan-tindakan yang
dirinci dalam surat kuasa tersebut, maka surat kuasa tersebut menjadi surat
Suatu kuasa dapat diberikan dan diterima dalam bentuk akta resmi atau
dengan suatu surat di bawah tangan ataupun dengan kuasa lisan. 57 Akta resmi
Penerimaan suatu kuasa dapat pula terjadi secara diam-diam, ini berbarti terjadi
56
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl5976/ciri-dan-isi-surat-kuasa-khusus,
Akses tanggal 11/04/2019, Pukul 21.15 WIB.
57
Pasal 1793 KUHPerdata.
58
M. Yahya Harahap. Segi- Segi Hukum Perjanjian. Bandung: Alumni. 1982. hlm.
307
45
konsensual. Artinya perjanjian pemberian kuasa lahir apabila ada kata sepakat
atau ada persesuaian kehendak diantara para pihak yang membuat perjanjian
kehendak dapat pula dilakukan secara tertulis, lisan, maupun dengan tanda.59
dilakukan tidak secara diam-diam akan tetapi perjanjian tersebut dibuat melalui
berbasis P2PL. Pada saat Pemberi Pinjaman akan mengajukan pendanaan pada
harus setuju dan sepakat untuk memberikan kuasa pada platform Fintech untuk
kuasa dengan Penyelenggara selaku penerima kuasa adalah pada saat Pemberi
59
Ridwan Khairandy, Op.Cit, hlm. 168-171.
46
Lending.
jasa yang telah disedikan oleh Penyelenggara platform Fintech berbasis Peer to
biaya dalam hal memakai jasa Penyelenggara Fintech berbasis Peer to Peer
Lending. Pemberi Pinjaman akan dikenakan potongan pajak Pph sebesar 15%
atas pendaan yang dilakukannya. Selain itu akan ada biaya adminitrasi yang
Danamon dan Bank CIMB Niaga. Bagi Penerima Pinjaman untuk dapat
Fintech berbasis Peer to Peer Lending dapat berjalan untuk membantu segala
60
https://www.investree.id. Akses tanggal 11/04/2019, Pukul 21.30 WIB.
47
karena adanya persesuaian kehendak oleh para pihak yaitu untuk melakukan
pendanaan dan melakukan peminjaman dana kepada pihak lainnya. Para pihak
hubungan hukum.
pada umumnya. Oleh sebab itu perjanjian elektronik berlaku sebagai undang-
kebebasan berkontrak yang mana para pihak bebas membuat perjanjian yang
mereka inginkan. Perjanjian atau kontrak yang telah dibuat haruslah dipatuhi
oleh para pihak sebagai bentuk itikad baik pelaksanaan kontrak oleh pihak yang
suatu hubungan hukum sehingga timbul hak dan kewajiban bagi para pihak
untuk melaksanakannya.
61
Pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.
48
tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta rancangan, foto atau sejenisnya,
huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna
atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya
dipenuhi oleh para pihak baik Pemberi Pinjaman maupaun Penerima Pinjaman.
a. Nomor perjanjian;
b. Tanggal perjanjian;
c. Identitas para pihak;
d. Ketentuan mengenai hak dan kewajiban para pihak;
e. Jumlah pinjaman;
f. Suku Bungan pinjaman;
g. Besarnya komisi;
h. Jangka waktu;
i. Rincian biaya terkait;
j. Ketentuan mengenai denda (jika ada);
62
Pasal 1 Angka 12 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016
Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
63
Pasal 19 Ayat (2) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016
Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
49
Penerima Pinjaman para pihak tidak perlu saling bertemu dan saling
Fintech dalam hal ini adalah sebagai perantara para pihak melalui platform
dihubungkan melalui hubungan kontraktual yang dibuat oleh para pihak. Para
pihak harus mentaati apa yang telah mereka perjanjikan sebagai undang-undang
yang mengikat bagi para pihak yang membuatnya. Dari hubungan kontraktual
tersebut timbul hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Secara garis besar
waktu yang telah ditentukan. Dari kewajiban tersebut timbul hak yaitu
kesepakatan yang dilakukan. Dari hak tersebut timbul kewajiban yang harus
dilakukan yaitu untuk membayar dana yang dipinjamkan beserta bunga yang
diperjanjikan, selain itu Penerima Pinjaman juga harus membayarakan fee jasa
platform Penyelenggara.
50
antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang dan/atau
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri keluarga, orang
64
Shidarta. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Grasindo. 2000. hal. 9
51
kepastian hukum.
mendapatkan informasi.
Perlindungan konsumen merupakan tujuan dari usaha yang akan dicapai atau
keadaan yang akan diwujudkan. Oleh karena itu, tujuan perlindungan konsumen
perlu dirancang dan dibangun secara berencana dan dipersiapkan sejak dini.
3. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang yang sesuai dengan nilai
digunakan.
65
Wahyu Sasongko. Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen.
Bandar Lampung: Universitas lampung. 2007.
54
secara patut.
tidak diskriminatif;
yang berlaku;
perkembangan industri fintech ini pun semakin dirasa penting. Sebagai industri
baru yang muncul akibat kemajuan teknologi membuat aspek hukum fintech masih
55
terus berkembang dan tidak dapat ditampung dengan berbagai regulasi yang ada
saat ini. Masih banyak regulasi yang belum terpenuhi dalam menjalankan sistem
masih berpatokan pada KUHPer, karena hanya beberapa jenis fintech yang sudah
memiliki aturan.
Dewasa ini baru dua lembaga yang menerbitkan peraturan khusus mengenai
fintech yaitu Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), namun
hanya beberapa jenis fintech yang berada di dalam peraturan tersebut. Berikut
Teknologi Finansial
Efek Reksadana
56
layanan jasa perbankan dan keuangan yang umumnya dilakukan oleh perusahaan
keuangan yang lebih praktis, aman serta modern. Bentuk dasar Fintech antara lain
Pembayaran (digital wallets, P2P payments), Investasi (equity Crowd funding, Peer
yang menyediakan ruang eksklusif bagi kegiatan pinjam meminjam uang secara
kuasa untuk menyalurkan dana dari Pemberi Pinjaman kepada Penerima Pinjaman.
66
Nofie Iman, Loc.Cit.
57
58
kepada para Pemberi Pinjaman.67 Berdasarkan hal tersebut Pemberi Pinjaman hanya
oleh Penyelenggara.
Passagi mengatakan bahwa untuk saat ini aturan bunga untuk Peer to Peer Lending
diatur OJK secara tidak langsung, besaran bunga diatur melalui Asosiasi Fintech
Berama (AFPI) Widyatmoko menjelaskan dalam aturan main baru ini, fintech yang
tergabung dalam asosiasi tidak boleh memberikan beban biaya tambahan melebihi
100% dari nilai pokok atau prinsipal. Selain itu, waktu penagihan akan terhenti pada
hari ke-90 dari tanggal jatuh tempo pembayaran. Artinya, ketika peminjam tidak bisa
mengembalikan pinjaman sampai 90 hari setelah tanggal jatuh tempo, maka besaran
peminjam masih belum bisa membayar maka tidak boleh ditagih, konsekuensinya
mereka tidak akan mendapat pinjaman dari Peer to Peer Lending dan dari perbankan
lagi. 70 Hendrikus juga mengatakan telah mewajibkan fintech bekerja sama dengan
perusahaan asuransi untuk penjaminan kredit. Dengan begitu, jika ada tunggakan
67
https://www.investree.id/how-it-works, Loc.Cit.
68
https://www.cnbcindonesia.com. Akses 3 Mei 2019, Pukul 21.22 WIB
69
https://www.cnnindonesia.com. Akses 2 Mei 2019, Pukul 14.00 WIB
70
Hendrikus Passagi dan Roberto Akyuwen. Evolusi Industri & Fintech Lending:
Peluang dan Tantangan Untuk Mahasiswa. Seminar Nasional OJK Goes to Campus. Kampus
Magister Manajemen UNSRI Palembang: 2 Mei 2019
59
lebih dari 3 bulan, perusahaan asuransi akan menanggung kerugian atas kredit macet.
online, Ojek online, Pinjaman online merupakan bagian dari Fintech yang kini tengah
mereka menggunakan layanan berbasis internet ini. Belakangan ini Fintech P2PL
legal menjadi sorotan lantaran melkukan penagihan dengan cara yang tidak wajar.
“Ali Akbar terkejut saat mendapat pesan pada aplikasi WhatsApp. Isi pesan itu
meminta Ali untuk menyampaikan pesan kepada teman semasa SMP bernama
Satria agar melunasi utang yang dipinjam dari platform aplikasi kredit
online RupiahPlus. Pesan tertulis kata kasar dan menyiratkan nada ancaman. Ali
sebagai emergency contact atau kontak darurat yang bisa dihubungi untuk transaksi
darurat.72” Upaya tersebut baru ditempuh oleh RupiahPlus apabila debitur mangkir
dari kewajibannya untuk membayar utang dengan jangka waktu lebih dari 30 hari
setelah jatuh tempo pembayaran utang. upaya pertama yang ditempuh RupiahPlus
adalah dengan memberikan notifikasi pengingat berupa pesan tertulis kepada debitur
bahwa tanggal jatunnh tempo pinjaman sudah dekat, jadi cicilan utang harus
71
https://m.katadata.co.id/berita/2019/02/15/cegah-bunuh-diri-nasabah-fintech-ojk-
atur-bunga-hingga-asuransi. Akses 15 Mei 2019, Pukul 20.35 WIB
72
https://tirto.id/kasus-rupiahplus-saat-urusan-utang-meneror-data-pribadi-cNVl.
Akses pada 15 Mei 2019, Pukul 20.30 WIB
60
dibayarkan. Notifikasi tertulis ini bahkan berlaku sampai dengan H+7 setelah jatuh
tempo pembayaran utang harus dilakukan. Cara ini juga lazim dilakukan oleh
lembaga keuangan yang memberikan kredit. Namun, bila debitur tetap membandel,
kontak darurat atau emergency contact yang disertakan oleh debitur. Celakanya,
kontak darurat yang diberikan oleh debitur bisa jadi adalah nomor fiktif, sehingga
pemberi pinjaman bisa kehilangan jejak.73 Saat emergency contact tersebut tidak bisa
dihubungi, RupiahPlus baru mengakses data phone contact maupun phone record
milik debitur.
Oleh Karena itu diperlukan perlindungan hukum apabila terjadi gagal bayar oleh
Penerima Pinjaman dan kemudian ditagih dengan cara yang tidak sepatutnya. Untuk
perlindungan hukum bagi pengguna layanan Fintech berbasi Peer to Peer Lending
yaitu pencegahan, dimana sebelum seseorang itu dan/atau kelompok melakukan suatu
kegiatan atau tindakan yang bersifat negatif atau melakukan suatu kejahatan yang
73
Ibid
Philipus M. Hadjon, “Pengantar Hukum Administrasi Indonesia”, (Yogyakarta:
74
adalah dengan menerapkan prinsip dasar perlindungan hukum bagi Pengguna layanan
Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi antara lain
prinsip transparansi, perlakuan yang adil, keandalan, kerahasiaan dan keamanan data,
dan penyelesaian sengketa pengguna secara sederhana, cepat dan biaya terjangkau.
untuk menyelesaikan sengketa. Perlindungan hukum ini baru bisa dilakukan setelah
berbasis Peer to Peer Lending bisa terjadi antara Pengguna dengan Pengguna lainnya
maupun dengan antara Pengguna dengan Penyelenggara. Jika sengketa tersebut benar
terjadi maka ada mekanisme tertentu untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut.
Pihak yang merasa dirugikan dapat mengajukan pengaduan agar sengketa yang
Dengan adanya tindakan pengaduan dari Pengguna layanan Fintech berbasis Peer
pihak yang dirugikan dalam hal ini Pengguna Fintech, sebagaimana Pasal 38 POJK
75
Pasal 40 POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
Keuangan
62
bahwa pelaku jasa keuangan dalam hal ini adalah Penyelenggara layanan Fintech
atau perbaikan produk dan atau layanan, jika pengaduan konsumen benar.
Apabila dalam hal pengaduan tidak mencapai suatu kesepakatan, maka Penerima
Peer to Peer Lending) yang dirugikan oleh pelaku jasa keuangan yaitu Penyelenggara
layanan Fintech.
Konsep dari layanan Finetch berbasis Peer to Peer Lending menyalurkan dana dari
Pemberi Pinjaman kepada Penerima Pinjaman dalam suatu platform yang disediakan
berbasis Peer to Peer Lending merupakan wewenang dari OJK untuk mengatur dan
mengawasi terhadap seluruh kegiatan dalam sektor jasa keuangan. Sehingga dengan
63
demikian OJK harus siap dengan mekanisme penyelesaian masalah yang akan timbul
dikemudian hari apabila terjadi gagal bayar oleh Penerima Pinjaman dan kemudian
ditagih dengan cara yang tidak sepatutnya sehingga menimbulkan baik kerugian
materil maupun immateril dalam mekanisme layanan Fintech berbasis Peer to Peer
Lending.76
Sebagai suatu tindak lanjut dalam rangka menciptakan suatu sistem penyelesaian
sengketa konsumen secara sederhana, cepat, dan biaya terjangkau, maka OJK
jasa keuangan (khususnya antara konsumen dengan lembaga jasa keuangan), yang
76
https://www.ojk.go.id/id/kanal/edukasi-dan-perlindungan-
konsumen/Pages/Lembaga-Alternatif-Penyelesaian-Sengketa.aspx. Akses 8 Mei 2019 Pukul
10.37 WIB
77
Abd. Aziz Billah, “Peran Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Dalam
Sektor Jasa Keuangan Guna Mendukung Pembangunan Ekonomi Nasional”. Jurnal
Rechtsvinding. Volume 7, Nomor 1, April 2018
64
LAPS disektor jasa keuangan untuk menyelesaikan sengketa antara konsumen dengan
LJK.78
Berkaitan dengan penyelesaian sengketa secrara represif maka upaya yang dapat
dilakukan konsumen bila terjadi sengketa, maka Peer to Peer Lending masuk pada
sengketa lembaga keuangan, lembaga yang berwenang dalam hal ini adalah Lembaga
Dalam interaksi antara konsumen dengan Lembaga Jasa Keuangan (LJK) yang
dinamis, ditambah dengan jumlah produk dan layanan jasa keuangan yang selalu
antara konsumen dengan LJK mengenai suatu produk atau layanan jasa keuangan
terkait. Sengketa juga dapat disebabkan kelalaian konsumen atau LJK dalam
78
Ibid
Otoritas Jasa Keuangan, “Edukasi Dan Perlindungan Konsumen”, diakses dari
79
http://www.ojk.go.id/id/kanal/edukasidanperlindungankonsumen/Pages/LembagaAlternatif-
Penyelesaian-Sengketa.aspx akses tanggal 05 Mei 2019 pukul 16.20 WIB
65
OJK tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan diatur bahwa setiap
LJK wajib memiliki unit kerja dan atau fungsi serta mekanisme pelayanan dan
OJK menetapkan kebijakan bahwa setiap sektor jasa keuangan memiliki satu
perkembangan di sektor jasa keuangan yang senantiasa cepat, dinamis, dan penuh
inovasi, maka LAPS di sektor jasa keuangan memerlukan prosedur yang cepat,
berbiaya murah, dan dengan hasil yang obyektif, relevan, dan adil. Penyelesaian
sengketa melalui lembaga ini bersifat rahasia sehingga masing-masing pihak yang
dilakukan oleh orang-orang yang memang memiliki keahlian sesuai dengan jenis
Dengan adanya LAPS, maka akan terwujud adanya kepastian bagi konsumen dan
80
Ibid
66
LJK atas sengketa yang timbul. Putusan yang dihasilkan dalam penyelesaian
kebutuhan konsumen.
1. Mediasi
salah satu pihak, serta dilakukan secara tertutup sehingga unsur kerahasiaannya
dapat terjaga.81
2. Ajudikasi
menjatuhkan putusan atas sengketa yang timbul di antara pihak yang dimaksud.
Putusan ajudikasi mengikat para pihak jika konsumen menerima. Dalam hal
81
http://lapspi.org/mediasi. Akses 8 Mei 2019 Pukul 20.53 WIB
67
3. Arbitrase
pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
a. Mudah diakses;
b. Murah;
c. Cepat;
d. Dilakukan oleh SDM yang kompeten dan paham mengenai industri jasa
keuangan.83
4. Prinsip LAPS
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 tentang
a. Prinsip aksesibilitas
82
Otoritas Jasa Keuangan, “Edukasi Dan Perlindungan Konsumen”, diakses dari
http://www.ojk.go.id/id/kanal/edukasidanperlindungankonsumen/Pages/LembagaAlternatif-
Penyelesaian-Sengketa.aspx. akses tanggal 05 Mei 2019 pukul 16.20 WIB
83
Ibid
68
b. Prinsip independensi
independensi SDM LAPS. Selain itu, LAPS juga memiliki sumber daya yang
c. Prinsip keadilan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perlindungan hukum sangat diperlukan untuk menjamin kepastian hukum
khususnya bagi Penerima Pinjaman apabila terjadi gagal bayar dari pihak
keamanan data, dan penyelesaian sengketa Pengguna secara sederhana, cepat dan
biaya terjangkau.
2. Upaya yang dapat dilakukan konsumen bila terjadi sengketa dapat dlakukan
Dengan adanya tindakan pengaduan dari Pengguna layanan Fintech berbasis Peer
Dalam POJK tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan diatur bahwa
setiap LJK wajib memiliki unit kerja dan atau fungsi serta mekanisme pelayanan
dan penyelesaian pengaduan bagi konsumen. Apabila dalam hal pengaduan tidak
layanan Fintech berbasis Peer to Peer Lending) yang dirugikan oleh pelaku jasa
B. Saran
penegasan terhadap regulasi atas hak konsumen dalam hubungan usaha dengan
diperlukan aturan yang final and binding sehingga prinsip transparansi, perlakuan
yang adil, keandalan, kerahasiaan dan keamanan data, dan penyelesaian sengketa
pengguna secara sederhana, cepat dan biaya terjangkau dapat terwujud tanpa
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Beni Achmad Saehani. 2008. Metode Penelitian Hukum. Bandung: Pustaka Setia
Moh. Kusnadi dan Harmaily Ibrahim. 1998. Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta:
Sinar Bakti.
M. Yahya Harahap. 1982. Segi- Segi Hukum Perjanjian. Bandung: Alumni.
Jurnal
Abd. Aziz Billah. 2018. Peran Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Dalam
Sektor Jasa Keuangan Guna Mendukung Pembangunan Ekonomi Nasional.
Jurnal Rechtsvinding. Vol. 7, Nomor 1, Fakultas Hukum Universitas
Indonesia
Ernama Santi, Budiharto, Hendro Saptono. 2017. Pengawasan Otoritas Jasa
Keuangan Terhadap Financial Technology (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 77/Pojk.01/2016). Diponegoro Law Journal. Vol 6, Nomor 3. Fakultas
Hukum, Universitas Diponegoro
Hetty Hasanah. Perlindungan Konsumen dalam Perjanjian Pembiayaan, Konsumen
atas Kendaraan Bermotor dengan Fiducia. Jurnal Unikom, vol.3.
Imanuel Aditya Wulanata Chrismastianto. 2017. “Analisis SWOT Implementasi
Teknologi Finansial Terhadap Kualitas Layanan Perbankan di Indonesia”,
Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.20, Edisi 1, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pelita Harapan Tanggerang,
Rafael La Porta. 1999. Investor Protection and Corporate Governance, Jurnal of
Financial Economics, No. 58.
Skripsi
Alfhica Rezita Sari. 2018. Skripsi: Perlindungan Hukum Bagi Pemberi Pinjaman
Dalam Penyelenggaraan Financial Technology Berbasis Peer to Peer
Lending Di Indonesia. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Seminar
Hendrikus Passagi dan Roberto Akyuwen. 2019. Evolusi Industri & Fintech Lending:
Peluang dan Tantangan Untuk Mahasiswa. Seminar Nasional OJK Goes to
Campus. Kampus Magister Manajemen UNSRI Palembang: 2 Mei 2019
Internet
Dea Chadiza Syafina. RupiahPlus, Saat Urusan Utang Meneror Data Pribadi.
https://tirto.id/kasus-rupiahplus-saat-urusan-utang-meneror-data-pribadi-
cNVl. Akses tanggal 15/05/2019, Pukul 20.30 WIB
Desy Setyowati. Cegah Bunuh Diri Nasabah Fintech, OJK Atur Bunga hingga
Asuransi. https://m.katadata.co.id/berita/2019/02/15/cegah-bunuh-diri-
nasabah-fintech-ojk-atur-bunga-hingga-asuransi. Akses tanggal 15/05/2019,
Pukul 20.35 WIB
Diana Kusumasari, S.H., M.H. 2011. Ciri dan Isi Surat Kuasa Khusus.
www.hukumonline.com. Akses tanggal 11/04/2019, Pukul 21.15 WIB.
Dunia Fintech. 2017. Apa itu Fintech dan Jenis Startup di Indonesia.
https://www.duniaFintech.com, Akses Tanggal 11/03/2019, Pukul 20.19 WIB.
Timothy R. Lyman, Gautam Ivatury, dan Stefan Staschen. 2008. “Use of Agents in
Branchless Banking for the Poor: Rewards, Risk and Regulation”.
http://www.cgap.org. Akses 17/01/2019, Pukul 11.45 WIB.
Yanurisa Ananta. 2019. OJK: Bunga P2P Lending Diatur Secara Tidak Langsung.
https://www.cnbcindonesia.com. Akses 3 Mei 2019, Pukul 21.22 WIB.
Walter P. Semua yang Perlu Anda Ketahui Tentang Peer to Peer
Lending (P2P). https://koinworks.com. Akses Tanggal 13/04/2019, Pukul
21.10 WIB.