Anda di halaman 1dari 12

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Rumah Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Imam Bonjol...

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH DI PERBANKAN SYARIAH


YENTI AFRIDA
Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol Padang
E-mail: yentirifki@gmail.com

Abstract
The research theme is the concept of the bank in accordance with Islamic economics. The research objective is:
to analyze murabaha financing in Islamic banking. Research is the study of literature. The object of research
is the banking industry in Indonesia. To ensure that the implementation of murabaha financing to fit this
concept, it requires strict supervision of the Sharia Supervisory Board or the National Islamic Council, so
pembiaayan murabaha as financing belle of Islamic banking can be guarded and not tarnish the image and
prestige of Islamic banking so that no impression that the bank sharia is the same as conventional banks.

Keywords: Financing, Murabaha, Sharia Bank

PENDAHULUAN bulannya. Pada bulan April 2016, pembiayaan


Semenjak berdirinya perbankan dengan murabahah berkisar sebesar Rp. 117.375 miliar
konsep syariah pada tahun 1998 hingga atau sebesar 58.13% dari total pembiayaan
sekarang market share perbankan syariah baru perbankan syariah di Indonesia sebesar 203
mencapai lebih kurang 5 % saja, sementara miliar. Gambaran ini memberikan indikasi
perbankan syariah menjadi unggul dengan bahwa akad murabahah lebih mendominasi
beragam produknya yang sangat bervariasi. di perbankan syariah dibandingkan dengan
Salah satu keunggulan perbankan syariah akad-akad lainnya.
terletak pada sistem bagi hasilnya, sehingga Hal ini salah satunya disebabkan oleh
tidak salah masyarakat menyebut bank sistem penentuan marginnya yang transparan
syariah dengan bank bagi hasil, akan tetapi karena dalam murabahah harga pokok dan
pada kenyataannya pembiayaan di perbankan keuntungan disepakati diantara kedua belah
syariah tidak didominasi oleh pembiayaan pihak. Bai’al-murabahah adalah jual beli
mudharabah dengan konsep bagi hasilnya, barang pada harga asal dengan tambahan
akan tetapi lebih didominasi oleh pembiayaan keuntungan yang disepakati. Dalam Bai’al-
murabahah. Pembiayaan murabahah selalu murabahah bank harus memberi tahu harga
menjadi primadona dibandingkan dengan produk yang dijual kepada nasabah dan
produk perbankan syariah lainnya. Hal ini bisa menentukan tingkat keuntungan sebagai
dilihat dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tambahan (Antonio, 1999). Dalam akad
tentang perkembangan pembiayaan murabahah murabahah, bank melakukan mark-up
yang cendrung mengalami peningkatan setiap (menaikkan harga) terhadap keuntungan
156 JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016

yang telah disepakati pada perjanjian Bahkan yang lazim terjadi di perbankan
awal. Pada perjanjian murabahah ini, bank syariah adalah dimana nasabah telah memiliki
membiayai pembelian barang atau aset yang koneksi atau berlengganan dengan toko
dibutuhkan oleh nasabah dengan membeli tertentu yang harganya lebih murah, sehingga
barang tersebut kepada pemasok (suplier) bank memberikan fasilitas tersebut kepada
kemudian menjualnya kepada nasabah dengan nasabah dengan melakukan perjanjian wakalah
menambah suatu mark-up atau keuntungan. (perwakilan) yang pada akhirnya nasabah
Misalnya jika nasabah membutuhkan sebuah hanya menyerahkan kwitansi pembelian
rumah, maka bank syaariah akan membelikan barang sebagai bukti bahwa murabahah yang
rumah seharga Rp. 300 Juta. Rumah tersebut telah ditandatangani bisa berjalan sesuai
akan dijual kepada nasabah dengan tambahan dengan prosedurnya.
keuntunagn (margin) sebesar Rp. 60 Juta. Maka Pemberian pembiayaan murabahah dalam
harga jual rumah kepada nasabah sebesar Rp. jangka waktu yang panjang menimbulkan
360 Juta yang akan dicicil selama 36 bulan/3 resiko tidak bersaingnya bagi hasil kepada
tahun dengan besar cicilan Rp. 10 Juta/bulan. pihak ketiga (nasabah). menurut Adiwarman
Total harga jual tersebut tidak akan berubah Karim, resiko pada akad murabahah timbul
sampai pembiayaan lunas meskipun terjadi karena:
kenaikan suku bunga di bank konvensional 1. Kenaikan DCRM (Direct Competitor
atau terjadinya gejolak ekonomi. Market Rate)
Dengan kata lain, penjualan barang kepada 2. ICRM (Indirect Competitors Market Rate)
nasabah dilakukan atas dasar cost plus profit
3. Kenaikan ECRI (Expected Competitive
(Sjahdeini, 1999). Adapun jenis barang yang
Return of Investors)
dibutuhkan nasabah dan besarnya keuntungan
yang akan diperoleh bank disepakati dimuka Bank dapat menetapkan jangka waktu
dengan akad ijab dan qabul antara nasabah dan maksimal untuk pembiayaan murabahah
bank. Secara konsep, dalam akad murabahah, dengan pertimbangan hal-hal berikut:
bank syariah akan membelikan barang 1. Tingkat margin saat ini dipredidkdi
yang dimintakan oleh nasabah kemudian perubahannnya dimasa yang akan
bank menjualnya kembali kepada nasabah datang yang akan berlaku di perbankan
dengan tambahan keuntungan atau margin syariah (Direct Competitor Market Rate)
bank. Akan tetapi dalam kenyataannya, semakin cepat perubahan DCRM
bank hanyalah lembaga intermediary yang diperkirakan, maka semakin pendek
tidak mempunyai barang-barang sesuai jangka waktumaksimal pembiayaan.
dengan permintaan nasabah sehingga untuk 2. Suku bunga kredit yang berlaku saat ini
memenuhi permintaan tersebut, bank harus dan diprediksi perubahannya dimasa
membelinya terlebih dahulu kepada suplier. mendatang yang berlaku di pasar perbankan
Analisis Pembiayaan Murabahah (Yenti Afrida) 157

konvensional (ICRM). Semakin cepat karena bank harus mencapai target yang telah
perubahan ICRM diperkirakan terjadi, ditetapkan perusahaan. Pertanyaannya adalah
semakin pendek jangka waktu pembiayaan. apakah konsep murabahah dengan wakalah ini
3. Ekspektasi bagi hasil kepada pihak ketiga sesuai dengan murabahah menurut ulama fikih?
yang kompetitif di pasar perbankan syariah
ECRI (Expected Competitive Return of PEMBAHASAN
Investors). semakin besar perubahan ECRI Konsep Murabahah dan Wakalah
diperkirakan akan terjadi, semakin pendek Murabahah secara bahasa berasa dari
jangka waktu maksimal pembiayaan. kata ‫ رﺑﺢ‬yang berarti keuntungan, karena
Resiko suku bunga dalam konteks dalam jual beli murabahah harus menjelaskan
perbankan syariah bisa terjadi pada pembiayaan keuntungannya. Sedangkan menurut istilah
murabahah yang diambil dari rekening murabahah adalah jual beli dengan harga pokok
investasi. Dimana nasabah mengharapkan dengan tambahan keuntungan (Al Zuhaili,
tingkat keuntungan yang sama dengan 1984). Salah satu skim fiqh yang paling populer
tingkat keuntungan suku bunga di perbankan digunakan oleh perbankan syariah adalah skim
konvensional. Sehingga kenaikan suku bunga jual beli murabahah. Transaksi pembiayaan
investasi di bank kompetitor akan menyebabkan murabahah ini lazim dilakukan oleh Rasulullah
nasabah menarik dananya ketika perbankan SAW dan para sahabatnya. Secara sederhana,
syariah tidak menaikkan nisbah bagi hasil. Hal murabahah berarti suatu penjualan barang
ini menjadi dilematis bagi perbankan syariah, seharga barang tersebut ditambah dengan
karena disatu sisi, nasabah penabung pasti margin yang disepakati (Karim, 2007).
mengharapkan keuntungan yang meningkat Bentuk-bentuk akad jual beli yang telah
sesuai dengan suku bunga, disisi lain perbankan dibahas oleh para ulama dalam fiqh muamalah
tidak mungkin merubah harga jual pada akad terbilang sangat banyak sekali. Namun dari
pembiayaan murabahah sesuai dengan kontrak sekian banyak akad jual beli tetap disandarkan
yang telah disepakati. Prosedur seperti ini pada tiga jenis akad jual beli yang syar’i (memakai
sangat berpeluang besar bagi nasabah untuk sistem syariah) yaitu Ba’i al Murabahah, Ba’i As
menyelewengkan akad murabahah yang mana Salam, dan Ba’i Istishna (Antonio, 2001). Dari
pada mulanya bank mewakilkan pembelian tiga jenis akad ini telah berkembang macam-
barang kepada nasabah sesuai dengan akad, macam akad jual beli. Murabahah merupakan
sementara ditengah jalan, nasabah bisa saja salah satu bentuk jual beli amanah yang
mempergunakan uang yang diberikan untuk dikenal dalam syari’at Islam, karena penjual
keperluan lain. Permasalahan ini menarik untuk disyaratkan melakukan kontrak terlebih dahulu
dikaji, karena banyak kesan negatif bahwa bank dengan menyatakan harga barang yang akan
syariah lebih mengutamakan faktor bisnis dibeli (Hulwati, 2006). Dalam pembiayaan
atau keuntungan dibanding sisi syariahnya, murabahah bank menetapkan harga jual
158 JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016

barang yaitu harga pokok perolehan barang segera dan pembayaran ditangguhkan atau
ditambah sejumlah margin keuntungan bank. dilakukan secara berangsur). Oleh sebab itu,
Harga jual yang telah disepakati di awal akad murabahah merupakan salah satu bentuk jual
tidak boleh berubah selama jangka waktu beli yang dihalalkan (Iska, 2012).
pembiayaan. Contoh aplikasi di perbankan Landasan Hukum Murabahah:
syariah (Laksmana, 2009):
1. Landasan hukum murabahah didalam
1. Pembiayaan konsumtif: Pembiayaan ßSÉ ÁÚ V" Y SÄ<W%XÄ |ÚÏ°Š \IvcU ‘›Wc
Al-Qur’an:
Kepemilikan Rumah, Pembiayaan
a. QS. An-Nisa’ [4]:29:
kepemilikan Mobil, Pembiayaan Pembelian DUßS+Y ¯ ©#Ú V"°¼Y›WÙSį<W%0ÁXÄ
É Á |Ú R<ØoÏ°W1Ŋ\IVšXvcSU Ù%‘›WcU
Perabot Rumah Tangga. ßSÉ ÁÚ V" Y SÄ<W%XÄ |ÚÏ°Š \IvcU ‘›Wc
ßSÉ ÁÚ V" Y SÄ<W%XÄ |ÚÏ°Š \IvcU ‘›Wc
2. Pembiayaan Produktif: Pembiayaan YXT  ×1Å DU=°K%+Yº
¯ ©#°¼Wm›WV"ÙCW¯Ã0Á™Q Wm›SI°%R<ØoW|E
1ÅVSŚXS Ù%U V"
DU +Y¯ ©#°¼›WÙ¯ 0ÁR<ØoW 1ÅVšXSÙ%U
Investasi Mesin dan Peralatan, Pembiayaan DU +Y¯ ©#°¼›WÙ¯ 0ÁR<ØoW 1ÅVšXSÙ%U
YXT  ×1Å=°K% ºWmV" CW Ã×1Å ™QWm›SI°% |ESÅÉ È)Ù V"V"
Investasi Gedung dan Bangunan, YXT  ×1Å=°K% ºWmV" CWÃ_™QÁÝWm5U›SI°%ßS|E SÅV"
YXT  ×1Å=°K% ºWmV" CWà ™QWm›SI°% |ESÅV"
Pembiayaan Persediaan Barang Dagangan,
 ×1Å_ÁÝ5U ßSÉ È)Ù V"
dan Pembiayaan Bahan Baku Produksi.  ×1Å_ÁÝ5U ßSÉ È)Ù V"
 ×1Å_ÁÝ5U ßSÉ È)Ù V"
Karena dalam defenisinya disebutkan “Hai orang yang beriman! Janganlah
adanya keuntungan yang di sepakati, kalian saling memakan (mengambil)
karakteristik murabahah adalah si penjual harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang
harus memberi tahu terlebih dahulu pembeli berlaku sukarela diantaramu...”
tentang harga pokok pembelian barang
dan menyertakan jumlah keuntungan yang b. QS. Al-Baqarah [2]:275:
SW­Jm W3ˆm\OXT \ÌÙkWÙ Œ ‰#\OU XT
ditambahkan pada biaya tersebut. Dalam teknis SW­Jm W3ˆm\OXT \ÌÙkWÙ Œ ‰#\OU XT
SW­Jm W3ˆm\OXT \ÌÙkWÙ Œ ‰#\OU XT
yang ada diperbankan syariah, murabahah SW­Jm W3ˆm\OXT \ÌÙkWÙ Œ ‰#\OU XT
merupakan akad jual dan beli yang terjadi “…Dan Allah telah menghalalkan jual
antara pihak bank syariah selaku penyedia beli dan mengharamkan riba...”
barang yang menjual kepada nasabah yang c. QS. Al-Maidah [5]:1:
memesan dalam rangka pembelian barang
itu. Keuntungan yang diperoleh dari pihak  °jSÁ °jÄÈSÁÙÄȯ ÙSÉ
¯ ÙSÉØTUÙØTßU SßÄ<SW%Ä<XW%ÄXÄ|Ú
|ÚÏ°Ï°ŠŠ \IvcU ‘›cWc
°jSÁ ÄÈÙ¯ SÉÙØTU ßSÄ<W%XÄ |ÚÏ°Š \IvcU ‘›Wc
bank syariah dalam transaksi ini merupakan °jSÁ ÄÈÙ¯ SÉÙØTU ßSÄ<W%XÄ |ÚÏ°Š \IvcU ‘›Wc
“Hai orang yang beriman! Penuhilah
keuntungan jual beli yang telah disepakati akad-akad itu...”
secara bersama (Huda, 2010). Jual beli dengan
bentuk murabahah ini terdapat dalam bentuk d. QS. Al-Baqarah [2]:280:
pesanan, yang diistilahkan oleh Imam Syafi’I Q Xn\ƒØoW% rQ¯ ÏQWm°ÀR<VÙ QXnՃÄà TÉl |E[ D¯ XT
sebagai al- amir bi al- shira. Ia juga dapat QXn\ƒØoW% QrXnQ\ƒ¯ ØoÏQW%Wm°À
rQR<¯ VÙÏQQWmXn°ÀՃR<VÙÄÃQXnTÉՃlÄÃ|E
TÉl |E
[ D¯[XTD¯ XT
QXn\ƒØoW% rQ¯ ÏQWm°ÀR<VÙ QXnՃÄà TÉl |E[ D¯ XT
disamakan dengan Bay’ bi Tsaman Ajil atau Bay’ “Dan jika (orang berutang itu) dalam
kesukaran, maka berilah tangguh sampai
Mu’ajal (jual beli yang barangnya diserahkan ia berkelapangan...”
Analisis Pembiayaan Murabahah (Yenti Afrida) 159

Dari ayat-ayat diatas jelas Allah melarang 3. Kaidah Usul Al-fiqh:


memakan harta dengan cara yang tidak Hal ini sejalan dengan kaidah Ushul fiqh
diridhoinya, kecuali dengan transaksi yang (Djazuli, 2007):
berdasarkan suka sama suka diantara kedua
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah
belah pihak. boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
|ÚÏ°Š \IvcU ‘›Wc
mengharamkannya”.
2. Hadist Rasulullah SAW
0ÁR<ØoW 1ÅVšXSÙ%U 4. Ijma’
a. Hadist Rasulullah Riwayat Tirmidzi:
Umat manusia telah berkosensus tentang
à ™QWm›SI°% |ESÅV" ǾǼǟ Ǿdzdz¦ ȆǓ ¦° Ǟǧ ¦° Ǻƥ¦ ƨǟ ¦ǧ° Ǻǟ keabsahan jual beli, karena manusia sebagai

×1Å_ÁÝ5U ßSÉ È)Ù V" DzƠLJ ǶǴLJ‫ ت‬ǾȈǴǟ Ǿdzdz¦ ȄǴǏ ȆƦǼdz¦ ؓ¦ ) anggota masyarakat selalu membutuhkan
apa yang dihasilkan dan dimiliki orang lain.
ǂdz¦ DzǸǟ :‫ ׿‬Ƣǫ ? ƤȈ¶¢ §Ljǰdz¦ ńՀ Oleh karena jual beli ini adalah salah satu
(°Ȃ ǂƦǷ ǞȈƥ Dzǯ Ȃ ϩ ƾȈƥ DzƳ jalan untuk mendapatkan secara sah, dengan
demikian mudahlah bagi setiap individu
(Ƕǯ ƢƸdz¦ ǾƸƸǏȂ ° ¦DŽƦdz¦ ϩ¦Ȃ°) untuk memenuhi kebutuhannya. Dari dasar
"Dari Rifa’ah Ibn Rafi’, bahwa Rasulullah
hukum di atas, dapat disimpulkan bahwa
ditanya: “wahai Rasulullah, pekerjaan apa transaksi Murabahah itu dibolehkan dan tidak
yang paling baik”? Rasulullah menjawab bertentangan dengan ajaran syari’at Islam serta
 ‰#\OU XT pekerjaan orang dengan tangannya sendiri
memberikan keringanan kepada pembeli untuk
dan jual beli secara mabrur” (Riwayat
Ahmad, Al Bazzar dan Ath Thabrani) memeperoleh barang yang diinginkan walaupun
(As-Shan’ani, 1995). dengan pembayaran yang tidak tunai.
b. Hadist Rasulullah Riwayat Tirmidzi:
Rukun dan Syarat Murabahah
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Untuk menentukan sah atau tidaknya
ÚÏ°Š \IvcU ‘›Wc jual beli itu harus dilakukan suka sama akad pembiayaan murabahah, terlebih dahulu
suka”. (HR. Al-Baihaqi dan Ibnu Majah,
dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).
harus memenuhi rukun dan syarat tertentu
sesuai dengan syari’at Islam. Oleh karena itu
c. Hadist Rasulullah Riwayat Ibnu Majah: pembiayaan murabahah ini menggunakan akad
Nabi bersabda, “ada tiga hal yang jual beli, maka dalam pembiayaan murabahah
mengandung berkah: jual beli tidak secara
TÉl |E[ D¯ XT tunai, muqharadah (mudharabah), dan
ini harus ada rukun dan syarat jual beli sebagai
mencampur gandum dengan jewawut untuk berikut (Al Zuhaili, 1984):
keperluan rumah tangga, bukan untuk
dijual”. (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib). 1. Rukun Pembiayaan Murabahah
a. Ba’i atau penjual, penjual disini
d. Hadist Rasulullah Riwayat Jama’ah:
adalah orang yang mempunyai barang
“Menunda-nunda (pembayaran) yang
dilakukan oleh orang mampu adalah dagangan atau orang yang menawari
suatu kedzaliman...” suatu barang
160 JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016

b. Musytari atau pembeli, adalah orang yang 2) Antara Ijab dan Qabul (serah
melakukan permintaan terhadap suatu terima) harus selaras baik dalam
barang yang ditawarkan oleh penjual spesifik barang maupun harga
c. Mabi’ atau barang, adalah komoditi, yang di sepakati
benda, objek yang diperjualbelikan 3) Tidak menggantungkan keabsahan
d. Tsaman atau harga jual, adalah sebagai transaksi pada masa yang akan datang
alat ukur untuk menentukan nilai 4) Tidak membatasi waktu, misal
suatu barang saya jual kepada anda untuk jangka
e. Ijab dan Qabul yang dituangkan dalam waktu 10 bulan dan setelah itu
akad akan menjadi milik saya kembali

2. Syarat Pembiayaan Murabahah d. Harga

a. Pihak yang berakad (penjual dan 1) Harga jual adalah harga beli
pembeli) ditambah keuntungan

1) Cakap hukum 2) Harga jual tidak boleh berubah


selama masa perjanjian
2) Suka rela atau ridha, tidak dalam
keadaan terpaksa atau dibawah 3) Sistem pembayaran dan jangka
tekanan waktunya disepakati bersama

b. Objek yang diperjual belikan Beberapa hal yang harus diperhatikan


1) Tidak termasuk yang diharamkan dalam pembiayaan murabahah, yaitu sebagai
atau yang dilarang oleh agama berikut:
2) Bermanfaat a. Penjual memberitahukan biaya modal
3) Penyerahan dari penjual ke kepada nasabah
pembeli dapat dilakukan b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan
4) Merupakan hak milik penuh rukun yang ditetapkan
pihak yang berakad c. Kontrak harus bebas riba
5) Sesuai spesifikasi yang diterima d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli
pembeli dan diserahkan penjual bila terjadi cacat atas barang sesudah
6) Jika berupa barang bergerak maka pembelian
barang itu harus bisa dikuasai e. Penjual harus menyampaikan semua
pembeli setelah dokumentasi dan hal yang berkaitan dengan pembelian,
perjanjian akad diselesaikan misalnya jika pembelian dilakukan secara
c. Akad atau Sighat (Ijab dan Qabul) hutang

1) Harus jelas dan disebutkan secara Jual beli secara murabahah di atas hanya
spesifikasi dengan siapa berakad untuk barang atau produk yang telah dikuasai
Analisis Pembiayaan Murabahah (Yenti Afrida) 161

..‫ﻓﺎﺑﻌﺜﻮا أﺣﺪﻛﻢ ﺑﻮرﻗﻜﻢ ﻫﺬﻩ اﱄ اﳌﺪﻳﻨﺔ‬


atau dimiliki oleh penjual pada waktu negosiasi
dan berkontrak (Antonio, 2001).
‫ﻓﻠﻴﻨﻈﺮ أﻳﻬﺎ أزﻛﻲ ﻃﻌﺎ ﻣﺎ ﻓﻠﻴﺄﺗﻜﻢ ﺑﺮزق ﻣﻨﻪ‬.
Wakalah
“Maka suruhlah salah seorang diantara kamu
Wakalah atau wikalah merupakan isim pergi ke kota dengan membawa uang perakmu
mashdar yang secara etimologi berarti taukil ini dan hendaklah dia melihat mana makanan
yang lebih baik lalu hendaklah dia membawa
yaitu menyerahkan atau mewakilkan dan makanan itu untukmu”.
menjaga (Ath-Thayyar, 2009).
Adapun dasar dari hadis adalah bahwa
Secara terminologi Wakalah adalah:
nabi SAW pernah mewakilkan kepada ‘Urwah
‫ﺗﻔﻮﻳﺾ ﺷﺨﺺ ﻣﺎﻟﻪ ﻓﻌﻠﻪ ﳑﺎ ﻳﻘﺒﻞ‬ al-Bariqi untuk membeli domba dan pernah
mewakilkan kepada Rafi’ untuk menerima
‫اﻟﻨﻴﺎﺑﺔ اﱄ ﻏﲑﻩ ﻟﻴﻔﻌﻠﻪ ﺣﺎل ﰲ ﺣﻴﺎﺗﻪ‬ pernikahan Maimunah (Ath-Thayyar, 2009).
“Suatu ungkapan yang mengandung maksud Dasar dari ijma’ adalah bahwa dalam kitab
penyerahan wewenang sesuatu kepada orang
lain agar meaksanakan apa yang didelegasikan”. a-Mughni disebutkan bahwa ulama sepakat
(Al Zuhaili, 2009) tentang dibolehkannya wakalah. Sedangkan
dasar qiyas adalah bahwa kebutuhanmanusia
Dari definisi di atas dapat disimpulkan
menuntut adanya wakalah karena tidak setiap
bahwa wakalah adalah suatu pendelegasian
orang mampu menyelesaikan urusannya sendiri
wewenang dari seseorang kepada orang lain
secara langsung sehingga ia membutuhkan
dimana orang yang mendelegasikan atau
orang lain untuk menggantikannya sebagai
mewakilkan tersebut adalah orang yang
wakil (Ath-Thayyar, 2009).
mempunyai hak tasharruf kepada orang yang
juga memiliki hak tassharruf terhadap sesuatu b. Rukun dan Syarat Wakalah
yang boleh diwakilkan. Islam mensyariatkan Rukun wakalah ada empat:
wakalah karena tidak semua orang mampu 1. Dua orang yang melakukan akad yaitu
secara sendiri menyelesaikan semua urusannya, orang yang mewakilkan dan orang
sehingga untuk hal itu, manusia harus yang menjadi wakil.
membutuhkan orang lain untuk mengurus 2. Shighat yaitu ijab dan qabul. Ijab dianggap
keperluannya dengan bertindak atas namanya. sah dengan semua lafal yang menunjukkan
a. Dasar Hukum Wakalah pemberian izin. Qabul dianggap sah
Wakalah disyariatkan dan hukum nya dengan semua lafal atau perbuatan
adalah boleh. Hal ini berdasarkan a-Qur’an, yang menunjukkan penerimaan, seperti
Hadis, ijma’ dan qiyas. Dalil dari al-Qur’an dengan melaksanakan perintah orang
diantaranya bisa diihat dari QS al-Kahfi ayat yang berwakil/
19 yang berbunyi: 3. Muwakkal fih yaitu sesuatu yang
diwakilkan. Boleh mewakilkan urusan
162 JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016

yang berhubungan dengan hak sesama dalam bentuk prosentase dari harga pembelian,
manusia, misalnya berupa transaksi, misalnya 10% atau 20%. Jadi pada dasarnya
pembatalan transaksi, memerdekakan akad ini merupakan bentuk pernyataan
budak, mencari istri dan merujuk langsung (natural centainty contrack) karena
setelah bercerai (Ath-Thayyar, 2009). dalam murabahah ditentukan berapa required
c. Macam-macam Wakalah rate of profit-nya (keuntungan yang ingin
dipereroleh) (Karim, 2003).
Wakalah terbagi kepada dua macam, yaitu
wakalah umum dan wakalah khusus. Secara konsep, murabahah hanya
melibatkan dua pihak yaitu penjual dan
1. Wakalah umum adaah mewakilkan
pembeli. Dalam aplikasinya di perbankan
semua urusan seperti perkataan seseorang
syariah, murabahah melibatkan tiga pihak,
“aku mewakilkan kepadamu semuanya,
yaitu nasabah sebagai pembeli, bank sebagai
baik sedikit maupun banyak”, atau “aku
penjual dan suplier sebagai pemasok barang
serahkan urusan kepadamu seluruhnya”,
kepada bank atas permintaan nasabah. Akan
demikian ini menurut Syafiiyah, Maikiyah
tetapi dalam realitanya, murabahah lebih
dan Hanabilah tidak dibolehkan karena
banyak teraplikasi dengan konsep murabahah
mengandung gharar (penipun).
bil wakalah. Artinya bank memberikan
2. Wakalah khusus adalah mewakilkan wewenang kepada nasabah untuk melakukan
tentang sesuatu dan masaah tertentu jual beli terhadap barang kebutuhan nasabah
seperti “aku mewakilkan kepadamu untuk dengan melakukan perjanjian wakalah
menjual atau membeli sesuatu”. (perwakilan), yang pada akhirnya nasabah
Dengan demikian dapat disimpulkan hanya menyerahkan kwitansi pembelian
bahwa wakalah adalah akad yang dibolehkan barang sebagai bukti bahwa murabahah yang
selama sesuai dengan syariah. Dan seorang ditanda tangani akadnya bisa berjalan sesuai
wakil hanya boleh bertindak atas nama orang dengan prosedurnya.
yang mewakilkan serta terbatas hanya untuk Dalam implementasinya, nasabah yang
urusan yang diwakilkannya. mengajukan pembiayan untuk pembelian
barang konsumtif diberikan surat kuasa
Impementasi Murabahah di Perbankan
berupa wakalah atau pendelegasian wewenang
Syariah
untuk membeli sendiri barang kebutuhannya
Secara sederhana murabahah berarti suatu kepada suplier, kemudian bank memberikan
penjualan barang seharga barang tertentu pembiayaan dengan mentransfer ke rekening
ditambah keuntungan yang disepakati, nasabah. Setelah membeli barang, kemudian
misalnya seseorang membeli barang kemudian nasabah menyerahkan kwitansi sebagai bukti
menjualnya kembali dengan keuntungan pembelian kepada bank dan sebagai bukti
tertentu. Besarnya keuntungan dapat bahwa nasabah benar-benar telah membeli
dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau
Analisis Pembiayaan Murabahah (Yenti Afrida) 163

barang sesuai akad, setelah itu bank menjual kepada nasabah untuk melakukan pembelian
lagi kepada nasabah dengan margin tertentu. barang yang diinginkan kepada suplier setelah
Bahkan praktek di lapangan, nasabah mendapatkan uang pembelian dari bank.
diberikan pembiayaan tanpa mempedulikan Praktek murabahah seperti ini menyerupai
objek yang akan diperjual belikan. Sehingga transaksi kredit pada perbankan konvensional.
muncul kesan bagi nasabah yang terbiasa Karena dalam prakteknya dalam murabahah
dengan skim kredit konsumtif bahwa “bank seperti ini, tidak lagi murni seperti konsep
syariah sama saja dengan bank konvensional”, muarabah dalam fiqh, tetapi sudah dipelintir
karena kebutuhan nasabah bukan lagi untuk sehingga mengarah pada model pemberian
pembelian barang akan tetapi untuk kebutuhan kredit di bank konvensional. karena nasabah
dana segar. Bahkan ada yang berpendapat tidak dibelikan barang tapi diberikan uang
bahwa murabahah bukan jual beli melainkan cash (Ath-Thayyar, 2009).
hilah dengan tujuan untuk mengambil riba. Setelah dananya terealisasi, nasabah bahkan
Ada sebagian ulama berpendapat bahwa tidak diberikan kewajiban menyerahkan
tujuan murabahah adalah untuk memperoleh kwitansi ataupun keterangan bahwa barang
riba dan menghasilkan uang sebagaimana tersebut telah dibeli, sehingga kepastian akad
bank konvensional. Penyimpangan dalam murabahah dan juga wakalah yang melekat
prakteknya ditemukan berulang kali pada pada produk pembiayaan murabahah tidak bisa
pembiayaan pembelian barang pesanan tidak terpenuhi secara baik. Jika dilihat secara konsep
dilakukan pihak bank tapi cukup dengan fiqh, wakalah merupakan suatu pendelegasian
penyerahan bukti pembelian barang yang wewenang yang dibolehkan menurut syara’
akan dimurabahahkan, dimana hakikatnya selama unsur yang diwakalahkan terpenuhi.
nasabah sendiri yang telah memberi barang Artinya semua rukun dan syaratnya sesuai
tersebut atas nama nasabah di faktur. Bank dengan syariah. Karena wakalah secara
tinggal membayar nominal yang tertera terminologis adalah mewakilkan yang
di faktur ditambah dengan keuntungan dilakukan oleh orang yang punya hak tasharruf
(margin) yang disepakati bersama. Beberapa kepada orang yang juga memiliki hak tasarruf
kasus praktek murabahah menunjukkan tentang suatu yang boleh diwakilkan (Ath-
adanya penyimpangan dari aturan yang Thayyar, 2009).
mendasariadanya transaksi murabahah itu Artinya selama bank syariah melakukan
sendiri. Penyimpangan itu berupa selipan akad akad murabahah dengan wakakal dilakukan
wakalah dalam transaksi murabahah. sesuai dengan konsep fiqh, dimana bank
Wakalah dalam transaksi murabahah bertindak sebagai penjual barang yang harganya
terjadi melalui proses perwakilan antara sudah jelas seperti pembelian mobil di dealer,
pihsk perbankan kepada nasabah.diamana kemudian untuk memudahkan bagi nasabah
pihak perbankan mewakilkan pembelian memilih karakteristik dari barang yang akan
164 JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016

dibeli, maka bank mewakilkan pembelian barang kepada nasabah atas izin dan kuasa dari
kepada nasabah. Akan tetapi ketika orientasi bank, dan akad dibuat secara terpisah maka
bank lebih didominasi oleh unsur bisnis dan hal ini sejalan dengan fatwa DSN MUI No:
keuntungan semata, dimana bank syariah 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah
memberikan pembiayaan kepada nasabah pada poin 9 yang berbunyi “Jika bank hendak
yang mengajukan pembelian suatu objek, mewakilkan kepada nasabah untuk membeli
setelah melakukan wawancara singkat dan barang dari pihak ketiga, akad jual beli
melengkapi segala administrasi, nasabah murabahah harus dilakukan setelah barang
bisa langsunng direalisasikan akadnya tanpa secara prinsip menjadi milik bank”.
mempedulikan objek yang akan dibeli. Dalam fatwa ini secara jelas dinyatakan
Biasanya bank memberikan dana dengan bahwa bank boleh melakukan wakalah untuk
mentransfer ke rekening nasabah. Sebelum pembelian barang kebutuhan nasabah, hanya
dana ditransfer dan wakalah diikrarkan, bank saja untuk akad jual belinya harus dilakukan
dan nasabah terlebih dahulu menyepakati setelah barang tersebut “secara prinsip” sudah
harga jual, dimana harga jual tersebutlah dibeli oleh bank. Hal ini mengindikasikan
yang akan dibayar oleh nasabah secara cicilan. bahwa akad murabahah harus bebas dari
Harga jual itu sendiri terdiri dari harga pokok riba. Karena jika bank melakukan akad
ditambah margin. murabahah sebelum barang dimiliki bank,
Jika dalam prakteknya bank syariah maka margin yang ditetapkan terhadap barang
memberikan pembiayaan dengan murabahah yang akan diakadkan menjadi riba karena
wakalah sebelum barang menjadi milik bank, dalam kondisi seperti ini bank lebih bersifat
maka akad murabahah tidak sesuai dengan memberikan pinjaman uang kepada nasabah
konsep fiqh, hal ini disebabkan karena: Barang kemudian nasabah diberikan kewajiban untuk
yang ditransaksikan belum sepenuhnya milik membayar dengan tambahan tertentu. Riba
bank, sementara keuntungan dari barang yang bisa saja muncul dari jual beli dengan konsep
akan ditransaksikan sudah ditetapkan. Hal murabahah jika keuntungan diambil setelah
ini hampir sama dengan transaksi short sale di nasabah berhutang. Sedangkan tambahan yang
pasar modal (Antonio, 2001). Dalam hal ini muncul dari akad hutang piutang adalah riba
bank berfungsi sebagai penjual sementara bank yang dilaknat oleh Allah. Dalam hadis nabi
pada saat itu tidak memiliki barang yang dijual juga dijelaskan bahwa:
kepada nasabah. Dalam hadis nabi dikatakan:
‫ﻛﻞ ﻗﺮض ﺟﺮ ﻣﻨﻔﻌﺔ ﻓﻬﻮ وﺟﻪ ﻣﻦ وﺟﻮﻩ اﻟﺮﺑﺎ‬
‫ﻻ ﺑﻴﻊ اﻻ ﻓﻴﻤﺎ ﳝﻠﻚ )رواﻩ أﺑﻮ داود و‬ “Semua hutang piutang yang mendatangkan
‫)اﻟﱰﻣﺬي‬ manfaat maka termasuk riba”

Disamping itu, bebrapa tahun setelah


Akan tetapi ketika akad murabahah
keluarnya fatwa tentang murabahah, BI
diakukan dengan mewakilkan pembelian
Analisis Pembiayaan Murabahah (Yenti Afrida) 165

juga mengeluarkan aturan tegas melalui mudharabah tidak berpengaruh terhadap laba
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. ٤٦/٧/ bank syariah, hal ini diakibatkan karena pada
PBI/٢٠٠٥ tentang standarisasi akad, BI pembiayaan mudharabah akan meningkatkan
menegaskankembali penggunaan wakalah biaya yang dikeluarkan oleh bank sehingga laba
dalam murabahah pada pasal ٩ ayat ١ butir yang didapat kemungkinan tidak sesuai dengan
d yaitu dalam hal bank mewakilkan kepada yang diharapkan. Sedangkan murabahah
nasabah untuk membeli barang maka akad berpengaruh positif terhadap laba bank
murabahah harus dilakukan setelah barang syariah, disebabkan pengelolaan pembiayaan
secara prinsip menjadi milik bank. Bahkan ini nyaris tanpa resiko. Pengujian secara
dalam bagian penjelasan PBI tersebut bersama-sama mudharabah dan murabahah
ditegaskan bahwa akad wakalah harus dibuat berpengaruh positif terhadap laba bank syariah.
terpisah dengan akad murabahah. Kemudian Ditemukan juga bahwa hubungan yang sangat
ditegaskan lagi bahwa yang dimaksud dengan erat antara pembiayaan mudharabah dan
barang milik bank secara prinsip dalam murabahah dengan laba. Hasil penelitian
wakalah pada akad murabahah adalah adanya Rejeki (2013) menyatakan bahwa prosedur
aliran dana yang ditujukan kepada pemasok dan persyaratan dalam penyaluran dana berupa
barang atau dibuktikan dengan kwitansi akad pembiayaan murabahah di bank syariah,
pembelian nasabah. Selama bank syariah tidak hanya dilakukan berdasarkan ketentuan
menerapkan fatwa MUI dan PBI di atas, Hukum Islam, melainkan juga berdasarkan
maka konsep pembiayaan murabahah sejalan ketentuan hukum perbankan syariah, serta
dengan murabahah dalam bahasan ulama fiqh. ketentuan khusus yang diterapkan di bank
Karena dalam pembiayaan murabahah semua syariah, yakni negosiasi pembiayaan murabahah
unsur rukun dan syarat jual beli murabahah antara calon nasabah dengan bank syariah,
terpenuhi begitu juga dengan wakalah. kemudian dilanjutkan dengan pemenuhan
Untuk menjamin agar konsep pembiayaan kelengkapan dokumen yang diperlukan
murabahah ini memang murni sesuai syariah, yang meliputi: dokumen pribadi, legalitas
maka pengawasan Dewan Syariah Nasional usaha, dan dokumen pendukung usaha, yang
(DSN), Dewan Pengawas Syariah (DPS) serta kesemuanya telah ditentukan secara khusus
OJK sebagai regulator harus dioptimalkan. dalam Standar Operasional Prosedur (SOP)
Agar pembiayaan murabahah tidak hanya bank syariah.
sekedar mengedepankan bisnis dalam rangka
memenuhi target keuntungan yang akan KESIMPULAN
diperoleh bank sehingga substansi syariahnya Salah satu keunggulan perbankan syariah
terabaikan. terletak pada sistem bagi hasilnya, sehingga
Sesuai dengan tulisan Fadhila (2015), tidak salah masyarakat menyebut bank syariah
yang menyatakan bahwa ditemukan bahwa dengan bank bagi hasil, akan tetapi pada
kenyataannya pembiayaan di perbankan
166 JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016

syariah tidak didominasi oleh pembiayaan Huda, Nurul, Mohamad Heykal. 2010.
mudharabah dengan konsep bagi hasilnya, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis
akan tetapi lebih didominasi oleh pembiayaan dan Praktis. Jakarta: Kencana Prenada
murabahah. Untuk menjamin agar terlaksananya Media Group.
pembiayaan murabahah agar sesuai konsep
Hulwati. 2006. Ekonomi Islam. Ciputat:
syariah, maka diperlukan pengawasan ketat dari
Ciputat Press Group.
Dewan Pengawas Syariah atau Dewan Syariah
Nasional, sehingga pembiaayan murabahah Iska, Syukri. 2012. Sistem Perbankan di
sebagai pembiayaan primadona di perbankan Indonesia. Yogyakarta: Fajar Media Press.
syariah bisa dikawal dan tidak mencoreng citra
Karim, Adiwarman Azwar. 2007. Bank Islam,
dan wibawa perbankan syariah sehingga tidak
Wacana Ulama. Jakarta: Raja Grafindo
ada lagi kesan bahwa bank syariah sama saja
Persada.
dengan bank konvensional.
Karim, Adiwarman Azwar. 2003. Bank Islam
DAFTAR PUSTAKA Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: IIIT
Indonesia.
Al Zuhaili, Wahbah. 1984. Fiqih Islam Wa
Adilatuhu. Lebanon: Dar al Fikri. Laksmana, Yusak. 2009. Panduan Praktis
Account Officer Bank Syariah. Jakarta: Elex
Antonio, M. Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari
Media Komputindo.
Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani.
Rejeki, Fanny Yunita Sri. 2013. Akad
As-Shan’ani. 1995. Subul al-Salam III.
Pembiayaan Murabahah dan Praktiknya
Surabaya: Al-Ikhlas.
Pada PT Bank Syariah Mandiri Cabang
Ath-Thayyar, Abdullah bin Muhammad. Manado, Lex Privatum, 1 (2): 19-31.
2009. Ensiklopedi Fiqh Muamalah dalam
Sjahdeini, Sutan Remi. 1999. Perbankan Islam
Pandangan Empat Mazhab. Jakarta:
dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum
Maktabah Al-Hanif.
perbankan Indonesia. Jakarta: Grafiti.
Djazuli, A. 2007. Kaidah-Kaidah Fikih.
Jakarta: Kencana.

DSN-MUI. 2006. Himpunan Fatwa Dewan


Syariah Nasional. Jakarta: DSN-MUI.

Fadhila, Novi. Analisis Pembiayaan


Mudharabah dan Murabahah Terhadap
Laba Bank Syariah Mandiri, Jurnal Riset
Akuntansi dan Bisnis, 15 (1): 65-77.

Anda mungkin juga menyukai