Anda di halaman 1dari 261

PEDOMAN

INVESTASI
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
ANEKA ENERGI TERBARUKAN
Pembangkit Listrik Tenaga Air, Pembangkit Listrik
Tenaga Minihidro/Mikrohidro, Pembangkit Listrik
Tenaga Surya, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu

AGUSTUS 2021
PEDOMAN INVESTASI
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ET
© Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (DJEBTKE), Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (KESDM) dan United Nations Development Programme, 2021.

Kutipan: DJEBTKE-KESDM. 2021. Pedoman Investasi Pembangkit Listrik Tenaga Aneka ET. Direktorat Jenderal
Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta.

Kontributor:

Direktorat Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan, DJEBTKE-KESDM


United Nations Development Programme
PT Cagar Bentara Sakti (Konsultan)

Pedoman Investasi Pembangkit Listrik Tenaga Aneka ET ini disiapkan di bawah Proyek Market Transformation
for Renewable Energy and Energy Efficiency (MTRE3), United Nations Development Programme (UNDP) dan
didanai oleh Global Environment Facility (GEF). Pedoman ini disusun melalui kerja sama erat dengan Direktorat
Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (DJEBTKE), Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (KESDM), Republik Indonesia sebagai mitra pelaksana Proyek MTRE3. Koordinasi dengan pemangku
kepentingan terkait, meliputi Kementerian Investasi, Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (DJK), pemerintah
daerah, PT PLN (Persero), Independent Power Producers, dan lembaga pembiayaan, juga dilakukan melalui
Focus Group Discussion (FGD) untuk memastikan serta menjaga keakuratan materi yang dimuat dalam
pedoman ini.

Disclaimer:

Publikasi ini beserta materi di dalamnya disusun “sebagaimana adanya”. Upaya terbaik dan kehati-hatian telah dilakukan oleh
DJEBTKE-ESDM dan UNDP untuk memverifikasi keandalan materi dalam publikasi ini. Namun, DJEBTKE-KESDM maupun UNDP
tidak memberikan jaminan dalam bentuk apa pun, baik tersurat maupun tersirat, dan tidak bertanggung jawab atau berkewajiban
atas konsekuensi apa pun dari penggunaan publikasi ini serta materi yang termuat di dalamnya.

Apabila tidak terdapat ketentuan lain, materi dalam publikasi ini dapat digunakan, dibagikan, disalin, diproduksi ulang, dicetak
dan/atau disimpan secara bebas dengan memberikan referensi yang menjelaskan bahwa DJEBTKE-KESDM dan UNDP adalah
sumber sekaligus pemegang hak cipta. Publikasi ini tidak disiapkan untuk dijual kembali atau tujuan komersial lainnya dalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis sebelumnya dari DJEBTKE-KESDM dan/atau UNDP. Materi dalam publikasi ini yang berkaitan
dengan pihak ketiga mungkin tunduk pada persyaratan penggunaan dan pembatasan yang terpisah, dan izin yang sesuai dari
pihak ketiga ini mungkin perlu didapatkan sebelum penggunaan materi terkait.

i
ii
Kata Pengantar

Dalam rangka mendukung perencanaan dan implementasi aksi mitigasi perubahan iklim pada sektor
pembangkit dan pengguna akhir energi, UNDP Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia,
melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (DJEBTKE) Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral (KESDM), membentuk proyek Market Transformation through Design and
Implementation of Appropriate Mitigation Actions in the Energy Sector (MTRE3). Proyek MTRE3
diharapkan dapat mendukung pencapaian target pemerintah dalam pemanfaatan energi baru terbarukan
sebesar 23% dan mengurangi intensitas energi sebesar 1% di tahun 2025. Secara jangka panjang
pencapaian ini diharapkan dapat mendukung target SDGs 1 ( no poverty) dan 7 (affordable and clean
energy). Dalam implementasinya, proyek MTRE3 mencakup berbagai aktivitas di tingkat nasional maupun
subnasional, yaitu di 4 provinsi percontohan: Riau, Jambi, Sulawesi Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Salah satu komponen proyek MTRE3, yaitu komponen II, bertujuan untuk mendukung transformasi pasar
melalui implementasi aksi mitigasi pada pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) dan efisiensi
energi (EE). Transformasi pasar EBT dan EE dilakukan melalui pemberian dukungan fasilitas Sustainable
Energy Fund (SEF) kepada para pengembang, fasilitas proyek percontohan manajemen energi dan
penguatan sistem informasi investasi, serta peningkatan kapasitas mengenai EBT/EE kepada pemerintah
daerah di 4 provinsi percontohan melalui kegiatan Integrated Market Service Center (IMSC).

Merujuk pada tujuan transformasi pasar di atas, pedoman ini disusun untuk memberikan informasi
mengenai prosedur investasi dan perizinan terkait pengembangan proyek pembangkit listrik energi
terbarukan (ET) di Indonesia yang dapat digunakan sebagai referensi dalam pengembangan proyek PLT-
ET. Selain itu, pedoman ini juga memberikan gambaran umum potensi ET, kerangka regulasi dan kebijakan,
program pengembangan proyek PLT-ET, skema bisnis dan pembiayaan, serta penyedia dana potensial
terkait. Penyusunan pedoman ini merupakan bagian dari kegiatan “ Development of Renewable Energy &
Energy Efficiency Investment Guideline and Recommendation in Indonesia ”. Pembahasan dan analisis yang
dituangkan di dalam laporan ini dihasilkan melalui konsultasi dengan para pemangku kepentingan terkait,
khususnya DJEBTKE-KESDM.

Jakarta, Agustus 2021

Kontributor

iii
iv
Tentang Pedoman
Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, Indonesia telah
menargetkan porsi energi terbarukan di bauran energi primer nasional sebesar 23% di tahun 2025 dan 31%
di tahun 2050, serta menargetkan 17% penghematan energi di tahun 2025. Di antara berbagai hal yang
melandasi penetapan target tersebut adalah komitmen negara untuk mengurangi emisi karbon dan
kebutuhan untuk beralih menuju Green and Clean Energy yang sejalan dengan Sustainable Development
Goals (SDGs) No. 7 “Energi Bersih dan Terjangkau”. Oleh karena itu, United Nations Development
Programme (UNDP) mendukung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), khususnya
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (DJEBTKE), dalam upaya
pengembangan sektor energi terbarukan (ET) dan efisiensi energi (EE) di Indonesia melalui Proyek Market
Transformation for Renewable Energy and Energy Efficiency (MTRE3) dengan pendanaan dari Global
Environment Facility (GEF).

Dalam mencapai target yang telah ditetapkan, pengembangan sektor ET dan EE di Indonesia tidak dapat
diimplementasikan dengan optimal jika hanya bertumpu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Oleh karena itu, partisipasi sektor swasta dalam konteks mobilisasi investasi ( domestic & foreign
direct investment) menjadi sangat krusial untuk mempercepat pengembangan ET dan EE dan mencapai
target nasional. Namun demikian, mobilisasi investasi swasta dalam pengembangan ET dan EE masih
menemui berbagai kendala, utamanya adalah proses bisnis/investasi yang relatif kompleks dan panjang,
sementara—di sisi lain—pedoman investasi yang komprehensif dan terkini (updated) belum tersedia.

Dalam rangka menjawab tantangan tersebut, UNDP dan DJEBTKE melalui Proyek MTRE3
menyelenggarakan program kegiatan yang berjudul “ Development of Renewable Energy (RE) & Energy
Efficiency (EE) Investment Guidelines and Recommendation in Indonesia ”. Program kegiatan ini bertujuan
untuk mengembangkan pedoman investasi ET & EE serta merumuskan rekomendasi sebagai referensi
untuk pengembangan Sistem Informasi Investasi ET & EE di Indonesia.

Mengingat kompleksitas proses bisnis/investasi dalam pengembangan ET/EE, kegiatan pengembangan


pedoman investasi ini memiliki signifikansi yang besar antara lain: (i) memberikan gambaran secara jelas
(clear) kepada investor/pengembang dan pemangku kepentingan terkait mengenai proses bisnis/investasi
dalam pengembangan ET & EE di Indonesia berdasarkan kerangka regulasi terkini; (ii) memberikan
panduan komprehensif dan sistematis, sehingga diharapkan mudah diikuti oleh investor/pengembang
serta pemangku kepentingan terkait.

Pedoman Investasi Pembangkit Listrik Tenaga Aneka Energi Terbarukan (mencakup PLTA, PLTM/MH,
PLTS, dan PLTB) ini merupakan salah satu dari empat (4) pedoman yang dihasilkan dari program kegiatan
pengembangan pedoman investasi ET & EE di Indonesia. Pedoman ini telah disusun secara sistematis dan
dipresentasikan kepada para pemangku kepentingan terkait. Sistematika dari masing-masing bab yang
tercakup dalam pedoman ini diuraikan secara ringkas di bawah ini.

v
Bab 1: Pendahuluan & Status Terkini

Bab ini disusun untuk memberikan gambaran tren teknologi dan biaya ( cost) dalam pengembangan PLT
Aneka Energi Terbarukan (Aneka ET) di dunia, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi/pembanding
dengan Indonesia. Di samping itu, bab ini juga mencakup uraian status terkini kapasitas terpasang PLT
Aneka ET di Indonesia, disertai dengan contoh success story pengembangan proyek PLT Aneka ET.

Bab 2: Potensi Aneka Energi Terbarukan

Bab ini disusun untuk menyajikan informasi potensi sumber bioenergi di Indonesia berdasarkan data
termutakhir yang tersedia, disertai dengan referensi yang dapat dirujuk. Dalam bab ini disajikan pula daftar
rencana dan potensi pengembangan proyek PLT Aneka ET di 4 provinsi percontohan MTRE3 berdasarkan
dokumen RUPTL PT PLN (Persero) 2019-2028.

Bab 3: Pemangku Kepentingan Kunci dalam Pengembangan PLT Aneka ET

Bab ini disusun untuk memberikan informasi terkait pemangku kepentingan kunci ( key actors), termasuk
peran dan kewenangannya, dalam pengembangan PLT Aneka ET di Indonesia.

Bab 4: Program Pemerintah dalam Pengembangan PLT Aneka ET

Bab ini disusun untuk memberikan informasi mengenai program pemerintah dalam pengembangan proyek
PLT Aneka ET di Indonesia, termasuk program-program unggulan.

Bab 5: Kerangka Regulasi dalam Pengembangan PLT Aneka ET

Bab ini disusun untuk memberikan gambaran mengenai kerangka regulasi terkini—telah merujuk pada
Undang Undang Cipta Kerja beserta turunannya—yang berkaitan dengan pengembangan PLT Aneka ET di
Indonesia. Kerangka regulasi disusun dalam bentuk diagram, dikelompokkan berdasarkan kategori, dan
ditabulasikan, lengkap dengan deskripsi umumnya.

Bab 6: Proses Bisnis/Investasi Proyek PLT Aneka ET

Sebagai komponen utama dari pedoman, bab ini disusun untuk menjabarkan proses bisnis/investasi
proyek PLT Aneka ET di Indonesia secara komprehensif dan sistematis, step-by-step. Bagian awal pada
bab ini menggambarkan secara jelas batasan (boundaries) penggunaan pedoman. Selain itu, bagian awal
bab ini disusun untuk memperkenalkan berbagai layanan perizinan dan nonperizinan yang digunakan
dalam proses bisnis/investasi PLT Aneka ET.

Bagian inti dari bab ini disusun untuk memberikan gambaran proses bisnis/investasi atau siklus
pengembangan proyek PLT Aneka ET, yang dituangkan dalam bentuk Gantt Chart, diagram alir, serta
matriks disertai dengan deskripsi tiap tahap pengembangan proyek secara komprehensif.

Bab 7: Penyedia Dana Potensial

Bab ini disusun untuk menguraikan opsi pembiayaan proyek beserta daftar penyedia dana potensial dalam
pengembangan proyek pembangkit listrik energi terbarukan, termasuk PLT Aneka ET, di Indonesia.

Bab 8: Gambaran Keekonomian Proyek PLT Aneka ET

Bab ini disusun untuk memberikan gambaran umum keekonomian proyek pengembangan PLT Aneka ET
di Indonesia. Konten dari bab ini mencakup estimasi biaya proyek pengembangan PLT Aneka ET, ringkasan
komponen biaya proyek PLT Aneka ET berdasarkan breakdown struktur biaya proyek versi PT PLN
(Persero), serta gambaran umum economies-of-scale proyek berdasarkan hasil analisis profitabilitas.

vi
Daftar Isi
Kata Pengantar ..................................................................................................................................................................... iii

Tentang Pedoman ................................................................................................................................................................. v

Daftar Isi ................................................................................................................................................................................ vii

Daftar Gambar ...................................................................................................................................................................... ix

Daftar Tabel ........................................................................................................................................................................... xi

Daftar Box ............................................................................................................................................................................ xiv

Daftar Singkatan .................................................................................................................................................................. xv

Ringkasan Eksekutif........................................................................................................................................................... xxi

1. Pendahuluan & Status Terkini ................................................................................................................................ xxi


2. Potensi Aneka Energi Terbarukan (Hidro, Surya, Angin) .......................................................................... xxv
3. Pemangku Kepentingan Kunci dalam Pengembangan PLT Aneka ET ................................................ xxvi
4. Program Pemerintah dalam Pengembangan PLT Aneka ET ................................................................... xxx
5. Kerangka Regulasi dalam Pengembangan PLT Aneka ET ...................................................................... xxxii
6. Proses Bisnis/Investasi PLT Aneka ET ............................................................................................................ xxxv
7. Penyedia Dana Potensial ........................................................................................................................................... lii
8. Gambaran Umum Keekonomian Proyek PLT Aneka ET ................................................................................lv

BAGIAN I .................................................................................................................................................................................. 1

1 Pendahuluan & Status Terkini ................................................................................................................................ 5

1.1 Pendahuluan...........................................................................................................................................................5
1.2 Status Terkini PLT Aneka ET ............................................................................................................................ 7

2 Potensi Aneka ET .................................................................................................................................................... 23

2.1 Sumber Informasi Potensi Pengembangan Aneka ET .......................................................................... 23


2.2 Potensi Pengembangan PLT Aneka ET di Indonesia ............................................................................ 24
2.3 Potensi Pengembangan PLT Aneka ET di Provinsi Percontohan MTRE3 ...................................... 27

2.3.1 Provinsi Riau ......................................................................................................................................... 27


2.3.2 Provinsi Jambi ...................................................................................................................................... 27
2.3.3 Provinsi Sulawesi Barat ..................................................................................................................... 30
2.3.4 Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) .......................................................................................... 30

3 Pemangku Kepentingan Kunci dalam Pengembangan PLT Aneka ET ..................................................... 37

3.1 Pengantar ............................................................................................................................................................. 37


3.2 Key Actors (Pemangku Kepentingan Kunci) dalam Pengembangan Energi Terbarukan ........ 41

4 Program Pemerintah dalam Pengembangan PLT Aneka ET ...................................................................... 50

4.1 Program REBID dan REBED .......................................................................................................................... 50


4.2 Sumba Iconic Island .......................................................................................................................................... 50

vii
4.3 Pemanfaatan Area Bekas Tambang............................................................................................................. 51
4.4 PLTS Terapung .................................................................................................................................................... 51
4.5 PLTS Hybrid ......................................................................................................................................................... 52

5 Kerangka Regulasi dalam Pengembangan PLT Aneka ET ...........................................................................56

BAGIAN II ............................................................................................................................................................................. 66

6 Proses Bisnis/Investasi Proyek PLT Aneka ET ............................................................................................... 70

6.1 Tentang Pedoman ............................................................................................................................................. 70


6.2 Pengenalan Layanan Perizinan & Nonperizinan dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik 72
6.3 Gambaran Umum Siklus Pengembangan Proyek .................................................................................. 79
6.4 Fase Pengembangan ........................................................................................................................................ 83

Tahap 1a dan 1b: Pelelangan Proyek ........................................................................................................... 86


Tahap 2a dan 2b: Studi Perencanaan ......................................................................................................... 97
Tahap 3: Legalitas Badan Usaha ................................................................................................................ 102
Tahap 4a: Pengajuan Fasilitas (Fase Pengembangan) ...................................................................... 106
Tahap 5a: Administrasi dan Perizinan Fase Pengembangan ............................................................ 110
Tahap 6: Pendanaan ........................................................................................................................................ 123
Tahap 7: Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL) .............................................................................126

6.5 Fase Pembangunan ........................................................................................................................................ 130

Tahap 8: Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) .................................................................... 132


Tahap 4b: Pengajuan Fasilitas (Fase Pembangunan) ......................................................................... 135
Tahap 5b dan 5c: Administrasi dan Perizinan Fase Pembangunan ............................................... 140
Tahap 9: Engineering, Procurement, and Construction (EPC) .........................................................154
Tahap 10: Penyambungan Jaringan Listrik dan Commissioning .....................................................158

6.6 Fase Operasi .......................................................................................................................................................163

Tahap 11: Operasi dan Pemeliharaan ......................................................................................................... 164


Tahap 4c: Pengajuan Fasilitas (Fase Operasi) .......................................................................................165

BAGIAN III ........................................................................................................................................................................... 168

7 Penyedia Dana Potensial .................................................................................................................................... 172

7.1 Fasilitas Pembiayaan ....................................................................................................................................... 172


7.2 Lembaga Jasa Keuangan di Indonesia......................................................................................................174
7.3 Penyedia Dana Potensial Lainnya ................................................................................................................181

8 Gambaran Umum Keekonomian Proyek PLT Aneka ET ............................................................................. 186

8.1 Biaya Investasi .................................................................................................................................................. 186


8.2 Biaya Operasi & Pemeliharaan (O&M) .......................................................................................................191
8.3 Struktur Biaya Proyek Berdasarkan Komponen Biaya PLN ..............................................................192
8.4 Asumsi Kunci Analisis Finansial .................................................................................................................. 194
8.5 Kurva Biaya ........................................................................................................................................................ 194

viii
Daftar Gambar
Gambar 1: Tren biaya terpasang, faktor kapasitas, dan LCOE PLT Hidro di dunia, 2010–2019 ......................8

Gambar 2: Tren biaya terpasang, faktor kapasitas, dan LCOE PLTS di dunia, 2010–2019 ............................... 9

Gambar 3: Tren biaya terpasang, faktor kapasitas, dan LCOE PLTB di dunia, 2010–2019 .............................. 11

Gambar 4: Kapasitas terpasang PLT Hidro di ASEAN, 2019 ...................................................................................... 12

Gambar 5: Peta persebaran PLT Hidro di Indonesia, 2019 ......................................................................................... 13

Gambar 6: Kapasitas terpasang PLTS di ASEAN, 2019 ................................................................................................ 15

Gambar 7: Peta persebaran PLTS di Indonesia, 2019 ................................................................................................... 17

Gambar 8: Kapasitas terpasang PLTB di ASEAN, 2019 ................................................................................................ 18

Gambar 9: Peta persebaran PLTB di Indonesia .............................................................................................................. 19

Gambar 10: Pemangku kepentingan kunci (key actors) dalam pengembangan pembangkit listrik
berbasis energi terbarukan ............................................................................................................................. 39

Gambar 11: Kerangka regulasi aneka energi terbarukan di Indonesia .................................................................... 59

Gambar 12: Alur proses pengusahaan PLT Aneka ET .................................................................................................... 71

Gambar 13: Gantt chart gambaran umum siklus pengembangan PLT Aneka ET ................................................ 81

Gambar 14: Diagram alir gambaran umum pengusahaan PLT Aneka ET............................................................... 82

Gambar 15: Gantt chart Fase Pengembangan ................................................................................................................. 85

Gambar 16: Diagram alir Fase Pengembangan ................................................................................................................ 85

Gambar 17: Matriks prosedur Tahap 1a (Pemilihan Langsung—Pengusahaan PLT Aneka ET selain
PLTA PUPR) .......................................................................................................................................................... 89

Gambar 18: Matriks prosedur Tahap 1b (Penunjukan Langsung—Pengusahaan PLTA PUPR) ....................... 94

Gambar 19: Matriks prosedur Tahap 3 (Legalitas Badan Usaha) ............................................................................ 104

Gambar 20: Matriks prosedur Tahap 4a (Pengajuan Fasilitas: Tax Allowance atau Tax Holiday) ............... 109

Gambar 21: Matriks prosedur Tahap 5a-1 (Administrasi dan Perizinan pada Fase Pengembangan:
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang/KKPR) ................................................................................. 112

Gambar 22: Matriks prosedur Tahap 5a-2 (Administrasi dan Perizinan pada Fase Pengembangan:
Persetujuan Lingkungan melalui Amdal) ................................................................................................... 113

Gambar 23: Matriks prosedur Tahap 5a-2 (Administrasi dan Perizinan pada Fase Pengembangan:
Persetujuan Lingkungan melalui UKL-UPL) ............................................................................................. 114

Gambar 24: Matriks prosedur Tahap 6 (Pendanaan) ....................................................................................................124

Gambar 25: Matriks prosedur Tahap 7 (Perjanjian Jual Beli Listrik) ........................................................................129

Gambar 26: Gantt chart Fase Pembangunan .................................................................................................................... 131

ix
Gambar 27: Diagram alir Fase Pembangunan .................................................................................................................. 131

Gambar 28: Matriks prosedur Tahap 8 (Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik/IUP) ........................................134

Gambar 29: Matriks prosedur Tahap 4b (Pengajuan Fasilitas: Pembebasan Bea Masuk) ...............................136

Gambar 30: Matriks prosedur Tahap 5b-1 (Administrasi dan Perizinan pada Fase Pembangunan:
Persetujuan Bangunan Gedung/PBG) ........................................................................................................142

Gambar 31: Matriks prosedur Tahap 5b-2 (Administrasi dan Perizinan Fase Pembangunan: Izin
Gangguan/Hinder Ordonnantie/HO dan Surat Izin Pengambilan dan Pemanfaatan
Air/SIPPA) ............................................................................................................................................................143

Gambar 32: Matriks prosedur Tahap 5c-1 (Administrasi dan Perizinan Fase Pembangunan:
Sertifikat Laik Fungsi/SLF) ............................................................................................................................ 150

Gambar 33: Matriks prosedur Tahap 5c-2 (Administrasi dan Perizinan Fase Pembangunan:
Sertifikat Laik Operasi/SLO) ........................................................................................................................... 151

Gambar 34: Matriks prosedur Tahap 10 (Penyambungan Jaringan Listrik dan Commissioning) .................159

Gambar 35: Gantt Chart Fase Operasi................................................................................................................................163

Gambar 36: Diagram alir Fase Operasi...............................................................................................................................163

Gambar 37: Matriks prosedur Tahap 4c (Pengajuan Fasilitas: Pemanfaatan Tax Allowance atau Tax
Holiday) .................................................................................................................................................................167

Gambar 38: Kurva biaya PLTA ..............................................................................................................................................195

Gambar 39: Kurva biaya PLTM/MH .................................................................................................................................... 196

Gambar 40: Kurva biaya PLTS ...............................................................................................................................................197

Gambar 41: Kurva biaya PLTB ............................................................................................................................................. 198

x
Daftar Tabel
Tabel 1: Potensi energi hidro (PLTA) di Indonesia .................................................................................................. 25

Tabel 2: Potensi energi hidro (PLTM/MH) di Indonesia ......................................................................................... 25

Tabel 3: Potensi energi surya di Indonesia ................................................................................................................. 26

Tabel 4: Potensi energi angin di Indonesia ................................................................................................................. 26

Tabel 5: Rencana pengembangan pembangkit berdasarkan RUPTL PLN 2019–2028 Provinsi


Riau .......................................................................................................................................................................... 28

Tabel 6: Rencana pengembangan pembangkit berdasarkan RUPTL PLN 2019–2028 Provinsi


Jambi ....................................................................................................................................................................... 29

Tabel 7: Potensi pengembangan pembangkit berdasarkan RUPTL PLN 2019–2028 Provinsi


Jambi ....................................................................................................................................................................... 30

Tabel 8: Rencana pengembangan pembangkit berdasarkan RUPTL PLN 2019–2028 Provinsi


Sulawesi Barat ...................................................................................................................................................... 31

Tabel 9: Potensi pengembangan pembangkit berdasarkan RUPTL PLN 2019–2028 Provinsi


Sulawesi Barat ...................................................................................................................................................... 31

Tabel 10: Rencana pengembangan pembangkit berdasarkan RUPTL PLN 2019–2028 Provinsi
Nusa Tenggara Timur ........................................................................................................................................ 32

Tabel 11: Potensi pengembangan pembangkit berdasarkan RUPTL PLN 2019–2028 Provinsi
Nusa Tenggara Timur ........................................................................................................................................ 33

Tabel 12: Daftar regulasi aneka energi terbarukan di Indonesia...........................................................................60

Tabel 13: Regulasi yang mengatur Tahap 1a dan 1b (Pelelangan Proyek) ........................................................ 88

Tabel 14: Jaminan Penawaran untuk pelelangan melalui mekanisme Pemilihan Langsung ....................... 93

Tabel 15: Jaminan Penawaran untuk Pelelangan melalui mekanisme Penunjukan Langsung ................... 96

Tabel 16: Regulasi yang mengatur Studi Perencanaan ............................................................................................ 97

Tabel 17: Deskripsi tantangan studi perencanaan ..................................................................................................... 98

Tabel 18: Rekomendasi konten Studi Kelayakan ...................................................................................................... 100

Tabel 19: Regulasi yang mengatur Legalitas Badan Usaha .................................................................................. 103

Tabel 20: Dokumen persyaratan pengajuan fasilitas Tax Allowance dan Tax Holiday ............................... 108

Tabel 21: Regulasi yang mengatur Tax Allowance dan Tax Holiday ................................................................. 108

Tabel 22: Regulasi yang mengatur Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR) dan
Persetujuan Lingkungan .................................................................................................................................... 111

Tabel 23: Deskripsi tantangan pada Tahap 5a (Administrasi dan Perizinan Fase Pengembangan) ......... 111

Tabel 24: Dokumen persyaratan KKPR .......................................................................................................................... 115

xi
Tabel 25: Persyaratan administrasi Persetujuan Lingkungan melalui Penyusunan Amdal dan Uji
Kelayakan Amdal .............................................................................................................................................. 120

Tabel 26: Persyaratan administrasi Persetujuan Lingkungan melalui Penyusunan Formulir UKL-
UPL dan Pemeriksaan Formulir UKL-UPL ................................................................................................. 122

Tabel 27: Deskripsi tantangan pada Tahap 6 (Pendanaan) ...................................................................................124

Tabel 28: Regulasi yang mengatur PJBL ...................................................................................................................... 127

Tabel 29: Jaminan Pelaksanaan ....................................................................................................................................... 128

Tabel 30: Deskripsi tantangan pada Tahap 7 (PJBL) ...............................................................................................129

Tabel 31: Regulasi yang mengatur kegiatan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL).................... 132

Tabel 32: Dokumen persyaratan pengajuan IUPTL ................................................................................................... 133

Tabel 33: Regulasi yang mengatur Pengajuan Fasilitas Pembebasan Bea Masuk......................................... 135

Tabel 34: Dokumen persyaratan Persetujuan dan Penandasahan Rencana Impor Barang (RIB) ............139

Tabel 35: Dokumen persyaratan pengajuan fasilitas Pembebasan Bea Masuk ..............................................139

Tabel 36: Regulasi yang mengatur Persetujuan Bangunan Gedung (PBG), Sertifikat Laik Fungsi
(SLF), dan Sertifikat Laik Operasi (SLO) ................................................................................................... 141

Tabel 37: Persyaratan Dokumen Permohonan PBG ................................................................................................ 144

Tabel 38: Dokumen persyaratan Surat Izin Pengambilan dan Pemanfaatan Air (SIPPA) .......................... 146

Tabel 39: Dokumen persyaratan pengajuan Sertifikat Laik Operasi (SLO) ......................................................154

Tabel 40: Regulasi yang mengatur Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).............................................. 155

Tabel 41: Deskripsi tantangan pada Tahap 9 (Engineering, Procurement, and Construction
(EPC)) ....................................................................................................................................................................156

Tabel 42: Peraturan terkait penyambungan jaringan listrik dan commissioning ...........................................158

Tabel 43: Dokumen persyaratan fasilitas dari titik sambung .................................................................................161

Tabel 44: Konten yang disarankan untuk Prosedur Operasi Standar (SOP) .................................................. 164

Tabel 45: Regulasi yang mengatur Tax Allowance dan Tax Holiday ................................................................. 166

Tabel 46: Persyaratan permohonan pemanfaatan Tax Allowance atau Tax Holiday .................................. 166

Tabel 47: Jenis fasilitas pembiayaan .............................................................................................................................. 173

Tabel 48: Penyaluran kredit kegiatan usaha berkelanjutan ................................................................................... 175

Tabel 49: Portofolio pembiayaan berkelanjutan PT SMI,, ........................................................................................ 178

Tabel 50: Implementasi SDG Indonesia One sektor energi terbarukan tahun 2020 .....................................179

Tabel 51: Portofolio pembiayaan ET PT IIF ................................................................................................................ 180

Tabel 52: Kemajuan dan target tahap pilot ACGF .................................................................................................... 182

Tabel 53: Konfigurasi PLTA ............................................................................................................................................... 187

xii
Tabel 54: Rincian total biaya investasi PLTA .............................................................................................................. 187

Tabel 55: Konfigurasi PLTM/MH ......................................................................................................................................188

Tabel 56: Rincian total biaya investasi PLTM/MH ......................................................................................................188

Tabel 57: Konfigurasi PLTS ............................................................................................................................................... 189

Tabel 58: Rincian total biaya investasi PLTS .............................................................................................................. 189

Tabel 59: Konfigurasi PLTB .............................................................................................................................................. 190

Tabel 60: Rincian total biaya investasi PLTB .............................................................................................................. 190

Tabel 61: Rincian total operasi dan pemeliharaan (O&M) PLTA ...........................................................................191

Tabel 62: Rincian total operasi dan pemeliharaan (O&M) PLTM/MH ..................................................................191

Tabel 63: Rincian total operasi dan pemeliharaan (O&M) PLTS ............................................................................191

Tabel 64: Rincian total operasi dan pemeliharaan (O&M) PLTB ..........................................................................192

Tabel 65: Ringkasan komponen biaya proyek PLTA ................................................................................................192

Tabel 66: Ringkasan komponen biaya proyek PLTM/MH .......................................................................................193

Tabel 67: Ringkasan komponen biaya proyek PLTS ................................................................................................193

Tabel 68: Ringkasan komponen biaya proyek PLTB ................................................................................................193

Tabel 69: Asumsi yang digunakan ................................................................................................................................. 194

xiii
Daftar Box
Box 1: Implementasi Pengembangan PLTA di Indonesia ................................................................................... 14

Box 2: Implementasi Pengembangan PLTS di Indonesia .................................................................................... 16

Box 3: Implementasi Pengembangan PLTB di Indonesia.................................................................................... 18

Box 4: Konsep Perizinan Berusaha Berbasis Risiko melalui Sistem OSS ...................................................... 44

Box 5: PLTA PUPR ............................................................................................................................................................. 71

Box 6: Gambaran Umum Perizinan Berusaha melalui Sistem Online Single Submission (OSS) .......... 73

Box 7: Alur Verifikasi Izin dari Sistem OSS melalui K/L/D ................................................................................. 74

Box 8: Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung (SIMBG) ................................................................. 75

Box 9: Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kementerian LHK (PTSP-KLHK) ....................................................... 75

Box 10: Aplikasi Perizinan Usaha dan Operasional Sektor ESDM...................................................................... 76

Box 11: Aplikasi e-Procurement PT PLN (Persero) ................................................................................................ 77

Box 12: Sistem Registrasi Sertifikat Laik Operasi (SLO) ....................................................................................... 78

Box 13: Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Tingkat
Provinsi ................................................................................................................................................................... 78

Box 14: Penunjukan Langsung untuk Pengusahaan PLT Aneka ET selain PLTA PUPR ............................. 86

Box 15: Gambaran Umum Daftar Penyedia Terseleksi (DPT) .............................................................................. 91

Box 16: Tahapan Pelaksanaan Kualifikasi Daftar Penyedia Terseleksi (DPT)................................................ 92

Box 17: Permintaan Evaluasi Sambung (Connection Evaluation Request) .................................................. 101

Box 18 : Kriteria dan Fasilitas Tax Allowance dan Tax Holiday ......................................................................... 107

Box 19 : Ketentuan Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan ........................................................................... 117

Box 20 : Verifikasi Rencana Impor Barang (RIB) oleh Surveyor ........................................................................ 137

Box 21: Perizinan Berusaha PLTB ................................................................................................................................147

Box 22: Proses Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen dan Kondisi Bangunan Gedung ............................ 153

Box 23: Besaran Nilai TKDN Barang dan Jasa untuk PLTA dan PLTS............................................................. 157

Box 24 : Commissioning dan Commercial Operation Date (COD) ....................................................................162

Box 25: Pelaporan Realisasi Penanaman Modal dan Realisasi Produksi terkait Pemberian
Pengurangan Pajak Penghasilan (PPh) Badan ....................................................................................... 166

xiv
Daftar Singkatan
3T Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal DAS Daerah Aliran Sungai

AC Alternating Current DC Direct Current

ACGF ASEAN Catalytic Green Finance DEA Direktorat Aneka Energi Baru dan
Facility Terbarukan

ADB Asian Development Bank DEB Direktorat Bioenergi

AFD Agence Française de Développement DED Detailed Engineering Design

AHU Administrasi Hukum Umum DEK Direktorat Konservasi Energi

Andalalin Analisis Dampak Lalu Lintas DEN Dewan Energi Nasional

Amdal Analisis Mengenai Dampak DEP Direktorat Panas Bumi


Lingkungan
DER Debt to Equity Ratio
AIF ASEAN Infrastructure Fund
DJEBTKE Direktorat Jenderal Energi Baru
API Angka Pengenal Impor Terbarukan dan Konservasi Energi

API-P Angka Pengenal Importir-Produsen DJK Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan

ASEAN Association of Southeast Asian DPMPTSP Dinas Penanaman Modal dan


Nations Pelayanan Terpadu Satu Pintu

ATR Agraria dan Tata Ruang DPR Dewan Perwakilan Rakyat

B2B Business to Business DPT Daftar Penyedia Terseleksi

B3 Bahan Berbahaya dan Beracun EBT Energi Baru Terbarukan

Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan EBTKE Energi Baru Terbarukan dan


Nasional Konservasi Energi

BaU Business as Usual EE Efisiensi Energi

BKPM Badan Koordinasi Penanaman Modal EIB European Investment Bank

BMN Barang Milik Negara EPC Engineering, Procurement, and


Construction
BOO Build, Own, and Operate
EPCC Engineering, Procurement,
BOM Bill of Material
Construction, and Commissioning
BOP Balance of Plant
ESDM Energi dan Sumber Daya Mineral
BPN Badan Pertanahan Nasional
ET Energi Terbarukan
BPP Biaya Pokok Penyediaan
EU European Union
BUMN Badan Usaha Milik Negara
FCI Fixed Capital Cost
COD Commercial Operation Date
FEED Front-End Engineering Design
COP Conference of Parties
FGD Focus Group Discussion

xv
FS Feasibility Study KESDM Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral
FTZ Free Trade Zone
KfW Kreditanstalt für Wiederaufbau
Gatrik Ketenagalistrikan
KHN Kayan Hydropower Nusantara
GRK Gas Rumah Kaca
KI Kawasan Industri
GS Grid Study
KIPI Kawasan Industri dan Pelabuhan
GW Gigawatt
Internasional
GWh Gigawatt hour
KKOP Kawasan Keselamatan Operasi
HAM Hak Asasi Manusia Penerbangan
HJTL Harga Jual Tenaga Listrik KKPR Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
HO Hinder Ordonnantie Ruang

ICED Indonesia Clean Energy KLHK Kementerian Lingkungan Hidup dan


Development Kehutanan

IFC International Finance Corporation KPBU Kerja Sama Pemerintah dan Badan
Usaha
IIF Indonesia Infrastructure Finance
KRK Keterangan Rencana Kota
IKBI Inisiatif Keuangan Berkelanjutan
Indonesia kV kilovolt

IMB Izin Mendirikan Bangunan kW kilowatt

INSW Indonesia National Single Window kWh kilowatt hour

IPP Independent Power Producer LCOE Levelised Cost of Electricity

IRENA International Renewable Energy LFC Load Frequency Control


Agency LIT Lembaga Inspeksi Teknik
IRR Internal Rate of Return LHK Lingkungan Hidup dan Kehutanan
IUJPTL Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga LoI Letter of Intent
Listrik
LPJP Lembaga Penyedia Jasa Penyusun
IUPTL Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
LPSE Layanan Pengadaan Secara
K/L/D Kementerian/Lembaga/Pemerintah Elektronik
Daerah
m2 meter persegi
KA-Andal Kerangka Acuan – Analisis Dampak
m/s meter per second
Lingkungan Hidup
MACRS Modified Accelerated Cost Recovery
KBLI Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
System
Indonesia
Minerba Mineral dan Batu Bara
KEK Kawasan Ekonomi Khusus
Migas Minyak dan Gas Bumi
KEN Kebijakan Energi Nasional
MSL Main Sea Level

xvi
MTRE3 Market Transformation through PLTA Pembangkit Listrik Tenaga Air
Design and Implementation of
PLTAL Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut
Appropriate Mitigation Actions in the
Energy Sector PLTB Pembangkit Listrik Tenaga Bayu

MW Megawatt PLTD Pembangkit Listrik Tenaga Diesel

MWp Megawatt peak PLT-ET Pembangkit Listrik Tenaga Energi


Terbarukan
NDC Nationally Determined Contribution
PLTM Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro
NIB Nomor Induk Berusaha
PLTMH Pembangkit Listrik Tenaga
NIK Nomor Induk Kependudukan
Mikrohidro
NPWP Nomor Pokok Wajib Pajak
PLTS Pembangkit Listrik Tenaga Surya
NSHE North Sumatera Hydro Energy
PMA Penanaman Modal Asing
NSPK Norma, Standar, Prosedur, Kriteria
PMSDE Pembangkitan Jawa Bali Masdar
NTB Nusa Tenggara Barat Solar Energy

NTT Nusa Tenggara Timur PNBP Penerimaan Negara Bukan Pajak

O&M Operation and Maintenance POJK Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

OECD Organisation for Economic PPh Pajak Penghasilan


Cooperation and Development
PPL Pengembang Pembangkit Listrik
OJK Otoritas Jasa Keuangan
PPN Pajak Pertambahan Nilai
OSS Online Single Submission
PPN Perencanaan Pembangunan Nasional
P3B PLN Pusat Pengatur Beban
PPP Public Private Partnership
PBBR Perusahaan Berusaha Berbasis Risiko
PPU Private Power Utility
PBK Perusahaan Bertujuan Khusus
PSN Proyek Strategis Nasional
PBG Persetujuan Bangunan Gedung
PT Perseroan Terbatas
PDCA Project Development Cost Account
PTSP Pelayanan Terpadu Satu Pintu
PJB Pembangkitan Jawa Bali
PUPR Pekerjaan Umum dan Perumahan
PJBI Pembangkitan Jawa Bali Investasi Rakyat

PJBL Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik PV Photovoltaic

PJU Penerangan Jalan Umum RBA Risk Based Approach

PKP Pengusaha Kena Pajak RDTR Rencana Detail Tata Ruang

PKPLH Pernyataan Kesanggupan REBED Renewable Energy Based Economic


Pengelolaan Lingkungan Hidup Development

PLN Perusahaan Listrik Negara REBED Renewable Energy Based Industrial


Development
PLT Pembangkit Listrik Tenaga

xvii
RI Republik Indonesia SMI Sarana Multi Infrastruktur

RIB Rencana Impor Barang SNI Standar Nasional Indonesia

RIBP Rencana Impor Barang Perubahan SOP Standard Operational Procedures

RKL-RPL Rencana Pengelolaan Lingkungan SPC Special Purpose Company


Hidup – Rencana Pemantauan
SPH Surat Permintaan Harga
Lingkungan Hidup
SPPL Surat Pernyataan Pengelolaan dan
RKS Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Pemantauan Lingkungan Hidup
RTR Rencana Tata Ruang
SPV Special Purpose Vehicle
RUEN Rencana Umum Energi Nasional
SSRD Surat Setoran Retribusi Daerah
RUKN Rencana Umum Ketenagalistrikan
Sulbagsel Sulawesi bagian selatan
Nasional
TCC Total Construction Cost
RUPTL Rencana Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik TCI Total Capital Investment

RZ KAW Rencana Zonasi Kawasan Antar TD&IC Total Direct & Indirect Cost
Wilayah TDC Total Direct Cost
RZ KSNT Rencana Zonasi Kawasan Strategis TDP Tanda Daftar Perusahaan
Nasional Tertentu
TIC Total Indirect Cost
SBU Sertifikat Badan Usaha
TKDN Tingkat Komponen Dalam Negeri
SDA Sumber Daya Air
TPA Tim Profesi Ahli
SDGs Sustainable Development Goals
TPT Tim Penilai Teknis
SIMBG Sistem Informasi Manajemen
UKL-UPL Upaya Pengelolaan Lingkungan
Bangunan Gedung
Hidup – Upaya Pemantauan
SIPPA Surat Izin Pengambilan dan Lingkungan Hidup
Pemanfaatan Air
UNDP United Nations Development
SIUJS Surat Izin Usaha Jasa Survei Programme
SK Surat Keputusan USAID United States Agency for
SKF Surat Keterangan Fiskal International Development

SKKLH Surat Keputusan Kelayakan USD United States Dollar


Lingkungan Hidup UU Undang-Undang
SKTTK Sertifikat Kompetensi Tenaga Teknik VA Volt Ampere
Ketenagalistrikan
WNA Warga Negara Asing
SLF Sertifikat Laik Fungsi
WNI Warga Negara Indonesia
SLO Sertifikat Laik Operasi
WP Wajib Pajak

xviii
xix
xx DAFTAR SINGKATAN
Ringkasan Eksekutif

1. Pendahuluan & Status Terkini

Aneka Energi Terbarukan—disingkat Aneka ET—merupakan terminologi yang umum digunakan di


Indonesia untuk merepresentasikan kelompok energi terbarukan selain panas bumi dan bioenergi, yaitu
meliputi energi hidro, surya, angin, dan arus laut. Dari kelompok Aneka ET tersebut, energi hidro, surya,
dan angin merupakan tiga sumber energi yang telah diimplementasikan secara komersial dalam
penyediaan tenaga listrik di Indonesia. Sehubungan dengan hal itu, Pedoman Investasi Pembangkit Listrik
Tenaga Aneka Energi Terbarukan (PLT Aneka ET) ini disusun dengan cakupan pengembangan PLT Hidro
(Pembangkit Listrik Tenaga Air atau PLTA; Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro/Mikrohidro atau
PLTM/PLTMH), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).
Secara khusus, bagian pertama dalam pedoman ini ditujukan untuk memberikan gambaran tren teknologi
dan cost pengembangan PLT Aneka ET di dunia serta status terkini kapasitas terpasang PLT Aneka ET di
Indonesia.

Tren Terkini Tekno-Ekonomi PLT Aneka ET

Grafik tren tekno-ekonomi pengembangan PLT Hidro—PLTA dan PLTM/MH—di dunia yang terdiri dari total
biaya terpasang (total installed cost), faktor kapasitas (capacity factor), dan Levelised Cost of Electricity
(LCOE) dalam rentang tahun 2010 hingga 2019 ditunjukkan pada Gambar E.1. Grafik tren—digambarkan
dengan garis—menunjukkan nilai rata-rata terbobotkan data pengembangan PLT Hidro secara global
(global weighted average) yang bersumber dari IRENA Renewable Cost Database.

Nilai rata-rata terbobotkan total biaya terpasang proyek PLT Hidro di dunia dari tahun 2010 hingga 2019
berada dalam kisaran 1.200 USD/kW hingga 1.800 USD/kW. Fluktuasi pada tren rata-rata terbobotkan
total biaya terpasang dipengaruhi oleh bauran implementasi PLT Hidro di berbagai wilayah serta
perubahan pada biaya spesifik proyek—berkaitan dengan karakteristik lokasi. Pada tahun 2019, rata-rata
terbobotkan total biaya terpasang PLT Hidro berada pada nilai 1.704 USD/kW.

Merujuk pada grafik, tren faktor kapasitas PLT Hidro dari tahun 2010 hingga 2019 berada pada rentang
40% hingga 55%. Nilai faktor kapasitas ini dipengaruhi oleh karakteristik proyek PLT Hidro yang beragam,
seperti variabilitas suplai energi hidro sepanjang waktu dan mode pengoperasian pembangkit. Dapat
dilihat pada grafik bahwa tren nilai LCOE cenderung mengikuti tren total biaya terpasang. Sebagai contoh,
pada tahun 2019, nilai rata-rata terbobotkan LCOE PLT Hidro secara global berada pada nilai 4,7 cent-
USD/kWh—naik sekitar 27% dari nilai pada tahun 2010, 3,7 cent-USD/kWh.

xxi
Gambar E.1: Tren total biaya terpasang, faktor kapasitas, dan LCOE PLT Hidro di dunia, 2010–2019

Sumber: IRENA. Renewable Power Generation Costs in 2019. 2020.

Grafik tren tekno-ekonomi pengembangan PLTS di dunia yang terdiri dari total biaya terpasang ( total
installed cost), faktor kapasitas (capacity factor), dan Levelised Cost of Electricity (LCOE) dalam rentang
tahun 2010 hingga 2019 ditunjukkan pada Gambar 2. Grafik tren—digambarkan dengan garis—
menunjukkan nilai rata-rata terbobotkan data pengembangan PLTS secara global ( global weighted
average) yang bersumber dari IRENA Renewable Cost Database.

Dapat dilihat pada grafik, nilai rata-rata terbobotkan total biaya terpasang proyek PLTS di dunia dari tahun
2010 hingga 2019 mengalami penurunan secara signifikan, dari 4.700 USD/kW menjadi 995 USD/kW. Tren
penurunan ini dipengaruhi oleh peningkatan kualitas proses manufaktur, penurunan biaya tenaga kerja,
dan peningkatan efisiensi modul—yang berarti modul PV di pasaran semakin cost-effective.

Faktor kapasitas PLTS mengalami peningkatan dari 14% pada tahun 2010 menjadi 18% pada tahun 2019.
Hal ini didorong oleh meningkatnya penerapan PLTS pada lokasi dengan iradiasi tinggi, peningkatan
penggunaan alat tracking, dan penurunan rugi-rugi (losses) pembangkitan listrik. Tren peningkatan ini juga
menjadi indikasi bahwa teknologi PLTS semakin diminati dalam pemanfaatan energi terbarukan dan
menggambarkan semakin besarnya peluang investasi pengembangan PLTS.

Nilai rata-rata terbobotkan LCOE secara global menurun secara signifikan, sekitar 82%, dari 2010 hingga
2019—dari 37,8 cent-USD/kWh menjadi 6,8 cent-USD/kWh. Penurunan ini dipengaruhi oleh penurunan
tren total biaya terpasang, peningkatan faktor kapasitas, dan penurunan biaya O&M yang bersifat regional
atau berbeda-beda di setiap negara.

xxii RINGKASAN EKSEKUTIF


Gambar E.2:Tren total biaya terpasang, faktor kapasitas, dan LCOE PLTS di dunia, 2010–2019

Sumber: IRENA. Renewable Power Generation Costs in 2019. 2020.

Grafik tren tekno-ekonomi pengembangan PLTB di dunia yang terdiri dari total biaya terpasang ( total
installed cost), faktor kapasitas (capacity factor), dan Levelised Cost of Electricity (LCOE) dalam rentang
tahun 2010 hingga 2019 ditunjukkan pada Gambar E.3. Grafik tren—digambarkan dengan garis—
menunjukkan nilai rata-rata terbobotkan data pengembangan PLTB secara global (global weighted
average) yang bersumber dari IRENA Renewable Cost Database.

Dapat dilihat pada grafik bahwa nilai rata-rata terbobotkan total biaya terpasang proyek PLTB di dunia
dari tahun 2010 hingga 2019 mengalami penurunan secara signifikan dari 1.949 USD/kW menjadi 1.473
USD/kW. Tren penurunan ini dipengaruhi oleh turunnya harga turbin angin dan biaya balance of plant
(BOP).

Faktor kapasitas PLTB mengalami peningkatan dari 27% pada tahun 2010 menjadi 35% pada tahun 2019.
Hal ini didorong oleh meningkatnya kualitas efisiensi teknologi yang digunakan, menyebabkan
peningkatan energi output yang optimal dan diimbangi dengan pemilihan lokasi sumber angin serta tata
letak pemasangan turbin angin yang semakin baik. Selain itu, dapat dilihat pada grafik bahwa tren nilai
LCOE PLTB cenderung mengikuti tren total biaya terpasang yang semakin menurun.

xxiii
Gambar E.3:Tren total biaya terpasang, faktor kapasitas, dan LCOE PLTB di dunia, 2010–2019

Sumber: IRENA. Renewable Power Generation Costs in 2019. 2020.

Status Terkini Pengembangan PLT Aneka ET di Indonesia

Kapasitas terpasang PLT Hidro di Indonesia mencapai 5,97 GW, keempat terbesar di antara negara ASEAN
lainnya setelah Vietam (18,07 GW), Malaysia (6,24 GW), dan Laos (6,03 GW). Komposisi kapasitas PLT
Hidro terpasang di Indonesia terbagi menjadi 5,56 GW PLTA; 0,31 GW PLTM; dan 0,11 PLTMH. Secara total,
kapasitas PLT Hidro memiliki porsi 8,5% dari total kapasitas pembangkit yang ada di Indonesia—terbesar
dibandingkan PLT berbasis ET lainnya. Sebagian besar PLT Hidro berlokasi di Provinsi Jawa Barat,
termasuk PLTA terbesar di Indonesia yaitu PLTA Cirata. PLTA Cirata memiliki total kapasitas terpasang
sebesar 1.008 MW dengan produksi listrik rata-rata 1.428 GWh per tahun. PLTA ini dikelola oleh PT
Pembangkitan Jawa Bali (PJB) dan terletak di Kabupaten Purwakarta, Cianjur, Bandung Barat.

Kapasitas terpasang PLTS di Indonesia mencapai 0,15 GW, peringkat ke-6 dari sepuluh negara di ASEAN.
Pengembangan PLTS paling pesat adalah di Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan kapasitas terpasang
sebesar 22,45 MW. PLTS terbesar di Indonesia adalah PLTS Likupang yang memiliki kapasitas 15 MW
dikelola oleh Vena Energy dan terletak di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. PLTS

Kapasitas terpasang PLTB di Indonesia sebesar 0,15 GW—menduduki peringkat keempat dari keempat
negara ASEAN, setelah Thailand, Filipina, dan Vietnam. PLTB terbesar yang telah dibangun di Indonesia
adalah PLTB Sidrap dengan kapasitas sebesar 75 MW. PLTB ini dikelola oleh PT UPC Sidrap Bayu Energi
dan terletak di Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan.

xxiv RINGKASAN EKSEKUTIF


2. Potensi Aneka Energi Terbarukan (Hidro, Surya, Angin)

Potensi sumber daya energi terbarukan, secara khusus aneka energi terbarukan (hidro, surya, dan angin),
adalah bersifat spesifik lokasi (site-specific). Sehubungan dengan hal itu, informasi terkait lokasi proyek
serta karakteristik sumber aneka energi terbarukan sangatlah krusial bagi pengembang atau investor,
khususnya dalam tahap pengembangan PLT Aneka ET. Mengingat urgensi tersebut, sumber data informasi
potensi aneka energi terbarukan serta rencana pengembangan PLT Aneka ET yang bersifat spesifik lokasi
harus disediakan dan—secara berkala—dimutakhirkan.

Dalam proses pengembangan PLT Aneka ET, pengembang maupun investor dapat mengakses informasi
potensi sumber daya hidro, surya, dan angin melalui beberapa sumber informasi yang telah tersedia, antara
lain Buku Statistik EBTKE dan ESDM One Map. Buku Statistik EBTKE merupakan publikasi tahunan
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, & Konservasi Energi – Kementerian Energi & Sumber Daya
Mineral (DJEBTKE-KESDM) yang memuat informasi terkait penyediaan EBT, pengusahaan EBT, dan
pemanfaatan energi yang disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan peta sebaran. Adapun ESDM One Map
merupakan aplikasi berbasis web yang menampilkan peta sebaran informasi energi dan sumber daya
mineral, yang di dalamnya mencakup informasi potensi aneka energi terbarukan. Selain itu, untuk melihat
rencana proyek PLT Aneka ET yang telah ditetapkan, termasuk potensi proyek yang masih dalam tahap
studi kelayakan, pengembang maupun investor dapat merujuk pada dokumen Rencana Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik—disingkat RUPTL—PT PLN (Persero).

Potensi pengembangan PLT Aneka ET di Indonesia

Merujuk pada Buku Statistik EBTKE, Indonesia memiliki potensi energi hidro mencapai 75 GW untuk
pengembangan PLTA serta 19,4 GW untuk pengembangan PLTM dan PLTMH. Potensi energi surya dan
energi angin di Indonesia secara berurutan adalah sebesar 207,9 GW dan 60,64 GW.

Dalam cakupan 4 provinsi percontohan MTRE3—yaitu Riau, Jambi, Sulawesi Barat, dan Nusa Tenggara
Timur (NTT)—potensi pengembangan PLTA dan PLTM/PLTMH terbesar berada di Provinsi Riau (dalam
lingkup wilayah Sumatera Barat, Riau) dan Jambi, sebesar 3,61 GW dan 0,45 GW. Sementara itu, potensi
terbesar dalam pengembangan PLTS—dari keempat provinsi percontohan MTRE3—berada di Jambi,
sebesar 8,84 GW. Adapun potensi terbesar untuk pengembangan PLTB berada di NTT, sebesar 10,19 GW.

Rencana Pengembangan PLT Aneka ET di Provinsi Percontohan MTRE3

Rencana pengembangan PLT Aneka ET di Indonesia tertuang dalam dokumen RUPTL PT PLN (Persero)
dengan Independent Power Producer (IPP) maupun PT PLN (Persero) sebagai pengembang. Merujuk pada
RUPTL PT PLN (Persero) 2019–2028, rencana pengembangan proyek PLT Aneka ET di Provinsi Riau
mencakup PLT Hidro dan PLTS dengan total kapasitas sebesar 1.100 MW dan 51,7 MW (termasuk kuota
tersebar Sumatera). Di Provinsi Jambi, rencana pengembangan proyek PLT Aneka ET mencakup PLT Hidro
dan PLTS dengan total kapasitas sebesar 1.350 MW dan 51,7 MW (termasuk kuota tersebar Sumatera). Di
Provinsi Sulawesi Barat, terdapat rencana pengembangan proyek PLT Hidro dengan dengan total
kapasitas 24 MW (termasuk kuota tersebar Sulawesi bagian selatan). Sementara itu, di Provinsi NTT,
terdapat rencana pengembangan PLT Hidro sebesar 33,4 MW, PLTS 29,5 MW, dan PLTB 30,8 MW.

xxv
3. Pemangku Kepentingan Kunci dalam Pengembangan PLT
Aneka ET

Pengembangan PLT-ET di Indonesia, termasuk PLT Aneka ET (PLTA, PLTM/PLTMH, PLTS, dan PLTB),
melibatkan berbagai pemangku kepentingan kunci (key actors), meliputi pemerintah pusat dan daerah, PT
PLN (Persero), penyedia dana serta pengembang. Secara umum, susunan kelembagaan pemangku
kepentingan kunci dalam pengembangan PLT-ET di Indonesia dapat diilustrasikan pada Gambar E.4.

Dalam hal pengembangan PLT-ET di Indonesia, Presiden memiliki peran dalam menetapkan ambisi sektor
ketenagalistrikan secara keseluruhan. Dalam hal ini, Presiden memberikan arahan nasional dalam rangka
penyediaan tenaga listrik yang disinkronisasikan dengan upaya-upaya mitigasi perubahan iklim sesuai
target Nationally Determined Contribution (NDC) pada Paris Agreement (Conference of Parties, COP 21).
Di samping itu, Presiden juga berperan sebagai ketua dari Dewan Energi Nasional (DEN). Melalui Peraturan
Presiden Nomor 26 Tahun 2008 tentang Pembentukan Dewan Energi Nasional dan Tata Cara Penyaringan
Calon Anggota Dewan Energi Nasional—anggota DEN ditugaskan untuk merancang dan merumuskan
Kebijakan Energi Nasional (KEN), menetapkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), menetapkan
langkah-langkah krisis dan darurat energi, serta melakukan pengawasan kebijakan energi yang bersifat
lintas sektoral.

Dalam implementasinya, terdapat berbagai kementerian yang berperan untuk mengatur tata laksana
pengembangan dan investasi PLT-ET—khususnya dalam hal ini, PLT Aneka ET—di Indonesia. Berbagai
kementerian yang dimaksud antara lain adalah Kementerian ESDM, Kementerian Investasi/Badan
Koordinasi Penanaman Modal, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Keuangan,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Peran dan
kewenangan dari masing-masing kementerian secara ringkas dideskripsikan di bawah ini.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bertanggung jawab atas kebijakan dan regulasi di
bidang energi, untuk merumuskan, mengawasi, dan mengevaluasi kebijakan energi, serta untuk
memastikan ketersediaan, akses, keterjangkauan, dan pemerataan energi. Secara spesifik, ranah
pengembangan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan di Indonesia berada di bawah Direktorat
Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (DJEBTKE) yang bertanggung jawab untuk
sektor energi terbarukan, serta Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (DJK) yang bertanggung jawab di
sektor ketenagalistrikan.

• Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (DJEBTKE)


DJEBTKE menyelenggarakan fungsi dalam perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, pelaksanaan
pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan pelaporan—di bidang
pembinaan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan pengusahaan, keteknikan, keselamatan kerja,
lingkungan, serta pembangunan sarana dan prasarana tertentu di bidang panas bumi, bioenergi,
aneka energi baru dan terbarukan, dan konservasi energi.

xxvi RINGKASAN EKSEKUTIF


Secara khusus, Direktorat Aneka Energi Baru & Terbarukan memiliki tugas dalam perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, evaluasi dan pelaporan, serta pengendalian dan pengawasan—di bidang
penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, implementasi pengembangan, investasi dan
kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan aneka energi baru dan energi terbarukan.
• Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (DJK)
DJK menyelenggarakan fungsi dalam perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi—
di bidang pembinaan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan pengusahaan, keteknikan,
keselamatan kerja, dan lingkungan di bidang ketenagalistrikan.

Kementerian Investasi (Badan Koordinasi Penanaman Modal, BKPM) mengakomodasi pelayanan


perizinan terkait investasi pembangkit listrik berbasis energi terbarukan, termasuk pengajuan
fasilitas/insentif dan permohonan tenaga kerja asing. Pada tahun 2018, BKPM telah mengembangkan suatu
sistem pelayanan perizinan—Online Single Submission (OSS)—untuk memudahkan pengembang dalam
melakukan permohonan perizinan dan memperoleh informasi terkait perizinan berusaha di Indonesia.
Sistem OSS merupakan sistem yang mengintegrasikan seluruh pelayanan perizinan berusaha yang menjadi
kewenangan Menteri/Pimpinan Lembaga, Gubernur, atau Walikota/Bupati, secara elektronik. Konsep
paling penting dalam sistem OSS ini adalah menggunakan satu portal nasional, satu identitas perizinan
berusaha (Nomor Induk Berusaha, NIB), dan satu format perizinan berusaha. Perizinan berusaha seluruh
sektor wajib diterbitkan melalui OSS, kecuali sektor mineral dan batu bara, minyak dan gas bumi, serta
keuangan (perbankan dan asuransi).

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) memiliki kewenangan terhadap Persetujuan
Lingkungan. Kementerian Keuangan menyelenggarakan fungsi dalam perumusan dan pemberian
rekomendasi kebijakan fiskal dan sektor keuangan, termasuk dalam pengembangan pembangkit listrik
berbasis energi terbarukan. Di sektor ketenagalistrikan, Kementerian Keuangan menyetujui jaminan
pemerintah terkait kewajiban PT PLN (Persero) dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL). Secara
spesifik dalam pengembangan energi terbarukan, Kementerian Keuangan berperan dalam merumuskan
dan menyetujui insentif fiskal seperti keringanan pajak dan ketentuan depresiasi yang dipercepat.

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) memiliki kewenangan
terhadap Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR). Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) menyelenggarakan fungsi dalam perumusan, penetapan, dan pelaksanaan
kebijakan di bidang penataan bangunan gedung. Kementerian Perhubungan menyelenggarakan fungsi
dalam perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidang perhubungan.
Kementerian Perindustrian memformulasikan kebijakan di sektor industri, termasuk menetapkan
persyaratan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam pengembangan pembangkit listrik berbasis
energi terbarukan. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bertanggung jawab atas pengawasan
BUMN, termasuk PT PLN (Persero)—dengan melakukan pengawasan terhadap manajemen perusahaan,
menetapkan dan meninjau target kinerja perusahaan, serta menyetujui anggaran tahunannya.

xxvii
PT PLN (Persero) bertanggung jawab atas sebagian besar pembangkit listrik di Indonesia dengan
kewenangan atas transmisi, distribusi, dan pasokan listrik kepada masyarakat. Selain itu, PT PLN (Persero)
juga bertindak sebagai pembeli (offtaker) terhadap listrik yang dihasilkan oleh Independent Power
Producer (IPP) berdasarkan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL)—sesuai dengan proses pengadaan
dan rencana bisnis yang ditetapkan.

Pemerintah Daerah memiliki kewenangan terhadap beberapa perizinan berusaha di tingkat daerah,
utamanya dalam verifikasi dokumen persyaratan PBG dan SLF. Pemerintah daerah juga memiliki
kewenangan dalam memberikan perizinan berusaha lain di tingkat daerah, seperti Izin Gangguan (Hinder
Ordonnantie, HO) dan Surat Izin Pengambilan dan Air (SIPPA). Selain itu, pemerintah daerah juga terlibat
dalam penetapan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) daerah.

Penyedia Dana dalam pengembangan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan di Indonesia antara
lain PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF), bank, lembaga
pembiayaan, dan program lainnya.

xxviii RINGKASAN EKSEKUTIF


Gambar E.4: Pemangku kepentingan kunci (key actors) dalam pengembangan PLT Aneka Energi Terbarukan di Indonesia

Catatan: DEN: Dewan Energi Nasional; LHK: Lingkungan Hidup & Kehutanan; BKPM: Badan Koordinasi Penanaman Modal; ESDM: Energi & Sumber Daya Mineral; BUMN: Badan Usaha Milik Negara;
PLN: Perusahaan Listrik Negara; PLT-ET: Pembangkit Listrik Energi Terbarukan; KEN: Kebijakan Energi Nasional; RUEN: Rencana Umum Energi Nasional; SMI: Sarana Multi Infrastruktur;
IIF: Indonesia Infrastructure Finance.

xxix
4. Program Pemerintah dalam Pengembangan PLT Aneka ET

Dalam upaya pencapaian target bauran energi terbarukan di tahun 2025, Pemerintah Indonesia telah
mencanangkan berbagai program untuk percepatan pengembangan PLT-ET. Secara khusus dalam
pengembangan PLT Aneka Energi Terbarukan, beberapa program yang telah disiapkan oleh Pemerintah
Indonesia adalah Renewable Energy Based Industrial Development (REBID) & Renewable Based Economic
Development (REBED), Sumba Iconic Island, Pemanfaatan Area Bekas Tambang untuk PLTS, PLTS
Terapung, dan PLTS Hybrid. Program-program tersebut diharapkan dapat menarik minat
investor/pengembang dalam mengembangkan proyek PLT Aneka ET di Indonesia. Desksripsi dari setiap
program tersebut diuraikan secara ringkas di bawah ini.

Program REBID dan REBED

Program Renewable Energy Based Industrial Development (REBID) memiliki konsep untuk
mengintegrasikan pengembangan energi terbarukan dan pertumbuhan industri. Program ini sangat
strategis bagi pihak yang ingin mengembangkan industri dengan suplai listrik dari pembangkit berbasis
energi terbarukan. Salah satu implementasi program REBID adalah pemanfaatan PLTA Mentarang Induk
untuk menyediakan tenaga listrik Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Tanah Kuning,
Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.

Program Renewable Energy Based Economic Development (REBED) memiliki konsep penggunaan energi
terbarukan untuk memacu perekonomian wilayah terdepan, terpencil dan tertinggal (3T). Salah satu
contoh implementasi program ini adalah program PLTS cold storage. Program ini merupakan bentuk kerja
sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan di wilayah pesisir atau kluster ekonomi maritim.
Program ini dinilai sangat cocok bagi pelaku usaha yang memiliki cold storage dan bermaksud untuk
mendapatkan suplai listrik dari pembangkit berbasis energi terbarukan.

Sumba Iconic Island

Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 3051 Tahun 2015 tentang Penetapan Pulau Sumba sebagai
Pulau Ikonis Energi Terbarukan, program Pulau Ikonis Sumba (Sumba Iconic Island, SII) bertujuan untuk
mendemonstrasikan bahwa kebutuhan energi di pulau-pulau kecil dan komunitas yang terisolasi dapat
terpenuhi melalui pemanfaatan energi berkelanjutan ( sustainable energy).

Melalui program ini, 100 unit PLTB sebesar 50 kW telah berhasil dipasang dari total potensi sebesar 10
MW. Selain PLTB, 18.782 unit PLTS telah dibangun dengan total kapasitas terpasang 4,55 MW—meliputi
PLTS Terpusat, PV School, PV Agro Processing, Kios Energi, PLTS Tersebar, Smart PJU, PLTS Hybrid, dan
Solar Water Pump.

xxx RINGKASAN EKSEKUTIF


Pemanfaatan Area Bekas Tambang

Salah satu program pemerintah dalam pengembangan PLTS diwujudkan melalui pemanfaatan beberapa
area bekas tambang. Melalui program ini, sebesar 2.800 hektar area bekas tambang yang berlokasi di
Bangka Belitung, Kutai Barat, dan Kutai Kartanegara dapat dimanfaatkan untuk pengembangan PLTS
dengan potensi masing-masing sebesar 1.250 MW, 1.000 MW, dan 53 MW. Program ini memfasilitasi
pengembang, termasuk perusahaan pemilik lahan bekas tambang, dalam melaksanakan upaya
pemanfaatan lahan sebagai kegiatan pascatambang. Lahan pascatambang dinilai cocok untuk
implementasi PLTS skala besar karena merupakan lahan terbuka (minim shading) dan luas.

PLTS Terapung

PLTS Terapung merupakan program pemerintah untuk mengatasi masalah pembebasan lahan dalam
pembangunan PLTS. PLTS Terapung ini direncanakan untuk dibangun pada beberapa waduk eksisting
seperti Waduk Jatiluhur dan Saguling (Jawa Barat), Waduk Wonogiri dan Mrica (Jawa Tengah), Waduk
Sutami dan Wonorejo (Jawa Timur), serta Danau Singkarang (Sumatera Barat). Program ini diharapkan
dapat memfasilitasi pengembang untuk mengimplementasikan PLTS dengan skala besar, yang sering kali
terbentur persoalan akuisisi lahan—mengingat kebutuhan lahan yang luas.

PLTS Hybrid

PLTS Hybrid merupakan program pemerintah dalam penciptaan pasar untuk daerah terdepan, terpencil
dan tertinggal (3T) khususnya di Kawasan Timur Indonesia. Pada tahun 2021, pemerintah melalui PT PLN
(Persero) melaksanakan program konversi PLTD ke pembangkit listrik berbasis energi terbarukan, salah
satunya direncanakan dengan PLTS Hybrid. Dalam program tersebut pemerintah menargetkan konversi
sekitar 5.200 unit PLTD di 2.130 lokasi dengan potensi konversi sebesar 2 GW hingga tahun 2025. Program
ini diharapkan dapat menarik pengembang untuk mengimplementasikan PLT-ET termasuk PLTS Hybrid
dengan beberapa skema yang menarik, salah satunya adalah skema leasing.

xxxi
5. Kerangka Regulasi dalam Pengembangan PLT Aneka ET

Pemerintah Indonesia telah menetapkan berbagai regulasi yang mengatur pemanfaatan sumber daya
aneka energi terbarukan untuk penyediaan tenaga listrik (PLT Aneka ET, meliputi PLTA, PLTM/PLTMH,
PLTS, dan PLTB). Regulasi yang dimaksud mencakup regulasi pada tingkat Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Menteri. Dalam pedoman ini, seluruh regulasi terkait
pengembangan PLT Aneka ET dirangkai dalam bagan kerangka regulasi sebagaimana ditampilkan pada
Gambar 11.

Regulasi terkait Sumber Daya Energi

Seacara umum, regulasi yang mengatur pemanfaatan sumber daya energi di Indonesia didasari oleh
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi. Di samping itu, Undang-Undang ini secara khusus
mengatur aksesibilitas energi di Indonesia serta pembentukan Dewan Energi Nasional (DEN) yang
berwenang untuk merumuskan Kebijakan Energi Nasional (KEN).

Regulasi terkait Ketenagalistrikan

Sektor ketenagalistrikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan, beserta regulasi turunannya. Rangkaian regulasi ini mengatur proses dan ketentuan
terkait penyelenggaraan ketenagalistrikan di Indonesia, khususnya mengenai kegiatan usaha penyediaan
tenaga listrik dan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL).

Regulasi terkait Cipta Kerja

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, terdapat beberapa perubahan dan
penghapusan pasal pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan. Dalam
konteks investasi dan pengembangan PLT-ET, perubahan yang teridentifikasi adalah penyederhanaan
perizinan berusaha terkait penyediaan tenaga listrik.

Lebih lanjut, pemerintah juga telah menerbitkan regulasi turunan terkait Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja, yang berkaitan dengan pengembangan PLT Aneka ET, antara lain:

• Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.
• Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
• Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
• Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
• Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan.
• Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM).
• Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.

xxxii RINGKASAN EKSEKUTIF


Regulasi terkait Pengelolaan Lingkungan Hidup

Regulasi yang mengatur tata cara dan persyaratan perizinan berusaha terkait lingkungan hidup dituangkan
dalam Peraturan Menteri LHK Nomor 22 Tahun 2018 dan Peraturan Menteri LHK Nomor 26 Tahun 2018.
Selain itu, terdapat Peraturan Menteri LHK Nomor 7 Tahun 2019 terkait tata cara dan persyaratan
permohonan penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan.

Regulasi terkait Fasilitas Fiskal

Dalam rangka meningkatkan investasi untuk pengembangan PLT Aneka ET, terdapat berbagai fasilitas
yang dapat dimanfaatkan oleh pengembang sebagaimana diatur melalui regulasi berikut:

• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66 Tahun 2015 untuk Pembebasan Bea Masuk
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11 Tahun 2020 untuk Tax Allowance
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130 Tahun 2020 untuk Tax Holiday

Regulasi terkait Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)

Regulasi terkait Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) didasari oleh Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2014 tentang Perindustrian. Adapun ketentuan terkait penggunaan produk dalam negeri untuk
infrastruktur ketenagalistrikan—dalam hal ini PLTA dan PLTS—diatur dalam Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 54 Tahun 2012. Sebagai catatan, beberapa pasal dalam peraturan ini telah diubah
oleh Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 5 Tahun 2017.

Regulasi terkait Perhubungan

Regulasi yang mengatur tata cara dan persyaratan perizinan berusaha terkait perhubungan khusus untuk
pengembangan PLTB—dituangkan dalam Peraturan Menteri Pehubungan Nomor 90 Tahun 2018.

Regulasi oleh PT PLN (Persero)

Regulasi tentang Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit Energi Baru dan Terbarukan diatur melalui
Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0062 Tahun 2020. Regulasi ini secara spesifik mengatur
mekanisme dan prosedur pembelian tenaga listrik dari energi terbarukan, termasuk PLT Aneka ET, oleh PT
PLN (Persero).

xxxiii
Gambar E.5:Kerangka regulasi dalam pengembangan PLT Aneka Energi Terbarukan di Indonesia

xxxiv RINGKASAN EKSEKUTIF


6. Proses Bisnis/Investasi PLT Aneka ET

Pengantar Proses Bisnis/Investasi Proyek PLT Aneka Energi Terbarukan

Bab ini berisikan pedoman sehubungan dengan proses dan prosedur untuk mengembangkan proyek
pembangkit listrik berbasis aneka energi terbarukan (PLT Aneka ET), khususnya pembangkit listrik tenaga
hidro (pembangkit listrik tenaga air/minihidro/mikrohidro: PLTA/PLTM/PLTMH), pembangkit listrik tenaga
surya (PLTS), dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB). Kelompok sasaran pedoman ini adalah
pengembang proyek, investor, lembaga pembiayaan, pemerintah pusat dan daerah, serta aktor-aktor lain
yang terlibat dalam pengembangan proyek PLT Aneka ET dengan skema pengusahaan Independent
Power Producer (IPP). Pedoman ini ditujukan secara khusus untuk pengembangan proyek PLT Aneka ET
yang terkoneksi ke jaringan listrik PT PLN (Persero)—atau on-grid.

Prosedur bisnis/investasi yang disusun dalam pedoman ini merujuk pada mekanisme penyediaan tenaga
listrik berupa Pemilihan Langsung. Melalui mekanisme tersebut, calon pengembang proyek dan investor
harus terlebih dahulu mengikuti pelelangan melalui web e-Procurement PT PLN (Persero). Selain itu, dalam
pedoman juga disampaikan mengenai mekanisme Penunjukan Langsung untuk PLTA-PUPR (PLTA
berbasis waduk/bendungan atau saluran irigasi multiguna) serta PLT Aneka ET lainnya apabila terdapat
kondisi khusus. Kedua mekanisme tersebut merujuk pada Peraturan Menteri ESDM Nomor 4 Tahun 2020
tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik (Perubahan Kedua atas
Peraturan Menteri ESDM Nomor 50 Tahun 2017).

Pengenalan Layanan Perizinan dan Nonperizinan

Pada prinsipnya, saat ini layanan perizinan dan nonperizinan untuk pengembangan proyek pembangkit
listrik berbasis energi terbarukan (PLT-ET) di Indonesia hampir semuanya berbasis online. Secara lebih
spesifik, layanan perizinan dan nonperizinan yang digunakan dalam hal pengembangan proyek PLT Aneka
ET ditabulasikan pada Tabel E.1, mencakup nama Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah disertai
dengan aplikasi perizinan dan nonperizinan terkait.

Di Indonesia, Sistem Online Single Submission (OSS) merupakan layanan utama dalam hal pengajuan
perizinan dan nonperizinan—yang saat ini telah diperbarui menjadi sistem OSS Berbasis Risiko pada bulan
Agustus 2021—sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. OSS
Berbasis Risiko ini wajib digunakan oleh pelaku usaha, Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah,
Administrator Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), dan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas
Pelabuhan Bebas (KPBPB).

xxxv
Tabel E.1: Layanan perizinan dan nonperizinan dalam pengembangan proyek PLT Aneka ET

Kementerian/Lembaga/
Aplikasi Perizinan & Nonperizinan
Pemerintah Daerah

Online Single Submission (oss.go.id)

Kementerian Investasi Sebagai starting point dalam pengajuan perizinan dan nonperizinan untuk
(BKPM) pengembangan PLT-ET, mencakup: permohonan Nomor Induk Berusaha (NIB),
pengajuan Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha, pengajuan perizinan berusaha
(Izin), dan pengajuan fasilitas.

Perizinan ESDM (perizinan.esdm.go.id)


• Bidang GATRIK, ditujukan untuk verifikasi dokumen persyaratan Rencana
Kementerian ESDM Impor Barang (RIB) dan iIzin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL).
Sistem Registrasi SLO (slodjk.esdm.go.id)
Ditujukan untuk verifikasi dokumen persyaratan Sertifikat Laik Operasi (SLO).

E-Procurement PT PLN (Persero) (eproc.pln.co.id)


PT PLN (Persero) • Pendaftaran Daftar Penyedia Terseleksi (DPT).
• Pengadaan proyek PLT Aneka ET dengan mekanisme Pemilihan Langsung.
Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung/SIMBG (simbg.pu.go.id)
Kementerian PUPR Ditujukan untuk pengajuan Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) dan Sertifikat Laik
Fungsi (SLF).

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kementerian LHK/PTSP-KLHK


(pelayananterpadu.menlhk.go.id)
Kementerian LHK Ditujukan untuk verifikasi dokumen persyaratan Persetujuan Lingkungan, untuk
dokumen: Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup – Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup (UKL-UPL); Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal).

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu/DPMPTSP


• Ditujukan untuk verifikasi dokumen persyaratan PBG dan SLF.
Pemerintah Daerah • Ditujukan untuk pengajuan perizinan di tingkat provinsi yang tidak
diakomodasi di sistem OSS, misalnya: Izin Gangguan (Hinder
Ordonnantie/HO); Surat Izin Pengambilan dan Pemanfaatan Air (SIPPA).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko—sebagai regulasi turunan dari Undang-Undang Cipta Kerja—pengusahaan
ketenagalistrikan dikategorikan sebagai jenis usaha dengan risiko tinggi. Persyaratan yang harus dipenuhi
dalam hal ini mencakup Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha dan Izin. Secara umum, alur perizinan pada
sistem OSS Berbasis Risiko yang harus dijalankan oleh pelaku usaha, diuraikan sebagai berikut:

1) Registrasi user OSS, menggunakan Nomor Induk Kependudukan (NIK) untuk Warga Negara
Indonesia (WNI) atau paspor untuk Warga Negara Asing (WNA).
2) Registrasi legalitas pendirian badan hukum/usaha nonperseorangan, berupa Akta Pendirian/
Perubahan dan Surat Keputusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (SK Kemenkumham).
3) Pengajuan Nomor Induk Berusaha (NIB), yang disertai dengan pelengkapan data. NIB yang
diterbitkan juga berfungsi sebagai Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan Angka Pengenal Impor
(API).

xxxvi RINGKASAN EKSEKUTIF


4) Pengajuan Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha, mencakup Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang (KKPR), Persetujuan Lingkungan, Persetujuan Bangunan Gedung (PBG), dan Sertifikat Laik
Fungsi (SLF).
5) Pengajuan perizinan berusaha berbasis risiko, atau disebut dengan Izin (untuk kegiatan usaha
kategori risiko tinggi), yang selanjutnya harus diverifikasi dan disetujui oleh Kementerian/
Lembaga/Pemerintah Daerah terkait.
6) Pengajuan fasilitas seperti tax allowance/holiday, pembebasan bea masuk, dan fasilitas lainnya.

Sebagai catatan, alur perizinan OSS merujuk pada langkah-langkah di atas, namun khusus untuk langkah
(4) hingga (6) dapat dilakukan secara paralel—menyesuaikan dengan persyaratan dalam pengembangan
proyek PLT-ET, secara spesifik untuk proyek PLT Aneka ET.

Merujuk pada poin (5) di atas, diperlukan verifikasi dan persetujuan oleh Kementerian/Lembaga/
Pemerintah Daerah terkait dengan pengajuan Izin—sebagaimana diilustrasikan pada Gambar E.6. Setelah
mengajukan perizinan berusaha di sistem OSS, badan usaha akan menerima NIB dan Izin Usaha dengan
status Belum Efektif. Untuk membuat Izin Usaha berlaku efektif, badan usaha harus melakukan pemenuhan
komitmen secara online ke layanan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah terkait, dengan
melampirkan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan. Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah
kemudian melakukan verifikasi persyaratan teknis. Apabila persyaratan teknis telah lengkap dan sesuai,
akan diterbitkan Izin Usaha dengan status Efektif melalui sistem OSS. Sebagai catatan, apabila
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah belum terintegrasi dengan sistem OSS, upaya pemenuhan
komitmen dilakukan sesuai dengan tata cara instansi terkait.

Gambar E.6: Alur verifikasi Izin oleh Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah terkait

Pengajuan Perizinan Usaha di OSS Keterangan:


(oss.go.id)
OSS: Online Single Submission
Badan Usaha K/L/D: Kementerian/Lembaga/Daerah
(Pemohon) Nomor Induk Berusaha (NIB) *Dalam hal Aplikasi Perizinan K/L/D belum tersedia/belum terintegrasi
dengan OSS, pemenuhan komitmen izin usaha/verifikasi dilakukan
sesuai tata cara yang diterapkan di setiap K/L/D.
Izin Usaha
(Belum Efektif)

Penolakan Pemenuhan Komitmen Izin Usaha Verifikasi Persyaratan Teknis


(Aplikasi Perizinan K/L/D)* (Komitmen Izin Usaha) oleh K/L/D

Tidak
Lengkap & Sesuai

Ya
Izin Usaha Penerbitan Izin Usaha Efektif Penerbitan Surat Pemenuhan Komitmen
(Efektif) (oss.go.id) (Aplikasi Perizinan K/L/D)*

Surat Pemenuhan Komitmen

xxxvii
Dalam konteks pengembangan proyek PLT Aneka ET melalui mekanisme Pemilihan Langsung, calon
pengembang harus terdaftar dalam Daftar Penyedia Terseleksi (DPT) PLN. Dalam pelaksanaannya,
registrasi calon pengembang hingga terdaftar sebagai DPT serta pelaksanaan pengadaan difasilitasi
melalui aplikasi e-Procurement PLN. Aktivitas pengadaan barang/jasa melalui e-Procurement PLN secara
umum diilustrasikan pada Gambar E.7. Merujuk pada gambar tersebut, proses registrasi awal calon
pengembang hingga terdaftar sebagai DPT dapat direpresentasikan dengan aktivitas (01–02) “Persiapan
Pengadaan Barang/Jasa”, sementara proses Pemilihan Langsung direpresentasikan pada aktivitas (03–10)
“Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa”.

Berdasarkan regulasi terkini, secara spesifik merujuk pada Undang-Undang Cipta Kerja dan turunannya,
seluruh kebutuhan administrasi dan perizinan untuk pengembangan proyek PLT Aneka ET ditabulasikan
pada Tabel E.2—disertai dengan pemangku kepentingan (key actors) dalam pengajuan permohonan dan
verifikasi persyaratan teknis. Dalam tabel tersebut, daftar administrasi dan perizinan dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu registrasi legalitas, pengajuan NIB, Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha,
perizinan berusaha berbasis risiko tinggi (Izin), dan pengajuan fasilitas. Sebagai catatan, apabila lokasi PLT
Aneka ET berada di kawasan hutan, maka diperlukan Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan—
menggantikan KKPR (salah satu Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha).

Gambar E.7:Alur aktivitas pengadaan barang/jasa melalui aplikasi e-Procurement PLN

xxxviii RINGKASAN EKSEKUTIF


Tabel E.2: Daftar administrasi dan perizinan dalam pengembangan proyek PLT Aneka ET

Administrasi & Perizinan Pengajuan Permohonan Verifikasi Persyaratan Teknis

Registrasi Legalitas

Akta Pendirian/Perubahan Notaris

Pengajuan NIB
Kementerian Investasi: Sistem OSS
Nomor Induk Berusaha (NIB)
oss.go.id
Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha

Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan


Kementerian LHK
Ruang (KKPR)

Persetujuan Penggunaan Kawasan Kementerian Investasi:


Kementerian Agraria & Tata
Hutan (apabila diperlukan: lokasi berada Sistem OSS
Ruang
di kawasan hutan) oss.go.id

Persetujuan Lingkungan, mencakup


dokumen: (i) Upaya Pengelolaan Kementerian Investasi:
Kementerian LHK: PTSP KLHK
Lingkungan Hidup – Upaya Pemantauan Sistem OSS
pelayananterpadu.menlhk.go.id
Lingkungan Hidup/UKL-UPL; (ii) Analisis oss.go.id
Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) Kementerian PUPR: SIMBG Dinas Perizinan


Sertifikat Laik Fungsi (SLF) simbg.pu.go.id (Pemerintah Daerah)

Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Tinggi (Izin)


Kementerian Investasi: Kementerian ESDM:
Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
Sistem OSS Perizinan ESDM
(IUPTL) untuk Kepentingan Umum
oss.go.id perizinan.esdm.go.id—GATRIK
Kementerian Investasi: Kementerian ESDM:
Rencana Impor Barang (RIB) Sistem OSS Perizinan ESDM
oss.go.id perizinan.esdm.go.id—GATRIK
Kementerian Investasi: Kementerian ESDM:
Sertifikat Laik Operasi (SLO) Sistem OSS Sistem Registrasi SLO
oss.go.id slodjk.esdm.go.id
Izin Gangguan (Hinder Ordonnantie, HO) DPMPTSP (Pemerintah Daerah)

Surat Izin Pengambilan & Pemanfaatan


DPMPTSP (Pemerintah Daerah)
Air (SIPPA)

Pengajuan Fasilitas
Kementerian Investasi:
Pembebasan Bea Masuk Sistem OSS Kementerian Keuangan
oss.go.id
Kementerian Investasi:
Tax Holiday atau Tax Allowance Sistem OSS Kementerian Keuangan
oss.go.id

xxxix
Gambaran Umum Siklus Pengembangan Proyek PLT Aneka Energi Terbarukan

Dalam Pedoman Investasi yang disusun, siklus pengembangan PLT Aneka ET diklasifikasikan ke dalam tiga
fase, yaitu Fase Pengembangan, Fase Pembangunan, dan Fase Operasi. Dari tiga fase tersebut, siklus
pengembangan proyek PLT Aneka ET dibagi menjadi 11 tahap, yaitu: (1) Pelelangan Proyek; (2) Studi
Perencanaan; (3) Legalitas Badan Usaha; (4) Pengajuan Fasilitas; (5) Administrasi dan Perizinan; (6)
Pendanaan; (7) Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL); (8) Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL);
(9) Engineering, Procurement, and Construction (EPC); (10) Penyambungan Jaringan Listrik dan
Commissioning; serta (11) Operasi dan Pemeliharaan. Rangkaian fase dan tahap kegiatan tersebut
kemudian digambarkan dalam Gantt Chart dan diagram alir, sebagaimana diilustrasikan pada Gambar E.8
dan Gambar E.9.

Gantt Chart didesain untuk menggambarkan rangkaian proses bisnis pengembangan PLT Aneka ET yang
kompleks di Indonesia. Desain Gantt Chart mencakup urutan tahap proses bisnis/investasi termasuk
administrasi dan perizinan yang harus dilakukan. Masing-masing tahap kegiatan dalam Gantt Chart
digambarkan dalam sebuah blok yang mendeskripsikan kebutuhan waktu secara kualitatif dan kapan
setiap tahap kegiatan harus dimulai. Selain itu, dalam Gantt Chart juga diberikan informasi mengenai
rangkaian keseluruhan fase pengembangan proyek—sehingga calon pengembang/investor diharapkan
dapat melihat tahap kegiatan/aktivitas yang harus dilakukan di setiap fase. Sedangkan diagram alir
didesain untuk menggambarkan alur prosedural proses bisnis/investasi—lebih menjelaskan hubungan
antar tahap kegiatan/aktivitas.

Uraian masing-masing tahap kegiatan/aktivitas dalam setiap fase pengembangan proyek PLT Aneka ET
dideskripsikan pada bagian setelah Gantt Chart dan diagram alir—mencakup Fase Pengembangan, Fase
Pembangunan, dan Fase Operasi. Rangkaian narasi ini kemudian dirangkum menjadi matriks proses
bisnis/investasi proyek pengembangan PLT Aneka ET—yang diilustrasikan pada Gambar 14. Matriks
tersebut mencakup setiap tahap kegiatan/aktivitas yang disajikan secara berurutan, dilengkapi dengan
pemangku kepentingan (key actors) yang terlibat serta informasi-informasi terkait pengajuan permohonan
dan pelaksanaan verifikasi oleh pemangku kepentingan.

xl RINGKASAN EKSEKUTIF
Gambar E.8: Gantt Chart proses bisnis/investasi proyek PLT Aneka Energi Terbarukan

xli
Gambar E.9: Diagram alir proses bisnis/investasi proyek PLT Aneka Energi Terbarukan

xlii RINGKASAN EKSEKUTIF


Fase Pengembangan

Siklus pengembangan PLT Aneka ET diawali dengan Fase Pengembangan. Pada fase ini, pertama-tama
badan usaha mengikuti Pelelangan Proyek (Tahap 1) yang diadakan oleh PT PLN (Persero). Badan usaha
yang bermaksud untuk mengembangkan PLT Hidro, PLTS, dan PLTB selain PLTA PUPR akan mengikuti
pelelangan proyek dengan dengan mekanisme Pemilihan Langsung (Tahap 1a). Sedangkan badan usaha
yang bermaksud untuk mengembangkan PLTA PUPR akan mengikuti pelelangan proyek dengan
mekanisme Penunjukan Langsung (Tahap 1b). Akan tetapi, perlu menjadi catatan bahwa pengembangan
proyek PLT Hidro, PLTS, dan PLTB dapat dilaksanakan melalui mekanisme Penunjukan Langsung pada
kondisi tertentu.

Pada pelelangan proyek melalui mekanisme Pemilihan Langsung, badan usaha harus mengikuti proses
kualifikasi Daftar Penyedia Terseleksi (DPT) terlebih dahulu. Setelah terdaftar sebagai DPT, badan usaha
berhak mengikuti lelang proyek berdasarkan undangan lelang dari PT PLN (Persero). Sedangkan, pada
pelelangan melalui mekanisme Penunjukan Langsung, PT PLN (Persero) akan menginisiasi proses
pelelangan PLTA PUPR atas dasar Surat Penugasan dari Menteri ESDM dan selanjutnya PT PLN (Persero)
akan mengundang badan usaha Mitra Pemanfaatan Barang Milik Negara Lingkup Sumber Daya Air (BMN
SDA) untuk mengikuti proses lelang proyek PLTA PUPR.

Dalam mengikuti pelelangan proyek, badan usaha harus menyerahkan dokumen penawaran dan lampiran
dokumen penawaran berupa dokumen studi perencanaan. Oleh karena itu, badan usaha selanjutnya harus
melakukan Studi Perencanaan (Tahap 2a) berupa studi kelayakan dan studi penyambungan. Studi
kelayakan dilakukan untuk menentukan kelayakan teknis, ekonomis, dan lingkungan dari suatu proyek PLT
Aneka ET. Sedangkan studi penyambungan dilakukan untuk mengkaji kelayakan penyambungan dan
kebutuhan fasilitas penyambungan.

Setelah melakukan Studi Perencanaan, badan usaha menyerahkan dokumen studi kelayakan dan studi
penyambungan sebagai lampiran dokumen penawaran untuk diserahkan ke PT PLN (Persero). Kemudian
PT PLN (Persero) akan melakukan klarifikasi, evaluasi dan negosiasi terhadap dokumen penawaran.
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, PT PLN (Persero) akan melakukan penunjukan pemenang lelang
proyek yang diikuti dengan penerbitan dan penandatanganan Surat Penunjukan Pemenang (Letter of
Intent, LoI).

Badan usaha pemenang lelang selanjutnya harus mendirikan badan usaha baru melalui Legalitas Badan
Usaha (Tahap 3) yang umumnya dikenal sebagai Perusahaan Bertujuan Khusus (PBK) atau Special Purpose
Company (SPC) atau Special Purpose Vehicle (SPV)-yang selanjutnya disebut dengan PBK. Sementara itu,
pembentukan PBK untuk pengembangan PLTA PUPR dilakukan sebelum tahap lelang yaitu setelah badan
usaha ditetapkan sebagai Mitra Pemanfaatan BMN SDA oleh Kementerian PUPR.

Badan usaha baru harus memperoleh pengesahan badan usaha oleh Kementerian Hukum dan HAM dengan
cara mendaftarkan akta pendirian melalui sistem Administrasi Hukum Umum (AHU) online dan kemudian
mengajukan permohonan Nomor Induk Berusaha (NIB) melalui sistem OSS. Permohonan NIB dilakukan
melalui proses registrasi user, registrasi legalitas, hingga diterbitkannya NIB.

xliii
Kemudian, calon pengembang dapat melakukan permohonan Pengajuan Fasilitas Tax Allowance atau Tax
Holiday (Tahap 4a). Permohonan pengajuan fasilitas Tax Allowance atau Tax Holiday dapat dilakukan
melalui sistem OSS dengan menyampaikan dokumen persyaratan. Permohonan yang telah diterima secara
lengkap, akan disampaikan oleh sistem OSS kepada Kementerian Keuangan untuk diverifikasi. Setelah
permohonan pemberian fasilitas fiskal disetujui oleh Menteri Keuangan, penerbitan persetujuan
permohonan fasilitas diperoleh melalui sistem OSS.

Calon pengembang yang telah mendapatkan NIB (Tahap 3), harus mulai mengajukan berbagai
kelengkapan administrasi dan perizinan. Merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko, setiap pelaku usaha wajib memenuhi Persyaratan Dasar
Perizinan Berusaha dan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko. Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha
merupakan perizinan yang wajib dimiliki oleh semua pelaku usaha untuk semua kategori risiko usaha.
Adapun Perizinan Berusaha Berbasis Risiko merupakan perizinan spesifik yang diperuntukkan bagi
pengusahaan tertentu, misalnya dalam hal pengembangan PLT Aneka ET.

Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha pada Fase Pengembangan PLT Aneka ET mencakup Kesesuaian
Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR) dan Persetujuan Lingkungan (Tahap 5a).

Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR) merupakan kesesuaian antara rencana kegiatan
pemanfaatan ruang dengan Rencana Tata Ruang (RTR)—menggantikan Izin Lokasi dan Izin Pemanfaatan
Ruang. Merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Tata Ruang,
terdapat tiga jenis KKPR yaitu Konfirmasi KKPR, Persetujuan KKPR, dan Rekomendasi KKPR. Penentuan
perolehan KKPR tersebut dilakukan berdasarkan kesesuaian lokasi dengan tata ruang. Permohonan
pengajuan KKPR dapat dilakukan melalui sistem OSS dengan menyampaikan kelengkapan dokumen
usulan kegiatan. Selanjutnya, penilaian dokumen usulan kegiatan akan dilakukan oleh Kementerian
ATR/BPN. Jika memenuhi persyaratan, penerbitan Konfirmasi/Persetujuan/Rekomendasi KKPR dilakukan
melalui OSS. Secara khusus, apabila lokasi kegiatan usaha berada di kawasan hutan, diperlukan Persetujuan
Penggunaan Kawasan Hutan yang merupakan kewenangan dari Kementerian LHK.

Persetujuan lingkungan merupakan keputusan kelayakan lingkungan hidup atau pernyataan kesanggupan
pengelolaan lingkungan hidup yang telah mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah—menggantikan Izin Lingkungan. Persetujuan Lingkungan dapat berupa Surat
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup (SKKLH) atau Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (PKPLH). SKKLH merupakan Persetujuan Lingkungan untuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(Amdal), sedangkan PKPLH untuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup-Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup (UKL-UPL).

Merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Persetujuan Lingkungan dapat dilakukan melalui: (i) penyusunan dan uji
kelayakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal); (ii) penyusunan dan pemeriksaan formulir
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup – Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL–UPL); atau (iii)
formulir Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL).

xliv RINGKASAN EKSEKUTIF


Permohonan Persetujuan Lingkungan dilakukan melalui sistem OSS. Calon pengembang terlebih dahulu
harus mengajukan permohonan Persetujuan Lingkungan ke sistem OSS (www.oss.go.id) untuk penerbitan
Persetujuan Lingkungan dengan status “belum efektif”. Selanjutnya, calon pengembang harus melakukan
upaya pemenuhan komitmen, dengan menyampaikan dokumen persyaratan. Dokumen selanjutnya akan
diverifikasi oleh Kementerian LHK. Jika memenuhi persyaratan, Persetujuan Lingkungan akan diterbitkan
melalui OSS.

Calon pengembang yang telah memenuhi tahap administrasi dan perizinan selanjutnya akan melakukan
Studi Perencanaan Rinci (Tahap 2b). Studi Perencanaan Rinci ini dapat menghasilkan dokumen
perencanaan proyek yang diperlukan oleh pihak penyedia dana (bank atau lembaga pembiayaan) sebagai
persyaratan dalam pemberian pinjaman (Tahap 6).

Studi Perencanaan (Tahap 2b) yang telah diilakukan oleh calon pengembang selanjutnya dapat digunakan
dalam hal permohonan Pendanaan (Tahap 6) untuk Pengembangan PLT Aneka ET.

Mengingat kebutuhan modal investasi yang besar dalam pengembangan PLT Aneka ET, calon
pengembang pada umumnya mendapatkan sumber Pendanaan (Tahap 6) eksternal dari bank, lembaga
pembiayaan, atau pemerintah. Untuk mendapatkan dana pinjaman dari bank ataupun lembaga
pembiayaan, calon pengembang harus mengajukan permohonan dan juga memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan oleh pihak penyedia dana. Setelah calon pengembang menyampaikan permohonan
pendanaan, evaluasi akan dilakukan melalui uji tuntas ( due diligence) dan kajian risiko di setiap tahap
pengembangan proyek. Berdasarkan hasil evaluasi, apabila permohonan disetujui, maka akan disiapkan
Perjanjian Pinjaman, yang harus dipenuhi oleh calon pengembang—hingga diperolehnya Persetujuan
Pendanaan. Setelah mendapatkan Persetujuan Pendanaan, calon pengembang dapat memanfaatkan dana
pinjaman tersebut untuk kegiatan konstruksi, tahap Engineering, Procurement, and Construction (EPC)
dan pendanaan jaminan pelaksanaan proyek untuk keperluan Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL).

Selanjutnya, Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL) (Tahap 7) dilakukan setelah tercapainya
kesepakatan Harga Jual Beli Tenaga Listrik dengan diterbitkannya Surat Persetujuan Harga Jual Beli
Tenaga Listrik oleh Menteri ESDM. PT PLN (Persero) akan mengundang calon pengembang untuk
penjelasan draf PJBL dan penyerahan persyaratan jaminan pelaksanaan. Apabila persyaratan jaminan
pelaksanaan telah terpenuhi, penandatanganan PJBL antara calon pengembang dengan PT PLN (Persero)
akan dilakukan.

Fase Pembangunan

Fase pembangunan dimulai setelah pengembang melakukan Pemenuhan Biaya ( Financial Close).
Pengembang yang telah melakukan PJBL selanjutnya dapat mengajukan Izin Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik (IUPTL) (Tahap 8). Syarat utama dalam mengajukan IUPTL adalah dokumen Studi Kelayakan yang
telah dievaluasi oleh Kementerian ESDM dan Kesepakatan Harga Jual Beli Tenaga Listrik yang telah dicapai
pada tahap Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL) (Tahap 7).

xlv
Pengajuan permohonan IUPTL dapat dilakukan melalui sistem OSS untuk penerbitan IUPTL dengan status
“belum efektif”. Selanjutnya, pengembang menyampaikan dokumen persyaratan melalui aplikasi Perizinan
ESDM. DJK-KESDM akan memberikan notifikasi kepada sistem OSS sehingga IUPTL yang diajukan oleh
pengembang dapat diterbitkan—melalui sistem OSS—dengan status “efektif”.

Setelah memperoleh IUPTL, pengembang dapat melakukan permohonan Persetujuan dan Penandasahan
Rencana Impor Barang (RIB) melalui web Perizinan ESDM pada menu Gatrik, disertai dengan Laporan
Hasil Verifikasi RIB dari Surveyor dan lampiran permohonan lainnya. Setelah diverifikasi, Persetujuan dan
Penandasahan RIB akan diberikan oleh Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan atas nama
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan KESDM.

Selanjutnya, setelah mendapatkan Persetujuan dan Penandasahan RIB, pengembang dapat mengajukan
permohonan fasilitas Pembebasan Bea Masuk kepada Kementerian Investasi (BKPM)—melalui sistem
OSS—disertai dengan penyampaian dokumen pengajuan dan lampiran.Apabila seluruh dokumen telah
memenuhi persyaratan, Kepala BKPM (saat ini: Menteri Investasi) atas nama Menteri Keuangan akan
menerbitkan keputusan mengenai Pembebasan Bea Masuk atas impor barang modal. Sebaliknya, jika
dokumen belum disetujui, akan diterbitkan Surat Penolakan yang disertai dengan alasan penolakan.

Selain Pembebasan Bea Masuk, sebelum memulai kegiatan konstruksi, pengembang juga wajib harus
memenuhi persyaratan kelengkapan administrasi dan perizinan berupa Persetujuan Bangunan Gedung
(PBG) dan Izin Lainnya (Izin Gangguan dan Surat Izin Pengambilan dan Pemanfaatan Air/SIPPA) (Tahap
5b). Untuk perolehan Persetujuan Bangunan Gedung (PBG), pengembang mengajukan permohonan PBG
melalui aplikasi Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung (SIMBG)—juga diikuti dengan
penyampaian persyaratan administrasi dan teknis, berupa data pemohon/pemilik, data bangunan gedung,
dan dokumen rencana teknis. Kelengkapan persyaratan tersebut akan diverifikasi oleh Sekretariat yang
ditugaskan oleh Kepala Dinas Teknis. Setelah itu, pemeriksaan dokumen rencana teknis akan dilakukan
oleh Tim Profesi Ahli (TPA) atau Tim Penilai Teknis (TPT)—yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah. Apabila
dokumen rencana teknis telah memenuhi standar teknis, maka akan diterbitkan Surat Pernyataan
Pemenuhan Standar Teknis oleh Dinas Teknis. Setelah penerbitan Surat Pernyataan Pemenuhan Standar
Teknis, penetapan nilai retribusi daerah dilakukan oleh Dinas Teknis. Pengembang diharuskan untuk
membayar retribusi daerah yang dan melengkapi formulir pembayaran dengan memasukkan nomor Surat
Setoran Retribusi Daerah (SSRD) dan tanggal pembayaran. Formulir tersebut kemudian diunggah melalui
web SIMBG. Selanjutnya, PBG diterbitkan oleh Dinas Perizinan.

Sebagai persyaratan kegiatan konstruksi, pengembang harus mengajukan perizinan berusaha lainnya yang
diperlukan, yaitu Izin Gangguan (Hinder Ordonnantie, HO) dan Surat Izin Pengambilan dan Pemanfaatan
Air (SIPPA). Permohonan untuk kedua perizinan berusaha tersebut dapat diajukan kepada Pemerintah
Daerah melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi—di lokasi
pengembangan proyek PLT Aneka ET. Dalam hal ini, pengembang harus menyampaikan dokumen
persyaratan untuk mendapatkan izin tersebut.

xlvi RINGKASAN EKSEKUTIF


Setelah memperoleh pembebasan bea masuk dan perizinan yang dipersyaratkan, pengembang dapat
melaksanakan kegiatan Engineering, Procurement, and Construction (EPC) (Tahap 9). Tahap EPC diawali
dengan kegiatan penyusunan Detailed Engineering Design (DED) yang didasarkan pada hasil Studi
Perencanaan (Tahap 2). Pengembang dapat melaksanakan kegiatan pengadaan peralatan ( procurement)
dan konstruksi (construction) berdasarkan dokumen keluaran DED. Spesifikasi teknis dan lembar data dari
DED akan disatukan dengan beberapa persyaratan dan ketentuan komersial untuk permohonan surat
permintaan harga (SPH) dalam rangka menentukan penyedia/vendor peralatan.

Pengembang dan penyedia peralatan terpilih melakukan perjanjian jual beli peralatan. Setelah proses
kegiatan konstruksi dan instalasi peralatan selesai, dilakukan Penyambungan Jaringan Listrik dan
Commissioning (Tahap 10) untuk memastikan bahwa pembangkit listrik dapat dioperasikan dengan aman
dan memenuhi persyaratan serta standar yang berlaku.

Dalam rangka penyambungan jaringan listrik, pengembang harus mengajukan permohonan sambung
untuk pemberian tegangan (energize) kepada pengelola operasi sistem PT PLN (Persero) dengan
memenuhi persyaratan fasilitas titik sambung. Fasilitas yang dibangun oleh pengembang harus diperiksa
dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan oleh Lembaga Inspeksi Teknik (LIT) Tenaga Listrik Akreditasi.
Dalam hal LIT menyatakan bahwa kondisi titik sambung memenuhi persyaratan Aturan Jaringan ( Grid
Code) dan siap untuk pemberian tegangan, LIT akan menerbitkan rekomendasi pemberian tegangan dan
percobaan pembebanan. Setelah LIT menerbitkan rekomendasi tersebut, pengembang dan pengelola
operasi sistem PT PLN (Persero) melaksanakan prosedur pemberian tegangan yang telah disusun dan
disepakati bersama.

Setelah proses kegiatan konstruksi selesai, pengembang juga harus memenuhi persyaratan kelengkapan
administrasi dan perizinan yang mencakup Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dan Sertifikat Laik Operasi (SLO)
(Tahap 5c). SLF diajukan setelah proses kegiatan konstruksi selesai, dengan melalui SIMBG dengan
melampirkan Surat Pernyataan Kelaikan Fungsi. Surat Pernyataan Kelaikan Fungsi diperoleh dari hasil
verifikasi Pengkaji Teknis dalam hal pemeriksaan kelaikan fungsi gedung. Pemerintah Daerah melalui Dinas
Teknis kemudian melakukan verifikasi kelengkapan dan kebenaran dokumen serta menerbitkan Surat
Pernyataan Pemenuhan Standar Teknis melalui aplikasi SIMBG. Selanjutnya, SLF akan diterbitkan oleh
Pemerintah Daerah melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP).

Kemudian pada saat dilakukannya commissioning, dilakukan beberapa inspeksi serta pengujian peralatan
dan sistem hingga diterbitkannya SLO. Permohonan SLO diajukan melalui sistem OSS untuk penerbitan
SLO dengan status “belum efektif”. Selain itu, pengembang juga harus menghubungi salah satu Lembaga
Inspeksi Teknik (LIT) Tenaga Listrik yang berlisensi atau terakreditasi, dan melampirkan dokumen
persyaratan kepada LIT. LIT kemudian akan melakukan pemeriksaan dan pengujian dokumen persyaratan
secara online. Apabila dokumen telah lengkap dan sesuai, DJK-KESDM akan menerbitkan Registrasi SLO.
Selain itu, LIT juga akan melakukan pemeriksaan dan pengujian ke lokasi serta penyusunan laporan.
Merujuk pada Registrasi SLO dan laporan dari LIT, DJK-KESDM akan melakukan verifikasi dan validasi
keabsahan SLO. Selanjutnya, setelah semua dokumen memenuhi persyaratan, sistem OSS akan
menerbitkan SLO dengan status “efektif”.

xlvii
Fase Operasi

Fase operasi dimulai setelah kegiatan konstruksi dan commissioning pembangkit selesai dilakukan, yang
ditandai dengan Commercial Operation Date (COD). Kegiatan utama pada tahap ini adalah produksi listrik
serta penjualan listrik dari PLT Aneka Et ke PT PLN (Persero). Pada fase ini, pengembang harus
melaksanakan kegiatan Operasi dan Pemeliharaan PLT Aneka ET secara rutin (Tahap 11) sesuai Standard
Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan sebelumnya.

Selain itu, pengembang dapat melakukan permohonan Pengajuan Fasilitas Tax Allowance atau Tax
Holiday (Tahap 4c). Pengajuan pemanfaatan fasilitas tersebut dapat dilakukan melalui sistem OSS, dengan
menyampaikan dokumen persyaratan. Pengembang akan memperoleh fasilitas tersebut dengan
pemenuhan persyaratan dan pemeriksaan lapangan oleh Direktur Jenderal Pajak serta penetapan oleh
Menteri Keuangan—berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan.

xlviii RINGKASAN EKSEKUTIF


Gambar E.10: Matriks proses bisnis/investasi proyek PLT Aneka ET

xlix
l RINGKASAN EKSEKUTIF
li
7. Penyedia Dana Potensial

Dalam pedoman, bagian ini ditujukan untuk memberikan gambaran umum kepada investor mengenai
penyedia dana potensial dalam pengembangan proyek pembangkit listrik tenaga energi terbarukan (PLT-
ET) di Indonesia. Bagian ini mencakup informasi mengenai fasilitas pembiayaan serta penyedia dana
potensial di tingkat nasional dan internasional.

Fasilitas Pembiayaan

Secara umum, pembiayaan proyek PLT-ET berasal dari tiga sumber utama dengan definisi sebagai berikut:

a. Ekuitas, yaitu modal yang diperoleh dari pemegang saham akan dikembalikan kepada pemegang
saham perusahaan.
b. Pinjaman atau utang, yaitu sejumlah uang yang disediakan oleh pihak ketiga untuk proyek yang
harus dilunasi selama atau di akhir jangka waktu yang disepakati, ditambah bunga selama periode
peminjaman.
c. Hibah, yaitu sejumlah uang yang diberikan oleh pihak ketiga untuk suatu proyek dan tidak perlu
dibayar kembali.

Jenis fasilitas pembiayaan yang umum digunakan untuk pengembangan proyek PLT-ET di Indonesia
mencakup pembiayaan ekuitas, senior debt, leasing, pembiayaan mezzanine (pinjaman subordinasi),
pembiayaan proyek, dan pembiayaan syariah.

Lembaga Jasa Keuangan di Indonesia

Di Indonesia, lembaga jasa keuangan yang dapat membiayai proyek pengembangan PLT-ET terdiri dari
bank dan lembaga pembiayaan. Saat ini, bank dan lembaga pembiayaan memiliki Program Keuangan
Berkelanjutan yang secara khusus memberikan pembiayaan untuk sektor hijau, mencakup Energi
Terbarukan dan Efisiensi Energi.

Delapan bank di Indonesia telah membentuk Inisiatif Keuangan Berkelanjutan Indonesia (IKBI) sebagai
komitmen nyata industri perbankan dalam mendukung pembiayaan hijau. Saat ini, keanggotaan IKBI telah
berkembang menjadi 15 lembaga, yang terdiri dari 14 (empat belas) bank dan 1 (satu) perusahaan
pembiayaan infrastruktur. Dalam pelaksanaannya, penyaluran kredit kegiatan usaha berkelanjutan yang
telah dilakukan oleh delapan (8) lembaga anggota IKBI dapat dirangkum pada Tabel E.3.

Lembaga pembiayaan yang beroperasi di Indonesia meliputi: (a) perusahaan pembiayaan konvensional
dan syariah; (b) perusahaan modal ventura konvensional dan syariah; dan (c) perusahaan pembiayaan
infrastruktur konvensional dan syariah. Dalam implementasinya, lembaga pembiayaan yang saat ini telah
memiliki program pembiayaan berkelanjutan adalah PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) dan PT
Indonesia Infrastructure Finance.

lii RINGKASAN EKSEKUTIF


Tabel E.3: Penyaluran kredit kegiatan usaha berkelanjutan

No. Bank Penyaluran Kredit

Bank BRI telah menyediakan fasilitas kredit SME untuk


pengembangan penyediaan ET kepada dua perusahaan, yaitu (i) PT
1. PT Bank BRI (Persero) Tbk Buana Energi Surya Persada—pengembangan PLTS Sumba Timur 1x1
MW; dan (ii) PT Indo Solusi Utama—pengembangan PLTS Maumere &
Ende 2x1 MW.

Bank BNI menyediakan kredit untuk pengembangan ET terutama


PLTA, PLTS, PLTBg dan PLTMH. Pada tahun 2020, BNI telah
2. PT Bank BNI (Persero) Tbk
menyalurkan kredit untuk 27 proyek dengan nilai kredit sebesar
Rp27,562 miliar.

Pada tahun 2020 Bank Mandiri telah menyalurkan kredit sebesar


3. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
Rp7,466 miliar untuk sektor migas dan ET.

Portofolio pembiayaan kategori kegiatan usaha berkelanjutan dari


4. PT Bank Central Asia Tbk
Bank BCA pada tahun 2020 di bidang ET sebesar Rp4,643 miliar.

Bank BRIsyariah memiliki program Pembiayaan Proyek Green Banking


5. PT Bank BRIsyariah Tbk untuk pengembangan ET terutama Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro (PLTMH).

Bank Muamalat Indonesia menyediakan pembiayaan pada sektor ET,


6. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk
khususnya pada proyek Pembangkit Tenaga Listrik Minihidro (PLTM).

Bank OCBC NISP memiliki portofolio pembiayaan usaha berkelanjutan


7. PT Bank OCBC NISP Tbk pada tahun 2020 sebesar Rp29,98 miliar—pembiayaan ET sebesar
1,3%.

Realisasi penyaluran kredit kegiatan usaha berkelanjutan Bank Panin


8. PT Bank Panin Tbk
pada tahun 2019 sebesar Rp281,93 miliar untuk sektor ET.

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) menyediakan pembiayaan berkelanjutan melalui penyediaan


fasilitas kredit investasi bagi proyek-proyek infrastruktur berkelanjutan, termasuk pengembangan energi
terbarukan (ET). Hingga Desember 2020, PT SMI (Persero) telah memiliki delapan (8) portofolio proyek
pembiayaan PLT-ET, dengan total kapasitas 404,3 MW dan total outstanding pembiayaan sebesar
Rp915,47 miliar sebagaimana tercantum pada Tabel E.4. Dalam menjalankan aktivitasnya, Divisi
Pembiayaan Berkelanjutan PT SMI (Persero) juga didukung oleh platform SDG Indonesia One yang
diresmikan oleh Menteri Keuangan pada Oktober 2018.

PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) merupakan institusi keuangan non-perbankan nasional yang
bergerak dalam bidang pembiayaan infrastruktur, dengan fokus investasi pada proyek-proyek
infrastruktur yang layak secara komersial. Sektor-sektor prioritas proyek infrastruktur yang didukung oleh
PT IIF mencakup infrastruktur ketenagalistrikan, energi terbarukan, konservasi energi, dan lainnya.
Portofolio pembiayaan proyek PLT-ET dari PT IIF hingga tahun 2020 dirangkum dalam Tabel E.5.

liii
Tabel E.4: Portofolio pembiayaan berkelanjutan PT SMI (Persero) dalam proyek PLT-ET

No. Nama Proyek No. Nama Proyek

1. PLTS Sumba Timur, NTT 5. PLTA Kerinci Merangin (350 MW)

2. PLTBm Wapeko, Merauke (3,5 MW) 6. PLTBm Deli Serdang (9,9 MW)

3. PLTMH Tunggang, Bengkulu (3x3,33 MW) 7. PLPT Dieng Skala Kecil (10 MW)

4. PLTM Sako, Sumatera Barat (2x3 MW) 8. PLTM Padang Guci 2

Tabel E.5: Portofolio pembiayaan PT IIF dalam proyek PLT-ET

No. Nama Proyek No. Nama Proyek

1. PLTA Asahan, Sumatera Utara (180 MW) 7. PLTMH Tomasa, Sulawesi Tengah (2x5 MW)

2. PLTS Gorontalo Utara 8. PLTMH Cikopo-2, Jawa Barat (2x3,7 MW)

PLTMH Sangkir Solok, Sumatera Barat (2x25


3. 9. PLTMH Aek Sibundong, Sumatera Utara (2x4 MW)
MW)

4. PLTA Tomata, Sulawesi Tengah (3x3,7 MW) 10. PLTB Sidrap, Sulawesi Selatan (70 MW)

5. PLTP Wayang Windu, Jawa Barat (227 MW) 11. PLTBm Aceh (1x12 MW)

6. PLTMH Sion, Sulawesi Utara (2x6 MW)

Penyedia Dana Potensial Lainnya

Beberapa contoh lembaga pembiayaan lain—secara khusus di level internasional—untuk pengembangan


proyek PLT-ET dapat diuraikan sebagai berikut:

a. ASEAN Catalytic Green Finance Facility (ACGF), yaitu sebuah fasilitas pembiayaan yang
diluncurkan pada April 2019 dengan tujuan untuk mendukung negara anggota ASEAN
(Association of Southeast Asian Nations) dalam mempersiapkan dan mencari pendanaan publik
maupun swasta untuk proyek infrastruktur yang mempromosikan energi terbarukan, efisiensi
energi, transportasi perkotaan hijau, pasokan air dan sanitasi, pengelolaan limbah, dan pertanian
tahan iklim.

b. International Finance Corporation (IFC), yaitu lembaga pembangunan global terbesar yang
berfokus pada sektor swasta di negara berkembang. Program IFC dirancang untuk memenuhi
kebutuhan klien di berbagai industri, dengan fokus khusus pada sektor infrastruktur, manufaktur,
agrobisnis, layanan jasa, dan pasar keuangan. Di sektor infrastruktur, IFC menawarkan pembiayaan
jangka panjang serta keahlian terdepan dalam industri untuk mengembangkan proyek
infrastruktur di beberapa bidang, salah satunya adalah energi.

liv RINGKASAN EKSEKUTIF


8. Gambaran Umum Keekonomian Proyek PLT Aneka ET

Dalam pedoman, bagian ini disusun untuk memberikan gambaran umum aspek keekonomian proyek PLT
Aneka Energi Terbarukan (PLTA, PLTM/MH, PLTS, dan PLTB) dengan menggarisbawahi prinsip economies
of scale dalam investasi. Pada bagian ini disajikan estimasi biaya proyek, ringkasan struktur biaya proyek
berdasarkan komponen biaya PT PLN (Persero), serta kurva biaya yang memberikan hubungan nilai biaya
investasi spesifik dan harga jual listrik terhadap kapasitas terpasang PLT Bioenergi berdasarkan hasil
analisis profitabilitas. Seluruh biaya dan hasil estimasi yang disajikan dalam bab ini didasarkan pada data
tekno-ekonomi—yang telah melalui review para stakeholders—dalam kajian MTRE3 sebelumnya, yaitu
Pengembangan Marginal Abatement Cost Curve (MACC) Pembangkit Listrik Tenaga Energi Terbarukan di
4 Provinsi Percontohan MTRE3.

Biaya Proyek

Ringkasan data tekno-ekonomi proyek PLTA, PLTM/MH, PLTS, dan PLTB yang mencakup konfigurasi
pembangkit, data teknis, dan data biaya proyek untuk empat variasi kapasitas terpasang ( Case 1-4),
masing-masing ditunjukkan pada Tabel E.6, Tabel E.7, Tabel E.8, dan Tabel E.9. Biaya investasi PLTA 150
MW, PLTM/PLTMH 5 MW, PLTS 5 MW, dan PLTB 10 MW digunakan sebagai basis estimasi biaya investasi
pada case kapasitas lainnya melalui persamaan berikut.

0,7
Kapasitas rencana
Nilai Proyek rencana = Nilai Proyek referensi × ( )
Kapasitas referensi

Tabel E.6: Ringkasan data tekno-ekonomi proyek PLTA

Deskripsi Case 1 Case 2 Case 3 Case 4

Konfigurasi Pembangkit 1x50 MW 1x100 MW 1x150 MW 1x300 MW

Data Teknis

Gross Power Output (MW) 50,00 100,00 150,00 300,00

Parasitic Load, 7% of Gross Capacity (MW) 3,50 7,00 10,50 21,00

Net Power Output (MW) 46,50 93,00 139,50 279,00

Capacity Factor (%) 60,00 60,00 60,00 60,00

Net Electricity Production (GWh/y) 244,40 488,81 733,21 1 466,42

Data Biaya

Total Biaya Investasi (juta USD) 160,45 260,65 346,20 562,40

Biaya Investasi Spesifik (juta USD/MW) 3,21 2,61 2,31 1,87

Biaya O&M Variabel (juta USD/tahun) 0,16 0,32 0,48 0,95

Biaya O&M Tetap (juta USD/tahun 1,86 3,72 5,58 11,16

Total Biaya O&M (juta USD/tahun) 2,02 4,04 6,06 12,11

lv
Tabel E.7: Ringkasan data tekno-ekonomi proyek PLTM/MH

Deskripsi Case 1 Case 2 Case 3 Case 4

Konfigurasi Pembangkit 1x0,1 MW 1x0,5 MW 1x5 MW 1x10 MW

Data Teknis

Gross Power Output (MW) 0,10 0,50 5,00 10,00

Parasitic Load, 7% of Gross Capacity (MW) 0,01 0,04 0,35 0,70

Net Power Output (MW) 0,09 0,47 4,65 9,30

Capacity Factor (%) 65,00 65,00 65,00 65,00

Net Electricity Production (GWh/y) 0,53 2,65 26,48 52,95

Data Biaya

Total Biaya Investasi (juta USD) 0,81 2,51 12,56 20,41

Biaya Investasi Spesifik (juta USD/MW) 8,12 5,01 2,51 2,04

Biaya O&M Variabel (juta USD/tahun) 0,00 0,00 0,01 0,03

Biaya O&M Tetap (juta USD/tahun 0,00 0,02 0,23 0,47

Total Biaya O&M (juta USD/tahun) 0,00 0,02 0,25 0,49

Tabel E.8: Ringkasan data tekno-ekonomi proyek PLTS

Deskripsi Case 1 Case 2 Case 3 Case 4

Konfigurasi Pembangkit 1x1 MW 1x5 MW 1x25 MW 2x25 MW

Data Teknis

Gross Power Output (MW) 1,00 5,00 25,00 50,00

Parasitic Load, 7% of Gross Capacity (MW) 0,07 0,35 1,75 3,50

Net Power Output (MW) 0,93 4,65 23,25 46,50

Capacity Factor (%) 17,00 17,00 17,00 17,00

Net Electricity Production (GWh/y) 1,38 6,92 34,62 69,25

Data Biaya

Total Biaya Investasi (juta USD) 1,17 3,60 11,11 18,04

Biaya Investasi Spesifik (juta USD/MW) 1,17 0,72 0,44 0,36

Biaya O&M Variabel (juta USD/tahun) - - - -

Biaya O&M Tetap (juta USD/tahun 0,02 0,09 0,47 0,93

Total Biaya O&M (juta USD/tahun) 0,02 0,09 0,47 0,93

lvi RINGKASAN EKSEKUTIF


Tabel E.9: Ringkasan data tekno-ekonomi proyek PLTB

Deskripsi Case 1 Case 2 Case 3 Case 4

Konfigurasi Pembangkit 1x10 MW 1x30 MW 1x50 MW 2x50 MW

Data Teknis

Gross Power Output (MW) 10,00 30,00 50,00 100,00

Parasitic Load, 7% of Gross Capacity (MW) 0,70 2,10 3,50 7,00

Net Power Output (MW) 9,30 27,90 46,50 93,00

Capacity Factor (%) 35,00 35,00 35,00 35,00

Net Electricity Production (GWh/y) 28,51 85,54 142,57 285,14

Data Biaya

Total Biaya Investasi (juta USD) 26,18 56,49 80,77 131,21

Biaya Investasi Spesifik (juta USD/MW) 2,62 1,88 1,62 1,31

Biaya O&M Variabel (juta USD/tahun) - - - -

Biaya O&M Tetap (juta USD/tahun 0,56 1,67 2,79 5,58

Total Biaya O&M (juta USD/tahun) 0,56 1,67 2,79 5,58

Struktur Biaya Proyek Berdasarkan Komponen Biaya PT PLN (Persero)

Rangkuman struktur biaya proyek sesuai dengan terminologi PT PLN (Persero) untuk PLTA, PLTM/MH,
PLTS dan PLTB masing-masing ditunjukkan pada Tabel 65, Tabel E.11, Tabel E.12, dan Tabel E.13, dengan
empat komponen biaya, yaitu: (i) Komponen A, capital cost recovery; (ii) Komponen B, biaya O&M tetap;
(iii) Komponen C, biaya bahan bakar; dan (iv) Komponen D, biaya O&M variabel. Komponen A diestimasi
berdasarkan asumsi umur proyek dan discount rate sebesar 10% tanpa memperhitungkan profit. Hasil
penjumlahan keempat komponen tersebut merupakan nilai Levelized Cost of Electricity (LCOE) atau biaya
pokok pembangkitan.

Tabel E.10: Ringkasan komponen biaya proyek PLTA

Komponen
Deskripsi Unit 50 MW 100 MW 150 MW 300 MW
Biaya

A Capital Cost Recovery cent-USD/kWh 6,62 5,38 4,76 3,87

B Biaya O&M Tetap cent-USD/kWh 0,76 0,76 0,76 0,76

C Biaya Bahan Bakar cent-USD/kWh - - - -

D Biaya O&M Variabel cent-USD/kWh 0,07 0,07 0,07 0,07

LCOE cent-USD/kWh 7,45 6,20 5,59 4,69

lvii
Tabel E.11: Ringkasan komponen biaya proyek PLTM/MH

Komponen
Deskripsi Unit 0,1 MW 0,5 MW 5 MW 10 MW
Biaya

A Capital Cost Recovery cent-USD/kWh 15,47 9,55 4,79 3,89

B Biaya O&M Tetap cent-USD/kWh 0,88 0,88 0,88 0,88

C Biaya Bahan Bakar cent-USD/kWh - - - -

D Biaya O&M Variabel cent-USD/kWh 0,05 0,05 0,05 0,05

LCOE cent-USD/kWh 16,40 10,48 5,71 4,81

Tabel E.12: Ringkasan komponen biaya proyek PLTS

Komponen
Deskripsi Unit 1 MW 5 MW 25 MW 50 MW
Biaya

A Capital Cost Recovery cent-USD/kWh 9,28 5,73 3,53 2,87

B Biaya O&M Tetap cent-USD/kWh 1,34 1,34 1,34 1,34

C Biaya Bahan Bakar cent-USD/kWh - - - -

D Biaya O&M Variabel cent-USD/kWh - - - -

LCOE cent-USD/kWh 10,63 7,07 4,88 4,21

Tabel E.13: Ringkasan komponen biaya proyek PLTB

Komponen
Deskripsi Unit 10 MW 30 MW 50 MW 100 MW
Biaya

A Capital Cost Recovery cent-USD/kWh 9,74 7,01 6,01 4,88

B Biaya O&M Tetap cent-USD/kWh 1,96 1,96 1,96 1,96

C Biaya Bahan Bakar cent-USD/kWh - - - -

D Biaya O&M Variabel cent-USD/kWh - - - -

LCOE cent-USD/kWh 11,70 8,96 7,97 6,84

lviii RINGKASAN EKSEKUTIF


Kurva Biaya Proyek PLT Aneka ET

Berdasarkan komponen biaya yang telah dirangkum di atas, analisis keekonomian dilakukan dengan hasil
ditampilkan dalam bentuk kurva biaya. Asumsi perhitungan yang digunakan dalam analisis meliputi: (i)
capacity factor untuk PLTA sebesar 60%, PLTM/MH 65%, PLTS 17% dan PLTB 35%; (ii) rasio ekuitas dan
pinjaman adalah 30:70; (iii) umur pembangkit untuk PLTA dan PLTM/MH 50 tahun, PLTS 25 tahun, dan
PLTB 30 tahun; (iv) tarif pajak penghasilan sebesar 25% per tahun; (v) suku bunga pinjaman sebesar 7%
per tahun; (vi) jangka waktu pinjaman untuk PLTA, PLTM/MH dan PLTB selama 15 tahun dan PLTS selama
10 tahun; (vii) jadwal penyusutan menggunakan metode 7-year MACRS schedule; (viii) periode konstruksi
PLTA dan PLTM/MH selama 3 tahun dan PLTS serta PLTB selama 1 tahun; (ix) discount rate sebesar 10%;
dan (x) penetapan IRR sebesar 11%.

Kurva Biaya Proyek PLTA

Kurva biaya proyek PLTA berdasarkan hasil analisis keekonomian ditampilkan pada Gambar E.11. Hasil plot
estimasi biaya investasi spesifik dengan kapasitas terpasang proyek PLTA ditunjukkan dengan kurva
berwarna oranye. Berdasarkan kurva tersebut, dapat diambil contoh bahwa proyek PLTA dengan kapasitas
50 MW memberikan nilai investasi spesifik 3,21 juta-USD/MW. Sementara itu, dengan prinsip economies of
scale, PLTA dengan kapasitas 300 MW memberikan nilai investasi spesifik 1,87 juta-USD/MW. Secara
keseluruhan, economies of scale pada biaya investasi spesifik proyek PLTA ditunjukkan dengan tren kurva
yang menurun—dalam analisis ini, dari kapasitas 50 MW hingga 300 MW. Di samping itu, economies of
scale pada biaya investasi spesifik juga mempengaruhi harga jual listrik PLTA. Hasil plot harga jual listrik
menunjukkan tren yang serupa dengan tren biaya investasi spesifik, dengan PLTA berkapasitas 50 MW
memberikan harga jual listrik 11,10 cent-USD/kWh, sedangkan PLTA berkapasitas 300 MW memberikan
harga jual listrik yang lebih kompetitif, yaitu 6,80 cent-USD/kWh.

Gambar E.11: Kurva biaya investasi spesifik dan harga jual listrik terhadap kapasitas terpasang proyek
PLTA

lix
Kurva Biaya Proyek PLTM/MH

Kurva biaya PLTM/MH berdasarkan hasil analisis keekonomian ditampilkan pada Gambar E.12. Hasil plot
estimasi biaya investasi spesifik dengan kapasitas terpasang proyek PLTM/PLTMH ditunjukkan dengan
kurva berwarna oranye. Berdasarkan kurva tersebut, dapat diambil contoh bahwa proyek PLTM/PLTMH
dengan kapasitas 0,1 MW memberikan nilai investasi spesifik 8,12 juta-USD/MW. Sementara itu, dengan
prinsip economies of scale, proyek PLTM/PLTMH dengan kapasitas 10 MW memberikan nilai investasi
spesifik 2,04 juta-USD/MW. Secara keseluruhan, economies of scale pada biaya investasi spesifik proyek
PLTM/PLTMH ditunjukkan dengan tren kurva yang menurun—dalam analisis ini, dari kapasitas 0,1 MW
hingga 10 MW. Di samping itu, economies of scale pada biaya investasi spesifik juga mempengaruhi harga
jual listrik PLTM/PLTMH. Hasil plot harga jual listrik menunjukkan tren yang serupa dengan tren biaya
investasi spesifik, dengan PLTM/PLTMH berkapasitas 0,1 MW memberikan harga jual listrik 23,70 cent-
USD/kWh, sedangkan PLTM/PLTMH berkapasitas 10 MW memberikan harga jual listrik yang lebih
kompetitif, yaitu 6,70 cent-USD/kWh.

Gambar E.12: Kurva biaya investasi spesifik dan harga jual listrik terhadap kapasitas terpasang proyek
PLTM/MH

lx RINGKASAN EKSEKUTIF
Kurva Biaya Proyek PLTS

Kurva biaya proyek PLTS berdasarkan hasil analisis keekonomian ditampilkan pada Gambar E.13. Hasil plot
estimasi biaya investasi spesifik dengan kapasitas terpasang proyek PLTS ditunjukkan dengan kurva
berwarna oranye. Berdasarkan kurva tersebut, PLTS dengan kapasitas 1 MW memberikan nilai investasi
spesifik 1,17 juta-USD/MW. Sementara itu, dengan prinsip economies of scale, PLTS dengan kapasitas 50
MW memberikan nilai investasi spesifik 0,36 juta-USD/MW. Secara keseluruhan, economies of scale pada
biaya investasi spesifik proyek PLTS ditunjukkan dengan tren kurva yang menurun—dalam analisis ini, dari
kapasitas 1 MW hingga 50 MW. Di samping itu, economies of scale pada biaya investasi spesifik juga
mempengaruhi harga jual listrik PLTS. Hasil plot harga jual listrik menunjukkan tren yang serupa dengan
tren biaya investasi spesifik, dengan PLTS berkapasitas 1 MW memberikan harga jual listrik 15,70 cent-
USD/kWh, sedangkan PLTS berkapasitas 50 MW memberikan harga jual listrik yang lebih kompetitif, yaitu
5,80 cent-USD/kWh.

Gambar E.13: Kurva biaya investasi spesifik dan harga jual listrik terhadap kapasitas terpasang proyek
PLTS

lxi
Kurva Biaya Proyek PLTB

Kurva biaya proyek PLTB berdasarkan hasil analisis keekonomian ditampilkan pada Gambar E.14. Hasil plot
estimasi biaya investasi spesifik dengan kapasitas terpasang proyek PLTB ditunjukkan dengan kurva
berwarna oranye. Berdasarkan kurva tersebut, PLTB dengan kapasitas 10 MW memberikan nilai investasi
spesifik 2,62 juta-USD/MW. Sementara itu, dengan prinsip economies of scale, PLTB dengan kapasitas 100
MW memberikan nilai investasi spesifik 1,31 juta-USD/MW. Secara keseluruhan, economies of scale pada
biaya investasi spesifik proyek PLTB ditunjukkan dengan tren kurva yang menurun—dalam analisis ini, dari
kapasitas 10 MW hingga 100 MW. Di samping itu, economies of scale pada biaya investasi spesifik juga
mempengaruhi harga jual listrik PLTB. Hasil plot harga jual listrik menunjukkan tren yang serupa dengan
tren biaya investasi spesifik, dengan PLTB berkapasitas 10 MW memberikan harga jual listrik 15,60 cent-
USD/kWh, sedangkan PLTB berkapasitas 100 MW memberikan harga jual listrik yang lebih kompetitif, yaitu
8,80 cent-USD/kWh.

Gambar E.14: Kurva biaya investasi spesifik dan harga jual listrik terhadap kapasitas terpasang proyek
PLTB

lxii RINGKASAN EKSEKUTIF


BAGIAN I
PEDOMAN INVESTASI
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
ANEKA ENERGI TERBARUKAN
Pembangkit Listrik Tenaga Hidro (PLTA/M/MH),
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan
Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTB)

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 1


TERBARUKAN
2 BAGIAN I
1
Pendahuluan &
Status Terkini
Tren terkini PLT Aneka ET di dunia dan Indonesia, termasuk pengenalan investasi
PLT Aneka di dunia, serta success story PLT Aneka di Indonesia.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 3


TERBARUKAN
4 BAGIAN I
1 Pendahuluan & Status Terkini

1.1 Pendahuluan

Aneka Energi Terbarukan—disingkat Aneka ET— Seperti pembangkit listrik energi terbarukan
merupakan terminologi yang umum digunakan di lainnya, PLT Hidro bersifat domestik/lokal (site-
Indonesia untuk merepresentasikan kelompok specific), mengingat karakteristiknya sangat
energi terbarukan selain panas bumi dan bergantung pada sumber aliran di setiap lokasi
bioenergi, yaitu meliputi energi hidro, surya, angin, proyek. Ditinjau dari sumber alirannya, PLT Hidro
dan arus laut. Dari kelompok Aneka ET tersebut, dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
energi hidro, surya, dan angin merupakan tiga pembangkit berbasis reservoir, run-of-river, dan
sumber energi yang telah diimplementasikan pumped storage. Dalam praktiknya di Indonesia,
secara komersial dalam penyediaan tenaga listrik PLTA umumnya memanfaatkan reservoir berupa
di Indonesia. waduk/bendungan maupun run-of-river dari
sungai yang besar. Adapun PLTM/PLTMH
Mengambil batasan pengembangan pembangkit umumnya memanfaatkan run-of-river dari sungai
listrik Aneka ET secara komersial di Indonesia, yang lebih kecil atau kanal (reservoir kecil).
Pedoman Investasi Pembangkit Listrik Tenaga
Aneka Energi Terbarukan ini disusun dengan Melihat histori dan status implementasinya secara
cakupan pengembangan PLT Hidro (PLTA dan global, PLT Hidro merupakan teknologi
PLTM/PLTMH), PLTS, dan PLTB di Indonesia. pembangkit listrik yang matang. Selain itu, PLT
Hidro juga memiliki umur pakai (lifetime) yang
Energi Hidro panjang, diproyeksikan dapat beroperasi hingga
50 tahun—di mana umumnya PLT lain berumur 30
Dalam kategori Aneka ET, energi hidro merupakan tahun.
sumber energi tertua yang dimanfaatkan dalam
penyediaan tenaga listrik. Energi ini dikenal andal Dalam pengembangannya terdapat beberapa
dan fleksibel dalam pembangkitan listrik.Sistem tantangan yang umum menjadi perhatian
pembangkit listrik berbasis energi hidro investor/pengembang proyek, antara lain adalah
(PLT Hidro) umumnya memiliki rentang kapasitas ketersediaan data hidrologi—dalam kurun waktu
yang besar—puluhan hingga ribuan megawatt. Di yang cukup—sebagai basis perencanaan proyek
Indonesia, PLT Hidro diklasifikasikan menjadi dan isu pembebasan lahan, khususnya dalam
empat jenis berdasarkan kapasitasnya (SNI konstruksi reservoir.
8396:2019), yaitu (i) Pembangkit Listrik Tenaga
Pikohidro (PLT Piko) dengan kapasitas kurang dari Sebagai reservoir hidrologis, pengoperasian PLT
5 kW; (ii) Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Hidro, khususnya PLTA, harus memenuhi
(PLTMH) dengan kapasitas 5–1000 kW; (iii) beberapa aturan terkait tata kelola air dan
Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) lingkungan. Aturan yang dimaksud mencakup
dengan kapasitas 1–10 MW; dan (iv) Pembangkit batasan tumpahan (spillage) reservoir, level
Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan kapasitas di atas reservoir, pelepasan air musiman (seasonal water
10 MW. releases), kualitas air, dan dampak hilir.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 5


TERBARUKAN
Energi Surya ketersediaan lahan; kesiapan jaringan untuk
penyambungan PLTS; pertimbangan pemanfaatan
Dari dua jalur pemanfaatan energi surya dalam baterai; dan keekonomian proyek berbasis skala
penyediaan tenaga listrik, yaitu termal dan kapasitas (economies of scale).
fotovoltaik, pedoman ini secara khusus disiapkan
dengan fokus pada pengembangan PLTS Energi Angin
Fotovoltaik—selanjutnya disebut PLTS.
Sama halnya dengan energi surya, energi angin
Dalam satu dekade terakhir, pengembangan PLTS dalam penyediaan tenaga listrik juga dikenal
telah mengalami peningkatan secara signifikan. memiliki karakteristik intermittent. Dalam operasi
Berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia, PLTB, kecepatan angin merupakan faktor utama
melihat PLTS sebagai opsi teknologi terbarukan yang menentukan besar produksi listrik. Selain itu,
yang mudah diimplementasikan dan dioperasikan. tipe teknologi turbin angin juga dapat
Energi surya yang ketersediaannya bersifat global mempengaruhi kemampuan produksi listrik PLTB.
juga menempatkan PLTS sebagai pembangkit Pada prinsipnya, semakin banyak angin yang
yang implementasinya mudah untuk direplikasi diterima area tangkapan turbin PLTB, semakin
2
karena dapat dikembangkan di berbagai lokasi. besar listrik yang akan dihasilkan. Dengan
demikian, semakin tinggi elevasi dan semakin
Berbeda dengan energi hidro yang mampu besar ukuran turbin angin, akan menghasilkan
menyediakan suplai listrik secara kontinu, listrik yang lebih besar.
pembangkitan listrik berbasis energi surya bersifat
intermittent. Hal ini dikarenakan pemanenan Berdasarkan lokasi pembangunannya,
energi surya sangat bergantung pada tingkat pengembangan PLTB dibagi menjadi dua kategori,
iradiasi yang fluktuatif selama durasi penyinaran yaitu PLTB onshore—dibangun di daratan—dan
matahari. Fluktuasi tingkat iradiasi ini sangat PLTB offshore—dibangun di area lepas pantai. Di
dipengaruhi oleh cuaca—termasuk pergerakan Indonesia, pengembangan PLTB masih terbatas
awan. Dengan demikian, tanpa adanya media pada PLTB onshore. Pengembangan PLTB
penyimpanan energi, PLTS tidak mampu onshore lebih dipilih karena dinilai memiliki risiko
menyediakan suplai listrik yang kontinu dan stabil. yang lebih rendah dibanding PLTB offshore.

Berdasarkan topologi sistemnya, PLTS dapat Pembangunan PLTB offshore memiliki berbagai
dikembangkan secara on-grid, off-grid, dan tantangan yang kompleks seperti pembangunan
hybrid. Adapun berdasarkan lokasi struktur pondasi lepas pantai, instalasi power
pemasangannya, pengembangan PLTS di supply dan transfer data di area lepas pantai, isu
Indonesia secara umum dapat dikategorikan pemeliharaan, dan kebutuhan biaya yang jauh
menjadi tiga, yaitu PLTS lahan (ground-mounted), lebih tinggi. Dalam pedoman ini, pembahasan
1
PLTS terapung, dan PLTS atap (rooftop). terkait PLTB dibatasi pada pengembangan PLTB
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan umum onshore.
pengembangan PLTS di Indonesia antara lain:

1
DJEBTKE-KESDM. Presentasi KESDM : National Solar Energy Regulation and Development Program. 2018.
2
National Renewable Energy Laboratory. Wind Energy Technology: Current Status and R&D Future. 2008.

6 PENDAHULUAN & STATUS TERKINI


1.2 Status Terkini PLT Aneka ET

Tren Tekno-Ekonomi PLT Aneka ET di dan (ii) biaya pengadaan yang mencakup
peralatan elektrikal dan mekanikal. Dari kedua
Dunia
komponen tersebut, biaya pekerjaan sipil
Energi Hidro umumnya merupakan bagian terbesar dari total
biaya terpasang, mengingat PLT Hidro
Gambar 1 menunjukkan grafik tren tekno-ekonomi memerlukan pembuatan reservoir maupun kanal
pengembangan PLT Hidro—PLTM, PLTMH, dan untuk aliran air.
PLTA—di dunia yang terdiri dari total biaya
terpasang (installed cost), faktor kapasitas
Parameter utama dalam pengembangan
(capacity factor), dan Levelised Cost of Electricity
(LCOE) dalam rentang tahun 2010 hingga 2019.
PLT Hidro meliputi head, ukuran
Grafik tren—digambarkan dengan garis— reservoir, laju aliran air, dan arus masuk
menunjukkan nilai rata-rata terbobotkan dari data musiman.
pengembangan PLT Hidro secara global (global
weighted average) yang bersumber dari IRENA
Nilai rata-rata terbobotkan total biaya terpasang
Renewable Cost Database. Dalam grafik tersebut
proyek PLT Hidro di dunia dari tahun 2010 hingga
dapat dilihat pula rentang nilai—minimum hingga
2019 berada dalam kisaran 1.200 USD/kW hingga
maksimum—dari data yang disajikan.
1.800 USD/kW. Fluktuasi pada tren rata-rata
terbobotkan total biaya terpasang dipengaruhi
Pembangunan proyek PLT Hidro oleh bauran implementasi PLT Hidro di berbagai
bervariasi dalam ukuran dan wilayah serta perubahan pada biaya spesifik
proyek—berkaitan dengan karakteristik lokasi.
karakteristik, dipengaruhi oleh lokasi
proyek. Grafik kedua (tengah) menunjukkan tren faktor
kapasitas PLT Hidro secara global. IRENA
Grafik pertama (kiri) memberikan gambaran tren Renewable Cost Database menunjukkan bahwa
total biaya terpasang dalam pengembangan PLT faktor kapasitas PLT Hidro berada pada rentang
Hidro secara global. Pada prinsipnya, biaya 23% hingga 79%. Rentang yang luas ini merupakan
terpasang PLT Hidro bervariasi karena sensitif hal yang wajar, mengingat setiap proyek PLT
terhadap kondisi dari tiap proyek (project Hidro memiliki karakteristik lokasi yang sangat
specific). Hal ini disebabkan karena biaya berbeda, yang juga mempengaruhi faktor
terpasang sangat dipengaruhi oleh variasi biaya kapasitas serta desain pembangkit. Berdasarkan
pengembangan, pekerjaan sipil, logistik, dan biaya grafik, nilai rata-rata terbobotkan faktor kapasitas
jaringan listrik. PLT Hidro secara global pada tahun 2019 berada
di angka 48,4%. Adapun, berdasarkan informasi
Total biaya terpasang PLT Hidro terdiri dari dua dari Direktorat Aneka EBT, DJEBTKE-KESDM, nilai
komponen utama yaitu (i) biaya pekerjaan sipil, faktor kapasitas PLT Hidro di Indonesia rata-rata
meliputi pengembangan infrastruktur yang berada pada nilai 60%. Namun, faktor kapasitas
dibutuhkan untuk akses ke lokasi, penyambungan dari setiap PLT Hidro juga akan dipengaruhi oleh
jaringan listrik, dan biaya pengembangan proyek; mode pengoperasian yang dijalankan.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 7


TERBARUKAN
Grafik ketiga (kanan) menunjukkan tren nilai LCOE proyek PLT Hidro, khususnya total biaya
dari PLT Hidro secara global. Dari grafik dapat terpasang. Pada tahun 2019, nilai rata-rata
dilihat bahwa tren LCOE cenderung mengikuti tren terbobotkan LCOE PLT Hidro berada pada nilai 4,7
total biaya terpasang. Hal ini dikarenakan nilai cent-USD/kWh, nilai ini naik 27% dari 3,7 cent-
LCOE sangat bergantung pada komponen biaya USD/kWh pada tahun 2010.

Gambar 1: Tren biaya terpasang, faktor kapasitas, dan LCOE PLT Hidro di dunia, 2010–2019

Sumber: IRENA. Renewable Power Generation Costs in 2019. 2020.

Energi Surya Grafik pertama (kiri) memberikan gambaran tren


total biaya terpasang dalam pengembangan PLTS
Gambar 2 menunjukkan grafik tren tekno-ekonomi secara global. Total biaya terpasang PLTS
pengembangan PLTS di dunia yang terdiri dari mencakup biaya peralatan (hardware), biaya
total biaya terpasang (installed cost), faktor instalasi dan biaya lain. Komponen biaya tersebut
kapasitas (capacity factor), dan Levellised Cost of bersifat regional di mana porsi masing-masing
Electricity (LCOE) dalam rentang tahun 2010 komponen dapat berbeda-beda di setiap negara.
hingga 2019. Grafik tren—digambarkan dengan
garis—menunjukkan nilai rata-rata terbobotkan
dari data pengembangan PLTS secara global Total biaya terpasang PLTS sangat
(global weighted average) yang bersumber dari dipengaruhi oleh biaya dan efisiensi
IRENA Renewable Cost Database. Dalam grafik modul solar PV.
tersebut dapat dilihat pula rentang nilai—minimum
hingga maksimum—dari data yang disajikan.

8 PENDAHULUAN & STATUS TERKINI


Nilai rata-rata terbobotkan total biaya terpasang penggunaan alat tracking, dan penurunan rugi-
proyek PLTS di dunia dari tahun 2010 hingga 2019 rugi (losses) pembangkitan listrik. Tren
mengalami penurunan dari 4.700 USD/kW peningkatan ini dapat menjadi indikasi bahwa
menjadi 995 USD/kW. Tren penurunan ini teknologi PLTS semakin diminati dalam
dipengaruhi oleh peningkatan kualitas proses pemanfaatan energi terbarukan dan
manufaktur, penurunan biaya tenaga kerja, dan menggambarkan semakin besarnya peluang
peningkatan efisiensi modul, sehingga terjadi investasi pengembangan PLTS.
penurunan biaya modul PV secara signifikan. Hal
ini mendorong semakin masifnya pembangunan Grafik ketiga (kanan) menunjukkan tren nilai LCOE
PLTS. Tren penurunan biaya ini merupakan dari PLTS secara global. Dari grafik dapat dilihat
peluang besar bagi investor/pengembang untuk bahwa tren nilai LCOE cenderung mengikuti tren
melakukan investasi pengembangan PLTS. total biaya terpasang. Nilai rata-rata terbobotkan
LCOE secara global turun sebesar 82% pada
Grafik kedua (tengah) menunjukkan tren faktor periode 2010 hingga 2019—dari 37,8 cent-
kapasitas PLTS secara global. IRENA Renewable USD/kWh menjadi 6,8 cent-USD/kWh. Penurunan
Cost Database menunjukkan bahwa faktor ini disebabkan oleh penurunan total biaya
kapasitas PLTS mengalami peningkatan dari 14% terpasang, peningkatan faktor kapasitas, dan
pada tahun 2010 menjadi 18% pada tahun 2019. Hal penurunan biaya O&M yang bersifat regional atau
ini didorong oleh meningkatnya penerapan PLTS berbeda-beda di setiap negara.
pada lokasi dengan iradiasi tinggi, peningkatan

Gambar 2: Tren biaya terpasang, faktor kapasitas, dan LCOE PLTS di dunia, 2010–2019

Sumber: IRENA. Renewable Power Generation Costs in 2019. 2020.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 9


TERBARUKAN
Energi Angin berada mengalami penurunan dari 1.949 USD/kW
menjadi 1.473 USD/kW. Tren penurunan ini
Gambar 3 menunjukkan grafik tren tekno-ekonomi dipengaruhi oleh turunnya harga turbin angin dan
pengembangan PLTB di dunia yang terdiri dari biaya balance of plant (BOP).
total biaya terpasang (installed cost), faktor
kapasitas (capacity factor), dan Levellised Cost of Grafik kedua (tengah) menunjukkan tren faktor
Electricity (LCOE) dalam rentang tahun 2010 kapasitas PLTB secara global. IRENA Renewable
hingga 2019. Grafik tren—digambarkan dengan Cost Database menunjukkan bahwa faktor
garis—menunjukkan nilai rata-rata terbobotkan kapasitas PLTB mengalami peningkatan dari 27%
dari data pengembangan PLTB secara global pada tahun 2010 menjadi 35% pada tahun 2019.
(global weighted average) yang bersumber dari Hal ini didorong oleh meningkatnya kualitas
IRENA Renewable Cost Database. Dalam grafik efisiensi teknologi yang digunakan, menyebabkan
tersebut dapat dilihat pula rentang nilai—minimum peningkatan energi output yang optimal dan
hingga maksimum—dari data yang disajikan. diimbangi dengan pemilihan lokasi sumber angin
serta tata letak pemasangan turbin angin yang
Grafik pertama (kiri) memberikan gambaran tren semakin baik. Tren peningkatan ini dapat menjadi
total biaya terpasang dalam pengembangan PLTB indikasi bahwa teknologi PLTB semakin diminati
secara global. Total biaya terpasang PLTB sangat dalam pemanfaatan energi terbarukan dan
bergantung pada karakter lokasi pemasangan menggambarkan semakin besarnya peluang
seperti ketentuan transportasi dan logistik, investasi pengembangan PLTB.
ketentuan tingkat komponen dalam negeri,
ketentuan penggunaan lahan, dan biaya tenaga Grafik ketiga (kanan) menunjukkan tren nilai LCOE
kerja yang berbeda-beda di setiap lokasi dari PLTB secara global. Nilai LCOE ditentukan
pemasangan. oleh total biaya terpasang, faktor kapasitas, biaya
O&M, umur keekonomian pembangkit, serta biaya
modal. Dari grafik dapat dilihat tren nilai LCOE
Biaya turbin angin sangat dipengaruhi PLTB cenderung mengikuti tren total biaya
oleh karakteristik lokasi, aksesibilitas terpasang. Hal ini dikarenakan total biaya
jaringan, dan persyaratan kebijakan terpasang merupakan komponen biaya yang
yang ada. paling signifikan. Pada tahun 2019, nilai rata-rata
terbobotkan LCOE berada pada nilai 5,3 cent-
USD/kWh. Nilai ini turun sebesar 39% dari 8,6
Bagian terbesar dari total biaya terpasang PLTB
cent-USD/kWh pada tahun 2010.
merupakan biaya turbin angin. Komponen biaya
utama lainnya mencakup biaya pemasangan,
penyambungan jaringan, dan biaya Faktor yang mempengaruhi turunnya
pengembangan. Selain itu, juga terdapat nilai rata-rata terbobotkan LCOE secara
komponen biaya assessment dampak lingkungan global meliputi peningkatan teknologi
dan persyaratan perencanaan, biaya proyek dan
turbin, economies of scale, biaya O&M
biaya lahan.
dan peningkatan daya saing.
Nilai rata-rata terbobotkan total biaya terpasang
proyek PLTB di dunia dari tahun 2010 hingga 2019

10 PENDAHULUAN & STATUS TERKINI


Gambar 3: Tren biaya terpasang, faktor kapasitas, dan LCOE PLTB di dunia, 2010–2019

Sumber: IRENA. Renewable Power Generation Costs in 2019. 2020.

Status Pengembangan PLT Aneka ET di PLTMH. Secara total, kapasitas PLT Hidro memiliki
porsi 8,5% dari total kapasitas pembangkit yang
ASEAN dan Indonesia
ada di Indonesia—terbesar dibandingkan PLT
Energi Hidro berbasis ET lainnya.

Karena sifatnya yang andal, domestik, dan bebas Meskipun total kapasitas terpasang PLT Hidro
emisi, PLT hidro telah dikembangkan oleh hampir sudah tergolong besar dan terus meningkat tiap
seluruh negara di dunia, termasuk negara-negara tahunnya, angka tersebut masih jauh dari target
ASEAN. Seperti yang ditampilkan pada Gambar 4, Pemerintah Indonesia untuk mencapai target 23%
pada tahun 2019, jumlah kapasitas terpasang PLT ET pada bauran energi primer di tahun 2025—
Hidro di Indonesia mencapai 5,97 GW, keempat dengan PLT Hidro diproyeksikan memiliki
terbesar di antara negara ASEAN lainnya setelah kapasitas 18 GW PLTA dan 3 GW PLTM/MH. Hal ini
Vietam (18,07 GW), Malaysia (6,24 GW), dan Laos mengindikasikan peluang investasi dalam
(6,03 GW). pengembangan PLT Hidro masih sangat besar,
terutama guna mengisi kesenjangan komitmen
Berdasarkan data Kementerian ESDM, komposisi kapasitas PLT Hidro oleh Pemerintah Indonesia—
kapasitas PLT Hidro terpasang di Indonesia terbagi sekitar 12,44 GW PLTA dan 2,58 GW PLTM/MH.
menjadi 5,56 GW PLTA; 0,31 GW PLTM; dan 0,11

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 11


TERBARUKAN
Gambar 4: Kapasitas terpasang PLT Hidro di ASEAN, 2019

Sumber: IRENA. Renewable Energy Capacity Statistics 2020. 2020.

Peta sebaran PLT Hidro yang beroperasi di MW di Sumatera Utara oleh PT Bajradaya
Indonesia disajikan pada Gambar 5. Dari peta Sentranusa yang beroperasi di tahun 2011. PLTA ini
sebaran tersebut, diperoleh informasi bahwa memanfaatkan run-of-river dari Sungai Asahan
sebagian besar PLT Hidro berlokasi di Provinsi sebagai sumber energinya. Selain PLTA Asahan,
Jawa Barat, dengan dua PLTA terbesar yaitu PLTA PLTA Merangin 350 MW juga menggunakan
Cirata 1 GW dan PLTA Saguling 700 MW yang skema IPP—PT Kerinci Merangin Hidro (bagian
memanfaatkan waduk. PLTA Saguling telah dari Kalla Group) di Jambi, direncanakan akan
beroperasi sejak tahun 1986 sedangkan PLTA mulai beroperasi pada tahun 2025.
Cirata sejak tahun 1998 (504 MW). Hal ini
menunjukkan bahwa umur PLTA relatif lebih Sedangkan untuk skema PPP, terdapat rencana
panjang dibandingkan PLT lainnya. pengembangan PLTA Batang Toru 4x127,5 MW
oleh PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) di
Berdasarkan skema implementasinya, investasi Sumatera Utara yang sebagian sahamnya dimiliki
pengembangan PLT Hidro dapat dilakukan melalui oleh PJBI (PT PJB Investasi). PLTA Batang Toru
skema Independent Power Producer (IPP) atau direncanakan akan mulai beroperasi pada tahun
Public Private Partnership (PPP). Contoh skema 2022.
IPP pada PLT Hidro adalah PLTA Asahan I 2x90

12 PENDAHULUAN & STATUS TERKINI


Gambar 5: Peta persebaran PLT Hidro di Indonesia, 2019

Sumber: Kementerian ESDM. Statistik Ketenagalistrikan Tahun 2019. 2020.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 13


TERBARUKAN
Box 1: Implementasi Pengembangan PLTA di Indonesia

PLTA Cirata 1.008 MW

Lokasi : Kab. Purwakarta, Cianjur, Bandung Barat, Jawa Barat

Pengembang : PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB)

COD : 1988 (Cirata I), 1997 (Cirata II)

PLTA Cirata merupakan pembangkit listrik tenaga air terbesar di Asia Tenggara dengan total kapasitas
terpasang 1.008 MW dengan produksi listrik rata-rata 1.428 GWh pertahun. PLTA Cirata I dan II masing-
masing terdiri dari empat unit dengan kapasitas terpasang sebesar 126 MW setiap unitnya. PLTA Cirata
terletak di kawasan arus sungai (DAS) Citarum di Desa Tegal Waru, Distrik Plered, Kabupaten
Purwakarta.

PLTA Cirata dioperasikan oleh anak perusahaan PT PLN (Persero) yaitu PT Pembangkitan Jawa Bali
(PJB) yang disalurkan melewati arus transmisi tenaga listrik 500 kilovolt (kV) ke sistem Jawa Bali yang
diatur oleh dispatcher PLN Pusat Pengatur Beban (P3B). PLTA Cirata memiliki kontribusi utama dalam
mengakomodasi beban puncak sistem Jawa-Bali dengan mode operasi LFC (Load Frequency Control)
pada pukul 17.00-22.00. Jika sistem Jawa Bali mengalami pemadaman, PLTA Cirata berperan dalam
proses start-up operasi/sinkronisasi ke jaringan 500 kV dengan relatif cepat, yaitu kurang dari lima
menit.

Energi Surya PLTS mengingat masih terdapat kesempatan


pemanfaatan energi surya sebesar 6,35 GW
Sumber energi surya yang ketersediaannya hingga tahun 2025.
bersifat global merupakan salah satu alasan
masifnya pembangunan PLTS di dunia, termasuk Peta sebaran PLTS yang beroperasi di Indonesia
negara-negara ASEAN. Seperti yang ditunjukkan disajikan pada Gambar 7. Berdasarkan peta
pada Gambar 6, pada tahun 2019, kapasitas sebaran tersebut, diperoleh informasi bahwa
terpasang PLTS di Indonesia mencapai 0,15 GW, pembangunan PLTS tersebar hampir di seluruh
peringkat ke-6 dari sepuluh negara di ASEAN. Hal provinsi. Secara khusus, pengembangan PLTS
ini menunjukkan bahwa pengembangan PLTS di paling pesat adalah di Provinsi Nusa Tenggara
Indonesia masih jauh tertinggal dari negara lain di Barat dengan kapasitas terpasang sebesar 22,45
ASEAN. MW.

Di sisi lain, berdasarkan RUEN, Pemerintah Pengembang PLTS di Indonesia umumnya


Indonesia memiliki target pemanfaatan energi didominasi oleh IPP (Independent Power
surya sebesar 6,5 GW pada tahun 2025. Producer). Salah satu contoh pengembangan
Kesenjangan ambisi dan kapasitas terpasang PLTS oleh IPP adalah PLTS Likupang 21 MWp (Box
PLTS ini merupakan peluang yang sangat besar 2). PLTS yang dikelola oleh Vena Energy ini
untuk melakukan investasi dalam pengembangan merupakan PLTS terbesar di Indonesia dan mulai

14 PENDAHULUAN & STATUS TERKINI


beroperasi sejak September 2019. Berlokasi di Cirata di Jawa Barat dengan kapasitas 145 MWp.
Sulawesi Utara, PLTS ini dibangun di atas lahan Proyek senilai 129 juta USD ini ditargetkan
seluas 29 hektar dan terdiri dari 64.620 panel beroperasi pada November 2022. PLTS yang akan
surya. Pembangunan PLTS Likupang memerlukan menjadi PLTS terapung terbesar se-Asia
waktu selama 1,5 tahun dengan biaya investasi Tenggara ini dikelola oleh PT Pembangkitan Jawa
sebesar 27 juta USD. Bali Masdar Solar Energy (PMSDE) yang
merupakan perusahaan konsorsium antara PT
Selain PLTS Lahan, untuk meningkatkan Pembangkitan Jawa Bali Investasi (PJBI) dan
kontribusi bauran ET, PLTS juga dikembangkan Masdar—anak perusahaan Mubadala Investment
secara terapung. Salah satu proyek yang sedang Company, perusahaan investasi global Uni Emirat
dikembangkan adalah proyek PLTS Terapung Arab.3

Gambar 6: Kapasitas terpasang PLTS di ASEAN, 2019

Sumber: IRENA. Renewable Energy Capacity Statistics 2020. 2020.

3
DPR RI. Laporan Kunjungan Spesifik Komisi VIII DPR RI ke PLTA-PLTS Terapung Cirata PT PLN (Persero) di Purwakarta Provinsi
Jawa Barat. 2020.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 15


TERBARUKAN
Box 2: Implementasi Pengembangan PLTS di Indonesia

PLTS Likupang 15 MW

Lokasi : Kab. Minahasa Utara, Sulawesi Utara

Pengembang : Vena Energy

COD : 2019

PLTS Likupang merupakan PLTS terbesar di Indonesia dan sebagai penopang sistem kelistrikan jaringan
PLN Sulutgo (Sulawesi Utara-Gorontalo) sebesar 15 MW (21 MWp). PLTS Likupang terdiri dari 64.620
unit panel surya yang membentang di atas lahan seluas 29 hektar. PLTS Likupang mulai beroperasi sejak
5 September 2019 dengan durasi operasi selama 12 jam, mulai dari pukul 05.30 hingga pukul 17.30.
Selama beroperasi, pembangkit ini mampu melistriki hingga 15.000 rumah tangga serta diestimasi dapat
mereduksi emisi GRK hingga 20 ribu ton. PLTS Likupang beroperasi secara online dengan jaringan listrik
milik PLN atau tanpa baterai (storage). PLTS ini dibangun dalam waktu 1,5 tahun dengan total biaya
investasi mencapai 29,2 juta USD.

Energi Angin Berdasarkan RUEN, Pemerintah Indonesia


memiliki target pemanfaatan energi angin
PLTB merupakan salah satu pemanfaatan energi sebesar 1,8 GW pada tahun 2025. Kesenjangan
terbarukan dalam penyediaan tenaga listrik yang ambisi dan kapasitas terpasang PLTB ini
diminati di dunia, termasuk di negara-negara merupakan peluang investasi yang besar, sekitar
ASEAN. Hingga tahun 2019, empat negara ASEAN 1,65 GW hingga tahun 2025.
telah mengembangkan PLTB yaitu Thailand,
Filipina, Vietnam, dan Indonesia. Kapasitas Peta sebaran PLTB yang beroperasi di Indonesia
terpasang PLTB di negara-negara ASEAN pada dapat disajikan pada Gambar 9. Dari peta sebaran
tahun 2019 ditunjukkan pada Gambar 8. Dari tersebut diperoleh informasi bahwa terdapat dua
grafik tersebut diperoleh informasi total kapasitas PLTB berkapasitas besar di Indonesia, yaitu PLTB
terpasang PLTB di Indonesia sebesar 0,15 GW— Sidrap 72 MW dan PLTB Tolo 75 MW yang terletak
menduduki peringkat terakhir dari keempat di Sulawesi Selatan. Kedua PLTB ini dikelola oleh
negara ASEAN tersebut. IPP (Independent Power Producer)—PLTB Tolo
oleh PT Bayu Energi dan PLTB Sidrap oleh PT UPC
Sidrap Bayu Energi.

16 PENDAHULUAN & STATUS TERKINI


Gambar 7: Peta persebaran PLTS di Indonesia, 2019

Sumber: Kementerian ESDM. Statistik Ketenagalistrikan Tahun 2019. 2020.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 17


TERBARUKAN
Gambar 8: Kapasitas terpasang PLTB di ASEAN, 2019

Sumber: IRENA. Renewable Energy Capacity Statistics 2020. 2020.

Box 3: Implementasi Pengembangan PLTB di Indonesia

PLTB Sidrap 75 MW

Lokasi : Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan

Pengembang : PT UPC Sidrap Bayu Energi

COD : 2018

PLTS Sidrap merupakan PLTB komersial pertama di Indonesia yang terletak di Desa Mattirotasi dan
Desa Lainungan. Pembangkit ini mulai beroperasi pada tanggal 5 April 2018 dan mampu menyuplai lebih
dari 70.000 pelanggan listrik dengan daya 900 Volt Ampere (VA). PLTB Sidrap juga memiliki dampak
positif terhadap masyarakat Sidrap berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penyerapan
tenaga kerja serta menjadi sumber potensi wisata. Pembangunan proyek PLTB Sidrap ini sendiri
dilakukan dalam waktu 2,5 tahun dengan nilai investasi sebesar 150 juta USD.

18 PENDAHULUAN & STATUS TERKINI


Gambar 9: Peta persebaran PLTB di Indonesia

Sumber: Kementerian ESDM. Statistik Ketenagalistrikan Tahun 2019. 2020.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 19


TERBARUKAN
20 PENDAHULUAN & STATUS TERKINI
2
Potensi Aneka
Energi Terbarukan
Sumber informasi potensi aneka ET di Indonesia, potensi pengembangan PLT Aneka
ET di Indonesia dan secara spesifik di empat provinsi percontohan MTRE3.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 21


TERBARUKAN
22 PENDAHULUAN & STATUS TERKINI
2 Potensi Aneka ET

2.1 Sumber Informasi Potensi Pengembangan Aneka ET

Mengingat sumber daya energi terbarukan— Informasi terkait potensi aneka ET (potensi hidro,
termasuk aneka ET—bersifat spesifik lokasi (site- surya, dan angin) dapat dipilih untuk ditampilkan
specific), informasi terkait lokasi proyek beserta di bawah menu “Energi Baru Terbarukan”.
karakteristik sumber dayanya sangatlah krusial Informasi potensi hidro yang ditampilkan
bagi pengembang atau investor. Lokasi proyek dilengkapi dengan label yang mencakup:
(project site) beserta gambaran potensi sumber mikrohidro kelas A – D (PLTM), minihidro
daya aneka ET merupakan informasi dasar yang (PLTMH), serta PLTA skala menengah dan besar.
diperlukan dalam tahap pengembangan PLT Untuk potensi surya, informasi yang ditampilkan
Aneka ET. Berdasarkan urgensi tersebut, pedoman berupa potensi surya dalam satuan Watt/m2.
ini merangkum beberapa sumber informasi Sementara, informasi potensi angin yang
potensi aneka ET serta rencana pengembangan ditampilkan berupa kecepatan angin dalam satuan
PLT Aneka ET yang dapat dirujuk oleh m/s.
pengembang atau investor.
Selain potensi sumber daya, ESDM One Map juga
Buku Statistik EBTKE menyajikan informasi yang dapat mendukung
pengembangan PLT Aneka ET seperti sebaran
Buku Statistik EBTKE merupakan publikasi pembangkit eksisting, lokasi gardu induk, jaringan
tahunan Direktorat Jenderal Energi Baru, listrik, batas administrasi, dan lainnya.
Terbarukan, & Konservasi Energi – Kementerian
Energi & Sumber Daya Mineral (DJEBTKE-KESDM) RUPTL PT PLN (Persero)
dalam rangka menyediakan informasi publik di
bidang EBTKE. Buku ini memuat informasi terkait Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
penyediaan EBT, pengusahaan EBT, dan (RUPTL) merupakan dokumen perencanaan
pemanfaatan energi yang disajikan dalam bentuk ketenagalistrikan tahunan yang dipublikasikan
tabel, grafik, dan peta sebaran. Namun perlu oleh PT PLN (Persero). RUPTL menyajikan
dicatat bahwa pemutakhiran data dalam buku informasi ketenagalistrikan di tingkat nasional
statistik ini dilakukan pada tahun 2016. maupun secara spesifik di tingkat provinsi.
Informasi ketenagalistrikan yang diberikan
ESDM One Map merupakan proyeksi dan rencana dalam sepuluh
tahun ke depan. Beberapa informasi penting yang
ESDM One Map merupakan suatu aplikasi berbasis disajikan mencakup:
web yang menampilkan peta sebaran terkait
energi dan sumber daya mineral—termasuk • Proyeksi penjualan tenaga listrik dan jumlah
potensi hidro, surya, dan angin. ESDM One Map pelanggan, terbagi dalam empat sektor yaitu
dapat diakses dengan alamat sektor rumah tangga, bisnis, publik, dan
www.geoportal.esdm.go.id . industri. Informasi ini bermanfaat untuk

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 23


TERBARUKAN
melihat kebutuhan pembangkit di masa • Rencana pengembangan transmisi dan gardu
depan. induk, secara rinci menjelaskan besar
tegangan, jangkauan lokasi, tipe konduktor,
• Rencana pembangkit, berisi daftar
panjang, target operasi, dan status terkininya.
pembangkit yang sudah direncanakan
Informasi ini bermanfaat untuk melihat
pengembangannya sepuluh tahun ke depan.
kesiapan lokasi dalam kegiatan jual-beli listrik.
Pada rencana pembangkit disajikan informasi
berikut: tipe pembangkit; lokasi; kapasitas;
Di samping itu, RUPTL juga menyajikan data
target tahun beroperasi (Commercial
potensi pengembangan pembangkit, termasuk
Operation Date, COD); status terkini,
PLT Aneka ET, di setiap provinsi. Potensi
mencakup rencana, pengadaan, Perjanjian
pengembangan pembangkit yang dimaksud
Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL), dan konstruksi;
merupakan potensi proyek berbasis hasil studi
serta pengembang proyek, mencakup
kelayakan (Feasibility Study, FS), namun belum
Independent Power Producer (IPP), PT PLN
masuk dalam perencanaan RUPTL.
(Persero), dan yang belum teralokasi.

2.2 Potensi Pengembangan PLT Aneka ET di Indonesia

Untuk memberikan gambaran tentang potensi energi surya yang sangat besar yaitu 207,9 GW
pengembangan aneka ET di Indonesia, bagian ini tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Besaran
merangkum potensi-potensi yang ada potensi energi surya setiap provinsi ditampilkan
berdasarkan Buku Statistik EBTKE. pada Tabel 3. Sebagai tambahan, pada ESDM One
Map juga ditampilkan informasi nilai potensi surya
Energi Hidro dalam satuan Watt/m2 dan kWh/m2 per hari.

Indonesia memiliki potensi energi hidro mencapai Energi Angin


75 GW untuk pengembangan PLTA dan 19,4 untuk
pengembangan PLTM dan PLTMH. Potensi Di Indonesia, terdapat daerah-daerah yang secara
pengembangan PLTA terbesar berada di Provinsi geografis merupakan wilayah nozzle effect atau
Papua dengan potensi sebesar 22,3 GW penyempitan antara dua pulau atau daerah lereng
sedangkan potensi pengembangan PLTM dan gunung antara dua gunung yang berdekatan.
PLTMH terbesar berada di Kalimantan Timur Daerah ini merupakan daerah dengan potensi
dengan potensi sekitar 3,6 GW. Data potensi energi angin yang besar. Potensi energi angin di
pengembangan secara rinci untuk PLTA Indonesia mencapai 60,64 GW dengan potensi
ditampilkan pada Tabel 1 dan PLTM/PLTMH terbesarnya terdapat di provinsi Nusa Tenggara
ditampilkan pada Tabel 2. Timur. Potensi energi angin setiap provinsi secara
rinci ditunjukkan pada Tabel 4. Sebagai tambahan,
Energi Surya pada ESDM One Map terdapat informasi nilai
kecepatan angin yang merupakan informasi
Indonesia merupakan negara tropis yang dilewati penting untuk pembangunan PLTB.
oleh garis khatulistiwa sehingga memiliki potensi

24 POTENSI ANEKA ET
Tabel 1: Potensi energi hidro (PLTA) di Tabel 2: Potensi energi hidro (PLTM/MH)
Indonesia di Indonesia

No. Wilayah/Provinsi Potensi (GW) No. Wilayah/Provinsi Potensi (GW)

1. Kalimantan Timur 3,56


1. Papua 22,37
2. Kalimantan Tengah 3,31
2. Kalsel, Kalteng, Kaltim 16,84 3. Aceh 1,54
4. Sumatera Barat 1,35
3. Sulsel, Sultra 6,34
5. Sumatera Utara 1,20
4 Aceh 5,06 6. Jawa Timur 1,14
7. Jawa Tengah 1,04
5 Kalimantan Barat 4,74
8. Kalimantan Utara 0,94

6 Sulut, Sulteng 3,97 9. Sulawesi Selatan 0,76


10. Jawa Barat 0,65
7 Sumatera Utara 3,81
11. Papua 0,62

8 Sumatera Barat, Riau 3,61 12. Sumatera Selatan 0,45


13. Jambi 0,45
Sumsel, Bengkulu, 14. Sulawesi Tengah 0,37
9 3,10
Jambi, Lampung
15. Lampung 0,35

10 Jawa Barat 2,86 16. Sulawesi Tenggara 0,30


17. Riau 0,28
11 Jawa Tengah 0,81
18. Maluku 0,19
19. Kalimantan Selatan 0,16
12 Bali, NTB, NTT 0,62
20. Kalimantan Barat 0,12
13 Jawa Timur 0,52 21. Gorontalo 0,12
22. Sulawesi Utara 0,11
14 Maluku 0,43
23. Bengkulu 0,11
TOTAL 75,09 24. NTT 0,10
25. Banten 0,07
Sumber: DJEBTKE-KESDM. Statistics of New and
Renewable Energy and Energy Conservation 2016. 26. NTB 0,03
Desember 2016. 27. Maluku Utara 0,02
28. Bali 0,02
29. Sulawesi Barat 0,007
30. DI. Yogyakarta 0,005
31. Papua Barat 0,003
TOTAL 19,38

Sumber: DJEBTKE-KESDM. Statistics of New and


Renewable Energy and Energy Conservation 2016.
Desember 2016.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 25


TERBARUKAN
Tabel 3: Potensi energi surya di Indonesia Tabel 4: Potensi energi angin di Indonesia

No. Wilayah/Provinsi Potensi (GW) No. Wilayah/Provinsi Potensi (GW)

1. Kalimantan Barat 20,11 1. Nusa Tenggara Timur 10,19


2. Sumatera Selatan 17,23 2. Jawa Timur 7,90
3. Kalimantan Timur 13,48 3. Jawa Barat 7,04
4. Sumatera Utara 11,85 4. Jawa Tengah 5,21
5. Jawa Timur 10,33 5. Sulawesi Selatan 4,19
6. Nusa Tenggara Barat 9,93 6. Maluku 3,19
7. Jawa Barat 9,09 7. Nusa Tenggara Barat 2,60
8. Jambi 8,84 8. Bangka Belitung 1,79
9. Jawa Tengah 8,75 9. Banten 1,75
10. Kalimantan Tengah 8,45 10. Bengkulu 1,51
11. Aceh 7,88 11. Sulawesi Tenggara 1,41
12. Kepulauan Riau 7,76 12. Papua 1,41
13. Sulawesi Selatan 7,58 13. Sulawesi Utara 1,21
14. Nusa Tenggara Timur 7,27 14. Lampung 1,14
15. Papua Barat 6,30 15. D.I. Yogyakarta 1,08
16. Sulawesi Tengah 6,18 16. Bali 1,02
17. Kalimantan Selatan 6,03 17. Kalimantan Selatan 1,01
18. Sumatera Barat 5,89 18. Kepulauan Riau 0,92
19. Kalimantan Utara 4,64 19. Sulawesi Tengah 0,91
20. Sulawesi Tenggara 3,91 20. Aceh 0,89
21. Bengkulu 3,47 21. Kalimantan Tengah 0,68
22. Maluku Utara 3,03 22. Kalimantan Barat 0,55
23. Bangka Belitung 2,81 23. Sulawesi Barat 0,51
24. Banten 2,46 24. Maluku Utara 0,50
25. Lampung 2,23 25. Papua Barat 0,44
26. Sulawesi Utara 2,11 26. Sumatera Barat 0,43
27. Papua 2,03 27. Sumatera Utara 0,36
28. Maluku 2,02 28. Sumatera Selatan 0,30
29. Sulawesi Barat 1,67 29. Kalimantan Timur 0,21
30. Bali 1,25 30. Gorontalo 0,14
31. Gorontalo 1,21 31. Kalimantan Utara 0,73
32. D.I.Yogyakarta 1,00 32. Jambi 0,37
33. Riau 0,75 33. Riau 0,22
34. DKI Jakarta 0,22 34. DKI Jakarta 0,04
TOTAL 207,90 TOTAL 60,64

Sumber: DJEBTKE-KESDM. Statistics of New and Sumber: DJEBTKE-KESDM. Statistics of New and
Renewable Energy and Energy Conservation 2016. Renewable Energy and Energy Conservation 2016.
Desember 2016. Desember 2016.

26 POTENSI ANEKA ET
2.3 Potensi Pengembangan PLT Aneka ET di Provinsi
Percontohan MTRE3

Keempat provinsi percontohan MTRE3, yaitu Riau,


Jambi, Sulawesi Barat, dan Nusa Tenggara Timur
2.3.1 Provinsi Riau
(NTT), teridentifikasi memiliki potensi aneka ET—
Merujuk pada tabel potensi Aneka ET pada
energi hidro, surya dan angin—dengan besaran
Subbab 2.2, Provinsi Riau memiliki total potensi
yang bervariasi. Pada subbab ini, potensi aneka ET
aneka ET sebagai berikut: (i) energi hidro untuk
di keempat provinsi percontohan akan ditinjau
PLTA sebesar 3,61 GW (nilai ini merupakan total
berdasarkan data potensi yang disajikan
potensi di Sumatera Barat dan Riau) dan untuk
sebelumnya (Subbab 2.2). Di samping itu, subbab
PLTM/PLTMH sebesar 0,28 GW; (ii) energi surya
ini juga merangkum rencana dan potensi
sebesar 0,75 GW; dan (iii) energi angin sebesar
pengembangan pembangkit listrik berbasis aneka
0,22 GW. Berdasarkan potensi tersebut, PLN telah
ET di masing-masing provinsi percontohan
menyusun rencana pengembangan pembangkit
berdasarkan RUPTL PT PLN (Persero) 2019-2028.
dalam RUPTL 2019-2028 yang dirangkum pada
Merujuk pada dokumen tersebut, telah Tabel 5.
diidentifikasi rencana dan potensi pengembangan
pembangkit aneka ET di empat provinsi 2.3.2 Provinsi Jambi
percontohan MTRE3 dengan tabulasi data yang
meliputi: Merujuk pada tabel potensi Aneka ET pada
Subbab 2.2, Provinsi Jambi memiliki total potensi
• Rencana pengembangan pembangkit, aneka ET sebagai berikut: (i) energi hidro untuk
mencakup nama pembangkit, kapasitas, PLTA sebesar 3,10 GW (nilai ini merupakan total
target COD, serta pengembang dari IPP atau potensi di Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, dan
PT PLN (Persero). Lampung) dan untuk PLTM/PLTMH sebesar 0,45
GW; (ii) energi surya sebesar 8,84 GW; dan (iii)
• Potensi pengembangan pembangkit,
energi angin sebesar 0,37 GW. Berdasarkan
mencakup nama pembangkit dan kapasitas,
potensi tersebut, PLN telah menyusun rencana
namun belum masuk dalam perencanaan
pengembangan pembangkit dan potensi
RUPTL.
pengembangan pembangkit dalam RUPTL 2019-
2028 yang dirangkum pada Tabel 6 dan Tabel 7.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 27


TERBARUKAN
Tabel 5: Rencana pengembangan pembangkit berdasarkan RUPTL PLN 2019–2028 Provinsi Riau

Jenis Kapasitas Target


No. Nama Pembangkit Pengembang
Pembangkit (MW) COD

ENERGI HIDRO

1 PLTA Hidro Sumatera* 10 2020 IPP

2 PLTA Hidro Sumatera* 720 2025 IPP

3 PLTA Hidro Sumatera* 129 2026 IPP

4 PLTA Hidro Sumatera* 62 2027 IPP

5 PLTM Minihidro Sumatera* 129,6 2024 IPP

6 PLTM Minihidro Sumatera* 20 2026 IPP

7 PLTM Minihidro Sumatera* 20 2027 IPP

8 PLTM Minihidro Sumatera* 10 2028 IPP

ENERGI SURYA

1 PLTS Surya Sumatera* 3,7 2021 IPP

2 PLTS Surya Sumatera* 48 2022 IPP

Catatan: *Kuota Tersebar Sistem Sumatera.

28 POTENSI ANEKA ET
Tabel 6: Rencana pengembangan pembangkit berdasarkan RUPTL PLN 2019–2028 Provinsi Jambi

Jenis Kapasitas Target


No. Nama Pembangkit Pengembang
Pembangkit (MW) COD

ENERGI HIDRO

1 PLTA Hidro Sumatera* 10 2020 IPP

2 PLTA Hidro Sumatera* 720 2025 IPP

3 PLTA Merangin 350 2025 IPP

4 PLTA Hidro Sumatera* 129 2026 IPP

5 PLTA Hidro Sumatera* 62 2027 IPP

6 PLTM Minihidro Sumatera* 129,6 2024 IPP

7 PLTM Minihidro Sumatera* 20 2026 IPP

8 PLTM Minihidro Sumatera* 20 2027 IPP

9 PLTM Minihidro Sumatera* 10 2028 IPP

ENERGI SURYA

1 PLTS Surya Sumatera* 3,7 2021 IPP

2 PLTS Surya Sumatera* 48 2022 IPP

Catatan: *Kuota Tersebar Sistem Sumatera.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 29


TERBARUKAN
Tabel 7: Potensi pengembangan pembangkit berdasarkan RUPTL PLN 2019–2028 Provinsi Jambi

Jenis
No. Lokasi/Nama Pembangkit Kapasitas (MW)
Pembangkit

ENERGI HIDRO

1 PLTA Gunung Tujuh-Telun Berasap 18

2 PLTA Merangin 4 200

3 PLTA Merangin 5 21

4 PLTA Bangko 2 87

5 PLTA Bangko 1 81

6 PLTA Bangko 3 93

7 PLTA Bangko 4 61,2

8 PLTM Sarolangun 1

9 PLTM Nilo 5

2.3.3 Provinsi Sulawesi Barat 2.3.4 Provinsi Nusa Tenggara


Timur (NTT)
Merujuk pada tabel potensi Aneka ET pada
Subbab 2.2, Provinsi Sulawesi Barat memiliki total
Merujuk pada tabel potensi Aneka ET pada
potensi aneka ET sebagai berikut: (i) energi hidro
Subbab 2.2, Provinsi NTT memiliki total potensi
untuk PLTM/PLTMH sebesar 0,007 GW; (ii) energi
aneka ET sebagai berikut: : (i) energi hidro untuk
surya sebesar 1,67 GW; dan (iii) energi angin
PLTA sebesar 0,62 GW (nilai ini merupakan total
sebesar 0,51 GW. Berdasarkan potensi tersebut,
potensi di Bali, NTB, dan NTT) dan untuk
PLN telah menyusun rencana pengembangan
PLTM/PLTMH sebesar 0,10 GW; (ii) energi surya
pembangkit dan potensi pengembangan
sebesar 7,27 GW; dan (iii) energi angin sebesar
pembangkit dalam RUPTL 2019-2028 yang
2,60 GW. Berdasarkan potensi tersebut, PLN telah
dirangkum pada Tabel 8 danTabel 9.
menyusun rencana pengembangan pembangkit
dan potensi pengembangan pembangkit dalam
RUPTL 2019-2028 yang dirangkum pada Tabel 10
dan Tabel 11.

30 POTENSI ANEKA ET
Tabel 8: Rencana pengembangan pembangkit berdasarkan RUPTL PLN 2019–2028 Provinsi
Sulawesi Barat

Jenis Kapasitas Target


No. Nama Pembangkit Pengembang
Pembangkit (MW) COD

ENERGI HIDRO

1 PLTM Bonehau 4 2020 PLN

2 PLTM Sulbagsel (Kuota) Tersebar 10 2023 IPP

3 PLTM Sulbagsel (Kuota) Tersebar 10 2024 IPP

Tabel 9: Potensi pengembangan pembangkit berdasarkan RUPTL PLN 2019–2028 Provinsi


Sulawesi Barat

Jenis
No. Lokasi/Nama Pembangkit Kapasitas (MW)
Pembangkit

ENERGI HIDRO

1 PLTA Tabulahan 16

2 PLTA Masupu 35

3 PLTA Karama 190

4 PLTA Tinauka 300

5 PLTA Tumbuan/Mamuju 150

6 PLTM Tetean 2

7 PLTM Tabulahan 10

ENERGI ANGIN/BAYU

1 PLTB Majene 30

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 31


TERBARUKAN
Tabel 10: Rencana pengembangan pembangkit berdasarkan RUPTL PLN 2019–2028 Provinsi Nusa
Tenggara Timur

Jenis Kapasitas Target


No. Sistem Nama Pembangkit Pengembang
Pembangkit (MW) COD

ENERGI HIDRO

1 PLTA Flores Kuota Tersebar 17 2028 Unallocated

2 PLTM Flores Sita – Borong 1 2019 IPP

3 PLTM Sumba Wae Lega – Ruteng 1,8 2021 IPP

4 PLTM Sumba Harunda 2 2022 IPP

5 PLTM Sumba Wanokaka 1,6 2022 Unallocated

6 PLTM Flores Kuota Tersebar 5 2025 Unallocated

7 PLTM Flores Kuota Tersebar 5 2025 IPP

ENERGI SURYA

1 PLTS Isolated Komunal Tersebar (Isolated) 2,9 2019 PLN

2 PLTS/H Isolated Lisdes 5,8 0019 PLN

3 PLTS/B/AL Flores Kuota Tersebar (Flores) 7 2021 IPP

4 PLTS/B Sumba Kuota Tersebar (Sumba) 3,8 2022 Unallocated

5 PLTS Isolated REEP 1 Tersebar (Isolated) 7,5 2022 PLN

ENERGI ANGIN/BAYU

1 PLTS/B/AL Flores Kuota Tersebar 7 2021 IPP

2 PLTB Timor Tersebar 10 2022 IPP

3 PLTS/B Sumba Kuota Tersebar 3,8 2022 Unallocated

4 PLTB Timor Kuota Tersebar 10 2023 IPP

32 POTENSI ANEKA ET
Tabel 11: Potensi pengembangan pembangkit berdasarkan RUPTL PLN 2019–2028 Provinsi Nusa
Tenggara Timur

Jenis
No. Lokasi/Nama Pembangkit Kapasitas (MW)
Pembangkit

ENERGI HIDRO

1 PLTA Wae Rancang I dan II 16,5

2 PLTA Riam Kiwa 42

3 PLTM Watupagantung 15

4 PLTM Pulau Sumba Tersebar 5

5 PLTM Pulau Flores Tersebar 5

6 PLTM Brang Rea 2 3,84

7 PLTM Bintang Bano 7

8 PLTM Brang Rea 1 2,54

ENERGI SURYA

1 PLTS Sumba Barat 10

2 PLTS-Hybrid Sumba Barat 2

3 PLTS Sumba Timur 10,1

4 PLTS Pulau Pantar 5

5 PLTS Sumba 5

6 PLTS Larantuka/Flores 4

ENERGI ANGIN/BAYU

1 PLTB Oelbubuk – Soe 20

2 PLTB Sumba Timur 3

3 PLTB Kupang 30

4 PLTB Sumba 3

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 33


TERBARUKAN
34 POTENSI ANEKA ET
3
Pemangku
Kepentingan Kunci
Key actors (pemangku kepentingan kunci) dalam pengembangan energi terbarukan di
Indonesia secara umum, serta secara spesifik untuk PLT Aneka ET.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 35


TERBARUKAN
36 POTENSI ANEKA ET
3 Pemangku Kepentingan Kunci
dalam Pengembangan PLT
Aneka ET

3.1 Pengantar

Pemerintah Indonesia telah berkomitmen dalam Perumahan Rakyat, PUPR) dan Kementerian
pemanfaatan energi bersih dan upaya reduksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN); (iv) PT PLN
emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di sektor energi, (Persero); (v) Pemerintah Daerah; (vi) Penyedia
salah satunya melalui pengembangan pembangkit Dana; serta (vii) Pengembang. Peran masing-
listrik berbasis energi terbarukan. Untuk masing pemangku kepentingan kunci (key actors)
mengimplementasikan hal tersebut, Pemerintah sebagaimana digambarkan dalam Gambar 10
Indonesia telah menyusun strategi dengan diuraikan singkat di bawah ini.
melibatkan peran dan fungsi Kementerian/
Lembaga terkait, termasuk Pemerintah Daerah, Presiden, berperan sebagai pengarah dalam
antara lain dalam hal perumusan kebijakan dan sektor ketenagalistrikan nasional yang
regulasi di sektor ketenagalistrikan (khususnya disinkronisasikan dengan upaya mitigasi
pemanfaatan sumber daya energi terbarukan perubahan iklim. Melalui DEN—yang diketuai oleh
untuk pembangkitan listrik), sistem perizinan, Presiden—Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan
proses investasi, dan lainnya. Setiap pemangku Rencana Umum Energi Nasional (RUEN)
kepentingan kunci (key actors) memegang dirumuskan dan ditetapkan.
peranan krusial dalam pengembangan
Kementerian ESDM memegang peranan penting
pembangkit listrik berbasis energi terbarukan
dalam hal perumusan kebijakan mengenai energi
(PLT-ET) di Indonesia, khususnya dalam
terbarukan dan sektor ketenagalistrikan.
menciptakan iklim investasi yang menarik dan
Kementerian ESDM memiliki kewenangan dalam
mendorong mobilisasi investasi.
mengatur pemanfaatan sumber daya energi
Dalam Gambar 10 disajikan pemangku terbarukan untuk pembangkit listrik serta
kepentingan kunci (key actors) dalam perumusan kebijakan pasar tenaga listrik.
pengembangan pembangkit listrik berbasis energi
Dalam hal investasi energi terbarukan di Indonesia,
terbarukan, terdiri dari: (i) Presiden; (ii) Dewan
Kementerian Investasi (BKPM) memiliki peranan
Energi Nasional (DEN); (iii) Kementerian terkait,
penting—utamanya dalam menyediakan sistem
yaitu Kementerian Energi & Sumber Daya Mineral
dan layanan perizinan. Sejak 9 Juli 2018, BKPM
(ESDM), Kementerian Investasi (Badan Koordinasi
telah meluncurkan sistem online
pelayanan
Penanaman Modal, BKPM), Kementerian
berbasis-web, yaitu Online Single Submission
Lingkungan Hidup & Kehutanan (LHK)
(OSS). Sistem OSS merupakan sistem yang
Kementerian Keuangan, Kementerian
mengintegrasikan seluruh pelayanan perizinan
Perindustrian, Kementerian Pekerjaan Umum dan

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 37


TERBARUKAN
berusaha yang menjadi kewenangan Menteri/ energi terbarukan, Kementerian Keuangan
Pimpinan Lembaga, Gubernur, atau Walikota/ berperan dalam verifikasi permohonan pengajuan
Bupati—secara elektronik. Sebagai catatan, sistem fasilitas dan pemberian persetujuan.
OSS akan diperbarui menjadi sistem OSS Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko (OSS–PBBR), yang akan Perihal Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN),
diterapkan mulai bulan Juli 2021. Permohonan Kementerian Perindustrian telah merumuskan
perizinan berusaha dan pengajuan fasilitas dapat regulasi TKDN untuk pengembangan pembangkit
dilakukan melalui sistem OSS, dengan pemenuhan listrik berbasis energi terbarukan, baik komponen
komitmen (verifikasi persyaratan teknis) melalui peralatan utama maupun jasa.
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.
Kementerian BUMN, bersama dengan
Dalam hal perizinan berusaha, Kementerian LHK Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan
berperan dalam verifikasi Persetujuan Lingkungan. menjalankan fungsi pengawasan terhadap PT PLN
Untuk perizinan berupa Persetujuan Bangunan (Persero). Dalam hal pengawasan di sisi
Gedung (PBG) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) manajemen, dilakukan oleh Kementerian BUMN.
dapat diajukan melalui aplikasi Sistem Informasi
PT PLN (Persero) turut berperan penting di sektor
Manajemen Bangunan Gedung (SIMBG) di bawah
ketenagalistrikan, yaitu dalam hal pengembangan
Kementerian PUPR. Adapun verifikasi PBG dan
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
SLF serta perizinan spesifik di tingkat provinsi
(RUPTL) di setiap tahun, dan juga sebagai pembeli
(misalnya pemanfaatan air) dilakukan oleh
(offtaker) tenaga listrik.
Pemerintah Daerah. Kemudian, dalam hal
perizinan berusaha untuk pengembangan PLTB, Secara lebih lengkap, peran dan fungsi masing-
Kementerian Perhubungan berperan dalam masing pemangku kepentingan kunci (key actors)
verifikasi Rekomendasi Kawasan Keselamatan dalam pengembangan pembangkit listrik berbasis
Operasi Penerbangan (KKOP) dan pengurusan energi terbarukan akan diuraikan di Subbab
Persetujuan Analisis Dampak Lalu Lintas selanjutnya—termasuk peran yang spesifik dalam
(Andalalin). pengembangan PLT Aneka ET (PLTS, PLTB,
PLTA/M/MH) di Indonesia.4
Sehubungan dengan pengajuan fasilitas/insentif
terkait pengembangan pembangkit listrik berbasis

4
PLTS: Pembangkit Listrik Tenaga Surya; PLTB: Pembangkit Listrik Tenaga Bayu; PLTA/M/MH: Pembangkit Listrik Tenaga
Air/Minihidro/Mikrohidro.

38 PEMANGKU KEPENTINGAN KUNCI DALAM PENGEMBANGAN PLT


ANEKA ET
Gambar 10: Pemangku kepentingan kunci (key actors) dalam pengembangan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 39


TERBARUKAN
Catatan: DEN: Dewan Energi Nasional; LHK: Lingkungan Hidup & Kehutanan; BKPM: Badan Koordinasi Penanaman Modal; ESDM: Energi & Sumber Daya Mineral; BUMN: Badan Usaha Milik Negara; PLN:
Perusahaan Listrik Negara; PLT-ET: Pembangkit Listrik Energi Terbarukan; KEN: Kebijakan Energi Nasional; RUEN: Rencana Umum Energi Nasional; SMI: Sarana Multi Infrastruktur; IIF: Indonesia
Infrastructure Finance.

40 PEMANGKU KEPENTINGAN KUNCI DALAM PENGEMBANGAN PLT


ANEKA ET
3.2 Key Actors (Pemangku Kepentingan Kunci) dalam
Pengembangan Energi Terbarukan

Presiden, menetapkan ambisi Nasional/Bappenas), Menteri Perhubungan,


dalam sektor ketenagalistrikan Menteri Perindustrian, Menteri Pertanian, Menteri
secara keseluruhan. Dalam hal ini, Riset Teknologi & Pendidikan Tinggi, serta Menteri
Presiden memberikan arahan nasional dalam Lingkungan Hidup & Kehutanan; dan (ii) delapan
rangka penyediaan tenaga listrik yang orang dari unsur pemangku kepentingan, yakni
disinkronisasikan dengan upaya-upaya mitigasi kalangan akademisi, industri, konsumen,
perubahan iklim sesuai Nationally
target teknologi, dan lingkungan hidup.
Determined Contribution (NDC) pada Paris
Melalui Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2008
Agreement (Conference of Parties, COP 21).
tentang Pembentukan Dewan Energi Nasional dan
Secara khusus, Presiden telah menetapkan Tata Cara Penyaringan Calon Anggota Dewan
Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang Energi Nasional—anggota DEN ditugaskan untuk
Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), melalui merancang dan merumuskan Kebijakan Energi
Dewan Energi Nasional (DEN), yang di dalamnya Nasional (KEN), menetapkan Rencana Umum
terdapat target-target sektor ketenagalistrikan, Energi Nasional (RUEN), menetapkan langkah-
termasuk bauran energi terbarukan di tahun 2025 langkah krisis dan darurat energi, serta melakukan
dan 2050. pengawasan kebijakan energi yang bersifat lintas
sektoral.
Sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang telah disusun, Presiden memberikan arahan Kementerian Energi & Sumber
kepada Kementerian/Lembaga untuk pemenuhan Daya Mineral (ESDM),
target bauran energi terbarukan yang bertanggung jawab atas kebijakan
direncanakan, yaitu 23% di tahun 2025 dan 31% di dan regulasi di bidang energi, untuk merumuskan,
tahun 2050, serta target NDC, yaitu reduksi emisi mengawasi, dan mengevaluasi kebijakan energi,
GRK sebesar 29% (unconditional) atau 41% serta untuk memastikan ketersediaan, akses,
(conditional) dari Business as Usual (BaU) di tahun keterjangkauan, dan pemerataan energi.
2030. Salah satu bentuk perwujudan dari arahan Berdasarkan KEN dan RUEN, Kementerian ESDM
Presiden tersebut adalah pengembangan memiliki fungsi untuk menyusun Rencana Umum
pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. Ketenagalistrikan Nasional (RUKN), melakukan
proyeksi kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik
Dewan Energi Nasional (DEN), selama 20 tahun, serta pemanfaatan energi
dibentuk berdasarkan Undang- terbarukan di Indonesia.
Undang Nomor 30 Tahun 2007
tentang Energi. DEN diketuai oleh Presiden, Secara spesifik mengenai pengembangan
dengan Wakil Presiden sebagai Wakil Ketua dan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan di
Menteri ESDM sebagai Ketua Harian. Anggota DEN Indonesia, berada dalam ranah Direktorat Jenderal
terdiri dari: (i) unsur pemerintah, yaitu Menteri Energi Baru, Terbarukan, & Konservasi Energi
Keuangan, Menteri Perencanaan Pembangunan (DJEBTKE) yang bertanggung jawab untuk sektor
Nasional/PPN (Badan Perencanaan Pembangunan energi terbarukan, serta Direktorat Jenderal

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 41


TERBARUKAN
Ketenagalistrikan (DJK) yang bertanggung jawab dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan
di sektor ketenagalistrikan. aneka energi baru dan energi terbarukan.

Dalam hal layanan perizinan, terdapat aplikasi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (DJK),
Perizinan ESDM (www.perizinan.esdm.go.id), terdiri dari Sekretariat DJK, Direktorat Pembinaan
merupakan aplikasi layanan perizinan usaha dan Program Ketenagalistrikan, Direktorat Pembinaan
operasional sektor ESDM—yang dikelompokkan Pengusahaan Ketenagalistrikan, dan Direktorat
menjadi empat, yakni: Minyak & Gas Bumi (Migas); Teknik & Lingkungan Ketenagalistrikan.
Energi Baru Terbarukan & Konservasi Energi
(EBTKE); Ketenagalistrikan (Gatrik); serta Mineral DJK menyelenggarakan fungsi dalam perumusan
& Batu Bara (Minerba). Kementerian ESDM juga kebijakan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan
memiliki sistem Layanan Pengadaan Secara norma, standar, prosedur, dan kriteria serta
Elektronik (LPSE) Kementerian ESDM pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan
(www.eproc.esdm.go.id) untuk memfasilitasi supervisi—di bidang pembinaan, pengendalian,
pengadaan barang dan jasa secara elektronik. dan pengawasan kegiatan pengusahaan,
keteknikan, keselamatan kerja, dan lingkungan di
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, & bidang ketenagalistrikan.
Konservasi Energi (DJEBTKE), terdiri dari
Sekretariat DJEBTKE, Direktorat Panas Bumi Dalam hal permohonan perizinan berusaha
(DEP), Direktorat Bioenergi (DEB), Direktorat pengembangan pembangkit listrik berbasiskan
Aneka Energi Baru & Terbarukan (DEA), Direktorat energi terbarukan oleh Independent Power
Konservasi Energi (DEK), serta Direktorat Producer (IPP), terdapat berbagai izin yang
Perencanaan & Pembangunan Infrastruktur berada di bawah kewenangan DJK-KESDM, yaitu
EBTKE. Izin Persetujuan dan Penandasahan Rencana
Impor Barang (RIB), Izin Usaha Penyediaan
DJEBTKE menyelenggarakan fungsi dalam Tenaga Listrik (IUPTL) untuk kepentingan umum,
perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik (IUJPTL),
pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan dan Sertifikat Laik Operasi (SLO). Pengembang
supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan dapat mengajukan perizinan berusaha tersebut
pelaporan—di bidang pembinaan, pengendalian, melalui sistem OSS, selanjutnya menyampaikan
dan pengawasan kegiatan pengusahaan, dokumen persyaratan teknis melalui aplikasi
keteknikan, keselamatan kerja, lingkungan, serta Perizinan ESDM untuk dilakukan verifikasi oleh
pembangunan sarana dan prasarana tertentu di DJK-KESDM. Sebagai catatan, verifikasi SLO akan
bidang panas bumi, bioenergi, aneka energi baru dilakukan melalui aplikasi Sistem Registrasi SLO.
dan terbarukan, dan konservasi energi.
Kementerian Investasi (Badan
Direktorat Aneka Energi Baru & Terbarukan Koordinasi Penanaman Modal,
memiliki tugas dalam perumusan dan pelaksanaan BKPM), mengakomodasi
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, pelayanan perizinan terkait investasi pembangkit
dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan listrik berbasis energi terbarukan, termasuk
supervisi, evaluasi dan pelaporan, serta pengajuan fasilitas/insentif dan permohonan
pengendalian dan pengawasan—di bidang tenaga kerja asing. BKPM di tahun 2018 telah
penyiapan program, pelayanan dan pengawasan membuat suatu sistem pelayanan perizinan—
usaha, implementasi pengembangan, investasi Online Single Submission (OSS)—untuk

42 PEMANGKU KEPENTINGAN KUNCI DALAM PENGEMBANGAN PLT


ANEKA ET
memudahkan pengembang dalam melakukan kegiatan usaha berbasis risiko. Adapun prosedur
permohonan perizinan dan memperoleh informasi dalam permohonan NIB dan perizinan berusaha
terkait perizinan berusaha di Indonesia. OSS masih sama dengan sebelumnya.
merupakan sistem yang mengintegrasikan seluruh
pelayanan perizinan berusaha yang menjadi Selain perizinan berusaha, pengajuan fasilitas
kewenangan Menteri/Pimpinan Lembaga, (insentif), berupa Tax Holiday, Tax Allowance,
Gubernur, atau Walikota/Bupati, secara elektronik. Pembebasan Bea Masuk, dan fasilitas lainnya, juga
Konsep paling penting dalam sistem OSS ini dilakukan melalui sistem OSS—oleh pelaku usaha
adalah menggunakan satu portal nasional, satu yang berhak mendapatkan fasilitas tersebut.
identitas perizinan berusaha (Nomor Induk
Kementerian Lingkungan Hidup
Berusaha, NIB), dan satu format izin berusaha.
dan Kehutanan (LHK), memiliki
Penerapan sistem OSS melibatkan 25 kewenangan terhadap Persetujuan
Kementerian/Lembaga, 34 Provinsi, 514 Lingkungan—merujuk pada Peraturan Pemerintah
Kota/Kabupaten, 13 Kawasan Ekonomi Khusus Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
(KEK), 4 Free Trade Zone (FTZ), dan 111 Kawasan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko. Pengembang
Industri. Perizinan berusaha seluruh sektor wajib dapat mengajukan permohonan perizinan
diterbitkan melalui OSS, kecuali sektor mineral dan tersebut melalui sistem OSS, kemudian
batu bara, minyak dan gas bumi, serta keuangan menyampaikan dokumen persyaratan teknis ke
(perbankan dan asuransi). Adapun layanan OSS Kementerian LHK untuk dilakukan verifikasi.
dapat dilakukan melalui Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (PTSP) BKPM Pusat dan seluruh Dinas Kementerian Keuangan,
Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu menyelenggarakan fungsi dalam
(DPM-PTSP) Provinsi/Kota/Kabupaten. perumusan dan pemberian
rekomendasi kebijakan fiskal dan sektor keuangan,
Regulasi yang mendasari pembentukan OSS termasuk dalam pengembangan pembangkit
adalah Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2017 listrik berbasis energi terbarukan. Di sektor
tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha, serta ketenagalistrikan, Kementerian Keuangan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 menyetujui jaminan pemerintah terkait kewajiban
tentang Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara PT PLN (Persero) dalam Perjanjian Jual Beli
Elektronik—yang telah dicabut dan digantikan Tenaga Listrik (PJBL). Secara spesifik dalam
oleh Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 pengembangan energi terbarukan, Kementerian
tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Keuangan berperan dalam merumuskan dan
Berbasis Risiko, sebagai turunan dari Undang- menyetujui insentif fiskal seperti keringanan pajak
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. dan ketentuan depresiasi yang dipercepat.

Sejalan dengan regulasi terbaru di atas, akan


diberlakukan sistem OSS Perizinan Berusaha Fasilitas (insentif) dalam pengusahaan
Berbasis Risiko (OSS–PBBR). Konsep Perizinan PLT Aneka ET meliputi: Pembebasan
Berusaha Berbasis Risiko ini disajikan pada Box 4, Bea Masuk, serta Tax Allowance atau
merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tax Holiday.
Tahun 2021. Konsep dari peraturan sebelumnya
dimutakhirkan dengan adanya pengklasifikasian

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 43


TERBARUKAN
Dalam pengembangan pembangkit listrik aneka Kementerian Agraria dan Tata
energi terbarukan (PLT Aneka ET), fasilitas Ruang/ATR (Badan Pertanahan
(insentif) yang disediakan mencakup Pembebasan Nasional/BPN), memiliki
Bea Masuk serta Tax Allowance atau Tax Holiday— kewenangan terhadap Kesesuaian Kegiatan
masing-masing diatur dalam Peraturan Menteri Pemanfaatan Ruang (KKPR)—merujuk pada
Keuangan Nomor 66 Tahun 2015 serta Nomor 11 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021
Tahun 2020 dan Nomor 130 Tahun 2020. tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
Pengajuan fasilitas ini dilakukan melalui sistem Berbasis Risiko. Pengembang dapat mengajukan
OSS dengan pemenuhan komitmen melalui permohonan perizinan tersebut melalui sistem
Kementerian Keuangan. OSS, kemudian menyampaikan dokumen
persyaratan teknis ke Kementerian ATR (BPN)
untuk dilakukan verifikasi.

Box 4: Konsep Perizinan Berusaha Berbasis Risiko melalui Sistem OSS

Sistem OSS menggunakan satu portal nasional, dengan satu identitas perizinan berusaha (Nomor Induk
Berusaha, NIB), yang juga berlaku sebagai: Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Angka Pengenal Impor
(API), dan hak akses kepabeanan.

Merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko, setiap pelaku usaha wajib memenuhi Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha
dan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.

Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha mencakup: Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR),
Persetujuan Lingkungan, Persetujuan Bangunan Gedung (PBG), dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF)—yang
sebelumnya disebut sebagai izin sarana prasarana (izin terkait lokasi, lingkungan, dan bangunan).

Perizinan Berusaha Berbasis Risiko diklasifikasikan menjadi empat, yaitu: (i) perizinan berusaha risiko
rendah, melalui penerbitan NIB; (ii) perizinan berusaha risiko menengah rendah, melalui penerbitan NIB
dan Sertifikasi Standar; (iii) perizinan berusaha risiko menengah tinggi, melalui penerbitan NIB dan
Sertifikasi Standar dengan verifikasi; serta (iv) perizinan berusaha risiko tinggi, melalui penerbitan NIB
dan Izin dengan verifikasi. Dalam hal pengembangan pembangkit listrik, kegiatan usaha ini
diklasifikasikan sebagai risiko tinggi.

Langkah-langkah pengajuan permohonan perizinan berusaha dan pengajuan fasilitas melalui sistem
OSS: (i) Pengembang mengajukan permohonan perizinan berusaha ke sistem OSS; (ii) Sistem OSS akan
menerbitkan perizinan berusaha dengan status “tidak efektif”; (iii) Pengembang menyampaikan
dokumen persyaratan teknis melalui Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah (K/L/D) secara online
atau offline; (iv) K/L/D akan melakukan verifikasi; (v) Apabila dokumen telah diverifikasi, sistem OSS
akan menerbitkan perizinan berusaha dengan status “efektif”.

44 PEMANGKU KEPENTINGAN KUNCI DALAM PENGEMBANGAN PLT


ANEKA ET
Kementerian Pekerjaan Umum untuk Pembangunan Infrastruktur
dan Perumahan Rakyat (PUPR), Ketenagalistrikan, serta Nomor 4 Tahun 2017
menyelenggarakan fungsi dalam tentang Ketentuan & Tata Cara Penilaian TKDN
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan untuk PLTS.
kebijakan di bidang penataan bangunan gedung.
Kementerian Badan Usaha
Kementerian PUPR menyediakan aplikasi Sistem
Informasi Manajemen Bangunan Gedung Milik Negara (BUMN),
(www.simbg.pu.go.id) yang digunakan dalam bertanggung jawab atas pengawasan BUMN,
mengajukan permohonan Persetujuan Bangunan termasuk PT PLN (Persero)—dengan melakukan
Gedung (PBG) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF). pengawasan terhadap manajemen perusahaan,
menetapkan dan meninjau target kinerja
Kementerian PUPR juga menyelenggarakan fungsi perusahaan, serta menyetujui anggaran
dalam pengelolaan barang milik/kekayaan negara tahunannya.
yang menjadi tanggung jawab Kementerian PUPR.
Dalam hal pengusahaan PLT Aneka ET, PT PLN (Persero), berada di bawah
Kementerian PUPR berperan dalam kegiatan pengawasan Kementerian ESDM,
pemilihan badan usaha sebagai Mitra Pemanfaatan Kementerian Keuangan, dan
Barang Milik Negara Lingkup Sumber Daya Air Kementerian BUMN. PT PLN (Persero)
(BMN SDA)—dalam rangka penyediaan bertanggung jawab atas sebagian besar
infrastruktur untuk PLTA PUPR. pembangkit listrik di Indonesia dengan
kewenangan atas transmisi, distribusi, dan
Kementerian Perhubungan, pasokan listrik kepada masyarakat. Selain itu, PT
menyelenggarakan fungsi dalam PLN (Persero) juga bertindak sebagai pembeli
perumusan kebijakan nasional, (offtaker) terhadap listrik yang dihasilkan oleh
kebijakan pelaksanaan dan kebijakan Independent Power Producer (IPP) berdasarkan
teknis di bidang perhubungan. Berdasarkan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL)—sesuai
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 90 Tahun dengan pengadaan dan rencana bisnisnya. Secara
2019 dan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun spesifik, Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit
2021, Kementerian Perhubungan memiliki Energi Baru & Terbarukan diatur melalui Peraturan
kewenangan sebagai verifikator perizinan dalam Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0062 Tahun
hal pembangunan PLTB yaitu Rekomendasi KKOP 2020.
dan Persetujuan Andalalin.
Merujuk pada RUKN, PT PLN (Persero)
Kementerian Perindustrian, bertanggung jawab dalam penyusunan RUPTL
memformulasikan kebijakan di dengan jangka waktu 10 tahun, meliputi wilayah
sektor industri, termasuk operasi atau Wilayah Usaha PT PLN (Persero),
menetapkan persyaratan Tingkat Komponen termasuk proyeksi kebutuhan tenaga listrik, serta
Dalam Negeri (TKDN) dalam pengembangan rencana penambahan kapasitas pembangkit,
pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. transmisi, dan distribusi. Perkiraan penambahan
Persyaratan TKDN untuk PLTA dan PLTS, diatur kapasitas pembangkit yang direncanakan juga
melalui Peraturan Menteri Perindustrian: Nomor 54 mencakup pemisahan antara proyek yang akan
Tahun 2012 dan Nomor 5 Tahun 2017 tentang dikembangkan oleh PT PLN (Persero) dan IPP,
Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 45


TERBARUKAN
termasuk memuat perkiraan pengembangan melalui Pemerintah Daerah. Kegiatan usaha
pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. dengan lokasi di daratan, yang telah sesuai dengan
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) daerah—
PT PLN (Persero) memiliki portal e-procurement, sistem OSS secara otomatis akan menerbitkan
www.eproc.pln.co.id, yang memuat tentang konfirmasi kegiatan pemanfaatan ruang sesuai
pengumuman pengadaan, pengumuman Daftar kegiatan usaha. Apabila lokasi kegiatan usaha
Penyedia Terseleksi (DPT), hasil pengadaan, hasil berada di kawasan hutan, upaya pemenuhan
DPT, dan berita. Bagi pengembang yang tertarik komitmen dilakukan melalui Kementerian LHK.
mengikuti pengadaan barang dan jasa terkait
pembangkit listrik berbasis energi terbarukan, Penyedia Dana, untuk pengembangan
khususnya bioenergi (PLTBm, PLTBg) serta aneka pembangkit listrik berbasis energi terbarukan—
energi terbarukan (PLTS, PLTB, PLTA/M/MH)— antara lain PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), PT
dapat mengakses portal e-procurement PT PLN Indonesia Infrastructure Finance, bank, lembaga
(Persero). Persyaratan utama dalam mengikuti pembiayaan, dan program lainnya.
pengadaan tersebut, yaitu pengembang (disebut
sebagai Calon Mitra Penyedia Barang/Jasa) PT SMI merupakan salah satu lembaga/institusi
diwajibkan untuk terdaftar di e-DPT. Proses penyedia dana yang aktif dalam pembiayaan
registrasi e-DPT disediakan melalui portal e- sektor ketenagalistrikan, infrastruktur energi
procurement PT PLN (Persero). terbarukan, infrastruktur konservasi energi, dan
infrastruktur pengelolaan persampahan. PT SMI
berperan sebagai katalis dalam mendukung
Calon pengembang wajib terdaftar di pembiayaan infrastruktur di Indonesia—yang
e-DPT (Daftar Penyedia Terseleksi) bermuara pada dua tujuan utama, yaitu
untuk dapat mengikuti pengadaan mengoptimalisasi manfaat sosial dan ekonomi
proyek PLT-Aneka Energi Terbarukan bagi masyarakat serta mendukung pencapaian
oleh PT PLN (Persero). Sustainable Development Goals (SDGs) dan
mitigasi perubahan iklim. Dalam menjalankan
Registrasi e-DPT dan pengumuman peran tersebut, PT SMI memiliki tiga pilar, yakni
pengadaan disediakan melalui portal pembiayaan dan investasi, jasa konsultasi, dan
www.eproc.pln.co.id. pengembangan proyek.

PT SMI berada di bawah koordinasi Kementerian


Pemerintah Daerah, memiliki kewenangan Keuangan—memiliki peran untuk membantu
terhadap beberapa perizinan usaha terkait pengembang dalam mendapatkan pembiayaan
pengembangan pembangkit listrik berbasis energi dalam negeri untuk hutang dan pendanaan ekuitas
terbarukan, utamanya izin terkait lokasi, pembangunan infrastruktur termasuk proyek
lingkungan, dan bangunan—yang akan diterbitkan pembangkit listrik. PT SMI juga didukung oleh
melalui OSS dengan upaya pemenuhan komitmen lembaga multilateral, termasuk Bank Dunia.

46 PEMANGKU KEPENTINGAN KUNCI DALAM PENGEMBANGAN PLT


ANEKA ET
4
Program Pemerintah
dalam Pengembangan
PLT Aneka ET
Program pemerintah untuk meningkatkan pemanfaatan aneka ET di Indonesia,
khususnya pengembangan PLT Aneka ET.

48 PEMANGKU KEPENTINGAN KUNCI DALAM PENGEMBANGAN PLT


ANEKA ET
PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 49
TERBARUKAN
4 Program Pemerintah dalam
Pengembangan PLT Aneka ET
Merujuk pada Kebijakan Energi Nasional (KEN), menetapkan beberapa program pengembangan
target pengembangan energi terbarukan di energi terbarukan. Program ini dapat menjadi opsi
Indonesia sangat besar yaitu mencapai 23% pada bagi investor untuk berinvestasi di bidang energi
tahun 2025. Kemudian, melalui RUEN (Rencana terbarukan, khususnya PLT Aneka ET. Beberapa
Umum Energi Nasional), ambisi tersebut program pemerintah dalam pengembangan PLT
dijabarkan secara lebih detail dengan target Aneka ET mencakup program REBID dan REBED,
tahunan. Dalam rangka mempercepat tercapainya Sumba Iconic Island, pemanfaatan area bekas
target dan ambisi tersebut, pemerintah tambang, PLTS terapung, dan PLTS hybrid.

4.1 Program REBID dan REBED

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM Pembangkit ini merupakan bentuk kerjasama
memiliki program penciptaan pasar energi Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara bersama
terbarukan untuk mewujudkan target 23% energi PT. Kayan Hydropower Nusantara (KHN) dan PT
terbarukan dalam bauran energi primer pada PLN Enjiniring. PLTA Mentarang Induk
tahun 2025 melalui program REBID (Renewable direncanakan memiliki total kapasitas daya
Energy Based Industrial Development) dan REBED mencapai 1.375 MW dan direncanakan dapat
(Renewable Energy Based Economic memenuhi rencana pembangunan smelter
Development). alumunium oleh PT Inalum dengan kebutuhan
daya mencapai 850 MW.
Program REBID memiliki konsep untuk
mengintegrasikan pengembangan energi Program REBED memiliki konsep penggunaan ET
terbarukan dan pertumbuhan industri. Program ini untuk memacu perekonomian wilayah terdepan,
sangat strategis bagi pihak yang ingin terpencil dan tertinggal (3T). Salah satu contoh
mengembangkan industrinya dengan program ini adalah program PLTS cold storage.
memperoleh suplai daya dari pembangkit energi Program ini merupakan bentuk kerja sama dengan
terbarukan. Kementerian Kelautan dan Perikanan di wilayah
pesisir atau kluster ekonomi maritim. Program ini
Salah satu implementasi program REBID adalah sangat cocok bagi pelaku usaha yang memiliki
pemanfaatan PLTA Mentarang Induk untuk cold storage dan bermaksud memperoleh suplai
menyediakan tenaga listrik Kawasan Industri dan daya dari pembangkit energi terbarukan.
Pelabuhan Internasional (KIPI) Tanah Kuning,
Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.

4.2 Sumba Iconic Island

50 PROGRAM PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN PLT ANEKA ET


Didukung melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor Melalui program ini, 100 unit PLTB sebesar 50 kW
3051 K/30/MEM/2015 tentang Penetapan Pulau telah berhasil terpasang. Selain PLTB, 18.782 unit
Sumba sebagai Pulau Ikonis Energi Terbarukan, PLTS dengan kapasitas terpasang 4.555 kW—
program Sumba Iconic Island bertujuan untuk meliputi PLTS Terpusat, PV School, PV Agro
mendemonstrasikan bahwa kebutuhan energi di Processing, Kios Energi, PLTS Tersebar, Smart
pulau-pulau kecil dan komunitas yang terisolasi PJU, PLTS Hybrid, dan Solar Water Pump—juga
dapat terpenuhi melalui pemanfaatan energi berhasil dibangun.6 Potensi pengembangan PLTB
berkelanjutan.5 di Pulau Sumba mencapai 10 MW, hal ini tentunya
membuka peluang besar untuk berinvestasi.

4.3 Pemanfaatan Area Bekas Tambang

Program pengembangan PLTS oleh pemerintah suplai daya melalui PLTS dapat mencapai 2.300
7
salah satunya dilakukan dengan pemanfaatan area MW. Program ini memfasilitasi pengembang
bekas tambang. Area bekas tambang yang dapat termasuk perusahaan pemilik lahan bekas
dimanfaatkan melalui program ini memiliki luas tambang dalam upaya pemanfaatan lahan sebagai
2.800 ha dan berlokasi di Bangka Belitung, Kutai kegiatan pasca tambang. Lahan pasca tambang
Barat, dan Kutai Kartanegara dengan potensi juga dinilai cocok untuk implementasi PLTS skala
masing-masing sebesar 1.250 MW, 1.000 MW, dan besar karena berupa lahan terbuka (minim
53 MW. Dengan adanya program ini diharapkan shading) dan luas.

4.4 PLTS Terapung

PLTS terapung merupakan program pemerintah Timur) serta Danau Singkarang (Sumatera Barat).
untuk mengatasi masalah pembebasan lahan Program ini diharapkan dapat memfasilitasi
dalam pembangunan PLTS. PLTS terapung ini pengembang untuk mengimplementasikan PLTS
direncanakan dibangun pada beberapa waduk dengan skala besar, yang sering kali terbentur
eksisting seperti Waduk Jatiluhur dan Saguling persoalan akuisisi lahan—mengingat kebutuhan
(Jawa Barat), Waduk Wonogiri dan Mrica (Jawa lahan yang luas.
Tengah), Waduk Sutami dan Wonorejo (Jawa

5
Hivos. Sumba: An Iconic Island to Demonstrate the Potential of Renewable Energy. 2012.
6
Dagi Consulting. Laporan Akhir Monitoring & Evaluasi Program Sumba Iconic Island 2018. Desember 2018.
7
DJEBTKE-KESDM. PPT Pengembangan Energi Baru Terbarukan. Juni 2020.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 51


TERBARUKAN
4.5 PLTS Hybrid

PLTS Hybrid merupakan program pemerintah program tersebut pemerintah menargetkan


dalam penciptaan pasar untuk daerah terdepan, konversi sekitar 5.200 unit PLTD di 2.130 lokasi
terpencil dan tertinggal (3T) khususnya di dengan potensi konversi sebesar 2 GW hingga
Kawasan Timur Indonesia. Pada tahun 2021, tahun 2025 mendatang. Program ini diharapkan
pemerintah melalui PT PLN (Persero) dapat menarik pengembang untuk
melaksanakan program konversi PLTD ke energi mengimplementasikan PLT-ET termasuk PLTS
terbarukan. Salah satu opsi dalam program Hybrid dengan beberapa skema yang menarik,
konversi tersebut adalah PLTS Hybrid. Dalam salah satunya adalah skema leasing.

52 PROGRAM PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN PLT ANEKA ET


PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 53
TERBARUKAN
5
Kerangka Regulasi
dalam Pengembangan
PLT Aneka ET
Regulasi terkait pengembangan PLT Aneka ET, mencakup sumber daya energi,
ketenagalistrikan, Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), dan UU Cipta Kerja.

54 PROGRAM PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN PLT ANEKA ET


PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 55
TERBARUKAN
5 Kerangka Regulasi dalam
Pengembangan PLT Aneka ET
Pemerintah Indonesia telah menetapkan beberapa berwenang untuk merumuskan Kebijakan Energi
regulasi terkait pemanfaatan sumber daya aneka Nasional (KEN). Dalam kategori ini, terdapat juga
energi terbarukan untuk penyediaan tenaga listrik sekumpulan regulasi turunan yang mengatur
(PLT Aneka ET—PLTA, PLTM/PLTMH, PLTS, dan pemanfaatan sumber energi terbarukan.
PLTB). Regulasi yang dimaksud mencakup
regulasi pada tingkat Undang-Undang, Peraturan Selain itu, terdapat juga regulasi terkait Sumber
Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Daya Air yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun
Menteri. Dalam pedoman ini, seluruh regulasi 2019 tentang Sumber Daya Air mengatur
terkait pengembangan PLT Aneka ET dirangkai pengelolaan penggunaan sumber daya air—salah
dalam bagan kerangka regulasi sebagaimana satunya adalah penggunaan sumber daya air
ditampilkan pada Gambar 11. sebagai pembangkit listrik.

Dari gambar tersebut, regulasi mengenai PLT Regulasi terkait Ketenagalistrikan


Aneka ET dikelompokkan dalam enam kategori—
ditandai dengan warna berbeda—yaitu kategori Sektor ketenagalistrikan diatur dalam Undang-
regulasi tentang pengelolaan sumber daya energi, Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang
ketenagalistrikan, cipta kerja, pengelolaan Ketenagalistrikan, beserta regulasi turunannya.
lingkungan hidup kawasan hutan, fasilitas fiskal, Rangkaian regulasi ini mengatur proses dan
dan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). ketentuan terkait ketenagalistrikan di Indonesia,
Selain itu, terdapat regulasi yang dikeluarkan oleh khususnya mengenai kegiatan usaha penyediaan
Direksi PT PLN (Persero) khususnya mengenai tenaga listrik dan Perjanjian Jual Beli Tenaga
pembelian tenaga listrik energi terbarukan. Listrik (PJBL).

Masing-masing kategori regulasi di atas akan Regulasi terkait Cipta Kerja


diuraikan secara singkat di bawah ini. Adapun
gambaran umum dari setiap peraturan akan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang

dideskripsikan pada Tabel 12. Melalui bab ini, para Cipta Kerja ditetapkan dengan tujuan untuk

pengembang diharapkan dapat memperoleh menciptakan iklim usaha dan investasi berkualitas

gambaran umum isi dari masing-masing peraturan bagi para pelaku bisnis, termasuk investor asing.

terkait pengembangan PLT Aneka ET di Indonesia. Dalam Undang-Undang ini, terdapat beberapa
perubahan dan penghapusan pasal pada Undang-
Regulasi terkait Sumber Daya Energi Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan. Perubahan yang teridentifikasi
Sumber daya energi secara umum diatur dalam antara lain penyederhanaan perizinan berusaha
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang terkait penyediaan tenaga listrik.
Energi. Undang-Undang ini secara khusus
mengatur aksesibilitas energi di Indonesia serta
pembentukan Dewan Energi Nasional (DEN) yang

56 KERANGKA REGULASI DALAM PENGEMBANGAN PLT ANEKA ET


Pemerintah juga telah menerbitkan regulasi Regulasi terkait Pengelolaan Lingkungan
turunan terkait Undang-Undang Nomor 11 Tahun
Hidup
2020 tentang Cipta Kerja, yakni:
Regulasi yang mengatur tata cara dan persyaratan
• Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021
perizinan berusaha terkait lingkungan hidup—
tentang Perizinan Berusaha Berbasis Risiko—
dituangkan dalam Peraturan Menteri LHK Nomor
mencabut Peraturan Pemerintah Nomor 24
22 Tahun 2018 dan Nomor 26 Tahun 2018. Selain
Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
itu, terdapat Peraturan Menteri LHK Nomor 7
Berusaha Terintegrasi secara Elektronik.
Tahun 2019 terkait tata cara dan persyaratan
• Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 permohonan penggunaan kawasan hutan untuk
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- kepentingan pembangunan di luar kegiatan
Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang kehutanan.
Bangunan Gedung—mengatur Persetujuan
Bangunan Gedung/PBG (menggantikan Izin Regulasi terkait Fasilitas Fiskal
Mendirikan Bangunan/IMB) dan Sertifikat Laik
Fungsi (SLF). Dalam rangka meningkatkan investasi untuk
pengembangan PLT Aneka ET, terdapat berbagai
• Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021
fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang—
pengembang, yang diatur melalui regulasi berikut:
mengatur Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
(i) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66 Tahun
Ruang/KKPR (menggantikan Izin Lokasi dan
2015 untuk Pembebasan Bea Masuk; (ii) Peraturan
Izin Pemanfaatan Ruang).
Menteri Keuangan Nomor 11 Tahun 2020 untuk Tax
• Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Allowance; serta (iii) Peraturan Menteri Keuangan
tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Nomor 130 Tahun 2020 untuk Tax Holiday.
Pengelolaan Lingkungan Hidup—mengatur Regulasi tersebut mengatur tata cara dan
tentang Persetujuan Lingkungan, melalui: (i) persyaratan pemberian serta pemanfaatan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan fasilitas fiskal yang diberikan pemerintah kepada
(Amdal); (ii) Upaya Pengelolaan Lingkungan pengembang dalam rangka meningkatkan
Hidup – Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup investasi.
(UKP-UPL); atau (iii) Surat Pernyataaan
Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Regulasi terkait TKDN
Lingkungan Hidup (SPPL).
Regulasi terkait TKDN dituangkan dalam Undang-
• Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021
Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
tentang Penyelenggaraan Kehutanan—
Perindustrian—yang mengatur tentang kewajiban
mengatur tentang Persetujuan Penggunaan
penggunaan produk dalam negeri sesuai besaran
Kawasan Hutan (apabila lokasi kegiatan usaha
komponen dalam negeri.
berada di kawasan hutan).

• Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahuun 2021 Pedoman terkait penggunaan produk dalam
tentang Penyelenggaraan Bidang Lalu Lintas negeri untuk infrastruktur ketenagalistrikan—PLTA
dan Angkutan Jalan—mengatur tentang dan PLTS—diatur dalam Peraturan Menteri

Persetujuan Analisis Dampak Lalu Lintas Perindustrian Nomor 54 Tahun 2012. Beberapa
(Andalalin). pasal dalam peraturan ini diubah oleh Peraturan
Menteri Perindustrian Nomor 5 Tahun 2017.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 57


TERBARUKAN
Perubahan yang teridentifikasi antara lain untuk pengembangan PLTB—dituangkan dalam
pendefinisian tiga jenis PLTS (PLTS Tersebar Peraturan Menteri Pehubungan Nomor 90 Tahun
Berdiri Sendiri, PLTS Terpusat Berdiri Sendiri, dan 2018.
PLTS Terpusat Terhubung) serta besaran nilai
TKDN barang dan jasa untuk PLTS. Secara khusus, Regulasi oleh PT PLN (Persero)
ketentuan dan tata cara penilaian TKDN untuk
PLTS juga diatur dalam Peraturan Menteri Regulasi tentang Pembelian Tenaga Listrik dari
Perindustrian Nomor 4 Tahun 2017. Pembangkit Energi Baru dan Terbarukan diatur
melalui Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor
Regulasi terkait Perhubungan 0062 Tahun 2020. Regulasi ini secara spesifik
mengatur mekanisme dan prosedur pembelian
Regulasi yang mengatur tata cara dan persyaratan tenaga listrik dari energi terbarukan, termasuk PLT
perizinan berusaha terkait perhubungan khusus Aneka ET, oleh PT PLN (Persero).

58 KERANGKA REGULASI DALAM PENGEMBANGAN PLT ANEKA ET


Gambar 11: Kerangka regulasi aneka energi terbarukan di Indonesia

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 59


TERBARUKAN
Tabel 12: Daftar regulasi aneka energi terbarukan di Indonesia

No. Regulasi Deskripsi


UMUM
• Meningkatkan aksesibilitas energi di daerah terpencil dan
tertinggal, dan desa yang menggunakan sumber energi
Undang-Undang Nomor 30 Tahun
1. setempat, khususnya sumber-sumber terbarukan.
2007 tentang Energi
• Mendirikan Dewan Energi Nasional (DEN) yang
merumuskan Kebijakan Energi Nasional (KEN).
Peraturan Pemerintah Nomor 79 • Menetapkan rencana untuk meningkatkan pangsa energi
2. Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi baru dan terbarukan dalam bauran energi primer menjadi
Nasional (KEN) 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050.
Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun • Mengatur rencana pengelolaan energi tingkat nasional dan
3. 2017 tentang Rencana Umum Energi rencana pelaksanaan kebijakan yang bersifat lintas sektor
Nasional (RUEN) untuk mencapai sasaran Kebijakan Energi Nasional (KEN).
CIPTA KERJA

• Mengatur ketentuan penyederhanaan prosedur perizinan


usaha & perubahan pada UU Ketenagakerjaan.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun
1. • Mengatur upaya cipta kerja yang diharapkan mampu
2020 tentang Cipta Kerja
menyerap tenaga kerja Indonesia di tengah persaingan
yang semakin kompetitif dan tuntutan globalisasi ekonomi.
• Mengatur perizinan berusaha berbasis risiko yang meliputi
ketentuan Norma, Standar, Prosedur, & Kriteria (NSPK),
Peraturan Pemerintah Nomor 5
perizinan melalui layanan sistem perizinan berusaha
2. Tahun 2021 tentang Perizinan
terintegrasi secara elektronik (Online Single
Berusaha Berbasis Risiko
Submission/OSS), tata cara pengawasan, pendanaan, dan
lainnya.
Peraturan Pemerintah Nomor 16
• Mengatur ketentuan terkait bangunan gedung.
Tahun 2021 tentang Peraturan
3. Pelaksanaan Undang-Undang Nomor • Menghapus status Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan
28 Tahun 2002 Tentang Bangunan menggantikannya dengan Persetujuan Bangunan Gedung
Gedung (PBG).

• Mengatur ketentuan terkait perencanaan tata ruang,


Peraturan Pemerintah Nomor 21
pemanfaatan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang,
4. Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
pengawasan penataan ruang, pembinaan penataan ruang,
Penataan Ruang
dan kelembagaan penataan ruang.
• Mengatur ketentuan terkait persetujuan lingkungan,
perlindungan dan pengeloaan mutu air, udara, dan laut,
Peraturan Pemerintah Nomor 22
pengedalian kerusakan lingkungan hidup, pengelolaan
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
5. limbah B3, data penjamin untuk pemulihan fungsi
Perlindugan dan Pengelolaan
lingkungan hidup, sistem informasi lingkungan hidup,
Lingkungan Hidup
pembinaan dan pengawasan serta pengenaan sanksi
administratif.
• Mengatur perencanaan kehutanan, perubahan peruntukan
Peraturan Pemerintah Nomor 23 dan fungsi kawasan hutan, penggunaan kawasan hutan,
6. Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan
Kehutanan serta pemanfaatan hutan, pengelolaan perhutanan sosial,
perlindungan hutan, pengawasan, dan sanksi administratif.

60 KERANGKA REGULASI DALAM PENGEMBANGAN PL T ANEKA ET


Peraturan Pemerintah Nomor 25
• Mengatur kegiatan penyelenggaraan bidang energi dan
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
sumber daya mineral yang mencakup usaha penyediaan
Bidang Energi dan Sumber Daya
tenaga listrik untuk kepentingan umum.
Mineral
Peraturan Pemerintah Nomor 30
• Mengatur kegiatan penyelenggaraan bidang lalu lintas dan
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
7. angkutan jalan yang mencakup ketentuan analisis dampak
Bidang Lalu Lintas dan Angkutan
lalu lintas.
Jalan
Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun
• Mengatur bidang-bidang usaha yang terbuka dan tertutup
2021 jo. Peraturan Presiden Nomor
8. bagi kegiatan penanaman modal. Bidang usaha terbuka
49 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha
salah satunya adalah bidang usaha prioritas.
Penanaman Modal
SUMBER DAYA AIR
• Mengatur penggunaan sumber daya air untuk kebutuhan
usaha secara komersial.
• Mengatur kewenangan pengelolaan Sumber Daya Air,
Undang-Undang Nomor 17 Tahun
1. pengelolaan Sumber Daya Air, konservasi Sumber Daya
2019 tentang Sumber Daya Air
Air, pendayagunaan Sumber Daya Air, pengendalian Daya
Rusak Air, tahapan pengelolaan Sumber Daya Air,
pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sumber Daya Air
PHOTOVOLTAIC
Peraturan Menteri ESDM Nomor 2
• Mengatur pedoman terkait standar dan sertifikasi modul
Tahun 2021 tentang Penerapan
1. fotovoltaik silikon kristalin, tata cara dan proses sertifikasi
Standar Kualitas Modul Fotovoltaik
modul fotovoltaik silikon .
Silikon Kristalin
KETENAGALISTRIKAN

• Memberikan pengertian umum bahwa ketenagalistrikan


adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan
pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga
listrik.
Undang - Undang Nomor 30 Tahun • Mengatur pembagian wilayah usaha penyediaan tenaga
1.
2009 tentang Ketenagalistrikan listrik yang terintegrasi, penerapan tarif regional yang
berlaku terbatas untuk suatu wilayah usaha tertentu,
pemanfaatan jaringan tenaga listrik untuk kepentingan
telekomunikasi, multimedia, dan informatika, serta
mengatur jual beli tenaga listrik lintas negara.
Peraturan Pemerintah Nomor 14
Tahun 2012 jo. Peraturan Pemerintah
• Mengatur ketentuan terkait bisnis penyediaan tenaga
2. Nomor 23 Tahun 2014 tentang
listrik.
Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik
Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun
• Mengatur pelaksanaan pembangunan infrastruktur
2016 jo. Peraturan Presiden Nomor 14
ketenagalistrikan, penyediaan energi primer
3. Tahun 2017 tentang Percepatan
ketenagalistrikan, pemanfaatan energi terbarukan,
Pembangunan Infrastruktur
perizinan, nonperizinan, dan lainnya.
Ketenagalistrikan

Peraturan Menteri ESDM Nomor 35 • Mengatur ketentuan mengenai tata cara perizinan
4. Tahun 2013 jo. Peraturan Menteri perusahaan ketenagalistrikan, termasuk perizinan usaha
ESDM Nomor 12 Tahun 2016 tentang penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 61


TERBARUKAN
Tata Cara Perizinan Usaha
Ketenagalistrikan
Peraturan Menteri ESDM Nomor 24
• Mengatur mekanisme penetapan biaya satuan primer atau
Tahun 2017 tentang Mekanisme
5. biaya pembangkitan tenaga listrik oleh PT PLN (Persero),
Penetapan Biaya Pokok Penyediaan
tidak termasuk biaya transmisi tenaga listrik.
(BPP) Pembangkit PT PLN (Persero)
Peraturan Menteri ESDM Nomor 10
Tahun 2017 jis. Peraturan Menteri
• Mengatur ketentuan mengenai prinsip-prinsip dalam
ESDM Nomor 49 Tahun 2017 dan
Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL) antara PT PLN
6. Peraturan Menteri ESDM Nomor 10
(Persero) sebagai pembeli dan Badan Usaha sebagai
Tahun 2018 tentang Pokok-Pokok
penjual sistem ketenagalistrikan.
dalam Perjanjian Pembelian Tenaga
Listrik
Peraturan Menteri ESDM Nomor 35
Tahun 2014 jis. Peraturan Menteri
ESDM Nomor 14 Tahun 2017 dan
Peraturan Menteri ESDM Nomor 30
• Mengatur pelimpahan kewenangan pemberian izin di
Tahun 2018 tentang Pendelegasian
7. bidang ketenagalistrikan yang menjadi kewenangan
Wewenang Pemberian Izin Usaha
KESDM kepada Kepala BKPM dengan hak substitusi.
Ketenagalistrikan dalam Rangka
Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (PTSP) kepada Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Peraturan Menteri ESDM Nomor 38 • Mengatur ketentuan terkait tata cara akreditasi
Tahun 2018 tentang Tata Cara ketenagalistrikan untuk usaha jasa penunjang tenaga listrik
8.
Akreditasi dan Sertifikasi seperti Lembaga Inspeksi Teknik (LIT) Tenaga Listrik, serta
Ketenagalistrikan sertifikasi ketenagalistrikan.
Peraturan Menteri ESDM Nomor 39
Tahun 2018 tentang Pelayanan • Mengatur tata cara akreditasi dan sertifikasi
9. Perizinan Berusaha Terintegrasi ketenagalistrikan, termasuk ketentuan untuk lembaga
secara Elektronik Bidang sertifikasi.
Ketenagalistrikan
Peraturan Menteri ESDM Nomor 50
Tahun 2017 jis. Peraturan Menteri • Mengatur proses pembelian dengan penunjukan langsung
ESDM Nomor 53 Tahun 2018 dan bersyarat, skema kerja sama (menjadi Build, Own,
10. Peraturan Menteri ESDM Nomor 4 Operate/ BOO), dan penugasan pembelian listrik kepada
Tahun 2020 tentang Pemanfaatan PT PLN (Persero) untuk pembangkit EBT dengan
Sumber Energi Terbarukan untuk pendanaan bersumber dari hibah.
Pembangkit Tenaga Listrik
• Mengatur manajemen jaringan, penyambungan,
Peraturan Menteri ESDM Nomor 20
perencanaan & pelaksanaan operasi, transaksi tenaga
11. Tahun 2020 tentang Aturan Jaringan
listrik, pengukuran, hingga rangkuman jadwal operasi &
Sistem Tenaga Listrik (Grid Code)
manajemen jaringan.
Keputusan Menteri ESDM 55 K/20/
MEM/2019 tentang Besaran Biaya • Mengatur penentuan besarnya BPP Pembangkitan PT PLN
12.
Pokok Penyediaan (BPP) (Persero).
Pembangkitan PT PLN (Persero)
TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI (TKDN)
• Mengatur terkait kewajiban penggunaan produk dalam
Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1. negeri sesuai besaran komponen dalam negeri yang
2014 tentang Perindustrian
ditunjukkan dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri.

62 KERANGKA REGULASI DALAM PENGEMBANGAN PLT ANEKA ET


Peraturan Menteri Perindustrian • Perubahan terhadap Permenperin No.54/M-
Nomor 54/M-IND/PER/3/2012 jo. IND/PER/3/2012 tentang pedoman besaran nilai TKDN
Peraturan Menteri Perindustrian barang dan jasa untuk infrastruktur ketenagalistrikan
Nomor 05/M-IND/PER/2/2017 termasuk PLTS tersebar berdiri sendiri, PLTS terpusat
2.
tentang Pedoman Penggunaan berdiri sendiri, dan PLTS terpusat terhubung.
Produk Dalam Negeri untuk
Pembangunan Infrastruktur
Ketenagalistrikan
Peraturan Menteri Perindustrian No. • Pedoman perhitungan penilaian TKDN PLTS yang
04/M-IND/PER/2/2017 tentang mencakup perhitungan penilaian TKDN terkait komponen
Ketentuan dan Tata Cara Penilaian modul surya seperti tenaga kerja modul surya, mesin
3.
Tingkat Komponen Dalam Negeri produksi modul surya, material sel surya, komponen
untuk Pembangkit Listrik Tenaga penyusun sel surya, dan perhitungan penilaian TKDN
Surya komponen selain modul surya.
FASILITAS FISKAL
• Mengatur ketentuan terkait jenis fasilitas Pajak
Peraturan Pemerintah Nomor 78
Penghasilan yang dapat diperoleh oleh wajib pajak badan
Tahun 2019 tentang Fasilitas Pajak
dalam negeri, kriteria dan persyaratan penerima fasilitas
1. Penghasilan untuk Penanaman Modal
Pajak Penghasilan, serta daftar bidang-bidang usaha
di Bidang-Bidang Usaha Tertentu
tertentu yang dapat memperoleh fasilitas Pajak
dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu
Penghasilan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor • Mengatur ketentuan terkait fasilitas perpajakan dan
21 Tahun 2010 tentang Pemberian kepabeanan untuk kegiatan pemanfaatan sumber energi
2. Fasilitas Perpajakan dan Kepabeanan terbarukan berupa fasilitas PPh, fasilitas PPN, fasilitas bea
untuk Kegiatan Pemanfaatan Sumber masuk, dan fasilitas pajak ditanggung pemerintah.
Energi Terbarukan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor • Mengatur ketentuan terkait kriteria penerima pembebasan
66 Tahun 2015 tentang Pembebasan bea masuk, persyaratan permohonan pembebasan bea
Bea Masuk atas Impor Barang Modal masuk, dan pelaporan realisasi impor barang.
3. dalam Rangka Pembangunan atau
Pengembangan Industri
Pembangkitan Tenaga Listrik untuk
Kepentingan Umum
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
• Mengatur ketentuan terkait subjek dan jenis fasilitas,
11 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan
persyaratan dan tata cara penetapan nilai aktiva berwujud,
Peraturan Pemerintah Nomor 78
tata cara pengajuan permohonan pemberian dan
4. Tahun 2019 Tentang Fasilitas Pajak
pemanfaatan fasilitas pajak penghasilan, kewajiban
Penghasilan untuk Penanaman Modal
pelaporan, tata cara penggantian aktiva, dan pencabutan
di Bidang-Bidang Usaha Tertentu
fasilitas pajak penghasilan.
dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu
• Mengatur kriteria dan prosedur pengajuan fasilitas,
ketentuan fasilitas bagi wajib pajak yang mendapatkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor penugasan pemerintah, prosedur pemberian dan
130 Tahun 2020 tentang Pemberian pemanfaatan fasilitas pengurangan pajak penghasilan
5.
Fasilitas Pengurangan Pajak badan, pemeriksaan lapangan dalam rangka pemanfaatan
Penghasilan Badan fasilitas, pelaporan realisasi penanaman modal dan
realisasi produksi, serta periode pemberian dan
pencabutan pengurangan pajak penghasilan badan.
Peraturan Badan Koordinasi • Mengatur ketentuan terkait bidang usaha dan jenis
Penanaman Modal Nomor 7 Tahun produksi industri pionir yang dapat diberikan fasilitas
6.
2020 tentang Rincian Bidang Usaha pengurangan Pajak Penghasilan badan, ketentuan
dan Jenis Produksi Industri Pionir pemenuhan kriteria dan permohonan pengurangan Pajak

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 63


TERBARUKAN
serta Tata Cara Pemberian Fasilitas Penghasilan badan secara luring, dan ketentuan keputusan
Pengurangan Pajak Penghasilan pemberian fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan.
Badan
Peraturan Direktur Jenderal • Mengatur ketentuan permohonan persetujuan dan
Ketenagalistrikan Nomor 263 Tahun penandasahan RIB yang merupakan salah satu
2015 tentang Tata Cara Permohonan persyaratan permohonan bea masuk.
Persetujuan dan Penandasahan
7. Rencana Impor Barang Modal Dalam
Rangka Pembangunan atau
Pengembangan Industri
Pembangkitan Tenaga Listrik untuk
Kepentingan Umum
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Peraturan Menteri LHK Nomor 22
• Mengatur tata cara permohonan izin usaha dan izin
Tahun 2018 tentang Norma, Standar,
komersial/operasional terkait lingkungan hidup,
Prosedur, dan Kriteria Pelayanan
1. persyaratan permohonan dan pemenuhan komitmen izin,
Perizinan Terintegrasi Secara
serta pelaksanaan dan pengawasan pemenuhan
Elektronik Lingkup Kementerian
kewajiban.
Lingkungan dan Kehutanan
Peraturan Menteri LHK Nomor 26
• Mengatur ketentuan terkait penyusunan dan penilaian
Tahun 2018 tentang Pedoman
dokumen Amdal serta penetapan keputusan kelayakan
Penyusunan dan Penilaian serta
atau ketidaklayakan lingkungan hidup, penyusunan dan
2. Pemeriksaan Dokumen Lingkungan
pemeriksaan UKL-UPL serta penetapan persetujuan
Hidup dalam Pelaksanaan Pelayanan
rekomendasi UKL-UPL, dan sistem informasi dokumen
Perizinan Berusaha Terintegrasi
lingkungan hidup dan izin lingkungan.
Secara Elektronik
PERHUBUNGAN
Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor 90 Tahun 2018 tentang • Mengatur ketentuan proses perizinan berusaha sektor
Norma, Standar, Prosedur, dan perhubungan di bidang udara termasuk izin ketinggian
1.
Kriteria Perizinan Berusaha gedung/bangunan di dalam kawasan keselamatan operasi
Terintegrasi Secara Elektronik Sektor penerbangan.
Perhubungan di Bidang Udara
PERATURAN PENDUKUNG
• Mengatur ketentuan dalam pembelian tenaga listrik dari
Peraturan Direksi PLN No.
pembangkit energi baru dan terbarukan, yang mencakup
0062.P/DIR/2020 tentang Pembelian
1. mekanisme pembelian, harga pembelian tenaga listrik,
Tenaga Listrik dari Pembangkit Energi
jaminan pengadaan, hingga alur proses bisnis mekanisme
Baru dan Terbarukan
pembelian.

64 KERANGKA REGULASI DALAM PENGEMBANGAN PLT ANEKA ET


PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 65
TERBARUKAN
BAGIAN II
PEDOMAN INVESTASI
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
ANEKA ENERGI TERBARUKAN
Pembangkit Listrik Tenaga Hidro (PLTA/M/MH),
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan
Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTB)

66 BAGIAN II
PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 67
TERBARUKAN
6
Proses Bisnis/Investasi
Proyek PLT Aneka ET
Pedoman tentang pengembangan—pengusahaan PLT Aneka ET, mencakup fase
pengembangan, pembangunan, dan operasi.

68 BAGIAN II
PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 69
TERBARUKAN
6 Proses Bisnis/Investasi Proyek
PLT Aneka ET

6.1 Tentang Pedoman

Bab ini berisikan pedoman sehubungan dengan Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk
proses dan prosedur untuk mengembangkan Penyediaan Tenaga Listrik, pembelian tenaga
proyek pembangkit listrik berbasis aneka energi listrik dari PLT Aneka ET oleh PT PLN (Persero)
terbarukan (PLT Aneka ET), khususnya diselenggarakan melalui dua mekanisme: (i)
Pembangkit Listrik Tenaga Hidro (PLTA dan Pemilihan Langsung; dan (ii) Penunjukkan
PLTM/ PLTMH), Pembangkit Listrik Tenaga Surya Langsung. Mekanisme Pemilihan Langsung
(PLTS), dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu diselenggarakan untuk pengembangan proyek
(PLTB). Sedangkan, Pembangkit Listrik Tenaga PLT Hidro, PLTS, dan PLTB, sedangkan mekanisme
Arus Laut (PLTAL) tidak dibahas dalam pedoman Penunjukan Langsung untuk pengembangan
ini. Kelompok sasaran pedoman ini adalah proyek PLTA PUPR (Box 5). Pada kondisi tertentu,
pengembang proyek, investor, lembaga pembangunan proyek PLT Hidro, PLTS, dan PLTB
pembiayaan, pemerintah pusat dan daerah, serta dapat dilaksanakan melalui mekanisme
aktor-aktor lain yang terlibat dalam Penunjukan Langsung.
pengembangan proyek pembangkit listrik energi
terbarukan dengan skema pengusahaan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan
Independent Power Producer (IPP). Konservasi Energi – Kementerian ESDM
(DJEBTKE-KESDM) telah menyediakan matriks
Pedoman ini ditujukan secara khusus untuk alur pengusahaan PLT Aneka ET (Gambar 12).
pengembangan proyek PLT Aneka ET yang Matriks tersebut menggambarkan tahapan proses
terkoneksi ke jaringan listrik PT PLN (Persero). yang harus ditempuh oleh pengembang PLT
Sementara itu, kemungkinan proyek dengan Aneka ET, mulai pelelangan proyek hingga
skema bisnis atau skema penyaluran listrik yang pengoperasian pembangkit (Commercial
lain tidak dibahas dalam pedoman ini. Skema lain Operation Date, COD), serta pemangku
yang dimaksud adalah antara lain berdasarkan kepentingan terkait di setiap tahapan proses. Perlu
kelebihan daya (excess power), captive power dan dicatat bahwa matriks alur proses tersebut hanya
pembangkit listrik swasta terintegrasi (private ditujukan untuk mekanisme Pemilihan Langsung,
power utility, PPU). berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 50
Tahun 2017.
Merujuk pada Peraturan Menteri ESDM Nomor 50
Tahun 2017 (dan perubahannya) tentang

70 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Box 5: PLTA PUPR

Merujuk pada Peraturan Menteri PUPR Nomor 09 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pemilihan Badan Usaha
sebagai Mitra Pemanfaatan Barang Milik Negara dalam Rangka Penyediaan Infrastruktur untuk
PLTA/PLTM/PLTMH/PLTS dengan Mekanisme Sewa, PLTA PUPR merupakan proyek PLTA yang
dikembangkan oleh badan usaha Mitra Pemanfaatan Barang Milik Negara Lingkup Sumber Daya Air
(BMN SDA) yang memanfaatkan tenaga hidro dari waduk/bendungan atau saluran irigasi yang
tergolong sebagai BMN SDA.

BMN SDA mencakup semua infrastruktur sumber daya air, yaitu bendungan/waduk atau saluran irigasi—
yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau berasal
dari perolehan lainnya yang sah. Secara kewenangannya, BMN SDA dikelola oleh Kementerian PUPR.

Badan usaha Mitra Pemanfaatan BMN SDA merupakan badan usaha yang dipilih oleh Kementerian PUPR
melalui mekanisme yang telah diatur dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor 09 Tahun 2017 tentang Tata
Cara Pemilihan Badan Usaha sebagai Mitra Pemanfaatan Barang Milik Negara dalam Rangka Penyediaan
Infrastruktur untuk PLTA/PLTM/PLTMH/PLTS dengan Mekanisme Sewa. Selanjutnya, badan usaha Mitra
Pemanfaatan tersebut akan mengikuti mekanisme Penunjukan Langsung oleh PT PLN (Persero) untuk
mengembangkat PLTA PUPR.

Gambar 12: Alur proses pengusahaan PLT Aneka ET

Sumber: DJEBTKE-KESDM. Rencana Strategis DJEBTKE 2020-2024. April 2020.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 71


TERBARUKAN
6.2 Pengenalan Layanan Perizinan & Nonperizinan dan
Layanan Pengadaan Secara Elektronik

Kemudahan berusaha dalam berbagai skala turut dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF), diatur melalui
didorong oleh Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021
reformasi struktural, termasuk dengan reformasi tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
sistem perizinan. Sejak 9 Juli 2018, BKPM telah Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
meluncurkan sistem pelayanan online berbasis- Pelaku usaha mengajukan permohonan KKPR dan
web, yaitu Online Single Submission (OSS)— Persetujuan Lingkungan melalui sistem OSS,
merupakan sistem yang mengintegrasikan seluruh sedangkan permohonan PBG dan SLF melalui
pelayanan perizinan berusaha yang menjadi Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung
kewenangan Menteri/Pimpinan Lembaga, (SIMBG).
Gubernur, atau Bupati/Walikota—yang dilakukan
secara elektronik. Perizinan Berusaha Berbasis Risiko (Tinggi),
mencakup Nomor Induk Berusaha (NIB) dan Izin.
Sebagai catatan, pemerintah telah mengeluarkan Pengajuan permohonan NIB dan Izin dilakukan
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 melalui sistem OSS. Verifikasi Izin kemudian
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dilakukan oleh Kementerian/Lembaga/
Berusaha Berbasis Risiko, sebagai regulasi turunan Pemerintah Daerah (K/L/D) sesuai dengan yang
dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 dipersyaratkan.
tentang Cipta Kerja. Dalam hal pelaksanaan
regulasi tersebut, sistem OSS yang ada saat ini Pada pedoman ini, bagian Administrasi dan
akan diperbarui menjadi sistem OSS Perizinan Perizinan utamanya disusun dengan merujuk pada
Berusaha Berbasis Risiko (OSS-PBBR)—yang akan serangkaian regulasi di atas, namun juga masih
diterapkan mulai 2 Juli 2021. Melalui regulasi mempertimbangkan regulasi turunan (Peraturan
tersebut, pengusahaan ketenagalistrikan Menteri) eksisting (sebelum tahun 2021)—
dikategorikan sebagai jenis usaha risiko tinggi— sehubungan dengan pelayanan perizinan
dengan persyaratan yang harus dipenuhi oleh berusaha yang terintegrasi dengan sistem OSS.
pelaku usaha terdiri atas Persyaratan Dasar
Secara lebih spesifik, layanan perizinan berusaha
Perizinan Berusaha dan Perizinan Berusaha
yang digunakan dalam hal pengusahaan
Berbasis Risiko.
ketenagalistrikan (khususnya PLT Aneka ET)
Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha, mencakup: mencakup: (i) Sistem OSS (Box 6dan Box 7); (ii)
(i) Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang SIMBG (Box 8); (iii) Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(KKPR), diatur melalui Peraturan Pemerintah – Kementerian LHK (PTSP-KLHK) (Box 9); (iv)
Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Layanan Perizinan Kementerian ESDM (Box 10);
Penataan Ruang; (ii) Persetujuan Lingkungan, (v) E-Procurement PT PLN (Persero) (Box 11); (vi)
diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 22 Sistem Registrasi Sertifikat Laik Operasi (SLO)
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan (Box 12); dan (vii) Web Dinas Penanaman Modal
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) di
serta (iii) Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) masing-masing provinsi (Box 13).

72 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Box 6: Gambaran Umum Perizinan Berusaha melalui Sistem Online Single Submission (OSS)

Konsep perizinan melalui Online Single Submission (OSS) (www.oss.go.id) menggunakan satu portal
nasional, dengan satu identitas perizinan berusaha yang disebut Nomor Induk Berusaha (NIB), serta satu
format perizinan berusaha. Sebagai catatan, sistem OSS akan diperbarui menjadi OSS Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko (OSS-PBBR) pada bulan Juli 2021. Secara lebih jelas, dalam gambar di bawah
ini disajikan alur perizinan berusaha di Indonesia melalui sistem OSS (atau OSS-PBBR), yang terdiri dari
enam langkah, yaitu: (i) registrasi user OSS; (ii) registrasi legalitas; (iii) proses NIB; (iv) permohonan
persyaratan dasar perizinan berusaha; (v) permohonan perizinan berusaha berbasis risiko (untuk risiko
tinggi berupa Izin); dan (vi) pengajuan fasilitas.

Registrasi user OSS, merupakan langkah awal dalam melakukan perizinan berusaha di Indonesia.
Registrasi dilakukan dengan menggunakan Nomor Induk Kependudukan (NIK) untuk Warga Negara
Indonesia (WNI) atau paspor untuk Warga Negara Asing (WNA). Langkah kedua adalah registrasi
legalitas pendirian badan hukum/usaha non-perseorangan, dapat berupa Akta Pendirian/Perubahan
dan Surat Keputusan Kementerian Hukum & Hak Asasi Manusia (Kemenkumham). Ketiga adalah proses
pengajuan Nomor Induk Berusaha (NIB), dengan melengkapi data legalitas untuk menerbitkan NIB.

Poin keempat adalah pengajuan permohonan Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha, mencakup
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR), Persetujuan Lingkungan, Persetujuan Bangunan
Gedung (PBG), dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Poin kelima adalah pengajuan permohonan Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko (Tinggi)—dalam hal pengembangan PLT Aneka ET, antara lain Izin Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) dan Sertifikat Laik Operasi (SLO). Adapun poin terakhir adalah
pengajuan fasilitas, seperti Tax Holiday, Tax Allowance, Pembebasan Bea Masuk, dan fasilitas lainnya.

ALUR PERIZINAN MELALUI ONLINE SINGLE SUBMISSION (OSS)


5. PERIZINAN BERUSAHA 7. PENCABUTAN
1. REGISTRASI USER 3. PROSES NIB
BERBASIS RISIKO
Pendaftaran akses user OSS Penutupan usaha baik
Pelengkapan data yang belum Pengajuan Perizinan Berusaha penutupan sebagai usaha
menggunakan Nomor Induk ada pada data Legalitas untuk
Kependudukan (NIK) e-KTP untuk Berbasis Risiko, yaitu Izin (untuk atau disebut Non-Likuidasi,
penerbitan Nomor Induk Kegiatan Usaha Kategori maupun penutupan semua
WNI atau Paspor untuk WNA. Berusaha (NIB). Risiko Tinggi). usaha atau disebut Likuidasi.

2. REGISTRASI LEGALITAS 4. PERSYARATAN DASAR 6. PENGAJUAN FASILITAS


PERIZINAN BERUSAHA
Pendaftaran Legalitas Pendirian Pengajuan fasilitas berupa
Badan Hukum/Usaha Pengajuan Persyaratan Dasar Perizinan Tax Holiday, Tax Allowance,
Nonperseorangan; dapat berupa Berusaha yang mencakup Kesesuaian Pembebasan Bea Masuk, dan
akta dari Kementerian Hukum dan Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR), fasilitas lainnya kepada pelaku
HAM atau surat keputusan dari Persetujuan Lingkungan, Persetujuan usaha yang eligible
pemerintah. Bangunan Gedung (PBG), dan Sertifikat mendapatkan fasilitas.
Laik Fungsi (SLF).

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 73


TERBARUKAN
Box 7: Alur Verifikasi Izin dari Sistem OSS melalui K/L/D

Dalam proses permohonan izin usaha melalui Online Single Submission (OSS), terdapat ketentuan bagi
badan usaha (pengembang) untuk melakukan verifikasi (pemenuhan komitmen usaha) di level
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah (K/L/D) sesuai dengan yang dipersyaratkan. Alur verifikasi/
pemenuhan komitmen izin usaha secara umum diilustrasikan pada gambar di bawah ini.

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, badan usaha (pengembang) dalam melakukan pengajuan izin
usaha di OSS akan mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB) dan—kemudian—izin usaha, namun
dengan status “belum efektif”. Dalam hal ini, badan usaha (pengembang) harus melakukan pemenuhan
komitmen izin usaha yang umumnya dilakukan melalui layanan perizinan K/L/D terkait. Apabila
komitmen (dokumen persyaratan teknis) yang diserahkan belum lengkap, maka pemenuhan komitmen
yang dilakukan oleh badan usaha (pengembang) akan ditolak. Pelaksanaan verifikasi berdasarkan
komitmen izin usaha akan dilakukan oleh K/L/D terkait. Jika hasil verifikasi persyaratan teknis
dinyatakan lengkap dan sesuai, maka Surat Pemenuhan Komitmen diterbitkan; jika tidak, maka badan
usaha (pengembang) harus memperbaiki komitmen izin usaha yang dipersyaratkan. Dengan terbitnya
Surat Pemenuhan Komitmen, izin usaha dengan status “efektif” akan diterbitkan melalui OSS.

74 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Box 8: Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung (SIMBG)

Merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, badan usaha (pengembang) dapat
mengajukan Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) melalui layanan
Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung (SIMBG) di bawah Kementerian PUPR.

Melalui layanan SIMBG (www.simbg.pu.go.id), badan usaha (pengembang) dapat mengajukan dua
permohonan, yaitu: (i) Persetujuan Bangunan Gedung (PBG)—saat akan mendirikan bangunan; dan (ii)
Sertifikat Laik Fungsi (SLF) saat bangunan telah berdiri. Pengembang terlebih dahulu masuk ke web
SIMBG untuk melakukan pendaftaran akun, kemudian dapat mengajukan permohonan PBG dan SLF,
dengan melengkapi persyaratan administrasi dan teknis yang dipersyaratkan dalam SIMBG. Verifikasi
kelengkapan dokumen persyaratan dan pemeriksaan teknis akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah
(yaitu Dinas Perizinan dan Dinas Teknis). Setelah verifikasi dan pemeriksaan dokumen selesai dilakukan
dan dinyatakan lolos, persetujuan penerbitan serta penyerahan PBG dan SLF akan dilakukan oleh Dinas
Perizinan. Sebagai catatan, untuk penerbitan PBG, pengembang diharuskan membayar retribusi
daerah—hal ini tidak berlaku untuk penerbitan SLF.

Box 9: Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kementerian LHK (PTSP-KLHK)

Merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, badan usaha (pengembang) dapat mengajukan Persetujuan
Lingkungan melalui sistem OSS dan kemudian melampirkan dokumen persyaratan melalui web PTSP-
KLHK (www.pelayananterpadu.menlhk.go.id) untuk diverifikasi—yaitu Nomor Induk Berusaha (NIB),
dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup – Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL)
atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal), serta dokumen lainnya sesuai yang
dipersyaratkan dalam PTSP-KLHK.

Setelah mendapatkan Persetujuan Lingkungan dengan status “belum efektif” dari sistem OSS,
pengembang harus memenuhi komitmen yang dipersyaratkan oleh Kementerian LHK, melalui web
PTSP-KLHK. Pengembang terlebih dahulu masuk ke web PTSP-KLHK untuk melakukan pendaftaran
akun, kemudian memilih layanan perizinan (dalam hal ini adalah Persetujuan Lingkungan) dan
melampirkan dokumen persyaratan. Verifikasi dan validasi akan dilakukan oleh Unit Teknis Kementerian
LHK. Apabila dokumen persyaratan telah selesai divalidasi, Kementerian LHK akan menerbitkan Surat
Keputusan/Rekomendasi, juga mengirimkan notifikasi ke sistem OSS sehingga Persetujuan Lingkungan
akan berstatus “efektif”.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 75


TERBARUKAN
Box 10: Aplikasi Perizinan Usaha dan Operasional Sektor ESDM

Kementerian ESDM menyediakan sebuah aplikasi perizinan secara elektronik


(www.perizinan.esdm.go.id) untuk memberikan layanan perizinan usaha dan operasional di lingkungan
ESDM—disebut Aplikasi Perizinan Usaha dan Operasional Sektor ESDM. Aplikasi ini digunakan dalam
proses pemenuhan komitmen izin usaha/verifikasi perizinan yang diajukan oleh pengembang/investor
melalui sistem OSS.

Pada beranda web tersebut, terdapat empat portal perizinan yang ditampilkan antara lain: MIGAS
(Minyak dan Gas Bumi); MINERBA (Mineral dan Batu Bara); EBTKE (Energi Baru, Terbarukan dan
Konservasi Energi); GATRIK (Ketenagalistrikan). Sehubungan dengan investasi di bidang energi
terbarukan, dalam hal ini pengembangan PLT Aneka ET, hanya terdapat satu portal yang relevan bagi
badan usaha (pengembang), yaitu portal GATRIK untuk Layanan Perizinan Usaha dan Operasional
Ketenagalistrikan. Dalam layanan tersebut, pengembang dapat mengajukan permohonan Izin
Persetujuan dan Penandasahan Rencana Impor Barang (RIB) dan melakukan pemenuhan komitmen
untuk Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL).

Alur perizinan usaha dan operasional sektor ESDM—termasuk ketenagalistrikan—terdiri dari lima (5)
langkah sebagaimana diilustrasikan pada gambar di bawah ini.

76 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Box 11: Aplikasi e-Procurement PT PLN (Persero)

Berdasarkan Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0022.P/DIR/2020 tentang Pedoman


Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero), PLN menyelenggarakan lima jenis pengadaan, meliputi: (i)
pengadaan barang; (ii) pengadaan pekerjaan konstruksi; (iii) pengadaan jasa konsultansi; (iv)
pengadaan jasa lainnya; (v) pengadaan khusus. Sehubungan dengan pengembangan pembangkit listrik
energi terbarukan, PT PLN (Persero) menyelenggarakan pengadaan khusus untuk pembelian tenaga
listrik, salah satunya dari Independent Power Producer (IPP)—atau disebut sebagai “Pengadaan IPP”.
Dalam konteks pengembangan PLT Aneka ET, pengadaan IPP dilaksanakan untuk memfasilitasi
mekanisme pemilihan langsung (lelang) pengembang PLTS, PLTB, PLTA (selain PLTA berbasis
waduk/bendungan atau saluran irigasi multiguna), dan PLTM/MH.

Pada mekanisme pemilihan langsung—dalam hal ini pengadaan IPP PLTS, PLTB, PLTA (selain PLTA
berbasis waduk/bendungan atau saluran irigasi multiguna), dan PLTM/MH—calon pengembang harus
sudah terdaftar dalam Daftar Penyedia Terseleksi (DPT) PLN. Dalam pelaksanaannya, registrasi calon
pengembang hingga terdaftar sebagai DPT serta pelaksanaan pengadaan—lelang pemilihan langsung—
difasilitasi melalui Aplikasi e-Procurement PLN. Aktivitas pengadaan barang/jasa melalui aplikasi e-
Procurement PLN secara umum dapat diilustrasikan pada gambar di bawah ini. Merujuk pada gambar,
proses registrasi awal calon pengembang hingga terdaftar sebagai DPT dapat direpresentasikan dengan
aktivitas (01–02) “Persiapan Pengadaan Barang/Jasa”, sementara proses lelang pemilihan langsung
direpresentasikan dengan aktivitas (03–10) “Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa”.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 77


TERBARUKAN
Box 12: Sistem Registrasi Sertifikat Laik Operasi (SLO)

Merujuk pada Peraturan Menteri ESDM Nomor 39 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik di Bidang Ketenagalistrikan, pengembang pembangkit listrik dapat
mengajukan permohonan Sertifikat Laik Operasi (SLO) melalui sistem OSS. Meskipun demikian, dalam
teknis pelaksanaannya pengembang juga harus melakukan pendaftaran SLO melalui Sistem Registrasi
SLO (www.slodjk.esdm.go.id) yang dikelola oleh Direktorat Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan,
DJK-KESDM.

Melalui Sistem Registrasi SLO, pengembang melakukan pendaftaran dengan memilih satu Lembaga
Inspeksi Teknik (LIT) Tenaga Listrik Akreditasi berdasarkan daftar yang tersedia (catatan: Sistem
Registrasi SLO menyediakan daftar LIT secara lengkap, meliputi nama lembaga, status penetapan,
telepon/email, alamat, dan ruang lingkup inspeksi). Dalam Sistem Registrasi SLO, pengembang juga
dapat menggunakan beberapa fitur lain seperti fitur cek status pendaftaran SLO dan verifikasi SLO.

Box 13: Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Tingkat Provinsi

Setiap provinsi di Indonesia memiliki web DPMTPSP, yang ditujukan untuk memberikan kemudahan
layanan perizinan dan nonperizinan kepada masyarakat, serta menyajikan keterbukaan informasi
kepada pemohon mengenai pengaturan, prosedur, serta mekanisme pelayanan perizinan dan
nonperizinan yang diselenggarakan.

Menu utama yang tersedia di web DPMPTSP, yaitu daftar perizinan yang dapat dilayani di DPMPTSP
baik di tingkat provinsi maupun kota/kabupaten, layanan permohonan perizinan secara online, dan
sistem tracking permohonan. Selain itu, web DPMPTSP juga terhubung dengan sistem OSS. Dalam hal
pengusahaan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan, permohonan perizinan yang dapat diajukan
melalui web DPMPTSP antara lain Izin Gangguan (Hinder Ordonnantie) dan Surat Izin Pengambilan dan
Pemanfaatan Air (SIPPA).

78 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


6.3 Gambaran Umum Siklus Pengembangan Proyek

Untuk sistematika dan keselarasan dengan Hidro kecuali PLTA PUPR; serta (ii) Penunjukan
pedoman bidang energi terbarukan lainnya (Panas Langsung (Tahap 1b) untuk proyek PLTA PUPR.
Bumi dan Bioenergi), dalam pedoman ini, siklus
pengembangan proyek PLT Aneka ET dibagi Badan usaha yang mengikuti lelang diwajibkan
menjadi tiga fase, yaitu: Fase Pengembangan, untuk menyusun Studi Perencanaan (Tahap 2a),
Fase Pembangunan, dan Fase Operasi. Adapun meliputi Studi Kelayakan (Feasibility Study, FS)
tahapan proses pengusahaan proyek PLT Aneka dan Studi Penyambungan (Grid Study, GS). Studi
ET disusun utamanya merujuk pada Peraturan Perencanaan ini akan dievaluasi oleh PT PLN
Menteri ESDM Nomor 50 Tahun 2017 dan (Persero) sebagai bahan pertimbangan penetapan
perubahannya. pemenang lelang.

Dari tiga fase di atas, siklus pengembangan proyek Badan usaha pemenang lelang—selanjutnya
PLT Aneka ET dibagi menjadi 11 tahap, yaitu (1) disebut dengan calon pengembang, harus
Pelelangan Proyek; (2) Studi Perencanaan; (3) membentuk badan usaha baru dengan melakukan
Legalitas Badan Usaha; (4) Pengajuan Fasilitas; (5) legalitas badan usaha (Tahap 3). Pada tahap ini,
Administrasi dan Perizinan; (6) Pendanaan; (7) calon pengembang dapat mengajukan fasilitas
Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL); (8) Izin fiskal (Tahap 4a) berupa Tax Allowance atau Tax
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL); (9) Holiday. Calon pengembang kemudian harus
Engineering, Procurement, and Construction melakukan prosedur administrasi dan perizinan
(EPC); (10) Penyambungan Jaringan Listrik dan (Tahap 5a), yaitu Kesesuaian Kegiatan
Commissioning; serta (11) Operasi dan Pemanfaatan Ruang (KKPR) dan Persetujuan
Pemeliharaan. Lingkungan.

Siklus pengembangan proyek PLT Aneka ET ini Selain itu, calon pengembang juga akan menyusun
secara umum ditunjukkan dalam Gantt Chart Studi Perencanaan yang lebih rinci (Tahap 2b)
(Gambar 13) dan diagram alir (Gambar 14). yang umumnya ditujukan sebagai persyaratan
Gambaran umum dari masing-masing fase dalam pengajuan permohonan pendanaan ke
dijelaskan di bawah ini. Sementara itu, rincian pihak penyedia dana (Tahap 6). Selanjutnya, untuk
untuk masing-masing fase dan tahap maupun dapat melakukan tranksasi jual beli listrik, calon
subtahap yang tercakup dijelaskan pada subbab pengembang akan melakukan penandatanganan
selanjutnya. Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL) (Tahap
7) dengan PT PLN (Persero).
Fase Pengembangan
Fase Pembangunan
Fase Pengembangan merupakan fase awal
pengusahaan PLT Aneka ET. Fase ini diawali Dalam Fase Pembangunan, calon pengembang
dengan pelelangan proyek (Tahap 1) yang yang telah melakukan PJBL—selanjutnya disebut
diselenggarakan oleh PT PLN (Persero)—dengan dengan pengembang dapat mengajukan Izin
dua mekanisme, yaitu: (i) Pemilihan Langsung Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) (Tahap
(Tahap 1a) untuk proyek PLTS, PLTB, dan PLT 8). Selanjutnya, dengan IUPTL sebagai
persyaratan, pengembang dapat mengajukan
fasilitas Pembebasan Bea Masuk untuk kegiatan

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 79


TERBARUKAN
konstruksi PLT Aneka ET (Tahap 4b). Selain itu, pengembang harus melakukan prosedur
pengembang juga harus melakukan prosedur administrasi dan perizinan (Tahap 5c), yang
administrasi dan perizinan sebelum melakukan mencakup Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dan
konstruksi (Tahap 5b), yaitu Persetujuan Serfitikat Laik Operasi (SLO).
Bangunan Gedung (PBG) dan perizinan berusaha
lainnya (Izin Gangguan serta Surat Izin Fase Operasi
Pengambilan dan Pemanfaatan Air/ SIPPA).
Fase operasi dimulai setelah kegiatan konstruksi
Setelah administrasi dan perizinan di atas dan commissioning pembangkit selesai dilakukan,
terpenuhi, pengembang dapat melaksanakan serta ditandai dengan Commercial Operation Date
kegiatan konstruksi PLT Aneka ET—dalam tahap (COD). Fase Operasi mencakup kegiatan
EPC (Tahap 9). Apabila kegiatan konstruksi telah operasional dan pemeliharaan (Tahap 11), serta
selesai, pengembang harus mengajukan pengajuan fasilitas berupa pemanfaatan Tax
permohonan penyambungan jaringan listrik dan Allowance atau Tax Holiday (Tahap 4c).
melakukan commissioning (Tahap 10). Selain itu,

80 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Gambar 13: Gantt chart gambaran umum siklus pengembangan PLT Aneka ET

PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN OPERASI


Pemenuhan
Biaya

1a/1b Pelelangan Proyek

2a Studi Perencanaan 2b

3 Legalitas Badan Usaha

4a Pengajuan Fasilitas 4b 4c

Administrasi
5a & Perizinan 5b 5c

Pendanaan 6

Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL) 7

8 Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL)

Engineering, Procurement,
9
& Construction (EPC)

Penyambungan Jaringan Listrik


10
& Commissioning

Operasi & Pemeliharaan (O&M) 11

Catatan: *) Dalam pengembangan proyek PLTA PUPR, Tahap Legalitas Badan Usaha (Tahap 3) dilakukan sebelum Tahap Pelelangan Proyek (Tahap 1b).

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI TERBARUKAN 81


Gambar 14: Diagram alir gambaran umum pengusahaan PLT Aneka ET

PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN OPERASI


Pemenuhan
Biaya
3 5a 5b 5c

Legalitas NIB Administrasi Administrasi Administrasi SLF, SLO


Badan Usaha* & Perizinan & Perizinan & Perizinan

KKPR, Persetujuan Penggunaan Kawasan PBG,


Hutan, Persetujuan Lingkungan HO,
SIPPA
1a/1b 7 8 9 10 11
Izin Usaha
Perjanjian Engineering, Penyambungan COD Operasi &
Pelelangan Penyediaan
Jual Beli Tenaga Procurement, & Jaringan Listrik & Pemeliharaan
Proyek Kesepakatan Tenaga Listrik
Listrik (PJBL) Construction (EPC) Commissioning (O&M)
harga (IUPTL)

Permohonan Pemanfaatan
Pembebasan
Tax Allowance/ Tax Allowance/
Bea Masuk
Tax Holiday Tax Holiday
2a&2b 4a 4b 4c

Studi Pengajuan Pengajuan Pengajuan


Perencanaan Fasilitas Fasilitas Fasilitas

Jaminan
Pelaksanaan

Pendanaan

82 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


6.4 Fase Pengembangan

Fase Pengembangan terdiri dari tujuh tahap, yaitu: Selanjutnya, PT PLN (Persero) akan mengundang
(1) pelelangan proyek; (2) studi perencanaan; (3) badan usaha Mitra Pemanfaatan Barang Milik
legalitas badan usaha; (4) pengajuan fasilitas; (5) Negara Lingkup Sumber Daya Air (BMN SDA)
administrasi dan perizinan; (6) pendanaan; dan (7) untuk mengikuti proses lelang proyek PLTA PUPR.
Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL). Gantt
Chart dan diagram alir untuk Fase Pengembangan Secara umum, badan usaha yang mengikuti
disajikan pada Gambar 15 dan Gambar 16 secara pelelangan melalui mekanisme Pemilihan
berurutan, dengan deskripsi singkat masing- Langsung ataupun Penunjukan Langsung akan
masing tahap disajikan di bawah ini. Adapun mengikuti serangkaian proses evaluasi
ulasan masing-masing tahap akan dirinci dalam administrasi, teknis, dan kemampuan keuangan.
subbab ini.
Selanjutnya, dalam pedoman ini, badan usaha
Tahap 1 (Pelelangan Proyek). Untuk melakukan yang telah ditunjuk sebagai pemenang pelelangan
pengembangan proyek PLT Aneka ET di proyek akan disebut sebagai calon pengembang.
Indonesia, badan usaha terlebih dahulu harus
Tahap 2 (Studi Perencanaan). Pada saat akan
mengikuti tahap pelelangan proyek PLT Aneka ET
mengikuti lelang proyek PLT Aneka ET yang
yang diselenggarakan oleh PT PLN (Persero).
diselenggarakan oleh PT PLN (Persero), badan
Pelelangan proyek dapat diselenggarakan melalui
usaha diwajibkan menyusun studi perencanaan
dua mekanisme, yaitu mekanisme Pemilihan
(Tahap 2a) yang mencakup Studi Kelayakan dan
Langsung (Tahap 1a) untuk pengembangan
Studi Penyambungan. Kedua dokumen tersebut
proyek PLT Hidro, PLTS, dan PLTB; serta
merupakan persyaratan wajib yang harus
mekanisme Penunjukan Langsung (Tahap 1b)
diserahkan sebagai lampiran dokumen penawaran
untuk pengembangan proyek PLTA PUPR. Akan
ke PT PLN (Persero).
tetapi, perlu menjadi catatan bahwa
pengembangan proyek PLT Hidro, PLTS, dan PLTB Setelah ditetapkan sebagai pemenang lelang,
dapat dilaksanakan melalui mekanisme calon pengembang umumnya akan mengajukan
Penunjukan Langsung pada kondisi tertentu. permohonan pendanaan ke pihak penyedia dana
(bank atau lembaga pembiayaan). Selain
Pada pelelangan melalui mekanisme Pemilihan
mempersyaratkan Studi Kelayakan dan Studi
Langsung, badan usaha harus terlebih dahulu
Penyambungan, pihak penyedia dana juga dapat
mengikuti proses kualifikasi Daftar Penyedia
mempersyaratkan Studi Perencanaan Rinci (Tahap
Terseleksi (DPT) yang diselenggarakan oleh PT
2b).
PLN (Persero). Badan usaha yang telah terdaftar
sebagai DPT selanjutnya berhak mengikuti lelang Tahap 3 (Legalitas Badan Usaha). Badan usaha
proyek PLT Aneka ET atas dasar undangan lelang yang telah ditetapkan sebagai pemenang lelang
dari PT PLN (Persero). oleh PT PLN (Persero), selanjutnya diwajibkan
untuk membentuk Perusahaan Bertujuan Khusus
Sedangkan pada pelelangan melalui mekanisme
(PBK)—disebut juga dengan Special Purpose
Penunjukan Langsung, PT PLN (Persero) akan
Company (SPC) atau Special Purpose Vehicle
menginisiasi proses pelelangan PLTA PUPR atas
(SPV).
dasar Surat Penugasan dari Menteri ESDM.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 83


TERBARUKAN
Catatan khusus untuk pengusahaan PLTA PUPR, Tahap 6 (Pendanaan). Pendanaan eksternal
pembentukan PBK dilakukan setelah badan usaha pengembangan PLT Aneka ET didapatkan dari
ditetapkan sebagai Mitra Pemanfaatan BMN SDA pihak penyedia dana (bank atau lembaga
oleh Kementerian PUPR. pembiayaan). Untuk mendapatkan pendanaan
tersebut, calon pengembang harus mengajukan
Tahap 4a (Pengajuan Fasilitas – Fase permohonan pinjaman kepada pihak penyedia
Pengembangan). Fasilitas (insentif) yang dapat dana dengan menyampaikan rencana bisnis
diajukan oleh calon pengembang pada Fase proyek. Permohonan kemudian akan dievaluasi
Pengembangan, yaitu Tax Allowance atau Tax oleh pihak penyedia dana untuk menguji
Holiday. Calon pengembang dapat mengajukan kelayakan proyek. Apabila permohonan telah
fasilitas/ insentif tersebut melalui sistem OSS disetujui, akan diterbitkan Persetujuan Pendanaan,
dengan pemenuhan komitmen (verifikasi) melalui dan dilakukan penandatanganan perjanjian antara
Kementerian Keuangan. pihak penyedia dana dengan calon pengembang.

Tahap 5a (Administrasi dan Perizinan – Fase Tahap 7 (Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik/
Pengembangan). Calon pengembang wajib PJBL). PJBL dilakukan antara pengembang dan PT
memenuhi dokumen persyaratan administrasi dan PLN (Persero) sebagai bukti penjualan dan
perizinan di Fase Pengembangan, yang mencakup pembelian tenaga listrik PLT Aneka ET.
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR) Pengembang harus melengkapi persyaratan dan
dan Persetujuan Lingkungan. Apabila lokasi memenuhi ketentuan yang ada di dokumen PJBL,
proyek pengembangan PLT Aneka ET berada di yang kemudian akan diverifikasi dan dievaluasi
kawasan hutan, maka calon pengembang wajib oleh PT PLN (Persero). Setelah persyaratan
memenuhi Persetujuan Penggunaan Kawasan dinyatakan lengkap dan terpenuhi, akan dilakukan
Hutan. penandatanganan PJBL antara pengembang dan
PT PLN (Persero).

84 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Gambar 15: Gantt chart Fase Pengembangan

PENGEMBANGAN
Pemenuhan
Biaya

1a/1b Pelelangan Proyek

2a Studi Perencanaan 2b

3 Legalitas Badan Usaha

4a Fasilitas Fiskal

5a Administrasi & Perizinan

Pendanaan 6

Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL) 7

Catatan: *) Dalam pengembangan proyek PLTA PUPR, Tahap Legalitas Badan Usaha (Tahap 3) dilakukan sebelum Tahap
Pelelangan Proyek (Tahap 1b).

Gambar 16: Diagram alir Fase Pengembangan

PENGEMBANGAN
Pemenuhan
Biaya
3 5a

Legalitas NIB Administrasi


Badan Usaha* & Perizinan

KKPR, Persetujuan Penggunaan


Kawasan Hutan, Persetujuan Lingkungan

1a/1b 7
Perjanjian
Pelelangan FASE
Jual Beli Tenaga
Proyek PEMBANGUNAN
Listrik (PJBL) Kesepakatan
harga

Permohonan
Tax Allowance/
Tax Holiday
2a&2b 4a

Studi Pengajuan
FASE OPERASI
Perencanaan Fasilitas

Jaminan
Pelaksanaan

Pendanaan

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 85


TERBARUKAN
Tahap 1a dan 1b: Pelelangan Proyek

Gambaran Umum Tahap 1a dan 1b yang diselenggarakan oleh PT PLN (Persero)


melalui mekanisme pemilihan langsung. Untuk
Pada tahap pertama, badan usaha wajib mengikuti dapat mengikuti Pelelangan Proyek dengan
pelelangan proyek PLT Aneka ET yang mekanisme Pemilihan Langsung, badan usaha
diselenggarakan oleh PT PLN (Persero). harus sudah terdaftar dalam DPT PLN. Selain
Pelelangan proyek PLT Aneka ET dilakukan melalui itu, badan usaha juga harus mengajukan
dua mekanisme, yaitu pemilihan langsung dan dokumen penawaran serta lampiran dokumen
penunjukan langsung. Kedua mekanisme penawaran berupa Studi Kelayakan dan Studi
pelelangan proyek tersebut memiliki alur proses Penyambungan.
yang berbeda, dengan uraian sebagai berikut: Akan tetapi, perlu menjadi catatan bahwa
pengembangan proyek PLT Aneka ET selain
1. Tahap 1a (Pemilihan Langsung untuk PLTA PUPR dapat dilaksanakan melalui
Pengusahaan PLT Aneka ET selain PLTA mekanisme Penunjukan Langsung pada
PUPR). Badan usaha yang ingin kondisi tertentu sebagaimana diuraikan pada
mengembangkan proyek PLT Hidro, PLTS, Box 14.
atau PLTB wajib mengikuti Pelelangan Proyek

Box 14: Penunjukan Langsung untuk Pengusahaan PLT Aneka ET selain PLTA PUPR

Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 4 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua atas Permen
ESDM Nomor 50 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan
Tenaga Listrik, pengusahaan PLT Aneka ET—PLT Hidro, PLTS, atau PLTB dapat dilakukan melalui
mekanisme penunjukan langsung dalam hal:

a. Sistem tenaga listrik setempat dalam kondisi krisis atau darurat penyediaan tenaga listrik;
b. Pembelian kelebihan tenaga listrik (excess power), termasuk pembelian tenaga listrik melalui
kerja sama pemegang wilayah usaha penyediaan tenaga listrik;
c. Penambahan kapasitas pembangkitan pada pusat pembangkit tenaga listrik yang telah
beroperasi di lokasi yang sama; atau
d. Pembelian tenaga listirk dari pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi terbarukan
dalam hal terdapat 1 (satu) calon penyedia tenaga listrik.

Dalam hal pelaksanaan mekanisme penunjukan langsung, merujuk pada Peraturan Direksi PLN Nomor
0062 Tahun 2020 tentang Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit Energi Baru dan Terbarukan,
pembelian tenaga listrik dari Pembangkit Energi Baru dan Terbarukan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Menteri ESDM Nomor 4 Tahun 2020 seperti disebutkan di atas dapat dilakukan dengan
metode penunjukan langsung setelah tersedia Kajian Kelayakan Proyek (KKP) dan dilaksanakan
berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Pembelian listrik dari pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan sumber energi terbarukan oleh
PT PLN (Persero) dalam hal sistem tenaga listrik setempat dalam kondisi krisis atau darurat
penyediaan tenaga listrik, badan usaha harus memenuhi syarat:

86 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Box 14: Penunjukan Langsung untuk Pengusahaan PLT Aneka ET selain PLTA PUPR

• Memiliki kemampuan keuangan dan teknis yang memenuhi syarat untuk membiayai dan
melaksanakan pembangunan pembangkit tenaga listrik;
• Minimal memiliki izin lokasi/izin pinjam pakai kawasan hutan dan izin lingkungan yang masih
berlaku yang terbit sebelum Peraturan Menteri ESDM Nomor 4 Tahun 2020 berlaku;
• Memiliki Feasibility Study atas proyek yang diusulkan pada saat pemenuhan persyaratan yang
diatur maupun tidak dalam DPT terkait.

b. Pembelian listrik dari pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan sumber energi terbarukan oleh
PT PLN (Persero) dalam hal pembelian kelebihan tenaga listrik (excess power), termasuk pembelian
tenaga listrik melalui kerja sama pemegang wilayah usaha penyediaan tenaga listrik mengacu pada
ketentuan pembelian tenaga listrik (excess power) yang berlaku di PLN.

Mengingat bahwa pedoman ini hanya akan membahas pengusahaan pembangkit listrik ET dengan
skema IPP, mekanisme penunjukan langsung skema excess power tidak akan dibahas dalam
pedoman ini.

c. Pembelian listrik dari pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan sumber energi terbarukan oleh
PT PLN (Persero) dalam hal penambahan kapasitas pembangkitan pada pusat pembangkit tenaga
listrik yang telah beroperasi di lokasi yang sama, badan usaha harus memenuhi syarat:

• Memiliki kemampuan keuangan dan teknis yang memenuhi syarat untuk membiayai dan
melaksanakan pembangunan pembangkit tenaga listirk;
• Memiliki izin lokasi/izin pinjam pakai kawasan hutan dan izin lingkungan yang masih berlaku
serta izin lainnya yang diperlukan;
• Pembangkit eksisting telah commercial operation date (COD) dan beroperasi;
• Berada di lokasi yang sama.

d. Pembelian listrik dari pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan sumber energi terbarukan oleh
PT PLN (Persero) dalam hal pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listirk yang
menggunakan energi terbarukan dalam hal terdapat 1 (satu) calon penyedia tenaga listirk, badan
usaha harus memenuhi syarat:

• Memiliki kemampuan keuangan dan teknis yang memenuhi syarat untuk membiayai dan
melaksanakan pembangunan pembangkit tenaga listrik;
• Memiliki izin lokasi/izin pinjam pakai kawasan hutan dan izin lingkungan yang masih
berlaku serta izin lainnya yang diperlukan;
• Memiliki Feasibility Study atas proyek yang diusulkan pada saat pemenuhan persyaratan
yang diatur dalam DPT terkait.

Setelah badan usaha memenuhi kriteria-kriteria dari PT PLN (Persero) seperti yang telah disebutkan di
atas, proses penunjukan langsung oleh PT PLN (Persero) dapat dimulai dari Subtahap 1b-1 penunjukan
langsung PLTA PUPR yaitu dimulai dari kegiatan inisiasi proses pengadaan oleh PT PLN (Persero).

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 87


TERBARUKAN
2. Tahap 1b (Penunjukan Langsung untuk Keseluruhan kegiatan pada Tahap 1a dan 1b
Pengusahaan PLTA PUPR). Badan usaha yang utamanya didasarkan pada Peraturan Menteri
ingin mengembangkan proyek PLTA PUPR ESDM Nomor 50 Tahun 2017 (dan perubahannya)
harus terlebih dahulu mengikuti kegiatan tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan
pemilihan badan usaha sebagai Mitra untuk Penyediaan Tenaga Listrik. Secara lebih
Pemanfaatan BMN SDA yang diselenggarakan lengkap, sekumpulan regulasi yang mengatur
oleh Kementerian PUPR. Badan usaha yang pelelangan proyek ditabulasikan pada Tabel 13.
telah ditetapkan sebagai Mitra Pemanfaatan
BMN SDA selanjutnya dapat mengikuti Matriks prosedur Tahap 1a dan 1b, sebagaimana
pelelangan proyek PLTA PUPR melalui ditampilkan pada Gambar 17 dan Gambar 18,
mekanisme Penunjukan Langsung yang menyajikan rangkaian kegiatan di dalamnya,
diselenggarakan oleh PT PLN (Persero) atas disertai dengan key actor dan kerangka waktu di
dasar Surat Penugasan dari Menteri ESDM. setiap kegiatan. Dapat dilihat pada matriks
Pada tahap ini, badan usaha Mitra tersebut bahwa PT PLN (Persero), khususnya
Pemanfaatan BMN SDA harus mengajukan Pejabat Pelaksana Pengadaan, merupakan key
dokumen penawaran serta dokumen Studi actor pada tahap ini. Penjelasan Tahap 1a dan 1b,
Kelayakan dan Studi Penyambungan. mencakup rangkaian kegiatan yang digambarkan
dalam matriks, diuraikan secara rinci pada bagian
setelah matriks tersebut.

Tabel 13: Regulasi yang mengatur Tahap 1a dan 1b (Pelelangan Proyek)

Peraturan Tentang

Peraturan Menteri ESDM Nomor 50 Tahun 2017


jo. Peraturan Menteri ESDM Nomor 53 Tahun Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan
2018 dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 4 Tenaga Listrik
Tahun 2020

Tata Cara Pemilihan Badan Usaha sebagai Mitra Pemanfaatan


Peraturan Menteri PUPR Nomor 09 Tahun 2017 Barang Milik Negara dalam rangka Penyediaan Infrastruktur
untuk PLTA/PLTM/PLTMH/PLTS dengan Mekanisme Sewa

Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit Energi Baru dan
0062 Tahun 2020 Terbarukan

88 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Matriks Prosedur Tahap 1a

Gambar 17: Matriks prosedur Tahap 1a (Pemilihan Langsung—Pengusahaan PLT Aneka ET selain PLTA
PUPR)

Kerangka
Kegiatan Badan Usaha PT PLN (Persero)
Waktu

[1a-1] Pemasukan
Pemasukan dokumen penawaran [1a-1]
Penawaran (Lampiran: Studi Kelayakan Undangan pelelangan
dan Studi Penyambungan)

[1a-2] Verifikasi Studi


Kelayakan dan Studi
Penyambungan

Apakah Studi
Evaluasi Dokumen Tidak
[1a-2] Badan usaha Kelayakan dan Studi
Penawaran
dinyatakan gugur Penyambungan
terverifikasi layak?

Ya

[1a-2] Uji Tuntas


(Due Diligence)

[1a-3]
Pengesahan hasil &
penetapan pemenang
Pemilihan langsung
Penetapan pemenang
Pemilihan Langsung
[1a-3] [1a-3]
Penandatanganan Surat Penerbitan Surat
Penunjukan Pemenang Penunjukan Pemenang
(Letter of Intent, LoI) (Letter of Intent, LoI)

Sumber: Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0062 Tahun 2020.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 89


TERBARUKAN
Subtahap 1a-1: Pemasukan Penawaran mengenai Jaminan Penawaran, ditabulasikan pada
Tabel 14.
Dalam pelelangan proyek dengan mekanisme
Pemilihan Langsung, hanya badan usaha yang Subtahap 1a-2: Evaluasi Dokumen
telah terdaftar dalam DPT PLN saja yang dapat Penawaran
mengikuti lelang. Pembahasan mengenai DPT dan
mekanisme pendaftaran badan usaha ke dalam Evaluasi dokumen penawaran diawali dengan
DPT diuraikan dengan lebih detail pada Box 15 dan verifikasi Studi Perencanaan (yaitu Studi
Box 16. Badan Usaha yang telah terdaftar dalam Kelayakan dan Studi Penyambungan) oleh Pejabat
DPT akan menerima undangan pelelangan dari PT Pelaksana Pengadaan dan Tim Evaluasi PT PLN
PLN (Persero) untuk mengambil dokumen (Persero). Apabila hasil verifikasi menyatakan
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) dan dokumen Studi Perencanaan tidak lolos, maka
mengikuti rapat penjelasan (aanwijzing). badan usaha dinyatakan gugur. Jika dinyatakan
Selanjutnya, badan usaha dapat memasukkan lolos, akan dilakukan uji tuntas (due diligence),
dokumen penawaran sebagai bentuk klarifikasi, evaluasi, dan negosiasi terhadap
keikutsertaan badan usaha dalam lelang proyek dokumen penawaran oleh Pejabat Pelaksana
PLT Aneka ET selain PLTA PUPR. Pemasukan Pengadaan PT PLN (Persero). Evaluasi penawaran
dokumen penawaran dilakukan dengan kemudian dilakukan berdasarkan harga terendah
menyerahkan dokumen penawaran melalui yang wajar.
aplikasi e-procurement PT PLN (Persero)
(www.eproc.pln.co.id). Subtahap 1a-3: Penetapan Pemenang
Pemilihan Langsung
Dalam hal ini, dokumen penawaran yang dimaksud
adalah Surat Penawaran Satu Tahap Dua Sampul, Berdasarkan hasil evaluasi dokumen penawaran
yang terdiri dari: (i) Sampul 1, berisi syarat (Subtahap 1a-2), PT PLN (Persero) akan
administrasi, teknis, bisnis dan keuangan, serta melakukan pengesahan hasil dan penetapan
Jaminan Penawaran; (ii) Sampul 2, berisi harga pemenang Pemilihan Langsung. Selanjutnya,
penawaran. Selain itu, dokumen Studi Pejabat Pelaksana Pengadaan PT PLN (Persero)
Perencanaan—mencakup Studi Kelayakan dan akan mengumumkan pemenang hasil Pemilihan
Studi Penyambungan—dipersyaratkan sebagai Langsung—yang diikuti dengan penerbitan dan
lampiran dokumen penawaran. Secara spesifik penandatangan Surat Penunjukan Pemenang
(Letter of Intent, LoI).

90 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Box 15: Gambaran Umum Daftar Penyedia Terseleksi (DPT)

Daftar Penyedia Terseleksi (DPT) merupakan daftar penyedia barang/jasa yang dinyatakan lulus oleh PT
PLN (Persero) melalui mekanisme penilaian kualifikasi yang dimutakhirkan secara periodik berdasarkan
kinerja penyedia barang/jasa. DPT dimaksudkan untuk mempercepat proses pemilihan penyedia barang/
jasa serta untuk mendapatkan penyedia barang/jasa yang berkualitas dan sesuai kualifikasi. Dalam konteks
pengembangan PLT Aneka ET selain PLTA PUPR, badan usaha yang tidak masuk dalam DPT tidak berhak
untuk mengikuti pelelangan proyek.
Berdasarkan Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0022 Tahun 2020 tentang Pedoman Pengadaan
Barang/Jasa PT PLN (Persero), penyusunan DPT dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu:
1. Shortlist penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang tediri dari BUMN yang memiliki
bisnis utama (core business) sesuai dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh PT PLN (Persero).
2. Shortlist penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang terdiri dari penyedia barang/jasa
yang berdasarkan fakta telah terbukti mampu melaksanakan perjanjian/kontrak pekerjaan sejenis
dengan baik di unit kerja PT PLN (Persero) maupun instansi di luar PT PLN (Persero).
3. Penilaian kualifikasi penyedia barang/jasa yang diumumkan secara terbuka kepada penyedia barang/
jasa yang memiliki klasifikasi dan kualifikasi sesuai dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh PT
PLN (Persero).
Badan usaha swasta (Independent Power Producer, IPP) yang berminat untuk mendaftar sebagai calon
penyedia barang/jasa dalam DPT, dapat mengikuti proses penilaian kualifikasi DPT yang diumumkan secara
terbuka dan dilaksanakan oleh PT PLN (Persero). Pendaftaran proses DPT dilakukan secara daring (online)
melalui aplikasi e-Procurement PLN (www.eproc.pln.co.id). Sebagai langkah awal, badan usaha harus
memiliki dan mengaktifkan User ID e-Procurement PLN. Dalam proses kualifikasi DPT (Box 16), badan usaha
harus memenuhi persyaratan kualifikasi, meliputi persyaratan administrasi, teknis, dan keuangan.
Merujuk pada Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0062 Tahun 2020 tentang Pembelian Tenaga
Listrik dari Pembangkit Energi Baru dan Terbarukan, badan usaha yang ingin mendaftar sebagai DPT harus
memenuhi persyaratan kualifikasi minimum sebagai berikut:
• Perusahaan lokal maupun asing yang berbentuk satu badan hukum atau gabungan badan hukum.
• Mendapatkan dukungan dari kontraktor Engineering, Procurement, and Construction (EPC) yang
berpengalaman dalam membangun pembangkit tenaga listrik yang dipersyaratkan.
• Memiliki kemampuan Project Development Cost Account (PDCA) sebesar 10% dari total biaya proyek
pembangkit energi baru dan terbarukan.
• Memiliki kemampuan keuangan yang dipersyaratkan.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 91


TERBARUKAN
Box 16: Tahapan Pelaksanaan Kualifikasi Daftar Penyedia Terseleksi (DPT)

TAHAPAN PELAKSANAAN KUALIFIKASI DPT

01 02 03
PENDAFTARAN &
PENGUMUMAN PEMASUKAN DOKUMEN
PENGUNDUHAN
KUALIFIKASI APLIKASI
DOKUMEN KUALIFIKASI

06 05 04

PENGUMUMAN HASIL EVALUASI KUALIFIKASI


PENGESAHAN DPT
PENILAIAN KUALIFIKASI & DUE DILIGENCE

07 08
DAFTAR PENYEDIA
MASA SANGGAH
TERSELEKSI (DPT)

Legenda: dilakukan oleh Badan Usaha dilakukan oleh PT PLN (Persero)

Keterangan tahapan pelaksanaan kualifikasi DPT:


1. Pengumuman kualifikasi dapat dilakukan melalui papan pengumuman dan/atau surat kabar dan/atau portal
aplikasi e-Procurement PLN (www.eproc.pln.co.id)
2. Pendaftaran proses DPT dan pengunduhan (download) Dokumen Kualifikasi dilakukan melalui aplikasi
e-Procurement PLN.
3. Badan usaha melakukan proses pemasukan data aplikasi kualifikasi melalui formulir elektronik yang tersedia di
aplikasi e-Procurement PLN. Jika formulir isian data aplikasi kualifikasi tersebut belum mengakomodasi kriteria
kualifikasi yang dipersyaratkan, badan usaha dapat menggunakan fasilitas unggah (upload) dokumen kualifikasi
lainnya di dalam tahapan pengiriman data kualifikasi secara elektronik.
4. Pelaksanaan evaluasi kualifikasi dilakukan oleh Pejabat Perencana Pengadaan PT PLN (Persero) dan dapat dibantu
pihak lain sesuai keahlian baik internal maupun eksternal PT PLN (Persero).
5. Pejabat Perencana Pengadaan menyusun dan melaporkan hasil penilaian kualifikasi kepada Pengguna untuk
kemudian disahkan.
6. Setelah pengesahan DPT, hasil penilaian kualifikasi badan usaha diumumkan melalui aplikasi e-Procurement PLN.
7. Badan usaha yang berkebaratan terhadap hasil penilaian kualifikasi dapat mengajukan sanggahan selama Masa
Sanggah. Badan usaha hanya dapat mengirimkan satu kali sanggahan secara daring (online) melalui aplikasi
e-Procurement PLN. Sanggahan diterima hanya untuk ketidaksesuaian dengan dokumen kualifikasi.
8. Badan usaha harus lulus tahap penilaian kualifikasi untuk dimasukkan dalam DPT dan diterbitkan Surat Tanda DPT.

92 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Tabel 14: Jaminan Penawaran untuk pelelangan melalui mekanisme Pemilihan Langsung

Ketentuan Jaminan Penawaran

1) Nilai Jaminan Penawaran minimal sebesar 1% dari perkiraan nilai total biaya proyek.

2) Masa berlaku Jaminan Penawaran sekurang-kurangnya 30 hari kalender setelah masa berlaku penawaran.

3) Untuk pengembang yang ditunjuk, Jaminan Penawaran akan dikembalikan setelah Jaminan Pelaksanaan
diserahkan dan PJBL telah ditandatangani, kecuali:

(i) Untuk badan usaha (calon pengembang) dinyatakan gugur/tidak lulus pada tahapan proses
pengadaan maka Jaminan Penawaran dikembalikan setelah hasil pelelangan pada tahapan dimaksud
diumumkan.

(ii) Untuk badan usaha urutan kedua dan ketiga dapat dikembalikan setelah Perjanjian Jual Beli Tenaga
Listrik (PJBL) ditandatangani oleh pengembang yang ditunjuk (Tahap 7), atau setelah pengembang
yang ditunjuk telah menyatakan persetujuannya.

4) Ketentuan Jaminan Penawaran harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:


(i) Diterbitkan oleh Bank Umum (tidak termasuk Bank Perkreditan Rakyat) atau Bank Asing yang
beroperasi di Indonesia atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia kecuali diatur dalam Peraturan
Direksi PLN yang mengatur tentang Jaminan Penawaran.

(ii) Format Jaminan Penawaran sesuai dengan format yang ditetapkan oleh PT PLN (Persero).

(iii) Pembayaran atas klaim atau tuntutan pencairan adalah mutlak dan tanpa syarat (unconditional)
meskipun ada tuntutan permintaan atau keberatan dari terjamin atau pihak manapun.

(iv) Masa berlaku Jaminan Penawaran tidak kurang dari jangka waktu yang ditetapkan dalam Dokumen
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS).

(v) Besarnya nilai Jaminan Penawaran dicantumkan dalam angka dan huruf.

(vi) Tercantum nama Pengguna yang menerima Jaminan Penawaran.

(vii) Dalam hal masa berlaku Jaminan Penawaran diperkirakan berakhir sebelum Pengumuman Pemenang,
maka paling lambat 7 hari kerja sebelum berakhirnya masa berlaku Jaminan Penawaran tersebut,
Pejabat Pelaksana Pengadaan PT PLN (Persero) dapat meminta badan usaha untuk memperpanjang
Jaminan Penawaran. Dalam hal badan usaha tidak bersedia memperpanjang Jaminan Penawaran,
maka badan usaha dianggap mengundurkan diri dan Jaminan Penawaran dikembalikan.

(viii) Dalam hal badan usaha yang telah diumumkan sebagai calon pemenang tidak bersedia
memperpanjang Jaminan Penawaran sampai dengan penandatanganan PJBL, maka badan usaha
tersebut dianggap mengundurkan diri dan Jaminan Penawaran dicairkan serta menjadi milik PT PLN
(Persero).

(ix) Dalam hal badan usaha mengundurkan diri pada masa penawarannya masih berlaku atau sampai
dengan PJBL ditandatangani, maka Jaminan Penawaran dicairkan dan menjadi milik PT PLN (Persero).

5) Persyaratan klaim Jaminan Penawaran, sesuai dengan yang tercantum di dalam surat jaminan.

Sumber: Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0062.P/DIR/2020

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 93


TERBARUKAN
Matriks Prosedur Tahap 1b

Gambar 18: Matriks prosedur Tahap 1b (Penunjukan Langsung—Pengusahaan PLTA PUPR)

Badan Kementerian Kementerian Kerangka


Kegiatan PT PLN (Persero)
Usaha PUPR ESDM Waktu

[1b-1]
[1b-1] Pemberian Surat [1b-1]
Penugasan
[3] Penetapan Penugasan Inisiasi proses pengadaan
pembelian
Pembentukan Mitra Pembelian atas dasar surat penugasan
tenaga listrik
PBK Pemanfaatan Tenaga Listrik dari Menteri ESDM
dari PLTA PUPR
BMN SDA PLTA PUPR ke
PT PLN (Persero)

[2a]
Penyusunan [1b-1]
dokumen Studi Evaluasi
Penyusunan
Kelayakan Studi Kelayakan dan
Studi Kelayakan
dan Studi Studi Penyambungan
dan Studi
Penyambungan Penyambungan
oleh
pengembang
dan evaluasi Apakah
Tidak
oleh PT PLN Studi Kelayakan dan
(Persero) Studi Penyambungan
layak?

Ya

[1b-1] [1b-1]
Pemasukan Pemasukan Undangan pengambilan
Dokumen dokumen dokumen Uji Tuntas
Penawaran penawaran dan draf PJBL

[1b-2]
Evaluasi dokumen
penawaran
Evaluasi
Dokumen [1b-2]
Penawaran dan [1b-2]
Negosiasi
negosiasi harga Negosiasi harga
harga

[1b-2]
Evaluasi hasil
Penunjukan Langsung

Apakah hasil Tidak [1b-1]


Penunjukan Langsung Penunjukan
dapat disahkan? Langsung
ulang
Ya
Penetapan
pemenang [1b-3]
Penunjukan [1b-3]
Penetapan pemenang
Langsung Penanda-
Penunjukan Langsung
tanganan
Surat
Penunjukan [1b-3]
Pemenang Penerbitan Surat
(Letter of Penunjukan Pemenang
Intent, LoI) (Letter of Intent, LoI)

Sumber: Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0062 Tahun 2020.

94 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Subtahap 1b-1: Pemasukan Penawaran mengundang badan usaha Mitra Pemanfaatan
BMN SDA untuk mengambil dokumen uji tuntas
Merujuk pada Peraturan Menteri ESDM Nomor 4 (due diligence) dan draf Perjanjian Jual Beli
Tahun 2020 (Perubahan Kedua dari Peraturan Tenaga Listrik (PJBL) serta mengikuti rapat
Menteri ESDM Nomor 50 Tahun 2017) tentang penjelasan (aanwijzing). Langkah berikutnya,
Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk badan usaha diharuskan menyiapkan kelengkapan
Penyediaan Tenaga Listrik, PT PLN (Persero) dokumen due diligence dan memasukkan
diwajibkan untuk membeli tenaga listrik dari dokumen penawaran. Dalam hal ini, dokumen
pengembang PLTA PUPR. Pembelian tenaga listrik penawaran yang dimaksud adalah Surat
PLTA PUPR tersebut dilaksanakan berdasarkan Penawaran Satu Tahap Dua Sampul, yang terdiri
penugasan dari Menteri ESDM kepada PT PLN dari: (i) Sampul 1, berisi syarat administrasi, teknis,
(Persero). Penugasan ini berlaku sebagai bisnis dan keuangan, serta Jaminan Penawaran;
Penunjukan Langsung untuk pembelian tenaga (ii) Sampul 2, berisi harga penawaran. Secara
listrik oleh PT PLN (Persero). spesifik mengenai Jaminan Penawaran,
ditabulasikan pada Tabel 14.
Perlu dicatat bahwa, untuk menjadi pengembang
PLTA PUPR, badan usaha harus terlebih dahulu Subtahap 1b-2: Evaluasi Dokumen
mengikuti kegiatan pemilihan badan usaha
Penawaran dan Negosiasi Harga
sebagai Mitra Pemanfaatan BMN SDA—dalam
rangka penyediaan infrastruktur PLTA—yang Dokumen penawaran yang diajukan akan
diselenggarakan oleh Kementerian PUPR. Jika dievaluasi untuk selanjutnya ditindaklanjuti
badan usaha telah ditetapkan sebagai Mitra dengan undangan ke badan usaha Mitra
Pemanfaatan BMN SDA (dibuktikan dengan Pemanfaatan BMN SDA untuk negosiasi harga—
menerima Izin Pengusahaan SDA atau Izin berdasarkan hasil evaluasi. Hasil dari negosiasi
Penggunaan SDA), Menteri ESDM akan harga antara PT PLN (Persero) dengan badan
mengirimkan Surat Penugasan Pembelian Tenaga usaha Mitra Pemanfaatan BMN SDA akan
Listrik PLTA PUPR kepada PT PLN (Persero). Atas dituangkan dalam berita acara yang disepakati.
dasar Surat Penugasan dari Menteri ESDM, PT PLN
(Persero) akan menginisiasi proses pengadaan Subtahap 1b-3: Penetapan Pemenang
untuk pembelian tenaga listrik dari PLTA PUPR Penunjukan Langsung
melalui mekanisme Penunjukan Langsung.
PT PLN (Persero) akan mengevaluasi hasil
Badan usaha Mitra Pemanfaatan SDA harus
Penunjukan Langsung pengembang PLTA PUPR—
membentuk Perusahaan Bertujuan Khusus (PBK)
melalui rapat internal untuk memutuskan apakah
(Tahap 3) dan kemudian mulai menyusun Studi
proses Penunjukan Langsung sudah berhasil atau
Perencanaan (Tahap 2a) PLTA PUPR yang akan
gagal. Apabila dinyatakan gagal, PT PLN (Persero)
dikembangkan. Hasil Studi Perencanaan,
akan melaksanakan proses Penunjukan Langsung
mencakup Studi Kelayakan dan Studi
ulang sesuai keputusan internal PT PLN (Persero).
Penyambungan, kemudian diserahkan kepada PT
Apabila dinyatakan berhasil, maka PT PLN
PLN (Persero) untuk dievaluasi—oleh Pejabat
(Persero) akan menetapkan pemenang
Perencana Pengadaan dan Tim Evaluasi.
Penunjukan Langsung—yang diikuti dengan
penerbitan dan penandatangan Surat Penunjukan
Apabila Mitra Pemanfaatan BMN SDA telah
Pemenang (Letter of Intent, LoI).
dinyatakan lolos evaluasi, PT PLN (Persero) akan

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 95


TERBARUKAN
Tabel 15: Jaminan Penawaran untuk Pelelangan melalui mekanisme Penunjukan Langsung

Ketentuan Jaminan Penawaran

1) Nilai Jaminan Penawaran minimal sebesar 1% dari perkiraan nilai total biaya proyek berlaku sejak
negosiasi dimulai sampai dengan penandatanganan PJBL (Tahap 7), dengan syarat dan ketentuan
yang disepakati bersama untuk mencapai penandatanganan PJBL

2) Masa berlaku Jaminan Penawaran sekurang-kurangnya 30 hari kalender setelah masa berlaku
penawaran.

3) Untuk pengembang yang ditunjuk, Jaminan Penawaran akan dikembalikan setelah Jaminan
Pelaksanaan diserahkan dan PJBL telah ditandatangani, kecuali: untuk badan usaha (calon
pengembang) dinyatakan gugur/tidak lulus pada tahapan proses pengadaan maka Jaminan
Penawaran dikembalikan setelah hasil pelelangan pada tahapan dimaksud diumumkan.

4) Ketentuan Jaminan Penawaran harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:


(i) Diterbitkan oleh Bank Umum (tidak termasuk Bank Perkreditan Rakyat) atau Bank Asing yang
beroperasi di Indonesia atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia kecuali diatur dalam
Peraturan Direksi PLN yang mengatur tentang Jaminan Penawaran.
(ii) Format Jaminan Penawaran sesuai dengan format yang ditetapkan oleh PT PLN (Persero).
(iii) Pembayaran atas klaim atau tuntutan pencairan adalah mutlak dan tanpa syarat
(unconditional) meskipun ada tuntutan permintaan atau keberatan dari terjamin atau pihak
manapun.
(iv) Masa berlaku Jaminan Penawaran tidak kurang dari jangka waktu yang ditetapkan dalam
Dokumen Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS).
(v) Besarnya nilai Jaminan Penawaran dicantumkan dalam angka dan huruf.
(vi) Tercantum nama Pengguna yang menerima Jaminan Penawaran.
(vii) Dalam hal masa berlaku Jaminan Penawaran diperkirakan berakhir sebelum Pengumuman
Pemenang, maka paling lambat 7 hari kerja sebelum berakhirnya masa berlaku Jaminan
Penawaran tersebut, Pejabat Pelaksana Pengadaan PT PLN (Persero) dapat meminta badan
usaha untuk memperpanjang Jaminan Penawaran. Dalam hal badan usaha tidak bersedia
memperpanjang Jaminan Penawaran, maka badan usaha dianggap mengundurkan diri dan
Jaminan Penawaran dikembalikan.
(viii) Dalam hal badan usaha yang telah diumumkan sebagai Calon Pemenang tidak bersedia
memperpanjang Jaminan Penawaran sampai dengan penandatanganan PJBL, maka badan
usaha tersebut dianggap mengundurkan diri dan Jaminan Penawaran dicairkan serta menjadi
milik PT PLN (Persero).
(ix) Dalam hal badan usaha mengundurkan diri pada masa penawarannya masih berlaku atau
sampai dengan PJBL ditandatangani, maka Jaminan Penawaran dicairkan dan menjadi milik
PT PLN (Persero).

5) Persyaratan klaim Jaminan Penawaran, sesuai dengan yang tercantum di dalam surat jaminan.

Sumber: Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0062.P/DIR/2020

96 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Tahap 2a dan 2b: Studi Perencanaan

Gambaran Umum Tahap 2a dan 2b Secara berurutan, Studi Perencanaan dan Studi
Perencanaan Rinci dapat diuraikan sebagai
Untuk memperoleh informasi secara terperinci berikut:
terhadap aspek kelayakan teknis, ekonomi, dan
lingkungan atas suatu rencana usaha dan/atau 1. Tahap 2a (Studi Perencanaan). Studi ini
kegiatan pengembangan PLT Aneka ET, badan mencakup Studi Kelayakan (Subtahap 2a-1)
usaha harus melakukan Studi Kelayakan dan Studi Penyambungan (Subtahap 2a-2)
(Feasibility Study, FS). Selain Studi Kelayakan, yang merupakan persyaratan dalam tahap
badan usaha juga harus melakukan Studi pelelangan (Tahap 1).
Penyambungan (Grid Study, GS) untuk
2. Tahap 2b (Studi Perencanaan Rinci). Apabila
mengidentifikasi kelayakan penyambungan
dari hasil Studi Kelayakan disimpulkan bahwa
pembangkit, dampak sistem transmisi/distribusi,
proyek layak dari aspek teknis maupun
serta fasilitas penyambungan yang dibutuhkan.
ekonomi, maka badan usaha dapat melakukan
Apabila dari hasil Studi Kelayakan disimpulkan perencanaan secara rinci, seperti studi Front-
bahwa proyek layak dari aspek teknis maupun End Engineering Design (FEED).
ekonomi, badan usaha dapat membuat Studi
Rangkaian regulasi yang mengatur Studi
Perencanaan Rinci.
Perencanaan ditabulasikan pada Tabel 16. Adapun
beberapa tantangan yang umum dihadapi
pengembang dalam tahap ini ditabulasikan dalam
Tabel 17.

Tabel 16: Regulasi yang mengatur Studi Perencanaan

Peraturan Tentang

Peraturan Menteri ESDM Nomor 20 Tahun 2020 Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik (Grid Code)

Peraturan Menteri ESDM Nomor 50 Tahun 2017 jis.


Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk
Peraturan Menteri ESDM Nomor 53 Tahun 2018 dan
Penyediaan Tenaga Listrik
Peraturan Menteri ESDM Nomor 4 Tahun 2020

Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0062 Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit Energi
Tahun 2020 Baru dan Terbarukan.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 97


TERBARUKAN
Tabel 17: Deskripsi tantangan studi perencanaan

Tantangan Deskripsi Rekomendasi

Di beberapa daerah, kantor PLN daerah tidak familiar


dengan teknologi ET. Kajian interkoneksi yang dilakukan
mungkin didasarkan pada asumsi yang terlalu optimis.
Setelah pembangkit listrik selesai dibangun, ditemukan
bahwa kajian interkoneksinya tidak akurat. Jaringan listrik
Data dan informasi yang tidak dapat menyerap listrik yang dihasilkan dari pembangkit
tidak akurat untuk kajian listrik yang beroperasi pada kapasitas penuh dan keluaran
interkoneksi dari pembangkit listrik harus dibatasi.
Hal ini akan berdampak signifikan pada pendapatan yang
diperoleh oleh pengembang proyek. Kasus di mana
pembatasan keluarannya cukup besar dapat menyebabkan
situasi di mana proyek ini tidak lagi dianggap
menguntungkan.

Terbatasnya konsultan
yang memiliki
Hanya sedikit konsultan lokal atau nasional yang
pengalaman dalam
berpengalaman melakukan kajian koneksi jaringan listrik
melakukan kajian
sesuai dengan kebutuhan PLN.
interkoneksi jaringan
listrik

Sumber: GIZ. RE Guidelines on Biomass & Biogas Project in Indonesia. 2015.

Subtahap 2a-1: Studi Kelayakan Penyambungan Pembangkit Listrik Energi


Terbarukan ke Sistem Distribusi PLN, studi
Studi Kelayakan (Feasibility Study, FS) dalam penyambungan dilakukan berdasarkan informasi
pedoman ini didefinisikan sebagai kegiatan studi teknik untuk mengidentifikasi dampak pada sistem
untuk menentukan kelayakan teknis, ekonomis, distribusi PT PLN (Persero). Studi ini harus
dan lingkungan dari suatu proyek PLT Aneka ET. berdasarkan titik sambung yang diusulkan oleh
Studi ini menjadi salah satu dokumen yang wajib pengembang dan minimal harus meliputi:
diserahkan sebagai lampiran dokumen penawaran
ke PT PLN (Persero) (Subtahap 1a-1 dan 1b-1). • Identifikasi awal dari thermal overload,
Rekomendasi mengenai daftar konten/informasi permasalahan aliran daya balik (reserve
power), dan pelanggaran batas tegangan
yang harus tercakup dalam Studi Kelayakan
(voltage limit violations) yang timbul dari
ditabulasikan dalam Tabel 18.
usulan penyambungan.

Subtahap 2a-2: Studi Penyambungan • Identifikasi awal dari setiap kelebihan batas
kapasitas hubung singkat (short circuit
capacity limit violation) yang timbul dari
Studi Penyambungan (Grid Study) merupakan
usulan penyambungan.
studi untuk mengkaji kelayakan penyambungan,
dampak sistem distribusi akibat penyambungan, • Review awal dari persyaratan sistem proteksi
dan sistem pembumian.
dan kebutuhan fasilitas penyambungan. Merujuk
pada Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor • Penjelasan dan perkiraan biaya awal dari
0357 Tahun 2014 tentang Pedoman fasilitas yang diperlukan untuk

98 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


menghubungkan PLT Aneka ET, serta untuk Wilayah atau Distribusi yang termasuk, namun
memitigasi dampak merugikan sistem yang tidak dibatasi pada: (i) laporan Studi Kelayakan
teridentifikasi. PLT Aneka ET; (ii) formulir aplikasi penyambungan
yang sudah dilengkapi dan ditandatangani; (iii)
Badan usaha yang merencanakan untuk
izin dari pemerintah untuk pembangunan PLT
membangun dan menghubungkan PLT Aneka ET
Aneka ET dan izin-izin lainnya; dan (iv) dokumen-
ke sistem distribusi PT PLN (Persero) serta menjual
dokumen lain sebagaimana ditetapkan oleh PT
listrik ke PT PLN (Persero), harus melaksanakan
PLN (Persero).
kegiatan Pra-Aplikasi berikut:

Kegiatan studi pada subtahap ini harus dilakukan


• Melaksanakan pertemuan awal dengan PT
PLN (Persero) Wilayah atau Distribusi, untuk untuk merencanakan titik sambung tenaga listrik
memperoleh informasi pada titik-titik dari PLT Aneka ET ke sistem PT PLN (Persero).
penyambungan terdekat, penyulang Badan usaha dapat melibatkan pihak ketiga
distribusi dan gardu induk terkait beban (Konsultan) untuk melaksanakan Studi
puncak saat ini dan perkiraan di masa depan, Penyambungan.
kapasitas yang tersedia untuk
penyambungan PLT Aneka ET, serta kendala Setelah pelaksanaan Studi Penyambungan, badan
yang berkaitan dengan titik alternatif usaha harus mengajukan permintaan evaluasi
penyambungan.
sambung ke PT PLN (Persero) hingga diperoleh
• Menyiapkan studi penyambungan PLT Aneka persetujuan usulan evaluasi sambung—untuk
ET untuk menyalurkan dan menjual tenaga melakukan penyambungan jaringan listrik
listrik ke PT PLN (Persero).
(Subtahap 10-1). Uraian lebih detail tentang
• Menyiapkan studi lingkungan PLT Aneka ET. permintaan evaluasi sambung disajikan pada Box
17.
Badan usaha harus mengajukan aplikasi
penyambungan PLT Aneka ET ke PT PLN (Persero)

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 99


TERBARUKAN
Tabel 18: Rekomendasi konten Studi Kelayakan

Konten Studi Kelayakan Keterangan

• Latar belakang
Pendahuluan • Tujuan dan Ruang Lingkup
• Profil pengusul proyek (badan usaha calon pengembang)

• Deskripsi lokasi
• Peta lokasi
• Deskripsi aksesibilitas lokasi, kondisi logistik, dan infrastruktur
mobilisasi peralatan
Evaluasi lokasi proyek • Ketersediaan lahan dan deskripsi status lahan proyek
• Penilaian calon lokasi (kondisi lahan, kondisi geologi dan risiko
gempa, kondisi iklim dan risiko banjir, kondisi sosial)
• Aspek pemilihan material dan desain konstruksi
• Penilaian aspek lingkungan awal

• Komposisi pembangkitan dan load profile


Kondisi kelistrikan jaringan
• Kondisi demand dan proyeksi ke depan
setempat
• Pembahasan dampak proyek terhadap kondisi kelistrikan setempat

• Penetapan usulan kapasitas terpasang


• Kelayakan penyambungan
Deskripsi rencana interkoneksi ke • Dampak sistem distribusi
jaringan PLN • Fasilitas penyambungan
• Konfigurasi sistem interkoneksi
• Strategi dan prosedur operasional dan penyaluran (dispatching)

• Potensi sumber energi


• Deskripsi dan penjelasan sumber data
Kajian energi dan kapasitas (untuk
• Asumsi dan metoda penghitungan model pembangkitan
pembangkit intermittent)
• Hasil analisa penghitungan energi (rugi-rugi, produksi listrik gross
dan net, analisa ketidakpastian produksi listrik)

• Penentuan kapasitas dan konfigurasi sistem


• Desain dasar dan pemilihan peralatan utama
• Tata letak tempat dan rancangan blok
• Diagram satu garis (AC dan DC)
Desain rekayasa teknis
• Desain sistem kontrol, proteksi dan monitorinng
• Spesifikasi sistem dan peralatan
• Penjelasan sertifikasi uji komponen utama (dan TKDN)
• Penjelasan performance warranty

• Jadwal dan tahapan pembangunan


Rencana implementasi dan • Penjelasan struktur pekerjaan
konstruksi • Perencanaan dan penjelasan tahapan konstruksi
• Proses comissioning dan COD

• Sistem kontrol dan monitoring


• Rencana prosesdur dan strategi penyaluran ke jaringan PLN
Rencana operasi dan • Peliharaan terjadwal dan tidak terjadwal
pemeliharaan • Penjelasan akses layanan perbaikan dan ketersediaan suku cadang
• Penjelasan warranty service
• Rencana decommissioning

100 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Konten Studi Kelayakan Keterangan

• Capital expenditures
• Operation expenditures
Aspek biaya investasi dan analisa
• Asumsi-asumsi dan tarif dalam analisa finansial
finansial
• Hasil analisa finansial
• Hasil analisa sensitifitas

• Risiko dari perspektif PLN


Penilaian risiko-risiko • Risiko dari perspektif calon pengembang
• Analisa dan mitigasi risiko

Box 17: Permintaan Evaluasi Sambung (Connection Evaluation Request)

Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 20 Tahun 2020 tentang Aturan Jaringan Sistem Tenaga
Listrik (Grid Code), pengembang harus mengajukan permintaan sambung kepada perencana sistem PT PLN
(Persero). Dokumen permintaan evaluasi sambung paling sedikit harus berisi hal berikut:
• Usulan titik sambung dan level tegangan.
• Usulan teknologi pembangkit.
• Usulan profil pembangkitan, termasuk rincian khusus energi maksimum dan minimum yang dipasok
pada titik sambung serta siklus pembangkitan untuk 24 jam, satu (1) bulan, dan satu (1) tahun. Untuk
unit pembangkit yang tergantung pada variasi musim, profil pembangkitan pada setiap musim harus
ditunjukkan. Profil pembangkitan harus jelas memuat periode pemeliharaan dan penurunan
pembangkitan yang diakibatkan.
• Deskripsi dan jumlah unit pembangkit yang diusulkan, kemampuan kontrol unit pembangkit, nilai
energi yang dihasilkan pada kondisi operasi minimum dan maksimum yang optimal, dan ramp rate.
• Batas pembebanan minimum dan maksimum setiap unit pembangkit dan waktu yang diperlukan dari
asut gelap (black start) atau asut dingin (cold start) hingga mencapai pembebanan minimum.
• Estimasi penyesuaian yang diperlukan pada infrastruktur jaringan dan komponen pada titik sambung.
• Estimasi jadwal pembangunan dan commercial operation date (COD).
• Pernyataan bahwa pengembang pembangkit listrik memahami dan mematuhi semua syarat pada
Aturan Jaringan.
Kemudian, perencana sistem PT PLN (Persero) memberikan jawaban kepada pengembang pembangkit
listrik paling lambat 90 hari sejak menerima usulan permintaan evaluasi sambung. Jika usulan disetujui,
pengembang dapat melanjutkan hal lain yang berhubungan dengan proyek. Jika usulan belum disetujui,
hasil review harus menunjukkan bagian yang memerlukan penyesuaian oleh pengembang agar dapat
memenuhi semua syarat Aturan Jaringan. Pengembang harus berkoordinasi dengan perencana sistem PT
PLN (Persero), pengelola transmisi PT PLN (Persero), dan pengelola operasi sistem PT PLN (Persero) untuk
memenuhi penyesuaian yang dimaksud hingga mendapat persetujuan.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 101


TERBARUKAN
Tahap 2b: Studi Perencanaan Rinci pembiayaan) sebagai persyaratan dalam
pemberian pinjaman (Tahap 6).
Setelah badan usaha ditetapkan sebagai
pemenang lelang oleh PT PLN (Persero) Dengan dilakukannya Studi Perencanaan Rinci,
(Subtahap 1a-3 dan 1b-3), calon pengembang PLT diharapkan calon pengembang juga dapat
Aneka ET dapat melaksanakan Studi Perencanaan bernegosiasi dengan bank atau lembaga
Rinci—jika hasil Studi Perencanaan dinyatakan pembiayaan terkait penurunan suku bunga atau
layak secara teknis dan ekonomi. Studi perpanjangan tenor pinjaman. Oleh karena itu,
Perencanaan Rinci ini dapat menghasilkan dalam melaksanakan Studi Perencanaan Rinci,
dokumen perencanaan proyek yang diperlukan pengembang disarankan untuk bekerja sama
oleh pihak penyedia dana (bank atau lembaga dengan pihak ketiga (Konsultan) yang
berpengalaman.

Tahap 3: Legalitas Badan Usaha

Gambaran Umum Tahap 3 Asasi Manusia (HAM). Setelah memperoleh


Akta Pendirian dan Surat Keputusan Menteri
Badan usaha pemenang lelang melalui mekanisme Hukum dan HAM, badan usaha baru harus
Pemilihan Langsung (Subtahap 1a-3) harus melakukan registrasi ke sistem Online Single
mendirikan badan usaha baru yang ditujukan Submission (OSS).
untuk pengembangan PLT Aneka ET. Badan usaha
baru ini umumnya dikenal sebagai Perusahaan 2. Subtahap 3-2 (Registrasi Legalitas). Setelah
Bertujuan Khusus (PBK) atau Special Purpose melakukan registrasi User di OSS, badan usaha
Company (SPC) atau Special Purpose Vehicle baru harus melengkapi data-data legalitas,
(SPV)—selanjutnya dalam pedoman ini disebut seperti Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),
dengan PBK. Pendirian PBK dilakukan untuk nilai modal, dan lainnya.
membatasi risiko dan tanggung jawab perusahaan
3. Subtahap 3-3 (Penerbitan NIB). Badan usaha
investor.
baru setelah melengkapi semua data legalitas
Sementara itu, pembentukan PBK untuk melalui OSS, harus mengajukan pemohonan
pengembangan PLTA PUPR dilakukan setelah Nomor Induk Berusaha (NIB) dengan terlebih
badan usaha ditetapkan sebagai Mitra dahulu mengisi daftar Klasifikasi Baku
Pemanfaatan BMN SDA oleh Kementerian PUPR. Lapangan Usaha Indonesia (KBLI).
Selanjutnya, NIB akan diterbitkan melalui
Prosedur pembentukan badan usaha baru berupa sistem OSS, dan badan usaha dapat memulai
PBK (legalitas badan usaha) (Tahap 3), untuk mengajukan perizinan berusaha.
dikelompokkan menjadi tiga subtahap, dengan
uraian singkat masing-masing subtahap sebagai Keseluruhan kegiatan pada Tahap 3 utamanya
berikut: merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 5
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan
1. Subtahap 3-1 (Registrasi User). Badan usaha Berusaha Berbasisi Risiko. Secara lebih lengkap,
baru harus mendaftar melalui Notaris untuk sekumpulan regulasi yang mengatur kegiatan
memperoleh Akta Pendirian, dan kemudian Legalitas Badan Usaha ditabulasikan pada Tabel
didaftarkan ke Kementerian Hukum dan Hak 19.

102 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Matriks prosedur Tahap 3, sebagaimana melalui sistem OSS—merupakan key actor pada
ditampilkan pada Gambar 19, menyajikan tahap ini. Penjelasan masing-masing subtahap
keseluruhan subtahap dan rangkaian kegiatan di termasuk rangkaian kegiatan yang digambarkan
dalamnya termasuk key actor di setiap kegiatan dalam matriks, diuraikan secara rinci pada bagian
dan kerangka waktu. Dapat dilihat pada matriks setelah matriks tersebut.
tersebut bahwa Kementerian Investasi (BKPM)—

Tabel 19: Regulasi yang mengatur Legalitas Badan Usaha

Peraturan Tentang

Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko

Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik


Peraturan Menteri ESDM Nomor 39 Tahun 2018
Bidang Ketenagalistrikan

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 103


TERBARUKAN
Matriks Prosedur Tahap 3

Gambar 19: Matriks prosedur Tahap 3 (Legalitas Badan Usaha)

Kerangka
Kegiatan Badan Usaha Kementerian Investasi
Waktu

[3-1]
Pengurusan pengesahan
Akta Pendirian/
Akta Perubahan
Pendaftaran akun
sistem OSS
[3-1] [3-1]
Pendaftaran akun Pengiriman email
sistem OSS registrasi & verifikasi akun

[3-1]
[3-1]
Pengiriman email perihal
Pengaktivasian akun
Aktivasi akun konfirmasi registrasi akun
sistem OSS
[3-1]
Log in aplikasi OSS

[3-2] [3-2]
Pelengkapan data legalitas Validasi data

Kelengkapan data
legalitas Apakah
[3-2] Tidak dokumen yang
Perbaikan data & diberikan memenuhi
pengajuan kembali persyaratan?

Ya

Permohonan & [3-3] [3-3]


penerbitan NIB Pengajuan permohonan NIB Penerbitan NIB

Sumber: www.oss.go.id

104 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Subtahap 3-1: Registrasi User sudah benar—sesuai dengan persyaratan—badan
usaha baru dapat melanjutkan proses permohonan
Badan usaha baru terlebih dahulu harus mendaftar NIB.
melalui Notaris untuk memperoleh Akta Pendirian,
dan kemudian didaftarkan ke Kementerian Hukum Subtahap 3-3: Penerbitan NIB
dan HAM untuk disahkan, melalui sistem
Administrasi Hukum Umum (AHU) online. Setelah Badan usaha baru, setelah melengkapi semua data
itu, badan usaha baru akan memperoleh Akta legalitas melalui OSS, harus mengajukan
Pendirian dan Surat Keputusan Menteri Hukum permohonan NIB, yang terdiri dari lima (5)
dan HAM. langkah, yaitu (i) periksa data legalitas; (ii) input
data kegiatan usaha sesuai dengan KBLI; (iii) input
Badan usaha baru kemudian harus melakukan kelengkapan data; (iv) periksa draf NIB; dan (v)
registrasi User ke sistem OSS (www.oss.go.id), cetak NIB.
dengan memasukkan Nomor Induk Kependudukan
(NIK) Penanggung Jawab Badan Usaha atau Pada bagian “periksa data legalitas”, akan
Direktur Utama, serta mengisi beragam informasi ditampilkan rangkuman data yang berasal dari
lainnya pada sistem registrasi yang disediakan. sistem AHU–online atau perekaman. Kemudian
Sistem OSS kemudian mengirimkan email kepada pengembang harus memasukkan data kegiatan
badan usaha baru untuk melakukan registrasi dan usaha (sesuai dengan KBLI) dan data persyaratan
verifikasi akun OSS. Setelah badan usaha baru lainnya. Pada bagian ini, badan usaha dapat
melakukan aktivasi akun, sistem OSS akan merevisi beberapa data yang sudah diinput
mengirimkan email mengenai konfirmasi registrasi sebelumnya. Setelah pengisian data-data tersebut
akun sistem OSS yang berisikan Username dan selesai, badan usaha dapat melihat rangkuman
Password beserta NIK Penanggung Jawab. data (sebagai draf NIB). NIB akan diterbitkan oleh
Username dan Password tersebut akan digunakan sistem OSS ketika badan usaha telah memberikan
untuk masuk ke sistem OSS. tanda checklist pada keterangan disclaimer. Selain
itu, OSS juga akan mengirimkan e-mail
Subtahap 3-2: Registrasi Legalitas pemberitahuan mengenai penerbitan NIB kepada
badan usaha.
Setelah melakukan registrasi User di OSS, badan
usaha baru harus melengkapi data-data legalitas, Sebagai catatan, NIB ini juga berlaku sebagai: (i)
seperti data perusahaan, Nomor Pokok Wajib Tanda Daftar Perusahaan (TDP); (ii) Angka
Pajak (NPWP), data modal, data pengurus Pengenal Impor (API); dan (iii) hak akses
(Direktur dan Komisaris), data pemegang saham, kepabeanan. Setelah mendapatkan NIB, badan
serta maksud dan tujuan usaha, dan lainnya. usaha dapat memulai untuk mengajukan perizinan
Sistem OSS akan memvalidasi data yang telah berusaha (Tahap 5) dan fasilitas fiskal (Tahap 4)—
dilengkapi dan memberikan notifikasi apabila ada melalui sistem OSS—sesuai dengan persyaratan
data yang perlu diperbaiki. Apabila data yang diisi pengembangan PLT Aneka ET di Indonesia.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 105


TERBARUKAN
Tahap 4a: Pengajuan Fasilitas (Fase Pengembangan)

Gambaran Umum Tahap 4a Sistem OSS (www.oss.go.id) terlebih dahulu akan


menyampaikan pemberitahuan kepada calon
Dalam rangka meningkatkan investasi untuk pengembang (Wajib Pajak/WP Badan), bahwa
mendorong pertumbuhan ekonomi, serta penanaman modal baru yang telah dilakukan
pemerataan dan percepatan pembangunan di memenuhi kriteria fasilitas atau tidak. Setelah
bidang pembangkitan listrik, pemerintah memperoleh pemberitahuan tersebut dan calon
memberikan fasilitas berupa Tax Allowance dan pengembang dinyatakan memenuhi kriteria yang
Tax Holiday. Tax Allowance merupakan fasilitas ditentukan, maka calon pengembang dapat
pajak yang diberikan dalam bentuk pengurangan melanjutkan permohonan dengan menyampaikan
Pajak Penghasilan (PPh) kepada Pengusaha Kena dokumen meliputi: (i) salinan digital rincian aktiva
Pajak (PKP), dihitung berdasarkan jumlah investasi tetap dalam rencana nilai penanaman modal; dan
yang ditanamkan. Sedangkan Tax Holiday (ii) salinan digital atau dokumen elektronik Surat
merupakan pembebasan atau pengurangan tarif Keterangan Fiskal (SKF) para pemegang saham.
PPh Badan bagi badan usaha yang menanamkan Secara lebih lengkap, seluruh dokumen
modal baru ke dalam negeri selama jangka waktu persyaratan baik untuk Tax Allowance maupun
tertentu. Tax Holiday ditabulasikan pada Tabel 20.

Dalam hal pengembangan PLT Aneka ET di Permohonan yang telah diterima secara lengkap,
Indonesia, calon pengembang harus memilih salah akan disampaikan oleh sistem OSS kepada Menteri
satu fasilitas fiskal di atas—Tax Allowance atau Tax Keuangan—sebagai usulan pemberian fasilitas Tax
Holiday—sesuai dengan kriteria yang Allowance atau Tax Holiday—selanjutnya sistem
dipersyaratkan pada masing-masing fasilitas, OSS akan memberikan notifikasi kepada calon
sebagaimana disajikan pada Box 18. Setelah pengembang bahwa permohonan sedang dalam
melakukan penanaman modal di Indonesia, calon proses. Setelah usulan pemberian fasilitas Tax
pengembang dapat mengajukan fasilitas/insentif Allowance atau Tax Holiday disetujui oleh Menteri
tersebut. Keuangan, persetujuan pemberian fasilitas
diberikan oleh Kepala BKPM (saat ini: Menteri
Permohonan pengajuan fasilitas Tax Allowance Investasi) untuk dan atas nama Menteri Keuangan,
atau Tax Holiday harus dilakukan oleh calon dengan penerbitan persetujuan paling lama lima
pengembang sebelum Saat Mulai Berproduksi (5) hari kerja melalui sistem OSS.
Komersial (Commercial Operation Date, COD).
Sebagai catatan, pengajuan fasilitas tersebut Pada saat PLT Aneka ET mulai berproduksi
dapat diajukan secara bersamaan dengan komersial (yaitu saat pertama kali tenaga listrik
pendaftaran untuk mendapatkan NIB (Tahap 3) dari proyek PLT Aneka ET dijual), calon
atau paling lambat satu (1) tahun setelah pengembang harus mengajukan permohonan
penerbitan izin usaha untuk penanaman modal. pemanfaatan Tax Allowance atau Tax Holiday
pada Fase Operasi (Tahap 4c).

106 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Box 18 : Kriteria dan Fasilitas Tax Allowance dan Tax Holiday

Tax Allowance
Tax allowance akan diberikan kepada Wajib Pajak Badan dalam negeri yang melakukan penanaman
modal (baik penanaman modal baru maupun perluasan usaha yang telah ada) di bidang usaha tertentu
dan/atau di daerah-daerah tertentu, antara lain pembangkitan tenaga listrik (KLBI: 35101).
Merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2019 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk
Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu, Wajib Pajak
badan dalam negeri yang melakukan Penanaman Modal pada Kegiatan Usaha Utama, baik Penanaman
Modal baru maupun perluasan dari usaha yang telah ada, wajib memenuhi kriteria dalam rangka
pengajuan Tax Allowance sebagai berikut: memiliki nilai investasi yang tinggi atau untuk ekspor;
memiliki penyerapan tenaga kerja yang besar; atau memiliki kandungan lokal yang tinggi. Adapun
Bidang-Bidang Usaha Tertentu untuk bidang usaha Pembangkitan Tenaga Listrik mencakup pembangkit
listrik tenaga mikro dan pembangkit listrik tenaga mini dengan nilai investasi di bawah Rp100
miliar.Bentuk fasilitas Tax Allowance yang diberikan terdiri dari:
• Pengurangan penghasilan netto sebesar 30% dari jumlah nilai penanaman modal berupa aktiva
tetap berwujud untuk kegiatan usaha utama, yang dibebankan selama 6 tahun (masing-masing
sebesar 5% per tahun).
• Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat aktiva tidak berwujud.
• Tarif PPh 10% atau lebih rendah berdasarkan tax treaty atas dividen yang dibayarkan kepada
Wajib Pajak luar negeri selain Bentuk Usaha Tetap.
• Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun tetapi tidak lebih dari 10 tahun.

Tax Holiday
Tax holiday diberikan kepada Wajib Pajak Badan dalam negeri yang melakukan penamaman modal baru.
Fasilitas Tax Holiday dapat dimanfaatkan oleh calon pengembang energi terbarukan melalui sektor
industri pionir pembuatan komponen utama mesin pembangkit listrik.
Wajib Pajak Badan yang ingin mengajukan Tax Holiday harus memenuhi kriteria berikut: merupakan
industri pionir; mempunyai modal baru minimal Rp 100 Miliar; dan memenuhi ketentuan besaran
perbandingan antara utang dan modal.
Bentuk fasilitas Tax Holiday yang diberikan terdiri dari:
• Untuk penanaman modal paling sedikit Rp 500 Miliar: pengurangan tarif PPh Badan sebesar
100%, yang berlaku selama 5 hingga 20 tahun, tergantung pada nilai modal baru yang
ditanamkan. Setelah jangka waktu tersebut berakhir, pengurangan tarif diberikan sebesar 50%
yang berlaku 2 tahun.
• Untuk penanaman modal paling sedikit Rp 100 Miliar tetapi kurang dari Rp 500 Miliar:
pengurangan tarif PPh sebesar 50%, yang berlaku selama 5 tahun. Selanjutnya, diberikan
pengurangan tarif PPh sebesar 25% selama 2 tahun.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 107


TERBARUKAN
Rangkaian regulasi yang mengatur pengajuan rangkaian kegiatan yang tercakup di dalamnya,
fasilitas Tax Allowance dan Tax Holiday disertai dengan key actor dan kerangka waktu di
ditabulasikan pada Tabel 21. setiap kegiatan. Dapat dilihat pada matriks
tersebut bahwa Kementerian Investasi/BKPM
Matriks prosedur Tahap 4a, sebagaimana (melalui sistem OSS), dan Kementerian Keuangan
ditampilkan pada Gambar 20, menyajikan merupakan key actor pada tahap ini.

Tabel 20: Dokumen persyaratan pengajuan fasilitas Tax Allowance dan Tax Holiday

Fasilitas/Insentif Dokumen Persyaratan

Tax Allowance 1) Kelengkapan Data Perusahaan (NIB, NPWP, Data Izin Usaha, dan lainnya).
2) Dokumen Persyaratan:
• Surat Keterangan Fiskal (SKF) seluruh Pemegang Saham.
• Data Aktiva.
• Persyaratan proyek sudah memiliki Izin Penanaman Modal.
3) Preview Permohonan.

Tax Holiday 1) Kelengkapan Data Perusahaan (NIB, NPWP, Data Izin Usaha, dan lainnya).
2) Dokumen Persyaratan:
• Surat Keterangan Fiskal (SKF) seluruh Pemegang Saham.
• Data Aktiva.
• Surat penjelasan pemenuhan Debt to Equity Ration (DER).
• Proyek yang diajukan adalah Proyek Strategis Nasional (PSN).
3) Preview Permohonan.

Sumber: (i) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130 Tahun 2021.


(ii) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11 Tahun 2020.

Tabel 21: Regulasi yang mengatur Tax Allowance dan Tax Holiday

Peraturan Tentang

Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-
2019 Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130


Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan
Tahun 2020

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11 Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2019 tentang
Tahun 2020 jo. Peraturan Menteri Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-
Keuangan Nomor 96 Tahun 2020 Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21 Pemberian Fasilitas Perpajakan dan Kepabeanan untuk Kegiatan
Tahun 2010 Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan

Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Rincian Bidang Usaha dan Jenis Produksi Industri Pionir serta Tata
Modal Nomor 7 Tahun 2020 Cara Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan

108 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Matriks Prosedur Tahap 4a

Gambar 20: Matriks prosedur Tahap 4a (Pengajuan Fasilitas: Tax Allowance atau Tax Holiday)

Badan Kerangka
Kegiatan Kementerian Keuangan Kementerian Investasi (OSS)
Usaha Waktu

Pemenuhan
kriteria untuk [4a] Pemberitahuan pemenuhan
pengajuan kriteria untuk memperoleh fasilitas
Tax Allowance (Tax Allowance atau Tax Holiday)
atau Tax
Holiday

[4a]
Pengajuan [4a] Verifikasi
Dokumen dokumen
Permohonan

Pengajuan Apakah Tidak [4a]


permohonan dokumen Penolakan
Tax Allowance lengkap? Permohonan
atau Tax
Holiday Ya

[4a] Penyampaian dokumen


permohonan & persyaratan kepada
Kemenkeu dan pemberitahuan
kepada Wajib Pajak

[4a] Verifikasi &


evaluasi dokumen
Evaluasi &
verifikasi
dokumen
Apakah
persyaratan Tidak [4a]
dokumen
memenuhi Penolakan
5 hari kerja
persyaratan? Permohonan

Ya
Perolehan Tax [4a] Penerbitan
Allowance [4a] Persetujuan
persetujuan pemberian fasilitas
atau Tax pemberian fasilitas
(Tax Allowance atau Tax Holiday)
Holiday

Sumber: (i) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130 Tahun 2020;


(ii) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11 Tahun 2020 jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96 Tahun 2020.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 109


TERBARUKAN
Tahap 5a: Administrasi dan Perizinan Fase Pengembangan

Gambaran Umum Tahap 5a kesesuaian antara rencana kegiatan


pemanfaatan ruang dengan Rencana Tata
Calon pengembang yang telah mendapatkan Ruang (RTR). Secara khusus, apabila lokasi
Nomor Induk Berusaha (NIB) (Subtahap 3-3), kegiatan usaha berada di kawasan hutan,
harus mulai mengajukan berbagai kelengkapan diperlukan Persetujuan Penggunaan Kawasan
administrasi dan perizinan sesuai dengan yang Hutan.
dipersyaratkan dalam pengembangan PLT Aneka
ET. 2. Subtahap 5a-2, merupakan Persetujuan
Lingkungan, berupa Surat Keputusan
Merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 5 Kelayakan Lingkungan Hidup (SKKLH) atau
Tahun 2021 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
Berbasis Risiko, setiap pelaku usaha wajib Lingkungan Hidup (PKPLH). SKKLH
memenuhi Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha merupakan Persetujuan Lingkungan untuk
dan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha merupakan (Amdal), sedangkan PKPLH untuk Upaya
perizinan yang wajib dimiliki oleh semua pelaku Pengelolaan Lingkungan Hidup-Upaya
usaha untuk semua kategori risiko usaha. Adapun Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL).
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko merupakan
perizinan spesifik yang diperuntukkan bagi Rangkaian regulasi yang mengatur seluruh
pengusahaan tertentu, misalnya dalam hal perizinan di atas ditabulasikan pada Tabel 22.
pengembangan PLT Aneka ET. Dalam pemenuhan administrasi dan perizinan
pada Fase Pengembangan ini, terdapat berbagai
Persyaratan Dasar Perizinan Berusaha dalam tantangan yang telah diidentifikasi, yaitu terkait
pengembangan PLT Aneka ET mencakup: (i) pemutakhiran sistem OSS menjadi sistem OSS
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR); Perizinan Berusaha Berbasis Risiko (OSS-PBBR)
(ii) Persetujuan Lingkungan; (iii) Persetujuan yang akan diterapkan mulai bulan Juli 2021. Pada
Bangunan Gedung (PBG); dan (iv) Sertifikat Laik Tabel 23 disajikan tabulasi mengenai tantangan
Fungsi (SLF). Permohonan Kesesuaian Kegiatan spesifik yang dihadapi pada tahap ini, disertai
Pemanfaatan Ruang (KKPR) dan Persetujuan dengan solusi dan rekomendasi untuk
Lingkungan (Tahap 5a) harus diajukan oleh calon meminimalkan tantangan tersebut.
pengembang pada Fase Pengembangan ini.
Adapun permohonan PBG (Subtahap 5b-1) dan Matriks prosedur Subtahap 5a-1, sebagaimana
SLF (Subtahap 5c-1) akan diajukan oleh calon ditampilkan pada Gambar 21, menyajikan
pengembang pada Fase Pembangunan. rangkaian kegiatan yang tercakup di dalamnya
termasuk key actors dan kerangka waktu di setiap
Secara spesifik pada Fase Pengembangan ini, kegiatan. Dapat dilihat pada matriks tersebut
prosedur administrasi dan perizinan pada Fase bahwa Kementerian Investasi/BKPM (melalui
Pengembangan (Tahap 5a) dikelompokkan sistem OSS) dan Kementerian Agraria dan Tata
menjadi dua subtahap, dengan uraian singkat Ruang/ATR (Badan Pertanahan Nasional/BPN)
masing-masing subtahap sebagai berikut: merupakan key actors pada subtahap ini.

1. Subtahap 5a-1, merupakan Kesesuaian Matriks prosedur Subtahap 5a-2, sebagaimana


Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR), yaitu ditampilkan pada Gambar 22 dan Gambar 23,

110 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


menyajikan rangkaian kegiatan yang tercakup di Terpadu Satu Pintu Kementerian LHK atau PTSP-
dalamnya termasuk key actors dan kerangka KLHK) merupakan key actors pada subtahap ini.
waktu di setiap kegiatan. Dapat dilihat pada
matriks tersebut bahwa Kementerian Penjelasan masing-masing subtahap di atas,
Investasi/BKPM (melalui sistem OSS) dan termasuk rangkaian kegiatan yang digambarkan
Kementerian LHK (melalui web Pelayanan dalam matriks, diuraikan secara rinci pada bagian
setelah matriks.

Tabel 22: Regulasi yang mengatur Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR) dan
Persetujuan Lingkungan

Peraturan Tentang

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 Penyelenggaraan Kehutanan

Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021
Hidup

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 Penyelenggaraan Penataan Ruang

Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko

Daftar Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Peraturan Menteri LHK Nomor 4 Tahun 2021
Lingkungan Hidup (UKL-UPL), atau Surat Pernyataan
Kesanggupan pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup (SPPL)

Peraturan Menteri ESDM Nomor 10 Tahun 2017 Pokok-Pokok dalam Perjanjian Jual Beli Listrik

Tabel 23: Deskripsi tantangan pada Tahap 5a (Administrasi dan Perizinan Fase Pengembangan)

Tantangan Deskripsi Rekomendasi

Masa • Pengurusan permohonan hingga penerbitan beberapa perizinan berusaha


Transisi maupun non berusaha dilakukan secara non-elektronik sampai dengan
Sistem sistem elektronik siap.
Perizinan • Kurangnya kepastian regulasi dan integrasi sistem di lingkungan
Kementerian/ Lembaga/Pemerintah Daerah (K/L/D) untuk seluruh sektor
yang tercakup dalam OSS. Hal ini dapat menyebabkan kurang jelasnya
persyaratan yang dibutuhkan.

Adanya perubahan regulasi yang ditujukan untuk penyederhanaan perizinan,


Dinamika namun berdampak pada perubahan nomenklatur, alur/proses administrasi dan
regulasi perizinan, kewenangan perizinan, dan lain-lain—menyebabkan calon
pengembang harus memahami kembali alur/proses administrasi dan perizinan.

Sumber: Dirangkum dari berbagai sumber

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 111


TERBARUKAN
Matriks Prosedur Tahap 5a

Gambar 21: Matriks prosedur Tahap 5a-1 (Administrasi dan Perizinan pada Fase Pengembangan:
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang/KKPR)

Kementerian
Kegiatan Badan Usaha Kementerian Investasi
ATR/BPN

Penginputan
rencana kerja dan [5a-1]
pendaftaran melalui [5a-1]
Penginputan rencana Khusus Proyek
OSS Pendaftaran
usaha Kebijakan Strategis
Nasional

[5a-1] [5a-1]
Evaluasi ketersediaan Evaluasi ketersediaan
RDTR RTR

Ya Tidak [5a-1]
Apakah RTR Pengecekan RTR dan
Evaluasi kesesuaian tersedia? Pertek
lokasi pemanfaatan
ruang dan penilaian Ya
dokumen usulan Apakah RDTR
kegiatan tersedia?
pemanfaatan ruang
Tidak
Tidak [5a-1] Apakah sesuai
Penilaian KKPR persyaratan?
Apakah lokasi
adalah
Tidak Ya
KEK/KI?

Ya

[5a-1] [5a-1] [5a-1]


Penerbitan KKPR Persetujuan KKPR Konfirmasi KKPR Rekomendasi KKPR

Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021.

112 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Gambar 22: Matriks prosedur Tahap 5a-2 (Administrasi dan Perizinan pada Fase Pengembangan:
Persetujuan Lingkungan melalui Amdal)

Kementerian Kerangka
Kegiatan Badan Usaha Kementerian LHK
Investasi (OSS) Waktu

[4a-2] Penyusunan
Dokumen Amdal
Permohonan
Persetujuan [4a-2] Pengajuan [4a-2] Penerbitan
Lingkungan permohonan Persetujuan
Persetujuan Lingkungan
Lingkungan (belum efektif)

[4a-2] Pemenuhan [4a-2]


komitmen Verifikasi
persyaratan persyaratan teknis
Verifikasi
kelengkapan
dokumen Apakah
[4a-2] Perbaikan Tidak
dokumen & dokumen sudah
Pengajuan kembali sesuai persyaratan?

Ya

[4a-2] Uji Kelayakan


Uji Kelayakan
(oleh Tim Uji
Kelayakan)
[4a-2] Rekomendasi Hasil Uji Kelayakan

[4a-2] Surat Apakah


Keputusan Tidak rekomendasi
Ketidaklayakan Hasil Uji Kelayakan
Lingkungan dinyatakan
Penetapan Hidup layak?
Ya 10 hari
SKKL kerja
Ya
[4a-2] Penerbitan
[4a-2] Surat Keputusan
Persetujuan
Kelayakan Lingkungan Hidup
Lingkungan (efektif)

Sumber: (i) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021;


(ii) www.pelayananterpadu.menlhk.go.id

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 113


TERBARUKAN
Gambar 23: Matriks prosedur Tahap 5a-2 (Administrasi dan Perizinan pada Fase Pengembangan:
Persetujuan Lingkungan melalui UKL-UPL)

Kementerian Kerangka
Kegiatan Badan Usaha Kementerian LHK
Investasi (OSS) Waktu

[5a-2] Pengisian
Formulir UKL-UPL
Permohonan
Persetujuan
Lingkungan [5a-2] Permohonan [5a-2] Penerbitan
Persetujuan Persetujuan Lingkungan
Lingkungan (belum efektif)

[5a-2] Pemenuhan
dokumen
persyaratan

[5a-2] Pengajuan
permohonan [5a-2] Pemeriksaan
Pemeriksaan
pemeriksaan Formulir UKL-UPL
Formulir
Formulir UKL-UPL
UKL-UPL

Apakah
[5a-2] Tidak formulir yang
[5a-2] Perbaikan
Arahan diberikan memenuhi
Formulir UKL-UPL
perbaikan persyaratan?

Ya
Penerbitan [5a-2] Persetujuan Pernyataan [5a-2] Penerbitan
Persetujuan Kesanggupan Pengelolaan Persetujuan
Lingkungan Lingkungan Hidup (PKPLH) Lingkungan (efektif)

Sumber: (i) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021;


(ii) www.pelayananterpadu.menlhk.go.id

114 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Subtahap 5a-1: Kesesuaian Kegiatan 2. Persetujuan KKPR, bagi kegiatan usaha yang
rencana lokasinya belum tersedia Rencana
Pemanfaatan Ruang (KKPR)
Detail Tata Ruang (RDTR).
Merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 5
3. Rekomendasi KKPR, untuk kegiatan yang
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan
bersifat strategis nasional dan rencana
Berusaha Berbasis Risiko, setiap pelaku usaha
kegiatan pemanfaatan ruangnya belum
harus memenuhi persyaratan Kesesuaian Kegiatan
termuat dalam Rencana Tata Ruang (RTR).
Pemanfaatan Ruang (KKPR)—menggantikan Izin
Lokasi dan Izin Pemanfaatan Ruang.
Permohonan Konfirmasi KKPR, Persetujuan KKPR,
ataupun Rekomendasi KKPR dapat dilakukan
Oleh karena seluruh proyek pengembangan PLT
secara elektronik melalui sistem OSS, dengan
Aneka ET saat ini berada di daratan, maka
langkah berikut: (i) pendaftaran; (ii) penilaian
pembahasan pada subtahap ini difokuskan pada
dokumen usulan kegiatan pemanfaatan ruang; dan
tahapan pelaksanaan KKPR untuk kegiatan usaha
(iii) penerbitan Konfirmasi/ Persetujuan/
dengan lokasi rencana kegiatan pemanfaatan
Rekomendasi KKPR.
ruang di darat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Langkah awal yang dilakukan yaitu pendaftaran
Penataan Ruang, pelaksanaan KKPR dilakukan
melalui sistem OSS (www.oss.go.id), dengan
melalui salah satu dari tiga (3) skema berikut:
menyampaikan kelengkapan dokumen
persyaratan, baik untuk Konfirmasi/Persetujuan/
1. Konfirmasi KKPR, bagi kegiatan usaha yang
Rekomendasi KKPR—sebagaimana ditabulasikan
lokasinya telah memiliki Rencana Detail Tata
pada Tabel 24.
Ruang (RDTR),

Tabel 24: Dokumen persyaratan KKPR

Konfirmasi KKPR Persetujuan KKPR Rekomendasi KKPR

1. Koordinat lokasi. 1. Koordinat lokasi. 1. Koordinat lokasi.


2. Kebutuhan luas lahan 2. Kebutuhan luas lahan kegiatan 2. Kebutuhan luas lahan kegiatan
kegiatan pemanfaatan pemanfaatan ruang. pemanfaatan ruang.
ruang. 3. Informasi penguasaan tanah. 3. Informasi penguasaan tanah.
3. Informasi penguasaan 4. Informasi jenis usaha. 4. Informasi jenis kegiatan.
tanah.
5. Rencana jumlah lantai 5. Rencana jumlah lantai bangunan.
4. Informasi jenis usaha. bangunan. 6. Rencana luas lantai bangunan.
5. Rencana jumlah lantai 6. Rencana luas lantai bangunan. 7. Dokumen praStudi Kelayakan
bangunan.
7. Rencana teknis bangunan dan kegiatan pemanfaatan ruang.
6. Rencana luas lantai atau rencana induk kawasan. 8. Rencana teknis bangunan dan atau
bangunan.
rencana induk kawasan.

Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 115


TERBARUKAN
Selanjutnya, Kementerian Investasi dan mekanisme di atas, sistem OSS secara otomatis
Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) akan akan menerbitkan Konfirmasi/ Persetujuan/
melakukan penilaian dokumen usulan kegiatan Rekomendasi KKPR—dengan ketentuan jangka
pemanfaatan ruang—dengan prosedur yang waktu penerbitan sebagai berikut:
berbeda-beda untuk setiap skema—sebagai
berikut: • Jangka waktu penerbitan Konfirmasi KKPR
paling lama adalah satu (1) hari sejak
1. Konfirmasi KKPR. Penilaian dokumen usulan pendaftaran.
kegiatan pemanfaatan ruang dilakukan
• Jangka waktu penerbitan Persetujuan KKPR
berdasarkan RDTR. Apabila lokasi kegiatan
paling lama adalah 20 hari sejak pendaftaran.
usaha telah sesuai dengan RDTR, sistem OSS
Dalam hal Menteri, Gubernur, Walikota/
secara otomatis akan menerbitkan KKPR.
Bupati sesuai kewenangannya tidak
2. Persetujuan KKPR. Penilaian dokumen usulan menerbitkan Persetujuan KKPR sesuai jangka
kegiatan pemanfaatan ruang dilakukan waktu tersebut, Persetujuan KKPR akan
berdasarkan kajian dengan menggunakan diterbitkan oleh sistem OSS.
asas berjenjang dan komplementer,
• Jangka waktu penerbitan Rekomendasi KKPR
berdasarkan RTR, Rencana Zonasi Kawasan
paling lama 20 (dua puluh) hari sejak
Strategis Nasional Tertentu (RZ KSNT), dan
pendaftaran. Dalam hal Menteri tidak
Rencana Zonasi Kawasan Antar-Wilayah (RZ
memberikan persetujuan dalam jangka waktu
KAW). Persetujuan KKPR diberikan oleh
tersebut, Menteri dianggap telah memberikan
Kementerian ATR (BPN), dengan
Rekomendasi KKPR.
memperhatikan pertimbangan teknis
pertanahan terkait lokasi kegiatan usaha. Sebagai catatan, apabila lokasi kegiatan usaha
Sebagai catatan, Persetujuan KKPR dapat berada di kawasan hutan, terdapat regulasi khusus
diberikan tanpa melalui tahapan penilaian yang mengatur hal tersebut. Merujuk pada
dokumen apabila lokasi usaha beradai di: (i) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021
Kawasan Industri (KI) dan kawasan tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang,
pariwisata yang telah memiliki perizinan penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan
berusaha sesuai dengan ketentuan pembangunan di luar kegiatan kehutanan—
perundang-undangan; dan (ii) Kawasan kegiatan pembangunan bangunan pengairan
Ekonomi Khusus (KEK) yang telah ditetapkan (waduk, bendungan, irigasi) dan kegiatan
sesuai dengan ketentuan perundang- ketenagalistrikan (instalasi pembangkit, transmisi,
undangan. dan distribusi listrik, serta teknologi energi baru
dan terbarukan)—berlaku ketentuan peraturan
3. Rekomendasi KKPR. Penilaian dokumen
perundang-undangan di bidang kehutanan.
usulan kegiatan pemanfaatan ruang
dilakukan terhadap RTR, RZ KSNT, dan RZ Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23
KAW. Rekomendasi KKPR diberikan oleh Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan,
Kementerian ATR (BPN), dengan diperlukan Persetujuan Penggunaan Kawasan
memperhatikan pertimbangan teknis Hutan sebagai persetujuan penggunaan atas
pertanahan terkait lokasi kegiatan usaha. sebagian kawasan hutan untuk kepentingan
pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa
Setelah penilaian dokumen usulan kegiatan mengubah fungsi dan peruntukan kawasan hutan
pemanfaatan ruang selesai dilakukan melalui tersebut—sebagaimana diuraikan pada Box 19.

116 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Box 19 : Ketentuan Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan

Untuk mendapatkan Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan, calon pengembang harus mengajukan
permohonan serta memenuhi persyaratan administrasi dan teknis. Menteri LHK kemudian akan melakukan
penilaian terhadap permohonan yang diajukan. Apabila permohonan telah memenuhi persyaratan, maka
Menteri LHK akan menerbitkan Persetujuan Pengunaan Kawasan Hutan. Jangka waktu Persetujuan
Penggunaan Kawasan Hutan yang diberikan adalah sama dengan jangka waktu Perizinan Berusaha sesuai
bidangnya. Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan akan dievaluasi oleh Menteri LHK satu (1) kali dalam
lima (5) tahun atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
Kewajiban yang harus dilakukan oleh pemegang Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan adalah sebagai
berikut:
• Melaksanakan tata batas areal Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan.
• Membayar Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Penggunaan Kawasan Hutan.
• Melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS).
• Membayar PNBP Kompensasi, bagi pemegang Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan pada
provinsi yang kurang kecukupan luas kawasan hutannya.
• Menyelenggarakan perlindungan hutan.
• Melaksanakan reklamasi dan/atau reboisasi pada kawasan hutan yang diberikan Persetujuan
Penggunaan Kawasan Hutan yang sudah tidak digunakan.
• Mengganti biaya investasi kepada pengelola/pemegang pengelolaan/perizinan berusaha
pemanfaatan hutan.
• Melaksanakan kewajiban lain yang ditetapkan oleh Menteri LHK.
Sebagai catatan, untuk pengembangan PLT Aneka ET yang merupakan kegiatan program strategis
nasional, dikecualikan dari kewajiban pembayaran PNBP Penggunaan Kawasan Hutan dan PNBP
Kompensasi serta penanaman dalam rangka rehabilitasi DAS.
Dalam hal pelaksanaan tata batas areal, pemegang Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan wajib
melaksanakan tata batas areal Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan paling lama dalam jangka waktu
satu (1) tahun setelah diterbitkan Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan dan tidak dapat diperpanjang.
Setelah pemegang Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan menyelesaikan pelaksanaan tata batas areal
penggunaan kawasan hutan, Menteri LHK akan menetapkan batas areal kerja penggunaan kawasan hutan.
Larangan yang harus dipatuhi oleh pemegang Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan adalah sebagai
berikut:
• Memindahtangankan Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan kepada pihak lain atau melakukan
perubahan nama pemegang Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan tanpa persetujuan Menteri
LHK.
• Menjaminkan atau mengagunkan areal penggunaan kawasan hutan kepada pihak lain.
• Menggunakan merkuri bagi kegiatan pertambangan.
• Melakukan kegiatan di dalam areal penggunaan kawasan hutan sebelum memperoleh penetapan
batas areal kerja penggunaan kawasan hutan, kecuali membuat kegiatan persiapan berupa
pembangunan direksi kit dan/atau pengukuran sarana dan prasarana.
Namun dalam hal Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan diberikan untuk kegiatan pembangunan
nasional yang bersifat vital, yaitu kegiatan ketenagalistrikan serta kegiatan pembangunan waduk dan
bendungan untuk pemanfaatan energi, pemegang Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan dapat
melakukan kegiatan di areal penggunaan kawasan hutan sebelum pelaksanaan tata batas diselesaikan.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 117


TERBARUKAN
Subtahap 5a-2: Persetujuan Lingkungan Kementerian LHK. Calon pengembang terlebih
dahulu harus mengajukan permohonan
Berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 22 Persetujuan Lingkungan ke sistem OSS
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan (www.oss.go.id) untuk penerbitan Persetujuan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan dengan status “belum efektif”.
mencabut Izin Lingkungan dan mengubahnya Selanjutnya, calon pengembang harus melakukan
menjadi Persetujuan Lingkungan. Persetujuan upaya pemenuhan komitmen, dengan
Lingkungan merupakan keputusan kelayakan menyampaikan dokumen persyaratan,
lingkungan hidup atau pernyataan kesanggupan sebagaimana disajikan pada Tabel 25 (Amdal) dan
pengelolaan lingkungan hidup yang telah Tabel 26 (UKL-UPL), melalui web PTSP-KLHK
mendapatkan persetujuan dari pemerintah pusat. (www.pelayananterpadu.menlhk.go.id). Proses
Persetujuan Lingkungan dapat dilakukan melalui: verifikasi dokumen persyaratan teknis oleh
(i) penyusunan dan uji kelayakan Analisis Kementerian LHK hingga penerbitan Persetujuan
Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal); (ii) Lingkungan, melalui Amdal ataupun Formulir UKL-
penyusunan dan pemeriksaan formulir Upaya UPL, diuraikan di bawah ini.
Pengelolaan Lingkungan Hidup – Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL–UPL); atau Setelah calon pengembang menyampaikan
(iii) formulir Surat Pernyataan Kesanggupan dokumen persyaratan teknis terkait Amdal,
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Kementerian LHK akan melakukan verifikasi
(SPPL). Sebagai catatan, dalam penyusunan persyaratan teknis. Apabila dari hasil verifikasi
dokumen Amdal, calon pengembang dapat terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki, calon
melakukan kontrak dengan pihak ketiga (yaitu: pengembang harus memperbaiki dokumen dan
konsultan yang bersertifikat untuk melaksanakan kembali mengajukan permohonan. Adapun jika
Amdal). dokumen telah sesuai dengan persyaratan, akan
dilakukan uji kelayakan oleh Tim Uji Kelayakan—
Dalam hal pengembangan PLT Aneka ET, yang dibentuk oleh pemerintah, terdiri dari
penyusunan dokumen Amdal atau UKL-UPL atau perwakilan pemerintah pusat, pemerintah daerah,
SPPL untuk Persetujuan Lingkungan diatur dalam dan ahli bersertifikat. Tim Uji Kelayakan bertugas
Peraturan Menteri LHK Nomor 4 Tahun 2021 untuk menetapkan keputusan kelayakan
tentang Daftar Usaha dan/atau Kegiatan Wajib lingkungan hidup berdasarkan hasil uji kelayakan.
Amdal, UKL-UPL, dan SPPL—dengan ketentuan Keputusan tersebut akan digunakan sebagai
sebagai berikut: persyaratan penerbitan Persetujuan Lingkungan.

Berdasarkan hasil uji kelayakan, Tim Uji Kelayakan


1. Wajib Amdal: pengusahaan proyek PLT
kemudian menyampaikan rekomendasi kepada
Aneka ET lebih dari atau sama dengan 50
Menteri LHK, Gubernur, atau Walikota/Bupati
MW.
sesuai dengan kewenangannya. Rekomendasi
2. Wajib UKL-UPL: pengusahaan proyek PLT tersebut menjadi bahan pertimbangan dalam
Aneka ET dengan kapasitas 1 MW hingga menetapkan Surat Keputusan Kelayakan
kurang dari 50 MW. Lingkungan Hidup (SKKL). SKKL ditetapkan paling
3. Wajib SPPL: pengusahaan proyek PLT Aneka lama 10 hari kerja sejak rekomendasi hasil uji
ET dengan kapasitas kurang dari 1 MW. kelayakan diterima. Dengan diterbitkannya SKKL,
Kementerian LHK akan memberikan notifikasi
Permohonan Persetujuan Lingkungan dilakukan kepada sistem OSS sehingga Persetujuan
melalui sistem OSS, dengan verifikasi oleh Lingkungan yang diajukan oleh calon

118 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


pengembang dapat diterbitkan melalui sistem beberapa hal yang perlu diperbaiki, calon
OSS dengan status “efektif”. pengembang akan diberi arahan untuk perbaikan.
Calon pengembang harus melakukan perbaikan
Dalam hal pemeriksaan formulir UKL-UPL, calon formulir dan menyampaikan kembali melalui web
pengembang harus mengajukan permohonan PTSP-KLHK. Namun, jika tidak terdapat perbaikan
pemeriksaan kepada: terhadap hasil pemeriksaan substansi, Menteri,
Gubernur, Walikota/Bupati sesuai dengan
• Menteri LHK, untuk kegiatan yang perizinan
kewenangannya akan memberikan persetujuan
berusaha atau persetujuan pemerintah
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
diterbitkan oleh Pemerintah Pusat, dan
Lingkungan Hidup (PKPLH). Dengan
berlokasi di lintas provinsi.
diterbitkannya PKPLH, Kementerian LHK akan
• Gubernur, untuk kegiatan yang perizinan memberikan notifikasi kepada sistem OSS
berusaha atau persetujuan pemerintah sehingga Persetujuan Lingkungan yang diajukan
diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi, oleh calon pengembang dapat diterbitkan melalui
dan berlokasi di lintas daerah kota/ sistem OSS dengan status “efektif”.
kabupaten yang berada dalam satu (1)
Dalam hal calon pengembang mengajukan
provinsi.
formulir SPPL, memuat hal-hal berikut:
• Walikota/Bupati, untuk kegiatan yang
• Kesanggupan penanggung jawab usaha
perizinan berusaha atau persetujuan
dan/atau kegiatan untuk mematuhi peraturan
pemeritah diterbitkan oleh Pemerintah
perundang-undangan di bidang
Daerah Kota/Kabupaten.
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
Calon pengembang dalam mengajukan formulir hidup.
UKL-UPL, harus dilengkapi dengan pernyataan
• Lokasi recana usaha dan/atau kegiatan
kesanggupan pengelolaan lingkungan hidup dan
memiliki Konfirmasi KKPR (Subtahap 5a-1)
persetujuan teknis yang terdiri dari: (i) pemenuhan
sesuai dengan ketentuan perundang-
baku mutu air limbah; (ii) pemenuhan baku mutu
undangan.
emisi; (iii) pengelolaan limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3); dan/atau (iv) analisis mengenai • Kewajiban dasar pengelolaan lingkungan
dampak lalu lintas. hidup.

Setelah calon pengembang menyampaikan Menteri LHK, Gubernur, atau Walikota/Bupati


dokumen persyaratan teknis terkait UKL-UPL, sesuai dengan kewenangannya menyetujui secara
Menteri LHK, Gubernur, atau Walikota/Bupati otomatis atas formulir SPPL. Sebagai catatan,
sesuai dengan kewenangannya kemudian akan SPPL telah diintegrasikan dengan Nomor Induk
melakukan pemeriksaan substansi formulir UKL- Berusaha (NIB).
UPL. Apabila dari hasil pemeriksaan terdapat

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 119


TERBARUKAN
Tabel 25: Persyaratan administrasi Persetujuan Lingkungan melalui Penyusunan Amdal dan Uji
Kelayakan Amdal

No. Persyaratan Administrasi Keterangan

1. Surat Permohonan Uji Kelayakan Ditujukan kepada Menteri LHK.


Lingkungan Hidup

2. Surat Arahan Penyusunan Dokumen Diterbitkan oleh instansi berwenang (Direktorat Pencegahan
Lingkungan Dampak Lingkungan Usaha dan Kegiatan/PDLUK, Kementerian
LHK atau Dinas Lingkungan Hidup di daerah sesuai
kewenangannya).

3. Nomor Induk Berusaha (NIB) Diterbitkan melalui sistem Online Single Submission (OSS).

4. Surat Pernyataan Pengelolaan dan Ditandatangani oleh penanggungjawab usaha dan/atau


Pemantauan Lingkungan Hidup kegiatan di atas materai.
(SPPL)

5. Surat Pernyataan bahwa kegiatan Ditandatangani oleh penanggungjawab usaha dan/atau


yang diajukan masih dalam tahap kegiatan di atas materai.
perencanaan

6. Formulir Kerangka Acuan Analisis Dokumen KA-Andal Final dan Berita Acara KA-Andal yang telah
Dampak Lingkungan Hidup (KA- ditandatangani.
Andal) dan Berita Acara KA-Andal

7. Bukti kesesuaian lokasi rencana usaha Peta kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan
dan/atau kegiatan dengan rencana rencana tata ruang.
tata ruang

8. Persetujuan awal terkait rencana Izin prinsip yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang
usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan rencana kegiatan.

9. Persetujuan teknis Dikeluarkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan jenis
rencana kegiatan.

10. Keabsahan tanda bukti registrasi Surat Registrasi LPJP Amdal yang diterbitkan oleh Pusat
Lembaga Penyedia Jasa Penyusun Standardisasi Lingkungan dan Kehutanan yang masih berlaku.
(LPJP) Amdal, apabila penyusunan
Amdal dan Rencana Pengelolaan
Lingkungan Hidup & Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup (RKL-
RPL) dilakukan oleh LPJP Amdal

11. Keabsahan tanda bukti sertifikasi Sertifikat kompetensi penyusunan Amdal.


kompetensi penyusunan Amdal

120 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


No. Persyaratan Administrasi Keterangan

12. Dokumen Andal Kesesuaian sistematika dokumen Andal dan dokumen RKL-RPL
dengan pedoman penyusunan dokumen Andal dan dokumen
RKL-RPL:
1) Pendahuluan:
• Latar belakang.
• Tujuan dan manfaat.
• Pelaksana studi.
• Deskripsi singkat rencana usaha dan/atau kegiatan.
• Ringkasan pelingkupan.
2) Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan beserta
alternatifnya.
3) Deskripsi rona lingkungan hidup rinci.
4) Hasil dan evaluasi pelibatan masyarakat.
5) Penetapan dampak penting hipotetik, batas wilayah studi,
dan batas waktu kajian.
6) Prakiraan dampak penting dan penentuan sifat penting
dampak.
7) Evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan.
8) Daftar pustaka.
9) Lampiran.

13. Dokumen RKL-RPL Dokumen RKL-RPL terdiri atas:


1) Muatan dokumen RKL-RPL sudah sesuai pedoman
penyusunan:
• Pendahuluan.
• Rencana pengelolaan lingkungan hidup.
• Rencana pemantauan lingkungan hidup.
• Pernyataan dan komitmen pemrakarsa untuk
melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam
RKL-RPL.
• Daftar pustaka.
• Lampiran.
2) Matriks atau Tabel Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
memuat elemen-elemen:
• Dampak lingkungan yang dikelola.
• Sumber dampak.
• Indikator keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup.
• Bentuk pengelolaan lingkungan hidup.
• Lokasi pengelolaan lingkungan hidup.
• Periode pengelolaan lingkungan hidup.
• Institusi pengelolaan lingkungan hidup.
3) Peta pengelolaan lingkungan hidup.
4) Matriks atau Tabel Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
memuat elemen-elemen:
• Dampak yang dipantau.
• Bentuk pemantauan lingkungan hidup.
• Institusi pemantauan lingkungan hidup.
5) Peta pemantauan lingkungan hidup.

Sumber: http://pelayananterpadu.menlhk.go.id/

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 121


TERBARUKAN
Tabel 26: Persyaratan administrasi Persetujuan Lingkungan melalui Penyusunan Formulir UKL-UPL
dan Pemeriksaan Formulir UKL-UPL

No. Persyaratan Administrasi Keterangan

Surat Permohonan Pemeriksaan UKL- Ditujukan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
1.
UPL

Surat Arahan Penyusunan Dokumen Diterbitkan oleh instansi berwenang (Direktorat Pencegahan
2. Lingkungan Dampak Lingkungan Usaha dan Kegiatan atau Dinas
Lingkungan Hidup sesuai kewenangannya).

3. Nomor Induk Berusaha (NIB) Diterbitkan oleh sistem OSS.

Surat Pernyataan Pengelolaan dan Ditandatangani oleh penanggung jawab usaha dan/atau
4.
Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL) kegiatan di atas materai.

Surat Pernyataan bahwa kegiatan yang Ditandatangani oleh penanggung jawab usaha dan/atau
5. diajukan masih dalam tahap kegiatan di atas materai.
perencanaan

6. Bukti Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Berupa peta kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau
Pemanfaatan Ruang atau Rekomendasi kegiatan dengan rencana tata ruang.
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang

7. Persetujuan awal terkait rencana usaha Izin prinsip yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang
dan/atau kegiatan sesuai dengan rencana kegiatan.

8. Persetujuan teknis Dikeluarkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan jenis
rencana kegiatan.

9. Formulir UKL-UPL Kesesuaian isi formulir UKL-UPL standar spesifik atau formulir
UKL-UPL standar dengan pedoman pengisian berikut:
1) Identitas penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan:
• Nama penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
• Alamat kantor, kode pos, nomor telepon, faksimile,
dan surel (email).
2) Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan:
• Nama rencana usaha dan/atau kegiatan.
• Lokasi rencana usaha dan/atau kegaiatan dan
dilampirkan peta yang sesuai dengan kaidah
kartografi dan/atau ilustrasi lokasi dengan skala yang
memadai.
• Skala/besaran rencana usaha dan/atau kegiatan.
3) Dampak lingkungan yang ditimbulkan dan upaya
pengelolaan lingkungan hidup serta standar pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup.
4) Surat Pernyataan.
5) Daftar Pustaka.
6) Lampiran.

Sumber: http://pelayananterpadu.menlhk.go.id/

122 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEK A ET


Tahap 6: Pendanaan

Gambaran Umum Tahap 6 Pada tahap ini, prosedur untuk mendapatkan


pendanaan dari bank atau lembaga pembiayaan
Calon pengembangan PLT Aneka ET umumnya dalam pengembangan proyek PLT Aneka ET
membutuhkan modal investasi dalam jumlah (Tahap 6) dirinci dalam tiga subtahap berikut:
besar, secara khusus pada kegiatan konstruksi,
tahap Engineering, Procurement, and 1. Subtahap 6-1 (Permohonan Pendanaan).
Construction (EPC) (Tahap 9). Selain biaya modal Dalam hal pengajuan permohonan
yang diperlukan untuk kegiatan konstruksi, calon pendanaan, calon pengembang harus
pengembang PLT Aneka ET juga harus memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan
menempatkan dana untuk keperluan seperti oleh penyedia dana (bank atau lembaga
Jaminan Penawaran saat Pelelangan Proyek pembiayaan).
(Tahap 1) dan Jaminan Pelaksanaan pada saat
2. Subtahap 6-2 (Persetujuan Pendanaan).
Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL) (Tahap
Pihak penyedia dana akan mengevaluasi
7). Mengingat kebutuhan biaya yang besar dalam
kelayakan proyek dan mengkaji risiko
pengembangan PLT Aneka ET, calon pengembang
pengembangan PLT Aneka ET. Apabila telah
pada umumnya mendapatkan sumber pendanaan
disetujui oleh pihak penyedia dana, proyek
eksternal dari bank atau lembaga pembiayaan.
akan mendapatkan Persetujuan Pendanaan
Dalam hal pendanaan pada pengembangan dan akan dilakukan penandatanganan
proyek PLT Aneka ET, terdapat beberapa perjanjian antara calon pengembang dengan
tantangan yang telah diidentifikasi sebagaimana pihak penyedia dana.
dirangkum pada Tabel 27, yaitu terkait proyek PLT
3. Subtahap 6-3 (Pemanfaatan Pendanaan).
Aneka ET yang dinilai tidak bankable. Sehubungan
Setelah adanya Persetujuan Pendanaan dan
dengan risiko tersebut, pihak penyedia dana (bank
melakukan penandatanganan perjanjian, calon
atau lembaga pembiayaan) umumnya
pengembang dapat mulai memanfaatkan
mempersyaratkan studi kelayakan yang lebih rinci
dana tersebut untuk pengembangan PLT
kepada calon pengembang PLT Aneka ET. Namun,
Aneka ET.
pada praktiknya, pelaksanaan studi kelayakan
yang lebih rinci akan disusun setelah calon
Matriks prosedur Tahap 6, sebagaimana
pengembang memenangkan Pelelangan Proyek
ditampilkan pada Gambar 24, menyajikan
yang diselenggarakan PT PLN (Persero). Merujuk
rangkaian kegiatan di dalamnya, disertai dengan
pada hal tersebut, calon pengembang proyek PLT
key actor dan kerangka waktu di setiap kegiatan.
Aneka ET umumnya menggunakan ekuitas atau
Dapat dilihat pada matriks tersebut bahwa pihak
modal sendiri untuk pembiayaan pada tahap awal
penyedia dana (bank atau lembaga pembiayaan)
pengembangan proyek—seperti Jaminan
merupakan key actor pada tahap ini. Penjelasan
Penawaran (Tahap 1) dan penyusunan Studi
masing-masing subtahap, termasuk rangkaian
Perencanaan proyek (Tahap 2).
kegiatan yang digambarkan dalam matriks,
diuraikan secara rinci pada bagian setelah matriks
tersebut.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 123


TERBARUKAN
Tabel 27: Deskripsi tantangan pada Tahap 6 (Pendanaan)

Tantangan Deskripsi Rekomendasi

Lembaga pembiayaan dalam negeri khususnya perbankan


Pengusahaan PLT masih menilai proyek PLT Aneka ET masih belum bankable.
Aneka ET yang dinilai Selain itu, pemberian bunga yang kompetitif dan tenor yang
masih belum bankable panjang pada pembiayaan PLT Aneka ET masih sangat
minim.

Sumber: KESDM. Buku Renstra KESDM 2020-2024.

Matriks Prosedur Tahap 6

Gambar 24: Matriks prosedur Tahap 6 (Pendanaan)

Kerangka
Kegiatan Badan Usaha Penyedia Dana
Waktu

[6-1] Penentuan porsi


utang & ekuitas
Permohonan
Pendanaan
[6-1] Pengajuan
permohonan pendanaan

[6-2] Evaluasi kelayakan


[6-1] Pemenuhan
proyek (Uji Tuntas &
persyaratan pinjaman
Kajian Risiko)

Jika diperlukan
Evaluasi
persyaratan [6-2] Klarifikasi
pinjaman permasalahan
Apakah
permohonan dan Tidak [6-2]
persyaratan memenuhi Penolakan
standar dan layak? permohonan

Ya
Persetujuan
[6-2] Penandatanganan Perjanjian Pinjaman
Pendanaan

Pemanfaatan [6-3] Pemanfaatan


Pendanaan pendanaan

Sumber: ADB. Renewable Energy Financing Schemes for Indonesia. 2019.

124 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Subtahap 6-1: Permohonan Pendanaan untuk mengkaji kelayakan proyek melalui uji
tuntas (due diligence) dan kajian risiko di setiap
Sebelum melakukan permohonan pendanaan tahap pengembangan proyek. Uji tuntas (due
berupa pinjaman kepada pihak penyedia dana diligence) merupakan prosedur untuk menyusun
(bank atau lembaga pembiayaan), calon pandangan objektif tentang objek investasi
pengembang terlebih dahulu harus menentukan termasuk penilaian serta studi komprehensif
struktur pembiayaan proyek (pembagian porsi terkait perusahaan dan kondisi keuangan
utang dan ekuitas). Untuk mendapatkan dana perusahaan.
pinjaman dari bank ataupun lembaga pembiayaan,
calon pengembang harus mengajukan Apabila pada saat proses evaluasi, pihak penyedia
permohonan dan juga memenuhi persyaratan dana membutuhkan klarifikasi beberapa poin
yang telah ditentukan oleh pihak penyedia dana. masalah, calon pengembang harus siap
mengklarifikasi dan melengkapi persyaratan jika
Umumnya persyaratan yang ditentukan oleh pihak diperlukan. Berdasarkan hasil evaluasi, apabila
penyedia dana adalah: (i) latar belakang telah disetujui oleh pihak penyedia dana, maka
pengembangan proyek; (ii) deskripsi rinci teknis, akan disiapkan Perjanjian Pinjaman, yang harus
ekonomi, keuangan, lingkungan, dan sosial proyek; dikaji terlebih dahulu oleh calon pengembang.
(iii) kegiatan dan pencapaian yang dicapai selama Ketika Perjanjian Pinjaman beserta persyaratan
pengembangan proyek (sampai pada saat dan ketentuan yang ditetapkan telah dipenuhi oleh
permohonan pinjaman), serta spesifikasi biaya calon pengembang, maka proyek mendapatkan
terkait; (iv) penjelasan rinci perihal sisa biaya dan Persetujuan Pendanaan dan penandatanganan
rencana waktu proyek untuk mencapai bankability perjanjian antara calon pengembang dengan
dan financial close (pemenuhan biaya); serta (v) penyedia dana akan dilakukan.
proposal rinci pembagian biaya antara calon
pengembang dengan penyedia dana.8 Sebagai catatan, kriteria dalam pengambilan
keputusan Persetujuan Pendanaan adalah:
Namun perlu dicatat bahwa setiap bank ataupun
lembaga pembiayaan dapat menerapkan prosedur • Kualitas calon pengembang dan keseluruhan
dan persyaratan yang berbeda. Oleh karena itu, proyek (hanya proyek yang kredibel yang
calon pengembang harus mencari informasi memiliki probabilitas keberhasilan tinggi
terlebih dahulu, untuk kemudian melakukan yang akan dipertimbangkan).
negosiasi terkait fasilitas pendanaan yang • Tahap pengembangan proyek dan batas
tersedia. waktu yang diharapkan untuk bankability.

• Sisa biaya pengembangan, yaitu semakin


Subtahap 6-2: Persetujuan Pendanaan
sedikit biaya yang diperlukan untuk mencapai
Setelah calon pengembang mengajukan bankability, maka akan semakin tinggi
permohonan pendanaan (Subtahap 6-1) dengan peringkatnya.
menyampaikan rencana bisnis kepada bank atau • Bagian biaya yang ditanggung oleh calon
lembaga pembiayaan, evaluasi akan dilakukan pengembang.

8
Renewable Energy Financing Schemes for Indonesia. Asian Development Bank. 2019.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 125


TERBARUKAN
Subtahap 6-3: Pemanfaatan Pendanaan kegiatan konstruksi PLT Aneka ET (Tahap 9). Di
samping itu, pendanaan juga dapat dimanfaatkan
Setelah mendapatkan Persetujuan Pendanaan untuk memenuhi Jaminan Pelaksanaan pada saat
(Subtahap 6-2), calon pengembang dapat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL) (Tahap
memanfaatkan dana pinjaman tersebut untuk 7).

Tahap 7: Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL)

Gambaran Umum Tahap 7 ditetapkan berdasarkan kesepakatan para


pihak.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga listrik
nasional, pemanfaatan energi terbarukan, dan 3. Dalam hal BPP Pembangkitan di sistem
penggunaan energi ramah lingkungan, PT PLN ketenagalistirkan di wilayah Sumatera, Jawa,
(Persero) diwajibkan untuk membeli tenaga listrik dan Bali atau sistem ketenagalistrikan
dari Independent Power Producer (IPP) energi setempat lainnya sama atau di bawah rata-
terbarukan sesuai dengan kesepakatan yang telah rata BPP Pembangkitan nasional, maka harga
dilakukan dan ketentuan yang ada. Regulasi yang pembelian tenaga listrik ditetapkan
mengatur tentang PJBL secara lengkap dirangkum berdasarkan kesepakatan para pihak.
pada Tabel 28.
4. Harga pembelian tenaga listrik dari PLTA
Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 4 PUPR ditetapkan berdasarkan kesepakatan
Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas para pihak.
Peraturan Menteri ESDM Nomor 50 Tahun 2017
Atas dasar ketentuan yang telah disebutkan
tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan
sebelumnya, apabila dalam pengembangan
untuk Penyediaan Tenaga Listrik, harga pembelian
proyek PLT Aneka ET berlaku kondisi poin (2), (3),
tenaga listrik dari PLT Aneka ET ditetapkan
dan (4) PT PLN (Persero) akan mengundang calon
dengan ketentuan sebagai berikut:
pengembang untuk melakukan negosiasi harga
1. Dalam hal Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik baru, hingga mencapai kesepakatan
Pembangkitan di sistem ketenagalistrikan harga pembelian tenaga listrik oleh kedua belah
setempat di atas rata-rata BPP Pembangkitan pihak.
Nasional, harga pembelian tenaga listrik
Perlu dicatat bahwa pembelian tenaga listrik dari
paling tinggi adalah: (i) sebesar BPP
PLT Aneka ET oleh PT PLN (Persero) hanya dapat
Pembangkitan di sistem ketenagalistrikan
dilakukan setelah calon pengembang resmi
setempat, untuk pembelian tenaga listrik dari
ditetapkan dan telah menandatangani Surat
PLT Hidro, dan (ii) sebesar sebesar 85% dari
Penunjukan Pemenang atau Letter of Intent (LoI)
BPP Pembangkitan di sistem ketenagalistrikan
(Tahap 1a-2/1b-3). Selanjutnya, setelah mencapai
setempat, untuk PLTS dan PLTB.
kesepakatan harga, PT PLN (Persero) akan
2. Dalam hal BPP Pembangkitan di sistem menyampaikan Surat Permohonan Persetujuan
ketenagalistrikan setempat sama atau di Harga Pembelian Tenaga Listrik kepada Menteri
bawah rata-rata BPP Pembangkitan nasional, ESDM. Berdasarkan surat permohonan tersebut,
maka harga pembelian tenaga listirk Menteri ESDM menerbitkan Surat Persetujuan

126 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Harga Jual Beli Tenaga Listrik—yang akan Ketenagalistrikan, dan Direksi PT PLN (Persero).
digunakan sebagai persyaratan dalam Pelaporan dapat dilakukan menggunakan sistem
permohonan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik aplikasi online, namun apabila belum tersedia
(IUPTL) (Tahap 8). maka pelaporan disampaikan secara tertulis.

Selanjutnya, PT PLN (Persero) akan mengundang PJBL PLT Aneka ET berlaku paling lama 30 tahun
calon pengembang untuk penjelasan draf PJBL. sesuai dengan umur ekonomis pembangkit,
Calon pengembang harus menyerahkan terhitung sejak COD. Setelah penandatanganan
persyaratan Jaminan Pelaksanaan sebelum PJBL, pengembang harus melakukan pemenuhan
dilakukan penandatanganan PJBL dengan biaya (financial close).
ketentuan sebagaimana diuraikan pada Tabel 29.
Apabila persyaratan tersebut telah terpenuhi, Dalam hal pelaksanaan PJBL untuk proyek PLT
penandatanganan PJBL antara calon pengembang Aneka ET, terdapat beberapat tantangan yang
dengan PT PLN (Persero) akan dilakukan umum dihadapi pengembang sebagaimana
disajikan pada Tabel 30.
Sesuai dengan ketentuan regulasi, setelah
penandatangan PJBL dilakukan, pengembang Matriks prosedur untuk Tahap 7, sebagaimana
harus melaporkan kemajuan pelaksanaan ditampilkan pada Gambar 25, menyajikan
pembangunan pembangkit listrik kepada Menteri rangkaian kegiatan di dalamnya termasuk key
ESDM setiap tiga (3) bulan. Pelaporan ini terhitung actors dan kerangka waktu di setiap kegiatan.
mulai tanggal penandatanganan PJBL hingga Dapat dilihat pada matriks tersebut bahwa
Commercial Operation Date (COD), dengan Kementerian ESDM dan PT PLN (Persero)
tembusan kepada Dirjen EBTKE, Dirjen merupakan key actors pada tahap ini.

Tabel 28: Regulasi yang mengatur PJBL

Peraturan Tentang

Peraturan Menteri ESDM Nomor 50 Tahun 2017 jis.


Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk
Peraturan Menteri ESDM Nomor 53 Tahun 2018 dan
Penyediaan Tenaga Listrik
Peraturan Menteri ESDM Nomor 4 Tahun 2020

Peraturan Menteri ESDM Nomor 10 Tahun 2017 jis.


Peraturan Menteri ESDM Nomor 49 Tahun 2017 dan Pokok-Pokok dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik
Peraturan Menteri ESDM Nomor 10 Tahun 2018

Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0062 Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit Energi
Tahun 2020 Baru dan Terbarukan

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 127


TERBARUKAN
Tabel 29: Jaminan Pelaksanaan

1) Jaminan Pelaksanaan harus dicantumkan di dalam Perjanjian dengan dengan nilai sebagai berikut:
(i) minimal sejumlah 10% dari perkiraan nilai total biaya proyek berlaku sejak penandatanganan PJBL sampai
dengan Financing Date.
(ii) minimal sejumlah 5% dari perkiraan nilai total biaya proyek berlaku sejak Financing Date sampai
commissioned date.
(iii) minimal sejumlah 2,5% dari perkiraan nilai total biaya proyek berlaku sejak commissioned date sampai
dengan Commercial Operation Date (COD).

2) Pelaksanaan penyampaian Jaminan Pelaksanaan oleh pengembang sebagaimana dimaksud pada poin (1) di
atas, disampaikan sekaligus sebelum PJBL ditandatangani atau pada saat penandatanganan PJBL dengan
ketentuan sebagai berikut:
(i) Jaminan Pelaksanaan I minimal sebesar 5% dari perkiraan nilai total biaya proyek berlaku sejak
penandatanganan PJBL sampai Financing Date dan dikembalikan dengan tercapainya Financing Date.
(ii) Jaminan Pelaksanaan II minimal sebesar 2.5% dari perkiraan nilai total biaya proyek berlaku sejak
penandatanganan PJBL sampai commissioned date dan dikembalikan dengan tercapainya commissioned
date.
(iii) Jaminan Pelaksanaan III minimal sebesar 2.5% dari perkiraan nilai total biaya proyek berlaku sejak
penandatanganan PJBL sampai Commercial Operation Date (COD) dan dikembalikan dengan tercapainya
COD.

3) Masa berlaku untuk:


(i) Jaminan Pelaksanaan I sejak tanggal penandatanganan PJBL sampai dengan sekurang-kurangnya 30 hari
kalender sejak Financing Date.
(ii) Jaminan Pelaksanaan II sejak tanggal penandatanganan PJBL sampai dengan sekurang-kurangnya 180
hari kalender sejak commisioned date (COD Unit 1).
(iii) Jaminan Pelaksanaan III sejak tanggal penandatanganan PJBL sampai dengan sekurang-kurangnya 180
hari kalender sejak COD.

4) Ketentuan Jaminan Pelaksanaan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:


(i) Diterbitkan oleh Bank Umum (tidak termasuk Bank Perkreditan Rakyat) atau Bank Asing yang beroperasi
di Indonesia atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia kecuali diatur dalam Peraturan Direksi PLN yang
mengatur tentang Jaminan Pelaksanaan.
(ii) Format Jaminan Pelaksanaan sesuai dengan format yang ditetapkan oleh PT PLN (Persero).
(iii) Pembayaran atas klaim atau tuntutan pencairan adalah mutlak dan tanpa syarat ( unconditional) meskipun
ada tuntutan permintaan atau keberatan dari terjamin atau pihak manapun.
(iv) Masa berlaku Jaminan Pelaksanaan tidak kurang dari jangka waktu yang ditetapkan dalam Dokumen
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS).
(v) Besarnya nilai Jaminan Pelaksanaan dicantumkan dalam angka dan huruf.
(vi) Tercantum nama Pengguna yang menerima Jaminan Pelaksanaan.
(vii) Jaminan Pelaksanaan harus diserahkan ke Pejabat Pelaksana Pengadaan PT PLN (Persero) sebelum
penandatanganan PJBL, dalam hal calon pengembang tidak bersedia menyerahkan Jaminan Pelaksanaan
sebelum penandatanganan PJBL maka calon pengembang dianggap mengundurkan diri dan Jaminan
Penawaran (Subtahap 1a-1 atau Subtahap 1b-1) dicairkan serta menjadi milik PT PLN (Persero).

5) Persyaratan klaim Jaminan Pengadaan, sesuai dengan yang tercantum di dalam surat jaminan.
Sumber: Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2018

128 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT AN EKA ET


Tabel 30: Deskripsi tantangan pada Tahap 7 (PJBL)

Tantangan Deskripsi Rekomendasi

Ketentuan harga beli listrik yang kurang menarik bagi


Kurang menariknya pengembang dikarenakan lebih rendahnya harga beli listrik
harga beli listrik bagi dari pembangkit energi terbarukan dibandingkan harga
pengembang beli listrik dari pembangkit listrik konvensional (non-energi
baru terbarukan).

Sumber: : IESR. Indonesia Clean Energy Outlook 2020. 2020.

Matriks Prosedur Tahap 7

Gambar 25: Matriks prosedur Tahap 7 (Perjanjian Jual Beli Listrik)

DJEBTKE- Kerangka
Kegiatan Badan Usaha PT PLN (Persero)
KESDM Waktu

[1a-3]/[1b-3]
Penandatanganan Surat
Penerbitan Penunjukan Pemenang
Surat (Letter of Intent, LoI)
Persetujuan
Harga Jual Beli [7] Penerbitan
[7] Persiapan Surat
Tenaga Listrik Surat Persetujuan
Permohonan Persetujuan Harga
Harga Jual Beli
Pembelian Tenaga Listrik
Tenaga Listrik

Pembahasan
Draf PJBL [7] Pembahasan Draf PJBL

[7] Pemenuhan [7] Verifikasi dokumen


persyaratan PJBL persyaratan

Verifikasi
kelengkapan
persyaratan Tidak Apakah dokumen
sesuai dengan
persyaratan?

Ya

[7] Penandatanganan PJBL

Penandata-
nganan PJBL [7] Pelaporan kemajuan
pelaksanaan pembangunan
PLTBio setiap 3 bulan

Sumber: (i) Peraturan Menteri ESDM Nomor 10 Tahun 2017 jis. Peraturan Menteri ESDM Nomor 49 Tahun 2017 dan Peraturan
Menteri ESDM Nomor 10 Tahun 2018;
(ii) Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0062 Tahun 2020.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 129


TERBARUKAN
6.5 Fase Pembangunan

Fase Pembangunan dimulai setelah pengembang Tahap 9 (Engineering, Procurement, and


melakukan Pemenuhan Biaya (Financial Close)— Construction/EPC). Setelah memperoleh IUPTL,
yaitu pengembang telah menandatangani pengembang dapat melaksanakan kegiatan
perjanjian/kredit dan telah mendapatkan Detailed Engineering Design (DED), pembelian
pencairan dana untuk pembiayaan proyek dan pengadaan peralatan, serta kegiatan
pembangkit listrik. pembangunan fisik pembangkit dan instalasi
peralatan.
Fase Pembangunan proyek PLT Aneka ET terdiri
dari enam tahap, yang secara berurutan terdiri Tahap 4b (Pengajuan Fasilitas – Fase
dari: (8) Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Pembangunan). Fasilitas (insentif) yang dapat
(IUPTL); (9) Engineering, Procurement, and diajukan oleh pengembang pada Fase
Construction (EPC); (4) pengajuan fasilitas; (5) Pembangunan, yaitu: Pembebasan Bea Masuk atas
administrasi dan perizinan; serta (10) impor barang untuk kegiatan konstruksi PLT
penyambungan jaringan listrik dan Aneka ET.
commissioning. Gantt chart dan diagram alir untuk
Fase Pengembangan disajikan pada Gambar 26 Tahap 5 (Administrasi dan Perizinan – Fase
dan Gambar 27 secara berurutan, dengan uraian Pembangunan). Pengembang wajib memenuhi
singkat masing-masing tahap dideskripsikan di dokumen persyaratan administrasi dan perizinan
bawah ini. Ulasan masing-masing tahap akan yang dibagi menjadi dua, yaitu sebelum dilakukan
dirinci dalam subbab ini. konstruksi PLT Aneka ET dan setelah konstruksi
PLT Aneka ET selesai. Administrasi dan perizinan
Tahap 8 (Izin Usaha Penyediaan Tenaga sebelum dilakukan konstruksi PLT Aneka ET
Listrik/IUPTL). Pengembang wajib memiliki IUPTL (Tahap 5b) mencakup: (i) Persetujuan Bangunan
untuk melakukan usaha penyediaan tenaga listrik Gedung; dan (ii) izin lainnya, terdiri atas Izin
di Indonesia—dalam hal ini berbasis aneka energi Gangguan dan Surat Izin Pengambilan dan
terbarukan (PLT Aneka ET). Setelah adanya Pemanfaatan Air. Adapun administrasi dan
kesepakatan harga jual beli listrik, pengembang perizinan setelah konstruksi PLT Aneka ET selesai
harus mengajukan permohonan IUPTL dan (Tahap 5c) mencakup: (i) Sertifikat Laik Fungsi
melampirkan dokumen persyaratan, salah satunya (SLF); dan Sertifikat Laik Operasi (SLO).
adalah hasil Studi Kelayakan yang telah disetujui
oleh Menteri ESDM. Permohonan IUPTL dilakukan Tahap 10 (Penyambungan Jaringan Listrik dan
melalui sistem OSS dengan pemenuhan komitmen Commissioning). Pengembang harus
(verifikasi persyaratan teknis) melalui mengorganisasikan pelaksanaan penyambungan
Kementerian ESDM. jaringan listrik dan commissioning. Pertama,
penyambungan jaringan listrik dilakukan dan
dilanjutkan dengan commissioning, untuk
memperoleh Sertifikat Laik Operasi (SLO).

130 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Gambar 26: Gantt chart Fase Pembangunan

PEMBANGUNAN
Pemenuhan
Biaya

4b Fasilitas Fiskal

5b Administrasi & Perizinan 5c

6 Pendanaan

8 Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL)

Engineering, Procurement,
9 & Construction (EPC)

Penyambungan Jaringan Listrik


10
& Commissioning

Gambar 27: Diagram alir Fase Pembangunan

PEMBANGUNAN
Pemenuhan
Biaya
5b 5c

Administrasi Administrasi SLF, SLO


& Perizinan & Perizinan

PBG,
HO,
SIPPA
8 9 10
Kesepakatan Izin Usaha
harga Engineering, Penyambungan COD
FASE Penyediaan
Procurement, & Jaringan Listrik & FASE OPERASI
PENGEMBANGAN Tenaga Listrik
Construction (EPC) Commissioning
(IUPTL)

Pembebasan
Bea Masuk

4b

Pengajuan
Fasilitas

Pendanaan

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 131


TERBARUKAN
Tahap 8: Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL)

Gambaran Umum Tahap 8 25 hari. Selanjutnya, verifikasi persyaratan teknis


akan dilakukan oleh DJK-KESDM. Apabila
Dalam pengembangan proyek pada sektor dokumen dinyatakan memenuhi persyaratan,
ketenagalistrikan untuk kepentingan umum, maka Surat Pemenuhan Komitmen akan
pengembang harus memiliki Izin Usaha diterbitkan dalam jangka waktu lima (5) hari.
Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL). Syarat utama Dalam hal ini, DJK-KESDM akan memberikan
dalam mengajukan IUPTL adalah dokumen Studi notifikasi kepada sistem OSS sehingga IUPTL yang
Kelayakan yang telah dievaluasi oleh Kementerian diajukan oleh pengembang dapat diterbitkan—
ESDM dan Kesepakatan Harga Jual Beli Tenaga melalui sistem OSS—dengan status “efektif”.
Listrik yang telah dicapai pada tahap Perjanjian
Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL) (Tahap 7). Regulasi IUPTL diberikan kepada pengembang untuk
yang mengatur tentang IUPTL ini disajikan pada jangka waktu paling lama 30 tahun dan dapat
Tabel 31. diperpanjang. Jangka waktu tersebut diberikan
dengan mempertimbangkan jangka waktu PJBL.
Setelah memperoleh persetujuan Studi Kelayakan
oleh Menteri ESDM dan Kesepakatan Harga Jual Matriks prosedur untuk Tahap 8, sebagaimana
Beli Tenaga Listrik, pengembang harus ditampilkan pada Gambar 28, menyajikan
mengajukan permohonan IUPTL melalui sistem rangkaian kegiatan di dalamnya termasuk key
OSS (www.oss.go.id) untuk penerbitan IUPTL actors dan kerangka waktu di setiap kegiatan.
dengan status “belum efektif”. Selanjutnya, Dapat dilihat pada matriks tersebut bahwa
pengembang menyampaikan dokumen Kementerian Investasi (melalui sistem OSS) dan
persyaratan melalui aplikasi Perizinan ESDM Kementerian ESDM (melalui aplikasi Perizinan
(www.perizinan.esdm.go.id) sebagaimana ESDM) merupakan key actors pada tahap ini.
ditabulasikan pada Tabel 32, dengan jangka waktu

Tabel 31: Regulasi yang mengatur kegiatan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL)

Peraturan Tentang

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Ketenagalistrikan

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 jo.


Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2014

Pelayanan Perizinan Berusaha Terintergrasi Secara


Peraturan Menteri ESDM Nomor 39 Tahun 2018
Elektronik Bidang Ketenagalistrikan

Pendelegasian Wewenang Pemberian Izin Usaha


Peraturan Menteri ESDM Nomor 35 Tahun 2014 jis.
Ketenagalistrikan dalam Rangka Pelaksanaan Pelayanan
Peraturan Menteri ESDM Nomor 14 Tahun 2017 dan
Terpadu Satu Pintu kepada Kepala Kepala Badan
Peraturan Menteri ESDM Nomor 30 Tahun 2018
Koordinasi Penanaman Modal

Peraturan Menteri ESDM Nomor 35 Tahun 2013 jo.


Tata Cara Perizinan Usaha Ketenagalistrikan
Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2016

132 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Tabel 32: Dokumen persyaratan pengajuan IUPTL

Dokumen Persyaratan Keterangan


• Identitas pemohon.
• Pengesahan sebagai badan hukum Indonesia.
Persyaratan Administratif • Profil pemohon.
• NPWP.
• Kemampuan pendanaan.
• Studi Kelayakan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik.
• Lokasi instalasi.
• Izin lokasi dari instansi yang berwenang.
• Diagram satu garis.
Persyaratan Teknis • Jenis dan kapasitas usaha yang akan dilakukan.
• Jadwal pembangunan.
• Jadwal pengoperasian.
• Persetujuan Harga Jual Tenaga Listrik oleh Menteri ESDM sesuai dengan
kewenangannya.
Persyaratan pada peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan
Persyaratan Lingkungan
pengelolaan lingkungan hidup.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 133


TERBARUKAN
Matriks Prosedur Tahap 8

Gambar 28: Matriks prosedur Tahap 8 (Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik/IUP)

DJK-KESDM Kementerian Kerangka


Kegiatan Badan Usaha
(Perizinan ESDM) Investasi (OSS) Waktu

[8] Permohonan [8] Penerbitan IUPTL


IUPTL (belum efektif)
Permohonan
25 hari
IUPTL
[8] Pemenuhan
dokumen
persyaratan

[8] Verifikasi &


evaluasi dokumen

Apakah
Verifikasi & dokumen yang Tidak [8]
evaluasi diberikan memenuhi Penolakan 5 hari
persyaratan persyaratan? permohonan
dokumen

Ya

[8] Penerbitan
Surat Pemenuhan
Komitmen

Penerbitan [8] Penerbitan IUPTL


IUPTL (efektif)

Sumber: (i) Peraturan Menteri ESDM Nomor 35/2013 jo. Peraturan Menteri ESDM No. 12 Tahun 2016;
(ii) DJK-KESDM. PPT Jenis Usaha dan Tata Cara Perizinan Penyediaan Tenaga Listrik. 24 Maret 2021.

134 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Tahap 4b: Pengajuan Fasilitas (Fase Pembangunan)

Gambaran Umum Tahap 4b 2. Subtahap 4b-2, merupakan Pembebasan Bea


Masuk. Pengembang dapat mengajukan
Pada Fase Pembangunan, pengembang dapat fasilitas tersebut melalui sistem OSS, dengan
mengajukan fasilitas Pembebasan Bea Masuk atas pemenuhan komitmen (verifikasi) oleh
impor barang untuk konstruksi PLT Aneka ET— Kementerian Keuangan.
setelah mendapatkan Izin Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik (IUPTL) (Tahap 8) dan sebelum Matriks prosedur Tahap 4b, sebagaimana
melakukan kegiatan konstruksi pembangkit ditampilkan pada Gambar 29, menyajikan
(Tahap 9). Serangkaian regulasi yang mengatur rangkaian subtahap dan kegiatan yang tercakup di
tentang pengajuan fasilitas tersebut ditabulasikan dalamnya, disertai dengan key actors dan
pada Tabel 33. kerangka waktu di setiap kegiatan. Dapat dilihat
pada matriks tersebut bahwa Kementerian
Pengajuan fasilitas pada Fase Pembangunan ini Investasi (BKPM), DJK-KESDM, dan Surveyor
dibagi menjadi dua subtahap, dengan uraian (yaitu: verifikator dokumen RIB) merupakan key
singkat masing-masing subtahap sebagai berikut: actors pada tahap ini. Penjelasan Tahap 4b
mencakup rangkaian subtahap dan kegiatan yang
1. Subtahap 4b-1, merupakan Rencana Impor digambarkan dalam matriks, dideskripsikan secara
Barang (RIB). Pengembang harus mengajukan rinci pada bagian setelah matriks tersebut.
Persetujuan dan Penandasahan RIB kepada
DJK-KESDM.

Tabel 33: Regulasi yang mengatur Pengajuan Fasilitas Pembebasan Bea Masuk

Peraturan Tentang

Pembebasan Bea Masuk atas Impor Barang Modal Dalam Rangka


Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Pembangunan atau Pengembangan Industri Pembangkitan Tenaga
66 Tahun 2015
Listrik untuk Kepentingan Umum

Peraturan Menteri Keuangan Nomor Pemberian Fasilitas Perpajakan dan Kepabeanan untuk Kegiatan
21 Tahun 2010 Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan

Tata Cara Permohonan Persetujuan dan Penandasahan Rencana


Peraturan Direktur Jenderal
Impor Barang Modal Dalam Rangka Pembangunan atau
Ketenagalistrikan Nomor 263 Tahun
Pengembangan Industri Pembangkitan Tenaga Listrik untuk
2015
Kepentingan Umum

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 135


TERBARUKAN
Matriks Prosedur Tahap 4b

Gambar 29: Matriks prosedur Tahap 4b (Pengajuan Fasilitas: Pembebasan Bea Masuk)

Kementerian DJK-KESDM Kerangka


Kegiatan Badan Usaha Surveyor
Investasi (OSS) (Perizinan ESDM) Waktu

[4b-1]
Penyusunan Penyusunan
RIB RIB

[4b-1]
[4b-1]
Pemilihan &
Verifikasi
penunjukan
dokumen RIB
surveyor

Apakah
Verifikasi Tidak dokumen
RIB oleh memenuhi
surveyor persyaratan?

Ya

[4b-1]
Tidak
Pelaporan
verifikasi
dokumen RIB

[4b-1]
[4b-1]
Permohonan
Permohonan Verifikasi oleh
penandasahan RIB
& evaluasi pihak ketiga &
& pemenuhan
penanda- evaluasi oleh
dokumen
sahan Tim DJK-KESDM
persyaratan
Rencana
Impor
Barang (RIB) Apakah
dokumen
memenuhi
persyaratan?

Ya

Penerbitan [4b-1]
& penanda- Persetujuan &
sahan RIB Penandasahan
RIB

[4b-2]
Permohonan [4b-2]
Permohonan Pembebasan Bea Verifikasi dokumen
pengajuan Masuk & permohonan
fasilitas pemenuhan
Pembebasan dokumen
Bea Masuk persyaratan Apakah
dokumen Tidak [4b-2] Surat
memenuhi Penolakan
persyaratan? Permohonan

Ya

[4b-2] Penerbitan
Penerbitan Keputusan Kepala
keputusan BKPM (atas nama
Pembebasan Menteri Keuangan)
Bea Masuk perihal Pembebasan
Bea Masuk

Sumber: (i) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66 Tahun 2015;


(ii) Peraturan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Nomor 263 Tahun 2015.

136 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Subtahap 4b-1: Rencana Impor Barang Surveyor kemudian melakukan verifikasi terhadap
dokumen RIB, meliputi aspek administrasi dan
(RIB)
teknis, sebagaimana disajikan pada Box 20.
Sebelum melakukan impor barang untuk kegiatan Apabila dokumen telah memenuhi persyaratan,
konstruksi (Tahap 9), pengembang harus Surveyor akan menyusun Laporan Verifikasi RIB—
menyusun dokumen Rencana Impor Barang (RIB) yang kemudian diserahkan kepada pengembang.
serta memilih dan menunjuk Surveyor.

Box 20 : Verifikasi Rencana Impor Barang (RIB) oleh Surveyor

Merujuk pada Peraturan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Nomor 263 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Permohonan Persetujuan dan Penandasahan Rencana Impor Barang Modal Dalam Rangka Pembangunan
atau Pengembangan Industri Pembangkitan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum—Surveyor bersifat
independen, mempunyai lingkup kegiatan dan kemampuan melakukan verifikasi Rencana Impor Barang
(RIB) atau Rencana Impor Barang Perubahan (RIBP) di bidang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),
serta memiliki Surat Izin Usaha Jasa Survei (SIUJS) yang diterbitkan oleh Kementerian Perdagangan
Republik Indonesia.
Surveyor dipilih dan ditunjuk oleh pengembang untuk melakukan verifikasi RIB. Adapun verifikasi terhadap
RIB meliputi:
1. Aspek Administrasi
• Kesesuaian nama badan usaha.
• Alamat.
• Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL).
• Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
• Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL).
2. Aspek Teknis
a) Kesesuaian daftar barang modal dalam RIB dengan kebutuhan pembangunan atau
pengembangan pembangkit (jenis, spesifikasi, dan jumlah barang) yang direncanakan.
b) Seleksi terhadap barang modal dalam RIB agar memenuhi ketentuan sebagai berikut:
• Barang belum diproduksi dalam negeri.
• Barang sudah diproduksi dalam negeri namun, tidak memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan.
• Barang yang sudah diproduksi dalam negeri, namun tidak memenuhi kebutuhan industri.
• Barang tidak termasuk dalam daftar barang yang tidak boleh diimpor.
• Barang bukan suku cadang, barang habis pakai atau peralatan bengkel ( workshop tool).
c) Penelitian tehadap kontrak PJBL, meliputi:
• Ketentuan pencantuman klausul tidak termasuk bea masuk dalam kontrak.
• Ketentuan bahwa seluruh tenaga listrik yang dihasilkan akan dibeli oleh PT PLN (Persero).
d) Barang modal yang dicantumkan dalam RIB hanya barang modal yang memenuhi persyaratan
untuk disetujui dan ditandasahkan dalam rangka mendapatkan fasilitas Pembebasan Bea Masuk.
Sebagai catatan, dalam rangka Penandasahan RIB, DJK dapat meminta penjelasan atau klarifikasi terhadap
Laporan Hasil Verifikasi RIB yang disampaikan Surveyor.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 137


TERBARUKAN
Pengembang kemudian mengajukan permohonan • Peralatan sudah diproduksi dalam negeri,
Izin Persetujuan dan Penandasahan Rencana namun jumlahnya belum mencukupi
Impor Barang (RIB) secara tertulis dan bermeterai kebutuhan industri.
kepada Direktur Jenderal Ketenagalistrikan
KESDM cq Direktur Teknik dan Lingkungan Merujuk pada regulasi tersebut, pembebasan bea
Ketenagalistrikan, disertai dengan Laporan Hasil masuk diberikan kepada badan usaha pemegang
Verifikasi RIB dari Surveyor dan lampiran IUPTL. Untuk mendapatkan fasilitas Pembebasan
permohonan lainnya, sebagaimana ditabulasikan Bea Masuk, pengembang harus mengajukan
dalam Tabel 34. Sebagai catatan, pengajuan permohonan kepada Kementerian Investasi
permohonan dan penyampaian dokumen (BKPM)— disertai dengan penyampaian dokumen
persyaratan dapat dilakukan secara online melalui pengajuan dan lampiran sebagaimana diuraikan
web Perizinan ESDM (www.perizinan.esdm.go.id) pada Tabel 35.
pada menu Gatrik.
Kementerian Investasi kemudian melakukan
Selanjutnya, seluruh dokumen tersebut akan verifikasi terhadap permohonan yang diajukan.
dievaluasi oleh pihak DJK-KESDM, mencakup Apabila seluruh dokumen telah memenuhi
kelengkapan dokumen, serta evaluasi aspek legal, persyaratan, Kepala BKPM (saat ini: Menteri
teknis, dan harga. Proses verifikasi aspek legal, Investasi) atas nama Menteri Keuangan akan
teknis, dan harga akan dilakukan oleh pihak ketiga. menerbitkan keputusan mengenai Pembebasan
Setelah melalui proses evaluasi dan verifikasi, dan Bea Masuk atas impor barang modal. Sebaliknya,
telah disetujui, Persetujuan dan Penandasahan RIB jika dokumen belum disetujui, akan diterbitkan
akan diberikan oleh Direktur Teknik dan Surat Penolakan yang disertai dengan alasan
Lingkungan Ketenagalistrikan atas nama Direktur penolakan. Jangka waktu penerbitan keputusan
Jenderal Ketenagalistrikan KESDM. Waktu yang Pembebasan Bea Masuk atau Surat Penolakan
diperlukan dalam Persetujuan dan Penandasahan adalah paling lambat tujuh (7) hari kerja sejak
RIB adalah tujuh (7) hari kerja apabila dokumen permohonan diajukan secara lengkap.
telah lengkap.
Pengembang yang telah memperoleh fasilitas
Pembebasan Bea Masuk wajib menyampaikan
Subtahap 4b-2: Pembebasan Bea Masuk
tembusan laporan realisasi impor barang kepada
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor Direktur Jenderal Ketenagalistrikan KESDM cq
66 Tahun 2015 tentang Pembebasan Bea Masuk Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan.
atas Impor Barang Modal Dalam Rangka
Perlu menjadi catatan bahwa realisasi impor
Pembangunan atau Pengembangan Industri
barang atau pengadaan peralatan impor (Tahap 9)
Pembangkitan Tenaga Listrik untuk Kepentingan
dilakukan paling lama dalam jangka waktu 24
Umum, terdapat beberapa ketentuan pemberian
bulan sejak berlakunya keputusan mengenai
Pembebasan Bea Masuk atas impor barang untuk
pemberian Pembebasan Bea Masuk atas impor
industri pembangkitan tenaga listrik adalah
barang. Realisasi impor barang dapat
sebagai berikut:
diperpanjang paling lama 12 bulan sejak
• Peralatan atau mesin tidak dapat diproduksi di berakhirnya jangka waktu realisasi impor—dengan
dalam negeri; atau mengajukan permohonan perpanjangan realisiasi,
• Peralatan sudah diproduksi di dalam negeri, yang diajukan paling lambat 14 hari sebelum
namun belum memenuhi spesifikasi yang berakhirnya masa berlaku keputusan Pembebasan
dibutuhkan; atau Bea Masuk.

138 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Tabel 34: Dokumen persyaratan Persetujuan dan Penandasahan Rencana Impor Barang (RIB)

Dokumen Persyaratan

1) Dokumen permohonan secara tertulis dan bermeterai (format tercantum pada Lampiran I Peraturan
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan KESDM Nomor 263 Tahun 2015 tentang Tata Cara Permohonan
Persetujuan dan Penandasahan Rencana Impor Barang Modal Dalam Rangka Pembangunan atau
Pengembangan Industri Pembangkitan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum).
2) Lampiran:
• Fotokopi Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL).
• Fotokopi Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL).
• Laporan hasil verifikasi dan daftar Rencana Impor Barang (RIB) yang telah diverifikasi oleh Surveyor.
• Surat pernyataan tanggung jawab dari Surveyor (format tercantum pada Lampiran II Peraturan DJK
Nomor 263 Tahun 2015).

Tabel 35: Dokumen persyaratan pengajuan fasilitas Pembebasan Bea Masuk

Dokumen Persyaratan

1) Dokumen pengajuan (format tercantum pada Lampiran I Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66 Tahun
2015 tentang Tata Cara Permohonan Persetujuan dan Penandasahan Rencana Impor Barang Modal Dalam
Rangka Pembangunan atau Pengembangan Industri Pembangkitan Tenaga Listrik untuk Kepentingan
Umum).
2) Lampiran:
• Fotokopi Izin Prinsip Penanaman Modal (saat ini: Nomor Induk Berusaha/NIB).
• Rencana Impor Barang (RIB) kebutuhan proyek, yang memuat jumlah, jenis, dan spesifikasi teknis secara
rinci per kantor pabean tempat pemasukan yang telah disetujui dan ditandasahkan oleh DJK-KESDM
(format tercantum pada Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66 Tahun 2015).
• Akta Pendirian badan usaha.
• Nomor Identitas Kepabeanan (NIK) (saat ini: Nomor Induk Berusaha/NIB).
• Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL).
• Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL) dengan PT PLN (Persero).

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 139


TERBARUKAN
Tahap 5b dan 5c: Administrasi dan Perizinan Fase Pembangunan

Gambaran Umum Tahap 5b dan 5c juga merupakan salah satu persyaratan


dari penetapan Commercial Operation
Secara spesifik pada Fase Pembangunan, prosedur Date (COD).
administrasi dan perizinan dikelompokkan menjadi
dua (2) tahapan utama, yakni: Serangkaian regulasi yang mengatur seluruh
perizinan di atas, ditabulasikan pada Tabel 36.
1. Tahap 5b, merupakan administrasi dan
perizinan yang wajib dipenuhi oleh Matriks prosedur Subtahap 5b-1 dan 5b-2,
pengembang sebelum melakukan kegiatan sebagaimana ditampilkan pada Gambar 30 dan
konstruksi (Tahap 9). Pada tahap ini, terdapat Gambar 31, menyajikan rangkaian kegiatan yang
dua jenis perizinan yang harus diajukan, yaitu: tercakup di dalamnya, disertai dengan key actor
dan kerangka waktu di setiap kegiatan. Dapat
• Subtahap 5b-1, merupakan Persetujuan
dilihat pada matriks tersebut bahwa Pemerintah
Bangunan Gedung (PBG).
Daerah merupakan key actor pada kedua
• Subtahap 5b-2, merupakan perizinan subtahap ini. Penjelasan masing-masing subtahap,
berusaha lainnya, mencakup Izin mencakup rangkaian kegiatan yang digambarkan
Gangguan (Hinder Ordonnantie, HO), dalam matriks, dideskripsikan secara rinci pada
Surat Izin Pengambilan dan bagian setelah matriks prosedur Tahap 5b.
Pemanfaatan Air (SIPPA).
Matriks prosedur Subtahap 5c-1 dan 5c-2,
2. Tahap 5c, merupakan administrasi dan
sebagaimana ditampilkan pada Gambar 32 dan
perizinan yang wajib dipenuhi oleh
Gambar 33, menyajikan rangkaian kegiatan yang
pengembang setelah melakukan kegiatan
tercakup di dalamnya, disertai dengan key actor
konstruksi (Tahap 9). Pada tahap ini, terdapat
dan kerangka waktu di setiap kegiatan. Dapat
dua jenis perizinan yang harus diajukan, yaitu:
dilihat pada matriks tersebut, bahwa Pengkaji
• Subtahap 5c–1, merupakan Sertifikat Teknis dan Pemerintah Daerah merupakan key
Laik Fungsi (SLF), yaitu sertifikat untuk actors pada Subtahap 5c-1 (SLF). Sedangkan key
bangunan gedung terbangun, sesuai actors pada Subtahap 4d-2 (SLO) mencakup
dengan dokumen PBG dan persyaratan Lembaga Inspeksi Teknis (LIT), DJK-KESDM
kelaikan teknis berdasarkan fungsinya. (melalui aplikasi Perizinan ESDM), dan
Kementerian Investasi (melalui sistem OSS).
• Subtahap 5c–2, merupakan Sertifikat
Penjelasan masing-masing subtahap, mencakup
Laik Operasi (SLO), yaitu bukti
rangkaian kegiatan yang digambarkan dalam
pengakuan formal suatu instalasi tenaga
matriks, dideskripsikan secara rinci pada bagian
listrik telah berfungsi sebagaimana
setelah matriks prosedur Tahap 5c.
kesesuaian persyaratan yang ditentukan
dan dinyatakan siap dioperasikan. SLO

140 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PL T ANEKA ET


Tabel 36: Regulasi yang mengatur Persetujuan Bangunan Gedung (PBG), Sertifikat Laik Fungsi
(SLF), dan Sertifikat Laik Operasi (SLO)

Peraturan Tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun


Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021
2002 tentang Bangunan Gedung

Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 Pelayanan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko

Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik


Peraturan Menteri ESDM Nomor 39 Tahun 2018
Bidang Ketenagalistrikan

Peraturan Menteri ESDM Nomor 38 Tahun 2018 Tata Cara Akreditasi dan Sertifikasi Ketenagalistrikan

Peraturan Menteri PUPR Nomor 5 Tahun 2016 jo.


Izin Mendirikan Bangunan Gedung
Peraturan Menteri PUPR Nomor 2 Tahun 2020

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 141


TERBARUKAN
Matriks Prosedur Tahap 5b

Gambar 30: Matriks prosedur Tahap 5b-1 (Administrasi dan Perizinan pada Fase Pembangunan:
Persetujuan Bangunan Gedung/PBG)

Kerangka
Kegiatan Badan Usaha Pemerintah Daerah
Waktu
Permohonan [5b-1] Pengajuan
Persetujuan Permohonan PBG
Bangunan pada SIMBG
Gedung (PBG)

Verifikasi [5b-1] Verifikasi kelengkapan


[5b-1] Pemenuhan
kelengkapan persyaratan
persyaratan
persyaratan (oleh Sekretariat Dinas Teknis)

[5b-1] Pemeriksaan
Dokumen Rencana Teknis
(oleh TPA/TPT)

[5b-1] Penyusunan
Berita Acara

Pemeriksaan
28 hari
Dokumen
[5b-1] kerja
Rencana Teknis Tidak Apakah
Rekomendasi Dokumen Rencana Teknis
Pendaftaran Ulang memenuhi standar teknis?
PBG

Ya

[5b-1] Rekomendasi
Pemenuhan Standar Teknis

Penerbitan Surat
Pernyataan [5b-1] Surat Pernyataan
Pemenuhan Pemenuhan Standar Teknis
Standar Teknis (oleh Dinas Teknis)

[5b-1] [5b-1] Penetapan Nlai


Penetapan Nilai
Pembayaran Nlai Retribusi Daerah
Retribusi Daerah
Retribusi Daerah (oleh Dinas Teknis)

Bukti Pembayaran
Penerbitan PBG [5b-1] Penerbitan PBG
(oleh DPMPTSP)

Sumber: (i) Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021;


(ii) www.simbg.pu.go.id

142 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Gambar 31: Matriks prosedur Tahap 5b-2 (Administrasi dan Perizinan Fase Pembangunan: Izin
Gangguan/Hinder Ordonnantie/HO dan Surat Izin Pengambilan dan Pemanfaatan
Air/SIPPA)

Kerangka
Kegiatan Badan Usaha Pemerintah Daerah (DPMPTSP)
Waktu

Permohonan Perizinan:
• Izin Gangguan (HO)
• Surat Izin
[5a-4] Permohonan
Pengambilan dan
perizinan
Pemanfaatan Air
(SIPPA)

[5a-4] Pemenuhan [5a-4] Verifikasi


persyaratan dokumen

Verifikasi dokumen Apakah


dokumen yang Tidak
[5a-4] Penolakan
diberikan memenuhi permohonan
persyaratan?

Ya

Penerbitan perizinan [5a-4] Penerbitan


berusaha perizinan

Subtahap 5b-1: Persetujuan Bangunan Untuk memperoleh PBG, pengembang terlebih


dahulu harus mengajukan permohonan PBG
Gedung (PBG)
melalui aplikasi Sistem Informasi Manajemen
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Bangunan Gedung (SIMBG) (www.simbg.pu.go.id)
Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan dengan penyampaian persyaratan administrasi
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang dan teknis, berupa data pemohon/pemilik, data
Bangunan Gedung. Persetujuan Bangunan bangunan gedung, dokumen rencana teknis, dan
Gedung (PBG) adalah perizinan yang diberikan dokumen pendukung lainnya (seperti data
kepada pemilik Gedung untuk membangun baru, tanah)—sebagaimana disajikan pada Tabel 37.
mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau Kepala Dinas Teknis kemudian akan menugaskan
merawat bangunan gedung sesuai dengan standar Sekretariat untuk melakukan verifikasi terhadap
teknis bangunan gedung—yang harus diajukan kelengkapan persyaratan tersebut. Setelah
sebelum pelaksanaan konstruksi. PBG ini persyaratan dinyatakan lengkap, Sekretariat
diperlukan baik untuk bangunan gedung memberikan jadwal konsultasi perencanaan
permanen maupun gedung nonpermanen. kepada pengembang.
Sebagai catatan, Persetujuan Bangunan (PBG) ini
Konsultasi perencanaan dilakukan dengan
akan menggantikan Izin Mendirikan Bangunan
pemeriksaan dokumen rencana teknis.
(IMB).
Pemeriksaan tersebut dieksekusi oleh Tim Profesi

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 143


TERBARUKAN
Ahli (TPA) atau Tim Penilai Teknis (TPT)—yang Setelah penerbitan Surat Pernyataan Pemenuhan
dibentuk oleh Pemerintah Daerah untuk Standar Teknis, penetapan nilai retribusi daerah
memberikan pertimbangan teknis dalam proses dilakukan oleh Dinas Teknis, dari hasil perhitungan
penilaian dokumen rencana teknis. Pemeriksaan teknis berdasarkan indeks terintegrasi dan harga
dilakukan paling banyak lima (5) kali dalam kurun satuan retribusi. Selanjutnya Dinas Perizinan akan
waktu paling lama 28 hari kerja, dan dilakukan menyampaikan Surat Ketetapan Retribusi Daerah
pertama kali paling lama tiga (3) hari kerja sejak (SKRD), yang berisikan besaran retribusi daerah.
pengajuan pendaftaran. Pemeriksaan dilakukan Pengembang diharuskan untuk membayar
melalui dua tahap, yaitu pemeriksaan dokumen retribusi daerah yang telah ditetapkan tersebut.
rencana arsitektur serta pemeriksaan dokumen Selanjutnya, bukti pembayaran retribusi akan
rencana struktur, mekanikal, elektrikal, dan diverifikasi dan divalidasi oleh Dinas Perizinan—
perpipaan. hingga diterbitkannya Surat Setoran Retribusi
Daerah (SSRD). Berdasarkan SSRD tersebut,
Hasil pemeriksaan yang dilengkapi dengan Kepala Dinas Perizinan akan melakukan validasi.
pertimbangan teknis, dituangkan dalam Berita Dinas Perizinan selanjutnya akan menerbitkan
Acara—yang akan diunggah oleh Sekretariat ke persetujuan penerbitan PBG dan melakukan
dalam SIMBG. Berdasarkan pertimbangan teknis, penyerahan PBG kepada pemohon.
perbaikan dokumen rencana teknis dapat
dilakukan oleh pengembang sebelum jadwal Sebagai catatan, konstruksi PLT Aneka ET (Tahap
pemeriksaan selanjutnya. Pada Berita Acara 9) dapat dilaksanakan setelah pengembang
pemeriksaan terakhir dilengkapi dengan memperoleh PBG. Pengembang harus
kesimpulan terkait dokumen rencana teknis menyampaikan informasi jadwal tanggal mulai
apakah sudah memenuhi standar atau belum pelaksanaan konstruksi kepada Dinas Teknis
memenuhi standar. Apabila dokumen rencana melalui SIMBG. Informasi tersebut harus
teknis telah memenuhi standar teknis, maka akan disampaikan sebelum pelaksanaan konstruksi
diterbitkan Surat Pernyataan Pemenuhan Standar dimulai. Apabila pengembang tidak
Teknis oleh Dinas Teknis. Sedangkan jika dokumen menyampaikan informasi pelaksanaan konstruksi
rencana teknis belum memenuhi standar teknis, selambat-lambatnya enam (6) bulan sejak
maka akan dikeluarkan rekomendasi pendaftaran diterbitkannya PBG, maka PBG akan dicabut dan
ulang PBG. dinyatakan tidak berlaku.

Tabel 37: Persyaratan Dokumen Permohonan PBG

Dokumen Data yang Dibutuhkan

Rencana • Data penyedia jasa perencana arsitektur


Arsitektur • Konsep rancangan
• Gambar rancangan tapak
Rencana • Gambar denah
Teknis • Gambar tampak Bangunan Gedung
• Gambar rencana tata ruang dalam
• Gambar rencana tata ruang luar
• Detail utama dan/atau tipikal

144 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Dokumen Data yang Dibutuhkan

Rencana Struktur • Gambar rencana struktur bawah dan detailnya


• Gambar rencana struktur atas dan detailnya
• Gambar rencana basemen dan detailnya
• Perhitungan rencana struktur, dilengkapi dengan data penyelidikan tanah
untuk Bangunan Gedung lebih dari 2 (dua) lantai

Rencana Utilitas • Perhitungan kebutuhan air bersih, listrik, penampungan dan pengolahan air
limbah, pengelolaan sampah, beban kelola air hujan, serta kelengkapan
prasarana dan sarana pada Bangunan Gedung
• Perhitungan tingkat kebisingan dan getaran
• Gambar sistem proteksi kebakaran sesuai dengan tingkat risiko kebakaran
• Gambar sistem penghawaan atau ventilasi alami dan/atau buatan
• Gambar sistem transportasi vertikal
• Gambar sistem trasnportasi horizontal
• Gambar sistem informasi dan komunikasi internal dan eksternal
• Gambar sistem proteksi petir
• Gambar jaringan listrik, yang terdiri dari gambar sumber, jaringan, dan
pencahayaan
• Gambar sistem sanitasi, yang terdiri dari sistem air bersih, air limbah, dan air
hujan.

Spesifikasi Jenis, tipe, dan karakteristik material atau bahan yang digunakan secara lebih
Teknis Bangunan detail dan menyeluruh untuk komponen arsitektural, struktural, mekanikal,
Gedung elektrikal, dan perpipaan (plumbing).

Laporan uraian perhitungan biaya berdasarkan perhitungan volume masing-


Perkiraan Biaya Pelaksanaan
masing elemen arsitektur, struktur, mekanikal, elektrikal, dan perpipaan
Konstruksi
(plumbing) dengan mempertimbangkan harga satuan Bangunan Gedung.

Sumber: www.simbg.pu.go.id

Subtahap 5b-2: Izin Lainnya Kegiatan Pengembangan Pedoman dan


Rekomendasi Investasi ET dan EE pada
Selain PBG, sebagai persyaratan kegiatan tanggal 24 Agustus 2021—yang wajib dimiliki
konstruksi (Tahap 9), pengembang harus oleh pengembang sebelum melakukan
mengajukan perizinan berusaha lainnya yang kegiatan konstruksi PLT Aneka ET.
diperlukan, yaitu: (i) Izin Gangguan (Hinder
Ordonnantie, HO); dan (ii) Surat Izin Pengambilan 2. Surat Izin Pengambilan dan Pemanfaatan Air
dan Pemanfaatan Air (SIPPA), (SIPPA), merupakan izin pengambilan dan
pemanfaatan air untuk kegiatan konstruksi
Masing-masing perizinan berusaha tersebut PLT Aneka ET, serta untuk memenuhi
diuraikan secara singkat di bawah ini: kebutuhan domestik di lingkup PLT Aneka ET
yang akan dikembangkan, antara lain untuk
1. Izin Gangguan (HO), merupakan perizinan kebutuhan sanitasi pegawai saat pembangkit
dari Pemerintah Daerah—berdasarkan Focus mulai beroperasi, dan lainnya.
Group Discussion (FGD) Level Provinsi terkait

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 145


TERBARUKAN
Pengembang dapat mengajukan permohonan Sebagai catatan, proses pengajuan permohonan
kedua perizinan berusaha tersebut kepada perizinan berusaha dan penyampaian dokumen
Pemerintah Daerah melalui Dinas Penanaman persyaratan dapat dilakukan secara online melalui
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu web DPMPTSP Provinsi.
(DPMPTSP) Provinsi—di lokasi pengembangan
proyek PLT Aneka ET. Dalam hal ini, pengembang Selanjutnya, khusus untuk pengusahaan PLTB,
harus menyampaikan dokumen persyaratan untuk terdapat beberapa perizinan yang harus
mendapatkan izin tersebut (sebagai contoh, Tabel dilengkapi oleh pengembang. Perizinan-perizinan
38 merupakan dokumen persyaratan SIPPA). tersebut dijelaskan secara detail pada Box 21.
Pemerintah Daerah kemudian akan melakukan
verifikasi dokumen persyaratan hingga penerbitan
perizinan berusaha.

Tabel 38: Dokumen persyaratan Surat Izin Pengambilan dan Pemanfaatan Air (SIPPA)

Dokumen Persyaratan

1) Surat Permohonan Bermeterai Rp 10.000,00.


2) Surat Kuasa/Surat Tugas.
3) Foto Copy KTP Pemohon.
4) Foto Copy NPWP Perusahaan.
5) Nomor Induk Berusaha (NIB).
6) Foto Copy Akta Notaris Badan Hukum Perusahaan.
7) Surat Pernyataan Keabsahan, Kesanggupan Memenuhi dan Mematuhi Semua Persyaratan yang Ditentukan.
8) Gambar Lokasi/Peta Situasi (disertai Titik Koordinat Pengambilan dan/atau Konstruksi).
9) Gambar Desain Bangunan (Pengambilan, Pembuangan Air maupun Prasarana Lainnya).
10) Spesifikasi Teknis Bangunan Pengambilan Air.
11) Proposal Teknik/Penjelasan Penggunaan Air.
12) Manual Operasi dan Pemeliharaan.
13) Bukti Kepemilikan atau Pengusahaan (Sertifikat Tanah).
14) Persetujuan Lingkungan melalui Amdal/UKL-UPL/SPPL dari instansi yang berwenang.
15) Hasil konsultasi publik atas pengusahaan Sumber Daya Air.

Sumber: DPMPTSP Provinsi Riau

146 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Box 21: Perizinan Berusaha PLTB

Dalam fase pembangunan, terdapat beberapa perizinan berusaha khusus untuk pengusahaan PLTB
yang harus dilengkapi oleh pengembang yaitu: (i) Rekomendasi Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan (KKOP), (ii) Persetujuan Andalalin. Masing-masing penjelasan lebih detail terkait perizinan
tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
1. Rekomendasi Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP)
Dalam pengusahaan proyek PLTB umumnya akan dilakukan pembangunan met mast dan turbin angin
(wind turbine). Met mast merupakan menara pengukuran yang berfungsi untuk mengukur kecepatan
angin. Turbin angin merupakan seperangkat teknologi yang mengubah energi angin menjadi energi
listrik. Ketinggian met mast dan turbin angin umumnya adalah sekitar 100 meter. Oleh karena itu, dalam
rangka pembangunan met mast dan turbin angin, diperlukan izin ketinggian berupa Rekomendasi
Kawasan Keselamatan Operasioanal (KKOP).
Rekomendasi Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) merupakan izin ketinggian
gedung/bangunan di dalam Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP). Rekomendasi KKOP
juga merupakan batasan ketinggian yang diberikan terhadap rencana gedung/bangunan sesuai dengan
batas ketinggian KKOP. Rekomendasi Ketinggian Bangunan pada Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan (KKOP) disyaratkan untuk bangunan dengan kategori diatas 4 lantai atau luas bangunan
diatas 10.000 meter persegi dengan kajian Amdal.
Merujuk pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 90 Tahun 2018 tentang Norma, Standar,
Prosedur, Dan Kriteria Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Perhubungan Di
Bidang Udara, Rekomendasi KKOP merupakan kewenangan dari Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah
dan Rekomendasi KKOP akan diterbitkan oleh Kementerian Perhubungan RI. Untuk melakukan
permohonan Rekomendasi KKOP, pengembang dapat melakukan registrasi melalui sistem OSS dan
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Surat permohonan ditandatangani pemohon/penerima kuasa;
• Fotocopy KTP pemilik tenah/pemohon;
• Fotocopy surat kepemilikan tanah berupa sertifikat tanah dari BPN yang dilegalisir atau Kartu
Kapling dari Pemerintah Daerah/Pusat (yang dilegalisir Pemerintah Kotamadya/Instansi Pusat
Penerbit Kartu Kepling) atau bukti penguasaan/sewa lahan;
• Alamat lokasi yang dimohonkan;
• Koordinat lokasi dengan ketentuan: (i) Koordinat geografis WGS’84, (ii) Satuan derajat, menit,
dan detik, (iii) Ketelitian 2 angka di belakang koma;
• Elevasi tanah lokasi dalam satuan Meter, MSL (Mean Sea Level);
• Peta/denah lokasi yang dimohonkan;
• Pembayaran PNBP (SIMPONI);
• Gambar rencana ketinggian;
• Surat Kuasa Pengurusan dari Pemilik/Pemohon kepada yang mengurus (bila pengurusan oleh
bukan pemilik/pemohon).
Waktu proses pengurusan Rekomendasi KKOP adalah 14 hari kerja jika dokumen lengkap dan
memenuhi persyaratan.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 147


TERBARUKAN
Box 21: Perizinan Berusaha PLTB

2. Persetujuan Analisis dampak Lalu Lintas (Andalalin)


Dalam rangka proses pengangkutan baling-baling (blade) PLTB yang memiliki ukuran sangat panjang,
dibutuhkan peralatan pengangkutan khusus. Merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, setiap rencana pembangunan
pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur yang akan menimbulkan gangguan keamanan,
keselamatan, ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan wajib dilakukan analisis
dampak lalu lintas.
Dalam praktiknya, terdapat tiga kategori Analisis dampak Lalu Lintas yaitu bangkitan tinggi, sedang,
dan rendah. Analisis dampak Lalu Lintas dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Untuk kegiatan dengan bangkitan Lalu Lintas yang tinggi, pengembang atau pembangun
diwajibkan untuk menyampaikan dokumen analisis dampak Lalu Lintas yang disusun oleh
tenaga ahli yang memiliki Sertifikat Kompetensi penyusun analisis dampak Lalu Lintas;
b. Untuk kegiatan dengan bangkitan Lalu Lintas yang sedang, pengembang atau pembangun
diwajibkan untuk menyampaikan rekomendasi teknis penanganan dampak Lalu Lintas yang
disusun oleh tenaga ahli yang memiliki Sertifikat Kompetensi penyusun analisis dampak Lalu
Lintas; atau
c. Untuk kegiatan dengan bangkitan Lalu Lintas yang rendah, pengembang atau pembangun
diwajibkan untuk:
• Memenuhi standar teknis penanganan dampak Lalu Lintas yang telah ditetapkan oleh
Menteri; dan
• Menyampaikan gambaran umum lokasi dan rencana pembangunan atau pengembangan
yang akan dilaksanakan.
Dokumen analisis dampak Lalu Lintas paling sedikit memuat:
a. Perencanaan dan metodologi analisis dampak Lalu Lintas;
b. Analisis kondisi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan saat ini;
c. Analisis bangkitan/tarikan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan akibat pembangunan berdasarkan
kaidah teknis transportaasi dengan menggunakan factor trip rate yang ditetapkan secara
nasional;
d. Analisis distribusi perjalanan;
e. Analisis pemilihan moda;
f. Analisis pembebanan perjalanan;
g. Simulasi kinerja Lalu Lintas yang dilakukan terhadap analisis dampak Lalu Lintas;
h. Rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak Lalu Lintas;
i. Rincian tanggung jawab Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dan pengembang atau
pembangun dalam penanganan dampak Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam huruf h;
j. Rencana pemantauan dan evaluasi; dan
k. Gambaran umum lokasi yang akan dibangun atau dikembangkan.

148 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Box 21: Perizinan Berusaha PLTB

Selanjutnya, pengajuan persetujuan Andalalin dapat dilakukan melalui sistem pelayanan perizinan
persetujuan Andalalin di lingkungan Kementerian Perhubungan yaitu Si Andalan
(siandalan.dephub.go.id). Langkah-langkah proses pengajuan persetujuan Andalalin melalui Si
Andalan adalah sebagai berikut.
a. Penyiapan dokumen persyaratan (fotocopy identitas pemohon, fotocopy NPWP perusahaan
dan pemohon, fotocopy legalitas usaha pemohon, fotocopy akte pendiri perusahaan dari
Kemenkumham, pertimbangan teknis pertanahan dari BPN, izin prinsip penaaman modal, alih
fungsi lahan, izin lokasi, site plan, dan surat permohonan.
b. Registrasi pemohon dengan memasukkan data berupa email, password, jenis pemohon, nama
instansi, kode satker, dan nomor telepon.
c. Login dengan memasukkan data berupa email dan password.
d. Klik tombol pengajuan baru.
e. Penentuan pilihan bangkitan, kategori, subkategori, dan kapasitas sesuai dengan yang akan
diajukan.
f. Klik tombol lanjut untuk selanjutnya memasuki laman Pengajuan Andalalin.
g. Penginputan data-data seperti nama proyek, alamat proyek, provinsi, nama pimpinan, nomor
telepon, dan jabatan.
h. Klik tombol simpan.
i. Proses selanjutnya dilakukan berdasarkan masing-masing pilihan bangkitan:
• Jika memilih bangkitan rendah, pemohon wajib melakukan upload dokumen standar
teknis;
• Jika memilih bangkitan sedang, pemohon wajib memilih konsultan/tenaga ahli untuk
menyusun dokumen rekomendasi teknis. Selanjutnya, dokumen rekomendasi teknis akan
di-upload oleh konsultan/tenaga ahli;
• Jika memilih bangkitan tinggi, pemohon wajib memilih konsultan/tenaga ahli untuk
menyusun dokumen Andalalin. Selanjutnya, dokumen Andalalin akan di-upload oleh
konsultan/tenaga ahli;
j. Pembayaran PNBP dan melakukan upload bukti pembayaran PNBP.
Untuk pemohon yang memilih bangkitan tinggi, setelah upload bukti pembayaran PNBP,
pemohon akan melakukan pemilihan jadwal pembahasan dokumen. Setelah pembahasan
dokumen, akan terbit berita acara pembahasan.
k. Penerbitan SK Persetujuan Andalalin oleh Si Andalan.
Waktu pelayanan proses perizinan persetujuan Andalalin melalui Si Andalan berbeda-beda berdasarkan
pilihan bangkitan. Untuk pemohon yang memilih bangkitan rendah, waktu pelayanan adalah 1 hari kerja.
Untuk pemohon yang memilih bangkitan sedang, waktu pelayanan adalah 1 hari kerja setelah upload
dokumen final. Untuk pemohon yang memilih bangkitan tinggi, waktu pelayanan adalah 3 hari kerja
setelah upload dokumen final.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 149


TERBARUKAN
Matriks Prosedur Tahap 5c

Gambar 32: Matriks prosedur Tahap 5c-1 (Administrasi dan Perizinan Fase Pembangunan: Sertifikat
Laik Fungsi/SLF)

Kerangka
Kegiatan Badan Usaha Pengkaji Teknis Pemerintah Daerah
Waktu

[5c-1] Penetapan
Penetapan penyedia jasa
Penyedia Jasa Pengkaji Teknis
Pengkaji Teknis yang dihubungi

[5c-1] Pemeriksaan
[5c-1] Pemenuhan
kelengkapan & kesesuaian
kelengkapan
dokumen dengan bangunan
dokumen
gedung terbangun

[5c-1] Analisis & evaluasi


kesesuaian dokumen
dengan standar teknis

Pemeriksaan [5c-1] Penyusunan laporan dan


kelengkapan rekomendasi kondisi bangunan
dokumen dan
kondisi gedung
[5c-1]
[5c-1]
Rekomendasi
Perbaikan & Tidak
perbaikan & Apakah
pengubahsuaian
pengubahsuaian dokumen
(retrofitting)
(retrofitting) sesuai?
dokumen atau
dokumen atau
kondisi bangunan
kondisi bangunan
Ya

[5c-1] Verifikasi
kesesuaian

Penerbitan Surat [5c-1] Penerbitan


Pernyataan Surat Pernyataan
Kelaikan Fungsi Kelaikan Fungsi

Pengajuan [5c-1]
permohonan SLF Pendaftaran
permohonan SLF

[5c-1] [5c-1] Verifikasi


Pemenuhan kelengkapan
kelengkapan dokumen
dokumen

[5c-1] [5c-1] Apakah


Tidak
Perbaikan Catatan dokumen
dokumen kekura- lengkap?
persyaratan ngan
Verifikasi
dokumen Ya
permohonan
[5c-1] Verifikasi
kebenaran
dokumen

[5c-1] Tidak
Apakah
Surat
dokumen
pembe-
sesuai?
ritahuan
Ya
Penerbitan Surat
[5c-1] Penerbitan Surat
Pernyataan
Pernyataan Pemenuhan
Pemenuhan
Standar Teknis
Standar Teknis

Penerbitan SLF [5c-1] Penerbitan SLF

Sumber: (i) Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021.


(ii) www.simbg.pu.go.id

150 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Gambar 33: Matriks prosedur Tahap 5c-2 (Administrasi dan Perizinan Fase Pembangunan: Sertifikat
Laik Operasi/SLO)

Lembaga DJK-KESDM Kementerian Kerangka


Kegiatan Badan Usaha
Inspeksi Teknis (Sistem Registrasi SLO) Investasi (OSS) Waktu

[5c-2] Pengajuan [5c-2]


Pengajuan permohonan &
permohonan Penerbitan SLO
Lembaga Inspeksi (belum efektif)
SLO Teknis

[5c-2] Pemenuhan [5c-2]


dokumen Pemeriksaan &
persyaratan pengujian online

Proses
Apakah
pelaksanaan Tidak
dokumen sudah
pengujian
lengkap &
secara online sesuai?
Ya

[5c-2]
Registrasi SLO

[5c-2]
Pemeriksaan &
Proses pengujian ke lokasi
pelaksanaan
pengujian di
lokasi [5c-2] Pembuatan
laporan

[5c-2] Verifikasi
& Validasi
keabsahan SLO
Verifikasi
keabsahan
SLO Apakah
Tidak dokumen sudah
memenuhi
persyaratan?

Ya

[5c-2] [5c-2]
Penerbitan
Persetujuan Penerbitan SLO
SLO
pemberian SLO (efektif)

Sumber: Peraturan Menteri ESDM Nomor 38 Tahun 2018.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 151


TERBARUKAN
Subtahap 5c-1: Sertifikat Laik Fungsi gedung terbangun dengan standar teknis pada
saat dibangun, atau jika bangunan gedung
(SLF)
terbangun ingin disesuaikan dengan standar
Merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 16 teknis terbaru maka dilakukan evaluasi. Dari hasil
Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan analisis dan evaluasi tersebut, Pengkaji Teknis
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang kemudian menyusun laporan dan rekomendasi
Bangunan Gedung, Sertifikat Laik Fungsi (SLF) kondisi bangunan.
merupakan sertifikat yang diterbitkan oleh
Rekomendasi yang dikeluarkan oleh Pengkaji
pemerintah daerah—untuk menyatakan kelaikan
Teknis tergantung pada keseuaian dokumen
fungsi suatu bangunan gedung, baik secara
khususnya gambar bangunan terbangun dengan
administratif maupun teknis, sebelum
dokumen PBG dan kondisi bangunan gedung. Jika
pemanfaatnya. SLF akan diberikan apabila
pada rekomendasi tersebut dinyatakan perbaikan
bangunan gedung sudah dibangun sesuai dengan
atau pengubahsuaian (retrofitting) dokumen atau
dokumen Persetujuan Bangunan Gedung (PBG)
kondisi bangunan gedung, maka pengembang
dan persyaratan kelaikan teknis. Pemberian SLF
dapat melakukan hal tersebut, kemudian akan
dapat dilakukan setelah adanya pengecekan dan
diverifikasi kembali oleh Pengkaji Teknis, hingga
juga pemeriksaan. Prosedur perizinan SLF,
dinyatakan perbaikan atau pengubahsuaian telah
dikelompokkan menjadi dua (2) tahapan utama,
dilaksanakan sesuai dengan rekomendasi. Apabila
yaitu (i) pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan
seluruh dokumen telah sesuai, Pengkaji Teknis
Gedung dan (ii) pengajuan permohonan SLF.
akan memberikan Surat Pernyataan Kelaikan
Dalam hal pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan Fungsi bangunan gedung kepada pengembang.
gedung, pengembang dapat melakukan kerja
Setelah memperoleh Surat Pernyataan Kelaikan
sama dengan perusahaan atau penyedia jasa
Fungsi, pengembang harus mengajukan
Pengkaji Teknis yang bersertifikat. Sebagai
permohonan SLF melalui aplikasi Sistem Informasi
langkah awal, Pengkaji Teknis akan melakukan
Manajemen Bangunan Gedung (SIMBG)
pemeriksaan kelengkapan dokumen dan
(www.simbg.pu.go.id), dengan menyertakan
kesesuaian dokumen dengan bangunan gedung
kelengkapan dokumen sebagaimana
yang terbangun—sesuai dengan ketentuan yang
dipersyaratkan dalam aplikasi tersebut.
disajikan pada Box 22. Dokumen yang diperiksa
Pemerintah Daerah melalui Dinas Teknis kemudian
mencakup: dokumen data umum bangunan
melakukan verifikasi kelengkapan dan kebenaran
gedung; dokumen PBG dan/atau rencana teknis;
dokumen. Setelah semua dokumen lengkap dan
dan dokumen pelaksanaan konstruksi bangunan
sesuai, Dinas Teknis akan menerbitkan Surat
gedung atau gambar terbangun (as-built
Pernyataan Pemenuhan Standar Teknis melalui
drawing).
aplikasi SIMBG. Selanjutnya SLF akan diterbitkan
Selanjutnya, Pengkaji Teknis akan melakukan oleh pemerintah daerah melalui Dinas Penanaman
analisis dan evaluasi serta menyusun laporan dan Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
rekomendasi kelaikan fungsi gedung. Proses ini (DPMPTSP).
meliputi analisis terhadap kondisi bangunan

152 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYE K PLT ANEKA ET


Box 22: Proses Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen dan Kondisi Bangunan Gedung

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung, akan dilakukan proses pemeriksaan kelengkapan
dokumen dan kondisi bangunan gedung untuk memperoleh Sertifikat Laik Fungsi (SLF).
Pemeriksaan kesesuaian dokumen dengan bangunan gedung tersebut dilakukan terhadap:
• Identitas pemilik.
• Kondisi bangunan gedung.
• Kesesuaian dengan Keterangan Rencana Kota (KRK).
• Dokumen Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) atau rencana teknis atau gambar terbangun ( as-built
drawing) diperiksa kesesuaiannya dengan bangunan gedung terbangun.
• Informasi pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung.
Pemeriksaan kondisi bangunan gedung mencakup penyusunan daftar simak pemeriksaan kondisi
bangunan gedung dan pemeriksaan kondisi bangunan gedung terhadap daftar simak. Sebagai catatan,
terkait gambar bangunan gedung, paling sedikit memuat aspek keselamatan yang meliputi dimensi balok
dan kolom bangunan gedung beserta peletakannya, jalur evakuasi ( mean of egress), sistem proteksi
kebakaran, sistem proteksi petir, dan sistem instalasi listrik.

Subtahap 5c-2: Sertifikat Laik Operasi LIT kemudian akan melakukan pemeriksaan dan
pengujian dokumen persyaratan secara online.
(SLO)
Apabila dokumen telah lengkap dan sesuai, DJK-
Sertifikat Laik Operasi (SLO) merupakan salah satu KESDM akan menerbitkan Registrasi SLO. Selain
persyaratan dalam penetapan Commercial itu, LIT juga akan melakukan pemeriksaan dan
Operation Date (COD). Untuk mendapatkan SLO, pengujian ke lokasi serta penyusunan laporan.
pengembang harus mengajukan permohonan Merujuk pada Registrasi SLO dan laporan dari LIT,
yang dilakukan pada saat pelaksanaan koneksi DJK-KESDM akan melakukan verifikasi dan
jaringan listrik dan commissioning (Tahap 10). validasi keabsahan SLO. Selanjutnya, setelah
Sebagai langkah awal, pengembang harus semua dokumen memenuhi persyaratan, SLO
mengajukan permohonan SLO melalui sistem OSS dengan status “efektif” akan diterbitkan melalui
(www.oss.go.id) untuk penerbitan SLO dengan sistem OSS.
status “belum efektif”. Selain itu, pengembang
Merujuk pada Peraturan Menteri ESDM Nomor 38
juga harus menghubungi salah satu Lembaga
Tahun 2018 tentang Tata Cara Akreditasi dan
Inspeksi Teknik (LIT) Tenaga Listrik yang berlisensi
Sertifikasi Ketenagalistrikan, proses penerbitan
atau terakreditasi, dan melampirkan dokumen
SLO efektif oleh DJK-KESDM memerlukan waktu
persyaratan kepada LIT, sebagaimana
paling lama empat (4) hari kerja. SLO yang
ditabulasikan pada Tabel 39. Sebagai catatan,
diterbitkan berlaku untuk jangka waktu lima (5)
daftar LIT dapat dilihat pada aplikasi Sistem
tahun dan dapat diperpanjang. Perlu diketahui
Registrasi SLO (www.slodjk.esdm.go.id).
bahwa SLO tidak berlaku apabila terdapat
perubahan kapasitas, instalasi, rekondisi, ataupun
relokasi.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 153


TERBARUKAN
Tabel 39: Dokumen persyaratan pengajuan Sertifikat Laik Operasi (SLO)

Dokumen Persyaratan

1) IUPTL, Izin Operasi, atau identitas pemilik instalasi pemanfaatan tenaga listrik.
2) Lokasi instalasi.
3) Jenis dan kapasitas instalasi.
4) Gambar instalasi dan tata letak yang dikeluarkan oleh badan usaha jasa konsultasi perencana tenaga listrik
yang memilki Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik (IUJPTL).
5) Diagram satu garis yang dikeluarkan oleh badan usaha jasa konsultasi perencana tenaga listrik yang memiliki
IUJPTL.
6) Spesifikasi peralatan utama instalasi.
7) Spesifikasi teknik dan standar yang digunakan.

Sumber: Peraturan Menteri ESDM Nomor 38 Tahun 2018.

Tahap 9: Engineering, Procurement, and Construction (EPC)

Gambaran Umum Tahap 9 peralatan, spesifikasi teknis dan lembar data


peralatan dari setiap peralatan, serta dokumen
Setelah memperoleh IUPTL, pengembang dapat teknis lainnya yang disusun secara rinci. Dalam
melanjutkan tahapan pengusahaan PLT Aneka ET penyusunan DED, pengembang dapat bekerja
ke tahap Engineering, Procurement, and sama dengan kontraktor EPC maupun konsultan
Construction (EPC). Tahap ini merupakan tahap engineering lain.
paling penting dan memiliki risiko relatif tinggi
dalam pengembangan proyek PLT Aneka ET, Dalam tahap EPC, pengembang dapat
mengingat sebagian besar modal investasi melaksanakan kegiatan pengadaan peralatan
digunakan dalam tahap ini. (procurement) berdasarkan dokumen keluaran
DED. Pada umumnya, spesifikasi teknis dan lembar
Tahap EPC diawali dengan kegiatan penyusunan data dari DED akan disatukan dengan beberapa
Detailed Engineering Design (DED) yang persyaratan dan ketentuan komersial untuk
didasarkan pada hasil Studi Perencanaan (Tahap permohonan surat permintaan harga (SPH). SPH
2). Melalui penyusunan DED, pengembang akan tersebut kemudian dibagikan kepada
mendapatkan definisi lengkap setiap aspek penyedia/vendor peralatan potensial; kemudian,
pengembangan proyek—dari segi engineering— penyedia peralatan menyiapkan penawaran harga
dalam bentuk informasi teknis yang digunakan sesuai dengan SPH. Penawaran terbaik dipilih oleh
sebagai dasar dilakukannya kegiatan pengadaan bagian pengadaan kontraktor EPC melalui
(procurement) dan konstruksi (construction). konsultasi dengan pengembang. Selanjutnya,
pengembang dan penyedia peralatan terpilih
Dokumen keluaran DED secara umum mencakup melakukan perjanjian jual beli peralatan.
gambar pembangkit (model 2D dan 3D), denah
dasar dan lokasi terperinci, desain engineering Dalam kegiatan pengadaan, peralatan dapat
beserta perhitungan, bill of material (BOM), daftar diperoleh dari dalam negeri maupun diimpor dari

154 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


luar negeri—khususnya untuk peralatan yang tidak tetap mempertimbangkan kematangan teknologi,
tersedia di dalam negeri. Perihal impor peralatan, performa peralatan dan kualitas dari peralatan.
terdapat beberapa dokumen yang perlu disiapkan
oleh pengembang, antara lain insentif Kegiatan terakhir dalam tahap EPC adalah
Pembebasan Bea Masuk (Tahap 4b) dan Angka konstruksi (construction), yang mencakup
Pengenal Importir-Produsen (API-P)—saat ini kegiatan pembangunan fisik pembangkit dan
berupa NIB yang diperoleh dari sistem OSS pada instalasi peralatan. Kegiatan konstruksi ini dapat
saat pendirian badan usaha (Tahap 3). dimulai setelah pengembang memperoleh
Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) (Subtahap
Sehubungan dengan adanya peraturan terkait 5b-1). Kegiatan konstruksi ini harus sesuai dengan
Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), besaran jadwal pembangunan yang sudah disetujui dalam
nilai TKDN barang dan jasa harus diperhatikan. PJBL (Tahap 7). Kegiatan pembangunan fisik
Besaran nilai TKDN barang dan jasa PLTA dan pembangkit dan instalasi peralatan umumnya
PLTS diatur pada Peraturan Menteri Perindustrian dilakukan oleh kontraktor EPC. Dalam
Nomor 54 Tahun 2012 (dan perubahannya). Secara pelaksanaannya, pengembang wajib mengetahui
khusus, ketentuan dan tata cara penilaian TKDN dan mengawasi perkembangan proses konstruksi.
untuk PLTS juga diatur dalam Peraturan Menteri Setelah kegiatan konstruksi selesai dilaksanakan,
Perindustrian Nomor 04 Tahun 2017. Besaran nilai pengusahaan PLT Aneka ET dapat dilanjutkan ke
TKDN barang dan jasa untuk PLTA dan PLTS tahap selanjutnya, yaitu tahap Penyambungan
ditampilkan pada Tabel 40. Sementara itu, Jaringan Listrik dan Commissioning (Tahap 10).
besaran nilai TKDN barang dan jasa untuk PLTB
belum diatur hingga saat pedoman ini Regulasi utama dalam pelaksanaan kegiatan EPC
dikembangkan. Meskipun demikian, pembelian PLT Aneka ET, dalam hal ini terkait TKDN,
peralatan dan perangkat lokal harus tetap ditabulasikan pada Tabel 40. Adapun tantangan
diprioritaskan untuk mempermudah proses tantangan yang umum dihadapi oleh para
logistik dan menekan biaya investasi—dengan pengembang dalam tahap EPC dapat dirangkum
pada Tabel 41.

Tabel 40: Regulasi yang mengatur Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)

Peraturan Tentang

Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 4 Tahun Ketentuan Dan Tata Cara Penilaian Tingkat Komponen
2017 Dalam Negeri Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 54


Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri untuk
Tahun 2012 jo. Peraturan Menteri Perindustrian
Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan
Nomor 5 Tahun 2017

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 155


TERBARUKAN
Tabel 41: Deskripsi tantangan pada Tahap 9 (Engineering, Procurement, and Construction (EPC))

Tantangan Deskripsi Rekomendasi

Kontraktor EPC lokal mungkin tidak memiliki Pengembang proyek memberikan


cukup pengalaman, keahlian, atau kemampuan kontrak EPC kepada sebuah
untuk melakukan pembangunan pembangkit perusahaan engineering yang dapat
listrik dengan pengerjaan yang baik. Hal ini diandalkan dengan sejarah kinerja
Kemampuan
mungkin disebabkan oleh jadwal pembangunan yang terbukti dalam skala proyek dan
kontraktor EPC
yang tidak realistis, atau ketidaksesuaian antara teknologi yang serupa. Selama
yang tidak
pembangunan dan gambar teknik. Akibatnya, pembangunan, pengembang proyek
memadai
harus dilakukan banyak koreksi yang dapat harus memantau kualitas pekerjaan
mengakibatkan pelaksanaan proyek tidak dengan seksama. Beberapa pihak
sesuai jadwal. Hal ini juga mungkin berpengaruh ketiga dapat dikontrak untuk
buruk terhadap kinerja pembangkit listrik. melakukan kontrol kualitas di lokasi.

Sumber: GIZ. RE Guidelines on Biomass & Biogas Project in Indonesia. 2015.

156 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Box 23: Besaran Nilai TKDN Barang dan Jasa untuk PLTA dan PLTS

Merujuk pada Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 54 Tahun 2012 tentang Pedoman Penggunaan
Produk Dalam Negeri untuk Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan dan perubahannya, yaitu
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 5 Tahun 2017, besaran nilai TKDN barang dan jasa untuk PLTA
dan PLTS disajikan sebagai berikut:

PLTA > 15 MW – PLTA > 50 MW


PLTA ≤ 15 MW PLTA > 15 MW
Komponen 50 MW – 150 MW
per unit per unit
per unit per unit

Barang 64,20% 49,84% 48,11% 47,82%

Jasa 86,06% 55,54% 51,10% 46,98%

Gabungan Barang dan Jasa 70,76% 51,60% 49,00% 47,60%

PLTS Tersebar PLTS Terpusat PLTS Terpusat


Komponen Berdiri Sendiri Berdiri Sendiri Terhubung
(Off-grid) (Off-grid) (On-grid)

Barang 39,87% 37,47% 34,09%

Modul Surya 60% 60% 60%

Baterai 40% 40% -

Battery Control Unit 10% - -

Penyangga Modul 42,40% 42,40% 42,40%

Kabel 90% 90% 90%

DC Combiner Box - 20% 20%

Distribution Panel - 40% 40%

Sistem Proteksi - 20% 20%

Energy Limiter - 40% -

Travo - - 40%

Jasa 100% 100% 100%

Gabungan Barang dan Jasa 45,90% 43,72% 40,68%

Komponen utama barang untuk PLTA mencakup civil metalwork, turbine, generator, electrical, dan instrument and
control. Komponen jasa untuk PLTA mencakup Jasa Konsultan (Feasibility Study), Jasa Konstruksi Terintegrasi
(Engineering, Procurement, and Construction), Jasa Pemeriksaan, Pengujian, Sertifikasi, dan/atau Jasa Pendukung.

Komponen utama barang untuk PLTS mencakup civil metalwork, turbine, generator, electrical, dan instrument and
control. Komponen jasa untuk PLTS mencakup Jasa Konsultan (Feasibility Study), Jasa Konstruksi Terintegrasi
(Engineering, Procurement, and Construction), Jasa Pemeriksaan, Pengujian, Sertifikasi, dan/atau Jasa Pendukung.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 157


TERBARUKAN
Tahap 10: Penyambungan Jaringan Listrik dan Commissioning

Gambaran Umum Tahap 10 sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk


mendapatkan Sertifikat Laik Operasi (SLO)
Setelah proses konstruksi PLT Aneka ET selesai, (Subtahap 5c-2).
pengembang harus mengorganisasikan
pelaksanaan penyambungan jaringan listrik serta Setelah kegiatan penyambungan listrik dan
commissioning—untuk memastikan bahwa commissioning selesai dilakukan serta SLO telah
pembangkit listrik dapat dioperasikan dengan diperoleh, Commercial Operation Date (COD)
aman dan memenuhi persyaratan serta standar dapat ditetapkan sehingga penjualan tenaga listrik
yang berlaku. Tahap ini terdiri dari dua subtahap, dapat dimulai.
yaitu:
Dalam tahap ini, regulasi yang terkait dengan
1. Subtahap 10-1 (Penyambungan Jaringan penyambungan jaringan listrik dan commissioning
Listrik). Subtahap penyambungan jaringan dirangkum pada Tabel 42.
listrik mencakup kegiatan permohonan Matriks prosedur untuk Tahap 10, sebagaimana
penyambungan kepada PT PLN (Persero) ditampilkan pada Gambar 34, menyajikan
untuk pemberian tegangan. rangkaian kegiatan di dalamnya, termasuk key
actors dan kerangka waktu di setiap kegiatan.
2. Subtahap 10-2 (Commissioning). Subtahap
Dapat dilihat pada matriks tersebut bahwa PT PLN
commissioning PLTA Aneka ET ditujukan
(Persero) dan DJK-KESDM merupakan key actor
untuk melakukan inspeksi dan pengujian
dalam tahap ini.

Tabel 42: Peraturan terkait penyambungan jaringan listrik dan commissioning

Peraturan Tentang

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Ketenagalistrikan

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 jo.


Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2014

Peraturan Menteri ESDM Nomor 20 Tahun 2020 Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik (Grid Code)

Pelayanan Perizinan Berusaha Terintergrasi Secara


Peraturan Menteri ESDM Nomor 39 Tahun 2018
Elektronik Bidang Ketengalistrikan

Peraturan Menteri ESDM Nomor 38 Tahun 2018 Tata Cara Akreditasi dan Sertifikasi Ketenagalistrikan

Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0062 Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit Energi Baru dan
Tahun 2020 Terbarukan

158 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Matriks Prosedur Tahap 10

Gambar 34: Matriks prosedur Tahap 10 (Penyambungan Jaringan Listrik dan Commissioning)

Kerangka
Kegiatan Badan Usaha PT PLN (Persero) DJK – KESDM
Waktu

[10-1] Pengajuan
permohonan
Pengajuan
permohonan
penyambungan
jaringan listrik [10-1] Pemenuhan
persyaratan
(Konfirmasi Tertulis)

[10-1] Kesepakatan waktu


pemeriksaan titik sambung

[10-1] Pemeriksaan titik sambung

Pemeriksaan Apakah titik sambung


Tidak
titik sambung [10-1] Perbaikan memenuhi persyaratan Aturan
(oleh LIT) persyaratan Jaringan dan siap untuk
pemberian tegangan?

Ya

[10-1] Rekomendasi Pemberian


Tegangan dan Percobaan
Pembebanan dalam rangka
pengujian sistem pada titik
sambung

[10-1] Izin Penyambungan


Jaringan Listrik
Penyambungan
jaringan listrik
[10-1] Pelaksanaan prosedur
pemberian tegangan

[10-1] Pelaksanaan [10-1]


Commissioning Pelaksanaan
Pelaksanaan Pengujian
pengujian
(commissioning)
[5c-2] [5c-2]
Permohonan SLO Penerbitan SLO

Sumber: Peraturan Menteri ESDM Nomor 38 Tahun 2018

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 159


TERBARUKAN
Subtahap 10-1: Penyambungan Jaringan Sebelum dilakukan pemeriksaan oleh LIT,
pengembang dan LIT melakukan kesepakatan
Listrik
waktu pemeriksaan titik sambung. Dalam hal LIT
Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 20 menyatakan bahwa kondisi titik sambung
Tahun 2020 tentang Aturan Jaringan Sistem memenuhi persyaratan Aturan Jaringan (Grid
Tenaga Listrik (Grid Code), setelah selesai Code) dan siap untuk pemberian tegangan, LIT
pembangunan PLT Aneka ET, pengembang harus akan menerbitkan rekomendasi pemberian
mengajukan permohonan sambung untuk tegangan dan percobaan pembebanan dalam
pemberian tegangan (energize) kepada pengelola rangka pengujian sistem pada titik sambung.
operasi sistem PT PLN (Persero). Permohonan Adapun sebaliknya, dalam hal LIT menyatakan
penyambungan diajukan paling lambat 10 hari bahwa titik sambung dan/atau peralatan terkait
kerja sebelum tanggal pelaksanaan pemberian lainnya tidak siap menerima tegangan,
tegangan pada titik sambung. Pengembang pengembang harus melakukan perbaikan sesuai
sebagai pemakai jaringan harus memenuhi dengan kebutuhan hingga dinyatakan sesuai dan
persyaratan fasilitas dari titik sambung, layak diberi tegangan oleh LIT.
sebagaimana dirangkum pada Tabel 43.
Setelah LIT menerbitkan rekomendasi pemberian
Sebelum pemberian tegangan atau sinkronisasi tegangan dan percobaan pembebanan dalam
titik sambung, pengembang harus membuktikan rangka pengujian sistem pada titik sambung,
kepada pengelola operasi sistem PT PLN (Persero) pengembang dan pengelola operasi sistem PT
bahwa seluruh persyaratan Aturan Jaringan (Grid PLN (Persero) melaksanakan prosedur pemberian
Code) terpenuhi. Selain itu, pengembang harus tegangan yang telah disusun dan disepakati
membuktikan bahwa media telekomunikasi yang bersama. Proses pemberian tegangan dilakukan
diperlukan untuk suara, proteksi, dan peralatan selama 24 jam atau sesuai dengan durasi yang
kontrol yang terpasang memenuhi standar dalam diperlukan untuk jenis peralatan yang diuji sebagai
Aturan Jaringan. Fasilitas yang dibangun oleh bagian dari pengujian sistem.
pengembang harus diperiksa dan dinyatakan telah
Sebagai catatan, rekomendasi pemberian
memenuhi persyaratan oleh Lembaga Inspeksi
tegangan dan percobaan pembebanan dalam
Teknik (LIT) Tenaga Listrik Akreditasi. Selanjutnya,
rangka pengujian sistem dari LIT hanya berlaku
izin untuk penyambungan ke jaringan akan
tujuh (7) hari kerja terhitung sejak terbitnya
diberikan secara tertulis oleh pengelola operasi
rekomendasi. Apabila pelaksanaan pemberian
sistem PT PLN (Persero).
tegangan melebihi durasi waktu yang ditentukan,
rekomendasi tersebut perlu diperbarui kembali.

160 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Tabel 43: Dokumen persyaratan fasilitas dari titik sambung

Permohonan Persyaratan

Persyaratan Fasilitas 1) Memenuhi persyaratan Aturan Perencanaan dan Pelaksanaan Operasi serta telah
dari Titik Sambung menyampaikan data dan informasi yang diperlukan sesuai yang diatur dalam
Aturan Kebutuhan Data dengan waktu yang memadai untuk evaluasi teknis.
2) Memenuhi persyaratan Aturan Operasi.
3) Menyampaikan permintaan tertulis kepada pengelola operasi sistem PT PLN
(Persero) mengenai informasi yang diperlukan untuk mempersiapkan urutan
kerja lapangan, yaitu:
• Daftar peralatan seperti trafo, tap changer, pengaturan dan pasokan
reaktif, dan peralatan proteksi yang mempengaruhi jaringan.
• Daftar personel yang akan bertanggung jawab memberi dan menerima
data informasi yang diperlukan sesuai Aturan Operasi dan Aturan
Perencanaan dan Pelaksanaan Operasi.
4) Menyampaikan konfirmasi tertulis kepada pengelola transmisi PT PLN (Persero)
dan pengelola operasi sistem PT PLN (Persero), bahwa semua peralatan pada
titik sambung memenuhi persyaratan Aturan Jaringan Jawa, Madura, dan Bali,
kecuali yang dijamin oleh pengelola transmisi PT PLN (Persero) dan pengelola
operasi sistem.

Sumber: Peraturan Menteri ESDM Nomor 20 Tahun 2020.

Subtahap 10-2: Commissioning harus dilakukan oleh pihak ketiga (lembaga


inspeksi) yang berlisensi atau terakreditasi atau
Commissioning pembangkit listrik merupakan yang biasa disebut sebagai Lembaga Inspeksi
Subtahap terakhir sebelum pembangkit listrik Teknik (LIT) Tenaga Listrik Akreditasi. Pertama,
mulai beroperasi. Tahap ini terdiri dari tahapan pengembang dapat mengajukan permohonan SLO
pengujian semua komponen pembangkit listrik melalui sistem OSS. Selanjutnya, pengembang
untuk memastikan pengoperasiannya memenuhi harus melakukan registrasi SLO melalui aplikasi
standar dan persyaratan. Pada tahap ini dilakukan Sistem Registrasi SLO DJK, Kementerian ESDM
beberapa inspeksi serta pengujian secara individu (www.slodjk.esdm.go.id). Dalam Sistem Registrasi
(peralatan) dan sistem hingga diterbitkannya SLO, pengembang dapat memilih salah satu
Sertifikat Laik Operasi (SLO)—bukti pengakuan Lembaga Inspeksi Teknik, sesuai dengan jenis
formal suatu instalasi tenaga listrik telah berfungsi instalasi, sebagaimana tersedia dalam daftar LIT.
sebagaimana kesesuaian persyaratan yang Selanjutnya, LIT yang dipilih akan melakukan
ditentukan dan dinyatakan siap dioperasikan. SLO pemeriksaan dan pengujian instalasi pembangkit
juga merupakan salah satu persyaratan dari sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jika
pelaksanaan Commercial Operation Date (COD)— instalasi pembangkit dinyatakan laik operasi maka
yang menandakan mulainya Fase Operasi. SLO akan diterbitkan setelah mendapatkan nomor
Registrasi dari DJK. Proses penerbitan SLO secara
Untuk dapat memperoleh Sertifikat Laik Operasi lebih detail dijelaskan pada Subtahap 5c-2—
(SLO), inspeksi dan pengujian pembangkit listrik Sertifikat Laik Operasi (SLO).

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 161


TERBARUKAN
Box 24 : Commissioning dan Commercial Operation Date (COD)

Berdasarkan Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0062 Tahun 2020, commissioning dan COD
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

• Ketentuan commissioning dan COD pembangkit listrik mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai akreditasi dan sertifikasi ketenagalistrikan (Peraturan Menteri ESDM
Nomor 38 Tahun 2018).

• Pengoperasian pembangkit tenaga listrik harus mengacu pada ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik ( Grid Code) pada sistem setempat atau
dalam hal belum memiliki jaringan maka aturan jaringan ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Ketenagalistrikan, dan dalam hal belum terdapat aturan jaringan yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Ketenagalistrikan maka pengoperasian pembangkit tenaga listrik dapat mengikuti aturan
jaringan listrik yang telah ada. Sebagai catatan, Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik ( Grid Code)
termutakhir diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 20 Tahun 2020.

162 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


6.6 Fase Operasi

Fase Operasi dalam siklus pengembangan— sesuai Standard Operational Procedure (SOP)
pengusahaan PLT Aneka ET terdiri dari dua tahap, yang ditetapkan.
yaitu: (11) operasi dan pemeliharaan; dan (4)
pengajuan fasilitas. Gantt Chart dan diagram alir Tahap 4c (Pengajuan Fasilitas – Fase Operasi).
untuk Fase Operasi disajikan pada Gambar 35 dan Pengajuan fasilitas dalam Fase Operasi merupakan
Gambar 36 secara berurutan, dengan uraian pengajuan pemanfaatan fasilitas (insentif) berupa
singkat masing-masing tahap dideskripsikan di Tax Allowance atau Tax Holiday. Setelah PLT
bawah ini. Adapun ulasan masing-masing tahap Aneka ET beroperasi atau jual beli listrik telah
akan dirinci dalam subbab ini. dilakukan, pengembang dapat mengajukan
pemanfaatan fasilitas tersebut melalui sistem OSS.
Tahap 11 (Operasi dan Pemeliharaan). Pada tahap Pengembang akan memperoleh fasilitas tersebut
ini, pengembang dapat melakukan penjualan listrik dengan pemenuhan persyaratan dan pemeriksaan
dari PLT Aneka ET ke PT PLN (Persero). lapangan oleh Direktur Jenderal Pajak serta
Pengembang harus memantau operasi PLT Aneka penetapan oleh Menteri Keuangan—berdasarkan
ET serta melakukan kegiatan pemeliharaan rutin hasil pemeriksaan lapangan.

Gambar 35: Gantt Chart Fase Operasi

OPERASI

4c Fasilitas Fiskal

Operasi &
11 Pemeliharaan (O&M)

Gambar 36: Diagram alir Fase Operasi

OPERASI

4c

FASE Pengajuan
PENGEMBANGAN Fasilitas

Pemanfaatan
Tax Allowance/
Tax Holiday
11
COD Operasi &
FASE
Pemeliharaan
PEMBANGUNAN
(O&M)

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 163


TERBARUKAN
Tahap 11: Operasi dan Pemeliharaan

Gambaran Umum Tahap 11 Dalam tahap ini, pengembang juga disarankan


untuk menyelenggarakan kegiatan pelatihan
Tahap Operasi dan Pemeliharaan (Tahap 11) (training) bagi operator—dalam rangka
dimulai setelah kegiatan konstruksi dan meningkatkan kapasitas (capacity building)
commissioning selesai dilakukan—atau ditandai pengoperasian dan pemeliharaan pembangkit.
dengan Commercial Operation Date (COD). Dalam Peningkatan kapasitas operator ini diharapkan
pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan, dapat berkontribusi dalam pencapaian operasi
pengembang PLT Aneka ET harus menerapkan pembangkit yang kontinu dan performa yang
prosedur operasi standar (Standard Operational optimal. Dengan pelaksanaan kegiatan operasi
Procedure, SOP) yang telah ditetapkan— dan pemeliharaan yang baik, PLT Aneka ET
sebagaimana direkomendasikan pada Tabel 44 . diharapkan dapat beroperasi secara berkelanjutan
Di samping itu, pengembang juga harus menilai (sustainable)—sesuai dengan umur pembangkit
kebutuhan peningkatan kapasitas atau (lifetime).
penambahan komponen—peralatan—pembangkit.

Tabel 44: Konten yang disarankan untuk Prosedur Operasi Standar (SOP)

Panduan Rekomendasi Konten

• Spesifikasi teknis dan lembar data sistem, modul, atau komponen


• Rentan operasional, set point sistem, modul, atau komponen
• Penerimaan dan prosedur penanganan bahan baku
Panduan • Menjamin kinerja pembangkit listrik (misalnya keluaran daya yang dijanjikan, batas
Operasional emisi, dll)
• Prosedur operasi, mencakup start-up, shut-down, dll
• Indikator peringatan dan cara penyelesaiannya
• Panduan pemecahan masalah

• Spesifikasi teknis dan lembar data sistem, modul, atau komponen


Panduan • Jadwal/rencana pemeliharaan dan inspeksi
Pemeliharaan • Prosedur pemeliharaan dan inspeksi
• Daftar suku cadang dan spesifikasinya

Sumber: GIZ. RE Guidelines on Biomass & Biogas Project in Indonesia. 2015.

164 PROSES BISNIS/INVESTASI P ROYEK PLT ANEKA ET


Tahap 4c: Pengajuan Fasilitas (Fase Operasi)

Gambaran Umum Tahap 4c Allowance, namun dengan beberapa tambahan


kegiatan yaitu:
Fasilitas berupa Tax Allowance atau Tax Holiday
dapat dimanfaatkan sejak tahun pajak saat PLT • Pengujian jumlah nilai realisasi penanaman
Aneka ET mulai berproduksi komersial. Regulasi modal baru pada saat mulai berproduksi
yang mengatur kedua fasilitas tersebut komersial.
ditabulasikan pada Tabel 45. Berdasarkan regulasi • Pengujian kesesuian realisasi dengan rencana
tersebut, pengembang (Wajib Pajak/WP Badan) kegiatan usaha utama.
dapat mengajukan permohonan pemanfaatan
Sebagai catatan, dalam hal pengembang
fasilitas Tax Allowance atau Tax Holiday melalui
mengajukan permohonan fasilitas Tax Holiday,
sistem OSS (www.oss.go.id), dengan
pemeriksaan lapangan juga meliputi kegiatan
menyampaikan dokumen persyaratan
penilaian kembali kriteria kuantitatif industri
sebagaimana ditampilkan pada Tabel 46.
pionir.
Sistem OSS kemudian akan menyampaikan
Selanjutnya, berdasarkan hasil pemeriksaan
permohonan pemanfaatan fasilitas kepada
lapangan dan apabila dinyatakan telah memenuhi
Direktur Jenderal Pajak. Pemeriksaan lapangan
persyaratan, Menteri Keuangan akan menerbitkan
kemudian dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak—
Surat Keputusan Pemanfaatan Fasilitas.
yang dilaksanakan dalam jangka waktu paling
Kewenangan Surat Keputusan tersebut
lama 45 hari kerja sejak Surat Pemberitahuan
dilimpahkan kepada Direktur Jenderal Pajak untuk
Pemeriksaan disampaikan kepada pengembang.
dan atas nama Menteri Keuangan. Pengembang
Pemeriksaan lapangan untuk fasilitas Tax
yang telah memperoleh Surat Keputusan
Allowance meliputi kegiatan:
mengenai pemberian fasilitas Tax Allowance atau
• Penentuan mengenai saat mulai berproduksi Tax Holiday wajib menyampaikan laporan—
komersial. sebagaimana disajikan pada Box 25—setiap satu
(1) tahun kepada Direktur Jenderal Pajak dan
• Pengujian kesesuian kriteria dan persyaratan.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal.
• Penghitungan jumlah nilai aktiva tetap.
Matriks prosedur Tahap 4c ditampilkan pada
• Pengujian atas pemenuhan ketentuan yang
Gambar 37—menyajikan rangkaian kegiatan yang
dipersyaratkan saat pengajuan permohonan
tercakup dalam tahap tersebut, disertai dengan
fasilitas (Tahap 4a).
key actors dan kerangka waktu di setiap kegiatan.
Dapat dilihat pada matriks tersebut bahwa
Terkait fasilitas Tax Holiday, kegiatan pemeriksaan
Kementerian Investasi/BKPM (melalui sistem OSS)
lapangan yang dilakukan sama dengan Tax
dan Kementerian Keuangan merupakan key actors
pada tahap ini.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 165


TERBARUKAN
Tabel 45: Regulasi yang mengatur Tax Allowance dan Tax Holiday

Peraturan Tentang

Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan


Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130 Tahun 2020
Badan

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun


Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11 Tahun 2020 jo. 2019 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96 Tahun 2020 Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu
dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu

Tabel 46: Persyaratan permohonan pemanfaatan Tax Allowance atau Tax Holiday

Persyaratan

1) Realisasi aktiva tetap beserta gambar tata letak.


2) Surat Keterangan Fiskal Wajib Pajak.
3) Dokumen yang berkaitan dengan:
• Transaksi penjualan hasil produksi ke pasaran pertama kali antara lain berupa faktur pajak atau bukti
tagihan; atau
• Pertama kali hasil produksi digunakan sendiri untuk proses produksi lebih lanjut antara lain berupa
laporan pemakaian sendiri.

Sumber: (i) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130 Tahun 2021.


(ii) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11 Tahun 2020.

Box 25: Pelaporan Realisasi Penanaman Modal dan Realisasi Produksi terkait Pemberian
Pengurangan Pajak Penghasilan (PPh) Badan

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130 Tahun 2020 tentang Pemberian Fasilitas
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan, laporan yang disampaikan oleh pengembang setiap satu (1)
tahun kepada Direktur Jenderal Pajak dan Kepala Badan Kebijakan Fiskal—setelah dikeluarkannya
Keputusan Menteri Keuangan mengenai pemberian pengurangan PPh Badan, meliputi:
• Laporan realisasi penanaman modal sejak diterima Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pemberian pengurangan PPh Badan sampai dengan saat mulai berproduksi komersial.
• Laporan realisasi produksi sejak tahun pajak saat mulai berproduksi komersial sampai dengan
jangka waktu pemanfaatan pengurangan PPh Badan berakhir.
Laporan tersebut disampaikan paling lambat 30 hari setelah berakhirnya tahun pajak yang
bersangkutan.

166 PROSES BISNIS/INVESTASI PROYEK PLT ANEKA ET


Matriks Prosedur Tahap 4c

Gambar 37: Matriks prosedur Tahap 4c (Pengajuan Fasilitas: Pemanfaatan Tax Allowance atau Tax
Holiday)

Kerangka
Kegiatan Badan Usaha Kementerian Keuangan Kementerian Investasi (OSS)
Waktu

[4c] Pengajuan
permohonan
Pengajuan pemanfaatan
permohonan
pemanfaatan
fasilitas [4c] Penyampaian permohonan
[4c] Pemenuhan
pemanfaatan fasilitas kepada
persyaratan
Direktur Jenderal Pajak

[4c] Pemeriksaan
Lapangan

Pemeriksaan
lapangan Apakah
[4c] Tidak cakupan yang
Penolakan diuji memenuhi
permohonan persyaratan?

Ya
[4c]
Penerbitan Pelaporan
[4c] Surat Keputusan
keputusan realisasi
Pemanfaatan Fasilitas oleh
pemanfaatan penanaman
Menteri Keuangan
fasilitas modal & realisasi
produksi

Sumber: (i) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130 Tahun 2020;


(ii) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11 Tahun 2020 jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96 Tahun 2020.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 167


TERBARUKAN
BAGIAN III
PEDOMAN INVESTASI
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
ANEKA ENERGI TERBARUKAN
Pembangkit Listrik Tenaga Hidro (PLTA/M/MH),
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan
Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTB)

168 BAGIAN III


PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 169
TERBARUKAN
7
Penyedia Dana
Potensial
Daftar penyedia dana potensial—bank dan lembaga pembiayaan nasional &
internasional—untuk pengembangan PLT-ET.

170 BAGIAN III


PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 171
TERBARUKAN
7 Penyedia Dana Potensial
Bab ini ditujukan untuk memberikan gambaran perbankan dan lembaga pembiayaan infrastruktur.
umum kepada investor mengenai penyedia dana Secara khusus, pedoman ini akan memberikan
potensial dalam proyek energi terbarukan (ET) di uraian khusus pada dua lembaga pembiayaan
Indonesia. Informasi yang disajikan dalam bab ini infrastruktur, yaitu PT Sarana Multi Infrastruktur
diawali dengan gambaran umum fasilitas (Persero) dan PT Indonesia Infrastructure Finance.
pembiayaan beserta jenis-jenisnya. Informasi Bagian akhir bab ini memberikan uraian mengenai
selanjutnya memuat jenis penyedia dana potensial penyedia dana potensial lainnya, yang lebih
berupa lembaga jasa keuangan di Indonesia, berfokus pada sumber pembiayaan internasional.

7.1 Fasilitas Pembiayaan9,10

Secara umum, pembiayaan proyek ET berasal dari akhir jangka waktu yang disepakati, ditambah
tiga sumber utama yaitu: bunga selama periode peminjaman.
c. Hibah, merupakan sejumlah uang yang
a. Ekuitas, merupakan modal yang diperoleh diberikan oleh pihak ketiga untuk suatu
dari pemegang saham. Ekuitas mewakili nilai proyek yang biasanya diberikan untuk proyek
yang akan dikembalikan kepada pemegang yang secara komersial tidak menguntungkan
saham perusahaan jika semua aset dilikuidasi dan tidak perlu dibayar kembali.
dan semua utang perusahaan dilunasi.
b. Pinjaman atau utang, merupakan sejumlah Beberapa fasilitas pembiayaan proyek ET yang
uang yang disediakan oleh pihak ketiga untuk tersedia saat ini dirangkum pada Tabel 47.
proyek yang harus dilunasi selama atau di

9
Economic and Social Commission for Western Asia (UN ESCWA). Guidebook for Project Developers for Preparing Renewable
Energy Investments Business Plans. 2017.
10
https://www.investopedia.com/

172 PENYEDIA DANA POTENSIAL


Tabel 47: Jenis fasilitas pembiayaan

Jenis Fasilitas
Deskripsi
Pembiayaan

Pembiayaan ekuitas adalah proses meningkatkan modal melalui penjualan saham.


Pembiayaan ekuitas digunakan ketika perusahaan memiliki kebutuhan jangka
Pembiayaan Ekuitas
pendek akan uang tunai. Ada dua metode pembiayaan ekuitas, yaitu penempatan
saham pribadi dengan investor dan penawaran saham publik.

Senior debt adalah utang yang harus dilunasi sebelum utang atau ekuitas lainnya
dalam proyek. Karena utang menempati urutan tertinggi dalam prioritas
pembayaran dan dijamin di atas aset, maka utang memiliki risiko terendah dari
Senior debt
instrumen pembiayaan komersial bagi pemberi pinjaman. Suku bunga biasanya
akan didasarkan pada tingkat suku bunga yang berlaku di pasar untuk mata uang
yang bersangkutan, ditambah margin tergantung pada risiko proyek.

Leasing adalah sebuah cara mendapatkan hak untuk menggunakan suatu aset.
Pada dasarnya terdapat dua tipe leasing: capital lease dan operating lease. Dalam
capital lease, penyewa diharuskan untuk menunjukkan peralatan yang disewakan
Leasing sebagai aset dan present value dari pembayaran sewa sebagai utang di neraca
keuangan. Sedangkan, operating lease tidak dikapitalisasi pada neraca keuangan
perusahaan dan pembayaran sewa diperlakukan sebagai biaya untuk tujuan
akuntansi.

Pembiayaan mezzanine (pinjaman subordinasi) adalah modal yang berada di


tengah-tengah prioritas pembayaran senior debt dan ekuitas dan memiliki
Pembiayaan Mezzanine
karakteristik dari kedua jenis pembiayaan tersebut. Utang subordinasi disusun
(Pinjaman subordinasi)
sedemikian rupa sehingga dibayar kembali dari pendapatan proyek setelah semua
biaya operasi dan pembayaran senior debt telah dibayar.

Pembiayaan proyek sering kali didasarkan pada struktur keuangan yang kompleks
di mana utang dan ekuitas proyek digunakan untuk membiayai proyek. Biasanya,
struktur pembiayaan proyek melibatkan sejumlah investor ekuitas, serta sindikasi
Pembiayaan Proyek bank yang memberikan pinjaman untuk operasi. Rasio utang terhadap ekuitas jauh
lebih tinggi dalam pembiayaan proyek daripada pembiayaan perusahaan—sebuah
proyek dengan hutang 70%–80% dan ekuitas 20%–30% umum terjadi dalam
pembiayaan proyek.

Pembiayaan syariah merupakan jenis pembiayaan yang sesuai dengan prinsip


syariah atau hukum Islam. Pembiayaan syariah meliputi: (i) pembiayaan jual beli—
Pembiayaan Syariah murabahah, salam, dan istishna’; (ii) pembiayaan investasi—mudharabah,
musyarakah, mudharabah musytarakah, dan musyarakah mutanaqishoh; dan (iii)
11
pembiayaan jasa—ijarah, hawalah, wakalah, kafalah, dan lainnya.

11
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 10/POJK/05/2019 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan
Syariah dan Unit Usaha Syariah Perusahaan Pembiayaan.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 173


TERBARUKAN
7.2 Lembaga Jasa Keuangan di Indonesia

Bank yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk; PT Bank BRI


(Persero) Tbk; PT Bank BNI (Persero) Tbk; PT Bank
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengeluarkan Central Asia Tbk; PT Bank BRIsyariah Tbk 13 ; PT
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. Bank Muamalat Indonesia Tbk; PT Bank Artha
51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Graha Internasional Tbk; PT Bank Jabar Banten
Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Tbk; PT Bank Syariah Mandiri Tbk13; PT Bank OCBC
Emiten, dan Perusahaan Publik sebagai NISP Tbk; PT Bank CIMB Niaga Tbk; PT Bank HSBC
implementasi dari rencana pemerintah untuk Indonesia; PT Maybank Indonesia Tbk; PT Bank
mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Terkait Panin Tbk; dan 1 (satu) Perusahaan Pembiayaan
hal tersebut, OJK juga menerbitkan Pedoman Infrastruktur, yaitu PT Sarana Multi Infrastruktur
Teknis Bagi Bank terkait Implementasi POJK No. (Persero).12 Tabel 48 merangkum penyaluran
51/POJK.03/2017 yang memuat kriteria dan Kredit Kegiatan Usaha Berkelanjutan yang telah
kategori kegiatan usaha berkelanjutan sebagai dilakukan delapan (8) lembaga anggota IKBI.
acuan bagi bank dalam mengklasifikasikan daftar
proyek/aktivitas/nasabah yang sejalan dengan Untuk mendapatkan pendanaan dari program
prinsip Keuangan Berkelanjutan. Kategori ini akan Keuangan Berkelanjutan ini, pengembang harus
14
menjadi acuan pengelompokan sektor hijau bagi memenuhi beberapa persyaratan umum: (i)
industri keuangan sehingga akan meningkatkan memiliki dokumen manajemen lingkungan untuk
portofolio layanan dalam pengembangan sektor industri, seperti Surat Pernyataan
keuangan berkelanjutan.12 Energi Terbarukan dan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Efisiensi Energi termasuk ke dalam salah satu Lingkungan Hidup (SPPL), Upaya Pengelolaan
Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan yang Lingkungan-Upaya Pemanfaatan Lingkungan
dapat memperoleh pembiayaan dari bank. (UKL-UPL), dan/atau Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (Amdal); (ii) memenuhi perizinan
Delapan bank telah membentuk Inisiatif Keuangan sebagaimana telah diatur dalam perundang-
Berkelanjutan Indonesia (IKBI) yang merupakan undangan; (iii) memiliki hasil studi terkait dampak
komitmen nyata dari industri perbankan dalam sosial; dan (iv) memiliki laporan rutin pemantauan
mendukung pembiayaan hijau. Saat ini, lingkungan hidup sesuai dengan standar nasional
keanggotaan IKBI telah berkembang menjadi 15 atau global.
lembaga, yang terdiri dari 14 (empat belas) bank,

12
Otoritas Jasa Keuangan. Roadmap Keuangan Berkelanjutan Tahap II (2021-2025). 2021.
13
Saat ini menjadi Bank Syariah Indonesia, merger antara tiga Bank Syariah BUMN (BRI Syariah, BNI Syariah dan Bank Syariah
Mandiri), sejak 1 Februari 2021.
14
Dikompilasi berdasarkan Laporan Keberlanjutan dan Laporan Tahunan masing-masing Bank.

174 PENYEDIA DANA POTENSIAL


Tabel 48: Penyaluran kredit kegiatan usaha berkelanjutan

No. Bank Penyaluran Kredit

Bank BRI telah menyediakan fasilitas kredit SME untuk


pengembangan penyediaan ET kepada dua perusahaan, yaitu (i) PT
1. PT Bank BRI (Persero) Tbk Buana Energi Surya Persada— pengembangan PLTS Sumba Timur 1x1
MW; dan (ii) PT Indo Solusi Utama—pengembangan PLTS Maumere &
Ende 2x1 MW.

Bank BNI menyediakan kredit untuk pengembangan ET terutama


PLTA, PLTS, PLTBg dan PLTMH. Pada tahun 2020, BNI telah
2. PT Bank BNI (Persero) Tbk
menyalurkan kredit untuk 27 proyek dengan nilai kredit sebesar
Rp27,562 miliar.

Pada tahun 2020 Bank Mandiri telah menyalurkan kredit sebesar


3. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
Rp7,466 miliar untuk sektor migas dan ET.

Portofolio pembiayaan kategori kegiatan usaha berkelanjutan dari


4. PT Bank Central Asia Tbk
Bank BCA pada tahun 2020 di bidang ET sebesar Rp4,643 miliar.

Bank BRIsyariah memiliki program Pembiayaan Proyek Green Banking


13
5. PT Bank BRIsyariah Tbk untuk pengembangan ET terutama Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro (PLTMH).

Bank Muamalat Indonesia menyediakan pembiayaan pada sektor


6. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk energi terbarukan, khususnya pada proyek Pembangkit Tenaga Listrik
Minihidro (PLTM).

Bank OCBC NISP memiliki portofolio pembiayaan usaha berkelanjutan


7. PT Bank OCBC NISP Tbk pada tahun 2020 sebesar Rp29,98 miliar—pembiayaan ET sebesar
1,3%.

Realisasi penyaluran kredit kegiatan usaha berkelanjutan Bank Panin


8. PT Bank Panin Tbk
pada tahun 2019 sebesar Rp281,93 miliar untuk sektor ET.

Lembaga Pembiayaan a. Perusahaan Pembiayaan Konvensional dan


Syariah
Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang
Berdasarkan POJK No. 29/POJK.05/2014 tentang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan,
penyediaan dana atau barang modal. 15 Lembaga
yang dimaksud dengan Perusahaan Pembiayaan
Pembiayaan yang beroperasi di Indonesia
adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
meliputi:16
pembiayaan untuk pengadaan barang dan/atau
jasa. Kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan
meliputi: (i) pembiayaan investasi; (ii) pembiayaan

15
https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/Pages/Lembaga-Pembiayaan
16
Otoritas Jasa Keuangan. Buku Statistik Lembaga Pembiayaan 2019. 2020

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 175


TERBARUKAN
modal kerja; (iii) pembiayaan multiguna; dan (iv) dan (iii) kegiatan usaha lain berdasarkan
kegiatan usaha pembiayaan lain berdasarkan persetujuan OJK.
persetujuan OJK.
c. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur
Sedangkan, kegiatan usaha Perusahaan Konvensional dan Syariah
Pembiayaan Syariah berdasarkan POJK
Berdasarkan POJK No. 46/POJK.05/2020 tentang
No.10/POJK.05/2019 tentang Penyelenggaraan
Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, yang
Usaha Perusahaan Pembiayaan Syariah dan Unit
dimaksud dengan Perusahaan Pembiayaan
Usaha Syariah Perusahaan Pembiayaan meliputi:
Infrastruktur adalah badan usaha yang khusus
(i) pembiayaan jual beli; (ii) pembiayaan investasi;
didirikan untuk melakukan pembiayaan pada
dan (iii) pembiayaan jasa.
proyek infrastruktur dan/atau pelaksanaan
b. Perusahaan Modal Ventura Konvensional dan kegiatan atau fasilitas lainnya dalam rangka
Syariah17 mendukung pembiayaan infrastruktur, termasuk
perusahaan pembiayaan infrastruktur yang
Perusahaan Modal Ventura adalah badan usaha menyelenggarakan seluruh atau sebagian
yang melakukan kegiatan Usaha Modal Ventura, kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah.
pengelolaan dana ventura, kegiatan jasa berbasis
fee, dan kegiatan usaha lain dengan persetujuan Kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan
OJK. Usaha modal ventura adalah usaha Infrastruktur meliputi: (i) pemberian pinjaman
pembiayaan melalui penyertaan modal dan/atau langsung (direct lending) untuk pembiayaan
pembiayaan untuk jangka waktu tertentu dalam infrastruktur; (ii) refinancing atas infrastruktur
rangka pengembangan usaha pasangan usaha yang telah dibiayain pihak lain; (iii) pemberian
atau debitur. pembiayaan subordinasi yang berkaitan dengan
pembiayaan infrastruktur; (iv) kegiatan atau
Kegiatan Usaha Modal Ventura meliputi: (i) pemberian fasilitas lain yang berkaitan dengan
penyertaan saham (equity participation); (ii) pembiayaan infrastruktur setelah memperoleh
penyertaan melalui pembelian obligasi konversi persetujuan OJK; dan (v) kegiatan atau pemberian
(quasi equity participation); (iii) pembiayaan fasilitas lain yang tidak berkaitan dengan
melalui pembelian surat utang yang diterbitkan pembiayaan infrastruktur berdasarkan penugasan
Pasangan Usaha pada tahap rintisan awal (start- pemerintah.
up) dan/atau pengembangan usaha; dan (iv)
pembiayaan usaha produktif. Selain itu, Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur
dapat juga melakukan: (i) pemberian dukungan
Sedangkan, kegiatan Usaha Modal Ventura Syariah kredit; (ii) pemberian jasa konsultasi; (iii)
meliputi: (i) investasi yang terdiri dari penyertaan penyertaan modal; dan (iv) upaya mencarikan
saham (equity participation), pembelian sukuk pasar swap yang berkaitan dengan pembiayaan
atau obligasi Syariah konversi, pembelian sukuk infrastruktur.
atau obligasi Syariah yang diterbitkan angan
Usaha pada tahap rintisan awal (start-up)
dan/atau pengembangan usaha, dan pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil; (ii) pelayanan jasa;

17
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 35/POJK.05/2015 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Modal Ventura

176 PENYEDIA DANA POTENSIAL


PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero)18,19 Pada tahun 2017, SMI membentuk Divisi
Pembiayaan Berkelanjutan sebagai bentuk
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero)—SMI— dukungan untuk mencapai Sustainable
merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Development Goals (SDGs). Divisi ini bertujuan
yang bergerak di bidang pembiayaan untuk menyalurkan dana-dana pembangunan
infrastruktur. SMI didirikan dengan mandat yang berkaitan dengan upaya mitigasi iklim,
menjadi katalis dalam percepatan pembangunan dengan sumber dana berasal dari lembaga-
infrastruktur di Indonesia, termasuk untuk lembaga yang peduli dengan isu perubahan iklim.
mendukung pelaksanaan skema Kerja sama Aktivitas utama divisi ini meliputi: (i) pembiayaan
Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Cakupan infrastruktur berkelanjutan; (ii) pengelolaan hibah
sektor pembiayaan SMI saat ini sangat luas dan technical assistance; (iii) pengelolaan kegiatan
mencakup sektor ketenagalistrikan, energi eksplorasi panas bumi melalui Geothermal Project
terbarukan, efisiensi energi, konservasi energi dan Management Unit dan Pembiayaan Eksplorasi
lainnya. Panas Bumi dan (iv) pengelolaan sumber
pendanaan dari Geothermal Resource Risk
Bidang usaha yang dijalankan SMI saat ini meliputi:
Management (GREM).
(i) pembiayaan dan investasi; (ii) jasa konsultasi;
dan (iii) pengembangan proyek. Selain bidang Pembiayaan berkelanjutan yang disediakan SMI
utama tersebut, SMI juga mengembangkan usaha mencakup penyediaan fasilitas kredit investasi
lainnya, antara lain kerja sama penelitian dan bagi proyek-proyek infrastruktur berkelanjutan
pengembangan serta pengelolaan dana. termasuk pengembangan Energi Terbarukan (ET).
Hingga Desember 2020, SMI telah mencatatkan
I. Pembiayaan dan Investasi, meliputi
delapan (8) portofolio proyek pembiayaan ET,
pembiayaan senior, pembiayaan utang
subordinasi, pembiayaan mezzanine, investasi dengan total kapasitas 404,3 MW dan total
penyertaan modal, dan jasa layanan outstanding pembiayaan sebesar Rp915,47 miliar
pembiayaan. Berdasarkan fungsi pembiayaan, seperti tercantum pada Tabel 49.
SMI juga memiliki dua jenis pembiayaan
infrastruktur yaitu pembiayaan daerah dan Dalam menjalankan aktivitasnya, Divisi
pembiayaan berkelanjutan. Selain itu, SMI juga Pembiayaan Berkelanjutan juga didukung oleh
memiliki produk pembiayaan dengan skema platform SDG Indonesia One yang diresmikan oleh
syariah. Menteri Keuangan pada Oktober 2018. SDG
II. Jasa Konsultasi, berupa investment and Indonesia One merupakan platform kerja sama
financial advisory dan fund raising advisory. pendanaan terintegrasi yang mengkombinasikan
III. Pengembangan Proyek, berupa fasilitas dana publik dan privat melalui skema blended
pengembangan proyek KPBU melalui skema finance untuk mendukung pembangunan
penugasan, fasilitas pengembangan proyek infrastruktur yang berorientasi terhadap Tujuan
dan pengelolaan dana hibah untuk proyek Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
EBTKE, pendampingan penyiapan proyek dan Development Goals, SDGs).
kerja sama lembaga donor, serta pelatihan
dan peningkatan kapasitas.

18
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero). Laporan Tahunan 2020. 2020.
19
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero). Laporan Keberlanjutan 2020. 2020.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 177


TERBARUKAN
SDG Indonesia One memiliki empat pilar yang III. Financing facilities, ditujukan untuk
disesuaikan dengan keinginan dari para donor dan mendorong dan menstimulasi pembiayaan
investor, yaitu: infrastruktur yang lebih besar, dengan
menarik partisipasi pihak lain seperti
I. Development facilities, ditujukan untuk perbankan komersial atau investor privat
mendorong penyiapan proyek-proyek untuk dapat berpartisipasi dalam proyek-
infrastruktur baik di level nasional maupun di proyek infrastruktur.
level pemerintah daerah.
IV. Equity fund, ditujukan untuk mendorong
II. De-risking facilities, ditujukan untuk partisipasi investor swasta untuk dapat
meningkatkan bankability dari proyek- berpartisipasi dalam proyek-proyek
proyek infrastruktur sehingga menarik bagi infrastruktur yang berkaitan dengan SDGs.
pihak swasta dalam hal ini perbankan
komersial maupun investor untuk Beberapa implementasi SDG Indonesia One di
berpartisipasi dalam proyek-proyek sektor energi terbarukan pada tahun 2020
infrastruktur. dirangkum dalam Tabel 50.

Tabel 49: Portofolio pembiayaan berkelanjutan PT SMI 20,21,22

No. Nama Proyek Tahun

1. PLTS Sumba Timur, NTT 2017

2. PLTBm Wapeko, Merauke (3,5 MW) 2017

3. PLTMH Tunggang, Bengkulu (3x3,33 MW) 2018

4. PLTM Sako, Sumatera Barat (2x3 MW) 2018

5. PLTA Kerinci Merangin (350 MW) 2019

6. PLTBm Deli Serdang (9,9 MW) 2019

7. PLPT Dieng Skala Kecil (10 MW) 2019

8. PLTM Padang Guci 2 2019

20
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero). Laporan Tahunan 2017. 2017.
21
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero). Laporan Tahunan 2018. 2018.
22
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero). Laporan Tahunan 2019. 2019.

178 PENYEDIA DANA POTENSIAL


Tabel 50: Implementasi SDG Indonesia One sektor energi terbarukan tahun 2020 18

No. Proyek Dukungan Mitra

Program United States Agency


Proyek Pembangkit Listrik
Dukungan Teknis (Review Studi for International Development-
1. Tenaga Sampah (PLTSa) 52 MW
Kelayakan) Indonesia Clean Energy
Sunter, Jakarta Utara
Development II (USAID-ICED II)

Proyek Pembangkit Listrik


Dukungan Teknis (Review Studi
2. Tenaga Surya (PLTS) 2 MW di Program USAID-ICED II
Kelayakan)
Universitas Indonesia

Agence Française de
3. PLTBm PTPN XI Pembiayaan
Développement (AFD)

Dukungan Teknis (Penyiapan United Nations Development


4. PLTA Luteung
Bankable Studi Kelayakan) Programme (UNDP)

Dukungan Teknis (Penyiapan


5. PLTA Sangir UNDP
Bankable Studi Kelayakan)
Dukungan Teknis (Penyiapan
6. PLTBm Kundur UNDP
Bankable Studi Kelayakan)
Dukungan Teknis (Penyiapan
7. PLTBm Ujung Batu UNDP
Bankable Studi Kelayakan)
Dukungan Teknis (Penyiapan
8. PLTM Cimandiri UNDP
Bankable Studi Kelayakan)
Dukungan Teknis (Penyiapan
9. PLTM Cisomang UNDP
Bankable Studi Kelayakan)
Dukungan Teknis (Penyiapan
10. PLTM Pareang UNDP
Bankable Studi Kelayakan)

PT Indonesia Infrastructure Finance23,24 yang layak secara komersial. Sektor-sektor


prioritas proyek infrastruktur yang didukung oleh
PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) didirikan IIF mencakup infrastruktur ketenagalistrikan,
atas prakarsa dan inisiatif Kementerian Keuangan energi terbarukan, konservasi energi, dan lainnya
Republik Indonesia bersama World Bank, Asian sesuai dengan Pasal 5 PMK No.
Development Bank (ADB), dan Lembaga 100/PMK.010/2009 tentang Perusahaan
multilateral lainnya. IIF merupakan institusi Pembiayaan, Surat OJK No. S-2/D.05/2018 dan
keuangan non-bank nasional yang bergerak POJK No. 46/POJK.05/2020 tentang Perusahaan
dalam bidang pembiayaan infrastruktur dengan Pembiayaan Infrastruktur.
fokus investasi pada proyek-proyek infrastruktur

23
PT Indonesia Infrastructure Finance. Laporan Tahunan 2020. 2020.
24
PT Indonesia Infrastructure Finance. Laporan Keberlanjutan 2020. 2020.

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 179


TERBARUKAN
Kegiatan usaha yang dijalankan IIF adalah • Non-fund-based, mencakup jaminan dalam
menyediakan produk pembiayaan meliputi bentuk pemenuhan kewajiban keuangan,
produk investasi (fund-based dan non-fund- peningkatan kualitas kredit, dan jaminan
pelaksanaan pekerjaan.
based) dan advisory.
II. Advisory
I. Produk Investasi
• Layanan untuk klien sektor publik, meliputi
• Fund-based, meliputi senior debt, layanan konsultan transaksi dan layanan
pembiayaan mezzanine (pinjaman konsultasi kebijakan.
subordinasi), convertible dan hybrid
• Layanan untuk klien sektor swasta, yaitu
securities, refinancing, pembiayaan
layanan konsultan keuangan dan transaksi.
kegiatan lain yang berkaitan dengan
proyek-proyek infrastruktur selama Portofolio pembiayaan IIF hingga tahun 2020
diperkenankan oleh aturan, dan investasi
dirangkum dalam Tabel 51.
ekuitas.

Tabel 51: Portofolio pembiayaan ET PT IIF

No. Nama Proyek

1. PLTA Asahan, Sumatera Utara (180 MW)

2. PLTS Gorontalo Utara

3. PLTMH Sangkir Solok, Sumatera Barat (2x25 MW)

4. PLTA Tomata, Sulawesi Tengah (3x3,7 MW)

5. PLTP Wayang Windu, Jawa Barat (227 MW)

6. PLTMH Sion, Sulawesi Utara (2x6 MW)

7. PLTMH Tomasa, Sulawesi Tengah (2x5 MW)

8. PLTMH Cikopo-2, Jawa Barat (2x3,7 MW)

9. PLTMH Aek Sibundong, Sumatera Utara (2x4 MW)

10. PLTB Sidrap, Sulawesi Selatan (70 MW)

11. PLTBm Aceh (1x12 MW)

180 PENYEDIA DANA POTENSIAL


7.3 Penyedia Dana Potensial Lainnya

ASEAN Catalytic Green Finance Facility COVID-19. Rangkuman kemajuan tersebut dapat
dilihat pada Tabel 52.
(ACGF)25

ACGF merupakan sebuah fasilitas pembiayaan International Finance Corporation


yang diluncurkan pada April 2019 dengan tujuan (IFC)26
untuk mendukung negara anggota ASEAN
(Association of Southeast Asian Nations) untuk IFC, anggota World Bank Group, merupakan
mempersiapkan dan mencari pendanaan publik lembaga pembangunan global terbesar yang
maupun swasta untuk proyek infrastruktur yang fokus pada sektor swasta di negara berkembang.
mempromosikan energi terbarukan, efisiensi Beberapa program IFC untuk membantu
energi, transportasi perkotaan hijau, pasokan air pengembangan sektor swasta di negara
dan sanitasi, pengelolaan limbah, dan pertanian berkembang diantaranya: (i) investasi di
tahan iklim. ACGF merupakan inisiatif dari ASEAN perusahaan melalui pinjaman, investasi ekuitas,
Infrastructure Fund (AIF) yang dimiliki oleh negara sekuritas utang dan jaminan; (ii) mobilisasi modal
anggota ASEAN dan Asian Development Bank dari pemberi pinjaman dan investor lain melalui
(ADB). partisipasi pinjaman, pinjaman paralel, dan lainnya;
dan (iii) memberi masukan kepada perusahaan
Selain mendukung persiapan dan pembiayaan dan pemerintah untuk mendorong investasi
proyek, ACGF juga memberikan pelatihan untuk swasta dan meningkatkan iklim investasi.
memperkuat lingkungan regulasi dan membangun
kapasitas kelembagaan pemerintah ASEAN untuk Program IFC tersebut dirancang untuk memenuhi
meningkatkan investasi infrastruktur hijau. Saat ini, kebutuhan klien di berbagai industri, dengan fokus
ACGF memiliki sembilan (9) mitra cofinancing dan khusus pada sektor infrastruktur, manufaktur,
knowledge diantaranya ADB, Agence Française de agribisnis, layanan jasa, dan pasar keuangan. Di
Développement (AFD), European Investment sektor infrastruktur, IFC menawarkan pembiayaan
Bank (EIB), European Union (EU), KfW, jangka panjang dan keahlian terdepan dalam
Pemerintah Korea, Global Green Growth Institute, industri untuk mengembangkan proyek
Infrastructure Asia, dan Organisation for Economic infrastruktur di beberapa bidang, salah satunya
Cooperation and Development (OECD). adalah energi.

Sejak peluncurannya, ACGF telah menunjukkan IFC memiliki pengalaman puluhan tahun dalam
kemajuan yang signifikan. Pada Desember 2020, pembiayaan, penataan, dan transaksi energi
sebagian besar target untuk fase pilot telah kompleks terkemuka di pasar negara berkembang,
terpenuhi atau terlampaui setahun penuh lebih dengan lebih dari 50 Gigawatt pembangkit energi
cepat dari jadwal, terlepas dari terbatasnya yang dibiayai hingga saat ini. IFC adalah pemodal
perjalanan dan kendala lain akibat pandemi terkemuka untuk energi terbarukan berbiaya
rendah (low-cost). IFC telah mendanai proyek-

25
ACGF. ASEAN Catalytic Green Finance Facility 2019-2020: Accelerating Green Finance in Southeast Asia. 2021
26
https://www.ifc.org/

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 181


TERBARUKAN
proyek dengan kapasitas pembangkitan lebih dari untuk memenuhi kebutuhan proyek. IFC juga
8 Gigawatt untuk energi air, 4 Gigawatt untuk dapat memberikan ekuitas hingga 20 persen
energi angin, dan 5 Gigawatt untuk energi surya. dalam sebuah proyek atau perusahaan, dan secara
selektif, memberikan ekuitas awal dan bantuan
IFC dapat menyediakan dan memobilisasi senior pengembangan bersama melalui IFC
debt dengan jangka waktu yang lama, suku bunga InfraVentures. Selain itu, IFC juga dapat
tetap atau mengambang, mata uang lokal dan memberikan saran terkait engineering, standar
profil amortisasi yang fleksibel, dan pinjaman lingkungan, kerja sama pemerintah dan badan
subordinasi dengan persyaratan yang disesuaikan usaha (KPBU), manajemen risiko, dan lainnya.

Tabel 52: Kemajuan dan target tahap pilot ACGF

Target Kemajuan
Area Aktivitas
(Desember 2021) (December 2020)

Jumlah proyek infrastruktur hijau yang


terstruktur dengan dukungan ACGF, 10 proyek
Memprakarsai dan dengan model keuangan dan sumber 5 proyek (4 selesai, 6 sedang
menstrukturisasi pembiayaan potensial yang berjalan)
proyek dan teridentifikasi.
mengembangkan
jalur proyek Sebuah jalur proyek infrastruktur hijau
infrastruktur hijau lebih lanjut dikembangkan, dengan
5 proyek 12 (sedang berjalan)
target setidaknya lima catatan konsep
awal tambahan dikembangkan.

Jumlah proyek dengan dampak hijau


3 proyek 3 proyek
yang dapat dibuktikan untuk
menghasilkan menghasilkan
Menyediakan dana meningkatkan bankability dan menarik
150.000-ton CO2 73.000-ton CO2
de-risking untuk dana swasta, institusional dan komersial
yang dihemat per yang dihemat per
meningkatkan yang disetujui untuk pembiayaan oleh
tahun tahun
bankabilitas proyek AIF.
infrastruktur hijau Pembiayaan dari modal swasta,
Paling sedikit USD
komersial, dan institusional yang USD 278 juta
300 juta
teridentifikasi untuk proyek ACGF.

Pertemuan investor internasional


diadakan dengan keterlibatan dari 3 proyek 4 proyek
Membangun investor institusional.
pengetahuan dan Pejabat ASEAN dan pemangku 42 proyek
kapasitas kepentingan keuangan dilatih dalam
30 proyek (11 dinominasikan
keuangan inovatif melalui program
oleh AIF BOD)
ACGF 6 Champions.

182 PENYEDIA DANA POTENSIAL


PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 183
TERBARUKAN
8
Gambaran Umum
Keekonomian
Proyek PLTP Aneka ET
Rincian komponen biaya sesuai PT PLN (Persero), gambaran keekonomian PLT-ET
berdasarkan kapasitas pembangkit (mencakup investasi spesifik dan harga jual listrik).

184 PENYEDIA DANA POTENSIAL


PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 185
TERBARUKAN
8 Gambaran Umum
Keekonomian Proyek PLT
Aneka ET
Bab ini bertujuan untuk memberikan gambaran Dalam memberikan gambaran economies of scale,
indikatif aspek keekonomian proyek PLT Aneka pada bab ini diberikan uraian mengenai basis
ET—PLTA, PLTM/PLTMH, PLTS, dan PLTB— estimasi yang digunakan, mencakup biaya
dengan menggarisbawahi prinsip economies of investasi, biaya operasional dan pemeliharaan
scale dalam investasi. Dalam konteks investasi (O&M), ringkasan struktur biaya proyek, dan
proyek PLT Aneka ET, prinsip economies of scale asumsi kunci analisis profitabilitas. Pada bagian
akan menunjukkan hubungan “penghematan” akhir bab ini ditampilkan kurva biaya yang
biaya investasi spesifik terhadap kapasitas memberikan hubungan nilai biaya investasi
terpasang pembangkit, PLT Aneka ET. Di samping spesifik dan harga jual listrik terhadap kapasitas
itu, perubahan biaya investasi spesifik juga akan terpasang PLT Aneka ET. Dengan gambaran
memberikan pengaruh pada daya saing indikatif yang diberikan, investor diharapkan
(competitiveness) harga jual listrik PLT Aneka ET dapat menggunakan prinsip dasar economies of
untuk mencapai kriteria profitabilitas yang scale sebagai bahan evaluasi proyek dan
diinginkan. pengambilan keputusan, khususnya dalam tahap
perencanaan.

8.1 Biaya Investasi

Tabel 54, Tabel 56, Tabel 58 dan Tabel 60 persamaan berikut.


masing-masing menunjukkan rincian biaya
investasi PLTA, PLTM/PLTMH, PLTS, dan PLTB
untuk empat variasi kapasitas terpasang. Biaya
investasi PLTA 150 MW27, PLTM/PLTMH 5 MW28,
PLTS 5 MW 29 dan PLTB 10 MW28 digunakan
sebagai basis perhitungan biaya investasi untuk
kapasitas lainnya yang diestimasi menggunakan

27
DEN. Technology Data for the Indonesian Power Sector. 2017.
28
Biaya investasi ini merujuk pada data struktur biaya PLTM/PLTMH dan PLTB yang digunakan dalam studi Marginal Abatement
Cost Curve (MACC) untuk pembangkit listrik energi terbarukan—proyek di bawah MTRE3-UNDP pada tahun 2020. Data
struktur biaya PLTM/PLTMH dan PLTB yang digunakan telah dievaluasi oleh DJEBKTE-KESDM, khususnya Direktorat Aneka
EBT.
29
Direktorat Aneka EBT KESDM. Aspek Keekonomian Rancangan Kebijakan Harga Listrik PLT Aneka EBT. 2020.

186 GAMBARAN UMUM KEEKONOMIAN PROYEK PLT ANEKA ET


PLTA dan PLTM/PLTMH Total Biaya Konstruksi (Total Construction Cost,
TCC). Total Biaya Tidak Langsung (Total Indirect
Biaya investasi PLTA dan PLTM/PLTMH terdiri Cost, TIC) diestimasi berdasarkan persentase TCC
dari biaya peralatan yang mencakup reservoir, (20% TCC). Penjumlahan antara TCC dan TIC
tunnel, power house & shaft serta peralatan di memberikan Total Biaya Langsung (Total Direct &
power house. Total biaya peralatan disebut Indirect Cost, TD&IC). Biaya owner selanjutnya
sebagai Total Biaya Langsung (Total Direct Cost, ditambahkan dengan TD&IC menjadi Total Biaya
TDC). Biaya manajemen EPC kemudian Investasi (Total Capital Investment, TCI).
ditambahkan dengan TDC sehingga diperoleh

Tabel 53: Konfigurasi PLTA

Deskripsi Case 1 Case 2 Case 3 Case 4

Konfigurasi Pembangkit 1x50 MW 1x100 MW 1x150 MW 1x300 MW


Gross Power Output (MW) 50,00 100,00 150,00 300,00
Parasitic Load, 7% of Gross Capacity (MW) 3,50 7,00 10,50 21,00
Net Power Output (MW) 46,50 93,00 139,50 279,00
Capacity Factor (%) 60,00 60,00 60,00 60,00
Net Electricity Production (GWh/y) 244,40 488,81 733,21 1 466,42

Tabel 54: Rincian total biaya investasi PLTA

Deskripsi Unit Total Total Total Total

Kapasitas Terpasang MW 50,00 100,00 150,00 300,00

Biaya Peralatan

Reservoir juta USD 36,15 58,73 78,00 126,71

Tunnel juta USD 19,47 31,62 42,00 68,23

Power House & Shaft juta USD 19,47 31,62 42,00 68,23

Peralatan Power House juta USD 22,25 36,14 48,00 77,98

Total Biaya Langsung (TDC) juta USD 97,33 158,11 210,00 341,15

Manajemen EPC juta USD 9,73 15,81 21,00 34,11

Total Biaya Konstruksi (TCC) juta USD 107,06 173,92 231,00 375,26

Total Biaya Tidak Langsung (TIC) (20% dari TCC) juta USD 21,41 34,78 46,20 75,05

Total Biaya Langsung & Tidak Langsung (TD&IC) juta USD 128,47 208,70 277,20 450,31

Biaya owner juta USD 31,98 51,95 69,00 112,09

Total Biaya Investasi (TCI) juta USD 160,45 260,65 346,20 562,40

Biaya Investasi Spesifik juta USD/MW 3,21 2,61 2,31 1,87

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 187


TERBARUKAN
Tabel 55: Konfigurasi PLTM/MH

Deskripsi Case 1 Case 2 Case 3 Case 4

Konfigurasi Pembangkit 1x0,1 MW 1x0,5 MW 1x5 MW 1x10 MW

Gross Power Output (MW) 0,10 0,50 5,00 10,00

Parasitic Load, 7% of Gross Capacity (MW) 0,01 0,04 0,35 0,70

Net Power Output (MW) 0,09 0,47 4,65 9,30

Capacity Factor (%) 65,00 65,00 65,00 65,00

Net Electricity Production (GWh/y) 0,53 2,65 26,48 52,95

Tabel 56: Rincian total biaya investasi PLTM/MH

Deskripsi Unit Case 1 Case 2 Case 3 Case 4

Kapasitas Terpasang MW 0,10 0,50 5,00 10,00

Biaya Peralatan

Reservoir juta USD 0,18 0,57 2,86 4,65

Tunnel juta USD 0,10 0,31 1,54 2,50

Power House & Shaft juta USD 0,10 0,31 1,54 2,50

Peralatan Power House juta USD 0,11 0,33 1,65 2,68

Total Biaya Langsung (TDC) juta USD 0,49 1,51 7,59 12,33

Manajemen EPC juta USD 0,05 0,15 0,77 1,25

Total Biaya Konstruksi (TCC) juta USD 0,54 1,67 8,36 13,58

Total Biaya Tidak Langsung (TIC) (20% dari TCC) juta USD 0,11 0,33 1,67 2,72

Total Biaya Langsung & Tidak Langsung (TD&IC) juta USD 0,65 2,00 10,05 16,30

Biaya owner juta USD 0,16 0,50 2,53 4,11

Total Biaya Investasi (TCI) juta USD 0,81 2,51 12,56 20,41

Biaya Investasi Spesifik juta USD/MW 8,12 5,01 2,51 2,04

188 GAMBARAN UMUM KEEKONOMIAN PROYEK PLT ANEKA ET


PLTS TDC). Biaya manajemen EPC kemudian
ditambahkan dengan TDC sehingga diperoleh
Biaya investasi PLTS terdiri dari biaya peralatan Total Biaya Konstruksi (Total Construction Cost,
yang mencakup modul, inverter, struktur dan TCC). Biaya owner selanjutnya ditambahkan
balance of plant. Total biaya peralatan disebut dengan TCC menjadi Total Biaya Investasi (Total
sebagai Total Biaya Langsung (Total Direct Cost, Capital Investment, TCI).

Tabel 57: Konfigurasi PLTS

Deskripsi Case 1 Case 2 Case 3 Case 4

Konfigurasi Pembangkit 1x1 MW 1x5 MW 1x25 MW 2x25 MW

Gross Power Output (MW) 1,00 5,00 25,00 50,00

Parasitic Load, 7% of Gross Capacity (MW) 0,07 0,35 1,75 3,50

Net Power Output (MW) 0,93 4,65 23,25 46,50

Capacity Factor (%) 17,00 17,00 17,00 17,00

Net Electricity Production (GWh/y) 1,38 6,92 34,62 69,25

Tabel 58: Rincian total biaya investasi PLTS

Deskripsi Unit Total Total Total Total

Kapasitas Terpasang MW 1,00 5,00 25,00 50,00

Biaya Peralatan

Modul juta USD 0,57 1,76 5,44 8,84

Inverter juta USD 0,09 0,29 0,89 1,44

Struktur juta USD 0,34 1,04 3,22 5,23

BOP juta USD 0,08 0,25 0,78 1,26

Total Biaya Langsung (TDC) juta USD 1,09 3,35 10,33 16,78

Manajemen EPC juta USD 0,02 0,07 0,22 0,36

Total Biaya Konstruksi (TCC) juta USD 1,11 3,42 10,55 17,14

Biaya owner juta USD 0,06 0,18 0,56 0,90

Total Biaya Investasi (TCI) juta USD 1,17 3,60 11,11 18,04

Biaya Investasi Spesifik juta USD/MW 1,17 0,72 0,44 0,36

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 189


TERBARUKAN
PLTB (Total Construction Cost, TCC). Total Biaya Tidak
Langsung (Total Indirect Cost, TIC) diestimasi
Biaya investasi PLTB terdiri dari biaya peralatan berdasarkan persentase TCC (20% TCC).
yang mencakup turbin angin, distribusi, dan Penjumlahan antara TCC dan TIC memberikan
balance of plant serta biaya pesangannya. Total Total Biaya Langsung (Total Direct & Indirect
biaya peralatan disebut sebagai Total Biaya Cost, TD&IC). Biaya owner selanjutnya
Langsung (Total Direct Cost, TDC). Biaya ditambahkan dengan TD&IC menjadi Total Biaya
manajemen EPC kemudian ditambahkan dengan Investasi (Total Capital Investment, TCI).
TDC sehingga diperoleh Total Biaya Konstruksi

Tabel 59: Konfigurasi PLTB

Deskripsi Case 1 Case 2 Case 3 Case 4

Konfigurasi Pembangkit 1x10 MW 1x30 MW 1x50 MW 2x50 MW

Gross Power Output (MW) 10,00 30,00 50,00 100,00

Parasitic Load, 7% of Gross Capacity (MW) 0,70 2,10 3,50 7,00

Net Power Output (MW) 9,30 27,90 46,50 93,00

Capacity Factor (%) 35,00 35,00 35,00 35,00

Net Electricity Production (GWh/y) 28,51 85,54 142,57 285,14

Tabel 60: Rincian total biaya investasi PLTB

Deskripsi Unit Case 1 Case 2 Case 3 Case 4

Kapasitas Terpasang MW 10,00 30,00 50,00 100,00

Biaya Peralatan

Turbin Angin juta USD 14,96 32,28 46,15 74,98

Distribusi juta USD 2,20 4,75 6,79 11,03

BOP/Pemasangan juta USD 2,86 6,17 8,82 14,33

Total Biaya Langsung (TDC) juta USD 20,02 43,20 61,77 100,34

Manajemen EPC juta USD 0,88 1,90 2,71 4,41

Total Biaya Konstruksi (TCC) juta USD 20,90 45,10 64,48 104,75

Total Biaya Tidak Langsung (TIC) (20% dari TCC) juta USD 4,18 9,02 12,90 20,95

Total Biaya Langsung & Tidak Langsung (TD&IC) juta USD 25,08 54,11 77,38 125,70

Biaya owner juta USD 1,10 2,37 3,39 5,51

Total Biaya Investasi (TCI) juta USD 26,18 56,49 80,77 131,21

Biaya Investasi Spesifik juta USD/MW 2,62 1,88 1,62 1,31

190 GAMBARAN UMUM KEEKONOMIAN PROYEK PLT ANEKA ET


8.2 Biaya Operasi & Pemeliharaan (O&M)

Biaya O&M PLTA, PLTM/PLTMH, PLTS, dan PLTB O&M tetap dan variabel. Biaya O&M variabel PLTS
yang masing-masing dirangkum dalam Tabel 61, dan PLTB sudah tercakup dalam biaya O&M tetap.
Tabel 62, Tabel 63, dan Tabel 64 terdiri dari biaya

Tabel 61: Rincian total operasi dan pemeliharaan (O&M) PLTA

Deskripsi Unit Total Total Total Total

Kapasitas Terpasang MW 50,00 100,00 150,00 300,00

Net Power Output MW 46,50 93,00 139,50 279,00

Net Electricity Production GWh/y 244,40 488,81 733,21 1466,42

Total Biaya O&M Tetap juta USD/tahun 1,86 3,72 5,58 11,16

Total Biaya O&M Variabel juta USD/tahun 0,16 0,32 0,48 0,95

Tabel 62: Rincian total operasi dan pemeliharaan (O&M) PLTM/MH

Deskripsi Unit Total Total Total Total

Kapasitas Terpasang MW 0,10 0,50 5,00 10,00

Net Power Output MW 0,09 0,47 4,65 9,30

Net Electricity Production GWh/y 0,53 2,65 26,48 52,95

Total Biaya O&M Tetap juta USD/tahun 0,00 0,02 0,23 0,47

Total Biaya O&M Variabel juta USD/tahun 0,00 0,00 0,01 0,03

Tabel 63: Rincian total operasi dan pemeliharaan (O&M) PLTS

Deskripsi Unit Total Total Total Total

Kapasitas Terpasang MW 1,00 5,00 25,00 50,00

Net Power Output MW 0,93 4,65 23,25 46,50

Net Electricity Production GWh/y 1,38 6,92 34,62 69,25

Total Biaya O&M Tetap juta USD/tahun 0,02 0,09 0,47 0,93

Total Biaya O&M Variabel juta USD/tahun - - - -

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 191


TERBARUKAN
Tabel 64: Rincian total operasi dan pemeliharaan (O&M) PLTB

Deskripsi Unit Total Total Total Total

Kapasitas Terpasang MW 10,00 30,00 50,00 100,00

Net Power Output MW 9,30 27,90 46,50 93,00

Net Electricity Production GWh/y 28,51 85,54 142,57 285,14

Total Biaya O&M Tetap juta USD/tahun 0,56 1,67 2,79 5,58

Total Biaya O&M Variabel juta USD/tahun - - - -

8.3 Struktur Biaya Proyek Berdasarkan Komponen Biaya PLN

Tabel 65, Tabel 66, Tabel 67, dan Tabel 68 Penjumlahan keempat komponen tersebut
menyajikan rangkuman struktur biaya sesuai merupakan nilai Levelized Cost of Electricity
dengan terminologi PT PLN (Persero) yang terdiri (LCOE) atau bisa juga disebut sebagai biaya
dari empat komponen biaya, yaitu: (i) Komponen pokok pembangkitan. Perlu menjadi catatan
A— capital cost recovery; (ii) Komponen B—biaya bahwa gambaran LCOE ini ditinjau dari sisi
O&M tetap; (iii) Komponen C—biaya bahan bakar; pengembang, tidak memasukkan Komponen E—
dan (iv) Komponen D—biaya O&M variabel. biaya transmisi

Komponen A diestimasi berdasarkan asumsi umur


proyek dan discount rate sebesar 10% tanpa
memperhitungkan profit.

Tabel 65: Ringkasan komponen biaya proyek PLTA

Komponen
Deskripsi Unit 50 MW 100 MW 150 MW 300 MW
Biaya PLN

A Capital Cost Recovery cent-USD/kWh 6,62 5,38 4,76 3,87

B Biaya O&M Tetap cent-USD/kWh 0,76 0,76 0,76 0,76

C Biaya Bahan Bakar cent-USD/kWh - - - -

D Biaya O&M Variabel cent-USD/kWh 0,07 0,07 0,07 0,07

LCOE cent-USD/kWh 7,45 6,20 5,59 4,69

192 GAMBARAN UMUM KEEKONOMIAN PROYEK PLT ANEKA ET


Tabel 66: Ringkasan komponen biaya proyek PLTM/MH

Komponen
Deskripsi Unit 0,1 MW 0,5 MW 5 MW 10 MW
Biaya PLN

A Capital Cost Recovery cent-USD/kWh 15,47 9,55 4,79 3,89

B Biaya O&M Tetap cent-USD/kWh 0,88 0,88 0,88 0,88

C Biaya Bahan Bakar cent-USD/kWh - - - -

D Biaya O&M Variabel cent-USD/kWh 0,05 0,05 0,05 0,05

LCOE cent-USD/kWh 16,40 10,48 5,71 4,81

Tabel 67: Ringkasan komponen biaya proyek PLTS

Komponen
Deskripsi Unit 1 MW 5 MW 25 MW 50 MW
Biaya PLN

A Capital Cost Recovery cent-USD/kWh 9,28 5,73 3,53 2,87

B Biaya O&M Tetap cent-USD/kWh 1,34 1,34 1,34 1,34

C Biaya Bahan Bakar cent-USD/kWh - - - -

D Biaya O&M Variabel cent-USD/kWh - - - -

LCOE cent-USD/kWh 10,63 7,07 4,88 4,21

Tabel 68: Ringkasan komponen biaya proyek PLTB

Komponen
Deskripsi Unit 10 MW 30 MW 50 MW 100 MW
Biaya PLN

A Capital Cost Recovery cent-USD/kWh 9,74 7,01 6,01 4,88

B Biaya O&M Tetap cent-USD/kWh 1,96 1,96 1,96 1,96

C Biaya Bahan Bakar cent-USD/kWh - - - -

D Biaya O&M Variabel cent-USD/kWh - - - -

LCOE cent-USD/kWh 11,70 8,96 7,97 6,84

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 193


TERBARUKAN
8.4 Asumsi Kunci Analisis Finansial

IRR sebesar 11% untuk dicapai. Di samping itu,


Berdasarkan struktur biaya proyek PLT Aneka ET beberapa asumsi ekonomi juga ditetapkan dalam
untuk setiap case kapasitas, analisis finansial analisis seperti rasio utang (debt) dan ekuitas
dengan metode discounted cashflow digunakan (equity), umur pembangkit, suku bunga, dan
untuk menentukan harga jual listrik dengan lainnya seperti yang terangkum dalam Tabel 69.
menetapkan sebuah kriteria profitabilitas, yaitu

Tabel 69: Asumsi yang digunakan

Deskripsi PLTA PLTM/PLTMH PLTS PLTB

Capacity factor 60% 65% 17% 35%

Pembiayaan berdasarkan ekuitas/hutang 30%/70% dari TCI

Umur pembangkit 50 tahun 25 tahun 30 tahun

Tarif pajak penghasilan 25%

Suku bunga untuk pembiayaan hutang 7% per tahun

Jangka waktu pembiayaan hutang 15 tahun 10 tahun 15 tahun

Jadwal penyusutan 7-year MACRS schedule

Periode konstruksi (jadwal pengeluaran) 3 tahun 1 tahun

Discount rate 10%

IRR (set) 11%

8.5 Kurva Biaya

itu, dengan prinsip economies of scale, PLTA 300


PLTA MW memberikan nilai investasi spesifik 1,87 juta-
USD/MW atau sekitar 42% lebih rendah dari biaya
Hasil estimasi analisis finansial PLTA ditampilkan investasi spesifik PLTA 50 MW. Secara
dalam kurva biaya seperti yang terlihat pada keseluruhan economies of scale pada biaya
Gambar 38, yang menggambarkan hubungan investasi spesifik proyek PLTA ditunjukkan
antara kapasitas terpasang dan biaya investasi dengan tren kurva yang menurun, dari kapasitas
spesifik serta harga jual listrik. Hasil plot estimasi 50 MW hingga 300 MW.
biaya investasi spesifik dengan kapasitas
terpasang ditunjukkan dengan kurva berwarna Di samping itu, economies of scale pada biaya
oranye, di mana PLTA 50 MW memberikan nilai investasi spesifik juga mempengaruhi harga jual
investasi spesifik 3,21 juta-USD/MW. Sementara listrik PLTA. Sebagaimana telah diuraikan

194 GAMBARAN UMUM KEEKONOMIAN PROYEK PLT ANEKA ET


sebelumnya, nilai harga jual listrik untuk masing- dapat memberikan gambaran indikatif bagi
masing skema kapasitas diestimasi dengan investor PLTA untuk membandingkan harga jual
menetapkan nilai IRR sebesar 11% dalam analisis listrik PLTA terhadap baseline atau Biaya Pokok
finansial. Hasil plot harga jual listrik menunjukkan Penyediaan (BPP) tenaga listrik setempat. Secara
tren yang serupa dengan tren biaya investasi khusus, gambaran tersebut dapat dijadikan
spesifik, di mana PLTA 50 MW memberikan harga pertimbangan bagi investor dalam menetapkan
jual listrik 11,10 cent-USD/kWh, sedangkan PLTA strategi pengembangan—kapasitas—PLTA serta
300 MW memberikan harga jual listrik 6,80 cent- negosiasi Harga Jual Tenaga Listrik (HJTL) dalam
USD/kWh. Plot kurva harga jual listrik berbasis PJBL.
economies of scale yang ditunjukkan diharapkan

Gambar 38: Kurva biaya PLTA

PLTM/PLTMH oranye, di mana PLTM/PLTMH 0,1 MW


memberikan nilai investasi spesifik 8,12 juta-
Hasil estimasi analisis finansial PLTM/PLTMH USD/MW. Sementara itu, dengan prinsip
ditampilkan dalam kurva biaya seperti yang economies of scale, PLTM/PLTMH 10 MW
terlihat pada Gambar 39, yang menggambarkan memberikan nilai investasi spesifik 2,04 juta-
hubungan antara kapasitas terpasang dan biaya USD/MW atau sekitar 75% lebih rendah dari biaya
investasi spesifik serta harga jual listrik. Hasil plot investasi spesifik PLTM/PLTMH 0,1 MW. Secara
estimasi biaya investasi spesifik dengan kapasitas keseluruhan economies of scale pada biaya
terpasang ditunjukkan dengan kurva berwarna investasi spesifik proyek PLTM/PLTMH

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 195


TERBARUKAN
ditunjukkan dengan tren kurva yang menurun, USD/kWh, sedangkan PLTM/PLTMH 10 MW
dari kapasitas 0,1 MW hingga 10 MW. memberikan harga jual listrik 6,70 cent-
USD/kWh. Plot kurva harga jual listrik berbasis
Di samping itu, economies of scale pada biaya economies of scale yang ditunjukkan diharapkan
investasi spesifik juga mempengaruhi harga jual dapat memberikan gambaran indikatif bagi
listrik PLTM/PLTMH. Sebagaimana telah diuraikan investor PLTM/PLTMH untuk membandingkan
sebelumnya, nilai harga jual listrik untuk masing- harga jual listrik PLTM/PLTMH terhadap baseline
masing skema kapasitas diestimasi dengan atau Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik
menetapkan nilai IRR sebesar 11% dalam analisis setempat. Secara khusus, gambaran tersebut
finansial. Hasil plot harga jual listrik menunjukkan dapat dijadikan pertimbangan bagi investor
tren yang serupa dengan tren biaya investasi dalam menetapkan strategi pengembangan—
spesifik, di mana PLTM/PLTMH 0,1 MW kapasitas—PLTM/PLTMH serta negosiasi Harga
memberikan harga jual listrik 23,70 cent- Jual Tenaga Listrik (HJTL) dalam PJBL.

Gambar 39: Kurva biaya PLTM/MH

PLTS Gambar 40, yang menggambarkan hubungan


antara kapasitas terpasang dan biaya investasi
Hasil estimasi analisis finansial PLTS ditampilkan spesifik serta harga jual listrik. Hasil plot estimasi
dalam kurva biaya seperti yang terlihat pada biaya investasi spesifik dengan kapasitas

196 GAMBARAN UMUM KEEKONOMIAN PROYEK PLT ANEKA ET


terpasang ditunjukkan dengan kurva berwarna finansial. Hasil plot harga jual listrik menunjukkan
oranye, di mana PLTS 1 MW memberikan nilai tren yang serupa dengan tren biaya investasi
investasi spesifik 1,17 juta-USD/MW. Sementara spesifik, di mana PLTS 1 MW memberikan harga
itu, dengan prinsip economies of scale, PLTS 50 jual listrik 15,70 cent-USD/kWh, sedangkan PLTS
MW memberikan nilai investasi spesifik 0,36 juta- 50 MW memberikan harga jual listrik 5,80 cent-
USD/MW atau sekitar 69% lebih rendah dari biaya USD/kWh. Plot kurva harga jual listrik berbasis
investasi spesifik PLTS 1 MW. Secara keseluruhan economies of scale yang ditunjukkan diharapkan
economies of scale pada biaya investasi spesifik dapat memberikan gambaran indikatif bagi
proyek PLTS ditunjukkan dengan tren kurva yang investor PLTS untuk membandingkan harga jual
menurun, dari kapasitas 1 MW hingga 50 MW. listrik PLTS terhadap baseline atau Biaya Pokok
Penyediaan (BPP) tenaga listrik setempat. Secara
Di samping itu, economies of scale pada biaya khusus, gambaran tersebut dapat dijadikan
investasi spesifik juga mempengaruhi harga jual pertimbangan bagi investor dalam menetapkan
listrik PLTS. Sebagaimana telah diuraikan strategi pengembangan—kapasitas—PLTS serta
sebelumnya, nilai harga jual listrik untuk masing- negosiasi Harga Jual Tenaga Listrik (HJTL) dalam
masing skema kapasitas diestimasi dengan PJBL.
menetapkan nilai IRR sebesar 11% dalam analisis

Gambar 40: Kurva biaya PLTS

PEDOMAN INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANEKA ENERGI 197


TERBARUKAN
PLTB listrik PLTB. Sebagaimana telah diuraikan
sebelumnya, nilai harga jual listrik untuk masing-
Hasil estimasi analisis finansial PLTB ditampilkan masing skema kapasitas diestimasi dengan
dalam kurva biaya seperti yang terlihat pada menetapkan nilai IRR sebesar 11% dalam analisis
Gambar 41, yang menggambarkan hubungan finansial. Hasil plot harga jual listrik menunjukkan
antara kapasitas terpasang dan biaya investasi tren yang serupa dengan tren biaya investasi
spesifik serta harga jual listrik. Hasil plot estimasi spesifik, di mana PLTB 10 MW memberikan harga
biaya investasi spesifik dengan kapasitas jual listrik 15,60 cent-USD/kWh, sedangkan PLTB
terpasang ditunjukkan dengan kurva berwarna 100 MW memberikan harga jual listrik 8,80 cent-
oranye, di mana PLTB 10 MW memberikan nilai USD/kWh. Plot kurva harga jual listrik berbasis
investasi spesifik 2,62 juta-USD/MW. Sementara economies of scale yang ditunjukkan diharapkan
itu, dengan prinsip economies of scale, PLTB 100 dapat memberikan gambaran indikatif bagi
MW memberikan nilai investasi spesifik 1,31 juta- investor PLTB untuk membandingkan harga jual
USD/MW atau sekitar 50% lebih rendah dari biaya listrik PLTB terhadap baseline atau Biaya Pokok
investasi spesifik PLTB 10 MW. Secara Penyediaan (BPP) tenaga listrik setempat. Secara
keseluruhan economies of scale pada biaya khusus, gambaran tersebut dapat dijadikan
investasi spesifik proyek PLTB ditunjukkan pertimbangan bagi investor dalam menetapkan
dengan tren kurva yang menurun, dari kapasitas strategi pengembangan—kapasitas—PLTB serta
10 MW hingga 100 MW. negosiasi Harga Jual Tenaga Listrik (HJTL) dalam
PJBL.
Di samping itu, economies of scale pada biaya
investasi spesifik juga mempengaruhi harga jual

Gambar 41: Kurva biaya PLTB

198 GAMBARAN UMUM KEEKONOMIAN PROYEK PLT ANEKA ET

Anda mungkin juga menyukai