04 Bab 3 Metode Kajian (080878)
04 Bab 3 Metode Kajian (080878)
METODE KAJIAN
Bab ini menjelaskan pola pikir dan pendekatan pelaksanaan
pekerjaan. Diperlukan pendekatan atau metode pelaksanaan
pekerjaan mulai dari tahap awal pelaksanaan pekerjaan,
pengumpulan data dan penyelesaian pekerjaan.
3.1 POLA PIKIR PELAKSANAAN PEKERJAAN
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor nomor 6 Tahun 2017 (berdasarkan
perubahan atas Peraturan pemerintah no.56 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan
Perkeretaapian), disebutkan bahwa pengaturan perkeretaapian meliputi:
a. Tatanan perkeretaapian umum
b. Penyelenggaraan prasarana dan sarana perkeretaapian
c. Sumber daya manusia perkeretaapian
d. Perizinan
e. Pembinaan
f. Lalu lintas dan angkutan kereta api.
Secara teknis Rencana Induk Perkeretaapian Kalimantan Timur Tahun 2023 memuat
pengembangan jalur Kereta Api Kalimantan Timur sebagai backbone pendukung
lintas pelayanan antara kota/kabupaten di wilayah Kalimantan Timur. Lintas
Pelayanan tersebut harus terkoneksi dan terintegrasi dengan perencanaan Jalur
Kereta Api yang telah diinisiasi oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian
Perhubungan. Kajian yang akan dilakukan pada penyusunan RIP KA di Kalimantan
Timur ini akan meliputi Kajian Teknis maupun Kajian Non Teknis.
Secara ekonomis, kajian terhadap dampak ekonomi maupun kelayakan finansial dari
setiap rencana jalur yang dikembangkan dalam RIP KA di Kalimantan Timur Tahun
2023 ini dianalisis berdasarkan view level provinsi. Indikasi mengenai EIRR ataupun
FIRR menjadi salah satu tolak ukur untuk mengukur prioritas pembangunan jalur
kereta api di Kalimantan Timur di masa yang akan datang.
Secara kelembagaan, dengan diaplikasikannya sistem otonomi daerah, dan
diintrodusirnya sistem multi operator dalam penyelenggaraan perkeretaapian
nasional, maka dalam rencana induk yang disusun muatan mengenai pembagian
tugas dan kewenangan antar stakeholders perlu juga ditetapkan. Dengan cara ini
akan diperoleh adanya komitmen ke depan untuk mengimplementasikannya.
ALASAN/URGENSI PELAKSANAAN PEKERJAAN KONTEKS DARI PEKERJAAN YANG DILAKSANAKAN TINDAK LANJUT DARI HASIL PEKERJAAN
LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN KALIMANTAN TIMUR 3-9
3.2 PENDEKATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Berdasarkan pasal 2 UU 23/2007 disebutkan bahwa perkeretaapian sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari sistem transportasi nasional diselenggarakan
berdasarkan: asas manfaat, asas keadilan, asas keseimbangan, asas kepentingan
umum,asas keterpaduan, asas kemandirian, asas transparansi, asas akuntabilitas dan
asas berkelanjutan.
Adapun pengertian dari masing-masing asas tersebut disampaikan dalam penjelasan
UU 23/2007 sebagaimana dirangkum pada tabel berikut. Asas-asal tersebut
memberikan guidance mengenai koridor yang menjadi batasan bagi pemerintah
dalam menyusun kebijakan penyelenggaraan perkeretaapian nasional secara umum,
termasuk dalam hal investasi yang dituangkan dalam rencana pengembangan jalur
kereta api dalam Rencana Induk Perkeretapian Kalimantan Timur.
Pada tabel berikut disampaikan cakupan dokumen RIP jalur KA Kalimantan Timur ini yang
disandingkan dengan cakupan RIP Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota.
Kriteria yang digunakan dalam menetapkan pola jaringan dan prioritasnya adalah
sejumlah aspek perencanaan berikut: aspek permintaan perjalanan (demand aspect),
aspek fisik (physical aspect), aspek lingkungan (environmental aspect), aspek finansial
(finacial aspect), dan aspek stabilitas (stability aspect).
Proses dan kriteria yang digunakan dalam penyusunan studi terdahulu tersebut
sudah cukup komprehensif, namun terdapat beberapa perkembangan lingkungan
strategis yang perlu diperhatikan lebih lanjut, yakni:
1. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang
Parkeretaapian maka sistem penyelenggaraan perkeretaapian yang
sebelumnya masih bersifat sentralistik dan monopolistik berubah menjadi
bersifat multioperator yaitu dengan memberikan peningkatan peran swasta
dan pemerintah daerah secara luas dalam penyelenggaraan perkeretaapian
termasuk dalam proses perencanaan, sementara pendekatan dalam studi
terdahulu cenderung teknokratis bukan partisipatif
2. Adanya perubahan dokumen-dokumen perencanaan yang ada baik di pusat
maupun di daerah (dengan diberlakukanya RTRW Nasional, RTRW Pulau
Kalimantan, RTRW IKN, RTRW Provinsi Kalimantan Timur dan RTRW
Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur) yang akan merubah pola ruang dan
struktur ruang Kalimantan Timur
3. Adanya perkembangan lokasi pusat komoditas utama (batubara, hasil hutan
dlsb) yang berpotensi besar dapat diangkut dengan moda kereta api
4. Adanya pengembangan kondisi sosial dan ekonomi wilayah Kalimantan Timur
5. Kebutuhan target peranan moda angkutan KA yang akan dicapai sebagai dasar
penetapan kebutuhan pengembangan jaringan jalur KA.
6. Pertimbangan mengenai kondisi teknis (topografi, geologi, penataan ruang)
pada rute yang direncanakan tidak dimasukkan, sehingga potensi terjadinya
permasalahan teknis pada tahap implementasi cukup besar.
DAFTAR USULAN
DAFTAR RUTE
USULAN RUTEJALUR KAKALIMANTAN
JALUR KA PULAU KALIMANTAN
TIMUR
MASTERPLAN RIP RTRW Nas, Pulau, SISTRA/TATRA DOKUMEN LAIN (P3BOOK, USULAN STAKE-
TERDAHULU NASIONAL Prov, Kab/Kota NAS/WIL/LOK MP3EI, SISLOGNAS, DLL) HOLDERS (via FGD)
KRITERIA SCREENING: ARAHAN PERANAN MODA KA:
1. Integrasi pusat kegiatan 1. Fungsi perkeretaapian
2. Aksesibilitas terhadap potensi angkutan 2. Modal share yang diharapkan
3. Intermoda transportasi
4. Angkutan penumpang massal
5. Strategi rencana pengembangan
6. Pemerataan akses transportasi
RENCANA JARINGAN JALUR
RENCANA KAJARINGAN
PULAUKERETA
KALIMANTAN (TRANS
API KALIMANTAN KALIMANTAN RAILWAYS)
TIMUR
(daftar koridor/rute/jalur
(Daftar KAyang
Koridor/Rute/Jalur KA yang direncanakan)
direncanakan)
KRITERIA TEKNIS: KRITERIA LAINNYA:
1. Topografi 4. Penggunaan lahan eksisting
2. Geologi 5. Lokasi potensi demand angkutan
3. Hambatan alam 6. Kesesuaian lokasi terhadap RTRW
7. Infrastruktur sektor lainnya
8. Interkoneksi simpul transportasi
TRASE
TRASE RENCANA
RENCANA JALURJALUR KA API
KERETA PULAU KALIMANTAN
KALIMANTAN TIMUR
(trase/alinemen, pra-desain,
(Trase/Alinyemen, analisis
Pra Design, Analisis kelayakan teknis-ekonomis-finansial)
Kelayakan Teknis-Ekonomi-Finansial)
Gambar 3.3 Proses dan Tahapan Rencana Induk Perkeretaapian Kalimantan Timur
STUDI TERDAHULU DOK PERENCANAAN PERATURAN TERKAIT DATA TEKNIS KORIDOR DATA TRANSPORTASI
d
HASIL EVALUASI MUATAN HASIL KAJIAN RTRW DAN KRITERIA HASIL KAJIAN TOPOGRAFI e HASIL ANALISIS
STUDI KA TERDAHULU KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN STRUKTUR TANAH POLA PERGERAKAN
a TRANSPORTASI b
Kriteria screening Kesesuaian dengan MAT orang-barang
Tujuan/arah kebijakan Arah kebijakan tata ruang Kriteria teknis/non standar teknis jalur KA Prediksi potensi
Pendekatan, metoda, Rencana struktur tt ruang teknis (gradient max, axle pengguna moda
dan kriteria Arah kebijakan transpor- Kriteria kelayakan load, radius minimal) KA
Rencana jaringan jalur tasi (dan peranan KA) Kriteria prioritas Rekomendasi teknis Prediksi manfaat/
Prioritas pembangunan Rencana pengembangan Kriteria KPBU terkait jalur KA dampak dampak
jaringan transportasi (economik/sosial)
BAHAN FGD
screening
kriteria
kriteria teknis/
FOCUS GROUP DISCUSSION non teknis PRA-DESAIN JALUR KA
(FGD)
c
HASIL PENJARINGAN PENETAPAN 1: RENCANA
ASPIRASI PEMBANGUNAN, POLA
kriteria prioritas
1. PERUMUSAN ARAH
kriteria kelayakan
ANALISIS INVESTASI
h
RENCANA INVESTASI SETIAP JALUR KA
Perkiraan biaya investasi (prasarana dan
sarana)
Perkiraan pendapatan investasi
Kelayakan investasi finansial
Rekomendasi skema investasi
POLICY FORMULATION
PENETAPAN 3:
1. KONFIRMASI PRIORITAS DAN TAHAPAN
2. KONFIRMASI ARAH KEBIJAKAN DAN
STRATEGI
LEGAL DRAFTING
j
DRAFT PERGUB RIP KA KALTIM
Naskah akademis
Draft peraturan (isi dan lampirannya)
Seluruh proses analisis tersebut dimulai terlebih dahulu dengan tahap pengumpulan
data, baik dari sumber sekunder maupun primer. Sedangkan penjelasan mengenai
pendekatan/metoda yang digunakan untuk setiap proses analisis yang digunakan
dibahas bagian selanjutnya. Tahapan analisis tersebut lebih lanjut digunakan sebagai
acuan dalam menyusun jadwal pekerjaan.
Dalam KAK tidak secara spesifik disebutkan mengenai kebutuhan untuk
mengembangkan kriteria, dalam Gambar 3.4 terlihat bahwa untuk melakukan
penetapan rencana jaringan, analisis kelayakan, penyusunan prioritas, serta
identifikasi potensi KPBU memerlukan kriteria. Oleh karena itu, di dalam metodologi
ini akan dibahas secara khusus mengenai kriteria yang akan digunakan dalam
melaksanakan penyusunan RIP KA Kalimantan Timur.
Adapun proses analisis pola pergerakan dilakukan dengan model transportasi empat
tahap (four stages transport models) seperti yang dijelaskan pada Gambar berikut.
Base matrix Data lalu lintas/ Data statistik dan Data sistem transportasi Data perilaku
(OD ATTN 2016): pergerakan Th 2023: tata ruang: (eksisting dan rencana): pasar/stated
MAT Tahun 2016 Traffic count jalan Sosial ekonomi Jaringan prasarana preference
Bangkitan/tarikan Lalu lintas simpul Rencana tata Jaringan pelayanan (market survey):
(orang-barang) (terminal, ruang/pengem- Operasional (waktu, Kriteria
Tahun 2016 pelabuhan, stasiun, bangan wilayah biaya, keselamatan, perjalanan
bandara) ketepatan) Preferensi moda
ME2 (Matrix
Estimation from
Maximum Entropy)
Model pembebanan
jaringan
Prediksi penggunaan
jalur KA
Prediksi kinerja
jaringan transportasi
(biaya, waktu, energi,
emisi)
Metoda kajian topografi dan daya dukung tanah dilakukan dengan langkah-langkah
seperti yang disampaikan pada gambar berikut. Survey koridor amatan dilakukan
untuk mengambil sampel kondisi topografi, geologi, hambatan, dan penggunaan
lahan di lokasi rencana rute/koridor/jalur KA untuk melengkapi data karakteristik
umum yang diperoleh dari peta dasar yang ada.
DELENIASI
PETA
KARAKTERISTIK UMUM
Kecenderungan umum
Lokasi gradient tinggi (bukit, lembah)
Lokasi hambatan (sungai, jalan, jaringan)
Lokasi rawan (patahan, banjir, longsor)
Lokasi DDT rendah (rawa/gambut, lempung) KAJIAN
PEMENUHAN
STANDAR TEKNIS
SURVEY KORIDOR AMATAN
(SAMPLING) REKOMENDASI TEKNIS
(GPS, penyelidikan tanah (jika perlu)) Standar teknis optimal
Lokasi kritis (curam, DDT
KARAKTERISTIK KHUSUS rendah, hambatan alam, rawan)
Topografi daerah kritis (gradient tinggi) Rekomendasi trase jalur KA
Daya dukung tanah pada sampel lokasi Penanganan (galian/timbunan,
Ukuran hambatan (lebar, luas, dll) jembatan, perbaikan tanah,
Lokasi potensi (tambang, industri, dll) jembatan
Gambar 3.8 Proses Pra-Desain Jalur KA dan Simulasi Pengoperasian Kereta Api
Dari tahap pra-desain jalur KA ini akan diperoleh beberapa hasil sebagai berikut:
1. Data pra-desain jalur KA, meliputi:
a. Desain awal dan spesifikasi teknis prasarana jalur relkereta api terkait
dengan penampang melintang (ruang manfaat jalur KA, ruang milik jalur
KA, ruang pengawasan jalur KA) lebar sepur, kecepatan rencana KA,
gradient maksimum, tipe rel.
b. Lokasi dan desain awal stasiun penumpang dan barang (loading dan
unloding) termasuk pola operasional stasiun.
c. Gambaran kasar mengenai rencana trase jalur kereta api, yang
mencakup trase/koridor jalur KA termasuk stasioning, alinyemen
horizontal dan alinyemen vertikal (jika diperlukan).
d. Perkiraan/estimasi biaya investasi prasarana kereta api.
2. Data pola operasional KA, meliputi operasional kereta api yakni: kecepatan
KA, kapasitas KA, jam dan hari operasional, waktu berhenti di stasiun, tarif KA,
waktu perjalanan, stamformasi rangkaian KA.
3. Data kebutuhan sarana KA sesuai pra desain jalur KA dan pola operasional KA
yang meliputi:
Estimasi Biaya:
- Investasi prasarana-sarana
Dampak jalur Lalulintas angkutan
- Operational-maintenace
kereta api kereta api (orang-
barang)
Terdapat banyak sekali metoda aplikasi dari pendekatan AMK, namun yang paling
banyak digunakan adalah AHP (Analytical Hierarchy Process). Adapun proses aplikasi
AHP dalam pekerjaan ini disampaikan pada gambar berikut.
MODELLING TRANSPORT
ANALISIS KELAYAKAN
KAJIAN TOPOGRAFI/DDT WEIGHTING CRITERIA
KAJIAN DAMPAK (BY STAKEHOLDERS VIA FGD)
Jalur 1 = p11, p12, p13, p14, p15 Jalur 1 = p11*a + p12*b + p13*c +p14*d + p15*e
Jalur 2 = p21, p22, p23, p24, p25 Jalur 2 = p21*a + p22*b + p23*c +p24*d + p25*e
Jalur 3 = p31, p32, p33, p34, p35 Jalur 3 = p31*a + p32*b + p33*c +p34*d + p35*e
....... .......
Jalur n = pn1, pn2, pn3, pn4, pn5 Jalur n = pn1*a + pn2*b + pn3*c +pn4*d + pn5*e
Gambar 3.10 Prosedur Aplikasi AMK (AHP) dalam Menyusun Prioritas Pengembangan dan
Pembangunan Jalur KA
Dalam setiap metoda AMK, khususnya AHP, yang diaplikasikan untuk pekerjaan ini,
terdapat 2 proses utama (key features) yakni: (1) proses skoring dan pembobotan
(scoring and weighting) dan (2) pembentukan matriks kinerja (performance matrix).
Adapun penjelasan mengenai kedua proses tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pembobotan dan Penilaian (Weighting and Scoring)
Perbandingan bobot relatif (relative weighting) antar kriteria dihasilkan dari
penilaian stakeholders terkait yang disertakan dalam FGD. Pembobotan
(weighting) diperoleh dari pairwise comparison hasil persepsi para responden.
Formulir pairwise comparison ini merupakan bagian dari formulir survey
wawancara yang disampaikan pada lampiran.
Penilaian terhadap setiap kriteria potensi KPBU akan dilakukan secara relatif antara
satu jalur dengan jalur lainnya, dimana jalur yang mampu memberikan tampilan
terbaik akan diberikan nilai tertinggi (yakni: 10), sedangkan jalur lainnya akan dinilai
secara proporsional terhadap jalur tertinggi tersebut.
Jika suatu rencana jalur KA dianggap memiliki potensi untuk di-KPNU-kan cukup
tinggi, maka selanjutnya akan disusun rekomendasi tindak lanjut khususnya
1. Aspek normatif a. jaringan jalur kereta api di Pulau Kalimantan dikembangkan untuk apa?
b. apa fokus dari peranan yang difungsikan perkeretaapian (moda kereta
api) di Kalmantan?
c. apa kriteria dan batasan yang perlu dipertimbangkan dalam
pengembangan jalur KA?
2. Aspek a. pertimbangan karakteristik spesifik (keunggulkan/kelemahan) komparatif
akademis moda KA
b. kelayakan teknis jalur KA
c. kelayakan ekonomi dan finansial
3. Aspek faktual a. potensi komoditas ekonomi yang cukup besar (potensi sumber daya
eksisting dan alam seperti batubara dlsb)
rencana b. rencana pengembangan wilayah dan transportasi baik skala lokal,
nasional dan regional (dengan negara lain)
Arahan peranan angkutan (modal share) dan target pengembangan jaringan jalur
KA di Kalimantan Timur disesuaikan dengan target penyelenggaraan
perkeretaapian nasional yang ada dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional
yaitu: Mewujudkan layanan jaringan jalur KA yang memiliki pangsa pasar angkutan
penumpang sebesar 11%-13% dan angkutan barang 15%-17%.
b. Langkah Strategis
Untuk menjalankan seluruh rangkaian kegiatan dan tahapan pengembangan jalur
KA Pulau Kalimantan, perlu dilakukan langkah-langkah strategis yang dilakukan
oleh seluruh stakeholders yang terkait baik pemerintah pusat, pemerintah daerah,
operatormaupun investor (pihak swasta).