Anda di halaman 1dari 43

BAB 3

METODE KAJIAN
Bab ini menjelaskan pola pikir dan pendekatan pelaksanaan
pekerjaan. Diperlukan pendekatan atau metode pelaksanaan
pekerjaan mulai dari tahap awal pelaksanaan pekerjaan,
pengumpulan data dan penyelesaian pekerjaan.
3.1 POLA PIKIR PELAKSANAAN PEKERJAAN
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor nomor 6 Tahun 2017 (berdasarkan
perubahan atas Peraturan pemerintah no.56 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan
Perkeretaapian), disebutkan bahwa pengaturan perkeretaapian meliputi:
a. Tatanan perkeretaapian umum
b. Penyelenggaraan prasarana dan sarana perkeretaapian
c. Sumber daya manusia perkeretaapian
d. Perizinan
e. Pembinaan
f. Lalu lintas dan angkutan kereta api.

3.1.1 POLA PIKIR PELAKSANAAN PEKERJAAN


Kegiatan/pekerjaan ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Provinsi Kalimantan Timur melalui instansi Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan
Timur. Dalam konteks manajemen kinerja, maka kegiatan ini harus memiliki
keterkaitan dengan pencapaian sasaran keluaran/ output, hasil/outcome, dan
manfaat/benefit sesuai dengan yang dicanangkan dalam perencanaan daerah dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Kalimantan Timur serta sinkronisasi dengan Masterplan
Ibu Kota Negara sehingga diharapkan menjadi suatu perencanaan bidang
transportasi yang saling berkesinambungan.
Konsultan mencoba memahami konteks pelaksanaan kegiatan ini dalam kerangka
pelaksanaan kegiatan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur yang menganut
performance based budgeting dimana setiap kegiatan harus jelas input-output-
outcome-dan-benefit-nya.
Di dalam KAK sudah disampaikan beberapa hal pokok terkait dengan pelaksanaan
kegiatan ini yang meliputi: latar belakang, dasar hukum, maksud dan tujuan, lingkup
pekerjaan, hasil yang diharapkan, tenaga ahli, waktu pelaksanaan, dan sistem
pelaporan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan (isu strategis) serta berbagai
perkembangan faktor eksternal (lingkungan strategis) yang menjadi background
perlunya dilakukan Penyusunan Rencana Induk Perkeretaapian Kalimantan Timur
baik yang sifatnya teknis-ekonomis maupun normatif/kebijakan. Selanjutnya
disebutkan beberapa peraturan perundangan sebagai dasar hukum (instrumental
input) yang menjadi landasan bagi pelaksanaan kegiatan ini, baik yang berkaitan
dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah, penyelenggaraan perkeretaapian,
maupun penataan ruang.
Memperhatikan perkembangan dalam isu strategis dan sangat dinamis di wilayah
Provinsi Kalimantan Timur, lingkungan strategis, maka maksud dan tujuan (purpose
and objective) dilaksanakannya kegiatan/pekerjaan Penyusunan Rencana Induk
Perkeretaapian Kalimantan Timur.
Adapun keluaran (hasil yang diharapkan) dari pekerjaan ini disampaikan pada KAK
secara pokok menyatakan produk yang ingin dihasilkan oleh kegiatan ini merupakan
perencanaan utama jalur kereta api Provinsi Kalimantan Timur yang sejalan dengan
Rencana Induk Perkeretaapian Nasional. Oleh karena itu hasil (outcome) dan manfaat

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3-1
KALIMANTAN TIMUR
(benefit) dari pekerjaan ini merupakan sebuah naskah akademik yang dapat
ditetapkan menjadi Peraturan Gubernur Kalimantan Timur sebagai Rencana Induk
Kereta Api Provinsi kalimantan Timur.
Dengan memperhatikan ketekaitan antara latar belakang (isu strategis, lingkungan
strategis, instrumental input) serta input-proses-output-outcome-benefit yang
didiskusikan, maka pendekatan pemahaman ini dapat dibuat dalam alur pikir suatu
siklus proyek (project cycle) yang akan dipaparkan dalam beberapa sub bab berikut.

3.1.2 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN (ISU STRATEGIS)


Beberapa latar belakang permasalahan (isu strategis) yang perlu dipehatikan atau
akan diselesaikan dalam pekerjaan ini, diantaranya:
a. Pembangunan Ibu Kota Nusantara
Pada Tahun 2022 telah dimulai pembangunan Ibu Kota Negara Indonesia di
wilayah Penajam Paser Utara dan Kutai Kertanegara. Pada proses perencanaan
pembangunan Ibu Kota Negara Indonesia, telah dan sedang direncanakan
(khususnya) bidang transportasi sebagai fasilitas (Prasarana dan sarana) layanan
pergerakan transportasi. Untuk bidang kereta api, sampai dengan saat ini telah
direncanakan:
 Jalur Kereta Api Trans Kalimantan (dari arah Kalimantan Selatan s.d.
Kalimantan Timur, di wilayah Bandar Udara APT Pranoto, Kota Samarinda,
2018
 Jalur Kereta Api Bandara (Bandar Udara Sepinggan s.d. KIPP IKN), Tahun 2021
 Jalur Kereta Api Perkotaan Balikpapan – IKN, Tahun 2022
 Jalur Kereta Api Perkotaan KIPP IKN (sedang dilakukan pada Tahun 2023)
 Review Jalur Kereta Api Bandara (Bandar Udara Sepinggan s.d. KIPP IKN)
(sedang dilakukan pada Tahun 2023)

b. Potensi angkutan batubara di Kalimantan Timur


Berdasarkan laporan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),
cadangan batu bara di Kalimantan Timur tercatat mencapai 16,07 miliar ton pada
2020. Jumlah itu menjadikan Kalimantan Timur sebagai provinsi dengan
cadangan batu bara terbesar di Tanah Air.
Cadangan batu bara di Kalimantan Timur setara dengan 41,42% dari totalnya di
Indonesia. Tercatat, cadangan batu bara Indonesia sebesar 38,8 miliar ton pada
tahun lalu. Sumatera Selatan berada di posisi kedua dengan cadangan batu bara
sebesar 9,5 miliar ton atau 24,49%. Setelahnya ada Kalimantan Selatan dengan
cadangan batu bara sebesar 4,21 miliar ton atau 10,85%.
Cadangan batu bara di Kalimantan Tengah sebesar 3,91 miliar ton (10,08%).
Kemudian, cadangan batu bara di Jambi tercatat sebesar 2,13 miliar ton (5,5%).
Selanjutnya, Kalimantan Utara dan Aceh masing-masing punya cadangan batu
bara sebesar 1,64 miliar ton (4,23%) dan 548.48 juta ton (1,41%), serta Riau
mempunyai cadangan batu bara di Riau sebanyak 527.92 juta ton (1,36%).
Cadangan batubara (reserve) di Indonesia sekitar 130 Milyar ton (probable 4,2
Milyar ton dan proven 125,4 Milyar ton). Sementara itu sumber (resource) yang
masih belum tergali sekitar 93 Milyar ton. Atau total potensi yang ada mencapai

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3-2
KALIMANTAN TIMUR
223 Milyar ton (Sumber: Center for geology resourced, Geology Agency (2005-
2007)).
Seiring diberlakukannya UU 23/2007 tentang Perkeretaapian, maka
bermunculan usulan pengembangan jalur KA khusus dari swasta untuk
mengangkut potensi batu bara di Pulau Kalimantan, contohnya usulan
Kalimantan Coal Transportation Programme (KCTP) (Bappenas), jalur kereta api
Batubara Tenggarong-Samarinda-Balikpapan (Pemkab Kutai Kartanegara - SNCF
International (2006), jalur kereta api khusus batubara Benangin-Teluk Adang
(Pemkab Barito Utara-PT Pola Daya Investama-Jhon Holland) (2005), jalur kereta
api batubara Ampah-Tj Selatan (Pemprov Kalsel-PT Transasia Resources) (2006),
jalur kereta api batubara Palaci-Bangkuang (Sungai Barito) (Pemprov Kalimantan
Tengah) (2009).
Selain itu, sejumlah Daerah juga sudah membuat kajian persiapan
pengembangan jaringan KA untuk mendukung pengembangan wilayah masing-
masing. Namun demikian, dari sekian banyak rencana/aksi tersebut, hanya
sedikit yang sudah terrealisir, dan umumnya semua dilakukan oleh Pemerintah.

c. Pelibatan Pemda dan Badan Usaha (Swasta) dalam proses perencanaan


Sesuai amanat UU 23/2007 tentang Perkeretaapian maka pengembangan
perkeretaapian nasional di masa yang akan datang akan mengarah kepada
sistem multioperator dengan memaksimalkan peran Pemda dan swasta. Untuk
meningkatkan peran Pemda dan swasta dalam pengembangan perkeretaapian
nasional, maka stakeholders tersebut harus dilibatkan seawal mungkin dalam
proses perencanaan, termasuk di dalam menyusun rencana pengembangan jalur
Kereta Api di Kalimantan Timur.
Pelibatan pihak pemerintah daerah dalam proses perencanaan jalur kereta api
di Kalimantan Timur sudah sangat nyata dilakukan, sebagai contoh
penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Gubernur Kalimantan Timur
dengan investor asal Rusia, Kalimantan Rail PTE Ltd, mengenai pembangunan
perkeretaapian transportasi khusus batu bara di wilayah Kalimantan Timur. Hal
ini merupakan suatu contoh menarik, walaupun pada akhirnya kerja sama
tersebut kemudia tidak berjalan.
Di sisi lain pihak swasta nasional maupun internasional juga sudah menunjukkan
minatnya untuk mengembangkan perkeretaapian di Kalimantan Timur, baik
melalui usulan pengembangan kereta api khusus, KA perkotaan, ataupun melalui
MoU (G to G, G to P) ataupun skema kerjasama lainnya.
Ketertarikan Pemda dan Swasta dalam pengembangan perkeretaapian di
Kalimantan Timur tersebut merupakan representasi bahwa peluang/potensi
moda KA di wilayah ini sangat besar. Tentu saja, peran Pemda dan swasta ini
perlu dikoridori secara baik, sehingga secara efektif dapat disinergikan untuk
mewujudkan jaringan Kereta Api di Kalimantan Timur yang terintegrasi dan
efisien.
Pelibatan Pemda dan Swasta dalam proses peyusunan Rencana Induk
Perkeretaapian (RIP) di Kalimantan Timur ini dapat dilakukan melalui berbagai
metoda (wawancara, FGD, kuisioner, dlsb). Pada intinya pelibatan Pemda dan
Swasta ini merupakan upaya untuk menjaring aspirasi, pendapat, masukan, dan

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3-3
KALIMANTAN TIMUR
juga kebijaksanaan untuk mendapatkan arah kebijakan pengembangan yang
tepat, pola jaringan yang efisien, serta skema implementasi dan pola investasi
yang optimal.

d. Perlunya Sinkronisasi Perencanaan Transportasi Daerah Kalimantan Timur


Perkembangan sejumlah lingkungan strategis di Kalmantan Timur yang
mempengaruhi agar dapat disesuaikan kembali dengan rencana pembangunan
dan tata ruang serta untuk mangkaji/merijaring aspirasi Pemerintah Daerah dan
swasta serta mempertimbangkan aspek-aspek strategis lainnya dalam
perencanaan jalur Kereta Api di Kalimantan Timur.
Secara normatif, dengan diberlakukannya UU 23/2007 tentang Perkeretaapian
dan sejumlah peraturan pelaksanaannya, maka dasar hukum penyusunan serta
mekanisme penyusunan rencana induk jaringan perkeretaapian perlu
disesuaikan. Sebagai contoh, dalam PP no. 6 Tahun 2017 tentang
Perkeretaapian, rencana pengembangan suatu jaringan perkeretaapian dimulai
dengan menyusun suatu Rencana Induk untuk mewujudkan tatanan
perkeretaapian umum dalam satu kesatuan sistem perkeretaapian nasional.
Dalam PP no. 6 Tahun 2017 rencana induk tersebut berisi pengembangan
perkeretaapian perkotaan maupun antar kota pada jaringan jalur KA eksisting
maupun baru, dan rencana induk ini dapat direvisi setiap 5 tahun dengan adanya
perubahan lingkungan strategis.

Secara teknis Rencana Induk Perkeretaapian Kalimantan Timur Tahun 2023 memuat
pengembangan jalur Kereta Api Kalimantan Timur sebagai backbone pendukung
lintas pelayanan antara kota/kabupaten di wilayah Kalimantan Timur. Lintas
Pelayanan tersebut harus terkoneksi dan terintegrasi dengan perencanaan Jalur
Kereta Api yang telah diinisiasi oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian
Perhubungan. Kajian yang akan dilakukan pada penyusunan RIP KA di Kalimantan
Timur ini akan meliputi Kajian Teknis maupun Kajian Non Teknis.
Secara ekonomis, kajian terhadap dampak ekonomi maupun kelayakan finansial dari
setiap rencana jalur yang dikembangkan dalam RIP KA di Kalimantan Timur Tahun
2023 ini dianalisis berdasarkan view level provinsi. Indikasi mengenai EIRR ataupun
FIRR menjadi salah satu tolak ukur untuk mengukur prioritas pembangunan jalur
kereta api di Kalimantan Timur di masa yang akan datang.
Secara kelembagaan, dengan diaplikasikannya sistem otonomi daerah, dan
diintrodusirnya sistem multi operator dalam penyelenggaraan perkeretaapian
nasional, maka dalam rencana induk yang disusun muatan mengenai pembagian
tugas dan kewenangan antar stakeholders perlu juga ditetapkan. Dengan cara ini
akan diperoleh adanya komitmen ke depan untuk mengimplementasikannya.

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3-4
KALIMANTAN TIMUR
3.1.2 PERKEMBANGAN FAKTOR EKTERNAL (LINGKUNGAN
STRATEGIS)
Untuk dapat menyusun RIP KA di Kalimantan Timur Tahun 2023 secara baik dan
implementable, maka perkembangan sejumlah faktor eksternal yang mempengaruhi
perlu diperhatikan. Adapun perkembangan lingkungan strategis yang terkait dengan
kegiatan ini antara lain adalah:
a. Perkembangan Regulasi Perkeretaapian Nasional
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan regulasi dalam penyelenggaraan
perkeretaapian di Indonesia sangat cepat. Setelah UU 23/2007 tentang
Perkeretaapian ditetapkan, maka pada kurun waktu Tahun 2008-2010 sebanyak
2 PP pelaksanaannya telah ditetapkan, yakni: PP 56/2009 tentang
Penyelenggaraan Perkeretaapian, PP 72/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Kereta Api, dan saat ini sedang digodog RPP terkait dengan Sarana dan Prasarana
Perkeretaapian.
Sesuai dengan Renstra Kementerian Perhubungan 2010-2014 (KM 7/2010) maka
penyelesaian regulasi di bidang perkeretaapian merupakan salah satu kegiatan
prioritas yang harus diselesaikan oleh Ditjen Perkeretaapian.
Memperhatikan perkembangan tersebut, maka dalam melaksanakan review
studi terdahulu terkait perencanaan jaringan jalur KA di Kalimantan Timur ini
perlu diperhatikan mengenai perkembangan regulasi ini, sehingga keluaran
pekerjaan ini tidak terlepas dari konteks regulasi pengimplementasiannya.

b. Kebijakan Pembangunan Ibu Kota Nusantara di Kalimantan Timur


Pembangunan Ibu Kota Negara di wilayah Penajam Paser Utara (Sepaku) dan di
wilayah Kutai Kertanegera tentunya harus menjadi sinyal utama bahwa pihak
daerah harus menyeleraskan arah kebijakan (terutama bidang transportasi)
disesuaikan dengan arahan kebijakan pemerintah. Berdasarkan Peraturan
Presiden Republik Indonesia no. 63 Tahun 2022 tentang Perincian Rencana Induk
Ibu Kota Nusantara bahwa Ibu Kota Negara bernama Nusantara yang selanjutnya
disebut sebagai Ibu Kota Nusantara adalah satuan pemerintahan daerah yang
bersifat khusus setingkat provinsi yang wilayahnya menjadi tempat kedudukan
Ibu Kota Negara sebagaimana ditetapkan dan diatur dengan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara, artinya akan terdapat provinsi
baru di wilayah Kalimantan Timur.
Rencana Induk Ibu Kota Nusantara berfungsi sebagai pedoman penyusunan
rencana kerja pembangunan bagi Pemerintah Daerah/Mitra dalam
pembangunan di daerahnya yang mendukung kegiatan persiapan,
pembangunan dan pemindahan Ibu Kota Negara, serta penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara.
penahapan persiapan, pembangunan, dan pemindahan lbu Kota Negara, serta
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara meliputi
uraian kegiatan dalam tahapan persiapan, pembangunan dan pemindahan Ibu
Kota Negara dengan penjabaran tahapan:
1. Tahap I tahun 2022 - 2024
2. Tahap II tahun 2025 - 2029

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3-5
KALIMANTAN TIMUR
3. Tahap III tahun 2030- 2034
4. Tahap IV tahun 2035 - 2039
5. Tahap V tahun 2040 - 2045.

c. Kebijakan pengembangan ekonomi wilayah Kalimantan Timur


Jaringan jalur KA Kalimatan Timur yang akan disusun rencana induk
perkeretaapian (RIP), merupakan bagian dari jaringan pelayanan untuk
mendukung interaksi sosial ekonomi di wilayah Kalimantan Timur. Oleh karena
itu, kebijakan pengembangan serta pola jaringan jalur KA yang dikembangkan
haruslah selaras dengan arahan pengembangan wilayah Kalimantan Timur baik
dalam konstelasi lokal, nasional, regional, maupun internasional.
Pengembangan koridor ekonomi wilayah Kalimantan Timur yang ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan
lumbung energi nasional dengan pusat ekonomi utama adalah minyak dan gas,
batubara dan kelapa sawit. Kondisi ini mempertegas posisi strategis Kalimantan
Timur sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional.
Memperhatikan pentingnya peran Kalimantan Timur dalam kontelasi
perekonomian lokal sampai dengan global, maka pengembangan jaringan
infrastruktur di Kalimantan Timur, khusunya jaringan jalur kereta api, harus
sudah berfikir global dengan tetap memperhatikan karakteristik lokal.
Pendekatan pengembangan jaringan jalur kereta api harus dilakukan secara unik
dengan mempertimbangkan seluruh arahan pengembangan wilayah yang ada
sehingga arah pengembangan, pola jaringan, sistem operasi, maupun prioritas
pengembangan yang disusun dalam RIP KA Kalimantan Timur yang tidak terlepas
dari konteks keekonomian wilayahnya.

d. Skema investasi melalui Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)


Mengembangan jaringan jalur kereta api tentunya membutuhkan investasi yang
besar. Angka investasi yang sangat besar tersebut tidak mungkin semuanya
dibebankan kepada APBD Provinsi Kalimantan Timur atau sebagian APBD
Kabupaten/Kota. Pelibatan Badan Usaha (swasta) mutlak diperlukan baik melalui
skema KPBU maupun skema-skema lainnya.
Potensi pelibatan Badan Usaha (swasta) dalam pengembangan jaringan kereta
api di Kalimantan Timur, baik secara langsung maupun tidak langsung, harus
dapat diidentifikasi dari sisi besarnya share pembiayaan dan resikonya maupun
dari aspek teknis penyelenggaraannya (penyelenggara sarana dan/atau
penyelenggara prasarana, atau dalam penyelenggaraan bisnis pendukungnya).

e. Perkembangan teknologi perkeretaapian


Posisi strategis Kalimantan Timur sebagai calon lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN)
dalam konstelasi perekonomian global, mengharuskan bahwa penyediaan
infrastruktur transportasi, harus memikirkan jaringan kereta api sebagai tulang
punggung pergerakan transportasi dikarenakan memiliki biaya operasional
terendah jika dibandingkan dengan moda lainnya. Standar pelayanan yang
berskala internasional serta perkembangan teknologi kereta api yang up-to-date
perlu direncanakan.

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3-6
KALIMANTAN TIMUR
Pemilihan teknologi ini juga perlu memperhatikan kondisi sarana, prasarana, dan
SDM yang ada saat ini, sehingga kompatible dan berkelanjutan, serta terintegrasi
dengan sistem eksisting dan evolusinya ke depan.

f. Pengembangan jaringan transportasi/logistik regional terpadu


Jaringan jalur kereta api Kalimantan Timur yang direncanakan merupakan satu
kesatuan yang tak terpisahkan antara jaringan transportasi regional dengan
jaringan transportasi multimoda nasional. Oleh karena itu pengembangannya
harus memperhatikan keterpaduannya dengan moda-moda transportasi lainnya
dalam suatu sistem transportasi terpadu.
Sebagaimana diketahui, karakteristik Kalimantan Timur yang memiliki potensi
ekonomi yang tersebar dengan garis pantai yang panjang menyebabkan pulau ini
memiliki/membutuhkan banyak outlet. Sesuai karakteristik dasar dari moda KA,
maka sebaiknya jaringan pelayanannya mengakomodasi pergerakan utama
(khususnya barang) dari lokasi produksi ke outlet terdekat.
Pembagian peran antar moda (khususnya antara moda jalan dengan moda KA
pada transportasi darat) harus diskemakan sebaik mungkin sehingga diperoleh
pola jaringan dan sistem operasi yang efisien dan saling menguatkan (koopetisi).

3.1.3 DASAR HUKUM (INSTRUMENTAL INPUT)


Dasar hukum dari pelaksanaan pekerjaan ini sebagai instrumental input yang perlu
diperhatikan/diacu. Secara umum dasar hukum tersebut dapat dilengkapi dan
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Dasar hukum terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan:
a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah terakhir melalui Undang-Undang No. 12
Tahun 2008.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
2. Dasar hukum terkait dengan penyelenggaraan perkeretaapian:
a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
b. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perkeretaapian
c. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2016 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Kereta Api
d. Peraturan Menteri Perhubungan Tahun 2018 tentang Rencana Induk
Perkeretaapian Nasional
e. Instruksi Menteri Perhubungan Nomor IM 2 Tahun 2007 tentang
Peningkatan Keselamatan Pengoperasian Kereta Api.
3. Dasar hukum terkait dengan penataan ruang:
a. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
b. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3-7
KALIMANTAN TIMUR
c. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2022 Tentang
Perincian Rencana Induk Ibu Kota Nusantara
d. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 1 Tahun 2016
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur
Tahun 2016 - 2036
e. Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Samarinda Tahun 2014-2034
f. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor Tahun 2013
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara
Tahun 2013-2033
g. Peraturan Daerah Kabupaten Mahakam Ulu Nomor Tahun 2021
Tentang Rencanaia Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mahakam Ulu
Tahun 2021-2041
h. Peraturan Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara Nomor 3 Tahun
2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Penajam Paser
Utara Tahun 2013-2033
i. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur Nomor 1 Tahun 2016
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Timur Tahun
2015 – 203
j. Peraturan Daerah Kota Bontang Nomor 13 Tahun 2019 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bontang Tahun 2019-2039
k. Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 12 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Balikpapan Tahun 2012–2032
4. Dasar hukum terkait dengan investasi:
a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
b. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi
Pemerintah
c. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010 tentang Kerjasama
Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur
d. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 90 Tahun 2010 tentang
Pembentukan Simpul Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU)
Kementerian Perhubungan.

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3-8
KALIMANTAN TIMUR
DASAR HUKUM
(instrumental input)
- Pemerintahan:
UU 32/2004, PP 38/2007
- Perkeretaapian:
UU 23/2007, PP 33/2021, PP
61/2016, Permen PM 2018, IM
2/2007
- Penataan ruang:
UU 26/2007, PP 13/2017,
Perpres 63/2022, Perda Kaltim
1/2016
- Investasi:
UU 25/2007, PP 1/2008,
Perpres 13/2010, PM 90/2010

MAKSUD DAN TUJUAN INPUT PROSES KELUARAN HASIL PEKERJAAN MANFAAT


LATAR BELAKANG MASALAH
(purpose and objectives) (Sumber daya) (Lingkup pekerjaan) (hasil yg (outcome) PEKERJAAN
(isu strategis)
diharapkan) (benefit)
- MAKSUD: membuatarah - Dana: APBD 2023 - Evaluasi arah dan rencana Dukungan Rencana
- Pembangunan Ibu Kota - Naskah akademis Tercapainya sasaran
kebijakan serta rencana - SDM: 7 tenaga ahli pengembangan Transportasi Pengembangan Wilayah
Nusantara tentang Peraturan setiap Rencana
pengembangan jalur KA dan 1 asisten ahli Kalimantan Timur Kaltim Perencanaan
- Potensi angkutan batubara di Gubernur tentang Penataan Ruang di
Kalimantan Timur baik untuk dan 3 tenaga - Kajian RTRW Provinsi, Utama Transportasi
Kalimantan Timur Rencana Induk Wilayah Kalimantan
angkutan barang dan pendukung Kota/Kabupaten Berbasi Kereta Api
- Pelibatan Pemda dan Badan Perkeretaapian Timur, dengan
penumpang yang - Waktu: 6 bulan - Penjaringan aspirasi
Usaha (Swasta) dalam proses Kalimantan Timur terwujudnya perluasan
selanjutnya akan - Data dan - Analisis dan prediksi pola
perencanaan - Lampiran Naskah jangkauan pelayanan
disesuaikan dengan informasi: survey pergerakan orang-barang
- Perlunya Sinkronisasi akademis tentang dengan moda kereta
perkembangan wilayah serta primer dan - Kajian topografi dan struktur
Perencanaan Transportasi Peraturan Gubernur api. Dapat tersintegrasi
menjaring aspirasi sekunder, diskusi, tanah
Daerah Kalimantan Timur tentang Rencana dengan rencanan jalur
Pemerintah Daerah kuisioner. - Menyusun rencana, prioirtas dan
- Induk kereta api di wilayah
PERKEMBANGAN FAKTOR setempat dan swasta tahapan kebutuhan
EKSTERNAL - TUJUAN: menyusun pengembangan jaringan KA Perkeretaapian Ibu Kota Nusantara.
(lingkungan strategis) pedoman dalam - Mengidentifikasi potensi KPBU Kalimantan Timur
perencanaan dan - Menyusun rencana investasi per (Berupa Gambar)
- Perkembangan regulasi pembangunan koridor
perkeretaapian nasional perkeretaapian khususnya - Menyusun dan merumuskan
- Kebijakan pengembangan untuk pengembangan jalur arah kebijakan dan langkah
ekonomi wilayah Kalimantan strategis dalam rangka
KA Kalimantan Timur
Timur pengembangan jaringan KA
- Skema investasi melalui KPBU - Menyusun draft Peraturan
- Perkembangan teknologi Gubernur tentang Rencana
perkeretaapian Induk Perkeretaapian Kalimantan
- Pengembangan jaringan Timur
transportasi/logistik regional
terpadu

ALASAN/URGENSI PELAKSANAAN PEKERJAAN KONTEKS DARI PEKERJAAN YANG DILAKSANAKAN TINDAK LANJUT DARI HASIL PEKERJAAN

Gambar 3.1 Bagan Alir Pola Pikir Peker)

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN KALIMANTAN TIMUR 3-9
3.2 PENDEKATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Berdasarkan pasal 2 UU 23/2007 disebutkan bahwa perkeretaapian sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari sistem transportasi nasional diselenggarakan
berdasarkan: asas manfaat, asas keadilan, asas keseimbangan, asas kepentingan
umum,asas keterpaduan, asas kemandirian, asas transparansi, asas akuntabilitas dan
asas berkelanjutan.
Adapun pengertian dari masing-masing asas tersebut disampaikan dalam penjelasan
UU 23/2007 sebagaimana dirangkum pada tabel berikut. Asas-asal tersebut
memberikan guidance mengenai koridor yang menjadi batasan bagi pemerintah
dalam menyusun kebijakan penyelenggaraan perkeretaapian nasional secara umum,
termasuk dalam hal investasi yang dituangkan dalam rencana pengembangan jalur
kereta api dalam Rencana Induk Perkeretapian Kalimantan Timur.

Tabel 3.1 Penjelasan mengenai Asas Penyelenggaraan Perkeretaapian


No. Asas Penjelasan
Perkeretaapian harus dapat memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi kemanusiaan, peningkatan kemakmuran rakyat,
a Asas manfaat
kesejahteraan rakyat, dan pengembangan kehidupan yang
berkesinambungan bagi warga negara
Perkeretaapian harus dapat memberi pelayanan kepada
segenap lapisan masyarakat dengan biaya yang terjangkau serta
b Asas keadilan
memberi kesempatan berusaha dan perlindungan yang sama
kepada semua pihak yang terlibat dalam perkeretaapian
Perkeretaapian harus diselenggarakan atas dasar keseimbangan
antara sarana dan prasarana, kepentingan pengguna jasa dan
Asas
c penyelenggara, kebutuhan dan ketersediaan, kepentingan
keseimbangan
individu dan masyarakat, antardaerah dan antarwilayah, serta
antara kepentingan nasional dan internasional
Perkeretaapian harus lebih mengutamakan kepentingan
Asas
masyarakat luas daripada kepentingan perseorangan atau
d kepentingan
kelompok dengan memperhatikan keselamatan, keamanan,
umum
kenyamanan, dan ketertiban
Perkeretaapian harus merupakan satu kesatuan sistem dan
Asas perencanaan yang utuh, terpadu, dan terintegrasi serta saling
e
keterpaduan menunjang, baik antarhierarki tatanan perkeretaapian,
intramoda maupun antarmoda transportasi
Penyelenggaraan perkeretaapian harus berlandaskan
kepercayaan diri, kemampuan dan potensi produksi dalam
Asas
f negeri, serta sumber daya manusia dengan daya inovasi dan
kemandirian
kreativitas yang bersendi pada kedaulatan, martabat, dan
kepribadian bangsa
Penyelenggaraan perkeretaapian harus memberi ruang kepada
Asas masyarakat luas untuk memperoleh informasi yang benar, jelas,
g
transparansi dan jujur sehingga masyarakat mempunyai kesempatan
berpartisipasi bagi kemajuan perkeretaapian

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 10
KALIMANTAN TIMUR
Tabel 3.1 Penjelasan mengenai Asas Penyelenggaraan Perkeretaapian
No. Asas Penjelasan
Penyelenggaraan perkeretaapian harus didasarkan pada kinerja
Asas
h yang terukur, dapat dievaluasi, dan dapat
akuntabilitas
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
Penyelenggaraan perkeretaapian harus dilakukan secara
berkesinambungan, berkembang, dan meningkat dengan
Asas
i mengikuti kemajuan teknologi dan menjaga kelestarian
berkelanjutan
lingkungan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan
masyarakat
Sumber: ditabelkan dari penjelasan pasal 2 UU No. 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian

Tujuan penyelenggaraan perkeretaapian nasional disampaikan pada pasal 3 UU


23/2007 yakni bahwa:
perkeretaapian diselenggarakan dengan tujuan untuk memperlancar
perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman,
nyaman, cepat dan lancar, tepat, tertib dan teratur, efisien, serta menunjang
pemerataan, pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerak
pembangunan nasional.

Penjelasan mengenai definisi dari masing-masing kriteria tujuan penyelenggaraan


perkeretaapian nasional tersebut disampaikan pada penjelasan pasal 3 UU
23/2007. Kriteria tujuan tersebut harus menjadi objective/arahan yang hendak
dicapai dari setiap kegiatan yang diselenggarakan pemerintah dalam
perkeretaapian, termasuk dalam penyusunan pengembangan jalur keret api
Kalimantan Timur.

Tabel 3.2 Penjelasan mengenai Tujuan Penyelenggaraan Perkeretaapian


No Kriteria Tujuan Penjelasan
Kereta api memiliki kemampuan untuk mengangkut orang
1 Massal dan/atau barang dalam jumlah atau volume besar setiap kali
perjalanan.
Terhindarnya perjalanan kereta api dari kecelakaan akibat
2 Selamat
faktor internal
Terhindarnya perjalanan kereta api akibat faktor eksternal,
3 Aman
baik berupa gangguan alam maupun manusia
Terwujudnya ketenangan dan ketenteraman bagi penumpang
4 Nyaman
selama perjalanan kereta api
Cepat dan Perjalanan kereta api dengan waktu yang singkat dan tanpa
5
lancar gangguan
Terlaksananya perjalanan kereta api sesuai dengan waktu yang
6 Tepat
ditetapkan
tertib dan Terlaksananya perjalanan kereta api sesuai dengan jadwal dan
7
teratur peraturan perjalanan
penyelenggaraan perkeretaapian yang mampu memberikan
8 efisien
manfaat yang maksimal
Sumber: ditabelkan dari penjelasan pasal 3 UU No. 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 11
KALIMANTAN TIMUR
Tatanan perkeretaapian nasional (pasal 5 dan 6 UU 23/2007) merupakan satu
kesatuan sistem perkeretaapian yang meliputi perkeretaapian Nasional, Provinsi, dan
Kab/Kota yang harus terintegrasi dengan moda transportasi lainnya.
Untuk mewujudkan tatanan perkeretaapian tersebut ditetapkan Rencana Induk
Perkeretaapian (RIP) yang terdiri dari RIP Nasional, RIP Provinsi, dan RIP Kab/Kota
(pasal 7 UU 23/2007). Adapun dasar pertimbangan dan muatan dalam setiap RIP
tersebut disampaikan pada tabel berikut.

Tabel 3.3 Penyusunan Rencana Induk Perkeretaapian dalam UU 23/2007


Item
RIP Nasional RIP Provinsi RIP Kab/Kota
pengaturan
Dokumen yang a. rencana tata a. Rencana tata ruang a. rencana tata ruang
harus ruang wilayah wilayah nasional wilayah nasional
diperhatikan nasional b. Rencana tata ruang b. rencana tata ruang
b. rencana induk wilayah provinsi wilayah provinsi
jaringan moda c. Rencana induk c. rencana tata ruang
transportasi perkeretaapian wilayah kabupaten dan
lainnya nasional rencana tata ruang
d. Rencana induk wilayah kota
jaringan moda d. rencana induk
transportasi lainnya perkeretaapian provinsi
pada tataran provinsi. e. rencana induk jaringan
moda transportasi
lainnya pada tataran
kabupaten/kota
Faktor yang kebutuhan angkutan Kebutuhan angkutan kebutuhan angkutan
harus perkeretaapian pada perkeretaapian pada perkeretaapian pada
dipertimbangkan tataran transportasi tataran transportasi tataran transportasi
nasional provinsi kabupaten/kota
Muatan a. arah kebijakan dan a. Arah kebijakan dan a. arah kebijakan dan
(sekurang- peranan peranan peranan perkeretaapian
kurangnya) perkeretaapian perkeretaapian kabupaten/kota dalam
nasional dalam provinsi keseluruhan moda
keseluruhan moda b. Dalam keseluruhan transportasi
transportasi moda transportasi b. prakiraan perpindahan
b. prakiraan c. Prakiraan orang dan/atau barang
perpindahan orang perpindahan orang menurut asal tujuan
dan/atau barang dan/atau barang perjalanan pada tataran
menurut asal d. Menurut asal tujuan kabupaten/kota
tujuan perjalanan perjalanan pada c. rencana kebutuhan
c. rencana kebutuhan tataran provinsi prasarana perkeretaapian
prasarana e. Rencana kebutuhan kabupaten/kota
perkeretaapian prasarana d. rencana kebutuhan
nasional perkeretaapian sarana perkeretaapian
d. rencana kebutuhan provinsi kabupaten/kota
sarana f. Rencana kebutuhan e. rencana kebutuhan
perkeretaapian sarana perkeretaapian sumber daya manusia
nasional provinsi
e. rencana kebutuhan g. Rencana kebutuhan
sumber daya sumber daya manusia
manusia.
Sumber: ditabelkan dari pasal 7 sd pasal 10 UU No. 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 12
KALIMANTAN TIMUR
Lebih lanjut yang perlu diperhatikan adalah tentang posisi dari dokumen RIP KA Kalimantan
Timur yang akan dihasilkan dari pekerjaan ini. Berdasarkan tatanan perkeretaapian dalam
UU 23/2007 dan juga PP 6/2017 tidak ada pengaturan mengenai Rencana Induk
Perkeretaapian untuk satuan Provinsi. Tatanan perkeretaapian yang dikenal adalah dokumen
Rencana Induk Perkeretaapian (RIP) yang disusun secara terhirarki dari level Nasional,
Provinsi, dan Kabupaten/Kota.
Adapun cakupan dari dokumen RIP Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. tersebut
mencakup rencana kebutuhan prasarana, sarana, dan SDM (pasal 9, 18, 27 PP 56/2009), tidak
terbatas hanya pada jaringan jalur KA. Kemudian RIP Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota
tersebut dibatasi jangka waktu perencanaannya hingga sampai 20 tahun (pasal 6 (2) PP
56/2009).
Hal mendasar yang perlu mendapatkan perhatian dari dokumen RIP KA Kalimantan Timur ini
(jika dibandingkan dengan isi dari RIP Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.) adalah
mengenai jangka waktu perencanaan (yang kemungkinan tidak dibatasi untuk 20 tahun),
lingkup jaringan yang fokus untuk KA antar kota, serta pembahasan mengenai kebutuhan
SDM yang tidak dimuat dalam RIP KA Kalimantan Timur ini.
Tambahan pokok yang signifikan dari dokumen RIP KA Kalimantan Timur ini adalah adanya
cakupan mengenai strategi implementasi dan skema pendanaan yang tidak diatur dalam RIP
NPKK sesuai UU 23/2007 ataupun PP 56/2009. Tambahan substansi ini sangat penting
mengingat suatu rencana yang baik, seharusnya tidak hanya berisi mengenai daftar
kebutuhan saja, tetapi justru fokus kepada langkah/strategi untuk merealisasikannya.

Pada tabel berikut disampaikan cakupan dokumen RIP jalur KA Kalimantan Timur ini yang
disandingkan dengan cakupan RIP Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota.

Tabel 3.4 Lingkup Cakupan Dokumen RIP Kalimantan Timur


Aturan untuk Rencana
Cakupan yang
Induk Perkeretaapian Ketentuan
No Cakupan ditetapkan untuk RIP KA
dalam UU 23/2007 Perencanaan
Kalimantan Timur
dan PP 56/2009
1 Jangka waktu RIP dibuat untuk Analisis pola Implementasi rencana
perencanaan jangka waktu paling pergerakan akan dipisahkan sesuai
(time horizon) sedikit 20 tahun dilakukan dalam prioritas: tinggi,
(sumber: pasal 6 (2) PP jangka waktu 20 menengah, dan rendah
56/2009) tahun mendatang (jangka waktu akan
ditentukan kemudian)
2 Jaringan jalur  Jaringan jalur untuk Dalam KAK tidak Jaringan jalur KA:
kereta api yang perkeretaapian dijelaskan  Pengembangan
direncanakan perkotaan dan mengenai lingkup pembangunan jalur KA
perkeretaapian antar jaringan jalur KA baru
kota (sumber: pasal tertentu yang  Fokus pembahasan
5 (2) PP 56/2009) direncanakan pada jaringan jalur
 pada jaringan jalur antar kota, dan
kereta api yang jaringan jalur
sudah ada maupun perkotaan akan
jaringan jalur kereta diindikasi potensi
api yang akan pemanfaatannya atau
dibangun (sumber: kebutuhan
pasal 5 (3) PP pengembangannya
56/2009)
3 Muatan  arah kebijakan dan Mencakup lingkup  arah kebijakan dan
Rencana Induk peranan analisis untuk peranan
Perkeretapian perkeretaapian mendapatkan perkeretaapian dalam

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 13
KALIMANTAN TIMUR
Tabel 3.4 Lingkup Cakupan Dokumen RIP Kalimantan Timur
Aturan untuk Rencana
Cakupan yang
Induk Perkeretaapian Ketentuan
No Cakupan ditetapkan untuk RIP KA
dalam UU 23/2007 Perencanaan
Kalimantan Timur
dan PP 56/2009
dalam keseluruhan muatan RIP keseluruhan moda
moda transportasi (termasuk transportasi
 prakiraan kebutuhan SDM)  prakiraan perpindahan
perpindahan orang orang dan/atau barang
dan/atau barang menurut asal tujuan
menurut asal tujuan perjalanan
perjalanan  rencana kebutuhan
 rencana kebutuhan prasarana
prasarana perkeretaapian
perkeretaapian  rencana kebutuhan
 rencana kebutuhan sarana perkeretaapian
sarana  Menyertakan rencana
perkeretaapian kebutuhan SDM
 rencana kebutuhan
sumber daya
manusia
(sumber: pasal 9, 18,
27 PP 56/2009)
4 Strategi  Tidak dibahas Mencakup lingkup  Tahapan/prioritas
implementasi penyusunan pengembangan jalur
dan pendanaan prioritas/ tahapan, KA
skema pendanaan,  Skema pendanaan/
dan strategi potensi KPBU setiap
implementasi rencana jalur KA
 Strategi implementasi
(pembagian tugas)
antara Pemprov dan
Pemkot/Pemkab
dalam perwujudan
Jalur KA di Kalimantan
TImur

Rencana Induk ini akan menjadi pegangan bagi pengembangan perkeretaapian di


Kalimantan Timur dalam jangka waktu 20 tahun mendatang. Oleh karena itu, sifat
dari rencana induk ini harus orientatif yang mengarahkan pengembangan jaringan
jalur KA di Kalimantan Timur sesuai dengan arahan peran yang diharapkan dan
kondisi perencanaan jalur kereta api yang telah dilakukan sebelumnya.
Peranan moda KA di Kalimantan Timur ini dapat digolongkan menjadi 2 hal pokok,
yakni sebagai peranan fungsional (sebagai back-bone antar Kabupaten/Kota, feeder,
suplemen, integrator, atau peran fungsional lain) dan sebagai peranan angkutan
(modal share/pangsa muatan yang akan diambil).
Peranan fungsional yang diwujudkan dalam arahan peran moda KA di Kalimantan
Timur perlu ditetapkan lebih dahulu untuk melihat seberapa ekstensif penetrasi
maupun kapasitas jaringan yang perlu dikembangkan selama jangka waktu 20 tahun
ke depan. Arahan peran moda KA di Kalimantan Timur dapat ditetapkan berdasarkan
masukan/input dari stakeholders (melalui wawancara, diskusi, kuisioner, FGD, dlsb).

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 14
KALIMANTAN TIMUR
Selanjutnya ditetapkan target dari share angkutan moda KA yang akan dicapai.
Penetapan target share ini terkait dengan pemeranan moda KA dalam sistem
transportasi secara keseluruhan di Kalimatan Timur: apakah sebagai pendukung
moda jalan, penerima limpahan pergerakan barang/penumpang yang tidak mampu
ditanggung jaringan jalan, atau sebagai kompetitor dalam rangka efisiensi.
Setelah diketahui cakupan peranan tersebut dan dengan memperhatikan kondisi
eksisting dari sistem jaringan transportasi maka baru dapat disusun strategi
pengembangan jaringan KA Kalimantan Timur yang akan diimplementasikan (pilihan
sistem, teknologi, konfigurasi jaringan, strategi/tahapan implementasi).
Hal yang menjadi perhatian dalam menyusun rencana induk adalah jangka waktu
perencanaan jalur KA Kalimantan Timur (kaitannya dengan berapa lama, dari kapan
sampai kapan) termasuk bagaimana arahan peranan angkutan KA yang diharapkan
tercapai pada akhir masa perencanaan. Sehingga untuk mencapai tujuan tersebut
dapat disusun pilihan dan strategi pengembangan yang dipilih.
Dalam menetapkan jangka waktu perencanaan dalam RIP KA Kalimantan Timur perlu
memperhatikan beberapa pertimbangan, yaitu:
1. Proyeksi pola pergerakan adalah 20 tahun mendatang sehingga dengan tahun
dasar (base year) Tahun 2023 maka jangka waktu perencanaan sampai
dengan tahun 2043
2. Dalam dokumen Rencana Induk Perkeretaapian Nasional disampaikan jangka
waktu pengembangan perkeretaapian nasional dilakukan sampai Tahun 2030.
3. Pengembangan IKN sesuai dengan Perpres RI adalah sampai dengan Tahun
2045.

Berdasarkan pertimbangan di atas, ditetapkan jangka waktu perencanaan sampai


Tahun 2045 dimana pada tahun tersebut ditetapkan target peranan angkutan
perkeretaapian yang diharapkan untuk kemudian disusun tahapan implementasi
pengembangan jaringan jalur KA yang direncanakan untuk setiap 5 tahun.

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 15
KALIMANTAN TIMUR
Peranan
perkeretaapian STRATEGI PENGEMBANGAN JARINGAN KA:
Kalimantan Timur 1. Konfigurasi/pola jaringan
2. Rencana, prioritas dan tahapan pengembangan
3. Rencana investasi dan skema KPBU
4. Kebijakan strategis Pemerintah Pusat dan Daerah

Saat ini 2028 2034 2040 2045


(Th 2023) Tahun
Tahapan Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
Pengembangan (2023-2028) (2029-2034) (2035-2040) (2041-2045)
1. Strategi
2. Tujuan
3. Fokus kegiatan
4. Rencana investasi
Gambar 3.2 Substansi Rencana Induk Jalur KA Kalimantan Timur

Secara umum, terdapat 3 pertimbangan yang mempengaruhi dalam pengembangan


jaringan jalur KA Kalimantan Timur yakni pertimbangan normatif, akademis (teknis
ekonomis) dan faktual eksisting dan rencana (kondisi lapangan).
1. Pertimbangan normatif
Pengembangan jaringan kereta api tidak terlepas beberapa pertimbangan
yang harus diperhatikan yaitu: jaringan jalur kereta api di Kalimantan Timur
dikembangkan untuk apa?, apa fokus dari peranan yang difungsikan
perkeretaapian (moda kereta api) di Kalimantan Timur? dan apa kriteria dan
batasan yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan jalur KA?
a. Pengembangan jaringan jalur kereta api di Kalimantan Timur
dikembangkan untuk menjalankan FUNGSI/PERANAN
PERKERETAAPIAN sebagai bagian dari sistem transportasi nasional
dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah
dan pemersatu wilayah NKRI, dalam rangka mewujudkan Wawasan
Nusantara, serta memperkukuh ketahanan nasional dalam usaha
mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
(sumber: pertimbangan butir a UU 23/2007).
b. Perkeretaapian mempunyai karakteristik pengangkutan secara massal
dan keunggulan tersendiri, yang tidak dapat dipisahkan dari moda
transportasi lain, perlu dikembangkan potensinya dan ditingkatkan
peranannya sebagai penghubung wilayah, baik nasional maupun
internasional, untuk menunjang, mendorong, dan menggerakkan
pembangunan nasional guna meningkatkan kesejahteraan rakyat
(sumber: pertimbangan butir b UU 23/2007).

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 16
KALIMANTAN TIMUR
c. Asas penyelenggaraan perkeretaapian: manfaat, keadilan,
keseimbangan, kepentingan umum, keterpaduan, kemandirian,
transparansi, akuntabilitas, berkelanjutan. Tujuan penyelenggaraan
perkeretaapian: memperlancar perpindahan orang/barang secara
massal dgn selamat, aman, nyaman, cepat,lancar, tepat, tertib dan
teratur, efisien, serta menunjang pemerataan, pertum-buhan,
stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional (sumber:
pasal 2 dan 3 UU 23/2007).
2. Pertimbangan akademis
Pertimbangan akademis dari pengembangan jaringan jalur KA Kalimantan
Timur dilihat dari 3 pertimbangan yaitu: pertimbangan karakteristik spesifik
(keunggulkan/kelemahan) komparatif moda KA, kelayakan teknis jalur KA
serta kelayakan ekonomi dan finansial.
a. Pertimbangan karakteristik spesifik komparatif moda KA yang memiliki
keunggulan dalam hal angkutan massal membutuhkan jumlah
angkutan yang besar dan terkumpul serta mengakses dari
produksi/pabrik menuju lokasi outlet (pelabuhan/bandara). Untuk
meningkatkan daya saing moda KA, perpindahan moda (double
handling) harus diminimalisir.
b. Pertimbangan kelayakan teknis jalur KA terkait dengan kebutuhan
pengembangan jalur KA yang memadai secara teknis sesuai spesifikasi
desain teknis jalur KA. Kebutuhan pengembangan jalur KA diperoleh
berdasarkan potensi angkutan KA. Potensi angkutan KA yang besar
terutama angkutan barang membutuhkan kriteria desain axle load
besar yang berdampak pada kebutuhan daya dukung tanah yang tinggi
dan kondisi terrain disepanjang jalur KA yang cenderung datar.
c. Pertimbangan kelayakan ekonomi dan finansial terkait dengan aspek
manfaat ekonomi dan finansial dari beroperasinya jalur KA. Aspek
manfaat ekonomi berupa ribbon development dari jalur KA tidak
besar. Dari aspek finansial diperlukan volume angkutan yang besar
agar layak secara finansial. Secara umum untuk mencapai layak secara
finansial dibutuhkan volume angkutan barang mencapai 10 juta
ton/tahun dan angkutan penumpang mencapai 7,5 juta
penumpang/tahun. Jika potensi angkutan ini belum tercapai, perlu
adanya peran pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
daerah dalam menyediakan infrastruktur jalur KA.

3. Pertimbangan faktual kondisi eksisting dan rencana


Potensi angkutan barang KA saat ini di Kalimantan Timur cukup besar dengan
jenis angkutan tambang batubara dsb. Pada masa yang akan datang, potensi
angkutan yang perlu digarap lebih lanjut adalah aneka hasil pertambangan
dan logistik (distribusi bahan pokok dan dasar) serta penumpang dan antar
kota di wilayah Kalimantan Timur.

Pengembangan jaringan jalur KA tidak terlepas rencana pengembangan di


Kalimantan Timur terutama terkait dengan dokumen perencanaan wilayah

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 17
KALIMANTAN TIMUR
(RTRW Nasional, RTRW Pulau Kalimantan, RTRW IKN, RTRW Provinsi
Kalimantan Timur dan RTRW Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur) dan
transportasi (Tatranas, Tatrawil) serta pengembangan Koridor Ekonomi
Kalimantan sebagai perwujudan dari masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia.

Kriteria yang digunakan dalam menetapkan pola jaringan dan prioritasnya adalah
sejumlah aspek perencanaan berikut: aspek permintaan perjalanan (demand aspect),
aspek fisik (physical aspect), aspek lingkungan (environmental aspect), aspek finansial
(finacial aspect), dan aspek stabilitas (stability aspect).
Proses dan kriteria yang digunakan dalam penyusunan studi terdahulu tersebut
sudah cukup komprehensif, namun terdapat beberapa perkembangan lingkungan
strategis yang perlu diperhatikan lebih lanjut, yakni:
1. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang
Parkeretaapian maka sistem penyelenggaraan perkeretaapian yang
sebelumnya masih bersifat sentralistik dan monopolistik berubah menjadi
bersifat multioperator yaitu dengan memberikan peningkatan peran swasta
dan pemerintah daerah secara luas dalam penyelenggaraan perkeretaapian
termasuk dalam proses perencanaan, sementara pendekatan dalam studi
terdahulu cenderung teknokratis bukan partisipatif
2. Adanya perubahan dokumen-dokumen perencanaan yang ada baik di pusat
maupun di daerah (dengan diberlakukanya RTRW Nasional, RTRW Pulau
Kalimantan, RTRW IKN, RTRW Provinsi Kalimantan Timur dan RTRW
Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur) yang akan merubah pola ruang dan
struktur ruang Kalimantan Timur
3. Adanya perkembangan lokasi pusat komoditas utama (batubara, hasil hutan
dlsb) yang berpotensi besar dapat diangkut dengan moda kereta api
4. Adanya pengembangan kondisi sosial dan ekonomi wilayah Kalimantan Timur
5. Kebutuhan target peranan moda angkutan KA yang akan dicapai sebagai dasar
penetapan kebutuhan pengembangan jaringan jalur KA.
6. Pertimbangan mengenai kondisi teknis (topografi, geologi, penataan ruang)
pada rute yang direncanakan tidak dimasukkan, sehingga potensi terjadinya
permasalahan teknis pada tahap implementasi cukup besar.

Secara prosedural proses dan tahapan perencananRIP KA Kalimantan Timur akan


mengikuti pendekatan perencanaan partisipatif, dimana aspirasi Pemda dan
stakeholders daerah disertakan melalui mekanisme Diskusi (dapat berupa Diskusi
Langsung maupun FGD/focus group discussion). Dengan kegiatan ini diharapkan
terjaring aspirasi dari stakeholders mengenai usulan rute/koridor pengembangan
jaringan jalur KA di Kalimantan Timur yang diinginkan. Usulan tersebut tentunya akan
sangat banyak jumlah dan lokasinya, sehingga perlu adanya proses penyeleksian
(screening) dengan menerapkan penilaian kriteria screening untuk memutuskan
konfigurasi jaringan jalur KA terpilih.
Selanjutnya setiap rute/koridor tersebut dikaji lebih lanjut secara teknis dalam
konteks pemenuhan persyaratan teknis jalur KA, ketentuan mengenai penataan
ruang, serta fungsi hubungan yang ditetapkan (lokasi potensi angkutan, simpul

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 18
KALIMANTAN TIMUR
transportasi, kota-kota, dlsb). Kriteria teknis untuk menetapkan trase yang sesuai
dengan mempertimbangkan faktor geologis, topografis, hambatan alam,
penggunaan lahan, lokasi potensi angkutan, kesesuaian lokasi terhadap RTRW,
kondisi infrastruktur lain dan interkoneksi dengan simpul transportasi. Dari proses
analisis teknis ini akan dapat dilakukan pra-desain dari trase yang telah
memperhatikan batasan yang ada, sehingga dapat diperkirakan mengenai kebutuhan
biaya, sistem operasional, serta tingkat kelayakan teknis, ekonomis, maupun
finansialnya.
Pada tahap akhir, akan dilakukan proses penetapan prioritas pengembangan dari
setiap rute/koridor yang diusulkan berdasarkan berbagai kriteria yang
memperhatikan aspek ekonomi, finansial, politis, sosial dan juga lingkungan.

DAFTAR USULAN
DAFTAR RUTE
USULAN RUTEJALUR KAKALIMANTAN
JALUR KA PULAU KALIMANTAN
TIMUR
MASTERPLAN RIP RTRW Nas, Pulau, SISTRA/TATRA DOKUMEN LAIN (P3BOOK, USULAN STAKE-
TERDAHULU NASIONAL Prov, Kab/Kota NAS/WIL/LOK MP3EI, SISLOGNAS, DLL) HOLDERS (via FGD)
KRITERIA SCREENING: ARAHAN PERANAN MODA KA:
1. Integrasi pusat kegiatan 1. Fungsi perkeretaapian
2. Aksesibilitas terhadap potensi angkutan 2. Modal share yang diharapkan
3. Intermoda transportasi
4. Angkutan penumpang massal
5. Strategi rencana pengembangan
6. Pemerataan akses transportasi
RENCANA JARINGAN JALUR
RENCANA KAJARINGAN
PULAUKERETA
KALIMANTAN (TRANS
API KALIMANTAN KALIMANTAN RAILWAYS)
TIMUR
(daftar koridor/rute/jalur
(Daftar KAyang
Koridor/Rute/Jalur KA yang direncanakan)
direncanakan)
KRITERIA TEKNIS: KRITERIA LAINNYA:
1. Topografi 4. Penggunaan lahan eksisting
2. Geologi 5. Lokasi potensi demand angkutan
3. Hambatan alam 6. Kesesuaian lokasi terhadap RTRW
7. Infrastruktur sektor lainnya
8. Interkoneksi simpul transportasi
TRASE
TRASE RENCANA
RENCANA JALURJALUR KA API
KERETA PULAU KALIMANTAN
KALIMANTAN TIMUR
(trase/alinemen, pra-desain,
(Trase/Alinyemen, analisis
Pra Design, Analisis kelayakan teknis-ekonomis-finansial)
Kelayakan Teknis-Ekonomi-Finansial)

KRITERIA PRIORITAS: KRITERIA PENDANAAN/POTENSI KPS:


1. Aspek ekonomi 1. Nilai EIRR > 10%
2. Aspek finansial 2. Klasifikasi FIRR (rendah, sedang, tinggi)
3. Aspek sosial 3. Afirmasi rencana (pusat dan daerah)
4. Aspek lingkungan 4. Kesiapan pelaksanaan
5. Aspek politis
PRIORITAS/TAHAPAN PENGEMBANGAN
PRIORITAS/TAHAPAN PENGEMBANGANJARINGAN
JALUR KERETAJALUR KA PULAUTIMUR
API KALIMANTAN KALIMANTAN
(Tahapan Pengembangan
(tahapan pengembangandan Potensi KPBU pada
dan potensi KPSsetiap jalurjalur)
setiap KA)

Gambar 3.3 Proses dan Tahapan Rencana Induk Perkeretaapian Kalimantan Timur

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 19
KALIMANTAN TIMUR
3.3 METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
Dalam lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan selama masa waktu pekerjaan
yang diberikan, konsultan mengusulkan beberapa metoda yang secara ringkas
dirangkum pada tabel berikut.

Tabel 3.5 Lingkup Pekerjaan dan Metoda Pelaksanaannya


Metoda pelaksanaan lingkup pekerjaan
No Lingkup pekerjaan
Masukan Proses/Metoda Keluaran
1. Evaluasi terhadap arah dan  Studi Terdahulu Document Evaluasi terhadap:
rencana pembangunan Jalur KA di overview  Tujuan /arah kebijakan
perkeretaapian di Kalimantan Timur  Pendekatan, metoda,
Kalimantan Timur dalam  RIP Nasional dan kriteria
Studi terdahulu ataupun  Rencana jaringan
yang terkait  Prioritas pembangunan
2. Kajian terhadap RTRW  RTRW Nasional/ Document  Arah kebijakan tata ruang
Provinsi Kalimantan Timur Pulau/Provinsi/Kab overview  Rencana struktur tata
termasuk rencana pusat- -Kota ruang (sistem kota-kota)
pusat pengembangan  Tatranas/Tatrawil/  Arah kebijakan sistem
wilayah serta kebijakan Tatralok transportasi (termasuk
transportasi daerah peranan moda KA)
 Rencana jaringan
transportasi semua moda
3. Penjaringan aspirasi Pemda,  Keluaran No. 1 Focus Group  Usulan arah kebijakan
swasta, dan stakeholders  Keluaran No. 2 Discussion  Usulan rute/jalur KA
terkait terhadap  Usulan kriteria prioritas
pengembangan transportasi pembangunan/
perkeretaapian di pengembangan jalur KA
Kalimantan Timur
4 Analisis pola pergerakan  OD Nasional (ATTN Modelling  Matrik asal tujuan (MAT)
orang-barang intra-interzona 2016) transport perjalanan orang dan
alam wilayah yang ditinjau  Survey pasar (4 stages) barang (20 th)
dan proyeksinya (20 tahun (stated preference)  Prediksi potensi
mendatang)  Data statistik BPS pengguna setiap rencana
 Data sistem jalur KA
transportasi  Prediksi manfaat
(jaringan, ekonomi (biaya, waktu)
sarana/trayek, dari rencana
operasional) pengembangan jalur KA
5 Kajian topografi dan struktur  Peta topografi Analisis  Pemenuhan/kesesuaian
tanah Kalimantan Timur (Bakosurtanal) karakteristik jalur rencana terhadap
untuk melihat kesesuain  Peta geologi topografi dan standar teknis jalur KA
dengan standar teknis jalur (Ditjen Geologi) geologi (gradient, axle load,
KA  Survey koridor radius)
amatan  Rekomendasi teknis jalur
 Standar teknis jalur KA
KA
6. Menyusun rencana, priori-  Keluaran No. 2 Pra/preleminary  Rute/trase rencana jalur
tas, tahapan kebutuhan  Keluaran No. 4 design KA (geometrik, stasiun,
pengembangan jaringan KA  Keluaran No. 5 jalur KA)
Kalimantan Timur, termasuk  Standar/spesifikasi  Perkiraan biaya investasi
skema pendanaan teknis (tanah, jalur, stasiun)
 Harga satuan  Pola operasi (gapeka)
 Kebutuhan sarana
(rolling stock dan fasilitas
operasi)

 Keluaran No. 6 Analisis  Kelayakan teknis


 Kriteria kelayakan kelayakan  Kelayakan ekonomi
 Kriteria prioritas  Kelayakan finansial

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 20
KALIMANTAN TIMUR
Analisis multi  Prioritas setiap jalur
kriteria (AMK)  Tahapan pengembangan
7. Mengidentifikasi jaringan KA  Keluaran No. 7 Step-wise-  Tingkat potensi KPBU
yang dapat didanai melalui  Kriteria KPBU selection setiap rencana jalur
skema KPBU (musts and wants  Rekomendasi skema
criteria) KPBU
 Skema alokasi resiko
 Bentuk dukungan
pemerintah yg
diperlukan
8. Menyusun rencana investasi  Keluaran No. 6 Analisis investasi Rencana investasi setiap
per koridor  Keluaran No. 7 koridor jalur KA
 Perkiraan biaya investasi
(prasarana,sarana)
 Perkiraan pendapatan
investasi
 Kelayakan investasi
finansial
 Rekomendasi skema
investasi
9. Menyusun dan merumuskan  Keluaran No. 5 Policy Rumusan hasil studi:
arah kebijakan serta langkah-  Keluaran No. 6 formulation  Arah kebijakan
langkah strategis Pemerintah  Keluaran No. 7  Strategi implementasi
Provinsi/Pemda  Keluaran No. 8 (pembagian tugas/peran,
skema pendanaan, dll)
 Kebijakan pendukung
(SDM, kelembagaan,
finansial, legal)
10. Menyusun Draft Peraturan Keluaran No 9 Legal drafting  Naskah akademis
Gubernur tentang Rencana  Draft peraturan menteri
Induk Perkeretaapian (isi dan lampiran)
Kalimantan Timur

Berdasarkan atas hasil pemetaan terhadap lingkup pekerjaan beserta metoda


pelaksanaannya, sebagaimana disampaikan sebelumnya, maka dapat dibuat suatu
bagan alir yang merepresentasikan proses analisis yang akan dilaksanakan. Bagan alir
proses pelaksanaan analisis atau framework of analysis untuk pekerjaan ini
disampaikan pada gambar berikut.

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 21
KALIMANTAN TIMUR
KEGIATAN PENGUMPULAN DATA

STUDI TERDAHULU DOK PERENCANAAN PERATURAN TERKAIT DATA TEKNIS KORIDOR DATA TRANSPORTASI

 Ripnas KA di Kalimantan  RTRW Nas/Prov/KK  UU/PP/KM bidang  Peta topografi  OD Nasional


Timur  Masterplan IKN perkeretaapian  Peta geologi  Survey pasar
 Pra FS/FS/SID terkait  Tatranas/wil/lok  Standar teknis jalur  Peta tata guna lahan  Data jaringan
 RPJM, Renstra kereta api  Survey koridor  Data statistik

DOCUMENT OVERVIEW DOCUMENT OVERVIEW PERUMUSAN ANALISIS TRANSPORT


KRITERIA KARAKTERISTIK MODELLING

d
HASIL EVALUASI MUATAN HASIL KAJIAN RTRW DAN KRITERIA HASIL KAJIAN TOPOGRAFI e HASIL ANALISIS
STUDI KA TERDAHULU KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN STRUKTUR TANAH POLA PERGERAKAN
a TRANSPORTASI b
 Kriteria screening  Kesesuaian dengan  MAT orang-barang
 Tujuan/arah kebijakan  Arah kebijakan tata ruang  Kriteria teknis/non standar teknis jalur KA  Prediksi potensi
 Pendekatan, metoda,  Rencana struktur tt ruang teknis (gradient max, axle pengguna moda
dan kriteria  Arah kebijakan transpor-  Kriteria kelayakan load, radius minimal) KA
 Rencana jaringan jalur tasi (dan peranan KA)  Kriteria prioritas  Rekomendasi teknis  Prediksi manfaat/
 Prioritas pembangunan  Rencana pengembangan  Kriteria KPBU terkait jalur KA dampak dampak
jaringan transportasi (economik/sosial)

BAHAN FGD

screening
kriteria
kriteria teknis/
FOCUS GROUP DISCUSSION non teknis PRA-DESAIN JALUR KA
(FGD)
c
HASIL PENJARINGAN PENETAPAN 1: RENCANA
ASPIRASI PEMBANGUNAN, POLA
kriteria prioritas

1. PERUMUSAN ARAH
kriteria kelayakan

 Usulan arah kebijakan KEBIJAKAN OPERASI, DAN


 Usulan rute/jalur KA (PERANAN KEBUTUHAN SARANA
 Bobot kriteria prioritas ANGKUTAN KA)
2. PENETAPAN  Rute/trase rencana jalur KA
pengembangan (geometrik, stasiun, jalur)
RENCANA JARINGAN
ANALISIS MULTI KRITERIA JALUR KA  Perkiraan biaya investasi
KALIMANTAN TIMUR (tanah, jalur, stasiun)
 Pola operasi (gapeka)
RENCANA, PRIORITAS DAN f  Kebutuhan sarana (rolling
TAHAPAN PENGEMBANGAN PENETAPAN 2: stock dan fasilitas operasi)
KONFIRMASI TRASE
 Penilaian prioritas setiap
kriteria KPBU

rencana jalur KA TERPILIH


 Tahapan pengembangan/
pembangunan jalur KA
ANALISIS KELAYAKAN

STEP WISE TINGKAT KELAYAKAN


SELECTION JALUR KA
SKEMA PENDANAAN DAN g
TIAP
Tingkat kelayakan
RENCANA teknis
JALUR KA
POTENSI KPBU SETIAP JALUR  Tingkat kelayakan
 Tingkat potensi KPBU ekonomi
 Rekomendasi skema KPBU  Tingkat kelayakan
 Alokasi resiko finansial
 Bentuk dukungan pemerintah

ANALISIS INVESTASI

h
RENCANA INVESTASI SETIAP JALUR KA
 Perkiraan biaya investasi (prasarana dan
sarana)
 Perkiraan pendapatan investasi
 Kelayakan investasi finansial
 Rekomendasi skema investasi

Gambar 3.4 Bagan Alir Pelaksanaan Analisis (Framework of Analysis)

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 22
KALIMANTAN TIMUR
A

POLICY FORMULATION

RUMUSAN ARAH KEBIJAKAN i


LANGKAH STRATEGIS
 Arah kebijakan dan peranan pekeretaapian
 Langkah/strategi implementasi (pembagian
tugas/peran, skema pendanaan, dll)
 Kebijakan pendukung
(SDM, kelembagaan, finansial, legal)

PENETAPAN 3:
1. KONFIRMASI PRIORITAS DAN TAHAPAN
2. KONFIRMASI ARAH KEBIJAKAN DAN
STRATEGI

LEGAL DRAFTING
j
DRAFT PERGUB RIP KA KALTIM
 Naskah akademis
 Draft peraturan (isi dan lampirannya)

Gambar 3.5 Bagan Alir Pelaksanaan Analisis (Framework of Analysis)


(Lanjutan)

Seluruh proses analisis tersebut dimulai terlebih dahulu dengan tahap pengumpulan
data, baik dari sumber sekunder maupun primer. Sedangkan penjelasan mengenai
pendekatan/metoda yang digunakan untuk setiap proses analisis yang digunakan
dibahas bagian selanjutnya. Tahapan analisis tersebut lebih lanjut digunakan sebagai
acuan dalam menyusun jadwal pekerjaan.
Dalam KAK tidak secara spesifik disebutkan mengenai kebutuhan untuk
mengembangkan kriteria, dalam Gambar 3.4 terlihat bahwa untuk melakukan
penetapan rencana jaringan, analisis kelayakan, penyusunan prioritas, serta
identifikasi potensi KPBU memerlukan kriteria. Oleh karena itu, di dalam metodologi
ini akan dibahas secara khusus mengenai kriteria yang akan digunakan dalam
melaksanakan penyusunan RIP KA Kalimantan Timur.

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan data yang dibutuhkan yang dilakukan dengan beberapa metoda
sebagai berikut:
a. Survey sekunder/instansional
Survey sekunder/instansional dilakukan untuk mengumpulkan hampir seluruh
jenis data yang dibutuhkan. Survey ini dilakukan dengan mengunjungi instansi
Provinsi, Bada Otorita dan Kabupaten/Kota serta pihak Swasta untuk
mendapatkan data/informasi yang dibutuhkan serta berdiskusi/koordinasi
langsung dengan pihak daerah.

b. Pelaksanaan survei koridor rencana jalur KA


Pelaksanaan survey koridor rencana jalur KA Kalimantan Timur dilaksanakan
bersamaan dengan survey sekunder. Pelaksanaan survey koridor rencana jalur KA
dilakukan untuk melengkapi dan mengonfirmasi data topografi, geologi, serta

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 23
KALIMANTAN TIMUR
penggunaan lahan yang telah diidentifikasi terlebih dahulu dari peta yang ada
pada koridor yang diusulkan.
Pelaksanaan survey koridor dilakukan dengan metoda tracking GPS (x,y,z) serta
foto/video/drone pada koridor yang diamati serta mengambil sampel kondisi
topografi, geologi, serta penggunaan lahan yang diperkirakan cukup
ekstrem/berpotensi menimbulkan permasalahan teknis/non-teknis (seperti:
perpotongan dengan sungai, lembah, bukit, lahan gambut, rawan longsor, banjir,
kawasan lindung, padat penduduk, dlsb) dan/atau pada lokasi yang perlu
dihubungkan (lokasi tambang, terminal barang, pelabuhan, bandara, dlsb).

c. Pelaksanaan survey pasar (stated preference)


Survey pasar diperlukan untuk mengetahui respons pasar, dalam hal ini adalah
calon pengguna jalur KA baik penumpang maupun barang, terhadap rencana
jaringan jalur KA di Kalimantan Timur. Data ini diperlukan untuk membentuk
model pemilihan moda (modal split model) yang digunakan sebagai alat prediksi
lalu lintas orang-barang yang akan menggunakan jalur KA yang direncanakan.
Metoda survey yang digunakan adalah metoda stated preference di mana para
calon pengguna diharapkan menyampaikan pilihannya terhadap moda baru
(dibandingkan dengan moda yang saat ini digunakan) dengan tampilan kinerja
(waktu, biaya, pelayanan) yang diperkirakan akan dimiliki oleh moda KA yang akan
dioperasikan. Penjelasan detail formulir survey disampaikan pada lampiran.

d. Pelaksanaan survey lokasi potensi angkutan barang


Survey lokasi potensi angkutan dilakukan untuk mengetahui lokasi, luas lahan,
produksi, pola logistik transportasi dari potensi komoditas pertambangan,
industri, pertanian, perkebunan, perikanan yang nantinya diprediksikan menjadi
angkutan moda KA. Data-data lokasi komoditas yang diperoleh dari instansi terkait
di pusat dan daerah dijadikan data awal untuk dikonfirmasi di lapangan.
Metoda survey yang dilakukan dengan mengunjungi lokasi potensi komoditas
pertambangan, industri, pertanian, perkebunan, perikanan dan melakukan
wawancara kepada perusahaan pengelola komoditas tersebut. Pelaksanaan
survey ini dapat dilakukan bersamaan dengan survey pasar (state preference)
angkutan barang.

3.5 METODE ANALISIS PEKERJAAN


a. Metoda Review Studi Kereta Api Terdahulu di Kalimantan Timur
Kegiatan evaluasi studi terdahulu terkait perencanaan jalur kereta api khususnya
di Kalimantan Timur dilakukan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dari
proses analisis ini adalah:
 Tujuan, arah, kebijakan dan rencana pembangunan jalur kereta api
Kalimantan dalam dokumen terdahulu.
 Acuan Pendekatan, proses/tahapan, metoda, dan kriteria yang digunakan
dalam dokumen studi terdahulu.

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 24
KALIMANTAN TIMUR
 Rencana jaringan jalur KA yang diusulkan termasuk prioritas
pengembangannya.

Informasi di atas perlu direview untuk dinilai kelebihan dan kekurangannya


sehingga dapat diperbarui muatan dalam studi terdahulu untuk disesuaikan
dengan perkembangan lingkungan strategis terkini. Untuk itu perlu dilakukan
evaluasi/penilaian terlebih dahulu terhadap muatan yang ada di dalam studi
terdahulu, dimana penilaian tersebut difokuskan pada penelaahan mengenai
relevansi dari isi dokumen terhadap kondisi yang ada saat ini dan menyusun
rekomendasi/usulan cara perbaikan yang dilakukan. Adapun ilustrasi mengenai
rangkuman dari evaluasi terhadap studi terdahulu disampaikan pada tabel
berikut.

Tabel 3.6 Metoda Evaluasi Studi Terdahulu


Muatan dalam Lingkungan Penilaian
Rekomendasi
No. Kriteria Evaluasi Studi KA strategis/kondisi (Relevan/
penyempurnaan
Terdahulu saat ini/ideal Tidak)
A DASAR
PENYUSUNAN
1. Peraturan
perundangan
2. Dokumen rencana
3. Standar teknis
B. METODA
PENYUSUNAN
1. Perumusan
kebijakan
2. Pengembangan
jaringan (scooping)
3. Pemilihan trase/rute
4. Penyusunan prioritas
pengembangan
5. Indikator kelayakan
C. HASIL
PENYUSUNAN
1. Arahan
kebijakan/peran
moda KA
2. Konfigurasi jaringan
3. Prioritas tahapan
pengembangan
4. Skema implementasi
(termasuk
pendanaan)
Keterangan: tabel ini akan diisi dari hasil pengumpulan data dan analisis yang dilakukan

b. Metoda Kajian Rencana Tata Ruang dan Transportasi


Kegiatan kajian rencanan tata ruang dan transportasi dilakukan untuk memenuhi
lingkup pekerjaan dalam KAK Butir 4 huruf b. Kegiatan ini dilakukan dengan
mengkaji seluruh dokumen perencanaan wilayah dan transportasi yang berkaitan
dengan Kalimantan Timur.
Tahap kajian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi pokok mengenai:
1. Arahan dan strategi pengembangan ekonomi dan wilayah yang dituangkan
dalam dokumen RTRW NPKK khususnya berkaitan dengan:

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 25
KALIMANTAN TIMUR
 Sistem ekonomi utama yang akan dikembangkan di Kalimantan Timur
(resource based, industrial based, atau service sector based, dll).
 Strategi pengembangan wilayah (KAPET, KADAL, KEK).
 Struktur sistem kota-kota yang akan dikembangkan (PKN, PKW, PKL, dan
bentuk simpul ekonomi lainnya) dan sistem interaksinya.
 Arahan pola penggunaan ruang/lahan di Kalimantan Timur (kawasan budi
daya atau kawasan lindung).

Tabel 2.10 Ilustrasi Rangkuman Hasil Kajian RTRW


Kajian Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah
No. Substansi yang Dikaji Kesimpulan
RTRW RTRW RTRW RTRW RTRW
Nas Pulau Prov IKN Kab/Kota
A Arahan
pengembangan
ekonomi/pelayanan
1. Sektor ekonomi utama
2. Sistem ekonomi
3. Sistem pelayanan
B. Arahan
pengembangan
wilayah
1. Lokasi kawasan utama
(KAPET, KEK)
2. Sistem kota-kota (PKN,
PKW, PKL)
3. Pola interaksi wilayah
4. Lokasi kawasan budi
daya
5. Lokasi kawasan
lindung
6. …….
Keterangan: tabel ini akan diisi dari hasil pengumpulan data dan analisis yang dilakukan

2. Arahan pengembangan sistem transportasi wilayah di Kalimantan Timur yang


dimuat dalam Tatranas/wil/lok, terutama substansi mengenai:
 Arahan kebijakan dan pembagian peranan setiap moda transportasi
untuk membentuk sistem transportasi yang efisien dan efektif di
Kalimantan Timur
 Pola jaringan multimoda yang dikembangkan dalam sistem logistik di
Kalimantan Timur
 Rencana pengembangan simpul-simpul transportasi yang perlu
dihubungkan oleh jalur KA (terminal, stasiun, pelabuhan, dan bandara)

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 26
KALIMANTAN TIMUR
Tabel 3.7 Ilustrasi Rangkuman Hasil Kajian Tatanan Transportasi
Kajian terhadap rencana
No. Substansi yang Dikaji pengembangan transportasi Kesimpulan
Tatranas Tatrawil Tatralok
Arahan pengembangan
sistem transportasi
1. Visi/misi
2. Arah kebijakan/peranan
moda
3. Rencana sistem
transportasi multimoda
4. Rencana sistem jaringan
prasarana dan pelayanan
5. Lokasi simpul utama
Keterangan: tabel ini akan diisi dari hasil pengumpulan data dan analisis yang dilakukan

3.5.1 PERUMUSAN KRITERIA PERENCANAAN


Untuk menyelesaikan seluruh analisis dalam menyusun RIP KA ini dibutuhkan
penetapan kriteria-kriteria yang dibutuhkan yaitu:
a. Kriteria penjaringan (screening) untuk proses penyeleksian seluruh usulan-
usulan rute/koridor pengembangan jalur KA hasil kajian dokumen
perencanaan/studi terdahulu, RIP Nasional dan usulan stakeholders.
b. Kriteria teknis untuk mengkaji secara teknis setiap rute/koridor jalur KA yang
dalam konteks pemenuhan persyaratan teknis jalur KA, ketentuan mengenai
penataan ruang, serta fungsi hubungan yang ditetapkan (lokasi potensi
angkutan, simpul transportasi, kota-kota, dlsb).
c. Kriteria prioritas untuk proses penetapan prioritas pengembangan dari setiap
rute/koridor sehingga diperoleh prioritas dan tahapan pengembangan
jaringan jalur KA Kalimantan Timur sampai Tahun 2045.
d. Kriteria skema pendanaan melalui KPBU untuk mengidentifikasi rencana jalur
KA yang potensial didanai melalui KPBU.

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 27
KALIMANTAN TIMUR
Tabel 3.8 Daftar Rumusan Kriteria Dalam Penyusunan RIP KA Kalimantan Timur
No. Kelompok Penggunaan Daftar Kriteria yang Diusulkan Penjelasan Sumber/justifikasi/ penjelasan
1. Kriteria Untuk memilih usulan Apakah usulan rute/ koridor/ jalur KA tersebut  Kriteria ini digunakan pada studi terdahulu
penjaringan rute/ koridor/ jalur KA merupakan bagian dari upaya menghubungkan  Secara teoretis penyambungan jaringan
1. Integrasi pusat kegiatan
(screening) (dari berbagai sumber, antar pusat kegiatan nasional sehingga diperoleh jalur akan berdampak besar terhadap
termasuk usulan eskalasi manfaat jaringan efisiensi jaringan
stakeholders saat diskusi) Apakah usulan usulan rute/ koridor/ jalur KA  Kriteria ini digunakan pada studi terdahulu
2. Aksesibilitas/akses pasar
menjadi rute terpilih dan tersebut memberikan akses hubungan dari lokasi  Pasal 8 huruf b dan c PP 6/2017
terhadap potensi angkutan
ditetapkan sebagai potensi angkutan barang/ penumpang ke
barang dan penumpang
bagian dari Rencana outlet/pasar/simpul
Jaringan Jalur KA Apakah usulan rute/trase jalur KA yang  Kriteria multimoda transportasi
Kalimantan Timur 3. Intermoda transportasi
mengakses pelabuhan dan bandara internasional
4. Menyediakan pelayanan Apakah usulan rute/trase jalur KA pada perkotaan  Kriteria ini (dalam bentuk lain) digunakan
angkutan penumpang massal dengan jumlah penduduk di atas 1 juta jiwa pada studi terdahulu
yang terjangkau pada kota-kota  Pasal 8 huruf a PP 6/2017
besar di Kalimantan Timur
Apakah usulan rute/ koridor/ jalur KA tersebut  Kriteria baru untuk mengakomodir strategi
memberikan dukungan terhadap skema pengembangan wilayah (KAPET, KEK, dll)
5. Dukungan terhadap strategi
pengembangan ekonomi dan wilayah  Pasal 7 (2) huruf a PP 6/2017
rencana pengembangan ekonomi
(mendukung koridor ekonomi Kalimantan Timur
dan wilayah
dan pengembangan kawasan strategis dan
andalan nasional)
Apakah usulan rute/trase jalur KA yang mengakses  Kriteria untuk mengakomodir pemerataan
6. Pemerataan akses transportasi
ke seluruh wilayah Kalimantan Timur transportasi
2. Kriteria teknis Untuk menetapkan Apakah alternatif trase/alinemen tersebut berada Dalam PD 10 gradient maksimum untuk jalur
penetapan trase trase/ alinemen dari pada wilayah dengan topografi yang KA (sesuai kelasnya) berkisar pada angka
1. Topografi
(kriteria rencana rute/ koridor memungkinkan dipenuhinya kriteria gradien dan 0,3% s.d 1%
teknis/non jalur KA yang radius tikungan
teknis) direncanakan agar sesuai  Apakah alternatif trase/alinemen tersebut  Dalam PD 10 CBR minimum untuk trase
dengan standar teknis melalui lokasi dengan daya dukung tanah yang jalan KA adalah 8 % yang hanya dapat
jalur KA 2. Geologi memadai dipenuhi oleh jenis tanah tertentu
 Apakah alternatif trase/alinemen tersebut telah  Daerah rawan secara geologis (patahan,
menghindari lokasi yang rawan secara geologis longsor, alur gempa, dll)

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN KALIMANTAN TIMUR 3 - 28


Tabel 3.8 Daftar Rumusan Kriteria Dalam Penyusunan RIP KA Kalimantan Timur
No. Kelompok Penggunaan Daftar Kriteria yang Diusulkan Penjelasan Sumber/justifikasi/ penjelasan
Apakah alternatif trase/alinemen tersebut telah Termasuk dalam hambatan alam ini antara
3. Hambatan alam menghindari lokasi hambatan alam yang lain: sungai, lembah, tanah gambut, daerah
berkonsekuensi pada desain jalur KA rawan banjir
Apakah alternatif trase/alinemen tersebut telah Termasuk dalam penggunaan lahan yang
menghindari lokasi penggunaan lahan eksisting menyulitkan adalah lokasi perumahan,
4. Penggunaan lahan
yang menyulitkan dalam proses pengadaan tanah pertanian teknis, perkebunan, kawasan
khusus
 Apakah alternatif trase/alinemen tersebut Trase jalur KA sedapat mungkin melalui
melalui lokasi potensi angkutan barang (pusat potensi angkutan barang dan penumpang
produksi dan pusat industri) secara efisien, sehingga keunggulan
5. Lokasi potensi angkutan
 Apakah alternatif trase/alinemen tersebut telah komparatif moda KA dapat dioptimalkan
melalui potensi angkutan penumpang (kota-
kota, permukiman, pusat kegiatan)
Apakah alternatif trase/alinemen tersebut telah Terdapat skema alokasi ruang untuk kawasan
6. Kesesuaian lokasi terhadap RTRW diupayakan mengikuti alokasi ruang/ lahan dalam lindung dan kawasan terbangun yang harus
RTRW diikuti ketentuannya
Apakah alternatif trase/alinemen tersebut telah Termasuk infrastruktur tersebut adalah
7. Infrastruktur sektor lainnya diupayakan untuk tidak mengganggu jaringan jalan, irigasi, listrik, telekomunikasi,
keberadaan/fungsi infrastruktur lainnya pipa, dll
Apakah alternatif trase/alinemen tersebut telah Termasuk simpul transportasi yang perlu
8. Interkoneksi simpul transportasi diupayakan untuk menghubungkan simpul-simpul dihubungkan adalah terminal, pelabuhan, dan
transportasi moda lainnya bandara
3. Kriteria prioritas Untuk menyusun EIRR mewakili besarnya manfaat ekonomi
Seberapa besar nilai EIRR yang ditunjukkan oleh
pengembangan tahapan pembangunan 1. Aspek ekonomi (dari penghematan biaya transportasi) yang
setiap rencana jalur KA
setiap jalur KA sesuai dinikmati publik dari investasi pemerintah
dengan penilaian FIRR mewakili besarnya tingkat pengembalian
Seberapa besar nilai FIRR yang ditunjukkan oleh
prioritasnya secara 2. Aspek finansial investasi (dari revenue tarif saja) seandainya
setiap rencana jalur KA
komprehensif dilakukan oleh swasta
Seberapa besar dampak sosial yang akan Dampak sosial ini diestimasi melalui jumlah
3. Dampak sosial ditimbulkan dari pembangunan setiap rencana penduduk yang harus direlokasi serta luasan
jalur KA lahan produktif yang harus dikonversi

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN KALIMANTAN TIMUR 3 - 29


Tabel 3.8 Daftar Rumusan Kriteria Dalam Penyusunan RIP KA Kalimantan Timur
No. Kelompok Penggunaan Daftar Kriteria yang Diusulkan Penjelasan Sumber/justifikasi/ penjelasan
Seberapa besar dampak lingkungan yang akan Dampak lingkungan ini diestimasi dengan
4. Dampak lingkungan ditimbulkan dari pengoperasian setiap rencana perkiraan pengurangan emisi gas buang
jalur KA dengan dioperasikannya jalur KA
Aspek ini dilihat dari lokasi rencana dalam
Seberapa besar dampak terhadap pertahanan dan
menghubungkan daerah yang dianggap
5. Aspek politis keamanan negara dari pengembangan setiap
rawan secara pertahanan dan keamanan
rencana jalur KA
negara (sesuai yang ditetapkan Kemenhan)
4. Kriteria potensi Untuk mengidentifikasi  Usulan yang sudah masuk dalam RPJM dan
skema rencana jalur KA yang Renstra termasuk usulan proyek kerjasama
pendanaan/KPBU potensial didanai melalui 1. Kesesuaian proyek rencana jalur Kesesuaian rencana jalur KA dengan RPJM, potensial
skema KPBU KA Renstra, Renja PPP Book  Usulan yang sudah masuk ke dalam renja
termasuk usulan proyek yang siap
ditawarkan
2. Kesiapan prastudi kelayakan
proyek kerjasama
a. Kajian Hukum
Apakah rencana jalur KA tersebut sudah dibentuk  Adanya kelembagaan menunjukkan
 Analisis Kelembagaan unit kerja/satuan tugas atau lembaga serta peran kesiapan dalam melaksanakan kerjasama
dan tanggungjawabnya
Apakah rencana jalur KA tersebut sudah sesuai  Adanya kepastian peraturan perundangan
 Analisis Peraturan peraturan perundangan yang berlaku, resiko secara normatif
Perundangan hukum, kemungkinan penyempurnaan peraturan
perundangan
b. Kajian Teknis
Apakah rencana jalur KA tersebut sudah  Adanya desain teknis menunjukan kesiapan
 Analisis Teknis menetapkan standar kinerja teknis operasional, dalam melaksanakan kegiatan proyeks
memperkirakan pendapanan, perkiraan biaya
 Kesesuaian dengan dokumen perencanaan
Apakah rencana jalur KA tersebut sudah sesuai
akan mempermudah dalam proses
 Penyiapan Tapak dengan RTRW, topografi lahan, kepemilikan lahan,
pelaksanaan terutama dalam pembebasan
biaya dan jadwal pelelangan lahan
lahan

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN KALIMANTAN TIMUR 3 - 30


Tabel 3.8 Daftar Rumusan Kriteria Dalam Penyusunan RIP KA Kalimantan Timur
No. Kelompok Penggunaan Daftar Kriteria yang Diusulkan Penjelasan Sumber/justifikasi/ penjelasan
 Adanya desain awal menunjukkan
 Rancang Bangun Awal
Apakah rencana jalur KA tersebut sudah memuat kemajuan proyek sudah berjalan dan
(Basic Engineering
rancang bangun awal (Basic Engineering Design) kesiapan dalam melaksanakan kegiatan
Design)
proyeks
c. Kajian Kelayakan Proyek
 Perbandingan biaya dengan adanya proyek
dan tanpa proyek
Apakah rencana jalur KA tersebut sudah
 Penentuan manfaat ekonomi’
memastikan keberlanjutan ekonomi suatu proyek
 Analisis Biaya Manfaat  Penilaian dampak manfaat rencana jalur KA
yang berkaitan dengan efektivitas, ketepatan
Sosial terhadap Negara dan masyarakat
waktu, penggunaan dana, dan sumber daya publik
 Penilaian kelayakan ekonomi (EIRR dan
selama periode proyek.
ENPV)
 Sensitivitas kelayakan ekonomi
Apakah rencana jalur KA tersebut sudah sesuai  Analisis potensi demand
 Analisis Pasar dengan RTRW, topografi lahan, kepemilikan lahan,  Analisis resiko dan jaminan dukungan
biaya dan jawadan pelelangan lahan pemerintah
Apakah rencana jalur KA tersebut sudah layak  Tingkat kelayakan finansial FIRR
 Analisis Keuangan finansial  Tingkat biaya modal (WACC)
 Perbandingan FIRR dengan WACC
Apakah rencana jalur KA sudah mengidentifikasi  Identifikasi resiko, alokasi resiko dan
risiko dan mengalokasikannya mitigasi resiko
 Analisis Resiko
kepada pihak yang paling mampu untuk
mengatasinya
d. Kajian Lingkungan dan Sosial
 Analisis Dampak Apakah rencana jalur KA tersebut sudah  Analisis awal dampak lingkungan
Lingkungan melakukan amdal  Rancangan kerangka acuan amdal
Apakah rencana jalur KA tersebut sudah  Analisis dampak sosial terhadap masyarakat
 Analisis Sosial melakukan analisis sosial terkait mitigasi, pembebasan lahan,
relokasi, kompensasi
Apakah rencana jalur KA tersebut sudah ditetapkan  Pertimbangan dan jenis bentuk kerjasam
e. Kajian Bentuk Kerjasama
bentuk kerjasamanya

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN KALIMANTAN TIMUR 3 - 31


Tabel 3.8 Daftar Rumusan Kriteria Dalam Penyusunan RIP KA Kalimantan Timur
No. Kelompok Penggunaan Daftar Kriteria yang Diusulkan Penjelasan Sumber/justifikasi/ penjelasan
f. Kajian Kebutuhan Dukungan
Pemerintah/Jaminan
Pemerintah
Apakah rencana jalur KA tersebut sudah ada  Dukungan pemerintah fiskal
 Dukungan Pemerintah
dukungan pemerintah pusat dan daerah  Dukungan pemerintah non fiskal
Apakah rencana jalur KA tersebut sudah ada Jaminan Pemerintah diberikan oleh Menteri
 Jaminan pemerintah jaminan pemerintah Keuangan dan/atau Badan Usaha Penjaminan
Infrastruktur

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN KALIMANTAN TIMUR 3 - 32


3.5.2 METODA ANALISIS POLA PERGERAKAN
Analisis pola pergerkan orang dan barang inter dan intra zona dalam wilayah yang
ditinjau serta proyeksinya (20 tahun mendatang. Analisis pola pergerakan dalam
review studi perencanaan kereta api terdahulu dilakukan untuk mendapatkan
beberapa informasi pokok berikut:
a. Potensi penggunaan moda KA pada jalur KA yang akan
dibangun/dioperasikan, sebagai masukan untuk analisis kelayakan finansial
(revenue tariff) dan setting sistem operasi KA (gapeka dan kebutuhan sarana).
b. Dampak/manfaat investasi pada pembangunan/peningkatan jalur KA
(baru/eksisting) terhadap kinerja jaringan transportasi (time and cost savings)
dan perekonomian wilayah (opportunity) sebagai masukan dalam analisis
kelayakan ekonomi.

Adapun proses analisis pola pergerakan dilakukan dengan model transportasi empat
tahap (four stages transport models) seperti yang dijelaskan pada Gambar berikut.

Base matrix Data lalu lintas/ Data statistik dan Data sistem transportasi Data perilaku
(OD ATTN 2016): pergerakan Th 2023: tata ruang: (eksisting dan rencana): pasar/stated
 MAT Tahun 2016  Traffic count jalan  Sosial ekonomi  Jaringan prasarana preference
 Bangkitan/tarikan  Lalu lintas simpul  Rencana tata  Jaringan pelayanan (market survey):
(orang-barang) (terminal, ruang/pengem-  Operasional (waktu,  Kriteria
Tahun 2016 pelabuhan, stasiun, bangan wilayah biaya, keselamatan, perjalanan
bandara) ketepatan)  Preferensi moda

ME2 (Matrix
Estimation from
Maximum Entropy)

OD Matrix Th 2023 Multi linear


(base year): regression
 MAT Th 2061
 Bangkitan/ tarikan
(orang-barang)
Tahun 2016
 Trip generation Gravity Model/
model Furness Model
 Prediksi
bangkitan/ tarikan
(orang-barang)
s.d 20 tahun y.a.d
 Trip distribution Logit model
model
 Prediksi MAT
(orang-barang)
s.d 20 tahun y.a.d
 Modal split model Network
 Prediksi simulation
penggunaan moda (PTV VISUM)
(KA dan moda lain)
s.d 20 tahun y.a.d

 Model pembebanan
jaringan
 Prediksi penggunaan
jalur KA
 Prediksi kinerja
jaringan transportasi
(biaya, waktu, energi,
emisi)

Gambar 3.6 Proses Pemodelan Transportasi Untuk Analisis Pola Pergerakan

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 33
KALIMANTAN TIMUR
3.5.3 METODA KAJIAN TOPOGRAFI DAN STRUKTUR TANAH
Kegiatan kajian topografi dan struktur tanah dilakukan dalam 2 konteks pokok
berikut:
a. Mengkaji potensi dari kondisi lokasi yang bersangkutan untuk dapat
memenuhi standar teknis jalur KA yang berlaku (gradient, radius, kekuatan
tanah).
b. Mengidentifikasi langkah teknis yang diperlukan jika pada lokasi tertentu
diperlukan penanganan untuk memenuhi standar teknis yang dipersyaratkan
tersebut (misalnya: pengalihan trase, galian/timbunan, penyediaan
jembatan/gorong-gorong, perbaikan tanah, dlsb).

Metoda kajian topografi dan daya dukung tanah dilakukan dengan langkah-langkah
seperti yang disampaikan pada gambar berikut. Survey koridor amatan dilakukan
untuk mengambil sampel kondisi topografi, geologi, hambatan, dan penggunaan
lahan di lokasi rencana rute/koridor/jalur KA untuk melengkapi data karakteristik
umum yang diperoleh dari peta dasar yang ada.

PETA DASAR STANDAR TEKNIS JALUR KA


 Topografi (Bakosurtanal)  Gradient maximum
 Geologi (Ditjen Geologi)  CBR minimum (axle load)
 Penggunaan lahan  Radius minimum
(Bappeda)  RUMIJA/RUMAJA/RUWASJA

DELENIASI
PETA

KARAKTERISTIK UMUM
 Kecenderungan umum
 Lokasi gradient tinggi (bukit, lembah)
 Lokasi hambatan (sungai, jalan, jaringan)
 Lokasi rawan (patahan, banjir, longsor)
 Lokasi DDT rendah (rawa/gambut, lempung) KAJIAN
PEMENUHAN
STANDAR TEKNIS
SURVEY KORIDOR AMATAN
(SAMPLING) REKOMENDASI TEKNIS
(GPS, penyelidikan tanah (jika perlu))  Standar teknis optimal
 Lokasi kritis (curam, DDT
KARAKTERISTIK KHUSUS rendah, hambatan alam, rawan)
 Topografi daerah kritis (gradient tinggi)  Rekomendasi trase jalur KA
 Daya dukung tanah pada sampel lokasi  Penanganan (galian/timbunan,
 Ukuran hambatan (lebar, luas, dll) jembatan, perbaikan tanah,
 Lokasi potensi (tambang, industri, dll) jembatan

Gambar 3.7 Metoda Kajian Topografi dan Struktur Tanah

3.5.4 METODA PRA-DESAIN JALUR KERETA API


Dalam KAK, kegiatan ini tidak secara spesifik disampaikan dalam lingkup pekerjaan.
Namun kegiatan ini perlu dilakukan dalam rangka merencanakan pembangunan
jaringan KA, pola operasi, serta kebutuhan sarana perkeretaapian. Data ini

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 34
KALIMANTAN TIMUR
dibutuhkan untuk melakukan analisis estimasi biaya investasi prasaran dan sarana KA
dan analisis kelayakan setiap jalur KA.

Data kondisi koridor: Standard Desain: Data transportasi:


 Topografi  UU dan PP perkeretaapian  Perkiraan volume angkutan
 Hambatan  PM no. 60 Tahun 2012 (orang dan barang)
 Geologi/daya dukung tanah  IUC dan AREMA standard  Pola pegerakan (asal-tujuan,
 Land use/penggunaan lahan  Vendor standard (GE, INKA) rute, peak/off peak)

Pra-desain Geometrik/Alinemen Identifikasi lokasi stasiun


Jalur KA (horisontal-vertikal) (loading/un-loading)

Identifikasi lokasi Pra-desain Analisis sistem


jembatan/gorong2 Jembatan KA operasi KA (gapeka)

Identifikasi kebutuhan Identifikasi lokasi Pra-desain


sarana (rolling stock) stasiun langsiran stasiun KA

Gambar Pra-Desain Spesifikasi Teknis Estimasi Biaya

Gambar 3.8 Proses Pra-Desain Jalur KA dan Simulasi Pengoperasian Kereta Api

Dari tahap pra-desain jalur KA ini akan diperoleh beberapa hasil sebagai berikut:
1. Data pra-desain jalur KA, meliputi:
a. Desain awal dan spesifikasi teknis prasarana jalur relkereta api terkait
dengan penampang melintang (ruang manfaat jalur KA, ruang milik jalur
KA, ruang pengawasan jalur KA) lebar sepur, kecepatan rencana KA,
gradient maksimum, tipe rel.
b. Lokasi dan desain awal stasiun penumpang dan barang (loading dan
unloding) termasuk pola operasional stasiun.
c. Gambaran kasar mengenai rencana trase jalur kereta api, yang
mencakup trase/koridor jalur KA termasuk stasioning, alinyemen
horizontal dan alinyemen vertikal (jika diperlukan).
d. Perkiraan/estimasi biaya investasi prasarana kereta api.

2. Data pola operasional KA, meliputi operasional kereta api yakni: kecepatan
KA, kapasitas KA, jam dan hari operasional, waktu berhenti di stasiun, tarif KA,
waktu perjalanan, stamformasi rangkaian KA.
3. Data kebutuhan sarana KA sesuai pra desain jalur KA dan pola operasional KA
yang meliputi:

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 35
KALIMANTAN TIMUR
a. Jenis sarana KA yang digunakan (tipe sarana, jenis teknologi, kapasitas
dan ketersediaan sarana KA)
b. Kebutuhan lokomotif, kereta penumpang (ekonomi dan non ekonomi),
gerbong barang (gerbong tertutup, gerbong terbuka, gerbong tangki).
c. Perkiraan/estimasi biaya investasi sarana kereta api.

3.5.5 METODA ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI DAN FINANSIAL


Proses analisis kelayakan ekonomi dan finansial sangat diperlukan sebagai dasar
dalam menentukan skema pendanaan serta mengidentifikasi potensi KPBU dari
setiap rencana jalur kereta api. Pendekatan analisis kelayakan ekonomi dan finansial
memiliki perbedaan mendasar dalam asumsinya. Pada dasarnya kajian ekonomi
biaya dan manfaat dilihat dari sudut pandang masyarakat/publik, sedangkan dari
pendekatan analisis finansial/keuangan sudat pandang lebih kearah pada
kepentingan investor (sektor private/lembaga tertentu).

Tabel 3.9 Perbedaan Pendekatan Analisis Kelayakan Ekonomi dan Finansial


No. Aspek Kajian Ekonomi Kajian Keuangan/Finansial
Private/swasta atau lembaga
a. Sudut Pandang Masyarakat luas/publik
tertentu
Pengembalian dan keuntungan
b. Tujuan Efisiensi ekonomi
investasi
c. Kriteria NPV, BCR, EIRR NPV, FIRR, BEP
Proyek untuk masyarakat, Proyek swasta untuk kepentingan
d. Aplikasi
dilakukan oleh Pemerintah bisnis (profit oriented)
Komponen Biaya
e. Langsung dan tidak langsung langsung kepada proyek (return)
dan Manfaat
mekanisme pasar
shadow prices
pajak
f. Penetapan Harga transfer prices
subsidi
tingkat bunga
tingkat bunga (dalam/luar negeri)

Adapun aplikasi pendekatan analisis kelayakan ekonomi dan finansial dalam


pekerjaan ini secara prosedural. Estimasi biaya finansial dan ekonomi memiliki sedikit
perbedaan dari aspek penilaiannya (market/riil cost vs shadow price/ reallocation),
sedangkan dari aspek pengembalian, pendekatan ekonomi menggunakan manfaat
yang dirasakan publik, sementara pendekatan finansial menggunakan pendapatan
operasional dari pengguna kereta api.

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 36
KALIMANTAN TIMUR
ESTIMASI BIAYA ESTIMASI REVENUE DAN MANFAAT

Pra-desain jalur kereta api Analisis pola pergerakan


(Sub Bab 2.5.5) (Sub Bab 2.5.3)

Estimasi Biaya:
- Investasi prasarana-sarana
Dampak jalur Lalulintas angkutan
- Operational-maintenace
kereta api kereta api (orang-
barang)

Financial cost Economic cost Manfaat Pendapatan


(market price) (shadow price) (cost saving) (revenue)

Economic feasibility indicators

Financial feasibility indicators

Gambar 3.9 Prosedur Pelaksanaan Analisis Ekonomi dan Finansial

3.5.6 METODA PENYUSUNAN RENCANA, PRIORITAS DAN TAHAPAN


Kegiatan penyusunan rencana, prioritas dan tahapan pengembangan jalur KA
dilakukan untuk memenuhi lingkup pekerjaan dalam KAK Butir 4 huruf f. Metoda
yang digunakan adalah dengan pendekatan analisis multi kriteria (AMK) untuk
menyusun prioritas pembangunan/pengembangan dari rencana jaringan jalur kereta
api Pulau Kalimantan. Proses ini dilakukan dengan menilai setiap jalur KA berdasarkan
kriteria prioritas pengembangan.

Terdapat banyak sekali metoda aplikasi dari pendekatan AMK, namun yang paling
banyak digunakan adalah AHP (Analytical Hierarchy Process). Adapun proses aplikasi
AHP dalam pekerjaan ini disampaikan pada gambar berikut.

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 37
KALIMANTAN TIMUR
RENCANA JARINGAN JALUR KA
KALIMANTAN TIMUR KRITERIA PRIORITAS
PEMBANGUNAN (TABEL 2.8)
 Jalur 1  K1: Aspek ekonomi
 Jalur 2  K2: Aspek finansial
 Jalur 3  K3: Dampak sosial
 .......  K4: Dampak lingkungan
 Jalur n  K5: Aspek politis

 MODELLING TRANSPORT
 ANALISIS KELAYAKAN
 KAJIAN TOPOGRAFI/DDT WEIGHTING CRITERIA
 KAJIAN DAMPAK (BY STAKEHOLDERS VIA FGD)

ESTIMASI INDIKATOR KINERJA BOBOT SETIAP KRITERIA


SETIAP RENCANA JALUR KA PRIORITAS PEMBANGUNAN
 Kelayakan ekonomi, finansial  K1: a%
 Jumlah relokasi, konversi  K2: b%
 Konsumsi energi, emisi gas  K3: c%
buang  K4: d%
 Lokasi rawan hankam  K5: e%
 ...............
PERFORMANCE SCORING OVERALL PERFORMANCE
(EXPERT PANEL) (WEIGHTED SCORES)

SKOR KINERJA SETIAP NILAI KESELURUHAN KINERJA SETIAP RENCANA


RENCANA JALUR KA JALUR KA (PERFORMANCE MATRIX)

 Jalur 1 = p11, p12, p13, p14, p15  Jalur 1 = p11*a + p12*b + p13*c +p14*d + p15*e
 Jalur 2 = p21, p22, p23, p24, p25  Jalur 2 = p21*a + p22*b + p23*c +p24*d + p25*e
 Jalur 3 = p31, p32, p33, p34, p35  Jalur 3 = p31*a + p32*b + p33*c +p34*d + p35*e
 .......  .......
 Jalur n = pn1, pn2, pn3, pn4, pn5  Jalur n = pn1*a + pn2*b + pn3*c +pn4*d + pn5*e

Gambar 3.10 Prosedur Aplikasi AMK (AHP) dalam Menyusun Prioritas Pengembangan dan
Pembangunan Jalur KA

Dalam setiap metoda AMK, khususnya AHP, yang diaplikasikan untuk pekerjaan ini,
terdapat 2 proses utama (key features) yakni: (1) proses skoring dan pembobotan
(scoring and weighting) dan (2) pembentukan matriks kinerja (performance matrix).
Adapun penjelasan mengenai kedua proses tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pembobotan dan Penilaian (Weighting and Scoring)
Perbandingan bobot relatif (relative weighting) antar kriteria dihasilkan dari
penilaian stakeholders terkait yang disertakan dalam FGD. Pembobotan
(weighting) diperoleh dari pairwise comparison hasil persepsi para responden.
Formulir pairwise comparison ini merupakan bagian dari formulir survey
wawancara yang disampaikan pada lampiran.

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 38
KALIMANTAN TIMUR
Penilaian (scoring) untuk jumlah program yang banyak paling cocok dilakukan
dengan pendekatan expert judgement (diwakili oleh panel tenaga ahli). Dalam hal
ini proses skoring dapat diminimalisir porsi judgemental-nya jika variabel alternatif
diusahakan berupa data kuantitatif yang dapat diperbandingkan secara langsung
besarannya.

b. Pembentukan Matriks Kinerja (Performance Matrix)


Matriks kinerja (performance matrix) merupakan representasi dari kapabilitas suatu
rencana jalur KA dalam memenuhi seluruh kriteria prioritas pengembangan yang
ditetapkan (overall performance). Dengan adanya matriks kinerja ini akan dapat
ditetapkan preferensi umum (overall preference) dari setiap rencana jalur KA
(diprioritaskan/lebih didahulukan pembangunan/ pengembangannya). Penyimpulan
dari hasil AMK berupa matriks kinerja ini adalah sebagai berikut:
1. Preferensi/prioritas untuk setiap rencana jalur KA ditentukan oleh besarnya nilai
kinerja keseluruhan (weighted scores) di mana jalur yang memiliki jumlah
weighted score yang lebih besar akan lebih berpotensi untuk diprioritaskan;
2. Kaidah No. 1 dapat tidak dindahkah, jika ada kebijakan khusus (over-rule) bagi
suatu jalur yang jumlah weighted scores yang lebih rendah untuk diprioritaskan.

3.5.7 METODA IDENTIFIKASI POTENSI KPBU SETIAP RENCANA JALUR KA


Kegiatan identifikasi potensi KPBU setiap rencana jalur KA dilakukan dilakukan
dengan menilai setiap jalur KA berdasarkan kriteria potensi skema KPBU.
Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya kriteria skema KPBU ditetapkan mengacu
pada pengaturan mengenai pelaksanaan KPBU infrastruktur transportasi yang mana
telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. PM. 83 Tahun 2010
tentang Panduan Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur Transportasi.

Tabel 3.10 Prosedur Identifikasi Potensi KPBU


Kriteria potensi KPBU*)
Kesesuaian
Kesiapan Prastudi Kelayakan
Rencana
Rencana Rekomen
No Dok Duku-
Jalur KA Lingku- -dasi
RPJM/ PPP Kela- Bentuk ngan
Hukum Teknis ngan dan
Renstar/ Book yakan Kerjasama Peme-
Sosial
Renja rintah
1 Jalur 1
2 Jalur 2
3 Jalur 3
......
n Jalur n
Keterangan: Tabel ini akan diisi dari hasil pengumpulan data dan analisis yang dilakukan

Penilaian terhadap setiap kriteria potensi KPBU akan dilakukan secara relatif antara
satu jalur dengan jalur lainnya, dimana jalur yang mampu memberikan tampilan
terbaik akan diberikan nilai tertinggi (yakni: 10), sedangkan jalur lainnya akan dinilai
secara proporsional terhadap jalur tertinggi tersebut.
Jika suatu rencana jalur KA dianggap memiliki potensi untuk di-KPNU-kan cukup
tinggi, maka selanjutnya akan disusun rekomendasi tindak lanjut khususnya

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 39
KALIMANTAN TIMUR
berkaitan dengan skema pendanaan/KPBU (kontrak manajemen, konsesi, divestasi,
dll) yang diusulkan, pembagian resiko (risk sharing), dan juga bentuk dukungan
pemerintah yang diperlukan.

3.5.8 METODA PENYUSUNAN RENCANA INVESTASI


Kegiatan penyusunan rencana investasi setiap koridor jalur KA dilakukan untuk
memenuhi lingkup pekerjaan dalam KAK Butir 4 huruf h. Proses ini dilakukan dengan
menyusun buku dokumen rencana investasi jalur KA yang akan dijadikan sebagai
dokumen yang akan ditawarkan kepada investor dalam pembangunan dan
pengoperasian jalur KA.
Dokumen rencana investasi yang berisikan seluruh analisis teknis, transportasi,
operasional dan kelayakan jalurb KA seperti disampaikan pada tabel berikut.

Tabel 3.11 Rumusan Kerangka Dokumen Rencana Investasi


No Bagian Penjelasan Kerangka Dokumen

1. Bagian 1 Deskripsi Menggambarkan kondisi a. Usulan jalur KA


Umum Koridor umum koridor jalur KA b. Afirmasi usulan jalur KA terhadap
dokumen perencanaan wilayah dan
transportasi dan usulan stakeholders
c. Kemajuan Rencana Jalur KA (hasil
kajian perencanaan dan pembangunan
jalur KA)
2. Bagian 2 Analisis Menetapkan Trase jalur a. Analisis kriteria teknis penetapan trase
Teknis Penetapan KA secara teknis agar sesuai dengan standar teknis jalur
Trase Jalur KA KA
b. Penetapan trase jalur KA
3. Bagian 3 Analisis Mengetahui pola a. Analisis pola pergerakan penumpang
Transportasi pergerakan, prediksi dan barang
pengguna moda KA, b. Prediksi pengguna moda KA
loading profile moda KA, c. Loading profile perjalanan moda KA
pola operasional KA dan d. Analisis pola operasional KA
kebutuhan sarana KA e. Kebutuhan sarana KA
4. Bagian 4 Analisis Mengetahui tingkat a. Tahapan kelayakan
Kelayakan kelayakan ekonomi dan b. Komponen biaya, manfaat dan
finansial pendapatan
c. Analisis kelayakan ekonomi dan
finansial
5. Bagian 5 Mengetahui seberapa a. Penilaian Potensi Skema KPBU
Rekomendasi besar potensi jalur KA b. Permasalahan (teknis, finansial,
Potensi Skema didanai melalui skema perencanaan, kelembagaan,
KPBU KPBU c. Rekomendasi Skema KPBU
Keterangan: Tabel ini hanya sebagai ilustrasi, akan diisi pada saat analisis

3.5.9 METODA RUMUSAN ARAH KEBIJAKAN DAN LANGKAH STRATEGIS


Kegiatan penyusunan rumusan arah kebijakan serta langkah-langkah strategis
Pemerintah Pusat maupun Daerah rencana dalam rangka pengembangan jalur KA di
wilayah Kalimantan Timur.
Proses kegiatan ini meliputi:
a. Penetapan Arah Kebijakan dan Peranan Fungsi Jaringan Jalur KA

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 40
KALIMANTAN TIMUR
Penetapan arah kebijakan dan peranan fungsi jaringan jalur KA Kalimantan Timur
tidak terlepas dari pertimbangan-pertimbangan yang mempengaruhinya.
Pertimbangan tersebut dilihat dari pertimbangan aspek normatif, akademis
(teknis ekonomis) dan faktual eksisting dan rencana (kondisi lapangan).

Tabel 3.12 Pertimbangan Penetapan Arah Kebijakan dan Peranan Jalur KA


No. Pertimbangan Deskripsi

1. Aspek normatif a. jaringan jalur kereta api di Pulau Kalimantan dikembangkan untuk apa?
b. apa fokus dari peranan yang difungsikan perkeretaapian (moda kereta
api) di Kalmantan?
c. apa kriteria dan batasan yang perlu dipertimbangkan dalam
pengembangan jalur KA?
2. Aspek a. pertimbangan karakteristik spesifik (keunggulkan/kelemahan) komparatif
akademis moda KA
b. kelayakan teknis jalur KA
c. kelayakan ekonomi dan finansial
3. Aspek faktual a. potensi komoditas ekonomi yang cukup besar (potensi sumber daya
eksisting dan alam seperti batubara dlsb)
rencana b. rencana pengembangan wilayah dan transportasi baik skala lokal,
nasional dan regional (dengan negara lain)

Arahan peranan angkutan (modal share) dan target pengembangan jaringan jalur
KA di Kalimantan Timur disesuaikan dengan target penyelenggaraan
perkeretaapian nasional yang ada dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional
yaitu: Mewujudkan layanan jaringan jalur KA yang memiliki pangsa pasar angkutan
penumpang sebesar 11%-13% dan angkutan barang 15%-17%.

b. Langkah Strategis
Untuk menjalankan seluruh rangkaian kegiatan dan tahapan pengembangan jalur
KA Pulau Kalimantan, perlu dilakukan langkah-langkah strategis yang dilakukan
oleh seluruh stakeholders yang terkait baik pemerintah pusat, pemerintah daerah,
operatormaupun investor (pihak swasta).

Tabel 3.13 Langkah-Langkah Strategis


Jadwal dan Target
No Item Langkah Strategis
Pencapaian Kegiatan
1. Legal/dasar hukum
2. Kelembagaan
3. Pendanaan
4. Teknis
5. Operasional
6. Lain-Lain
Keterangan: tabel di atas hanya ilustrasi dan diisi pada saat analisis

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 41
KALIMANTAN TIMUR
3.5.10 METODA PERUMUSAN NASKAH AKADEMIS DAN DRAFT
RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR
Perumusan naskah akademis, yang didahului dengan penetapan arah kebijakan dan
langkah strategis, serta penulisan draft Pergub Kaltim tentang RIP KA Kalimantan
Timur.
Metoda perumusan naskah akademis ini mengikuti ketentuan dalam Perpres No. 68
Tahun 2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan RUU, RaPerpu, RPP dan Raprepres
serta Keputusan Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional Nomor G-159.PR.09.10
Tahun 1994 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Naskah Akademik Peraturan
Perundang-undangan.
Pada prinsipnya naskah akademis akan memuat beberapa hal pokok berikut ini:
1. Pendahuluan, yang mencakup materi mengenai: latar belakang, tujuan dan
kegunaan yang yang ingin dicapai, metoda pendekatan yang digunakan, serta
dasar hukum dari peraturan yang disusun;
2. Ruang lingkup naskah akademis (materi yang hendak diatur) yang
berkaitangan dengan pengertian/definisi yang digunakan, materi aturan,
saksi administratif, serta peraturan peralihan (jika diperlukan);
3. Kesimpulan dan saran yang mencakup resume atas hasil kajian yang
mendasari perlunya pengaturan, bentuk/jenis pengaturan yang tepat, serta
pokok-pokok pengaturan yang minimal harus diatur;
4. Lampiran-lampiran, yang mencakup daftar pustaka dan acuan, serta hasil
kajian/ penelitian yang mendukung materi pengaturan yang disusun.

Penulisan draft Rapermen akan mengikuti format yang umum dilakukan di


lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Sehubungan dengan muatan
dalam RIP ini cukup besar, maka kemungkinan bentuk Pergub-nya akan terdiri dari
pasal-pasal pokok sebagai pengantar yang dilengkapi dengan lampiran berupa
dokumen RIP KA Kalimantan Timur sebagai bagian yang tak terpisahkan.

LAPORAN PENDAHULUAN – STUDY PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN


3 - 42
KALIMANTAN TIMUR

Anda mungkin juga menyukai