A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi
Metode transformasi Laplace merupakan salah satu metode dalam menyelesaikan persamaan
diferensial untuk fungsi kontinu maupun fungsi tak kontinu. Pengkajian mengenai transformasi
Laplace diawali dengan memberikan definisi transformasi Laplace dan menurunkan beberapa sifat
dalam transformasi Laplace yang akan digunakan dalam menyelesaikan persamaan diferensial
untuk fungsi kontinu dan fungsi tak kontinu.
2. Kemampuan Akhir
Kemampuan akhir yang diharapkan dengan mempelajari bab ini adalah pembaca mampu
menerapkan transformasi Laplace dalam penyelesaian persamaan diferensial untuk fungsi kontinu
dan fungsi tak kontinu.
3. Indikator
(a) Menentukan transformasi Laplace pada fungsi-fungsi kontinu mapun fungsi tak kontinu.
(b) Menyelesaikan persamaan diferensial dengan metode transformasi Laplace.
B. TRANSFORMASI LAPLACE
Sebarang fungsi 𝑓(𝑡) pada bilangan riil dapat diterjemahkan sebagai suatu mesin dengan input
sebarang elemen pada bilangan riil dan output juga berupa elemen pada bilangan riil. Misalnya pada mesin
𝑓(𝑡) yang didefinisikan sebagai 𝑓(𝑡) = 𝑡 2 , artinya apabila diinput sebarang elemen 𝑡 pada bilangan riil
maka mesin 𝑓(𝑡) akan memberikan output berupa 𝑡 2 . Dengan meniru cara kerja mesin 𝑓(𝑡), akan dibentuk
mesin baru ℒ{𝑓(𝑡)} tetapi input mesin ini berupa fungsi 𝑓(𝑡) dalam domain 𝑡 dengan output berupa fungsi
𝐹(𝑠) dalam domain 𝑠. Mesin ini disebut mesin Laplace, menghormati Pierre Simon de Laplace seorang
matematikawan Perancis yang pertama kali mengenalkan mesin ini. Mesin Laplace ini kedepannya akan
digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial, baik dengan koefisien konstan maupun koefisien
variabel, bahkan dengan metode Laplace dapat diselesaikan persamaan diferensial untuk orde yang lebih
tinggi. Terlebih dahulu diberikan definisi dan cara kerja mesin Laplace sebagai berikut.
Definisi 6.1. Transformasi Laplace dari fungsi 𝑓(𝑡) dengan 0 ≤ 𝑡 < ∞ adalah fungsi 𝐹(𝑠) = ℒ{𝑓(𝑡)}
didefinisikan sebagai
∞ 𝑇
Menggunakan Definisi 6.1, dapat menurunkan transformasi laplace dari beberapa fungsi sebagai
berikut.
Contoh 6.1. Tentukan transformasi Laplace dari fungsi 𝑓(𝑡) = 𝑘 dengan 𝑘 sebarang konstan, untuk setiap
𝑡 ≥ 0.
Jawab :
∞
ℒ{𝑘} = ∫0 𝑒 −𝑠𝑡 ∙ 𝑘 𝑑𝑡
𝑇
= lim ∫0 𝑒 −𝑠𝑡 ∙ 𝑘 𝑑𝑡
𝑇→∞
1 𝑇
= 𝑘 ∙ lim [− 𝑠 𝑒 −𝑠𝑡 ]
𝑇→∞ 0
1 1
= 𝑘 ∙ lim (− 𝑠 𝑒 −𝑠𝑇 + 𝑠 𝑒 0 )
𝑇→∞
1 1
= 𝑘 ∙ lim (− 𝑠 𝑒 −𝑠𝑇 ) + lim (𝑠 )
𝑇→∞ 𝑇→0
1 𝑘
= 𝑘 ∙ (0 + 𝑠 ) =
𝑠
𝑘
Jadi ℒ{𝑘} = 𝑠 , dimana 𝑠 > 0.
Contoh 6.2. Tentukan transformasi Laplace dari fungsi 𝑓(𝑡) = 𝑡 untuk setiap 𝑡 ≥ 0.
Jawab :
∞
ℒ{𝑡} = ∫0 𝑒 −𝑠𝑡 ∙ 𝑡 𝑑𝑡
𝑇
= lim ∫0 𝑒 −𝑠𝑡 ∙ 𝑡 𝑑𝑡
𝑇→∞
𝑡 1 𝑇
= lim [− 𝑠 𝑒 −𝑠𝑡 − 𝑠2 𝑒 −𝑠𝑡 ] , 𝑠≠0
𝑇→∞ 0
𝑇 1 −𝑠𝑇 1
= lim (− 𝑒 −𝑠𝑇 − 𝑒 + 0 + 2)
𝑇→∞ 𝑠 𝑠2 𝑠
𝑇 1 1
= − lim (𝑠𝑒 𝑠𝑇 ) − lim (𝑠2 𝑒 𝑠𝑇 ) + 𝑠2
𝑇→∞ 𝑇→0
1 1
= 0 + 0 + 𝑠2 = 𝑠2 , 𝑠 > 0
1 1
Jadi transformasi Laplace dari fungsi 𝑓(𝑡) = adalah dengan 𝑠 > 0.
𝑠2 𝑠2
Contoh 6.3. Tentukan transformasi Laplace dari fungsi 𝑓(𝑡) = 𝑒 𝑎𝑡 untuk setiap 𝑡 ≥ 0.
Jawab :
∞
ℒ{𝑒 𝑎𝑡 } = ∫0 𝑒 −𝑠𝑡 ∙ 𝑒 𝑎𝑡 𝑑𝑡
𝑇
= lim ∫0 𝑒 (𝑎−𝑠)𝑡 𝑑𝑡
𝑇→∞
𝑇
𝑒 (𝑎−𝑠)𝑡
= lim [ ] , 𝑠≠0
𝑇→∞ 𝑎−𝑠 0
𝑒 (𝑎−𝑠)𝑅 1
= lim [ 𝑎−𝑠
− 𝑎−𝑠]
𝑇→∞
1 1
=− = , 𝑠>𝑎
𝑎−𝑠 𝑠−𝑎
1 1
Jadi transformasi Laplace dari fungsi 𝑓(𝑒 𝑎𝑡 ) = 𝑠−𝑎 adalah 𝑠−𝑎 dengan 𝑠 > 𝑎.
Contoh 6.4. Tentukan transformasi Laplace dari fungsi 𝑓(𝑡) = sin 𝑏𝑡 untuk setiap 𝑡 ≥ 0.
Jawab :
∞
ℒ{sin 𝑏𝑡} = ∫0 𝑒 −𝑠𝑡 ∙ sin 𝑏𝑡 𝑑𝑡
𝑇
= lim ∫0 𝑒 −𝑠𝑡 ∙ sin 𝑏𝑡 𝑑𝑡
𝑇→∞
𝑇
𝑒 −𝑠𝑡
= lim [− 𝑠2 +𝑏2 (𝑠 ∙ sin 𝑏𝑡 + 𝑏 ∙ cos 𝑏𝑡)] , 𝑠 ≠ 0
𝑇→∞ 0
𝑏 𝑒 −𝑠𝑡
= lim [𝑠2 +𝑏2 − 𝑠2 +𝑏2 (𝑠 ∙ sin 𝑏𝑇 + 𝑏 ∙ cos 𝑏𝑇)]
𝑇→∞
𝑏
= 𝑠2 +𝑏2 , untuk setiap 𝑠 > 0
𝑏
Jadi transformasi Laplace dari fungsi 𝑓(𝑡) = sin 𝑏𝑡 adalah 𝑠2 +𝑏2 dengan 𝑠 > 0.
Contoh 6.5. Tentukan transformasi Laplace dari fungsi 𝑓(𝑡) = cos 𝑏𝑡 untuk setiap 𝑡 ≥ 0.
Jawab :
∞
ℒ{cos 𝑏𝑡} = ∫0 𝑒 −𝑠𝑡 ∙ cos 𝑏𝑡 𝑑𝑡
𝑇
= lim ∫0 𝑒 −𝑠𝑡 ∙ cos 𝑏𝑡 𝑑𝑡
𝑇→∞
𝑇
𝑒 −𝑠𝑡
= lim [𝑠2 +𝑏2 (−𝑠 ∙ cos 𝑏𝑡 + 𝑏 ∙ sin 𝑏𝑡)] , 𝑠 ≠ 0
𝑇→∞ 0
𝑒 −𝑠𝑡 𝑠
= lim [𝑠2 +𝑏2 (−𝑠 ∙ cos 𝑏𝑇 + 𝑏 ∙ sin 𝑏𝑇) + 𝑠2 +𝑏2 ]
𝑇→∞
𝑠
= 𝑠2 +𝑏2 , untuk setiap 𝑠 > 0
𝑠
Jadi transformasi Laplace dari fungsi 𝑓(𝑡) = cos 𝑏𝑡 adalah 𝑠2 +𝑏2 dengan 𝑠 > 0.
Berikut diberikan ringkasan transformasi Laplace dari beberapa fungsi, untuk fungsi lainnya dapat
diperoleh dengan memanfaatkan Definisi 6.1.
1. 1 1 6. 𝑒 𝑎𝑡 1
𝑠 𝑠−𝑎
2. 𝑡 1 7. cos 𝑤𝑡 𝑠
𝑠2 𝑠2 + 𝑤 2
3. 𝑡2 2! 8. sin 𝑤𝑡 𝑤
𝑠3 𝑠2 + 𝑤2
4. 𝑡𝑛 𝑛! 9. cosh 𝑎𝑡 𝑠
𝑠 𝑛+1 𝑠2 − 𝑎2
Apabila diberikan fungsi 𝑓(𝑡) dan 𝑔(𝑡), tentu jumlahan, selisih, dan hasil kali fungsi 𝑓(𝑡) dan 𝑔(𝑡)
juga merupakan fungsi dalam variabel 𝑡. Sehingga apabila ℒ{𝑓(𝑡)} dan ℒ{𝑔(𝑡)} berturut-turut
menunjukkan transformasi Laplace dari 𝑓(𝑡) dan 𝑔(𝑡), dapat dicari transformasi Laplace dari (𝑓 + 𝑔)(𝑡),
(𝑓 − 𝑔)(𝑡), begitu juga kelipatan dari fungsi 𝑓(𝑡) dan 𝑔(𝑡) yang disebut sifat linier pada transformasi
Laplace yang diberikan sebagai berikut.
Teorema 6.1 (Linearitas Transformasi Laplace). Untuk setiap fungsi 𝑓(𝑡), 𝑔(𝑡) dan konstanta 𝑎 dan 𝑏,
berlaku :
Contoh 6.6. Tentukan transformasi Laplace dari fungsi 𝑓(𝑡) = 𝑡 2 − sin 2𝑡 + 100.
Jawab : Transformasi Laplace dari fungsi 𝑓(𝑡) = 𝑡 2 − sin 2𝑡 + 100 dengan memanfaatkan sifat linieritas
pada Teorema 6.1 diperoleh :
2! 2 100
Sehingga transformasi Laplace dari fungsi 𝑓(𝑡) = 𝑡 2 − sin 2𝑡 + 100 adalah 𝑠3 − 𝑠2 +4 + 𝑠
.
Contoh 6.7. Tentukan transformasi Laplace dari fungsi 𝑓(𝑡) = cos2 3𝑡.
Jawab : Transformasi Laplace dari fungsi 𝑓(𝑡) = cos 2 3𝑡 dengan memanfaatkan sifat linieritas diperoleh :
1 1
ℒ{cos2 3𝑡} = ℒ {2 cos 6𝑡 + 2}
1 1
= ℒ { cos 6𝑡} + ℒ { }
2 2
1 𝑠 1
= ∙ +
2 𝑠2 +36 2𝑠
Transformasi Laplace dari hasil kali fungsi 𝑓(𝑡) dan 𝑔(𝑡) tidak bersifat linier artinya,
ℒ{𝑓(𝑡) 𝑔(𝑡)} ≠ ℒ{𝑓(𝑡)}ℒ{𝑔(𝑡)}. Tetapi apabila pada hasil kali fungsi 𝑓(𝑡) dan 𝑔(𝑡) salah satu fungsinya
merupakan fungsi eksponensial, maka dapat dicari transformasi Laplace dari hasil kali fungsi eksponensial
dengan sebarang fungsi dalam 𝑡 yang dijelaskan sebagai berikut.
Bukti.
= 𝐹(𝑠 − 𝑎)
3!
= 𝑠4 |
𝑠→(𝑠+2)
3!
= (𝑠+2)4
Contoh 6.9. Tentukan transformasi Laplace dari fungsi 𝑓(𝑡) = 𝑒 2𝑡 sin 2𝑡 cos 2𝑡.
1
= ℒ { sin 4𝑡}|
2 𝑠→(𝑠−2)
1 4
= |
2 𝑠2 +16 𝑠→(𝑠−2)
2 2
= (𝑠−2)2 +16 = 𝑠2 −4𝑠+20
Ketika nanti menyelesaikan persamaan diferensial akan muncul tahapan dalam mencari invers dari
transformasi Laplace. Secara sederhana, pada mesin Laplace memiliki input fungsi 𝑓(𝑡) dan output 𝐹(𝑠),
sedangkan mesin invers Laplace memiliki input fungsi 𝐹(𝑠) dan output 𝑓(𝑡) yang didefinisikan sebagai
berikut.
Definisi 6.2. Jika ℒ{𝑓(𝑡)} = 𝐹(𝑠), maka invers dari transformasi Laplace dari 𝐹(𝑠) adalah
𝑓(𝑡) = ℒ −1 {𝐹(𝑠)}
1 3 2
Contoh 6.10. Transformasi Laplace invers dari fungsi 𝐹(𝑠) = 𝑠 − 𝑠2 + 𝑠−2 adalah
1 3 2 1 3 2
ℒ −1 {𝑠 − 𝑠2 + 𝑠−2} = ℒ −1 {𝑠 } − ℒ −1 {𝑠2 } + ℒ −1 {𝑠−2}
= 1 − 3𝑡 + 2𝑒 2𝑡
Jika diperhatikan pada Tabel 6.1, bentuk 𝐹(𝑠) umumnya berbentuk fungsi rasional. Untuk fungsi
𝐹(𝑠) yang kompleks, 𝐹(𝑠) dapat dinyatakan ulang dalam jumlahan berhingga dari fraksi yang lebih
1
sederhana dimana masing-masing fraksi terdapat dalam Tabel 6.1. Misalnya pada fungsi 𝐹(𝑠) =
𝑠2 +4𝑠
1 1 1/4 −1/4 1 1 1 1 1
dapat dinyatakan dalam bentuk 𝐹(𝑠) = = = + = ∙ − ∙ dengan fraksi dan
𝑠2 +4𝑠 𝑠(𝑠+4) 𝑠 𝑠+4 4 𝑠 4 𝑠+4 𝑠
1
terdapat pada Tabel 6.1. Sehingga ketika dicari 𝑓(𝑡) akan menjadi lebih mudah. Untuk menentukan
𝑠+4
bentuk fraksi dari 𝐹(𝑠) yang lain, terlebih dahulu nyatakan 𝐹(𝑠) dalam bentuk fungsi rasional sejati 𝐹(𝑠) =
𝐴(𝑠)
𝐵(𝑠)
yang diuraikan dalam tiga kasus sebagai berikut.
Kasus 1. Penyebut 𝑩(𝒔) adalah hasil kali faktor linier yang berbeda
tanpa ada faktor yang berulang, sehingga 𝐹(𝑠) dapat dinyatakan sebagai
𝐴(𝑠) 𝐾1 𝐾2 𝐾𝑛
𝐹(𝑠) = = + + ⋯+
𝐵(𝑠) (𝑎1 𝑠 + 𝑏1 ) (𝑎2 𝑠 + 𝑏2 ) (𝑎𝑛 𝑠 + 𝑏𝑛 )
1
Jawab : Untuk mencari transformasi Laplace invers dari fungsi 𝐹(𝑠) = 𝑠2 −2𝑠, terlebih dahulu dinyatakan
penyebut 𝑠 2 − 2𝑠 sebagai perkalian faktor-faktor linier yaitu 𝑠(𝑠 − 2), sehingga 𝐹(𝑠) dapat dinyatakan
𝐴 𝐵
sebagai 𝑠 + 𝑠−2, yaitu
1 𝐴 𝐵
= +
𝑠(𝑠 − 2) 𝑠 𝑠 − 2
atau
1 = 𝐴(𝑠 − 2) + 𝐵𝑠
1 1
Substitusikan 𝑠 = 2 dan 𝑠 = 0 pada persamaan 1 = 𝐴(𝑠 − 2) + 𝐵𝑠, diperoleh 𝐴 = − 2 dan 𝐵 = 2 .
1 −1/2 1/2
sehingga = + .
𝑠(𝑠−2) 𝑠 𝑠−2
Sehingga,
1 −1/2 1/2
ℒ −1 {𝑠(𝑠−2)} = ℒ −1 { 𝑠
+ 𝑠−2}
−1/2 1/2
= ℒ −1 { 𝑠
}+ ℒ −1 {𝑠−2}
1 1 1 1
= − ℒ −1 { } + ℒ −1 { }
2 𝑠 2 𝑠−2
1 1
= − 2 ∙ 1 + 2 ∙ 𝑒 2𝑡
1 1
= 2 ∙ 𝑒 2𝑡 − 2
Kasus 2. Penyebut 𝑩(𝒔) adalah hasil kali faktor linier dimana diantaranya ada yang berulang
Misalkan pada penyebut 𝐵(𝑠) terdapat faktor linier yang berulang (𝑎1 𝑠 + 𝑏1 )𝑟 , yaitu dapat dinyatakan
sebagai
dengan 𝐾11 , 𝐾12 , ⋯, 𝐾1𝑟 , 𝐾2 , ⋯, 𝐾𝑛 menyatakan konstanta yang akan ditentukan. Untuk mencari
𝐾1𝑟
transformasi invers dari suku (𝑎 𝑟, terkadang dapat dimanfaatkan invers dari Teorema 6.2 (Teorema
1 𝑠+𝑏1 )
Sehingga
ℒ −1 {𝐹(𝑠 − 𝑎)} = 𝑒 𝑎𝑡 ℒ −1 {𝐹(𝑠)}
5
Contoh 6.12. Tentukan transformasi Laplace invers dari ℒ −1 {(𝑠−1)3 }.
5
Jawab : Transformasi Laplace invers dari ℒ −1 {(𝑠−1)3 },
5 1
ℒ −1 {(𝑠−1)3 } = 5𝑒 𝑡 ℒ −1 { 3 }
𝑠
5𝑒 𝑡 −1 2!
= 2!
ℒ {𝑠3 }
5𝑒 𝑡 2 5
= 𝑡 = 𝑡2𝑒 𝑡
2! 2
Kasus 3. Penyebut 𝑩(𝒔) memuat faktor kuadratik yang tak dapat diuraikan
𝐴(𝑠)
Jika 𝐵(𝑠) memuat faktor berbentuk 𝑎𝑠 2 + 𝑏𝑠 + 𝑐 dengan 𝑏 2 − 4𝑎𝑐 < 0, maka 𝐵(𝑠)
akan memiliki suku
yang berbentuk
𝐾𝑠 + 𝐿
𝑎𝑠 2+ 𝑏𝑠 + 𝑐
1
Jawab : Untuk mencari transformasi Laplace invers dari fungsi 𝐹(𝑠) = 𝑠(𝑠2 +1), terlebih dahulu dinyatakan
1 𝐴 𝐵𝑠+𝐶
ulang sebagai + , yaitu
𝑠(𝑠2 +1) 𝑠 𝑠2 +1
1 𝐴 𝐵𝑠 + 𝐶
= + 2
𝑠(𝑠 2+ 1) 𝑠 𝑠 + 1
Sehingga,
1 = 𝐴(𝑠 2 + 1) + 𝑠(𝐵𝑠 + 𝐶)
= 1 − cos 𝑡
4−2𝑠
Contoh 6.14. Tentukan transformasi Laplace invers dari fungsi 𝐹(𝑠) = (𝑠2 +1)(𝑠−1)2.
4−2𝑠
Jawab : Untuk mencari transformasi Laplace invers dari 𝐹(𝑠) = (𝑠2 +1)(𝑠−1)2, terlebih dahulu 𝐹(𝑠)
4 − 2𝑠 𝐴𝑠 + 𝐵 𝐶 𝐷
𝐹(𝑠) = = 2 + +
(𝑠 2 + 1)(𝑠 − 1)2 𝑠 + 1 𝑠 − 1 (𝑠 − 1)2
atau
Sehingga
Substitusikan nilai 𝑠 = 1 pada 4 − 2𝑠 = (𝐴𝑠 + 𝐵)(𝑠 − 1)2 + 𝐶(𝑠 2 + 1)(𝑠 − 1) + 𝐷(𝑠 2 + 1) diperoleh
2 = 2𝐷 atau 𝐷 = 1. Untuk memperoleh nila 𝐴, 𝐵, dan 𝐶, perhatikan bahwa
4 = 𝐵 − 𝐶 + 𝐷 atau 3 = 𝐵 − 𝐶 (*)
0𝑠 3 = (𝐴 + 𝐶)𝑠 3 (****)
Dengan melakukan substitusi (*) ke (***) diperoleh nilai 𝐴 = 2, sehingga nilai 𝐶 = −2. Selanjutnya
substitusikan (****) ke (**) diperoleh nilai 𝐵 = 1. Sehingga
4−2𝑠 2𝑠+1 −2 1
ℒ −1 {(𝑠2 } = ℒ −1 { + + (𝑠−1)2 }
+1)(𝑠−1)2 𝑠2 +1 𝑠−1
𝑠 1 1 1
= 2ℒ −1 {𝑠2 +1} + ℒ −1 {𝑠2 +1} − 2ℒ −1 {𝑠−1} + ℒ −1 {(𝑠−1)2 }
1
= 2 cos 𝑡 + sin 𝑡 − 2𝑒 𝑡 + 𝑒 𝑡 ℒ −1 {𝑠2 }
= 2 cos 𝑡 + sin 𝑡 − 2𝑒 𝑡 + 𝑡𝑒 𝑡
𝑠
Contoh 6.15. Tentukan transformasi Laplace invers dari fungsi 𝐹(𝑠) = 𝑠2 −6𝑠+13.
𝑠
Jawab : Untuk mencari transformasi Laplace invers dari 𝐹(𝑠) = 𝑠2 −6𝑠+13, terlebih dahulu 𝐹(𝑠) dinyatakan
𝑠 𝑠 (𝑠 − 3) + 3
𝐹(𝑠) = = =
𝑠2 − 6𝑠 + 13 (𝑠 − 3) + 4 (𝑠 − 3)2 + 4
2
atau
(𝑠 − 3) 3
𝐹(𝑠) = +
(𝑠 − 3) + 4 (𝑠 − 3)2 + 4
2
Sehingga
(𝑠−3)+3 (𝑠−3) 3
ℒ −1 {(𝑠−3)2 +4} = ℒ −1 {(𝑠−3)2 +4 + (𝑠−3)2 +4}
(𝑠−3) 3
= ℒ −1 {(𝑠−3)2 +4} + ℒ −1 {(𝑠−3)2 +4}
𝑠 3
= 𝑒 3𝑡 ℒ −1 { }+ 𝑒 3𝑡 ℒ −1 { }
𝑠2 +4 𝑠2 +4
𝑠 3 2
= 𝑒 3𝑡 ℒ −1 { } + 2 𝑒 3𝑡 ℒ −1 {𝑠2 +4}
𝑠2 +4
3
= 𝑒 3𝑡 cos 2𝑡 + 𝑒 3𝑡 sin 2𝑡
2
Untuk sebarang fungsi 𝑓(𝑡), diketahui turunan dari 𝑓(𝑡) juga merupakan fungsi juga. Tentu akan
muncul pertanyaan bagaimana mencari transformasi Laplace dari turunan 𝑓(𝑡). Untuk mencari
transformasi Laplace dari turunan 𝑓(𝑡) sebelumnya diberikan teorema berikut.
Karena turunan kedua dari fungsi 𝑓(𝑡) merupakan turunan pertaman dari 𝑓 ′ (𝑡), maka
menerapkan Teorema 6.3 diperoleh
Misalkan persamaan diferensial dalam bentuk ℒ(𝑦) = 𝑟(𝑡), dengan syarat-syarat awal yang
diberikan. Untuk menyelesaikannya dengan menggunakan transformasi Laplace dapat dilakukan dengan
langkah-langkah umum sebagai berikut :
(1) Dengan transformasi Laplace dikedua ruas, persamaan diferensial dapat dinyatakan dalam
variable 𝑌(𝑠) = ℒ{𝑦(𝑡)} dan 𝑅(𝑠) = ℒ{𝑟(𝑡)}, yaitu :
ℒ ∗ {𝑦} = 𝑅(𝑠)
𝑌(𝑠) = ℒ ∗∗ {𝐹(𝑠)}
𝑦(𝑡) = ℒ −1 {𝑌(𝑠)}
𝑑𝑦
Contoh 6.16. Selesaikan persamaan diferensial 𝑑𝑡 + 𝑦 = 2 sin 𝑡, yang memenuhi syarat awal 𝑦(0) = −1.
𝑑𝑦
Jawab : Terapkan transformasi Laplace pada kedua ruas 𝑑𝑡
+ 𝑦 = 2 sin 𝑡, yaitu
𝑑𝑦
ℒ{ + 𝑦} = ℒ{2 sin 𝑡}
𝑑𝑡
𝑑𝑦 2
ℒ{ } + ℒ{𝑦} = 2
𝑑𝑡 𝑠 +1
2
𝑠𝑌(𝑠) − 𝑦(0) + 𝑌(𝑠) =
𝑠2 +1
2
𝑠𝑌(𝑠) + 1 + 𝑌(𝑠) =
𝑠2 +1
1 − 𝑠2
(𝑠 + 1)𝑌(𝑠) =
𝑠2 + 1
1−𝑠 1 𝑠
𝑌(𝑠) = 2
= 2 − 2
𝑠 +1 𝑠 +1 𝑠 +1
1 𝑠
𝑦(𝑡) = ℒ −1 { } − ℒ −1 { 2 }
𝑠2 +1 𝑠 +1
Contoh 6.17. Selesaikan persamaan diferensial 𝑦 ′′ − 𝑦 = 𝑡, yang memenuhi syarat awal 𝑦(0) = 1 dan
𝑦 ′ (0) = 1.
Jawab : Terapkan transformasi Laplace pada kedua ruas dan nyatakan 𝑌(𝑠) = ℒ{𝑦(𝑡)}, sehingga
ℒ{𝑦 ′′ − 𝑦} = ℒ{𝑡}
1
(𝑠 2 − 1)𝑌(𝑠) = 𝑠+1+
𝑠2
atau
𝑠+1 1
𝑌(𝑠) = 𝑠2 −1 + 𝑠2 (𝑠2 −1)
1 1 1
= 𝑠−1 + (𝑠2 −1 − 𝑠2 )
1 1 1
𝑦(𝑡) = ℒ −1 { } + ℒ −1 { 2 } − ℒ −1 { 2 }
𝑠−1 𝑠 −1 𝑠
= 𝑒 𝑡 + sinh 𝑡 − 𝑡
Sehingga solusi persamaan diferensial 𝑦 ′′ − 𝑦 = 𝑡, yang memenuhi syarat awal 𝑦(0) = 1 dan 𝑦 ′ (0) = 1
adalah 𝑦(𝑡) = 𝑒 𝑡 + sinh 𝑡 − 𝑡.
Contoh 6.18. Selesaikan persamaan diferensial𝑦 ′′ + 𝑦 = 4𝑡𝑒 𝑡 , yang memenuhi syarat awal 𝑦(0) = −2 dan
𝑦 ′ (0) = 0 .
Jawab : Untuk menyelesaikan persamaan diferensial 𝑦 ′′ + 𝑦 = 4𝑡𝑒 𝑡 yang memenuhi syarat awal 𝑦(0) =
−2 dan 𝑦 ′ (0) = 0 terlebih dahulu dikenakan Laplace kedua ruas kemudian gunakan Teorema Translasi
Pertama untuk ℒ{4𝑡𝑒 𝑡 }, yaitu
ℒ{𝑦 ′′ } + ℒ{𝑦} = ℒ{4𝑡𝑒 𝑡 }
4
𝑠 2 𝑌(𝑠) + 2𝑠 + 𝑌(𝑠) =
(𝑠 − 1)2
4
(𝑠 2 + 1)𝑌(𝑠) = − 2𝑠
(𝑠 − 1)2
4 2𝑠
𝑌(𝑠) = − 2
(𝑠 2 + 1)(𝑠 − 1)2 (𝑠 + 1)
4 2𝑠
𝑦(𝑡) = ℒ −1 { − 2 }
(𝑠 2 + 1)(𝑠 − 1)2 (𝑠 + 1)
4 𝑠
𝑦(𝑡) = ℒ −1 { } − 2ℒ −1 { 2 }
(𝑠 2 + 1)(𝑠 − 1)2 (𝑠 + 1)
4 4 𝐴𝑠+𝐵 𝐶 𝐷
Pecahan (𝑠2 +1)(𝑠−1)2 harus didekomposisi menjadi (𝑠2 +1)(𝑠−1)2 = (𝑠2 +1) + 𝑠−1 + (𝑠−1)2, yaitu
Sehingga
0=𝐴+𝐶 (*)
0 = −2𝐴 + 𝐵 − 𝐶 + 𝐷 (**)
0 = 𝐴 − 2𝐵 + 𝐶 (***)
4=𝐵−𝐶+𝐷 (****)
Substitusikan (****) ke (**) diperoleh 0 = −2𝐴 + 4 atau 𝐴 = 2, sehingga nilai 𝐶 = −2. Substitusikan
persamaan (*) ke persamaan (***) dan diperoleh 𝐵 = 0. Karena 𝐵 = 0, 𝐶 = −2, maka dari persamaan
(****) diperoleh nilai 𝐷 = 2. Akibatnya,
4 − 2𝑠(𝑠 − 1)2 2𝑠 −2 2
= + +
(𝑠 2 + 1)(𝑠 − 1)2 (𝑠 2 + 1) 𝑠 − 1 (𝑠 − 1)2
Sehingga
4 𝑠
𝑦(𝑡) = ℒ −1 {(𝑠2 +1)(𝑠−1)2 } − 2ℒ −1 {(𝑠2 +1)}
2𝑠 −2 2
= ℒ −1 {(𝑠2 + + (𝑠−1)2 } − 2 cos 𝑡
+1) 𝑠−1
𝑠 1 1
= 2ℒ −1 {(𝑠2 +1)} − 2ℒ −1 {𝑠−1} + 2ℒ −1 {(𝑠−1)2 } − 2 cos 𝑡
1
= 2 cos 𝑡 − 2𝑒 𝑡 + 2𝑒 𝑡 ℒ −1 {𝑠2 } − 2 cos 𝑡
= −2𝑒 𝑡 + 2𝑡𝑒 𝑡
Sehingga solusi persamaan diferensial 𝑦 ′′ + 𝑦 = 4𝑡𝑒 𝑡 yang memenuhi syarat awal 𝑦(0) = −2 dan 𝑦 ′ (0) =
0 adalah fungsi 𝑦(𝑡) = −2𝑒 𝑡 + 2𝑡𝑒 𝑡 .
𝑑3 𝑦 𝑑2 𝑦 𝑑𝑦
3
− 5 2
+7 − 3𝑦 = 20 sin 𝑡
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
yang memenuhi syarat awal 𝑦(0) = 0, 𝑦 ′ (0) = 0, dan 𝑦 ′′ (0) = −2.
𝑑3 𝑦 𝑑2 𝑦 𝑑𝑦
ℒ{ 3 } − 5ℒ { 2 } + 7ℒ { } − 3ℒ{𝑦} = 20ℒ{sin 𝑡}
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑3 𝑦
Karena 𝑦(0) = 0, 𝑦 ′ (0) = 0, dan 𝑦 ′′ (0) = −2, maka ℒ { 3 } = 𝑠 3 𝑌(𝑠) − 𝑠 2 𝑦(0) − 𝑠𝑦 ′ (0) − 𝑦 ′′ (0) =
𝑑𝑡
𝑑2 𝑦 𝑑𝑦
𝑠 3 𝑌(𝑠) + 2, ℒ { 𝑑𝑡 2 } = 𝑠 2 𝑌(𝑠) − 𝑠𝑦(0) − 𝑦 ′ (0) = 𝑠 2 𝑌(𝑠), ℒ { 𝑑𝑡 } = 𝑠𝑌(𝑠) − 𝑦(0) = 𝑠𝑌(𝑠). Sehingga
20
𝑠 3 𝑌(𝑠) + 2 − 5𝑠 2 𝑌(𝑠) + 7𝑠𝑌(𝑠) − 3𝑌(𝑠) =
𝑠2+1
18 − 2𝑠 2
(𝑠 3 − 5𝑠 2 + 7𝑠 − 3)𝑌(𝑠) =
𝑠2 + 1
18 − 2𝑠 2
𝑌(𝑠) =
(𝑠 2 + 1)(𝑠 3 − 5𝑠 2 + 7𝑠 − 3)
18 − 2𝑠 2
𝑌(𝑠) =
(𝑠 2 + 1)(𝑠 − 1)2 (𝑠 − 3)
18 − 2𝑠 2
𝑦(𝑡) = ℒ −1 { }
(𝑠 2 + 1)(𝑠 − 1)2 (𝑠 − 3)
18−2𝑠2 18−2𝑠2
Untuk mencari ℒ −1 {(𝑠2 +1)(𝑠−1)2 (𝑠−3)}, terlebih dahulu (𝑠2 +1)(𝑠−1)2 (𝑠−3)
didekomposisi menjadi
18−2𝑠2 𝐴𝑠+𝐵 𝐶 𝐷 𝐸
(𝑠2 +1)(𝑠−1)2 (𝑠−3)
= 𝑠2 +1
+ 𝑠−1 + (𝑠−1)2 + 𝑠−3, sehingga
Akibatnya,
Dengan mensubstitusikan nilai 𝑠 = 1 diperoleh 16 = 𝐷 ∙ 2 ∙ (−2) atau 𝐷 = −4, dan nilai 𝑠 = 3 diperoleh
0 = 𝐸 ∙ 10 ∙ 4 atau 𝐸 = 0. Untuk memperoleh nilai 𝐴, 𝐵, dan 𝐶, perhatikan bahwa
18−2𝑠2 𝐴𝑠+𝐵 𝐶 𝐷 𝐸
ℒ −1 {(𝑠2 +1)(𝑠−1)2 (𝑠−3)} = ℒ −1 { 𝑠2 +1 } + ℒ −1 {𝑠−1} + ℒ −1 {(𝑠−1)2 } + ℒ −1 {𝑠−3}
−3𝑠+1 3 −4
= ℒ −1 { 𝑠2 +1 } + ℒ −1 {𝑠−1} + ℒ −1 {(𝑠−1)2 }
−3𝑠 1 3 1
= ℒ −1 {𝑠2 +1} + ℒ −1 {𝑠2 +1} + ℒ −1 {𝑠−1} − 4𝑒 𝑡 ℒ −1 {𝑠2 }
= −3 cos 𝑡 + sin 𝑡 + 3𝑒 𝑡 − 4𝑒 𝑡 𝑡
𝑑3 𝑦 𝑑2 𝑦 𝑑𝑦
Sehingga solusi persamaan diferensial 𝑑𝑡 3
− 5 𝑑𝑡 2 + 7 𝑑𝑡 − 3𝑦 = 20 sin 𝑡 yang memenuhi syarat awal
Gambar 6.1
Pada setiap bagian dari 𝐹(𝑡) merupakan fungsi kontinu dan tentu saja dapat dicari transformasi Laplacenya
menggunakan teknik sebelumnya. Tetapi secara umum 𝐹(𝑡) merupakan fungsi yang tak kontinu, sehingga
teknik pencarian transformasi Laplace sebelumnya tidak dapat digunakan. Tetapi dapat dibentuk 𝐹(𝑡)
dalam bentuk lain yang seolah-olah kontinu dengan memanfaatkan fungsi langkah satuan yang didefiniskan
sebagai berikut.
0, 𝑡 < 0
𝑈(𝑡) = {
1, 𝑡 ≥ 0
Gambar 6.2
Memanfaatkan sifat translasi pada fungsi 𝑈(𝑡) diperoleh 𝑈(𝑡 − 𝑎) dengan menggeser fungsi 𝑈(𝑡) sejauh
𝑎 satuan ke kanan, yaitu
0, 𝑡 < 𝑎
𝑈(𝑡 − 𝑎) = {
1, 𝑡 ≥ 𝑎
1, 𝑡≤0
Misalkan diberikan fungsi 𝑓(𝑡) sebagai 𝑓(𝑡) = { 𝑡, 0 < 𝑡 ≤ 2, 𝑓(𝑡) dapat dinyatakan ulang
𝑒 2𝑡 , 𝑡≥2
memanfaatkan fungsi langkah satuan sebagai 𝑓(𝑡) = 1 + 𝑈(𝑡) [𝑡 − 1] + 𝑈(𝑡 − 2)[𝑒 2𝑡 − 𝑡]. Jika 𝑡 ≤ 0,
maka 𝑈(𝑡) = 0 dan 𝑈(𝑡 − 2) = 0 sehingga 𝑓(𝑡) = 1. Selanjutnya untuk 0 < 𝑡 ≤ 2, maka nilai 𝑈(𝑡) = 1
dan 𝑈(𝑡 − 2) = 0 sehingga 𝑓(𝑡) = 1 + [𝑡 − 1] = 𝑡, serta untuk 𝑡 ≥ 2 maka nilai 𝑈(𝑡) = 1 dan
1, 𝑡≤0
𝑈(𝑡 − 2) = 1, dan 𝑓(𝑡) = 1 + [𝑡 − 1] + [𝑒 2𝑡 2𝑡
− 𝑡] = 𝑒 . Dengan demikian, 𝑓(𝑡) = { 𝑡, 0 < 𝑡 ≤ 2
𝑒 2𝑡 , 𝑡≥2
sama dengan 𝑓(𝑡) = 1 + 𝑈(𝑡) [𝑡 − 1] + 𝑈(𝑡 − 2)[𝑒 2𝑡 − 𝑡]. Untuk 𝑡 = 0, 𝑓(𝑡) = 1 disebut sisi kiri dan
𝑓(𝑡) = 𝑡 disebut sisi kanan, tetapi untuk 𝑡 = 2 nilai 𝑓(𝑡) = 𝑡 menjadi sisi kiri dan 𝑓(𝑡) = 𝑒 2𝑡 menjadi sisi
kanannya. Sehingga diperoleh
2𝑡
𝑓(𝑡) = ⏟
1 + 𝑈(𝑡) [ ⏟
𝑡 − ⏟
1 ] + 𝑈(𝑡 − 2) [ 𝑒⏟ − ⏟
𝑡 ]
sisi kiri sisi kanan sisi kiri sisi kanan sisi kiri
Secara umum untuk fungsi tak kontinu yang lain diberikan sebagai berikut.
𝜋
cos 2𝑡 , 0≤𝑡< 2
Contoh 6.20. Nyatakan ulang fungsi 𝑔(𝑡) = { 𝜋
1, ≤ 𝑡 < 𝜋 menggunakan fungsi langkah satuan.
2
− sin 𝑡 , 𝑡≥𝜋
𝜋 𝜋
Jawab : Karena 𝑔(𝑡) tak kontinu di 𝑡 = 2
dan 𝑡 = 𝜋, maka diperlukan fungsi 𝑈 (𝑡 − 2 ) dan 𝑈(𝑡 − 𝜋).
Sehingga
𝜋
𝑔(𝑡) = cos 2𝑡 + 𝑈 (𝑡 − ) [1 − cos 2𝑡] + 𝑈(𝑡 − 𝜋)[− sin 𝑡 − 1]
2
Selanjutnya untuk mencari transformasi Laplace pada fungsi tak kontinu diperlukan teorema
translasi kedua sebagai berikut.
Teorema 6.4 (Teorema Translasi Kedua). Jika 𝐹(𝑠) = ℒ{𝑓(𝑡)} ada untuk 𝑠 > 𝑐 ≥ 0 dan jika 𝑎 > 0 sebarang
konstan, maka
1, 𝑡≤0
Untuk mencari transformasi Laplace 𝑓(𝑡) = { 𝑡, 0 < 𝑡 ≤ 2, dinyatakan ulang 𝑓(𝑡) memanfaatkan
𝑒 2𝑡 , 𝑡≥2
fungsi langkah satuan, yaitu 𝑓(𝑡) = 1 + 𝑈(𝑡) [𝑡 − 1] + 𝑈(𝑡 − 2)[𝑒 2𝑡 − 𝑡] kemudian terapkan Teorema
Translasi Kedua pada 𝑓(𝑡), yaitu
1 1 1 𝑒4 1 2
= 𝑠 + 𝑠2 − 𝑠 + 𝑒 −2𝑠 (𝑠−2 − 𝑠2 − 𝑠 )
1 𝑒4 1 2
= 𝑠2 + 𝑒 −2𝑠 (𝑠−2 − 𝑠2 − 𝑠 )
𝜋
cos 2𝑡 , 0≤𝑡< 2
Selanjutnya fungsi 𝑔(𝑡) = { 𝜋 dapat juga dinyatakan sebagai
1, 2
≤𝑡<𝜋
− sin 𝑡 , 𝑡≥𝜋
𝜋
𝑔(𝑡) = cos 2𝑡 + 𝑈 (𝑡 − 2 ) [1 − cos 2𝑡] + 𝑈(𝑡 − 𝜋)[− sin 𝑡 − 1]. Nilai 1 − cos 2𝑡 ekuivalen dengan 1 +
𝜋
cos 2 (𝑡 − 2 ) dan − sin 𝑡 − 1 ekuivalen dengan sin(𝑡 − 𝜋) − 1, sehingga
𝜋
ℒ{𝑔(𝑡)} = ℒ {cos 2𝑡 + 𝑈 (𝑡 − 2 ) [1 − cos 2𝑡] + 𝑈(𝑡 − 𝜋)[− sin 𝑡 − 1]}
𝜋 𝜋
= ℒ {cos 2𝑡 + 𝑈 (𝑡 − 2 ) [1 + cos 2 (𝑡 − 2 )] + 𝑈(𝑡 − 𝜋)[sin(𝑡 − 𝜋) − 1]}
𝜋 𝜋
= ℒ{cos 2𝑡} + ℒ {𝑈 (𝑡 − 2 ) [1 + cos 2 (𝑡 − 2 )]} + ℒ{𝑈(𝑡 − 𝜋)
[sin(𝑡 − 𝜋) − 1]}
𝜋
𝑠
= 𝑠2 +4 + 𝑒 2 𝑠 ℒ{1 + cos 2𝑡} + 𝑒 𝜋𝑠 ℒ{sin 𝑡 − 1}
𝜋
𝑠 1 𝑠 1 1
= + 𝑒 2𝑠 ( + )+ 𝑒 𝜋𝑠 ( − )
𝑠2 +4 𝑠 𝑠2 +4 𝑠2 +1 𝑠
Jawab : Untuk menentukan ℒ{(𝑡 2 − 6𝑡 + 5) 𝑈(𝑡 + 2)}, misalkan 𝑓(𝑡) = 𝑡 2 − 6𝑡 + 5. Dibentuk 𝑓(𝑡)
menjadi fungsi dalam 𝑡 + 2 supaya bisa diterapkan Teorema Translasi Kedua, yaitu
𝑡 2 − 6𝑡 + 5 = (𝑡 + 2)2 − 10(𝑡 + 2) + 21
Sehingga
21ℒ{𝑈(𝑡 + 2)}
2 1 1
= 𝑒 2𝑠 (𝑠3 − 𝑠2 + 𝑠 )
Dari Teorema Translasi Kedua ℒ{𝑓(𝑡 − 𝑎)𝑈(𝑡 − 𝑎)} = 𝑒 −𝑎𝑠 𝐹(𝑠) diperoleh 𝑓(𝑡 − 𝑎)𝑈(𝑡 − 𝑎) =
ℒ −1 {𝑒 −𝑎𝑠 𝐹(𝑠)}. Karena 𝑓(𝑡) = ℒ −1 {𝐹(𝑠)}, maka
4−2𝑠
ℒ −1 {(𝑠2 𝑒 3𝑠 }
+1)(𝑠−1)2
2𝑠+1 −2 1
= ℒ −1 {[𝑠2 +1 + 𝑠−1 + (𝑠−1)2 ] 𝑒 3𝑠 }
2𝑠+1 1 1 2𝑠+1
= ℒ −1 {𝑠2 +1 𝑒 3𝑠 } − 2ℒ −1 {𝑠−1 𝑒 3𝑠 } + ℒ −1 {(𝑠−1)2 𝑒 3𝑠 } = 𝑈(𝑡 + 3) ℒ −1 {𝑠2 +1}| − 2𝑈(𝑡 +
𝑡→(𝑡+3)
1
3) ℒ −1 { }| +
𝑠−1 𝑡→(𝑡+3)
1
𝑈(𝑡 + 3) ℒ −1 {(𝑠−1)2 }|
𝑡→(𝑡+3)
1
𝑈(𝑡 + 3) 𝑒 𝑡 ℒ −1 {𝑠2 }|
𝑡→(𝑡+3)
1, 𝑡≤0
Contoh 6.23. Untuk menyelesaikan persamaan diferensial 𝑦 ′′ + 𝑦 = { 𝑡, 0 < 𝑡 ≤ 2 yang memenuhi
𝑒 2𝑡 , 𝑡≥2
1, 𝑡≤0
syarat awal 𝑦(0) = −2 dan 𝑦 ′ (0) = 0 terlebih dahulu fungsi 𝑓(𝑡) = { 𝑡, 0 < 𝑡 ≤ 2 dirubah
𝑒 2𝑡 , 𝑡≥2
menggunakan fungsi langkah satuan, yaitu 𝑓(𝑡) = 1 + 𝑈(𝑡) [𝑡 − 1] + 𝑈(𝑡 − 2)[𝑒 2𝑡 − 𝑡], kemudian
dikenakan Laplace kedua ruas, sehingga
1 𝑒4 1 2
𝑠 2 𝑌(𝑠) + 2𝑠 + 𝑌(𝑠) = 𝑠2 + 𝑒 −2𝑠 (𝑠−2 − 𝑠2 − 𝑠 )
1 𝑒4 1 2
(𝑠 2 + 1)𝑌(𝑠) = −2𝑠 + + 𝑒 −2𝑠 ( − 2 − )
𝑠2 𝑠−2 𝑠 𝑠
𝑠 1 𝑒 −2𝑠 𝑒4 1 2
𝑌(𝑠) = −2 (𝑠2 +1) + (𝑠2 +1)𝑠2 + (𝑠2 +1) (𝑠−2 − 𝑠2 − 𝑠 )
𝑠 1 𝑒 −2𝑠 𝑒4 1 2
𝑦(𝑡) = ℒ −1 {−2 (𝑠2 +1) + (𝑠2 +1)𝑠2 + (𝑠2 +1) (𝑠−2 − 𝑠2 − 𝑠 )}
𝑠 1 𝑒 −2𝑠 𝑒4 1 2
𝑦(𝑡) = −2ℒ −1 {(𝑠2 +1)} + ℒ −1 {(𝑠2 +1)𝑠2 } + ℒ −1 {(𝑠2 +1) (𝑠−2 − 𝑠2 − 𝑠 )}
1 𝑒 −2𝑠 𝑒4 1 2
Dicari terlebih dahulu Laplace invers dari ℒ −1 {(𝑠2 2 } dan ℒ −1 {(𝑠2 ( − − )}, yaitu
+1)𝑠 +1) 𝑠−2 𝑠2 𝑠
1 𝐴 𝐵 𝐶𝑠 + 𝐷
= + 2+ 2
(𝑠 2 + 1)𝑠 2 𝑠 𝑠 (𝑠 + 1)
Sehingga
dan
1=𝐵
0𝑠 = 𝐴𝑠
0𝑠 2 = (𝐵 + 𝐷)𝑠 2
0𝑠 3 = (𝐴 + 𝐶)𝑠 3
0𝑠 4 = 𝐶𝑠 4
1 1
= ℒ −1 { 2 } − ℒ −1 {(𝑠2 }
𝑠 +1)
1
= − sin 𝑡
𝑡
𝑒 −2𝑠 𝑒4 1 2 𝑒4 𝐴
Sedangkan nilai ℒ −1 {(𝑠2 +1) (𝑠−2 − 𝑠2 − 𝑠 )} terlebih dahulu didekomposisi menjadi (𝑠−2)(𝑠2 +1)
= (𝑠−2) +
𝐵𝑠+𝐶 1 𝐷 𝐸 𝐹𝑠+𝐺 2 𝐻 𝐼𝑠+𝐽
,
(𝑠2 +1) (𝑠2 +1)𝑠2
= + + , = + . Sehingga
𝑠 𝑠2 𝑠2 +1 𝑠(𝑠2 +1) 𝑠 𝑠2 +1
atau
0𝑠 3 + 0𝑠 2 + 0𝑠 + 1 = (𝐷 + 𝐹)𝑠 3 + (𝐸 + 𝐺)𝑠 2 + 𝐷𝑠 + 𝐸
0𝑠 2 + 0𝑠 + 2 = (𝐻 + 𝐼)𝑠 2 + 𝐽𝑠 + 𝐻
1 1 −1
= 2+ 2
(𝑠 2 + 1)𝑠 2 𝑠 𝑠 +1
2 2 −2𝑠
= + 2
𝑠(𝑠 2 + 1) 𝑠 𝑠 + 1
Akibatnya,
𝑒 −2𝑠 𝑒4 1 2
ℒ −1 {(𝑠2 +1) (𝑠−2 − 𝑠2 − 𝑠 )}
𝑒4 1 2
= ℒ −1 {𝑒 −2𝑠 ((𝑠2 +1)(𝑠−2) − (𝑠2 +1)𝑠2 − (𝑠2 +1)𝑠)}
−𝑒 4 𝑒 4 𝑠−𝑒 4 1 1 2 2𝑠
= ℒ −1 {𝑒 −2𝑠 ((𝑠−2) + (𝑠2 +1)
− 𝑠2 + 𝑠2 +1 − 𝑠 + 𝑠2 +1)}
−𝑒 4 𝑒 4 𝑠−𝑒 4 1 1 2 2𝑠
= 𝑈(𝑡 − 2)ℒ −1 {(𝑠−2) + (𝑠2 +1)
− 𝑠2 + 𝑠2 +1 − 𝑠 + }|
𝑠2 +1 𝑡→(𝑡−2)
1, 𝑡≤0
𝑡, 0 < ′′
𝑡 ≤ 2 yang memenuhi syarat awal 𝑦(0) = −2
Sehingga solusi persamaan diferensial 𝑦 + 𝑦 = {
2𝑡
𝑒 , 𝑡≥2
dan 𝑦 ′ (0) = 0 adalah
𝑠 1 𝑒 −2𝑠 𝑒4 1 2
𝑦(𝑡) = −2ℒ −1 {(𝑠2 +1)} + ℒ −1 {(𝑠2 +1)𝑠2 } + ℒ −1 {(𝑠2 +1) (𝑠−2 − 𝑠2 − 𝑠 )}
1
= −2 cos 𝑡 + 𝑡 − sin 𝑡 + 𝑈(𝑡 − 2){−𝑒 4 𝑒 2(𝑡−2) + 𝑒 4 cos(𝑡 − 2) − 𝑒 4 sin(𝑡 − 2) −(𝑡 −
LATIHAN:
1. Berdasarkan definisi Transformasi Laplace, hitung nilai dari ℒ{𝑓(𝑡)} dari fungsi-fungsi berikut:
a. 𝑓(𝑡) = cos2 𝑡
b. 𝑓(𝑡) = 𝑡𝑒 𝑎𝑡
2. Dengan menggunakan tabel Transformasi Laplace, hitung :
a. ℒ{(1 + 𝑒 𝑡 )2 }
b. ℒ{𝑒 4−8𝑡 − 4 cos 7𝑡}
c. ℒ{3𝑒 −2𝑡 + 2𝑡 3 − 5}
d. ℒ{𝑒 −2𝑡 cos 2 𝑡}
e. ℒ{𝑒 −2𝑡 (1 − cos 𝑡)}
3. Hitunglah:
1 3 4
a. ℒ −1 {𝑠−2 + 𝑠+2 − 𝑠3 }
1 1
b. ℒ −1 { − }
5𝑠+2 2𝑠3
2 3𝑠
c. ℒ −1 {𝑠2 −1 − 𝑠2 +1}
1
d. ℒ −1 {(𝑠+2)(𝑠−4)(2𝑠+1)}
𝑠−1
e. ℒ −1 {𝑠2 +2𝑠+2}
𝑠(3𝑠+4)
f. ℒ −1 { }
2(𝑠+1)(𝑠2 −2)
4𝑠−2
g. ℒ −1 { }
4𝑠2 +4𝑠+9
𝑡2, 𝑡≥3
TES FORMATIF
Petunjuk: Beri tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang menurut Anda paling benar!
1. Penyatan-pernyatan berikut bernilai benar berkaitan dengan sifat-sifat pada transformasi Laplace,
kecuali .....
A. ℒ{0} = 0
B. ℒ{𝑓 + 𝑔} = ℒ{𝑓} + ℒ{𝑔}
C. ℒ{𝑓𝑔} = ℒ{𝑓}ℒ{𝑔}
D. ℒ{𝑥𝑓} = 𝑥ℒ{𝑓}
𝜕𝑓 𝜕
E. ℒ {𝜕𝑥} = 𝜕𝑥 (ℒ{𝑓})
A. 𝑓(𝑡) = 1 − 𝑒 −𝑎𝑡
B. 𝑓(𝑡) = 1 + 𝑒 𝑎𝑡
C. 𝑓(𝑡) = 1 + 𝑒 −𝑎𝑡
D. 𝑓(𝑡) = 𝑎 + 𝑒 −𝑡
E. 𝑓(𝑡) = 𝑎 − 𝑒 𝑎𝑡
6. Jika ℒ{𝑦} = 𝑌(𝑠), maka persamaan diferensial 𝑦 ′′ − 𝑥𝑦 ′ = 0 untuk 𝑦(0) = 0 dan 𝑦′(0) = 0
ekuivalen dengan persamaan diferensial …
A. 𝑠 2 𝑌 ′ + 𝑠𝑌 = 0, dengan 𝑌(0) = 0
B. 𝑠𝑌 ′ + 𝑠 2 𝑌 = 0, dengan 𝑌(0) = 0
C. (𝑠 2 + 1)𝑌 ′ + 𝑠𝑌 = 0, dengan 𝑌(0) = 0
D. 𝑠𝑌 ′ + (𝑠 2 + 1)𝑌 = 0, dengan 𝑌(0) = 0
E. (𝑠 2 + 1)𝑌 ′ + (𝑠 + 1)𝑌 = 0, dengan 𝑌(0) = 0
7. Solusi persamaan diferensial 𝑦 ′′ + 𝑘𝑦 ′ − 2𝑘 2 𝑦 = 0 untuk syarat awal 𝑦(0) = 2 dan 𝑦′(0) = 2𝑘
dengan metode transformasi Laplace adalah ....
A. 𝑦 = 2𝑒 𝑘𝑡
B. 𝑦 = 𝑒 𝑘𝑡 + 𝑘𝑡 + 1
C. 𝑦 = −𝑒 −𝑘𝑡 + 𝑘𝑡 + 3
D. 𝑦 = 3𝑒 𝑘𝑡 − 𝑘𝑡 − 1
E. 𝑦 = −2𝑒 −𝑘𝑡 + 4
8. Solusi persamaan diferensial 𝑥 2 𝑦 ′′ − 2𝑥𝑦 ′ + 2𝑦 = 0 dengan metode transformasi Laplace adalah
....
A. 𝑦 = 𝐴 + 𝐵𝑥 −1
B. 𝑦 = 𝐴 + 𝐵𝑥 −2
C. 𝑦 = 𝐴𝑥 −1 + 𝐵𝑥 −2
D. 𝑦 = 𝐴 + 𝐵𝑥
E. 𝑦 = 𝐴𝑥 + 𝐵𝑥 2
3
9. Solusi persamaan diferensial 𝑦 ′′ − 2𝑦 ′ + 2𝑦 = 2𝑒 𝑡 cos 𝑡 untuk syarat awal 𝑦(0) = 2 dan 𝑦 ′ (0) =
3
2
dengan metode transformasi Laplace adalah ....
3
A. 𝑦 = 𝑒 𝑡 cos 𝑡 + 𝑡𝑒 𝑡 cos 𝑡
2
3
B. 𝑦 = 2 𝑒 𝑡 cos 𝑡 + 𝑡𝑒 𝑡 sin 𝑡
3
C. 𝑦 = 2 𝑒 𝑡 sin 𝑡 + 𝑡𝑒 𝑡 cos 𝑡
3
D. 𝑦 = 2 𝑒 𝑡 sin 𝑡 + 𝑡𝑒 𝑡 sin 𝑡
3 3
E. 𝑦 = 2 𝑒 𝑡 cos 𝑡 + 2 𝑒 𝑡 sin 𝑡 + 𝑡𝑒 𝑡 cos 𝑡 + 𝑡𝑒 𝑡 sin 𝑡
10. Solusi persamaan diferensial 𝑥𝑦 ′′ − 𝑦 ′ + 1 = 0 dengan metode transformasi Laplace adalah ....
A. 𝑦 = 1 + 𝐴𝑥 + 𝐵𝑥 2
B. 𝑦 = 𝐴 + 𝐵𝑥 − 𝑥 2
C. 𝑦 = 𝐴 − 𝑥 + 𝐵𝑥 2
D. 𝑦 = 𝐴 + 𝐵𝑥 + 𝑥 2