Anda di halaman 1dari 13

Teknik Budidaya Secara Konvensional

Pada pertanian konvensional tidak ada teknik khusus untuk menyeleksi benih. Benih
hanya direndam di dalam air selama 1 hari 1 malam, selanjutnya benih diperam selama 2 hari
2 malam, dan benih siap untuk disemaikan (Suparyono, 1997).

Pada pertanian konvensional persemaian dilakukan langsung di lahan sawah dengan


kebutuhan benih yang banyak yaitu antara 35-45 kg/ha (Suparyono, 1997).

Pada pertanian konvensional umur bibit yang siap ditanam adalah 18-25 hari setelah
semai. Satu lubang tanam berisi 5-8 bibit tanaman. Bibit ditanam dengan kedalaman 5 cm
(lebih) (Suparyono, 1997).

Pertanian konvensional lahan digenangi air sampai setinggi 5-7 cm di


atas permukaan tanah secara terus menerus. Serta untuk pemupukannya pertanian
konvensional menggunakan pupuk Urea, TSP, dan KCl. Pada pertanian konvensional hanya
bertujuan membuang gulma dan dengan menggunakan herbisida sedangkan untuk
pengendalian hama, dalam teknik budidaya secara konvensional menggunakan pestisida
kimia (Suparyono, 1997).

Sistem penanaman padi di sawah biasanya didahului oleh pengolahan tanah secara
sempurna seraya petani melakukan persemaian. Mula-mula sawah dibajak, pembajakan dapat
dilakukan dengan mesin, kerbau atau melalui pencangkulan oleh manusia. Setelah dibajak,
tanah dibiarkan selama 2-3 hari. Namun di beberapa tempat, tanah dapat dibiarkan sampai 15
hari. Selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk kedua kalinya atau
bahkan ketiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam. Setelah itu bibit hasil semaian ditanam
dengan cara pengolahan sawah seperti di atas (yang sering disebut pengolahan tanah
sempurna, intensif atau konvensional) banyak kelemahan yang timbul penggunaan air di
sawah amatlah boros. Padahal ketersediaan air semakin terbatas. Selain itu pembajakan dan
pelumpuran tanah yang biasa dilakukan oleh petani ternyata menyebabkan banyak butir-butir
tanah halus dan unsur hara terbawa air irigasi. Hal ini kurang baik dari segi konservasi
lingkungan (Sudirman, 2005).

Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang
sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian
sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini
harus dipelihara yang baik, terutama harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan
hama dan penyakit yang sering kali menurunkan produksi (Sudirman, 2005).

I. Persemaian
Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan persemaian
memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian ini akan
menentukan pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu persemian harus benar-benar
mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat
tercapai (Sudirman, 2005).

1. Penggunaan benih
- Benih unggul
- Bersertifikat
- Kebutuhan benih 25 -30 kg / ha

2. Persiapan lahan untuk persemaian


- Tanah harus subur
- Cahaya matahari
- Pengairan
- Pengawasan

3. Pengolahan tanah calon persemaian


- Persemaian kering
- Persemaian basah
• Persemaian Kering
Persemaian kering biasanya dilakukan pada tanah-tanah remah, banyak terdapat didaerah
sawah tadah hujan. Persemaian tanah kering harus dilakukan dengan baik yaitu :

• Tanah dibersihkan dari rumput clan sisa -sisa jerami yang masih tertinggal, agar tidak
mengganggu pertumbuhan bibit.
• Tanah dibajak atau dicangkul lebih dalam dari pada apa yang dilakukan pada
persemaian basah, agar akar bibit bisa dapat memasuki tanah lebih dalam, sehingga
dapat menyerap hara lebih banyak. Selanjutnya tanah digaru.
• Areal persemaian yang tanahnya sempit dapat dikerjakan dengan cangkul,
yang pada dasarnya pengolahan tanah ini bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah,
agar tanah menjadi gembur (Sudirman, 2005).
➢ Ukuran bedengan persemaian :
• Panjang bedengan : 500 -600 cm atau menurut kebutuhan, akan tetapi perlu diupayakan agar
bedengan tersebut tidak terlalu panjang
• Lebar bedengan 100 -150 cm
• Tinggi bedengan 20 -30 cm
• Diantara kedua bedengan yang berdekatan selokan, dengan ukuran lebar 30-40 cm.
Pembuatan selokan ini dimaksud untuk mempermudah :

a. Penaburan benih dan pencabutan bibit


b. Pemeliharaan bibit dipersemaian meliputi :
c. Penyiangan
d. Pengairan
e. Pemupukan
f. Pemberantasan hama dan penyakit
Persemaian diupayakan lebih dari 1/25 luas sawah yang akan ditanami, penggunaan benih
pada persemaian kering lebih banyak dari persemaian basah (Sudirman, 2005).
• Persemaian Basah
Perbedaan antara persemaian kering dan basah terletak pada penggunaan air.
Persemaian basah, sejak awal pengolahan tanah telah membutuhkan genangan air. Fungsi
genangan air :

a. Air akan melunakan tanah


b. Air dapat mematikan tanaman pengganggu ( rumput )
c. Air dapat dipergunakan untuk memberantas serangga pernsak bibit
Tanah yang telah cukup memperoleh genangan air akan menjadi lunak, tanah yang sudah
lunak ini diolah dengan bajak dan garu masing-masing 2 kali. Namun sebelum pengolahan
tanah harus dilakukan perbaikan pematang terlebih dahulu, kemudian petak sawah dibagi
menurut keperluan. Luas persemaian yang digunakan 1/20 dari areal pertanaman yang akan
ditanami (Sudirman, 2005).

4. Penaburan benih
Perlakuan sebagai upaya persiapan
Benih terlebih dahulu direndam dalam air dengan maksud :
a. Seleksi terhadap benih yang kurang baik, terapung, melayang harus dibuang
b. Agar terjadi proses tisiologis
Proses fisiologis berarti terjadinya perubahan didalam benih yang
akhimya benih cepat berkecambah. Terserap atau masuknya air kedalam benih akan
mempercepat proses fisiologis (Sudirman, 2005).
Benih direndam dalam air selama 24 jam, kemudian diperam (sebelumnya ditiriskan
atau dietus)
➢ Lamanya pemeraman
Benih diperam selama 48 jam, agar didalam pemeraman tersebut benih berkecambah.
Pelaksanaan menebar benih
Hal- hal yang hams diperhatikan dalam menebar benih adalah :

a. Benih telah berkecambah dengan panjang kurang lebih 1 mm


b. Benih tersebar rata
c. Kerapatan benih harus sama

5. Pemeliharaan persemaian
1) Pengairan
Pada pesemaian secara kering
Pengairan pada pesemaian kering dilakukan dengan cara mengalirkan
air keselokan yang berada diantara bedengan, agar terjadi perembesan sehingga
pertumbuhan tanaman dapat berlangsung, meskipun dalam hal ini sering kali ditumbuhi oleh
tumbuhan pengganggu atau rumput. Air berperan menghambat atau bahkan menghentikan
pertumbuhan tanaman pengganggu / rumput. Perlu diketahui bahwa banyaknya air dan
kedalamanya merupakan faktor
yang memperngaruhi perkembangan semai, terutama pada pesemaian yang dilakukan
secara basah (Sudirman, 2005).
Pada pesemaian basah
Pengairan pada pesemaian basah dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Bedengan digenangi air selama 24 jam


b. Setelah genagan itu berlangsung selama 24 jam, kemudian air dikurang hingga
keadakan macak-macak (nyemek-nyemek), kemudian benih mulai bisa disebar
Pengurangan air pada pesemaian hingga keadaan air menjadi macak- macak ini, dimaksudkan
agar benih yang disebar dapat merata dan mudah melekat ditanah sehingga akar mudah
masuk kedalam tanah.

a. Benih tidak busuk akibat genagan air


b. Memudahkan benih bernafas / mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga
proses perkecambahan lebih cepat
c. Benih mendapat sinar matahari secara langsung
Agar benih dalam bedengan tidak hanyut, maka air harus diatur sesuai dengan keadaan,
misalnya: bila akan terjadi hujan maka bedengan perlu digenangi air, agar benih tidak hanyut.
Penggenangan air dilakukan lagi pada saat menjelang pemindahan bibit dari pesemaian
kelahan pertanaman, untuk memudahkan pencabutan.
2) Pemupukan dipersemaian
Biasanya unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar ialah unsur hara makro.
Sedangkan pupuk buatan / anorganik seperti Urea, TSP dll diberikan menjelang penyebaran
benih dipesemaian, bila perlu diberi zat pengatur tumbuh. Pemberian zat pengatur tumbuh
pada benih dilakukan menjelang benih disebar.

II. PERSIAPAN DAN PENGOLAHAN TANAH


Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga
memperoleh susunan tanah ( struktur tanah ) yang dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan
tanah sawah terdiri dari beberapa tahap :
a. Pembersihan
b. Pencangkulan
c. Pembajakan
d. Penggaruan

a. Pembersihan
a) Selokan-selokan perlu dibersihkan
b) Jerami yang ada perlu dibabat untuk pembuatan kompos
b. Pencangkulan
Perbaikan pematang dan petak sawah yang sukar dibajak
c. Membajak
a) Memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah
b) Membalikkan tanah beserta tumbuhan rumput ( jerami ) sehingga akhirnya membusuk.
c) Proses pembusukan dengan bantuan mikro organisme yang ada dalam tanah
d. Menggaru
a) Meratakan dan menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah
b) Pada saat menggaru sebaiknya sawah dalam keaadan basah
➢ Selama digaru saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup agar lumpur tidak hanyut
terbawa air keluar
➢ Penggaruan yang dilakukan berulang kali akan memberikan keuntungan ¾ Permukaan tanah
menjadi rata, ¾ Air yang merembes kebawah menjadi berkurang, Sisa tanaman atau rumput
akan terbenam, ¾ Penanaman menjadi mudah, ¾ Meratakan pembagian pupuk dan pupuk
terbenam (Sudirman, 2005).
III. PENANAMAN
Dalam penanaman bibit padi, harus diperhatikan sebelumnya adalah :
a. Persiapan lahan
b. Umur bibit
c. Tahap penanaman

a. Persiapan lahan
Tanah yang sudah diolah dengan cara yang baik, akhirnya siap untuk ditanami bibit padi.
b. Umur bibit
Bila umur bibit sudah cukup sesuai dengan jenis padi, bib it terse but segera dapat
dipindahkan dengan cara mencabut bibit
c. Tahap penanaman
Tahap penanaman dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu
1) Memindahkan bibit
Bibit dipesemaian yang telah berumum 17-25 hari ( tergantung jenis padinya, genjah / dalam
) dapat segera dipindahkan kelahan yang telah disiapkan.
Syarat -syarat bibit yang siap dipindahkan ke sawah :
a) Bibit telah berumur 17 -25 hari
b) Bibit berdaun 5 -7 helai
c) Batang bagian bawah besar, dan kuat
d) Pertumbuhan bibit seragam ( pada jenis padi yang sama)
e) Bibit tidak terserang hama dan penyakit
f) Bibit yang berumur lebih dari 25 hari kurang baik, bahkan mungkin telah ada yang
mempunyai anakan (Sudirman, 2005).
2) Menanam
Dalam menanam bibit padi, hal- hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Sistim larikan ( cara tanam )
b. Jarak tanam
c. Hubungan tanaman
d. Jumlah tanaman tiap lobang e. Kedalam menanam bibit
f. Cara menanam
a) Sistim larikan ( cara tanam )
• Akan kelihatan rapi
• Memudahkan pemeliharaan terutama dalam penyiangan
• Pemupukan, pengendalian hama dan penyakit akan lebih baik dan cepat
• Dan perlakuan-perlakuan lainnya
• Kebutuhan bibit / pemakaian benih bisa diketahui dengan mudah
b) Jarak tanam
Faktor yang ikut menentukan jarak tanam pada tanaman padi, tergantung pada :

• Jenis tanaman
• Kesuburan tanah
• Ketinggian tempat / musim

A. Jenis tanaman
Jenis padi tertentu dapat menghasilkan banyak anakan. Jumlah anakan yang banyak
memerlukan jarak tanam yang lebih besar, sebaliknya jenis padi yang memiliki
jumlah anakan sedikit memerlukan jarak tanam yang lebih sempit (Sudirman, 2005).

B. Kesuburan tanah
Penyerapan hara oleh akar tanaman padi akan mempengaruhi penentuan jarak tanam, sebab
perkembangan akar atau tanaman itu sendiri pada tanah yang subur lebih baik daTi pada
perkembangan akar / tanaman pada tanah yang kurang subur. Oleh karena itu jarak tanam
yang dibutuhkan pada tanah yang suburpun
akan lebih lebar daTi pada jarak tanam padah tanah yang jurang subur.

C. Ketinggian tempat.
Daerah yang mempunyai ketinggian tertentu seperti daerah pegunungan akan memerlikan
jarakn tanam yang lebih rapat dari pada jarak tanam didataran rendah, hal ini berhubungan
erat dengan penyediaan air. Tanaman padi varietas unggul memerlukan jarak tanam 20 x 20
cm pada musim kemarau, dan 25 x 25 cm pada musim hujan.
c) Hubungan tanaman
Hubungan tanaman berkaitan dengan jarak tanam. Hubungan tanaman yang sering diterapkan
ialah :
➢ Hubungan tanaman bujur sangkar ( segi empat )
➢ Hubungan tanaman empat persegi panjang.
➢ Hubungan tanaman 2 baris.
d) Jumlah tanaman ( bibit ) tiap lobang.
Bibit tanaman yang baik sangat menentukan penggunaannya pada setiap lubang. Pemakian
bibit tiap lubang antara 2 -3 batang
e) Kedalaman penanaman bibit
Bibit yang ditanam terlalu dalam / dangkal menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik,
kedalam tanaman yang baik 3 -4 cm.
f) Cara menanam
Penanaman bibit padi diawali dengan menggaris tanah / menggunakan tali pengukur untuk
menentukan jarak tanam. Setelah pengukuran jarak tanam selesai dilakukan penanaman
padi secara serentak (Sudirman, 2005).

IV. PEMELIHARAAN
Meliputi :
a. Penyulaman dan penyiangan
b. Pengairan
c. Pemupukan
a. Penyulaman dan penyiangan.
Yang harus diperhatikan dalam penyulaman :

• Bibit yang digunakan harus jenis yang sama


• Bibit yang digunakan merupakan sisa bibit yang terdahulu
• Penyulaman tidak boleh melampoi 10 hari setelah tanam.
• Selain tanaman pokok ( tanaman pengganggu ) supaya dihilangkan
b. Pengairan
Pengairan disawah dapat dibedakan :

• Pengairan secara terns menerus


• Pengairan secara piriodik

c. Pemupukan
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan yang
berperan sangat penting bagi tanaman baik dalam proses pertumbuhan /
produksi, pupuk yang sering digunakan oleh petani berupa :

• Pupuk alam ( organik )


• Pupuk buatan ( an organik ) Dosis pupuk yang digunakan :
• Pupuk Urea 250 -300 kg / ha
• Pupuk SP 36 75 -100 kg / ha
• Pupuk KCI 50 -100 kg / ha (Sudirman, 2005).
Teknik budidaya secara konvensional
Teknik budidaya padi secara konvensional meliputi:
1. Penyiapan bibit padi (persemaian)
Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan persemaian
memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian ini akan
menentukan pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu persemaian harus benar-benar
mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat
tercapai. Persemaian dilakukan dengan menyebar benih padi secara merata pada bedengan
dengan kandungan air jenuh tetapi tidak menggenang. Dalam tiga atau empat hari benih telah
berkecambah. Tanaman muda yang berumur tiga minggu siap dicabut dan dipindah ke lahan
sawah. Bibit yang telah dicabut , akan dikelompokkan kemudian diikat dan dibawa ke sawah.
2. Penyiapan lahan (sawah)
Jika musim hujan telah tiba,maka petani segera membuka lahan untuk musim tanam. Pada
saat ini dilakukan pengolahan tanah yang bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian
dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah (struktur tanah) yang dikehendaki
oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap seperti pembersihan,
pencangkulan,pembajakan,penggaruan,pembersihan.
3. Penanaman padi
Pada proses ini, bibit padi yang telah berumur 17-25 hari (tergantung jenis padinya) akan
segera ditanam. Mula-mula bibit diatur sedemikian rupa (biasanya dijejerkan dalam beberapa
baris dan dijejerkan beraturan). Hal ini bertujuan untuk memudahkan petani ketika menanam.
Penanaman padi di sawah umumnya ditanam dengan jarak teratur. Yang paling populer di
pulau Jawa adalah berjarak 20 cm. Tanaman muda ditancapkan kedalam tanah yang
digenangi air sedalam 10-15 cm hingga akarnya terbenam dibawah permukaan tanah.
4. Pemeliharaan
Setelah ditanam, maka padi selanjutnya akan tumbuh dalam beberapa minggu. Pada saat ini
,padi harus ,mendapatkan pengairan yang cukup,harus dipupuk dan kebersihan rumput-
rumput liar. Pemberantasan hama dan tikus juga harus dilakukan, agar tanaman padi tidak
rusak.
5. Panen padi
Padi biasanya bisa dipanen setelah 4-5 bulan. Pada saat itu padi telah berisi dan menguning.
Di pedesaan, biasanya petani masih menggunakan arit atau celurit untuk memotong padi.
Setelah dipanen,kemudian,padi ,kemudian dipisahkan dari batangnya dengan cara di gilas.
PERBEDAAN BUDIDAYA PADI
KONVENSIONAL DENGAN METODE
SRI
23.37.00 | Label: PERTANIAN

PENGOLAHAN LAHAN

Pengolahan lahan untuk pertanian konvensional dan pertanian dengan metode SRI
hampir sama dimana dengan menggunakan tenaga manusia, hewan atau traktor
dengan urutan tanah dibajak, digaru dan diratakan. Perbedaanya yaitu, pada
metode SRI saat digaru disebari dengan menggunakan pupuk organik.

BENIH
Pada pertanian konvensional tidak ada teknik khusus untuk menyeleksi benih. Benih
hanya direndam di dalam air selama 1 hari 1 malam, selanjutnya benih diperam
selama 2 hari 2 malam, dan benih siap untuk disemaikan.
Pada metode SRI ada teknik khusus yaitu benih diseleksi dengan menggunakan
larutan garam. Dimana, air dimasukkan kedalam toples dan masukkan sebuah telur,
kemudian masukkan garam perlahan-lahan dan aduk hingga telur
mengapung (sebagai penanda larutan siap digunakan). Kemudian masukkan benih
yang akan ditanam ke dalam larutan garam tersebut. Benih yang tenggelam adalah
benih yang kualitasnya baik. Benih yang baik diambil, disisihkan dan dibersihkan
dengan air hingga larutan garam tidak menempel. Selanjutnya benih diperam
selama 1 hari 1 malam (tidak lebih) dan benih siap untuk dsemaikan.

PERSEMAIAN
Pada pertanian konvensional persemaian dilakukan langsung di lahan sawah
dengan kebutuhan benih yang banyak yaitu antara 35-45 kg/ha.
Pada metode SRI persemaian bisa dilakukan dengan menggunakan wadah dengan
kebutuhan benih yang sedikit yaitu antara 5-10 kg/ha.

SEBELUM BIBIT DITANAM


Pada pertanian konvensional bibit yang siap ditanam dicabut dan dibersihkan dari
tanah yang melekat pada akar dan sebagian daun dipotong dan dibagi perikatan
untuk ditanam. Bibit juga harus diistirahatkan selama 1 jam hingga 1 hari sebelum
ditanam.
Pada metode SRI bibit diangkat (tidak dicabut) bersama tanah yang melekat pada
akar dan langsung ditanam di sawah (kurang dari 30 menit).
PENANAMAN
Pada pertanian konvensional umur bibit yang siap ditanam adalah 18-25 hari setelah
semai. Satu lubang tanam berisi 5-8 bibit tanaman. Bibit ditanam dengan kedalaman
5 cm (lebih).
Pada metode SRI mur bibit yang siap ditanam adalah 7-12 hari setelah semai. Satu
lubang tanam berisi 1 bibit tanaman. Bibit ditanam dengan kedalaman 2-3 cm
dengan bentuk perakaran horizontal berbentuk huruf L.

PENGAIRAN
Pada pertanian konvensional Lahan digenangi air sampai setinggi 5-7 cm di
atas permukaan tanah secara terus menerus.
Pada metode SRI menggunakan pola pengairan intermitten/pola pengairan terputus
(sawah tidak terus menerus digenangi air). Ada sistem drainase yang baik di tiap
petak-petak sawah. Ketika padi mencapai umur 1-8 hari sesudah tanam (HST),
keadaan air di lahan adalah “macakmacak”. Sesudah padi mencapai umur 9-10
HST air kembali digenangkan dengan ketinggian 2-3 cm selama 1 malam saja. Ini
dilakukan untuk memudahkan penyiangan tahap pertama. Setelah selesai disiangi,
sawah kembali dikeringkan sampai padi mencapai umur 18 HST. Pada umur 19-20
HST sawah kembali digenangi untuk memudahkan penyiangan tahap
kedua. Selanjutnya setelah padi berbunga, sawah diairi kembali setinggi 1-2 cm dan
kondisi ini dipertahankan sampai padi “masak susu” (± 15-20 hari sebelum panen).
Kemudian sawah kembali dikeringkan sampai saat panen tiba.

PEMUPUKAN
Pada pertanian konvensional menggunakan pupuk Urea, TSP, dan KCl.
Pada metode SRI menggunakan pupuk kandang/bokashi yang diberi tambahan
pupuk organik cair yang mengandung mikroorganisme lokal.

PENYIANGAN
Pada pertanian konvensional hanya bertujuan membuang gulma dan dengan
menggunakan herbisida
Pada metode SRI selain bertujuan membersihkan gulma, teknik membenamkan
gulma yang tercabut ke dalam tanah juga bertujuan memperbaiki struktur tanah dan
dilakukan menggunakan tenaga manusia dan alat bantu “susruk”.

PENGENDALIAN HAMA
Pada pertanian konvensional menggunakan pestisida kimia.
Pada metode SRI menggunakan pestisida organik

Anda mungkin juga menyukai