2. KEBUTUHAN
AIR TANAMAN
A. PEMBIBITAN
Sebelum padi ditanam, tanaman padi harus disemaikan lebih dahulu.
Pesemaian harus disiapkan dan dikerjakan dengan baik, supaya
diperoleh bibit yang baik, sehingga pertumbuhannya akan baik pula.
Memilih tempat pesemaian
Tanahnya harus subur, banyak mengandung humus, dan gembur.
Tanahnya terbuka, tak terlindung oleh pepohonan, sehingga sinar matahari
dapat diterima dan dipergunakan sepenuhnya.
Dekat dengan sumber air terutama untuk pesemaian basah, karena banyak
membutuhkan air. Sedangkan untuk pesemaian kering, agar mudah
mendapatkan air untuk menyirami apabila pesemaian itu mengalami
kekeringan.
Apabila areal yang akan ditanami cukup luas sebaiknya tempat pembuatan
pesemaian tak terkumpul menjadi satu tempat tetapi dibuat memencar. Hal
itu untuk menghemat biaya atau tenaga pengangkutannya.
6
A. PEMBIBITAN
Mengerjakan tanah untuk pesemaian
Tanah pesemaian harus mulai dikerjakan kurang lebih 50 hari sebelum
penanaman. Karena adanya dua jenis padi, yaitu padi basah dan padi
kering, maka tanah pesemaian juga dapat dibedakan atas pesemaian
basah dan pesemaian kering.
Pesemaian basah
Dalam membuat pesemaian basah harus dipilih tanah sawah yang betul-betul
subur. Rumput-rumput dan jerami yang masih tertinggal harus dibersihkan lebih
dulu. Kemudian sawah digenangi air agar tanah menjadi lunak, rumput-rumputan
yang akan tumbuh menjadi mati, dan bermacam-macam serangga yang dapat
merusak bibit mati pula.
Selanjutnya, apabila tanah sudah cukup lunak lalu dibajak/digaru dua kali agar
tanah menjadi halus. Pada saat itu juga sekaligus dibuat petakan-petakan dan
memperbaiki pematang.
Sebagai ukuran dasar luas pesemaian yang harus dibuat kurang lebih 1/20 dari
areal sawah yang akan ditanami.
7
A. PEMBIBITAN
Mengerjakan tanah untuk pesemaian
Pesemaian kering
Prinsip pembuatan pesemaian kering sama dengan pesemaian basah. Rumput-
rumput dan sisa-sisa jerami yang ada harus dibersihkan terlebih dahulu. Tanah
dibolak-balik dengan bajak dan digaru, atau bisa juga memakai cangkul, yang
terpenting tanah menjadi gembur.
Setelah tanah menjadi halus, diratakan dan dibuat bedengan-bedengan. Adapun
ukuran bedengan sebagai berikut : Tinggi 20 cm, lebar 120 cm, panjang 500-600
cm.
Antara bedengan yang satu dengan yang lain diberi jarak 30 cm sebagai selokan
yang dapat digunakan untuk memudahkan : penaburan biji, pengairan,
pemupukan, penyemprotan hama, penyiangan, dan pencabutan bibit.
8
A. PEMBIBITAN
Penaburan Bibit
Untuk memilih biji-biji yang bernas, biji harus direndam dalam air. Biji-biji
yang bernas akan tenggelam sedangkan biji-biji yang hampa akan
terapung.
Maksud perendaman selain memilih biji yang bernas, juga agar biji cepat
berkecambah. Lama perendaman cukup 24 jam, kemudian biji diambil dari
rendaman lalu diperam, dibungkus memakai daun pisang dan karung.
Pemeraman dibiarkan selama 8 jam.
Apabila biji sudah berkecambah dengan panjang 1 mm, maka biji disebar
di tempat pesemaian. Diusahakan agar penyebaran biji merata, tidak
terlalu rapat dan tidak terlalu jarang.
Apabila penyebarannya terlalu rapat akan mengakibatkan benih yang
tumbuh kecil-kecil dan lemah, tetapi penyebaran yang terlalu jarang
biasanya menyebabkan tumbuh benih tidak merata
9
A. PEMBIBITAN
Pemeliharaan Pesemaian
Pada pesemaian basah, begitu biji ditaburkan terus digenangi air selama
24 jam, baru dikeringkan.
Genangan air dimaksudkan agar biji yang disebar tidak berkelompok-
kelompok sehingga dapat merata. Adapun pengeringan setelah
penggenangan selama 24 jam itu dimaksudkan agar biji tidak membusuk
dan mempercepat pertumbuhan.
Pada pesemaian kering, pengairan dilakukan dengan air rembesan. Air
dimasukkan dalam selokan antara bedengan-bedengan sehingga
bedengan akan terus-menerus mendapatkan air dan benih akan tumbuh
tanpa mengalami kekeringan.
Apabila benih sudah cukup besar, penggenangan dilakukan dengan
melihat keadaan. Pada bedengan pesemaian bila banyak ditumbuhi
rumput, perlu digenangi air. Apabila pada pesemaian tidak ditumbuhi
rumput, maka penggenangan air hanya kalau diperlukan saja.
10
Pembibitan Padi
11
B. PENGOLAHAN TANAH
Pengolahan tanah untuk penanaman padi harus sudah disiapkan
sejak dua bulan sebelum penanaman. Pelaksanaannya dapat
dilakukan dengan dua macam cara yaitu dengan cara tradisional dan
cara modern.
Pengolahan tanah sawah dengan cara tradisional, yaitu pengolahan tanah
sawah dengan alat-alat sederhana seperti sabit, cangkul, bajak dan garu
yang semuanya dilakukan oleh manusia atau dibantu oleh binatang
misalnya, kerbau dan sapi.
Pengolahan tanah sawah dengan cara modern yaitu pengolahaan tanah
sawah yang dilakukan dengan mesin, contohnya dengan traktor dan alat-
alat pengolahan tanah yang dioperasikan manusia.
12
B. PENGOLAHAN TANAH
Tahapan pengolahan tanah adalah:
1) Pembersihan
Sebelum tanah sawah dicangkul, harus dibersihkan lebih dahulu dari
jerami-jerami atau rumput-rumput yang ada. Dikumpulkan di satu
tempat atau dijadikan kompos. Sebaiknya jangan dibakar, sebab
pembakaran jerami itu akan menghilangkan zat nitrogen yang sangat
penting bagi pertumbuhan tanaman.
2) Pencangkulan
Sawah yang akan dicangkul harus digenangi air terlebih dahulu agar
tanah menjadi lunak dan rumput-rumputnya cepat membusuk.
Pekerjaan pencangkulan ini dilanjutkan pula dengan perbaikan
pematang-pematang yang bocor.
13
B. PENGOLAHAN TANAH
3) Pembajakan
Sebelum pembajakan, sawah harus digenangi air lebih dahulu.
Pembajakan dimulai dari tepi atau dari tengah petakan sawah yang
dalamnya antara 12-20 cm.
Tujuan pembajakan adalah mematikan dan membenamkan rumput, dan
membenamkan bahan-bahan organis seperti : pupuk hijau, pupuk
kandang, dan kompos sehingga bercampur dengan tanah. Selesai
pembajakan sawah digenangi air lagi selama 5-7 hari untuk
mempercepat pembusukan sisa-sisa tanaman dan melunakkan
bongkahan-bongkahan tanah.
14
B. PENGOLAHAN TANAH
4) Penggaruan
Pada waktu sawah akan digaru genangan air dikurangi, sehingga cukup
hanya untuk membasahi bongkahan-bongkahan tanah saja.
Penggaruan dilakukan berulang-ulang sehingga sisa-sisa rumput
terbenam dan mengurangi perembesan air ke bawah.
Setelah penggaruan pertama selesai, sawah digenangi air lagi selama
7-10 hari, selang beberapa hari diadakan pembajakan yang kedua.
Tujuannya yaitu: meratakan tanah, meratakan pupuk dasar yang
dibenamkan, dan pelumpuran agar menjadi lebih sempurna.
15
Penggaruan Tradisional
19
C. PENANAMAN
Pekerjaan penanaman didahului dengan pekerjaan pencabutan bibit di
pesemaian. Bibit yang akan dicabut adalah bibit yang sudah berumur 25-40
hari (tergantung jenisnya), berdaun 5-7 helai. 2 atau 3 hari sebelum
pencabutan, tanah digenangi air agar tanah menjadi lunak dan memudahkan
pencabutan.
Bibit yang telah dicabut lalu diikat dalam satu ikatan besar untuk
memudahkan pengangkutan. Bibit yang sudah dicabut harus segera ditanam,
jangan sampai bermalam.
Penanaman padi yang baik harus menggunakan larikan ke kanan dan ke kiri
dengan jarak 20 x 20 cm, hal ini untuk memudahkan pemeliharaan, baik
penyiangan atau pemupukan dan memungkinkan setiap tanaman
memperoleh sinar matahari yang cukup dan zat-zat makanan secara merata.
Dengan berjalan mundur tangan kiri memegang bibit, tangan kanan
menanam. Tiap lubang 2 atau 3 batang bibit, dalamnya kira-kira 3 atau 4 cm.
Usahakan penanaman tegak lurus jangan sampai miring.
20
Pengangkutan Bibit
21
Penanaman Padi
22
D. PEMELIHARAAN
Pengairan
Air yang dipergunakan untuk pengairan padi di sawah sebaiknya adalah air
yang berasal dari sungai, sebab air sungai banyak mengandung lumpur
dan kotoran-kotoran yang sangat berguna untuk menambah kesuburan
tanah dan tanaman.
Air yang dimasukkan ke petakan-petakan sawah adalah air yang berasal
dari saluran sekunder atau tersier.
Pada waktu mengairi tanaman padi di sawah, dalamnya air harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan umur tanaman tersebut. Kedalaman
air hendaknya diatur dengan cara sebagai berikut:
Tanaman yang berumur 0-8 hari dalamnya air cukup 5 cm.
Tanaman yang berumur 8-45 hari dalamnya air dapat ditambah hingga 10-20 cm.
Tanaman padi yang sudah membentuk bulir dan mulai menguning dalamnya air
dapat ditambah hingga 25 cm, setelah itu dikurangi sedikit demi sedikit.
Sepuluh hari sebelum panen, sawah dikeringkan sama sekali. Agar padi dapat
masak bersama-sama.
24
D. PEMELIHARAAN
Penyiangan dan Penyulaman
Setelah penanaman, apabila tanaman padi ada yang mati harus segera
diganti (disulam). Tanaman sulam itu dapat menyamai yang lain, apabila
penggantian bibit baru jangan sampai lewat 10 hari sesudah tanam.
Selain penyulaman yang perlu dilakukan adalah penyiangan agar rumput-
rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman padi tidak bertumbuh banyak
dan mengambil zat-zat makanan yang dibutuhkan tanaman padi.
Penyiangan dilakukan dua kali yang pertama setelah padi berumur 3
minggu dan yang kedua setelah padi berumur 6 minggu.
25
FASE VEGETATIF
A. Tahap Perkecambahan benih (germination)
Pada fase ini benih akan menyerap air dari lingkungan (karena
perbedaan kadar air antara benih dan lingkungan), masa dormansi
akan pecah ditandai dengan kemunculan radicula dan plumule.
Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah
kelembaban, cahaya dan suhu.
Petani biasanya melakukan perendaman benih selama 24 jam
kemudian diperam 24 jam lagi.
Tahap perkecambahan benih berakhir sampai daun pertama
muncul dan ini berlangsung 3-5 hari.
29
FASE VEGETATIF
B. Tahap Pertunasan (seedling stage)
Tahap pertunasan mulai begitu benih berkecambah hingga
menjelang anakan pertama muncul. Umumnya petani melewatkan
tahap pertumbuhan ini di pesemaian.
Pada awal di pesemaian, mulai muncul akar seminal hingga
kemunculan akar sekunder (adventitious) membentuk sistem
perakaran serabut permanen dengan cepat menggantikan radikula
dan akar seminal sementara.
Di sisi lain tunas terus tumbuh, dua daun lagi terbentuk. Daun terus
berkembang pada kecepatan 1 daun setiap 3-4 hari selama tahap
awal pertumbuhan sampai terbentuknya 5 daun sempurna yang
menandai akhir fase ini.
Dengan demikian pada umur 15 – 20 hari setelah sebar, bibit telah
mempunyai 5 daun dan sistem perakaran yang berkembang
dengan cepat. Pada kondisi ini, bibit siap dipindahtanamkan.
30
FASE VEGETATIF
C. Tahap Pembentukan anakan (tillering stage)
Setelah kemunculan daun kelima, tanaman
mulai membentuk anakan bersamaan
dengan berkembangnya tunas baru.
Anakan muncul dari tunas aksial (axillary)
pada buku batang dan menggantikan tempat
daun serta tumbuh dan berkembang.
Bibit ini menunjukkan posisi dari dua anakan
pertama yang mengapit batang utama dan
daunnya. Setelah tumbuh (emerging),
anakan pertama memunculkan anakan
sekunder, demikian seterusnya hingga
anakan maksimal.
31
FASE VEGETATIF
C. Tahap Pembentukan anakan (tillering stage)
Pada fase ini, ada dua tahapan penting yaitu pembentukan anakan
aktif dan disusul dengan perpanjangan batang (stem elongation).
Kedua tahapan ini bisa tumpang tindih, tanaman yang sudah tidak
membentuk anakan akan mengalami perpanjangan batang, buku
kelima dari batang di bawah kedudukan malai, memanjang hanya
2-4 cm sebelum pembentukan malai. Sementara tanaman muda
(tepi) terkadang masih membentuk anakan baru, sehingga terlihat
perkembangan kanopi sangat cepat.
Secara umum, fase pembentukan anakan berlangsung selama
kurang lebih 30 hari. Pada tanaman yang menggunakan sistem
tabela (tanam benih langsung) periode fase ini mungkin tidak
sampai 30 hari karena bibit tidak mengalami stagnasi seperti halnya
tanaman sistem tapin yang beradaptasi dulu dengan lingkungan
barunya sesaat setelah pindah tanam
32
FASE GENERATIF
Fase Generatif terbagi menjadi 2
fase:
Fase Reproduktif
Fase Pemasakan/ Pematang-an
33
PERHITUNGAN
KEBUTUHAN AIR TANAMAN
40
Besarnya Efisiensi:
Efisiensi di saluran tersier : 80% = 0,80
Efisiensi di saluran sekunder : 80% × 90% = 72% = 0,72
Efisiensi di saluran primer : 80% × 90% × 90% = 64,8% = 0,65
44
S = PWR + 50 mm
PWR =
(S a − Sb ) N d
+ Pd + FI
PWR dirumuskan:
10000
PWR = Paddy Water Requirement, Kebutuhan air untuk penyiapan lahan [mm]
Sa = derajat kejenuhan tanah setelah penyiapan lahan (100%)
Sb = derajat kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan (0–75%)
N = porositas tanah [%]
d = asumsi kedalaman tanah setelah penyiapan lahan [mm]
Pd = kedalaman genangan setelah penyiapan lahan (50 mm)
FI = kehilangan air di sawah dalam 1 hari (5 mm/hari)
M S [mm] S [mm]
[mm/hari] 150 200 250 300 350 150 200 250 300 350
3,00 6,65 8,28 9,92 11,57 13,23 5,06 6,11 7,19 8,28 9,37
3,25 6,80 8,42 10,06 11,71 13,37 5,22 6,27 7,34 8,42 9,52
3,50 6,95 8,57 10,21 11,85 13,50 5,38 6,42 7,49 8,57 9,66
3,75 7,11 8,72 10,35 11,99 13,64 5,55 6,58 7,64 8,72 9,80
4,00 7,26 8,87 10,49 12,13 13,78 5,72 6,74 7,79 8,87 9,95
4,25 7,42 9,02 10,64 12,28 13,92 5,90 6,90 7,95 9,02 10,10
4,50 7,58 9,17 10,78 12,42 14,06 6,07 7,07 8,11 9,17 10,24
4,75 7,75 9,32 10,93 12,56 14,20 6,25 7,23 8,26 9,32 10,39
5,00 7,91 9,48 11,08 12,71 14,34 6,44 7,40 8,43 9,48 10,54
5,25 8,08 9,63 11,23 12,85 14,49 6,62 7,57 8,59 9,63 10,70
5,50 8,24 9,79 11,38 13,00 14,63 6,81 7,75 8,75 9,79 10,85
5,75 8,41 9,95 11,54 13,15 14,78 7,00 7,92 8,92 9,95 11,00
6,00 8,59 10,11 11,69 13,30 14,92 7,19 8,10 9,09 10,11 11,16
6,25 8,76 10,27 11,85 13,45 15,07 7,38 8,28 9,25 10,27 11,32
6,50 8,94 10,44 12,00 13,60 15,22 7,58 8,46 9,43 10,44 11,48
6,75 9,11 10,60 12,16 13,75 15,37 7,78 8,64 9,60 10,60 11,63
7,00 9,29 10,77 12,32 13,91 15,51 7,98 8,83 9,77 10,77 11,80
7,25 9,47 10,94 12,48 14,06 15,66 8,18 9,01 9,95 10,94 11,96
7,50 9,65 11,11 12,64 14,21 15,82 8,38 9,20 10,12 11,11 12,12
7,75 9,84 11,28 12,80 14,37 15,97 8,59 9,39 10,30 11,28 12,29
8,00 10,02 11,45 12,96 14,53 16,12 8,80 9,58 10,48 11,45 12,45
8,25 10,21 11,62 13,13 14,69 16,27 9,01 9,78 10,67 11,62 12,62
8,50 10,40 11,80 13,29 14,84 16,43 9,22 9,97 10,85 11,80 12,79
8,75 10,59 11,97 13,46 15,01 16,58 9,43 10,17 11,03 11,97 12,96
9,00 10,78 12,15 13,63 15,17 16,74 9,65 10,37 11,22 12,15 13,13
9,25 10,98 12,33 13,80 15,33 16,90 9,87 10,57 11,41 12,33 13,30
9,50 11,17 12,51 13,97 15,49 17,05 10,08 10,77 11,60 12,51 13,47
9,75 11,37 12,69 14,14 15,65 17,21 10,30 10,97 11,79 12,69 13,65
10,00 11,57 12,87 14,31 15,82 17,37 10,52 11,18 11,98 12,87 13,82
48
Nop Des Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Agt Sep Ok
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
WLR 1 3,3 3,3 3,3 3,3
WLR 2 3,3 3,3 3,3 3,3
WLR 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7
Nop Des Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Agt Sep Ok
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
WLR 1 3,3 3,3 3,3 3,3
WLR 2 3,3 3,3 3,3 3,3
WLR 3 3,3 3,3 3,3 3,3
WLR 1,1 1,1 2,2 1,1 1,1 1,1 1,1 2,2 1,1 1,1
52
14
Kebutuhan air maksimum
12
Koef. Tanaman, Kc
10 Akhir
Awal pemanfaatan
8 Pemanfaatan air
air
6
Tahap 4
Tahap 3
Tahap 2
Tahap 1
Awal
0
Waktu (hari)
0 50 100 150
56
PET = c [W Rn + (1 − w ) f (u )(e a − e d )]
c×W B
Rn (Hi – Ho)
(1 – w) (1 – B)
f(u) (ea – ed) Ea
ET0 = B (H i − H o ) + (1 − B ) Ea
Hi = Ra (1 – r) (a1 + a2 Z)
Ea = a7 (ea – ed) (a8 + a9 U2) U2 = kecepatan angin rata2 pada ketinggian 2 m di atas
permukaan tanah (km/jam)
Lintang Selatan
Bulan 50° 45° 40° 35* 30° 25° 20° 15° 10° 5° 0°
1 17.10 17.30 17.30 17.30 17.30 17.05 16.80 16.30 15.80 15.15 14.50
2 14.10 14.65 15.20 15.50 15.80 15.90 16.00 15.85 15.70 15.35 15.00
3 10.50 11.35 12.20 12.90 13.60 14.10 14.60 14.85 15.10 . 15.15 15.20
4 6.60 7.70 8.80 9.80 10.80 11.65 12.50 13.15 13.80 14.25 14.70
5 4.10 5.25 6.40 7.55 8.70 9.70 10.70 11.55 12.40 13.1.5 13.90
6 2.80 3.95 5.10 6.25 7.40 8.50 9.60 10.60 11.60 12.50 13.40
7 3.30- 4.45 5.60 6.70 7.80 8.90 10.00 10.95 11.90 12.70 13.50
8 5.20 6.35 7.50 8.55 9.60 10.55 11.50 12.25 13.00 13.00 14.20
9 8.50 9.50 10.50 11.30 12.10 12.80 13.50 13.95 14.40 14.65 14.90
10 12.50 13.15 13.80 14.30 14.80 15.05 15.30 15.30 15.30 15.15 15.00
11 16.00 16.25 16.50 16.60 16.70 16.55 16.40 16.05 15.70 15.15 14.60
12 17.80 17.80 17.80 17.70 17.60 17.25 16.90 16.35 15.80 15.05 14.30
64
Sisa air hujan yg tersimpan di zona akar dan dapat digunakan oleh
tanaman disebut Curah Hujan Efektif (Re).
Rumus di atas dapat digunakan untuk lahan dengan kemiringan lebih kecil
dari 4%–5%. Untuk areal yang mempunyai kemiringan lebih besar dari
yang disyaratkan di atas, maka perlu dilakukan perubahan lahan dengan
cara pencetakan sawah.
73
300 + 160
2 230
Curah hujan ½ bulanan ke-2 Februari: Re = × 300 = × 300
300 + 220 300 + 160 490
+
2 2
= 140.82 mm 1 2 bulan
76
350
300
250
Hujan Bulanan [mm]
200
159,18
150 140,82
100
50
0
Feb-1 Feb-2
Bulan
79
OKT 1
NOV 1
DES 1
JAN 1
FEB 1
TOTAL
83
Kelp. I PADI
Keuntungan:
Menghemat penggunaan air
Mengurangi jumlah tenaga kerja
85
Kelp. I PADI
Kelp. II PADI
NOV 1
DES 1
JAN 1
FEB 1
2
TOTAL
88
POLA TANAM
Pola tanam adalah suatu urutan tanam pada sebidang lahan dalam
satu tahun, termasuk di dalamnya masa pengolahan tanah.
Pola tanam merupakan bagian atau sub sistem dari sistem budidaya
tanaman, maka dari sistem budidaya tanaman ini dapat
dikembangkan satu atau lebih sistem pola tanam.
Pola tanam ini diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumber daya
secara optimal dan untuk menghindari resiko kegagalan. Namun yang
penting persyaratan tumbuh antara kedua tanaman atau lebih
terhadap lahan hendaklah mendekati kesamaan.
Pola tanam di daerah tropis, biasanya disusun selama satu tahun
dengan memperhatikan curah hujan, terutama pada daerah atau
lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan
jenis/varietas yang ditanam perlu disesuaikan dengan keadaan air
yang tersedia ataupun curah hujan.
89
POLA TANAM
Pola tanam terbagi dua yaitu pola tanam monokultur dan pola tanam
polikultur. Pertanian monokultur adalah pertanian dengan menanam
tanaman sejenis. Misalnya sawah ditanami padi saja, jagung saja,
atau kedelai saja. Tujuan menanam secara monokultur adalah
meningkatkan hasil pertanian. Sedangkan pola tanam polikultur ialah
pola pertanian dengan banyak jenis tanaman pada satu bidang lahan
yang terusun dan terencana dengan menerapkan aspek lingkungan
yang lebih baik.
Pengetahuan mengenai pola tanam sangat perlu bagi petani. Sebab
dari usaha tani yang dilakukan, diharapkan dapat mendatangkan
hasil yang maksimal. Tidak hanya hasil yang menjadi objek, bahkan
keuntungan maksimum dapat diperoleh dengan tidak mengabaikan
pengawetan tanah dan menjaga kestabilan kesuburan tanah.
Pola tanam padi di Indonesia biasanya adalah Padi – Padi – Palawija.
90
POLA TANAM
Contoh pola tanam Padi – Padi – Palawija dengan lama penyiapan
lahan 45 hari, jenis padi unggul, mulai penyiapan lahan pertengahan
Oktober (Oktober 2) tergambar sebagai berikut:
Luas Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des
Kelompok
[ha] 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Mei
1
2
3,12
3,12
2
2
3,36
0,94
Jika R e(50%) > 75mm/bulan :
Juni
1 3,36 2 2,5
(0,8 × Re ( 50%) − 25)
2 3,36 2 0,29 Re = [mm/hari]
Juli
1 3,86 2 0,17 1,69 1 bulan = 30
Jika R e(50%) < 75mm/bulan :
2 3,86 2 1,69
1 4,31 2 1,94
Agustus
2 4,31 2 1,94
(0,6 × Re ( 50%) − 10)
1 4,11 2 1,27 Re = [mm/hari]
1 bulan = 30
September
2 4,11 2 1,27
1 4,05 2 7,04
Oktober
2 4,05 2 3,47
1 3,31 2 4,05
Nopember
2 3,31 2 5,13
1 3,33 2 5,3
Desember
2 3,33 2 5,57
1/2 bulan ET0 P Re padi Re plwj Kc Rata-2 Kc Rata-2
Bulan Kc1 Kc2 Kc3
ke [mm/hari] [mm/hari] [mm/hari] [mm/hari] Padi Palawija
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 3,44 2 5,84 1,05 1,05 1,1 1,07
Januari
2 3,44 2 6,96 0,95 1,05 1,05 1,02
1 3,15 2 4,58 0 0,95 1,05 0,67
Febuari
2 3,15 2 2,02 0 0,95 0,32
1 3,19 2 4,62 0 0,00
Maret
2 3,19 2 5,16 LP2 LP2 LP2 LP2
1 3,43 2 4,57 1,1 LP2 LP2 LP2
April
2 3,43 2 3,21 1,1 1,1 LP2 LP2
1 3,12 2 3,36 1,05 1,1 1,1 1,08
Mei
2 3,12 2 0,94 1,05 1,05 1,1 1,07
1 3,36 2 2,5 0,95 1,05 1,05 1,02
Juni
2 3,36 2 0,29 0 0,95 1,05 0,67
1 3,86 2 0,17 1,69 0,5 0 0,95 0,32 0,17
Juli
2 3,86 2 1,69 0,75 0,5 0 0,42
1 4,31 2 1,94 1 0,75 0,5 0,75
Agustus
2 4,31 2 1,94 1 1 0,75 0,92
1 4,11 2 1,27 0,82 1 1 0,94
September
2 4,11 2 1,27 0,45 0,82 1 0,76
1 4,05 2 7,04 0,45 0,82 0,42
Oktober
2 4,05 2 3,47 0,45 0,15
1 3,31 2 4,05 LP1 LP1 LP1 LP1
Nopember
2 3,31 2 5,13 1,1 LP1 LP1 LP1
1 3,33 2 5,3 1,1 1,1 LP1 LP1
Desember
2 3,33 2 5,57 1,05 1,1 1,1 1,08
1/2 bulan Kc Rata-2 Kc Rata-2 E0 + P LP WLR ETc padi ETc plwj NFR padi NFR plwj DR
Bulan
ke Padi Palawija [mm/hari] [mm/hari] [mm/hari] [mm/hari] [mm/hari] [mm/hari] [mm/hari] [l/s/ha]
1 2 10 11 12 13 14 16 17 18 19 20
1 1,07 1,1 3,67 0,93 0,17
Januari
2 1,02 2,2 3,50 0,74 0,13
1 0,67 1,1 2,10 0,62 0,11
Febuari
2 0,32 1,1 1,00 2,08 0,37
1 0,00 0,00 0,00 0,00
Maret
2 LP2 5,509 9,80 4,64 0,83
1 LP2 5,773 9,96 5,39 0,96
April
2 LP2 5,773 9,96 6,75 1,20
1 1,08 1,1 3,38 3,12 0,56
Mei
2 1,07 1,1 3,33 5,49 0,98
1 1,02 2,2 3,42 5,12 0,91
Juni
2 0,67 1,1 2,24 5,05 0,90
1 0,32 0,17 1,1 1,22 0,64 4,15 0,00 0,74
Juli
2 0,42 1,61 0,00 0,00
1 0,75 3,23 1,29 0,23
Agustus
2 0,92 3,95 2,01 0,36
1 0,94 3,86 2,59 0,46
September
2 0,76 3,11 1,84 0,33
1 0,42 1,71 0,00 0,00
Oktober
2 0,15 0,61 0,00 0,00
1 LP1 5,641 9,88 5,83 1,04
Nopember
2 LP1 5,641 9,88 4,75 0,85
1 LP1 5,663 9,89 4,59 0,82
Desember
2 1,08 1,1 3,61 1,14 0,20
96
NFR padi dan palawija kolom (18) dan (19) dihitung dengan rumus:
NFR padi = ETc + P + WLR − Re (80%) NFR = LP − Re (80%)
NFR palawija = ETc − Re (50%)
NFR
DR kolom (20) dihitung dengan rumus: DR =
e × 8,64
97
Tahun 1: G1-G2-G3-G4
Tahun 2: G2-G3-G4-G1 Gol. 4
0,25 A ha
Tahun 3: G3-G1-G4-G2, dst.
101
Jawab
Jumlah kebutuhan air di intake = 2.711 × 0,85/0,65 = 3.545 l/s
Debit yang ada = 1.400 l/s
“Faktor K” = 1.400/3.545 = 0,395
Kebutuhan air di intake per ha = 0,85/0,65 = 1,31 l/s/ha
Luas areal maksimum yang dapat diairi Amaks = 1.400/1,31 = 1.068,7 ha.
Dengan luas areal keseluruhan 2.711 ha, kita harus membagi petak-petak tersier
tersebut menjadi tiga kelompok giliran sehingga luas tiap kelompok tidak melebihi
luas maksimum yang dapat diairi (2.711/3 = 904 ha < Amaks).
105
Lamanya waktu
Giliran Bobot Areal Debit [l/s]
giliran [Jam]
I 0,35 84 1241
II 0,36 86 1282
III 0,29 70 1028
Jumlah 1,00 240