Diktat kuliah
Oleh:
Dr. Ir. Hermagasantos Zein, M.Sc.
e1 & i1 e"&i"
Z1
Z2
e'&i '
Titik Peralihan
Setelah mempelajari buku ini diharapkan mahasiswa dapat mengasai teknik tegangan
tinggi sebaik mungkin untuk diaplikasikan. Secara lebih rinci, agar mahasiawa dapat
melakukan perhitungan medan sederhana, masalah-masalah penerapan tegangan
tinggi, bahan isolasi, impuls tegangan dan alat-alat uji tegangan tinggi di laboratorium.
Buku ini terdiri dari 7 bab, hampir setiap tofik dalam masing-masing bab memuat cantoh
dan penyelsaian supaya para mahasiswa dapat memahami lebih baik dari pembahasan
tofiknya. Setiap bab diakhiri dengan latihan-latiahn supaya mahasiswa dapat mereview
kembali dari pembahasan yang telah diberikan supaya lebih memahami lagi. Bab 1
berisi pengertian umum tentang sistem tenaga listrik yang merupakan sebagai review.
Bab 2 mengulas tentang dasar-dasar teori medan, pemahaman pada bab ini mutlak
dikuasai oleh para mahasiswa. Bab 3 berisi pembahasan tentang medan-medan
sederhana, yaitu medan yang dapat diselesaikan dengan eksak. Bab 4 membahas
tetang beberapa persoalan tegangan tinggi, seperti korona, peteir dan lainnya. Bab 5
membahas tentang media isolator yang beruapa konduksi dan tembus tegangan di
dalamnya. Bab 6 membahas tentang impuls dan perambatanya. Terakhir bab 7
menjelaskan pada para mahasiswa alat-alat uji tegangan tinggi yang digunakan di
laboratorium, yaitu alat pembangkit tegangan tinggi dan teknik-teknik pengukurannya.
Akhir kata, puji sukur selalu dilimpahkan kepada Allah Swt. yang telah memberi petunjuk
sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Disamping itu, penulis juga
mengucapkan terimasih kedapa semua pihak yang telah berkontribusi dalam
menyesaikan tulisan ini. Khususnya pada POLBAN, Jurusan Teknik Konversi Energi,
yang telah memberikan dorongan dalam penyediaan bahan ajar di lingkungan institusi.
Tujuan bab
Bab ini adalah penjelasaan umum sistem tenaga listrik secara keseluruhan sehingga para
mahasiswa mendapat gambaran tentang tenaga listrik secara utuh. Kemudian diikuti
dengan penjelasan tentang tegangan tinggi dan fungsi transmisi.
Setelah mempelajari bab ini dan mengerjakan pelatihannya, diharapkan anda mampu:
Memahami konsep diagram satu garis sistem tenaga listrik yang meliputi
Perkembangan sistem tegangan tinggi
Saluran transmisi
Penggunaan tegangan tinggi
Pengertian
Sistem tenaga listrik merupakan integrasi sistem yang dimulai dari produksi energi listrik
(pusat-pusat pembangkit) sampai pada para pemakainya (konsumen-konsumen). Sistem
ini terdiri dari pembangkit, transmisi dan distribusi. Penggunaan tegangan tinggi pada
transmisi bertujuan untuk mengurangi rugi-rugi daya dalam penyaluran energi ke
konsumen.
Pada pelanggan, sistem tegangan yang di gunakan adalah terdiri dari pelanggan tegangan
rendah (misalnya rumah, industri kecil dan gedung yang berkapasitas kecil) dan
pelanggan tegangan menengah (misalnya industri besar dan gedung berkapasita besar).
Sekarang di PLN terdapat juga pelanggan tegangan tinggi 150 kV untuk suatu kawasan
industri (misalnya kawasan industri Cilegon yang dikelola oleh PT. Krakatau Daya
Listrik). Jadi pelanggan tidak lagi pada distribusi tetapi ada juga di sisi tegangan tinggi.
Untuk penyaluran daya yang besar dan berjarak jauh sekali digunakan transmisi
ultra/extra tegangan tinggi dan bila berjarak cukup jauh digunakan transmisi tegangan
tinggi. Sedangkan pada jeringan distribusi, pada umumnya relatif berjarak pendek (<50
km) dan terletak dalam daerah pelanggan dengan saluran yang banyak. Tujuan dari
pemakaian tegangan ini adalah untuk mengurangi rugi-rugi energi listrik di saluran
transmisi.
Pembangkit menghasilkan tegangan 6/12/25 kilo-volt, melalui gardu pembangkit
tegangan sistem dinaikan menjadi ultra/extra tegangan tinggi atau tegangan tinggi di
saluran transmisi. Pada gardu transmisi yang menghubungkan transmisi tegangan
ultra/extra tinggi dengan transmisi tegangan tinggi, tegangan sistem diturunkan menjadi
tegangan tinggi (150 kV). Sedangkan pada gardu induk, sistem tegangan diturunkan
menjadi tegangan menengah (20/70 kV) dan kemudian pada gardu distribusi diturunkan
lagi menjadi sistem tegangan rendah (220 Volt). Gambar 1-1 adalah gambaran satu garis
dari sistem jaringan tenaga listrik tersebut di atas. G-1 dan G-2 adalah pembangkit yang
dikoneksi pada gardu transmisi. Sedangkan G-3 adalah pembangkit yang dikoneksi pada
gardu induk.
Sistem pembangkit
G1 Pusat pembangkit
Gardu pembangkit
Jaringan transmisi
Gardu transmisi
Gardu induk
Tdistribusi tegangan
Jaringsn distribusi
20 kV atau 70 kV
Gardu idistribusi
Jaringan tegangan
Pemakai tegangan Rendah: 220 V
menegah
Penyelsaian
Transmisi yang menghubungkan Pembangkit G2 ke gardu transmisi (500/150 kV) disisi
primer trafonya, maka tengangan transmisinya adalah 500 kV.
Transmisi yang menghubungkan Pembangkit G3 ke gardu induk (150/20 kV) disisi
primer trafonya, maka tengangan transmisinya adalah 150 kV.
1.2 Perkembangan Sistem Tegangan Tinggi
Tenaga listrik telah lama dikenal manusia, karena sifatnya yang mudah disalurkan dan
dikonversikan ke tenaga lainnya maka penelitian tentang tenaga listrik ini tidak berhenti
sampai saat ini dan juga masa yang akan datang. Sedangkan sistem tegangan yang
digunakan semakin berkembang menjadi tinggi, hal ini disebabkan oleh pengetahuan
tentang bahan meningkat dengan pesat, sehingga komponen dan peralatan yang
dihasilkan sudah dapat menahan medan listrik yang tinggi. Dilain pihak dengan adanya
komputer, sistem tenaga listrik dapat dimonitor setiap saat dengan baik, yaitu memakai
komputer on-line, sehingga peralatan proteksi dapat bereaksi dalam tenggang waktu yang
cukup aman bila ada gangguan yang berbahaya.
Di Indonesia pemakaian tenaga listrik telah dimulai dari zaman penjajahan Belanda
sampai sekarang. Sedangkan daya terpasang pada tahun 1960 diperkirakan 304 MW
(mega watt), beberapa tahun kemudian daya terpasang 1304 MW dan tahun 1993 daya
terpasang diperkirakan 17500 MW dan telah menggunakan sistem tegangan transmisi 500
kV (kilo volt), yaitu pada transmisi Jawa-Bali. Tahun 2006 daya terpasang sudah
mencapai 21000 MW. Bahkan berdasarkan RUPTL (rencana umum pembangkit tenaga
listrik) oleh PLN diperkirakan tahun 2016 daya terpasang sudah mencapai 42000 MW.
Sedangkan diluar negeri pemakaian tenaga listrik telah dimulai jauh sebelum indonesia
menggunakannya. Pada tabel 1-1 dapat dilihat gambaran umum pemakaian tenaga listrik.
Tabel 1-1
Sistem tegangan di beberapa negara
No Negara Tahun Sistem tegangan jenis
1 Misbach-Munchen 1882 1,5 – 2 kV DC
2 Jerman 1922 220 kV AC
3 RFD 1956 380 kV AC
4 Rusia 1960 500 kV AC
5 Kanada 1965 730 kV AC
Ket : DC adalah arus searah
AC adalah arus bolak-balik
Tabel 1-2
Pemakaian tegangan searah
No Tahun Perusahaan Negara Jarak Daya/Teg/Arus
1 1936 General elec US 27 km 5,25MW / 30 kV / 175 A
2 1939 - Swiss 30 km 0,5 MW / 50 kV / 10 A
3 Perang dunia II Siemens-SAG Swedia 5 km 4,0 MW / 110 kV / -
4 1954 ASEA Rusia 96 km 30 MW / ± 100 kV / -
5 1950 – 1965 - Rusia 474 km 720 MW / ± 400 kV /900 A
Dengan keterangan di atas, sistem tegangan untuk menyalurkan daya bersekala besar dan
jarak yang jauh harus dengan tegangan yang tinggi baik transmisi dengan arus bolak-
balik atau pun arus searah. Semakin tinggi tegangan sistem akan semakin menurunkan
kehilangan energi pada saluran transmisi. Tetapi tegangan sistem tidak dapat dibuat
setinggi mungkin, karena udara sebagai isolasi terbatas kemampuannya yaitu ±30 kV/cm.
Bila tegangan sistem terlalu tinggi maka udara tidak lagi sebagai isolasi tetapi berubah
menjadi penghantar seperti arus petir yang mengalir di udara. Jadi menurut perkiraan,
tegangan sistem yang maksimum adalah 2500 kV. Tegangan sistem sebesar ini masih
belem ada realisasinya. Disamping itu penentuan tegangan sistem harus ekonomis dan
memenuhi persyaratan teknis agar operasi dari saluran mengeluarkan biaya yang
termurah.
Penyelsaian
Besar tegangan akan mempengaruhi susut energi dalam transmisi, semakin tinggi
tegangan yang digunakan akan semakin redah susut energinya. Ada pengurangan susut
energi yang signifikan ini yang mendorong perkembangan penggunaan tegangan tinggi
di dalam sistem tenaga listrik. Ini dapat direalisasikan karena berkembangannya ilmu
bahan dan komputasi dalam menunjang perkembangan tegangan tinggi tersebut.
Gambar berikut 1-2 adalah suatu saluran transmisi untuk satu phasa ke netralnya. Dengan
adanya impedansi kawat dan kapasitansi tanah yang terdistribusi disepanjang saluran,
maka arus dan tegangan untuk tiap titik disepanjang saluran tersebut tidak tetap. Drop
tegangan dan arus pada saluran adalah ∂V dan ∂I. Bila x adalah jarak dari tegangan V ke
beban pada tegangan Vr dan diambil statu elemen ke sumber dengan panjang ∂x, dimana
impedansi seri sepanjang ∂x adalah z∂x, diamana z adalah impedansi persatuan panjang.
Bila y adalah admitansi ke netral perpanjang kawat maka admitansi sepanjang ∂x adalah
y∂x. Oleh karena arus yang mengalir adalah I maka terdapat drop tegangan sepanjag ∂x
adalah:
V Izx ……………………………………………….1-1
Is I+∂ I I
V+∂V V
∂I
Vs Vr
∂x X
V
Iz
x
2V I
z ………………………………………………...1-3
x 2
x
2I V
y ………………………………………………...1-4
x 2
x
Bila harga ∂V / ∂x dan ∂I / ∂x dari persamaan 1-1 dan persamaan 1-2 di substitusikan ke
persamaan-persamaan yang terakhir, maka dihasilkan
2V
zyV ……………………………………..………… 1-5
x 2
2I
zyI …………………………....………………….. 1-6
x 2
Kedua persamaan yang terakhir ini adalah dalam bentuk persamaan diferencial orde-2.
Solusi persamaan diferensial orde-2 ini adalah berupa exponensial. Dengan demikian
solusi persamaan 1-5 dan persamaan 1-6 adalah
Vr I r Z c x Vr I r Z c x
V e e ……………………….……… 1-7
2 2
I I I I
I c r ex c r ex ……………………………………….. 1-8
2 2
z Vr
Dimana : Z c , zy , Ic
y Zc
Besaran z dan y adalah dalam bentuk komplek, maka γ dan Zc dalam bentuk kompleks
juga. Konstanta rambatan adalah γ, dimana bagian nyata (α) disebut redaman dan bagian
khayal (β) disebut konstanta phasa.
j …………………………………………..…………….1-9
Sehingga eγx = eαx ej βx, harga eαx akan bertambah besarnya bila harga x membesar.
Sedangkan ej βx selalu berharga satu, dimana ej βx = Cos βx + j Sin βx, yang menyatakan
pergeseran phasa sebesar β rad persatuan panjang.
Dari persamaan 1-7 dan persamaan 1-8 yang terdiri dari dua suku yang dapat dinyatakan
dalam bentuk gelombang. Suku pertama disebut dengan gelombang datang dan suku
kedua disebut dengan gelombang pantul. Selanjutnya Zc disebut dengan impedansi
karakteristik (impedansi geombang/impendansi surja) saluran yang dalam saluran
transmisi disebut dengan impedansi surja. Panjang gelombang yang merambat adalah λ
dan kecepatan rambat gelombang adalah v yang merupakan perkalian frekuensi sistem (f)
dengan panjang gelombang, maka kedua besaran ini adalah
2
………………………………………………………..1-10
f …………….………………………………………….1-11
Penyelsaian
zy (1,5 j10) j 0,05) 0,448 j 0,837 0,94961,820
z 0,0015 j 0,01
Zc 14,18 j1,06 14,22 4,260
y j 0,00005
Secara teknis saluran balik dari transmisi DC ini dapat dilakukan oleh tanah atau kawat
balik. Tentunya tanah sebagai saluran balik mempunai resistansi yang harus
dipethitungkan bila dibandingkan dengan kawat balik yang mempunyai resistansi lebih
kecil.
Gambar 1-3 adalah statu saluran transmisi dengan panjang l dan luas penampang adalah
A. Selanjutnya dilakukan perhitungan biaya variable dari saluran pada gambar 1-3,
dimana componen biaya variable itu dicarikan fungsinya terhadap tegangan ekstrim
minimum yang terendah dari total fungsi biaya berubah ini adalah
Bus-1 Bus-2
Pr I 2 R ..........................................................................................1-12
Dimana : Pr adalah rugi-rugi daya pada penghantar
I adalah arus yang mengalir.
R adalah resistansi penghantar
Bila daya yang dikirim dari bus-1 ke bus-2 pada gambar 1-3 adalah konstan dan drop
tegangan diantara kedua bus itu juga konstan maka dari persamaan (1) menghasilkan
persamaan-persamaan berikut.
P
Br b I V b V .........................................................1-13
V
Atau
1
Br C1 .....................................................................1-14
V
2. Biaya Bangunan
Biaya bangunan terdiri dari dua macam, yaitu: harga penghantar dan harga isolasi yang
akan digunakan bila saluran transmisi diinstalasi. Harga penghantar saluran tergantung
pada luas penampang saluran saja, disini panjang saluran adalah tertentu. Dan harga
isolasi dianggap sebanding dengan tegangan. Jadi penurunan kedua biaya ini adalah
sebagai berikut.
l
Rk ......................................................................................1-15
A
Dimana : R adalah resistansi penghantar
k adalah factor koreksi yang ditentukan oleh kekasaran penghantar, pilih
dan skin efek
adalah resistansi jenis penghantar
l adalah panjang penghatar
A adalah luas penampang penghantar
Pada persamaan 1-4 ini, luas penampang penghantar berbanding terbalik dengan
resistansinya. Sedangkan resistansi merupakan drop tegangan pada penghantar dibagi
dengan arusnya. Dan arus yang mengalir didapat dari daya yang disalurkan dibagi dengan
tegangan. Jadi harga penghantar dengan menganggap drop tegangan dan daya yang
disalurkan tetap adalah berbanding terbalik dengan tegangan sistem, ditulis dalam bentuk
persamaan 1-16.
1
B1 C2 ..................................................................................... 1-16
V
Dimana : B1 adalah biaya penghantar
C2 adalah konstanta dalam bentuk unit biaya
V adalah tegangan sistem
Dengan demikian total biaya saluran transmisi tersebut dapat dituliskan dalam persamaan
1-18 berikut.
(C1 C2 )
B C3V ..........................................................................1-18
V
Harga ekstrim dari persamaan 1-18 adalah bila persamaan ini diturunkan terhadap
tegangan dan dihasilkan besar tegangan sistem yang optimum sebagai berikut.
C1 C2
V op ..............................................................1-19
C3
Bila semua komponen biaya diplot dalam bentuk kurva akan jelas terlihat biaya minimum
tersebut. Proyeksi biaya total minimum adalah tegangan yang optimum. Penentuan
tegangan optimum dengan cara ini disebut dengan metode grafik. Tentunya ketelitian dari
metode grafik tergantung pada kepresisian grafik yang dibuat. Tetapi perlu ingat
penentuan tegangan optimum tidak seteliti mungkin (hal ini mengingat bahwa standar
tegangan sistem sebaranya sangat jauh, dua kali), karena itu metoda grafik sudah dapat
layak dipakai. Oleh selanjutnya metoda grafik ini digambarkan pada gambar 1-14.
B = Br + B1 + B2
B2
Bmin
Br
B1
V
Vop
Gambar 1-14. kurva biaya variable saluran
Vop 20 P ......................................................................................1-20
Dimana : Vop adalah tegangan sistem optimum [kV]
P adalah daya yang akan disalurkan [MW]
Selain perhitungan tegangan optimal tersebut, dalam praktek dapat juga digunakan tabel
1-3 untuk menentukan tegangan sistem.
Tabel 1-3: Perhitungan tegangan sistem
No Vop P l Ket.
[KV] [MW] [KM]
1 110 30 100-200 AC
2 220 125 200-400 AC
3 400 600 400-800 AC
4 735 >2000 >1000 AC
5 ±400 - >700 DC : HUTT
6 ±400 - >40 DC : kabel
Seperti yang telah dibahas di atas, perhitungan tegangan yang optimum tidak perlu
dilakukan seteliti mungkin karena tegangan sistem yang akan diterapkan harus sesuai
dengan tegangan standar yang ada. Tegangan standar mempunyai selang yang besar
sekali yaitu rata-rata dua kali lipat. Misalnya 150 kV dengan 220 kV. Bila hasil
perhitungan yang didapat 200 kV maka tegangan sistem yang diambil adalah 220 kV dan
bila didapat 165 kV maka tegangan yang sesuai dengan tegangan standar adalah 150 kV.
Penyelsaian
Dari persamaan 1-19 tegangan optimal saluran transmisi dapat dihitung dan hasilnya
adalah
Vop 20 x3500 265 kV
Berdasarkan standar tegangan di tabael 1-1, tegangan ac yang cocok adalah 380 kV.
1. Pemacu Partikel
Bila sebuah partikel bermuatan dimasukan kedalam ranah medan listrik, maka partikel
itu akan bergerak dengan kecepatan yang sesuai dengan besarnya medan tersebut.
Berdasarkan hukum kekekalan energi, maka energi potensial listrik partikel berubah
menjadi energi gerak atau energi kinetik. Selanjutnya dapat diperlihatkan gambar 1-5,
gambar ini adalah suatu pemacu partikel dengan besar tegangan pemacu adalah V dan
partikel bermuatan q dengan massa m.
Pada gambar 1-5 ini akan berlaku persaman energi berdasarkan hukum kekekalan energi
untuk fisika klasik, yaitu:
qV 12 mv2 ......................................................................................1-21
Dimana: q adalah besar muatan partikel
V adalah tegengan antara anoda katoda
m adalah massa partikel
v adalah kecepatan partikel
- q, m
Dari persamaan 1-20 ini, kecepatan partikel yang dipacu dapat diturunkan dan hasilnya
adalah sebagai berikut.
2qV
v ..........................................................................1-22
m
2. Bangunan Elektrostatis
Bila bangunan elektrostatis terdapat medan listrik sebesar E, maka partikel yang ada
didalam bangunan tersebut akan mengalami gaya yang sebanding dengan besar medan
itu, yaitu:
F qE ………..………………………………………1-23
Dimana: F adalah gaya yang dialami partikel
q adalah muatam partikel
E adalah kuat medan atau tegangan dibagi dengan jarak elektroda
Contoh dari bangunan elektrostatis ini adalah bangunan penghisap debu dan penyemprot
warna. Bangunan penghisap debu yang disebut elektro-filter. Debu-debu yang
berterbangan bermuatan listrik dapat dikumpulkan ke anoda atau katoda sebagai filter
dengan gaya tarik tiap partikel debu sebesar F. Dalam praktek, tegangan yang digunakan
untuk elektro-filter ini adalah 100 kV dengan arus 10 mA. Penyemprot warna dapat
dilakukan dengan teknik tegangan tinggi. Zat warna ini dijadikan butir-butir yang berupa
partikel, kemudian partikel-partikel warna ini dipacu dengan tegangan tinggi dalam
bangunan elektro-statis. Dalam praktek, tegangan yang digunakan adalah 100kV dengan
arus 100 µA.
3. Tegangan Anoda
Untuk melepaskan dari electron-gun dan dipacu ke katoda pada tabung televisi dan CRO
dibutuhkan tegangan tinggi sebesar 25 kV. Electron-elektron ini menabrak layer,
sehingga terbentuk noda yang berupa gambar dilayar. Hal yang sama didapat pula pada
tabung ronsen, yang mana pada tabung ini bertujuan untuk mendapatkan sinar-x pada
dunia kedokteran yang digunakan untuk foto. Adapun tegangan yang digunakan pada
tabung ronsen ini adalah sebesar 200 kV.
Penyelsaian
Gambarnya adalah sbb.
10 m
Butiran debu
Fr mg
1200 kV
a. Korona
Timbulnya korona adalah akibat tingginya gradient tegangan dipermukaan
penghantar, sehingga muatan listrik dapat lepas dari permukaan. Lepasnya muatan ini
dapat terjadi dalam skala cukup besar sehingga disekitar permukaan penghantar
terlihat cahaya (korona tampak). Sebaliknya korona tidak tampak, yaitu muatan yang
keluar sedikit. Adanya korona ini akan menimbulkan rugi-rugi daya pada saluran
penghantar. Secara praktis penekanan korona ini dilakukan dengan memperluas
penampang penghantar dengan membuat penghantar berbantuk bundel.
b. Rugi-rugi daya
Saluran yang mempunyai resistansi sudah pasti mempunyai rugi-rugi daya bila saluran
itu dialiri oleh arus listrik. Rugi-rugi daya ini dikurangi dengan menaikan tegangan
pada saluran. Ini lah guna tegangan tinggi yang diterapkan pada sistem tenega listrik.
c. Tegangan lebih
Saluran tegangan tinggi mempunyai kapasitansi saluran yang terdistribusi sepanjang
penghantar. Kapasitansi ini terdiri dari kapasitansi tehadap tanah dan kapasitansi
terhadap kawat-kawat phasa. Dengan adanya arus kapasitansi ini atau arus bocor dapat
mengakibatkan tegangan pada ujung tanpa beban menjadi naik yang disebut tegangan
lebih. Antisipasi tegangan lebih ini dilakukan dengan kompensasi oleh induktor.
d. Impuls
Impuls dapat ditimbulkan oleh switching yang dilakukan dalam operasi pelepasan atau
pemasukan beban. Operasi ini menimbulkan perubahan parameter dinamis sistem
sistem seketika yang dikenal dengan impuls. Adanya impuls ini akan merusak
peralatan terutama isolasinya.
e. Gangguan petir
Saluran tegangan tinggi diinstalasi lebih tinggi dari permukaan bila dibandingkan
dengan saluran tegangan rendah. Tingginya pemasangan saluran tegangan tinggi di
atas tanah akan mudah petir menyambarnya. Gangguan petir ini dapat dihindari
dengan perlindungan terhadap petir.
b. Tanah terpakai
Saluran tegangan tinggi memakai tempat yang luas untuk tindakan keamanan.
Sehingga tanah yang ada dibawah saluran tegangan tinggi harus dikosongkan.
Pemakaian tanah pada saluran tegangan tinggi ini tidak dapat dihindarkan. Untuk
mengatasi maslah ini perlu dicarikan penggunaan lahan tanah dibawah saluran
tegangan tinggi agar tidak pecuma. Dengan ditemukan pemanfaatan lahan kosonh ini
untuk keperluan tertentu, tetapi aman maka nilai konservasi tanah tidak hilang.
c. Manusia
Kuatnya medan listrik yang dihasilkan saluran tegangan tinggi membawa pengaruh
pada manusia. Sejauh ini penelitian tentang pengaruh medan listrik pada manusia
masih belum dapat dipastikan secara tepat, karena tidak dapat melakukan langsung
manusia sebagai objeknya. Percobaan terhadap binatang sudah dilakukan tetapi hasil
ini harus dikoreksi bila dianologikan pada manusia.
d. Estetika
Adanya saluran tegangan tinggi yang direntang diatas permukaan tanah sudah tentu
merusak pemandangan. Jadi bila ditinjau dari segi keindahan, saluran tegangan tinggi
tidak menguntungkan. Tetapi keadaan ini tidak dapat dihindarkan dan harus diterima
apa adanya.
e. Lingkungan
Adanya jaringan tegangan tinggi akan membawa dampak induksi elektromagnetik
terhadap sekelilingnya, seperti pipa bawah tanah, mobil bila jaringan melintasi jalan
dan terhadap tanaman yang pengaruhnya masih belum pernah diteliti. Pada pipa
dibawah tanah yang dinstalasi sejajar dengan saluran tegangan tinggi dapat
mengakibatkan pipa tersebut bertegangan yang cukup berbahaya pada manusia.
Penelitian ini sudah dilakukan yang dimuat pada majalah IEEE.
1.8. Latihan
1. Suatu saluran 150 km dengan impedansi karakteristrik 0,012 +j0,075 Ohm/km akan
digunakan untuk menyalurkan daya sebesar 400 MVA (sistem tiga phasa). Hitung
rugi-rugi saluran bila tegngan yang digunakan: 500 kV, 220 kV, 150 kV, 70 kV dan
20 kV.
2. Suatu saluran 150 km dengan impedansi karakteristrik 0,012 +j0,075 Ohm/km akan
digunakan untuk menyalurkan daya sebesar 400 MVA (sistem tiga phasa). Hitung
rugi-rugi saluran bila tegngan yang digunakan: 500 kV, 220 kV, 150 kV, 70 kV dan
20 kV.
3. Suatu elektron berada dalam medan listirik 30 kV dengan jarak elektrodanya 20 cm.
Hitung kecepatan elektron tersebut.
4. Saluan sepanjang 100 km dengan impedasi karakteristik 0,01+j0,1 Ohm/km dan
admintansi tanah j0,05 1/(kmOhm). Terdapat tegangan disisi penerima 150 kV dan
beban 300 MVA (tiga phasa) lagging 300. Tentukan Impedansi surja, panjang
gelombang, tentukan pula besar tegangan pada jarak 100%, 75%, 50% dan 25% dan
gambarkan besar tegangan tersebut dalam bentuk kurva.
BAB 2
DASAR-DASAR TEORI MEDAN
Tujuan bab
Bab ini memberikan pengertian kepada para mahasiswa tentang dasar-dasar teori medan
yang berupa persamaan-persamaan dasar teori medan. Medan yang akan dipelajari disini
adalah khusus tentang medan listrik dan magnet saja.
Setelah mempelajari bab ini dan mengerjakan pelatihannya, diharapkan anda mampu:
Memahami medan
Analogi medan
Teori-Teori Medan
Penyelesaian melalui numerik (Iterasi)
Pengertian
Dasar-dasar teori medan merupakan dasar dari konsep medan. Konsep ini menjelaskan
tentang medan dan analoginya. Lebih lanjut membahas tentang persamaan Gauss,
teorema Stoke dan Green, dan persamaan Maxwel.
Fenomena medan tersebut di atas adalah suatu kajian yang sangat besar daya tariknya
terhadap insinyur. Misalnya, bagainana menentukan distribusi fluks magnet pada celah
udara di mesin-mesin listrik. Dalam aplikasinya banyak membutuhkan analisa yang
sangat konpleks unuk penyelesaian dengan struktur geometrinya tidak sederhana,
kadang-kadang susah diselesaikan dan bahkan tidak dapat diselesaikan secara eksat
melalui persamaan matematik, kecuali untuk medan magnet-magnet yang sederhana.
Untuk medan yang tidak mungkin diselesaikan dengan eksak tersebut digunakan metoda
pendekatan melalui hasil eksperimen. Dengan metoda ini didapatkan formula untuk suatu
kondisi pada setiap titik di dalam daerah medan. Titik-titik ini dapat memberikan nilai
informasi disain tentang struktur medan yang layak dipakai (akurat).
Medan yang akan dibicarakan dalam buku ini adalah medan elektromagnet yang mana
dalam fenomena fisiknya terbagi dalam dua bentuk, yaitu suatu aliran (fluks atau arus
listrik), dan suatu level (potensial listrik), lebih jauh disebut dengan fungsi fluks dan
fungsi potensial. Gambar 2-1 adalah contoh dari medan magnet tersebut yang
digambarkan dalam dua dimensi.
Garis fluks
Garis Ekipotensial
Pada gambar tersebut di plot garis ekipotensial diantara dua bidang batas (bidang batas
tegangan tinggi dan bidang batas tegangan rendah). Kemudian dibuat garis yang
orthogonal dengan garis-garis ekipotensial yang disebut dengan garis fluks (garis aliran).
Semua garis ini tidak ada manfaatnya bila tidak dapat menghitung besar medan yang
tekandung di dalamnya. Garis-garis yang sudah di plot akan berarti bila setiap kontak
yang dibentuk oleh garis-garik ekopotnsial dengan garis-garis aliran mempunyai
perbandinagn sisi yang sama.
Penyesaian
Perubahan tegangan (gradien tegangan) hanya terjadi di dalam ruangan antara kedua plat
sehingga di dalam ruangan ini terjadi aktivitas fisik. Jadi daerah medan adalah ruangan
di antara ke dua plat tersebut.
Tabel 2-1 adalah analogi dari karakteristik medan untuk sistem tersebut. Tabel ini
menunjukan beberapa dari karakteristik medan yang mempunyai analogi, seperti gaya,
fluks dan lain-lainnya. Analogi yang dimaksudkan disini adalah mempunyai model
matematik yang sama, contohnya acceptance untuk elektrostatik adalah:
A
C
l
Sedangkan untuk thermo koduktif adalah:
A
K k
l
jadi dalam hal ini terdapat analogi sebagai berikut :
- C analogi dengan K
- ε analogi dengan k
Dan variabel A/l adalah terdapat dalam kedua persamaan yang dianalogikan. Jadi kedua
persamaan yang dianalogikan itu mempunyai model matematik yang sama, yaitu jumlah
variabel yang sama banyaknya sehingga variabel-variabelnya dapat dianalogikan satu
persatu. Lihat tabel 2.1
Tabel 2-1
Analogi karakteristik medan
Medan Elektro Thermo
Elektro Statis Magnet Statis
Karakteristik Konduktif Konduktif
Acceptivity Konduktivity Permitivity Permiability Konduktivity
γ [mho/m] ε [farat/m] μ [henry/m] k [watt/cm]
Acceptansi Konduktansi Kapasitansi Permiabilitas Konduktansi
G = γ A/l C = ε A/l A = μ A/l K = k A/l
Gaya gerak Gaya Perbedaan Gaya Perbedaan
Elektromotif Potensial Magnetomotif Temperatur
V [volt] V [volt] H[A-turn] ө[oc]
Fluks Arus Elektrik Magnet Thermal
I [ampere] Φ [coloumb] ǿ [weber] Q[Watt]
Hubungan I = GV Φ = CV ǿ = AH Q = Kө
Gradien Tegangan Potensial Pot. Mag. Thermal
E[V/m] E[V/m] H[A-turn/m] U[oc/m]
Specifik Kerapatan arus Kerapatan Kerapatan Kerapatan
fluks listrik fluks mgnet fluks thermo
J[A/m2] D[Coul/m2] B[weber/m2] q[W/m2]
Hubungan J = γE D=εE B = μH q = kU
Bila permitivitas medium relatif adalah εr untuk medium yang homogen dan untuk
medium yang hampa udara adalah ε0, sehingga untuk permiabilitas medium yang
homogen itu dapat berlaku hubungan dalam persamaan 2-2 berikut:
r 0 ........................................................................................2-2
9
10
dengan 0 8,85x10 -12 [farad/met er]
36
Kuat medan listrik timbul dari gaya yang dihasilkan oleh suatu muatan dengan satu unit
muatan positif. Akibat dari muatan ini menghasilkan medan, tetapi timbulnya medan
bukan efek dari unit muatan tersebut. Dengan demikian besar kuat medan dapat dituliskan
seperti berikut.
q
E ..............................................................................................2-3
4r 2
Dimana : E adalah Kuat medan listrik
q adalah muatan listrik
ε adalah konstanta listrik
r adalah jarak muatan q ke unit muatan positif
Secara umum terdapat hubungan antara gaya dengan kuat medan listrik, yang ditulis
dalam persamaan 2-4 berikut:
F qE . ....................................................................................................2-4
Kerja yang dilakukan oleh suatu muatan yang bergerak pada medan listrik adalah gaya
dikalikan ’dot’ (simbol •) dengan jaraknya. Karena gaya dan jarak adalah besaran vektor
maka kerja merupakan dot produk dari dua vektor itu dan dihasilkan besaran skalar, yang
dituliskan dalam persamaan 2-5.
W F r ............................……………...................................................2-5
Gambar 2-2 adalah muatan q2 dipindahkan dari jarak r1 ke r2. Muatan q1 terdapat pada
titik koordinat yang menghasilkan medan E dan gaya pada muatan q2 adalah q2E.
E
P2
q2
r2
r1 P1
Dengan mudah kerja yang dilakuakan untuk memindahkan muatan q2 itu adalah
r2
qq
W 1 2 r
r1
4
...........................................................................................2-6
q1q2 1 1
4 r1 r2
Bila muatan q2 diganti dengan unit muatan positif dan muatan ini bergerak dari jarak tidak
terhingga mendekati titik koordinat yang berhenti pada jarak r dari titik koordinat, maka
kerja ini dikenal dengan potensial elektrostatis. Jadi besar potensial ini dapat dituliskan
dalam persamaan 2-7.
q1
V ................................................................................................2-7
4r
Penyesaian
Dari persamaan 2-1 adalah
q1q2 1 1
r q 5 x10 15
4F 4F 4 (8,85 x10 )(1 / 8,85 )10 4
12
2,5 x10 7 m
q ..........................................................................................................2-
8
Kemudian muatan itu lingkupi oleh suatu permukaan dengan luas tertentu, akan
mendapatkan kerapatan fluks listrik yang dinyatakan dengan D. Jadi kerapatan fluks
listrik diukur dalam satuan coulomb per meter kuadrat. Kerapatan fluks ini merupakan
besaran vektor yang dikenal juga dengan electric displacement. Dalam hal ini terdapat
hubungan kuat medan listrik dengannya, yaitu
D E ........................................................................................................2-9
Sekarang terdapat muatan q yang tertutup oleh permukaan. Hal ini menyatakan suatu
hukum yang dikenal dengan hukum Gauss, yaitu jumlah dot (•) produk kerapatan fluks
dengan elemen permukaan dan dituliskan sebagai berikut.
D A q .........................................................................................2-10
Dimana : D adalah kerapatan fluks
A adalah luas permukaan tertutup
q adalah muatan dalam permukaan
Berikut ini akan diperklenalkan suatu operator vektor yang disebut juga dengan operator
nabla yang dinyatakan dengan .
i k ......................................................................................2-11
x y x
Contohnya dapat dituliskan hubungan kuat medan dengan potensialnya yaitu E V ,
persamaan ini dalam bentuk integral dapat dituliskan dalam bentuk:
V E r
Operasi dari vektor ini dapat berupa perkalian dot, silang dan biasa, yaitu masing masing
perkalian in dikenal dengan divergensi, curl dan gradient. Dan dituliskan berturut-turut
yang dikalikan dengan satuan besaran T.
Div T T
Curl T xT
Grad T T
Jumlah muatan dapat dihitung dari integral volume, bila muatan terdapat dalam volume
itu. Dengan demikian hukum Gauss dapat dituliskan sebagai berikut:
Penyesaian
Dalam hal ini arah medan sejajar dengan arah sumbu/jarak. Jadi
1
V E r 10 r 10 r 0 10 volt
1
Menurut hukum Biot-Savart, besar intensitas medan magnet pada arus listrik I yang
mengalir sepanjang l di suatu titik berjarak r terhadap arus yang mengalir adalah
Ilxar
H ...............................................................................................2-
4r 2
13a
Dimana ar adalah unit vektor arah r. Sedangkan kerapatan fluks magnet yang dinyatakan
dengan B dapat ditulis dengan mengetahui harga H yaitu:
B H ...................................................................................................2-14
Dimana μ adalah permiabilitas bahan dan untuk tanpa medium atau udara adalah μ 0 =
4πx10-7 [H/m]. Bila μr adalah permiabilitas relatif terhadap udara/hampa, maka hubungan
antara permitivitas-permitivitas itu seperti berikut:
r 0 .....................................................................................................2-15
Jawab:
Gambar berikut adalah dalam koordinat silinder.
Jadi r Z 2 2 , a r ( a Zaz ) / r dan l a a Zaz )
Pada kondisi ini 0 dan 0 , sehingga
I 10
H a a 2a A/cm
2 2x2,5
l ar
r
Za z a
a
Sama halnya dengan medan listrik dan hubungan antara medan listrik dengan medan
magnet yang dinyatakan dalam bentuk persamaan Maxwell. Persamaan Maxwell terdiri
dari empat buah persamaan yang berlaku untuk medan listrik dan medan magnet serta
hubungan dari keduanya. Penulisan persamaan Maxwell dapat dinyatakan dalam dua
bentuk, yaitu dalam bentuk diferensial atau dalam bentuk integral. Berikut ini dituliskan
persamaan Maxwell dalam bentuk diferensial:
D
xD 0
D ..................................................……… …….2-16 (a,b,c,d)
xH J
t
B 0
H l (xH ) A ..............................………………………………..2-18
Penyesaian
V
Pada soal ini berlaku phenomena Gauss xD 0 dan E
x
Sehingga berlaku: 2 xV 0 atau xV E 10
1
V 10x 10 x k 0 , untuk x 0, V 1 maka k 10
1
0
Untuk kasus dimana tidak terdapat kerapatan muata listrik, persamaan 2-19 dikenal
dengan persamaan Laplace, persamaan Laplace ini dikenal sebagai berikut:
2V 0 ...........................................................………………………….2-20
Untuk menyelesaikan masalah selanjutnya dalam pemetaan medan itu, perlu mengetahui
teknik matematik yang memadai. Penyelessaian matematik untuk medan laplace atau
Poison dapat dilakukan dengan fungsi analitik dari komplek variabel x + jy, dimana x dan
y adalah bilangan riil dan j adalah bilangan khayal. Dengan demikian berlaku fungsi z
sebagai berikut.
f ( z ) u ( x, y) jv( x, y) ...............................................................................2-21
Dimana u dan v adalah riil fungsi dari x dan y. Jika u dan v terbatas sedemikian rupa
sehingga fungsi u(x,y) dan v(x,y) memenuhi persamaan Cauchy-Reimann, yang
dituliskan sebagai berikut.
u v u v
dan ............................................................................2-22
x y y x
Dalam hal ini fungsi z adalah analitik yang dinyatakan oleh x dan y dari kedua
persamaan diatas setelah diturunkan terhadap x dan y adalah
2u 2u 2v 2v
dan .....................................................................2-23
x 2 y 2 x 2 2 y
Disini hanya komponen riil u dan imajiner v dari fungsi analitik merupakan penyelesaian
persamaan laplace dan kedua komponen itu disebut fungsi konjuget.
Kumpulan kurva-kurva u (x,y) = konstan dan v (x,y) = konstan adalah berpotongan tegak
lurus atau mereka bertrayektor secara ortogonal satu sama lain. Contohnya adalah antara
garis-garis fluks dan ekipotensial. Perpotongan dua pasang garis fluks dan garis
ekipotensial yang berdekataan disebut dengan segi empat kurva linier (curviliniar
rectangles). Bila segi empat untuk semuanya mempunyai ratio adalah konstan, hal ini
merupakan pemplotan yang sangat berguna untuk menentukan besaran-besaran medan.
Agar lebih jelasnya dapat diperhatikan gambar 2-3.
Gambar 2.3 ini menunjukan medan aliran arus pada plat datar dengan kedalaman yang
sama sebesar d. Diasumsikan segi empat yang terbentuk sangat kecil dengan ukuran ∂ℓ
dan ∂ dan rapat arus listrik yang lewat permukaan adalah tetap, sehingga setiap segi
empat berlaku v El dan I Jd . Dari kurva itu dapat ditentukan besar
konduktansi diantara permukaan. Yang berhadapan, yaitu
I Jdω
G ..................................................................................2-24a
V Ε
garis ∂ι
aliran
arus ∂I ∂W
W
∂V
V+ΔV
I
V
garis ekipotensial
Untuk media konduktiviti γ, yang harganya γ = J/E, maka persamaan diatas menjadi
G d ............................................................................................2-
l
24b
Untuk ratio konstan untuk setiap segi empat, maka konduktivitas pada segi empat ini
adalah:
w
G d ...............................................................................................2-25
l
Dengan demikian untuk semua segi empat untuk medan yang lengkap adalah terdapat P
buah segi empat yang dihitung dalam arah semua garis ekpotensial dan S adalah segi
empat dalam arah garis aliran arus listrik, maka konduktivitas total adalah:
pw
G d (mho) ........................................................................................2-26
St
Pw
L d (Henry) ...................................................................................2-28
St
Agar kurva yang dibuat berguna, maka kurva yang dibuat harus memenuhi sifat-sifat
berikut :
1. Jumlah arus yang melewati setiap volume segi empat yang dibentuk harus
sama;
2. Perbedaan potensial setiap segi empat yang terbentuk harus sama;
3. Kerapatan arus listrik bervariasi melewati medan dan berbanding terbalik
dengan lebar (w);
4. Gradien tegangan listrik bervariasi melewati medan dan berbanding terbalik
dengan panjang segi empat (l);
5. Konduktansi, kapasitansi, dan induksi setiap segi empat yang terbentuk
adalah sama;
6. Energi yang tersimpan setiap segi empat yang terbentuk adalah sama.
Penyesaian
Resistansi tiap kotak adalah R=V/I=1/0,5=2 Ohm
Kotak seri 6: Rs=6x2 ohm =12 Ohm
Jadi untuk kotak 4 paralel: maka Rt=12/4=3 Om
Atau:
Arus total adalah 4x0,5 =2 A dan beda tegangan total adalah 6x1 =6 volt
Jadi resistansi total: Rt=Vt/It=6/3=3 A
Pada gambar 2.4, kotak-kotak yang dibuat oleh garis sejajar sumbu-x dan sumbu-y adalah
segi empat sama sisi dengan panjang sisi adalah h. Setiap perpotongan garis tersebut
adalah titik-titik potensial yang tidak diketahui dan besar potensial pada titik-titik ini
yang akan dihitung kemudian. Sekarang pada gambar itu ditinjau titik-titik potensial V0,
V1,V2, V3, dan V4.
Untuk medan Laplace dan dielektrik homogen sehingga berlaku Δ.D = 0 atau Δ.E=0.
Untuk daerah dua dimensi maka didapat :
h
V2
h
V3 b V0 V1
c a
d
V4
V V1 V0
a .............................................................................................2-29
x h
Sedangan untuk arah c:
V V V3
c 0 ...........................................................................................2-30
x h
Jadi didapat
V V
V2
x x V1 V0 V0 V3
a c
......................................................2-31
x 2 ac
h h2
Dengan jalan yang sama seperti sumbu-x di atas untuk sumbu-y maka dihasilkan
persamaan berikut
2 v V 2 V 0 Vo V 4
....................................................……………2-32
y 2 h2
Kombinasi dari persamaan 2-31 dan 2-32 untuk medan Laplace dihasilkan
Vo 1 / 4(V 1 V 2 V 3 V 4) .....................……………………..…......2-33
Pernyataan dari persamaan 2-33 ini adalah untuk h yang sangat kecil atau mendekati nol.
Semakin kecil harga h akan semakin akurat perhitungan yang didapat.
100 KV
P Q
a b c
d e f
g h i
0 KV
Gambar 2-5. Contoh Perhitungan Iterasi
Solusi :
Tegangan pada titik p dan q diambil tegangan rata-rata pada dua sisi yaitu.
100 KV 0KV ) / 2 50 KV Dan pada awalnya tegangan pada titik a, b, …., I adalah nol,
kecuali Ve (100 0 0 0) / 4 25 KV agar mempercepat iterasi.
Selanjutnya langkah iterasi untuk perhitungan besar tegangan pada titik-titik tersebut
adalah:
Iterasi 1:
Va = Vc = ( 0 + 50 + 100 + 0 )/4 = 43,2 Vb = ( 100 + 43,8 + 43,8 + 25 )/4 = 53,2
Vg = Vi = ( 0 + 25 + 0 + 0 )/4 = 6,2 Vh = ( 0 + 25 + 6,2 + 6,2)/4 = 9,4
Vd = Vf = ( 0 + 43,8 + 25 + 6,2 )/4 = 18,8 Ve = ( 53,8 + 18,8 + 8x2+9,4 )/4 = 24,8
Iterasi 2 :
Va Vc(0 100 53.2 18.8) / 4 43.0 Vb (100 43.0 x2 24.8) / 4 52.8
Vg Vi(0 0 18.8 9.4) / 4 7.0 Vh (0 24.8 7.0 7.0) / 4 9.7
Vd Vf (0 43.0 24.8 7.0) / 4 18.6 Ve (52.8 18.6 6 x2 9.7) / 4 24.8
Iterasi diteruskan sampai mendapat besar tegangan pada tiap titik hampir konstan.Untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik maka segiempat diperkecil lagi, tapi harga yang
didapat digunakan untuk perhitungan selanjutnya. Dengan cara ini proses perhitungan
lebih cepat didapat bila dibandingkan dengan membagi kotak-kotak langsung kecil,
dalam hal ini akan terdapat banyak iterasi yang dibutuhkan.
2.8 Latihan
1. Lanjutkan pernyelesaian contoh di atas sampai didapatkan hasil dengan keakuratan
dua anggka di belakang koma.
2. Hitung kuat medan listrik dalam silider yang berjari-jari 10 cm yang mana ditengahnya
terdapat konduktor jari-jari 0,5cm dengan tegangan 20 kV dan diluarnya ditanahkan,
sedangkan permiabilitasnya adalah 10 kali dari keadaan vakum.
3. Hitung jari-jari dari atom hydrogen bila elektronnya bergerak dengan kecepatan
cahaya.
4. Hitung besar tegangan tiap titik-titik dalam gambar dibawah ini sampai tiga langkah
iterasi
100 kV
a b
c d e
f g h
0 kV
5. Suatu kapasitor plat sejajar dengan luas 10 cm 2 dan jarak 2 cm menyerap daya sebesar
15 watt. Hitung konduktansi kapasitor bila kekuatan medan di dalamnya 7 V/cm.
BAB 3
MEDAN SEDERHANA
Tujuan bab
Mempelajari medan-medan yang dibentuk dari bentuk-bentuk geometri sederhana
sehingga penyelesaiaannya dapat dilakukan dengan exakt.
Setelah mempelajari bab ini dan mengerjakan pelatihannya, diharapkan anda mampu
menyesaikan persoalan medan:
Kondensator plat, silinder kosentris, bola casentris
Muatan garis
Muatan titik
Muatan ekivalen
Pengertian
Medan sederhana adalah medan yang dibentuk oleh struktur geometri tertentu sehingga
dalam penyelesaiannya dapat dihitung melalui matematik dengan mudah. Umumnya,
bentuk ruang dari medan sederhana ini adalah segi empat, silinder dan bola. Pada medan
sederhana ini, analisa dilakukan dengan besar medan yang tetap. Contoh medan
sederhana ini adalah muatan titik, muatan garis, kondensator plat, silider koaksial
kosentris dan bola kosentris. Kelima medan sederhana tersebut dijelaskan pada butir-butir
bawah ini.
Bila kedua plat diberi tegangan V1 dan V2 berturut-turut pada plat atas dan bawah, maka
muatan listrik hanya terdapat pada permukaan plat disebelah dalam saja. Jadi, kuat medan
dapat dibuktikan besarnya adalah konstan. Penyelesaian ini dapat dilakukan dengan
menghitung kuat medan yang diturunkan melalui metoda integrasi atau hukum Gauss
(lihat Bab II). Dan diasumsikan, medium adalah homogen diantara dua plat, sehingga
E D .
E A q
Elemen A terdiri dari enam permukaan, yaitu:
A1 : permukaan dalam
A2 : permukaan atas
A3 : permukaan tegak depan
A4 : permukaan tegak belakang
A5 : permukaan tegak samping kanan
A6 : permukaan tegak samping kiri
d
l E
a). Fisik
V1 0, V2 V1
V
Vx
l E l
E(x)
V2 x
b) Fungsi meda dan potensial
Jadi:
E A1 E A2 E A3 E A4 E A5 E A6 q
Bila integral dilakukan dengan permukaan tertutup pada plat atas, dimana: q adalah
jumlah muatan listrik yang dilingkupi oleh permukaan tertutup dengan elemen A.
Karena medan hanya terdapat pada permukaan dalam saja dan muatan listrik terkumpul
pada permukaan dalam plat.
Pada perhitungan di atas, perkalian dot untuk permukaan tegak adalah nol, karena medan
E sejajar dengan vektor permukaan tegak. Dan, pada permukaan atas tidak terdapat
muatan dan medan, sehingga integralnya bernilai nol. Jadi permukaan yang berpengaruh
adalah permukaan dalam saja (A1 = A) dan dihasilkan:
EA q …………………………………………………………….3-1
Sehingga kekuatan medan listrik dalam kondensator plat dapat ditentukan sebagai
berikut.
q
E ………………………………………………………..3-2
A
Dalam hal ini, besaran q, dan A adalah konstan, maka besar medan E adalah yang
arahnya tegak lurus pada permukaan dalam plat dan menuju ke potensial yang rendah
(yaitu dari potensial V1 ke potensial V2: dapat dilihat Gambar 3-1).
Sedangkan, tegangan dapat dihitung dari integrasi perkalian dot antara medan E dengan
elemen jarak x, yaitu:
x
V( x ) E x Ex ...................………………………………………….3-3
0
Jadi, pada jarak ℓ adalah beda tegangan antara dua plat tersebut.
V1 V2 V E …………………………………………….3-4
A
C ……………………………………………………….3-5
Karena kuat medan adalah minus gradient dari tegangan maka dari persamaan di atas
didapat
E=V/ ℓ .....................................................…………………………….3-6
Penyelesaian
Posisi ditengah-tengah: x=0,5 cm.
x
V( x ) E x 1000 x0,5 x10 2 5 Volt
0
3.2 Silinder Konsentris
Silinder konsentris adalah terdiri dari dua silinder dengan sumbu yang sama. Jari-jari
silinder berturut-turut adalah r1 dan r2 dan panjang silinder adalah ℓ, seperti pada gambar
3-2. Bila pada sinder dalam diberi tegangan sebesar V1 dan pada permukaan silinder luas
tegangan adalah V2. Sedangkan, medium diantara dua silinder adalah homogen yaitu .
Dengan demikian terdapat kuat medan E mengecil kearah luar silinder. Ini terlihat dari
garis-garis medan yang semakin jarang menuju keluar pada gamabr 3-2. Dari gambar 3-
2 ini terlihat medan maksimum terjadi pada permukaan silinder dalam. Disini juga terjadi
garis ekipotensial berupa lingkaran-lingkaran yang sumbunya seporos dengan sumbu
silinder. Karena garis medan selalu ortogonal dengan garis ekipotensial maka garis medan
berpotongan tegak lurus dengan garis singgung lingkaran dan selalu melalui titik pusat
lingkaran.
l
r2
r1
-
E
Karena medan E sejajar dengan permukaan penampang, maka perkalian dot antara medan
E dengan vektor permukaan ini adalah nol. Jadi yang berpengaruh adalah integral dari
permukaan selimut saja dan dihasilkan E A q atau E 2r q . Dituliskan kembali:
q
E ……………………………………………….3-7
2r
q r2
V2 V1 V . ln ..................................................................................3-8
2 r1
Dengan demikian harga kapasitansi dari silinder konsentris itu hanya tergantung pada
jari-jari silinder dan medium yang digunakan, yaitu:
2
C / C' ........................................................................................3-9
ln( r2 / r1 )
r r z
sumbu- dan sumbu-z, maka turunan kedua terhadap sumbu-sumbu itu adalah nol. Jadi
persamaan diatas hanya dalam arah sumbu-r atau jari-jari dan dituliskan kembali
2V 1 2V
. 0 , solusi umum dari persamaan ini adalah V(r) = a ln r + b.
r 2 r 2
V1
V2 r
r1 r2
Sedangkan kuat medan E dapat diturunkan dari fungsi tegangan, yaitu gradiennya:
V12
E GradV (r ) a / r
r ln( r2 / r1 )
Bentuk medan E pada silinder konsentris ini merupakan fungsi invers terhadap jari-jari
dan terlihat pada gambar 3-4 berikut. Kerapatan medan linstrik yang palinggi terdapat
pada ermukaan silinder dalam. Sedangkan pada silinder luar masih ada medan listrik
dengan kerapatannya sudah sangat kecil.
V
r1 ln (r2 / r1 )
V
r2 ln (r2 / r1 )
r1 r2
Penyelesaian
Fungsi tegangan di antara dua silnder dapat dihitung sebagai berikut
V12
V (r ) V1 (ln r / r1 ), V12 V1 V2
ln( r2 / r1 )
100
100 ln( r ), 1 r 10
ln 10
V12 100
E (r )
r ln( r2 / r1 ) r ln(10)
Jadi hasilnya adalah:
Tegangan menurun dari 100 kV (dipermukaan silinder dalam/r=1cm) ke 0 kV
(dipermukaan silinder luar/r=10 cm). Sedangkan kekuatan medan listrik 43,4 kV/cm
(dipermukaan silinder dalam/r=1cm) ke 4,3 kV/cm (dipermukaan silinder luar/r=10 cm).
Hasil lengkap adalah sebagai berikut.
r V E 120,0 50
0 100,0 43,4 100,0 45
40
1 100,0 43,4
35
2 69,9 21,7 80,0 30
3 52,3 14,5 60,0 25 V(r)
4 39,8 10,9 20
40,0 E(r)
15
5 30,1 8,7
20,0 10
6 22,2 7,2 5
7 15,5 6,2 0,0 0
8 9,7 5,4 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
9 4,6 4,8
10 0,0 4,3
q
E .....................................................................................................3-10
4r 2
v 1
E , dimana v = v1 – v2. Kuat medan E maksimum terjadi
(1 / r1 1 / r2 ) r 2
bila r = r1 , jadi kuat medan maksimum pada bola konsentris itu adalah
v 1
Em ..........................................................................................3-12
r1 1 (r1 / r2 )
1
2 r
V .............................................................................................3-13
P (x,y,z)
r
r’
v
2. Bila muatan terdapat pada bola-bola yang bertebaran. Jarak masing-masing bola
terhadap titik observasi P(x,y,z) adalah ri untuk bola ke-i dan muatannya adalah
qi. muatan bola-bola ini dianggap mutan titik ekivalen, dimana jari-jari tiap bola
diabaikan. Gambar 3-6 adalah hal yang menyatakan ini.
q2
q1
P (X,Y,Z)
qi
qn
1 1
Vi= qi .....................................................................................3-14
2 ri
Telah dijelaskan bahwa potensial adalah besaran scalar. Jadi potensial pada titp
P(x,y,z) adalah jumlah potensial yang diakibatkan oleh masing-masing bola, yaitu
n
1 qi
Vi=
2 i 1 ri
....................................................................................3-15
+q
r
h
P (x,y,z)
BIDANG BAYANGAN
r
-q
Gambar 3-7. Muatan titik dengan bayangannya
Karena jarak muatan positif dan negative terhadap titik P adalah sama yaitu r, maka
dengan mudah dapat diturunkan setiap titik pada bidang bayangan mempunyai potensial
berharga nol. Jadi bidang bayangan adalah merupakan bidang ekspotensial.
Atau didapat
q' r'
V ln ...................................................................................................3-17
2 r
1 ri'
V1
2
q 'i ln ri
..................................................................................................3-18
2. Dua muatan garis yang berlawanan tanda dengan jari-jari masing-masing r1 dan r2.
Selanjutnya dapat dilihat pada gambar 3-8 berikut.
y
r1 r2
z
x
a/2 a/2
q' a2
V ln ..............................................................................................3-19
2 r1r2
Dengan demikian besar kapasitansi yang terdapat diantara kedua silinder tidak
tergantung pada muatan dan potensial di kedua silinder. Kasitansi perpanjangan pada
susunan silinder itu adalah
q' 2
C' .....................................................................................3-20
V ln( a 2 / r1.r2 )
Untuk jari-jari silinder sama yaitu r, maka dihasilkan
C’ = .............................................................................................3-21
ln( a / r )
Sedangkan besar potensial disepanjang sumbu-x adlah sebagai berikut.
q' a x
V ( x) ln 2 dan E = - Grad V, maka
2 a 2 x
q' 1 1
E= ( - )
2 a / 2 x a / 2 x
Kuat medan E maksimum terjadi dipermukaan silinder pertama atau x = -a/2 + r1,
yaitu
q' 1 1
Em = ( - ), untuk a >> r1 = r, maka
2 a r1 r1
v
Em = ..........................................................................................3-22
2a ln( a / r )
3. Muatan garis dengan bayangannya, sama halnya dengan dua muatan yang berlawanan
tanda dengan jarak yang sama dengan bidang bayangannya. Bila jarak terhadap bidang
bayangan adalah h dan jari-jari muatan adalah r. Jika dianggap muatan garis adalah q’,
maka potensial antara titik pada bayangan dengan garis adalah
q' 2h
V – 0 = ln , Bila muatan garis dianggap suatu kawat diatas tanah dengan
2 r
ketinggian h, maka besar kapasitansi terhadap tanah adalah
2
C0’ = ......................................................................................3-23
ln( 2h / r )
4. Metoda bayangan untuk menentukan kapasitansi kawat. Bila terdapat n buah kawat
diatas tanah dengan ketinggian masing-masing adalah hi untuk kawat ke-i ke kawat
bayangan ke-j adalah sij, seperti gambar 3-9.
Besar tegangan yang terjadi pada masing-masing kawat adalah merupakan jumlah dari
setiap muatan termasuk muatan bayangan. Jadi besar tegangan pada kawat ke-I adalah
1 2h sij
Vi qi ln i qi' ln ..........................................................3-24
2 ri qij
Persamaan 3-19 adalah kumpulan persamaan linier, dalam bentuk matrik dituliskan
sebagai berikut.
V A q' ........................................................................................................3-25
Dari persamaan matrik diatas dapat ditentukan besar kapasitansi kawat. Besar
kapasitansi kawat ditentukan oleh invers matrik A. bila invers dari matrik A adalah B,
yaitu A pangakatmin satu B , maka kapasitansi perpanjang antara kawat adalah
n
C’io = j 1
bij .........................................................................................3-27
+q’j,
rj
qij
+q’i,
ri
hj
h1
Gambar 3-9: kawat dengan bayangannya
3.5 Latihan
1. Diperkirakan radius awan adalag 0,6 km dan rapat muatannya adalah 1000
Coulomb/m3 pada ketinggian 5 km dari permukaan bumi. Hitung kuat medan yang
terjadi dan berapa tegangan antara bumi dengan awan bila tegangan dipermukaan
bumi adalah nol.
2. Hitung kuat medan listrik dalam silider yang berjari-jari 10 cm yang mana
ditengahnya terdapat konduktor jari-jari 0,5cm dengan tegangan 20 kV dan diluarnya
ditanahkan, sedangkan permiabilitasnya adalah 10 kali dari keadaan vakum.
3. Kabel phasa tunggal 11,54 kV dengan ukuran diameter konduktor 0,75 cm dan
penampang selubung adalah 5 cm. Pada kabel ini digunakan isolasi dengan kekuatan
dielektrik 5 kali terhadap udara. Hitung kuat medan diantara konduktor dengan
selubung dan berapa kapasitor per panjang anata konduktor dan selubung.
4. Saluran tunggal 500 kV terletak setinggi 25 m dipermukaan tanah. Hitung kuat
medan listrik diatara tanah dan saluran tersebut.
5. Dua kawat berjari-jari 0,15 cm terletah pada ketinggian yang sama pada 10 m dari
tanah dan jarak kedua kawat adalah 1,25 m. Hitung kapasitansi yang disebabkannya
bila konstanta dielektrik udara sama dengan ruang hampa.
6. Hitung besar kapasitansi dari dua saluran yang sejajar dengan panjang 100 km, jari-
jari masing-masing saluran adalah sama yaitu 0,25 cm.
BAB 4
BEBERAPA MASALAH TEGANGAN TINGGI
Tujuan bab
Melihat beberapa masalah yang ditimbulkan oleh penerapan tegangan tinggi.
Setelah mempelajari bab ini dan mengerjakan pelatihannya, diharapkan anda mampu
memahami:
Penomena korona
petir
Induksi medan listrik pada manusia
Pengertian
Penerapan tegangan tinggi pada transmisi yang mampu mengurangi rugi-rugi yang
signifikan. Dilain pihak adanya tegangan tinggi di transmisi akan menimbulkan berbagai
persoalan, seperti korona, petir dan induksi pada manusia. Corona timbul karena
terlepaskan muatan dari konduktor sehingga menimbulkan rugi-rugi. Kawat transmisi
harus digelar di atas permukaan tanah akan rawan disambar petir, sehingga sambaran
petir ini akan merusah peralatan-peralatan jaringan. Disisi lain tegangan tinggi
menimbulkan medan listrik sehingga objek-objek dibawah transmisi tegangan tinggi
sudah pasti terkena medan listrik, tidak terkecuali manusia.
4.1. Koronan
Korona adalah terlepasnya muatan litrik dari permukaan konduktor. Modus terlepasnya
muatan itu dalam skala besar dapat terlihat dengan mata telanjang, sedangkan dalam skala
kecil tidak dapat terlihat oleh mata telanjang. Adanya korona ini akan membuat rugi-rugi
di penghantar bertambah besar, sehingga dalam tenaga listrik korona harus diminimalkan
sedapat mungkin.
Bila kuat medan yang terjadi di permukaan kawat tegangan tinggi melebihi kuat medan,
break down, maka akan terjadi pelepasan muatan listrik ke udara. Kondisi ini dapat terjadi
pada medan yang seragam di antara dua elektroda yang paralel di udara. Pelepasan
muatan ini dipengaruhi oleh beberapa kondisi yaitu: tekanan udara, bahan elektroda,
adanya uap air di udara, photo-ionisasi dan type tegangan tinggi yang di terapkan.
-
+ -
- -
- -
- +
-
- - +
+
+
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
Proses-1 Proses-2 Dan seterusnya
Setelah sebuah elektron bertabrakan dengan sebuah atom maka sebuah elektron pada
atom dibebaskan. Dan beberapa elektron berkemungkinan dapat juga membebaskan dua
atau lebih elektron. Selanjutnya rantai reaksi yang menyebabkan bertambahnya kuantitas
elektron secara cepat. Eksperimen pelepasan muatan dalam gas telah dilakukan oleh
Townsend, yang memberikan suatu koefisien dari jumlah elektron yang dihasilkan oleh
sebuah elektron yang bergerak sepanjang 1 cm dalam medan yang seragam, koefisien ini
disebut dengan koefisien ionisasi pertama Townsend. Arus listrik yang terjadi oleh
pelepasan elektron ini adalah
I I oed ......................................................................................................4-1
Dimana : I adalah arus pelepasan
Io adalah arus awal
α koefisien Townsend
d adalah jarak
koefisen α dipengaruhi oleh kuat medan, tekanan gas, dan kondisi lain yang
mempengaruhi pembebasan elektron.
Sedangkan untuk keadaan medan yang seragam, tetapi tidak melebihi break down gas
maka arus pelepasan pada celah yang berjarak ‘d’ adalah :
ed
I Io ...............................................................................4-2
1 (ed 1)
Untuk keadaan break down arus akan menjadi tidak terbatas sehingga didapat :
(e ad 1) 1
.............................................................................................4-3
Analisa untuk keadaan break down jarang dilakukan karena permasalahannya menjadi
rumit sekali.
4.1.2. DC Korona
Gambar 4-2 adalah mekanisasi dari korona pada elektroda positif dan negatif.
Karakteristik korona tergantung pada tegangan, bentuk permukaan elektroda, dan kondisi
permukaan.
Proses korona negatif, pertama muatan positif dan negatif terkumpul berdekatan (gambar
4-2). Pada proses berikutnya terlihat muatan negatif menjauhi elektroda dan kemudian
meninggalkan elektroda. Dan akhirnya terbentuk muatan-muatan positif di permukaan
elektroda. Sedangkan pada prose korona positif, pertama muatan negatif (elektron) dari
udara menuju permukaaan elektroda dan ion-ion positif yang terbentuk pada permukaan
elektroda akan menjauhi elektroda itu. Hal ini terluhat pada proses berikutnya.
+
+ +++
- +++
---
--
- +++++
--
A B
---
+ --------
+ --------
4.1.3. AC Korona
Pada tegangan tinggi dan ekstra tegangan tinggi, korona terjadi pada ½ perioda
gelombang tegangan positif dan negatif. Kejadian ini terlihat pada sifat korona DC untuk
elektroda positif dan negatif. Dari konsep ini terlihat korona pada ½ gelombang negatif
akan memberikan arus korona yang besar dibandingkan dengan ½ gelombang positifnya,
hal ini disebabkan oleh mobilitas muatan negatif lebih tinggi yaitu : mobilitas muatan
negatif 1,99 [(cm/dt)/(V/cm)] dan muatan positif 1, 40 [(cm/dt)/(v/cm)]. Gambar 4-3
berikut adalah model korona yang terrjadi pada tegangan ac. Untuk kutub positif, model
yang terjadi disebut permuaan kucuran (steamer onset), permulaan sinar (glow onset) dan
permulaan breakdown kucuran (breakdown streamer onset). Sedangkan untuk kutub
negatif adaah permulaan pulsa aliran kecil (trichel pulse negative), permulaan sinar
negatif (negative glow onset) dan permulaan kucuran negatif (negative streamer onset).
Break down
steamer
onset
Glow
onset
½
gel
(+) Steamer
a onset
r
u
s
½
gel Trichel
(-) pulsa
k
o
r Glow onset
o
n Streamer
a onset
Metoda pengukuran medan pada muatan yang mengalir di ruangan/udara adalah suatu
masalah yang tersukar untuk dilakukan. Penyelidikan tentang adanya rugi-rugi arus oleh
adanya korona adalah dibutuhkan untuk menentukan medan listrik yang terjadi pada
keadaan korona itu. Suatu masalah yang sederhana diturunkan dari konfigurasi silinder
yang dianalisa melalui medan poisson dengan muatan bebas. Dengan menerapkan hukum
Peek (persamaan 4-4) untuk jari-jari 0,9 cm, kerapatan udara relatif adalah 1, kekasaran
permukaan 0,5 dan dilingkungi oleh sangkar dengan jari-jari 26 cm terdapat besar medan
maksimum terjadinya korona adalah 19,7 kV/cm.
0,3
E c 30 m (1 ) .................................................................4-4
( r) 0,5
dimana: Ec adalah medan maksimum tidak terjadinya korona [kV/cm]
adalah kerapatan udara relatif
m adalah kekasaran permukaan
r adalah jari-jari konduktor
Bila besar medan kecil dari Ec maka tidak terjadi korona dan sebaliknya akan terjadi
korona. Berikut ini dapat dilihat beberapa perhitungan tegangan kritis untuk beberapa
konfigurasi.
1. Silinder cosentris.
Bila diameter dalam dan luar silinder adalah d 1 dan d2 dalam satuan cm, tegangan pada
silinder dalam adalah V dalam satuan kV dan silinder luar ditanahkan (0 kV) akan
terdapat kuat medan sebesar E dan kapasitor adalah:
V
E .........................................................................................4-5
d1 ln (d 2 / d1 )
C 55,6 10 -12
................................................................................................4-6
l ln (d 2 / d1 )
Vc E c (d1 / 2) ln (d 2 / d1 ) ................................................................................4-8
d2
d
E V
E V
s
d1
h E
d d
Vc E c (d / 2) ln(4h / d) .......................................................................4-15
Kemudian dalam tahun 1911, Peek menyatakan rugi-rugi korona untuk konduktor kering
dalam keadaan frekuensi daya yang mantap adalah:
P k (V - Vc )2 , Vc V ..................................................................4-16a
dimana: P adalah rugi-rugi korona [KW]
k adalah konstanta
Vc adalah tegangan kritis korona [KV]
V adalah tegangan sistem [KV]
Secara praktis harga k dinyatakan dalam persamaan 4-16b untuk satu phasa kawat.
243,5 r -5
k (f - 25) 10 [kW / (kV2 Km Phasa)] ....................4-16b
d
Dengan batasan:
1) f = 25 – 120 Hz
2) r > 0,25 cm
3) V / Vc > 0,8
4) Kelembapan udara () tidak jelas sekali
Kemudian dalam tahun 1924, Ryan dan Heline menganjurkan rugi-rugi korona yang
cocok adalah:
P 4 f C V (V - Vc ) ...............................................................................4-17
Dimana : P adalah rugi-rugi korona [kW]
f adalah frekuensi sistem [Hz]
C adalah kapasitansi kawat-tanah [farad]
V adalah tegangan sistem [kV]
Vc adalah tegangan kritis korona [kV]
Selanjutnya pada tahun 1933 dalam AIEE, Petersen telah mendiskusikan rugi-rugi korona
yang cocok untuk kawat tanah adalah
0,0000337
P 2
fV 2 F ..............................................................................4-18a
[log (2h / d)]
Untuk satu phasa kawat dengan V/Vc <1,8 persamaan Peterson adalah:
21 10 -6
P 2
fV 2 F ........................................................................................4-18b
log (d / r)
Harga F dapat dilihat pada tabel dibawah ini untuk beberapa tegangan.
Latihan: Kawat 500 kV sepanjang 300 km dengan diameter 1cm terletak 15 m dari tanah.
Hitung rugi-rugi korona dalam keadaan udara bersih (Ec=15 kV/cm). Apa usaha anda
untuk mencegah terjadinya korona. Apa usaha yang harus dilakukan agar korona tidak
terjadi.
4.2. Petir
Masalah kegagalan isolator yang disebabkan oleh sambaran petir yang membuat suatu
hal yang sangat komplek dari kejadian elektromagnetik. Teknik komputer Monte Carlo
telah meramalkan probalitas dari flashover pada kawat transmisi. Dilain pihak sangat
perlu sekali perhitungan yang tepat untuk menentukan kejadian-kejadian alam ini.
n!
Pk p k q n -k .................................................................................4-19
k ! (n - k) !
Dimana : Pk adalah probalitas keberhasilan sebanyak k kali dan kegagalan n – k
kali.
n adalah jumlah kejadian
k adalah jumlah keberhasilan
n – k adalah jumlah kegagalan
p adalah peluang keberhasilan
q adalah peluang kegagalan
Jadi hubungan dari kedua peluang kejadian ini adalah sesuai dengan persamaan 4-20.
q 1- p ..........................................................................................................4-20
Berikut ini dapat diilustrasikan suatu contoh perhitungan untuk 100 Km panjang kawat
transmisi dengan rata-rata flashover satu kali pertahun. Kawat transmisi digelar pada
daerah yang mempunyai sambaran petir rata-rata dalam satu tahun adalah 100 kali. Jadi
didapat probalitas q adalah 0,01 selanjutnya hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4-
2.
N 0, 12T .....................................................................................................4-12
Dimana: N adalah jumlah sambaran petir kepada bumi dalam satu kilometer persegi
pertahun.
T adalah jumlah rata-rata petir tiap hari pertahun.
Kawat tanah disangga pada menara-menara, sehingga kawat ini akan melendut di tengah-
tengah antara dua menara. Tinggi rata-rata kawat tanah yang didekati dengan fungsi
kuadratis adalah
h h g - (2 / 3) (h g - h t ) ......................................................................4-22
Dimana : h adalah tinggi rata-rata kawat tanah.
hg adalah tinggi kawat tanah pada menara.
ht adalah tinggi kawat tanah ditengah-tengah dua menara.
Gambar 4-5 menunjukan daerah lindung yang diakibatkan oleh dua kawat tanah dengan
ketinggian yang sama. Dari gambar itu terdapat daerah lindung sambaran petir adalah :
W b 4h ............................................................................................4-23
Dimana : W adalah lebar daerah lindung dengan asumsi sudut lindung θ = 63,5°.
b adalah jarak antara kawat tanah, bila terdapat satu kawat tanah maka
harga b menjadi 0
h adalah tinggi rata-rata kawat tanah.
Berdasarkan pengamatan daerah lindung petir terjadi lebih lebar lagi. Dengan demikian
disarankan pendekatan dengan persamaan berikut :
W b 4h1,09 .........................................................................................4-24
b
h C
A
2h
Gambar 4-5 : Lebar perlindungan petir oleh dua kawat tanah
Dengan diketahui lebar daerah perlindungan, maka jumlah sambaran petir pada kawat
tanah dapat dihitung berdasarkan sambaran petir pada bumi, yaitu :
Latihan:
Hitung jumlah sambaran petir suatu kawasan dengan rata-rata sambaran petir adalah 20
kali pertahun, bila terdapat dua kawat di udara setinggi 25 m dan jarak antar kawat 2 m,
asumsikan sudut lindung adalah 63,50.
Analisa dari kegagalan perlindungan yang sering digunakan oleh industri adalah
menggunakan berbagai teori dari elektromagnetik. Dalam tahun 1963, Young, Claiton
dan Hileman menyatakan dasar dari teori tersebut. Gambar 4-6 adalah suatu ilustrasi dari
mekanisasi perlindungan petir. Pada gambar ini terdapat tiga sambaran petir yang terdekat
pada kawat transmisi. Kemdian didefinisikan jarak sambaran petir adalah S, yaitu jarak
antara kawat lindung dengan mulainya kanal arus petir.
o A
p B
C
q
r
S
s
S
F
Xs
hg
hp
Pada gambar 4-6, sambaran petir A akan berakhir pada kawat lindung, karena jarak busur
o-p melebihi S bila ke kawat phasa. Sambaran C akan berakhir di bumi dengan jarak βS
dari permukaan tanah, karena garis q-r berjarak jauh dari transmisi. Harga β tergantung
pada jenis tegangan yang diterapkan, untuk EHV berharga 0,8 dan untuk UHV berharga
0,67. Sedangakan sembaran B mencapai busur p-q, kemudian meloncat ke kawat phasa,
karena jarak kawat lindung dan tanah lebih jauh.
Busur p-q tersebut merupakan peluang tersambarnya kawat phasa yang didefinisikan
dengan daerah terbuka atau derah rawan petir. Derah terbuka ini biasanya dinyatakan
dengan jarak horizontal (Xs). Harga Xs itu tergantung pada keadaan lingkungan seperti
cuaca, pepohonan dan lendutan kawat antara menara.
Sedangkan jarak sambaran tersebut adalah suatu fungsi dari muatan dalam kanal yang
sangat dipngaruhi oleh kondisi cuaca. Menentukan jarah sambaran itu berdasarkan
teoritis adalah suatu hal yang sangat sulit sekali. Secara praktis, Love mengusulkan
perhitungan jarak sambaran petir sebagai berikut.
S kI 0,65 ……………….….………………………………4-26a
Dimana: S adalah jarak sambaran petir [m]
I adalah arus petir [KA]
k adalah konstanta dengan besar 8-10, Love mengusulkan k = 10
Melalui persamaan ini, arus sambaran petir dapat diturunkan. Untuk k = 10, maka I=
0,029 S1,54.
a
A
C
p/q
r
S
F
e
hg
hp
Perlindungan efektif ditunjukan oleh gambar 4-7, dimana kemungkinan daerah sambaran
petir adalah dua lokasi. Pada gambar itu tidak terdapat daerah terbuka sehingga dimana
saja sambaran petir maka kawat phasa akan aman. Sudut lindung efektif yag dinotasikan
dengan e . Besar sudut lindung efektif dihitung melalui jarak horizontal antara kawat
lindung (kawat tanah) dengan kawat phasa. Pada kondisi perlindungan efektif, jarak
tersebut dihitung melalaui persamaan 4-17.
Pada gambar 4-8 itu didapat harga τ = 90- α dan harga sudut γ = 180 – (ω + τ) atau
90 ( ) . Kemudian harga Xs dapat dihitung dengan menentukan pajang P
dikurang dengan panjang Q, yaitu : Xs = P – Q, dimana P = S Cos θ dan Q = S Sin (ω –
α). Harga Xs ini dituliskan dalam persamaan 4-27.
q
r
S
S
hg-hp
F
Xs
hg
Q
hp
X P
Xs S (1 sin { - }) …………………..……………………………4-30
Perencanaan kawat lindung, seandainya sudut lindung tidak efektif sudah tentu akan
mengalami kegagalan perlindungan seperti ditunjukan aleh gambar 4-7. Untuk
menghitung kegagalan angka perlindungan (shieding failure rate computation), pertama
ditentukan arus sambaran petir minimum. Arus ini pada kawat phasa ditentukan oleh
jumlah terjadinya flashover pada isolator kawat, yaitu
2Vc
Imin = ..............................................................................................4-31
Z
Dimana : Imin = arus sambaran petir minimum [kA]
VC = tegangan kritis flashover isolator [kV]
ZΦ = impedansi surja dari kawat phasa.
o
q
r
S
S
hg-hp
F
Xs
hg
Q
hp
X P
Bila jarak sambaran petir minimum maka daerah terbuka akan bertambah lebar, ini dapat
dimengerti dari gambar 4-6a bila harga s besar, maka harga pq akan menjadi nol sehingga
daearh terbuka tidak ada lagi. Untuk jarak sambaran yang maksimum, bila arus sambaran
maksimum maka akan terjadi kegagalan perlindungan. Untuk arus sambaran diantara
harga minimum maksimumnya dapat menyebabkan perlindungan gagal berdasarkan teori
elektromagnetik dan arus sambaran berakhir pada daerah terbuka. Dalam praktek sering
diambil nilai busur op sama dengan smak pada gambar 4-7, maka penyelesaiannya menjadi
mudah
B Bs AsCs
Smak = = YO š
.....................................................4-32
As
Dimana : Smak = jarak sambaran minimum
YO = (Yg +YΦ)/2
AS = m2 - m2 β – β2
BS = β (m2 + 1)
CS = m2 + 1
M = (XΦ – Xg) / (Yg - YΦ) adalah kemiringan garis op pada gambar 4-7
Perlu dicatat persamaan 4-33 itu adalah untuk satu kawat lindung dan satu kawat phasa.
Untuk diluar ketentuan ini dapat dilakukan perhitungan menentukan tata letak kawat-
kawat tersebut.
20
S mak
S mak
10
Latihan
Kawat lidung setinggi 15 m melidung objek setinggi 12 m dengan jarak horizontal 1,5
m. Hitung daerah terbuka petir bila jarak sambaran lansung petir adalah 500 m dan
gambarkan geometri kemungkinan sambaran petir berdasarkan teori Yong dkk.
35,7˚ P
Gambar ekivalen ditunjukan pada gambar 4-8, untuk medan 5,75 KV/m untuk tegangan
10 KV dengan tinggi 1,76 m. orang yang berdiri dimedan listrik tersebut akan mengalami
induksi arus hubung singkat. Secara pendekatan besar arus hubung singkat adalah
proporsional
4.3. Latihan
1. Jelaskan kenapa penerapan tegangan tinggi pada tenaga listrik mempunyai masalah
dan bagaima mengatasinya menurut anda setiap masalah tersebut.
2. Kawat 150 kV sepanjang 300 km dengan diameter 0,86 cm terletak 10 m dari tanah.
Hitung rugi-rugi korona dalam keadaan udara bersih (Ec=15 kV/cm). Apa usaha anda
untuk mencegah terjadinya korona. Apa usaha yang harus dilakukan agar korona tidak
terjadi.
3. Kawat lidung setinggi 15 m melidung objek setinggi 12,5 m. Hitung sudut lindung
efektive bila jarak sambaran lansung petir adalah 500 m dan gambarkan geometri
kemungkinan sambaran petir berdasarkan teori Yong dkk.
4. Berapa jarak sambaran petir di suatu kawasan dengan arus petir maksimum adalah 50
kA dan diasumsikan k=10.
5. Jumlah rata-rata sambaran petir pasa saluran transmisi adalah 10 kali per 100 km
pertahun, dimana saluran tersebut adalah dua kawat di udara setinggi 25 m dan jarak
antar kawat 2 m, asumsikan sudut lindung adalah 63,5 0. Hitung sambaran petir rata-
rata pada kawasan itu.
BAB 5
KONDUKSI DAN TEMBUS DALAM MEDIA
Tujuan bab
Bab ini akan memberikan pemahaman sifat-sifat, karakteristik dan teori-teori terhadap
bahan isolasi, baik berupa gas, cair dan padat. Dengan mempelajari bab ini dan latihannya
diharapkan anda mampu menguasai teori-teori dasar konduksi dan tembus tegangan
dalam media. Dan selanjutnya akan dapat mengaplikasikannya dan melakukan test
terhadap bahan isolasi.
Pengertian
Bahan isolasi adalah salah satu komponen tenaga listrik yang sangat penting disamping
bahan konduktor. Kedua bahan ini mempunyai sifat listrik yang berlawanan, isolator
berfungsi untuk mencegah aliran arus listrik sedangakan konduktor berfungsi sebaliknya.
Dikarenakan fungsi yang penting tersebut maka pemakaian bahan isolator ditenaga listrik
sangat luas digunakan sehingga kajian-kajian tentang bahan ini selalu up to date dan
memunculkan metoda, formulasi dan bahkan teori baru.
5.1 Pendahuluan
Media isolasi dalam teknik listrik merupakan bahan yang berfungsi untuk mencegah
aliran arus listrik didalamnya bila diberi beda tegangan. Namun dalam praktek fungsi
media isolasi tidak seideal yang dibayangkan. Bila media isolasi diberi beda tegangan
rendah maka akan mengalir arus yang sangat kecil sekali (orde mikro amper). Sebaliknya
bila mendapat beda tegangan tinggi maka arus naik dengan tajam dan terjadi tembus
tegangan (flash over / break down) yang mengalirkan arus sangat besar sekali.
Phenomena konduksi dan tembus tegangan di dalam media isolasi ini merupakan kajian
yang sangat menarik karena setiap media mempunyai sifat-sifat tertentu sehingga
memunculkan teori-teori, seperti teori Towsend dalam media gas.
Aplikasi gas sebagai media isolator terdapat berbagai macam phenomena bila mendapat
tegangan. Bila tegangan rendah maka arus yang mengalir akan kecil sekali., yang dalam
hal ini gas bersifat isolator sebagai menahan aliran arus di antara elektroda-elektordanya.
Sebaliknya bila tegangan yang digunakan adalah sangat besar maka akan terjadi tembus
listrik (electrical breakdown). Tembus ini akan membuat aliran arus yang sangat besar
sehingga media gas akan bersifat konduksi atau terjasi hubung singkat di antara elektroda-
elektrodanya. Ada beberapa phenomena yang terjadi pada media gas sebagai isolator,
yaitu:
1. Bila diterapakan tegangan rendah akan mengalir arus kecil di antara dua elektroda
dan masih dalam sifat isolator.
2. Bila diterapakan tegangan tinggi akan mengalir arus yang meningkat dengan
tajam dan terjadi tegangan tembus.
3. Terbentuknya konduksi parsial selama proses break yang menghasilkan arus
hubungan singkat di antara elektroda.
4. Penerapan tegangan maksimum pada isolasi saat break down di sebut dengan
tegangan break down.
5. Phenomena breakdown dalam gas merupakan sifat listrik yang menghasilkan arus
tinggi yang esensial.
Pelepasan muatan listrik dalam gas dapat dibedakan menjadi dua type, yaitu:
-Non-sustaining
-Self-sustaining
Ada beberapa terminologi dan definisi yang digunakan, yaitu:
Tegangan tembus dalam gas disebut spark break down yang merupakan transisi
dari non-sustaining discharges ke self-sustaining discharges.
Peningkatan arus tinggi dalam kejadian break down adalah karena suatu proses
yang disebut dengan ionisasi yang mana elektron-elektron dan ion-ion dibentuk
dari atom-atam/molekul-molekul netral, dan mereka bergerak ke anoda dan
katoda yang diikuti terjadinya arus tinggi.
Tegangan tembus dan proses ionisasi merupakan phenomena yang menarik untuk dikaji
dalam media gas ini. Sampai saat ini terdapat dua teori yang terkenal, yaitu:
-Townsend theory and
-Steamer theory (mechanism for breakdown)
Variasi kondisi fisik dari gas yang beruapa tekanan, temperatur, elektrik konfigurasi,
permukaan elektroda dan adanya partikel awal untuk konduksi adalah dikenal untuk
mengatur proses ionisasi.
Ionisasi by collision
Terjadi ionisasi sebagai akibat tabrakan elektron bebas terhadap atom netral, sehingga
atom menjadi muatan positif dengan mengeluarkan dua elektron bebas.
e A A 2e .................................................5.1
Penembahan elektron-elektron bebas dengan sendirinya membuat pengionan tabrakan
(ionsasing collisions) dan kemudian proses ini berulang dengan sendirinya. Sebagai
akibatnya tebentuk jumlah elektron yang banyak dan bersamaan juga terbentuk ion
positip yang bayak juga. Kedua muatan listrik ini akan mengalir ke elektroda-elektoda
dengan arah yang berlawanan sehingga tejadi arus listrik.
Photo ionisasi
Phenomena lain yang berhubungan dengan ionisasi adalah radiasi atau photo-ionisasi, ini
berhubungan dengan interaksi antara radiasi dengan materi (bahan). Photo ionisasi terjadi
apabila energi radiasi diserap oleh atom atau molekul yang melebihi potensial ionsasinya.
hv A A e
..........................................................................................5.2
h
c ................................................................................................5.3
Ei
Dimana h adalah kontanta Plank, c adalah kecepatan cahaya, lamda adalah pajang
gelombang dari radiasi dan Ei adalah energi ionisasi atom. Untuk energi dalam elektron
volt (eV) maka persamaan di atas menjadi
1,27 6
10 cm
Ei
..........................................................................................5.4
Sebagai catatan panjang gelombang radiasi 1250 A0(Amtrong) sudah dapat menyebabkan
terjadinya photo-ionisasi di hampir semua jenis gas.
hf ..........................................................................................5.5
Dimana: φ adalah fungsi kerja dari elektroda metal
f adalah frekuensi dan batas ambangnya adalah bila
ft ..........................................................................................5.6
h
Tentukan batas ambang frekuensi terjadinya emisi radiasi dari metal nikel bila diketahui
fungsi keranya adalah φ =4,5 eV.
Jawab: ft=2755 A0
Tabrakan elektron pada atom atau molekul dapat juga membentuk ion negatif, yang mana
ion negatif ini disebut dengan attachment collisions. Proses terbentuknya tergantung pada
energi yang dimiliki elektron yang menabrak dan kondisi alam gas. Adpun prosesnya
sebabagi berikut.
I I 0 d .................................................................................................5.7
Persamaan ini dikenal dengan persamaan Towsend pertama, I0 adalah arus awal pada
katoda, alpa adalah kontanta Towsend pertama dan d adalah jarak dari anoda ke katoda.
Untuk keadaan break down terjadi arus yang sangat besar sekali dan persamaan Towsend
pertama ini tidak dapat menjelaskan phenomena ini. Untuk mengakomodasi phenomena
break down Towsend merumuskan sebagai berikut
I 0 d
I ..................................................................................5.8
1 [ d 1]
Persamaan ini dikenal dengan persamaan Towsed kedua. Keaadaan tembus terjadi
apabila arus sangat besar sekali, sehingga penyebut dari persamaan diatas sama dengan
nol.
[d 1] 1 ..........................................................................................5.9
Atau
d 1 ...............................................................................................5.10
Gambar berikut ini menunjukan persamaan Towsend pertama masih belum terjadi break
down walaupun kenyataannya sudah terjadi pada tegangan Vs.
Current
breakdown
Self sustaining discharge I I 0 ed
Non-sustaining discharge
Io
To T1 Ts
Volt
Vs
Gambar 5.1: Karakteristik pelepasan muatan
Pertama: berdasarkan teori Towsend, peningkatan arus hanya terjadi sebagai hasil
dari proses ionisasi. Namun dalam praktek, tembus tegangan tergantung
pada tekanan dan bentuk geometri dari celah.
Jadi kegagalan mekanisme Towsend dapat dijelaskan dari dua macam phenomena
observasi di atas. Sekitar tahun 1940, Raether dan Meek-Loeb secara terpisah telah
mengusulkan teori pita (streamer teori). Teori ini meramalkan perkembangan pelepasan
muatan (spark discharge) secara langsung dari lonsoran tunggal (a single avalance) yang
mana muatan rungan bertumbuh karena lonsoran itu sendiri dan ini disebut tranformasi
lonsoran ke pita plasma (a plasma stremer). Dua gambar berikut menjukan mekanisme
dari teori streamer ini.
+ Anode
+ Anode
+ ++ + - + - +-
+ -
+ +
+ +- + - +- +-
E1>E + +
+
+
+ +- + - +- +-
- +
+
+
+-
+ - +-
+ -
E +
+- + -
+-
+-
+ + A) +
+ +
+
+ B)
+- + - C)
+
E3>E +
+ +- +-
+ - + -
-Cathode -Cathode
Gambar 5.2: Mekanisme teori pita
Mengikuti persamaan Meek ini, tegangan tembus minimum dinyatakan oleh Er=E dan
x=d. Jadi persamaannya menjadi sederhana yaitu
d
E 5,27 x10 7 V / cm ......................................................5.12
[ x / p]1 / 2
Hukum Paschen
Sedangakan Paschen membuat kriteria dalam menentukan tegangan tembus dalan media
gas, dengan model sebagai berikut
E E V ..............................5.13
(ed 1) 1, let f1 and f 2 , also E
p p p d
f2
e 1 1 ..............................................................................5.14
pd
Dimana f1 dan f2 adalah fungsi alam. Misalkan V= f(pd), ini dikenal sebagai hukum
Paschen dan sangat penting bagi dunia teknik tegangan tinggi. Tabel berikut ini adalah
hasil ekprimen dari Paschen.
Komposisi dari dielektrik cairan adalah campuran dari Hydrocarbons dengan polarisasi
yang sangat lemah (weakly polarised), dan bebas dari uap air/embun (moisture), oksidasi
(oxidation) dan konstaminasi laninya (other contaminats). Hal-hal tersebut sangat
mempengaruhi kekuatan listrik (electrical strangth) dari cairan, miasalnya adanya air
dalam minyak trafo (oil transformer) akan menurunkan kekuatan listrik sebesar 20%.
Berikut ini adalah data-data untuk permivitas relatif beberapa cairan isolator (relative
permittivity) pada frekuensi 50 Hz :
Transformer oil : 2,2 -- 2,3
Cable oil : 2,3 -- 2,6
Capacitor oil : 2,1
Askerels : 4,8
Silicone oil : 2 -- 73
Sedangkan untuk cairan-cairan yang tidak polar (non-polar liquids), frekuensi tidak
mempengaruhi permitivitas. Namum pada cairan polar, seperti air, permitivitas sangat
dipengaruhi oleh frekuensi. Sebagi contoh permitivitas relatif air adalah 78 pada frekuensi
50 Hz dan turun dengan tajam menjadi 5 pada frekuensi 1 MHz. Cairan sebagai isolator
yang diterapkan pada tegangan tinggi harus mempunyai resistivitas lebih besar dari 1016
ohm-metre.
Penerapan tegangan tinggi pada cairan isolator akan menentukan untuk kerjanya dalam
kondisi berbeban. Ini akan menentukan rugi-rugi daya dan parameter penting dalam
sistem (seperti sistem kabel dan kapasitor). Dalam trafo, rugi-rugi dilektrik (dielectric
loss) diabaikan, karena sangat sekali bila dibandingan dengan rugi-rugi lainya (rugi
tembaga dan inti besi).
Kekuatan dielektrik (Dielectric strength) adalah suatu parameter yang sangat penting
dalam memilih cairan untuk diaplikasikan. Dia tergantung pada sifat-sifat atom dan
molekul yang terdapat dalam cairan tersebut. Namun dalam ppkan, adanya gas dalam
cairan, dan sebagainya. Perubahan kekuatan dielektrik dapat juga terjadi karena
perubahan dari sifat-sifat molekul dari cairannya.
Dalam praktek, test tegangan tembus yang mengunakan elektroda bola dengan diameter
0,5 s/d 1,0 cm dengan jarak 100 s/d 200 mikro meter. Tegangan test yang digunakan
rendah dengan orde 50 s/d 100 kV. Konduktivitas dc pada cairan murni adalah sangat
tinggi yang bervarariasi 10-18 s/d 10-20 mho/cm. Tabel berikut ini adalah kekuatan
tegangan tembus maksimum dari beberapa cairan murni.
Dimana R adalah jari-jari gelembung gas dan β adalah ratio dari diameter terpanjang
terhadap terpendek dari gelembung gas yang nilainya kira-kira 1,85. Sedangkan G dan
H adalah
1 cosh1
G 2 1
......................................................5.18
1 2 1 1/ 2
2 1
H2 2 1 2 ...............................................5.19
3
Intrinsic, electro-
mechanical
streamer
thermal
V2
0 r 2 Y ln d 0 / d ...............................................5.20
2d
Y ln d 0 / d
2Y
V2 d2 ...............................................5.21
0 r
Bisasnya ketidakstabilan mekanik terjadi bila d/d0=0,6 or d0/d=1,67. Jadi kekuatan medan
tembus maksimum adalah
V
E max 0,6 Y / ...............................................5.22
d0
Dari pendekatan persamaan terakhir ini, modulus Young yang tergantung pada tekanan
mekanik dan juga jika material diberi tekanan tinggi secara teori elstisitas tidak bertahan
secara baik sehingga perubahan pormasi plastik (plastic deformation) sudah harus
dipertimbangkan.
Vef2 f r tg
Wac 12
W/cm3 ...............................................5.24
1,8 x10
Dimana f adalah frekuensi
δ adalah rugi sudut dielektrik material
Vef2 tegangangan efektif (rms)
T
WT CV div (K grad T) W/cm3 ...............................................5.25
t
Dimana: CV = spesifik panas dari bahan
T = temperatur bahan
K = konduksi thermal bahan
t = slang waktu dissipasi panas
Secara praktis break down terjadi bila jumlah panas yang dibangkitkan lebih besar dari
panas yang dissipasikan. Pada gamabar berikut, kehilangan panas (heat lost) ditunjukan
oleh garis lurus dan panas yang dibangkitkan pada medan E 1 dan E2 ditunjukan oleh duan
kurva masing-masing. Untuk medan E2 terjadi breakdown baitk pada tempertur T A
maupun pada temperatur TB. Pada area antara TA-TB panas yang dibangkitkan lebih kecil
dari panas yang hilang sehingga tidak terjadi breakdown.
Heat
Head generated
E1 E2
Heat lost
Temp.
T0 TA TB
1
d1
V1
d2 film
V2
Dari gambar terlihat V1 adalah tegangan celah udara dan seri dengan V2 tegangan pada
dielektrik film. Tegangan di celah udara dapat hitung sebagai berikut
d1
V1 V ............................................................................5.26
d1 1 d 2 / 2
C1 d1 C1 V1
C3
d C3
V
C2
C2
Bila ε1 dan ε2 beturut-turut menunjukan permitivitas void dan bahan, maka tegangan pada
void adalah
C2 d1
V1 V V ..............................................................5.27
C 1 C 2 d1 1 d 2 / 2
Untuk ketebalan void yang sangat kecil sekali dibanding tebal bahan, maka persamaan di
atas dapat disederhanakan menjadi
d
V1 1 2 V ...........................................................................................5.28
d 2 1
Bila void adalah beruapa ruang kosong maka persamaan diatas menjadi
d
V1 1 r V .................................................................................................5.29
d2
Dimana εr adalah permibilitas relatif bahan isolator.
Contoh penyesaian
Isolator padat setebal 100 cm medapat tegangan 500 kV bila pada bahan terdapat void
setebal 0,02 cm yang berupa ruang hampa. Apa yang terjadi pada bahan ini bila
permibilitas relatif bahan adalah 5.
Jawab:
Tebal void sangat kecil dibandingkan dengan tebal bahan, maka
d 0,02 0,5
V1 1 r V 5 x500 0,5 kV atau E1 25 kV/cm
d2 100 0,02
Bila diasumsikan kekuatan udara adalah 15 kV/cm, maka pada void terjadi break down
karena kekuatan medan yang terjadi lebih besar batas kritisnya.
5.5 Latihan
1. Jelaskan phenomena dari konduksi listrik dalam cairan. Dan bandingkan dengan
konduksi dalam media gas
2. Apa yang dimaksud dengan dielektrik cairan komersial? Apa pula bedanya dengan
dielektrik cairan murni?
3. Factor-factor apa saja yang mempengaruhi konduksi di dalam dielektrik cairan murni
dan dielektrik cairan komersial.
4. Jelaskan teori-teori dari tegangan tembus dalam isolasi cairan komersial.
5. Apa yang dimaksud dengan volume tekanan cairan dan jelaskan bagaimana terjadinya
dalam volume besar dari dielektrik cairan komersial.
6. Isolator pada setebal 10 cm medapat tegangan 50 kV bila pada bahan terdapat void
setebal 2 cm yang berupa ruang hampa. Apa yang terjadi pada bahan ini bila
permibilitas bahan adalah 5, kekutan medan kritis bahan 10 kV/cm.
7. Tentukan besar modulus Young pada suatu bahan setebal 1,5 cm terjadi tegangan
tembus sebesar 32 kV dan diasumsikan permibilitas bahan 4,25.
BAB 6
IMPULS TEGANGAN
Tujuan bab
Bab ini akan menjelaskan bentuk-bentuk standard impuls tegangan, sumber-sumber
impuls dan perambatannya dalam jaringan transmisi.
Pengertian
Impuls adalah suatu fungsi yang berharga sangat besar dalam selang waktu yang singkat
sekali. Diluar selang waktu yang singkat itu fungsi impuls berharga nol. Dalam tenaga
listrik, impuls dapat terjadi dalam bentuk tegangan yang disebut impuls tegangan dan
dapat juga dalam bentuk arus disebut impuls arus. Umumnya yang terjadi pada sistem
tenaga listrik adalah impuls tegangan.
Impuls tegangan pada sistem tenaga listrik dapat terjadi oleh switching dan dapat pula
disebabkan oleh petir , yang juga disebut surja tegangan atau surja. Impuls pada sisterm
tenaga listrik merambat disaluran secara gelombang. Dan analisa perjalanan impuls
disaluran dilakukan analog dengan analisa gelombang berjalan pada tali atau tambang.
Kemudian impuls dapat dikategorikan dalam bentuknya segi empat, segi tiga, atau
eksponernsial.
S = V / td
0.9 V
tdtd
td
Impuls tegangan pada sistem tenaga listrik merupakan impuls berbentuk eksponen, yaitu
impuls kilat yang dikenal dengan impuls double eksponen dan impuls switching yang
juga mirip eksponen.
Dan secara matematik dapat digambarkan seperti gambar 6.2 dari pers 6.1
V (t)
e-t/T’
T’
t
T”
e-t/T’’
Secara umum Impuls kilat yang berupa double eksponensial dapat dilihat pada gambar
6.3. Dari gambar itu, Impuls kilat ditandai oleh perbandingan waktu muka yang dihitung
dari garis linier pada muka impuls dari titik nol sampai tinggi 90 % dan dinotasikan
dengan Ts, dengan waktu ekor sampai ketinggian 60 % dan dinotasikan dengan Tr, jadi
impuls kilat dapat dinyatakan dengan Ts/Tr, biasanya diambil standar impuls kilat yaitu
1,2/60 milli-detik.
V (t)
Puncak
100 %
90 %
Ekor
Muka
50 %
Tr
Tm
0.9
Td
0.5
T ch
Th
Secara statistik flashover yang disebabkan oleh impuls tegangan pada isolator tergantung
pada tegangan kritis flashover (CFO). Untuk besar tegangan impuls yang diterapkan dan
dilakukan berkali-kali percobaan maka probalitas terjadinya flasover pada isolator
tunggal itu menurut disribusi Gaussian dan pada distribusi normal adalah sesuai dengan
persamaan 62.
1 V 1 CFO 2
P [V] exp - (x ) x .........................................6-2
σ 2π 2 σ
Dimana: P[V] adalah probalitas terjadinya flashover
σ adalah diviasi standar
CFO adalah teganagn kritis flashover isolator
x adalah variabel acak yang berupa tegangan
Nilai yang dapat dipercaya untuk standar deviasi sanagat sulit didapatkan untuk
percobaan yang terbatas jumlahnya.
P (V)
1.0
0.5
V
0 V0 V50 V100
Gambar 6.5 Distribusi impuls
δP [V] 1 Z2
Y(V) exp Z .............................................................6-3a
δx σ 2π 2
(x CFO)
Dimana: : Z .............................................................................6-3b
σ
(V CFO)
Dimana: Y ........................................................................6-4b
σ
Persamaan 6.4a menyatakan bahwa probabilitas dari suatu elemen isolator adalah suatu
fungsi standar deviasi dari beda CFO dengan surja tegangan.
Penyelesaian
σ = 5%x1500 kV = 75 kV
Y=(1250-1500)/75 = -3,2
Untuk harga Y negatif maka dilakukan pendekatan perhitungan dengan persamaan 6.5.
exp (Y 2 / 2)
P[V] ......................................................................................6-5
Y 2π
Jadi pada contoh tersebut, untuk Y = -3,2 maka P[V] = 6.87. 10-4, sedangkan untuk harga
Y positif, probabilitas terjadinya flashover lebih besar dari 60% dan ini dihitung dari
persamaan 6.6.
P 1 f (Y ) ...............................................................................................6-6
V f1 (t )e ( x / v ) p f 2 e ( x / v ) p ..........................................................................6-7
Dimana: x adalah jarak rambat gelombang
v adalah kecepatan rambat gelombang
p adalah faktor impedansi surja
Menurut teori Taylor, persamaan 6.7 dapat diubah dalam bentuk berikut.
V f1 (t x / v) f 2 (t x / v) ......................................................................6-8
Arti fisis dari persamaan 6.8 adalah menyatakan gelombang berjalan, karena untuk suatu
harga t dapat dihitung harga x, sehingga berlaku t x v konstan . Dengan demikian
gelombang berjalan tersebut terdiri dari dua yaitu :
1. f1 (t x / v) adalah gelombang maju
2. f 2 (t x / v) adalah gelombang mundur
Kedua gelombang ini mempunyai kecepatan rambat yang sama yaitu v, sedangkan secara
gambar dapat dijelaskan pada gambar 6.6
e1 & i1 e"&i"
Z1
Z2
e'&i '
Titik Peralihan
Dalam hal ini diambil titik peralihan sebagai pusat koordinat, sehingga dapat hubungkan
sebagai berikut.
e1 Z1i1 .............................................................................................................6-9
e' Z1i' ......................................................................................................6-10
e" Z2i" ..............................................................................6-11
Misalkan Z0 adalah impedansi dibelakang titik peralihan, untuk kasus di atas Z0 = Z2’,
sehingga dihasilkan
Z 0 Z1
e '1 e1 ..........................................................................................6.12
Z 0 Z1
2 Z0
e0 e1 ...............................................................................................6.13
Z 0 Z1
Z Z0
i'1 1 i1 ...............................................................................................6.14
Z 0 Z1
2Z1
i' 0 i1 ...............................................................................................6.15
Z 0 Z1
Penyelesaian
Zk = resultan impedansi paralel.
Zg = impedansi ke tanah.
Zq = impedansi seri
1
Jadi: Z n
1 1
Zg k 2 Z k
Zn
Zq
Zn-1
Z1
Zg Zk
Zz
i 2
Z0
Contoh lain adalah gambar 6.9, bila p = jω, yaitu suatu operator dalam transformasi
Laplace maka impedansi dibelakang titik peralihan adalah :
1 pL( R Z )
Z0
pC pL R Z
C
R
Z1 Z2
eo
L
Z1 Z2 Z3 Z4
e
T=0
ea1 eb1'
T=1 eb1'a2
eb1' b2'
eb a2 a1
'
1 eb a2b
'
1
'
1
T=2
eb1' b2' b3'
T=3
T=4
T=5
T=6
dst.
Selanjutnya akan dijelaskan prosedur untuk ,membuat diagram tangga sebagai berikut.
1. Letakkan titik peralihan dengan skala yang sesuai dengan waktu yang
dilewatkan tiap potongan / seksi.
2. Skala waktu vertikal dipilih pada bagian kiri diagram, yang dimulai dari atas
waktu pertama adalah nol
3. Dilukis jalan gelombang secara diagonal, dibuat garis – garis gelombang sejajar.
Dengan cara penggambaran yang sesuai dengan aturan diatas akan didapat keuntungan
sebagai berikut.
1. Semua gelombang menurun dalam perambatannya.
2. Posisi gelombang suatu saat dapat ditentukan, yaitu sesuai dengan waktu
vertikal.
3. Jumlah tegangan pada suatu titik adalah super-posisi dari semua gelombang
yang sampai pada titik itu.
4. Asal mula gelombang pada suatu titik dapat ditentukan, gelombang mana yang
datang dan yang mana yang berkomposisi.
5. Dengan mengikuti redaman akan selalu dapat dihitung berapa jauh turunnya
gelombang dalam perambatannya pada tiap potongan / seksi.
Dengan diagram tangga ini dapat dilihat posisi dan arah gerak dari tiap gelombang datang,
gelombang, gelombang pantul dan gelombang terusan pada saluran itu untuk setiap saat.
Disamping itu ditunjukan juga pengaruh dari redaman dan distorsi dapat sekaligus diikut
sertakan pada waktu membuat diagram tangga itu.
Jawab:
Gambar diagram tangganya adalah sebagai berikut
Pantulan
a1 a’1 a2 a’2 a3
b1 b’1 b2 b’2
Terusan b3
200 100 200
b’1e
b’1a2e
b’1a2a
’1e
Dst.
Dimana b1’=2/3, a1’=1/3 dan a2=1/3, e=200x10 =2000 kV.
6.6 Latihan
1. Diasumsikan pada kondisi cuaca terdapat tegangan kritis celah sebagai isolator adalah
1260 kV dan dari data lapangan terdapat probalitas kegagalan isolasi sebesar 1,16x10-
3
dengan standar deviasi adalah 6%. Hitung berapa surja tegangan yang meninpa celah
itu.
2. Suatu impul 1200 kV datang dari saluran dengan impedansi surja 200 Ohm dan
menuju kawat panjang sekali dengan impedasi 100 Ohm. Tentukan besar gelombang
arus yang mengalir di kedua saluran.
3. Suatu impul 1200 kV datang dari saluran dengan impedansi surja 200 Ohm. Tentukan
besar gelombang arus yang mengalir di kedua saluran bila:
a. Ujung saluran tersebut putus
b. Ujung saluran tersebut hubung singkat ke tanah.
4. Perhatikan gambar dibawah ini, gelombang datang e=1260 kV bergerak dari saluran
dengan inpedansi surja Z1 =400 Ohm menuju ke saluran yang panjang impedansi surja
Z2=200 Ohm dan Z3=100 Ohm. Tentukan besar arus yang mengalir tiap saluran
e1”
e
Z 2
Z1
e’
Z 3
e2”
Titik Peralihan
5. Buatkan diagram tangga dari gabar dibawah ini sampai lima tangga.
Z1 Z2 Z3
6. Bila pada soal no.6 terdapat gelombang datang 2000 k, Z1=100 Ohm, Z2=200 Ohm
dan Z3=100 Ohm. Misalkan faktor redaman di Z2 adalah 10%, tentukan besar tegangan
yang dialami oleh impedansi Z2.
7. Saluran transmisi panjang dengan karakteristik z=0,16+j2 Ohm/km dan y=0+j0,012
Mho/km tersambung dengan kabel dengan impedansi surja 260 Ohm. Saluran tersebut
tersambar petir dan diketahui besar gelombang tegangannya adalah 2100 kV.
a)Gambarkan bentuk gelombangnya dan jelaskan.
b)Hitung besar tegangan yang diteruskan dan yang dipantulkan oleh kabel tersebut.
c)Hitung juga arus masing-masingnya.
BAB 7
PERALATAN-PERALATAN UJI TEGANGAN TINGGI
Tujuan bab
Memahami dan memeperkenalkan peralatan-peralatan dan metoda-metoda uji tegangan
tinggi yang digunakan pada laboratorium teknik tegangan tinggi.
Setelah mempelajari bab ini dan mengerjakan pelatihannya, diharapkan anda mampu:
Teknik pembangkitan tegangan tinggi (ac dan dc)
Metoda-metoda pengukururan tegangan tinggi (ac dan dc)
Metoda grafik melalui ruang dimensi dua
Pengertian
Peralatan-peralatan uji tegangan tinggi adalah alat-alat yang terlibat pada pembangkitan
tegangan tinggi (trafo tegangan tinggi, isolator, dioda), pengukuran tegangan tinggi (sela
bola, resistor dan kapasitor tegangan tinggi) dan bahan uji (gas, minyak dan lain-lainnya).
Disini juga menjelaskan metoda-metoda pengukuran yang akan digunakan dalam uji
tersebut.
Di laboratorium, tegangan tinggi dapat dibangkitkan dari tegangan rendah. Untuk
pembangkitan tegangan AC dilakukan dengan transformator tegangan tinggi sedangkan
pembangkitan tegangan DC dilakukan dengan kaskade penyearah. Hal yang penting
adalah bagaimana mengukur tegangan tinggi. Untuk menentukan besar tegangan
dilakukan pengukuran pada parameternya, misalnya tegangan AC mempunyai parameter
harga puncak atau harga efektifnya.
NH
ZH IH
Bila rugi-rugi magnetisasi tidak ada maka gaya gerak magnet adalah berjumlah nol.
Sehingga:
IENE -IHNH - IKNK = 0 .............................................7-1
Untuk mendapatkan tegangan yang lebih tinggi lagi dilakukan penggabungan beberapa
trafo yang disebut kaskade bertingkat. Pada susunan bertingkat ini, eksistansi pada trafo
berikutnya diparalel dengan rangkaian kopling. Gambar 7.2 menunjukkan rangkaian
kaskade bertingkat dari beberapa trafo.
Ik2=Ie3=I
Ik1=Ie2=2I
(3)
Ie1=3I (2)
3Vh
Ih 2Vh
V (1) Vh
Xr
Ih
V1=V’=V/a Vh=V2
Gambar 7.2b adalah rangkaian yang disederhanakan bila dilihat dari sisi tegangan tinggi.
Untuk tingkat ke-n dan rugi-rugi daya diabaikan, maka rugi-rugi daya reaktif adalah;
n
I H X res ( I E i X Ei I K i X Ki I H i X Hi )
2 2 2 2
......................................7-2
i 1
n
X res ( X Hi i 2{ X E ( n i 1) X K ( n i ) }) ......................................7-3
i 1
Rr Lr
V1 C=C1+Cb
V2
V2 jIWL
IRr
V1
Bila harga resistansi Rr jauh lebih kecil dari harga reaktansi Lr, maka tegangan disisi
sekunder adalah;
1
V2 V1 .........................................................................7-5
1 2 Lr C
Dimana 1 2 Lr C 1 , sehingga V2>V1.
Masalah lain yang dihadapi adalah bagaimana menentukan besar tegangan tinggi, karena
alat ukur tegangan yang ada adalah berfungsi untuk tegangan rendah atau dengan kata
lain alat ukur yang mengukur tegangan tinggi secara langsung belum ada. Para ahli yang
terdahulu telah membuat metoda pengukuran tegangan tinggi yang cukup teliti. Adapun
metoda itu adalah sela-bola, Cubb-Fortesque dan pembagian tegangan oleh kapasitor.
Penyesaian
Impedansi total adalah:
n
X res ( X Hi i 2{ X E ( n i 1) X K ( n 1) })
i 1
4
(0,75i i 2{0,12( n i 1) 0,35( n 1) })
i 1
Jadi
xres
1 2 Lr C 1 2 C 1 2x50 x11,515 x10 6 0,945318
1 1
V2 V1 x1000 x 220 232725,9 volt
1 Lr C
2
0,945318
Susunan percobaannya seperti gambar 7.5. Dengan menentukan geometri dan kondisi
lingkungan maka besar tegangan puncak AC saat terjadi tembus tegangan pada sela bola
dapat ditentukan.
b 273 20 b
Vt x V0 0,289 x V0 ..................................................7-6
1013 273 t 273 t
Dimana: Vt adalah tegangan puncak pada suhu t
b adalah tekanan udara (mbar)
Vo adalah tegangan puncak pada suhu 20°C
t adalah temperatur (°C)
Besarnya arus yang mengalir pada alat ukur amperemeter adalah setengah perioda adalah:
V
C t T
I1 t 0
2 ...............................................................................7-7
0 T
t T
2
Harga rata-rata dari arus yang lewat alat ukur amperemeter adalah;
T
1
I I 1 (t )t
T 0
V (T )
1 2
V
T
V (0)
C(
t
)t
C
(Vm {Vm }) .............................................................................7-
T
2CVm
T
2CfVm
8
I
Vm ..................................................................................................7-9
2Cf
Dimana: Vm : tegangan maksimum AC yang diukur
C : kapasitansi
I : arus rata-rata yang dibaca pada alat ukur
f :frekuensi tegangan AC yang diukur
I C
I1 I2
V(t)
mA
v(t)
Vm
Im
I1
t
T/2 3T/2 T
I2
C1
V1
D
V
C3
C2
V2 Vu
R1 Rm
t
T/2 3T/2 T
v2
Untuk muatan pada kapasitor Cm tidak terjadi kekurangan muatan, maka harga
RmCm>>T.dan dipilih harga resistansi Rl >>(1/ωC2), sehingga tegangan terbagi pada
kapasitor C1 dan C2 yang harga puncak dari tegangan tinggi yang diukur dapat
dinyatakan pada persamaan 7.9.
C1 C2
Vm Vu .......................................................................................7-
C1
10
Penyelesaian
C C2 C
Vm 1 Vu 1 2 Vu (1 999 ) x80 80000 Volt
C1 C1
Vac
C Vdc
(a) Rangkaian
Vdc (max)=Vac(mak)
Vdc(rata-rata)
Vdc (max)=Vac(mak)
Vdc
(c)Tanpa C
Gambar 7.7. Rangkaian dan gelombang tegangan penyearah setengah gelombang
Kualitas tegangan searah dapat ditentukan oleh suatu factor yang disebut dengan factor
ripper. Tegangan dc yang ideal mempunyai nilai factor ripper nol. Semakin buruk
gelombang dc yang dibangkitkan akan semakin besar harga factor rippernya. Besarnya
factor ripper dapat dihitung dengan formula
b.Faktor Ripper
Dari gambar 7.7b didapat besar tegangan maksimum dan minimum dc, yaitu Vdc(mak)
= √2 Vac danVdc(min) = 0. Jadi
2 Vac 0 Vac V
Vdc m .........................................................7-13
2 2 2
I = C (∂V/∂t) ................................................……………….......7-14
∆V = IT/C ............................................…………………...7-15
Δ = ∆V /2 = I/ 2fC .................................................……………...7-16
Pada praktikum tegangan tinggi, dioda yang digunakan dapat melewatkan arus dan dapat
menahan tegangan yang tinggi, dioda dipsang dengan hubungan seri dan pararel sehingga
membentuk untaian dioda.
Bila suatu tegangan pada suatu dioda adalah ∆V, maka untuk n buah dioda yang hubungan
seri terjadi drop tegangan sebesar n∆V. dalam kenyataannya drop tegangan pada dioda
tergantung pada arus yang melewati dioda tersebut. Misalnya drop tegangan pada arus
beban I’ adalah ∆V’ maka drop tegangannya untuk arus beban I adalah
∆V = ∆V’ + k I ...........................................………………………7-17
Dimana: K adalah factor pembanding
I adalah arus beban
∆V’ adalah drop tegangan pada arus beban I’
∆V adalah drop tegangan pada arus beban I
kI
a.Rangkaian Dasar
Rangkaian dari pelipat ganda tegangan terdiri dari sebuah kapasitor dan sebuah dioda.
Fungsi kapasitor adalah untuk menyimpan energi listrik sehingga kapasitor yang telah
terisi penuh mempunyai tegangan. Dengan demikian tegangan searah yang didapat adalah
jumlah dari tegangan pada kapasitor ditambah dengan tegangan yang disearahkan oleh
dioda.
+
Vac Vdc
a) rangkaian
Vdc
Vac (max)
b) gelombang tegangan dc
Gambar 7.8. Dasar pelipat ganda tegangan dc
Gambar 7.8, untuk setengah gelombang negative terjadi pengisian kapasitor sehingga
kapasitor bertegangan V. Selanjutnya tegangan searah yang didapat adalah dilipat
gandakan sebagai berikut.
b.Rangkaian Grenacher
Grenacher membuat rangkaian pelipat ganda tegangan dari rangkaian pelipat ganda
tegangan diatas ditambah dengan satu lagi kapasitor yang dipasang paralel pada cabang
rangkaian beban. Bila kapasitas kapasitor itu adalah sangat besar sekali maka factor ripper
mendekati nol dan dapat diabaikan, sehingga tegangan dc yang dihasilkan adalah dua kali
tegangan maksimum ac. Gambar rangkaian Grenacher adalah pada gambar 7.9. Pada
gambar ini 7.9c adalah kaskadenya yang berguna untuk melipat gandakan lagi dengan
tujuan menghasilkan tegangan dc berlipat- lipat ganda.
+
Vac Vdc
a) rangkaian
V
Vdc
b) gelombang tegangan dc
Vac
Vdc=10Vac
c) kaskade rangkaian Grenacher
Gambar 7.9: Rangkaian pelipat ganda Grenacher
c.Rangkaian Zimmerman-Witk
Rangkaian ini memanfaatkan dua kapasitor yang bertujuanmenyimpan energi sehingga
kedua kapasitor ini bertegangan. Akibat rangkaian ini tegangan dilipat gandakan menjadi
tiga kalinya. Susunan rangkaian ini terdapat pada gambar 7.10 berikut ini.
Vdc
+ 3V
Vac
Vdc
2V
+
V
t
Selanjutnya akan dijelaskan pengukuran besar tegangan tinggi dc. Cara- cara untuk
mengukur tegangan tinggi ini pada prinsipnya adalah sama dengan pengukuran tegangan
tinggi ac.
d. Pengukuran tegangan tinggi dc dengan Resistor Divider
Teknik ini adalah membuat drop tegangan pada dua resistor, resistor yang diukur harus
lebih kecil dari yang satu lagi. Agar pengukuran mendekati akurat, maka besar resistor
yang diukur tegangannya harus sangat lebih kecil dari resistor dalam alat ukur tegangan
yang dipakai. Susunan rangkaian ini dapat dilihat pada gambar 7.11.
R’
Vdc
R V
V EL ……………………………………………………….7-20
Latian:
Suatu pengukuran tegangan tinggi dc dilakukan dengan pembagian resistor dan terbaca
pada alat ukur 73,8 volt. Bila resistor yang diparalel dengan alat ukur adalah 55 Ohm dan
tegangan tinggi yang dikur adalah 80,25 kV. Buat rangkaiannya dan berapa resistor seri
yang digunakan dalam pengukuran ini.
V
E
L
100V S1
R +
S0
C S2
M
R A
0V
probe
-
Gambar 7.12. Rangkaian deteksi medan listrik
6.3.4 Penggambaran Medan Laplace
Untuk menggambarkan medan laplace digunakan suatu model yang diperlihatkan pada
gambar 7.13a. Garis DE dan CB dilapisi dengan penghantar murni sehingga kedua garis
itu merupakan garis ekipotensial bila pada garis DE dihubungkan dengan kutub negatif.
Beda tegangan antara dua garis ini dibuat serendah mungkin dan dapat diabaikan, hal ini
memenuhi medan laplace. Kemudian pointer melacak titik-titik ekipotensial pada kertas
anlogi. Setelah garis-garis ekipotensial dibuat maka selanjutnya ditarik garis-garis fliksi
yang tegak lurus dengan garis-garis ekipotensial itu dan hasilnya dapat dilihat pada
gambar 7.13b.
D G C
50 40 302010 0
100
pointer
E
F
B
A R1
R2
+ probe -
(a) analogi Laplace (b) Gambar medan laplace
Pada gambar 7.13b, terlihat pada skala 50 ke 0, tidak terjadi perubahan aliran fluksi
dengan resistansi sebesar R1 analogi itu menyatakan model aliran fluksi pada konduktor
homogen yang berlubang ditengahnya, sehingga dengan analogi tersebut dapat
digambarkan medan laplace pada model. Hasil gambar medan pada model pada itu dapat
dilihat pada gambar 7-14.
ekipotensional
f
l
u
k
s
i
Hasil yang didapat pada analogi kertas teledeltos mempunyai kesalahan. Ketelitian dari
analogi kertas teledeltos tergantung pada keseragaman dari resistansi kertas. Beberapa
pengukuran dari resistansi kertas teledeltos diperoleh standar deviasi sekitar 2%. Hasil
penyelesaian dari analogi kertas teledeltos yang dilakukan dengan teliti akan mendekati
kenyataan. Disamping itu, analogi ini menunjukkan keadaan fisik dari medan
dibandingkan dengan penyelesaikan matematik atau numerik.
-
b
Arah gulungan
a
Arah tegak
V
+
Bila konduktivitas dari arah sumbu -X adalah σx dan dalam arah sumbu –y adalah σy maka
medan laplace dari perbandingan ratio kondukativitas dari kedua arah itu adalah;
a 2V a 2V
x y 0 ....................................................................................7-21
ax 2 ay 2
Misalkan ukuran untuk kedua arah tersebut adalah x=x1 dan y y1 y x maka
persamaan 7-17 menjadi medan laplace tanpa pengaruh konduktivitas lagi yang dituliskan
menjadi persamaan berikut:
a 2V a 2V
x 0 ....................................................................................7-22
ax 2 ayi2
Selanjutnya dalam pekerjaan yang presisi, perbandingan akar ratio resistansi harus dapat
menganalogikan yang tepat. Kemudian hasil plot dalam sumbu –x1 dan sumbu –y1
dikembalikan lagi ke sumbu –x dan sumbu –y, yang merupakan hasil yang sebenarnya.
7.4 Latihan
1. Hitung Xr dari kaskade trafo tegangan tinggi 5 tingkat (trafo tegangan tinggi identik),
bila diketahui Xe=0,12 Ohm, Xh=0,75 Ohm dan Xk=0,35 Ohm. Dan bila tegangan
input 220 V, 50 Hz, a=1/1000 dan didapat total kapasitansi 15 mikro Farad, berapa
tegangan tinggi pada output dan gambarkan diagram phasornya. Gambarkan
rangkaian kaskadenya.
2. Penggukuran tegangan tinggi melalui dioda anti paralel menunjukan hasil yang
terbaca pada alat ukur adalah 7,57 mA.
a.Gambarkan rangkaian percobaannya dan bentuk gelombang arusnya (baik yang
positif maupun negatif)
b.Berapa tegangan tinggi yang diukur, bila frekuensi listrik 50 Hz dan kapasitor yang
digunakan adalah 10 mikro farad.
3. Alat ukur pembagi tegangan melalui kapasitor digunakan untuk mengukur tegangan
tinggi ac dan hasilnya menunjukan pengukuran sebesar 50,12 Volt.
a.Gambarkan rangkai percobaannya dan bentuk gelombang tegangannya.
b.Berapa kapasitor yang dipasang pada alat ukur, bila tegangan input 177 kV dan
kapasitor lainnya 1,25 mikro farad.
4. Berikan penjelasan apa perbedaan dan kesamaan dari kedua metoda pengukuran
tegangan tinggi ac di atas.
Referensi