Anda di halaman 1dari 105

TEKNIK TEGANGAN TINGGI

Diktat kuliah
Oleh:
Dr. Ir. Hermagasantos Zein, M.Sc.

e1 & i1 e"&i"

Z1
Z2
e'&i '

Titik Peralihan

JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI-POLBAN


2010
Perkembangan industri berlangsung sangat cepat baik saat ini maupun yang akan
datang sehingga dibutuhkan perubahan-perubahan disegala bidang: terutama di bidang
teknologi. Di lain pihak, perguruan tinggi perlu menyediakan materi-materi kuliah,
dimana buku bacaan dalam Bahasa Indonesia masih langka sampai saat ini, yang dapat
mengantisipasi kebutuhan industri yang dimaksud. Dalam rangka itu, penulis turut
berpartisipasi dalam mengisi kelangkaan bahan bacaan teknik, khususnya teknik tenaga
listrik dalam Bahasa Indonesia yang berjudul Teknik Tegangan Tinggi. Buku ini
ditujukan sebagai pegangan bagi mahasiswa-mahasiswa Jurusan Teknik Konversi
Energi di POLBAN dan dapat juga digunakan oleh jurusan lain yang mengambil materi
kuliah teknik tegangan tinggi.

Setelah mempelajari buku ini diharapkan mahasiswa dapat mengasai teknik tegangan
tinggi sebaik mungkin untuk diaplikasikan. Secara lebih rinci, agar mahasiawa dapat
melakukan perhitungan medan sederhana, masalah-masalah penerapan tegangan
tinggi, bahan isolasi, impuls tegangan dan alat-alat uji tegangan tinggi di laboratorium.

Buku ini terdiri dari 7 bab, hampir setiap tofik dalam masing-masing bab memuat cantoh
dan penyelsaian supaya para mahasiswa dapat memahami lebih baik dari pembahasan
tofiknya. Setiap bab diakhiri dengan latihan-latiahn supaya mahasiswa dapat mereview
kembali dari pembahasan yang telah diberikan supaya lebih memahami lagi. Bab 1
berisi pengertian umum tentang sistem tenaga listrik yang merupakan sebagai review.
Bab 2 mengulas tentang dasar-dasar teori medan, pemahaman pada bab ini mutlak
dikuasai oleh para mahasiswa. Bab 3 berisi pembahasan tentang medan-medan
sederhana, yaitu medan yang dapat diselesaikan dengan eksak. Bab 4 membahas
tetang beberapa persoalan tegangan tinggi, seperti korona, peteir dan lainnya. Bab 5
membahas tentang media isolator yang beruapa konduksi dan tembus tegangan di
dalamnya. Bab 6 membahas tentang impuls dan perambatanya. Terakhir bab 7
menjelaskan pada para mahasiswa alat-alat uji tegangan tinggi yang digunakan di
laboratorium, yaitu alat pembangkit tegangan tinggi dan teknik-teknik pengukurannya.

Akhir kata, puji sukur selalu dilimpahkan kepada Allah Swt. yang telah memberi petunjuk
sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Disamping itu, penulis juga
mengucapkan terimasih kedapa semua pihak yang telah berkontribusi dalam
menyesaikan tulisan ini. Khususnya pada POLBAN, Jurusan Teknik Konversi Energi,
yang telah memberikan dorongan dalam penyediaan bahan ajar di lingkungan institusi.

Penulis, Bandung Mai 2010


(Hermagasantos Zein)

Staf pengajar di Teknik Konversi Energi di POLBAN


BAB 1
SISTEM TEGANGAN TINGGI

Tujuan bab
Bab ini adalah penjelasaan umum sistem tenaga listrik secara keseluruhan sehingga para
mahasiswa mendapat gambaran tentang tenaga listrik secara utuh. Kemudian diikuti
dengan penjelasan tentang tegangan tinggi dan fungsi transmisi.
Setelah mempelajari bab ini dan mengerjakan pelatihannya, diharapkan anda mampu:
 Memahami konsep diagram satu garis sistem tenaga listrik yang meliputi
 Perkembangan sistem tegangan tinggi
 Saluran transmisi
 Penggunaan tegangan tinggi

Pengertian
Sistem tenaga listrik merupakan integrasi sistem yang dimulai dari produksi energi listrik
(pusat-pusat pembangkit) sampai pada para pemakainya (konsumen-konsumen). Sistem
ini terdiri dari pembangkit, transmisi dan distribusi. Penggunaan tegangan tinggi pada
transmisi bertujuan untuk mengurangi rugi-rugi daya dalam penyaluran energi ke
konsumen.

1.1 Sistem satu garis tenaga listrik


Untuk menyalurkan daya listrik dari pusat tenaga (sumber) ke pemakai daya (konsumen)
diperlukan suatu sistem jaringan tenaga listrik. Sistem jaringan ini terdiri dari jaringan
transmisi (dapat berupa sistem ultra tegangan tinggi, extra tegangan tinggi atau sistem
tegangan tinggi ) dan jeringan distribusi (meliputi sistem tegangan menengah dan sistem
tegangan rendah). Sedangkan tegangan sistem yang digunakan sesuai dengan standar
yang ada, yang bertujuannya untuk keseragaman memproduksi componen-componen
atau peralatan-peralatan pada sistem tenaga listrik. Seperti contohnya di PLN: tegangan
rendah 220 volt, tegangan menengah 20/70 kilo-volt, tegangan tinggi 150 kilo volt dan
tegangan extra tinggi 500 kilo volt.

Pada pelanggan, sistem tegangan yang di gunakan adalah terdiri dari pelanggan tegangan
rendah (misalnya rumah, industri kecil dan gedung yang berkapasitas kecil) dan
pelanggan tegangan menengah (misalnya industri besar dan gedung berkapasita besar).
Sekarang di PLN terdapat juga pelanggan tegangan tinggi 150 kV untuk suatu kawasan
industri (misalnya kawasan industri Cilegon yang dikelola oleh PT. Krakatau Daya
Listrik). Jadi pelanggan tidak lagi pada distribusi tetapi ada juga di sisi tegangan tinggi.

Untuk penyaluran daya yang besar dan berjarak jauh sekali digunakan transmisi
ultra/extra tegangan tinggi dan bila berjarak cukup jauh digunakan transmisi tegangan
tinggi. Sedangkan pada jeringan distribusi, pada umumnya relatif berjarak pendek (<50
km) dan terletak dalam daerah pelanggan dengan saluran yang banyak. Tujuan dari
pemakaian tegangan ini adalah untuk mengurangi rugi-rugi energi listrik di saluran
transmisi.
Pembangkit menghasilkan tegangan 6/12/25 kilo-volt, melalui gardu pembangkit
tegangan sistem dinaikan menjadi ultra/extra tegangan tinggi atau tegangan tinggi di
saluran transmisi. Pada gardu transmisi yang menghubungkan transmisi tegangan
ultra/extra tinggi dengan transmisi tegangan tinggi, tegangan sistem diturunkan menjadi
tegangan tinggi (150 kV). Sedangkan pada gardu induk, sistem tegangan diturunkan
menjadi tegangan menengah (20/70 kV) dan kemudian pada gardu distribusi diturunkan
lagi menjadi sistem tegangan rendah (220 Volt). Gambar 1-1 adalah gambaran satu garis
dari sistem jaringan tenaga listrik tersebut di atas. G-1 dan G-2 adalah pembangkit yang
dikoneksi pada gardu transmisi. Sedangkan G-3 adalah pembangkit yang dikoneksi pada
gardu induk.

Sistem pembangkit
G1 Pusat pembangkit

Gardu pembangkit

G2 Transmisi ektra/ulta tinggi

Jaringan transmisi
Gardu transmisi

Transmisi tegangan tinggi:


150 kV atau 220 kV
G3

Gardu induk

Tdistribusi tegangan
Jaringsn distribusi

20 kV atau 70 kV

Gardu idistribusi

Jaringan tegangan
Pemakai tegangan Rendah: 220 V
menegah

Pemakai tegangan rendah


Gambar 1-1 : Diagram satu garis sistem tenaga listrik

Contoh dan penyelesaian


Pada gambar-1, sistem tegangan transmisi extra tegangan tinggi 500 kV, transmisi
tegangan tinggi 150 kV dan tegangan distribusi primer 20 kV, berapa tegangan
transmisi pada G2 dan G3.

Penyelsaian
Transmisi yang menghubungkan Pembangkit G2 ke gardu transmisi (500/150 kV) disisi
primer trafonya, maka tengangan transmisinya adalah 500 kV.
Transmisi yang menghubungkan Pembangkit G3 ke gardu induk (150/20 kV) disisi
primer trafonya, maka tengangan transmisinya adalah 150 kV.
1.2 Perkembangan Sistem Tegangan Tinggi
Tenaga listrik telah lama dikenal manusia, karena sifatnya yang mudah disalurkan dan
dikonversikan ke tenaga lainnya maka penelitian tentang tenaga listrik ini tidak berhenti
sampai saat ini dan juga masa yang akan datang. Sedangkan sistem tegangan yang
digunakan semakin berkembang menjadi tinggi, hal ini disebabkan oleh pengetahuan
tentang bahan meningkat dengan pesat, sehingga komponen dan peralatan yang
dihasilkan sudah dapat menahan medan listrik yang tinggi. Dilain pihak dengan adanya
komputer, sistem tenaga listrik dapat dimonitor setiap saat dengan baik, yaitu memakai
komputer on-line, sehingga peralatan proteksi dapat bereaksi dalam tenggang waktu yang
cukup aman bila ada gangguan yang berbahaya.

Di Indonesia pemakaian tenaga listrik telah dimulai dari zaman penjajahan Belanda
sampai sekarang. Sedangkan daya terpasang pada tahun 1960 diperkirakan 304 MW
(mega watt), beberapa tahun kemudian daya terpasang 1304 MW dan tahun 1993 daya
terpasang diperkirakan 17500 MW dan telah menggunakan sistem tegangan transmisi 500
kV (kilo volt), yaitu pada transmisi Jawa-Bali. Tahun 2006 daya terpasang sudah
mencapai 21000 MW. Bahkan berdasarkan RUPTL (rencana umum pembangkit tenaga
listrik) oleh PLN diperkirakan tahun 2016 daya terpasang sudah mencapai 42000 MW.
Sedangkan diluar negeri pemakaian tenaga listrik telah dimulai jauh sebelum indonesia
menggunakannya. Pada tabel 1-1 dapat dilihat gambaran umum pemakaian tenaga listrik.

Tabel 1-1
Sistem tegangan di beberapa negara
No Negara Tahun Sistem tegangan jenis
1 Misbach-Munchen 1882 1,5 – 2 kV DC
2 Jerman 1922 220 kV AC
3 RFD 1956 380 kV AC
4 Rusia 1960 500 kV AC
5 Kanada 1965 730 kV AC
Ket : DC adalah arus searah
AC adalah arus bolak-balik

Tabel 1-2
Pemakaian tegangan searah
No Tahun Perusahaan Negara Jarak Daya/Teg/Arus
1 1936 General elec US 27 km 5,25MW / 30 kV / 175 A
2 1939 - Swiss 30 km 0,5 MW / 50 kV / 10 A
3 Perang dunia II Siemens-SAG Swedia 5 km 4,0 MW / 110 kV / -
4 1954 ASEA Rusia 96 km 30 MW / ± 100 kV / -
5 1950 – 1965 - Rusia 474 km 720 MW / ± 400 kV /900 A

Dengan keterangan di atas, sistem tegangan untuk menyalurkan daya bersekala besar dan
jarak yang jauh harus dengan tegangan yang tinggi baik transmisi dengan arus bolak-
balik atau pun arus searah. Semakin tinggi tegangan sistem akan semakin menurunkan
kehilangan energi pada saluran transmisi. Tetapi tegangan sistem tidak dapat dibuat
setinggi mungkin, karena udara sebagai isolasi terbatas kemampuannya yaitu ±30 kV/cm.
Bila tegangan sistem terlalu tinggi maka udara tidak lagi sebagai isolasi tetapi berubah
menjadi penghantar seperti arus petir yang mengalir di udara. Jadi menurut perkiraan,
tegangan sistem yang maksimum adalah 2500 kV. Tegangan sistem sebesar ini masih
belem ada realisasinya. Disamping itu penentuan tegangan sistem harus ekonomis dan
memenuhi persyaratan teknis agar operasi dari saluran mengeluarkan biaya yang
termurah.

Contoh dan penyelesaian


Dari tabel 1-2 dan tabel 1-2 terlihat penggunaan tegangan pada sistim tenaga listrik
semakin meningkat seiring dengan perkembangan waktu. Apa yang memicu hal ini?

Penyelsaian
Besar tegangan akan mempengaruhi susut energi dalam transmisi, semakin tinggi
tegangan yang digunakan akan semakin redah susut energinya. Ada pengurangan susut
energi yang signifikan ini yang mendorong perkembangan penggunaan tegangan tinggi
di dalam sistem tenaga listrik. Ini dapat direalisasikan karena berkembangannya ilmu
bahan dan komputasi dalam menunjang perkembangan tegangan tinggi tersebut.

1.3 Saluran Transmisi Arus Bolak-Balik


Saluran transmisi adalah bertujuan untuk menyalurkan daya listrik dalam kapasitas yang
besar dan berjarak jauh (>50 km). Tegangan sistem pada saluran transmisi adalah tinggi,
oleh karena itu pengaruh induksi elektromagnetik tidak dapat diabaikan lagi. Karena
pengaruh itu maka terdapat induktansi dan kapasitansi yang terdistribusi sepanjang
saluran, yang mengakibatkan perubahan arus dan tegangan disepanjang saluran.

Gambar berikut 1-2 adalah suatu saluran transmisi untuk satu phasa ke netralnya. Dengan
adanya impedansi kawat dan kapasitansi tanah yang terdistribusi disepanjang saluran,
maka arus dan tegangan untuk tiap titik disepanjang saluran tersebut tidak tetap. Drop
tegangan dan arus pada saluran adalah ∂V dan ∂I. Bila x adalah jarak dari tegangan V ke
beban pada tegangan Vr dan diambil statu elemen ke sumber dengan panjang ∂x, dimana
impedansi seri sepanjang ∂x adalah z∂x, diamana z adalah impedansi persatuan panjang.
Bila y adalah admitansi ke netral perpanjang kawat maka admitansi sepanjang ∂x adalah
y∂x. Oleh karena arus yang mengalir adalah I maka terdapat drop tegangan sepanjag ∂x
adalah:

V  Izx ……………………………………………….1-1

Is I+∂ I I
V+∂V V
∂I

Vs Vr

∂x X

Gambar 1-2. Saluran transmisi kawat phasa dan netral


Dengan adanya admitasi sepanjang saluran maka arus akan berubah disepanjang saluran.
Untuk panjang saluran ∂x maka perubahan arus adalah ∂I , yaitu
I  Vyx …………………………………………………1-2
Dari kedua persamaan ini, bila persamaan 1-1 diturunkan akan didapat hubungan

V
 Iz
x

Kemudian persamaan ini diturunkan terhadap x dan didapat

 2V I
z ………………………………………………...1-3
x 2
x

Dengan jalan yang sama untuk persamaan 1-2 didapat

2I V
y ………………………………………………...1-4
x 2
x

Bila harga ∂V / ∂x dan ∂I / ∂x dari persamaan 1-1 dan persamaan 1-2 di substitusikan ke
persamaan-persamaan yang terakhir, maka dihasilkan

 2V
 zyV ……………………………………..………… 1-5
x 2

2I
 zyI …………………………....………………….. 1-6
x 2

Kedua persamaan yang terakhir ini adalah dalam bentuk persamaan diferencial orde-2.
Solusi persamaan diferensial orde-2 ini adalah berupa exponensial. Dengan demikian
solusi persamaan 1-5 dan persamaan 1-6 adalah

Vr  I r Z c x Vr  I r Z c x
V e  e ……………………….……… 1-7
2 2
I I I I
I  c r ex  c r ex ……………………………………….. 1-8
2 2
z Vr
Dimana : Z c  ,   zy , Ic 
y Zc

Besaran z dan y adalah dalam bentuk komplek, maka γ dan Zc dalam bentuk kompleks
juga. Konstanta rambatan adalah γ, dimana bagian nyata (α) disebut redaman dan bagian
khayal (β) disebut konstanta phasa.

    j …………………………………………..…………….1-9
Sehingga eγx = eαx ej βx, harga eαx akan bertambah besarnya bila harga x membesar.
Sedangkan ej βx selalu berharga satu, dimana ej βx = Cos βx + j Sin βx, yang menyatakan
pergeseran phasa sebesar β rad persatuan panjang.

Dari persamaan 1-7 dan persamaan 1-8 yang terdiri dari dua suku yang dapat dinyatakan
dalam bentuk gelombang. Suku pertama disebut dengan gelombang datang dan suku
kedua disebut dengan gelombang pantul. Selanjutnya Zc disebut dengan impedansi
karakteristik (impedansi geombang/impendansi surja) saluran yang dalam saluran
transmisi disebut dengan impedansi surja. Panjang gelombang yang merambat adalah λ
dan kecepatan rambat gelombang adalah v yang merupakan perkalian frekuensi sistem (f)
dengan panjang gelombang, maka kedua besaran ini adalah

2
 ………………………………………………………..1-10

  f …………….………………………………………….1-11

Contoh dan penyelesaian


Suatu transmisi tegangan tinggi 500 kV tanpa beban dengan panjang 1000 km
mempunyai karakteristrik z=0,0012+0,06 Ohm/km dan y=j0,00005 Mho/km. Tentukan
tegang di ujung penyulang bila tegangan sumber 500 kV dan impedansi surja.

Penyelsaian
  zy  (1,5  j10) j 0,05)  0,448  j 0,837  0,94961,820

Dari persamaan 1-7 dan untuk arus beban nol adalah


2 x500  Vr (ex  e x )  Vr (e0, 448 j 0,837  e 0, 448 j 0,837 )  Vr (1,565e j 0,837  0,639e  j 0,837 )
 Vr (1,476  j 0,519)  1,56419,380 kV
1000
Jadi : Vr    19,38  639,1  19,38 kV
1,564
Hasil di atas menunjukan bahwa tegangan dipenerima (639,1 kV)untuk saluran tanpa
beban lebih tinggi dari pengirim (500 kV).

z 0,0015  j 0,01
Zc    14,18  j1,06  14,22  4,260 
y j 0,00005

1.4 Saluran Transmisi Arus Searah


Saluran transmisi DC akan lebih mudah dari segi perhitungan bila dibandingkan dengan
saluran transmisi AC. Karena arus yang dialirkan adalah searah, maka drop tegangan
disepanjang saluran adalah hasil kali arus dengan resistansi saluran. Jadi perhitungan
tegangan, arus dan daya untuk saluran transmisi DC adalah sederhana. Hilang daya pada
saluran adalah didissipásikan panas oleh resistansi saluran.

Secara teknis saluran balik dari transmisi DC ini dapat dilakukan oleh tanah atau kawat
balik. Tentunya tanah sebagai saluran balik mempunai resistansi yang harus
dipethitungkan bila dibandingkan dengan kawat balik yang mempunyai resistansi lebih
kecil.

1.5 Perhitungan Tegangan Transmisi


Besar tegangan sistem yang optimum adalah tegangan sistem yang bila beroperasi adalah
ekonomis. Artinya biaya yang dikeluarkan adalah sekecil mungkin bila saluran transmisi
dioperasikan. Pada perhitungan tegangan sistem yang optimum hanya dipengaruhi oleh
biaya berubah atau variable terhadap tegangan operasi, sedangkan biaya tetapnya tidak
mempengaruhi hasil perhitungan. Biaya variable yang dikeluarkan bila saluran transmisi
dioperasikan adalah meliputi biaya rugi-rugi penghantar dan biaya bangunan yang terdiri
dari harga penghantar dan isolasi.

Gambar 1-3 adalah statu saluran transmisi dengan panjang l dan luas penampang adalah
A. Selanjutnya dilakukan perhitungan biaya variable dari saluran pada gambar 1-3,
dimana componen biaya variable itu dicarikan fungsinya terhadap tegangan ekstrim
minimum yang terendah dari total fungsi biaya berubah ini adalah

Bus-1 Bus-2

Gambar 1-3. Saluran transmisi

Selanjutnya, dilakukan penurunan perhitungan fungsi biaya untuk masing-masing


komponen biaya tersebut dengan beberapa asumsi.

1. Biaya Rugi-Rugi Penghantar


Rugi-rugi daya pada penghantar disebabkan oleh adanya arus listrik yang mengalir pada
penghantar itu. Daya yang hilang pada penghantar ini didissipasikan atau dihamburkan
kelingkungan dalam bentuk panas. Ada pun penurunan rugi-rugi daya tersebut sebagai
berikut.

Pr  I 2 R ..........................................................................................1-12
Dimana : Pr adalah rugi-rugi daya pada penghantar
I adalah arus yang mengalir.
R adalah resistansi penghantar

Bila daya yang dikirim dari bus-1 ke bus-2 pada gambar 1-3 adalah konstan dan drop
tegangan diantara kedua bus itu juga konstan maka dari persamaan (1) menghasilkan
persamaan-persamaan berikut.

P
Br  b I V  b V .........................................................1-13
V

Atau
1
Br  C1 .....................................................................1-14
V

Dimana : Br adalah biaya rugi-rugi penghantar


b adalah unit biaya
∆V adalah drop tegangan
P adalah daya yang akan disalurkan
V adalah tegangan sistem
C1 = b P ∆V adalah konstanta

2. Biaya Bangunan
Biaya bangunan terdiri dari dua macam, yaitu: harga penghantar dan harga isolasi yang
akan digunakan bila saluran transmisi diinstalasi. Harga penghantar saluran tergantung
pada luas penampang saluran saja, disini panjang saluran adalah tertentu. Dan harga
isolasi dianggap sebanding dengan tegangan. Jadi penurunan kedua biaya ini adalah
sebagai berikut.

a. Biaya Dari Penghantar


Resistansi penghantar adalah tergantung pada panjang, luas penampang, resistansi jenis
dan factor koreksi.

l
Rk ......................................................................................1-15
A
Dimana : R adalah resistansi penghantar
k adalah factor koreksi yang ditentukan oleh kekasaran penghantar, pilih
dan skin efek
 adalah resistansi jenis penghantar
l adalah panjang penghatar
A adalah luas penampang penghantar

Pada persamaan 1-4 ini, luas penampang penghantar berbanding terbalik dengan
resistansinya. Sedangkan resistansi merupakan drop tegangan pada penghantar dibagi
dengan arusnya. Dan arus yang mengalir didapat dari daya yang disalurkan dibagi dengan
tegangan. Jadi harga penghantar dengan menganggap drop tegangan dan daya yang
disalurkan tetap adalah berbanding terbalik dengan tegangan sistem, ditulis dalam bentuk
persamaan 1-16.

1
B1  C2 ..................................................................................... 1-16
V
Dimana : B1 adalah biaya penghantar
C2 adalah konstanta dalam bentuk unit biaya
V adalah tegangan sistem

b. Biaya Dari Isolasi


Isolasi adalah kemampuan dari penghantar untuk menahan tegangan yang diterimanya.
Semakin tinggi tegangan yang diterapkan harus semakin baik pula isolasi yang
digunakan. Jadi dalam hal ini diasumsikan bahwa isolasi adalah berbanding lurus dengan
tegangan, yang ditulis dengan persamaan:

B2  C3V ................................................................................................. 1-17


Dimana : B2 adalah biaya isolaasi
C3 adalah konstanta dalam bentuk unit biaya
V adalah tegangan sistem

Dengan demikian total biaya saluran transmisi tersebut dapat dituliskan dalam persamaan
1-18 berikut.

(C1  C2 )
B  C3V ..........................................................................1-18
V
Harga ekstrim dari persamaan 1-18 adalah bila persamaan ini diturunkan terhadap
tegangan dan dihasilkan besar tegangan sistem yang optimum sebagai berikut.

C1  C2
V op ..............................................................1-19
C3

Bila semua komponen biaya diplot dalam bentuk kurva akan jelas terlihat biaya minimum
tersebut. Proyeksi biaya total minimum adalah tegangan yang optimum. Penentuan
tegangan optimum dengan cara ini disebut dengan metode grafik. Tentunya ketelitian dari
metode grafik tergantung pada kepresisian grafik yang dibuat. Tetapi perlu ingat
penentuan tegangan optimum tidak seteliti mungkin (hal ini mengingat bahwa standar
tegangan sistem sebaranya sangat jauh, dua kali), karena itu metoda grafik sudah dapat
layak dipakai. Oleh selanjutnya metoda grafik ini digambarkan pada gambar 1-14.

B = Br + B1 + B2
B2

Bmin

Br
B1
V
Vop
Gambar 1-14. kurva biaya variable saluran

Disamping perhitungan dengan biaya berubah di atas, perhitungan tegangan optimal


saluran transmisi, secara praktis, dapat juga dilakukan dengan persamaan 1-20.
Persamaan ini adalah formula yang sering dipakai dalam praktek.

Vop  20 P ......................................................................................1-20
Dimana : Vop adalah tegangan sistem optimum [kV]
P adalah daya yang akan disalurkan [MW]

Selain perhitungan tegangan optimal tersebut, dalam praktek dapat juga digunakan tabel
1-3 untuk menentukan tegangan sistem.
Tabel 1-3: Perhitungan tegangan sistem
No Vop P l Ket.
[KV] [MW] [KM]
1 110 30 100-200 AC
2 220 125 200-400 AC
3 400 600 400-800 AC
4 735 >2000 >1000 AC
5 ±400 - >700 DC : HUTT
6 ±400 - >40 DC : kabel

Seperti yang telah dibahas di atas, perhitungan tegangan yang optimum tidak perlu
dilakukan seteliti mungkin karena tegangan sistem yang akan diterapkan harus sesuai
dengan tegangan standar yang ada. Tegangan standar mempunyai selang yang besar
sekali yaitu rata-rata dua kali lipat. Misalnya 150 kV dengan 220 kV. Bila hasil
perhitungan yang didapat 200 kV maka tegangan sistem yang diambil adalah 220 kV dan
bila didapat 165 kV maka tegangan yang sesuai dengan tegangan standar adalah 150 kV.

Contoh dan penyelesaian


Suatu pusat pembangkit tenaga listrik berkapasitas 3500 MW. Berapa tegangan transmisi
yang diperlukan untuk menyalurkan dayanya ke grid.

Penyelsaian
Dari persamaan 1-19 tegangan optimal saluran transmisi dapat dihitung dan hasilnya
adalah
Vop  20 x3500  265 kV
Berdasarkan standar tegangan di tabael 1-1, tegangan ac yang cocok adalah 380 kV.

1.6. Penggunaan Tegangan Tinggi Dibidang Lain


Teknik tegangan tinggi tidak hanya digunakan pada sistem tenaga listrik, tetapi dalam
praktek banyak dijumpai di bidang lain. Berikut ini akan dijelaskan beberapa contoh
penggunaan tegangan tinggi di berbagai bidang selain bidang tenaga listrik.

1. Pemacu Partikel
Bila sebuah partikel bermuatan dimasukan kedalam ranah medan listrik, maka partikel
itu akan bergerak dengan kecepatan yang sesuai dengan besarnya medan tersebut.
Berdasarkan hukum kekekalan energi, maka energi potensial listrik partikel berubah
menjadi energi gerak atau energi kinetik. Selanjutnya dapat diperlihatkan gambar 1-5,
gambar ini adalah suatu pemacu partikel dengan besar tegangan pemacu adalah V dan
partikel bermuatan q dengan massa m.

Pada gambar 1-5 ini akan berlaku persaman energi berdasarkan hukum kekekalan energi
untuk fisika klasik, yaitu:
qV  12 mv2 ......................................................................................1-21
Dimana: q adalah besar muatan partikel
V adalah tegengan antara anoda katoda
m adalah massa partikel
v adalah kecepatan partikel

- q, m

Gambar 1-5: pemacu partikel

Dari persamaan 1-20 ini, kecepatan partikel yang dipacu dapat diturunkan dan hasilnya
adalah sebagai berikut.

2qV
v ..........................................................................1-22
m

2. Bangunan Elektrostatis
Bila bangunan elektrostatis terdapat medan listrik sebesar E, maka partikel yang ada
didalam bangunan tersebut akan mengalami gaya yang sebanding dengan besar medan
itu, yaitu:

F  qE ………..………………………………………1-23
Dimana: F adalah gaya yang dialami partikel
q adalah muatam partikel
E adalah kuat medan atau tegangan dibagi dengan jarak elektroda

Contoh dari bangunan elektrostatis ini adalah bangunan penghisap debu dan penyemprot
warna. Bangunan penghisap debu yang disebut elektro-filter. Debu-debu yang
berterbangan bermuatan listrik dapat dikumpulkan ke anoda atau katoda sebagai filter
dengan gaya tarik tiap partikel debu sebesar F. Dalam praktek, tegangan yang digunakan
untuk elektro-filter ini adalah 100 kV dengan arus 10 mA. Penyemprot warna dapat
dilakukan dengan teknik tegangan tinggi. Zat warna ini dijadikan butir-butir yang berupa
partikel, kemudian partikel-partikel warna ini dipacu dengan tegangan tinggi dalam
bangunan elektro-statis. Dalam praktek, tegangan yang digunakan adalah 100kV dengan
arus 100 µA.
3. Tegangan Anoda
Untuk melepaskan dari electron-gun dan dipacu ke katoda pada tabung televisi dan CRO
dibutuhkan tegangan tinggi sebesar 25 kV. Electron-elektron ini menabrak layer,
sehingga terbentuk noda yang berupa gambar dilayar. Hal yang sama didapat pula pada
tabung ronsen, yang mana pada tabung ini bertujuan untuk mendapatkan sinar-x pada
dunia kedokteran yang digunakan untuk foto. Adapun tegangan yang digunakan pada
tabung ronsen ini adalah sebesar 200 kV.

Contoh dan penyelesaian


Alat pembersih ruangan menggunakan sistem plat sejajar dengan jarah 10 m dan
menggunakan tengan tinggi dc sebesar 800 kV, dan diperkirakan butiran debu (berat
3x10-5 N) mempunyai muatan 5x10-10 Coulomb. Gambarkan keadaannya dan hitung gaya
yang dialami oleh butiran debu tersebut.

Penyelsaian
Gambarnya adalah sbb.

10 m

Butiran debu

Fr mg

1200 kV

Gambar 1-6: Bangunan elektro statis

Besar medan listrik diantara plat adalah


800.000V
E  80.000 V/m
10m
F  qE  5 x10 10 x8 x10 4  4 x10 5 N
Jadi gaya resultan adalah Fr=5x10-5 N

1.7. Masalah-Masalah Tegangan Tinggi


Adanya saluran tegangan tinggi pada sistem tenaga listrik akan menimbulkan masalah-
masalah. Masalah-masalah ini dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu: masalah
terhadap sistem tenaga listrik dan masalah terhadap ligkungan. Dalam operasinya, saluran
tegangan tinggi ini diharapkan menekan kedua masalah itu sekecil mungkin apabila dapat
ditekan.

1. Masalah dalam sistem


Masalah dalam sistem yang dapat ditimbulkan oleh tegangan tinggi pada saluran
transmisi adalah

a. Korona
Timbulnya korona adalah akibat tingginya gradient tegangan dipermukaan
penghantar, sehingga muatan listrik dapat lepas dari permukaan. Lepasnya muatan ini
dapat terjadi dalam skala cukup besar sehingga disekitar permukaan penghantar
terlihat cahaya (korona tampak). Sebaliknya korona tidak tampak, yaitu muatan yang
keluar sedikit. Adanya korona ini akan menimbulkan rugi-rugi daya pada saluran
penghantar. Secara praktis penekanan korona ini dilakukan dengan memperluas
penampang penghantar dengan membuat penghantar berbantuk bundel.

b. Rugi-rugi daya
Saluran yang mempunyai resistansi sudah pasti mempunyai rugi-rugi daya bila saluran
itu dialiri oleh arus listrik. Rugi-rugi daya ini dikurangi dengan menaikan tegangan
pada saluran. Ini lah guna tegangan tinggi yang diterapkan pada sistem tenega listrik.

c. Tegangan lebih
Saluran tegangan tinggi mempunyai kapasitansi saluran yang terdistribusi sepanjang
penghantar. Kapasitansi ini terdiri dari kapasitansi tehadap tanah dan kapasitansi
terhadap kawat-kawat phasa. Dengan adanya arus kapasitansi ini atau arus bocor dapat
mengakibatkan tegangan pada ujung tanpa beban menjadi naik yang disebut tegangan
lebih. Antisipasi tegangan lebih ini dilakukan dengan kompensasi oleh induktor.

d. Impuls
Impuls dapat ditimbulkan oleh switching yang dilakukan dalam operasi pelepasan atau
pemasukan beban. Operasi ini menimbulkan perubahan parameter dinamis sistem
sistem seketika yang dikenal dengan impuls. Adanya impuls ini akan merusak
peralatan terutama isolasinya.

e. Gangguan petir
Saluran tegangan tinggi diinstalasi lebih tinggi dari permukaan bila dibandingkan
dengan saluran tegangan rendah. Tingginya pemasangan saluran tegangan tinggi di
atas tanah akan mudah petir menyambarnya. Gangguan petir ini dapat dihindari
dengan perlindungan terhadap petir.

2. Masalah luar sistem


Pengaruh saluran tegangan tinggi tidak hanya berpengaruh kedalam sistem tetapi dapat
pula membawa akibat yang serius pada lingkungan. Pengaruh tegangan tinggi ini pada
lingkungan dapat meliputi berbagai masalah, diantaranya adalah:
a. Radio interferensi
Adanya frekuensi harmonisa dengan amplitude yang besar di saluran tegangan tinggi
akan mempengaruhi komunikasi radio dan televisi, karena saluran berfungsi sebagai
pemancar dengan frekuensi harmonisa. Gangguan ini harus ditekan dengan filter
harminisa, sehingga harmonisa tidak ada di saluran.

b. Tanah terpakai
Saluran tegangan tinggi memakai tempat yang luas untuk tindakan keamanan.
Sehingga tanah yang ada dibawah saluran tegangan tinggi harus dikosongkan.
Pemakaian tanah pada saluran tegangan tinggi ini tidak dapat dihindarkan. Untuk
mengatasi maslah ini perlu dicarikan penggunaan lahan tanah dibawah saluran
tegangan tinggi agar tidak pecuma. Dengan ditemukan pemanfaatan lahan kosonh ini
untuk keperluan tertentu, tetapi aman maka nilai konservasi tanah tidak hilang.

c. Manusia
Kuatnya medan listrik yang dihasilkan saluran tegangan tinggi membawa pengaruh
pada manusia. Sejauh ini penelitian tentang pengaruh medan listrik pada manusia
masih belum dapat dipastikan secara tepat, karena tidak dapat melakukan langsung
manusia sebagai objeknya. Percobaan terhadap binatang sudah dilakukan tetapi hasil
ini harus dikoreksi bila dianologikan pada manusia.

d. Estetika
Adanya saluran tegangan tinggi yang direntang diatas permukaan tanah sudah tentu
merusak pemandangan. Jadi bila ditinjau dari segi keindahan, saluran tegangan tinggi
tidak menguntungkan. Tetapi keadaan ini tidak dapat dihindarkan dan harus diterima
apa adanya.

e. Lingkungan
Adanya jaringan tegangan tinggi akan membawa dampak induksi elektromagnetik
terhadap sekelilingnya, seperti pipa bawah tanah, mobil bila jaringan melintasi jalan
dan terhadap tanaman yang pengaruhnya masih belum pernah diteliti. Pada pipa
dibawah tanah yang dinstalasi sejajar dengan saluran tegangan tinggi dapat
mengakibatkan pipa tersebut bertegangan yang cukup berbahaya pada manusia.
Penelitian ini sudah dilakukan yang dimuat pada majalah IEEE.

f. Penyimpangan kompas navigasi laut


Adanya saluran tegangan tinggi searah yang digelar di dasar laut akan mengakibatkan
penyimpangan kompas yang dimiliki oleh kapal-kapal yang berlayar di atas saluran
itu. Untuk mengatasi masalah ini, harus diberi petunjuk seberapa jauh penyimpangan
kompas yang terjadi di daerah itu agar kapal-kapal yang melintasi daerah itu tidak
tersesat.

1.8. Latihan
1. Suatu saluran 150 km dengan impedansi karakteristrik 0,012 +j0,075 Ohm/km akan
digunakan untuk menyalurkan daya sebesar 400 MVA (sistem tiga phasa). Hitung
rugi-rugi saluran bila tegngan yang digunakan: 500 kV, 220 kV, 150 kV, 70 kV dan
20 kV.
2. Suatu saluran 150 km dengan impedansi karakteristrik 0,012 +j0,075 Ohm/km akan
digunakan untuk menyalurkan daya sebesar 400 MVA (sistem tiga phasa). Hitung
rugi-rugi saluran bila tegngan yang digunakan: 500 kV, 220 kV, 150 kV, 70 kV dan
20 kV.
3. Suatu elektron berada dalam medan listirik 30 kV dengan jarak elektrodanya 20 cm.
Hitung kecepatan elektron tersebut.
4. Saluan sepanjang 100 km dengan impedasi karakteristik 0,01+j0,1 Ohm/km dan
admintansi tanah j0,05 1/(kmOhm). Terdapat tegangan disisi penerima 150 kV dan
beban 300 MVA (tiga phasa) lagging 300. Tentukan Impedansi surja, panjang
gelombang, tentukan pula besar tegangan pada jarak 100%, 75%, 50% dan 25% dan
gambarkan besar tegangan tersebut dalam bentuk kurva.
BAB 2
DASAR-DASAR TEORI MEDAN

Tujuan bab
Bab ini memberikan pengertian kepada para mahasiswa tentang dasar-dasar teori medan
yang berupa persamaan-persamaan dasar teori medan. Medan yang akan dipelajari disini
adalah khusus tentang medan listrik dan magnet saja.
Setelah mempelajari bab ini dan mengerjakan pelatihannya, diharapkan anda mampu:
 Memahami medan
 Analogi medan
 Teori-Teori Medan
 Penyelesaian melalui numerik (Iterasi)

Pengertian
Dasar-dasar teori medan merupakan dasar dari konsep medan. Konsep ini menjelaskan
tentang medan dan analoginya. Lebih lanjut membahas tentang persamaan Gauss,
teorema Stoke dan Green, dan persamaan Maxwel.

2.1 Pengertian Medan


Yang disebut dengan ’medan’ adalah suatu daerah (ranah) baik di ruang hampa maupun
di medium (padat, cair dan gas), yang mana di dalamnya menyatakan kejadian keadaan-
keadaan fisik. Dengan demikian daerah yang merupakan suatu medan bila daerah ini
disangkutkan dengan suatu pernyataan energi, contohnya adalah:
1. Benda jatuh dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, maka terjadi perubahan
energi potensial ke energi kinetik. Keadaan ini dalam daerah medan gravitasi.
2. Pergerakan muatan listrik dari suatu potensial ke potensial lain, maka terdapat energi
listrik. Kejadian ini dalam medan listrik.
3. Suatu magnet menarik magnet yang lain, maka terdapat energi magnet. Kejadian ini
dalam medan magnet.
4. Panas berpindah dari tempat satu ke tempat lain, maka akan terjadi energi panas
karena adanya perubahan temperature di kedua tempat tersebut. Kejadian ini terdapat
dalam daerah medan temperatur.
5. Aliran fluida dari sumbernya, dimana fluida mengalir dari tempat tekanan yang tinggi
ke tempat yang rendah maka terdapat energi fluida dalam bentuk energi potensial,
kinetik dan energi dalam. Kejadian ini terdapat dalam daerah medan aliran fluida.

Fenomena medan tersebut di atas adalah suatu kajian yang sangat besar daya tariknya
terhadap insinyur. Misalnya, bagainana menentukan distribusi fluks magnet pada celah
udara di mesin-mesin listrik. Dalam aplikasinya banyak membutuhkan analisa yang
sangat konpleks unuk penyelesaian dengan struktur geometrinya tidak sederhana,
kadang-kadang susah diselesaikan dan bahkan tidak dapat diselesaikan secara eksat
melalui persamaan matematik, kecuali untuk medan magnet-magnet yang sederhana.
Untuk medan yang tidak mungkin diselesaikan dengan eksak tersebut digunakan metoda
pendekatan melalui hasil eksperimen. Dengan metoda ini didapatkan formula untuk suatu
kondisi pada setiap titik di dalam daerah medan. Titik-titik ini dapat memberikan nilai
informasi disain tentang struktur medan yang layak dipakai (akurat).
Medan yang akan dibicarakan dalam buku ini adalah medan elektromagnet yang mana
dalam fenomena fisiknya terbagi dalam dua bentuk, yaitu suatu aliran (fluks atau arus
listrik), dan suatu level (potensial listrik), lebih jauh disebut dengan fungsi fluks dan
fungsi potensial. Gambar 2-1 adalah contoh dari medan magnet tersebut yang
digambarkan dalam dua dimensi.

Garis fluks

Garis Ekipotensial

Gambar 2-1: Plot fluks-potensial dua dimensi

Pada gambar tersebut di plot garis ekipotensial diantara dua bidang batas (bidang batas
tegangan tinggi dan bidang batas tegangan rendah). Kemudian dibuat garis yang
orthogonal dengan garis-garis ekipotensial yang disebut dengan garis fluks (garis aliran).
Semua garis ini tidak ada manfaatnya bila tidak dapat menghitung besar medan yang
tekandung di dalamnya. Garis-garis yang sudah di plot akan berarti bila setiap kontak
yang dibentuk oleh garis-garik ekopotnsial dengan garis-garis aliran mempunyai
perbandinagn sisi yang sama.

Contoh dan penyesaian


Suatu plat kapasitor yang sejajar berjarak d di beri tegangan V di antara kedua plat itu.
Tentukan daerah medannya.

Penyesaian
Perubahan tegangan (gradien tegangan) hanya terjadi di dalam ruangan antara kedua plat
sehingga di dalam ruangan ini terjadi aktivitas fisik. Jadi daerah medan adalah ruangan
di antara ke dua plat tersebut.

2.2 Analogi-Analogi Medan


Untuk besaran-besaran listrik, magnet dan thermal terdapat analogi-analogi model
matematik satu sama lain bila ditinjau dari karakteristik medannya. Hal ini tidak termasuk
perbedaan dalam bentuk fisik maupun manifestasinya. Yang mana pada aliran fluida
terlihat dari aksinya, sedangkan pada konduksi listrik tidak secara langsung disaksikan
akibatnya. Masih mengenai aliran fluida, fluida yang mengalir akan terdapat gaya gerak,
sedangkan elektrostatik dan magnetstatik adalah hanya didapat dalam konsep murni yang
diterangkan dan diobservasi melalui phenomena-phenomenanya, yang tidak dapat
dirasakan secara riil seperti halnya aliran fluida yang mana alirannya dapat dirasakan.

Tabel 2-1 adalah analogi dari karakteristik medan untuk sistem tersebut. Tabel ini
menunjukan beberapa dari karakteristik medan yang mempunyai analogi, seperti gaya,
fluks dan lain-lainnya. Analogi yang dimaksudkan disini adalah mempunyai model
matematik yang sama, contohnya acceptance untuk elektrostatik adalah:
A
C 
l
Sedangkan untuk thermo koduktif adalah:
A
K k
l
jadi dalam hal ini terdapat analogi sebagai berikut :
- C analogi dengan K
- ε analogi dengan k

Dan variabel A/l adalah terdapat dalam kedua persamaan yang dianalogikan. Jadi kedua
persamaan yang dianalogikan itu mempunyai model matematik yang sama, yaitu jumlah
variabel yang sama banyaknya sehingga variabel-variabelnya dapat dianalogikan satu
persatu. Lihat tabel 2.1

Tabel 2-1
Analogi karakteristik medan
Medan Elektro Thermo
Elektro Statis Magnet Statis
Karakteristik Konduktif Konduktif
Acceptivity Konduktivity Permitivity Permiability Konduktivity
γ [mho/m] ε [farat/m] μ [henry/m] k [watt/cm]
Acceptansi Konduktansi Kapasitansi Permiabilitas Konduktansi
G = γ A/l C = ε A/l A = μ A/l K = k A/l
Gaya gerak Gaya Perbedaan Gaya Perbedaan
Elektromotif Potensial Magnetomotif Temperatur
V [volt] V [volt] H[A-turn] ө[oc]
Fluks Arus Elektrik Magnet Thermal
I [ampere] Φ [coloumb] ǿ [weber] Q[Watt]
Hubungan I = GV Φ = CV ǿ = AH Q = Kө
Gradien Tegangan Potensial Pot. Mag. Thermal
E[V/m] E[V/m] H[A-turn/m] U[oc/m]
Specifik Kerapatan arus Kerapatan Kerapatan Kerapatan
fluks listrik fluks mgnet fluks thermo
J[A/m2] D[Coul/m2] B[weber/m2] q[W/m2]
Hubungan J = γE D=εE B = μH q = kU

2.3 Medan Elektrostatis


Medan elektrostatis adalah medan listrik yang tidak berubah terhadap waktu. Medan ini
terjadi bila ada muatan listrik yang tidak berpindah. Bila ada dua titik muatan listrik yang
tidak berpindah. Andaikan ada dua titik muatan listrik sebesar q1 dan q2 pada jarak r dalam
medium elektrik ε, maka berlaku hukum Couloumb, gaya F diantara dua partikel muatan
ini adalah
q1q2
F ...................................................................................2-1
4r 2
Arah gaya pada persamaan 2-1 ini tergantung pada tanda muatan partikel tersebut. Bila
kedua partikel itu bertanda sama maka gaya yang terjadi adalah tolak-menolak pada garis
jarak. Dan sebaliknya, gaya yang terjadi akantarik-menarik.

Bila permitivitas medium relatif adalah εr untuk medium yang homogen dan untuk
medium yang hampa udara adalah ε0, sehingga untuk permiabilitas medium yang
homogen itu dapat berlaku hubungan dalam persamaan 2-2 berikut:
   r 0 ........................................................................................2-2
9
10
dengan  0   8,85x10 -12 [farad/met er]
36

Kuat medan listrik timbul dari gaya yang dihasilkan oleh suatu muatan dengan satu unit
muatan positif. Akibat dari muatan ini menghasilkan medan, tetapi timbulnya medan
bukan efek dari unit muatan tersebut. Dengan demikian besar kuat medan dapat dituliskan
seperti berikut.
q
E ..............................................................................................2-3
4r 2
Dimana : E adalah Kuat medan listrik
q adalah muatan listrik
ε adalah konstanta listrik
r adalah jarak muatan q ke unit muatan positif

Secara umum terdapat hubungan antara gaya dengan kuat medan listrik, yang ditulis
dalam persamaan 2-4 berikut:

F  qE . ....................................................................................................2-4

Kerja yang dilakukan oleh suatu muatan yang bergerak pada medan listrik adalah gaya
dikalikan ’dot’ (simbol •) dengan jaraknya. Karena gaya dan jarak adalah besaran vektor
maka kerja merupakan dot produk dari dua vektor itu dan dihasilkan besaran skalar, yang
dituliskan dalam persamaan 2-5.

W   F  r ............................……………...................................................2-5

Gambar 2-2 adalah muatan q2 dipindahkan dari jarak r1 ke r2. Muatan q1 terdapat pada
titik koordinat yang menghasilkan medan E dan gaya pada muatan q2 adalah q2E.
E
P2
q2

r2

r1 P1

Gambar 2-2: Perpindahan muatan dalam medan listrik

Dengan mudah kerja yang dilakuakan untuk memindahkan muatan q2 itu adalah
r2
qq
W    1 2 r
r1
4
...........................................................................................2-6
q1q2  1 1 
   
4  r1 r2 
Bila muatan q2 diganti dengan unit muatan positif dan muatan ini bergerak dari jarak tidak
terhingga mendekati titik koordinat yang berhenti pada jarak r dari titik koordinat, maka
kerja ini dikenal dengan potensial elektrostatis. Jadi besar potensial ini dapat dituliskan
dalam persamaan 2-7.

q1
V  ................................................................................................2-7
4r

Dimana : V adalah potensial elektristatis


r adalah jarak muatan q1 ketitik potensial

Contoh dan penyesaian


Dua muatan yang sama (5x10-15 Coulomb) di ruang hampa dan berlawan tanda
mempunyai gaya tarik-menarik (1/8,85π)10-4 N. Berapa jarak kedua muatan tersebut.

Penyesaian
Dari persamaan 2-1 adalah

q1q2 1 1
r q  5 x10 15
4F 4F 4 (8,85 x10 )(1 / 8,85 )10 4
12

 2,5 x10 7 m

2.4 Kerapatan fluks listrik, hukum gaus dan divergensi


Bila jumlah muatan listrik q menghasilkan fluks listrik  , maka menurut percobaan
Faraday, berlaku

q ..........................................................................................................2-
8

Kemudian muatan itu lingkupi oleh suatu permukaan dengan luas tertentu, akan
mendapatkan kerapatan fluks listrik yang dinyatakan dengan D. Jadi kerapatan fluks
listrik diukur dalam satuan coulomb per meter kuadrat. Kerapatan fluks ini merupakan
besaran vektor yang dikenal juga dengan electric displacement. Dalam hal ini terdapat
hubungan kuat medan listrik dengannya, yaitu

D  E ........................................................................................................2-9

Sekarang terdapat muatan q yang tertutup oleh permukaan. Hal ini menyatakan suatu
hukum yang dikenal dengan hukum Gauss, yaitu jumlah dot (•) produk kerapatan fluks
dengan elemen permukaan dan dituliskan sebagai berikut.

 D  A  q .........................................................................................2-10
Dimana : D adalah kerapatan fluks
A adalah luas permukaan tertutup
q adalah muatan dalam permukaan

Berikut ini akan diperklenalkan suatu operator vektor yang disebut juga dengan operator
nabla yang dinyatakan dengan  .

  
 i  k ......................................................................................2-11
x y x

Contohnya dapat dituliskan hubungan kuat medan dengan potensialnya yaitu E  V ,
persamaan ini dalam bentuk integral dapat dituliskan dalam bentuk:
V    E  r
Operasi dari vektor ini dapat berupa perkalian dot, silang dan biasa, yaitu masing masing
perkalian in dikenal dengan divergensi, curl dan gradient. Dan dituliskan berturut-turut
yang dikalikan dengan satuan besaran T.
Div T    T
Curl T  xT
Grad T  T

Jumlah muatan dapat dihitung dari integral volume, bila muatan terdapat dalam volume
itu. Dengan demikian hukum Gauss dapat dituliskan sebagai berikut:

 D  A   divDV ..............................................……………… 2-12


Persamaan 2-12 ini dikenal dengan teorema divergensi atau disebut juga dengan teorema
Green, yang menyatakan hubungan integral permukaan ke integral volume.

Contoh dan penyesaian


Ruang berjarak 1 cm mempunyai medan yang seragam di dalamnya sebesar 10 V/cm.
Tentukan tegangan dalam ruangan itu.

Penyesaian
Dalam hal ini arah medan sejajar dengan arah sumbu/jarak. Jadi
1
V    E  r  10  r  10 r 0  10 volt
1

2.5 Persamaan Maxwell


Sebelumya diperkenalkan medan magnet. Medan magnet terjadi apabila ada arus listrik
yang mengalir. Disekitar arus listrik yang mengalir akan terdapat intensitas medan
magnet H yaitu dalam satuan amper/meter.

Menurut hukum Biot-Savart, besar intensitas medan magnet pada arus listrik I yang
mengalir sepanjang l di suatu titik berjarak r terhadap arus yang mengalir adalah

Ilxar
H  ...............................................................................................2-
4r 2
13a

Atau dalam bentuk deferensial


Ilxa r
H  ...............................................................................................2-
4r 2
13b

Dimana ar adalah unit vektor arah r. Sedangkan kerapatan fluks magnet yang dinyatakan
dengan B dapat ditulis dengan mengetahui harga H yaitu:

B  H ...................................................................................................2-14

Dimana μ adalah permiabilitas bahan dan untuk tanpa medium atau udara adalah μ 0 =
4πx10-7 [H/m]. Bila μr adalah permiabilitas relatif terhadap udara/hampa, maka hubungan
antara permitivitas-permitivitas itu seperti berikut:

   r  0 .....................................................................................................2-15

Contoh dan penyelesaian


Kawat lurus dialiri arus sebesar 10π A. Hitung kuat medan magnit di lokasi yang berjarak
2,5 cm dari kawat itu.

Jawab:
Gambar berikut adalah dalam koordinat silinder.
Jadi r  Z 2   2 , a r  ( a   Zaz ) / r dan l  a   a  Zaz )
Pada kondisi ini   0 dan   0 , sehingga

Ilxa r IZaz x( a  Zaz )


H  
4r 2 4r 3
Jadi:
z
z IZaz x( a  Zaz ) I
z
Z I Z
H   3  
a 
z 4r 3
4r z
(  Z )
2 2 3/ 2
4 ( 2  Z 2 ) z
Untuk panjang kawat tidak terbatas atau Z=tak hingga, maka

I 10
H a  a  2a A/cm
2 2x2,5

l ar

r
Za z a

a

Sama halnya dengan medan listrik dan hubungan antara medan listrik dengan medan
magnet yang dinyatakan dalam bentuk persamaan Maxwell. Persamaan Maxwell terdiri
dari empat buah persamaan yang berlaku untuk medan listrik dan medan magnet serta
hubungan dari keduanya. Penulisan persamaan Maxwell dapat dinyatakan dalam dua
bentuk, yaitu dalam bentuk diferensial atau dalam bentuk integral. Berikut ini dituliskan
persamaan Maxwell dalam bentuk diferensial:
D  
xD  0
D ..................................................……… …….2-16 (a,b,c,d)
xH  J 
t
B  0

Sedangkan dalam bentuk integral, persamaan Maxwell adalah sebagai berikut:


 D  A   V  q
 E  t  0 ....................................................................2-17 (a,b,c,d)
 H  t   J  t
 B  t  0
Bila harga J pada persamaan 2-17 diganti dengan xH , maka persamaan Maxwell itu
akan menyatakan perubahan integral garis kepada integral luas, teorema ini dikenal
dengan teorema Stoke. Teorema ini dinyatakan dengan penulisan sebagai berikut:

 H  l   (xH )  A ..............................………………………………..2-18

Contoh dan penyesaian


Ruang berjarak 1 cm mempunyai medan yang seragam di dalamnya sebesar 10 V/cm.
Tentukan tegangan dalam ruangan itu pada jarak 0,8 cm berdasarkan persamaan maxwel
deferensial

Penyesaian
V
Pada soal ini berlaku phenomena Gauss  xD  0 dan E 
x
Sehingga berlaku:  2 xV  0 atau xV  E  10
1
V    10x  10 x  k 0 , untuk x  0, V  1 maka k  10
1
0

dan didapat : V  -10x  10 volt


Jadi untuk x  0,8 cm maka V  2 volt

2.6 Persamaan Poisson dan Laplace


Kita telah mengenal hukum Gauss dan teorema diversigasi. Bila kerapatan muatan listrik
adalah  , maka persamaan Maxwell 2-16 (a) dituliskan dalam bentuk potensial dan akan
mendapatkan persamaan Poisson adalah dari:
xD  
D  V
Bila D diganti maka dihasilkan persamaan Poisson yang dituliskan pada persamaan 2-19
berikut ini:

 2V  .................................................……….………… ………….2-19

Untuk kasus dimana tidak terdapat kerapatan muata listrik, persamaan 2-19 dikenal
dengan persamaan Laplace, persamaan Laplace ini dikenal sebagai berikut:

 2V  0 ...........................................................………………………….2-20

2.7 Plot Medan


Plot medan ini dilakukan untuk menentukan garis-garis ekipotensial dan garis-garis fluks.
Dimana kedua garis ini adalah ortogonal atau saling tegak lurus. Proses memplot medan
ini adalah pekerjaan memperbaiki kesalahaan (Trial dan Erorr).Prosedur memplot medan
pertama dikembangkan oleh Richardson (1908), Lehman (1909), Kuhmann (1915).
Dan selanjutnya oleh Moore (1926), Stevenson dan Park (1927). Sedangkan
penyelesaian metoda matematik dapat dibaca pada buku Hague (1929), Weber (1950),
dan Moon dan Spencer (1961).

Untuk menyelesaikan masalah selanjutnya dalam pemetaan medan itu, perlu mengetahui
teknik matematik yang memadai. Penyelessaian matematik untuk medan laplace atau
Poison dapat dilakukan dengan fungsi analitik dari komplek variabel x + jy, dimana x dan
y adalah bilangan riil dan j adalah bilangan khayal. Dengan demikian berlaku fungsi z
sebagai berikut.

f ( z )  u ( x, y)  jv( x, y) ...............................................................................2-21

Dimana u dan v adalah riil fungsi dari x dan y. Jika u dan v terbatas sedemikian rupa
sehingga fungsi u(x,y) dan v(x,y) memenuhi persamaan Cauchy-Reimann, yang
dituliskan sebagai berikut.

u v u v
 dan  ............................................................................2-22
x y y x

Dalam hal ini fungsi z adalah analitik yang dinyatakan oleh x dan y dari kedua
persamaan diatas setelah diturunkan terhadap x dan y adalah

 2u  2u  2v  2v
 dan  .....................................................................2-23
x 2 y 2 x 2  2 y

Disini hanya komponen riil u dan imajiner v dari fungsi analitik merupakan penyelesaian
persamaan laplace dan kedua komponen itu disebut fungsi konjuget.

Kumpulan kurva-kurva u (x,y) = konstan dan v (x,y) = konstan adalah berpotongan tegak
lurus atau mereka bertrayektor secara ortogonal satu sama lain. Contohnya adalah antara
garis-garis fluks dan ekipotensial. Perpotongan dua pasang garis fluks dan garis
ekipotensial yang berdekataan disebut dengan segi empat kurva linier (curviliniar
rectangles). Bila segi empat untuk semuanya mempunyai ratio adalah konstan, hal ini
merupakan pemplotan yang sangat berguna untuk menentukan besaran-besaran medan.
Agar lebih jelasnya dapat diperhatikan gambar 2-3.

Gambar 2.3 ini menunjukan medan aliran arus pada plat datar dengan kedalaman yang
sama sebesar d. Diasumsikan segi empat yang terbentuk sangat kecil dengan ukuran ∂ℓ
dan ∂  dan rapat arus listrik yang lewat permukaan adalah tetap, sehingga setiap segi
empat berlaku v  El dan I  Jd . Dari kurva itu dapat ditentukan besar
konduktansi diantara permukaan. Yang berhadapan, yaitu
I Jdω
G   ..................................................................................2-24a
V Ε

garis ∂ι
aliran
arus ∂I ∂W
W
∂V

V+ΔV

I
V
garis ekipotensial

Gambar 2.3: Konduksi arus listrik dalam medan

Untuk media konduktiviti γ, yang harganya γ = J/E, maka persamaan diatas menjadi


G  d ............................................................................................2-
l
24b

Untuk ratio konstan untuk setiap segi empat, maka konduktivitas pada segi empat ini
adalah:

w
G  d ...............................................................................................2-25
l

Dengan demikian untuk semua segi empat untuk medan yang lengkap adalah terdapat P
buah segi empat yang dihitung dalam arah semua garis ekpotensial dan S adalah segi
empat dalam arah garis aliran arus listrik, maka konduktivitas total adalah:

pw
G  d (mho) ........................................................................................2-26
St

Dengan menganalogikan antara konduktivitas dengan permitivitas dan permebilitas,


maka akan didapatkan besar kapasitas dan induktansi yang terjadi pada medan tersebut,
yang dapat dituliskan disini secara berturut-turut:
Pw
C  d (Farad) ..........................................................................................2-
St
27

Pw
L  d (Henry) ...................................................................................2-28
St
Agar kurva yang dibuat berguna, maka kurva yang dibuat harus memenuhi sifat-sifat
berikut :
1. Jumlah arus yang melewati setiap volume segi empat yang dibentuk harus
sama;
2. Perbedaan potensial setiap segi empat yang terbentuk harus sama;
3. Kerapatan arus listrik bervariasi melewati medan dan berbanding terbalik
dengan lebar (w);
4. Gradien tegangan listrik bervariasi melewati medan dan berbanding terbalik
dengan panjang segi empat (l);
5. Konduktansi, kapasitansi, dan induksi setiap segi empat yang terbentuk
adalah sama;
6. Energi yang tersimpan setiap segi empat yang terbentuk adalah sama.

Contoh dan penyesaian


Gambar 2-3 dialiri arus sebesar 0,5 A dan beda tegangan 1 volt setiap kotaknya. Tentukan
resistensi total

Penyesaian
Resistansi tiap kotak adalah R=V/I=1/0,5=2 Ohm
Kotak seri 6: Rs=6x2 ohm =12 Ohm
Jadi untuk kotak 4 paralel: maka Rt=12/4=3 Om

Atau:

Arus total adalah 4x0,5 =2 A dan beda tegangan total adalah 6x1 =6 volt
Jadi resistansi total: Rt=Vt/It=6/3=3 A

2.8 Metoda Iterasi


Bila terdapat medan potensial pada suatu ranah, dimana tanah ini dibatasi batas potensial
tertentu, maka terdapat distribusi potensial pada ranah itu. Perhitungan potensial dalam
ranah berdimensi dua harus dihitung melalui titik dan dibuat dengan teratur. Selanjutnya
dilakukan perhitungan numerik melalui iterasi sehingga didapat solusi yang akurat.
Gambar 2-4 adalah ranah dua dimensi yang didalamnya terdapat medan potensial.

Pada gambar 2.4, kotak-kotak yang dibuat oleh garis sejajar sumbu-x dan sumbu-y adalah
segi empat sama sisi dengan panjang sisi adalah h. Setiap perpotongan garis tersebut
adalah titik-titik potensial yang tidak diketahui dan besar potensial pada titik-titik ini
yang akan dihitung kemudian. Sekarang pada gambar itu ditinjau titik-titik potensial V0,
V1,V2, V3, dan V4.
Untuk medan Laplace dan dielektrik homogen sehingga berlaku Δ.D = 0 atau Δ.E=0.
Untuk daerah dua dimensi maka didapat :

. Ex  E y  0, Ex  V / xdanEy  V / Y kemudian dihasilkan


 2v  2v
x  y  0
x 2 y 2

h
V2

h
V3 b V0 V1
c a
d
V4

Gambar 2.4. Ranah Medan Potensial

Dengan jalan pendekatan diferensial pada gambar 2-4 itu adalah


Perbedaan tegangan untuk arah a:

V V1  V0
a  .............................................................................................2-29
x h
Sedangan untuk arah c:

V V  V3
c 0 ...........................................................................................2-30
x h

Jadi didapat

V V

V2
x x V1  V0  V0  V3
 a c
 ......................................................2-31
x 2 ac
h h2

Dengan jalan yang sama seperti sumbu-x di atas untuk sumbu-y maka dihasilkan
persamaan berikut

 2 v V 2  V 0  Vo  V 4
 ....................................................……………2-32
y 2 h2
Kombinasi dari persamaan 2-31 dan 2-32 untuk medan Laplace dihasilkan

Vo  1 / 4(V 1  V 2  V 3  V 4) .....................……………………..…......2-33

Pernyataan dari persamaan 2-33 ini adalah untuk h yang sangat kecil atau mendekati nol.
Semakin kecil harga h akan semakin akurat perhitungan yang didapat.

Contoh dan Penyelesaian .


Tentukan tegangan pada titik-titik didala gambar 2-5, dimana tegangan pada titik-p dan
titik-q diasumsikan sama dengan tegangan rata-rata dari rel 100 KV dengan rel 0 KV.

100 KV
P Q

a b c

d e f

g h i

0 KV
Gambar 2-5. Contoh Perhitungan Iterasi

Solusi :
Tegangan pada titik p dan q diambil tegangan rata-rata pada dua sisi yaitu.
100 KV  0KV ) / 2  50 KV Dan pada awalnya tegangan pada titik a, b, …., I adalah nol,
kecuali Ve  (100  0  0  0) / 4  25 KV agar mempercepat iterasi.

Vc  Va(100  0  Vb  Vd ) / 4 Vb  (100  Va  Vb  Vc  Ve) / 4


Vd  Vf (0  Va  Ve  Vg) / 4 Ve  (Vb  Vd  Vf  Vh) / 4
Vg  Vi(0  0  Vd  Vg) / 4 V  (0  Ve  Vg  Vi) / 4

Selanjutnya langkah iterasi untuk perhitungan besar tegangan pada titik-titik tersebut
adalah:

Iterasi 1:
Va = Vc = ( 0 + 50 + 100 + 0 )/4 = 43,2 Vb = ( 100 + 43,8 + 43,8 + 25 )/4 = 53,2
Vg = Vi = ( 0 + 25 + 0 + 0 )/4 = 6,2 Vh = ( 0 + 25 + 6,2 + 6,2)/4 = 9,4
Vd = Vf = ( 0 + 43,8 + 25 + 6,2 )/4 = 18,8 Ve = ( 53,8 + 18,8 + 8x2+9,4 )/4 = 24,8

Iterasi 2 :
Va  Vc(0  100  53.2  18.8) / 4  43.0 Vb  (100  43.0 x2  24.8) / 4  52.8
Vg  Vi(0  0  18.8  9.4) / 4  7.0 Vh  (0  24.8  7.0  7.0) / 4  9.7
Vd  Vf (0  43.0  24.8  7.0) / 4  18.6 Ve  (52.8  18.6  6 x2  9.7) / 4  24.8

Iterasi diteruskan sampai mendapat besar tegangan pada tiap titik hampir konstan.Untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik maka segiempat diperkecil lagi, tapi harga yang
didapat digunakan untuk perhitungan selanjutnya. Dengan cara ini proses perhitungan
lebih cepat didapat bila dibandingkan dengan membagi kotak-kotak langsung kecil,
dalam hal ini akan terdapat banyak iterasi yang dibutuhkan.

2.8 Latihan
1. Lanjutkan pernyelesaian contoh di atas sampai didapatkan hasil dengan keakuratan
dua anggka di belakang koma.
2. Hitung kuat medan listrik dalam silider yang berjari-jari 10 cm yang mana ditengahnya
terdapat konduktor jari-jari 0,5cm dengan tegangan 20 kV dan diluarnya ditanahkan,
sedangkan permiabilitasnya adalah 10 kali dari keadaan vakum.
3. Hitung jari-jari dari atom hydrogen bila elektronnya bergerak dengan kecepatan
cahaya.
4. Hitung besar tegangan tiap titik-titik dalam gambar dibawah ini sampai tiga langkah
iterasi

100 kV

a b

c d e

f g h

0 kV

5. Suatu kapasitor plat sejajar dengan luas 10 cm 2 dan jarak 2 cm menyerap daya sebesar
15 watt. Hitung konduktansi kapasitor bila kekuatan medan di dalamnya 7 V/cm.
BAB 3
MEDAN SEDERHANA

Tujuan bab
Mempelajari medan-medan yang dibentuk dari bentuk-bentuk geometri sederhana
sehingga penyelesaiaannya dapat dilakukan dengan exakt.

Setelah mempelajari bab ini dan mengerjakan pelatihannya, diharapkan anda mampu
menyesaikan persoalan medan:
 Kondensator plat, silinder kosentris, bola casentris
 Muatan garis
 Muatan titik
 Muatan ekivalen

Pengertian
Medan sederhana adalah medan yang dibentuk oleh struktur geometri tertentu sehingga
dalam penyelesaiannya dapat dihitung melalui matematik dengan mudah. Umumnya,
bentuk ruang dari medan sederhana ini adalah segi empat, silinder dan bola. Pada medan
sederhana ini, analisa dilakukan dengan besar medan yang tetap. Contoh medan
sederhana ini adalah muatan titik, muatan garis, kondensator plat, silider koaksial
kosentris dan bola kosentris. Kelima medan sederhana tersebut dijelaskan pada butir-butir
bawah ini.

3.1 Kondensator Plat


Gambar 3-1 menunjukkan dua plat sejajar dengan jarak ℓ dan luas permukaan adalah A,
sedangkan tebal plat adalah d yang sangat tipis sekali. Pada kondensator plat ini, luas
permukaan plat jauh lebih besar dari pada jarak antara plat, sehingga efek pinggir dapat
diabaikan. Hal tersebut dapat menimbulkan medan yang homogen dan besarnya adalah
tetap (ditunjukkan pada fungsi medan dan potensial).

Bila kedua plat diberi tegangan V1 dan V2 berturut-turut pada plat atas dan bawah, maka
muatan listrik hanya terdapat pada permukaan plat disebelah dalam saja. Jadi, kuat medan
dapat dibuktikan besarnya adalah konstan. Penyelesaian ini dapat dilakukan dengan
menghitung kuat medan yang diturunkan melalui metoda integrasi atau hukum Gauss
(lihat Bab II). Dan diasumsikan, medium adalah homogen diantara dua plat, sehingga
E  D .

Penyelesaian dengan metoda integrasi.

 E  A  q
Elemen  A terdiri dari enam permukaan, yaitu:
 A1 : permukaan dalam
 A2 : permukaan atas
 A3 : permukaan tegak depan
 A4 : permukaan tegak belakang
 A5 : permukaan tegak samping kanan
 A6 : permukaan tegak samping kiri

d
l E

a). Fisik

V1 0, V2 V1
V
Vx
l E l
E(x)

V2 x
b) Fungsi meda dan potensial

Gambar 3-1. Kondensator Plat

Jadi:
 
  E  A1   E  A2   E  A3   E  A4   E  A5   E  A6  q
Bila integral dilakukan dengan permukaan tertutup pada plat atas, dimana: q adalah
jumlah muatan listrik yang dilingkupi oleh permukaan tertutup dengan elemen  A.
Karena medan hanya terdapat pada permukaan dalam saja dan muatan listrik terkumpul
pada permukaan dalam plat.

Pada perhitungan di atas, perkalian dot untuk permukaan tegak adalah nol, karena medan
E sejajar dengan vektor permukaan tegak. Dan, pada permukaan atas tidak terdapat
muatan dan medan, sehingga integralnya bernilai nol. Jadi permukaan yang berpengaruh
adalah permukaan dalam saja (A1 = A) dan dihasilkan:

EA  q …………………………………………………………….3-1

Sehingga kekuatan medan listrik dalam kondensator plat dapat ditentukan sebagai
berikut.
q
E ………………………………………………………..3-2
A

Dalam hal ini, besaran q,  dan A adalah konstan, maka besar medan E adalah yang
arahnya tegak lurus pada permukaan dalam plat dan menuju ke potensial yang rendah
(yaitu dari potensial V1 ke potensial V2: dapat dilihat Gambar 3-1).

Sedangkan, tegangan dapat dihitung dari integrasi perkalian dot antara medan E dengan
elemen jarak x, yaitu:
x
V( x )   E  x  Ex ...................………………………………………….3-3
0

Jadi, pada jarak ℓ adalah beda tegangan antara dua plat tersebut.

V1  V2  V  E …………………………………………….3-4

Subsitusi persamaan 3-1b ke dalam persamaan 3-4 didapatkan besar muatan


q  AV /   CV . Jadi, besar kapasitansi pada kodensator plat ini adalah konstan dan
hanya tergantung pada ukuran-ukuran plat serta medium yang digunakan, yaitu:

A
C  ……………………………………………………….3-5

Penyelesaian dengan metoda differensial


Pada arah sumbu-y dan sumbu-z tidak terdapat perubahan tegangan, sehingga turunan
pertama dari tegangan pada sumbu-sumbu ini adalah nol. Jadi, persamaan diferensial di
atas menjadi persamaan Laplace dan solusi umum dari persamaan diferensial adalah V(x)
= ax + b. Untuk x = 0, maka V(0) = V1 dan didapat harga b = V1. Dan untuk x = ℓ , maka
V(ℓ) = V2 dan didapat harga a = (V2 – V1)/ ℓ. Jadi tegangan adalah
V ( x)  V2  V1 x /   V1  Vx /   V1 .

Karena kuat medan adalah minus gradient dari tegangan maka dari persamaan di atas
didapat

E=V/ ℓ .....................................................…………………………….3-6

Contoh dan penyesaian


Suatu kodensator plat berjarah 1 cm mempunyai medan seragam sebesar 1000V/m.
Hitung berapa besar tegangan di tengah-tengah kodensator.

Penyelesaian
Posisi ditengah-tengah: x=0,5 cm.
x
V( x )   E  x  1000 x0,5 x10 2  5 Volt
0
3.2 Silinder Konsentris
Silinder konsentris adalah terdiri dari dua silinder dengan sumbu yang sama. Jari-jari
silinder berturut-turut adalah r1 dan r2 dan panjang silinder adalah ℓ, seperti pada gambar
3-2. Bila pada sinder dalam diberi tegangan sebesar V1 dan pada permukaan silinder luas
tegangan adalah V2. Sedangkan, medium diantara dua silinder adalah homogen yaitu .
Dengan demikian terdapat kuat medan E mengecil kearah luar silinder. Ini terlihat dari
garis-garis medan yang semakin jarang menuju keluar pada gamabr 3-2. Dari gambar 3-
2 ini terlihat medan maksimum terjadi pada permukaan silinder dalam. Disini juga terjadi
garis ekipotensial berupa lingkaran-lingkaran yang sumbunya seporos dengan sumbu
silinder. Karena garis medan selalu ortogonal dengan garis ekipotensial maka garis medan
berpotongan tegak lurus dengan garis singgung lingkaran dan selalu melalui titik pusat
lingkaran.
l

r2
r1
-
E

a). Melintang b). Penampang

Gambar 3-2. Silinder Konsentris

Penyelesaian dengan metoda integrasi


 E  A  q , dimana elemen  A terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a) dua bagian, yang terdiri dari permukaan penampang unjung-unjung silinder.
b) permukaan selimut silinder.

Karena medan E sejajar dengan permukaan penampang, maka perkalian dot antara medan
E dengan vektor permukaan ini adalah nol. Jadi yang berpengaruh adalah integral dari
permukaan selimut saja dan dihasilkan E  A  q atau E 2r  q . Dituliskan kembali:
q
E ……………………………………………….3-7
2r

Integral dari medan E ini terhadap jarak menghasilkan tegangan, yaitu:


x
q 1 1 r
V ( x)    E.x    . x  . ln 1
r1
2 x 2 x
Untuk x = ℓ didapat beda tegangan diantara kedua permukaan silinder, yaitu:

q r2
V2  V1  V  . ln ..................................................................................3-8
2 r1
Dengan demikian harga kapasitansi dari silinder konsentris itu hanya tergantung pada
jari-jari silinder dan medium yang digunakan, yaitu:

2 
C /   C'  ........................................................................................3-9
ln( r2 / r1 )

Penyelesaian dengan metoda differensial


Div Grad V = 0, dengan koordinat silinder menjadi:
 2V 1 V  2V
 V  2  . 2  2  0 , karena tidak terjadi perubahan tegangan pada arah
2

r r   z
sumbu- dan sumbu-z, maka turunan kedua terhadap sumbu-sumbu itu adalah nol. Jadi
persamaan diatas hanya dalam arah sumbu-r atau jari-jari dan dituliskan kembali
 2V 1  2V
 .  0 , solusi umum dari persamaan ini adalah V(r) = a ln r + b.
r 2 r  2

Untuk r1 : V1 = a ln r1 + b dan r2 : V2 = a ln r2 + b, sehingga didapat konstanta a dan b,


yaitu:
V  V2 V  V2
a 1 dan b  V1  1 ln r1
ln( r1 / r2 ) ln( r1 / r2 )
V12
Jadi: V (r )  V1  (ln r / r1 ), V12  V1  V2
ln( r2 / r1 )
Bentuk tegangan yang merupakan fungsi jari-jari silinder dapat dilihat pada gambar 3-3.
semakin besar harga jari-jari akan semakin kecil harga tegangan, yang menurun secara
logaritma. Dari gambar ini terlihat gradient tegangan mengecil semakin mendekati
silinder luar. Sedangkan gradient tegangan maksimum terjadi di dekat permukaan silinder
dalam.
V

V1

V2 r
r1 r2

Gambar 3-3. Fungsi tegangan terhadap r

Sedangkan kuat medan E dapat diturunkan dari fungsi tegangan, yaitu gradiennya:
V12
E  GradV (r )  a / r 
r ln( r2 / r1 )

Bentuk medan E pada silinder konsentris ini merupakan fungsi invers terhadap jari-jari
dan terlihat pada gambar 3-4 berikut. Kerapatan medan linstrik yang palinggi terdapat
pada ermukaan silinder dalam. Sedangkan pada silinder luar masih ada medan listrik
dengan kerapatannya sudah sangat kecil.

V
r1 ln (r2 / r1 )

V
r2 ln (r2 / r1 )

r1 r2

Gambar 3-4. Fungsi medan E terhadap r

Contoh dan penyelesaian


Silinder kosentris mempunyai jari-jari dalam dan luar adalah 1 cm dan 10 cm. Bila
silinder dalam diberi tegangan 100 kV dan silinder luar ditanahkan, maka tentukan
tegangan dan kuat medan listrik di antara dua silinder tersebut. Dan gamabarkan hasil
perhitungannya.

Penyelesaian
Fungsi tegangan di antara dua silnder dapat dihitung sebagai berikut
V12
V (r )  V1  (ln r / r1 ), V12  V1  V2
ln( r2 / r1 )
100
 100  ln( r ), 1  r  10
ln 10

Sedangkan kekuatan medan listriknya adalah

V12 100
E (r )  
r ln( r2 / r1 ) r ln(10)
Jadi hasilnya adalah:
Tegangan menurun dari 100 kV (dipermukaan silinder dalam/r=1cm) ke 0 kV
(dipermukaan silinder luar/r=10 cm). Sedangkan kekuatan medan listrik 43,4 kV/cm
(dipermukaan silinder dalam/r=1cm) ke 4,3 kV/cm (dipermukaan silinder luar/r=10 cm).
Hasil lengkap adalah sebagai berikut.

r V E 120,0 50
0 100,0 43,4 100,0 45
40
1 100,0 43,4
35
2 69,9 21,7 80,0 30
3 52,3 14,5 60,0 25 V(r)
4 39,8 10,9 20
40,0 E(r)
15
5 30,1 8,7
20,0 10
6 22,2 7,2 5
7 15,5 6,2 0,0 0
8 9,7 5,4 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
9 4,6 4,8
10 0,0 4,3

3.3 Bola Konsentris


Sama halnya dengan silinder konsentris, maka bola konsentris terdiri dari dua bola yang
mempunyai titik pusat yang sama. Jari-jari bola dalam adalah r1 dan jari-jari bola luar
adalah r2. kuat medan E diantara dua bola itu adalah  E  A  q , karena E adalah
konstan, maka

q
E .....................................................................................................3-10
4r 2

Sedangkan potensial diantara dua itu diturunkan sebagai berikut.


V(r) = -  E.r , dengan mengganti harga E pada persamaan 3-10 dihasilkan
q 1 1
V(r)= (
- ) .................................................................................................3-
2  r1 r
11
Hubungan antara kuat medan dengan tegangan antara dua bola itu adalah

v 1
E , dimana v = v1 – v2. Kuat medan E maksimum terjadi
(1 / r1  1 / r2 ) r 2
bila r = r1 , jadi kuat medan maksimum pada bola konsentris itu adalah

v 1
Em  ..........................................................................................3-12
r1 1  (r1 / r2 )

3.4 Muatan Ekivalen


Muatan ekivalen adalah ukuran muatan yang jauh lebih kecil dari jarak observasi. Bila
muatan ini berbentuk volume yang hamper bulat, maka muatan ini diasumsikan dengan
muatan titik yang disebut dengan muatan titik ekivalen. Sedangkan bila muatan ini
sebagai muatan garis yang disebut dengan muatan garis ekivalen.

3.4.1 Muatan titik ekivalen


1. Bila muatan seperti pada gambar 3-5, dimana  adalah rapat muatan pervolume, r
adalah jarak muatan terhadap titik observasi, dimana r >> r’, r’ panjang muatan.
Dengan metoda diferensial, yaitu  2V    /  , maka tegangan dititik P(x,y,z) adalah

1 
2  r
V  .............................................................................................3-13

P (x,y,z)
r
r’
v

Gambar 3-5. Muatan berbentuk volume taktentu

2. Bila muatan terdapat pada bola-bola yang bertebaran. Jarak masing-masing bola
terhadap titik observasi P(x,y,z) adalah ri untuk bola ke-i dan muatannya adalah
qi. muatan bola-bola ini dianggap mutan titik ekivalen, dimana jari-jari tiap bola
diabaikan. Gambar 3-6 adalah hal yang menyatakan ini.

q2

q1

P (X,Y,Z)

qi

qn

Gambar 3-6. Bola-bola bermuatan

Potensial yang disebabkan oleh bola ke-I adalah

1 1
Vi= qi .....................................................................................3-14
2  ri
Telah dijelaskan bahwa potensial adalah besaran scalar. Jadi potensial pada titp
P(x,y,z) adalah jumlah potensial yang diakibatkan oleh masing-masing bola, yaitu
n
1 qi
Vi= 
2  i 1 ri
....................................................................................3-15

3. Dua muatan titk yang berlawanan tanda, bidang ditengah-tengahnya disebut


bidang bayangan. Permasalahan ini dapat dilihat pada gambar 3-7. pada gambar
ini h adalah titik pada bidang bayangan.

+q

r
h
P (x,y,z)
BIDANG BAYANGAN

r
-q
Gambar 3-7. Muatan titik dengan bayangannya

Karena jarak muatan positif dan negative terhadap titik P adalah sama yaitu r, maka
dengan mudah dapat diturunkan setiap titik pada bidang bayangan mempunyai potensial
berharga nol. Jadi bidang bayangan adalah merupakan bidang ekspotensial.

3.4.2 Muatan garis ekivalen


1. Suatu silinder yang panjang dengan muatan perpanjang adalah q’ dan jari-jari silinder
adalah r’, maka besar kuat medan E dan potensial pada jarak r dari sumbu silinder
adalah
q'
E ........................................................................................................3-16
2

Atau didapat

q' r'
V ln ...................................................................................................3-17
2 r

Untuk n buah silinder, besar potensial adalah

1 ri'
V1 
2
 q 'i ln ri
..................................................................................................3-18
2. Dua muatan garis yang berlawanan tanda dengan jari-jari masing-masing r1 dan r2.
Selanjutnya dapat dilihat pada gambar 3-8 berikut.
y
r1 r2
z

x
a/2 a/2

Gambar 3-8. Muatan titik dengan bayangannya

Potensial pada masing-masing silinder telah didapat adalah


q' a q' r
V1  ln dan V2  ln 2
2 r 2 a
Jadi beda tegangan kedua silinder adalah

q' a2
V ln ..............................................................................................3-19
2 r1r2
Dengan demikian besar kapasitansi yang terdapat diantara kedua silinder tidak
tergantung pada muatan dan potensial di kedua silinder. Kasitansi perpanjangan pada
susunan silinder itu adalah

q' 2 
C'  .....................................................................................3-20
V ln( a 2 / r1.r2 )
Untuk jari-jari silinder sama yaitu r, maka dihasilkan


C’ = .............................................................................................3-21
ln( a / r )
Sedangkan besar potensial disepanjang sumbu-x adlah sebagai berikut.
q' a x
V ( x)  ln 2 dan E = - Grad V, maka
2 a 2  x
q' 1 1
E= ( - )
2  a / 2  x a / 2  x
Kuat medan E maksimum terjadi dipermukaan silinder pertama atau x = -a/2 + r1,
yaitu
q' 1 1
Em = ( - ), untuk a >> r1 = r, maka
2  a  r1 r1
v
Em = ..........................................................................................3-22
2a ln( a / r )
3. Muatan garis dengan bayangannya, sama halnya dengan dua muatan yang berlawanan
tanda dengan jarak yang sama dengan bidang bayangannya. Bila jarak terhadap bidang
bayangan adalah h dan jari-jari muatan adalah r. Jika dianggap muatan garis adalah q’,
maka potensial antara titik pada bayangan dengan garis adalah
q' 2h
V – 0 = ln , Bila muatan garis dianggap suatu kawat diatas tanah dengan
2  r
ketinggian h, maka besar kapasitansi terhadap tanah adalah

2 
C0’ = ......................................................................................3-23
ln( 2h / r )

4. Metoda bayangan untuk menentukan kapasitansi kawat. Bila terdapat n buah kawat
diatas tanah dengan ketinggian masing-masing adalah hi untuk kawat ke-i ke kawat
bayangan ke-j adalah sij, seperti gambar 3-9.

Besar tegangan yang terjadi pada masing-masing kawat adalah merupakan jumlah dari
setiap muatan termasuk muatan bayangan. Jadi besar tegangan pada kawat ke-I adalah
1  2h sij 
Vi   qi ln i   qi' ln  ..........................................................3-24
2  ri qij 

Persamaan 3-19 adalah kumpulan persamaan linier, dalam bentuk matrik dituliskan
sebagai berikut.

V  A q' ........................................................................................................3-25

Dimana : elemen matrik A adalah


1 2h
aii  ln i
2 ri
1 S
aij  ln ij
2 qij

Dari persamaan matrik diatas dapat ditentukan besar kapasitansi kawat. Besar
kapasitansi kawat ditentukan oleh invers matrik A. bila invers dari matrik A adalah B,
yaitu A pangakatmin satu  B , maka kapasitansi perpanjang antara kawat adalah

C’ij = C’ji = -bij = -bji ................................................................................3-26

Dan kapasitansi perpanjang masing-masing kawat terhadap tanah adalah

n
C’io = j 1
bij .........................................................................................3-27

+q’j,
rj
qij
+q’i,
ri
hj
h1
Gambar 3-9: kawat dengan bayangannya

3.5 Latihan
1. Diperkirakan radius awan adalag 0,6 km dan rapat muatannya adalah 1000
Coulomb/m3 pada ketinggian 5 km dari permukaan bumi. Hitung kuat medan yang
terjadi dan berapa tegangan antara bumi dengan awan bila tegangan dipermukaan
bumi adalah nol.
2. Hitung kuat medan listrik dalam silider yang berjari-jari 10 cm yang mana
ditengahnya terdapat konduktor jari-jari 0,5cm dengan tegangan 20 kV dan diluarnya
ditanahkan, sedangkan permiabilitasnya adalah 10 kali dari keadaan vakum.
3. Kabel phasa tunggal 11,54 kV dengan ukuran diameter konduktor 0,75 cm dan
penampang selubung adalah 5 cm. Pada kabel ini digunakan isolasi dengan kekuatan
dielektrik 5 kali terhadap udara. Hitung kuat medan diantara konduktor dengan
selubung dan berapa kapasitor per panjang anata konduktor dan selubung.
4. Saluran tunggal 500 kV terletak setinggi 25 m dipermukaan tanah. Hitung kuat
medan listrik diatara tanah dan saluran tersebut.
5. Dua kawat berjari-jari 0,15 cm terletah pada ketinggian yang sama pada 10 m dari
tanah dan jarak kedua kawat adalah 1,25 m. Hitung kapasitansi yang disebabkannya
bila konstanta dielektrik udara sama dengan ruang hampa.
6. Hitung besar kapasitansi dari dua saluran yang sejajar dengan panjang 100 km, jari-
jari masing-masing saluran adalah sama yaitu 0,25 cm.
BAB 4
BEBERAPA MASALAH TEGANGAN TINGGI

Tujuan bab
Melihat beberapa masalah yang ditimbulkan oleh penerapan tegangan tinggi.
Setelah mempelajari bab ini dan mengerjakan pelatihannya, diharapkan anda mampu
memahami:
 Penomena korona
 petir
 Induksi medan listrik pada manusia

Pengertian
Penerapan tegangan tinggi pada transmisi yang mampu mengurangi rugi-rugi yang
signifikan. Dilain pihak adanya tegangan tinggi di transmisi akan menimbulkan berbagai
persoalan, seperti korona, petir dan induksi pada manusia. Corona timbul karena
terlepaskan muatan dari konduktor sehingga menimbulkan rugi-rugi. Kawat transmisi
harus digelar di atas permukaan tanah akan rawan disambar petir, sehingga sambaran
petir ini akan merusah peralatan-peralatan jaringan. Disisi lain tegangan tinggi
menimbulkan medan listrik sehingga objek-objek dibawah transmisi tegangan tinggi
sudah pasti terkena medan listrik, tidak terkecuali manusia.

4.1. Koronan
Korona adalah terlepasnya muatan litrik dari permukaan konduktor. Modus terlepasnya
muatan itu dalam skala besar dapat terlihat dengan mata telanjang, sedangkan dalam skala
kecil tidak dapat terlihat oleh mata telanjang. Adanya korona ini akan membuat rugi-rugi
di penghantar bertambah besar, sehingga dalam tenaga listrik korona harus diminimalkan
sedapat mungkin.

Bila kuat medan yang terjadi di permukaan kawat tegangan tinggi melebihi kuat medan,
break down, maka akan terjadi pelepasan muatan listrik ke udara. Kondisi ini dapat terjadi
pada medan yang seragam di antara dua elektroda yang paralel di udara. Pelepasan
muatan ini dipengaruhi oleh beberapa kondisi yaitu: tekanan udara, bahan elektroda,
adanya uap air di udara, photo-ionisasi dan type tegangan tinggi yang di terapkan.

4.1.1. Mekanisme Korona


Phenomena korona dapat dianalisa dari muatan pada medium gas. Pelepasan muatan
listrik umumnya dibangkitkan oleh suatu media listrik yang mempercepat elektron-
elektron bebas bergerak dalam medium gas. Jika elektron-elektron bebas itu mendapatkan
energi yang cukup dalam medan listrik maka menghasilkan ion-ion baru setelah
menabrak atom netral, dimana atom ini menjadi tidak netral atau bermuatan positif.
Proses ini disebut dengan ionisai yang disebabkan oleh oleh dampak tabrakan elektron
itu. Jumlah elektron akan berlipat ganda seperti yang diilustrasikan pada gambar 4-1.
Pertama elektron terpas dari permukaan elektroda, elektron ini menabrak atom di dalam
gas dan terbentuk ion positif dan terdapat dua elektron dalam gas ini (pada proses kedua),
selanjutnya terjadi pelipat-gandaan muatan-muatan di dalam gas itu.

-
+ -
- -

- -
- +
-

- - +
+
+
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
Proses-1 Proses-2 Dan seterusnya

Gambar 4-1 : pelepasan elektron pada elektroda negatif

Dimana dasar ionisasi dapat ditunjukan oleh formulasi sebagai berikut.


A  e  A   2e
Dimana : A adalah sebuah atom
A+ adalah sebuah ion positif
e adalah sebuah elektron

Setelah sebuah elektron bertabrakan dengan sebuah atom maka sebuah elektron pada
atom dibebaskan. Dan beberapa elektron berkemungkinan dapat juga membebaskan dua
atau lebih elektron. Selanjutnya rantai reaksi yang menyebabkan bertambahnya kuantitas
elektron secara cepat. Eksperimen pelepasan muatan dalam gas telah dilakukan oleh
Townsend, yang memberikan suatu koefisien dari jumlah elektron yang dihasilkan oleh
sebuah elektron yang bergerak sepanjang 1 cm dalam medan yang seragam, koefisien ini
disebut dengan koefisien ionisasi pertama Townsend. Arus listrik yang terjadi oleh
pelepasan elektron ini adalah

I  I oed ......................................................................................................4-1
Dimana : I adalah arus pelepasan
Io adalah arus awal
α koefisien Townsend
d adalah jarak

koefisen α dipengaruhi oleh kuat medan, tekanan gas, dan kondisi lain yang
mempengaruhi pembebasan elektron.

Sedangkan untuk keadaan medan yang seragam, tetapi tidak melebihi break down gas
maka arus pelepasan pada celah yang berjarak ‘d’ adalah :

ed
I  Io ...............................................................................4-2
1   (ed  1)

Dimana: I adalah arus celah yang terjadi


Io adalah arus awal dalam gas yang diluar sumber
γ adalah koefisien Townsend ionisasi kedua
α adalah koefisien Townsend ionisasi pertama
d adalah jarak celah

Untuk keadaan break down arus akan menjadi tidak terbatas sehingga didapat :

 (e ad  1)  1
.............................................................................................4-3
Analisa untuk keadaan break down jarang dilakukan karena permasalahannya menjadi
rumit sekali.

4.1.2. DC Korona
Gambar 4-2 adalah mekanisasi dari korona pada elektroda positif dan negatif.
Karakteristik korona tergantung pada tegangan, bentuk permukaan elektroda, dan kondisi
permukaan.

Proses korona negatif, pertama muatan positif dan negatif terkumpul berdekatan (gambar
4-2). Pada proses berikutnya terlihat muatan negatif menjauhi elektroda dan kemudian
meninggalkan elektroda. Dan akhirnya terbentuk muatan-muatan positif di permukaan
elektroda. Sedangkan pada prose korona positif, pertama muatan negatif (elektron) dari
udara menuju permukaaan elektroda dan ion-ion positif yang terbentuk pada permukaan
elektroda akan menjauhi elektroda itu. Hal ini terluhat pada proses berikutnya.

+
+ +++

- +++
---
--
- +++++
--

A B

---

+ --------
+ --------

Gambar 4-2 : Distribusi muatan dalam medan tak seragam

4.1.3. AC Korona
Pada tegangan tinggi dan ekstra tegangan tinggi, korona terjadi pada ½ perioda
gelombang tegangan positif dan negatif. Kejadian ini terlihat pada sifat korona DC untuk
elektroda positif dan negatif. Dari konsep ini terlihat korona pada ½ gelombang negatif
akan memberikan arus korona yang besar dibandingkan dengan ½ gelombang positifnya,
hal ini disebabkan oleh mobilitas muatan negatif lebih tinggi yaitu : mobilitas muatan
negatif 1,99 [(cm/dt)/(V/cm)] dan muatan positif 1, 40 [(cm/dt)/(v/cm)]. Gambar 4-3
berikut adalah model korona yang terrjadi pada tegangan ac. Untuk kutub positif, model
yang terjadi disebut permuaan kucuran (steamer onset), permulaan sinar (glow onset) dan
permulaan breakdown kucuran (breakdown streamer onset). Sedangkan untuk kutub
negatif adaah permulaan pulsa aliran kecil (trichel pulse negative), permulaan sinar
negatif (negative glow onset) dan permulaan kucuran negatif (negative streamer onset).
Break down
steamer
onset

Glow
onset
½
gel
(+) Steamer
a onset
r
u
s

½
gel Trichel
(-) pulsa
k
o
r Glow onset
o
n Streamer
a onset

Gambar 4-3 : Kemungkinan model korons pada tegangan AC

4.1.4 Rugi-rugi korona


Kuat medan listrik adalah min dari gradien tegangan dan bila tidak terjadi korona maka
medan yang terjadi adalah medan Laplace yaitu tidak adanya aliran muatan (2V = 0).
Sedangkan bila ada korona maka terjadi aliran muatan dipermukaan sehingga konsep
medan Laplace tidak memenuhi syarat lagi. Yang memenuhi sayarat dalam peristiwa
korona adalah konsep medan Poisson.

Metoda pengukuran medan pada muatan yang mengalir di ruangan/udara adalah suatu
masalah yang tersukar untuk dilakukan. Penyelidikan tentang adanya rugi-rugi arus oleh
adanya korona adalah dibutuhkan untuk menentukan medan listrik yang terjadi pada
keadaan korona itu. Suatu masalah yang sederhana diturunkan dari konfigurasi silinder
yang dianalisa melalui medan poisson dengan muatan bebas. Dengan menerapkan hukum
Peek (persamaan 4-4) untuk jari-jari 0,9 cm, kerapatan udara relatif adalah 1, kekasaran
permukaan 0,5 dan dilingkungi oleh sangkar dengan jari-jari 26 cm terdapat besar medan
maksimum terjadinya korona adalah 19,7 kV/cm.

0,3
E c  30  m (1  ) .................................................................4-4
( r) 0,5
dimana: Ec adalah medan maksimum tidak terjadinya korona [kV/cm]
 adalah kerapatan udara relatif
m adalah kekasaran permukaan
r adalah jari-jari konduktor

Bila besar medan kecil dari Ec maka tidak terjadi korona dan sebaliknya akan terjadi
korona. Berikut ini dapat dilihat beberapa perhitungan tegangan kritis untuk beberapa
konfigurasi.

1. Silinder cosentris.
Bila diameter dalam dan luar silinder adalah d 1 dan d2 dalam satuan cm, tegangan pada
silinder dalam adalah V dalam satuan kV dan silinder luar ditanahkan (0 kV) akan
terdapat kuat medan sebesar E dan kapasitor adalah:
V
E .........................................................................................4-5
d1 ln (d 2 / d1 )

C 55,6 10 -12
 ................................................................................................4-6
l ln (d 2 / d1 )

Dan didapat medan dan tegangan kritis korona adalah


0,436
E c  31 m (1  ) .....................................................................................4-7
d1 

Vc  E c (d1 / 2) ln (d 2 / d1 ) ................................................................................4-8

2. konduktor paralel diudara


Dua konduktor paralel yang identik dengan jarak antara konduktor s lebih besar dari
diameter konduktor adalah d yang masing-masing dalam satuan cm, dimana s..d dan
tegangan antar konduktor adalah V dalam sauan kV. Dalam hal ini terdapat kuat medan
dan kapasitansi yang terjadi diantara konduktor adalah
V
E .....................................................................................4-9
d ln (2s / d)
27,8 10 -12
C .......................................................................................4-10
ln (2s / d)

Sedangkan kuat medan dan tegangankritis korona adalah


0,426
Ec  30 m (1  ) .........................................................................4-11
d 
Vc  E c d ln (2s / d) ............................................................................4-12

d2
d
E V
E V
s
d1
h E
d d

Gambar 4-4 menunjukan konfigurasi dari susunan elektroda tersebut

3. Konduktor terhadap tanah.


Sama halnya dengan dua konduktor, kuat medan dan kapasitansi yang terjadi terhadap
tanah dengan ketinggian h adalah:
2V
E ..................................................................................4-13
d ln (4h / d)
55,6 10 -12
C .......................................................................................4-14
ln (4h / d)
Sedangakan kuat medan kritis korona sama dengan konduktor paralel, sehingga tegangan
korona kritis adalah:

Vc  E c (d / 2) ln(4h / d) .......................................................................4-15

Kemudian dalam tahun 1911, Peek menyatakan rugi-rugi korona untuk konduktor kering
dalam keadaan frekuensi daya yang mantap adalah:

P  k (V - Vc )2 , Vc  V ..................................................................4-16a
dimana: P adalah rugi-rugi korona [KW]
k adalah konstanta
Vc adalah tegangan kritis korona [KV]
V adalah tegangan sistem [KV]

Secara praktis harga k dinyatakan dalam persamaan 4-16b untuk satu phasa kawat.
243,5 r -5
k (f - 25) 10 [kW / (kV2 Km Phasa)] ....................4-16b
 d

Dengan batasan:
1) f = 25 – 120 Hz
2) r > 0,25 cm
3) V / Vc > 0,8
4) Kelembapan udara () tidak jelas sekali

Kemudian dalam tahun 1924, Ryan dan Heline menganjurkan rugi-rugi korona yang
cocok adalah:

P  4 f C V (V - Vc ) ...............................................................................4-17
Dimana : P adalah rugi-rugi korona [kW]
f adalah frekuensi sistem [Hz]
C adalah kapasitansi kawat-tanah [farad]
V adalah tegangan sistem [kV]
Vc adalah tegangan kritis korona [kV]

Selanjutnya pada tahun 1933 dalam AIEE, Petersen telah mendiskusikan rugi-rugi korona
yang cocok untuk kawat tanah adalah

0,0000337
P 2
fV 2 F ..............................................................................4-18a
[log (2h / d)]

Dimana : P adalah rugi-rugi korona [kW/mil]


f adalah frekuensi sistem [Hz]
V adalah tegangan kawat-tanah sistem [kV]
s adalah tinggi konduktor
d adalah diameter konduktor
F adalah faktor yang merupakan fungsi tegangan sistem terhadap
tegangan kritis korona

Untuk satu phasa kawat dengan V/Vc <1,8 persamaan Peterson adalah:
21 10 -6
P 2
fV 2 F ........................................................................................4-18b
log (d / r)

Harga F dapat dilihat pada tabel dibawah ini untuk beberapa tegangan.

Tabel 4-1: Harga F untuk beberapa tegangan


# Harga : V/Vc & F
V/Vc 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0
F 0,012 0,018 0,050 0,080 0,300 1,000 2,000 6,0

Latihan: Kawat 500 kV sepanjang 300 km dengan diameter 1cm terletak 15 m dari tanah.
Hitung rugi-rugi korona dalam keadaan udara bersih (Ec=15 kV/cm). Apa usaha anda
untuk mencegah terjadinya korona. Apa usaha yang harus dilakukan agar korona tidak
terjadi.

4.2. Petir
Masalah kegagalan isolator yang disebabkan oleh sambaran petir yang membuat suatu
hal yang sangat komplek dari kejadian elektromagnetik. Teknik komputer Monte Carlo
telah meramalkan probalitas dari flashover pada kawat transmisi. Dilain pihak sangat
perlu sekali perhitungan yang tepat untuk menentukan kejadian-kejadian alam ini.

Dalam kenyataannya perhitungan flashover dilakukan dengan menggunakan statistik.


Misalkan rata-rata kawat transmisi tersambar petir adalah dalam sekala setahun untuk
panjang kawat transmisi 100 kilometer, yang terdiri dari: pada panjang kawat transmisi
itu tahun pertama terjadi dua kali, tahun kedua tidak ada, tahun ketiga terjadi tiga kali,
dan tahun keempat dan kelima tidak ada. Kecenderungan terjadi flashover ini perlu
ditentukan untuk perencanaan proteksi dan keandalan dari sisitem tenaga listrik secara
menyeluruh.
Jika kawat tersambar petir maka akan ada dua kemungkinan kejadian pada isolasi yaitu:
kegagalan isolasi (flashover) dan berhasil (noflashover). Peristiwa dari kejadian ini dapat
dianalisa dari teorema statistik binomial. Bila probalitas berhasil adalah p dan probalitas
kegagalan adalah q, maka

n!
Pk  p k q n -k .................................................................................4-19
k ! (n - k) !
Dimana : Pk adalah probalitas keberhasilan sebanyak k kali dan kegagalan n – k
kali.
n adalah jumlah kejadian
k adalah jumlah keberhasilan
n – k adalah jumlah kegagalan
p adalah peluang keberhasilan
q adalah peluang kegagalan

Jadi hubungan dari kedua peluang kejadian ini adalah sesuai dengan persamaan 4-20.

q 1- p ..........................................................................................................4-20

Berikut ini dapat diilustrasikan suatu contoh perhitungan untuk 100 Km panjang kawat
transmisi dengan rata-rata flashover satu kali pertahun. Kawat transmisi digelar pada
daerah yang mempunyai sambaran petir rata-rata dalam satu tahun adalah 100 kali. Jadi
didapat probalitas q adalah 0,01 selanjutnya hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4-
2.

Tabel 4-2: Probalitas keberhasilan sambar petir


Berhasil Gagal Probalitas
k n-k Pk
100 0 0,366
99 1 0,369
98 2 0,185
97 3 0,061
96 4 0,015

4.2.1. Jumlah dari sambaran petir


Secara sederahana, jumlah sambaran petir pada bumi atau kawat transmisi disuatu tempat
adalah proporsional dengan petir yang terjadi yang biasanya dihitung dalam tahunan.
Berdasarkan penelitian Prentice, level hubungan itu adalah 0,1T - 0,19T sambaran ke
bumi dalam satu kilometer persegi pertahun, dimana T adalah jumlah rata-rata petir dalam
satu hari pertahun. Untuk daerah terbuka diambil 0,14T. Sebagai pendekatan yang
kompromi diambil harga

N  0, 12T .....................................................................................................4-12
Dimana: N adalah jumlah sambaran petir kepada bumi dalam satu kilometer persegi
pertahun.
T adalah jumlah rata-rata petir tiap hari pertahun.

4.2.2.Sambaran petir pada kawat transmisi


Kawat transmisi terletak diatas permukaan bumi yang dapat juga disebut sebagai
perlindungan dari sambaran petir pada bumi. Sebagai kita kenal bahwa sambaran petir
akan berakhir bila mencapai bumi. Untuk suatu kawat tanah akan melindungi daerah
tertentu, karena sambaran petir sebelum mencapai bumi, kawat tanah yang tersambar
duluan.

Kawat tanah disangga pada menara-menara, sehingga kawat ini akan melendut di tengah-
tengah antara dua menara. Tinggi rata-rata kawat tanah yang didekati dengan fungsi
kuadratis adalah
h  h g - (2 / 3) (h g - h t ) ......................................................................4-22
Dimana : h adalah tinggi rata-rata kawat tanah.
hg adalah tinggi kawat tanah pada menara.
ht adalah tinggi kawat tanah ditengah-tengah dua menara.

Gambar 4-5 menunjukan daerah lindung yang diakibatkan oleh dua kawat tanah dengan
ketinggian yang sama. Dari gambar itu terdapat daerah lindung sambaran petir adalah :

W  b  4h ............................................................................................4-23

Dimana : W adalah lebar daerah lindung dengan asumsi sudut lindung θ = 63,5°.
b adalah jarak antara kawat tanah, bila terdapat satu kawat tanah maka
harga b menjadi 0
h adalah tinggi rata-rata kawat tanah.

Berdasarkan pengamatan daerah lindung petir terjadi lebih lebar lagi. Dengan demikian
disarankan pendekatan dengan persamaan berikut :

W  b  4h1,09 .........................................................................................4-24

b
h C
A

2h
Gambar 4-5 : Lebar perlindungan petir oleh dua kawat tanah

Dengan diketahui lebar daerah perlindungan, maka jumlah sambaran petir pada kawat
tanah dapat dihitung berdasarkan sambaran petir pada bumi, yaitu :

N L  0,12T (b  4h)1,09 .........................................................................4-25


Dimana jumlah sambaran petir pada kawat tanah dihitung untuk panjang kawat tanah 100
km/tahun.

Latihan:
Hitung jumlah sambaran petir suatu kawasan dengan rata-rata sambaran petir adalah 20
kali pertahun, bila terdapat dua kawat di udara setinggi 25 m dan jarak antar kawat 2 m,
asumsikan sudut lindung adalah 63,50.

4.2.3.Kegagalan Perlindungan Pada Kawat Transmisi


Kegagalan perlindungan adalah bila sambaran petir tidak mengenai kawat tanah sehingga
yang tersambar adalah kawat phasanya. Pada titik kontak sambaran akan terjadi tegangan
yang sangat tinggi sekali dan tegangan ini akan berjalan dalam dua arah sepanjang kawat
phasa, kalau mencapai satu atau lebih isolator maka terjadi flashover. Probalitas
terjadinya kegagalan perlindungan harus dihitung dalam mendesain transmisi, karena tiap
kegagalan akan dinyatakan oleh trip-nya circuit breaker (CB).

Analisa dari kegagalan perlindungan yang sering digunakan oleh industri adalah
menggunakan berbagai teori dari elektromagnetik. Dalam tahun 1963, Young, Claiton
dan Hileman menyatakan dasar dari teori tersebut. Gambar 4-6 adalah suatu ilustrasi dari
mekanisasi perlindungan petir. Pada gambar ini terdapat tiga sambaran petir yang terdekat
pada kawat transmisi. Kemdian didefinisikan jarak sambaran petir adalah S, yaitu jarak
antara kawat lindung dengan mulainya kanal arus petir.
o A

p B

C
q
r
S

s
S

F

Xs
hg

hp

Gambar 4-6: Model perlindungan sambaran petir

Pada gambar 4-6, sambaran petir A akan berakhir pada kawat lindung, karena jarak busur
o-p melebihi S bila ke kawat phasa. Sambaran C akan berakhir di bumi dengan jarak βS
dari permukaan tanah, karena garis q-r berjarak jauh dari transmisi. Harga β tergantung
pada jenis tegangan yang diterapkan, untuk EHV berharga 0,8 dan untuk UHV berharga
0,67. Sedangakan sembaran B mencapai busur p-q, kemudian meloncat ke kawat phasa,
karena jarak kawat lindung dan tanah lebih jauh.

Busur p-q tersebut merupakan peluang tersambarnya kawat phasa yang didefinisikan
dengan daerah terbuka atau derah rawan petir. Derah terbuka ini biasanya dinyatakan
dengan jarak horizontal (Xs). Harga Xs itu tergantung pada keadaan lingkungan seperti
cuaca, pepohonan dan lendutan kawat antara menara.

Sedangkan jarak sambaran tersebut adalah suatu fungsi dari muatan dalam kanal yang
sangat dipngaruhi oleh kondisi cuaca. Menentukan jarah sambaran itu berdasarkan
teoritis adalah suatu hal yang sangat sulit sekali. Secara praktis, Love mengusulkan
perhitungan jarak sambaran petir sebagai berikut.
S  kI 0,65 ……………….….………………………………4-26a
Dimana: S adalah jarak sambaran petir [m]
I adalah arus petir [KA]
k adalah konstanta dengan besar 8-10, Love mengusulkan k = 10

Melalui persamaan ini, arus sambaran petir dapat diturunkan. Untuk k = 10, maka I=
0,029 S1,54.

Tabel 4.3: Nilai Smak untuk berbagai niali k dan arus


i(kA) k s(m) k s(m) k s(m)
10 8 35,7 9 40,2 10 44,7
20 8 56,1 9 63,1 10 70,1
30 8 73,0 9 82,1 10 91,2
40 8 88,0 9 99,0 10 110,0
50 8 101,7 9 114,4 10 127,2

a) perlindungan tak sempurna, dimana lebar Xs terbuka untuk sambaran petir B


yang mengenai kawat phasa.
b) perlindungan sempurna, dimana lebar Xs = 0.

a
A

C
p/q
r

S
F

e
hg

hp

Gambar 4-7: Model efektif perlindungan sambaran petir

Perlindungan efektif ditunjukan oleh gambar 4-7, dimana kemungkinan daerah sambaran
petir adalah dua lokasi. Pada gambar itu tidak terdapat daerah terbuka sehingga dimana
saja sambaran petir maka kawat phasa akan aman. Sudut lindung efektif yag dinotasikan
dengan  e . Besar sudut lindung efektif dihitung melalui jarak horizontal antara kawat
lindung (kawat tanah) dengan kawat phasa. Pada kondisi perlindungan efektif, jarak
tersebut dihitung melalaui persamaan 4-17.

x  S 2  (S  hp )2  S 2  (S  hg )2 .............................................4-27

Dimana : X adalah jarak horizontal kawat lindung dengan kawat phasa


hp adalah tinggi kawat phasa
hg adalah tinggi kawat lindung

Sehingga sudut lindung efektif adalah


 X 
 e  tan 1  

............................................................................4-28
h
 g  h p 

Pada gambar 4-8 itu didapat harga τ = 90- α dan harga sudut γ = 180 – (ω + τ) atau
  90  (   ) . Kemudian harga Xs dapat dihitung dengan menentukan pajang P
dikurang dengan panjang Q, yaitu : Xs = P – Q, dimana P = S Cos θ dan Q = S Sin (ω –
α). Harga Xs ini dituliskan dalam persamaan 4-27.

X s  S (Cos  Sin{   }) ..................................................................4-29


S  hp
Dimana:   Sin1
S
X
  Tan1
hg  hp
F
  Cos 1
2S
o

q
r

 
S

 S
  
hg-hp
 F
 Xs
hg
Q
hp
X P

Gambar 4-8: Daerah terbuka sambaran petir


Sedangkan untuk S  hp berlaku harga cos θ = 1, sehingga persamaan 4-27 berubah
menjadi persamaan 4-28.

Xs  S (1  sin { -  }) …………………..……………………………4-30

Perencanaan kawat lindung, seandainya sudut lindung tidak efektif sudah tentu akan
mengalami kegagalan perlindungan seperti ditunjukan aleh gambar 4-7. Untuk
menghitung kegagalan angka perlindungan (shieding failure rate computation), pertama
ditentukan arus sambaran petir minimum. Arus ini pada kawat phasa ditentukan oleh
jumlah terjadinya flashover pada isolator kawat, yaitu

2Vc
Imin = ..............................................................................................4-31
Z
Dimana : Imin = arus sambaran petir minimum [kA]
VC = tegangan kritis flashover isolator [kV]
ZΦ = impedansi surja dari kawat phasa.
o

q
r
S  

 S
  
hg-hp
 F
Xs
hg
Q
hp
X P

Gambar 4-9: Perhitungan Xs

Bila jarak sambaran petir minimum maka daerah terbuka akan bertambah lebar, ini dapat
dimengerti dari gambar 4-6a bila harga s besar, maka harga pq akan menjadi nol sehingga
daearh terbuka tidak ada lagi. Untuk jarak sambaran yang maksimum, bila arus sambaran
maksimum maka akan terjadi kegagalan perlindungan. Untuk arus sambaran diantara
harga minimum maksimumnya dapat menyebabkan perlindungan gagal berdasarkan teori
elektromagnetik dan arus sambaran berakhir pada daerah terbuka. Dalam praktek sering
diambil nilai busur op sama dengan smak pada gambar 4-7, maka penyelesaiannya menjadi
mudah

  B  Bs  AsCs 
Smak =   = YO š
 .....................................................4-32
 As 
Dimana : Smak = jarak sambaran minimum
YO = (Yg +YΦ)/2
AS = m2 - m2 β – β2
BS = β (m2 + 1)
CS = m2 + 1
M = (XΦ – Xg) / (Yg - YΦ) adalah kemiringan garis op pada gambar 4-7

untuk sambaran minimum dan maksimum dapat menyebabkan kegagalan perlindungan


dengan adanya daerah terbuka. Harga XS ini berhubungan arus sambaran minimum dan
untuk arus sambaran maksimum tidak ada daerah terbuka. Untuk menentukan jumlah
sambaran petir yang menyebabkan kegagalan diambil lebar daerah terbuka menjadi
setengahnya.

Nsf = 0,012T (XS /2) (Pmin – Pmak) ……………….......................................4-33


Dimana : Nsf = kegagalan perlindungan dalam 100 Km pertahun
T = jumlah rata-rata tiap hari pertahun
XS = lebar daerah terbuka yang dihitung dari arus sambaran minimum
Pmin = probalitas sambaran petir untuki arus lebuh besar dari Imin.
Pmak = probalitas sambaran petir untuki arus lebuh besar dari Imak

Perlu dicatat persamaan 4-33 itu adalah untuk satu kawat lindung dan satu kawat phasa.
Untuk diluar ketentuan ini dapat dilakukan perhitungan menentukan tata letak kawat-
kawat tersebut.

20
S mak

S mak
10

0,2 0.4 0.6 0.8 5 1 1.2 1.4 1,6


Bs mak
Yo

Gambar 4-10: harga š untuk berbagai harga m

Latihan
Kawat lidung setinggi 15 m melidung objek setinggi 12 m dengan jarak horizontal 1,5
m. Hitung daerah terbuka petir bila jarak sambaran lansung petir adalah 500 m dan
gambarkan geometri kemungkinan sambaran petir berdasarkan teori Yong dkk.

4.3. Induksi Medan Listrik Pada Manusia


Arus yang diinduksikan pada tubuh manusia terjadi didalam daearah medan listrik yang
dihasilkan oleh kawat transmisi tegangan tinggi dan gardu-gardu. Pengetahuan yang pasti
tentang arus induksi pada tubuh manusia akan membutuhkan studi tubuh biologi untuk
melihat pengaruh dari efek medan listrik terhadap organ-organ yang terdapat dalam tubuh
manusia. Untuk mengetahui distribusi medan pada organ tubuh manusia diperlukan ilmu
yang sangat memadai, tidak saja bentuk dan resistansinya. Secara sederhana dilakukan
percobaan dengan melewati arus pada tubuh manusia dengan membuat rangkaian
ekivalennya.

35,7˚ P

Gambar 4-8: Rangkaian ekivalen tubuh manusia

Gambar ekivalen ditunjukan pada gambar 4-8, untuk medan 5,75 KV/m untuk tegangan
10 KV dengan tinggi 1,76 m. orang yang berdiri dimedan listrik tersebut akan mengalami
induksi arus hubung singkat. Secara pendekatan besar arus hubung singkat adalah
proporsional

4.3. Latihan
1. Jelaskan kenapa penerapan tegangan tinggi pada tenaga listrik mempunyai masalah
dan bagaima mengatasinya menurut anda setiap masalah tersebut.
2. Kawat 150 kV sepanjang 300 km dengan diameter 0,86 cm terletak 10 m dari tanah.
Hitung rugi-rugi korona dalam keadaan udara bersih (Ec=15 kV/cm). Apa usaha anda
untuk mencegah terjadinya korona. Apa usaha yang harus dilakukan agar korona tidak
terjadi.
3. Kawat lidung setinggi 15 m melidung objek setinggi 12,5 m. Hitung sudut lindung
efektive bila jarak sambaran lansung petir adalah 500 m dan gambarkan geometri
kemungkinan sambaran petir berdasarkan teori Yong dkk.
4. Berapa jarak sambaran petir di suatu kawasan dengan arus petir maksimum adalah 50
kA dan diasumsikan k=10.
5. Jumlah rata-rata sambaran petir pasa saluran transmisi adalah 10 kali per 100 km
pertahun, dimana saluran tersebut adalah dua kawat di udara setinggi 25 m dan jarak
antar kawat 2 m, asumsikan sudut lindung adalah 63,5 0. Hitung sambaran petir rata-
rata pada kawasan itu.
BAB 5
KONDUKSI DAN TEMBUS DALAM MEDIA

Tujuan bab
Bab ini akan memberikan pemahaman sifat-sifat, karakteristik dan teori-teori terhadap
bahan isolasi, baik berupa gas, cair dan padat. Dengan mempelajari bab ini dan latihannya
diharapkan anda mampu menguasai teori-teori dasar konduksi dan tembus tegangan
dalam media. Dan selanjutnya akan dapat mengaplikasikannya dan melakukan test
terhadap bahan isolasi.

Pengertian
Bahan isolasi adalah salah satu komponen tenaga listrik yang sangat penting disamping
bahan konduktor. Kedua bahan ini mempunyai sifat listrik yang berlawanan, isolator
berfungsi untuk mencegah aliran arus listrik sedangakan konduktor berfungsi sebaliknya.
Dikarenakan fungsi yang penting tersebut maka pemakaian bahan isolator ditenaga listrik
sangat luas digunakan sehingga kajian-kajian tentang bahan ini selalu up to date dan
memunculkan metoda, formulasi dan bahkan teori baru.

5.1 Pendahuluan
Media isolasi dalam teknik listrik merupakan bahan yang berfungsi untuk mencegah
aliran arus listrik didalamnya bila diberi beda tegangan. Namun dalam praktek fungsi
media isolasi tidak seideal yang dibayangkan. Bila media isolasi diberi beda tegangan
rendah maka akan mengalir arus yang sangat kecil sekali (orde mikro amper). Sebaliknya
bila mendapat beda tegangan tinggi maka arus naik dengan tajam dan terjadi tembus
tegangan (flash over / break down) yang mengalirkan arus sangat besar sekali.
Phenomena konduksi dan tembus tegangan di dalam media isolasi ini merupakan kajian
yang sangat menarik karena setiap media mempunyai sifat-sifat tertentu sehingga
memunculkan teori-teori, seperti teori Towsend dalam media gas.

5.2 Media gas sebagai isolator


Gas pada dasarnya bersifat isolator yang banyak ditemui di berbagai peralatan listrik
sebagai media untuk mengalangi aliran arus listrik. Ada beberapa gas yang digunakan di
sini seperti nitrogen (N2), carbon dioxide (CO2), freon (CCl2F2) dan surphur hexafluoride
(SF6).

Aplikasi gas sebagai media isolator terdapat berbagai macam phenomena bila mendapat
tegangan. Bila tegangan rendah maka arus yang mengalir akan kecil sekali., yang dalam
hal ini gas bersifat isolator sebagai menahan aliran arus di antara elektroda-elektordanya.
Sebaliknya bila tegangan yang digunakan adalah sangat besar maka akan terjadi tembus
listrik (electrical breakdown). Tembus ini akan membuat aliran arus yang sangat besar
sehingga media gas akan bersifat konduksi atau terjasi hubung singkat di antara elektroda-
elektrodanya. Ada beberapa phenomena yang terjadi pada media gas sebagai isolator,
yaitu:
1. Bila diterapakan tegangan rendah akan mengalir arus kecil di antara dua elektroda
dan masih dalam sifat isolator.
2. Bila diterapakan tegangan tinggi akan mengalir arus yang meningkat dengan
tajam dan terjadi tegangan tembus.
3. Terbentuknya konduksi parsial selama proses break yang menghasilkan arus
hubungan singkat di antara elektroda.
4. Penerapan tegangan maksimum pada isolasi saat break down di sebut dengan
tegangan break down.
5. Phenomena breakdown dalam gas merupakan sifat listrik yang menghasilkan arus
tinggi yang esensial.

Pelepasan muatan listrik dalam gas dapat dibedakan menjadi dua type, yaitu:
-Non-sustaining
-Self-sustaining
Ada beberapa terminologi dan definisi yang digunakan, yaitu:
 Tegangan tembus dalam gas disebut spark break down yang merupakan transisi
dari non-sustaining discharges ke self-sustaining discharges.
 Peningkatan arus tinggi dalam kejadian break down adalah karena suatu proses
yang disebut dengan ionisasi yang mana elektron-elektron dan ion-ion dibentuk
dari atom-atam/molekul-molekul netral, dan mereka bergerak ke anoda dan
katoda yang diikuti terjadinya arus tinggi.

Tegangan tembus dan proses ionisasi merupakan phenomena yang menarik untuk dikaji
dalam media gas ini. Sampai saat ini terdapat dua teori yang terkenal, yaitu:
-Townsend theory and
-Steamer theory (mechanism for breakdown)
Variasi kondisi fisik dari gas yang beruapa tekanan, temperatur, elektrik konfigurasi,
permukaan elektroda dan adanya partikel awal untuk konduksi adalah dikenal untuk
mengatur proses ionisasi.

5.2.1 Ionisasi proses


Proses ionisasi merupakan awal dari terjadinya proses break down dari gas. Ada beberapa
ionisasi yang terjadi dalam medium gas, yaitu ionisasi by collision, photo ionisasi dan
scondari ionisasi.

Ionisasi by collision
Terjadi ionisasi sebagai akibat tabrakan elektron bebas terhadap atom netral, sehingga
atom menjadi muatan positif dengan mengeluarkan dua elektron bebas.

e  A  A   2e .................................................5.1
Penembahan elektron-elektron bebas dengan sendirinya membuat pengionan tabrakan
(ionsasing collisions) dan kemudian proses ini berulang dengan sendirinya. Sebagai
akibatnya tebentuk jumlah elektron yang banyak dan bersamaan juga terbentuk ion
positip yang bayak juga. Kedua muatan listrik ini akan mengalir ke elektroda-elektoda
dengan arah yang berlawanan sehingga tejadi arus listrik.

Photo ionisasi
Phenomena lain yang berhubungan dengan ionisasi adalah radiasi atau photo-ionisasi, ini
berhubungan dengan interaksi antara radiasi dengan materi (bahan). Photo ionisasi terjadi
apabila energi radiasi diserap oleh atom atau molekul yang melebihi potensial ionsasinya.

hv  A  A  e
..........................................................................................5.2

Ionisasi terjadi bila

h
c ................................................................................................5.3
Ei

Dimana h adalah kontanta Plank, c adalah kecepatan cahaya, lamda adalah pajang
gelombang dari radiasi dan Ei adalah energi ionisasi atom. Untuk energi dalam elektron
volt (eV) maka persamaan di atas menjadi

1,27 6
 10 cm
Ei
..........................................................................................5.4

Sebagai catatan panjang gelombang radiasi 1250 A0(Amtrong) sudah dapat menyebabkan
terjadinya photo-ionisasi di hampir semua jenis gas.

Sekondari ionisasi proses


Yang mana secondari elektron-elektron terbentuk karena mempertahankan pelepasan
muatan setelah proses ionisasi terjadi oleh tabrakan dan photo-ionisasi. Prosesnya adalah
sebagai berikut.

a. Pancaran/pelepasan elektron (electron emission) karena dampak ion positif. Ion-


ion posistif dibentuk karena ionisasi oleh tabrakan atau photo-ionisasi dan
bermuatan positif, muatan-muatan ini bergerak menuju katoda.

b. Pancaran/pelepasan elektron (electron emission) karena radiasi/photo. Hal ini


menyebabkan elektron keluar dari metal. Ini terjadi apabila diberikan cukup
energi untuk melampaui batas tegangan permukaan bahan. Kondisi kritis
pelepasan elektron dari permukaan metal adalah

hf   ..........................................................................................5.5
Dimana: φ adalah fungsi kerja dari elektroda metal
f adalah frekuensi dan batas ambangnya adalah bila


ft  ..........................................................................................5.6
h

Contoh dan penyelesaian Permukaan

Tentukan batas ambang frekuensi terjadinya emisi radiasi dari metal nikel bila diketahui
fungsi keranya adalah φ =4,5 eV.

Jawab: ft=2755 A0

Electron attachment process

Tabrakan elektron pada atom atau molekul dapat juga membentuk ion negatif, yang mana
ion negatif ini disebut dengan attachment collisions. Proses terbentuknya tergantung pada
energi yang dimiliki elektron yang menabrak dan kondisi alam gas. Adpun prosesnya
sebabagi berikut.

Atom  e  k  negative atomic ion  (E a  K ) .............................................5.7

Dimana: k adalah energi kinetik


Ea adalah affiniti elektron

5.2.2 Towsend teori


Dalam proses ionisasi pada tabrakan akan terbentuk ion positip dan elektron dan menurut
Towsend berlaku persamaan berikut

I  I 0 d .................................................................................................5.7

Persamaan ini dikenal dengan persamaan Towsend pertama, I0 adalah arus awal pada
katoda, alpa adalah kontanta Towsend pertama dan d adalah jarak dari anoda ke katoda.
Untuk keadaan break down terjadi arus yang sangat besar sekali dan persamaan Towsend
pertama ini tidak dapat menjelaskan phenomena ini. Untuk mengakomodasi phenomena
break down Towsend merumuskan sebagai berikut

I 0  d
I ..................................................................................5.8
1   [ d  1]

Persamaan ini dikenal dengan persamaan Towsed kedua. Keaadaan tembus terjadi
apabila arus sangat besar sekali, sehingga penyebut dari persamaan diatas sama dengan
nol.
 [d  1]  1 ..........................................................................................5.9

Atau

 d  1 ...............................................................................................5.10

Gambar berikut ini menunjukan persamaan Towsend pertama masih belum terjadi break
down walaupun kenyataannya sudah terjadi pada tegangan Vs.

Current

breakdown
Self sustaining discharge I  I 0 ed

Non-sustaining discharge

Io

To T1 Ts
Volt
Vs
Gambar 5.1: Karakteristik pelepasan muatan

5.2.3 Streamer teori breakdown dalam gas


Teori ini disebabkan oleh kegagalan dari teori Towsend. Ada dua alasan kuat yang
mendasarinya yaitu:

Pertama: berdasarkan teori Towsend, peningkatan arus hanya terjadi sebagai hasil
dari proses ionisasi. Namun dalam praktek, tembus tegangan tergantung
pada tekanan dan bentuk geometri dari celah.

Kedua : berdasarkan teori Towsend, prediksi keterlambatan waktu dalam orde 10 -


5
detik. Tapi dalam praktek, pada observasi break down terjadi dalam
tenggang waktu yang pendek yaitu 10-8 detik.

Jadi kegagalan mekanisme Towsend dapat dijelaskan dari dua macam phenomena
observasi di atas. Sekitar tahun 1940, Raether dan Meek-Loeb secara terpisah telah
mengusulkan teori pita (streamer teori). Teori ini meramalkan perkembangan pelepasan
muatan (spark discharge) secara langsung dari lonsoran tunggal (a single avalance) yang
mana muatan rungan bertumbuh karena lonsoran itu sendiri dan ini disebut tranformasi
lonsoran ke pita plasma (a plasma stremer). Dua gambar berikut menjukan mekanisme
dari teori streamer ini.
+ Anode
+ Anode
+ ++ + - + - +-
+ -
+ +
+ +- + - +- +-
E1>E + +
+
+
+ +- + - +- +-
- +
+
+
+-
+ - +-
+ -

E +
+- + -
+-
+-
+ + A) +
+ +
+
+ B)
+- + - C)
+
E3>E +
+ +- +-
+ - + -

-Cathode -Cathode
Gambar 5.2: Mekanisme teori pita

Proses mekanismenya adalah


1. Elektron tunggal mulai dari katoda dengan ionisasi membentuk sebuah lonsoran
yang melewati celah (anoda-katoda).
2. Lonsoran bergerak sangat cepat bila dibandingkan dengan ion-ion positif.
3. Sementara elektron sudah mencapai anoda, ion-ion positif dalam kenyataannya
masih hampir tidak bergeser (original position) dan membentuk suatu ruang
muatan positif pada anoda.
4. Lonsoran-lonsoran kedua terbentuk dari beberapa elektron yang dihasilkan pada
photo-ionisasi dalam wilayah muatan ruang.
5. Kejadian pertama dekat anoda dimana ruang muatannya adalah maksimum,
seterusnya meningkat dalam ruang muatan.
6. Prosesnya sangat cepat sekali dan ruang positif meluas menunju katoda dengan
hasil yang sangat banyak dan membentuk sebuah pita ( astreamer).

Selanjutnya Meek mengusulkan sebuah perkiraan medan listrik yang mentransformasi


lonsoran ke sebuah pita, yaitu
 E d
ad  ln  14,5  ln  0,5 ln ..........................................................5.11
p p p

Dimana: r adalah jari-jari


α adalah koefisien Towsend pertama
p adalah tekanan gas dalam torr
x adalah jarak dimana pita telah diluaskan dalam celah

Mengikuti persamaan Meek ini, tegangan tembus minimum dinyatakan oleh Er=E dan
x=d. Jadi persamaannya menjadi sederhana yaitu

  d
E  5,27 x10 7 V / cm ......................................................5.12
[ x / p]1 / 2

Hukum Paschen
Sedangakan Paschen membuat kriteria dalam menentukan tegangan tembus dalan media
gas, dengan model sebagai berikut
 E E V ..............................5.13
 (ed  1)  1, let  f1   and   f 2  , also E 
p  p  p d

Kemudian diserderhanakan menjadi


 V   pdf1  pd  
 V 


f2   
 e  1  1 ..............................................................................5.14
 pd  

Dimana f1 dan f2 adalah fungsi alam. Misalkan V= f(pd), ini dikenal sebagai hukum
Paschen dan sangat penting bagi dunia teknik tegangan tinggi. Tabel berikut ini adalah
hasil ekprimen dari Paschen.

Tabel 5.1: Tegangan tembus minimum dari berbagai media gas


Vs(min) Pd pada Vs(min)
Gas
(Volt) (torr-cm)
Udara 327 0,567
Argon 137 0,900
H2 273 1,15
Helium 156 4,000
CO2 420 0,510
N2 251 0,670
N2O 418 0,500
O2 450 0,700
SO2 457 0,330
H2S 414 0,600

5.3 Media cairan sebagai isolator


Cairan sebagai isolator mempunyai kekuatan dielektrik lebih dari 10 kali kekuatan
dielektrik gas. Umumnya secara praktis digunakan sebagai isolator yang sama halnya
seperti media padat dan gas. Misalnya, digunakan pada kabel tegangan tinggi, kapasitor,
trafo dan circuit breaker, dan lainnya.

Komposisi dari dielektrik cairan adalah campuran dari Hydrocarbons dengan polarisasi
yang sangat lemah (weakly polarised), dan bebas dari uap air/embun (moisture), oksidasi
(oxidation) dan konstaminasi laninya (other contaminats). Hal-hal tersebut sangat
mempengaruhi kekuatan listrik (electrical strangth) dari cairan, miasalnya adanya air
dalam minyak trafo (oil transformer) akan menurunkan kekuatan listrik sebesar 20%.

5.3.1 Minyak trafo


Salah satu penggunaan cairan sebagai isolator adalah minyak trafo. Minyak trafo
mempunyai dielektrik cairan yang terdiri dari campuran:
1. Hydrocarbons which include paraffins,
2. iso paraffins, naphthalenes and
3. aromatics.
Minyak trafo ini selalu dijaga kemurniannya sehingga kekuatan tembus tegangannya tida
turun, kekuatan tembus minyak trafo yang layak pakai adalah 80-120 kV/cm. Jadi minyak
trafo yang baru mempunyai kekuatan listrik 120 kV/cm. Adanya pengaruh-pengaruh
penurunan kekuatan listrik yang disebabkan oleh lama waktu pemakain mengakibatkan
sifat isolator minyak menurun dan bila tegangan tembusnya dibawah 80 kV/cm maka
minyak harus diganti. Pengaruh pembentukan asam-asam dan resin, atau lumpur (sladge)
membuat minyak trafo berwarna gelap. Pengaruh lain dari asam-asam ini adalah korosi
(corrosive) pada material padat dan metal yang ada dalam trafo. Endapan dari lumpur
pada inti trafo, gulungan (coil), dan dalam saluran pipa akan menurunkan sirkulasi
minyak sehingga sangat perpengaruh pada pendinginan.

5.3.2 Sifat listrik (electrical properties)


Esensi dari cairan sebagai isolator ditentukan oleh perporman kekuatan listriknya.
Perporman ini terdiri dari:
1. Kapasitansi per unit volume atau permitivitas relatif.
2. Resisistansi
3. Faktor daya (atau loss tangen) yang mengindikasikan kehilangan daya bila
diterapkan tegangan ac.
4. Kemampuan menahan tegangan tinggi

Berikut ini adalah data-data untuk permivitas relatif beberapa cairan isolator (relative
permittivity) pada frekuensi 50 Hz :
Transformer oil : 2,2 -- 2,3
Cable oil : 2,3 -- 2,6
Capacitor oil : 2,1
Askerels : 4,8
Silicone oil : 2 -- 73

Sedangkan untuk cairan-cairan yang tidak polar (non-polar liquids), frekuensi tidak
mempengaruhi permitivitas. Namum pada cairan polar, seperti air, permitivitas sangat
dipengaruhi oleh frekuensi. Sebagi contoh permitivitas relatif air adalah 78 pada frekuensi
50 Hz dan turun dengan tajam menjadi 5 pada frekuensi 1 MHz. Cairan sebagai isolator
yang diterapkan pada tegangan tinggi harus mempunyai resistivitas lebih besar dari 1016
ohm-metre.

Penerapan tegangan tinggi pada cairan isolator akan menentukan untuk kerjanya dalam
kondisi berbeban. Ini akan menentukan rugi-rugi daya dan parameter penting dalam
sistem (seperti sistem kabel dan kapasitor). Dalam trafo, rugi-rugi dilektrik (dielectric
loss) diabaikan, karena sangat sekali bila dibandingan dengan rugi-rugi lainya (rugi
tembaga dan inti besi).

Kekuatan dielektrik (Dielectric strength) adalah suatu parameter yang sangat penting
dalam memilih cairan untuk diaplikasikan. Dia tergantung pada sifat-sifat atom dan
molekul yang terdapat dalam cairan tersebut. Namun dalam ppkan, adanya gas dalam
cairan, dan sebagainya. Perubahan kekuatan dielektrik dapat juga terjadi karena
perubahan dari sifat-sifat molekul dari cairannya.
Dalam praktek, test tegangan tembus yang mengunakan elektroda bola dengan diameter
0,5 s/d 1,0 cm dengan jarak 100 s/d 200 mikro meter. Tegangan test yang digunakan
rendah dengan orde 50 s/d 100 kV. Konduktivitas dc pada cairan murni adalah sangat
tinggi yang bervarariasi 10-18 s/d 10-20 mho/cm. Tabel berikut ini adalah kekuatan
tegangan tembus maksimum dari beberapa cairan murni.

Tabel 5.2: Kekuatan medan kritis berbagai cairan

Maximum breakdown strength


Liquid ( MV/Cm)
Hexane 1,1 - 3
Benzene 1,1
Transformer oil 1,0
Silicone 1,0 - 1,2
Liquid oxygen 2,4
Liquid nitrogen 1,6 - 1,9
Liquid hydrogen 1,0
Liquid helium 0,7
Liquid argon 1,10 - 1,42

5.3.3 Teori dari dielektrik cairan


Untuk menjelaskan tegangan tembus pada cairan ada beberapa teori yang telah
dipublikasikan, yaitu:

Suspended partical theory


Cairan isolasi yang beredar di pasaran tidak sepenuhnya murni dan cairan ini disebut
dengan cairan komersial. Dalam cairan komersial ini adanya campuran bahan pada tidak
terelakan, seperti fiber atau penyebaran partikel padat. Pemitivitas dari butiran padatan
umumnya lebih besar dari cairan sehingga sangat mempengaruhi permitivitas cairan
komersial pada umumnya. Misalkan partikel padatan itu adalah berbentuk bola dengan
jari-jari r, dalam medan E dan gaya F, maka akan berlaku persamaan berikut
1  2  1
F grad E 2 .......................................................................5.15
2r 2 1   2
3

Dimana indek 1 adalah cairan dan indek 2 adalah partikel padat.

Calvitation and the bubble theory: the breakdown field is given as


1

1  2 (21   2 )  Vb 2 ...............................................5.16


E 0   1
1   2  r 4 2rE0 

Dimana: Indeks 1 adalah cairan dan indeks 2 adalah gelembung udara


σ adalah tekanan permukaan cairan
Vb adalah drop tegangan gelembung udara (bubble)

Untuk medan kritis berlaku persamaan berikut.


   1 
E c  600   G  H , gas law pv  RT .......................................5.17
1R  1   2 

Dimana R adalah jari-jari gelembung gas dan β adalah ratio dari diameter terpanjang
terhadap terpendek dari gelembung gas yang nilainya kira-kira 1,85. Sedangkan G dan
H adalah
1   cosh1  
G 2   1
 
......................................................5.18
  1   2  1 1/ 2 

2  1 
H2   2  1  2  ...............................................5.19
3   

Thermal mechanism theory


Tegangan tembus pada kondisi pulsa tegangan disebut dengan tegangan tembus termal.
Mekanisme terjadinya tegangan tembus ini adalah didasarkan pada peningkatan arus yang
sangat besar sebelum terjadinya tembus tegangan (break down). Arus besar yang menuju
permukaan katoda dengan densitas dalam orde 1 A/cm cubit. Densitas pulsa arus yang
tinggi ini menaikan pemanasan setempat (localised heating) dari cairan yang menujun
pada pembentukan uap gelembung gas.

Stressed oil volume theory


Ketidak murnian dari cairan akan menentukan kekuatan tegangan tembus. Tegangan
tembus sangat dipengaruhi oleh jumlah gas dalam cairan, viscosity of the oil, dan
keberadaan bahan-bahan lain. Volume tekanan cairan diambil sebagai volume yang
diisikan antara tekanan maksimum (Emax) contour and 0,9 Emax contour. Melaui teori
ini kekuatan tegangan tembus adalah berbanding terbalik terhadap volume tekanan
cairan. Kenaikan volume tekanan cairan (streesed oil volume) mengakibatkan hasil yang
menurunkan tegangan tembus.

5.4 Media padat sebagai isolator


Media padat sebagai isolator sangat banyak dijumpai di lapangan, seperti isolator rantai
tegngan tinggi, karena mempunyai kekuatan dielektrik yang lebih tinggi dari media cairan
dan media gas. Sebagai isolator bertujuan untuk menghabat arus mengalir bila mendapat
perbedaan tegangan. Tegangan tembus pada isolasi padat merupakan suatu hal yang
sangat penting untuk dipelajari karena kelebihan dan terbukti pemakainya yang sangat
luas di teknik tenaga listrik. Mekanisme tembus tegangan pada isolator padat merupakan
phenomena yang komplek, yang tegantung pada waktu tegangan diterapkan. Gambar
berikut ini menunjukan karakteristik kekuatan tembus tegangan tehadap logaritmik
waktu. Pada gamabar ini terlihat mekanisme yang menurun secara invers terhadap lama
waktu.
Breakdown strength

Intrinsic, electro-
mechanical

streamer

thermal

Erosion and electro


chemical
Log Time
Gambar 5.3: Karakteristik kekuatan tembus terhadap
logaritmik waktu pada media padat

Sedangakan mekanisme tembus tegangan diklasifikasikan sebagai berikut.


1. Intrisic or ionic breakdown
2. Electromechanical breakdown
3. Failure due to treeing and tracking
4. Breakdown due to internal discharges

5.4.1 Intrisic or ionic breakdown


Intrisic electric strength adalah bila tegangan yang diterapkan hanya dalam durasi pendek
(order of 10-8 detik), kekuatan dielektrik dari isolasi padat naik dengan tajam menuju limit
atas. Kekuatan dielektrik tertinggi hanya bergantung pada struktur material dan
temperatur. Bahan polyvinyl-alcohol pada -1960C mempunyai kekuatan listrik
maksimum 15 MV/cm dan rengnya berkisar dari 5 MV/cm ke 10 MV/cm. Tegangan
tembus intrisik bergantung pada adanya elektron-elektron bebas yang bergerak melalui
kisi-kisi (lattices) dielektrik. Umumnya sejumlah kecil elektron konduksi ada dalam
dielektrik padat karena struktur yang tidak sepurna dan sedikit ketidakmurnian bahan.
Elektron-elektron terjebak yang dilepaskan dan selanjutkan berpartisipasi pada proses
konduksi. Berdasarkan prinsip ini, ada dua type mekanisme tembus tegangan instrisik,
elektronik dan lonsoran/pita break down.

5.4.2 Electronic breakdown


Elektron-elektron bebas yang diasumsikan menjadi besar karena tabrakan-tabrakan
elektron terjadi. Bilaa ada medan listrik, elektron-elektron medanpat tambahan energi dan
dapat bergerak melewati celah energi (gap energy), yaitu dari band valensi ke band
konduksi. Proses ini terjadi berulang-ulang sehingga makin lama makin banyak elektron
berada pada band konduksi. Selanjutnya akan membawa kepada kondisi breakdown.

5.4.3 Avalanche / steamer breakdown


Prosesnya sama dengan tembus tegnagn pada gas, yaitu dikarenakan oleh pengumpulan
ionisasi. Elektron konduksi menambah kecukupan energi sehingga di atas medan listrik
kritis dan menyebabkan pembebasan elektron-elektron dari kisi-kisi atom melalui
tabrakan. Sebuah elektron mulai dari kotoda akan bergerak menuju anoda dan selama
pergerakan ini terdapat penambahan energi dari medan listrik dan energi berkurang
selama tabrakan. Dalam praktek, tegangan tembus tidak terjadi formasi losoran tunggal
sendiri, tetapi terjadi banyak lonsoran dalam medan listrik dan meluas secara bertahap
menyebar ke seluruh material.

5.4.3 Electromechanical brakdown


Bila dielektrik padat diberi medan listrik tinggi akan terjadi kegagalan yang disebabkan
oleh gaya elektro statis (electrostatis compressive forces) yang melewati tekatanan
mekaniknya (mechanical compressive strength). Misalkan ketipisan bahan adalah d 0 dan
dipadatkan menjadi d pada tegangan V, maka secara listrik terjadi keseimbangan
pemadatan tehkanan (compressive stress) sebagai berikut.

V2
 0 r 2  Y ln d 0 / d  ...............................................5.20
2d

Dimana Y adalah modulus Young

Persamaan di atas dapat tegangan adalah

Y ln d 0 / d 
2Y
V2  d2 ...............................................5.21
 0 r
Bisasnya ketidakstabilan mekanik terjadi bila d/d0=0,6 or d0/d=1,67. Jadi kekuatan medan
tembus maksimum adalah

V
E max   0,6 Y /  ...............................................5.22
d0
Dari pendekatan persamaan terakhir ini, modulus Young yang tergantung pada tekanan
mekanik dan juga jika material diberi tekanan tinggi secara teori elstisitas tidak bertahan
secara baik sehingga perubahan pormasi plastik (plastic deformation) sudah harus
dipertimbangkan.

5.4.4 Thermal Breakdown


Tegangan tembus (breakdown voltage) dari dielektrik padat naik dengan ketipisan
bahannya. Sesuai dengan kenyataan bahwa ketipisan bahan akan mengalirkan arus
konduksi yang menimbulkan panas. Sudah pasti kalau bahan diberi medan listrik, arus
konduksi akan mengalir melewati bahan namun kecil. Arus akan menaikan panas pada
bahan sehingga teperatur juga ikut naik. Panas yang dihasilkan ditransfer lingkungan di
sekeliling bahan dan terdapat radiari dipermukaan bahan. Keadaan seimbang terjadi
apabila panas menaikan temperatur bahan ditambah dengan panas radiasi keluar bahan
sama dengan panas yang dibangkitkan.

Panas yang dibangkitkan pada tekanan medan listrik dc


I 2R
Wdc   E 2 W/Cm3 ...............................................5.23
Volume

Sedangkan untuk medan ac

Vef2 f r tg
Wac  12
W/cm3 ...............................................5.24
1,8 x10
Dimana f adalah frekuensi
δ adalah rugi sudut dielektrik material
Vef2 tegangangan efektif (rms)

Sedangkan total panas yang diserap adalah

T
WT  CV  div (K grad T) W/cm3 ...............................................5.25
t
Dimana: CV = spesifik panas dari bahan
T = temperatur bahan
K = konduksi thermal bahan
t = slang waktu dissipasi panas

Secara praktis break down terjadi bila jumlah panas yang dibangkitkan lebih besar dari
panas yang dissipasikan. Pada gamabar berikut, kehilangan panas (heat lost) ditunjukan
oleh garis lurus dan panas yang dibangkitkan pada medan E 1 dan E2 ditunjukan oleh duan
kurva masing-masing. Untuk medan E2 terjadi breakdown baitk pada tempertur T A
maupun pada temperatur TB. Pada area antara TA-TB panas yang dibangkitkan lebih kecil
dari panas yang hilang sehingga tidak terjadi breakdown.

Heat
Head generated

E1 E2

Heat lost

Temp.
T0 TA TB

Gambar 5.4: ketidakstabilan thermal pada dielektrik padat


Dalam praktek peristiwa kegagalan isolasi di peralatan-peralatan tegangan tinggi banyak
disebabkan oleh tegangan tembus termal. Ini disebabkan oleh thermal breakdown berada
di atas limit dengan menaikan tegangan tembus bila ketipisan bahan isolasi menurun.
Sebagai acuan tekanan tegnagn tembus thermal dapat dilihat dari tabel berikut bagi
berbagai material isolasi padat.

Tabel 5.3: Thermal breakdown stress di dielektrik padat

Maximum thermal breakdown stress in MV/cm


Material
Dalam medan dc Dalam medan ac
Muscovite mica 24 7,18
Rock salt 38 1,4
High grade porcelin - 2,8
H.V. Steatite - 9,8
Quart-perpendicular to axis 1200 -
Quart-paraller to axis 66 -
Capacitor paper - 3,4-4,4
Polythene - 3,5
Polystryene - 5,0

5.4.5 Failure due to treeing and tracking


Kegagalan isolasi terjadi bila dielektrik pada diberi tekanan listrik yang lama. Ada dua
phenomena yang apat diamati disini, yaitu
 Terbentuknya jalur konduksi melalui permukaan isolator.
 Adnya arus bocor melewati jalur konduksi yang sudah terbentuk yang kemudian
megakibatkan tembus tegangan (spark).

Penyebaran saluran spark selama tracking, di dalamnya terbentuk cabang-cabang dari


sebuah pohon (tree) yang disebut dengan treeing. Gambar berikut ini adalah susunan
pelaratan untuk mempelajari phenomena treeing.

1
d1
V1
d2 film
V2

Gambar 5.5: studi phenomena treeing

Dari gambar terlihat V1 adalah tegangan celah udara dan seri dengan V2 tegangan pada
dielektrik film. Tegangan di celah udara dapat hitung sebagai berikut
d1
V1  V ............................................................................5.26
d1   1 d 2 /  2

Dimana V adalah tegangan yang diterapkan. Selama  1   2 terjadi tegangan di celah


udara. Kemudian tembus terjadi di celah udara sehingga muatan listrik terkumpul
dipermukaan bahan isolator. Stelah itu terjadi perluasan jalur breakdown didalam
material isolasi yang tidak teratur (tree) yang membentuk jalur-jalur konduksi. Proses ini
disebut dengan treeing. Besar tegangan yang mulai menyebabkan pembentukan track
disebut dengan tracking index. Besar ini menunjukan qualitas dari sifat-sifat permukaan
material isolasi.

Treeing dapat dicegah dengan membersihkan, mengeringkan dan memuluskan (tidak


cacat) permukaann bahan isolasi, dan lingkungan sekitar yang bersih (clean).

5.4.6 Breakdown due to internal discharges


Material pada sebagai isolator dimungkinkan adanya cacat (voids) di atau ruang kosong
(cavities) baik didalamnya maupun di antara permukaan bahan dengan elektroda.
Misalkan cacat bahan total setebal d 1 dan tebal bahan d2 dari total tebal d, maka hal itu
dapat dinyatakan oleh gambar berikut.

C1 d1 C1 V1
C3
d C3
V
C2
C2

Gambar 5.6: Ilustrasi cacat bahan

Bila ε1 dan ε2 beturut-turut menunjukan permitivitas void dan bahan, maka tegangan pada
void adalah
C2 d1
V1  V V ..............................................................5.27
C 1 C 2 d1   1 d 2 /  2

Untuk ketebalan void yang sangat kecil sekali dibanding tebal bahan, maka persamaan di
atas dapat disederhanakan menjadi
d
V1  1 2 V ...........................................................................................5.28
d 2 1

Bila void adalah beruapa ruang kosong maka persamaan diatas menjadi
d
V1  1 r V .................................................................................................5.29
d2
Dimana εr adalah permibilitas relatif bahan isolator.
Contoh penyesaian
Isolator padat setebal 100 cm medapat tegangan 500 kV bila pada bahan terdapat void
setebal 0,02 cm yang berupa ruang hampa. Apa yang terjadi pada bahan ini bila
permibilitas relatif bahan adalah 5.

Jawab:
Tebal void sangat kecil dibandingkan dengan tebal bahan, maka
d 0,02 0,5
V1  1 r V  5 x500  0,5 kV atau E1   25 kV/cm
d2 100 0,02

Bila diasumsikan kekuatan udara adalah 15 kV/cm, maka pada void terjadi break down
karena kekuatan medan yang terjadi lebih besar batas kritisnya.

5.5 Latihan
1. Jelaskan phenomena dari konduksi listrik dalam cairan. Dan bandingkan dengan
konduksi dalam media gas
2. Apa yang dimaksud dengan dielektrik cairan komersial? Apa pula bedanya dengan
dielektrik cairan murni?
3. Factor-factor apa saja yang mempengaruhi konduksi di dalam dielektrik cairan murni
dan dielektrik cairan komersial.
4. Jelaskan teori-teori dari tegangan tembus dalam isolasi cairan komersial.
5. Apa yang dimaksud dengan volume tekanan cairan dan jelaskan bagaimana terjadinya
dalam volume besar dari dielektrik cairan komersial.
6. Isolator pada setebal 10 cm medapat tegangan 50 kV bila pada bahan terdapat void
setebal 2 cm yang berupa ruang hampa. Apa yang terjadi pada bahan ini bila
permibilitas bahan adalah 5, kekutan medan kritis bahan 10 kV/cm.
7. Tentukan besar modulus Young pada suatu bahan setebal 1,5 cm terjadi tegangan
tembus sebesar 32 kV dan diasumsikan permibilitas bahan 4,25.
BAB 6
IMPULS TEGANGAN

Tujuan bab
Bab ini akan menjelaskan bentuk-bentuk standard impuls tegangan, sumber-sumber
impuls dan perambatannya dalam jaringan transmisi.

Pengertian
Impuls adalah suatu fungsi yang berharga sangat besar dalam selang waktu yang singkat
sekali. Diluar selang waktu yang singkat itu fungsi impuls berharga nol. Dalam tenaga
listrik, impuls dapat terjadi dalam bentuk tegangan yang disebut impuls tegangan dan
dapat juga dalam bentuk arus disebut impuls arus. Umumnya yang terjadi pada sistem
tenaga listrik adalah impuls tegangan.

Impuls tegangan pada sistem tenaga listrik dapat terjadi oleh switching dan dapat pula
disebabkan oleh petir , yang juga disebut surja tegangan atau surja. Impuls pada sisterm
tenaga listrik merambat disaluran secara gelombang. Dan analisa perjalanan impuls
disaluran dilakukan analog dengan analisa gelombang berjalan pada tali atau tambang.
Kemudian impuls dapat dikategorikan dalam bentuknya segi empat, segi tiga, atau
eksponernsial.

6.1 Bentuk-bentuk Impuls


Secara garis besar impuls dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu : Impuls segi empat
(Rectangular), Impuls segitiga ( wedge shape), dan Impuls eksponensial. Bentuk dari
ketiga impuls itu dapat dilihat pada gambar 6.1
Muka Ekor

S = V / td
0.9 V
tdtd
td

Segi Empat Segi Tiga Exsponen

Gambar 6.1 bentuk –bentuk impuls

Impuls tegangan pada sistem tenaga listrik merupakan impuls berbentuk eksponen, yaitu
impuls kilat yang dikenal dengan impuls double eksponen dan impuls switching yang
juga mirip eksponen.

Impuls double eksponen dapat didefinisikan dengan pers. 6.1.

V(t)  V (e  t/T '  e  t/T ") .............................................................................6-1


Dimana : V(t) adalah fungsi impuls (kV)
V adalah Konstanta (kV)
t adalah waktu
T’ dan T’’ adalah konstanta waktu (dt)

Dan secara matematik dapat digambarkan seperti gambar 6.2 dari pers 6.1
V (t)

e-t/T’

T’

t
T”

e-t/T’’

Gambar 6.2 Kurva fungsi eksponen

Secara umum Impuls kilat yang berupa double eksponensial dapat dilihat pada gambar
6.3. Dari gambar itu, Impuls kilat ditandai oleh perbandingan waktu muka yang dihitung
dari garis linier pada muka impuls dari titik nol sampai tinggi 90 % dan dinotasikan
dengan Ts, dengan waktu ekor sampai ketinggian 60 % dan dinotasikan dengan Tr, jadi
impuls kilat dapat dinyatakan dengan Ts/Tr, biasanya diambil standar impuls kilat yaitu
1,2/60 milli-detik.

V (t)

Puncak
100 %

90 %

Ekor
Muka

50 %
Tr

Tm

Gambar 6.3 Kurva standar impuls kilat


Sedangkan yang mirip eksponsial terdapat pada impuls swithing. Standar dari impuls
swithing dapat dilihat pada gambar 6.4. impuls ini dinyatakan dengan perbandingan
waktu dari harga nol sampai harga puncak yang dinotasikan dengan T ch dan waktu sampai
60% pada ekor yang dinotasikan dengan T h. standar dari impuls ini adalah dengan
perbandingan waktu itu sebesar 260/2600 milli-detik. Sedangkan toleransi yang
digunakan adalah 20% dan 60% untuk Tch dan Th.

0.9
Td

0.5

T ch
Th

Gambar 6.4 Standar impuls swithing

6.2 Distribusi Impuls


Bila impuls yang timbul oleh pengaruh besarnya tegangan yang digunakan. Hal ini dapat
dipraktekan pada konduktor sela-bola, untuk kondisi geometri yang tetap, tegangan
tembus tergantung pada besarnya tegangan yang diterapkan. Untuk tidak ada peluang
terjadinya impuls terdapat pada tegangan V0 dan peluang terjadinya impuls 100% pada
tegangan V100, serta untuk tegangan diatas tegangan terjadinya impuls 100% maka
kemungkinan impuls adalah satu. Gambar 6.6 ini adalah menunjukan distribusi peluang
impuls terhadap perubahan tegangan.

Secara statistik flashover yang disebabkan oleh impuls tegangan pada isolator tergantung
pada tegangan kritis flashover (CFO). Untuk besar tegangan impuls yang diterapkan dan
dilakukan berkali-kali percobaan maka probalitas terjadinya flasover pada isolator
tunggal itu menurut disribusi Gaussian dan pada distribusi normal adalah sesuai dengan
persamaan 62.

1 V 1 CFO 2
P [V]    exp - (x  ) x .........................................6-2
σ 2π  2 σ
Dimana: P[V] adalah probalitas terjadinya flashover
σ adalah diviasi standar
CFO adalah teganagn kritis flashover isolator
x adalah variabel acak yang berupa tegangan
Nilai yang dapat dipercaya untuk standar deviasi sanagat sulit didapatkan untuk
percobaan yang terbatas jumlahnya.

P (V)

1.0

0.5

V
0 V0 V50 V100
Gambar 6.5 Distribusi impuls

Kemungkinan terjadi flashover tergantung oleh kondisi kecuraman permukaan


gelombang, polaritas tegangan, bentuk geometri dan keadaan cuaca. Perlu juga diingat
nilai dari CFO tergantung juga pada kondisi itu dan untuk disain diambil harga CFO
diatas 3-6 %.

Sedangkan distribusi kerapatan probabilitas adalah turunan dari fungsi probabilitas


terhadap variabel acak.

δP [V] 1 Z2
Y(V)   exp  Z .............................................................6-3a
δx σ 2π 2
(x  CFO)
Dimana: : Z  .............................................................................6-3b
σ

Fungsi probabilitas adalah


1 Z2

Y
P[V]  f (Y )  exp  Z ............................................................6-4a
 2

(V  CFO)
Dimana: Y  ........................................................................6-4b
σ
Persamaan 6.4a menyatakan bahwa probabilitas dari suatu elemen isolator adalah suatu
fungsi standar deviasi dari beda CFO dengan surja tegangan.

Contoh dan penyelesaian


Diasumsikan pada kondisi cuaca terdapat tegangan kritis celah sebagai isolator adalah
1500 kV dengan standar deviasi adalah 5%. Seandainya surja yang terjadi adalah 1260
kV, maka probabilitas terjadinya flashover adalah:

Penyelesaian
σ = 5%x1500 kV = 75 kV
Y=(1250-1500)/75 = -3,2

Untuk harga Y negatif maka dilakukan pendekatan perhitungan dengan persamaan 6.5.

exp  (Y 2 / 2)
P[V]  ......................................................................................6-5
Y 2π

Jadi pada contoh tersebut, untuk Y = -3,2 maka P[V] = 6.87. 10-4, sedangkan untuk harga
Y positif, probabilitas terjadinya flashover lebih besar dari 60% dan ini dihitung dari
persamaan 6.6.

P  1  f (Y ) ...............................................................................................6-6

6.3 Gelombang berjalan pada saluran transmisi


Impuls yang merambat pada kawat transmisi merupakan gelombang berjalan. Berikut ini
didefinisikan suatu impuls tegangan yaitu

V  f1 (t )e ( x / v ) p  f 2 e  ( x / v ) p ..........................................................................6-7
Dimana: x adalah jarak rambat gelombang
v adalah kecepatan rambat gelombang
p adalah faktor impedansi surja

Menurut teori Taylor, persamaan 6.7 dapat diubah dalam bentuk berikut.

V  f1 (t  x / v)  f 2 (t  x / v) ......................................................................6-8

Arti fisis dari persamaan 6.8 adalah menyatakan gelombang berjalan, karena untuk suatu
harga t dapat dihitung harga x, sehingga berlaku t  x v  konstan . Dengan demikian
gelombang berjalan tersebut terdiri dari dua yaitu :
1. f1 (t  x / v) adalah gelombang maju
2. f 2 (t  x / v) adalah gelombang mundur

Kedua gelombang ini mempunyai kecepatan rambat yang sama yaitu v, sedangkan secara
gambar dapat dijelaskan pada gambar 6.6

Gelombang Mundur Gelombang Maju


Gambar 6.6: Gelombang maju dan mundur pada saluran

6.4 Pantulan pada gelombang berjalan


Bila suatu gelombang berjalan sampai pada titik perubahan impedansi maka sebagian
gelombang dipantulkan dan bagian yang lain diteruskan. Gelombang yang datang disebut
gelombang datang (incident wave)dan gelombang yang dipantulkan disebut gelombang
pantul (reflected wave) dan gelombang yang diteruskan disebut gelombang terusan
(transmited wave). Ketiga gelombang ini dapat dilihat pada gambar 6.7.

Keterangan gambar 6.7 :


e1 adalah gelombang datang
e’ adalah gelombang pantul
e’’ adalah gelombang terusan
Z1 adalah impedansi surja pada gelombang datang
Z2 adalah impedansi surja pada gelombang terusan.

e1 & i1 e"&i"

Z1
Z2
e'&i '

Titik Peralihan

Gambar 6.7 Gelombang dengan titik peralihan

Dalam hal ini diambil titik peralihan sebagai pusat koordinat, sehingga dapat hubungkan
sebagai berikut.

e1  Z1i1 .............................................................................................................6-9
e'  Z1i' ......................................................................................................6-10
e"  Z2i" ..............................................................................6-11

Misalkan Z0 adalah impedansi dibelakang titik peralihan, untuk kasus di atas Z0 = Z2’,
sehingga dihasilkan

Z 0  Z1
e '1  e1 ..........................................................................................6.12
Z 0  Z1
2 Z0
e0  e1 ...............................................................................................6.13
Z 0  Z1
Z  Z0
i'1  1 i1 ...............................................................................................6.14
Z 0  Z1
2Z1
i' 0  i1 ...............................................................................................6.15
Z 0  Z1

Contoh dan penyelesaian.


Tentukan impedansi dibelakang titik peralihan dari gamabar 6.8.

Penyelesaian
Zk = resultan impedansi paralel.
Zg = impedansi ke tanah.
Zq = impedansi seri

Jadi impedansi dibelakang titik peralihan adalah Z0 = Zq + Z dan impedansi Z adalah


impedansi paralel antara Zk dengan Zg.

1
Jadi: Z  n
1 1

Zg k  2 Z k

Zn
Zq

Zn-1
Z1

Zg Zk
Zz

i 2

Z0

Gambar 6.8 Contoh perhitungan impedansi

Contoh lain adalah gambar 6.9, bila p = jω, yaitu suatu operator dalam transformasi
Laplace maka impedansi dibelakang titik peralihan adalah :
1 pL( R  Z )
Z0  
pC pL  R  Z
C
R

Z1 Z2

eo
L

Gambar 6.9 contoh kasus


6.5 Pantulan berulang
Dalam kasus yang dihadapi, saluran pada daerah tertentu terdiri sepotong – potong yang
pendek, dalam hal ini terjadi karena sepotong kabel, sepotong kawat tanah, proses
pengisian dan pelepasan pada saluran, arester dan lain – lain. Dalam keadaan jarak yang
pendek terjadi pantulan gelombang yang berulang – ulang. Untuk menganalisa pantulan
yang berulang – ulang ini agar jejaknya dapat diikuti dengan jelas, maka telah
diperkenalkan suatu diagram tangga (lattce diagram ) yang disebut juga dengan diagram
waktu – ruang.
Sebelum kita menganalisa diagram tangga ini, didefinisikan suatu konstanta agar masalah
dapat dipandang lebih sederhana yaitu :
a adalah konstanta pantul untuk gelombang datang dari kanan.
a' adalah konstanta pantul untuk gelombang datang dari kiri
b adalah konstanta terusan untuk gelombang datang dari kanan.
b' adalah konstanta terusan untuk gelombang datang dari kiri.
α, β adalah kostanta redaman pada saluran.

Pantulan a1 a’1 a2 a’2 a3 a’3

Terusan b1 b’1 b2 b’2 b3 b’3


Redaman  

Z1 Z2 Z3 Z4

e
T=0
ea1 eb1'

T=1 eb1'a2
eb1'  b2'
eb a2 a1
'
1 eb a2b
'
1
'
1
T=2
eb1' b2' b3'

T=3

T=4

T=5

T=6
dst.

Gambar 6.10 Diagram tangga


Selanjutnya diambil contoh suatu saluran dengan tiga titik peralihan seperti gambar 6.10.
antara titik peralihan disebut dengan potongan / seksi dan titik peralihan ditandai dengan
angka numerik yang mulai dari satu. Konstanta gelombang, baik pantul maupun terusan
tiap seksi diberi indek yang sesuai dengan nomer titik peralihannya.

Selanjutnya akan dijelaskan prosedur untuk ,membuat diagram tangga sebagai berikut.
1. Letakkan titik peralihan dengan skala yang sesuai dengan waktu yang
dilewatkan tiap potongan / seksi.
2. Skala waktu vertikal dipilih pada bagian kiri diagram, yang dimulai dari atas
waktu pertama adalah nol
3. Dilukis jalan gelombang secara diagonal, dibuat garis – garis gelombang sejajar.

Dengan cara penggambaran yang sesuai dengan aturan diatas akan didapat keuntungan
sebagai berikut.
1. Semua gelombang menurun dalam perambatannya.
2. Posisi gelombang suatu saat dapat ditentukan, yaitu sesuai dengan waktu
vertikal.
3. Jumlah tegangan pada suatu titik adalah super-posisi dari semua gelombang
yang sampai pada titik itu.
4. Asal mula gelombang pada suatu titik dapat ditentukan, gelombang mana yang
datang dan yang mana yang berkomposisi.
5. Dengan mengikuti redaman akan selalu dapat dihitung berapa jauh turunnya
gelombang dalam perambatannya pada tiap potongan / seksi.

Dengan diagram tangga ini dapat dilihat posisi dan arah gerak dari tiap gelombang datang,
gelombang, gelombang pantul dan gelombang terusan pada saluran itu untuk setiap saat.
Disamping itu ditunjukan juga pengaruh dari redaman dan distorsi dapat sekaligus diikut
sertakan pada waktu membuat diagram tangga itu.

Contoh dan penyelesaian


Saluran transmisi dengan impedansi surja 200 Ohm di tengahnya tersambung dengan
kabel pendek dengan impedansi surja 100 Ohm. Tentukan tegangan pada kabel bila inpuls
arus sebesar 10 kA mengalir pada saluran.

Jawab:
Gambar diagram tangganya adalah sebagai berikut

Pantulan
a1 a’1 a2 a’2 a3
b1 b’1 b2 b’2
Terusan b3
200 100 200
b’1e

b’1a2e
b’1a2a
’1e

Dst.
Dimana b1’=2/3, a1’=1/3 dan a2=1/3, e=200x10 =2000 kV.

Besar tegangan pada kabel adalah


2
V  b1' e  b1' a 2 e  b1' a 2 a1' e  b1' a 2 a1' a 2 e  ...  b1' e(1  a 2  a 2 a1'  a 22 a1'  a 22 a1'  ...)
2 1 1 1 1 
 1   2  3  4  ...2000 kV  2000 kV
3 3 3 3 3 

6.6 Latihan
1. Diasumsikan pada kondisi cuaca terdapat tegangan kritis celah sebagai isolator adalah
1260 kV dan dari data lapangan terdapat probalitas kegagalan isolasi sebesar 1,16x10-
3
dengan standar deviasi adalah 6%. Hitung berapa surja tegangan yang meninpa celah
itu.
2. Suatu impul 1200 kV datang dari saluran dengan impedansi surja 200 Ohm dan
menuju kawat panjang sekali dengan impedasi 100 Ohm. Tentukan besar gelombang
arus yang mengalir di kedua saluran.
3. Suatu impul 1200 kV datang dari saluran dengan impedansi surja 200 Ohm. Tentukan
besar gelombang arus yang mengalir di kedua saluran bila:
a. Ujung saluran tersebut putus
b. Ujung saluran tersebut hubung singkat ke tanah.
4. Perhatikan gambar dibawah ini, gelombang datang e=1260 kV bergerak dari saluran
dengan inpedansi surja Z1 =400 Ohm menuju ke saluran yang panjang impedansi surja
Z2=200 Ohm dan Z3=100 Ohm. Tentukan besar arus yang mengalir tiap saluran

e1”
e

Z 2
Z1
e’
Z 3
e2”
Titik Peralihan

5. Buatkan diagram tangga dari gabar dibawah ini sampai lima tangga.

Pantulan a1 a’1 a2 a’2 a3

Terusan b1 b’1 b2 b’2 b3


Redaman  

Z1 Z2 Z3
6. Bila pada soal no.6 terdapat gelombang datang 2000 k, Z1=100 Ohm, Z2=200 Ohm
dan Z3=100 Ohm. Misalkan faktor redaman di Z2 adalah 10%, tentukan besar tegangan
yang dialami oleh impedansi Z2.
7. Saluran transmisi panjang dengan karakteristik z=0,16+j2 Ohm/km dan y=0+j0,012
Mho/km tersambung dengan kabel dengan impedansi surja 260 Ohm. Saluran tersebut
tersambar petir dan diketahui besar gelombang tegangannya adalah 2100 kV.
a)Gambarkan bentuk gelombangnya dan jelaskan.
b)Hitung besar tegangan yang diteruskan dan yang dipantulkan oleh kabel tersebut.
c)Hitung juga arus masing-masingnya.
BAB 7
PERALATAN-PERALATAN UJI TEGANGAN TINGGI

Tujuan bab
Memahami dan memeperkenalkan peralatan-peralatan dan metoda-metoda uji tegangan
tinggi yang digunakan pada laboratorium teknik tegangan tinggi.
Setelah mempelajari bab ini dan mengerjakan pelatihannya, diharapkan anda mampu:
 Teknik pembangkitan tegangan tinggi (ac dan dc)
 Metoda-metoda pengukururan tegangan tinggi (ac dan dc)
 Metoda grafik melalui ruang dimensi dua

Pengertian
Peralatan-peralatan uji tegangan tinggi adalah alat-alat yang terlibat pada pembangkitan
tegangan tinggi (trafo tegangan tinggi, isolator, dioda), pengukuran tegangan tinggi (sela
bola, resistor dan kapasitor tegangan tinggi) dan bahan uji (gas, minyak dan lain-lainnya).
Disini juga menjelaskan metoda-metoda pengukuran yang akan digunakan dalam uji
tersebut.
Di laboratorium, tegangan tinggi dapat dibangkitkan dari tegangan rendah. Untuk
pembangkitan tegangan AC dilakukan dengan transformator tegangan tinggi sedangkan
pembangkitan tegangan DC dilakukan dengan kaskade penyearah. Hal yang penting
adalah bagaimana mengukur tegangan tinggi. Untuk menentukan besar tegangan
dilakukan pengukuran pada parameternya, misalnya tegangan AC mempunyai parameter
harga puncak atau harga efektifnya.

6.1 Pembangkit Tegangan Tinggi AC


Pembangkit tegangan tinggi AC di laboratorium adalah transformator tegangan tinggi,
alat ini terdiri dari tiga gulungan yang masing-masing disebut lilitan eksitasi atau
pembangkit, lilitan kopling dan lilitan tegangan tinggi. Susunan dari ketiga gulungan
tersebut dapat dilihat pada rangkaian penggantinya yaitu pada gambar 7.1. Parameter
pada gulungan eksitasi adalah IE, ZE dan NE, untuk gulungan kopling IK, ZK dan NK,
sedangkan gulungan tegangan tinggi IH, ZH dan NH, yang masing-masing menyatakan
arus, impendasi dan jumlah lilitan.
NE NK
IE ZE ZK IK

NH
ZH IH

Gambar 7.1. Rangkaian Ekivalen Trafo Tegangan Tinggi

Bila rugi-rugi magnetisasi tidak ada maka gaya gerak magnet adalah berjumlah nol.
Sehingga:
IENE -IHNH - IKNK = 0 .............................................7-1

Untuk mendapatkan tegangan yang lebih tinggi lagi dilakukan penggabungan beberapa
trafo yang disebut kaskade bertingkat. Pada susunan bertingkat ini, eksistansi pada trafo
berikutnya diparalel dengan rangkaian kopling. Gambar 7.2 menunjukkan rangkaian
kaskade bertingkat dari beberapa trafo.

Tingkat-1 Tingkat-2 Tingkat-3 iIk3=Ie4=0

Ik2=Ie3=I

Ik1=Ie2=2I
(3)

Ie1=3I (2)

3Vh
Ih 2Vh
V (1) Vh

(a) Rangkaian Pengganti

Xr
Ih

V1=V’=V/a Vh=V2

(b) Rangkaian yang disederhanakan

Gambar 7.2. Susunan Bertingkat Trafo

Gambar 7.2b adalah rangkaian yang disederhanakan bila dilihat dari sisi tegangan tinggi.
Untuk tingkat ke-n dan rugi-rugi daya diabaikan, maka rugi-rugi daya reaktif adalah;

n
I H X res   ( I E i X Ei  I K i X Ki  I H i X Hi )
2 2 2 2
......................................7-2
i 1
n
X res   ( X Hi  i 2{ X E ( n  i 1)  X K ( n  i ) }) ......................................7-3
i 1

Untuk tiga tingkat, harga reaktansi bocor total adalah;

X res  H H 1  ( X ' K 2  X ' E 2 )  X H 2  4( X ' K 1  X ' E1 )  X ' H 3 9 X ' E1


7-4
Keadaan kerja dari trafo tegangan tinggi yang sesungguhnya mempunyai rugi-rugi daya,
baik daya aktif maupun daya reaktif yang masing-masing diwakili oleh resistansi dan
induktansi. Di samping itu, terdapat pula medan-medan listrik pada belitan terhadap tanah
yang diwakili oleh kapsitansi denga notasi C l. Kapasitansi terdapat pula pada sisi beban
dengan notasi Cb. Jadi, rangkaian pengganti yang tidak diabaikan besaran-besaran itu
adalah pada gambar 7.3a.

Rr Lr

V1 C=C1+Cb
V2

(a) Rangkaian Pengganti

V2 jIWL

IRr

V1

(b) Diagram Phasor


Gambar 7.3.Rangkaian pengganti dan Diagram Phasor

Bila harga resistansi Rr jauh lebih kecil dari harga reaktansi Lr, maka tegangan disisi
sekunder adalah;
1
V2  V1 .........................................................................7-5
1   2 Lr C
Dimana 1   2 Lr C  1 , sehingga V2>V1.

Masalah lain yang dihadapi adalah bagaimana menentukan besar tegangan tinggi, karena
alat ukur tegangan yang ada adalah berfungsi untuk tegangan rendah atau dengan kata
lain alat ukur yang mengukur tegangan tinggi secara langsung belum ada. Para ahli yang
terdahulu telah membuat metoda pengukuran tegangan tinggi yang cukup teliti. Adapun
metoda itu adalah sela-bola, Cubb-Fortesque dan pembagian tegangan oleh kapasitor.

Soal dan penyelesaian


Hitung Xr dari kaskade trafo tegangan tinggi 4 tingkat (trafo tegangan tinggi identik), bila
diketahui Xe=0,12 Ohm, Xh=0,75 Ohm dan Xk=0,35 Ohm. Dan bila tegangan input 220
V, 50 Hz, a=1/1000 dan didapat total kapasitansi 15 mikro Farad, berapa tegangan tinggi
pada output dan gambarkan diagram phasornya. Gambarkan rangkaian kaskadenya.

Penyesaian
Impedansi total adalah:
n
X res   ( X Hi  i 2{ X E ( n  i 1)  X K ( n 1) })
i 1
4
  (0,75i  i 2{0,12( n  i 1)  0,35( n 1) })
i 1

 (0,751  12{0,12 4  0,353 })  (0,752  22{0,123  0,352 })  (0,75  32{0,12 2  0,351}) 


(0,75  42{0,121  0,351})  4 x0,75  14 x0,47  16 x0,12  11,5 

Jadi
xres
1   2 Lr C  1   2 C  1  2x50 x11,515 x10 6  0,945318

1 1
V2  V1  x1000 x 220  232725,9 volt
1   Lr C
2
0,945318

6.1.1 Pengukuran tegangan tinggi ac dengan Sela-Bola


Dengan menggunakan elektroda-elektroda yang permukaannya berbentuk bola dengan
diameter d, kedua elektroda ini dipisahkan sejauh s, bila kedua permukaan bola diberi
beda tegangan maka untuk teganagan tertentu terjadi tembus tegangan puncak dari
tegangan AC yang diterapkan. Gambar 7.4a adalah menunjukkan susunan dan kurva uji
dari sela bola. Dan gambar 7.4b adalah kurva tegangan tembus yang bervariasi terhadap
d dan s, terlihat untuk harga s yang sama besar tegangan tembus akan lebih tinggi pada
harga d yang besar.
S

(a) Susunan Sela-Bola


V

(b) Kurva Tegangan Tembus fungsi s dan d


Gambar 7.4. Susunan dan kurva tegangan tembus sela-bola
6.1.2 Pengukuran tegangan tinggi ac dengan metoda Cubb-Fortesque
Pada tahun 1913 Cubb dan Fortesque membuat metoda pengukuran tegangan tinggi AC
dengan menggunakan kapasitor dan mengukur besar arus rata-rata untuk setengah
perioda dengan merangkai dua dioda yang anti-paralel.

Susunan percobaannya seperti gambar 7.5. Dengan menentukan geometri dan kondisi
lingkungan maka besar tegangan puncak AC saat terjadi tembus tegangan pada sela bola
dapat ditentukan.
b 273  20 b
Vt  x V0  0,289 x V0 ..................................................7-6
1013 273  t 273  t
Dimana: Vt adalah tegangan puncak pada suhu t
b adalah tekanan udara (mbar)
Vo adalah tegangan puncak pada suhu 20°C
t adalah temperatur (°C)

Besarnya arus yang mengalir pada alat ukur amperemeter adalah setengah perioda adalah:

 V
C t T
I1   t  0
2 ...............................................................................7-7
 0 T
 t  T
2

Harga rata-rata dari arus yang lewat alat ukur amperemeter adalah;
T
1
I   I 1 (t )t
T 0
V (T )
1 2
V

T 
V (0)
C(
t
)t

C
 (Vm  {Vm }) .............................................................................7-
T
2CVm

T
 2CfVm
8

Jadi tegangan maksimum adalah:

I
Vm  ..................................................................................................7-9
2Cf
Dimana: Vm : tegangan maksimum AC yang diukur
C : kapasitansi
I : arus rata-rata yang dibaca pada alat ukur
f :frekuensi tegangan AC yang diukur
I C
I1 I2

V(t)
mA

(a) Rangkaian Percobaan

v(t)
Vm

Im

I1

t
T/2 3T/2 T

I2

(b) Gelombang arus-tegangan


Gambar 7.5. Rangkaian dan gelombang percobaan Cubb-Fortesque

6.1.3 Pengukuran tegangan tinggi ac dengan


Pembagian Kapasitor
Gambar 7.7 adalah susunan percobaan pengukuran tegangan tinggi dengan metoda pada
kapasitor.

C1
V1

D
V
C3
C2
V2 Vu
R1 Rm

(a) Susunan Percobaan


Vm
vu

t
T/2 3T/2 T

v2

(b) Gelombang Tegangan


Gambar 7.7. Rangkaian dan gelombang tegangan pada
metoda pembagian tegangan dengan kapasitor

Untuk muatan pada kapasitor Cm tidak terjadi kekurangan muatan, maka harga
RmCm>>T.dan dipilih harga resistansi Rl >>(1/ωC2), sehingga tegangan terbagi pada
kapasitor C1 dan C2 yang harga puncak dari tegangan tinggi yang diukur dapat
dinyatakan pada persamaan 7.9.

C1  C2
Vm  Vu .......................................................................................7-
C1
10

Soal dan penyelesaian


Hasil pengukuran uji tegangan tinggi terukur tegangan 80 volt, Hitung tegangan tinggi
yang diukur bila perbandingan C2/C1=999.

Penyelesaian
C  C2  C 
Vm  1 Vu  1  2 Vu  (1  999 ) x80  80000 Volt
C1  C1 

6.2 Pembangkit Tegangan Tinggi DC


Dalam laboratorium, tegangan searah dibangkitkan dari tegangan AC melalui penyearah,
baik penyearah setengah gelombang maupun gelombang penuh. Sedangkan komponen
penyearah ada yang dapat dikontrol seperti thyristor dan transistor dan komponen yang
tidak dapat dikontrol yaitu dioda. Dengan demikian penyerah terdiri dari tiga bagian
berdasarkan pengontrolannya yaitu tanpa kontrol, semi kontrol dan kontrol penuh.

Secara mendasar untuk membangkitkan tegangan tinggi DC di laboratorium adalah yang


tanpa kontrol pada umumnya, dimana komponen penyearah yang terlibat adalah dioda
saja. Berikut ini akan diuraikan dasar-dasar pembangkitan tegangan DC tersebut.
6.2.1 Penyearah Setengah Gelombang
Rangkaian penyearah setengah gelombang adalah rangkaian yang sangat sederhana dari
penyearah. Rangkaian ini terdiri dari satu komponen dioda sebagai penyearah, dengan
demikian gelombang yang disearahkan adalah setengahnya dan setengah gelombang ac
lainnya tidak ikut disearahkan. Selanjutnya dapat diperhatikan seperti gambar 7.7 berikut:
I

Vac
C Vdc

(a) Rangkaian
Vdc (max)=Vac(mak)

Vdc(rata-rata)

(b) Gelombang Tegangan dengan C

Vdc (max)=Vac(mak)

Vdc

(c)Tanpa C
Gambar 7.7. Rangkaian dan gelombang tegangan penyearah setengah gelombang
Kualitas tegangan searah dapat ditentukan oleh suatu factor yang disebut dengan factor
ripper. Tegangan dc yang ideal mempunyai nilai factor ripper nol. Semakin buruk
gelombang dc yang dibangkitkan akan semakin besar harga factor rippernya. Besarnya
factor ripper dapat dihitung dengan formula

Vdc (mak)  Vdc (min)


 .......................................................................................... 7-11
2

a. Penyearah Setengah Gelombang Tanpa C


Tegangan dc rata-rata:
1 T
T 2
1 1
Vdc   Vdc t  V m Sin ωint
T 0 T 0 …..................................................…….7-
Vm 2 Vef
 
π π
12

Dimana: Vdc adalah tegangan dc rata-rata


Vdc adalah tegangan dc
Vm adalah tegangan maksimum ac
Vef adalah tegangan ac efektif

b.Faktor Ripper
Dari gambar 7.7b didapat besar tegangan maksimum dan minimum dc, yaitu Vdc(mak)
= √2 Vac danVdc(min) = 0. Jadi

2 Vac  0 Vac V
   Vdc  m .........................................................7-13
2 2 2

c. Penyearah Setengah Gelombang Dengan C


Bila δ << Vdc, maka pengaruh factor rippernya sudah dapat diabaikan atau berpengaruh
sedikit sekali. Harga factor ripper dalam kasus ini didapat dari penurunan dibawah ini:

I = C (∂V/∂t) ................................................……………….......7-14
∆V = IT/C ............................................…………………...7-15
Δ = ∆V /2 = I/ 2fC .................................................……………...7-16

d.Komponen Dioda Pada Tegangan Tinggi


Dioda yang digunakan untuk membangkitkan tegangan tinggi bukan dioda yang kita
kenal sehari-hari pada komponen elektronika, tetapi dioda yang dapat menyalurkan daya
dalam kapasitas besar (dioda daya).

Pada praktikum tegangan tinggi, dioda yang digunakan dapat melewatkan arus dan dapat
menahan tegangan yang tinggi, dioda dipsang dengan hubungan seri dan pararel sehingga
membentuk untaian dioda.
Bila suatu tegangan pada suatu dioda adalah ∆V, maka untuk n buah dioda yang hubungan
seri terjadi drop tegangan sebesar n∆V. dalam kenyataannya drop tegangan pada dioda
tergantung pada arus yang melewati dioda tersebut. Misalnya drop tegangan pada arus
beban I’ adalah ∆V’ maka drop tegangannya untuk arus beban I adalah

∆V = ∆V’ + k I ...........................................………………………7-17
Dimana: K adalah factor pembanding
I adalah arus beban
∆V’ adalah drop tegangan pada arus beban I’
∆V adalah drop tegangan pada arus beban I

Pengertian ini dapat lebih jelas bila diperhatikan gambar 7.7


Ib

kI

Brak off point


I’
-kV V
V' V

Tegangan mundur Tegangan maju

Gambar 7.7. Karakteristik dioda daya

6.2.2 Pelipat Ganda Tegangan


Pelipat ganda tegangan berguna untuk mendapatkan tegangan yang lebih tinggi. Untuk
mendapat tegangan tinggi dalam orde kV dari dengan 220 volt, perlu dilakukan pelipat
ganda tegangan yang sangat banyak. Berikut ini akan dijelaskan rangkaian pelipat ganda
tegangan yang mulai dari rangkaian dasarnya.

a.Rangkaian Dasar
Rangkaian dari pelipat ganda tegangan terdiri dari sebuah kapasitor dan sebuah dioda.
Fungsi kapasitor adalah untuk menyimpan energi listrik sehingga kapasitor yang telah
terisi penuh mempunyai tegangan. Dengan demikian tegangan searah yang didapat adalah
jumlah dari tegangan pada kapasitor ditambah dengan tegangan yang disearahkan oleh
dioda.
+

Vac Vdc

a) rangkaian
Vdc

Vac (max)

b) gelombang tegangan dc
Gambar 7.8. Dasar pelipat ganda tegangan dc

Gambar 7.8, untuk setengah gelombang negative terjadi pengisian kapasitor sehingga
kapasitor bertegangan V. Selanjutnya tegangan searah yang didapat adalah dilipat
gandakan sebagai berikut.

Vdc  Vac  Vac (maks) ..............................................…………………7-18

b.Rangkaian Grenacher
Grenacher membuat rangkaian pelipat ganda tegangan dari rangkaian pelipat ganda
tegangan diatas ditambah dengan satu lagi kapasitor yang dipasang paralel pada cabang
rangkaian beban. Bila kapasitas kapasitor itu adalah sangat besar sekali maka factor ripper
mendekati nol dan dapat diabaikan, sehingga tegangan dc yang dihasilkan adalah dua kali
tegangan maksimum ac. Gambar rangkaian Grenacher adalah pada gambar 7.9. Pada
gambar ini 7.9c adalah kaskadenya yang berguna untuk melipat gandakan lagi dengan
tujuan menghasilkan tegangan dc berlipat- lipat ganda.
+

Vac Vdc

a) rangkaian
V

Vdc

b) gelombang tegangan dc

Vac

Vdc=10Vac
c) kaskade rangkaian Grenacher
Gambar 7.9: Rangkaian pelipat ganda Grenacher

c.Rangkaian Zimmerman-Witk
Rangkaian ini memanfaatkan dua kapasitor yang bertujuanmenyimpan energi sehingga
kedua kapasitor ini bertegangan. Akibat rangkaian ini tegangan dilipat gandakan menjadi
tiga kalinya. Susunan rangkaian ini terdapat pada gambar 7.10 berikut ini.
Vdc
+ 3V

Vac
Vdc
2V
+

V
t

a) rangkaian b) gelombang tegangan dc

Gambar 7.10: Rangkaian pelipat ganda tegangan dc Zimmarman-Witk

Selanjutnya akan dijelaskan pengukuran besar tegangan tinggi dc. Cara- cara untuk
mengukur tegangan tinggi ini pada prinsipnya adalah sama dengan pengukuran tegangan
tinggi ac.
d. Pengukuran tegangan tinggi dc dengan Resistor Divider
Teknik ini adalah membuat drop tegangan pada dua resistor, resistor yang diukur harus
lebih kecil dari yang satu lagi. Agar pengukuran mendekati akurat, maka besar resistor
yang diukur tegangannya harus sangat lebih kecil dari resistor dalam alat ukur tegangan
yang dipakai. Susunan rangkaian ini dapat dilihat pada gambar 7.11.

R’

Vdc

R V

Gambar 7.11: Resistor Devider

Besar tegangan dc dapat dihitung dari persamaan berikut ini.


RR
Vdc  V .....................................................…………………7-19
R
Dimana: Vdc adalah tegangan yang akan diukur
R’ adalah resistansi yang bukan diukur, tetapi harus diketahui besarnya.
R adalah resistansi yang akan diukur tegangannya dan besarnya harus
diketahui.
V adalah pembacaan alat ukur.

e. Pengukuran tegangan tinggi dc dengan Sela – Bola.


Pengukuran dengan sela-bola sama dangan pengukuran dangan tegangan ac. Tetapi untuk
tagangan dc, tembus terjadi pada harga tegangan maksimum dc.

f. Pengukuran tegangan tinggi dc dengan Elektro statik.


Pengukuran dilakukan pada medan elektrostatis dengan menggunakan kapasitor. Alat
ukur yang digunakan tidak mengandung rugi-rugi. Gambar berikut adalah sususan
geometri dari dua plat sejajar sehingga medan listrik diantara kedua plat adalah homogen.
Bila kekuatan medan diantara kedua plat terukur maka dengan mudah tegangan dapat
dihitung melalui persamaan berikut.

V  EL ……………………………………………………….7-20

Latian:
Suatu pengukuran tegangan tinggi dc dilakukan dengan pembagian resistor dan terbaca
pada alat ukur 73,8 volt. Bila resistor yang diparalel dengan alat ukur adalah 55 Ohm dan
tegangan tinggi yang dikur adalah 80,25 kV. Buat rangkaiannya dan berapa resistor seri
yang digunakan dalam pengukuran ini.
V

E
L

Gambar 7.12: Geometri medan homogen

6.3 Kertas Konduktif


Metoda pengambaran fluksi secara eksperimen dengan sederhana dapat dilakukan pada
kertas konduktif. Metoda ini sangat sederhana dan mudah dilakukan serta hasil yang
memuaskan medan yang digambarkan pada kertas ini adalah dalam dua dimensi. Bila
kertas konduktif ini diberi tegangan akan dapt dilacak kedudukan besar tegangan yang
sama pada kertas itu. Garis yang menghubungkan besar tegangan yag sama ini disebut
garis ekipotensial. Bila pada kertas konduktif dibuat garis-garis ekipotensial, maka aliran
arus yang mempresentasikan garis fluksi dapat dibuat dengan menarik garis yang tegak
lurus dengan garis ekipotensial tersebut.
Sedangkan untuk menggambarkan medan dalam tiga dimensi dilakukan dalam cairan
konduktif, yaitu bila cairan ini diberi benda potensial maka melalui pointer dapat dilacak
titik ekipotensial. Dan selanjutnya dari garis ekipotensial yang dibuat ditarik garis-garis
fluksi yang tegak lurus dengan garis ekipotensial itu.

6.3.1 Pemilihan Kertas Konduktif


Kertas konduktif harus memenuhi ketentuan dari sifat listrik dan fisik. Ketentuan
sifatlistrik adalah kertas konduktif harus homogen dan isotropik, dan konduktifitasnya
sekecil mungkin, sedangkan ketentuan fisik adalah kertas konduktif harus kuat dan
ukuran yang cukup. Kertas yang agak fapat memenuhi persyaratan itu adalah kertas yang
terbuat dari perak dan tidak mempunyai sifat meresap (non-imprenated).
Pada tahun 1845. kircoff telah mempelopori eksperimen penggambaran medan listrik
secara eksperimen. Kertas konduktif yang digunakan adalah terbuat dari tembaga yang
berupa kertas tipis. Model ini banyak menemui kesulitan karena resistansi yang rendah,
sehingga sulit untuk melacak titik-titik ekipotensial. Model yang lebih bak dari analog
kirchoff ini adalah menggunakan tembaga campuran yang dengan resistansi tinggi,
seperti manganin eurece. Walaupun pada model ini mempunyai kertas konduktif yang
resistansinya tinggi, tetapi masih belum dapat diterapkan untuk beda potensial yang agak
tinggi dan masih sulit untuk menentukan titik-titik ekipotensial.
Kemudian Dahlin dan Murray menggunakan kertas untreated writing paper sebagai
kertas analogi. Pada kertas ini, sifat konduksi dipengaruhi oleh kelembaban dan
komposisi mineral didalamnya. Resisitansi kertas ini sangat tinggi sehingga mudah
dilacak titik-titik ekipotensial, dimana kertas ini dilapisi dengan kertas pensil grafik
dipermukaannya. Walaupun demikian, diperlukan impendansi ditektor yang besar untuk
membatasi arus yang mengalir pada detektor. Kertas yang memuaskan adalah kertas yang
dibuat oleh Murray dengan tangan(hand-make).

6.3.2 Kertas Grafik


Kertas ini adalah suatu media yang dapat memenuhi analogi persyaratan untuk kertas
konduktif dengan resistansi yang tinggi, dalam orde ribuan ohm permeter persegi. Kertas
grafik didapatkan dalam bentuk gulungan dengan ukuran panjang 1775/1998 cm dan
lebar 57 cm. Di pasaran, kertas ini biasa digunakan untuk telegraph-facsimile atau untuk
perekeman dan disebut kertas teledeltos. Kertas teledeltos ini dilapisi dengan aluminium
net-gray dan pada sisi lain dilapisi oleh pembersih warna hitam, kedua pelapis ini sangat
tipis dengan tujuan penggambaran medan yang lebih baik hasilnya. Material kertas
teledeltos agak sedikit anistropik, dengan resistansi pada gulungan tiap rol berkisar antara
1,03-1,15 ohm/m2.
Isolasi dasar yang cocok untuk ditempatkan pada kertas teledeltos adalah kayu atau
linonium, sedangkan penulisan konfigurasi medan dilakukan oleh pensil grafik. Kertas
harus ditangani dengan ekstra hati-hati supaya tidak terjadi lipatan pada waktu digunakan
ataupun pada waktu penyimpanan. Pada daerah batas yang merupakan ekipotensial dan
batas ini dilakukan dengan mencat kertas konduktif.

6.3.3 Suplai Daya dan Pengukuran Medan


Penguatan AC/DC yang tidak memperlihatkan efek polarisasi terjadi pada kertas
teledeltos yang dilapisi dengan perak. Penguatan AC mempunyai kelebihan dari
penguatan DC, yaitu dapat menggunakan galvanometer kumparan yang bergerak atau
amperemeter. Pada gambar 7.12 adalah peralatan dasar yang terdiri dari suplai AC yang
disearahkan melalui jembatan penyearah dan saklar So yang berfungsi untuk dipilih besar
tegangan yang diterapkan (0,10,20,50 atau 100 Volt). Saklar S 1 yang terhubung pada
elektroda positif melalui 10 lilitan helical potensiometer R. Potensiometer ini
dihubungkan ke detektor melalui balan M dan diatur kepekaanya dengan saklar S2.

100V S1
R +
S0
C S2
M
R A
0V
probe

-
Gambar 7.12. Rangkaian deteksi medan listrik
6.3.4 Penggambaran Medan Laplace
Untuk menggambarkan medan laplace digunakan suatu model yang diperlihatkan pada
gambar 7.13a. Garis DE dan CB dilapisi dengan penghantar murni sehingga kedua garis
itu merupakan garis ekipotensial bila pada garis DE dihubungkan dengan kutub negatif.
Beda tegangan antara dua garis ini dibuat serendah mungkin dan dapat diabaikan, hal ini
memenuhi medan laplace. Kemudian pointer melacak titik-titik ekipotensial pada kertas
anlogi. Setelah garis-garis ekipotensial dibuat maka selanjutnya ditarik garis-garis fliksi
yang tegak lurus dengan garis-garis ekipotensial itu dan hasilnya dapat dilihat pada
gambar 7.13b.

D G C
50 40 302010 0
100
pointer
E
F
B
A R1
R2
+ probe -
(a) analogi Laplace (b) Gambar medan laplace

Gambar 7.13. Penggambaran Medan Laplace

Pada gambar 7.13b, terlihat pada skala 50 ke 0, tidak terjadi perubahan aliran fluksi
dengan resistansi sebesar R1 analogi itu menyatakan model aliran fluksi pada konduktor
homogen yang berlubang ditengahnya, sehingga dengan analogi tersebut dapat
digambarkan medan laplace pada model. Hasil gambar medan pada model pada itu dapat
dilihat pada gambar 7-14.

ekipotensional

f
l
u
k
s
i

Gambar 7.14. Medan Laplace pada Konduktor berlubang

Hasil yang didapat pada analogi kertas teledeltos mempunyai kesalahan. Ketelitian dari
analogi kertas teledeltos tergantung pada keseragaman dari resistansi kertas. Beberapa
pengukuran dari resistansi kertas teledeltos diperoleh standar deviasi sekitar 2%. Hasil
penyelesaian dari analogi kertas teledeltos yang dilakukan dengan teliti akan mendekati
kenyataan. Disamping itu, analogi ini menunjukkan keadaan fisik dari medan
dibandingkan dengan penyelesaikan matematik atau numerik.

7.3.5 Ketepatan analogi dari kertas teledeltos


Ketepatan analogi dari kertas teledeltos tergantung dari dua keadaan, yaitu: kehomogenan
dan anisotropi. Kedua keadaan ini akan menyebabkan penyimpangan dari hasil
perhitungan atau dengan kata lain analogi tidak dapat menganalogikan dengan baik.
Kertas teledeltos tidak dapat dijamin homogen seratus persen sama sekali. Untuk masalah
kehomogenan ini dalam praktek dapat diatasi dengan percobaan yang berkali-kali
sehingga didapatkan beberapa data yang cukup atau layak untuk diproses dengan statistik.
Dari data yang dapat itu, dengan menggunakan statistik akan didapat harga standar
deviasinya.
Sedangkan anisotropi terjadi berdasarkan material itu sendiri atau struktur kristalnya,
sehingga resistansi kertas teledeltos dalam arah tegak dan arah gulungan berbeda
harganya. Untuk tujuan tidak presisi, masalah anistropi pada umumnya diabaikan.
Sedangkan untuk tujuan yang presisi harus diukur ratio resistansi dari kedua arah itu.
Ratio resistansi dari kedua arah ini dapat dihitungan dengan percobaan melalui
permukaan L pada gambar 7-15. Bila ratio ini berpengaruh atau anisotropi berperan besar,
maka analogi dapat dilakukan dengan akurat dengan menggunakan perbandingan ukuran
ratio tersebut.
b a

-
b

Arah gulungan

a
Arah tegak

V
+

Gambar 7.15. Percobaan Permukaan L

Bila konduktivitas dari arah sumbu -X adalah σx dan dalam arah sumbu –y adalah σy maka
medan laplace dari perbandingan ratio kondukativitas dari kedua arah itu adalah;

a 2V a 2V
x   y  0 ....................................................................................7-21
ax 2 ay 2
Misalkan ukuran untuk kedua arah tersebut adalah x=x1 dan y  y1  y  x maka
persamaan 7-17 menjadi medan laplace tanpa pengaruh konduktivitas lagi yang dituliskan
menjadi persamaan berikut:

a 2V a 2V
  x 0 ....................................................................................7-22
ax 2 ayi2
Selanjutnya dalam pekerjaan yang presisi, perbandingan akar ratio resistansi harus dapat
menganalogikan yang tepat. Kemudian hasil plot dalam sumbu –x1 dan sumbu –y1
dikembalikan lagi ke sumbu –x dan sumbu –y, yang merupakan hasil yang sebenarnya.

7.4 Latihan
1. Hitung Xr dari kaskade trafo tegangan tinggi 5 tingkat (trafo tegangan tinggi identik),
bila diketahui Xe=0,12 Ohm, Xh=0,75 Ohm dan Xk=0,35 Ohm. Dan bila tegangan
input 220 V, 50 Hz, a=1/1000 dan didapat total kapasitansi 15 mikro Farad, berapa
tegangan tinggi pada output dan gambarkan diagram phasornya. Gambarkan
rangkaian kaskadenya.
2. Penggukuran tegangan tinggi melalui dioda anti paralel menunjukan hasil yang
terbaca pada alat ukur adalah 7,57 mA.
a.Gambarkan rangkaian percobaannya dan bentuk gelombang arusnya (baik yang
positif maupun negatif)
b.Berapa tegangan tinggi yang diukur, bila frekuensi listrik 50 Hz dan kapasitor yang
digunakan adalah 10 mikro farad.
3. Alat ukur pembagi tegangan melalui kapasitor digunakan untuk mengukur tegangan
tinggi ac dan hasilnya menunjukan pengukuran sebesar 50,12 Volt.
a.Gambarkan rangkai percobaannya dan bentuk gelombang tegangannya.
b.Berapa kapasitor yang dipasang pada alat ukur, bila tegangan input 177 kV dan
kapasitor lainnya 1,25 mikro farad.
4. Berikan penjelasan apa perbedaan dan kesamaan dari kedua metoda pengukuran
tegangan tinggi ac di atas.
Referensi

1. Hayt, W.H. Jr., Engineering Electromagnetics, Kosaido Printing Company Ltd.,


Tokyo, 1981.
2. Naidu, M.S. dan Kamaraju, V., High Voltage Engineering, Second edition, Tata
McGrow-Hill Publishing Company Ltd, New Delhi, 1995.
3. Razevi, D.V., High Voltage Engineering, Khanna Publishers, Delhi, 1979.
4. Vitkovitch, D., Field Analysis: experimental and computatinal methods, D. Van
Nostrand Company Ltd., Toronto, copyright 1966.
5. Weber, E., Electromagnetic Fields: Theory and Applications, John Wiley & Son, Inc,
New York, 1950.
6. Zein, H., Teknik Tegangan Tinggi: teori dan pegangan untuk laboratorium, Penerbit
PT. Rosda Jayaputra, Jakarta, 1994.

Anda mungkin juga menyukai