Anda di halaman 1dari 4

RESUME

FILM 12 MENIT UNTUK SELAMANYA

Nama : Bernice Simarmata

Nim : 2182142010

Kelas : C - 2018

Mata Kuliah : Ansambel Marching Band

Dosen Pengampu : Suharyanto, S.Pd., M.Sn

Sutradara : Hanny R. Saputra

Produser : Cindy Sutedja, Regina Septapi

Pemeran :

 Titi Rajo Bintang sebagai Rene


 Arum Sekarwangi sebagai Tara
 Amanda Sutanto sebagai Elaine
 Hudri sebagai Lahang
 Olga Lydia sebagai mama Elaine
 Nobuyuki Suzuki sebagai papa Elaine
 Niniek L. Karim sebagai eyang Tara
 Didi Petet sebagai eyang Tara
 Verdi Solaiman sebagai Bimo
 Egi Fedly sebagai bapak Lahang
 Hesti Putri sebagai ibunda Tara
Perusahaan produksi : Big Pictures Production, Cinevisi

Tanggal rilis : 29 Januari 2014

Bahasa : Bahasa Indonesia

Durasi : 108 menit

Cerita ini berawal dari Rene, pelatih Marching Band dari Jakarta yang memutuskan pindah ke
Bontang - Kalimantan Timur. Ia memutuskan menjadi seorang pelatih Marching Band Pupuk
Kalimantan Timur (PKT) Bontang. Ia salah berpikir, tugas dan bebannya sebagai pelatih akan
sama seperti biasanya. Ia berhadapan dengan 130 anggota yang memiliki latar belakang yang
berbeda-beda, dan pastinya ada 130 keraguan juga. Rene ingin mengajarkan mereka terbang
padahal mereka merasa tak punya sayap.

Masalah demi masalah terus menerpanya dalam melatih Marching Band PKT Bontang. Masalah
keluarga dan kurangnya support dari keluarga dalam bentuk Tara, Elaine, dan Lahang.

Selain masalah yang harus dihadapi, Rene memulai dengan mencari anggota karena sempat
terjadi kekurangan dalam jumlah anggota Marching Band yang diinginkan. Maka Rene pun
melakukan seleksi untuk mencari anggotanya.

Salah satunya adalah Elaine Higoshi anak keturunan Jepang dari Jakarta yang harus mengikuti
papanya yang bernama Josuke Higoshi bertugas di PKT Bontang.

Kesedihan terlihat di wajah Elaine saat tiba menginjakan kakinya di Bontang, dimana suasana
kota Bontang sangat jauh berbeda dengan Jakarta. Sampai akhirnya diketahui adanya marching
band milik PKT dan Elaine berniat untuk menjadi salah satu dari anggota tim Marching Band
PKT Bontang.

Namun jalan Elaine tidaklah mulus, karena papanya yang lebih menginginkan anaknya menjadi
seorang ilmuwan dan fokus pada pelajaran sekolah. Maka sebuah syarat dibuat dengan lebih
mengutamakan pelajaran, serta jam pulang usai latihan pun ditetapkan oleh Josuke Higoshi.
Kisah berbeda datang dari anggota lain di marching band tersebut, Lahang pemain kuarto. Anak
laki-laki Dayak ini harus bertarung antara latihan dan merawat ayahnya yang sedang sakit keras.
Tokoh Lahang memperlihatkan perjuangan seorang anak terhadap bapaknya yang mengalami
sakit berat namun tetap semangat untuk mengejar impiannya. Sebagai orang yang masih
memegang adat suku Dayak, Lahang mengusulkan bapaknya untuk mengikuti upacara Belian
untuk pengobatan.

Ada pula tokoh Tara yang diperankan oleh Sekar Arumwangi yang mengalami trauma berat
karena ayahnya tewas kecelakaan mengemudi mobil saat mengantarkannya latihan marching
band. Akibat kecelakaan tersebut Tara bukan saja kehilangan ayahnya, tapi juga mengalami
gangguan pada pendengarannya. Sementara itu, ibunya melanjutkan kuliah ke Inggris dan Tara
dititipkan kepada oma dan opanya di Bontang. Hal tersebut membuat Tara merasa dibuang oleh
ibunya.

Dan ketiganya pun dipertemukan. Konflik mulai terjadi manakala Rene melakukan seleksi
karena kurangnya anggota dalam marching band tersebut.Tara dan Elaine lolos, yang dimana
Rene menemukan Tara saat memukul-mukul kumpulan barang seperti galon air di pinggir
sungai.

Cara melatih Rene yang sangat disiplin dan tegas sempat membuat Tara menyerah dan ke luar
dari anggota marching band PKT. Tara yang memegang posisi sebagai drummer, beberapa kali
membuat kesalahan yang dirasakan Rene mengeluarkan nada sumbang pada pukulannya.
Keluarnya Tara membuat Rene panik, ditambah Lahang yang tidak masuk latihan dan akhirnya
mereka menyusul ke tempat tinggalnya yang cukup jauh.

Situasi semakin kacau manakala Roni pada posisi field commander grup marching band PKT
Bontang mengalami kecelakaan dan harus menggunakan kursi roda usai menjalani operasi.

Elaine akhirnya mengantikan posisi sebagai field commander. Begitu juga dengan Tara yang
akhirnya memilih kembali masuk sebagai anggota Marching Band PKT Bontang dengan penuh
rasa percaya diri dan keinginan yang kuat.
Namun belakangan terjadi masalah, dimana Elaine telah terpilih untuk mengikuti olimpiade
fisika mewakili sekolahnya. Dan dia akhirnya memilih tetap untuk mengikuti latihan marching
band dengan mengundurkan diri dari olimpiade fisika.

Betapa marahnya Josuke sebagai orang tua, begitu mengetahui Elaine mengundurkan diri dari
olimpiade fisika dan lebih mengikuti latihan untuk persiapan Grand Prix Marching Band
(GPMB) di Jakarta. Josuke langsung melarang Elaine untuk latihan marching band.

Tekad Elaine yang keras pun terlihat saat akan dilakukan pelepasan grup marching band oleh
Pemerintah Kota (Pemkot) Bontang dan perusahaan PKT. Elaine tiba-tiba muncul lengkap
dengan pakaian field commander dan langsung memimpin. Josuke semakin marah melihat
Elaine melanggar larangannya, dan Elaine tetap meminta ijin untuk mengikuti GPMB di Jakarta
namun dengan tegas Josuke melarang.

Akhirnya, Josuke pun luluh hatinya dan mengijinkan Elaine untuk mengikuti GPMB di Jakarta.
Permasalahan tidak lantas selesai, saat tiba di Jakarta menjelang pertandingan ada kabar bahwa
bapaknya Lahang meninggal. Akan tetapi dengan penuh semangat dan juga kesedihan yang
mendalam, Lahang tetap bertekad untuk ikut bermain dalam Marching Band.

Pada akhirnya, semuanya tetap bergabung dengan full anggota Marching Band. Semuanya
merelakan ribuan jam berlatih demi penampilan 12 menit di Grand Prix Marching Band, Jakarta.
Semuanya menuju satu impian yang akan mereka kenang selamanya.

Dan akhirnya usaha dan kerja keras tidak mengkhianati hasil. Juara umum GPMB 2012 adalah
Marching Band Bontang PKT Kalimantan Timur. Dengan sorak sorai yang dipenuhi kebanggaan
dan rasa haru, film ini ditutup dan selesai.

Anda mungkin juga menyukai